12 - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5967/3/SANDRA PUSPITA DEWI BAB II.pdf · Banyak...
-
Upload
hoangkhuong -
Category
Documents
-
view
220 -
download
0
Transcript of 12 - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5967/3/SANDRA PUSPITA DEWI BAB II.pdf · Banyak...
BAB II
TINJKAUAN PUSTAKA
A. Hipertensi
1. Pengertian Hipertensi
Hipertensi adalah faktor risiko utama untuk penyakit
kardiovaskulaer aterosklerotik, gagal jantung, stroke dan gagal ginjal.
Hipertensi menimbulkan risiko morbiditas atau mortalitas dini, yang
meningkat saat tekanan sistolik dan diastolic meningkat. Hipertensi juga
didefinisikan sebagai tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan
diastolik lebih dari 90 mmHg, berdasarkan pada dua kali pengukuran atau
lebih (Brunner & Suddarth, 2013).
Menurut WHO, Hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik
lebih besar atau sama dengan 160 mmHg atau tekanan diastolic sama atau
lebih besar dari 95 mmHg (Kodim Nasrin 2003).
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah presisten dimana
tekanan sistolik diatas 140 mmHg dan diastolic diatas 90 mmHg. Sedangkan
pada lansia dikatakan hipertensi jika tekanan sistolik 160 mmHg dan
diastolik 90 mmHg (Sheps, 2010).
12
Hubungan Antara Kolesterol..., SANDRA PUSPITA DEWI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
2. Faktor-faktor resiko Hipertensi
Penyebab terjadinya hipertensi sebagian besar pada pasien belum
diketahui penyebabnya. Berbagai pemeriksaan telah dilakukan dalam
rangka menegakkan diagnosis ini, khususnya yang bersifat biologik
(hormonal, renovaskuler atau lainnya) yang dalam hal ini kemudian
disebut hipertensi esensial. Terdapat pendapat bahwa pada hipertensi
esensial diketemukan kelainan pada sistem pompa natrium dan
kemungkinan lain adalah bersifat kelainan fisiologik dan psikososial
(Fujita, 1991; Kaplan, 2004).
Menurut Huon et al. (2002) faktor penyebab hipertensi adalah
genetik, geografi , lingkungan, jenis kelamin, natrium, hiperaktifi tas
simpatis dan lain-lain. Risiko hipertensi lebih besar pada mereka dengan
pola makan yang tidak tepat dengan komposisitidak seimbang, biasanya
tinggi kalori, natrium dan lemak. Genetik disertai paling sedikit tiga faktor
lingkungan (stress, obesitas dan konsumsi garam), konsumsi alkohol,
umur dan jenis kelamin, kurang aktivitas terutama olahraga, merokok,
asam lemak jenuh dan kolesterol tinggi dalam darah (Sanif, 2008).
Banyak faktor yang berperan untuk terjadinya hipertensi meliputi
risiko yang tidak dapat dikendalikan (mayor) dan factor risiko yang dapat
dikendalikan (minor). Faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan (mayor)
seperti keturunan, jenis kelamin, ras dan usia. Sedangkan faktor risiko
yang dapat dikendalikan (minor) yaitu obesitas, kurang olah raga atau
Hubungan Antara Kolesterol..., SANDRA PUSPITA DEWI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
aktivitas, merokok, minum kopi, sensitivitas natrium, kadar kalium
rendah, alkoholisme, stress, pekerjaan, pendidikan dan pola makan
(Suhadak, 2010).
Faktor usia sangat berpengaruh terhadap hipertensi karena dengan
bertambahnya umur maka semakin tinggi mendapat risiko hipertensi.
Kejadian hipertensi makin meningkat dengan bertambahnya usia. Hal ini
sering disebabkan oleh perubahan alamiah di tubuh yang mempengaruhi
jantung, pembuluh darah dan hormon. Hipertensi pada usia kurang dari 35
tahun akan menaikkan insiden penyakit arteri koroner dan kematian
prematur (Suhadak, 2010). Hal ini Sesuai dengan data di lapangan
kebanyakan responden lansia yang mengalami hipertensi berumur ≥ 60
tahun.
Faktor stres seperti kurang tidur dapat memicu masalah hipertensi
dan dapat turun lagi pada saat tidur. Stres tidak menyebabkan hipertensi
yang menetap, tetapi stress berat dapat menyebabkan kenaikan tekanan
darah yang bersifat sementara yang sangat tinggi. Jika periode stress
sering terjadi maka akan mengalami kerusakan pada pembuluh darah,
jantung dan ginjal sama halnya seperti yang menetap (Amir, 2002).
Stres juga sangat erat hubungannya dengan hipertensi. Stres
merupakan masalah yang memicu terjadinya hipertensi di mana hubungan
antara stres dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf simpatis
peningkatan saraf dapat menaikkan tekanan darah secara intermiten (tidak
Hubungan Antara Kolesterol..., SANDRA PUSPITA DEWI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
menentu). Stres yang berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan darah
menetap tinggi. Walaupun hal ini belum terbukti akan tetapi angka
kejadian di masyarakat perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di
pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan dengan pengaruh stres yang dialami
kelompok masyarakat yang tinggal di kota (Suhadak, 2010).
Widharto (2007) menyebutkan bahwa faktor penyebab hipertensi
adalah sebagai berikut :
a. Faktor keturunan
Factor keturunan mempunyai peranan penting, jika orang tua
mempunyai riwayat menderita hipertensi maka garis keturunan
berikutnya mempunyai resiko yang lebih besar menderita hipertensi.
b. Gaya hidup modern
Di zaman modern saat ini tuntutan dan tantangan hidup
bermasyarakt semakin berat, terlebih lagi kehidupan di kota-kota besar.
Adanya tantangan itu membuat setiap orang berusaha untuk menjadi
sukses, terutama dalam hal pekerjaan. Keinginan untuk selalu sukses
ini membuatnya menjadi pekerja keras bahkan menjadi gila kerja
(workaholic). Semua waktu, tenaga, dan pikiran dicurahkan semata-
mata hanya untuk mengejar kesuksesan. Hal seperti itulah yang
menyebakan selalu hidup dalam tekanan dan menjadikan seseorang
akan stress. Dalam kondisi tertekan, adrenalin dan kortisol dilepaskan
kedalam darah sehingga terjadi peningkatan tekanan darah. Sebenarnya
Hubungan Antara Kolesterol..., SANDRA PUSPITA DEWI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
pelepasan kedua jenis hormone ini dalam rangka tubuh mempersiapkan
segala kemungkinan. Hal inilah yang akan terjadi jika kita berada
dalam ancaman, tubuh bereaksi untuk bersiap menyerang atau
melarikan diri yang dipicu adrenalin. Apabila kondisi ini terus terjadi
maka akan menyebabkan tekanan darah selalu tinggi.
Selain itu dalam gaya hidup modern, seseorang akan tidak bisa
meluangkan waktu untuk berolahraga karena mereka hanya terpaku
terhadap karirnya. Mereka cenderung melepaskan stess dan bosan
dengan merokok sambil minum kopi atau minuman beralkohol.
Padahal kebiasaan tersebut justru berdampak buruk karena merokok,
kopi, dan minuman alcohol merupakan factor yang bisa meningkatkan
resiko hipertensi.
c. Pola makan
1) Konsumsi garam
Sebenarnya bukanlah garam yang tidak baik bagi kesehatan,
tetapi kandungan natrium (Na) dalam darah yang dapat
mempengaruhi tekanan darah seseorang. Natrium (Na) bersama
klorida (Cl) dalam garam dapur (NaCl) sebenarnya bermanfaat bagi
tubuh untuk mempertahankan keseimbangan cairan tubuh dan
mengatur tekanan darah. Namun, natrium yang masuk kedalam
darah secara berlebihan dapat menahan air sehingga meningkatkan
volume darah. Meningkatnya volume darah mengakibatkan
Hubungan Antara Kolesterol..., SANDRA PUSPITA DEWI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
meningkatnya tekanan pada dinding pembuluh darah sehingga kerja
jantung dalam memompa darah semakin meningkat. Berlebihnya
natrium dalam darah juga berdampak buruk bagi dinding pembuluh
darah. Natrium ini akan menggumpal di dinding pembuluh dan
mengikis pembuluh darah tersebut hingga terkelupas. Kotoran akibat
pengelupasan ini dapat menyumbat pembuluh darah.
Walaupun natrium (Na) terbukti dapat mempengaruhi tekanan
darah seseorang, tetapi beberapa orang tidak terpengaruh dengan
berlebihnya natrium dalam darahnya. Hal ini disebabkan karena
tubuh orang tersebut dapat membuang kelebihan natrium dengan
cepat melalui keringat dan urin. Akan tetapi secara umum, jika
seseorang mengalami kegemukan, kurang olahraga, berasal dari
keluarga yang mempunyai riwayat hipertensi atau diabetes maka
kelebihan natrium dapat meningktakan resiko hipertensi secara
nyata.
2) Konsumsi lemak
Hipertensi tidak hanya terjadi karena seseorang mengonsumsi
garam dalam jumlah banyak, tetapi juga lemak. Sebagian besar
hipertensi disebabkan adanya penebalan dinding pembuluh arteri
oleh lemak atau kolesterol. Penebalan tersebut didalam dunia
kedokteran disebut aterosklerosis. Aterosklerosis menyebabkan
pembuluh arteri menjadi kaku. Jika penderita hipertensi nekat untuk
Hubungan Antara Kolesterol..., SANDRA PUSPITA DEWI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
makan makanan yang berlemak tinggi, kadar kolesterol dalam
darahnya dapat meningkat sehingga dinding pembuluh darah akan
semakin menebal. Dampak yang semakin parah, pembuluh darah
tersebut semakin tersumbat.
3) Berat Badan
Kegemukan atau kelebihan berat badan ternyata tidak hanya
berpengaruh pada penampilan seseorang, tetapi juga tidak baik bagi
kesehatan. Orang yang mempunyai berat badan lebih cenderung
memiliki tekanan darah yang lebih tinggi dibanding dengan orang
yang kurus. Dengan berat badan yang berlebih maka tubuh akan
bekerja keras membakar berlebihnya kalori yang masuk.
Pembakaran kalori tersebut memerlukan suplai oksigen yang cukup.
Semakin banyak kalori yang dibakar, semakin banyak suplai oksigen
dalam darah yang dibutuhkan. Banyaknya pasokan darah
menjadikan jantung bekerja lebih keras. Dampaknya, tekanan darah
menjadi tinggi.
Terdapat cara yang lebih objektif dalam mengetahui tingkat
obesitas seseorang, yaitu dengan menghitung BMI ( Body Massa
Index). BMI dihitung dengan cara membagi berat badan (Kg)
dengan kuadrat tinggi badan (m) atau secara sistematis dirumuskan
sebagai berikut:
Hubungan Antara Kolesterol..., SANDRA PUSPITA DEWI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
BMI = Berat (Kg)Tinggi Badan (m)2�
Keterangan :
BMI < 20 = berat badan kurang atau kurus
BMI 20-24 = normal
BMI 25-29 = gemuk atau kelebihan berat badan
BMI > 30 = sangat gemuk (obesitas)
4) Alkohol
Minum minuman beralkohol beresiko menaikan tekanan darah.
Bahkan jika sampai menjadi pemabuk berat (alkoholik) akan
menambah resiko hipertensi menjadi stroke.
5) Stress
Stress atau ketegangan jiwa (rasa tertekan, marah, murung)
dapat merangsang kelenjar anak ginjal untuk mengeluarkan
adrenalin dan mamacu jantung berdenyut kuat, akibatnya tekanan
darah meningkat. Namun demikian banyak dokter berpendapat stress
hanya bersifat sementara. Artinya, jika keadaan jiwa tenang kembali,
tekanan darah juga akan turun. Adapun tentang keadaan stress terus-
menerus menyebabkan tubuh terkondisi dengan tekanan darah yang
rata-rata tinggi. Pendapat ini dirujuk dari pernyataan Dr. Hans Selye:
jika stress berlangsung cukup lama, tubuh akan berusaha
Hubungan Antara Kolesterol..., SANDRA PUSPITA DEWI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
mengadakan penyesuaian sehingga timbul kelainan organis atau
perubahan psikologi.
3. Klasifikasi Hipertensi
1. Berdasarkan Etiologi
a. Hipertensi Primer
Hipertensi primer atau hipertensi esensial adalah suatu
peningkatan persisten tekanan arteri yang dihasilkan oleh
ketidakteraturan mekanisme kontrol homeostatik normal tanpa
penyebab sekunder yang jelas. Hipertensi esensial meliputi lebih
kurang 95% dari seluruh penderita hipertensi dan 5% sisanya
disebabkan oleh hipertensi sekunder.
Hipertensi esensial dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
umur, jenis kelamin, ras, faktor genetik atau keturunan serta faktor
lingkungan yang meliputi obesitas, stres, konsumsi garam berlebih
dan sebagainya.
b. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder atau hipertensi non esensial adalah
hipertensi yang dapat di ketahui penyebabnya. Hipertensi sekunder
meliputi kurang lebih 5% dari total penderita hipertensi. Timbulnya
penyakit hipertensi sekunder sebagai akibat dari suatu penyakit,
kondisi atau kebiasaan seseorang. Contoh kelainan yang
Hubungan Antara Kolesterol..., SANDRA PUSPITA DEWI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
menyebabkan hipertensi sekunder adalah sebagai hasil dari salah satu
atau kombinasi dari hal-hal berikut :
a. Akibat stres yang parah,
b. Penyakit atau gangguan ginjal,
c. Kehamilan atau pemakaian hormon pencegah kehamilan,
d. Pemakaian obat-obatan seperti heroin, kokain, dan sebagainya,
e. Cidera di kepala atau pendarahan di otak yang berat,
f. Tumor atau sebagai reaksi dari pembedahan.
2. Berdasarkan gejala-gejala klinik
a. Hipertensi Benigna
Pada hipertensi benigna, tekanan darah sistolik maupun
diastolik belum begitu meningkat, bersifat ringan atau sedang dan
belum tampak kelainan atau kerusakan dari target organ seperti
mata, otak, jantung dan ginjal. Juga belum nampak kelainan fungsi
dari alat-alat tersebut yang sifatnya berbahaya.
b. Hipertensi Maligna
Disebut juga accelarated hypertension, adalah hipertensi berat
yang disertai kelainan khas pada retina, ginjal, dan kelainan serebral.
Pada retina terjadi kerusakan sel endotelial yang akan menimbulkan
obliterasi atau robeknya retina.
Apabila diagnosis hipertensi maligna di tegakkan, pengobatan
harus segera dilakukan. Di upayakan tekanan darah sistolik
Hubungan Antara Kolesterol..., SANDRA PUSPITA DEWI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
mencapai 120 – 139 mmHg. Hal ini perlu dilakukan karena insidensi
terjadinya pendarahan otak atau payah jantung pada hipertensi
maligna sangat besar.
c. Hipertensi Ensafalopati
Merupakan komplikasi hipertensi maligna yang ditandai
dengan gangguan pada otak. Secara klinis hipertensi ensafalopati
bermanifestasi dengan sakit kepala yang hebat, nausea, dan muntah.
Tanda gangguan serebral seperti kejang ataupun koma, dapat terjadi
apabila tekanan darah tidak segera diturunkan. Keadaan ini biasanya
timbul apabila tekanan diastolik melebihi 140 mmHg. Hipertensi
berat yang diikuti tanda-tanda payah jantung, pendarahan otak,
pendarahan pasca operasi merupakan keadaan kedaruratan hipertensi
yang memerlukan penanganan secara seksama.
3. Berdasarkan Bentuk Hipertensi (Gunawan, 2001):
a. Hipertensi Sistolik
Hipertensi sistolik (Isolated systolic hypertension) yaitu
hipertensi yang biasanaya ditemukan pada usia lanjut, yang ditandai
dengan peningkatan tekanan sistolik tanpa diikuti peningkatan
tekanan diastolic.
Hubungan Antara Kolesterol..., SANDRA PUSPITA DEWI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
b. Hipertensi Diastolic
Hipertensi diastolic (diastolic hypertension) yaitu peningkatan
tekanan diastolic tanpa diikuti peningkatan tekanan sistolik,
biasanya ditemukan pada anak-anak dan dewasa muda.
c. Hipertensi campuran
Hipertensi campuran yaitu peningkatan tekanan sistolik dan
diikuti peningkatan tekanan diastolic.
Table 2.1 klasifikasi derajat hipertensi menurut WHO.
No Kategori Sistolik (mmHg)
Diastolik (mmHg)
1. Optimal <120 <80 2. Normal 120 -129 80 -84 3. High normal 130 -139 85 -89 4. Hipertensi Grade 1 (ringan) 140 – 159 90 – 99 Grade 2 (sedang) 160 -179 100 – 109 Grade 3 (berat) 180 – 209 110 – 119 Grade 4 (sangat berat) >210 >120
4. Patofisiologi Hipertensi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan
keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan
abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk implus
yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis.
Hubungan Antara Kolesterol..., SANDRA PUSPITA DEWI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan
merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana
dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh
darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi.
Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin,
meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Disaat yang bersamaan system saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktifitas vasokonstriksi. Medulla adrenal
mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal
mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons
vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriktor yang menyebabkan
penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Rennin
merangsang pembentukn angiotensin I yang kemudian diubah menjadi
angiotensin II, suatu vasokonstriksi kuat, yang pada gilirannya merangsang
sekresi aldosterone oleh korteks adrenal. Hormone ini menyebabkan retensi
natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra
vaskuler. Semua factor ini cenderung mencetuskan keadaan darah tinggi.
Untuk pertimbangan gerontology. Perubahan structural dan fungsional
pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan
darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi usia lanjut.
Hubungan Antara Kolesterol..., SANDRA PUSPITA DEWI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan
ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah yang pada
gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh
darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya
dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume
sekuncup), mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan
tahanan perifer (Brunner & Suddarth, 2002).
5. Komplikasi
Komplikasi akibat hipertensi menurut Palmer & Williams (2007)
antara lain:
a. Gagal jantung
Gagal jantung adalah istilah untuk suatu keadaan dimana secara
progresif jantung tidak dapat memompa darah ke seluruh tubuh secara
efisien.
b. Angina
Angina adalah rasa tidak nyaman atau nyeri di dada.
c. Serangan jantung
Serangan jantung atau disebut dengan infark miokard karena
terjadi saat sebagian dari otot jantung mengalami infark atau mati.
d. Stroke
Tekanan darah tinggi akan menyebabkan dua jenis stroke, yaitu
stroke iskemik dan stroke hemoragik.
Hubungan Antara Kolesterol..., SANDRA PUSPITA DEWI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
e. Gagal ginjal
Gagal ginjal kronik biasanya berakhir pada gagal ginjal terminal.
Keadaan ini bersifat fatal kecuali jika penderitanya menjalani dialysis
atau transplatasi ginjal.
f. Gangguan sirkulasi
Gangguan sirkulasi akan merusak atau menyerang bagian tungkai
dan mata. Pada tungkai akan menyebabkan nyeri tungkai dan kaki
sehingga akan mejadikan sulit untuk berjalan. Sedangkan pada mata
dapat menyebabkan kebutaan atau retinopati
Akibat yang ditimbulkan dari penyakit hipertensi antara lain
penyempitan arteri yang membawa darah dan oksigen ke otak, hal ini
disebabkan karena jaringan otak kekurangan oksigen akibat
penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah otak dan akan
mengakibatkan kematian pada bagian otak yang kemudian dapat
menimbulkan stroke. Komplikasi lain yaitu rasa sakit ketika berjalan,
kerusakan pada ginjal dan kerusakan pada organ mata yang dapat
mengakibatkan kebutaan (Beevers, 2002).
6. Pengobatan Hipertensi
Pengobatan hipertensi kendatipun ada upaya terus menerus, namun
hasilnya belum bisa memuaskan, dan angka morbiditas dan angka
mortalitasnya masih jauh dari yang diharapkan (Raharjo, 2002).
Hubungan Antara Kolesterol..., SANDRA PUSPITA DEWI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
Olahraga ternyata juga dihubungkan dengan pengobatan terhadap
hipertensi. Peningkatan aktivitas fisik yang terdiri dari aktivitas sehari-hari
dari 30–40 menit berjalan ringan dapat mencegah dan pengembangan dari
Left ventricular hypertrophy (LVH),menurunkan tahanan perifer yang akan
menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolic sebesar 5 mm Hg–7 mm
Hg.Penurunan tekanan darah sebanyak dua mmHg dapat mengurangi risiko
stroke 14–17 % dan menekan risiko penyakit kardiovaskuler sampai9%,
olahraga juga efektif untuk menurunkan berat badan bagi penderita obesitas
(Kokkinons et al., 2008. Baster & Brooks, 2008. Sutarina, 2006).
Hipertensi dapat dicegah dengan menghindari faktor penyebab
terjadinya hipertensi dengan pengaturan pola makan, gaya hidup yang
benar, hindari kopi, merokok dan alkohol, mengurangi konsumsi garam
yang berlebihan dan aktivitas yang cukup seperti olahraga yang teratur
(Dalimartha, 2008).
Pengobatan hipertensi secara umum Menurut Bangun (2002):
a. Farmakologi
Beberapa obat farmakologi yang dianjurkan untuk penderita
hipertensi yaitu:
1) Diuretik
Jenis obat ini adalah obat yang mempengaruhi ginjal. Kadar
garam di dalam tubuh dikeluarkan bersamaan dengan zat cair yang
ditahan oleh garam. Biasanya tidak ada efek samping yang
Hubungan Antara Kolesterol..., SANDRA PUSPITA DEWI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
mengganggu, tetapi efek tambahan dari diuretic adalah tidak saja
garam yang dikeluarkan dari tubuh, tetapi zat penting seperti kalium
juga ikut keluar.
2) Alpha, beta, dan alpha-beta adrenergic blocker
Obat-obatan ini bekerja menghalangi pengaruh bahan-bahan
kimia tertentu dalam tubuh, juga dapat membuat jantung berdetak
lebih lambat dan tidak begitu keras dalam memompa.
3) Inhibitor ACE (Angiotensin corveting Enzym)
Inhibitor ACE membantu mengendurkan pembuluh darah
dengan menghalangi pembentukan bahan kimia alamiah dalam tubuh
yang disebut angiotensin II.
4) Calcium Chanel Blocker
Obat ini membantu mengendurkan pembuluh darah dan
mengurangi aliran darah. Pengaruh penurunan tekanan darah dari obat
ini bisa singkat, bisa juga lama. Penurunan singkat tidak
direkomendasikan pada tekanan darah tinggi, sebab kontrolnya tidak
menentu, dan beberapa laporan mengaitkan dengan pengaruh terhadap
jantung yang merugikan.
b. Non farmakologis
Selain dapat diobati dengan obat-obatan farmakologi, hipertensi
dapat juga disembuhkan tanpa obat, yaitu dengan perubahan gaya hidup.
Hubungan Antara Kolesterol..., SANDRA PUSPITA DEWI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
Beberapa hal yang menjadi kunci utama dalam mengubah gaya hidup
untuk pengobatan hipertensi sebagai berikut:
1) Mengurangi berat badan
Kelebihan berat badan berhubungan dengan peningkatan
tekanan darah, tingkat lipid (lemak darah) tinggi yang abnormal,
diabetes, dan penyakit jantung coroner. Penurunan berat badan
mempercepat turunnya tekanan darah dalam pengobatan.
2) Membatasi asupan alcohol
3) Olahraga teratur
Jika tekanan darah kita tinggi, aktifitas fisik yang teratur dapat
mengurangi tekanan darah. Tetapi sebaiknya hindari olahraga yang
kompetitif.
4) Membatasi asupan natrium
Menghindari atau mengurangi konsumsi garam dapur adalah
salah satu contoh cara mengurangi natrium, meskipun tidak menjamin
seseorang tidak terkena hipertensi.
5) Berhenti merokok
Merokok memang tidak menyebabkan hipertensi, tetapi
merupakan salah satu factor resiko utama penyakit kardiovaskuler.
Merokok juga menghambat efek obat antihipertensi.
Hubungan Antara Kolesterol..., SANDRA PUSPITA DEWI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
6) Mengurangi lemak
Seorang penderita hipertensi dengan kadar lemak yang tinggi
memerlukan modifikasi diet atau terapi obat untuk menormalkannya.
Batasan utama asupan lemak adalah kurang dari 30% total kalori.
7) Peranan kalium
Dalam diet, kalium bisa membantu mengurangi tekanan darah.
Mengonsumsi buah dan sayuran yang kaya kalium bisa memperbaiki
control tekanan darah. Cara mengonsumsi untuk pengobatan hipertensi
yaitu bisa dikonsumsi secara langsung atau bisa di jus.
B. Kolesterol
1. Pengertian kolesterol
Kolesterol adalah suatu zat lemak yang beredar di dalam diproduksi
oleh hati dan sangat diperlukan oleh tubuh. Kolesterol yang berlebihan
dalam darah akan menimbulkan masalah terutama pada pembuluh darah
jantung dan otak. Darah mengandung kolesterol, dimana 80 % kolesterol
darah tersebut di produksi oleh tubuh sendiri dan hanya 20% yang berasal
dari makanan. Kolesterol yang diproduksi terdiri atas 2 jenis yaitu
kolesterol HDL (High Density Lipoprotein) dan kolesterol LDL (Low
Density Lipoprotein). Kolesterol LDL yang jumlahnya berlebihan di
dalam darah, akan diendapkan pada dinding pembuluh darah dan
membentuk bekuan yang dapat menyumbat pembuluh darah. Sedangkan
Hubungan Antara Kolesterol..., SANDRA PUSPITA DEWI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
kolesterol HDL, mempunyai fungsi membersihkan pembuluh darah dari
kolesterol LDL yang berlebihan. (Siswono,2006).
Kolesterol adalah suatu zat lemak yang beredar di dalam diproduksi
oleh hati dan sangat diperlukan oleh tubuh. Kolesterol yang berlebihan
dalam darah akan menimbulkan masalah terutama pada pembuluh darah
jantung dan otak. Darah mengandung kolesterol, dimana 80 % kolesterol
darah tersebut di produksi oleh tubuh sendiri dan hanya 20% yang berasal
dari makanan. Kolesterol yang diproduksi terdiri atas 2 jenis yaitu
kolesterol HDL (High Density Lipoprotein) dan kolesterol LDL (Low
Density Lipoprotein). Kolesterol LDL yang jumlahnya berlebihan di
dalam darah, akan diendapkan pada dinding pembuluh darah dan
membentuk bekuan yang dapat menyumbat pembuluh darah. Sedangkan
kolesterol HDL, mempunyai fungsi membersihkan pembuluh darah dari
kolesterol LDL yang berlebihan. (Siswono,2006).
Kolesterol di dalam tubuh terutama diperoleh dari hasil sintesis di
dalam hati. Bahan bakunya diperoleh dari karbohidrat, Protein atau lemak.
Jumlah yang disintesis tergantung pada kebutuhan tubuh dan jumlah
diperoleh dari makanan. Kolesterol hanya terdapat di dalam makanan asal
hewan. Sumber utama kolesterol adalah hati, ginjal, dan kuning telur.
Setelah itu daging, susu penuh dan keju serta udang dan kerang. Ikan dan
daging ayam sedikit sekali mengandung kolesterol. (Sunita Almatsier,
2004).
Hubungan Antara Kolesterol..., SANDRA PUSPITA DEWI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
Kolesterol sangatlah diperlukan oleh tubuh untuk keperluan
pembangunan membrane sel dan membran organel-organel sel juga untuk
pembentukan hormon-hormon steroid yang disintesis misalnya oleh
kelenjar suprarenalis serta untuk menyusun garam empedu, Kolesterol
pada dasarnya dapat disintesis oleh sel tubuhpada semua organ, namun
kebanyakan kolesterol disintesis oleh sel hati dengan jumlah sekitar 500
mg/hari ( Ganong, 1983). Namun kolestrol juga berasal dari makanan
yang dimakan oleh individu tersebut dan banyak berasal dari kolestrol
hewan semisal otak, hati, daging, kuning telor dan organ dalam lainnya
(Sofro,1990 ).
Kolesterol tubuh berasal dari dua sumber, yaitu dari makanan yang
disebut eksogen dan yang diproduksi sendiri oleh tubuh disebut endogen,
dan kedua nya didalam tubuh tidak dapat dibedakan ( Muchtadi dkk.,
1993 )
Jika jumlah kolesterl yang berasal dari makanan sedikit, untuk
memenuhi kebutuhan jaringan dan organ lain maka sintesis kolesterol
didalam hati dan usus akan meningkat, demikian juga sebaliknya, jika
jumlah kolesterol dalam makanan meninkat maka sintesis kolesterol
dalam hati dan usus menurun ( Ravnskov, 2003: Piliang dan
Djojosoebagio, 2006).
Pada produk hewani, kolesterol banyak terdapat pada daging, hati,
otak, dan kuning telur. Kolestrol sebagai precursor hormone steroid.
Hubungan Antara Kolesterol..., SANDRA PUSPITA DEWI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
Hormone steroid tersebut adalah estrogen yang terdiri atas estradiol,
estriol, dan estron. Estradiol merupakan estrogen yang paling banyak dan
mempunyai potensi estrogenic yang paling kuat (Suherman, 2001).
Kolesterol adalah senyawa lemak kompleks yang dihasilkan oleh
tubuh untuk bermacam-macam fungsi antara lain membentuk dinding sel.
Kolesterol dalam zat makanan akan meninggalkan kadar kolesterol dalam
darah, sejauh kadar kolesterol tetap seimbang dengan kebutuhan tubuh
akan tetap sehat. Kolesterol yang masuk dalam tubuh berlebihan, dan
mengendap di dalam pembuluh darah arteri meyebabkan penyempitan dan
pengerasan (Soeharto. I, 2004).
Kolesterol merupakan salah satu jenis lipid yang ditemukan pada
membran sel, dan disirkulasikan dalam plasma darah. Sekitar 80% dari
tubuh kolesterol diproduksi oleh hati, sisanya berasal dari diet makananan
yang dimakan (Yoviana. Y, 2012).
Tubuh memerlukan kolesterol untuk membuat hormon dan
pertumbuhan sel, sehingga kadar kolesterol dalam darah pada tingkat yang
dianggap normal yang sesuai dengan NCEP (National Cholesterol
Education Program) sekitar 200 mg/dL atau kurang. Kadar kolesterol 200
- 239 mg/dL dianggap berisiko sedang dan jika melebihi 240 mg/dL ke
atas berisiko tinggi yang menyebabkan terjadinya stroke (Soeharto. I,
2004).
Hubungan Antara Kolesterol..., SANDRA PUSPITA DEWI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
Secara normal, kolesterol diproduksi oleh tubuh dalam jumlah yang
tepat. Akan tetapi pola makan yang cenderung berupa makanan sumber
hewani dengan lemak tinggi, menyebabkan kolesterol berada dalam
jumlah berlebihan dalam darah. Kelebihan kolesterol inilah yang dapat
memacu aterosklerosis yang selanjutnya berpotensi menimbulkan
penyakit jantung koroner (PJK) (Galton and Krone, 1991).
Peningkatan kadar kolesterol dipengaruhi oleh asupan karbohidrat,
protein, lemak, serat dan kolesterol. Peningkatan kadar kolesterol tersebut
dapat ditekan dengan pengaturan pola diit. Pengaturan pola diit untuk
menurunkan kadar kolesterol dilakukan dengan mengontrol asupan zat
gizi secara seimbang sesuai dengan kebutuhan. Asupan serat yang tinggi
dapat menurunkan kadar kolesterol dengan cara meningkatkan
pengeluaran cairan empedu. Selain itu bakteri di dalam usus
memfermentasi serat untuk memproduksi asam asetat propionate, dan
butirat yang berfungsi untuk menghambat sintesis kolesterol ( Vito, 2013)
2. Faktor-faktor terjadinya kolesterol tinggi
Factor meningkatnya kolesterol di dalam darah yaitu :
1. Faktor genetik
Tubuh terlalu banyak mengkonsumsi kolesterol. Seperti kita ketahui
80% kolsetrol di dalam darah di produksi oleh tubuh sendiri. Ada
sebagian orang yang memproduksi kolesterol lebih banyak disbanding
yang lain. Ini disebabkan factor keturunan. Pada orang ini meskipun
Hubungan Antara Kolesterol..., SANDRA PUSPITA DEWI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
hanya sedikit saja mengkonsumsi makanan yang mengandung kolesterol
atau lemak jenuh, tetapi tubuh tetap saja memproduksi kolesterol lebih
banyak.
2. Faktor makanan
Dari beberapa factor makanan, asupan lemak sangat penting untuk
diperhatikan. Lemak merupakan bahan makanan yang sangat penting.
Bila tubuh tidak mengkonsumsi lemak yang cukup maka tenaga akan
berkurang, namun apabila mengkonsumsi lemak yang berlebihan dapat
mengakibatkan kerusakan pembuluh darah. Seperti diketahui lemak
dalam makanan berasal dari daging-dagingan, tetapi di Indonesia
sumber asupan jenis lemak dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :
• Lemak jenuh berasal dari daging, minyak kelapa
• Lemak tidak jenuh terdiri dari : asam lemak omega 3, asam lemak
omega 6, asam lemak omega 9
3. Faktor Obesitas
Obesitas digunakn untuk memahami batasan sederhana dari kelebihan
berat badan yang dihasilkan dari makan yang terlalu banyak dan
aktifitas terlalu sedikit. Obesitas merupakan hasil interaksi komples
antara factor-faktor genetic, perilaku dan lingkungan, menyebabkan
ketidakseimbangan antara asupan dan pengeluaran energy. Menurut
National Institute of Health ( Departemen Kesehatan Amerika ), bahwa
Hubungan Antara Kolesterol..., SANDRA PUSPITA DEWI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
peningkatan berat badan 20% atau lebih di atas berat badan normal
adalah titik dimana kelebihan berat badan berembang menjadikan
gangguan kesehatan. Tingkat kelebihan berat badan yang rendah dapat
berkaitan dengan resiko kesehatan, terutama timbulnya gangguan
kesehatan lain seperti diabetes, hipertensi, dan penyakit jantung.
Obesitas telah berkembang sebagai factor resiko diabetes, hipertensi,
penyakit kardiovaskuler, dan beberapa kanker pada pria dan wanita
4. Faktor kebiasaan merokok
Masyarakat awam sudah mengetahui bahwa merokok bias merusak
paru-paru karena asap yang dihisap langsung masuk ke paru-paru,
namun banyak orang yang tidak tau bahwa rokok ternyata meningkatkan
kadar kolesterol dalam tuuh manusia. Beberapa situs kesehatan
disebutkn bahwa zat-zat yang terkandung dalam rokok, terutama
nikotin, dapat menurunkan kadar kolesterol baik (HDL), dan
meningkatkan kadar kolesterol buruk (LDL) dalam darah.
5. Kurang keteraturan olahraga
Olahraga merupakan bagian dari aktifitas fisik yang dilakukan umtuk
tujuan memperoleh manfaat kesehatan. Aktifitas fisik adalah gerakan
yang dilakukan oleh tubh dan system penunjangnya. Aktifitas yang
efektif yang dapat menurunkan kadar koelsterol yaitu berupa olahraga
teratur yang dilakukan minimal tiga kali seminggu masing-masing
dengan lama waktu anatara kurang lebih 45 menit. Olahraga yan
Hubungan Antara Kolesterol..., SANDRA PUSPITA DEWI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
dianjurkan adalah olahraga yang melibatkan otot-otot besar tubuh
seperti paha, lengan atas, serta pinggul, seperti senam, aerobic, jalan aki,
berenang, jogging atau bersepeda
6. Stress
Secara sederhana stress dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan
dimana individu terganggu keseimbangnnya, stress terjadi akibat adanya
situasi eksternal yang memunculkan gangguan, dan menuntut individu
untuk berespon adaptif. Stress merupakan sesuatu yang tak terpisahkan
dari kehidupan itu sendiri
3. Cara pencegahan
a. Mengatur pola makan yaitu dengan cara :
1. Mengkonsumsi makanan seimbang sesuai kebutuhan :
a. 6-% kalori berasal dari karbohidrat
b. 15% kalori berasal dari protein
c. 25% kalori berasal dari lemak
d. Kalori dari lemak jenih tidak boleh lebih dari 10%
2. Menurunkan asupan lemak jenuh
Lemak jenuh terutama berasal dari minyak kelapa, santan, dan
semua inyak lain seperti minyak jagung, minyak kedele, dan lain-
lain yang mendapat pemanasan tinggi atau dipanaskan berulang-
ulang. Kelebihan minyak jenuh akan menyebabkan peningkatan
kadar kolesterol buruk
Hubungan Antara Kolesterol..., SANDRA PUSPITA DEWI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
3. Menurunkan asupan kolesterol
Kolesterol terutama banyak ditemukan pada lemak dari hewan,
jeroan, kuning telur, serta seafood (kecuali ikan )
4. Mengkonsumsi lebih banyak serat dalam menu makanan sehari-hari
5. Merubah cara memasak
b. Melakukan aktifitas olahraga dengan teratur
c. Menajaga berat badan ideal
4. Klasfikasi Kadar Lipid
Tabel 3.1 Klasifikasi kadar lipid plasma
Kolesterol Total (mg/Dl)
<200 Yang Diinginkan
200-239 Batas Tinggi
≥240 Tinggi
5. Pengukururan Kolesterol
Kadar kolesterol total dalam darah dapat diketahui dengan alat ukur yaitu
glucometer. Darah diambil dengan cara menusukkan jarum lanset pada
ujung jari. Lalu darah ditempelkan ke strip yang sudah terpasang di
glucometer. Untuk mengetahui kolesterol seseorang tinggi atau rendah,
semuanya harus mengacu pada pedoman umum yang telah disepakati dan
digunakan di seluruh dunia yaitu pedoman National Cholesterol
Hubungan Antara Kolesterol..., SANDRA PUSPITA DEWI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
Education Program Adult Treathment III ( NCEP ATP III) yaitu
menetapkan batasan pengukuran kolesterol seperti dalam table dibawah
ini :
Tabel 2.4 Kategori Batasan Kadar Kolesterol dalam Darah
Pengkuran Normal Perbatasan Tinggi Tinggi
Kolesterol
Total
<200mg/dl 200-239mg/dl >240mg/dl
6. Tanda dan Gejala Kolesterol Tinggi
a. Rasa berat di tenguk dan pegal pundak, hal ini karena suplai darah dan
oksigen terhambat akibat penumpukan plak pada pembuluh darah.
b. Sering sakit kepala, karena adanya peningkatan kolesterol menjadikan
anterioklerosis ( pengerasan pembuluh darah). Aliran darah yang
mengalir ke otak terhambat
c. Cepat mengantuk, karena kolesterol menyempitkan pembuluh darah
dan terkadang menutup pembuluh darah, aliran darah yang membawa
oksigen ke otak terhambat sehingga seseorang cepat mengantuk.
d. Mudah lelah, orang yang mengalami kolesterol tinggi system vital
tubuhnya terganggu sehingga mudah lelah
e. Kesemutan, ini terjadi karena aliran darah menggumpa dan tidak
lancer.
Hubungan Antara Kolesterol..., SANDRA PUSPITA DEWI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
7. Pengobatan Kolesterol Tinggi
Pengobatan kolesterol tinggi (hiperkolesterolemia) dilakukan setelah
usaha-usaha yang tersebut diatas seperti pengaturan pola makan dan
olahraga tidak memberikan perbaikan dan berdasarkan pendapat dokter
bahwa kadar katinggian kolesterol sudah memerlukan pengobatan medis.
Obat hiperkoletsreolemia yang beredr di Indonesia antara lain Asam
Fibrat, Resin, Penghambat HMG Coa reduktase, Asam Nikotinat, dan
Ezetimibe
C. Lansia
1. Pengertian Lansia
Lanjut usia adalah manusia yang sudah memasuki usia 60 tahun
(Sumintarsih, 2007). Di Indonesia, batasan usia lanjut (lansia) menurut
undang-undang No.12 tahun 1998 tentang kesejahteraan usia lanjut adalah
sebagai berikut: seseorang yang telah mencapai usia diatas 60 tahun
(depsos,1999). Batasan ini sama dengan yang dikemukakan oleh Burnside
dkk (1997)
Lansia merupakan masa manusia menapaki kehidupan menjelang
akhir hayat. Keadaan ini identik dengan perubahan-perubahan yang
mencolok pada fisik maupun psikis manusia tersebut. Secara kronologis
lansia merupakan orang yang telah berumur 60 tahun ke atas (Wahyuni,
2003:1). Tetapi ada juga menyebutkan bahwa lansia itu orang yang telah
berumur lebih dari 65 tahun. Menurut Giriwijoyo dan Komariah (2002: 7)
Hubungan Antara Kolesterol..., SANDRA PUSPITA DEWI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
secara kronologik lansia berumur 60 – 70 tahun, sedangkan lansia yang
berisiko tinggi berusia di atas 70 tahun atau diatas 60 tahun yang mengidap
penyakit. Dirjen Kesehatan Masyarakat (1990) dalam Giriwijoyo dan
Komariah (2002: 7) mengelompokkan usia di atas 40 tahun sebagai
berikut: (1) usia menjelang lanjut 40 – 55 tahun, (2) usia lanjut masa
presenium 55 – 64 tahun, (3) usia lanjut masa senescens di atas atau sama
dengan 65 tahun, (4) usia lanjut risiko tinggi di atas 70 tahun. WHO juga
mengelompokkan lansia menjadi: (1) Middle Age 45 – 59 tahun, (2)
Elderly 60 – 74 tahun, (3) Old 75 – 90 tahun, dan (4) Very Old di atas atau
sama dengan 90 tahun (Giriwijoyo dan Komariah, 2002).
Usia tua atau sering disebut senescence merupakan suatu periode
dari rentang kehidupan yang ditandai dengan perubahan atau penurunan
fungsi tubuh, biasanya mulai pada usia yang berbeda untuk individu yang
berbeda (Papalia, 2001). Memasuki usia lanjut biasanya dudahului oleh
penyakit kronis, kemungkinan untuk ditinggalkan pasangan,
pemeberhentian aktivitas atau kerja dan tantangan untuk mengalihkan
energi dan kemampuan ke peran baru dalam keluarga, pekerjaan dan
hubungan intim (Wolman, 1982). Ada beberapa hal yang dapat digunakan
untuk memahami usia tua, antara lain (Papalia dkk,2001) :
Hubungan Antara Kolesterol..., SANDRA PUSPITA DEWI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
a. Primary aging
Bahwa aging merupakan suatu proses penurunan atau kerusakan fisik
yang terjadi secara bertahap dan bersifat inevitable (tidak dapat
dihindarkan).
b. Secondary Aging
Proses aging merupakan hasil dari penyakit, abuse, dan disuse pada
tubuh yang seringkali lebih dapat dihindari dan dikontrol oleh individu
dibandingkan dengan primary aging, misalnya dengan pola makan yang
baik, menjaga kebugaran fisik dll.
Lansia cenderung mengalami masalah kesehatan yang disebabkan oleh
penurunan fungsi tubuh akibat proses penuaan. Proses penuaan merupakan
proses yang mengakibatkan perubahan-perubahan meliputi perubahan fisik,
psikologis, sosial dan spiritual. Pada perubahan fisiologis terjadi penurunan
sistem kekebalan tubuh dalam menghadapi gangguan dari dalam maupun
luar tubuh. Salah satu gangguan kesehatan yang paling banyak dialami oleh
lansia adalah pada sistem kardiovaskuler (Teguh, 2009).
2. Kategori Lansia
Berdasarkan teori Erickson, fase late years ( usia > 65 tahun) Lansia dapat
dibagi menjadi 2 kategori:
a. Kategori pertama adalah lansia yang memiliki integritas tinggi dan
idealisme yang mantap. Pada kategori pertama, lansia ini memiliki
integritas yang tinggi sehingga cenderung menjadi penasehat/ pelindung/
Hubungan Antara Kolesterol..., SANDRA PUSPITA DEWI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
sesepuh dan membagi pengalamannya kepada orang lain. Integritas
mereka yang jelas melahirkan idealisme yang mantap sehingga bisa
merendahkan orang yang telah mengecewakan idealismenya
b. Kategori kedua yaitu lansia yang memiliki kegagalan dan kebingungan
akan suatu nilai. Pada kategori dua yaitu lansia yang mengalami
kegagalan. Kadang kegagalan mereka menyebabkan mereka takut untuk
menjadi tua. Nostalgia-nostalgia mereka di masa dulu tidaklah terlalu
membekas di hati mereka sehingga merasa hidup mereka tidak berguna
karena tidak dapat memberi arti yang bermakna kepada orang lain dan
cenderung putus asa. Hal iniah yang sering berakhir dengan depresi
lansia.
3. Proses Menua
Badan manusia menua kurang lebih 1% setiap tahun. Meskipun orang
yang segar jasmaninya, akan menua pula. Untungnya orang-orang yang
kesegaran jasmaninya baik, proses menuanya lebih lambat. Bila seseorang
menjadi lebih segar jasmaninya,maka fungsi badannya akan lebih
baik.(Sadoso S,1993:156-157). Proses menua adalah masalah yang akan
selalu dihadapi oleh semua manusia. Dalam tubuh terjadi perubahan-
perubahan structural yang merupakan proses degeneratif. Misalnya sel-sel
mengecil atau menciut, jumlah sel berkurang, terjadi perubahan isi atau
komposisi sel , pembentukan jaringan ikat baru meggantikan sel-sel yang
Hubungan Antara Kolesterol..., SANDRA PUSPITA DEWI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
menghilang atau mengecil dengan akibat timbulnya kemunduran fungsi
organ tubuh. Menurut (Wibowo, 2003) secara ringkas dapat dikatakan:
a. Kulit tubuh dapat menjadi lebih tipis, kering dan tidak elastis lagi.
b. Rambut rontok warnanya berubah menjadi putih, kering dantidak
mengkilat.
c. Jumlah otot berkurang, ukuran juga mengecil, volume otot secara
keseluruhan menyusut dan fungsinya menurun.
d. Otot-otot jantung mengalami perubahan degeneratif, ukuran jantung
mengecil, kekuatan memompa darah berkurang.
e. Pembuluh darah mengalami kekakuan (Arteriosklerosis).
f. Terjadinya degenerasi selaput lender dan bulu getar saluran pemapasan,
gelembung' paniparu menjadi kurang elastis.
g. Tulang-tulang menjadi keropos (osteoporosis).
h. Akibat degenerasi di persendian, permukaan tulang rawan menjadi
kasar.
i. Karena proses degenerasi maka jumlah nefron (satuan fungsional di
ginjal yang bertugas membersihkan darah) menurun. Berakibat
kemampuan mengeluarkan sisa metabolism melalui air seni berkurang
pula.
j. Proses penuaan dianggap sebagai peristiwa fisiologik yang memang
harus dialami oleh semua makluk hidup. Hingga saat ini belum
diketahui secara pasti penyebab terjadinya proses menua. Para pakar
Hubungan Antara Kolesterol..., SANDRA PUSPITA DEWI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
menduga karena adanya senyawa radikal bebas, artooklerosis dan
kurangnya aktifitas fisik, Proses penuaan merupakan tantangan yang
harus ditanggulangi karena diartikan dengan proses kemunduran prestasi
kerja dan penurunan kapasitas fisik seseorang. Akibatnya kaum lansia
menjadi kurang produktif, rentan terhadap penyakit dan banyak
bergantung pada orang lain. Dengan tetap bekerja dan melakukan
olahraga secara teratur dapat memperlambat proses kemunduran dan
penurunan kapasitas tersebut di atas. Karena bekerja maupun olahraga
pada dasarnya berkaitan dengan aktifitas sistem musculoskeletal (otot
dan tulang) serta system kardiopulmonal (jantung dan paru-paru).
Menurut Brooks dan Fahey (1985:685-686), Kemunduran fungsi
organ-organ akibat terjadinya proses penuaan terlihat pada:
1. Kardiovaskuler( Jantung dan pembuluh darah)
a. Volume sedenyut menurun hingga menyebabkan terjadinya
penurunan isi sekuncup (sktroke vollume) dan curah
jantung(cardiac outr-put).
b. Elastisitas`pembuluh darah menurun sehingga menyebabkan
terjadinya peningkatan tahanan periper dan peningkatan tekanan
darah.
c. Rangsangan simpatis sino atrial node menurun sehingga
menyebabkan penurunan denyut jantung maksimal.
Hubungan Antara Kolesterol..., SANDRA PUSPITA DEWI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
2. Respirasi
a. Elastisitas paru-paru menurun sehingga pernafasan harus bekerja
lebih keras dan kembang kempis paru tidak maksimal.
b. Kapiler paru-paru menurun sehingga ventilasi juga menurun.
3. Otot dan persendian
a. Jumlah motor unit menurun
b. Jumlah mitokondria menurun sehingga akan menurunkan kapasitas
respirasi otot dan memudahkan terjadinya kelelahan , karena
fungsi Mitokondria adalah memproduksi adenosin triphospat
(ATP).
c. Kekakuan jaringan otot dan persendian meningkat sehingga
menyebabkan turunnya stabilitas dan mobilitas.
4. Tulang
Mineral tulang menurun sehingga terjadi osteoporosis dan akan
meningkatkan resiko patah tulang.
5. Peningkatan lemak tubuh.
Hal ini menyebabkan gerakan menjadi lamban dan
peningkatan resiko terserang penyakit.
6. Kiposis
Tinggi badan menjadi menurun.
Hubungan Antara Kolesterol..., SANDRA PUSPITA DEWI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
4. Karakteristik Lansia
Berdasarkan data Susenas 2009 (Komnas Lansia, 2010), lanjut usia laki-
laki sekitar 8,9 juta (7,8%), perempuan 10,4 juta (9%), dan total= 19,3 juta
(8,4%). Seperti halnya jumlah penduduk secara keseluruhan, jumlah
penduduk lanjut usia didaerah perkotaan (7,5%), lebih sedikit dibandingdi
daerah pedesaan (9,2%). Gambaran karakteristik lanjut usia lainnya secara
ringkas sebagai berikut :
• Status kawin : sebanyak 39,8% berstatus cerai dan kurang dari 1%
bestatus belum kawin. Lanjut usia yang bestatus cerai lebih banyak pada
lanjut usia perempuan 60,5%. Kondisi seperti ini memerlukan perhatian,
ketika lanjut usia perempuan yang berstatus janda mempunyai
karakteristik tinggal sendiri, tidak sekolah/berpendidikan, dan tidak
terkena program pemerintah.
• Status sebagai kepala RT : sebanyak 60% berstatus sebagai kepala RT
• Status bekerja : sebanyak 47,4% lanjut usia masih bekerja, dengan
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja ( TPAK) sebesar 47,9%, TPAK
pada usia 60-64tahun sebanyak 62,4% dan pada usia 65+ tahun sebesar
40,3%. Lapangan pekerjaan : lebih banyak (66,1%) lanjut usia bekerja
di sector pertanian, perkebunan, perhutanan, perburuan, dan prikanan.
Jumalah jam kerja >35 jam/minggu : sebanyak 58,9%dan desa sebanyak
44,4%. Jumalh jam kerja seperti ini perlu diperhatikan kembali,
Hubungan Antara Kolesterol..., SANDRA PUSPITA DEWI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
mengingat kondisifisik dan psikis lanjut usia tidak seperti kelompok
umur yang lebih muda. Lanjut usia yang masih aktif memang masih
diperlukan untukmempertahankan lanjut usia tetap produktif. Namun
jenis dan jumlah jam kerja harus disesuaikan dengan kondisi fisiknya,
sehingga tidak mengganggu status kesehatannya.
• Pendidikan : sebesar 61,8% tidak/ belum pernah sekolah dan tidak tamat
SD. Hal ini menunjukkan bahwa lanjut usia masih banyak yang
tergolong tidak berpendidikan atau berpendidikan rendah. Bahkan
sekitar 32,4% berstatus buta aksara.
• Korban kejahatan : lanjut usia yang menjadi korban kejahatan
(pencurian dan perampokan) sebanyak 2 %. Meskipun persentasenya
masih sedikit namun tetap perlu diperhatikan, sebagi upaya
pelindungan.
• Keluhan kesehatan : menunjukkan peningkatan dari 48,9% (tahun
2005), menjadi 54,3% ( tahun 2007), dan 54,5% (tahun 2009).
Hubungan Antara Kolesterol..., SANDRA PUSPITA DEWI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
D. Kerangka Teori Penelitian
Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian
( Sumber : Amir, 2002; Widharto, 2007. Bahaya Hipertensi ; Suhadak, 2010 )
UMUR
JENIS KELMIN
STRESS MEROKOK
KONSUMSI ALKOHOL
HIPERTENSI
KOLESTEROL
OBSITAS
Pola Konsumsi :
1. Konsumsi Makanan
2. Konsumsi Lemak
3. Konsumsi Buah & Sayur
Hubungan Antara Kolesterol..., SANDRA PUSPITA DEWI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
E. Kerangka Konsep Penelitian
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian
F. Hipotesa Penelitian
Hipotesa adalah sebuah pernyataan tentang pengaruh yang diharapkan
antara variabel yang dapat dijuji secara empiris. Hipotesa adalah suatu
kesimpulan sementara atau jawaban sementara dari suatu penelitian. Biasanya
hipotesa terdiri dari pernyataan terhadap atau tidaknya hubungan antara
variabel, yaitu variabel bebas (independent variabel) dan variabel terikat
(dependent variabel) (Notoadmodjo, 2005). Hipotesa dari penelitian ini
adalah :
Ha : ” Ada hubungan antara profil kolesterol dengan hipertensi di Puskesmas
Banjar 2 di Kota Banjar ”
Pola Konsumsi :
1. Konsumsi Natrium
2. Konsumsi Lemak 3. Konsumsi Buah &
Sayur
HIPERTENSI KOLESTEROL
Hubungan Antara Kolesterol..., SANDRA PUSPITA DEWI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015