PERAWATAN APEKSIFIKASI DENGAN BAHAN KALSIUM HIDROKSIDA PADA GIGI PERMANEN MUDA.docx
100609958 Perawatan Apeksifikasi Pada Gigi Permanen Muda
-
Upload
anggita-gita -
Category
Documents
-
view
448 -
download
22
description
Transcript of 100609958 Perawatan Apeksifikasi Pada Gigi Permanen Muda
1
Perawatan Apeksifikasi pada Gigi Permanen Muda
Novelya
090600074
Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Sumatera Utara
Jalan Alumni No. 2 Kampus USU Medan 20155
Abstract
Necrotic immature permanent teeth need special treatment because of lacking apical closure.
The wide opened apex in necrotic immature permanent teeth should be closed by
apexification which is induction of apical closure. The most commonly used material in
apexification is calcium hydroxide but nowadays a new technique called one visit
apexification with mineral trioxide aggregate has been introduced. Success rates of
apexification with calcium hydroxide and mineral trioxide aggregate are both high.
Keywords : apical closure, apexification, calcium hydroxide, mineral trioxide aggregate
PENDAHULUAN
Akar gigi permanen baru terbentuk sempurna tiga tahun setelah erupsi. Bila gigi nekrosis,
maka segala pertumbuhan yang fisiologis dapat terjadi akan terhenti. Kematian pulpa gigi
dapat disebabkan oleh trauma ataupun penjalaran dari karies. Bila nekrosis terjadi ketika
akar masih belum sempurna, maka pembentukan dentin akan terhenti dan pebentukan akar
akan terhenti. Akibatnya, saluran akan tetap lebar, apeks terbuka, dan mungkin juga lebih
pendek dikarenakan pertumbuhan akar yang tidak sempurna.1 Bentuk saluran akar yang
demikian disebut dengan bentuk saluran akar blunderbuss.2
Perawatan untuk gigi permanen muda dengan akar yang belum sempurna memerlukan
perawatan yang berbeda bila dibandingkan dengan gigi permanen dewasa. Pada gigi
permanen muda, apeks belum terbentuk dengan sempurna sehingga apeks gigi belum
tertutup dan mungkin masih terbuka lebar sedangkan pada gigi yang matang memiliki
konstriksi pada apikal saluran akar sekitar 0,5-1,0 mm dari apeks anatomis. Dinding saluran
akar gigi dengan apeks yang terbuka lebih tipis bila dibandingkan dengan gigi dewasa.1
Pertimbangan merawat gigi dengan apikal foramen yang masih lebar berisiko tinggi.
Diameter foramen apikal yang lebih lebar dibandingkan dengan bagian koronalnya
mempersulit debridement. Belum adanya konstriksi apikal menyebabkan obturasi tidak dapat
2
dilakukan. Dinding saluran akar yang tipis menyebabkan akar rentan terhadap fraktur. Untuk
mencegah komplikasi tersebut, dikembangkan teknik untuk menutup apikal yang lebar
dengan cara apeksifikasi.3,4
Pada makalah ini akan dibahas mengenai apeksifikasi, bahan yang dipergunakan, teknik dan
tata cara pelaksanaan dengan menggunakan bahan kalsium hidroksida dan MTA, dan
evaluasi keberhasilan dari perawatan apeksifikasi pada gigi permanen muda.
APEKSIFIKASI
Apeksifikasi adalah suatu cara untuk mencipatakan lingkungan di dalam saluran akar dan
jaringan periapeks setelah pulpa mengalami kematian agar terbentuk jaringan keras berupa
apikal barier kalsifikasi dengan tujuan menutup apeks yang terbuka.1,2,4
Proses pembentukan
apikal barier kalsifikasi ini disebut dengan formasi osteosementum.5
Apeksifikasi dapat
dilakukan baik pada pasien usia muda maupun dewasa. Pada anak-anak, gigi anterior
mengalami kematian pulpa paling sering disebabkan oleh trauma. Sedangkan untuk gigi
posterior kematian jaringan pulpa umumnya disebabkan oleh karies yang berlanjut.2,4
Penutupan ujung apeks yang terbuka sangat penting untuk menunjang keberhasilan
perawatan endodontik. Barier jaringan keras pada apeks akan memungkinkan obturasi
saluran akar yang padat dan rapat.2
Ada empat tipe penutupan apeks setelah dilakukan apeksifikasi (Frank 1966). Tipe yang
pertama pertama, saluran akar dan apeks terbentuk sesuai dengan konfigurasi normal akar;
tipe kedua, apeks menutup, tetapi saluran akar tetap berbentuk blunderbuss; tipe ketiga, tidak
terlihat perubahan radiografis, tetapi suatu barier osteoid yang tipis terbentuk menjadi apikal
stop pada apeks atau dekat dengan apeks; tipe keempat, terbentuk barier di dalam saluran
akar, sebelum apeks.2
Gambar 1. Tipe penutupan apeks
3
INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI APEKSIFIKASI
Indikasi dilakukannya apeksifikasi adalah gigi permanen muda yang nekrosis dengan apeks
yang masih terbuka dengan atau tanpa simtom klinis, gigi permanen muda dengan lesi
periapikal serta dapat direstorasi.1,4,6
Apeksifikasi merupakan pilihan terakhir sebagai
perawatan pada gigi dengan apeks yang masih terbuka.4
Kontraindikasi dilakukannya apeksifikasi adalah gigi dengan akar yang fraktur vertical dan
sebagian besar fraktur horizontal, gigi yang ankilosis (replacement resorption), dan gigi
dengan akar yang sangat pendek.1
BAHAN UNTUK APEKSIFIKASI
Kalsium hidroksida telah diterima secara luas sebagai bahan yang dapat menginduksi
terbentuknya apikal barier kalsifikasi. Beberapa penelitian menunjukkan kesuksesan
pembentukan apikal barier kalsifikasi pada aplikasi kalsium hidroksida dicapur dengan
CMCP. Klein dkk., menyatakan keberhasilan apeksifikasi dengan menggunakan kalsium
hidroksida dicampur dengan cresatin yang kurang toksik bila disbanding dengan CMCP.
Untuk mengurangi sitotoksisitasnya, kalsium hidroksida yang dicampur dengan larutan
saline, air steril, atau air terdestilasi juga menunjukkan keberhasilan membentuk apikal
barrier.7,8
Pembentukan apikal barier kalsifikasi oleh kalsium hidroksida dipengaruhi oleh pH kalsium
hidroksida itu sendiri serta mikroorganisme yang terdapat pada saluran akar. Javelet dkk.,
meneliti bahwa apikal barier kalsifikasi terbentuk dengan aplikasi kalsium hidroksida pH
11,4. Barier kalsifikasi yang terbentuk dapat berupa cap, bridge, ataupun inground wedge, 2,7
dan mungkin merupakan dentin, sementum, tulang, atau osetodentin.2,4,7
Waktu yang diperlukan untuk membentuk apikal barier kalsifikasi sekitar 3 sampai 20 bulan,
tergantung dengan usia, simtom gigi yang ada, dan radiolusensi apikal yang tampak pada
radiografi.8,9
Meskipun kalsium hidroksida telah diterima secara luas, beberapa peneliti bekerja dengan
menggunakan bahan lain. Bahan tersebut adalah mineral trioxide aggregate (MTA). MTA
pertama kali diperkenalkan pada tahun 1993 dan diterima oleh Food and Drug
Administrations pada tahun 1998. MTA memiliki kelarutan yang rendah, pH yang sama
seperti kalsium hidroksida, opasitas yang lebih opak daripada dentin, dan lebih
biokompatibel.7
MTA mengisi apikal yang terbuka tanpa membentuk apikal barier kalsifikasi
sehingga MTA dapat digunakan sebagai bahan untuk one visit apexification (Witherspoon
dan ham 2001).3,8,9,10
4
Bahan lain yang sudah terbukti dalam penelitian dapat menginduksi terbentuknya apikal
barier kalsifikasi dalam teknik apeksifikasi antara lain trikalsium fosfat, kolagen kalsium
fosfat, osteogenik protein-1, dan bone growth factor.4
TEKNIK PERAWATAN APEKSIFIKASI DENGAN Ca(OH)2
1. Preparasi akses
a. Isolasi gigi dengan menggunakan cotton roll atau rubber dam.1
b. Pembuangan jaringan karies dengan ekskavator atau bur bulat kecepatan rendah.11
c. Buka akses ke kamar pulpa dengan menggunakan bur bulat dan tapered dengan ujung
safe-ended untuk mencegah overcutting atau perforasi.11
Akses dibuat lebih besar agar
memudahkan pembuangan jaringan nekrotik dan dentin lingual dikurangi untuk
mempermudah jalan masuk.1
d. Debris dibersihkan dengan instrument tangan dan irigasi NaOCl 1-2%.11
2. Preparasi saluran akar
Preparasi saluran akar melibatkan dua proses, yaitu debridement dan shaping.
Debridement bertujuan untuk membersihkan saluran akar dari debris, mikroorganisme,
dan toksinnya. 11
Jaringan nekrotik dibersihkan untuk mencegah imigrasi dari bakteri
baru.12
Sedangkan shaping bertujuan untuk membentuk saluran akar supaya bisa
dimasukkan pengisi saluran akar.11
a. Pengambilan jaringan pulpa yang nekrotik dengan menggunakan jarum ekstirpasi atau
file hedstorm.1
b. Penentuan panjang kerja yang sedikit lebih pendek dari apeks pada radiografi.1
Panjang kerja lebih pendek 1-2 mm dari radiograf.12
c. Instrumentasi dengan hati-hati dengan gerakan sirkumferensial, ukuran file meningkat
sesuai kebutuhan. Debridement dilakukan optimal dengan tujuan membersihkan
saluran akar dan agar mencapai panjang kerja, mengingat dentin yang tipis pada gigi
permanen muda memungkinkan perforasi karena ketajaman file.1
Irigasi menggunakan
NaOCl dengan perlahan-lahan agar debris organic bisa larut dan mikroorganisme
mati.1,11
Ketika preparasi saluran akar, diperlukan kewaspadaan menggunakan
instrument karena instrument yang perforasi melewati akes dapat merusak jaringan
pembentuk barier.1,12
d. Irigasi final dengan NaOCl, kemudian saluran dikeringkan dengan paper point1,11
, atau
sebelum menggunakan paper point, saluran yang tergenang diaspirasi menggunakan
syringe.11
5
3. Dressing saluran akar
a. Pencampuran bubuk kalsium hidroksida dengan barium sulfat agar terlihat radiopak,
perbandingan 9:1,1 dilarutkan dengan cairan salin membentuk pasta kental.
1,11,12
Kalsium hidroksida yang dipakai adalah tipe non-setting.11
b. Kalsium hidroksida dimasukkan ke dalam saluran akar dengan menggunakan amalcam
carrier1,11
, atau paper point kering.12
c. Kondensasi kalsium hidroksida dengan instrument pemampat yang memiliki stopper
sesuai panjang kerja.1,11
Pemampatan dapat juga dilakukan dengan menggunakan
paperpoint kering supaya bisa menyerap kelebihan cairan.12
Pada pemampatan pertama
kali, hindari penekanan berlebihan ke arah apeks untuk mencegah overfilling
mengingat saluran akar yang masih lebar.1,11
d. Pemeriksaan dengan radiografi untuk melihat apakah pemampatan telah sempurna
sebelum ditumpat semetara. Bila terdapat ruang kosong, kalsium hidroksida
dimampatkan lagi sebelum dilakukan tumpatan sementara.1,11
e. Tumpatan sementara dengan zink oxide eugenol yang diperkuat (IRM) merupakan
material yang paling baik.1 Dapat juga menggunakan GIC atau resin komposit.
11
Preparasi akses, preparasi saluran akar, dan dressing saluran akar dilakukan pada
kunjungan I.
4. Monitoring pembentukan apikal barier
Pemanggilan ulang pada awalnya dijadwalkan untuk 4-6 minggu.11
Pada setiap kunjungan,
kalsium hidroksida dibersihkan dan dilakukan pemeriksaan apakah telah terbentuk barrier
dengan menekankan paperpoint secara perlahan sesuai panjang kerja.11
Pembersihaan
kalsium hidroksida juga bertujuan untuk memadatkan kembali kalsium hidroksida.1
Pemeriksaan pembentukan barrier juga dievaluasi menggunakan radiografi.1,11
Literatur
lain menyatakan pembersihan kalsium hidroksida dilakukan ketika kepadatannya
berkurang secara radiografis saja.1
Pemanggilan selanjutnya dijadwalkan 3-6 bulan.1,11
Jika penyembuhan telah terjadi
(terbukti dengan osteogenesis) secara radiografis dan klinis dengan menggunakan
paperpoint atau file yang ditekan perlahan dan terasa tahanan sehingga file tidak dapat
melewati apeks, berarti sudah terjadi penutupan yang cukup dan sudah dapat dilakukan
obturasi. Bila apeks masih terbuka, saluran akar diirigasi, diberi kalsium hidroksida dan
ditutup sementara.1,11
6
5. Obturasi
Obturasi dilakukan setelah apeks tertutup. Obturasi dilakukan dengan menggunakan
bahan guta perca dan sealer untuk mencegah masukknya mikroorganisme ke jaringan
periapikal.11
Teknik yang dipergunakan adalah kombinasi antara termal adaptasi guta
perca pada bagian apikal dan kondensasi lateral dingin di bagian koronal.1,11
a. Kanal diirigasi kemudian dikeringkan dengan paperpoint.1,11
b. Aduk slow setting sealer dan oleskan ke permukaan dinding saluran akar tipis-tipis
dengan menggunakan paste filler (lentulo).11
c. Master point guta perca dipanaskan dengan Bunsen kemudian langsung dimasukkan
kenalam saluran akar dan ditekan perlahan supaya guta perca yang melunak dapat
beradaptasi di apikal barier.1,11
Master point dapat diperoleh dengan cara memanaskan
beberapa kon dan dipadatkan di antara dua kaca pengaduk.1
d. Lakukan kondensasi lateral dingin kemudian masukkan guta perca aksesori yang telah
diolesi dengan sealer, mampatkan dengan kondensasi lateral sampai spreader tidak
dapat masuk ke dalam kanal kurang dari 2-3 mm. Pemeriksaan radiograf kadang
berguna untuk memeriksa pengisian apakah hermetis atau tidak.11
e. Guta perca yang berlebihan di koronal kemudian dipotong dengan menggunakan
ekskavator panas, dilanjutkan dengan kondensasi vertical.11
6. Restorasi akhir
Penutupan saluran akar tidak menambahkan ketebalan dinding saluran akar ataupun
kekuatan dari gigi permanen muda ini. Oleh karena itu, restorasi final harus
mengoptimalkan ketahanan sisa jaringan gigi yang tertinggal. Restorasi akhir dengan
menggunakan komposit resin dentin bonded menjadi pilihan, apalagi dimasukkan
beberapa millimeter ke dalam saluan akar.7,11
TEKNIK PERAWATAN DENGAN MTA
Pada kunjungan pertama, dilakukan pembukaan akses, preparasi saluran akar, dan dressing
saluran akar dengan menggunakan kalsium hidroksida untuk desinfeksi saluran akar.
Kemudian tumpat dengan bahan restorasi sementara.4 Pada kunjungan selanjutnya, yaitu
setelah minimal satu minggu dari kunjungan pertama,8,12
gigi bebas dari tanda dan gejala
infeksi,4 tumpatan sementara dibuka kemudian kalsium hidroksida dibersihkan. Saluran akar
diirigasi dan dikeringkan.4,12
MTA diaduk sesuai petunjuk pabrik sampai konsistensi yang seperti krim yang agak
keras.5,12
MTA dimasukkan ke dalam saluran akar sebanyak 4-5 mm4,12
dengan
7
menggunakan amalgam carrier4
kemudian kondensasi dengan menggunakan paper point atau
plugger berujung tumpul.4,5,8,12
Kelebihan MTA dibersihkan dari saluran akar dan kavitas.4
Tempatkan cotton pellet yang basah supaya lingkungan lembab sehingga MTA dapat
berpolimerisasi.4,12
Akses kemudian ditutup sementara dengan menggunakan cavit,4 atau
thermoplastic guta perca dan zink oxide eugenol.12
Pada kunjungan berikutnya, tumpatan sementara dibongkar, dan kapas dikeluarkan. MTA
yang telah keras dapat diperiksa dengan menggunakan file atau probe.4 Saluran akar
kemudian diisi dengan guta perca termoplastis kemudian ditumpat dengan menggunakan
resin komposit.12
Saluran akar dapat juga diisi dengan menggunakan resin komposit
intrakanal polimerisasi sinar secara langsung untuk meningkatkan ketahanan terhadap
fraktur akar.4,5,7
dapat juga dengan meletakkan selapis GIC di atas MTA diikuti dengan
penempatan komposit resin atau bonded post.5,7
Restorasi akhir sudah dapat dilakukan
setelah 4 jam MTA dimasukkan ke dalam saluran akar.4,5
APEKSIFIKASI KUNJUNGAN TUNGGAL DENGAN MTA
Apeksifikasi kunjungan tunggal dapat dilakukan sebagai berikut. Membuka akses kemudian
saluran akar dibersihkan dan dibentuk dengan menggunakan instrument rotary Ni-Ti dengan
NaOCl sebagai bahan irigasi yang disemprotkan perlahan-lahan. Smear layer yang ada
dibersihkan dengan menggunakan campuran EDTA dan NaOCl. Setelah pembentukan dan
pembersihan selesai, plugger kecil dimasukkan dan longgar 1,5 mm dari apikal radiografis.
MTA kemudian ditempatkan dengan MTA carrier dan dipadatkan dengan plugger yang
sebelumnya difitting. Pemeriksaan tumpatan apeks MTA dengan radiografis, bila sudah baik
pada sepertiga apikal, maka kelebihan MTA di dinding saluran akar dibersihkan dengan
irigasi menggunakan air steril. Sisa air kemudian dibersihkan dengan paperpoint steril.3
Restorasi akhir dengan menggunakan resin komposit yang juga mengisi saluran akar yang
tidak terisi MTA supaya lebih kuat dan tahan terhadap fraktur.3,7
MEKANISME TERBENTUKNYA APIKAL BARIER
Mekanisme pembentukan jaringan keras oleh kalsium hidroksida belum diketahui secara
pasti. Tornstad dkk memperkirakan sifat basa kuat dari kalsium hidroksida dan pelepasan ion
kalsium membuat jaringan yang berkontak menjadi alkalis. Dalam suasana basa, resorpsi
atau aktifitas osteoklas akan terhenti dan osteoblas menjadi aktif mendeposisi jaringan
terkalsifikasi. Asam yang dihasilkan oleh osteoklas akan dinetralisir oleh kalsium hidroksida
dan kemudian terbentuk komplek kalsium fosfat. Kalsium hidroksida juga dapat
mengaktifkan ATP, yang mempercepat mineralisasi tulang dan dentin, dan TGF-ß yang
8
berperan penting pada biomineralisasi.2 MTA bersifat osteokonduktif dan meransang
osteogenesis karena MTA merupakan bahan aktif untuk tulang dan meransang pelepasan
interleukin. Selain itu MTA juga bersifat sementokonduktif pada jaringan yang memiliki
sementum.4
EVALUASI KEBERHASILAN
Keberhasilan kasus ditandai sebagai berikut.1
1. Tidak ada tanda atau gejala penyakit periapeks.
2. Penyakit periapeks yang mereda dengan radiograf tampak radiolusen pada apikal semakin
mengecil.
3. Barier jaringan keras pada apeks terlihat pada radiograf atau pada penjajakan yang hati-
hati dengan menggunakan file.
Gambar 2. Perawatan apeksifikasi dengan MTA yang berhasil
PEMBAHASAN
Apeksifikasi merupakan teknik untuk menutup apeks yang masih terbuka. Bahan yang dapat
dipergunakan sebagai pengisi ujung saluran akar yaitu kalsium hidroksida, MTA, trikalsium
fosfat, kolagen kalsium fosfat, osteogenik protein-1, dan bone growth factor. Di antara
semua bahan yang terbukti dapat menginduksi terbentuknya apikal barier, yang paling lazim
dan sering dipergunakan adalah kalsium hidroksida7,8
dan MTA3,8,9,10
.
Perawatan dengan kalsium hidroksida memerlukan kunjungan yang berkali-kali karena sifat
kalsium hidroksida yang mudah larut dan teresorpsi sehingga ketika dievaluasi melalui
radiografi, kepadatan kalsium hidroksida akan menurun dan harus diganti. Perawatan dengan
MTA dapat dilakukan dua kali kunjungan ataupun sekali kunjungan.13
Perbedaan antara dua
kali kunjungan dan sekali kunjungan hanya pada peletakkan bahan dressing kalsium
hidroksida. Pada perawatan dua kali kunjungan, untuk memaksimalkan pembersihan saluran
9
akar dari debris dan bakteri, diberikan dressing kalsium hidroksida selama satu minggu,
sedangkan pada perawatan satu kali kunjungan, pembersihan debris dan bakteri hanya
dengna irigasi campuran EDTA dan NaOCl.
Dikembangkannya teknik satu kali kunjungan mempertimbangkan kesulitan untuk recall
pasien agar kembali ke dokter gigi untuk memeriksa perawatannya, kontrol yang terlalu
sering ke dokter gigi juga mudah dilupakan pasien, selain itu juga mempertimbangkan anak
akan trauma dengan kunjungan yang berkali-kali ke dokter gigi.3
Keberhasilan perawatan apeksifikasi dengan menggunakan MTA dan kalsium hidroksida
tidak jauh berbeda. Hasil penelitian El-Meligy dan Avery menujukkan kesuksesan perawatan
dengan menggunakan MTA adalah 100% sedangkan perawatan kalsium hidroksida adalah
87%. Pemilihan teknik perawatan apeksifikasi begantung kepada pertimbangan biaya yang
akan dibebankan kepada pasien, lamanya perawatan, kondisi gigi pasien dan kooperatif
pasien. Bila pasien tidak dapat melakukan kunjungan berulang dapat dipertimbangkan
dengan perawatan kunjungan tunggal. Bila pasien memilih perawatan dengan menggunakan
kalsium hidroksida karena lebih terjangkau dari segi ekonomi, maka pasien harus diingatkan
untuk kontrol 3-21 bulan tergantung keberhasilan pembentukan apikal barier, juga pasien
harus diingatkan bahwa kegagalan perawatan dengan kalsium hidroksida mungkin terjadi
dan perawatan ulang akan menjadi biaya dan kunjungan akan semakin banyak. Perawatan
dengan MTA mungkin lebih mahal dibandingkan dengan kalsium hidroksida, namun
keberhasilan perawatan lebih tinggi dan kunjungan ke klinik hanya satu-dua kali.10
DAFTAR PUSTAKA
1. Walton RE., Torabinejad M., ed. Prinsip dan praktik ilmu endodonsi. Alih bahasa
Sumawina N., Sidharta W., Nursasongko B. Jakarta: EGC, 1998: 490-503.
2. Usman M., Dharsono HDA. Penutupan apeks gigi tetap muda on vital menggunakan
kalsium hidroksida. < http://resources.unpad.ac.id/unpad-
content/uploads/publikasi_dosen/PENUTUPAN%20APEKS%20GIGI%20TETAP%20
MUDA%20NON%20VITAL%20MENGGUNAKAN%20KALSIUM%20HIDROKSID
A.PDF> (28 Oktober 2011).
3. Witherspoon DE., Ham K. One-visit apexification: technique for inducing root end
barrier formation in apical closures. Pract Proced Aesthet Dent 2001;13:455–60.
4. Cohen S., Hargreaves KM. Pathways of the pulp. 9th
edition. Canada: Mosby Elsevier,
2006: 869-74.
5. Gutmann JL., Dumsha TC., Lovdahl PE. Problem solving in endodontic prevention,
identification, and management. 4th
edition. China: Mosby Elsevier, 2006: 72.
10
6. Baumann MA., Beer R. Endodontology. Germany: Thieme, 2010: 208.
7. Rafter M. Apexification: a review. Dent Traumatol. 2005;21:1-8.
8. Fouad AF. Endodontic microbiology. 1st edition. USA: Willey-Blackwell, 2009: 266-8.
9. Huang GT-J. Apexification: the beginning of its end. International Endodontic Journal
2009;42:855-66.
10. Gaitonde P., Bishop K. Apexification with mineral trioxide aggregate: an overview of
the material and technique. Eur J Prosthodont Restor Dent 2007;15: 41–5
11. Welbury RR. Pediatric dentistry. 2nd
edition.Oxford: Oxford University Press, 2003:
177-81.
12. Baumann MA., Beer R., Kielbassa AM. Pocket atlas of endodontics. Germany: Thieme,
2006: 52.
13. Clark A., Pinno A., Attoe D., Farzin F., Keith L., Gambacorta M. Comparison of MTA
and Ca(OH)2 for the apexification of necrotic immature permanent teeth: An Evidence
Based Report. <
http://www.utoronto.ca/dentistry/newsresources/evidence_based/EBR2010/W2_EBLRE
PORT2010.pdf> (27 Oktober 2011).