118396889-SGPT-SGOT-1

15
TUGAS IMSER KELOMPOK Oleh : SEPTIAN (26082356 J) ADTYAS AYU (27092367 J) AHMAD SYARIEF (27092368 J) TAUFIK RIADI (25072285 J) PROGRAM STUDI D III ANALIS KESEHATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS SETIA BUDI SURAKARTA

Transcript of 118396889-SGPT-SGOT-1

Page 1: 118396889-SGPT-SGOT-1

TUGAS IMSER KELOMPOK

Oleh :

SEPTIAN (26082356 J)

ADTYAS AYU (27092367 J)

AHMAD SYARIEF (27092368 J)

TAUFIK RIADI (25072285 J)

PROGRAM STUDI D III ANALIS KESEHATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS SETIA BUDI

SURAKARTA

2012

Page 2: 118396889-SGPT-SGOT-1

SGOTDAN SGPT

SGOT-SGPT bukan istilah baru. Meski begitu, umumnya kita hanya tahu

sepintas lalu. Belum banyak yang paham bahwa angka laboratorium kadang tak

selalu bisa dijadikan patokan baku. Kadar di atas normal tak mesti sakit. Kadar

normal pun tak selalu berarti sehat.

SGOT-SGPT adalah dua enzim transaminase yang dihasilkan terutama

oleh sel-sel lever. Bila sel-sel lever rusak, misalnya pada hepatitis atau sirosis,

kadar kedua enzim ini meningkat. Karena itu, keduanya bisa memberi gambaran

adanya gangguan hati.

Gangguan hati bentuknya berjenis-jenis. Penderitanya pun tak sedikit.

Jumlah pengidap hepatitis C saja sekitar 3% dari populasi. Belum lagi hepatits A

dan B yang jumlahnya jauh lebih banyak lagi. Apalagi jika ditambah dengan

perlemakan hati, sirosis, intoksikasi obat, fibrosis hati, dan penyakit-penyakit lain

yang namanya jarang kita dengar. Penyakit-penyakit ini umumnya ditandai

dengan peningkatan SGOT-SGPT.

Namun, kedua enzim ini tidak seratus persen dihasilkan lever. Sebagian

kecil juga diproduksi oleh sel otot, jantung, pankreas, dan ginjal. Itu sebabanya,

jika sel-sel otot mengalami kerusakan, kadar kedua enzim ini pun meningkat.

Rusaknya sel-sel otot bisa disebabkan oleh banyak hal, misalnya aktivitas

fisik yang berat, luka, trauma, atau bahkan kerokan. Ketika kita mendapat injeksi

intramuskular (suntik di jaringan otot), sel-sel otot pun bisa mengalami sedikit

kerusakan dan meningkatkan kadar enzim transaminase ini. Pendek kata, ada

banyak faktor yang bisa menyebabkan kenaikan SGOT-SGPT.

Dibanding SGOT, SGPT lebih spesifik menjukkan ketidakberesan sel hati

karena SGPT hanya sedikit saja diproduski oleh sel nonlever. Biasanya, faktor

nonlever tidak menaikkan SGOT-SGPT secara drastis. Umumnya, tidak sampai

seratus persen di atas BAN. Misalnya, jika BAN kadar SGPT adalah 65 unit/liter

(u/l), kenaikan akibat bermain bola lazimnya tak sampai dua kali lipat.

Jika kadarnya melampaui dua kali lipat, ini adalah lampu merah yang

harus diwaspadai. Jangan sakit hati jika dokter curiga kita sakit hati.

Page 3: 118396889-SGPT-SGOT-1

BAN bisa saja berbeda antarlaboratorium. Jika Anda pernah tes darah di

dua laboratorium yang beda, dan mendapatkan BAN yang berbeda, Anda tak

perlu heran.

“Batas atas normal tergantung dari reagen dan alat yang digunakan,” jelas

Rino. Di rumah sakit tertentu, BAN kadar SGPT bisa 40 u/l, tapi di klinik lain

bisa 65 u/l. Ini hanya masalah teknis pemeriksaan. Itu sebabnya, kita tak bisa

mengatakan tinggi rendahnya SGOT-SGPT dari angka absolut, tetapi dari nilai

relatif (dibandingkan dengan BAN).

A. SGOT (Serum Glutamik Oksoloasetik Transaminase)

Merupakan enzim transaminase, yang berada pada serum dan jaringan

terutama hati dan jantung. Pelepasan SGOT yang tinggi dalam serum

menunjukkan adanya kerusakan pada jaringan jantung dan hati.

Nilai normal : 

Pria s.d.37 U/L

Wanita s.d. 31 U/L

SGOT normalnya ditemukan dalam suatu keanekaragaman dari

jaringan termasuk hati, jantung, otot, ginjal, dan otak. Ia dilepaskan kedalam

serum ketika satu saja dari jaringan-jaringan ini rusak. Contohnya, tingkatnya

didalam serum naik dengan serangan-serangan jantung dan dengan kelainan-

kelainan otot. Ia oleh karenanya bukan suatu indikator yang sangat spesifik

dari luka hati.

B. SGPT (Serum Glutamik Pyruvik Transaminase)

Merupakan enzim transaminase yang dalam keadaan normal berada

dalam jaringan tubuh terutama hati. Peningkatan dalam serum darah

menunjukkan adanya trauma atau  kerusakan hati.

Nilai normal :

Pria  sampai dengan 42 U/L

Wanita sampai dengan 32 U/L

Page 4: 118396889-SGPT-SGOT-1

SGPT atau juga dinamakan ALT (alanin aminotransferase) merupakan

enzim yang banyak ditemukan pada sel hati serta efektif untuk mendiagnosis

destruksi hepatoseluler. Enzim ini dalam jumlah yang kecil dijumpai pada otot

jantung, ginjal dan otot rangka. Pada umumnya nilai tes SGPT/ALT lebih

tinggi daripada SGOT/AST pada kerusakan parenkim hati akut, sedangkan

pada proses kronis didapat sebaliknya.SGPT (juga dikenal sebagai ALT)

adalah enzim yang dipakai oleh hati dalam pekerjaannya. Biasanya enzim ini

ditahan dalam hati, tetapi bila hati menjadi rusak karena hepatitis, semakin

banyak enzim ini dapat masuk ke aliran darah. Tingkat enzim ini dalam darah

dapat diukur, dan tingkatnya menunjukkan tingkat kerusakan pada hati.

C. Mekanisme Kerusakan Hati

Sebagaimana organ lain, lever punya mekanisme pertahanan diri.

Ketika diserang virus, ia berusaha melawannya. Jika kalah, ia punya dua

pilihan: berjuang sampai akhir hayat atau bunuh diri.

Pada hepatits A dan B, lever mengambil pilihan pertama, berjuang

sampai mati. Begitu sel-sel lever mati. Dindingnya jebol, dan akhirnya lever

mengalami radang. Kondisi ini menyebabkan naiknya kadar SGOT-SGPT di

dalam darah. Karena kadarnya meningkat, dokter lebih mudah mendiagnosis.

Tapi pada hepatitis C, urusannya lebih kompleks. Tak semua sel lever

merespons kekalahan dengan tetap berjuang sampai mati. Sebagian yang lain

bunuh diri secara terencana. Dalam istilah dokter, ini disebut apotosis

(programmed cell death).

Acara bunuh diri ini bukan tanpa tujuan. Dengan bunuh diri, sel-sel

lever berusaha “membunuh” virus secara tidak langsung. Salah satu

kelemahan virus adalah mereka tidak punya mekanisme sendiri dalam

berkembang biak. Mereka beranak pinak dengan cara memenfaatkan

mekanisme hidup sel mahluk hidup lainnya. Dalam kasus hepatitis, sel yang

ditumpangi adalah sel-sel lever. Dengan bunuh diri, sel lever berusaha

membuat virus tak bisa berkembang biak.

Page 5: 118396889-SGPT-SGOT-1

Karena bunuh diri, sel-sel lever tidak pecah, tapi menciut. Yang terjadi

selanjutnya bukan proses peradangan, tapi pengerutan. Karena lever tak

meradang, kadar SGPT pun tak terpengaruh. Inilah yang menyebabkan

penderita hepatitis C bisa memiliki kadar SGPT normal, meskipun sebenarnya

ia telah menderita penyakit kronis. Ini pula yang membuat dokter harus

berulang-ulang membetulkan letak kaca mata karena sulit menegakkan

diagnosis.

D. Aminotransferase-AminotransferaseSecara Normal

ALT (SGPT), berlawanan dengannya, normalnya ditemukan sebagian

besar di hati. Ini bukan dikatakan bahwa ia berlokasi secara eksklusif dalam

hati namun bahwa ia ada dimana ia paling terkonsentrasi. Ia dilepas kedalam

aliran darah sebagai akibat dari luka hati. Ia oleh karenanya melayani sebagai

suatu indikator yang cukup spesifik dari keadaan (status) hati.

AST (SGOT) normalnya ditemukan dalam suatu keanekaragaman dari

jaringan termasuk hati, jantung, otot, ginjal, dan otak. Ia dilepaskan kedalam

serum ketika satu saja dari jaringan-jaringan ini rusak. Contohnya, tingkatnya

didalam serum naik dengan serangan-serangan jantung dan dengan kelainan-

kelainan otot. Ia oleh karenanya bukan suatu indikator yang sangat spesifik

dari luka hati.

E. SGOT-SGPT dari Sisi Tradisional

Sudah menjadi kelaziman di masyarakat kita untuk menurunkan

SGOT-SGPT dengan cara minum jamu. Ini masalah dilematik. Di satu sisi,

pasien berhak minum jamu atas kehendak sendiri. Tapi di sisi lain, jamu bisa

mengganggu interpretasi dokter dalam menegakkan diagnosis.

Jamu-jamu tertentu memang terbukti bisa menurunkan kadar SGOT-

SGPT. Jika kenaikan SGOT-SGPT hanya bersifat sementara, minum jamu tak

akan menimbulkan masalah. Problem akan muncul jika kenaikan SGOT-

SGPT memang disebabkan oleh penyakit lever yang masih malu-malu untuk

membuka identitas.

Page 6: 118396889-SGPT-SGOT-1

Dalam keadaan ini, jamu bisa menimbukan efek masking. SGOT-

SGPT turun, tapi sebetulnya proses perusakan lever terus terjadi.

Bila kadar SGOT-SGPT turun, dokter mungkin akan menganggap

pasien sehat-sehat saja. Padahal, mungkin saja ia telah menderita penyakit

kronis. Akibatnya, pasien tidak mendapat terapi yang diperlukan. Dengan kata

lain, ini justru akan merugikan pasien sendiri.

Sebagai jalan tengah, disarankan agar pasien memberi tahu dokter

ketika minum jamu. Dengan begitu, proses diagnosis tak terganggu. Selain itu,

Rino juga menyarankan agar pasien mengurangi aktivitas fisik yang berat.

Jika ada undangan bermain futsal, misalnya, lupakan saja untuk sementara.

Biasanya, beratnya kerusakan digambarkan dengan berapa kali di atas

normal. Contohnya, bila SGPT Anda 80, berarti SGPT Anda sedikit di atas

dau kali (2x) normal. Kalau 120, berarti 3x atas normal. Biasanya, tingkat

SGPT/SGOT dianggap masalah bila 3x atau lebih di atas normal, tetapi juga

harus dilihat gejala lain. Kalau SGPT agak tinggi (tergantung keadaan; bisa 5x

atau lebih), tetapi tidak ada gejala lain, dokter biasa hanya akan memantau

lebih berhati-hati.

Suatu langkah awal dalam mendeteksi kerusakan hati adalah suatu tes

darah sederhana untuk menentukan kehadiran dari enzim-enzim hati tertentu

dalam darah. Dibawah keadaan-keadaan normal, enzim-enzim ini berada

dalam sel-sel hati. Namun ketika hati luka, enzim-enzim ini ditumpahkan

keluar kedalam aliran darah.

Diantara yang paling sensitif dan digunakan secara luas dari enzim-

enzim hati ini adalah aminotransferase-aminotransferase. Mereka meliputi

aspartate aminotransferase (AST atau SGOT) dan alanine aminotransferase

(ALT atau SGPT). Enzim-enzim ini biasanya terkandung dalam sel-sel hati.

Jika hati terluka, sel-sel hati menumpahkan enzim-enzim kedalam darah,

menaikan tingkat-tingkat enzim dalam darah dan menandai kerusakan hati.

Aminotransferase-aminotransferase mengkatalisasi reaksi-reaksi kimia

dalam sel-sel dimana suatu kelompok amino ditransfer dari suatu molekul

donor ke suatu molekul penerima. Makanya, namanya "aminotransferases".

Page 7: 118396889-SGPT-SGOT-1

Istilah-istilah medis adakalaya dapat membingungkan, seperti dengan

kasus enzim-enzim ini. Nama lain untuk aminotransferase adalah

transaminase. Enzim aspartate aminotransferase (AST) juga dikenal sebagai

serum glutamic oxaloacetic transaminase (SGOT); dan alanine

aminotransferase (ALT) juga dikenal sebagai serum glutamic pyruvic

transaminase (SGPT). Untuk menyederhanakannya, AST = SGOT dan ALT =

SGPT. SGPT/ALT serum umumnya diperiksa secara fotometri atau

spektrofotometri, secara semi otomatis atau otomatis.

F. Tes Laboratorium untuk Mengetahui Fungsi Hati

Pemeriksaan enzim yang sering dilakukan untuk mengetahui kelainan

hati adalah pemeriksaan SGPT dan SGOT (Serum Glutamic Pirivuc

Transaminase dan Serum Glutamic Oksalat Transaminase). Pemeriksaan

SGPT lebih spesifik untuk mengetahui kelainan hati karena jumlah SGPT

dalam hati lebih banyak daripada SGOT. Tes fungsi hati yang umum adalah

AST (aspartate transaminase), yang di Indonesia lebih sering disebut sebagai

SGOT (serum glutamic-oxaloacetic transaminase), dan ALT (alanine

transaminase) yang biasanya di Indonesia disebut sebagai SGPT (serum

glutamic-pyruvic transaminase). SGOT dan SGPT akan menunjukkan jika

terjadi kerusakan atau radang pada jaringan hati. SGPT lebih spesifik terhadap

kerusakan hati dibanding SGOT. Adalah hal yang biasa bila terjadi sedikit

peningkatan (hingga dua kali angka normal) kadar SGOT dan SGPT. Namun,

kadar SGOT dan SGPT lebih dari dua kali angka normal, umumnya dianggap

bermakna dan membutuhkan pemeriksaan lebih jauh.Alkaline phosphatase

adalah tes lain yang mungkin dilakukan jika ada perhatian mengenai hati, dan

dapat menunjukkan sumbatan dalam sistem saluran pembuangan dari

empedu.LDH (lactic acid dehydrogenase) adalah enzim non-spesifik yang

dapat meningkat bila hati rusak.

GGT (gamma glutamyl transferase) adalah enzim yang kadarnya

diukur untuk skrining penyakit hati dan untuk memantau sirosis (pengerasan

atau parut/sikatrik pada hati, terutama akibat kecanduan alkohol). Ini juga

Page 8: 118396889-SGPT-SGOT-1

bermanfaat untuk mendiagnosis sumbatan pada saluran yang mengalirkan

cairan empedu dari hati ke usus.Tes virus hepatitis (A, B, C dan D) dapat

dilakukan untuk menyingkirkan infeksi virus. Tes ini mencari virus dan

antibodi dalam darah. Sementara tes laboratorium melihat apa yang terjadi

dalam sel, tes pemotretan digunakan untuk melihat anatomi

organ.Ultrasonografi (memotret dengan memakai getaran bunyi di atas batas

pendengaran manusia) sering kali digunakan untuk mencari batu empedu dan

radang hati dan kantung empedu. Ini juga dapat mendeteksi gumpalan yang

mungkin ada dalam atau di sekitar hati. Demikian pula, CT (computerized

tomography) memberikan gambaran di dalam tubuh.

Kejadian hepatitis akut ditandai dengan peningkatan SGPT dan SGOT

10-20 kali dari normal, dengan SGPT lebih tinggi dari SGOT. SGPT dan

SGOT normal adalah < 42 U/L dan 41 U/L. Pada hepatitis kronis kadar SGPT

meningkat 5-10 kali dari normal.

1. Tes Enzim Hati

Tingkat enzim hati – yang disebut SGPT danSGOT (atau ALT dan

AST di daerah lain) – diukur dengan tesenzim hati, yang sering disebut

sebagai tes fungsi hati. Tingkatenzim hati yang tinggi menunjukkan bahwa

hati tidak berfungsisemestinya, dan mungkin ada risiko kerusakan

permanen padahati. Selama infeksi hepatitis B akut, tingkat enzim hati

dapattinggi untuk sementara, tetapi hal ini jarang menimbulkanmasalah

jangka panjang pada hati. Pada hepatitis B kronis,enzim ini, terutama

SGPT, dapat menjadi lebih tinggi, secaraberkala atau terus-menerus, dan

hal ini menunjukkan risikokerusakan hati jangka panjang.

G. Aneka macam hasil tes faal hati yang terganggu.

Tes faal hati yang terjadi pada infeksi bakterial maupun virus yang

sistemik yang bukan virus hepatitis. Penderita semacam ini, biasanya ditandai

dengan demam tinggi, myalgia, nausea, asthenia dan sebagainya. Disini faal

hati terlihat akan terjadinya peningkatan SGOT, SGPT serta ∂-GT antara 3-5X

Page 9: 118396889-SGPT-SGOT-1

nilai normal. Albumin dapat sedikit menurun bila infeksi sudah terjadi lama

dan bilirubin dapat meningkat sedikit terutama bila infeksi cukup berat.  

Tes faal hati pada hepatitis virus akut maupun drug induce hepatitis.

Faal hati seperti Bilirubin direct/indirect dapat meningkat biasanya kurang

dari 10 mg%, kecuali pada hepatitis kolestatik, bilirubin dapat lebih dari 10

mg%. SGOT, SGPT meningkat lebih dari 5 sampai 20 kali nilai normal. ∂-GT

dan alkalifosfatase meningkat 2 sampai 4 kali nilai normal, kecuali pada

hepatitis kolestatik dapat lebih tinggi. Albumin/globulin biasanya masih

normal kecuali bila terjadi hepatitis fulminan maka rasio albumin globulin

dapat terbalik dan masa protrombin dapat memanjang.

Tes faal hati pada sumbatan saluran empedu. Bilirubin direct/indirect

dapat tinggi sekali (>20 mg%), terutama bila sumbatan sudah cukup lama.

Peningkatan SGOT dan SGPT biasanya tidak terlalu tinggi, sekitar kurang

dari 4 kali nilai normal. ∂-GT dan alkalifosfatase meningkat sekali dapat lebih

dari 5 kali nilai normal. Kolesterol juga meningkat.

Tes faal hati pada perlemakan hati (fatty liver). Albumin/globulin dan

Bilirubin biasanya masih normal. SGOT dan SGPT meningkat sekitar 2

sampai 3 kali nilai normal demikian juga ∂-GT dan alkalifosfatase meningkat

sekitar ½ sampai 1 kali dari nilai normal . Kadar triglyserida dan kolesterol

juga terlihat meninggi. Kelainan ini sering pada wanita dengan usia

muda/pertengahan, gemuk dan biasanya tidak ada keluhan atau mengeluh

adanya perasaan tak nyaman pada perut bagian kanan atas. Pada kasus

perlemakan hati yang primer maka semua pertanda hepatitis C harus negatif.

Page 10: 118396889-SGPT-SGOT-1

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, Martindale The Extra Pharmacopoeia, Ed 30th, The Pharmaceutical

Press, London, 1993.

Anonim, MIMS Petunjuk Konsultasi, PT. InfoMaster Lisensi CMP Medica, 2005:

84-87.

Dipiro, Joseph T., Gastrointestinal Disorders, hal 195-246. Hayes C. Peter,

Mackay, Thomas W., Buku Saku Diagnosis dan Terapi, cetakan I, EGC,

Jakarta, 1997: 165-184.