Manajemen Disaster

31
MANAJEMEN DISASTER A. Pendahuluan Sejak Tsunami Aceh tahun 2004, sampai sepanjang tahun 2010 ini Indonesia seakan sedang melakukan maraton bencana dari satu pulau ke pulai lain dan dari satu provinsi ke provinsi lain. Pada awal tahun 2010 setelah letusan Gunung Api Merapi mereda, tanah air Indonesia kembali diguncang bencana alam besar: gempa bumi di Yogyakarta dan tsunami di kawasan selatan Jawa Barat dan sebagian Jawa Tengah. Sementara itu, bencana yang berkaitan dengan fenomena geologi, seperti semburan lumpur panas di Porong, Sidoarjo, belum juga berhenti. Kemudian pada akhir tahun 2010 merapi kembali menyalak yang lebih ganas, diikuti oleh Tsunami Mentawai dan banjir bandang di beberapa wilayah seperti di Wasior Irian Jaya. Kita memang hidup di kawasan rawan bencana. Karena itu, upaya-upaya pemahaman yang mendalam tentang bahaya-bahaya kebumian (geo- hazards) dan konsep penanganan bencana yang ditimbulkannya sangat penting untuk terus menerus ditingkatkan. Di dalam peraturan tentang organisasi tatalaksana kepemerintahan di bidang energi dan sumber daya mineral, aspek terkait geo-hazards ini tercakup dalam istilah “bencana geologi”. Dalam peraturan tersebut, salah satu satuan kerja di bawah Badan Geologi bernama “Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi”. Bencana geologi atau bencana alam, secara awam merupakan tugas utama ahli geologi dalam hal memberikan peringatan dini yang akurat kepada masyarakat agar terhindar atau setidaknya meminimalisir bencana. Ini yang belum maksimal di negara kita, walaupun penanganan bencana merupakan tanggung jawab bersama seluruh lapisan masyarakat, setiap anggota masyarakat berpeluang mengetahui dan berkontribusi dalam penanganan bencana. Harus kita akui bahwa ahli geologilah yang paling tahu dibanding masyarakat pada umumnya tentang bencana geologi. Dari para ahli gologi diketahui bahwa tatanan geologi Indonesia yang terletak di atas tiga lempeng tektonik, selain memberikan sumber daya kebumian (geo-resources) yang kaya, dan lingkungan bumi (geo-environment) yang beranekaragam, juga ancaman bahaya kebumian (geo-hazards) yang sangat tinggi, baik ragam maupun persebarannya. Besarnya bahaya geologi Indonesia dan tingginya frekuensi kejadian

Transcript of Manajemen Disaster

Page 1: Manajemen Disaster

MANAJEMEN DISASTER A. Pendahuluan

Sejak Tsunami Aceh tahun 2004, sampai sepanjang tahun 2010 ini Indonesia seakan sedang melakukan maraton bencana dari satu pulau ke pulai lain dan dari satu provinsi ke provinsi lain. Pada awal tahun 2010 setelah letusan Gunung Api Merapi mereda, tanah air Indonesia kembali diguncang bencana alam besar: gempa bumi di Yogyakarta dan tsunami di kawasan selatan Jawa Barat dan sebagian Jawa Tengah. Sementara itu, bencana yang berkaitan dengan fenomena geologi, seperti semburan lumpur panas di Porong, Sidoarjo, belum juga berhenti. Kemudian pada akhir tahun 2010 merapi kembali menyalak yang lebih ganas, diikuti oleh Tsunami Mentawai dan banjir bandang di beberapa wilayah seperti di Wasior Irian Jaya. Kita memang hidup di kawasan rawan bencana. Karena itu, upaya-upaya pemahaman yang mendalam tentang bahaya-bahaya kebumian (geo-hazards) dan konsep penanganan bencana yang ditimbulkannya sangat penting untuk terus menerus ditingkatkan. Di dalam peraturan tentang organisasi tatalaksana kepemerintahan di bidang energi dan sumber daya mineral, aspek terkait geo-hazards ini tercakup dalam istilah “bencana geologi”. Dalam peraturan tersebut, salah satu satuan kerja di bawah Badan Geologi bernama “Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi”. Bencana geologi atau bencana alam, secara awam merupakan tugas utama ahli geologi dalam hal memberikan peringatan dini yang akurat kepada masyarakat agar terhindar atau setidaknya meminimalisir bencana. Ini yang belum maksimal di negara kita, walaupun penanganan bencana merupakan tanggung jawab bersama seluruh lapisan masyarakat, setiap anggota masyarakat berpeluang mengetahui dan berkontribusi dalam penanganan bencana. Harus kita akui bahwa ahli geologilah yang paling tahu dibanding masyarakat pada umumnya tentang bencana geologi. Dari para ahli gologi diketahui bahwa tatanan geologi Indonesia yang terletak di atas tiga lempeng tektonik, selain memberikan sumber daya kebumian (geo-resources) yang kaya, dan lingkungan bumi (geo-environment) yang beranekaragam, juga ancaman bahaya kebumian (geo-hazards) yang sangat tinggi, baik ragam maupun persebarannya. Besarnya bahaya geologi Indonesia dan tingginya frekuensi kejadian bencana yang diakibatkannya merupakan bukti bahwa kita memang hidup di wilayah yang rawan bencana.2

Page 2: Manajemen Disaster

Dalam literatur-literatur tentang mitigasi bencana (lihat misalnya: Wikipidea) dinyatakan bahwa mitigasi (bencana) adalah bagian dari manajemen bencana (disaster management) atau manajemen darurat (emergency management). Manajemen bencana meliputi: penyiapan, dukungan, dan pembangunan kembali suatu masyarakat yang terkena bencana alam (natural disaster) atau bencana buatan (man-made disaster). Manajemen bencana adalah suatu proses yang harus diselenggarakan terus menerus oleh segenap pribadi, kelompok, dan komunitas dalam mengelola seluruh bahaya (hazards) melalui usaha-usaha meminimalkan akibat dari bencana yang mungkin timbul dari bahaya tersebut (mitigasi). Mitigasi adalah bagian atau salah satu tahap dalam penanganan bencana. Tahap mitigasi - dalam maknanya yang berarti kesiapsiagaan atau kewaspadaan - adalah cara yang murah dalam mengurangi akibat bahaya-bahaya yang dihadapi masyarakat dibandingkan dengan tindakan lainnya, seperti: evakuasi, rehabilitasi dan rekonstruksi.Mitigasi harus dilakukan baik secara bersama-sama melalui agenda Pemerintah, maupun sendiri-sendiri baik saat dan paska kejadian, maupun sebelum kejadian. Karena itu, konsep mitigasi dan tahap lainnya dari manajemen bencana, serta irisan dan kesalingterkaitan diantara tahapan-tahapan tersebut perlu dipahami sebelumnya oleh siapa pun yang terlibat dalam penanganan bencana. Seluruh geo-hazards atau potensi bencana (disaster) tersebut harus dinilai atau dievaluasi serta dikelola dengan baik agar tidak berkembang menjadi bencana. Penilaian tersebut berkenaan dengan aspek fisik bumi sebagai fokus perhatiannya dikenal sebagai analisis geo-risk. Identifikasi geo-risk, sebagaimana identifikasi resiko-resiko lainnya, memang misalnya Tsunami Jepang ( 11 Maret 2011) yang berdampak kepada Indonesia bagian timur. Ditambah lagi komplikasi akibat ledakan reaktor nuklir jepang yang dapat menimbulkan dampak global sangat dahsat dan luas. B. Definisi

Bencana atau disaster adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam dan/atau faktor non-alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis dan terjadi secara tiba-tiba.

C. Proses Terjadinya Bencana Alam

Tenaga Endogen Sebagai makluk Tuhan, kita percaya dan yakin bahwa Bumi kita itu hidup dan diberi ruh oleh Alloh, oleh karena itu bumi selalu menunjukan tanda-tanda kehidupan seperti pergerakan atau oleh para ahli geologi disebut terjadinya proses pembentukan bumi. Melalui pergerakan bumi maka akan membentuk diantaranya gunung, palung di dasar samudra, retak, penyusutan daratan di bibir pantai dan3 pergeseran letak gunung. Pergerakan bumi tersebut menimbulkan energi endogen yang menghasilkan panas sehingga terjadi gunung api yang bila sampai pada suatu titik tertentu akan menyemburkan lava dan api bersama material yang dikandungnya.

Page 3: Manajemen Disaster

Gambar 1. Lapisan bumi yang menyimpan misteri bencana

Di dalam kitab suci Alqur’an disebutkan pula bahwa gunung merupakan pakunya bumi, yang pada hari kiamat nanti akan dicabut sehingga gunung-gunung akan beterbangan dan memuntahkan segala isi perutnya yang sangat panas. Gunung-gunung yang disangka telah mati (tidak aktif) suatu saat akan bangkit dan aktif kembali bahkan mungkin lebih besar, tenaga itu dikenal dengan tenaga endogen. Tenaga endogen tersebut menyebabkan gempa yang sangat kuat dan tidak dapat dicegah kecuali diantisipasi dan diprediksi. Disinilah sebenarnya salah satu kerja nyata ahli geologi untuk memprediksi dan mengantisipasi ledakan yang dahsyat, memuntahkan segala material, awan panas bahkan lahar dingin seperti kasus merapi dan dapat beserta gempa.

Gambar 2. Perputaran energi di dalam lapisan bumi sehingga menimbulkan panas

Page 4: Manajemen Disaster

Memprediksi dan mengantisipasi berguna untuk meminimalisir dampak letusan gunung api, seperti korban manusia, kematian ternak, kerusakan sumberdaya ekonomi masyarakat, dan kerusakan lingkungan secara masif. Karya nyata yang berupa hasil antisipasi dan prediksi tersebut, selanjutnya diinformasikan kepada ahli-ahli dibidangnya untuk segera dilakukan koordinasi dan sinergisme. Ahli manajemen 4 bencana akan mempersiapkan masyarakat berupa melatih masyarakat agar memiliki kompetensi pedulidan tanggap bencana, sementara ahli lain misalnya mempersiapkan rumah yang tahan gempa

Gambar 3. Pemekaran dasar samudra yang berisiko menimbulkan gempa

TenagaEksogen Energi yang berasal dari luar bumi dikenal sebagai tenaga eksogen. Sifat umum tenaga eksogen adalah merombak bentuk permukaan bumi hasil bentukan dari tenaga endogen. Misalnya tabrakan benda luar angkasa dan berakibat terhadap permukaan bumi, jatuhnya benda-benda dari luar angkasa ke bumi, serta angin topan dan tenaga matahari.

Page 5: Manajemen Disaster

Gambar 4. Efek rumah kaca dan tumbukan benda luar angkasa

Pelepasan tenaga (energy) yang mendadak atau secara tiba-tiba pada zona penunjaman atau patahan aktif akan menyebabkan getaran dan goncangan. Goncangan terebut dikenal sebagai gempa bumi dan apabila berada di dasar maka berisiko terjadi Tsunami.5

Page 6: Manajemen Disaster

Parameter gempa bumi, tenaganya diukur secara instrumental atau magnitude dengan skala Richter. Skala 5 yang ditunjukkan oleh skala Richter setara dgn energi Bom Atom Hiroshima. Kita sering mendengar gempa berkekuatan 7,5 skala Richter, ini berarti kekuatan gempanya setara dengan 1,5 kali Bom Atom Hiroshima. Akibat pergerakan bumi, gempa kurang dari 2 skala Richter terjadi sekitar 8,000 X per hari di dunia. Itulah salah satu tanda kebesaran Tuhan, bahwa bumi memang memiliki nyawa sehingga memiliki tanda-tanda kehidupan, yaitu bergerak. D. Jenis-Jenis Ancaman Disaster

Ancaman disaster dapat dibagi dua secara garis besar yaitu bencana akibat alam dan bencana akibat ulah manusia. Bencana akibat alam seperti gunung merapi, gempa, dan tsunami sedangkan bencana akibat ulah manusia seperti bom dan konflik antar golongan yang berakibat kepada kerusuhan masal. Ancaman Bencana Ancaman disaster mencakup geologi (gempa bumi, tsunami dan letusan gunung api), hidro-meteorologi (banjir, tanah longsor, kekeringan, topan atau badai), biologi ( hama, penyakit) , kegagalan teknologi ( kecelakaan industri, kebocoran reaktor nuklir), lingkungan (kebakaran pemukiman dan hutan), Sosial (seperti kerusuhan masal akibat konflik sosial, demo masa yang anarkis). Mencermati hal-hal tersebut, bencana di Indonesia merupakan teman keseharian bangsa kita. Kita harus mencermati situasi ini secara bijaksana dengan menyiapkan masyarakat yang tanggap bencana.Penyiapan masyarakat yang tanggap bencana dilakukan pada fase pra-disaster atau fase sebelum terjadi bencana. E. Tahapan Disaster

Disaster atau bencana dibagi beberapa tahap yaitu : tahap pra-disaster, tahap serangan atau saat terjadi bencana (impact), tahap emergensi dan tahap rekonstruksi. Dari ke-empat tahap ini, tahap pra disaster memegang peran yang sangat strategis. Tahap Pra-Disaster Tahap ini dikenal juga sebagai tahap pra bencana, durasi waktunya mulai saat sebelum terjadi bencana sampai tahap serangan atau impact. Tahap ini dipandang oleh para ahli sebagai tahap yang sangat strategis karena pada tahap pra bencana ini masyarakat perlu dilatih tanggap terhadap bencana yang akan dijumpainya kelak. Latihan yang diberikan kepada petugas dan masyarakat akan sangat berdampak kepada jumlah besarnya korban saat bencana menyerang (impact), peringatan dini dikenalkan kepada masyarakat pada tahap pra bencana.

Page 7: Manajemen Disaster

Gambar 5 : Siswa SD Karangturi, Kota Semarang, melakukan simulasi penyelamatan saat menghadapi kebakaran dan gempa, Rabu (10/3 2010) di Kota Semarang. Latihan tersebut bertujuan untuk menumbuhkembangkan kesiapsiagaan siswa menghadapi bencana. Degan pertimbangan bahwa, yang pertama kali menolong saat terjadi bencana adalah masyarakat awam atau awam khusus (first responder), maka masyarakat awam khusus perlu segera dilatih oleh pemerintah kabapaten kota. Latihan yang perlu diberikan kepada masyarakat awam khusus dapat berupa : Kemampuan minta tolong, kempuan menolong diri sendiri, menentukan arah evakuasi yang tepat, memberikan pertolongan serta melakukan transportasi.

Page 8: Manajemen Disaster

Gambar 6 : Pramuka Gugusdepan Kesuma Bangsa sebagai Awam Khusus, dilatih peduli bencana

Pada fase ini perlu dikenalkan arahan Bapak Presiden RI tentang Penanggulangan Bencana yang disampaikan pada tanggal 15 September Tahun 2007 di Kab Pesisir Selatan, Sumbar pada saat peninjauan dampak gempa bumi Bengkulu dan Sumatera Barat (7,9 SR, 12 September 2007)

Gambar 7. Arahan Presiden RI tentang penanggulangan bencana

Page 9: Manajemen Disaster

1. Pemda Kabupaten/Kota menjadi penanggung jawab utama penyelenggaraan penanggulangan bencana di wilayahnya. 2. Pemda Provinsi segera merapat ke daerah bencana untuk memberikan dukungan serta mengerahkan seluruh sumberdaya yang ada di tingkat Provinsi jika diperlukan 3. Pemerintah memberi bantuan sumberdaya yang secara ekstrim tidak tertangani daerah. 4. Libatkan TNI dan POLRI. 5. Laksanakan secara dini Tahap Serangan atau Terjadinya Bencana (Impact phase) Pada tahap serangan atau terjadinya bencana (Impact phase), waktunya bisa terjadi beberapa detik sampai beberapa minggu atau banhkan bulan. Tahap serangan dimulai saat bencana menyerang sampai serang berhenti. Waktu serangan yang singkat misalnya : serangan angin puting beliung, serangan gempa di Jogyakarta atau ledakan bom, waktunya hanya beberapa detik saja tetapi kerusakanya bisa sangat dahsyat. Waktu serangan yang lama misalnya : saat serangan tsunami di Aceh terjadi secara periodik dan berulang-ulang, serangan semburan lumpur lapindo sampai setahun lebih bahkan sampai sekarang belum berhenti yang mengakibatkan jumlah kerugian yang sangat besar.

Gambar 8 : Tsunami Aceh 2004, menelan ribuan korban.

Pada saat terjadi serangan sampai serangan berhenti, belum ada petugas. Tetapi yang ada adalah masyarakat korban, masyarakat awam dan awam khusus. Masyarakat yang menjadi korban saat terjadi serangan, bila dipersiapkan sejak tahap pra-disaster maka korbannya tidak sebanyak bila dipersiapkan dengan cermat. Contohnya peristiwa tsunami di Aceh, karena masyarakat tidak dipersiapkan saat terjadi gempa dan air laut menyurut, mereka malah pergi berlarian dengan riangnya ke arah laut. Tetapi beberapa menit kemudian (sekitar 30 menit), ombak setinggi sepuluh meter dan semakin meninggi dengan kecepatan diatas 100 km perjam berlari menuju daratan. Apa yang terjadi, sudah bisa dipastikan hampir 100% masyarakat yang berada di sekitar pantai tersebut menghilang digulung ombak. Situasi seperti ini tidak akan terjadi bila masyarakat dilatih pada tahap pra-disaster, bila gempa dan air laut surut maka segera lari cari perlindungan dibalik bukit. Maka akan banyak yang selamat dan menelan sedikit korban. Ilustrasi yang serupa juga dapat

Page 10: Manajemen Disaster

digambarkan bila diserang angin puting beliung, yang bisa memindahkan mobil atau banhkan truk besar. Maka dimana kita harus sembunyi bila hal itu terjadi ? Menurut pengalaman para ahli, kita sebaiknya bersembunyi dibawah bangunan yang kokoh, misalnya bila berada di jalan maka segera mencari tempat yang aman berupa jembatan yang kokoh dan kalau perlu tubuh kita diikat agar pada saat angin puting beliung lewat tubuh kita tidak terbawa bahkan terlempar oleh tenaganya yang dahsyat. Mencermati serangan bencana yang tidak pernah diduga tersebut, maka yang paling bijak adalah melatih masyarakat, masyarakat awam dan masyarakat awam khusus seperti : pramuka, karang taruna, pemuda mesjid, guru, satpam, petugas ambulan, petugas pemadam kebakaran atau polisi. Dengan fokus utama mempersiapkan masyarakat tersebut, maka keuntungan yang dapat diperoleh yaitu : meminimalisir jumlah korban karena mereka sudah memahami cara mencari perlindungan saat terjadi serangan bencana, mereka yang selamat yang akan menolong korban untuk pertama kali sehingga korban dengan masalah A, B danC dapat ditolong dengan cepat dan tepat. Dengan demikian akan mengurangi beban pemerintah propinsi ataupun pusat. Tahap Emergensi Tahap emergensi dimulai sejak berakhirnya serangan bencana yang pertama, bila serangan bencana terjadi secara periodik seperti di Aceh dan semburan lumpur Lapindo sampai terjadinya rekonstruksi. Tahap emergensi bisa terjadi beberapa minggu sampai beberapa bulan. Pada tahap emergensi, hari-hari minggu pertama yang menolong korban bencana adalah masyarakat awam atau awam khusus yaitu masyarakat dari lokasi dan sekitar tempat bencana.

Gambar 9 : Rumah sakit lapangan didirikan 6 jam setelah terjadi gempa di Bengkulu

Karakteristik korban pada tahap emergensi minggu pertama adalah : korban dengan masalah Airway dan Breathing (jalan nafas dan pernafasan), yang sudah ditolong dan berlanjut ke masalah lain, korban dengan luka sayat, tusuk, terhantam benda tumpul, patah tulang ekstremitas dan tulang belakang, trauma kepala, luka bakar bila ledakan bom atau gunung api atau ledakan pabrik kimia atau nuklir atau gas. Pada minggu ke dua dan selanjutnya, karakteristik korban mulai berbeda karena terkait dengan kekurangan makan, sanitasi lingkungan dan air bersih, atau personal higiene.

Page 11: Manajemen Disaster

Masalah kesehatan dapat berupa sakit lambung (mag), diare, kulit, malaria atau penyakit akibat gigitan serangga.

Gambar 10 : di rumahsakit lapangan, kegiatan operasi harus segera dilakukan untuk menyelamatkan korban

Petugas kesehatan atau bencana paling cepat datang pada hari ke dua, itupun bila transportasi tidak terputus dan bekal yang dibawa cukup untuk menolong korban. Sehingga dapat dipastikan korban bencana dengan masalah Airway-Breathing (A-B) ataupun Circulation (C) sedang-berat sudah meninggal. Karena korban dengan masalah ABC butuh waktu paling lama 10 – 15 menit, dan bila tidak ditolong dalam waktu maksimal 15 menit mereka akan meninggal. Lebih ironis lagi bila bencana karena ledakan bom, karena setelah bom pertama meledak yang turun pertama kali adalah petugas gegana atau penjinak bom. Petugas harus memastikan bahwa tidak ada ancaman bom berikutnya. Setelah penjinak bom, maka polisi akan turun melakukan DVI. Situasi ini memerlukan waktu berjam-jam, dan bila dinyatakan aman dari berbagai risiko serangan maka petugas kesehatan bisa diturunkan. Sehingga bisa diprediksi korban dengan masalah ABC, 10

Page 12: Manajemen Disaster

sudah tidak bernyawa. Coba cermati peristiwa bom bali, bom kuningan dan JW Mariot di Jakarta, semua korban dengan masalah ABC ditemukan sudah meninggal. Pada tahap emergensi ini, korban memerlukan bantuan dari tenaga medis spesialis, perawat gawat darurat, awam khusus yang terampil dan tersertifikasi. Diperlukan bantuan obat-obatan, balut bidai dan alat evakuasi, alat tranportasi yang efisien dan efektif, alat komunikasi, makanan, pakaian dan lebih khusus pakaian anak-anak, pakaian wanita terutama celana dalam, BH, pembalut wanita yang kadang malah hampir tidak ada. Diperlukan rumah sakit lapangan, dapur umum dan manajemen perkemahan yang baik agar kesegaran udara dan sanitasi lingkungan terpelihara dengan baik. Tahap Rekonstruksi Pada tahap ini mulai dibangun tempat tinggal, sarana umum seperti sekolah, sarana ibadah, jalan, pasar atau tempat pertemuan warga. Pada tahap rekonstruksi ini yang dibangun tidak saja kebutuhan fisik tetapi yang lebih utama yang perlu kita bangun kembali adalah budaya. Kita perlu melakukan rekonstruksi budaya, melakukan re-orientasi nilai-nilai dan norma-norma hidup yang lebih baik yang lebih beradab. Dengan melakukan rekonstruksi budaya kepada masyarakat korban bencana, kita berharap kehidupan mereka lebih baik bila dibanding sebelum terjadi bencana. Situasi ini seharusnya bisa dijadikan momentum oleh pemerintah untuk membangun kembali Indonesia yang lebih baik, lebih beradab, lebih santun, lebih cerdas hidupnya lebih memiliki daya saing di dunia internasional. Hal ini yang nampaknya kita rindukan, karena yang seringkali kita baca dan kita dengar adalah penyalahgunaan bantuan untuk korban bencana dan saling tunggu antara pemerintah daerah dengan pemerintah pusat. F. Manajemen Disaster

Pemerintah telah menetapkan bahwa yang memiliki tanggungajawab terhadap pengelolaan bencana adalah lembaga pemerintah non departemen (LPND) yaitu Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) di tingkat pusat. Sedangkan din tingkat daerah ada 29 buah BPBD di tingkat provinsi dan 171 BPBD di tingkat Kabupaten / Kota. Untuk provinsi DKI, Papua dan Riau belum ada BPBD Kabupaten / Kota. Sedangkan yangbertanggungjawab terhadap masalah kesehatan pada korban bencana adalah kementerian kesehatan : Krisis Center(Critical Center). Terdapat 9 regional (Jakarta, Semarang, Surabaya, Denpasar, Palembang, Medan, Banjarmasin, Makasar dan Manado) dan 2 subregional ( Padang dan Jayapura) krisis center.

Gambar 11 : Gempa di Yogyakarta tahun 2006, sebagian yang rusak adalah tempat tinggal warga.

Page 13: Manajemen Disaster

Skala dan status bencana menurut UU nomor 24 tahun 2007, ditentukan oleh presiden. Penentuan skala dan status bencana ditentuiak berdasarkan kriteria jumlah korban dan material yang dibawa oleh bencana, infrastruktur yang rusak, luas area yang terkena, sarana umum yang tidak berfungsi, pengaruh terhadap sosial ekonomi dan kemampuan sumber daya lokal untuk mengatasinya. Manajemen perkemahan perlu didisain sebagai tempat pengungsian yang sehat, tertata rapih dan indah. Lingkungan yang sehat yang memiliki sanitasi air, udara dan lingkungan pada umumnya yang memenuhi syarat-syarat kesehatan. Tertata rapih dan indah yang memungkinkan alur evakuasi dan transportasi korban serta penghuni pengungsian melaksanakan mobilitas dan aktivitas sehari-hari. Pramuka sebagai masyarakat awam khusus ditantang untuk dapat mengimplementasikan manajemen perkemahan yang memenuhi syarat hidup sehat dan memudahkan mobilitas, bukan sekedar tenda berdiri dan bisa digunakan untuk tidur. Aktivitas keseharian korban perlu segera dinormalisasi, seperti warung atau pasar, sekolah, bekerja disamping aktivitas lain yang juga besar yaitu membersihkan puing-puing reruntuhan atau material, memperbaiki jalan dan sarana pembuangan limbah. Dapur umum dibuka untuk melayani warga yang membutuhkan bantuan dengan tetap memperhatikan kearifan lokal. Reduksi stress atau trauma healing dilaksanakan sedini mungkin, terutama pada anak-anak dan wanita hamil atau menyusui. Reduksi stres atau trauma healing dilaksanakan sedini mungkin agar rehabibiltasi mental korban bencana bisa dipulihkan untuk menerima kenyataan dan melakukann aktivitasnya yang baru. Menanamkan nilai-nilai atau re-orientasi budaya termasuk didalam keterampilan yang diperlukan untuk melanjutkan hidupnya. Strategi re-orientasi budaya pada korban bencana dapat dilakukan sebagai berikut : 1. Strategi akomodasi budaya 2. Strategi negosiasi budaya 3. Strategi restrukturisasi budaya

Strategi akomodasi budaya, dilakukan bila korban bencana telah memiliki nilai-nilai, norma-norma dan perilaku yang positif untuk keberlanjutan hidupnya dimasyarakat. Nilai, norma dan perilaku tersebut agar dipertahankan dan korban bencana pada kategori ini perlu dilibatkan secara aktif dalam pemulihan korban bencana yang lain. Pengalaman menolong korban bencana, mereka pada umumnya memiliki persepsi yang menyempit, untuk itu bahasa yang mungkin tepat adalah instruktif dengan persuasif yang santun. Strategi negosiasi budaya dilakukan bila korban bencana telah memiliki nilai-nilai, norma-norma dan perilaku yang kurang menguntungkan untuk keberlanjutan hidupnya di masyarakat. Misalnya, terdapat korban bencana yang mempunyai kebiasaan merokok, pemenuhan kebutuhan membeli rokok yang kurang menguntungkan tersebut perlu diganti dengan membeli bahan makanan untuk dirinya dan keluarganya. Petugas trauma healing menegosiasikan contoh-contoh budaya seperti ini. Strategi restrukturisasi budaya, dilakukan bila korban bencana telah memiliki nilai-nilai, norma-norma dan perilaku yang merugikan untuk keberlanjutan hidupnya di masyarakat. Misalnya, kebiasaan tangan dibawah, malas berusaha, hobi mencuri barang milik orang lain. Pada siatuasi ini, petugas merestrukturisasi budaya korban bencana dengan budaya baru yang jauh lebih baik.

Page 14: Manajemen Disaster

Bila ketiga strategi ini dapat diterapkan oleh petugas bencana, maka saat memasuki tahap rekonstruksi akan lebih tertib dan pada saat telah tertata masyarakat korban bencana memiliki budaya baru yang lebih unggul. Pada sisi ini, kita memandang bencana sebagai peluang emas menata kembali budaya Indonesia yang sudah mulai runtuh. Re-orientasi budaya perlu menjadi pertimbangan membangun Indonesia yang lebih baik agar mampu mandiri dan bersaing sehat serta cerdas hidupya.

KIAT-KIAT MENGHADAPI BENCANA

Kebakaran Kiat Mencegah Kebakaran Hutan dan Lahan adalah : Bagi Warga 1. Bila Melihat Kebakaran Hutan Dan Lahan, Segera Laporkan Kepada Ketua RT dan/atau Pemuka Masyarakat Supaya Mengusahakan Pemadaman Api. 2. Bila Api Terus Menjalar, Segera Laporkan Kepada Posko Kebakaran Terdekat 3. Bila Terjadi Kebakaran Gunakan Peralatan Yang Dapat mematikan api secara cepat dan tepat 4. Tidak Membuang Puntung Rokok Sembarangan. 5. Matikan Api Setelah Kegiatan Berkemah Selesai 6. Gunakan Masker Bila Udara Telah Berasap, Berikan Bantuan Kepada Saudara-Saudara Kita Yang MenderitaBagi Peladang 1. Hindari Sejauh Mungkin Praktek Penyiapan Lahan Pertanian Dengan Pembakaran, Apabila Pembakaran Terpaksa Harus Dilakukan, Usahakan Bergiliran (Bukan Pada Waktu Yang Sama), Dan Harus Terus Dipantau.

Bahan Yang Dibakar Harus Sekering Mungkin Dan Minta Pimpinan Masyarakat Untuk Mengatur Giliran Pembakaran Tersebut 4. Kegagalan Teknologi

Kiat-kiat Penanganan dan Upaya Pengurangan Bencana sebagai berikut : 1. Kurangi atau hilangkan bahaya yang telah diidentifikasikan 2. Tingkatkan ketahanan terhadap kebakaran dengan menggunakan material bangunan ataupun peralatan yang tahan api. 3. Bangun daerah penyangga atau penghalang api serta penyebaran asap/pengurai asap. 4. Tingkatkan fungsi sistem deteksi dan peringatan dini. 5. Perencanaan kesiapsiagaan dalam peningkatan kemampuan pemadaman kebakaran dan penanggulangan asap, tanggap darurat dan evakuasi bagi pegawai serta penduduk disekitar. 6. Sosialisasikan rencana penyelamatan kepada pegawai dan masyarakat sekitarnya bekerja sama dengan instansi terkait. 7. Tingkatkan Kemampuan pertahanan sipil dan otoritas kedaruratan. 8. Batasi dan kurangi kapasitas penampungan bahan-bahan kimia yang berbahaya dan mudah terbakar. 9. Tingkatkan standar keselamatan di pabrik dan desain peralatan. 10.Antisipasi kemungkinan bahaya dalam desain pabrik

Page 15: Manajemen Disaster

11.Buat prosedur operasi penyelamatan jika terjadi kecelakaan teknologi. 12.Pindahkan bahan/material yang berbahaya dan beracun. 13.Secara proaktif melakukan monitoring tingkat pencemaran sehingga standar keselamatan tidak terlampaui. 14.Persiapkan rencana evakuasi penduduk ke tempat aman.

Page 16: Manajemen Disaster

DAFTAR PUSTAKA BNPB (2010). Buku Panduan Pengenalan Karakteristik Bencana Dan Upaya Mitigasinya di Indonesia Leaflet Set BAKORNAS PBP ((2010) Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral,RI (2009). Panduan Pengenalan Karakteristik Bencana Dan Upaya Mitigasinya di Indonesia. Set BAKORNAS PBP dan Gempa bumi dan Tsunami, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (2010). Buku Panduan Pengenalan Karakteristik Bencana Dan Upaya Mitigasinya di Indonesia

Page 17: Manajemen Disaster

TUGAS INDIVIDU

MANAJEMEN DISASTER

OLEH : MARSELIANUS RATTE

00801018

Page 18: Manajemen Disaster

Pengembangan Kepribadian telah menjadi topik utama yang menarik bagi beberapa pemikir yang paling menonjol dalam psikologi. Perkembangan psikologi kepribadian adalah apa yang membuat kita unik, tetapi bagaimana tepatnya hari ini kita menjadi siapa?

Untuk menjawab pertanyaan ini, teoretisi terkemuka banyak dikembangkan teori tahap untuk menggambarkan berbagai langkah dan tahapan yang terjadi di jalan pengembangan kepribadian. Teori-Teori Pengembangan Kepribadian ini berfokus pada berbagai aspek pengembangan psikologi kepribadian, termasuk kognitif, perkembangan sosial dan moral.

Macam-macam Teori Psikologi Kepribadian :

1. Piaget Tahapan Pengembangan KognitifTeori Jean Piaget tentang  perkembangan kognitif tetap salah satu yang paling sering dikutip dalam psikologi, meskipun menjadi subjek kritik yang cukup. Sementara banyak aspek teori tidak teruji oleh waktu, namun ide intinya tetap penting hari ini: anak-anak berpikir berbeda daripada orang dewasa. Pelajari lebih lanjut tentang teori Piaget terobosan dan kontribusi penting dibuat untuk pemahaman kita tentang pengembangan kepribadian.

2. Freud Tahapan Pembangunan Psikoseksual

Selain menjadi salah satu terbaik tahu pemikir di bidang pengembangan kepribadian, Sigmund Freud tetap salah satu yang paling kontroversial. Pada tahap teori terkenal tentang perkembangan psikoseksual, Freud menyarankan bahwa kepribadian berkembang secara bertahap yang berkaitan dengan zona erotis tertentu. Kegagalan untuk berhasil menyelesaikan tahap ini, ia menyarankan, akan menyebabkan masalah kepribadian di masa dewasa.

3.Freud Struktural Model Kepribadian

Konsep Freud tentang id, ego dan superego telah menjadi terkenal dalam budaya populer, meski kurangnya dukungan dan skeptisisme besar dari banyak peneliti. Menurut Freud, tiga unsur dari kepribadian-yang dikenal sebagai id, ego, dan superego-bekerja sama untuk menciptakan perilaku manusia yang kompleks.

4. Erikson Tahapan Pembangunan Psikososial

Teori Erik Erikson tentang delapan tahap perkembangan manusia adalah salah satu teori terbaik yang dikenal dalam psikologi. Sementara teori didasarkan pada tahapan Freud tentang perkembangan psikoseksual, Erikson memilih untuk fokus pada pentingnya hubungan sosial pada pengembangan kepribadian. Teori ini juga melampaui masa kanak-kanak untuk melihat perkembangan di seluruh umur.

5. Kohlberg Tahapan Pembangunan Moral

Page 19: Manajemen Disaster

Lawrence Kohlberg mengembangkan teori pengembangan psikologi kepribadian yang berfokus pada pertumbuhan pemikiran moral. Bangunan pada proses dua-tahap yang diusulkan oleh Piaget, Kohlberg memperluas teori untuk meliputi enam tahapan yang berbeda. Sementara teori tersebut telah dikritik karena beberapa alasan yang berbeda, termasuk kemungkinan bahwa ia tidak mengakomodasi jenis kelamin yang berbeda dan budaya yang sama, teori Kohlberg tetap penting dalam pemahaman kita tentang pengembangan psikologi kepribadian.

Pengertian Kewirausahaan Menurut Ahli

Definisi atau pengertian kewirausahaan sebenarnya sanggat beragam menurut beberapa pendapat. Akan tetapi makna dari pengertian kewirausahaan itu tidak jauh berbeda. Kewirausahaan adalah sikap, jiwa, dan kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru yang sangat bemilai dan berguna bagi dirinya dan orang lain.

Kewirausahaan merupakan sikap mental dan jiwa yang selalu aktif, kreatif, berdaya, bercipta, berkarsa dan bersahaja dalam berusaha dalam rangka meningkatkan pendapatan dalam kegiatan usahanya atau kiprahnya. Seseorang yang memiliki jiwa dan sikap wirausaha selalu tidak puas dengan apa yang telah dicapainya.

Dari waktu ke waktu, hari ke hari, minggu ke minggu selalu mencari peluang untuk meningkatkan usaha dan kehidupannya. Ia selalu berkreasi dan berinovasi tanpa berhenti, karena dengan berkreasi dan berinovasi semua peluang dapat diperolehnya. Wirausaha adalah orang yang terampil memanfaatkan peluang dalam mengembangkan usahanya dengan tujuan untuk meningkatkan kehidupannya. Istilah wirausaha dan wiraswasta sering digunakan secara bersamaan, walaupun memiliki substansi yang agak berbeda.

Pengertian Kewirausahaan Menurut Ahli

Dalam mengartikan kewirausahaan terlebih dahulu harus memahami arti dari wirausaha dan wirausahawan. Oke, mari kita bahas satu persatu beberapa pendapat para ahli mengenai pengertian kewirausahaan.

Wirausaha dari segi etimologi berasal dari kata wira dan usaha. Wira, berarti pejuang, pahlawan, manusia unggul, teladan, berbudi luhur, gagah berani dan berwatak agung. Usaha, berarti perbuatan amal, berbuat sesuatu. Sedangkan Wirausahawan menurut Joseph Schumpeter (1934) adalah seorang inovator yang mengimplementasikan perubahan-perubahan di dalam pasar melalui kombinasi-kombinasi baru. Kombinasi baru tersebut bisa dalam bentuk : (1) memperkenalkan produk baru, (2) memperkenalkan metode produksi baru, (3) membuka pasar yang baru (new market), (4) memperoleh sumber pasokan baru dari bahan atau komponen baru, atau (5) menjalankan organisasi baru pada suatu industri. Dari arti wirausaha dan wirausahawan tersebut, maka pengertian kewirausahaan dapat diartikan sebagai berikut :

Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam perilaku yang dijadikan dasar sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses dan hasil bisnis (Achmad Sanusi, 1994).

Page 20: Manajemen Disaster

Kewirausahaan adalah suatu kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (ability to create the new and different). (Drucker, 1959).

Kewirausahaan adalah suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan. (Zimmerer, 1996).

Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diperlukan untuk memulai suatu usaha (star-up phase) dan perkembangan usaha (venture growth). (Soeharto Prawiro, 1997).

Kewirausahaan adalah semangat, sikap, perilaku, dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan, serta menerapkan cara kerja, teknologi dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan atau memperoleh keuntungan yang lebih besar. (Keputusan Menteri Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil Nomor 961/KEP/M/XI/1995).

Kewirausahaan adalah suatu kemampuan (ability) dalam berfikir kreatif dan berperilaku inovatif yang dijadikan dasar, sumber daya, tenaga penggerak tujuan, siasat kiat dan proses dalam menghadapi tantangan hidup. (Soeparman Spemahamidjaja, 1977).

Kewirausahaan adalah suatu sifat keberanian, keutamaan dalam keteladanan dalam mengambil resiko yang bersumber pada kemampuan sendiri. (S. Wijandi, 1988).

Kewirausahaan didefinisikan sebagai bekerja sendiri (self-employment). (Richard Cantillon, 1973).

Selanjutnya pengertian kewirausahaan menurut Norman M. Scarborough dan Thomas W. Zimmerer (1993:5) adalah:

“An entrepreuneur is one who creates a new business in the face of risk and uncertainty for the perpose of achieving profit and growth by identifying opportunities and asembling the necessary resourses to capitalize on those opportunuties”.

Jadi entrepreneur atau kewirausahaan adalah merupakan proses menciptakan sesuatu yang berbeda dengan mengabdikan seluruh waktu dan tenaganya disertai dengan menanggung resiko keuangan, kejiwaan, sosial, dan menerima balas jasa dalam bentuk uang dan kepuasan pribadinya.

Selain itu, pengertian kewirausahan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat, dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses. Inti dari kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (create new and different) melaui berpikir kreatif dan bertindak inovatif untuk menciptakan peluang dalam menghadapi tantangan hidup. Pada hakekatnya kewirausahaan adalah sifat, ciri, dan watak seseorang yang memiliki kemauan dalam mewujudkan gagasan inovatif kedalam dunia nyata secara kreatif.

Dari beberapa pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian kewirausahaan adalah sebuah proses mengkreasikan dengan menambahkan nilai sesuatu yang dicapai melalui usaha keras dan waktu yang tepat dengan memperkirakan dana pendukung, fisik, resiko sosial, dan akan menerima reward berupa keuangan dan kepuasan serta kemandirian personal.

Page 21: Manajemen Disaster

ILMU KEPERAWATAN KOMUNITAS: Pengantar dan Teori

Keperawatan komunitas merupakan suatu sintesis dari praktik keperawatan dan praktik kesehatan masyarakat yang diterapkan untuk meningkatkan serta memelihara kesehatan penduduk. Keperawatan komunitas mencakup perawatan kesehatan dan kesejahteraan baik keluarga maupun masyarakat luas, membantu masyarakat mengidentifikasi masalah kesehatannya secara mandiri serta memecahkan masalah tersebut sesuai dengan kemampuannya sebelum meminta bantuan kepada orang lain. Seorang perawat komunitas perlu menguasai teori dan model konseptual yang digunakan dalam keperawatan komunitas; peran, fungsi, dan etika perawat komunitas; ilmu penunjang dalam praktik kesehatan komunitas; standar praktik keperawatan komunitas; serta praktik keperawatan komunitas itu sendiri agar tercapai peningkatan kesehatan komunitas.

Konsep Keperawatan Keluarga

Perawat keluarga adalah perawat yang berperan membantu individu dan keluarga untuk

menghadapi penyakit dan disabilitas kronik dengan meluangkan sebgaian waktu bekerja di

rumah pasien dan bersama keluarganya. Keperawatan keluarga dititikberatkan pada kinerja

perawat bersama dengan keluarga karena keluarga merupakan subyek.

Tujuan keperawatan keluarga dari WHO di europe yang merupakan praktek keperawatan

termodern saat ini adalah :

Promoting and protecting people health. Merupakan perubahan pradigma dari cure

menjadi care melalui tindakan preventif.

Mengurangi kejadian dan penderitaan akibat penyakit .

Peran perawat keluarga menurut WHO Europe tahun 2000 adalah :

Health educator (pemberi pendidikan kesehatan)

Coordinator (Conector) mengatur perencanaan program-program atau merancang

intervensi yang akan dilaksanakan. Contoh merencanakan klien untuk dirujuk ke tim

medis lain.

Provider / caregiver memberikan pelayanan kesehatan secara langsung.

Page 22: Manajemen Disaster

Health Promotion (home care & home visit)

Consultant penasehat dan memberi saran jika diminta oleh klien

Collaborator berkolaborasi dengan tim medis lain untuk tujuan kesembuhan klien.

Fasilitator contohnya memfasilitasi keluarga yang kurang mampu untuk memperoleh

jamkesmas.

Case founder penemu kasus

Enviromental modifier memodifikasi lingkungan baik berupa fisik, psikis, maupun

perilaku dan gaya hidup.

Selain itu peran perawat yang lain juga dapat memberikan saran tentang gaya hidup, perilaku

beresiko. dengan pengkajian dapat mendeteksi awal penyakit sehingga dapat memberikan

intervensi terhadap penanganan penyakit dini. Mengetahui faktor sosial ekonomi yang

mempengaruhi masalah kesehatan keluarga agar dapat memberikan intervensi yang tepat.

Perawat bertindak sebagai lynchpin yaitu terlibat bersama keluarga, tidak terbatas merawat,

tetap juga tahu masalah keluarga dan harus menempatkan diri sebagai anggota keluarga

sehingga dapat menghubungkan keluarga dengan tim kesehatan lain.

Empat intervensi utama perawat keluarga dititikberatkan kepada pencegahan.

Primer proaktif mencegah stessor, mempermudah mendapatkan fasilitas kesehatan.

Contoh : memberi pendkes untuk mencegah penyakit, menciptakan suasana harmonis di

keluarga.

Sekunder screening, vaksinasi, deteksi awal timbulnya penyakit.

Tersier rehabilitasi untuk mencegah morbiditas lebih lanjut. Contohnya ROM bagi

penderita stroke.

Direct care bekerja sama dengan keluarga yang merupakan sistem pendukung utama

untuk menyembuhkan.

Page 23: Manajemen Disaster

Empat tingkatan keluarga

1. Family as context

Fokus pada kesehatan individu

Keluarga sebagai background dari anggotanya

Keluarga sebai support system atau stressor terberat bagi anggota

Individu / anggota keluarga akan dikaji dan diintervensi

Keluarga akan dilibatkan dalam berbagai kesempatan

1. Family as client

Fokus pada seluruh anggota keluarga

Keluarga didefinisikan sebagai kelompoka atau keseluruhan dari anggota keluarga

Keluarga merupakan penjumlahan dari anggota-anggotanya

Masalah kesehatan atau keperawatan yang sama dari masing-masing anggota kan

diintervensi bersamaan.