BAB 2 (11)

22
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Anatomi Sistem Pernafasan Sistem pernafasan meliputi paru, sistem saraf pusat, dinding dada (dengan diafragma dan otot interkostalis) dan sirkulasi paru. Sistem saraf pusat mengendalikan kerja otot dinding dada, yang bekerja sebagai pompa sistem pernafasan.. Anatomi pernafasan agar udara bisa mencapai paru-paru adalah rongga hidung, faring, laring, trachea, bronkus dan bronkiolus. a. Rongga Hidung (Cavum Nasalis) Ketika masuk rongga hidung, udara disaring, dihangatkan dan dilembabkan. Ketiga proses ini merupakan fungsi utama dari mukosa respirasi yang terdiri dari sel epitel toraks bertingkat , bersilia dan bersel goblet. Permukaan epitel diliputi oleh lapisan mukus yang disekresi oleh sel goblet dan kelenjar mukosa. Partikel debu yang kasar disaring oleh rambut-rambut yang terdapat didalam lubang hidung, sedangkan partikel yang halus terjerat didalam lapisan mukus. Gerakan silia mendorong lapisan mucus ke posterior di dalam rongga hidung , dan ke superior di dalam sistem pernafasan bagian bawah menuju faring. Lapisan mukus memberikan air untuk kelembaban, dan banyaknya

description

jjhhuhu

Transcript of BAB 2 (11)

Page 1: BAB 2 (11)

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Anatomi Sistem Pernafasan

Sistem pernafasan meliputi paru, sistem saraf pusat, dinding dada (dengan

diafragma dan otot interkostalis) dan sirkulasi paru. Sistem saraf pusat

mengendalikan kerja otot dinding dada, yang bekerja sebagai pompa sistem

pernafasan.. Anatomi pernafasan agar udara bisa mencapai paru-paru adalah rongga

hidung, faring, laring, trachea, bronkus dan bronkiolus.

a. Rongga Hidung (Cavum Nasalis)

Ketika masuk rongga hidung, udara disaring, dihangatkan dan dilembabkan.

Ketiga proses ini merupakan fungsi utama dari mukosa respirasi yang terdiri

dari sel epitel toraks bertingkat , bersilia dan bersel goblet. Permukaan epitel

diliputi oleh lapisan mukus yang disekresi oleh sel goblet dan kelenjar

mukosa. Partikel debu yang kasar disaring oleh rambut-rambut yang terdapat

didalam lubang hidung, sedangkan partikel yang halus terjerat didalam lapisan

mukus. Gerakan silia mendorong lapisan mucus ke posterior di dalam rongga

hidung , dan ke superior di dalam sistem pernafasan bagian bawah menuju

faring. Lapisan mukus memberikan air untuk kelembaban, dan banyaknya

Page 2: BAB 2 (11)

jaringan pembuluh darah dibawahnya akan menyuplai panas ke udara

inspirasi.

b. Faring

Udara yang masuk ke faring hamper bebas debu, bersuhu mendekati suhu

tubuh,dan kelembabannya mencapai 10%. Faring merupakan percabangan

dua saluran, yaitu saluran pernafasan (nasofaring) pada bagian depan dan

saluran pencernaan (orofaring) pada bagian belakang.

c. Laring

Terdiri dari rangkaian cincin tulang rawan yang dihubungkan oleh otot-otot

dan mengandung pita suara. Ruang berbentuk segitiga di antara pita suara

(yaitu glotis) bermuara kedalam trakea dan membentuk bagian antara saluran

pernafasan atas dan bawah. Glotis merupakan pemisah antara saluran

pernafasan bagian atas dan bawah.

d. Trakea

Trakea disokong oleh cincin tulang rawan berbentuk seperti sepatu kuda yang

panjangna kurang lebih 12,5 cm. Dinding trakea tipis dan kaku, pada bagian

dalam terdapat rongga bersilia. Silia-silia ini berfungsi menyaring benda-

benda asing yang masuk ke saluran pernafasan.

e. Bronkus

Tempat trakea bercabang menjadi bronkus utama kiri dan kanan dikenal

sebagai karina. Karina ini memiliki banyak saraf dan dapat menyebabkan

Page 3: BAB 2 (11)

bronkospasme dan batuk saat di rangsang. Bronkus utama kiri dan kanan tidak

simetris. Bronkus utama kanan lebih pendek dan lebih lebar dibandingkan

dengan bronkus utama kiri dan merupakan kelanjutan dari trakea yang

arahnya hampir vertikal. Sebaliknya, bronkus utama kiri lebih panjang dan

lebih sempit dibandingkan dengan bronkus utama kanan dan merupakan

kelanjutan dari trakea yang lebih tajam. Cabang utama bronkus kanan dan kiri

bercabang lagi menjadi bronkus lobaris dan kemudian bronkus segmentalis.

f. Bronkiolus terminalis

Merupakan saluran udara terkecil yang tidak mengandung alveoli. Bronkiolus

terminalis memiliki garis tengah kurang lebih 1 mm. Bronkiolus tidak

diperkuat oleh tulang rawan namun dikelilingi oleh otot polos sehingga

ukurannya dapat berubah. Seluruh saluran udara kebawah sampai tingkat

bronkiolus terminalis disebut saluran penghantar udara karena fungsi

utamanya adalah sebagai penghantar udara ke tempat pertukaran gas paru.

g. Paru-paru

Setelah bronkiolus terminalis terdapat asinus yang merupakan unit fungsional

paru, yaitu tempat pertukaran gas. Asinus terdiri dari bronkiolus respiratorius

yang terkadang memiliki kantong udara kecil atau alveoli pada dindingnya,

duktus alveolaris yang seluruhnya dibatasi oleh alveolus dan sakus alveolaris

terminalis yang merupakan struktur akhir paru. Asinus kadang disebut lobulus

primer memilik garis tengah kira-kira 0,5 sampai 1,0 cm. alveolus hanya

Page 4: BAB 2 (11)

memiliki satu lapis sel yang diameternya lebih kecil dibandingkan dengan

diameter sel darah merah. Dalam setiap paru terdapat sekitar 300 juta alveolus

dengan luas permukaan seluas sebuah lapangan tenis (Price&Wilson, 2006).

2.2 Ventilasi pernafasan

Terdapat beberapa mekanisme yang berperan membawa udara ke dalam paru

sehingga pertukaran gas dapat berlangsung. Fungsi mekanis pergerakan udara masuk

dan keluar dari paru disebut ventilasi. Udara bergerak masuk dan keluar paru karena

ada selisih tekanan yang terdapat antara atmosfer dan alveolus akibat kerja mekanik

otot-otot pernafasan.

2.3 Volume dan Kapasitas Paru

Volume dan kapasitas paru merupakan gambaran fungsi ventilasi sistem

pernapasan. Dengan mengetahui besarnya volume dan kapasitas paru dapat diketahui

besarnya kapasitas ventilasi maupun ada tidaknya kelainan fungsi ventilasi pada

seseorang.

2.3.1 Volume paru

1. Volume alun napas / Volume Tidal (Tidal Volume [TV]) adalah volume udara

yang diinspirasi atau diekspirasi setiap kali bernafas normal; besarnya kira-

kira 500 ml pada rata-rata orang dewasa muda.

Page 5: BAB 2 (11)

2. Volume cadangan inspirasi (Inspiratory Reserve Volume [IRV]) adalah

volume udara ekstra yang dapat diinspirasi setelah dan di atas volume alun

napas normal; dan biasanya mencapai 3000 ml.

3. Volume cadangan ekspirasi (Expiratory Reserve Volume [ERV]) adalah

jumlah udara ekstra yang dapat diekspirasi melalui ekspirasi kuat pada akhir

ekspirasi alun napas normal; jumlah normalnya adalah sekitar 1100 ml.

4. Volume residu (Residual Volume [RV]) adalah volume udara yang masih

tetap berada dalam paru setelah ekspirasi maksimal. Volume ini besarnya

kira-kira 1200 ml (Guyton & Hall, 2008).

2.3.2 Kapasitas paru

Kapasitas paru merupakan gabungan dari beberapa volume paru dan

dibagi menjadi empat bagian, yaitu :

1. Kapasitas Inspirasi (Inspiratory Capacity), sama dengan volume tidal

ditambah volume cadangan inspirasi. Jumlahnya ± 3500 ml, dan merupakan

jumlah udara yang dapat dihirup seseorang mulai pada tingkat ekspirasi

normal dan mengembangkan paru sampai jumlah maksimum.

2. Kapasitas Residu Fungsional (Functional Residual Capacity) sama dengan

volume cadangan inspirasi ditambah dengan volume residu. Besarnya ± 2300

ml, dan merupakan besarnya udara yang tersisa dalam paru pada akhir

ekspirasi normal.

Page 6: BAB 2 (11)

3. Kapasitas Vital (Vital Capacity ), sama dengan volume cadangan inspirasi

ditambah dengan volume tidal dan volume cadangan ekspirasi. Besarnya ±

4600 ml, dan merupakan jumlah udara maksimal yang dapat dikeluarkan dari

paru, setelah terlebih dahulu mengisi paru secara maksimal dan kemudian

mengeluarkannya sebanyak-banyaknya.

4. Kapasitas Paru Total (Total Lung Capacity), sama dengan kapasitas vital

ditambah dengan volume residu. Besarnya ± 5800 ml, adalah volume

maksimal dimana paru dikembangkan sebesar mungkin dengan inspirasi

paksa (Guyton & Hall, 2008)

2.4 Pemeriksaan Faal Paru

Pada saat ini berbagai alat canggih telah dikembangkan untuk menilai

berbagai faal paru seseorang seperti peak flow meter dan spirometri. Pemeriksaan

spirometri merupakan sebagian dari pemeriksaan faal paru, yaitu pemeriksaan

terhadap fungsi ventilasi. Dengan pemeriksaan spirometri dapat diketahui semua

volume paru kecuali volume residu, semua kapasitas paru kecuali kapasitas paru yang

mengandung komponen volume residu. Dengan demikian dapat diketahui gangguan

fungsional ventilasi paru dengan jenis gangguan digolongkan menjadi dua bagian,

yaitu:

a. Gangguan faal paru obstruktif, yaitu hambatan pada aliran udara yang ditandai

dengan penurunan pada FEV dan VC.

Page 7: BAB 2 (11)

b. Gangguan faal paru restriktif, adalah hambatan pada pengembangan paru yang

ditandai dengan penurunan pada VC, RV dan TLC. (Khumaidah 2009)

Dari berbagai pemeriksaan faal paru, yang sering dilakukan adalah:

a. Vital Capacity (VC)

Adalah volume udara maksimal yang dapat dihembuskan setelah inspirasi

yang maksimal. Ada 2 macam vital capacity berdasarkan cara pengukurannya,

yaitu: 1) Vital Capacity (VC), disini subyek tidak perlu melakukan aktivitas

pernapasan dengan kekuatan penuh dan 2) Forced Vital Capacity (FVC).

Pemeriksaan dilakukan dengan kekuatan maksimal. Pada orang normal tidak

ada perbedaan antara FVC dan VC, sedangkan pada keadaan kelainan

obstruksi terdapat berbedaan antara VC dan FVC. Vital Capacity (VC)

merupakan refleksi dari kemampuan elastisitas atau jaringan paru atau

kekakuan pergerakan dinding toraks. Vital Capacity (VC) yang menurun

merupakan kekuatan jaringan paru atau dinding toraks, sehingga dapat

dikatakan pemenuhan (compliance) paru atau dinding toraks mempunyai

korelasi dengan penurunan VC. Pada kelainan obstruksi ringan VC hanya

mengalami penurunan sedikit atau mungkin normal.

b. Forced Expiratory Volume in 1 Second (FEV1)

Adalah besarnya volume udara yang dikeluarkan dalam satu detik pertama.

Lama ekspirasi orang normal berkisar antara 4-5 detik dan pada detik pertama

orang normal dapat mengeluarkan udara pernapasan sebesar 80% dari nilai

Page 8: BAB 2 (11)

VC. Fase detik pertama ini dikatakan lebih penting dari fase-fase selanjutnya.

Adanya obstruksi pernapasan didasarkan atas besarnya volume pada detik

pertama tersebut. Interpretasi tidak didasarkan nilai absolutnya tetapi pada

perbandingan dengan FVC-nya. Bila FEV/FVC kurang dari 75% berarti

normal.

Penyakit obstruktif seperti bronchitis kronik atau emfisema terjadi

pengurangan FEV lebih besar dibandingkan kapasitas vital (kapasitas vital

mungkin normal) sehingga rasio FEV/FVC kurang 80%.

c. Peak Expiratory Flow Rate (PEFR)

PEFR adalah flow/ aliran udara maksimal yang dihasilkan oleh sejumlah

volume tertentu. Maka PEFR dapat menggambarkan keadaan saluran

pernapasan, apabila PEFR menurun berarti ada hambatan aliran udara pada

saluran pernapasan. Pengukuran dapat dilakukan dengan Mini peak Flow

Metet atau Pneumotachograf. (Al – Ashkar et al, 2003)

Yoga

Yoga adalah bentuk seni dan ilmu pengetahuan kuno yang berasal dari India

yang pada mulanya dirancang untuk memperkuat dan membentuk sikap tubuh dan

menenangkan serta memusatkan pikiran untuk masuk ke dalam meditasi. Yoga

Page 9: BAB 2 (11)

merupakan bentuk pengajaran yang secara kuat mendasarkan diri pada kenyataan

psikologis. Yoga memiliki enam cabang yang berbeda yaitu Raja Yoga, Karma Yoga,

Bhakti Yoga, Jnana Yoga, Hatha Yoga, Tantra Yoga. Dari keenam cabang yoga

tersebut Hatha Yoga merupakan cabang ilmu yoga yang berorientasi pada hal-hal

yang bersifat fisik. Hatha yoga ini meliputi posisi tubuh (asana), teknik pernafasan

(pranayama), relaksasi alam sadar (pratyahara dan darana), dan meditasi (dhyana)

(Worby, 2007).

Sikap Asana

1. Surya Namaskara

Surya Namaskara merupakan latihan dinamis yang baik untuk mengendorkan

seluruh persendian otot dalam tubuh, dan juga memijat seluruhorgan tubuh

bagian dalam. Surya Namaskara ini terdiri dari 12 macam gerakan seperti

dibawah ini:

Page 10: BAB 2 (11)

No Gambar Keterangan

1

Pranamasana

Posisi : Berdirilah tegak dengan kedua kaki rapat.

Letakkan kedua telapak tangan bersamaan di depan

dada. Kendorkan seluruh tubuh.

Nafas : Normal

Manfaatnya : membentuk keadaan konsentrasi dan

ketenangan dalam persiapan untuk latihan yang

dilakukan.

2

Hasta uttanasana

Posisi : Angkat kedua lengan di atas kepala. Kedua

lengan anda direnggangkan menurut lebar bahu

seseorang. Tekuklah kepala dan tubuh bagian atas ke

belakang

Nafas : Tariklah nafas ketika mengangkat kedua

lengan anda

Manfaatnya : Merenggangkan isi rongga perut,

menghilangkan kelebihan lemak, dan memperbaiki

pencernaan. Melatih otot-otot lengan dan bahu,

Page 11: BAB 2 (11)

menyelaraskan urat-urat saraf tulang belakang, dan

membuka seluruh bilik paru.

3

Padahastasana (sikap tangan sampai kaki)

Posisi : Membungkuklah ke depan sampai jari-jari

tangan atau kedua tangan menyentuh tanah pada tiap

sisi atau didepan kedua kaki. Cobalah menyentuh

lutut dengan dahi anda. Jangan tegang, tahanlah agar

kedua kaki tetap lurus.

Nafas : Hembuskanlah nafas selama anda

membungkuk ke depan. Cobalah untuk

mengkerutkan daerah perut pada saat posisi akhir

untuk menghembuskan jumlah udarayang tertinggi.

Manfaatnya : Bermanfaat dalam melenyapkan atau

mencegah sakit perut atau berbagai penyakit perut.

Mengurangi kelebihan lemak pada daerah perut,

memperbaiki pencernaan, dan membantu

menghilangkan sembelit. Memperbaiki peredaran

darah, membuattulang belakang lemas dan

menyelaraskan saraf-saraf tulang belakang.

Page 12: BAB 2 (11)

4

Asva sancalanasana

Posisi : Rentangkanlah kaki kanan ke belakang

sejauh mungkin. Pada waktu yang sama tekuklah

lutut kiri tetapi tahanlah agar kaki kiri tetap pada

posisi yang sama. Kedua lengan anda harus tetap

lurus dan dalam posisi yang sama. Pada posisi akhir,

berat tubuh harus disangga pada kedua tangan anda,

kaki kiri, lutut kanan, dan jari-jari kaki kanan. Kepala

harus dimiringkan ke belakang, punggung

dilengkungkan dan pandangan ditujukan ke atas.

Nafas : Tarik nafas ketika merentangkan kaki kanan

ke belakang

Manfaatnya : Memijat organ-organ perut dan

memperbaiki fungsinya. Otot-otot kaki akan

diperkuat. Keseimbangan urat saraf akan tercapai.

5

Parvatasana

Posisi : Luruskan kaki kiri dan letakkan kaki kiri

tersebut di samping kaki kanan. Angkatlah pantat

anda menggantung dan turunkan kepala sehingga

Page 13: BAB 2 (11)

berada di antara kedua lengan; tubuh harus

membentuk dua sisi segitiga. Kedua kaki dan lengan

harus lurus pada posisi akhir. Cobalah untuk menahan

agar kedua tumit bersentuhan dengan tanah pada

sikap ini.

Nafas : Hembuskanlah nafas selama anda

meluriskan kaki kiri dan membungkukan tubuh.

Manfaatnya : Menguatkan saraf dan otot-otot pada

kedua lengan dan kaki. Melenturkan tulang belakang

pada arah yang berlawanan menuju sikap sebelumnya

dan lebih jauh membantu membuatnya lemas.

Menyelaraskan urat saraf ulang belakang dan

memberikan saraf-saraf tersebut aliran darah yang

segar.

6

Astangga namaskara

Posisi : Rendahkanlah tubuh ke tanah sehingga pada

posisi akhir hanya jari-jari kedua kaki, kedua lutut,

dada, kedua tangan, dan dagu anda yang menyentuh

tanah. Pinggul dan perut anda harus sedikit diangkat

menjauhi tanah.

Page 14: BAB 2 (11)

Nafas : Nafas harus dihembuskan. Tanpa pernafasan.

Manfaatnya : Menguatkan otot-otot kaki dan

lengan.memperkuat dada.

7

Bhujangasana

Posisi : Angkatlah tubuh dari pinggang dengan

meluruskan kedua lengan anda. Lenturkanlah kepala

anda kebelakang. Tingkatan ini sama sebagai posisi

akhir dari Bhujangasana.

Nafas : Tariklah nafas ketika anda mengangkat tubuh

dan melengkungkan punggung.

Manfaatnya : Perut ditekan, membantu menekan

darah yang berhenti dari organ-organ perut dan

mendorong aliran darah segar. Sikap ini sangat

bermanfat bagi semua penyakit perut, termasuk

ketidakmampuan mencerna dan sembelit.

Melengkungkan punggung melatih tulang belakang,

membuat otot-otot lemas dan memberikan kekuatan

kembali pada saraf-saraf tulaang belakang yang

paling penting.

8 -

Page 15: BAB 2 (11)

2. Supta vajrasana

No Gambar Keterangan

1

Supta vajrasana

Posisi : Duduklah dalam vajrasana. Lengkungkanlah

ke belakang, disangga pada kedua lengan dan siku,

kepala menyentuh tanah dengan punggung

dilengkungkan. Letakkan kedua tangan pada paha

dan yakinkan kedua lutut benar-benar menyentuh

tanah. Pejamkan kedua mata dan kendorkan tubuh.

Nafas : Lambat dan mendalam

Tindakan pencegahan : ketelitian harus dilakukan

agartidak melukai otot dan sendi tulang paha serta

lutut dengan memaksa lutut menyentuh tanah.

Batasan-batasan : tidak boleh dilakukan oleh para

penderita penyakit selangkangan.

Manfaatnya : baik bagi orang penyakit perut,

terutama sembelit. Asana ini menyelaraskan saraf-

saraf tulang belakang.

Page 16: BAB 2 (11)

3. Ustrasana

No Gambar Keterangan

-

No Gambar Keterangan

1

- Ustrasana

Duduklah dalam vajrasana dengan

kedua kaki dan lutut agak renggang.

Berdirilah di atas kedua lutut anda dan

rentangkan kedua lengan ke samping.

Miringlah ke belakang dan letakkan

kedua tangan di atas tumit. Ulurkan

leher ke belakang dan biarkan berat

badan tubuh terletak pada kedua

lengan anda. Lengkungkan tubuh

kebelakang sejauh mungkin.

Page 17: BAB 2 (11)

Kembalilah ke posisi berlutut,

kemudian kembali ke vajrasana.

- Nafas : tarik nafas saat

mengambil siap berlutut.

Hembuskanlah nafassaat melenturkan

tubuh ke belakang dan saat kembali ke

vajrasana.

- Manfaatnya : bermanfaat untuk

system pencernaan, pengeluaran, dan

reproduksi. Latihan ini merentangkan

perut dan usus, serta melenyapkan

sembelit. Ini berguna untuk

melenyapkan sakit punggung, sakit

pinggang dan punggung bunggkuk.

-

Page 18: BAB 2 (11)

4. Hasta Uttanasana

No Gambar Keterangan

1

Hasta Uttanasana

Posisi : Berdirilah tegak denga kedua kaki rapat dan

kedua lengan disamping tubuh. Silang kedua

tangandi depan perut. Tariklah nafas dan angkatlah

kedua lengan di atas dan di belakang kepala.

Tekuklah leher ke belakang. Rentangkan lebar-lebar

kedua lengan anda sehingga membentuk garis lurus

setinggi bahu. Tahanlah nafas saat kedua tangan anda

di angkat ke atas kepala. Silanglah kembali kedua

pergelangan tangan anda dan turunkan kedua lengan

selama anda menghembuskan nafas, sehingga kedua

lengan anda kembali ada di depan perut. Ulangi

proses tersebut sampai 10 kali.

Manfaatnya : memperbaiki bahu yang tegap dan

mengendorkan persendian bahu. Merangsang

peredaran darah dan pusat-pusat otak sadar. Ini

merenggangkan tulang belakang dan

Page 19: BAB 2 (11)

menyeimbangkan saraf-saraf tulang belakang.

5. Utthita Lolasana

No Gambar Keterangan

Utthita Lolasana

Posisi : Berdirilah tegak dengan kedua kaki renggang

dua sampai tiga kaki. Angkatlah kedua lengan di atas

kepala dengan siku-siku lurus dan kedua pergelangan

tangan ditekukkan dengan lemas. Ayunkan tubuh ke

bawah dari pingang. Biarkan kedua lengan dan

kepala berayun masuk dan keluar dari tempat antara

kedua kaki anda, tanpa ketegangan. Setelah lima

ayunan yang lengkap, kembalilah ke sikap tubuh

yang tegak, dengan kedua lengan diangkat. Ulangi

sampai 10 kali.

Nafas : Tarik nafas saat mengangkat kedua lengan

dan pada setiap dari kelima ayunan ke atas.

Hembuskan nafas pada setiap ayunan ke bawah dan

pada akhir dari putaran tersebut.

Page 20: BAB 2 (11)

Tindakan pencegahan : tidak boleh dilakukan oleh

orang – orang yang sering sakit kepala atau

mempunyai tekanan darah tinggi

Manfaatnya : menghilangkan kelelahan dengan

merangsang peredaran dan saraf-saraf tulang

belakang, merenggangkan urat-urat lutut, pinggul,

dan otot-otot punggung serta organ tubuh bagian

dalam.

-

6. Sarvangasana

No Gambar Keterangan

Sarvangasana

Posisi : Berbaringlah di atas punggung dengan kedua

kaki rapat, kedua lengan di sampingnya dan telapak

tangan terlentang di atas tanah. Gunakan kedua

lengan anda sebagai pengangkat untuk mengangkat

kedua kaki dan punggung ke posisi tegak lurus.

Tekuklah siku anda dan gunakan kedua lengan

sebagai penyangga untuk menyangga punggung

Page 21: BAB 2 (11)

dengan menekan telapak tangan pada pungung .

Tubuh dan kaki harus lurus ke atas, membentuk sudut

siku-siku dengan lher, dada yang menekan kea rah

dagu.

Nafas : tahanlah nafas di dalam saat mengambil dan

kembali dari asana ini.Lakukan nafas yang normal

ketika tubuh mantap pada posisi terangkat.

Batasannya : bukan untuk para penderita penyakit

gondok yang membesar, hati atau limpa kecil,

tekanan darah tinggi dan sakit jantung.

Manfaatnya : Asana ini merangsang kelenjar

gondokdan dengan demikian mempernaiki

keseimbangan peredaran darah, sistem pencernaan,

reproduksi, jaringan saraf, dan jaringan kelenjar.

Sarvangasana memperbaiki pertumbuhan tubuh yang

tidak baik dan membebaskan gangguan kejiwaan

dengan membaa pasokan darah segar ke otak. Asana

ini menghilangkan asma, brokihitis, dan penyakit

kaki gajah. Asana ini mengeluatkan tekanan daya

tarikbumi yang normal dari otot-otot dubur,

menghilangkan wasir. Menyeimbangkan kedua kaki,

Page 22: BAB 2 (11)

perut , organ-organ reproduksi wanita, punggung, dan

leher. Mencegah kembung dan menghilangkan

kelebihan lemak. Leukorea dan diabetes dapat

diobati. Menguasai asana ini memberikan

pengaturanyang sadar terhadap suhu badan.

-