100406100 - GHAMANUEL F NEHE (UTS).pdf

15
STUDI KASUS PENERAPAN UNSUR TRANSPORTASI TUGAS PERENCANAAN KOTA DISUSUN OLEH GHAMANUEL FANALISI NEHE 100406100 [email protected] FAKULTAS TEKNIK DEPARTEMEN ARSITEKTUR

Transcript of 100406100 - GHAMANUEL F NEHE (UTS).pdf

Page 1: 100406100 - GHAMANUEL F NEHE (UTS).pdf

STUDI KASUS PENERAPAN UNSUR

TRANSPORTASI

TUGAS PERENCANAAN KOTA

DISUSUN OLEH

GHAMANUEL FANALISI NEHE

100406100

[email protected]

FAKULTAS TEKNIK

DEPARTEMEN ARSITEKTUR

Page 2: 100406100 - GHAMANUEL F NEHE (UTS).pdf

Abstrak

Pertambahan jumlah penduduk di perkotaan menyebabkan kebutuhan akan transportasi juga

meningkat. Peningkatan alat transportasi, khususnya kendaraan pribadi akan menimbulkan

kendala- kendala, seperti kemacetan dan polusi (emisi bahan bakar kendaraan). Oleh karena itu,

diperlukan perencanaan sistem transportasi, khususnya di perkotaan.

Sistem transportasi ini berperan penting dalam perencanaan suatu kota. Pada studi kasus ini,

terdapat beberapa metode atau cara yang telah diterapkan di beberapa negara berkembang yang

dapat dijadikan patokan atau acuan dalam perencanaan transportasi di suatu perkotaan. Selain itu,

terdapat pula rencana- rencana pengembangan sistem transportasi di negara- negara tersebut.

Kata kunci: transportasi, perkotaan.

Page 3: 100406100 - GHAMANUEL F NEHE (UTS).pdf

Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang

Di era globalisasi ini, jumlah penduduk di dunia telah bertambah seiring dengan berjalannya

waktu. Sebagai contoh, di Medan, ibukota provinsi Sumatera Utara sendiri, jumlah penduduknya

pada tahun 2011 telah mencapai 2.949.830 jiwa dengan luas wilayah 265,10 km2. Sementara 10

tahun sebelumnya, yakni pada tahun 2001, jumlah penduduknya hanya mencapai 1.926.052 jiwa.

Terlihat bahwa dalam 10 tahun, terjadi peningkatan penduduk lebih kurang sebesar 1 juta jiwa.

Peningkatan jumlah penduduk yang diiringi dengan pertumbuhan ekonomi mengakibatkan

peningkatan jumlah kendaraan pribadi. Hal ini tentunya menimbulkan berbagai permasalahan,

terutama dalam hal kemacetan dan peningkatan emisi bahan bakar kendaraan. Jumlah kendaraan

yang banyak berkontribusi terhadap peningkatan emisi bahan bakar. Akan tetapi, apabila tidak

didukung dengan sarana jalan yang memadai/ mencukupi, jumlah kendaraan tersebut berperan

penting dalam menyebabkan kemacetan.

Kemacetan di wilayah perkotaan merupakan hal yang harus diatasi. Salah satu caranya adalah

dengan peningkatan pelayanan transportasi yang lebih optimal, baik dari segi waktu, biaya,

keamanan, maupun kenyamanan. Oleh karena itu, diperlukan studi tentang penerapan unsur

transportasi di beberapa kota sebagai dasar perbandingan dan pembelajaran.

1.2. Perumusan Masalah

Berikut adalah rumusan masalah dari studi penerapan unsur transportasi: 1. Bagaimanakah penerapan unsur transportasi di kota- kota yang sedang berkembang?

2. Cara- cara apa yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah kemacetan di satu kota?

3. Bagaimanakah rencana pengembangan transportasi di satu kota?

1.3. Pembatasan Masalah

Masalah dibatasi antara lain sebagai berikut:

1. Lokasi berupa kota- kota berkembang.

2. Masalah transportasi yang dibahas terutama di bidang transportasi darat.

1.4. Manfaat dan Tujuan

Manfaat dan tujuan dilakukan studi kasus penerapan unsur transportasi adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui penerapan unsur transportasi di kota yang bersangkutan.

Page 4: 100406100 - GHAMANUEL F NEHE (UTS).pdf

Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang

Di era globalisasi ini, jumlah penduduk di dunia telah bertambah seiring dengan berjalannya

waktu. Sebagai contoh, di Medan, ibukota provinsi Sumatera Utara sendiri, jumlah penduduknya

pada tahun 2011 telah mencapai 2.949.830 jiwa dengan luas wilayah 265,10 km2. Sementara 10

tahun sebelumnya, yakni pada tahun 2001, jumlah penduduknya hanya mencapai 1.926.052 jiwa.

Terlihat bahwa dalam 10 tahun, terjadi peningkatan penduduk lebih kurang sebesar 1 juta jiwa.

Peningkatan jumlah penduduk yang diiringi dengan pertumbuhan ekonomi mengakibatkan

peningkatan jumlah kendaraan pribadi. Hal ini tentunya menimbulkan berbagai permasalahan,

terutama dalam hal kemacetan dan peningkatan emisi bahan bakar kendaraan. Jumlah kendaraan

yang banyak berkontribusi terhadap peningkatan emisi bahan bakar. Akan tetapi, apabila tidak

didukung dengan sarana jalan yang memadai/ mencukupi, jumlah kendaraan tersebut berperan

penting dalam menyebabkan kemacetan.

Kemacetan di wilayah perkotaan merupakan hal yang harus diatasi. Salah satu caranya adalah

dengan peningkatan pelayanan transportasi yang lebih optimal, baik dari segi waktu, biaya,

keamanan, maupun kenyamanan. Oleh karena itu, diperlukan studi tentang penerapan unsur

transportasi di beberapa kota sebagai dasar perbandingan dan pembelajaran.

1.2. Perumusan Masalah

Berikut adalah rumusan masalah dari studi penerapan unsur transportasi: 1. Bagaimanakah penerapan unsur transportasi di kota- kota yang sedang berkembang?

2. Cara- cara apa yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah kemacetan di satu kota?

3. Bagaimanakah rencana pengembangan transportasi di satu kota?

1.3. Pembatasan Masalah

Masalah dibatasi antara lain sebagai berikut:

1. Lokasi berupa kota- kota berkembang.

2. Masalah transportasi yang dibahas terutama di bidang transportasi darat.

1.4. Manfaat dan Tujuan

Manfaat dan tujuan dilakukan studi kasus penerapan unsur transportasi adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui penerapan unsur transportasi di kota yang bersangkutan.

Bab 2 Teori Unsur Perencanaan Kota 2.1. Unsur- unsur perencanaan kota

Secara umum, unsur- unsur perencanaan kota dibagi menjadi beberapa bagian antara lain: 1. Perumahan

2. Industri

3. Utilitas kota

4. Tata guna lahan

5. Rekreasi/ wisata

6. Transportasi

Page 5: 100406100 - GHAMANUEL F NEHE (UTS).pdf

7. Kawasan komersil

8. Pedestrian

9. Dll

Unsur perencanaan kota yang akan dibahas pada studi kasus ini adalah unsur transportasi.

Transportasi terbagi atas 3 macam, yaitu:

Transportasi darat

Meliputi jalan raya, rel, sungai dan danau, serta penyeberangan. Prasarana untuk transportasi

darat berupa terminal- terminal. Sesuai dengan ketentuan, terminal dikelompokkan menjadi

beberapa tipe dengan ciri- ciri tersendiri, yakni:

kota antar propinsi, angkutan antar kota dalam propinsi, angkutan kota, dan angkutan pedesaan

angkutan kota, dan angkutan pedesaan

Di samping terminal penumpang, terdapat pula terminal barang yang digunakan untuk angkutan

barang dengan kendaraan umum yang tidak dibatasi wilayah pelayanannya.

Transportasi darat terbagi lagi menjadi:

1) Transportasi jalan

2) Transportasi rel

3) Transportasi sungai, danau dan penyeberangan

Page 6: 100406100 - GHAMANUEL F NEHE (UTS).pdf

Prasarana untuk transportasi sungai, danau dan penyeberangan berupa dermaga atau pelabuhan

penyeberangan. Khusus transportasi sungai dan danau hanya berkembang pada daerah- daerah

tertentu saja dikarenakan keadaan fisik wilayah.

Transportasi penyeberangan ini merupakan bagian dari prasarana transportasi jalan atau rel yang

berfungsi sebagai ruang lalu lintas (jembatan bergerak) yang berupa alur pelayaran di laut, sungai

dan danau.

Pertumbuhan angkutan laut melalui pelabuhan berperan besar dalam menunjang kegiatan

ekonomi nasional, daerah dan regional. Pelabuhan laut sebagai salah satu substitusi transportasi

laut merupakan pintu gerbang perekonomian daerah dalam hal distribusi barang (perdagangan).

Transportasi udara merupakan bagian integral dari sistem transportasi nasional. Jaringan

prasarana transportasi udara berupa bandar udara dan ruang lalu lintas udara.

kan menjadi bandar udara pusat penyebaran

primer, sekunder, tersier dan bukan pusat penyebaran.

internasional dan domestik.

ra dapat dibedakan menjadi bandar udara umum

(UPT), bandar udara umum yang diselenggarakan oleh badan usaha kebandarudaraan dan bandar

udara khusus yang dikelola oleh pengelola bandar udara khusus untuk keperluan sendiri.

2.2. Teori Unsur Transportasi

Unsur transportasi erat kaitannya dengan unsur tata guna lahan. Berbagai pola pengembangan

lahan menghasilkan variasi kebutuhan akan transportasi. Sebagai contoh, kebutuhan untuk

bepergian akan berkurang jika berbagai bentuk penggunaan lahan (seperti perumahan,

perkantoran, pusat perbelanjaan, dll) tidak terpencar di berbagai penjuru, melainkan terkumpul di

satu wilayah dengan jarak yang saling berdekatan. Hal ini disebut sebagai strategi “penggunaan

lahan campuran”.

Berikut adalah beberapa alasan mengapa diperlukan perencanaan sistem transportasi:

sementara sarana jalan tidak mencukupi

Page 7: 100406100 - GHAMANUEL F NEHE (UTS).pdf

Perencanaan sistem transportasi diatur oleh Pemerintah Daerah, yakni dalam Rencana Kota.

Pengertian rencana kota sesuai dengan pasal 1 butir (d) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor

2 Tahun 1987 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Kota:

“Rencana kota adalah rencana pengembangan kota yang disiapkan secara teknis dan non- teknis,

baik yang ditetapkan Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah yang merupakan rumusan

kebijaksanaan pemanfaatan muka bumi wilayah kota termasuk ruang di atas dan di bawahnya

serta pedoman pengarahan dan pengendalian bagi pelaksanaan pembangunan kota”.

Rencana kota dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:

1) Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTRK), berisi rencana sistem transportasi

2) Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK), berisi rencana sistem jaringan fungsi jalan

3) Rencana Teknik Ruang Kota (RTRK), berisi pra- rencana pola dan konstruksi jaringan jalan

2.3. Sistem Transportasi Berkelanjutan

Sistem transportasi berkelanjutan adalah suatu sistem yang:

kebutuhan mobilitas dasar mereka dengan cara yang dapat menjaga kesehatan manusia dan

lingkungan, dan mempromosikan kesetaraan bagi generasi penerus

ekonomi berbasis kompetensi, serta pembangunan regional yang seimbang

g mampu diserap bumi,

mempergunakan sumber daya terbarukan setara atau di bawah tingkat yang dapat mereka

bangkitkan, dan mempergunakan sumber daya tidak terbarukan setara atau di bawah tingkat

pengembangan pengganti yang terbarukan, sambil meminimalkan dampak dari pemanfaatan

lahan dan timbulnya kebisingan

Terdapat empat implementasi strategi dalam sistem transportasi berkelanjutan, yaitu:

dan/ atau menjadi lebih efisien

Terdapat beberapa macam instrumen transportasi berkelanjutan, antara lain:

1. Instrumen perencanaan, berupa:

Page 8: 100406100 - GHAMANUEL F NEHE (UTS).pdf

Desain infrastruktur cerdas akan berpengaruh tehadap kebutuhan maupun tingkat efisien

kendaraan. Misalnya, dengan menciptakan pusat- pusat kegiatan utama yang letaknya

terkonsentrasi akan mengurangi kebutuhan untuk bepergian dan dapat meningkatkan keefisienan

angkutan umum.

erencanaan moda- moda angkutan umum

Penyediaan angkutan umum yang menarik, mudah diakses, dan handal menjadi dasar bagi moda

pemakaian alternatif di perkotaan. Untuk peningkatan angkutan umum, dapat dilakukan dengan

dua cara, yakni perluasan sistem atau layanan dan peningkatan pengoperasian sistem dan layanan.

Salah satu contoh perluasan layanan berupa layanan bus cepat, sementara untuk peningkatan

pengoperasian dapat berpua pemecahan rute.

Pergeseran moda transportasi ke bersepeda dan berjalan kaki, terutama untuk perjalanan pendek.

Langkah untuk mengakomodasi hal tersebut berupa pembuatan jaringan jalur sepeda yang tak

terputus- putus.

2. Instrumen peraturan, berupa:

- langkah pembatasan secara fisik, misalnya pembatasan akses kendaraan bermotor

tertentu

- langkah pengelolaan lalu lintas untuk melancarkan arus lalu lintas. Salah satu

contohnya adalah sistem pengendali lalu lintas daerah (area traffic control systems)

Peraturan tentang penyediaan sarana parkir, misalnya dengan pemberssihan parkir ilegal di

berbagai tempat

3. Instrumen perekonomian, berupa:

ngkatkan biaya perjalanan

4. Instrumen informasi, berupa:

an mobilitas, untuk menyampaikan informasi

kepada masyarakat mengenai alternatif moda kendaraan, dampak perekonomian dan sosial dari

angkutan dengan kendaraan bermotor

2.4. Sistem Transportasi Intelijen (Intelligent Transportation Systems)

Sistem Transportasi Intelijen (ITS) adalah penerapan teknologi informasi dan komunikasi dalam

infrastruktur transportasi dan kendaraan sebagai alternatif solusi untuk masalah kepadatan yang

semakin tinggi di kota- kota besar/ metropolitan. Sistem ini diterapkan untuk mengendalikan dan

mengelola lalu lintas kendaraan, distribusi kendaraan dan infrastruktur untuk mencapai sistem

transportasi yang lebih aman, lebih teratur dan perbaikan efisiensi sistem transit dan infrastruktur

Page 9: 100406100 - GHAMANUEL F NEHE (UTS).pdf

lalu lintas. Sistem ini bertujuan mengurangi kepadatan lalu lintas sehingga penggunaan energi

lebih efisien sekaligus mengurangi emisi bahan bakar kendaraan. Penerapan sistem ini

membutuhkan kajian yang lebih intensif dan perencanaan yang hati- hati untuk menyesuaikan

dengan sistem transportasi lokal.

Salah satu bentuk dari sistem ini adalah sistem Electronic Road Pricing (ERP). Sistem ERP

adalah penarikan biaya secara elektronik terhadap setiap kendaraan yang melewati jalur tertentu.

Hal ini dilakukan untuk mengelola lalu lintas dengan penarikan biaya penggunaan jalan (road

pricing) dan penarikan biaya di daerah berkepadatan tinggi (congestion pricing). Singapura

merupakan kota pertama di dunia yang menerapkan penarikan biaya jalan tol secara elektronik.

ERP diterapkan dengan penempatan gerbang baja yang dilengkapi alat sensor dan kamera di

setiap jalan yang berhubungan dengan daerah pusat bisnis yang padat lalu lintasnya. Selain di

daerah bisnis, kerangka baja bersensor ini juga ditempatkan di tempat- tempat lain seperti di

beberapa jalan tol dan jalan arteri untuk mengurangi kepadatan pada jam- jam tertentu. Alat yang

disebut In- Vehicle Unit (IU) ini ditempatkan di setiap mobil yang terdaftar. Alat tersebut

digunakan untuk pembayaran biaya penggunaan jalan dengan cara mengurangi nilai dari kartu

yang dapat diisi ulang (cash card) saat kendaraan melewati jalan yang menerapkan ERP.

Page 10: 100406100 - GHAMANUEL F NEHE (UTS).pdf

Bab 3 Studi Kasus 3.1. Studi Kasus 1 (kota Palembang)

Kota Palembang merupakan salah satu dari 33 ibukota provinsi di Indonesia. Secara geografis,

kota ini dilintasi sungai Musi. Jumlah penduduk kota Palembang pada tahun 2010 sebesar

1.451.059 jiwa dengan luas wilayah 102,47 km2.

3.1.1. Transportasi

3.1.1. Transportasi Kota Palembang

Jaringan jalan

Jaringan jalan di kota Palembang merupakan jaringan radial yang didukung oleh beberapa jalan

lingkar kota. Jalan radial utama akses jalan Sudirman dimulai dari Jembatan Ampera, yang

melintasi Sungai Musi dan di sebelah barat daya sampai ke Alang- Alang Lebar dan terus menuju

Provinsi Jambi. Kota Palembang memiliki jalur khusus sepeda.

Transportasi angkutan umum

Angkutan umum kota Palembang terdiri dari angkutan bus, angkot (mini van), ojeg (taksi sepeda

motor) dan taksi. Pada bulan Februari 2010 yang lalu dimulai operasional Bus BRT Trans Musi

dengan armada bus- bus baru sebanyak 25 buah, dengan landasan tinggi dan ber- AC.

Transportasi

Page 11: 100406100 - GHAMANUEL F NEHE (UTS).pdf

Transportasi angkutan kendaraan tak bermotor

Moda angkutan tak bermotor, termasuk kendaraan roda tiga (becak), bertempat duduk dua

orang, sepeda dan pejalan kaki, merupakan bagian yang paling penting dari sistem transportasi

perkotaan.

3.1.2. Rencana Pengembangan Transportasi Kota Palembang

Rencana pengembangan transportasi kota Palembang antara lain:

standar rambu- rambu lalu lintas

Berikut adalah rencana awal pengembangan transportasi kota Palembang:

Termasuk pusat kota (jalan Sudirman, antara Simpang Charitas dan Air Mancur). Wilayah ini

adalah kawasan komersial (pusat perdagangan) kota Palembang. Namun keadaan lingkungan di

sekitar wilayah ini cukup memprihatinkan di mana terdapat kemacetan lalu lintas di jalan menuju

Jembatan Ampera. Jalur utama (khusus) bus kurang efisien karena adanya parkir di tepi jalan

Sudirman serta trotoar yang kurang lebar bagi sejumlah pejalan kaki. Proyek ini amat bermanfaat

bagi pelayanan bus Trans Musi dan perbaikan lingkungan di sekitarnya.

Page 12: 100406100 - GHAMANUEL F NEHE (UTS).pdf

Jembatan Ampera yang melintasi sungai Musi ini sudah berusia 48 tahun dan amat padat lalu

lintasnya, serta sebanyak 40.000 orang melintasi jembatan pada jam puncak (pagi dan siang).

Apabila jembatan baru tidak segera dibangun akan menjadi kendala yang serius bagi

pembangunan dan pengembangan kota. Sebelumnya ada beberapa cara membangun jembatan

baru guna menanggulangi kendala- kendala diatas, akan tetapi berakhir dengan kegagalan

karena beberapa sebab (hambatan).

Jembatan baru ini digambarkan memiliki jalur lalu lintas dengan 3 lajur ganda, dengan satu lajur

di setiap arah dicadangkan untuk prioritas bus, tersedia juga trotoar dan lajur lalu lintas kendaraan

tak bermotor. Agar efektif, fasilitas tersebut harus diintegrasikan ke dalam jaringan busway,

tempat pejalan kaki dan jalur kendaraan tak bermotor di kedua sisi jembatan tersebut.

Dipertimbangkan juga bahwa bagian depan sungai di kedua sisi jembatan dan sepanjang kedua

tepi sungai dapat ditingkatkan sebagai bagian dari proyek jembatan, untuk menyediakan rekreasi

utama dan ruang santai, serta peluang ekonomi bagi pedagang informal dan pejalan kaki serta

lajur sepeda ke pusat kota.

Pada koridor ini akan dioperasikan bus- bus Trans Musi dan pembangunan halte- halte sedang

dilaksanakan. Lokasinya terletak di sebelah selatan sungai Musi (Ulu) dan sejajar dengan lintas

sungai Musi bagian barat dan timur, dengan panjang 15 km. Koridor 4 ini melewati kawasan

pemukiman pra sejahtera kota Palembang di mana terdapat 60% jumlah keluarga yang

diklasifikasikan sebagai “paling miskin“, “miskin” dan “hampir miskin”.

Kondisi jalan rayanya dalam keadaan rusak sehingga tidak layak bagi operasi bus Trans Musi.

Selain itu, juga tidak dijumpai trotoar untuk para pejalan kaki dan kurangnya saluran drainase

serta terdapat sektor informal yang cukup banyak di sepanjang jalan tersebut sehingga kadang-

kadang kegiatan di tepi jalan ini memaksa para pejalan kaki menepi bila berpapasan dengan

kendaraan yang lewat.

- terminal

Kajian dalam membangun pelataran parkir di pusat kota diduga kurang menguntungkan secara

ekonomi. Hal ini dimaksudkan untuk mengganti parkir yang berada di tepi jalan sekarang ini

dengan pengadaan pelataran parkir dengan jumlah yang sama di pelataran parkir di luar badan

jalan raya. Pada waktu yang akan datang, tarif parkir di pusat kota perlu ditingkatkan untuk

mengurangi volume kendaraan pribadi yang masuk ke pelataran tersebut, sehingga banyak

penumpang yang akan menggunakan bus. Salah satu langkah penyediaan parkir yang dapat

dipakai dalam kebijakan ini adalah peraturan adanya fasilitas park and ride ditempat- tempat

strategis pada jaringan bus Trans Musi. Pada awalnya, dilakukan penyediakan park and ride

pada terminal- terminal yang ada, yang telah digunakan oleh bus- bus Trans- Musi di Alang-

Alang Lebar, Karya Jaya, Jakabring, Plaju, dan Sako, yang lokasinya masing- masing dapat dilihat

pada gambar berikut ini.

Page 13: 100406100 - GHAMANUEL F NEHE (UTS).pdf

3.1.1. Transportasi Kota Palembang

Jaringan jalan

Jaringan jalan di kota Palembang merupakan jaringan radial yang didukung oleh beberapa jalan

lingkar kota. Jalan radial utama akses jalan Sudirman dimulai dari Jembatan Ampera, yang

melintasi Sungai Musi dan di sebelah barat daya sampai ke Alang- Alang Lebar dan terus menuju

Provinsi Jambi. Kota Palembang memiliki jalur khusus sepeda.

Transportasi angkutan umum

Angkutan umum kota Palembang terdiri dari angkutan bus, angkot (mini van), ojeg (taksi sepeda

motor) dan taksi. Pada bulan Februari 2010 yang lalu dimulai operasional Bus BRT Trans Musi

dengan armada bus- bus baru sebanyak 25 buah, dengan landasan tinggi dan ber- AC.

Transportasi

Page 14: 100406100 - GHAMANUEL F NEHE (UTS).pdf

Transportasi angkutan kendaraan tak bermotor

Moda angkutan tak bermotor, termasuk kendaraan roda tiga (becak), bertempat duduk dua

orang, sepeda dan pejalan kaki, merupakan bagian yang paling penting dari sistem transportasi

perkotaan.

3.1.2. Rencana Pengembangan Transportasi Kota Palembang

Rencana pengembangan transportasi kota Palembang antara lain:

standar rambu- rambu lalu lintas

Berikut adalah rencana awal pengembangan transportasi kota Palembang:

Termasuk pusat kota (jalan Sudirman, antara Simpang Charitas dan Air Mancur). Wilayah ini

adalah kawasan komersial (pusat perdagangan) kota Palembang. Namun keadaan lingkungan di

sekitar wilayah ini cukup memprihatinkan di mana terdapat kemacetan lalu lintas di jalan menuju

Jembatan Ampera. Jalur utama (khusus) bus kurang efisien karena adanya parkir di tepi jalan

Sudirman serta trotoar yang kurang lebar bagi sejumlah pejalan kaki. Proyek ini amat bermanfaat

bagi pelayanan bus Trans Musi dan perbaikan lingkungan di sekitarnya.

Jembatan Ampera yang melintasi sungai Musi ini sudah berusia 48 tahun dan amat padat lalu

lintasnya, serta sebanyak 40.000 orang melintasi jembatan pada jam puncak (pagi dan siang).

Apabila jembatan baru tidak segera dibangun akan menjadi kendala yang serius bagi

pembangunan dan pengembangan kota. Sebelumnya ada beberapa cara membangun jembatan

baru guna menanggulangi kendala- kendala diatas, akan tetapi berakhir dengan kegagalan

karena beberapa sebab (hambatan).

Jembatan baru ini digambarkan memiliki jalur lalu lintas dengan 3 lajur ganda, dengan satu lajur

di setiap arah dicadangkan untuk prioritas bus, tersedia juga trotoar dan lajur lalu lintas kendaraan

tak bermotor. Agar efektif, fasilitas tersebut harus diintegrasikan ke dalam jaringan busway,

tempat pejalan kaki dan jalur kendaraan tak bermotor di kedua sisi jembatan tersebut.

Dipertimbangkan juga bahwa bagian depan sungai di kedua sisi jembatan dan sepanjang kedua

tepi sungai dapat ditingkatkan sebagai bagian dari proyek jembatan, untuk menyediakan rekreasi

utama dan ruang santai, serta peluang ekonomi bagi pedagang informal dan pejalan kaki serta

lajur sepeda ke pusat kota.

Pada koridor ini akan dioperasikan bus- bus Trans Musi dan pembangunan halte- halte sedang

dilaksanakan. Lokasinya terletak di sebelah selatan sungai Musi (Ulu) dan sejajar dengan lintas

sungai Musi bagian barat dan timur, dengan panjang 15 km. Koridor 4 ini melewati kawasan

pemukiman pra sejahtera kota Palembang di mana terdapat 60% jumlah keluarga yang

diklasifikasikan sebagai “paling miskin“, “miskin” dan “hampir miskin”.

Kondisi jalan rayanya dalam keadaan rusak sehingga tidak layak bagi operasi bus Trans Musi.

Selain itu, juga tidak dijumpai trotoar untuk para pejalan kaki dan kurangnya saluran drainase

serta terdapat sektor informal yang cukup banyak di sepanjang jalan tersebut sehingga kadang-

Page 15: 100406100 - GHAMANUEL F NEHE (UTS).pdf

kadang kegiatan di tepi jalan ini memaksa para pejalan kaki menepi bila berpapasan dengan

kendaraan yang lewat.

- terminal

Kajian dalam membangun pelataran parkir di pusat kota diduga kurang menguntungkan secara

ekonomi. Hal ini dimaksudkan untuk mengganti parkir yang berada di tepi jalan sekarang ini

dengan pengadaan pelataran parkir dengan jumlah yang sama di pelataran parkir di luar badan

jalan raya. Pada waktu yang akan datang, tarif parkir di pusat kota perlu ditingkatkan untuk

mengurangi volume kendaraan pribadi yang masuk ke pelataran tersebut, sehingga banyak

penumpang yang akan menggunakan bus. Salah satu langkah penyediaan parkir yang dapat

dipakai dalam kebijakan ini adalah peraturan adanya fasilitas park and ride ditempat- tempat

strategis pada jaringan bus Trans Musi. Pada awalnya, dilakukan penyediakan park and ride

pada terminal- terminal yang ada, yang telah digunakan oleh bus- bus Trans- Musi di Alang-

Alang Lebar, Karya Jaya, Jakabring, Plaju, dan Sako, yang lokasinya masing- masing dapat dilihat

pada gambar berikut ini.