11. BAB Vqwasf

65
BAB V EVALUASI A. Sumber Daya Manusia (M1) Secara struktur organisasi stase manajemen Program Profesi Ners PSIK Unlam sudah dapat dijalankan sesuai dengan tugas pokok masing-masing penanggung jawab kegiatan. Struktur jabatan yang jelas seperti Ketua Kelompok kerja, Sekretaris, Bendahara dan penanggung jawab kegiatan. Selama 5 minggu kegiatan proyek manajemen Program Profesi Ners PSIK Unlam di ruang Hemato-Onkologi Anak Tulip IIIA, masing-masing penanggung jawab kegiatan dapat melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya. Seluruh proses dapat dilaksanakan tepat waktu sesuai dengan program kerja yang telah ditetapkan dan jadwal yang telah disepakati. Hasil wawancara dengan beberapa orang perawat di Ruang Hemato-Onkologi Anak Tulip IIIA tanggal 17 Juni 2015 menunjukkan bahwa mereka memandang positif kegiatan role play yang dilakukan mahasiswa sebagai kepala ruangan, supervisor, ketua tim, dan perawat pelaksana. Perawat ruangan juga berpendapat dengan adanya mahasiswa banyak dibantu dalam kegiatan keperawatan di ruangan, baik dalam segi perencanaan maupun diagnosis dan tindakan keperawatan. Perawat ruangan juga lebih memahami mengenai 141

description

assac

Transcript of 11. BAB Vqwasf

Page 1: 11. BAB Vqwasf

BAB V

EVALUASI

A. Sumber Daya Manusia (M1)

Secara struktur organisasi stase manajemen Program Profesi Ners PSIK

Unlam sudah dapat dijalankan sesuai dengan tugas pokok masing-masing

penanggung jawab kegiatan. Struktur jabatan yang jelas seperti Ketua Kelompok

kerja, Sekretaris, Bendahara dan penanggung jawab kegiatan. Selama 5 minggu

kegiatan proyek manajemen Program Profesi Ners PSIK Unlam di ruang Hemato-

Onkologi Anak Tulip IIIA, masing-masing penanggung jawab kegiatan dapat

melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya. Seluruh proses dapat

dilaksanakan tepat waktu sesuai dengan program kerja yang telah ditetapkan dan

jadwal yang telah disepakati.

Hasil wawancara dengan beberapa orang perawat di Ruang Hemato-Onkologi

Anak Tulip IIIA tanggal 17 Juni 2015 menunjukkan bahwa mereka memandang

positif kegiatan role play yang dilakukan mahasiswa sebagai kepala ruangan,

supervisor, ketua tim, dan perawat pelaksana. Perawat ruangan juga berpendapat

dengan adanya mahasiswa banyak dibantu dalam kegiatan keperawatan di ruangan,

baik dalam segi perencanaan maupun diagnosis dan tindakan keperawatan. Perawat

ruangan juga lebih memahami mengenai sistem manajemen keperawatan dimana

mahasiswa program profesi Ners Unlam berperan sebagai role model bagi perawat

ruangan dalam penerapan sistem SP2KP di ruangan.

Jumlah pasien yang dirawat di Ruang Hemato-Onkologi Anak Tulip IIIA

selama 10 hari sebanyak 58 orang dengan BOR sebanyak 62,25 %. Berdasarkan

permenkes No.340 Tahun 2010 tentang klasifikasi Rumah Sakit, didapatkan

kebutuhan perawat di ruangan sebesar 31 orang. Hasil perhitungan tersebut berbeda

dengan perhitungan menurut Lokakarya PPNI didapatkan kebutuhan perawat di

ruangan sebesar 29 orang dan menurut perhitungan Gillies didapatkan jumlah tenaga

keperawatan adalah 15 orang dari 13 orang tenaga keperawatan. Adanya mahasiswa

keperawatan yang praktik di ruangan juga membantu pelayanan keperawatan di

141

Page 2: 11. BAB Vqwasf

ruangan. Akan tetapi, perawat di ruangan lebih banyak melakukan tindakan

kolaborasi, seperti pemasangan infus, injeksi intravena, injeksi subcutan, transfusi

darah, pemberian obat kemoterapi, pemasangan NGT dan pemberian makanan

berkolaborasi dengan pihak Gizi sehingga tidak banyak waktu untuk melakukan

tindakan independen.

Dari hasil wawancara dengan 13 perawat di ruang Hemato-Onkologi Anak

Tulip IIIA mengenai daftar tenaga keperawatan (lampiran 3), hampir sebagian

perawat berasal dari cpns dan pendidikannya DIII keperawatan dan DIII kebidanan.

Dari hasil observasi menggunakan kuesioner yang dibagikan kepada 13

perawat Hemato-Onkologi Anak didapatkan hasil tingkat motivasi kerja perawat PNS

dan BLUD (lampiran 7). Pada poin pertanyaan 8 menyatakan 54% puas dengan

“kemampuan dalam bekerja sama antar karyawan” karena kekeluargaan diruang

Hemato-Onkologi Anak sangat tinggi sehingga dapat bekerja sama dengan baik,

kemudian pada poin pertanyaan 10 “ kesesuaian antar pekerjaan dan latar belakang

pendidikan saudara” kesesuaian antar pekerjaan dan latar belakang pendidikan sudah

sesuai sehingga perawat bekerja pada porsi masing-masing. Pada poin pertanyaan 16

menyatakan 46% puas dengan “kesempatan untuk medapat posisi yang lebih tinggi”

karena dengan adanya rencana pelatihan khususnya Hemato-Onkologi dapat

meningkatkan pendidikan serta keterampilan perawat itu sendiri sehingga dapat

diakui.

Tingkat kepuasan kerja perawat PNS dan BLUD di Ruang Hemato-Onkologi

Anak dari 18 item pertanyaan yang dibagikan kepada 13 perawat (Lampiran 7). Pada

poin pertanyaan 1 perawat menyatakan 77% “ puas dengan kondisi lingkungan

kerja”, 70 % menyatakan merasa puas dengan item pertanyaan 4 “sanksi yang

diterapkan RS tidak merugikan karyawan” serta poin pertanyaan 5 “ tingkat

kebersamaan diantara rekan kerja lebih memuaskan saya”. Pada poin pertanyaan 11

85% menyatakan “ saya sangat dihargai ditempat kerja” dan 77% pada poin

pertanyaan 12 menyatakan “ atasan saya sangat menghargai hasil kerja saya” , poin

pertanyaan 15 100% menyatakan “ saya merasa puas dengan tingkat tanggung jawab

dalam pekerjaan yang saya emban” dan 77% menyatakan pada poin pertanyaan 16 “

142

Page 3: 11. BAB Vqwasf

sebagai perawat saya bertanggung jawab atas pekerjaan yang diberikan kepada saya”.

Poin pertanyaan 17 77% menyatakan “ saya puas karena mendapat pelatihan yang

sesuai untuk mendukung pelaksanaan pekerjaan saya “ karena hamper semua perawat

sudah mengikuti pelatihan, dan dengan adanya rencana pelatihan Hemato-Onkologi

anak secara berkala. Pada poin pertanyaan 18 69% perawat menyatakan “ kenaikan

posisi/promosi/gaji ditangani dengan adil dengan memperlihatkan masa kerja, kinerja

dan kemampuan”

1. Mutu Pelayanan Keperawatan

a. Keamanan Pasien

Mengenai keamanan pasien, berdasarkan hasil observasi untuk angka

kejadian dekubitus selama 12 hari dengan jumlah pasien kelolaan orang tidak ada

pasien yang mengalami dekubitus selama role play berlangsung atau 0%

kejadian dekubitus. Berdasarkan hasil observasi selama 12 hari tidak ada terjadi

kesalahan dalam hal pemberian obat atau 0% kesalahan, hal ini karena perawat

selalu melakukan pengecekan terhadap pemberian obat kepada pasien. Angka

kejadian pasien jatuh sebanyak 0% di Ruang Hemato-Onkologi Anak Tulip IIIA

selama 12 hari karena perawat akan melakukan pengamanan seperti menaikan

pagar bed bagi pasien yang memiliki risiko jatuh, memberikan edukasi kepada

keluarga untuk selalu mengawasi anaknya serta rata-rata bed pasien di ruangan

berpagar. (lampiran 4)

b. Tingkat Kepuasan Pasien Kelolaan dan Non Kelolaan (Ruang Hemato-Onkologi

Anak Tulip IIIA )

Berdasarkan observasi dengan menggunakan kuesioner yang berisi 25

pertanyaan kepada 11 pasien kelolaan dan 6 pasien non kelolaan selama 12 hari

role play dengan lama perawatan masing-masing pasien selama ≥ 2 hari

diberikan pertanyaan pilihan mencakup mengenai pemberian penjelasan orientasi

ruangan, penjelasan setiap prosedur tindakan, dan sikap perawat selama

143

Page 4: 11. BAB Vqwasf

memberikan asuhan keperawatan. Jawaban pada pertanyaan pilihan terdiri atas

dua jawaban yaitu “ya” dan “tidak”. (lampiran 5)

1). Kepuasan Pasien Berdasarkan Pendidikan

Hasil kuesioner kepuasan pasien di Ruang Hemato-Onkologi Anak Tulip IIIA

sebelum role play dan sesudah role play pada pasien kelolaan maupun yang non

kelolaan berdasarkan tingkat pendidikan orang tua dan pasien dapat dilihat pada

gambar berikut:

Gambar 5.1 Tingkat kepuasan keluarga/pasien di Ruang Hemato-Onkologi Anak Tulip IIIA sebelum dilakukan role play dan sesudah role play pada pasien kelolaan serta non kelolaan berdasarkan tingkat pendidikan orang tua

Gambar 5.2 Tingkat kepuasan keluarga/pasien di Ruang Hemato-Onkologi Anak Tulip IIIA sebelum dilakukan role play dan sesudah role play pada pasien kelolaan serta non kelolaan berdasarkan tingkat pendidikan responden

Gambar di atas menunjukkan bahwa tingkat pendidikan orang tua serta

responden sebelum dilakukan role play sebagian besar berpendidikan SMA, pada

pasien kelolaan sebagian besar berpendidikan SMA, dan non kelolaan sesudah

dilakukan role play sebagian besar memiliki latar pendidikan SD. Serta pendidikan

144

Page 5: 11. BAB Vqwasf

anak sebelum dilakukan role play pra sekolah, sesudah dilakukan role play pada

kelolaan pra sekolah dan setelah dilakukan role play non kelolaan adalah SD.

Menurut Notoatmodjo (2005), yang mengemukakan bahwa hasil pendidikan

ikut membentuk pola berpikir, pola persepsi, dan sikap pengambilan keputusan

seseorang. Pendidikan seseorang yang meningkat mengajarkan individu

mengambil keputusan yang terbaik untuk dirinya.

2). Kepuasan Pasien berdasarkan jenis pekerjaan

Hasil kuesioner kepuasan pasien di Ruang Hemato-Onkologi Anak Tulip IIIA

sebelum role play dan sesudah role play pada pasien kelolaan maupun yang non

kelolaan berdasarkan jenis pekerjaan dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 5.3 Tingkat Kepuasan pasien di Ruang Hemato-Onkologi Anak Tulip IIIA sebelum dilakukan role play dan sesudah role play pada pasien kelolaan serta non kelolaan berdasarkan jenis pekerjaan responden

Gambar di atas menunjukkan bahwa pada responden sebelum dan sesudah

dilakukan role play sebagian besar memiliki pekerjaan swasta dan lain-lain seperti

buruh, petani, dan pedagang.

3). Kepuasan pasien berdasarkan lama rawat

Hasil kuesioner kepuasan pasien di Ruang Hemato-Onkologi Anak Tulip IIIA

sebelum role play dan sesudah role play pada pasien kelolaan maupun yang non

kelolaan berdasarkan lama rawat dapat dilihat pada gambar berikut:

145

Page 6: 11. BAB Vqwasf

Gambar 5.4Tingkat kepuasan pasien di Ruang Hemato-Onkologi Anak Tulip IIIA sebelum dilakukan role play dan sesudah role play pada pasien kelolaan serta non kelolaan berdasarkan lama rawat

Gambar di atas menunjukkan bahwa pada responden sebelum dilakukan role

play adalah < 7 hari dan setelah dilakukan role play pada pasien kelolaan maupun

non kelolaan sebagian besar di rawat selama 3-7 hari. Lama rawat ( >7 hari) pasien

kelolaan setelah dilakukan role play menurun menjadi 45% hal ini karena rata-rata

pasien yang dirawat di Ruang Hemato-Onkologi Anak Tulip IIIA hanya

menjalankan kemoterapi dan transfusi darah rutin.

1) Perbandingan presentasi tingkat kepuasan pasien kelolaan dan non kelolaan di

Ruang Hemato-Onkologi Anak Tulip IIIA

Perbandingan tingkat kepuasan pasien sebelum dan sesudah role play pada

pasien kelolaan maupun non kelolaan dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 5.5 Diagram batang perbandingan tingkat kepuasan pasien sebelum dan sesudah role play pada pasien

kelolaan maupun non kelolaan di Ruang Hemato-Onkologi Anak Tulip IIIA

146

Page 7: 11. BAB Vqwasf

Rekapitulasi jawaban responden pada pasien kelolaan yang didapatkan dari

tanggal 5 Juni – 17 Juni 2015 (selama dilakukan role play) yaitu jawaban “ya”

sebanyak 77,88% dan jawaban “tidak” sebanyak 21,32 %. Dapat disimpulkan

bahwa tingkat kepuasan pasien pada pasien kelolaan sebesar 77,88 %.

Sedangkan rekapitulasi jawaban responden pada pasien non kelolaan yang

didapatkan dari tanggal 5 Juni-17 Juni 2015 (selama dilakukan role play) yaitu

jawaban “ya” sebanyak 65,36 % dan jawaban “tidak” sebanyak 34,64 %. Jadi,

dapat disimpulkan bahwa tingkat kepuasan pasien pada pasien non kelolaan

sebesar 65,36 %.

Dari hasil observasi dengan menggunakan kuesioner, gambar diatas

menunjukan bahwa dibandingkan sebelum role play, tingkat kepuasan pasien

meningkat di ruang pasien kelolaan stase manajemen oleh mahasiswa stase

manajemen sebagai role model. Item-item yang meningkat setelah pelaksanaan

role play dapat dilihat pada tabel perbedaan tingkat kepuasan pasien sebelum dan

sesudah role play (tabel terlampir) Item-item yang meningkat tersebut antara

sebelum dan sesudah role play adalah semua item pertanyaan kepuasan pasien

terutama pada poin pertanyaan 1 meningkat 69% yaitu “apakah perawat selalu

memperkenalkan diri” hal dan poin pertanyaan 21 meningkat 48% yaitu “Apakah

anda/keluarga anda mengetahui perawat yang bertanggung jawab setiap kali

pergantian dinas”, karena mahasiswa manajemen selalu memperkenalkan diri

setiap kali pergantian dinas dan saat melakukan tindakan keperawatan.

Poin pertanyaan 2 meningkat hingga 100% “ apakah perawat melarang

anda/pengunjung merokok diruangan” karena pada saat pasien baru masuk

mahasiswa manajemen menerapkan penerimaan pasien baru dengan memberikan

tata tertib yang ada diruangan dan harus dipatuhi oleh semua pasien. Poin

pertanyaan 16 meningkat 31 % yaitu “Pada saat anda/keluarga anda masuk rumah

sakit, apakah perawat memberikan penjelasan tentang fasilitas yang tersedia dan

cara penggunaannya, peraturan/tata tertib yang berlaku di rumah sakit”, poin

pertanyaan ini meningkat karena mahasiswa manajemen menerapkan prosedur

penerimaan pasien baru yang dalam pelaksanaanya menjelaskan tentang tata tertib

147

Page 8: 11. BAB Vqwasf

ruangan dan fasilitas yang tersedia. Poin pertanyaan 22 “ apakah perawat selalu

memberi penjelasan sebelum melakukan tindakan perawatan/pengobatan “

meningkat 23% karena setiap akan dilakukan tindakan dilakukan persutujuan

kepada pasien/keluarganya. Poin pertanyaan 23 “ apakah perawat selalu bersedia

mendengarkan dan memperhatikan setiap keluhan anda/keluarga anda” meningkat

14% menjadi 100%. Poin 24 “ Dalam hal memberikan obat, apakah perawat

membantu menyiapkan/ meminumkan obat” meningkat 76% karena mahasiswa

manajemen membantu menjalankan sentralisasi obat diruangan. Poin pertanyaan

25 “ Selama anda/keluarga anda dirawat, apakah diberikan penjelasan tentang

perawatan/pengobatan/pemeriksaan lanjutan setelah anda/keluarga anda

diperbolehkan pulang” meningkat 21% karena mahasiswa manajemen dan perawat

memberikan penjelasan discharge planning sebelum pulang. Meningkatnya

kepuasan pasien di Ruang Hemato-Onkologi Anak Tulip IIIA tidak lepas dari

tindakan mahasiswa dan perawat yang bekerjasama dalam melakukan timbang

terima, sentralisasi obat, discharge planning, penerimaan pasien baru, dan ronde

keperawatan, menjaga kebersihan bersama, menerapkan peraturan yang berlaku di

ruangan dan memberikan asuhan keperawatan yang berkesinambungan sehingga

pasien dan keluarga merasa di penuhi kebutuhannya dan sebagai pasien mereka

merasa puas terhadap pelayanan yang diberikan oleh perawat di Ruang Hemato-

Onkologi Anak Tulip IIIA RSUD Ulin Banjarmasin.

148

Page 9: 11. BAB Vqwasf

2. Sepuluh Penyakit Terbanyak Ruang Tulip IIIA (Hemato-Onkologi Anak)

Gambar 5.6 Diagram Sepuluh Penyakit Terbanyak Di Ruang Hemato-Onkologi Anak Tulip IIIA RSUD Ulin Banjarmasin Tanggal 5 Juni-17 Juni 2015

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil dokumentasi ruang Hemato-

Onkologi Anak Tulip IIIA dari Tanggal 5 Juni-17 Juni 2015 didapatkan penyakit

terbanyak yaitu Thalasemia. Hal ini menunjukkan bahwa penyakit kasus Hematologi

merupakan penyakit yang terbanyak di Ruang Hemato-Onkologi Anak Tulip IIIA

RSUD Ulin Banjarmasin.

3. Tingkat Ketergantungan Klien Ruang Tulip III A

149

Page 10: 11. BAB Vqwasf

Gambar 5.7 Diagram Rata-Rata Tingkat Ketergantungan Klien Di Ruang Hemato-Onkologi Anak Tulip IIIA RSUD Ulin Banjarmasin Tanggal 5 Juni-17 Juni 2015

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil dokumentasi ruang Hemato-

Onkologi Anak Tulip IIIA dari observasi Tanggal 18 Juni- 20 Juni 2015 didapatkan rata-

rata tingkat ketergantungan klien yaitu adalah 90,6 % perawatan parsial (lampiran 6).

4. Kebutuhan Tenaga Non Keperawatan Ruang Hemato-Onkologi Anak Tulip

IIIA

Tenaga Non keperawatan di Ruang Hemato-Onkologi Anak Tulip IIIA

seluruhnya berjumlah 4 orang, yaitu : 1 orang apoteker, 1 orang administrasi, 1 orang

cleaning service, 1 orang ahli gizi. Belum ada loper dan pekarya di ruangan tersebut

sehingga untuk selalu menunjang kebutuhan dan fasilitas ruangan dibantu oleh

mahasiswa yang praktek manajemen.

5. Instrumen B

1. Hasil Evaluasi Persepsi Pasien Kelolaan Terhadap Mutu Asuhan

Keperawatan Di Ruang Hemato-Onkologi Anak Tulip IIIA RSUD Ulin

Banjarmasin.

a. Karakteristik

Dari 11 Responden pasien kelolaan yang diambil sebagai sampel di ruang

Tulip Hemato-Onkologi Anak Tulip IIIA pada tanggal 5 Juni – 17 Juni 2015

didapatkan hasil : Tabel 5.1. Klasifikasi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Orang Tua

PENDIDIKAN JUMLAH %

1. SD 1 9

2. SLTP 3 27

3. SLTA 5 46

150

Page 11: 11. BAB Vqwasf

4. PT 2 18

JUMLAH 11 100%

Tabel 5.2 Klasifikasi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pasien

PENDIDIKAN JUMLAH %

1. PRA SEKOLAH 8 73

2. TK/PAUD 1 9

3. SD 2 18

4. SLTP 0 0

JUMLAH 11 100%

Tabel 5.3. Klasifikasi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan

No. PEKERJAAN JUMLAH %

1 PNS 0 0

2 ABRI 0 0

3 SWASTA 10 90,9

4 LAIN-LAIN 1 9,09

JUMLAH 11 100

Tabel 5.4. Klasifikasi Respoden Bersadarkan Lama RawatNo. PEKERJAAN JUMLAH %

1 2-7 HARI 6 54,5

2 > 7 HARI 5 45,5

JUMLAH 11 100

Hasil kuisioner pada responden pasien kelolaan di Ruang Hemato-Onkologi

Anak Tulip IIIA seperti terlihat pada tabel di atas menunjukan bahwa sebagian besar

pasien telah dirawat 2-7 hari dengan jumlah pasien 6 orang dan responden yang

dirawat >7 hari berjumlah 5 orang.

151

Page 12: 11. BAB Vqwasf

Hasil evaluasi persepsi pasien/keluarga kelolaan terhadap mutu asuhan

keperawatan menurut jumlah jawaban “ya” dan “tidak” pada setiap kuisioner

(instrumen B) pada tanggal 5 Juni-17 Juni 2015 dapat dilihat pada lampiran.

Tabel evaluasi persepsi pasien/keluarga kelolaan terhadap mutu asuhan

keperawatan terlampir. Berdasarkan hasil evaluasi tersebut maka didapatkan

kesimpulan bahwa rata-rata tingkat kepuasan pasien kelolaan di ruang Hemato-

Onkologi Anak Tulip IIIA yaitu 77,88 %.

2. Hasil Evaluasi Persepsi Pasien Non Kelolaan Terhadap Mutu Asuhan

Keperawatan Di Ruang Hemato-Onkologi Anak Tulip IIIA RSUD Ulin

Banjarmasin

a. Karakteristik

Dari 6 Responden pasien non kelolaan yang diambil sebagai sampel di ruang

Hemato-Onkologi Anak Tulip IIIA pada tanggal 5 Juni-17 Juni 2015 didapatkan

hasil:

Tabel 5.5. Klasifikasi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Orang Tua

PENDIDIKAN JUMLAH %

1. SD 3 49

2. SLTP 1 17

3. SLTA 1 17

4. PT 1 17

JUMLAH 6 100%

Tabel 5.6. Klasifikasi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Anak

PENDIDIKAN JUMLAH %

1. PRA SEKOLAH 1 17

2. TK/PAUD 1 17

3. SD 3 49

4. SLTP 1 17

JUMLAH 6 100%

152

Page 13: 11. BAB Vqwasf

Tabel 5.7. Klasifikasi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan

No. PEKERJAAN JUMLAH %

1 PNS 0 0

2 ABRI 0 0

3 SWASTA 4 66,6

4 LAIN-LAIN 2 33,3

JUMLAH 6 100

Tabel 5.8. Klasifikasi Respoden Bersadarkan Lama Rawat

No. PEKERJAAN JUMLAH %

1 2-7 HARI 6 100

2 > 7 HARI 0 0

JUMLAH 6 100

Hasil kuisioner seperti terlihat pada tabel menunjukan bahwa pada responden

pasien non kelolaan di Ruang Hemato-Onkologi Anak Tulip IIIA sebagian besar

telah dirawat 2-7 hari dengan jumlah pasien 6 orang. Hasil evaluasi persepsi

pasien/keluarga non kelolaan terhadap mutu asuhan keperawatan menurut jumlah

jawaban “ya” dan “tidak” pada setiap masing-masing responden (instrumen B) pada

tanggal 5 Juni-17 Juni 2015 dapat dilihat pada lampiran. Dari tabel tersebut dapat

diketahui bahwa dari 6 responden puas terhadap mutu asuhan keperawatan. Artinya

tingkat kepuasan pasien pada pasien non kelolaan sebesar 65,36% (lampiran 5).

B. Material (M2)

1. Sebelum kegiatan role play Manajemen Keperawatan

Berdasarkan hasil observasi, didapatkan bahwa lingkungan Ruang Hemato-

Onkologi Anak Tulip IIIA merupakan ruangan baru di RSUD Ulin Banjarmasin.

Berhubungan dengan ruangan baru, maka ruangan ini membutuhkan kelengkapan alat

inventaris ruang rawat inap mengenai perlengkapan alat-alat kantor, alat-alat medis,

serta kelengkapan alat tenun agar pelayanan di ruangan bisa berjalan dengan baik

seperti ruangan lainnya.

153

Page 14: 11. BAB Vqwasf

Sarana dan prasarana : didapatkan bahwa keadaan fasilitas seperti WC dan kamar

mandi pasien sudah mencukupi, terdapat WC pada setiap kamar ruangan, namun

terlihat masih kotor dikarenakan ruangan ini merupakan ruangan yang sudah lama

kosong dan perlu perawatan serta dibersihkan. Beberapa WC di kamar III yang

tersumbat dan di Kamar VI serta di kamar tindakan yang saluran air nya bermasalah

dan mengeluarkan bau yang tidak enak setelah digunakan. Gambaran umum jumlah

tempat tidur di Ruang Hemato-Onkologi Anak Tulip IIIA adalah 31 tempat tidur.

2. Sesudah kegiatan role play Manajemen Keperawatan

Di ruang Hemato-Onkologi Anak Tulip IIIA untuk kelengkapan alat inventaris

ruang rawat inap mengenai perlengkapan alat-alat kantor, alat-alat medis, serta

kelengkapan alat tenun yang ada di Ruang Hemato-Onkologi Anak Tulip IIIA RSUD

sudah cukup dapat memenuhi kebutuhan di ruangan selama ini.

Berdasarkan hasil observasi, didapatkan bahwa lingkungan Ruang Hemato-

Onkologi Anak Tulip IIIA sudah bisa dikategorikan cukup bersih akan tetapi pada

beberapa waktu kadang terlihat adanya sampah di sekitar depan ruangan. Berdasarkan

observasi rak sepatu/sandal sudah tersedia disetiap ruangan Ruang Hemato-Onkologi

Anak Tulip IIIA, dan kadang terlihat sandal/sepatu dari keluarga pasien masih tetap

berserakan di lantai di atas jam siang bahkan pada malam hari.

Pada setiap bed pasien banyak keluarga pasien yang meletakkan barang-barang

bawaan di sekitar bed yang kurang tersusun dengan rapi dan masih terlihat

berantakan. Pada daerah sekitar Ruang Hemato-Onkologi Anak Tulip IIIA tampak

keluarga pasien yang berkunjung terlalu banyak, tidak masuk bergantian saat

bertamu, serta keluarga pasien yang menunggu terlihat juga ikut tidur atau duduk di

bed pasien.

Sarana dan prasarana : didapatkan bahwa keadaan fasilitas seperti WC dan kamar

mandi pasien sudah mencukupi, terdapat WC pada setiap kamar ruangan, namun ada

salah satu WC di kamar III yang tersumbat dan di Kamar VI yang saluran air nya

bermasalah. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa pasien dan keluarga WC

dan kamar mandi sebenarnya cukup bersih, namun ada beberapa WC yang

154

Page 15: 11. BAB Vqwasf

menimbulkan bau yang tidak enak setelah dipakai. Hal ini juga didukung dari hasil

observasi pada tanggal 17 Juni 2015. Peralatan seperti pispot sudah ada dimiliki

ruangan namun tidak diletakkan di setiap WC. Gambaran umum jumlah tempat tidur

di Ruang Hemato-Onkologi Anak Tulip IIIA adalah 31 tempat tidur. Ruangan saat ini

memiliki musholla sebagai wahana keluarga pasien untuk beribadah.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan staf adminstrasi Ruang

Hemato-Onkologi Anak Tulip IIIA dikatakan terdapat arsip pembayaran pasien, buku

sensus pasien, buku penyerahan status MR, buku penyerahan SMF, buku penyerahan

BPJS, dan protap pelaksanaan adminstrasi pasien.

Kelengkapan alat kesehatan di Ruang Hemato-Onkologi Anak Tulip IIIA terlihat

belum lengkap, dari beberapa macam daftar kebutuhan logistik yang diminta hanya

diberikan sebagian dari daftar kebutuhan permintaan logistik dari ruangan. Namun

Beberapa alat yang tersedia di ruangan sebagian besar sudah memenuhi kriteria ratio

ideal berdasarkan PERMENKES Tahun 2001 walaupun ada sebagian kecil alat yang

tidak memenuhi kriteria ratio ideal. Bahkan ada juga alat yang diperlukan namun

tidak tersedia di ruangan.

Sedangkan untuk pengadaan peralatan pelayanan di Ruang Hemato-Onkologi

Anak Tulip IIIA RSUD Ulin Banjarmasin, ada beberapa peralatan yang diperlukan

namun masih belum tersedia seperti : meja pasien, senter, lemari obat emergency,

brankar, dan tempat spuit. Pengelolaan sampah di Ruang Hemato-Onkologi Anak

Tulip IIIA seperti sampah medis, non medis dan sampah pasien sudah cukup bagus

dimana sudah tersedia tempat sampah medis, non medis dan sampah pasien. Keadaan

kipas angin di ruangan sudah mencukupi karena pada setiap blok ruangan terdapat

kipas angin yang dapat berfungsi dengan baik dan ruangan memiliki 4 televisi LED

untuk pasien mendapat hiburan selama hospitalisasi agar tidak bosan tetapi belum

terpasang di setiap kamar pasien. Dari 2 wastafel yang terdapat di dalam ruangan

semuanya bisa digunakan, tetapi tampak sedikit kotor karena dipergunakan keluarga

pasien untuk mencuci piring dan gelas. Ruangan juga sudah memiliki lemari khusus

untuk meletakkan arsip dan ruangan sudah memiliki rak untuk menyimpan obat

pasien.

155

Page 16: 11. BAB Vqwasf

Kelengkapan alat kantor seperti loker perawat, telepon, papan tulis besar, dan

papan tulis kecil belum tersedia. Lemari arsip besi sudah ada namun belum

dipergunakan, arsip-arsip dan blanko keperawatan terlihat sudah tertata rapi. Kursi

besi 1 set ada 3 yang keadaannya masih baru tetapi jumlahnya masih kurang sesuai

kriteria ratio ideal berdasarkan PERMENKES tahun 2001.

Kelengkapan alat tenun yang ada di Ruang Hemato-Onkologi Anak Tulip IIIA

RSUD Ulin Banjarmasin berdasarkan hasil observasi terlihat bahwa kelengkapan

linen di ruangan masih kurang. Jumlah sprei yang ada hanya sekitar 30 buah,

sedangkan jumlah kasur pasien yang tersedia di ruangan berjumlah 31 buah. Hal ini

masih belum mencukupi standar PERMENKES, yaitu 1: 5 atau 1 pasien harus

memiliki 5 buah sprei dan juga seperti pengadaan bantal beserta sarungnya masih

belum ada.

Selama role play stase Manajemen Keperawatan periode 1 juni – 14 juni 2015

beberapa kegiatan yang telah dilakukan untuk menunjang sarana dan prasarana yang

memadai seperti melaporkan kepada Kepala Ruangan bahwa ada WC yang buntu,

sudah ditindak lanjuti oleh Kepala Ruangan dengan berkoordinasi bersama pihak

terkait, namun saat dievaluasi masih belum ada intervensi lanjut dari pihak terkait,

serta berkoordinasi dengan cleaning service ruangan untuk pemeliharaan kebersihan

ruangan. Pada saat penerimaan pasien baru sudah dijelaskan tentang tata tertib

ruangan, menjaga kebersihan ruangan, jam kunjung tamu, serta fasilitas ruangan

kepada pasien dan keluarga pasien. Selain itu, perawat juga menegur dalam

menertibkan pengunjung yang banyak pada saat jam tamu. Diharapkan pihak

manajemen untuk memberlakukan jam tamu bagi pengunjung, dengan pengunjung

yang dibatasi kenyamanan pasien akan lebih terjaga, petugas merasa nyaman dalam

melakukan pelayanan, dapat meminimalisir infeksi nosokomial, serta dapat

menghemat pemakaian air dan listrik di ruangan Hemato-Onkologi Anak Tulip IIIA.

C. Method (M3)

1. Penerapan SP2KP

156

Page 17: 11. BAB Vqwasf

Dilakukannya role play terhadap pelaksanaan penerapan SP2KP dari tanggal 01

Juni 2015 – 14 Juni 201 di ruang Hemato-Onkologi Anak tulip IIIA. Pembagian tugas

dilakukan untuk penetapan sebagai kepala ruangan 1 orang, supervisor 1 orang,

perawat primer 1 orang, dan perawat asosiet 1-3 orang untuk tiap pergantian shift

(pagi, siang, dan malam). Dukungan yang diberikan selama ini yaitu adanya kemauan

dan kerjasama untuk semua perawat di ruang Hemato-Onkologi anak tulip IIIA.

2. Timbang Terima

Timbang terima sebelum dan sesudah role play dapat dilihat pada gambar di

bawah ini:

Gambar 5.8 Perbandingan Hasil Penilaian Sebelum dan Sesudah Pelaksanaan Role Play

Timbang Terima

Role play timbang terima dilakukan pada tanggal 01 Juni 2015 s/d 14 Juni 2015

yang dilakukan dan dipimpin oleh mahasiswa manajemen. Sebelum dilakukan role

play, timbang terima dari shift malam ke shift pagi dimulai di Nurse Station dipimpin

oleh supervisor, kemudian dilanjutkan melakukan validasi data dengan melihat status

157

Page 18: 11. BAB Vqwasf

dan hanya dilakukan di nurse station saja yang dilakukan oleh supervisor dan perawat

shift pagi. Setelah memvalidasi data biasanya langsung membagi pekerjaan

berdasarkan banyaknya blok. Timbang terima dari shift pagi ke shift siang dan dari

shift siang ke shift malam biasa hanya dilakukan secara informal di nurse station,

validasi data hanya dilakukan di nurse station saja.

Setelah dilakukan role play, timbang terima berdasarkan gambar di atas

diketahui terjadinya peningkatan dalam kegiatan timbang terima terutama pada point

2,6,7,8 dan 12 yaitu perawat telah menyiapkan buku catatan dan pelatan tulis,

timbang-terima dilanjutkan dengan melihat langsung kondisi klien, hal-hal yang

sifatnya khusus dicatat dan di serah terimakan pada shift berikutnya dan penyampaian

dilakukan dengan singkat dan jelas. Selain itu pada poin lain mengalami peningkatan

yang sangat baik seperti; kegiatan timbang terima dipimpin oleh kepala

ruangan/supervisor pada pergantian shift dari malam ke pagi dari pagi ke sore,

sedangkan pergantian shift dari sore ke malam dipimpin oleh Perawat Asociate dan

dilaksanakan setiap shift. Hal ini dikarenakan adanya koordinasi dengan kepala

ruangan, suvervisor yang turut membantu dalam kegiatan timbang terima, serta

perawat yang bertugas pada shift tersebut sehingga timbang terima dapat berjalan

sesuai dengan kriteria dan bekelanjutan. Timbang terima dilakukan awalnya di Nurse

Station dan kemudian langsung ke klien untuk memvalidasi data. Selama pelaporan

timbang terima sudah disampaikan keluhan klien, memperkenalkan perawat ganti

shift yang akan berjaga, diagnosa keperawatan yang muncul, intervensi yang sudah

dilakukan dan belum dilakukan, dan pendokumentasian catatan timbang terima. Hal

ini perlu tetap dipertahankan dan ditingkatkan dalam pelaksanaannya walaupun tidak

ada lagi mahasiswa khususnya mahasiswa manajemen.

Evaluasi Timbang Terima

Struktur

1. Semua perawat untuk pergantian shift sudah siap.

2. Format timbang terima telah dibuat dengan modifikasi catatan perkembangan.

3. Sarana dan prasarana yang menunjang timbang terima telah tersedia antara

lain : catatan timbang terima dan kelompok shift timbang terima.

158

Page 19: 11. BAB Vqwasf

4. Ketika dilakukan role play, kepala ruangan mahasiswa stase manajemen

selalu memimpin kegiatan timbang terima yang dilaksanakan pada pergantian

shift malam ke shift pagi dan perawat primer memimpin timbang terima yang

dilaksanakan pada pergantian shift pagi ke siang dan shift siang ke malam. .

Proses

1. Proses timbang terima pagi dimulai di nurse station dipimpin oleh kepala

ruangan stase manajemen dan dilaksanakan oleh seluruh perawat yang telah

bertugas maupun yang akan menggantikan shift.

2. Proses timbang terima siang dan malam dimulai di nurse station dipimpin

oleh perawat primer yang bertugas pada shift tersebut dan diikuti oleh semua

perawat asosiet yang telah bertugas pada shift sebelumnya maupun yang akan

menggantikan shift.

3. Isi timbang terima mencakup jumlah klien, diagnosis keperawatan, intervensi

yang telah dilakukan maupun yang belum dilakukan dan rencana tindakan

pada hari tersebut.

4. Setelah timbang terima di nurse station dilanjutkan dengan berkunjung ke

masing-masing bed klien untuk menvalidasi data dan memperkenalkan

perawat yang jaga pada shift selanjutnya.

5. Setiap selesai validasi data pada timbang terima pagi dilanjutkan dengan

morning meeting di ruangan pertemuan untuk membagi tugas

pertanggungjawaban klien pada hari tersebut dan rencana tindakan yang akan

dilakukan. Selain itu, pada saat morning meeting juga disampaikan masukkan

dari kepala ruangan, supervisor, ketua tim dan perawat lainnya.

6. Perawat primer selalu berperan aktif dalam memimpin validasi data ke bed

klien.

7. Waktu untuk validasi ke setiap klien tidak lebih dari 3 menit.

Hasil

1. Timbang terima sudah diterapkan di ruangan Tulip III A

2. Setiap perawat mengetahui perkembangan klien dan komunikasi antar

perawat berjalan dengan baik.

159

Page 20: 11. BAB Vqwasf

3. Klien dapat dengan aktif menyampaikan perubahan keluhan yang dirasakan

setiap harinya,

4. Terbina kepercayaan dan kerjasama yang baik antara perawat, klien maupun

keluarga klien.

5. Hambatan yang ditemukan pada saat penilaian role play timbang terima :

a. Proses timbang terima menghabiskan waktu yang cukup lama

b. Banyak keluarga klien atau pengunjung saat mengunjungi bed klien untuk

melakukan validasi data.

3. Discharge Planning

Discharge planning sebelum dan sesudah role play dapat dilihat pada gambar di

bawah ini :

Gambar 5.9 Perbandingan Hasil Penilaian Sebelum dan Sesudah Pelaksanaan Role Play Discharge Planning

Role play discharge planning di Ruang Tulip IIIA dilakukan pada tanggal 01 juni

2015 – 14 Juni 2015. Sebelum dilakukan role play oleh mahasiswa praktik

160

Page 21: 11. BAB Vqwasf

manajemen diketahui bahwa discharge planning pada klien biasanya hanya berupa

penjelasan secara lisan tanpa ada bukti tertulis dan tanpa disertai media seperti leaflet.

Selain itu, di ruangan belum mempunyai format discharge planning. Setelah adanya

role play dari mahasiswa praktik manajemen dapat terlihat pada gambar di atas

terjadi peningkatan kegiatan discharge planning terutama pada point 1 (setiap klien

yang mau pulang dilakukan discharge planning), 5 (dorongan untuk melakukan

discharge planning timbul pada diri anda sendiri), 6 (kepala ruangan memimpin

discharge planning), 9 (discharge planning yang anda lakukan sesuai dengan

prosedur, karena berpengaruh pada asuhan keperawatan), dan 10 (meskipun perawat

sibuk dengan urusannya, perawat tetap melaksanakan discharge planning). Hal ini

mungkin dikarenakan sudah tersedianya media seperti leaflet dan format discharge

planning sehingga dapat memudahkan perawat dalam melakukan discharge planning

dan meningkatkan motivasi perawat dalam melakukan discharge planning. Kegiatan

discharge planning selama role play tidak hanya berfokus pada klien tetapi juga pada

keluarga sehingga informasi yang diberikan bukan hanya diketahui klien tetapi juga

diketahui oleh keluarga sebagai faktor pendukung perawatan klien dirumah.

Discharge planning juga dilakukan setelah pelunasan administrasi, namun terkadang

discharge planning dilakukan bersamaan dengan proses pelunasan administrasi

karena keterbatasan waktu yang dimiliki, terkadang klien dan keluarga ingin bergegas

untuk segera pulang.

Selain itu sudah tersedianya format discharge planning dan leaflet yang diberikan

kepada klien yang sangat membantu dalam perawatan lebih lanjut ketika di rumah

serta keluarga dapat melakukan pencegahan pada keluarga/teman-temannya. Dalam

hal pembuatan leaflet sebelumnya sudah dikonsulkan dengan pihak terkait seperti

kepala ruangan, CI lahan, dan dosen pembimbing statse manajemen. Dalam hal

penyediaan leaflet ini sangat perlu untuk tetap dipertahankan agar perawatan lanjutan

pada klien dapat dilakukan dengan efektif dan efisien. Hal ini mungkin disebabkan

karena kepala ruangan hanya berdinas pada pagi hari sehingga tidak bisa memimpin

discharge planning pada shift sore dan malam hari.

161

Page 22: 11. BAB Vqwasf

Evaluasi Penilaian Discharge planning

Struktur

1. Persiapan dilakukan sebelum kegiatan role play dilaksanakan

2. Telah tersedianya format discharge planning

3. Leaflet telah disiapkan

4. Persiapan dilakukan pada klien dan keluarga yang termasuk dalam tim

kelolaan manajemen PSIK Unlam yang akan direncanakan pulang

sebelumnya.

5. Tepatnya 15 menit sebelum dilakukan discharge planning dilakukan kontrak

waktu dan tempat kepada klien dan keluarga

Proses

1. Discharge planning dilakukan pada klien yang direncanakan pulang pada hari

itu.

2. Pelaksanaan discharge planning dilakukan di ruangan klien.

3. Pelaksanaan discharge planning diikuti oleh klien dan keluarga klien.

4. Discharge planning yang dilaksanakan oleh mahasiswa berkerjasama dengan

perawat ruangan yang bertugas pada saat itu.

5. Discharge planning dilaksanakan sesuai dengan alur yang telah ditentukan

6. Selama role play jumlah klien yang mendapatkan discharge planning ada 20

orang.

Hasil

1. Keluarga dan klien puas dengan hasil pelaksanaan Discharge planning

2. Keluarga dan klien berpartisipasi aktif selama kegiatan Discharge Planning

3. Jumlah klien yang pulang 30 orang.

4. Keluarga antusias memberikan pertanyaan di antaranya berupa :

a. Perawatan klien ketika dirumah ?

b. Kapan klien dijadwalkan konsul ?

5. Hambatan yang ditemukan :

162

Page 23: 11. BAB Vqwasf

a. Klien langsung pulang saat mengetahui dibolehkan pulang sehingga tidak

bisa dilakukan discharge planning.

b. Keterbatasan SDM sehingga tidak dapat menghandle pasien yang pulang

pada waktu bersamaan dalam ruangan yang berbeda.

4. Penerimaan Klien baru

Penerimaan Klien baru sebelum dan sesudah role play dapat dilihat pada

gambar di bawah ini :

Gambar 5.10 Perbandingan Hasil Penilaian Sebelum dan Sesudah Pelaksanaan RolePlay Penerimaan Klien Baru

Sebelum dilakukan role play penerimaan klien baru, di ruangan Tulip IIIA

sebagian besar telah dilakukan dengan baik namun ada beberapa hal yang masih

kurang dilakukan misalnya perkenalan diri perawat, penjelasan fasilitas yang ada

di ruangan, penjelasan aturan ruangan, penjelasan sentralisasi obat, dan

163

Page 24: 11. BAB Vqwasf

pendokumentasian penerimaan klien baru. Setelah dilakukan role play terjadi

peningkatan dalam beberapa item yaitu poin 1, 2, 3, 5, 6, 7, 9 dan 10 . Hal ini

dikarenakan adanya kerjasama antara perawat ruangan dan mahasiswa sehingga

saat perawat ruangan sibuk, mahasiswa dapat membantu mengenalkan Klien dan

keluarga tentang fasilitas, tata tertib, dan sentralisasi obat yang tercantum dalam

format penerimaan Klien baru yang telah dibuat. Hal ini diharapkan dapat

dipertahankan agar Klien dapat mengenal lingkungan baru dari ruangan Hemato-

Onkologi Anak Tulip IIIA dan mengenal siapa orang yang merawatnya sekaligus

menghargai perawat ruangan, sehingga muncul rasa percaya dan kerjasama yang

baik antara satu sama yang lain. Pada point 4 sebanyak 1 orang atau dengan

persentasi 7,67 %, menyatakan tidak pernah diperkenalkan dengan dokter dan

tenaga non keperawatan (misal: tenaga administrasi, ahli gizi, dll). Hal ini

dikarenakan terlalu banyak yang harus disampaikan sehingga biasanya hanya

nama perawat yang bersangkutan yang diperkenalkan dan juga karena jumlah

klien yang datang dari poli tertumpuk pada hari tertentu. Pada point 10 sebanyak

2 orang atau dengan persentasi 15,39 % menyatakan tidak pernah menyarankan

untuk menggunakan masker/penutup hidung bagi keluarga/kerabat yang

berkunjung. Hal ini karena banyaknya jumlah pengunjung yang tidak terkontrol

juga penunggu klien yang tidak patuh terhadap peraturan yang buat oleh ruangan

karena merasa sudah terbiasa dengan keadaan ruangan sebelumnya.

Evaluasi Penilaian Penerimaan Klien Baru

Struktur

1. Telah tersedianya format penerimaan klien baru yang digabung dengan

lembar persetujuan sentralisasi obat.

2. Persiapan kegiatan penerimaan klien baru dilakukan dengan pembuatan

proposal kegiatan dan melakukan konsultasi dengan pembimbing lahan.

3. Kegiatan penerimaan klien baru dilakukan pada klien yang baru dirawat di

ruang Hemato-Onkologi Anak Tulip IIIA, sehingga kegiatan penerimaan

Klien baru bersifat accidental.

164

Page 25: 11. BAB Vqwasf

Proses

1. Kegiatan penerimaan klien baru dilakukan pada klien yang masuk ke ruang

Hemato-Onkologi Anak Tulip IIIA. Penerimaan klien baru pada setiap shift

dilakukan oleh peawat primet shift yang bersangkutan. Penerimaan klien baru

dilakukan di bed klien untuk memberikan penjelasan kepada klien dan

keluarga tentang penerimaan klien baru sesuai dengan hal-hal yang tercantum

dilembar penerimaan klien baru,

2. Lembar penerimaan klien baru ditandatangi oleh peawat primer dan klien atau

keluarga.

3. Keluarga menerima lembaran yang berisi penjelasan mengenai tata tertib

ruangan.

4. Selama kegiatan role play jumlah penerimaan klien baru sebanyak 25 klien.

Hasil

1. Klien atau keluarga mengenali perawat dan dokter yang bertanggung jawab di

ruangan serta dapat mengenali ruangan dan lingkungan rumah sakit.

2. Klien atau keluarga memahami tata tertib ruangan dan alur sentralisasi obat.

3. Klien atau keluarga menandatangi lembar penerimaan klien baru

4. Hambatan :

a. Kegiatan penerimaan klien baru bersifat accidential sehingga kesulitan

mengenalkan perawat yang ada dan yang kebetulan menggunakan ruangan

yang baru.

b. Beberapa kegiatan penerimaan klien baru tidak dapat dilakukan langsung

saat klien baru datang ke ruangan. Hal ini dikarenakan waktu kedatangan

klien yang tidak memungkinkan dilakukan penerimaan klien baru seperti

klien yang dari poli yang datang di waktu bersamaan dan terkadang

keluarga sibuk membereskan hal-hal terkait persiapan rawat inap klien.

165

Page 26: 11. BAB Vqwasf

5. Supervisi

Supervisi sebelum dan sesudah role play dapat dilihat pada gambar di bawah

ini :

Gambar 5.11 Perbandingan Hasil Penilaian Sebelum dan Sesudah Pelaksanaan Role Play Suvervisi

Dari diagram di atas menunjukkan hasil bahwa pada semua item untuk

supervisi mengalami peningkatan dalam kegiatan supervisi terutama pada poin 3,

7, dan 8 yaitu, ”Supervisor ikut dalam pendokumentasian kegiatan pelayanan

bersama-sama ketua tim dan perawat pelaksana, Supervisor mengklasifikasi

permasalahan yang ada dan Supervisor memberikan masukan pada ketua tim dan

perawat pelaksana”. Hal ini dikarenakan supervisor ikut membantu dalam

pelaksanaan dokumentasi keperawatan, supervisi juga memberikan masukan

kepada perawat pelaksana mengenai permasalahan kemoterapi anak. Sedangkan

166

Page 27: 11. BAB Vqwasf

pada point 1 sebanyak 1 orang atau dengan persentasi 7,69% menyatakan tidak

pernah supervisor menetapkan kegiatan yang akan di supervisi. Hal ini

dikarenakan kegiatan supervisi yang dilaksakan ada yang bersifat tidak langsung.

Pada point 2 sebanyak 1 orang atau dengan persentasi 7,69% menyatakan tidak

pernah supervisi menetapkan tujuan supervisi. Hal ini dikarenakan supervisor

belum ada berdiskusi dengan kepala ruangan tentang penetepan jadwal kegiatan

supervisi di ruangan hematologi-onkologi anak. Pada point 10 sebanyak 1 orang

atau dengan persentasi 7,69% menyatakan tidak pernah memberikan reward atau

umpan balik kepada ketua tim dan perawat pelaksana. Hal ini dikarnakan

supervisi yang dilaksanakan belum berjalan dengan sepenuhya. Dalam

pelaksanaan kegiatan supervisi ditemukan berbagai dukungan dan strategi berupa:

1. Supervisor di ruang Hemato-Onkologi Anak Tulip IIIA mempunyai

keterlibatan penuh dalam kegiatan supervisi

2. Supervisor menggunakan SOP dalam setiap supervisi tindakan

keperawatan/kolaborasi

3. Supervisor berperan aktif dalam setiap perencanaan kegiatan supervisi, proses

supervisi sampai follow back dan follow up supervisi.

4. Keterlibatan ketua tim secara langsung dalam kegiatan supervisi dan

memberikan evaluasi secara langsung

5. Perawat yang disupervisi selalu berupaya memperbaiki setiap perbaikan

dalam evaluasi supervisi.

6. Klien dan keluarga yang kooperatif terhadap kegiatan supervisi yang

dilakukan

7. Supervisi menggunakan komunikasi yang baik. Baik dengan perawat

pelaksana maupun kepala ruangan.

Evaluasi Penilaian Supervisi

Struktur

1. Kegiatan supervisi diawali dengan penyiapan SOP, dan pembuatan proposal.

2. Kegiatan yang dilakukan adalah injeksi inta.

167

Page 28: 11. BAB Vqwasf

3. Persiapan dokumen-dokumen yang diperlukan oleh supervisor stase

manajemen berupa lembar penilaian supervisi injeksi intravena dan kolom

bobot penilaian dan kolom pelaksanaan item penilaian.

4. Supervisor dan katim stase manajemen mengikuti jalannya supervisi

Proses

1. Kegiatan supervisi dilakukan dengan model langsung yaitu melakukan

penilaian langsung terhadap tindakan yang dilakukan.

2. Rencana kegiatan yang dilakukan adalah pemasangan terapi intra vena pada

klien.

3. Tahap preinteraksi dilakukan pemantapan kesiapan pada ketua tim stase

manajemen selaku pelaksana tindakan, persiapan alat dan bahan, serta Klien

oleh perawat pelaksana

4. Ketua tim dan supervisor stase manajemen kembali mengevaluasi persiapan

yang dilakukan oleh perawat pelaksana.

5. Dilakukan orientasi, meliputi kegiatan perkenalan oleh perawat, penyampaian

tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilaksanakan, kontrak waktu dengan

Klien, memberikan kepada Klien untuk menyampaikan keluhan maupun

pertanyaan, dan pelaksanaan inform concern

6. Pemberian injeksi intra vena kemudian dilakukan sesuai dengan SOP yang

sudah disediakan.

7. Dilakukan penyampaian hasil kegiatan supervisi, pemberian reinforcement

yang positif kinerja perawat serta penyampaian rencana tindak lanjut supervisi

Hasil

Pada evaluasi kegiatan yang dilakukan oleh supervisor stase manajemen terdapat

beberapa masalah atau kekurangan yang ditemukan pada saat melakukan tindakan

serta rekomendasi penyelesaian masalah, seperti :

1. Tahap orientasi

Pada kegiatan pemberian terapi intra vena. Pada tahap orientasi, yaitu perawat

sudah memperkenalkan nama perawat serta tujuan sekaligus prosedur

168

Page 29: 11. BAB Vqwasf

pemasangan terapi intra vesa namum perawat pelaksana lupa memberitahukan

jadwal shift sehingga klien menanya jadwal jaga perawat.

2. Tahap kerja

Pada kegiatan pemasangan terapi intra vena, perawat lupa memberikan

pengalas atau perlak pada pemasangan intra vena karena di ruangan tidak

tersedia.

3. Tahap terminasi

Pada tahap terminasi tidak terdapat masalah-masalah yang perlu diatasi

dilakukan penilaian respon perawat terhadap pendokumentasian dan kegiatan

supervisi yang dilakukan.

Hambatan yang ditemukan dalam pelaksanaan supervisi berupa :

1. Adanya keterbatasan kelengkapan alat yang digunakan pada saat kegiatan

supervisi.

2. Adanya koordinasi yang kurang antara PP dan PA, sehingga saat kegiataan

supervisi terlihat kerja samanya kurang.

6. Sentralisasi obat

Sentralisasi obat sebelum dan sesudah role play dapat dilihat pada gambar di

bawah ini :

169

Page 30: 11. BAB Vqwasf

Gambar 5.12 Perbandingan Hasil Penilaian Sebelum dan Sesudah Pelaksanaan Sentralisasi obat

Role play dilakukan pada ruang Hemato-Onkologi Anak Tulip IIIA. pada

tanggal 01 Juli sampai 14 Juli 2015 oleh mahasiswa manajemen keperawatan.

Hasil yang didapatkan terjadi peningkatan kegiatan sentralisasi obat. Sebelum

role play dilakukan didapatkan bahwa hanya ada buku catatan obat injeksi dan

lemari untuk sentralisasi obat. Setelah dilakukan role play terjadi peningkatan

pada beberapa item terutama pada poin yang signifikan yaitu nomor 5 “Obat-

obat yang telah disimpan untuk selanjutnya diberikan oleh perawat dengan

memperhatikan alur yang tercantum dalam buku daftar pemberian obat dengan

terlebih dahulu dicocokkan dengan terapi di instruksi oleh dokter dan kartu obat

yang ada pada klien” hal ini dikarenakan adanya kerjasama antara perawat

ruangan dan mahasiswa stase manajemen dalam pembuatan format sentralisasi

obat sehingga sentralisasi obat semakin membaik. Mahasiswa Stase manajemen

selalu melakukan sentralisasi obat dengan menyimpan obat sesuai loker nomor

Klien dan dipergunakan sesuai dengan cacatan obat yang telah diresepkan

dokter. Masih terdapat kelemahan pada poin 2 sebanyak 2 orang dengan

persentasi 15,38% “Apakah perawat menuliskan nama Klien, register, jenis obat,

jumlah dan sediaan (bila perlu) dalam kartu kontrol; dan diketahui (ditanda

tangani) oleh keluarga/klien dalam buku masuk obat”. Hal ini dikarenakan

lembar serah terima obat tidak disiapkan dan tidak terdapat buku masuk obat,

perawat hanya melakukan persetujuan sentralisasi obat di saat penerimaaan

Klien baru. sehingga poin 2 masih belum sepenuhnya dilakukan. Hampir semua

170

Page 31: 11. BAB Vqwasf

Klien di ruang Hemato-Onkologi Anak Tulip IIIA adalah klien BJPS, sehingga

bisa dilakukan subsidi silang.

Diharapkan agar tindakan sentralisasi obat dapat secara terus menerus

dilakukan, sehingga pemberian obat kepada klien dapat dikelola dan diawasi

secara benar sesuai dengan prinsip 12 benar pemberian obat juga sebagai penilai

akreditasi rumah sakit tipe A. Selain itu, sehubungan dengan penerapan BPJS,

kegiatan sentralisasi obat memberikan keuntungan karena dengan adanya

sentralisasi obat, jika ada saat satu klien yang belum menebus obat, maka klien

lain dapat meminjamkan sementara obat yang dimilikinya. Selain itu, dari pihak

rumah sakit menyarankan untuk perencanaan kolektif dalam pengambilan obat,

dimana kartu pengambilan obat dan resep obat hanya dikelola oleh salah satu

petugas per ruangan hal ini diharapkan mengurangi jumlah penunggu klien dan

meningkatkan sentralisasi obat sehingga lebih efektif dan efesien.

Evaluasi Penilaian Sentralisasi Obat

Struktur

1. Pada sentralisasi obat, sarana dan prasarana yang menunjang telah

dipersiapkan, antara lain: lembar informed consent pengelolaan sentralisasi

obat yang digabung dengan format penerimaan klien baru, lembar serah

terima obat dan jadwal pemberian obat, lemari atau tempat penyimpanan obat

baik obat klien maupun persediaan obat oral dan injeksi.

2. Perawat primer dan perawat asosiet stase manajemen yang berdinas

bertanggung jawab terhadap klien baru/lama yang mendapatkan obat baru

yang belum disentralisaskan.

3. Adanya mekanisme sentralisasi obat yang jelas.

Proses

1. Pelaksanaan sentralisasi obat dilakukan sesuai dengan tim kelolaan yang telah

ditetapkan. klien atau keluarga telah diberikan informed consent untuk

dilakukannya sentralisasi obat.

171

Page 32: 11. BAB Vqwasf

2. Proses role play sentralisasi obat dipimpin oleh kepala ruangan dan supervisor

stase manajemen serta dilaksanakan oleh seluruh perawat yang bertugas pada

setiap shift.

3. Pada saat peneriman klien, perawat primer yang melakukan memberikan

lembar persetujuan sentralisasi obat.

4. Klien atau keluarga mendatangani surat persetujuan untuk dilakukannya

sentralisasi obat.

Hasil

1. Klien atau keluarga percaya pada perawat dalam pelaksanaan sentralisasi

obat.

2. Obat dapat diberikan secara tepat dan benar sesuai dengan 12 benar

pemberian obat.

3. Perawat mudah mengontrol obat apa yang masih tersedia ataupun telah habis,

sehingga dapat meminta langsug untuk diresepkan kembali.

4. Pendokumentasian pemberian obat dapat dilakukan dengan benar.

5. Sentralisasi obat sudah diterapkan di ruang Hemato-Onkologi Anak Tulip

IIIA

6. Hambatan:

a. Adanya keluarga yang menolak untuk dilakukan sentralisasi obat.

b. Adanya pembatasan obat dari depo obat.

c. Tidak semua obat yang diresepkan dapat ditebus di rumah sakit.

d. Obat yang ditebus bisa datang terlambat.

e. Belum adanya petugas khusus yang bertugas mengumpulkan resep obat

untuk di serahkan di depo farmasi.

f. Belum aktifnya petugas farmasi yang mengantarkan obat ke ruangan.

172

Page 33: 11. BAB Vqwasf

7. Ronde Keperawatan

Ronde keperawatan sebelum dan sesudah role play dapat dilihat pada gambar di

bawah ini :

Gambar 5.13 Perbandingan Hasil Penilaian Sebelum dan Sesudah Pelaksanaan Role Play Ronde Keperawatan

Dari hasil diagram di atas dapat dilihat bahwa pada sebagian besar semua item

untuk ronde keperawatan mengalami peningkatan dalam kegiatan ronde keperawatan

terutama pada poin 2 (Penetapan kasus minimal datu hari sebelum waktu pelaksaan

ronde), 3 (Pemberian informed consent kepada pasien atau keluarga), 5 (Perawat

(ketua tim) menjelaskan masalah keperaawatan utama), 6 (perawat (ketua tim)

menjelaskan intervensi yang akan dilakukan), 8 (Ronde keperawatan dilakukan sesuai

dengan langkah-langkah ronde keperawatan), 9 (Dalam pelaksanaan ronde dilakukan

tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang telah ditetapkan), dan 10

(Mendiskusikan hasil temuan dan tindakan pada pasien tersebut serta menetapkan

tindakan yang perlu dilakukan). Hal ini dikarenakan adanya kesempatan dari ruangan

untuk melakukan ronde keperawatan, adanya kasus yang memerlukan perhatian

173

Page 34: 11. BAB Vqwasf

khusus dari perawat, dan adanya tersedianya tenaga kesehatan yang terkompeten

dibidangnya. Ronde keperawatan dilakukan sesuai langkah-langkah pada ronde

keperawatan. Sebelum dilakukan ronde keperawatan, perawat menetapkan klien

kelolaan terlebih dahulu dan memberikan lembar persetujuan/inform concent pada

klien yang akan dilakukan ronde keperawatan.

Ronde keperawatan di ruangan Hemato-Onkologi Anak Tulip IIIA pernah

dilaksanakan oleh mahasiswa praktek stase manajemen sebelumnya. Pada tanggal 13

Juni 2015, ronde keperawatan kembali dilakukan oleh mahasiswa praktek manajemen

PSIK FK Unlam dan didapatkan hasil terjadinya peningkatan pada keseluruhan item

dalam kuesioner Ronde Keperawatan. Ronde keperawatan yang dilakukan dengan

menghadirkan Kepala ruangan Tulip IIIA, Supervisi, Perawat primer, perawat

associate, Dokter spesialis gastrointestinal SMF anak, Dokter spesialis syaraf SMF

anak, Dokter spesialis infeksi SMF anak, Dokter spesialis gizi SMF anak, Dokter

sepesialis rehabilitas medik, Dokter hemato-onkologi SMF anak yang

bertanggungjawab, ahli gizi, rohaniawan islam, perawat penanggung jawab, dan

pembimbing akademik.

Struktur

1. Persiapan klien untuk dilakukan ronde keperawatan telah dilakukan

sebelumnya.

2. Pengkajian telah dilakukan terlebih dahulu pada klien yang ditetapkan untuk

ronde keperawatan.

3. Konsultasi telah dilakukan baik kepada CI lahan ataupun akademik untuk

penetapan kasus.

4. Informed consent sudah diberikan kepada klien dan keluarga 1 hari sebelum

pelaksanaan ronde keperawatan.

5. Persiapan tempat telah dilakukan yaitu di ruang pertemuan gedung Tulip

lantai 3 ruang diskusi hemato-onkologi anak Tulip IIIA .

6. Undangan telah dibagikan kepada para konselor seperti kepala Bidang

Keperawatan, Perawat primer, perawat associate, Dokter spesialis

gastrointestinal SMF anak, Dokter spesialis syaraf SMF anak, Dokter spesialis

174

Page 35: 11. BAB Vqwasf

infeksi SMF anak, Dokter spesialis gizi SMF anak, Dokter sepesialis

rehabilitas medik, Dokter hemato-onkologi SMF anak yang

bertanggungjawab, ahli gizi, rohaniawan islam, perawat penanggung jawab,

dan pembimbing akademik.

Proses

1. Ronde keperawatan dimulai pada pukul 11.00-12.45 WITA. Pelaksanaan

ronde keperawatan tidak sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan yaitu

pukul 11.00 WITA.

2. Peserta yang berhadir dalam ronde keperawatan belum sesuai dengan

yang diharapkan karena tidak semua peserta dapat berhadir mengikuti

ronde keperawatan.

3. Peserta yang berhadir meliputi Kepala ruangan Tulip IIIA, Supervisor

Tulip IIIA, Perawat primer, perawat associate, Dokter spesialis

gastrointestinal SMF anak, Dokter spesialis syaraf SMF anak, Dokter

spesialis gizi SMF anak, Dokter hemato-onkologi SMF anak yang

bertanggungjawab, ahli gizi, rohaniawan islam, perawat penanggung

jawab, dan pembimbing akademik.

4. Peserta yang tidak dapat berhadir meliputi kepala bidang keperawatan,

Dokter spesialis syaraf SMF anak, Dokter spesialis Rehabilitas medis,

karena harus menghadiri kegiatan di tempat lain.

5. Ronde keperawatan dipimpin oleh kepala ruangan stase manajemen.

6. Hasil pengkajian dan penyampaian masalah keperawatan yang belum

teratasi telah dijabarkan terlebih dahulu oleh perawat primer stase

manajemen. Dilanjutkan dengan masukan dan saran dari konselor (Dokter

spesialis gastrointestinal SMF anak, Dokter spesialis syaraf SMF anak,

Dokter spesialis gizi SMF anak, Dokter hemato-onkologi SMF anak yang

bertanggungjawab, ahli gizi, rohaniawan islam.) baik dalam segi

keperawatan, medis, gizi dan farmasi.

7. Validasi data dilakukan ke bed klien.

175

Page 36: 11. BAB Vqwasf

8. Ketika dilakukan kunjungan ke bed klien, Dokter spesialis gastrointestinal

SMF anak, Dokter spesialis syaraf SMF anak, Dokter spesialis gizi SMF anak,

Dokter hemato-onkologi SMF anak. Saat dilakukan validasi data, konselor

aktif memberikan informasi terkait kondisi klien dan aktif dalam menjawab

pertanyaan yang diajukan oleh klien atau keluarga.

9. Setelah validasi data, kegiatan dilanjutkan dengan melakukan diskusi yang

melibatkan keluarga.

10. Semua konselor yang berhadir aktif memberikan saran kepada klien maupun

keluarga.

11. Keluarga aktif bertanya dan memberikan informasi terkait kondisi klien.

Hasil

1. Konselor aktif menjawab pertanyaan dan memberikan informasi terkait

masalah yang dihadapi klien.

2. Klien dan keluarga merasa senang telah dilibatkan dalam kegiatan ronde

keperawatan.

3. Solusi dari permasalahan klien telah didapatkan.

4. Keluarga puas dengan hasil ronde keperawatan.

5. Hambatan:

a. Penentuan klien untuk di ronde mengalami kendala karena 2 kali ganti

klien.

b. Waktu mulai acara terlambat (30 menit) karena menunggu kehadiran dari

konselor.

c. Tidak semua konselor dapat berhadir saat ronde keperawatan.

d. Tidak semua peserta ronde keperawatan memahami jalannya ronde

keperawatan.

e. Kurangnya masukkan dari segi keperawatan.

8. Dokumentasi Keperawatan

Dokumentasi keperawatan sebelum dan sesudah role play dapat dilihat pada

gambar di bawah ini :

176

Page 37: 11. BAB Vqwasf

Gambar 5.14 Perbandingan Hasil Penilaian Sebelum dan Sesudah Pelaksanaan Role Play Dokumentasi Keperawatan

a. Evaluasi Penilaian Dokumentasi Keperawatan

Struktur

Persiapan kegiatan pendokumentasian asuhan keperawatan meliputi

penggunaan format pengkajian baru yang dibuat oleh Tim mutu RSUD Ulin

177

Page 38: 11. BAB Vqwasf

Banjarmasin, perumusan diagnosa, pembuatan rencana tindakan termasuk kriteria

tujuan, pelaksanaan tindakan keperawatan, dan evaluasi dalam bentuk catatan

perkembangan yang telah dibuat dalam bentuk format yang telah dikonsultasikan

dan disetujui pembimbing lahan.

Proses

Dokumentasi asuhan keperawatan dilaksanakan pada semua klien yang

dirawat sesuai dengan rencana pengisian yang telah ditetapkan. Dalam

pelaksanaan yang menggunakan format catatan perkembangan ruangan, terdapat

kekurangan yaitu tidak adanya tanda tangan perawat yang menyerahkan dan

perawat yang menerima pada pergantian shift, sehingga kemudian kelompok

memodifikasi format catatan perkembangan untuk mencantumkan hal tersebut.

Pelaksanaan kegiatan penilaian pendokumentasian asuhan keperawatan

dilakukan terhadap seluruh dokumen dengan klien minimal 3 hari perawatan.

Dilakukan penilaian pada item pengkajian, diagnose keperawatan, perencanaan,

implementasi, evaluasi dan catatan keperawatan. Item pengkajian meliputi 4

poin, diagnose keperawatan 3 poin, perencanaan 2 poin, implementasi 3 poin,

evaluasi 2 poin dan catatan keperawatan 5 poin.

Hasil

Berdasarkan hasil penilaian terhadap 10 asuhan keperawatan klien diketahui

bahwa pendokumentasian sebelum pelaksanaan role play belum baik dengan

tingkat persentase; Pengkajian 60%, Diagnosa Keperawatan 59%, Perencanaan

50%, Tindakan Keperawatan 66,67%, Evaluasi 20% dan Catatan Keperawatan

80%. Setelah dilakukan role play, presentasi Pengkajian 80%, Diagnosa

Keperawatan 75%, Perencanaan 75%, Tindakan Keperawatan 83%, Evaluasi

100% dan Catatan Keperawatan 100%. karena penulisan evaluasi dan catatan

keperawatan tertulis dengan rapi dan jelas. Hal ini diharapkan dapat terus

dipertahankan dan ditingkatkan untuk hasil pendokumentasian yang lebih akurat

tentang kondisi pada klien.

178

Page 39: 11. BAB Vqwasf

D. Pemasaran (M4/Marketing)

a. BOR

BOR adalah suatu persentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu

tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat

pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Nilai parameter BOR yang ideal adalah

antara 60-85% (depkes RI,2005).

BOR pada serangkaian data sesuai dengan kapasitas tempat tidur pasien di

Ruang Hemato-Onkologi Anak Tulip IIIA selama tanggal 5 Juni – 14 Juni 2015

yaitu:

Formula :

BOR = = = 62,25 %

Hal ini menunjukan bahwa nilai parameter BOR di Ruang Hemato-

Onkologi Anak Tulip IIIA tanggal 5 Juni – 14 Juni 2015 adalah 62,25% dan nilai

parameter BOR yang ideal adalah antara 60-85% (Depkes, 2005).

Jumlah BOR Ruang Hemato-Onkologi Anak Tulip IIIA mulai dari tanggal 5

Juni – 14 Juni 2015 dapat diakumulasi karena mahasiswa menghitung sendiri

BOR harian selama dinas stase management dengan hasil sebagai berikut:

Tabel 5.7 Perhitungan BOR harian Ruang Hemato-Onkologi Anak Tulip IIIA

No Tanggal BOR1 5 Juni 2015

x 100% = 61,29%

2 6 Juni 2015 x 100% = 67,75%

3 7 Juni 2015 x 100% = 58,06%

4 8 Juni 2015 x 100% = 54,83%

179

Page 40: 11. BAB Vqwasf

5 9 Juni 2015 x 100% = 41,93%

6 10 Juni 2015 x 100% = 48,38%

7 11 Juni 2015 x 100% = 45,16%

8 12 Juni 2015 x 100% = 100%

9 13 Juni 2015 x 100% = 87,09%

10 14 Juni 2015 x 100% = 58,06%

Menurut data yang disajikan di atas pada tanggal 7-11 Juni dan 14 Juni 2015

jumlah BOR kurang dari nilai minimal yaitu 60%, hal ini dikarenakan di ruang

Hemato-Onkologi Anak Tulip IIIA, pelayanan yang paling banyak diberikan

adalah kemoterapi. Kemoterapi itu sendiri sudah terjadwal sesuai protokol

sehingga klien akan masuk rumah sakit sesuai jadwalnya. Oleh karena itu, ada hari

tertentu dimana klien sebagian besar pulang atau datang secara bersamaan, dapat

dilihat pada BOR tanggal 12 juni dan 13 Juni 2015.

Dalam data di atas ada 2 hari dimana nilai BOR melebihi nilai maksimal (60-

85%). Hal ini mengakibatan beban kerja perawat meningkat dan menimbulkan

stressor yang meningkat juga bagi perawat. Mengurangi nilai BOR adalah sesuatu

yang sulit dilakukan karena sebagai rumah sakit pemerintah RSUD Ulin

Banjarmasin tidak boleh menolak pasien baik rujukan ataupun pasien yang datang

sendiri. Strategi yang mungkin dilakukan untuk mengurangi stressor yang

meningkat di kalangan perawat adalah dengan memberikan penyegaran dalam

bentuk rekreasi atau hiburan untuk menurunkan stress dikalangan perawat.

b. ALOS

ALOS adalah suatu gambaran mutu pelayanan yang menggambarkan rata-rata

lama rawat seorang pasien. Indikator ini disamping memberikan gambaran

tingkat efisiensi , juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan , apabila

180

Page 41: 11. BAB Vqwasf

diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan

yang lebih lanjut. Secara umum nilai ALOS yang ideal antara 6-9 hari

(depkes,2005).

Nilai ALOS Ruang Hemato-Onkologi Anak Tulip IIIA pada tanggal 5 Juni –

14 Juni 2015 adalah :

ALOS = = = 4 hari

Jadi rata-rata lama perawatan pasien di Ruang Hemato-Onkologi Anak Tulip

IIIA pada tanggal 5 Juni – 14 Juni 2015 adalah 4 hari dan nilai parameter ALOS

yang ideal adalah 6-9 hari.

Rata-rata lama rawat inap pasien (ALOS) di Ruang Hemato-Onkologi Anak

Tulip IIIA pada 5 Juni – 14 Juni 2015 adalah 4 hari, dengan jumlah pasien keluar

37 orang. Nilai ALOS sebelum roleplay tetap sama dengan nilai ALOS sesudah

roleplay, hal ini dikarenakan kebanyakan klien masuk rumah sakit untuk

melanjutkan terapi sesuai protokol yang sudah terjadwal.

c. BTO

Nilai BTO Ruang Hemato-Onkologi Anak Tulip IIIA pada tanggal 5 Juni – 14

Juni 2015 adalah :

BTO = =

BTO = = 1,19 Kali

Jadi selama tanggal 5 Juni – 14 Juni 2015 nilai BTO Sebanyak 1,19 kali.

Berdasarkan standar Depkes 2015 nilai ini termasuk ideal yaitu berada diantara

1,09-1,36 dalam 2 minggu.

d. TOI

181

Page 42: 11. BAB Vqwasf

Nilai TOI Ruang Hemato-Onkologi Anak Tulip IIIA pada tanggal 5 Juni – 14

Juni 2015 adalah:

TOI =

TOI = = = 3 hari

Jadi, rata-rata tenggang perputaran dari tanggal 5 Juni – 14 Juni 2015 adalah 3

hari sesuai dengan nilai ideal TOI 1-3 hari (Depkes RI,2005)

1. Instrumen C

Struktur

Kegiatan penilaian terhadap kesesuaian pelaksanaan tindakan keperawatan dengan

Standar Operasional Prosedur (SPO) meliputi:

a) Melakukan koordinasi dengan perawat ruangan terkait rencana pelaksanaan

penilaian kesesuaian pelaksanaan tindakan keperawatan dengan Standar

Operasional Prosedur (SPO)

b) Melakukan penilaian kesesuaian pelaksanaan tindakan dengan Standar

Operasional Prosedur (SPO)

c) Melakukan skoring terhadap penilaian kesesuaian pelaksanaan tindakan

keperawatan dengan SPO

d) Menyimpulkan hasil skoring terhadap penilaian kesesuaian pelaksanaan tindakan

keperawatan dengan SPO

e) Melakukan dokumentasi hasil skoring terhadap penilaian kesesuaian pelaksanaan

tindakan keperawatan dengan SPO.

Adapun pengorganisasian kegiatan penilaian dokumentasi asuhan keperawatan

yang dilaksanakan yaitu:

Penanggung Jawab: Karina Danisha Indri Karno, S.Kep

Pembimbing Klinik: Ayu Susanti, S.Kep, Ns

182

Page 43: 11. BAB Vqwasf

Pembimbing Akademik: Endang Pertiwiwati, S.Kep, Ns, M. Kep

Pada kegiatan penilaian terhadap kesesuaian pelaksanaan tindakan keperawatan

dengan SPO ruangan, keterlibatan Supervisor ruangan dalam melakukan evaluasi

dapat membantu kegiatan penilaian.

Proses

Tahap pelaksanaan, kegiatan yang dilakukan penilaian yaitu pemasangan infus,

pemasangan bidai infus dan pemasangan transfusi darah. Secara keseluruhan,

pelaksanaan tindakan mandiri keperawatan tidak mengalami kendala yang berarti

dalam pelaksanaannya.

Hasil

Berdasarkan tabel, diketahui bahwa rata-rata kesesuaian pelaksanaan tindakan

keperawatan dengan SOP ruangan meningkat dari 81,17% menjadi 86,95. Dalam

upaya pembuatan SOP terbaru atau revisi yang telah berkoordinasi dengan Kepala

Ruangan dan Supervisor Ruang Hemato-Onkologi Anak Tulip IIIA dan sudah

diserahkan. Sedangkan untuk penggunaan draf SOP tersebut di ruangan, masih perlu

diproses lebih lanjut.

Tabel 5.8. Data penilaian terhadap kesesuaian pelaksanaan tindakan keperawatan dengan SOP ruangan

No KegiatanPersentase (%)

sebelum roleplay

Persentase (%)

sesudah roleplay

1 Pemasangan infus 90,47% 92,1%

2 Pemasangan bidai infus 96,15% 100%

3 Pemasangan transfusi darah 64,58% 68,75%

Rata-rata 81,17% 86,95%

183

Page 44: 11. BAB Vqwasf

Berdasarkan tabel diatas rata – rata tindakan yang dilakukan di Ruang Hemato-

Onkologi Anak Tulip IIIA setelah role play meningkat daripada sebelum role play.

Pada pemasangan infus sebelum role play nilainya 90,47% sedangkan sesudah role

play meningkat menjadi 92,1%. Peningkatan ini terjadi karena setelah role play

perawat menyiapkan alat lebih lengkap seperti tali pembendung dan mencuci tangan

sebelum dan sesudah tindakan.

Pada tindakan pemasangan bidai infus sebelum role play tindakan yang

dilakukan 96,15%, sedangkan sesudah role play persentasi tindakan meningkat

menjadi 100% karena perawat sudah melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah

tidakan.

Pada pemasangan transfusi darah terjadi peningkatan persentasi antara sebelum

role play dan sesudah role play yaitu dari 64,58% menjadi 68,75%. Peningkatan ini

terjadi karena setelah role play perawat melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah

melakukan tindakan.

184