Uts Se Astutik 413 f Ari Udi

94
TUGAS TAKE HOME MID-EXAM SURVEILANS EPIDEMIOLOGI Disusun Oleh : NAMA : ASTUTIK NIM : 25010113140413 KELAS : F 2013 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2015

description

Uts Se Astutik 413 f Ari Udi

Transcript of Uts Se Astutik 413 f Ari Udi

Page 1: Uts Se Astutik 413 f Ari Udi

TUGAS TAKE HOME

MID-EXAMSURVEILANS EPIDEMIOLOGI

Disusun Oleh :

NAMA : ASTUTIKNIM : 25010113140413KELAS : F 2013

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKATUNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG2015

Page 2: Uts Se Astutik 413 f Ari Udi

1. Definisi, tujuan, prinsip umum, fungsi, unsur dasar, dan lingkup dari survailans

epidemiologi, pertimbangan melakukan survailans epidemiologi, indikator pen-

gukuran penyakit dan indikator survailans

A. Definisi Surveilans

Surveilans menurut WHO yaitu kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis

data kesehatan secara sistematis dan terus menerus, serta diseminasi informasi

tepat waktu kepada pihak-pihak yang perlu mengetahui sehingga dapat diambil

tindakan yang tepat. Jadai dapat diartikan bahwa surveilans epidemiologi

merupakan kegiatan analisis secara sistematis dan terus menerus terhadap

penyakit atau masalah-masalah kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi

terjadinya peningkatan serta penularan penyakit atau masalah-masalah kesehatan,

agar dapat melakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien melalui

proses pengumpulan data, pengolahan dan penyebaran informasi epidemiologi

kepada penyelenggara program kesehatan

B. Tujuan surveilans epidemiologi menurut WHO yaitu

a. Memprediksi dan mendeteksi dini epidemi (outbreak).

b. Memonitor, mengevaluasi dan memperbaiki program pencegahan serta pen-

gendalian penyakit.

c. Sumber informasi dalam penentuan prioritas, pengambilan kebijakan, peren-

canaan, implementasi dan alokasi sumber daya kesehatan.

d. Monitoring kecenderungan penyakit endemis dan mengestimasi dampak

penyakit di masa mendatang.

e. Mengidentifikasi kebutuhan riset dan investigasi lebih lanjut.

C. Prinsip umum surveilans

Prinsip dari surveilans yaitu pengawasan berkelanjutan untuk mendeteksi

perubahan trend atau distribusi dalam rangka untuk memulai langkah-langkah

investigasi atau control.

D. Fungsi surveilans

Surveilans memiliki dua fungsi manajemen yaitu sebagai fungsi initi dan

fungsi pendukung.

a. Fungsi inti (core activities) meliputi kegiatan surveilans dan langkah-langkah

intervensi kesehatan masyarakat. Kegiatan surveilans mencakup deteksi, pen-

Page 3: Uts Se Astutik 413 f Ari Udi

catatan, pelaporan data, analisis data, konfirmasi epidemiologis maupun labo-

ratoris, umpan-balik. Langkah intervensi kesehatan masyarakat mencakup re-

spons segera (epidemic type response) dan respons terencana (management

type response).

b. Fungsi pendukung (support activities) meliputi pelatihan, supervisi, penyedi-

aan SDM dan laboratorium, manajemen sumber daya dan komunikasi (WHO,

2001; McNabb et al., 2002).

E. Unsur dasar surveilans

Unsur dasar dari kegiatan surveilans epidemiologi yaitu kegiatan pengumpulan

data yang sistematis, kontinu dan rutin kemudian dilakukan analisa dan

interpretasi data serta penyebarluasan informasi.

F. Ruang lingkup surveilans

Ruang lingkup surveilans epidemiologi meliputi:

a. Surveilans epidemiologi penyakit menular, yaitu analisis terus menerus dan

sistematis terhadap penyakit menular dan faktor risiko dalam mendukung up-

aya pemberantasan penyakit menular.

b. Surveilans epidemiologi penyakit tidak menular, yaitu analisis terus menerus

dan sistematis terhadap penyakit tidak menular dan faktor risiko dalam men-

dukung upaya pemberantasan penyakit tidak menular.

c. Surveilans epidemiologi kesehatan lingkungan dan perilaku, yaitu analisis

terus menerus dan sistematis terhadap penyakit dan faktor risiko dalam men-

dukung program penyehatan lingkungnan.

d. Surveilans epidemiologi masalah kesehatan, yaitu analisis terus menerus dan

sistematis terhadap masalah kesehatan dan faktor risiko dalam mendukung

program-program kesehatan tertentu.

e. Surveilans epidemiologi kesehatan matra, yaitu analisis terus menerus dan sis-

tematis terhadap masalah kesehatan dan faktor risiko dalam upaya mendukung

program kesehatan matra.

G. Pertimbangan surveilans

Untuk mempertimbangkan perlunya dilakukan surveilans epidemiologi harus

didasari oleh prioritas, tujuan, populasi target, indicator, data minimum dan

sumber data. Contohnya seperti: apakah penyakit tersebut merupakan prioritas?

Adakah kepentingan dari sisi kesehatan masyarakat/ medis berkaitan dengan

penyakit? Apa tujuan surveilans? Populasi mana yang akan dideteksi kasusnya?

Page 4: Uts Se Astutik 413 f Ari Udi

Apa indicator penyakit yang di pakai? Data apa yang dipakai untuk

mengembangkan indicator dan sumber data yang ada?. Dll

H. Indikator pengukuran penyakit

Ada tiga macam ukuran yang digunakan dalam epidemiologi:

a. Ukuran frekuensi penyakit, yaitu Mengukur kejadian penyakit, cacat ataupun

kematian pada populasi. Ukuran ini merupakan dasar dari epidemiologi

deskriptif. Frekuensi kejadian yang diamati dan diukur menggunakan

Prevalens dan Insiden

b. Ukuran dari akibat pemaparan yaitu mengukur keeratan hubungan statistik an-

tara faktor tertentu dengan kejadian penyakit yang diduga merupakan akibat

pemaparan tersebut. Hubungan antara pemaparan dan akibatnya diukur den-

gan menggunakan Relative Risk atau Odds Ratio

c. Ukuran dari potensi dampak yaitu menggambarkan kontribusi dari faktor yang

diteliti terhadap kejadian suatu penyakit dalam populasi tertentu. Ukuran yang

digunakan yaitu Attributable Risk Percent dan Population Attributable Risk.

Ukuran ini berguna untuk meramalkan efficacy atau effectiveness suatu pengo-

batan dan strategi intervensi pada populasi tertentu

I. Indikator surveilans

Indikator surveilans meliputi:

a) Kelengkapan laporan

b) Jumlah dan kualitas kajian epidemiologi dan rekomendasi yang dapat di-

hasilkan

c) Berita epidemiologi lokal dan nasional dapat terdistribusi

d) Pemanfaatan informasi epidemiologi dalam manajemen program kesehatan

e) Meningkatnya kajian Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) penyakit (Depkes RI,

2003)

2. Sumber data surveilans : penyakit yang dilaporkan dan mekanisme pelaporan,

mendiskripsikan hal-hal mengenai statistik vital seperti tujuan, manfaat,

pengkodean (coding), klasifikasi, perhitungan rate dan contoh kendali mutu sis-

tem surveilans berdasarkan statistic vital.

A. Penyakit yang dilaporkan dan mekanisme pelaporan

Penyakit yang harus dilaporkan saat surveilans mencangkup banyak

hal yaitu penyakit infeksi, penyakit non infeksi, penyakit akibat kecelakaan kerja,

Page 5: Uts Se Astutik 413 f Ari Udi

penyakit yang tidak diketahui penyebabnya, akibat samping pengobatan dll, salah

satunya adalah penyakit menular. Berikut merupakan daftar penyakit menular yang

harus dilaporkan pada tingkat nasional:

Pelaporan penyakit ditujukan ke department kesehatan lokal.

B. Mengenai statistik vital (Tujuan)

Statistik vital merupakan data yang tersedia yang berkaitan dengan

kesehatan dalam beberapa negara dalam suatu format baku. Tujuannya adalah

mempublikasikan data kesehatan yang berguna sekali bagi evaluasi aktivitas,

perencanaan, dasar tindak lanjut suatu pemantauan dan penelitian

C. Mengenai statistik vital (Manfaat)

Manfaat statistik vital adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi perbedaan status kesehatan

2. Menilai perbedaan berdasarkan area geografik dan pekerjaan

3. Memonitor kematian yang dapat dicegah

4. Menghasilkan hipotesis mengenai sebab/korelasi yang mungkin berhubungan

5. Melaksanakan aktivitas perencanaan kesehatan

6. Mamantau kemajuan kearah tujuan kesehatan

D. Mengenai statistik vital (Pengkodean/ coding)

Sebuah senaral tabular dari kategori dan kondisi-kondisi termasuk nomor kode,

definisi istilah kunci, aturan untuk pemilihan sebab-sebab yang mendasari

kematian, dan daftar kondisi untuk ringkasan statistik. Pengkodean bermanfaat

dalam kondisi klasifikasi dan penghitungan rates (Saraswati, 2015).

E. mengenai statistik vital (Contoh kendali mutu sistem surveilens berdasarkan statis-

tik vital)

1) Laporan mingguan (beberapa)

Page 6: Uts Se Astutik 413 f Ari Udi

2) Laporan bulanan dan triwulan

3) Kematian bayi dan keluaran reproduktif lain dari yang merugikan

4) Kematian karena pekerjaan

5) Sumber-sumber tambahan (Saraswati, 2015).

3. Sumber data survailans: surveilens sentinel, hal-hal yang mengenai surveilans

sentinel seperti sentinel peristiwa kesehatan, tempat sentinel dan petugas sen-

tinel.

Surveilans sentinel merupakan kegiatan analisis data dengan cara

pengumpulan dan pengolahan data secara terus menerus yang dilakukan di wilayah

atau unit yang terbatas atau sempit.(Depkes RI, 2004)

Surveilans sentinel terfokus pada indikator kesehatan kunci, yaitu:

Sentinel kejadian kesehatan, yaitu kejadian penyakit, kecacatan atau kematian

yang dapat menjadi tanda penting bahwa upaya preventif atau pengobatan

yang sedang dijalankan perlu adanya perbaikan. (Rutsein)

Surveilans Sentinel, yaitu sistem yang dapat memperkirakan insiden penyakit

pada suatu negara yang tidak memiliki sistem surveilans yang baik yang

berbasis populasi tanpa melakukan survei yang mahal. (Woodhall)

Petugas sentinel merupakan petugas yang bersifat fungsional yang

keanggotaannya terdiri dari lintas program yang berfungsi mendukung Kepala Dinas

Kesehatan dalam pengambilan keputusan untuk meningkatkan kinerja manajemen

kesehatan kabupaten atau kota dan bertanggung jawab langsung kepada kepala dinas

kesehatan setempat. Petugas sentinel bertugas untuk melakukan koordinasi kegiatan

surveilans, mengembangkan sistem surveilans, melaksanakan sistem surveilans, SKD-

KLB, penyelidikan, penanggulangan KLB, melaporkan data surveilans, meningkatkan

mutu data surveilans dan menghitung serta mengestimasi mordibitas suatu penyakit.

Sentinel dilakukan pada tempat-tempat/wilayah yang terbatas/sempit seperti rumah

sakit, klinik, puskesmas. Tempat-tempat sentinel inidigunakan untuk memantau

kondisi sub kelompok yang rentan pada populasi umum dan memantau kondisi

informasi atas ketidaksediaan info lain.

4. Sumber data surveilans: register, manfaat register, tipe register,manfaat survey,

perbedaan survey dan register, tipe survey, tipe system administrative

pengumpulan data.

Page 7: Uts Se Astutik 413 f Ari Udi

A. Register

Register merupakan sumber data yang berisi kumpulan keterangan mengenai

segala peristiwa yang dialami seseorang dan mengubah status sipil seseorang.

Peristiwa yang dicatat dalam register yaitu peristiwa vital (kelahiran, kematian dll)

dan hasil dari registrasi disebut statistik vital.

B. Manfaat Register

Register bermanfaat dalam hal pengumpulan data secara sistematik yang

digunakan untuk memantau berbagai penyakit kronik yang ada di masyarakata serta

untuk mengetahui bagaimana cara untuk memberantas dan mencegah penyakit

tersebut. Register ini sangat diperlukan dalam pengambilan data karena informasinya

didapatkan dari berbagai sumber setiap saat.

C. Tipe Registrasi

Register mempunyai beberapa tipe yaitu register yang berasal dari populasi,

pemajan, rumah sakit ataupun serial kasus. Pada register populasi dapat dilihat apa

saja penyakit atau masalah kesehatan yang banyak menyerang populasi tersebut. Pada

tipe register serial kasus dan rumah sakit dapat diperoleh dari data serangkaian kasus

yang mendeskripsikan spektrum penyakit, manifestasi klinis, perjalanan klinis, dan

prognosis kasus. Untuk register pemajan sendiri, informasi dapat diperoleh dari

penderita penyakit itu sendiri melalui wawancara, observasi dan yang lainnya.

D. Survei

Survei adalah cara pengumpulan data yang dilaksanakan melalui pencacahan

sampel dari suatu populasi untuk memperkirakan karakteristik objek pada saat

tertentu. Survei bermanfaat untuk menyediakan informasi dalam pemantauan

perubahan serta penilaian prevalens kondisi kesehatan serta menilai pengetahuan,

sikap dan perilaku seseorang atas kesehatannya. Tipe survei kesehatan dapat berupa

SDKI, SKRT serta survei melalui petugas kesehatan. Survei ini dilakukan dengan

cara wawancara kesehatan pada petugas kesehatan atau melihat data-data kesehatan

pada rumah sakit atau kejadian di masyarakat.

E. Perbedaan survey dan registrasi

Survei dan registrasi memiliki perbedaan antara lain dalam survei hanya

dilakukan observasi atau pengumpulan data berdasarkan pada populasi yang terkait.

Selain itu, survei juga bersal dari hasil wawancara dengan petugas kesehatan atau

sampel populasi. Kemudian pada register, pengumpulan data dilakukan pada populasi

Page 8: Uts Se Astutik 413 f Ari Udi

sehingga mampu mengetahui masalah kesehatan apa saja yang ada di populasi

tersebut.

F. System Administrative Pengumpulan Data

Sistem pengumpulan data administratif merupakan sistem informasi kesehatan

terpadu yang dapat berasal dari data pelaksanaan kesehatan di rumah sakit yang

meliputi data rawat jalan, ketersediaan alat-alat kesehatan serta kegunaannya dan

pengumpulan data dari runag emergensi. System pengumpulan data ini digunakan

untuk mengetahui bagaimana keadaan sistem-sistem kesehatan baik dari pencatatan,

pelaporan, ketersedian alat atau ruang pada rumah sakit. Sistem pengumpulan data

dapat berupa SP3RS, DAWN, HASS, EHLASS, register pusat pengendalian racun,

luka bakar dan trauma dll.

5. Tahap-tahap dalam perencanaan surveilans kesehatan masyarakat, rasional

(alasan-alasan) untuk setiap tahap perencanaan, aktivitas yang dilakukan dalam

setiap tahap perencanaan

A. Tahap-tahap dalam perencanaan surveilans kesehatan masyarakat

Surveilans kesehatan masyarakat adalah kegiatan pengumpulan data yang

sistematis secara terus menerus, analisis, interpretasi data (faktor resiko, paparan,

agen/penyebab pembahaya, kejadian kesehatan) yang digunakan untuk perencanaan,

implementasi, dan evaluasi dari praktek kesehatan masyarakat yang diintegrasikan

dengan cara penyebaran data secara tepat waktu yang bertanggung jawab pada

prevensi dan kontrol (Curtis. et al., 2003). Tahap-tahap dalam perencanaan surveilans

meliputi:

a. Menetapkan tujuan dilaksanakan surveilans, tahap ini merupakan tahap

awal perencanaan surveilans yang digunakan unruk mengetahui apa saja

yang akan dibutuhkan dalam keberlanjutan surveilans. Dalam menentukan

tujuan harus diketahui dulu bagaimana kriteria masalah kesehatan yang

akan dilakukan surveilans seperti biaya kegiatan, frekuensi kejadian

penyakit/asalah kesehatan, tingkat keparahan dll.

b. Mengembangkan definisi kasus, tahap ini merupakan tahap dimana harus

dilakukan penjabaran atas kasus atau kejadian yang dipilih serta pen-

jabaran dari kriteria masalah kesehatan. Definisi kasus meliputi karakteris-

tik orang, tempat waktu, tingkat sensitivitas serta spesifisitasnya, diagnosis

klinis dan laboratoriu dari penyakit/masalah kesehatan dll.

Page 9: Uts Se Astutik 413 f Ari Udi

c. Memilih serta mempertimbangkan sistem pengumpulan data, pemilihan

sistem pengumpulan data digunakan untuk mengetahui metode apa yang

akan dipakai dalam pengumpulan data seperti survei dan registrasi. Selain

itu juga bias menggunakan sistem surveilans aktif dan pasif. Surveilans ak-

tif menggunakan petugas khusus surveilans untuk kunjungan berkala kela-

pangan, desa-desa, tempat praktik dokter dan tenaga medis, puskesmas,

klinik dan rumah sakit dengan tujuan mengidentifikasi kasus baru penyakit

atau kematian. Sistem surveilans pasif adalah kegiatan surveilans epidemi-

ologi membiarkan penderita melaporkan diri pada klinik/RS/unit

pelayanan yang berfungsi sebagai unit surveilans

d. Mengembangkan instrument pengumpulan data, tahap ini berupa kegiatan

menghubungkan berbagai jenis informasi dari format instrument yang

berbeda, khususnya pada subjek yang sama.

e. Pengujian metode surveilans, tahap ini merupakan tahap yang mengoreksi

masalah-masalah pada sistem pengumpulan data sebelum pelaksanaan

surveilans berlangsung.

f. Mengembangkan pendekatan analisis data, tahap ini meruapak tahap lanju-

tan dari pengujian metode surveilans yang berguna untuk menjamin

apakah sitem pengumpulan data dan sumber data sudah layak utnuk di-

jalankan.

g. Menentukan mekanisme diseminasi, tahap ini digunakan untuk memfasili-

tasi pelaksanaan dari kegiatan surveilans serta enjelaskan bagaimana efek

dari penelitian/kegiatan surveilans yang telah dilakukan.

h. Evaluasi, tahap ini diperlukan untuk mengetahui apakah tujuan yang telah

ditetapkan itu tercapai, apakah sistem yang telah dilaksanakan efektif dan

mampu memberikan hasil yang memusakan dll.

B. Rasional (Alasan-Alasan) Untuk Setiap Tahap Perencanaan

1. Alasan Menetapkan tujuan

Tujuan ditetapkan agar kita tahu apa yang kita butuhkan

2. Alasan Mengembangkan definisi kasus

Definisi kasus dikembangkan berdasarkan elemen-elemen seperti:

kriteria untuk waktu, tempat dan orang, diagnosis klinis dan

Page 10: Uts Se Astutik 413 f Ari Udi

laboratoris, karakteristik epidemiologis penyakit, derajat kepastian

diagnosis, sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi.

3. Alasan Mengembangkan system pengumpulan data

System pengumpulan data dikembangkan agar mempermudah kegiatan

surveilans nantinya

4. Alasan Mengembangkan instrument pengumpulan data

Instrument pengumpulan data dikembangkan untuk memecahkan

masalah khusus, mengidenfikasi semua kasus, dan berguna untuk

alasan-alasan logistic dan ekonomis.

5. Alasan Menguji metode di lapangan

Pengujian metode dilapangan dilakukan untuk menemukan masalah

dalam system pengumpulan data, mengidentifikasi masalah-masalah

validitas, dan mengkoreksi masalah-masalah system pengumpulan data

sebelum pelaksanaan/ evaluasi.

6. Alasan Mengembangkan pendekatan analisis data

Pendekatan analisis data dilakukan untuk menjamin bahwa sumber

data dan proses pengumpulan adekuat/ memadai.

7. Alasan Menentukan mekanisme diseminasi

Mekanisme diseminasi ditentukan untuk membantu pembuat

keputusan mengerti implikasi informasi dan memfasilitasi pelaksanaan

(implementasi) selanjutnya dari aksi/ tindak lanjut kesehatan

masyarakat.

8. Alasan Menentukan metode evaluasi

Metode evaluasi ditentukan untuk mempermudah dalam mengevaluasi

apakah tujuan tercapai, informasi tepat waktu, bermanfaat, haruskah

system dilanjutkan, atau bagaimana system dapat diperkuat dan

direvisi.

C. Aktivitas yang dilakukan dalam setiap tahap perencanaan.

1. Aktivitas pada tahap Menetapkan tujuan, yaitu menetapkan tujuan

yang ingin dicapai

2. Aktivitas pada tahap Mengembangkan definisi kasus, yaitu menen-

tukan kejadian (penyakit) dengan prioritas tinggi

Page 11: Uts Se Astutik 413 f Ari Udi

3. Aktivitas pada tahap Mengembangkan system pengumpulan data, yaitu

pencatatan vital, kumpulan data yang ada, pencatatan/registrasi atau

survey yang ada

4. Aktivitas pada tahap Mengembangkan instrument pengumpulan data,

yaitu standarisasi instrumen

5. Aktivitas pada tahap Menguji metode di lapangan, yaitu menguji

metode yang ada di lapangan

6. Aktivitas pada tahap Mengembangkan pendekatan analisis data, yaitu

merancang pendekatan analisis data yang akan dikembangkan

7. Aktivitas pada tahap Menentukan mekanisme diseminasi, yaitu menen-

tukan mekanisme diseminasi yang anntinya akan dipakai

8. Aktivitas pada tahap Menentukan metode evaluasi, yaitu menentukan

metode evaluasi mana yang nantinya akan dipakai

6. Peranan etika dalam kesehatan masyarakat, prinsip moral dalam riset dan ap-

likasinya dalam surveilans kesehatan masyarakat, isu-isu etika dan tanggung

jawab dalam surveilans, hubungan dalam surveilans dan asosiasinya dengan ke-

wajiban etik, aplikasi konsep-konsep dan masalah etika pada suatu studi kasus

A. Peranan etika dalam kesehatan masyarakat

Etika adalah cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang

menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral. Etika mencakup analisis dan

penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab.

Menurut Soeyono Soekamto (1986), etika kesehatan mencakup penilaian

terhadap gejala kesehatan baik yang disetujui maupun tidak disetujui, serta mencakup

rekomendasi bagaimana bersikap serta bertindak secara pantas dalam bidang

kesehatan. Etika Kesehatan mencakup ruang lingkup minimal yaitu treatmen pada

pasien yang menghadapi ajal, mengijinkan unsur mengakhiri penderitaan/hidup

pasien dengan sengaja atas permintaan pasien sendiri, pembatasan perilaku, dan

informmed consent, bioetika serta pengungkapan kebenaran dan kerahasiaan dalam

bidang kedokteran. Sedangkan etika umum yang berlaku di masyarakat misalnya

privasi pasien, menghargai harkat martabat pasien, sopan santun dalam pergaulan,

saling menghormati, saling membantu. peduli terhadap lingkungan.

B. prinsip moral dalam riset dan aplikasinya dalam surveilans kesehatan

masyarakat

Page 12: Uts Se Astutik 413 f Ari Udi

a) Keadilan

b) Kejujuran

c) Kebenaran

d) Privasi

e) Penghargaan otonomi

f) Paternalime

g) Konfidensialitas

h) Kedermawanan

C. Isu-isu etika dan tanggung jawab dalam surveilens

Pada isu-isu etika , terdapat konflik-konflik potensial, yaitu:

1) Tipe kontak yang terlibat dalam surveilans yang meliputi surveilans

lingkungan, surveilans pencatatan, dan surveilans dengan wawancara

atau pemeriksaan.

2) Etika-etika peserta, yaitu hubungan yang tampak dan tidak tampak an-

tar peserta-peserta menggambarkan etika mereka satu sama lain.

Tanggung jawab antara praktisi surveilans dengan masyarakat luas

Melaksanakan surveilans pada isu-isu prioritas dengan keuntungan ke-

sehatan masyarakat yang potensial berdasarkan kriteria yang eksplisit.

Mencari keadilan merupakan rasional moral utama dalam surveilans

Menghindari “conflict of interest” (konflik kepentingan)

Hasil-hasil harus dilaporkan dalam cara yang sensitive, bertanggung-

jawab, dapat dimengerti, dan tepat waktu.

D. Hubungan dalam surveilans dan asosiasinya dengan kewajiban etik,

1) Justifikasi sistem surveilans dalam arti pemaksimalan keuntungan

kesehatan masyarakat potensial dan meminimalkan kerugian pada publik

dan individu

2) Justifikasi penggunaan pengidentifikasi

3) Justifikasi pemeliharaan pencatatan dengan pengidentifikasi

4) Sudahkah protokol surveilans dan riset analitik ditinjau oleh rekan-rekan

sejawat

5) Berbagai data dan penemuan-penemuan dengan para dejawat dan

komunitas kesehatan masyarakat pada umumnya

6) Memperoleh informed consent dari subjek surveilans potensial

Page 13: Uts Se Astutik 413 f Ari Udi

7) Memberitahukan petugas pelayanan kesehatan tentang kondisi-kondisi

yang berhubungan erat dengan pasien mereka

8) Memberitahu publik, komunitas kesehatan masyarakat dan para klinisi

tentang temuan surveilans (Saraswati, 2015).

E. Aplikasi konsep-konsep dan masalah etika pada suatu studi kasus

Tantangan utama setiap sistem surveilans HIV adalah masalah etika

sehubungan dengan testing HIV yang telah secara luas dibicarakan dalam

berbagai kepustakaan dan bersifat kompleks. Masalah etika utama sehubungan

dengan surveilans HIV di antara pasien tuberkulosis berkisar mengenai

penggunaan metoda unlinked anonymous atau blinded, tertutama dalam hal

meningkatkan akses ART. Testing unlinked anonymous adalah pemeriksaan

spesimen darah atau lainnya yang dilakukan untuk kepentingan lain dan

mengambil sisa dari spesimen dan ditiadakan semua identifikasinya untuk

dilakukan tes HIV tanpa persetujuan individu tersebut.5 Cara unlinked anonymous

digunakan dalam survei berkala dan sentinel untuk membantu mengendalikan bias

partisipasi yang dapat terjadi bila orang menolak untuk dilakukan tes pada

darahnya (WHO, 2004).

Testing tanpa informed consent (surat persetujuan), untuk kepentingan

surveilans, pada umumnya dapat dianggap memenuhi etika, bila tidak hanya

anonymous (tanpa nama) tetapi juga unlinked (tidak dikaitkan), dimana semua

identitas dihilangkan dari spesimen, yang membuat hasil pemeriksaan tidak dapat

dikaitkan dengan seseorang. Tetapi, survei prevalensi HIV secara blinded selalu

menimbulkan perdebatan,6 terutama di negara maju seperti Amerika Serikat,

Inggris dan Belanda (WHO, 2004).

Tingginya angka infeksi HIV di antara pasien tuberkulosis di banyak negara

dan meningkatnya kemungkinan perawatan HIV telah menantang keabsahan etika

metoda unlinked anonymous. Masalah lain mengenai penggunaan metoda ini pada

pasien tuberkulosis berkaitan dengan pengumpulan sampel. Biasanya metoda

unlinked anonymous pada surveilans HIV mengandalkan sampel darah, yang

diambil untuk kepentingan lain, misalnya tes sifilis di antara ibu hamil. Masalah

survei sero-prevalensi blinded di antara pasien tuberkulosis adalah darah sering

tidak secara rutin diambil dan harus diambil secara khusus untuk kepentingan

Page 14: Uts Se Astutik 413 f Ari Udi

survei. Sehingga timbul pertentangan, apakah metoda ini harus dilakukan pada

keadaan tersebut7, dan telah mempertimbangkan akan kemungkinan pemeriksaan

dahak pada keadaan tersebut (WHO, 2004).

7. Kemungkinan-kemungkinan teknis dalam komputerisasi surveilens, kesenjan-

gan antara apa yang mungkin dikembangkan dan apa sistem yang berlaku

sekarang, daftar hambatan-hambatan dalam penggunaan komputer yang opti-

mal dalam surveilens, persoalan-persoalan yang terkait dalam komputerisasi

surveilens saat ini, persoalan-persoalan kunci yang masih tersisa untuk disele-

saikan.

Berdasarkan observasi WHO tahun 2004 menemukan beberapa temuan terkait

surveilans seperti:

a. Kurangnya kesadaran akan pentingnya informasi surveilans penyakit di kalan-

gan pengelola program kesehatan, pejabat kesehatan, staf pelayanan kese-

hatan dan staf surveilans sendiri di semua tingkat.

b. Informasi surveilans tidak digunakan dalam pengambilan keputusan.

c. Kualitas data surveilans tidak memuaskan dan sulit diperbaiki.

d. Tidak dilakukan analisis data surveilans secara memadai.

e. Penyelidikan kejadian luar biasa (KLB) dilakukan sembarangan.

f. Tidak ada motivasi di kalangan staf surveilans untuk meningkatkan kemam-

puan diri.

g. Berbagai sistem surveilans penyakit khusus sulit dikoordinasikan dan diinte-

grasikan.

Kualitas pelaporan dipengaruhi oleh ketelitian, ketrampilan dan

pendidikan dari sumber daya manusia yang terlibat dalam surveilans selain itu

penggunaan teknologi komputer belum dimanfaatkan secara maksimal, diperlukan

peningkatan sarana dan prasarana penunjang agar mutu surveilans dalam menjadi

baik. (Depkes RI, 2003) Ketersediaan sarana dan fasilitas surveilans sarana

pengolah data dan komunikasi yang ada di dinas kesehatan kabupaten/ kota terdiri

dari komputer, perangkat lunak seperti epi info, epi map, kalkulator, alat tulis

kantor, buku pedoman/ petunjuk teknis, formulir, pengumpulan data surveilans,

dan perangkat seminar. Sedangkan perlengkapan, surveilans puskesmas/ rumah

sakit yaitu kalkulator, kertas grafik, formulir perekam, pengolahan dan pelaporan,

Page 15: Uts Se Astutik 413 f Ari Udi

mesin ketik, alat komunikasi telepon dan faksimil), komputer pengolahan data

dan program aplikasinya.

Sistem informasi kesehatan yang terdapat di Indonesia penerapannya

masih kurang. Khususnya untuk surveilans yang berfungsi dalam menggambarkan

segala situasi yang ada khususnya perkembangan penyakit sehingga berpengaruh

terhadap derajat kesehatan setiap individu di dalam populasi yang ada.

Masih banyak sekali masalah yang timbul dalam komputerisasi surveilans

saat ini yaitu:

Untuk mengakses data sulit karena terpisah antara program.

Sulitnya menyatukan data karena format laporan yang berbeda-beda.

Adanya pengambilan data yang sama berulang-ulang dengan format yang

berbeda-beda dari masing-masing bagian.

Waktu untuk mengumpulkan data lebih lama, sehingga pengolahan dan anal-

isis data sering terlambat.

Pimpinan sulit mengambil keputusan dengan cepat dan akurat karena data

berbeda dan keterlambatan laporan.

Sebagian besar petugas tidak ditunjang dengan ketersediaan sarana komputer

dan printer untuk kegiatan pelaporan data surveilans.

Selain itu kurangnya keterampilan dari petugas surveilans dalam mengap-

likasikan komputer membuat system surveilans tidak berjalan optimal.

8. Tipe-tipe sistem surveilens, membedakan antara tipe-tipe sistem surveilens,

pengumpulan data epidemiologi dan entri data, persoalan dokumentasi dan lati-

han, menjelaskan laporan dan pembagian data (data sharing), peranan pengelola

data, cara-cara mengelola data, tujuan penilaian survailans, protocol penilaian

survailans yang meliputi Kepentingan & Prioritas kesmas., Tujuan Sistem,

Gambaran Sistem, Kemampuan dan Atribut (sifat) Sistem, Koordinasi, Mekan-

isme Respons untuk intevensi.

A. Tipe-Tipe Sistem Surveilens

1. Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular

Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap penyakit menular

dan faktor resiko untuk mendukung upaya pemberantasan penyakit menular.

2. Surveilans Epidemiologi Penyakit Tidak Menular

Page 16: Uts Se Astutik 413 f Ari Udi

Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap penyakit tidak

menular dan faktor resiko untuk mendukung upaya pemberantasan penyakit

tidak menular.

3. Surveilance Injury / Kecelakaan merupakan analisis terus menerus terhadap

terhadap distribusi suatu kejadian dan faktor resiko kejadian tersebut terjadi.

B. Membedakan Antara Tipe-Tipe Sistem Surveilens

a. Surveilans Penyakit Menular konsentrasi pada distribusi kejadian, umur,

kelamin, lokasi dan faktor-faktor penyebabnya

b. Surveilans Penyakit Tidak Menular konsentrasi pada faktor-faktor resiko

penyakit tidak menular tersebut

c. Surveilance Injury / Kecelakaan konsentrasi bisa pada distribusi kejadian

atau faktor-faktor resiko terjadinya kejadian

C. Pengumpulan Data Epidemiologi dan Entri Data

Pengumpulan Data Epidemiologi

Pengumpulan Data adalah pencatatan insidensi berdasarkan laporan

rumah sakit, puskesmas, dan sarana pelayanan kesehatan lain, laporan petugas

surveilans di lapangan, laporan masyarakat, dan petugas kesehatan lain, survei

khusus, dan pencatatan jumlah populasi berisiko terhadap penyakit yang sedang

diamati. Tehnik pengumpulan data dapat dilakukan dengan wawancara dan

pemeriksaan.

Tujuan pengumpulan data adalah

1. Menentukan kelompok high risk;

2. Menentukan jenis dan karakteristik (penyebabnya);

3. Menentukan reservoir;

4. Transmisi;

5. Pencatatan kejadian penyakit; dan KLB.

Entri Data

Entry data adalah proses setelah data diberi kode kemudian dimasukkan

dalam computer dengan menggunakan software.

D. Persoalan dokumentasi dan latihan

Persoalan yang dihadapi terkait dokumentasi dan latihan adalah :

Page 17: Uts Se Astutik 413 f Ari Udi

1. Kesenjangan Surveilans yaitu tidak adanya system surveilans untuk

penyakit –penyakit terkini

2. Keterbatasan keahlian dalam epidemiologi lapangan dan teknik laborato-

rium

3. Keterbatasan kualitas data ( data yang dihasilkan tidak akurat , tidak kon-

sistensi , tidak lengkap, duplikasi)

4. Keterbatasan manajemen data

- keterbatasan sarana pengolah data

- kelemahan analisis data & interpretasinya

5. Mekanisme respon yang kurang memadai

- Kurangnya kesiagan terhadap KLB/ wabah/bencana

- keterbatasan kapasitas penyelidikan lap yg cepat

- keterbatasan komunikasi dan kemapuan advocacy

E. Laporan Dan Pembagian Data (Data Sharing)

System pelaporan yang dilakukan adalah :

1. System pelaporan rutin yang dilakukan oleh petugas kesehtan atau non kese-

hatna untuk mengumpulkan informasi tentang jumlah kasus dari jumlah ka-

sus darii penyakit-penyakti yang dilaporkan dan kematian yang di tentukan di

wilayah mereka.

2. System pelaporan sentinel yang digunakan untuk melaporkan kasus penyakit

dan kematian yang terlihat dan di diagnosis pada fasilitas mereka.

Sedangkan pembagian data (data sharing) dalam surveilans dilakukan dengan

koordinasi atau bekerjasama dengan beberapa system surveilans.

F. Peranan Pengelola Data

1. Mengumpulkan data

2. Mengolah data

3. Menganalisis dan intepretasi data

4. Menyebarluaskan data (diseminasi)

G. Cara-cara mengelola data

1. Dua aspek kualitatif yg perlu dipertimbangkan dalam pengolahan data :

• ketepatan waktu

• sensitifitas data

2. Kriteria cara pengolahan data yang baik :

Page 18: Uts Se Astutik 413 f Ari Udi

• Tidak membuat kesalahan selama proses pengolahan data

• Dapat mengidentifikasikan adanya perbedaan dalam frekuensi dan

distribusi kasus

• Tehnik pengolahan data yang dipakai tidak menimbulkan penger-

tian yang salah atau berbeda

• Metode yg dipakai sesuai dgn metode-metode yg lazim

H. Tujuan Penilaian Survailans

a. Mengupayakan masalah kesehatan yang paling prioritas selalu berada dalam

pengawasan sistem surveilans.

b. Sistem Surveilans dapat mencapai tujuannya seefisien mungkin

c. Sistem Surveilans dapat mendorong intervensi yang efektif dan cepat.

I. Protocol Penilaian Survailans Yang Meliputi Kepentingan & Prioritas Kesmas.,

Tujuan Sistem, Gambaran Sistem, Kemampuan Dan Atribut (Sifat) Sistem,

Koordinasi, Mekanisme Respons Untuk Intevensi.

1. Kepentingan dan Prioritas Kesehatan Masyarakat

Mempertimbangkan besarnya masalah kesehatan masyarakat tersebut dari:

Jumlah kasus, incidence, prevalence

Ukuran keparahan (mis, CFR)

Mortality rate

Biaya Medis

Daya Cegah (Preventability)

2. Tujuan Sistem

Untuk mendeteksi & pemantauan kejadian luar biasa / wabah

Pemantauan kecenderungan (trends)

Identifikasi kontak & pemberian prophylaxis

Pemantauan kinerja program intrervensi

Evaluasi program

Formulasi hipotesis

3. Gambaran Sistem

Gambaran system dikatakan terdokumentasi dengan baik dilihat dari :

a) Definisi kasus

• Ada tidaknya definisi kasus

• Sensitivitas and Spesifisitas

• Derajat kepastian kasus (confirmed, probable, suspect...)

Page 19: Uts Se Astutik 413 f Ari Udi

• Konsistensi menurut waktu & tempat

b) Populasi target surveilens

• Seluruh penduduk

• Populasi risiko tinggi

• Ada denominator

c) Jenis Sistem: Apakah rancangan sistem sesuai dengan tujuan sistem

• Aktif v.s. Pasif

• Sentinel v.s. Exhaustive

• Data Individual v.s. Aggregat

d) Struktur data

• Siapa bertanggungjawab terhadap manajemen data.

• Format data yang dipakai memenuhi standard.

• Mekanisme Validasi Data .

• Mekanisme Penyimpanan Data.

• Mekanisme menjaga konfidensialitas Data.

e) Indikator

• Definisinya jelas (Jumlah kasus, Proporsi, Rate)

• Jenis indikator ?

• Indikator terkait dengan intervensi?

• Memenuhi SMART (Specific Measurable Action oriented Realistic

Timely)

f) Umpan Balik

• Jenis ( bulletin majalah, media elektronik dll)

• Frekuensi (misal, bulanan, tahunan)

• Disesuaikan dengan populasi target.

• Sumber.

• Masyarakat.

• Pembuat keputusan, etc.

4. Kemampuan dan Atribut (sifat) Sistem

• Kesederhanaan (simplicity), menyangkut struktur dan kemudahan operasional-

nya. 

• Fleksibel (flexibility), dapat beradaptasi/menyesuaikan diri dengan perubahan

informasi yang diperlukan atau perubahan pelaksanaan tanpa harus merubah

seluruh alur system yang sudah ada. 

Page 20: Uts Se Astutik 413 f Ari Udi

• Dapat diterima (acceptability), merupakan refleksi dari individu atau peroran-

gan dan organisasi atau unit untuk ikut serta dalam system surveilans. 

• Sensivitas (Sensivity), sensivitas dapat dilihat terhadap dua tingkatan :

1) Pada tindakan laporan kasus, proporsi dari masalah kesehatan yang

dapat diketahui oleh system surveilans dapat diamati dan dinilai den-

gan ukuran tertentu.

2) Sistem dapat dinilai terhadap kemampuannya untuk mengetahui epi-

demic dan tingkat kebenarannya dalam menentukan masalah kese-

hatan terhadap masalah yang sebenarnya ada dalam masyarakat.

• Nilai ramal positif (predictive value positive), adalah proporsi dari penduduk

yang dapat diidentifikasi sebagai kasus, yang dapat dinilai oleh system

surveilans tersebut yang sesungguhnya mempunyai masalah kesehatan. Dan

seberapa nilai kebenaran tersebut dapat dihasilkan oleh system surveilans. 

• Representative, akurasi gambaran masalah kesehatan yg sesungguhnya di

masyarakat yg dipotret oleh sistem surveilens, dalam konteks

- orang

- tempat

- waktu

• Ketepatan waktu (timeliness), dapat dinilai dari waktu yang diperlukan untuk

mengikuti alur system tersebut atau ketepatan waktu dalam memberikan infor-

masi yang memerlukan tindakan segera.

5. Koordinasi

Aspek Tahapan dan tingkatan administratif

a. deteksi - pelaporan- analisis - intervensi

b. perifer - menengah- pusat

Aspek Fungsi

a. Kerjasama Tugas berganda

b. Kerja sama dengan disiplin lain

g) Mekanisme Respons untuk intevensi

Mekanisme respon untuk interverensi berupa :

• Pencegahan dan Pengendalian terdiri dari kesiapsiagaan dan respons cepat

• Umpan Balik

Page 21: Uts Se Astutik 413 f Ari Udi

• Kebijakan ( baru, modifikasi kebijakan lama)

9. Pemikiran epidemiologis untuk p2m penyakit, epidemiologi sebagai dasar kese-

hatan masyarakat dan kontribusi GIS dalam kesehatan masyarakat dan aplikasi

GIS untuk p2m penyakit.

A. Pemikiran Epidemiologis untuk Pengendalian Penyakit Menular

Pemikiran Epidemiologis untuk Pengendalian Penyakit Menular adalah suatu

pemikiran tentang upaya kesehatan yang mengutamakan aspek promotif dan preventif

yang ditujukan untuk menurunkan dan menghilangkan angka kesakitan, kecacatan,

dan kematian, membatasi penularan, serta penyebaran penyakit agar tidak meluas

antardaerah maupun antarnegara serta berpotensi menimbulkan kejadian luar

biasa/wabah berdasarkan distribusi penyakit.

B. Epidemiologi Sebagai Dasar Kesehatan Masyarakat

Kesehatan masyarakat bertujuan melindungi, memelihara, memulihkan, dan

meningkatkan kesehatan populasi. Sedang epidemiologi memberikan kontribusinya

dengan mendeskripsikan distribusi penyakit pada populasi, meneliti paparan faktor-

faktor yang mempengaruhi atau menyebabkan terjadinya perbedaan distribusi

penyakit tersebut. Pengetahuan tentang penyebab perbedaan distribusi penyakit

selanjutnya digunakan untuk memilih strategi intervensi yang tepat untuk mencegah

dan mengendalikan penyakit pada populasi, dengan cara mengeliminasi, menghindari,

atau mengubah faktor penyebab tersebut. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

epidemiologi bagian dari ilmu kesehatan masyarakat yang merupakan inti atau induk

ilmu kesehatan masyarakat, memiliki pengertian, filosofi, dan pelaksanaan metode

yang terkandung dalam public health.

C. Kontribusi GIS dalam kesehatan masyarakat dan aplikasi GIS untuk p2m

penyakit.

Kontribusi Sistem informasi geografis (SIG) dibidang kesehatan masyarakat adalah :

1. Perencanaan Prasarana Kesehatan & Evaluasi, menganalisis distribusi

dan karakteristik populasi tangkapan dalam kaitannya dengan infrastruk-

tur kesehatan yang ada memberikan wawasan yang lebih dalam kecuku-

pan dan aksesibilitas dari fasilitas kesehatan di suatu daerah.

2. Pengendalian dan Surveilans Penyakit Infeksi/penyakit menular

Page 22: Uts Se Astutik 413 f Ari Udi

3. Menentukan distribusi geografis penyakit

4. Menganalisis secara spasial tren temporal penyakit

5. Memetakan populasi berisiko

6. Menstratafikasi penyakit dan faktor risiko

7. Menilai alokasi sumber daya kesehatan

8. Merencanakan dan menargetkan intervensi kesehatan

9. Memperkirakan terjadinya wabah

10. Memantauan perkembangan penyakit dan intervensi dari waktu ke waktu

Dalam pengendalian penyakit menular SIG digunakan untuk memetakan

data frekuensi distribusi kasus berdasarkan karateristik tempat dimaksudkan untuk

memperkirakan luasnya masalah secara geografis dan menggambarkan

pengelompokkan (clustering) dan pola penyebaran (spreading) penyakit

berdasarkan wilayah kejadian yang nantinya dapat dijadikan petunjuk untuk

mengidentifikasi etiologi penyakit tsb. Peta bintik (spot map) dan Peta area (area

map) merupakan bentuk penyajian data deskriptif menurut tempat yang sangat

berguna.

Seperti halnya sistem komputer, SIG pada definisi yang lain pada dasamya

juga merupakan sistem computer (lihat sejarah SIG) yang digunakan untuk

aplikasi spasial yang terkait dengan pemodelan fenomena kebumian (mengacu

pada definisi ESRI). Pada sistem komputer diperlukan 4 perangkat yaitu

perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software), manusia

(brainware/personil) dan data. Peneliti yang memanfaatkan SIG sebagai

perangkatnya termasuk dalam perangkat manusia (brainware) yang terlebih

dahulu harus memahami fenomena tentang penyakit menular secara konseptual,

dimana selanjutnya menerapkan konsep tersebut dalam ujud data spasial dan

model matematisnya dalam perangkat keras dan lunaknya untuk dimodelkan

dalam suatu hasil analisis yang terpercaya.

Penerapan SIG untuk kesehatan di Indonesia sejauh ini masih didominasi pada kegiatan

penelitian-penelitiandi lingkup badan penelitian dan perguruan tinggi yang memiliki konsentrasi

pada bidang kesehatan masyarakat ilmu kebumian, atau beberapa kegiatan kerjasama penelitian

dengan berbagai badan intemasional maupun kerjasama luar negeri. Sejauh ini belum tampak

diimplementasikan pada kegiatan regular dan program nasional di bidang kesehatan, walau

demikian hasil-hasil penelitian yang dihasilkan dari litbang dan kerjasama penelitian ini mulai

dimanfaatkan dan disosialisasikan di masyarakat.

10. Standarisasi, Standarisasi Langsung dan Standarisasi tidak langsung.

Page 23: Uts Se Astutik 413 f Ari Udi

A. Standarisasi

Standarisasi adalah cara untuk mengontrol (menghilangkan pengaruh) satu

variable confounding dengan jalan menggunakan populasi standar. Variable

confounding sendiri merupakan variable yang diketahui mempengaruhi besarnya

outcome yang akan dibandingkan. Jenis standarisasi ada dua, yaitu standarisasi direct

(langsung) dan standarisasi indirect (tidak langsung)

B. Standarisasi Langsung

Standarisasi langsung adalah standarisasi yang dilakukan dengan cara

menerapkan ukuran spesifik populasi yang dibandingkan pada populasi standar untuk

mendapatkkan estimasi jumlah kejadian dan menghitung ukuran yang telah

distandarkan. Data yang diperlukan untuk standarisasi langsung adalah data distribusi

populasi standard an tingkat spesifik masing-masing subgroup dalam kelompok yang

dibandingkan.

Cara melakukan standarisasi metode langsung adalah sebagai berikut:

1) Pilih suatu populasi standat dengan diketahui distribusi umur (misalnya dis-

tribusi umur hasil sensus)

2) Kalikan tingkat kematian umur spesifik (age specific death rate) dari kelom-

pok pembanding dengan distribusi umur yang sam dalam populasi standar.

3) Hitung jumlah kematian yang diperkirakan (expected death) dalam populasi

standar jika tingkat kematian spesifik umur dari kelompok pembanding deber-

lakukan dalam populasi standar (ini hanya hipotesis)

4) Jumlahkan semua kematian yang diperkirakan dan dibagi dengan jumlah pop-

ulasi standar

5) Buat pernyataan tentang tingkat kematian setelah menghilangkan efek umur

untuk semua kelompok pembanding.

6) Jumlah kematian yang diperkirakan (expected number of death) = tingkat ke-

matian spesifik umur (age specific mortality rate) dari kelompok pembanding

X distribusi spesifik umur dalam populasi standar.

7) Tingkat kematian yang distandarisasi umur (age adjusted mortality rate) =

jumlah kematian yang diperkirakan/ total populasi standar.

C. Standarisasi tidak langsung

Standarisasi tidak langsung adalah standarisasi yang dilakukan dengan cara

menerapkan ukuran spesifik populasi standar pada populasi yang dibandingkan untuk

mendapatkan estimasijumlah kejadian dan menghitung ukuran yang telah

Page 24: Uts Se Astutik 413 f Ari Udi

distandarkan. Metode ini digunakan bila angka umur spesifik tidak diketahui, populasi

sub kelompok lokal sangat kecil, dan tingkat (rate) sub kelompok tidak diketahui.

Data yang diperlukan dalam melakukan standarisasi tidak langsung adalah angka

tingkat spesifik (specific rate) dari populasi standar, angka jumlah masing-masing

segmen spesifik dari populasi studi, dan jumlah keseluruhan peristiwa yang

sebenarnya (peristiwa yang daimati) dalam populasi studi.

Cara melakukan standarisasi metode tidak langsung adalah sebagai berikut:

Setelah tiga tipe data diperoleh

Kalikan angka tingkat spesifik standar dengan angka jumlah masing-

masing dari populasi kelompok

Jumlahkan angka-angka peristiwa yang diperkirakan

Hitunglah rasio yang distandarisasi dengan cara membagi jumlah ke-

seluruhan peristiwa yang diamati dengan keseluruhan jumlah peristiwa

yang diperkirakan.

11. Test performa seperti mendefinisikan (C1) sensitivitas dan spesifisitas, menghi-

tung sensitivity dan spesifity, menjelaskan cut off/to explain how the position of

the threshold modify sensitivity and specificity, mendefiniskan dan menghitung

PVP dan PVN, menjelaskan peranan prevalens rate pada PVP dan PVN.

A. Sensitivitas dan Spesifisitas

Sensitivitas adalah ukuran yang mengukur seberapa baik sebuah tes

skrining/penapisan mengklasifikasikan orang yang sakit benarbenar sakit.

Sensitivitas digambarkan sebagai persentase orang dengan penyakit dengan hasil

test positif juga.

Spesifisitas merupakan ukuran yang mengukur seberapa baik sebuah

tes skrining/penapisan mengklasifikasikan orang yang tidak sakit sebagai orang

benar benar yang tidak memiliki penyakit pada kenyataanya. Sensitivitas

digambarkan sebagai persentase orang tanpa penyakit yang secara test negatif(1).

B. Perhitungan Sensitivitas dan Spesifisitas

Hasil screeningKeadaan penderita

Sakit Tidak sakit

Positif A B

Negatif C D

Page 25: Uts Se Astutik 413 f Ari Udi

Keterangan

a = positif benar

b = positif palsu

c = negatif palsu

d = negatif benar

Sensitivitas =

=

Spesifisitas =

=

C. Menjelaskan Cut Off/To Explain How The Position Of The Threshold Modify

Sensitivity And Specificity

Sensitivitas dan spesifisitas bervariasi dalam arah yang berlawanan ketika

mengubah ambang batas. Pilihan ambang batas adalah kompromi untuk mencapai

tujuan terbaik dari tes. Berikut ini cara menentukan nilai ambang batas :

1. Ketika diagnosis palsu( FP) lebih buruk dari diagnosis terjawab ( FN)

Contoh: skrining untuk anensefali atau toksoplasmosis kongenital

- Minimalkan FP

- Prioritaskan spesifitas

- Meningkatkan Treshold untuk positive

2. Ketika diagnosis terjawab (FN) adalah lebih buruk daripada diagnosis

palsu (FP)

Contoh: skrining phenylcetonuria saat lahir

- satu harus meminimalkan FN

- Prioritaskan Sensitivitas

- Kurangi threshold yang positif

jumlah orang yang diklasifikasikan sebagai sakit

jumlah total orang sakit

jumlah orang yang diklasifikasikan sebagai sehat

jumlah total orang sehat

Page 26: Uts Se Astutik 413 f Ari Udi

D. Mendefiniskan Dan Menghitung PVP Dan PVN

Nilai prediksi positif adalah persentase dari semua orang dengan hasil tes positif

pada orang yang benar sakit, Sedangkan Nilai Prediksi Negatif adalah persentasi

dari semua orang dengan hasil tes negative pada orang yang benar-benar sehat.

pada orRumus Nilai Prediktif Positif (NPP) & Nilai Prediktif Negatif (NPN)

E. Menjelaskan Peranan Prevalens Rate Pada PVP Dan PVN

1. Nilai prediktif positif sangat dipengaruhi oleh besarnya prevalensi penyakit

dalam masyarakat dengan ketentuan : makin tinggi prevalensi penyakit dalam

masyarakat makin tinggi nilai prediktif positif dan sbaliknya nilai prediktif

positif dipengaruhi oleh besanya nilai spesivitas dari tes.

2. Nilai prediktif negatif sangat dipengaruhi oleh besarnya prevalensi penyakit

dalam masyarakat dengan ketentuan : makin rendah prevalensi penyakit dalam

masyarakat makin rendah nilai prediktif negatif dan sebaliknya nilai negatif

dipengaruhi oleh besanya nilai spesivitas dari tes

12. Pendekatan-pendekatan metodologis analisis data surveilens, pendekatan-pen-

dekatan praktis analisis data surveilens, menyajikan data surveilens menurut

waktu, tempat, dan orang, menjelaskan konsep rate dan standardisasi rate, men-

jelaskan pendekatan-pendekatan untuk analisis data eksploratif, menguraikan

manfaat grafik dan peta, membuat interpretasi yang sistematik dari data

surveilens.

A. Pendekatan-Pendekatan Metodologis Analisis Data Surveilens

1. Pendekatan Statistik Sederhana  

Pendekatan yang berhubungan dengan  yang berhubungan dengan cara-cara

pengumpulan data, pengolahan atau penganalisiannya dan penarikan kesimpu-

lan berdasarkan kumpulan data dan penganalisian yang dilakukan.

2. Pendekatan Epidemiologi.

Page 27: Uts Se Astutik 413 f Ari Udi

Pendekatan epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang penyebaran

penyakit serta determinan-determinan yang mempengaruhi penyakit tersebut.

B. Pendekatan-Pendekatan Praktis Analisis Data Surveilens

Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode epidemiologi

deskriptif dan/atau analitik untuk menghasilkan informasi yang sesuai dengan

tujuan surveilans yang ditetapkan.

Analisis dengan metode epidemiologi deskriptif dilakukan untuk

mendapat gambaran tentang distribusi penyakit atau masalah kesehatan serta

faktor-faktor yang mempengaruhinya menurut waktu, tempat dan orang.

Sedangkan analisis dengan metode epidemiologi analitik dilakukan untuk

mengetahui hubungan antar variable yang dapat mempengaruhi peningkatan

kejadian kesakitan atau masalah kesehatan. Untuk mempermudah melakukan

analisis dengan metode epidemiologi analitik dapat menggunakan alat bantu

statistik.

C. Menyajikan Data Surveilens Menurut Waktu, Tempat, Dan Orang

a. Analisis Data Menurut Waktu

Analisis ini membandingkan jumlah kasus yang diterima selama interval

waktu tertentu dan membandingkan jumlah kasus selama periode waktu

sekarang dengan jumlah yang dilaporkan selama interval waktu yang sama

dalam periode waktu tertentu.

b. Analisis Data Menurut Tempat

Yaitu dengan mengetahui tempat pemajan terjadi, bukan tempat laporan

berasal, mengetahui kemungkinan sumber-sumber pencegahan akan

menjadi sasaran yang efektif, menggunakan computer dan perangkat lunak

untuk pemetaan spasial, memungkinkan analisis yang lebih canggih.

c. Analisis Data Menurut Orang

Analisis ini menggunakan data umur, jenis kelamin, rasa tau entitas, status

perkawinan, pekerjaan, tingkat pendapatan, dan pendidikan. Semua data

dari orang tersebut harus terlengkapi untuk dapat mengetahui sebab kasus

terjadi.

D. Menjelaskan Konsep Rate dan Standardisasi Rate

1. Pengertian Rate

Page 28: Uts Se Astutik 413 f Ari Udi

Rate adalah perbandingan antara suatu kejadian dengan jumlah penduduk

yang mempunyai risiko kejadian tersebut, menyangkut interval waktu tertentu.

Rate untuk menyatakan dinamika dan kecepatan kejadian dalam suatu populasi

masyarakat tertentu. Contohnya, penyakit campak berisiko pada balita dan

penyakit cancer servik berisiko pada wanita.

Rate  = X  x K

            Y

Keterangan :

• X = Jumlah kejadian tertentu yang terjadi dalam kurun waktu ter-

tentu.

• Y= Jumlah penduduk yang mempunyai risiko mengalami kejadian tertentu

dalam kurun waktu tertentu ( pop. At risk)

• K=konstanta (angka dasar)

2. Standarisasi Rate

Standarisasi rate dilakukan dengan alasan :

• Menghilangkan efek adanya perbedaan komposisi pada populasi yg akan

dibandingkan

• Menghasilkan ringkasan ukuran sederhana untuk diperbandingkan

• Jika ASDR tidak tepat; jelas; diketahui kecil, misalnya: sulitnya diperoleh nu-

merator & denominator sehingga tidak dapat dibandingkan

Keuntungan rates yang distandarisasi

• Mengontrol efek dari variabel perancu ( comfounding)

• Menyediakan ukuran yang mudah untuk perbandingan

• Menpunyai standar error yang lebih kecil dari spesfic rates

• Lebih tersedia untuk kelompok-kelompok tertentu

• Lebih akurat dan lebih stabil dari specific rates

E. Menjelaskan Pendekatan-Pendekatan Untuk Analisis Data Eksploratif

Analisa data

Analisis tahap awal dalam analisis yang menyuguhkan penghitungan

dan grafik, meminimalkan asumsi-asumsi yang memungkinkan data untuk

memotivasi analisis dan mengombinasikan kemudahan-kemudahan deskripsi

Page 29: Uts Se Astutik 413 f Ari Udi

dengan pengetahuan kuantitatif. Tahap-tahap dalam analisis data eksploratif

(Saraswati, 2015) :

1) Gunakan peragaan visual untuk menyampaikan struktur dan analisis data

2) Transformasikan data secara matematis untuk menyederhanakan distribusi

3) Selidiki pengaruh outliers (nilai-nilai ekstrim)

4) Jelaskan residual-residual

F. Menguraikan Manfaat Grafik Dan Peta

a. Manfaat grafik :

• Memperagakan informasi kuantitatif secara visual

• Grafik menyediakan system koordinat

• Membantu pembaca memvisualisasikan pola-pola kecenderungan-kecen-

derungan

b. Manfaat peta :

• Menampilkan data dengan menggunakan lokasi dan koordinat geografik

• Menyuguhkan metode pemahaman data dengan jelas, ringkas, dan cepat

G. Membuat Interpretasi Yang Sistematik Dari Data Surveilens

Untuk membuat interpretasi yang sistematik harus mempertimbangkan

beberapa hal :

• Apakah sifat pelaporan telah berubah ?

• Apakah ada tambahan baru dari pelayanan kesehatan (health provider)

atau area geografis yang di masukkan kedalam system ?

• Apakah definisi kasus telah berubah ?

• Apakah inteverensi baru telah dimulai ?

13. sifat data surveilens kesehatan masyarakat, mendefinisikan nomenklatur dari

variasi dalam peristiwa/kejadian kesehatan, menyajikan manfaat yang benar

metode analitik dan grafik untuk mengkoreksi aberasi/ penyimpangan, menya-

jikan penilaian yang benar kelengkapan sistem surveilens, memilih metode anal-

itik yang sesuai, menjelaskan analitik yang penting dalam analisis data

surveilens.

A. Sifat Data Surveilens Kesehatan Masyarakat

Berdasarkan bentuk dan sifatnya, data penelitian dapat dibedakan dalam dua jenis

yaitu data kualitatif (yang berbentuk kata-kata/kalimat) dan data kuantitatif (yang

Page 30: Uts Se Astutik 413 f Ari Udi

berbentuk angka). Data kuantitatif dapat dikelompokkan berdasarkan cara

mendapatkannya yaitu data diskrit dan data kontinum. Berdasarkan sifatnya, data

kuantitatif terdiri atas data nominal, data ordinal, data interval dan data rasio.

1) Data Kualitatif

Data kualitatif adalah data yang berbentuk kata-kata, bukan dalam bentuk

angka. Data kualitatif diperoleh melalui berbagai macam teknik pengumpulan data

misalnya wawancara, analisis dokumen, diskusi terfokus, atau observasi yang

telah dituangkan dalam catatan lapangan (transkrip). Bentuk lain data kualitatif

adalah gambar yang diperoleh melalui pemotretan atau rekaman video.

2) Data Kuantitatif

Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau bilangan. Sesuai

dengan bentuknya, data kuantitatif dapat diolah atau dianalisis menggunakan

teknik perhitungan matematika atau statistika. Berdasarkan proses atau cara

untuk mendapatkannya, data kuantitatif dapat dikelompokkan dalam dua bentuk

yaitu sebagai berikut:

a. Data diskrit adalah data dalam bentuk angka (bilangan) yang diperoleh dengan

cara membilang. Contoh data diskrit misalnya:

b. Data kontinum adalah data dalam bentuk angka/bilangan yang diperoleh

berdasarkan hasil pengukuran.

Berdasarkan tipe skala pengukuran yang digunakan, data kuantitatif dapat

dikelompokan dalam empat jenis (tingkatan) yang memiliki sifat berbeda yaitu:

1.    Data nominal

Data nominal atau sering disebut juga data kategori yaitu data yang

diperoleh melalui pengelompokkan obyek berdasarkan kategori tertentu.  

2.    Data ordinal

Data nominal adalah data yang berasal dari suatu objek atau kategori yang

telah disusun secara berjenjang menurut besarnya. Setiap data ordinal

memiliki tingkatan tertentu yang dapat diurutkan mulai dari yang terendah

sampai tertinggi atau sebaliknya

3.Data Interval

adalah data hasil pengukuran yang dapat diurutkan atas dasar kriteria

tertentu serta menunjukan semua sifat yang dimiliki oleh data ordinal.

Kelebihan sifat data interval dibandingkan dengan data ordinal adalah

Page 31: Uts Se Astutik 413 f Ari Udi

memiliki sifat kesamaan jarak (equality interval) atau memiliki rentang

yang sama antara data yang telah diurutkan. Karena kesamaan jarak

tersebut, terhadap data interval dapat dilakukan operasi matematika

penjumlahan dan pengurangan ( +, – ).

4.    Data rasio

 Data rasio adalah data yang menghimpun semua sifat yang dimiliki

oleh data nominal, data ordinal, serta data interval. Data rasio adalah data yang

berbentuk angka dalam arti yang sesungguhnya karena dilengkapi dengan titik

Nol absolut (mutlak) sehingga dapat diterapkannya semua bentuk operasi

matematik ( + , – , x, : ).

B. Mendefinisikan nomenklatur dari variasi dalam peristiwa/kejadian kese-

hatan

Nomenklatur digunakan sebagai klasifikasi penyakit dan kausa kematian yang

seragam sehingga statistik vital yang dihasilkan dapat diperbandingkan secara

internasional.Pada Annual Report of the Registrar General yang pertama,

―Keuntungan nomenklatur (penamaan) statistik yang seragam, meski belum

sempurna, sudah jelas, sehingga mengherankan penegakannya tidak mendapatkan

perhatian dalam Bills of Mortality…Nomenklatur sama pentingnya dalam upaya

mencari pengetahuan dengan bobot dan ukuran dalam ilmu fisika, dan hendaknya

ditentukan tanpa penundaan‖ (Langmuir, 1976; Lilienfeld, 2007, WHO, 2010).

Farr merealisasi gagasannya dengan mengembangkan sebuah sistem baru

nosologi. Nosologi (dari kata Yunani ―nosos‖ - penyakit, dan ―logos‖- ilmu) adalah

cabang kedokteran yang mempelajari klasifikasi penyakit. Pada Kongres Statistik

Internasional kedua di Paris 1855, Farr mengemukakan klasifikasi penyakit ke dalam

lima kelompok: penyakit epidemik, penyakit konstitusional (umum), penyakit lokal

yang ditata menurut lokasi anatomis, penyakit terkait dengan perkembangan

(development), dan penyakit akibat langsung dari kekerasan. Delegasi dari Geneva,

Marc d'Espine, mengusulkan klasifikasi penyakit menurut sifatnya (gouty, herpetik,

hematik, dan sebagainya). Kongres itu akhirnya mengadopsi daftar kompromi yang

terdiri atas 139 rubrik (kategori). Sistem klasifikasi penyakit dan cedera yang

dikembangkan William Farr (dan Marc d'Espine) merupakan prekursor International

Classification of Diseases (ICD) dan International List of Causes of Death yang

digunakan negara-negara dewasa ini untuk mencatat kejadian penyakit, maupun kausa

morbiditas dan mortalitas (Langmuir, 1976; Lilienfeld, 2007; WHO, 2010).

Page 32: Uts Se Astutik 413 f Ari Udi

C. Menyajikan penilaian yang benar kelengkapan sistem surveilens

1. Tujuan sistem surveilans

- Apakah tujuan sistem surveilans (dapat lebih dari satu tujuan) yang ingin

dinilai dinyatakan dengan jelas?

- Data /informasi yang dihasilkan dari sistem surveilans diperlukan dalam

pengambilan keputusan untuk bertindak?

- Bagaimana dan kapan data/informasi yang dihasilkan sistem surveilans di-

gunakan(untuk keputusan apa)?

2. Personalia

- Berapa stap yang terlibat dalam sistem surveilans?

- Apakah ada staf yang bertanggung jawab penuh dalam pelaksanaan sistem

surveilans?

- Apakah diskripsi tugas masing-masing staf dinyatakan dengan jelas?

3. Sumber Data

- Dari mana data surveilans dikumpulkan?

- Bagaimana data dikumpulkan?

- Apakah formulir yang digunakan untuk mengumpulkan data tersedia?

- Apakah merubah sumberdata dimungkinkan pada keadaan tertentu?

4. Data yang dikumpulkan

- Apakah variabel-variabel yang dikumpulkan dinyatakan dengan jelas?

- Apakah kriteria diagnosis penyakit yang digunakan seragam?

- Apakah sumber data yang dikumpulkan?

5. Pelaksanaan Sistem Surveilans

- Apakah staf yang bertanggung jawab menggumpulkan, mengolah data

dipersiapkan ketrampilanya?

- Apakah calon penguna telah dihubungi?

- Apakah dilakukan upaya cukup untuk memastikan bahwa sistem suveilans

berlangsung terus menerus?

- Apakah surveilans cukup lentur, sehingga mudah untuk berubah?

Page 33: Uts Se Astutik 413 f Ari Udi

- Apakah data yang terkumpul diolah dan disajikan?

- Apakah informasi/data surveilans digunakan untuk pengambilan keputusan

untuk bertindak?

D. Memilih metode analitik yang sesuai

Pemilihan metode analisis data menggunakan pendekatan kualitatif atau

kuantitatif. Dalam pendekatan kuantitatif persyaratan pertama yang harus

terpenuhi adalah alat uji statistik yang akan digunakan harus sesuai. Pertimbangan

utama dalam memilih alat uji statistic ditentukan oleh pertanyaan untuk apa

penelitian tersebut dilakukan dan ditentukan oleh tingkat/skala, distribusi dan

penyebaran data. Pertimbangan kedua dalam memilih alat uji statistik ini adalah

luasnya pengetahuan statistik yang dimiliki serta ketersediaan sumber-sumber

dalam hubungannya dengan perhitungan dan penafsiran data.

Metode penelitian dengan pendekatan kualitatif berbeda dengan

pendekatan kuantitatif, dalam pendekatan kualitatif perhatian dipusatkan kepada

prinsip umum yang mendasari perwujudan dan satuan gejala yang ada dalam

kehidupan manusia atau pola yang ada. Analisis yang dilakukan adalah gejala

sosial dan budaya dengan menggunakan kebudayaan masyarakat yang

bersangkutan untuk memperoleh pola yang berlaku, dan pola tersebut dianalisis

dengan teori yang objektif.

Penelitian kualitatif mampu mengungkapkan gejala yang ada di

masyarakat secara sistematis. Oleh karena itu urutan atau sistimatika yang ada

dalam penelitian memberikan urutan serta pola berfikir secara sistematis dan

komplek. Penelitian dengan pendekatan kualitatif ini mampu mengungkap gejala

yang ada di masyarakat secara sistematis secara mampu mengungkapkan kejadian

yang sebenarnya sehingga akan sulit ditolak kebenarannya.

Dalam memilih metode analisis perlu dipertimbangkan:

• Kecocokan/kesesuaian metode.

• Kehandalan/ketangguhan.

• Kepekaan.

• Kecepatan/kemudahan.

• Kepraktisan / fleksibel.

• Keamanan.

Page 34: Uts Se Astutik 413 f Ari Udi

Cara menentukan metode analisis yang akan digunakan:

• Menetapkan tujuan.

• Jenis metode.

• Kemungkinan penggunaan metode.

• Macam atribut metode yang digunakan.

• Pemilihan metode alternative.

Faktor lain yang menjadi pertimbangan dalam memilih metode analisis adalah:

• Apakah analisis dilakukan untuk 1 sampel, jarang atau sering dengan con-

toh yang sama.

• Pereaksi apa saja yang harus tersedia.

• Berapa lama waktu yang diperlukan.

• Apa jenis matriks sampel yang dianalisis.

• Berapa tingkat ketelitian yang diharapkan.

• Apa ada zat pengganggu.

• Apa ada badan khusus atau persyaratan peraturan, batas tindakan, atau

batas pelaporan.

• Apakah diperlukan prosedur yang mampu menseleksi,mendeteksi, dan

identifikasi untuk campuran.

• Berapa biaya yang harus dibayar pelanggan.

Jika menggunakan metode yang dikembangkan sendiri harus:

• Merupakan kegiatan yang direncanakan

• Ditugaskan kepada personil yang memenuhi persyaratan

• Dilengkapi dengan sumber daya laboratorium yang memadai.

Apabila menggunakan metode non standar, maka harus :

• Mendapat persetujuan pemilik sampel

• Memenuhi spesifikasi yang dipersyaratkan oleh pemilik sampel

• Sesuai dengan tujuan analisis.

E. Menjelaskan analitik yang penting dalam analisis data surveilens.

Untuk menganalisis data surveilans kita harus memperhatikan beberapa hal

berikut:

1. Apa keistimewaan atau kekhasan data yang didapat?

Page 35: Uts Se Astutik 413 f Ari Udi

2. Memulai dari data yang paling sederhana ke data yang paling

kompleks

3. Menyadari bila ketidaktepatan dalam data menghalangi analisis-

analisis yang lebih canggih. Jika ada data yang bias maka data tersebut

tidak perlu digunakan.

4. Sifat data surveilans

5. Perubahan dari waktu ke waktu

6. Beberapa sumber-sumber informasi

7. Masalah kualitas dan kelengkapan

8. Butuh pengetahuan yang mendalam tentang sistem evaluasi

14. Konsep dasar untuk diseminasi dan komunikasi informasi surveilans dan contoh

konsep-konsep ini pada suatu studi kasus.

A. Konsep dasar untuk diseminasi dan komunikasi informasi surveilans

Diseminasi informasi yaitu penyebar luasan informasi kepada individu atau kelompok

tertentu yang berkaitan/berkepentingan. Bertujuan untuk mendapatkan feedback agar

pengumpulan data di masa yang akan datang menjadi lebih baik. Isi diseminasi

informasi tergantung kepada siapa diseminasi akan dilakukan, misalnya pada seluruh

stakeholder yang terkait, seperti jajaran kesehatan, LSM, profesi, perguruan tinggi dan

masyarakat pada umumnya.

Diseminasi berguna pada :

a. Orang-orang yang mengumpulkan data.

b. Decision Maker.

c. Orang-orang tertentu, contohnya: pakar.

d. Masyarakat.

Pelaksanaan diseminasi dapat berupa :

a) Buletin

b) Seminar

c) Simposium

d) Laporan

e) Kongres

f) News letter

Page 36: Uts Se Astutik 413 f Ari Udi

g) Kunjungan

h) Surat untuk corrective action, dll.

Diseminasi informasi dilakukan dengan memanfaatkan sarana teknologi

informasi yang mudah diakses. Diseminasi informasi dapat juga dilakukan apabila

petugas surveilans secara aktif terlibat dalam perencanaan, pelaksanaan dan

monitoring evaluasi program kesehatan, dengan menyampaikan hasil analisis.

Tahap - tahap diseminasi antara lain:

1) Menetapkan informasi yang hendak dikomunikasikan dengan tujuan untuk

menentukan etiologi dan riwayat alamiah penyakit serta untuk mendeteksi dan

mengendalikan epidemik.

2) Menentukan audiens, kepada siapa infomasi harus disampaikan: praktisi

kesehatan masyarakat, penyedia pelayanan kesehatan, organisasi profesi dan

organisasi sukarela, pembuat kebijakan, media, publik, serta pendidik.

3) Memilih sarana: publikasi melalui (terbitan) elektronik, media massa.

4) Memasarkan pesan, bagaimana pesan seharusnya dinyatakan: dengan

menggunakan format grafik dan peragaan visual lainnya (harus jelas dan

sederhana), pertimbangan satu penolakan tujuan komunikasi.

5) Menilai dampak dari pesan yang dibuat: apakah informasi surveilans telah

dikomunikasikan kepada pihak-pihak yang membutuhkan informasi (evaluasi

proses) dan apakah informasi itu mempunyai efek yang menguntungkan atas

masalah kesmas atau kondisi yang menjadi perhatian (evaluasi dampak).

Penyebarluasan data/informasi dilakukan dalam tiga arah yang meliputi :

- Ditujukan ke tingkat administrasi yang lebih tinggi sebagai informasi untuk

dapat menentukan kebijakan selanjutnya.

- Dikirim kepada instansi pelapor atau ke tingkat administrasi yang lebih rendah

yang berfungsi sebagai pengumpul dan pelapor data dalam bentuk umpan

balik.

- Disebarkan kepada instansi terkait dan kepada masyarakat luas.

B. Contoh konsep ini pada suatu studi kasus

Page 37: Uts Se Astutik 413 f Ari Udi

Diseminasi Malaria dan PD3I

Diseminasi adalah Penyebarluasan informasi surveilans kepada pihak yang

berkepentingan (stakeholders), agar dapat dilakukan action secara cepat dan tepat.

Penyakit malaria dan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi membutuhkan

program-program untuk pencegahan dan pemberantasan. dalam pelaksanaan program

ini dibutuhkan bantuan dari berbagai pihak. maka pelaksanaan program ini

memerlukan diseminasi terhadap berbagai stakeholder terkait.

1) Diseminasi Penyakit Malaria

Stakeholder yang memiliki peranan penting dalam penanganan masalah penyakit

malaria diantaranya :

a. Dinas Kesehatan

Dinas Kesehatan merupakan penyelenggara kegiatan surveilans terhadap

penyakit malaria. Hasil kegiatan surveilans ini berupa data kesakitan malaria

akan digunakan untuk penanganan masalah lebih lanjut. Seperti penggalakan

program pemberantasan sarang nyamuk (fogging dan program 3M Plus)

terhadap masyarakat, penyuluhan tentang bahaya malaria oleh puskesmas

setempat,juga pemberdayaan masyarakat dalam mengelola lingkungan.

b. Pemerintah Kota/Kabupaten

Pemerintah kota/kabupaten berwenang dalam masalah kebijakan-kebijakan

pencegahan dan penanggulangan malaria. Kebijakan ini menjadi langkah

represif untuk penanganan dan pencegahan malaria dari Pemerintah

kota/kabupaten langsung ke masyarakat. Bentuk peran lainnya adalah

pengalokasian dana untuk program pemberantasan dan pencegahan penyakit

malaria.

c. Dinas Pendidikan

Dinas Kesehatan bekerja sama dengan Dinas Pendidikan dalam

pemberantasan malaria di lingkungan sekolah. Dinas pendidikan memberi

instruksi kepada sekolah-sekolah untuk membantu pelaksanaan program

pemberantasan dengan cara menjaga lingkungan sekolah dan rumah para

siswa untuk mencegah malaria. Juga menjaga diri dari gigitan nyamuk selama

kegiatan belajar-mengajar di sekolah dengan cara pemakaian lotion anti

nyamuk.

Page 38: Uts Se Astutik 413 f Ari Udi

15. Menguraikan otoritas untuk pelaporan data surveilens di tingkat lokal maupun

propinsi, menjelaskan sumber-sumber dari jenjang surveilens, persoalan-per-

soalan dalam sederetan daftar penyakit yang wajib dilaporkan (notifiable dis-

ease), sumber-sumber surveilens pada tingkat lokal dan propinsi, pendekatan-

pendekatan menterjemahkan data ke dalam aksi, menjelaskan bagaimana

surveilens dilaksanakan di negara yang sedang berkembang, kunci persoalan-

persoalan berkaitan dengan surveilens di negara sedang berkembang, termi-

nologi kunci yang digunakan dalam surveilens di negara sedang berkembang,

menguraikan proses perencanaan untuk surveilens di negara sedang berkem-

bang, mendefiniskan surveilens berbasis populasi, menguraikan pembangunan

sistem-sistem surveilens terpadu.

A. Otoritas untuk pelaporan data surveilans di tingkat lokal maupun propinsi

- Alur pelaporan kasus DBD dimulai dari masyarakat dan dari petugas kesehatan/

rumah sakit ataupun klinik lainnya

- Kemudian laporan diberikan ke puskesmas yang diteruskan ke Dinas Kesehatan

kabupaten/kota

- Apabila pelaporan berasal dari rumah sakit bisa langsung disampaikan ke Dinas

Kesehatan kabupaten/kota

- Dinas Kesehatan kabupaten/kota melakukan tindak lanjut berupa tindakan-tin-

dakan penyelidikan epidemiologi.

- Dinas Kesehatan kabupaten/kota akan melaporkan kejadian ke Dinas Kesehatan

Provinsi.

- Dari tingkat Provinsi data akan diolah untuk keperluan upaya pemberantasan dan

pencegahan penyakit.

B. Sumber-sumber dari jenjang surveilans

Sumber berupa dari individu, fasilitas pelayanan kesehatan, unit statistic dan

demografi dan sebagainya. (Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 45 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Surveilans Kesehatan)

C. Persoalan-persoalan dalam sederetan daftar penyakit yang wajib dilaporkan

(notifable disease)

Masing-masing penyakit yang wajib dilaporkan dalam sistem EWARS. Sistem

EWARS sendiri telah dilengkapi dengan Software yang telah tersedia di Dinkes

Kab/Kota, Dinkes Provinsi dan Depkes. Software tersebut dapat menampilkan

Page 39: Uts Se Astutik 413 f Ari Udi

alert (peringatan dini) dari 22 jenis penyakit, apabila terjadi peningkatan kasus

disuatu wilayah. Adapun 22 jenis penyakit tersebut adalah :

1) Diare Akut : BAB dengan konsistensi lembek atau cair dengan frekuensi lebih

dari 3 kali dalam 24 jam.

2) Malaria Konfirmasi : Demam > 37,5ºC disertai mengigil, berkeringat, sakit

kepala dengan RDT (Rapid Diagnostic Test) positif dan atau pemeriksaan

Mikroskopis positif.

3) Tersangka Demam Dengue : Demam yg berlangsung 2-7 hari ditandai dg ny-

eri sendi, nyeri retroorbital,  sakit kepala, kemerahan pd badan (ruam).

4) Pneumonia : pada usia <5 thn ditandai dgn batuk dan tanda kesulitan bernapas

(adanya nafas cepat,  kadang disertai tarikan dinding dada), frekuensi nafas

berdasarkan usia penderita:

a) 2bulan: 60/menit

b) 2-12 bulan: 50/menit

c) 1-5 tahun: 40/menit dan kadang disertai demam. Pada usia >5thn ditandai

dengan demam >38°C, batuk dan kesulitan bernafas, dan nyeri dada saat

bernafas.

5) ILI (Penyakit Serupa Influenza) : kasus dengan demam >38oC disertai batuk

dan atau sakit tenggorokan.

6) Diare Berdarah : Diare akut disertai dengan  darah ATAU lendir.

7) Tersangka Demam Typoid : Penderita dengan demam terus-menerus, bertahap

dan memanjang atau menetap yang disertai nyeri kepala berat, mual-mual, hi-

lang nafsu makan, serta dapat diikuti dengan obstipasi atau diare, tanpa penun-

jang. 

8) Jaundice Akut : Penyakit yg timbul secara mendadak (< 14 hari) ditandai dgn

kulit dan sclera berwarna kuning dan urine berwarna gelap.

9) Tersangka DBD : Demam 2-7 hari ditandai dgn manifestasi perdarahan seperti

uji tourniquet /positif, ptekie, perdarahan pd gusi, dan epistaksis atau

mimisan. 

10) Suspek AI : panas >38°C, dan ada riwayat kontak dengan unggas sakit/mati

mendadak. 

11) Suspek Campak : Demam >38°C selama 3 hari atau lebih disertai bercak ke-

merahan berbentuk makulopapular, batuk, pilek atau mata merah (konjungivi-

tis).

Page 40: Uts Se Astutik 413 f Ari Udi

12) Suspek Difteri : panas >38°C, sakit menelan, sesak napas disertai bunyi (stri-

dor) dan ada tanda selaput putih keabu-abuan (pseudomembran) di teng-

gorokan dan pembesaran kelenjar leher. 

13) Suspek Pertussis : batuk lebih dari 2 minggu disertai dgn batuk yang khas

(terus-menerus/ paroxysmal), napas dgn bunyi “whoop” dan kadang muntah

setelah batuk. 

14) AFP : Kasus lumpuh layuh mendadak, bukan disebabkan oleh ruda paksa/

trauma pada anak < 15 tahun. 

15) Kasus gigitan hewan penular rabies : kasus digitan hewan (Anjing, Kucing,

Tupai, Monyet, Kelelawar) yang dapat menularkan rabies pada manusia .

ATAU

16) Kasus dengan gejala Studium Prodromal (demam, mual, malaise/lemas), atau

kasus dengan gejala Studium Sensoris (rasa nyeri, rasa panas disertai

kesemutan pada tempat bekas luka, cemas dan reaksi berlebihan terhadap

ransangan sensorik). 

17) Suspek Antraks :

a) Antraks Kulit (Cutaneus Anthrax). Papel pada inokulasi, rasa gatal tanpa

disertai rasa sakit, 2-3 hari vesikel berisi cairan kemerahan, haemoragik

menjadi jaringan nekrotik, ulsera ditutupi kerak hitam, kering, Eschar

(patognomonik), demam, sakit kepala dan pembengkakan kelenjar limfe

regional

b) Antraks Saluran Pencernaan (Gastrointestinal Anthax). Rasa sakit perut

hebat, mual, muntah, tidak nafsu makan, demam, konstipasi,

gastroenteritis akut kadang disertai darah, hematemesis, pembesaran

kelenjar limfe daerah inguinal, perut membesar dan keras, asites dan

oedem scrotum, melena.

c) Antraks Paru-paru (Pulmonary Anthrax). Gejala klinis antraks paru-paru

sesuai dengan tanda-tanda bronchitis. Dalam waktu 2-4 hari gejala

semakin berkembang dengan gangguan respirasi berat, demam, sianosis,

dispnue, stridor, keringat berlebihan, detak jantung meningkat, nadi lemah

dan cepat. Kematian biasanya terjadi 2-3 hari setelah gejala klinis timbul.

17) Demam yang tidak diketahui sebabnya : Demam >38 0C, berlangsung

dalam 48 jam terakhir (belum dapat diketahui penyebabnya).

Page 41: Uts Se Astutik 413 f Ari Udi

18) Suspek Kolera :  Diare dengan konsistensi seperti air cucian beras dan

berbau amis.

19) Kluster penyakit yang tidak diketahui : Didapatkan tiga atau lebih kasus/ke-

matian dengan gejala sama di dalam satu kelompok masyarakat/ desa dalam

satu periode waktu yang sama, yang tidak dapat dimasukan ke dalam defin-

isi kasus penyakit yang lain.

20) Suspek Meningitis/encephalitis : panas > 38°C mendadak, sakit kepala,

kaku kuduk, kadang disertai penurunan kesadaran dan muntah. Pada anak 

< 1 tahun ubun-ubun besar cembung. 

21) Suspek Tetanus Neonatorum : setiap bayi lahir hidup umur  3-28 hari sulit

menyusu/ menetek, dan mulut mencucu dan disertai dengan kejang

rangsang. 

22) Suspek Tetanus : ditandai dgn kontraksi dan kekejangan otot mendadak,

dan sebelumnya ada riwayat luka. 

D. Sumber-sumber surveilans dilaksanakan di negara yang sedang berkembang

Banyak negara berkembang menerapkan sistem surveilans yang dibuat dengan

dukungan proyek pendanaan internasional, selain itu ada pula dorongan dan

dukungan yang terus-menerus untuk penerapan surveilans yang efektif dari

organisasi kesehatan regional dan internasional.

C. Terminology kunci yang digunakan dalam surveilans di negara sedang

berkembang

Di negara berkembang kadang digunakan istilah surveilans epidemiologi. Baik

surveilans kesehatan masyarakat maupun surveilans epidemiologi hakikatnya

sama saja, sebab menggunakan metode yang sama, dan tujuan epidemiologi

adalah untuk mengendalikan masalah kesehatan masyarakat, sehingga

epidemiologi dikenal sebagai sains inti kesehatan masyarakat (Murti, 1997).

D. Mendefinisikan surveilans berbasis populasi

Surveilans memantau terus-menerus kejadian dan kecenderungan penyakit,

mendeteksi dan memprediksi outbreak pada populasi, mengamati faktor-faktor yang

mempengaruhi kejadian penyakit, seperti perubahan-perubahan biologis pada agen,

vektor, dan reservoir. Selanjutnya surveilans menghubungkan informasi tersebut

Page 42: Uts Se Astutik 413 f Ari Udi

kepada pembuat keputusan agar dapat dilakukan langkah-langkah pencegahan dan

pengendalian penyakit (Murti, 1997).

E. Menguraikan pembangunan sistem surveilans terpadu

Surveilans terpadu (integrated surveillance) menata dan memadukan semua kegiatan

surveilans di suatu wilayah yurisdiksi (negara/ provinsi/ kabupaten/ kota) sebagai

sebuah pelayanan publik bersama. Surveilans terpadu menggunakan struktur, proses,

dan personalia yang sama, melakukan fungsi mengumpulkan informasi yang

diperlukan untuk tujuan pengendalian penyakit. Kendatipun pendekatan surveilans

terpadu tetap memperhatikan perbedaan kebutuhan data khusus penyakitpenyakit

tertentu.

Karakteristik pendekatan surveilans terpadu:

(1) Memandang surveilans sebagai pelayanan bersama (common services);

(2) Menggunakan pendekatan solusi majemuk;

(3) Menggunakan pendekatan fungsional, bukan struktural;

(4) Melakukan sinergi antara fungsi inti surveilans (yakni, pengumpulan, pelaporan,

analisis data, tanggapan) dan fungsi pendukung surveilans (yakni, pelatihan dan

supervisi, penguatan laboratorium, komunikasi, manajemen sumber daya);

(5) Mendekatkan fungsi surveilans dengan pengendalian penyakit. Meskipun

menggunakan pendekatan terpadu, surveilans terpadu tetap memandang penyakit

yang berbeda memiliki kebutuhan surveilans yang berbeda (Murti, 1997).

16. Peran survailans dlm pencegahan dan penanggulangan penyakit, KLB,

Kegiatan pencegahan dan penanggulangan KLB dan Kegiatan survailans in-

tensif pada suatu KLB.

A. Peran survailans dalam pencegahan dan penanggulangan penyakit

Surveilans Epidemiologi adalah pengumpulan dan analisa data epidemiologi

yang akan digunakan sebagai dasar dari kegiatan-kegiatan dalam bidang pencegahan

dan penanggulangan penyakit yang meliputi kegiatan :

1. Perencanaan Program Pemberantasan Penyakit.

Mengenal Epidemiologi Penyakit berarti mengenal apa yang kita hadapi dan

mengenal perencanaan program yang baik.

2. Evaluasi Program Pemberantasan Penyakit.

Page 43: Uts Se Astutik 413 f Ari Udi

Bagaimana keadaan sebelum dan sesudah dan sesudah program dilaksanakan

sehingga dapat diukur keberhasilannya menggunakan data sueveilans

epidemiologi.

3. Penanggulangan wabah Kejadian Luar Biasa.

Penyelenggaraan Surveilans Epidemiologi Kesehatan wajib dilakukan oleh setiap

instansi kesehatan Pemerintah, instansi Kesehatan Propinsi, instansi kesehatan

kabupaten/kota dan lembaga masyarakat dan swasta baik secara fungsional atau

struktural. Mekanisme kegiatan Surveilans epidemiologi Kesehatan merupakan

kegiatan yang dilaksanakan secara sistematis dan terus menerus. Surveilans

beralasan  untuk dilakukan jika dilatari oleh kondisi-kondisi berikut (WHO,

2002):

1) Beban Penyakit (Burden of Disease) tinggi, sehingga merupakan masalah

penting kesehatan masyarakat.

2) Terdapat tindakan masyarakat yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah

tersebut.

3) Data yang relevan mudah diperoleh

4) Hasil yang diperoleh sepadan dengan upaya yang dilakukan (pertimbangan

efisiensi).

Dengan sistem surveilans yang peka terhadap perubahan-perubahan pola

penyakit di suatu daerah tertentu dapat mengantisipasi kecenderungan penyakit di

suatu daerah.

B. KEJADIAN LUAR BIASA (KLB)

Wabah atau kejadian luar biasa adalah kejadian yang melebihi keadaan biasa

pada satu/sekelompok masyarakat tertentu, atau lebih sederhana peningkatan

frekuensi penderita penyakit, pada populasi tertentu, pada tempat dan musim atau

tahun yang sama (Last, 1983).

Di Indonesia definisi wabah dan KLB diaplikasikan dalam Peraturan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2014 Tentang Penanggulangan

Penyakit Menular sebagai berikut :

Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya disingkat KLB adalah timbulnya atau

meningkatnya kejadian kesakitan dan/atau kematian yang bermakna secara

Page 44: Uts Se Astutik 413 f Ari Udi

epidemiologi pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu, dan merupakan

keadaan yang dapat menjurus kepada terjadinya wabah.

Wabah Penyakit Menular yang selanjutnya disebut Wabah adalah kejadian

berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah

penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari keadaan yang lazim pada

waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka.

C. Kegiatan pencegahan dan penanggulangan klb

Penanggulangan KLB adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk menangani

penderita, mencegah perluasan KLB, mencegah timbulnya penderita atau kematian

baru pada suatu KLB yang sedang terjadi.

Penanggulangan KLB dikenal dengan nama Sistem Kewaspadaan Dini (SKD-

KLB), yang dapat diartikan sebagai suatu upaya pencegahan dan penanggulangan

KLB secara dini dengan melakukan kegiatan untuk mengantisipasi KLB. Kegiatan

yang dilakukan berupa pengamatan yang sistematis dan terus-menerus yang

mendukung sikap tanggap/waspada yang cepat dan tepat terhadap adanya suatu

perubahan status kesehatan masyarakat. Kegiatan yang dilakukan adalah

pengumpulan data kasus baru dari penyakit-penyakit yang berpotensi terjadi KLB

secara mingguan sebagai upaya SKD-KLB. Data-data yang telah terkumpul dilakukan

pengolahan dan analisis data untuk penyusunan rumusan kegiatan perbaikan oleh tim

epidemiologi. Upaya penanggulangan KLB yaitu :

(a) Penyelidikan epidemilogis.

(b) Pemeriksaan, pengobatan, perawatan, dan isolasi penderita termasuk tindakan

karantina.

(c) Pencegahan dan pengendalian.

(d) Pemusnahan penyebab penyakit.

(e) Penanganan jenazah akibat wabah.

(f) Penyuluhan kepada masyarakat.

(g) Upaya penanggulangan lainnya.

Indikator keberhasilan penanggulangan KLB

1. Menurunnya frekuensi KLB.

2. Menurunnya jumlah kasus pada setiap KLB.

Page 45: Uts Se Astutik 413 f Ari Udi

3. Menurunnya jumlah kematian pada setiap KLB.

4. Memendeknya periode KLB.

5. Menyempitnya penyebarluasan wilayah KLB.

D. Kegiatan survailans intensif pada suatu klb

Contoh kegiatan survailans intensif pada Kejadian Luar Biasa (KLB) Campak.

Kegiatan surveilans campak di Subdit Surveilans dan Respon KLB

o Di Subdit Surveillance setiap data yang dilaporkan dilakukan pengecekan

sebelum dilakukan rekapitulasi berdasarkan orang, waktu, dan tempat.

o Setiap bulan data maupun analisinya dikirim ke SEARO untuk melaporkan

perkembangan pengendalian campak di Indonesia.

o Mengirimkan umpan balik dan kajian data ke seluruh propinsi setiap

bulannya.

o Secara berkala bersama WHO dan UNICEF (HQ, Regional maupun

perwakilan Indonesia) dilakukan review perkembangan pengendalian measles

yang dikenal dengan “Measles Joint Mission”. Berdasarkan kajian data

survelans dan kajian cakupan imunisasi campak, ditetapkan strategy imunisasi

lebih lanjut. Keputusan untuk melaksanakan kampanye campak didasarkan

kepada kajan data surveilans campak dari setiap propinsi.

o KLB campak dinyatakan berhenti apabila tidak ditemukan kasus baru dalam

waktu dua kali masa inkubasi atau rata-rata satu bulan setlah kasus berakhir.

o Penyelidikan KLB campak bertujuan untuk mengetahui besar masalah KLB

dan gambaran epidemiologi KLB berdasarkan waktu kejadian, umur, status

imunisasi penderita, wilayah terjangkit maupun faktor resiko terjadinya KLB.

Informasi ini akan dapat memberikan arahan kepada program imunisasi dalam

rangka penanggulangan atau pemutusan transmisi ecara lebih tepat.

o Setiap KLB campak dilakukan “Full Investigated”, yaitu :

1) Penyelidikan dari rumah ke rumah minimal satu kali.

2) Mencatat kasus secara individu (individual record) menggunakan C1.

3) Mengambil 5 spesimen serum dan 3 spesimen urine.

o Tujuan Penanggulangan KLB Campak

1. Menurunkan frekuensi kasus dengan cara mempercepat pemutusan rantai

penularan

2. Mencegah komplikasi dan kematian

Page 46: Uts Se Astutik 413 f Ari Udi

3. Mencegah penularan KLB ke wilayah lain

4. Memperpendek periode KLB

o Langkah-langkah penanggulangan

a. Tata laksana kasus

Tatalaksana kasus di lapangan dilakukan oleh tim investigasi yang meliputi :

Pengobatan simptomatis penderita yang tidak komplikasi.

Pengobatan komplikasi di puskesmas (antibiotik).

Pemberian vitamin A dosis tinggi sesuai usia.

Apabila keadaan penderita cukup berat, segera rujuk ke RS.

b. Imunisasi

1. Imunisasi selektif

2. Pemberian imuisasi campak masal

c. Penyuluhan

1) Masyarakat diingatkan akan bahaya penyakit campak dan pentingnya

imunisasi dan makanan cukup gizi

2) Segera membawa anaknya ke fasilitas kesehatan bila ada gejala panas

3) Mencegah kematian dan komplikasi dengan pemberian vitamin A

17. Contoh sistem survailans nasional di Indonesia, lengkap mulai tujuan,

indikator, sumber data, waktu pelaporan, Penyelidikan Epidemiologi (PE), dll.

A. SURVEILANS CAMPAK

Sidang World Health Assembly (WHA) pada bulan Mei 2010 menyepakati

target pencapaian pengendalian penyakit campak pada tahun 2015 yaitu:

- Mencapai cakupan imunisasi campak dosis pertama > 90% secara nasional dan

minimal 80% di seluruh kabupaten/kota.

- Menurunkan angka insiden campak menjadi <5/1.000.000 setiap tahun dan

mempertahankannya.

- Menurunkan angka kematian campak minimal 95% dari perkiraan angka kematian

2000.

Tujuan Surveilans Campak

Indikator Kinerja Surveilans Campak

Indikator Minimum Target (%)

Page 47: Uts Se Astutik 413 f Ari Udi

Rutin

Rate kasus bukan campak secara nasional ≥ 2/100.000 populasi

Presentase Kabupaten melaporkan rate kasus bukan

campak ≥ 2/100.000 populasi≥ 80%

Kasus tersangka campak yang diperiksa IgM ≥ 80%

Kelengkapan Laporan Puskesmas (C-1) ≥ 90%

Ketepatan Laporan Puskesmas (C1) ≥ 80%

Kelengkapan Laporan Surveilans Aktif Rumah Sakit ≥ 90

Spesimen adekuat untuk pemeriksaan IgM ≥ 80%

Spesimen adekuat untuk pemeriksaan virology ≥ 80%

KLB

Kelengkapan laporan C-KLB ≥ 90%

KLB dilakukan “Fully Investigated” 100%

KLB Campak Pasti yang diperiksa virologi ≥ 80%

Kegiatan Surveilans Campak

1. Pelaksanaan di tingkat puskesmas

a) Pengumpulan data

Sumber data surveilans rutin di puskesmas adalah :

• Puskesmas dan puskesmas pembantu

Semua kasus yang datang ke puskesmas maupun puskesmas pembantu

dinyatakan pada keluarga penderita apakah ada kasus yang sama disekitar

tempat tinggal atau teman sekolah penderita. Apabila keuarga penderita

menyatakan ada kasus lain, maka petugas kesehatan harus melakukan

pengecekan ke lapangan untuk mencari kasus tambahan lainnya. Jika jumlah

Page 48: Uts Se Astutik 413 f Ari Udi

kasus memenuhi kriteria KLB, maka dilakukan penyelidikan Epidemiologi

KLB campak.

• Praktek dokter, bidan, perawat, dan pelayanan kesehatan swasta lainnya

Pelayanan kesehatan swsta trmasuk dokter, bidan perawat praktek swasta

diminta mencatat ke formulir C1 semua kasus tersangka campak dan

melaporkan ke puskesmas di wilayah kerjanya setiap bulan. Laporan dapat

juga dilakukan secara aktif yaitu petugas puskesmas mengambil secara aktif

setiap minggu atau minimal setiap bulan, terutama di daerah perkotaan.

Pelayanan kesehatan swasta diprioritaskan pada pelayanan yang anyak pasien.

• Masyarakat/posyandu maupun petugas desa siaga

Penderita campak pada umumnya jarang mencari pengobatan ke pelayanan

kesehatan, sehingga tidak tercatat dalam sistem pelaporan yang sudah ada.

Oleh sebab itu perlu peran aktif kader/petugas desa siaga untuk mendorong

masyarakat melaporkan ke petugas kesehatan terdekat apabila menemukan

adanya kasus campak di daerahnya. Kasus campak yang tidak datang ke

pelayanan kesehatan terdekat dapat dilaporkan melalui kader/petugas desa

siaga atau petugas kesehatan terdekat. Kasus campak yang dilaporkan oleh

kader/petugas desa siaga harus dikonfirmasi oleh petugas puskesmas sebelum

dicatat kedalam form C-1. Apabila ditemukan kasus tambahan dicatat dalam

C-1, jika jumlah kasus memenui kriteria KLB, maka dilakukan penyelidikan

epidemiologi KLB.

b) Pencatatan dan pelaporan

(1) Petugas surveilans puskesmas harus memastikan bahwa setiap kasus campak

yang ditemukan, baik yang berasal dari dalam maupun luar wilayah kerja,

telah dicatat dalam form C1 dan dilaporkan ke Dinas Kesehatan

Kabupaten/kota setiap bulan.

(2) Setiap minggu direkap dalam W2/PWS KLB dan dilaporkan ke Dinas

Kesehatan Kabupaten/kota sebagai alat SKD KLB.

(3) Setiap kasus campak yang datang ke puskesmas diberi nomor Epid oleh

petugas puskesmas.

c) Pengambilan specimen

(1) Puskesmas

Kasus campak yang datang di puskesmas diambil sampel darah untuk

mendapatkan serum.

Page 49: Uts Se Astutik 413 f Ari Udi

Serum dikirim langsung atau setiap hari senin atau kamis ke

Kabupaten/Propinsi.

Bila tidak dikirim langsung, spesimen disimpan di lemari es (bukan di

freezer)

(2) Praktek swasta

Rujuk ke laboratorium rumah sakit atau laboratorium puskesmas untuk

pengambilan spesimen serum.

d) Umpan balik

Sasaran : Kepala Puskesmas dan seluruh pengelola program , petugas

pustu.

Frekuensi : setiap bulan

Caranya : pertemuan MINILOK bulanan puskesmas

Isi :

- PWS Imunisasi.

- Maping populasi rentan (area map).

- Spot map kasus campak, KLB maupun rutin.

- Grafik kecenderungan kasus campak.

- Status imunisasi kasus dan distribusi kasus menurut umur.

- Permasalahan imunisasi dan surveilans secara umum (logistik, ketenagaan,

dll).

2. Di Rumah Sakit

a) Penemuan kasus

Setiap hari kontak person di bangsal dan poliklinik anak memeriksa adanya kasus

maupun kematian campak.

b) Pencatatan dan pelaporan

Setiap kasus atau kematian campak dicatat dalam form C1 (individual). Apabila

ada penderita campak, maka kontak person di poliklinik anak langsung mengisi

formulir C1. Formulir C1 yang sudah terisi tersebut akan diambil oleh petugas

surveilans aktif kabupaten/kota setiap minggu pada saat melaksanakan surveilans

aktif AFP, campak dan TN.

c) Nomor EPID kasus campak yang dilaporkan RS

Kasus campak yang dilaporkan dari rumah sakit harus diberi nomor Epid sesuai

dengan alamat puskesmas dimana penderita berdomisili.

d) Pengambilan specimen

Page 50: Uts Se Astutik 413 f Ari Udi

1) Petugas rumah sakit mengambil spesimen darah, memisahkan serumnya dan

memberikan label pada tabung spesimen. Pada label dicantumkan nama, umur,

dan tanggal ambil.

2) Simpan spesimen serum ke dalam refrigator, setiap senin dan kamis diambil

oleh petugas kabupaten/kota dan selanjutnya dikirim ke LCN langsung atau

melalui propinsi.

3) Mencatat data kasus ke dalam buku khusus sebagai dokumen di laboratoriuj

rumah sakit yang dapat dimanfaatkan sebagai kontrol data.

3. Di Kabupaten/Kota

a) Penemuan kasus

Setiap minggu petugas dinas kesehatan kabupaten/kota mengunjungi rumah sakit

di wilayah kerjanya untuk mencari dan menemukan secara aktif kasus campak.

b) Pencatatan dan pelaporan

Data cam[ak dilaporkan ke dinas kesehatan provinsi untuk mendapatkan

dukungan teknis, logistik dan pendanaan, disamping untuk tukar menukar

informasi epidemiologi antar kabupaten/kota dan propinsi.

c) Pengiriman specimen

Spesimen serum dari rumah sakit, dan dari puskesmas dikirimkan ke propinsi atau

ke Laboratorium Campak Nasional (LCN) seminggu sekali atau 2 kali dalam

seminggu (selasa/kamis). Sebelum spesimen dikirim ke LCN, spesimen disimpan

di dalam lemari es, bukan dalam freezer.

d) Umpan balik

Sasaran  : Puskesmas dan rumah sakit

Frekuensi  : setiap bulan

Caranya : tertulis, disampaikan pada saat pertemuan, menggunakan SMS

atau telepon (insidentil)

Isi      :

- Absensi kelengkapan dan ketepatan laporan C1 dan W2.

- Rekap data campak per puskesmas berdasarkan sumber laporan rumah

sakit dan puskesmas.

- Rekap data PD3I lainnya sesuai permasalahan setempat.

- Analisa sederhana tentang situasi kasus campak.

4. Di propinsi

Page 51: Uts Se Astutik 413 f Ari Udi

a) Pencatatan dan pelaporan

Propinsi melaporkan data campak ke Unit Surveilans Pusat Cq. Subdit Surveilans

atau email ke [email protected] setiap bulan untuk dipergunakan sebagai bahan

kajian Technical working group on Immunization (TWG) yang dilaksanakan

setiap bulan untuk membantu pengambil keputusan dalam menentukan kebijakan

pemberantasan campak.disamping itu data tersebut dikirim ke regional WHO

secara bulanan, serta sebagai bahan konsultasi tahunan WHO (SEARO technical

Advisary Group Meeting) untuk mendapatkan dukungan teknis dan pendanaan

WHO dan donor internasional lainnya.

1) Data Rutin

- Laporan Integrasi berisikan rekap data dari laporan integrasi kabupaten/kota

(form integrasi/K) menggunakan formulir integrasi/P.

- Laporan C1 kasus campak yang berisikan data kasus yang diambil

spesimennya dari kabupaten/kota dipindahkan/direkap ke formulir C1 dan

dikirimkan ke pusat (cq. Subdit Surveilans) bersama laporan integrasi setiap

bulannya.

2) Kelengkapan dan ketepatan Laporan

- Rekap kelengkapan laporan W2, laporan C1 dan laporan FP-PD yang

bersumber dari formulir kelengkapan dan ketepatan laporan surveilans

kabupaten/kota (formulir absensi/K) kedalam formulir kelengkapan dan

ketepatan laporan surveilans integrasi provinsi (form absensi/P).

- Bagi propinsi yang melaksanakan EWARS, kelengkapan laporan mingguan

(zero report) puskesmas menggunakan kelengkapan laporan EWARS.

- Hitung kelengkapan dan ketepatan laporan tersebut, kirim ke pusat setiap

bulan bersama laporan integrasi propinsi.

3) KLB

- Pastikan setiap KLB “fully investigated” oleh kabupaten/kota dan puskesmas.

- Fasilitasi pengiriman spesimen ke laboratorium campak nasional, mekanisme

pengiriman spesimen sama dengan mekanisme pengiriman spesimen AFP.

- Pastikan juga setiap KLB telah dilaporkan ke pusat cq Subdit Surveilans setiap

bulan sesuai formulir C KLB/P. Laporan ini harus dikirim secara teratur

walaupun pada bulan tersebut tidak ada KLB campak.

b) Umpan balik

Sasaran   :  Kabupaten/kota

Page 52: Uts Se Astutik 413 f Ari Udi

Frekuensi    :  Setiap bulan

Caranya     : tertulis, disampaikan pada saat pertemuan, menggunakan SMS

atau telepon (insidentil)

Isi          :

- Absensi kelengkapan dan ketepatan laporan integrasi dan laporan rekap KLB

(C KLB/K).

- Rekap data KLB berdasarkan status imunisasi, golongan umur, masalah dan

TL.

- Rekap data PD3I lainnya sesuai format integrasi.

- Analisa sederhana tentang situasi kasus campak

5. Di Subdit Surveilans dan Respon KLB

¤ Di Subdit Surveillance setiap data yang dilaporkan dilakukan pengecekan sebelum

dilakukan rekapitulasi berdasarkan orang, waktu, dan tempat.

¤ Setiap bulan data maupun analisinya dikirim ke SEARO untuk melaporkan

perkembangan pengendalian campak di Indonesia.

¤ Mengirimkan umpan balik dan kajian data ke seluruh propinsi setiap bulannya.

¤ Secara berkala bersama WHO dan UNICEF (HQ, Regional maupun perwakilan

Indonesia) dilakukan review perkembangan pengendalian measles yang dikenal

dengan “Measles Joint Mission”. Berdasarkan kajian data survelans dan kajian

cakupan imunisasi campak, ditetapkan strategy imunisasi lebih lanjut. Keputusan

untuk melaksanakan kampanye campak didasarkan kepada kajan data surveilans

campak dari setiap propinsi.

Penyelidikan Epidemiologi KLB

Penyelidikan KLB campak bertujuan untuk mengetahui besar masalah KLB dan

gambaran epidemiologi KLB berdasarkan waktu kejadian, umur, status imunisasi

penderita, wilayah terjangkit maupun faktor resiko terjadinya KLB. Informasi ini akan

dapat memberikan arahan kepada program imunisasi dalam rangka penanggulangan atau

pemutusan transmisi ecara lebih tepat.

Setiap KLB campak dilakukan “Full Investigated”, yaitu :

1) Penyelidikan dari rumah ke rumah minimal satu kali.

2) Mencatat kasus secara individu (individual record) menggunakan C1.

Page 53: Uts Se Astutik 413 f Ari Udi

3) Mengambil 5 spesimen serum dan 3 spesimen urine.

Tujuan penyelidikan KLB

1) Tujuan umum

Mengetahui penyebab terjadinya KLB, luas wilayah terjangkit dan mencegah

penyebaran yang lebih luas.

2) Tujuan khusus

- Mengetahui karakteristik epidemiologi KLB menurut umur, waktu, tempat,

dan status imunisasi, status gizi sertaresiko kematiannya.

- Mengkaji pelaksanaan imunisasi yang meliputi, cakupan, rantai dingin dan

manajemen imunisasi.

- Mengidentifikasi populasi dan desa risiko tinggi untuk mengevaluasi dan

merumuskan strategi program imunisasi.

- Memperkirakan terjadinya KLB yang akan datang untuk segera diambil

tindakan.

- Memastikan terlaksananya penyelidikan KLB sesuai pedoman yang

ditetapkan.

- Mengidentifikasi dan merekomendasikan respon imunisasi.

Langkah-langkah penyelidikan

1) Konfirmasi awal KLB

2) Pelaporan segera KLB

3) Persiapan penyelidikan

4) “Fully Investigated”

Kunjungan rumah ke rumah

Individual Record

Pengambilan specimen

5) Mengumpulkan informasi faktor risiko

6) Tatalaksana kaasus

7) Pengolahan dan analisis data

8) Penulisan dan pelaporan

9) Pelaporan

10) Umpan balik dan rencana tindak lanjut

18. Evaluasi dan penilaian sistem surveilans.

A. Evaluasi sistem surveilans

Page 54: Uts Se Astutik 413 f Ari Udi

Hasil evaluasi terhadap data sistem surveilans selanjutnya dapat digunakan

untuk perencanaan, penanggulangan khusus serta program pelaksanaannya, untuk

kegiatan tindak lanjut (follow up), untuk melakukan koreksi dan perbaikan-perbaikan

program dan pelaksanaan program, serta untuk kepentingan evaluasi maupun

penilaian hasil kegiatan.

Dalam menjalankan kegiatan surveilans epidemiologi, diperlukan keterpaduan

satu sama lain, untuk itu ditetapkan sebuah atribut / pedoman dalam pelaksanaannya.

Sebuah kegiatan surveilans epidemiologi hendaknya mengikuti beberapa kriteria

seperti sederhana, fleksibel, bisa diterima (acceptability), sensitif (sesuai dengan

laporan kasus, proporsi dari masalah kesehatan), benar dan tepat waktu.

Evaluasi Sistem Surveilans berdasarkan:

a. Pentingnya masalah

Besarnya kasus, Insidence & Prevalence

Petunjuk beratnya penyakit (misalnya ; angka kematian, Case Falality rate)

Preventability (kemungkinan pencegahan)

b. Sistem yang di evaluasi

Evaluasi Sistem Menurut Sifat-Sifat  :

a) Simplicity (Kesederhanaan)

Kesederhanaan surveilans berarti struktur sederhana & mudah dioperasikan,

Ukuran yang dapat dipertimbangkan dalam menilai kesederhanaan sistem:

- Banyak & jenis informasi yang dibutuhkan untuk menegakkan hipotesis

- Banyak & jenis sumber laporan

- Cara penyaluran data/informasi kasus

- Banyaknya organisasi yang terlibat dalam penerimaan laporan kasus

- Latihan staf yang dibutuhkan

- Bentuk analisa data

- Banyak & jenis pemakai informasi

b) Fleksibility (Fleksibel)

Dapat menyesuaikan diri terhadap perubahan informasi yang dibutuhkan,atau

keadaan lapangan dengan sedikit waktu, personal & anggaran perkiraan ter-

baik secara retrospektif dengan mengamati bagaimana sistem menghadapi ke-

butuhan baru, Misalnya  :

Page 55: Uts Se Astutik 413 f Ari Udi

- Ketika AIDS baru muncul, sistem pelaporan sudah dapat menyesuaikan.

- Kemampuan surveilans  gonorhoe unntuk disesuaikan dengan surveilans

khusus untuk nesseria gonorhoe yang menghasilkan penecillinase.

c) Acceptibility (Kemudahan diterima)

Kemudahan diterima, dimaksudkan dari idividu atau organisasi untuk ikut

serta dalam sistem Indikator kuantitatif Acceptibility meliputi :

- Angka partisipasi subjek & agen

- Jika partisipasi tinggi, bagaimana cepat tercapainya

- Angka kelengkapan interview & angka penolakan pertanyaan (jika ada in-

terview)

- Angka pelaporan dokter, laboratorium, dll.

- Ketepatan waktu laporan

Beberapa faktor yang mempengaruhi Acceptibility:

- Kepentingan kesehatan masyarakat

- Keterlibatan orang-orang dalam pengenalan sistem

- Jawaban sistem terhadap usulan & komentar

- Beban waktu terhadap waktu yang tersedia

- Aturan daerah & Negara dalam pengumpulan data & keyakinan kerahasi-

aan pribadi (confidentiality)

- pemerintah daerah & negara dalam pelaporan

d) Sensitivity (Sensitiv)

Dapat dinilai dari dua tingkat:

- Pada tingkat pelaporan kasus, proporsi kasus atau masalah kesehatan yang

dideteksi oleh sistem surveilans

-  Kemampuannya untuk mendeteksi epidemic

Sensitifitas sistem surveilans dipengaruhi oleh kemungkinan-kemungkinan  :

- Orang-orang dengan penyakit tertentu atau masalah kesehatan yang men-

cari pengobatan

- Penyakit atau keadaan yang akan didiagnosa, keterampilan petugas kese-

hatan & sensitifitas tes diagnostik

- Kasus yang akan dilaporkan kepada sistim & pemberian diagnosanya.

Page 56: Uts Se Astutik 413 f Ari Udi

Pengukuran sensitifitas dari sistem surveilans ditentukan oleh  :

- Validitas informasi yang dikumpulkan oleh sistem

- Pengumpulan informasi di luar sistim untuk menentukan frekwensi

keadaan dalam komuniti

e) Prediktive value positive

Adalah proporsi orang-orang yang diidentifikasi sebagai kasus yang sesung-

guhnya memang berada dalam kondisi yang sementara dalam surveilans

f) Representativeness

Sistem Surveilans yang representative adalah yang dapat menguraikan dengan

tepat kejadian peristiwa kesehatan sepanjang waktu & distrubusinya dalam

populasi menurut Waktu & Tempat

g) Timeliness (Ketepatan waktu)

Berarti kecepatan & keterlambatan diantara langkah-langkah dalam sistem

surveilans dapat dinilai dalam hal tersedianya informasi untuk kontrol

penyakit, baik kontrol segera maupun perencanaan jangka panjang.

B. Penilaian sistem surveilans

Penilaian unsur-unsur sistem surveilans

Menurut Lapau (2010) Untuk melakukan penilaian secara praktis

dilakukan dengan unsur-unsur penilaian sistem surveilans sebagai berikut :

1. Tujuan surveilans

Penilaian ini dilakukan sendiri oleh penilai yang hasilnya dinyatakan sebagai

berikut:

- Bagus berarti memenuhi standar

- Cukup berarti minimal separuh dari standar

- Kurang berarti memenuhi kurang dari setandar

2. Pengolahan dan analisis data

Penilaian ini dilakukan sendiri oleh penilai yang hasilnya dinyatakan sebagai

berikut:

- Bagus berarti jawaban sangat sesuai dengan tujuan yang dinyatakan

- Cukup berarti jawaban hampir sesuai dengan tujuan yang dinyatakan

- Kurang berarti jawaban tidak atau hampir tidak sesuai dengan tujuan itu

Page 57: Uts Se Astutik 413 f Ari Udi

3. Ketepatan diagnosis

Penilaian dinyatakan :

- Bagus bila error rate <5%

- Cukup bila error rate =5-10%

- Kurang bila error rate >10%

- Tidak ada informasi bila error rate tidak ditemukan oleh penilai

4. Kelengkapan data

Penilaian dinyatakan :

- Bagus bila kelengkapan >80%

- Cukup bila kelengkapan 60%-80%

- Kurang bila kelengkapan <60%

5. Ketepatan data

Penilaian dinyatakan :

- Bagus bila keterlambatan dari tanggal yang ditentukan <20%

- Cukup  bila keterlambatan dari tanggal yang ditentukan 20%-80%

- Kurang bila keterlambatan dari tanggal yang ditentukan >80%

6. Partisipasi fasilitas kesehatan

Penilaian dinyatakan :

- Bagus bila data didapatkan dari Puskesmas, Rumah sakit dan lain-lain

termasuk swasta

- Cukup bila data didapatkan dari Puskesmas dan Rumah Sakit

- Kurang bila data didapatkan dari Puskesmas

7. Akses pelayanan kesehatan

Penilaian dinyatakan :

- Bagus bila banyak pelayanan kesehatan yang sudah sampai ke desa-desa

- Cukup bila tidak banyak pelayanan kesehatan yang sampai ke desa-desa

- Kurang bila tidak ada pelayanan kesehatan yang sampai ke desa-desa

8. Konsistensi

Penilaian dinyatakan :

- Bagus bila semua tabel dan/atau grafik menunjukkan konsisten

- Cukup bila hanya sebagian tabel dan/atau grafik menunujkkan konsinten

- Kurang bila semua tabel dan/atau grafik menunujkkan tidak konsinten

19. Persoalan survailans di negara berkembang

Page 58: Uts Se Astutik 413 f Ari Udi

Surveilans kematian ibu adalah suatu proses terus-menerus berkesinambungan

untuk identifikasi kematian terkait kehamilan, mengkaji faktor-faktor penyebab kema-

tian, menganalisis dan menginterpretasi informasi yang terkumpul, dan bertindak

sesuai hasil yang ada untuk mengurangi kematian ibu di masa mendatang. Tujuan

utama dari proses surveilans adalah untuk merangsang tindakan bukan hanya menghi-

tung kasus dan angka atau rasio. Semua langkah-langkah identifikasi, pengumpulan

dan analisis data, dan tindakan diperlukan dalam proses yang berkelanjutan untuk

menentukan usaha dan mengurangi kematian terkait kehamilan (Berg, dkk, 2004).

Surveilans penyebab kematian ibu merupakan kegiatan yang sangat penting

dalam manajemen kesehatan untuk memberikan dukungan data dan informasi epi-

demiologi agar pengelolaan program kesehatan dapat berdaya guna secara optimal.

Informasi epidemiologi yang berkualitas, cepat dan akurat merupakan evidence/ bukti

untuk digunakan dalam proses pengambilan kebijakan yang tepat dalam pembangu-

nan kesehatan. Surveilans kematian ibu di tingkat masyarakat adalah pencarian secara

aktif kematian ibu di masyarakat, dan bukan semata-mata menunggu laporan yang

masuk tanpa dikaji kebenarannya. (Depkes, 2006).

Terdapat beberapa sasaran surveilans kematian ibu, meliputi:  menetapkan

tingkatan dan kecenderungan kematian ibu;  mengidentifikasi faktor-faktor resiko dan

faktor penentu (determinant factors); mendeteksi kelompok-kelompok berisiko (red

flags); memonitor perilaku-perilaku dan pelayanan kesehatan; Memudahkan dalam

perencanaan; mengidentifikasi pelatihan dan kebutuhan riset; serta memonitor dan

mengevaluasi efektivitas pelaksanaan program (WHO, 2001).

Sementara menurut Berg, et.al(1998), tujuan umum surveilans epidemiologi

kematian ibu adalah untuk memberi petunjuk dalam mengurangi angka kematian ibu

dengan mengumpulkan, menganalisis, dan interpretasi data, melaporkan temuan dan

membuat rekomendasi tindakan berdasarkan informasi yang diperoleh. Sedangkan tu-

juan khususnya antara lain :

1) Mengumpulkan data akurat seputar kematian ibu, terkait dengan jumlah, identi-

fikasi penyebab dan auditnya.

2) Menganalisa data yang terkumpul melalui surveilans dan investigasi kematian,

meliputi kecenderungan, sebab-sebab kematian (baik medis maupun non-medis);

kemampuan pencegahan, serta pengelompokan berdasarkan kematian.

3) Menjadikan rekomendasi yang diberikan sebagai tindakan nyata untuk menu-

runkan angka kematian ibu (seperti, penurunan kehamilan yang tidak diinginkan,

Page 59: Uts Se Astutik 413 f Ari Udi

penurunan prevalensi komplikasi dan pencegahan komplikasi yang menyebabkan

kematian). Rekomendasi ini antara lain terkait dengan ketepatan waktu rujukan;

akses ke tempat layanan dan lainnya.

4) Menyebarkan temuan-temuan dan rekomendasi kepada pengambil kebijakan, per-

sonil kesehatan dan masyarakat.

5) Mengevaluasi dampak intervensi.

6) Meningkatkan kesadaran diantara para pengambil kebijakan, personil kesehatan,

dan masyarakat tentang bahaya, dampak sosial, dan upaya pencegahan kematian

ibu.

7) Memberikan bahan pembanding bagi statistik kematian ibu pada level regional,

nasional, dan internasional.

8) Mengidentifikasi area kunci yang memerlukan penelitian lebih lanjut dan untuk

membantu menyusun prioritas penelitian terkait dengan hal itu..

Masalah kesehatan ibu dan perinatal merupakan masalah nasional penting

mendapat prioritas karena akan sangat berpengaruh pada kualitas sumber daya manu-

sia pada generasi mendatang. Beberapa kendala dimungkinkan menjadi penyebab

sulitnya menurunkan angka kematian ibu (AKI), seperti masih lemahnya sistem man-

ajemen program kesehatan kita. Berbagai usaha telah dilakukan untuk menurunkan

angka kematian ibu di Indonesia. Kita dapat menyebut beberapa diantaranya adalah

program Making Pregnancy Safer (MPS) dan Safe Motherhood, yang merupakan

strategi sektor kesehatan untuk mengatasi masalah kesehatan akibat kematian dan ke-

sakitan ibu (The Indonesian Public Health Portal, 2014).

Gerakan safe motherhood telah berlangsung selama  20 tahun. Semantara saat

ini, secara global masih terjadi sekitar 529.000 kematian ibu setiap tahunnya (The

Indonesian Public Health Portal, 2014).

Page 60: Uts Se Astutik 413 f Ari Udi

DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni. 2003. Pengantar Epidemiologi. Jakarta: EGC.

Bustan, M.N. 2006. Pengantar Epidemiologi. Jakarta : Rineka Cipta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2003. Modul Manajemen Program

Pemberantasan Malaria.  Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2007. Pedoman Surveilans Malaria.  Jakarta.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2012. Petunjuk Teknis surveilans Campak.

Jakarta.

Noor, Nur Nasry. ____. Bahan kuliah Epidemiologi Dasar. Fakultas Kesehatan Masyarakat.

Universitas Hassanudin. Makasar.

Noor, Nur Nasry. 2008. Epidemiologi. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Pelczar, Michael J. 2005. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: UI-Press.

Rajab, Wahyudin. ____. Buku Ajar Epidemiologi untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta:

EGC.

Subdit Surveilans Epidemiologi dan Subdit Imunisasi. 2008. Modul Surveilans Epidemiologi.

Sekretariat Surkesnas Badan Litbangkes Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Sugiyono, Prof. Dr. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:

Atfabeta.

Sutomo, Adi Heru, dkk. 2007. Epidemiologi Kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya.

The Indonesian Public Health Portal. 2014. Surveilans Epidemiologi Kematian Ibu. (http://www.indonesian-publichealth.com/2014/05/surveilans-kematian-ibu.html#, 15 Juni 2015).