PERAWATAN APEKSIFIKASI DENGAN BAHAN KALSIUM HIDROKSIDA PADA GIGI PERMANEN MUDA.docx
-
Upload
dennyandrian -
Category
Documents
-
view
681 -
download
18
Transcript of PERAWATAN APEKSIFIKASI DENGAN BAHAN KALSIUM HIDROKSIDA PADA GIGI PERMANEN MUDA.docx
Andrian : Perawatan apeksifikasi dengan bahan kalsium hidroksida pada gigi permanen muda
PERAWATAN APEKSIFIKASI DENGAN BAHAN KALSIUM HIDROKSIDA PADA GIGI PERMANEN
MUDA
Denny Andrian
110600034
Mahasiswa
Fakultas Kedokteran Gigi,Universitas Sumatera Utara
Jalan Alumni No.2 Kampus USU Medan 20155
Abstract
An immature tooth may become necrotic due to progression of bacterial irritation from caries or due to trauma that causes termination of apical development leaving the apical end of the root canal opened with wide canal. In this situation, practitioner found the challenge to perform profound endodontic treatment, since the tooth was lack of apical stop. Obturation becomes difficult to control and the material can be protruded towards the periapical tissue. In cases where immature teeth with open apex need to be treated endodontically, an apexification procedure must first be performed to obtain a suitable prognosis. Apexification is aimed to induce apical closure with the use of medicaments which promote hard-tissue deposit at the apex. Calcium hydroxide was chosen as the medicament for the treatment. After the treatment, the apex had been closed and the apical stop had been obtained, where the obturation could then be done.Key Words : apexification, calcium hydroxide, open apex
PENDAHULUAN
Gigi tetap muda dapat mengalami nekrosis yang
disebabkan oleh kelainan pulpa maupun periapeks atau akibat
adanya trauma pada gigi, sehingga pertumbuhan akar terhenti.
Apeks menjadi terbuka dan saluran akar lebih lebar di bagian
apeks disbanding dengan daerah serviks dan dikenal dengan
bentuk saluran akar blunderbuss.3
1
Andrian : Perawatan apeksifikasi dengan bahan kalsium hidroksida pada gigi permanen muda
Perawatan gigi non vital dengan apeks terbuka pada
prinsipnya tidak berbeda dengan perawatan endodontik gigi non
vital, yaitu meliputi pembersihan dan pembentukan saluran akar,
disinfeksi saluran akar, dan obturasi saluran akar dengan bahan
pengisi. Penutupan apeks dapat dilakukan dengan tindakan
bedah maupun secara konvensional. Walaupun keberhasilan
teknik bedah cukup baik namun secara teknis dan psikologis ada
beberapa kendala. Pengisian saluran akar tetap tidak dapat
sempurna, karena dinding saluran akar yang tipis mudah pecah,
perbandingan akar dan mahkota menjadi tidak berimbang, dan
secara psikologis memberikan pengalaman traumatis pada
pasien yang umumnya anak-anak atau usia muda.1 Perawatan
endodontik konvensional menjadi pilihan dengan penggunaan
bahan pengisi saluran akar sementara yang dapat memicu
pembentukan jaringan terkalsifikasi pada apeks.1,2,3
Pengisian saluran akar dilakukan untuk mencegah masuknya mikro-
organisme ke dalam saluran akar melalui koronal, mencegah multiplikasi mikro
organisme yang tertinggal, mencegah masuknya cairan jaringan ke dalam pulpa
melalui foramen apikal karena dapat sebagai media bakteri, dan menciptakan
lingkungan biologis yang sesuai untuk proses penyembuhan jaringan. Hasil
pengisian saluran akar yang kurang baik tidak hanya disebabkan teknik preparasi
dan teknik pengisian yang kurang baik, tetapi juga disebabkan oleh kualitas bahan
pengisi saluran akar.1,2,5
Kalsium hidroksida [Ca(OH)2] merupakan bahan yang sering digunakan
dalam perawatan resorbsi dan perforasi akar.6,7,8 Kelebihan pasta kalsium
hidroksida yang berhubungan dengan kerapatan penutupan apeks adalah
mudahnya cara penggunaan dan baik adaptasinya.1,2,3
APEKSIFIKASI
Pembentukan akar gigi dimulai setelah email selesai terbentuk. Sel-sel
epitel email luar dan dalam bertemu dan membentuk cervical loop yang kemudian
akan berproliferasi membentuk selubung epitel akar Hertwig. Bentuk dan ukuran
2
Andrian : Perawatan apeksifikasi dengan bahan kalsium hidroksida pada gigi permanen muda
akar gigi ditentukan oleh selubung epitel akar Hetwig. Sel epitel email dalam akan
memicu sel mesenkim untuk berproliferasi menjadi preodontoblas dan odontoblas
membentuk dentin. Setelah matriks dentin terbentuk, sel mesenkim dalam saku
dental akan mendekat dan berkontak dengan dentin. Sel mesenkim ini kemudian
berdiferensiasi menjadi sementoblas dan membentuk sementum. Kelainan yang
terjadi pada pulpa maupun jaringan periapeks dapat menyebabkan pulpa menjadi
nekrosis. Bila pulpa gigi tetap muda mengalami nekrosis, fungsi selubung epitel
akar Hertwig untuk membentuk akar gigi menjadi terhenti. Apeks terbuka, saluran
akar lebar dan panjang akar lebih pendek dibandingkan dengan akar yang
normal.1,2,3,5
Apeksifikasi adalah suatu cara untuk mencipatakan
lingkungan di dalam saluran akar dan jaringan periapeks setelah
pulpa mengalami kematian agar terbentuk barier kalsifik di
daerah apeks yang terbuka. Proses kalsifikasi distropik akan
terjadi pada jaringan granulasi apikal yang kemudian akan
membentuk suatu massa padat. Jaringan terkalsifikasi ini akan
menyatu dengan predentin di daerah apeks. Apeksifikasi dapat
dilakukan baik pada pasien usia muda maupun dewasa. Pada
anak-anak atau usia muda, gigi anterior paling rentan terhadap
kemungkinan trauma. Sedangkan untuk gigi posterior kematian
jaringan pulpa umumnya disebabkan oleh karies yang berlanjut.
Usaha untuk menutup apeks dengan jaringan keras dan padat
penting untuk keberhasilan perawatan endodontik. Barier
jaringan keras pada ujung apeks akan memungkinkan obturasi
saluran akar yang rapat dan padat. Frank menjelaskan empat
tipe dasar penutupan apeks setelah dilakukan apeksifikasi. Tipe
pertama, saluran akar dan apeks terbentuk sesuai dengan
konfigurasi normal akar; tipe kedua, apeks menutup, tetapi
saluran akar tetap berbentuk blunderbuss; tipe ketiga, tidak
terlihat perubahan radiografis, tetapi suatu barier osteoid yang
tipis terbentuk menjadi stop pada apeks atau dekat dengan
3
Andrian : Perawatan apeksifikasi dengan bahan kalsium hidroksida pada gigi permanen muda
apeks; tipe keempat, terbentuk barier di dalam saluran akar,
sebelum apeks.1,2,3,5
Tipe 1 Tipe 2 Tipe 3 Tipe 4
Gambar 1. Berbagai bentuk penutupan apeks setelah
perawawan
apeksifikasi
Bentuk penutupan saluran akar tergantung pada jenis
jaringan periapeks yang ada disekitar apeks. Bila masih terdapat
sisa jaringan pulpa yang vital, jaringan yang terbentuk adalah
jaringan dentin. Dalam keadaan selubung epitel akar Hertwig
masih utuh atau hanya sebagian utuh, pertumbuhan akar masih
dapat berlanjut. Sebaliknya, jaringan keras yang terbentuk
hanya berupa jembatan yang melintang menutup daerah saluran
akar di tempat dimana jaringan pulpa dan selubung akar
mengalami nekrosis.2,3,5
KALSIUM HIDROKSIDA
Pada tahun 1838 Nygren memperkenalkan penggunaan kalsium hidroksida
dalam perawatan endodontik. Kalsium hidroksida merupakan suatu bahan yang
bersifat basa kuat dengan pH antara 11-12,8. Dalam bentuk terlarut, kalsium
hidroksida akan pecah menjadi ion-ion kalsium dan hidroksil. Ion hidroksil
diketahui dapat memberikan efek antimikroba dan mampu melarutkan
jaringan.1,2,3,4
4
Andrian : Perawatan apeksifikasi dengan bahan kalsium hidroksida pada gigi permanen muda
Kalsium hidroksida [Ca(OH)2] merupakan bahan yang sering digunakan
dalam perawatan resorbsi dan perforasi akar. Kelebihan pasta kalsium hidroksida
yang berhubungan dengan kerapatan penutupan apeks adalah mudahnya cara
penggunaan dan baik adaptasinya. Menurut Goldberg, penggunaan pasta dengan
bahan dasar kalsium hidroksida dapat beradaptasi dengan baik pada dentin
maupun permukaan guttap point. Kemudian Sleder menyatakan bahwa kalsium
hidroksida dapat merangsang penutupan biologis pada daerah apikal sehingga
menghasilkan penutupan apeks yang lebih rapat dan meningkatkan keberhasilan
perawatan. Kelebihan lain dari kalsium hidroksida adalah dapat merangsang
pembentukan jaringan keras. Menurut penelitian Holland et al, penggunaan bahan
kalsium hidroksida dalam proses pengisian saluran akar dapat mengurangi
kebocoran foramen apikal. Karena pHnya yang tinggi dapat meningkatkan
aktifitas alkali fosfatase yang meningkatkan mineralisasi selain itu juga karena
dapat membuhuh mikroba yang merusak jaringan apikal sehingga mempermudah
pembentukan cementum reparatif. Lingkungan alkali akan menghambat aktivitas
osteoklas sehingga proses reabsorbsi akan dihambat dan proses perbaikan jaringan
akan terus berjalan.1,2,4
Bahan kalsium hidroksida dapat digunakan untuk jangka waktu panjang
dalam penyembuhan lesi periapikal dengan membentuk barier kalsifik pada apeks.
Sebagai obat antar kunjungan kalsium hidroksida memberikan efek penyembuhan
kelainan periapeks pada gigi non-vital. Kemampuan bahan ini sebagai antibakteri
dan penginduksi pembentukan jaringan keras gigi menjadi dasar bagi perawatan
endodontik konvensional pada gigi dengan lesi periapeks yang luas (Sidharta,
1997). Kurimoto (1960) mengemukakan terjadinya aposisi sementum pada lesi
periapeks setelah penggunaan kalsium hidroksida. Sedangkan Kaiser (1964)
mengemukakan kemampuan kalsium hidroksida untuk menginduksi pembentukan
jaringan keras pada apeks yang terbuka setelah penggunaan kalsium hidroksida
jangka panjang. Pernyataan Kaiser ini diperkuat oleh temuan Kitamura (1960),
Peters et al. (2002) melaporkan kemampuan kalsium hidroksida dalam
mengeliminasi infeksi pada gigi tanpa pulpa (Sidharta, 1997).1,2
Kennedy dkk, dan Kennedy dan Simpson membuktikan kemampuan
kalsium hidroksida dalam penyembuhan lesi periapeks dengan membentuk barier
5
Andrian : Perawatan apeksifikasi dengan bahan kalsium hidroksida pada gigi permanen muda
kalsifik pada apeks. Kalsium hidroksida diaplikasikan ke dalam saluran akar
untuk jangka waktu yang lama, yaitu antara 6-24 bulan, sampai terbentuk barier
apikal yang cukup kuat untuk dilakukan obturasi saluran akar.1,2,3,5
Pada tahun 1964 Kaiser pertama kali melaporkan penggunaan kalsium
hidroksida sebagai bahan apeksifikasi, sedangkan teknik apeksifikasi
diperkenalkan oleh Frank. Dalam penggunaannya kalsium hidroksida telah dicoba
untuk dicampur dengan berbagai bahan seperti CMCP, Cresanol, larutan salin,
larutan Ringer, larutan anestetikum dan air destilata. Semua campuran bahan-
bahan tersebut dilaporkan dapat menginduksi pembentukan jaringan keras di
daerah apeks.2,5
Torabinejad memperkenalkan suatu bahan penutup apeks yaitu Mineral
TrioxideAggregate. MTA merupakan terobosan baru dalam teknik apeksifikasi.
Teknik ini tetap menggunakan kalsium hidroksida untuk disinfeksi saluran akar
sebelum penempatan MTA pada ujung apeks. Andreasen juga menyatakan bahwa
dentin yang berkontak dengan kalsium hidroksida secara progresif akan menjadi
lemah dan mudah patah, sehingga teknik kombinasi ini akan memberikan
prognosis yang lebih baik.2,3
Mekanisme pembentukan jaringan keras oleh kalsium hidroksida belum
diketahui secara pasti. Tornstad dkk memperkirakan sifat basa kuat dari kalsium
hidroksida dan pelepasan ion kalsium membuat jaringan yang berkontak menjadi
alkalis. Dalam suasana basa, resorpsi atau aktifitas osteoklas akan terhenti dan
osteoblas menjadi aktif mendeposisi jaringan terkalsifikasi. Asam
yang dihasilkan oleh osteoklas akan dinetralisir oleh kalsium
hidroksida dan kemudian terbentuk komplek kalsium fosfat.
Kalsium hidroksida juga dapat mengaktifkan ATP, yang
mempercepat mineralisasi tulang dan dentin, dan TGF-ß yang
berperan penting pada biomineralisasi.1,2,4,5
TEKNIK
Dalam perawatan apeksifikasi kalsium hidroksida
berkontak dengan jaringan periodontal atau jaringan granulasi.
Dalam hal ini, jaringan keras yang terbentuk dapat berbentuk
6
Andrian : Perawatan apeksifikasi dengan bahan kalsium hidroksida pada gigi permanen muda
jaringan yang menyerupai sementum; berupa massa padat yang
termineralisasi; berbentuk massa yang bentuknya tidak
beraturan dan kadang-kadang terdapat jaringan lunak
diantaranya. Gigi dengan apeks masih terbuka umumnya
mempunyai bentuk dan lebar saluran akar yang besar. Preparasi
saluran akar yang demikian membutuhkan usaha dan waktu
pembersihan yang lebih lama. 1 Pada perawatan apeksifikasi,
instrumentasi dilakukan hingga 1-2 mm sebelum apeks.2,3,5
Gambar 2. Tahapan perawatan apeksifikasi A.Gambaran pre-op,
B.Preparasai saluran akar, C.Aplikasi Kalsium hidroksida dengan
kondensasi vertikal hingga berkontak dengan jaringan periapeks, D.
Sisa saluran akar diisi dengan kalsium hidroksida, E. Penutupan
dengan tumpatan sementara, F. Pengisian saluran akar dengan gutta
percha setelah apeks tertutup.
Panjang kerja harus dijaga untuk tidak merusak jaringan di
sekitar apeks Bahan irigasi yang dianjurkan adalah larutan
natrium hipoklorit. Dalam konsentrasi yang rendah (2,5 - 5%)
larutan natrium hipoklorit masih tetap memiliki efek antibakteri
dan melarutkan jaringan nekrotik yang baik tanpa menggangu
proses penyembuhan periapeks. Penulis lain menganjurkan
penggunaan sodium hipoklorit hanya pada kunjungan pertama,
dan selanjutnya irigasi dilakukan dengan menggunakan larutan
garam fisiologis atau air steril. Setelah saluran akar diirigasi dan
dikeringkan, kemudian dilakukan pengisian dengan kalsium
hidroksida. Kalsium
7
Andrian : Perawatan apeksifikasi dengan bahan kalsium hidroksida pada gigi permanen muda
hidroksida dimasukkan dalam bentuk pasta sepanjang panjang
kerja. Saat ini sudah tersedia preparat kalsium hidroksida siap
pakai dan mudah dalam mengaplikasikannya. Untuk
mendapatkan hasil apeksifikasi yang baik, kalsium hidroksida
harus dipadatkan hingga berkontak langsung dengan jaringan
periapeks. Kondensasi kalsium hidroksida dilakukan dengan
menggunakan ujung gutta percha atau dengan plugger.
Penggunaan alat dan tekanan pada waktu kondensasi harus hati-
hati karena dinding saluran akar tipis dan mudah untuk
mengalami fraktur.2,3,5
Gambar 3. Aplikasi kalsium hidroksida secara
Kondensasi vertikal dengan bantuan plugger
Penggantian kalsium hidroksida perlu dilakukan bila terjadi
pengenceran kalsium hidroksida karena terjadi eksudasi jaringan
periapeks maupun bila terjadi kebocoran korona. Kontrol secara
periodik lebih banyak dilakukan pada bulan pertama, yaitu setiap
1-2 minggu sampai tidak terjadi pengenceran kalsium hidroksida.
Setelah itu dilakukan observasi pada bulan ke 3,6 dan 12.
Keberhasilan apeksifikasi dapat diketahui dari hasil pemeriksaan
radiografis. Pada bulan keenam dapat dilakukan penilaian
melalui gambaran radiografis. Ada lima kemungkinan kondisi
apikal yang terjadi, yaitu : pertama, secara radiografis tidak
tampak adanya perubahan, tetapi bila instrumen dimasukkan
kedalam saluran akar akan terasa adanya tahanan pada apeks;
kedua, terlihat adanya massa terkalsifikasi disekitar atau pada
8
Andrian : Perawatan apeksifikasi dengan bahan kalsium hidroksida pada gigi permanen muda
apeks; ketiga, apeks tampak tertutup tanpa adanya perubahan
pada ruangan saluran akar; keempat, apeks terus terbentuk
dengan penyempitan saluran akar; kelima, sama sekali tidak
terlihat perubahan secara radiografis, gejala klinis masih tetap
ada, dan terjadi pembentukan lesi periapeks atau lesi periapeks
menjadi lebih besar. Saluran akar siap untuk diobturasi bila salah
satu dari empat kondisi pertama seperti tersebut di atas sudah
tercapai. Saluran akar dapat diobturasi sampai ke apeks yang
terbentuk atau sampai ke stop kalsifik. Bila tidak terjadi
perbaikan, maka perawatan apeksifikasi harus diulang.2,3
Tingkat keberhasilan perawatan apeksifikasi adalah 74-
100% dalam jangka waktu 10 tahun atau lebih. Kegagalan
perawatan dapat terjadi beberapa saat setelah perawatan.
Penyebabnya antara lain karena adanya kebocoran korona
maupun apeks, apeks belum tertutup dengan baik atau karena
perawatan endodontik yang kurang baik. Barier apikal
merupakan massa padat yang relatif lebih porus dibandingkan
dengan dentin atau sementum , maka kebocoran dari arah apikal
masih mungkin terjadi.2,3,4,5
PEMBAHASAN
Apeksifikasi adalah suatu perawatan saluran akar untuk membantu
pertumbuhan penutupan apeks gigi yang belum sempurna pada pulpa nonvital
tanpa adanya kelainan periapeks, dengan pembentukan osteodentin atau substansi
lain.5
Salah satu penyebab kematian pulpa pada gigi anterior dewasa muda yang
foramen apikalnya masih terbuka lebar adalah trauma, sementara pada gigi
posterior penyebabnya adalah karena karies yang berlanjut. Untuk itu perlu
dilakukan perawatan saluran akar dengan tujuan penutupan atau penyempitan
pada apeks gigi, yang merupakan salah satu faktor untuk mendapatkan hasil
perawatan endodontic yang baik sehingga memudahkan penutupan daerah apikal
yang hermetis.1,2,3,5
9
Andrian : Perawatan apeksifikasi dengan bahan kalsium hidroksida pada gigi permanen muda
Kalsium hidroksida dapat digunakan untuk perawatan
jangka panjang karena kalsium hidroksida dapat memberikan
efek dalam waktu yang lama, yaitu hingga 56 bulan. Selama
tidak terjadi kelarutan maupun kebocoran, kalsium hidroksida
tidak perlu diganti. Beberapa literatur menyebutkan bahwa
penutupan akar dapat terjadi 6-18 bulan setelah apeksifikasi.2,3,5
Kalsium hidroksida mempunyai efektifitas dalam jangka
waktu yang cukup panjang. Bila tidak terlihat adanya
pengenceran atau kelarutan kalsium hidroksida, sebaiknya tidak
dilakukan penggantian kalsium hidroksida di dalam saluran akar.
Kalsium hidroksida harus berkontak dengan jaringan periapeks.
Dianjurkan untuk selalu membuat foto radiografis setelah
pengisian untuk memastikan penempatan bahan yang
optimal.2.3.5
Pasien dianjurkan untuk kontrol secara periodik untuk
melihat keberhasilan perawatan juga untuk mengantisipasi bila
kemudian terjadi kegagalan perawatan.2,3
DAFTAR PUSTAKA
1. Soedjono P, Mooduto L, Setyowati L. Penutupan apeks pada pengisian saluran akar dengan bahan kalsium oksida lebih baik dibanding kalsium hidroksida. JPDGI. Mei 2009;Vol.58 No.2:1-5.
2. Walton ER, Torabinejad M, Eds 3. Prinsip dan praktik ilmu endodonsia. Jakarta:EGC, 2003:436-50.
3. Grossman IL, Oliet S, Del Rio CE, Ed 11. Ilmu Endodontik dalam praktek. Jakarta;EGC, 1995, 121-5.
4. Kennedy DB, Eds 3. Konservasi gigi anak. Jakrta;EGC, 1992, 248.5. Tarigan R Eds 2. Perawatan pulpa gigi (endodontic). Jakrta;EGC, 2002, 135-53.
10