11016-3-632441183172
Transcript of 11016-3-632441183172
3JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS MERCU BUANA
MODUL 3
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN (3 SKS)
DOSEN : SYLVIA INDRIANY
POKOK BAHASAN :
DASAR PERENCANAAN ALINYEMEN HORISONTAL
MATERI KULIAH :
Gaya sentrifugal, gaya gesekan melintang, landai relatif, lengkung peralihan,
diagram superelevasi, nilai-nilai batasan perencanaan
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB SILVIA INDRIANYPERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
3JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS MERCU BUANA
DASAR PERENCANAAN
ALINYEMEN HORISONTAL
3.1. DEFINISI
Alinyemen Horisontal ialah proyeksi sumbu jalan pada bidang horizontal
ATAU proyeksi horisontal sumbu jalan tegak lurus bidang horisontal/kertas .
Alinyemen horisontal merupakan trase jalan yang terdiri dari garis lurus dan garis
lengkung. Garis lengkung ditempatkan antara 2 garis lurus untuk mendapatkan
perubahan jurusan yang bertahap
Dalam perencanaan lengkung atau biasanya disebut tikungan, perlu diketahui
hubungan design speed - lengkung dan hubungan keduanya dengan superelevasi,
yang diturunkan dari rumus-rumus mekanika, dengan batasan-batasan praktis dan
faktor-faktor yang ditentukan secara empiris.
3.2. GAYA – GAYA PADA TIKUNGAN
Pada saat kendaraan melintasi tikungan horisontal , padanya akan bekerja gaya-
gaya sebagaimana gambar 3.1 dan penjelasan berikut ini.
Gambar 3.1. Gaya Gaya pada Tikungan (sumber ref.5)
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB SILVIA INDRIANYPERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
3JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS MERCU BUANA
• GAYA SENTRIFUGAL
Kendaraan yang bergerak dengan kecepatan V pada bidang datar/miring pada
lintasan lengkung seperti lingkaran, maka padanya bekerja gaya dengan kecepatan V
dan gaya sentrifugal F.
Gaya sentrifugal mendorong kendaraan keluar dari lajur jalan secara radial.
Gaya sentrifugal menimbulkan rasa tidak nyaman pada si pengemudi. Dan hal itu
akan diimbangi oleh gaya berat kendaraan akibat superelevasi & gesekan samping.
Gaya gaya tersebut akan bekerja dalam kesetimbangan.
RUMUS : gaya sentrifugal yang terjadi ; F= m . A
• m = massa = G/g = berat kendaraan/gravitasi
• a = percepatan sentrifugal = v2/R
= (kecepatan kendaraan)2 / jejari lengkung
Sehingga F = GV2 / g.R
• GAYA GESEKAN MELINTANG (Fs)
Fs adalah besarnya gesekan yang timbul antara ban dengan permukaan jalan
dalam arah melintang jalan yang berfungsi untuk mengimbangi gaya sentrifugal.
Perbandingan gaya gesek dan gaya normal yang bekerja = koefisien gesekan
melintang/koefisien gesekan samping.
Koefisien gesek tergantung pada : kecepatan kendaraan, type dan kondisi ban,
type dan kondisi permukaan jalan serta cuaca.
Dalam menentukan koefisien gesekan melintang maksimum yang akan
dipergunakan dalam perencanaan, satu kriteria dapat digunakan yaitu dimana
gaya sentrifugal mengakibatkan perasaan tidak enak dan pengendara
mengambil sikap untuk tidak menjalankan kendaraan lebih cepat lagi. Kecepatan
pada saat kondisi tersebut dapat diterima sebagai kontrol dalam menentukan
koefisien gesekan melintang.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB SILVIA INDRIANYPERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
3JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS MERCU BUANA
3.3. DERAJAT LENGKUNG (D)
Ketajaman lengkung horizontal dinyatakan dalam radius lengkungnya atau
derajat lengkung
Derajat lengkung merupakan sudut lengkung/pusat yang terjadi dengan busur 100
ft atau 25 m
Hubungan antara derajat lengkung dan jari jari dinyatakan sebagai berikut :
Derajat lengkung maksimum atau jari-jari minimum adalah suatu harga batas
untuk suatu kecepatan rencana, yang ditentukan dari superelevasi maksimum
(emaks.) dan koefisien gesek maksimum (f maks).
Jari –jari minimum ini dapat diturunkan dari kesetimbangan gaya-gaya pada
tikungan yaitu :
Jika persamaan komponen terakhir dari persamaan diatas diabaikan dan tg α = e ,
serta kecepatan dinyatakan dengan km/jam atau miles/hour maka :
Dalam satuan Inggris Rmin dapat dinyatakan dengan :
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB SILVIA INDRIANYPERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
3JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS MERCU BUANA
Dalam satuan Metrik Rmin :
3.4. SUPERELEVASI (e) DAN DIAGRAM SUPERELEVASI
Merupakan kemiringan melintang jalan pada lengkung horisontal yang
bertujuan untuk memperoleh komponen berat kendaraan. Semakin besar
superelevasi semakin besar pula komponen berat kendaraan yang diperoleh
Untuk kecepatan tertentu, superelevasi maksimum dan anggapan dari faktor
gesekan maksimum bersama-sama menentukan jari-jari minimum. Superelevasi
maksimum yang dapat dipergunakan dibatasi oleh :
• keadaan cuaca (hujan, berkabut, salju)
Daerah sering turun hujan, berkabut, bersalju mempunyai
superelevasi maksimum lebih rendah dari daerah bercuaca baik
• keadaan medan (berbukit, datar, pegunungan)
Daerah datar mempunyai superelevasi lebih tinggi daripada daerah
berbukit.
Batasan superelevasi maksimum yang dipilih ditentukan oleh
tingkat kesulitan yang dialami ketika pembuatan dan pelaksanaan
dari jalan dengan superelevasi maksimum yang besar.
• Keadaan lingkungan, perkotaan atau luar kota
Di dalam kota sebaiknya lebih kecil karena sering dijumpai
simpang, arus lalu lintas yang padat, pejalan kaki, dan rambu-
rambu yang harus diperhatikan.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB SILVIA INDRIANYPERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
3JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS MERCU BUANA
• Komposisi jenis kendaraan dari lalu lintas
Seringnya kendaraan berjalan lambat, mengakibatkan operasi yang
tidak tentu. Pada kondisi ini sebaiknya dipilih superelevasi
maksimum yang lebih rendah.
Faktor-faktor yang membatasi tersebut tidak sama setiap tempat, sehingga
terdapat beragam superelevasi maksimum yang diperbolehkan di setiap
negara/tempat.
Diagram superelevasi menggambarkan pencapaian superelevasi dari lereng
normal ke superelevasi penuh. Untuk jalan tanpa median, hal ini dapat
dilakukan dengan 3 cara :
1. Memutar perkerasan jalan terhadap profil sumbu
2. Memutar perkerasan jalan terhadap tepi dalam
3. Memutar perkerasan terhadap tepi luar.
Untuk yang memiliki median, tergantung dari lebar median dan bentuk
penampang median. Ada 3 cara memutar :
1. Memutar perkerasan dengan sumbu masing-masing jalur jalan
sebagai sumbu putar (diperlakukan terpisah)
2. Memutar perkerasan sendiri-sendiri terhadap sisi-sisi median sebagai
sumbu putar, sedangkan median sendiri tetap dalam keadaan datar
3. Seluruhnya , termasuk median diputar sebagai bidang dg sumbu putar
adalah sumbu median
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB SILVIA INDRIANYPERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
3JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS MERCU BUANA
Gambar 3.2a.Diagram pencapaian superelevasi jalan (sumber ref. 4,8)
Gambar 3.2b..Diagram pencapaian superelevasi jalan dengan median(sumber ref.5)
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB SILVIA INDRIANYPERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
3JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS MERCU BUANA
3.5. LANDAI RELATIF
Landai relative adalah besarnya kelandaian akibat perbedaan elevasi tepi
perkerasan sebelah luar sepanjang lengkung peralihan. Perbedaan elevasi dalam hal
ini hanya berdasar perubahan bentuk penampang melintang jalan belum gabungan
dengan akibat kelandaian vertikal.
Besarnya landai relatif maksimum dipengaruhi oleh : Kecepatan dan Tingkah
laku pengemudi.
Bina Marga mempunyai batasan untuk landai relatif sebagai berikut :
1/m = h/Ls
= (e + en ) B
Ls
Sedangkan AASHTO 1990 :
1/m = h1/Ls
= e . B
Ls
Rumus diatas ditambah dengan kajian empiris menghasilkan suatu tabel
kelandaian relatif maksimum sbb:
AASHTO 1990 Bina MArga
Vr ( km/jam) 1/m Vr ( km/jam) 1/m
32 1/33 20 1/50
48 1/150 30 1/75
64 1/175 40 1/100
80 1/200 50 1/115
88 1/213 60 1/125
96 1/222 80 1/150
104 1/244 100
112 1/250
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB SILVIA INDRIANYPERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
3JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS MERCU BUANA
3.6. LENGKUNG PERALIHAN
Pada saat masuk atau meninggalkan lengkung horisontal, suatu kendaraan
akan mengikuti jejak transisi. Perubahan dari stir ini mengakibatkan perubahan nilai
gaya sentrifugal yang tidak dapat dilakukan dengan tiba-tiba. Jejak ini berbeda beda
tergantung dari : kecepatan, jari-jari, superelevasi dan tingkah laku pengemudi.
Pada kecepatan tinggi dan tikungan tajam, pengemudi sulit untuk mempertahankan
jejak tetap pada jalur normal, sehingga perlu adanya suatu lengkung peralihan antara
garis lurus dan lengkung.
Keuntungan adanya lengkung peralihan :
1. Pengemudi mudah mengikuti lajur yang disediakan tanpa melintasi lajur lain
yang berdampingan
2. Perubahan dari lereng jalan normal ke kemiringan sebesar superelevasi secara
berangsur-angsur sesuai gaya sentrifugal yang terjadi
3. Memungkinkan mengadakan peralihan pelebaran jalan dari lurus ke tikungan
4. Menambah keamanan dan kenyamanan bagi pengemudi karena kecil
kemungkinan keluar lajur
5. Menambah keindahan bentuk jalan, sehingga tidak terkesan patah pada
batasan bagian lurus dan lengkung.
Panjang lengkung peralihan (Ls) menurut Bina Marga :
Diperhitungkan mulai penampang berbentuk crown sampai penampang
melintang dengan kemiringan sebesar superelevasi.
Panjang peralihan (Ls) menurut AASHTO’90 :
Diperhitungkan mulai penampang melintang berbentuk sampai dengan
kemiringan sebesar superelevasi.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB SILVIA INDRIANYPERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
3JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS MERCU BUANA
Gambar 3.3.Panjang lengkung peralihan (sumber ref.5)
Bentuk dan nilai-nilai pada lengkung peralihan adalah sebagai berikut :
Gambar 3.4. Lengkung peralihan (sumber ref.5)
atau
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB SILVIA INDRIANYPERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
3JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS MERCU BUANA
Berdasar rumus SHORTT, panjang Ls adalah :
Rumus tersebut dimodifikasi dengan asumsi bahwa untuk mengimbangi gaya
sentrifugal telah dibuatkan superelevasi, sehingga Ls menjadi :
dimana : C = perubahan percepatan (m/dt3) yang bernilai 1 – 3
V= Kecepatan rencana (km/jam)
R= Jari-jari busur lingkaran (m)
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB SILVIA INDRIANYPERENCANAAN GEOMETRIK JALAN