10. Cara Menentukan Validitas, Praktikalitas, Efektivitas Bahan Ajar Non Cetak

45
MAKALAH PENGEMBANGAN BAHAN AJAR FISIKA CARA MENENTUKAN VALIDITAS, REALIBILITAS, PRAKTIKALITAS EFEKTIVITAS BAHAN AJAR NON CETAK OLEH HAFIZHAH ARIEF 14175044 DOSEN PEMBIMBING Prof. Dr. Festiyed, MS Dr. Djusmaini Djamas, M.Si PENDIDIKAN FISIKA PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS NEGERI PADANG i

Transcript of 10. Cara Menentukan Validitas, Praktikalitas, Efektivitas Bahan Ajar Non Cetak

MAKALAH PENGEMBANGAN BAHAN AJAR FISIKACARA MENENTUKAN VALIDITAS, REALIBILITAS, PRAKTIKALITAS EFEKTIVITAS BAHAN AJAR NON CETAK

OLEHHAFIZHAH ARIEF14175044

DOSEN PEMBIMBINGProf. Dr. Festiyed, MSDr. Djusmaini Djamas, M.Si

PENDIDIKAN FISIKA PROGRAM PASCA SARJANAUNIVERSITAS NEGERI PADANG2014

i

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah mata kuliah pengembangan bahan ajar fisika yang berjudul cara menentukan validitas, realibilitas, praktikalitas efektivitas bahan ajar non cetak.Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan untuk melengkapi tugas mata pengembangan model pembelajaran fisika program studi pendidikan fisika pasca sarjana Universitas Negeri Padang.Dalam menyelesaikan makalah ini, Penulis banyak mendapat bantuan, saran dan sumbangan pikiran dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang setulusnya kepada dosen pembimbing mata kuliah pengembangan model pembelajaran fisika Prof. Dr. Festiyed, MS dan Dr. Djusmaini Djamas, M.Si.Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya baik dari segi penyajian maupun penulisannya. Untuk itu, kritik dan saran yang bersifat konstruktif dari semua pihak sangat penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, penulis ucapkan terima kasih dan berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Padang , November 2014

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTARi

DAFTAR ISIii

BAB I PENDAHULUAN1A.Latar belakang1B.Rumusan masalah2C.Tujuan penulisan2D.Manfaat Penulisan2

BAB II PEMBAHASAN3A.Konsep Pengembangan Bahan Ajar Non Cetak3B.Validitas Bahan Ajar Non Cetak9C.Praktikalitas Bahan Ajar Non Cetak14D.Efektivitas Bahan Ajar Non Cetak20\

BAB III PENUTUP23A.Kesimpulan23B.Saran23

DAFTAR PUSTAKA24

BAB IPENDAHULUANA. Latar belakangSalah satu kompetensi yang perlu dimiliki seorang pejabat fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran adalah mengembangkan bahan ajar sebagai bagian dari tugas dan pekerjaannya di instansi masing-masing. Bahan ajar ini perlu dikembangkan karena merupakan bagian yang tidak terpisah dalam suatu rangkain proses pembelajaran, sehingga keberadaannya sangat diperlukan baik oleh sasaran (pengguna) baik guru dan siswa, maupun instruktur dan peserta pelatihan.Keberadaan bahan ajar merupakan aspek yang penting sebagai penunjang keberhasilan dalam pembelajaran. Soegiranto dalam Oni (2010: 83) mengungkapkan bahwa Bahan ajar adalah bahan atau materi yang disusun oleh guru secara sistematis yang digunakan peserta didik (siswa) dalam pembelajaran. Pengertian bahan ajar lainnya adalah bahan-bahan atau materi pelajaran yang disusun secara lengkap dan sistematis berdasarkan prinsip-prinsip pembelajaran yang digunakan guru dan siswa dalam proses pembelajaran; merupakan informasi, alat dan teks yang diperlukan guru /instruktur untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran. Hal ini senada dengan pernyataan oleh Depdiknas (2008: 3) bahwa Bahan ajar merupakan bagian penting dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah. Melalui bahan ajar guru akan lebih mudah dalam melaksanakan pembelajaran dan siswa akan lebih terbantu dan mudah dalam belajar. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis.Allah berfirman dalam Q.S Ali Imran ayat 37 :

Artinya : Maka Tuhannya menerimanya (sebagai nazar) dengan penerimaan yang baik, dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik dan Allah menjadikan Zakariya pemeliharanya. Setiap Zakariya masuk untuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakariya berkata: "Hai Maryam dari mana kamu memperoleh (makanan) ini?" Maryam menjawab: "Makanan itu dari sisi Allah." Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab.Bahan ajar bersifat sistematis artinya disusun secara urut, mengikuti proses pengembangan sistem, sehingga memudahkan siswa belajar. Dalam mengembangkan bahan ajar tentu banyak hal yang harus diperhatikan guru atau pendidik sesuai dengan prosedur pe ngembangan baha ajar itu sendiri agar bahan ajar yang dihasilkan nantinya bisa merubah perilaku belajar siswa atau peserta didik. Dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah validitas, praktikalitas, dan efektivitas bahan ajar tersebut.B. Rumusan masalahBerdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada makalah ini adalah :1. Bagaimana cara menentukan validitas bahan ajar non cetak?2. Bagaimana cara menentukan praktikalitas bahan ajar non cetak?3. Bagaimana cara menentukan efektivitas bahan ajar non cetak?C. Tujuan penulisanTujuan dari studi khusus ini ada dua yaitu: 1. Untuk mengetahui cara menentukan validitas bahan ajar non cetak .2. Untuk mengetahui cara menentukan praktikalitas bahan ajar non cetak.3. Untuk mengetahui cara menentukan efektivitas bahan ajar non cetak.D. Manfaat PenulisanManfaat penulisan dari makalah ini adalah :1. Bagi pembaca dapat dijadikan pengalaman dan bekal ilmu pengetahuan.2. Bagi mahasiswa dapat membantu memahami cara menentukan validitas, praktikalitas, dan efektivitas bahan ajar.3. Memenuhi persyaratan untuk mengikuti mata kuliah pengembangan bahan ajar Program Studi Magister Pendidikan Fisika Fakultas Pasca Sarjana Universitas Negeri Padang.

25

BAB IIPEMBAHASAN

A. Konsep Pengembangan Bahan Ajar Non CetakPengembangan Bahan Ajar Non-Cetak menjadi hal yang sangat penting berkaitan dengan upaya membantu peserta didik meraih kompetensinya dengan lebih cepat. Bahan Ajar Cetak yang digunakan dalam pembelajaran sejauh ini dinilai belum mampu mengakomodasi seluruh upaya penyampaian materi pembelajaran. Ketidakmampuan ini dapat ditemukan pada berkembangnya materi pembelajaran yang pada kondisi tertentu sulit direpresentasikan secara tertulis, pada akhirnya bisa dilakukan dengan bantuan teknologi informasi dan komunikasi (Susuri, Ridwan : 2012).Bahan ajar non cetak setidak tidaknya harus memiliki enam unsur, yaitu mencakup tujuan, sasaran, uraian materi, sistematika sajian, petunjuk belajar, dan evaluasi. Sebuah bahan ajar harus mempunyai tujuan. Tujuan harus dirumuskan secara jelas dan terukur mencakup kriteria ABCD (audience, behavior, criterion, dan degree). Sasaran perlu dirumuskan secara spesifik, untuk siapa bahan belajar itu ditujukan. Sasaran bukan sekedar mengandung pernyataan subjek orang, Namun juga harus mencakup kemampuan apa yang menjadi prasyarat yang harus sudah mereka kuasai agar dapat memahami bahan ajar ini.Bahan ajar mempunyai peran penting dalam proses pembelajaran, yaitu acuan yang digunakan oleh penatar atau petatar. Bagi petatar bahan ajar menjadi acuan yang diserap isinya sehingga dapat menjadi pengetahuan dan bagi penatar bahan ajar ini menjadi acuan dalam menyampaikan keilmuannya. Pengembangan bahan ajar oleh penatar membutuhkan kreativitas untuk membuat sesuatu yang lain, unik, juga membutuhkan pengetahuan tentang lingkungan sekitarnya agar bahan ajar yang dikembangkan sesuai dengan ketersediaan bahan/materi di sekitarnya. Di samping itu penatar juga harus memiliki pengetahuan tentang beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pengembangan bahan ajar seperti kecermatan isi, ketepatan cakupan, ketercernaan, penggunaan bahasa, ilustrasi, perwajahan/pengemasan serta kelengkapan komponen bahan ajar.1. Kecermatan IsiMengandung dua hal yaitu Pertama, validitas isi atau kebenaran secara keilmuan. Kedua, keselarasan isi atau kebenaran isi yang disusun berdasrkan sistem nilai yang dianut oleh suatu masyarakat atau bangsa. Kedua hal itu akan menjadi system yang Akurat dan sahih sehingga tidak ada konsep yang salah/keliru. Validitas isi menunjukkan tentang isi bahan ajar yang tidak dikembangkan secara asal-asalan. Isi bahan ajar dikembangkan berdasarkan konsep dan teori yang berlaku dalam bidang ilmu serta sesuai dengan kemutakhiran perkembangan bidang ilmu dan hasil penelitian empiris yang dilakukan dalam bidang ilmu tersebut. Maka dengan demikian isi bahan ajar dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Untuk dapat menjaga validitas isi, dalam pengembangan bahan ajar, pembimbing harus selalu menggunakan buku acuan atau bahan pustaka yang berisi hasil-hasil penelitian empiris, teori dan konsep yang berlaku dalam suatu bidang ilmu, serta perkembangan mutakhir suatu bidang ilmu. Teori dan konsep yang berlaku dalam suatu bidang ilmu dapat diperoleh di ensiklopedi ataupun buku teks bidang ilmu. Sementara hasil penelitian empiris dan perkembangan mutakhir suatu bidang ilmu dapat diperoleh dari berbagai jurnal penelitian yang tercetak ataupun jurnal elektronik. Dalam rangka mengkaitkan bahan ajar dengan lingkungan sekitarnya serta wawasan budaya, pembimbing dapat mengkaji dulu kemungkinan dan ketersediaan bahan di lingkungan sekitar dan budaya lokal yang dapat digunakan untuk menjadi bahan ajar bagi suatu topik tertentu dari bidang suatu ilmu. Dengan demikian dapat diperoleh bahan ajar yang sahih isinya , akrab lingkungan dan berwawasan budaya dan tidak terdapat adanya kesalahan konsep. Keselerasan isi berarti kesesuaian isi bahan ajar dengan sistem nilai dan falsafah hidup yang berlaku dalam negara atau masyarakat. Dalam sitem nilai masyarakat inilah yang perlu diakomodasikan dalam bahan ajar. Bahkan bahan ajar menjadi sarana untuk penyampaian sistem nilai tersebut dan pembelajaran merupakan upaya pelestarian sistem nilai tersebut. Dan jika suatu saat ada bahan ajar yang mengabaikan sistem nilai tersebut maka bahan ajar tersebut yang tidak tepat.2. Ketepatan CakupanMengandung keluasan dan kedalaman materi atau kemutakhiran materi yang artinya sebagai substansi bahan ajar sesuai dengan perkembangan terkini, serta keutuhan konsep yang dibahas berdasarkan bidang ilmunya. Keluasan dan kedalaman isi bahan ajar sangat berhubungan dengan keutuhan konsep berdasarkan bidang ilmu ini di tentukan oleh suatu tujuan. Pada tujuan tersebut dapat menentukan seberapa luas, dalam, dan utuh topik yang akan disajikan kepada pembimbing. Kemudian kembangkanlah bahan ajar, materi pokok dan komponennya berdasarkan pada materi yang telah ditentukan. Tentunya, tujuan pembelajaran atau topik tertentu di sekolah Lanjutan Tingkat Pertama akan berbeda dengan tujuan pembelajaran atau topik yang sama di Sekolah Menengah Umum. Dalam hal ini, keluasan maupun kedalamannya akan berbeda, sehingga bahan ajarnya pun memiliki keluasan dan kedalaman yang berbeda.3. KemudahanBerkaitan dengan konsep bahan ajar yang bisa dipahami dan dimengerti oleh siswa sebagai pengguna sehingga sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai. Bahan ajar, menggunakan media apapun, harus memiliki tingkat ketercernaan yang tinggi. Artinya bahan ajar dapat dipahami dan isinya dapat dimengerti oleh peserta dengan mudah. Allah berfirman dalam Q.S Alam Nasrah ayat 5 :

Artinya : Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan

Ada enam hal yang mendukung tingkat ketercernaan bahan ajar, sebagai berikut. a. Pemaparan yang LogisBahan ajar dipaparkan secara logis, misalnya mulai dari yang umum ke yang khusus atau sebaliknya (deduktif atau induktif), dari yang mudah ke yang sukar, atau dari yang inti ke yang pendukung. Maka peserta dapat dengan mudah mengikuti pemaparan, dan dapat segera mengkaitkan pemaparan tersebut dengan informasi yang sebelumnya. b. Penyajian Materi yang Runtut Bahan ajar disajikan secara sistematis, tidak meloncat-loncat. berkaitan antar materi/topik dijelaskan dengan cermat, kemudian setiap topik disajikan secara sistematis dengan strategi penyajian uraian. Urutan strategi penyajian dapat berubah-ubah sehingga tidak membosankan, namun setiap bagian perlu diberi penjelasan yang memadai sehingga tidak membingungkan peserta. Keruntutan penyajian isi bahan ajar mempermudah peserta dalam belajar, dan juga menuntun peserta untuk terbiasa berpikir runtut. c. Contoh dan Ilustrasi yang Memudahkan Pemahaman Untuk menyajikan suatu topik dan memaparkan suatu pokok bahasan diperlukan contoh dan ilustrasi yang dapat membantu dan mempermudah pemahaman peserta. Dalam penyajian topik atau konsep yang bersifat abstrak, contoh dan ilustrasi memiliki peran yang sangat penting. Contoh dan ilustrasi dapat dikembangkan dalam beragam bentuk, tercetak-narasi sebagai bagian dari penyajian isi bahan ajar dalam materi pokok yang berbentuk cetak, poster, kartu-kartu (flipchart), atau dalam bentuk noncetak, seperti video, audio, simulasi berbantuan atau juga dalam bentuk realita, model, atau bahan sesungguhnya untuk didemonstrasikan kepada peserta. Prinsip utama dalam pemilihan contoh dan ilustrasi adalah ketepatan contoh dan ilustrasi untuk memperjelas teori atau konsep yang dijelaskan (bukan malah membuat peserta semakin bingung), serta menarik dan bermanfaat bagi peserta. d. Alat Bantu yang MemudahkanBahan ajar perlu memiliki alat bantu yang dapat mempermudah peserta dalam mempelajari bahan ajar tersebut. Dalam bahan ajar cetak, alat bantu dapat berupa rangkuman untuk setiap bab, penomoran, judul bab yang jelas, serta tanda-tanda khusus, misalnya tanda tanya yang menandakan pertanyaan. Dalam bahan ajar noncetak, alat bantu juga dapat berupa rangkuman, petunjuk belajar bagi peserta, serta tanda-tanda khusus yang dapat diberlakukan serta dapat membantu peserta belajar, misalnya nada suara yang berbeda dalam kaset audio, atau caption dalam program video. Dan yang perlu diperhatikan dalam menggunakan alat bantu bahan ajar adalah prinsip konsistensi, artinya alat Bantu yang simbol atau bentuknya sama harus digunakan dengan arti yang sama di semua isi bahan ajar untuk mata pelajaran tertentu. Jadi, alat bantu yang simbolnya atau bentuknya sama hendaknya tidak digunakan untuk arti yang berbeda-beda.e. Format yang Tertib dan KonsistenBahan ajar perlu memelihara ketertiban dan konsistensi agar mudah dikenali, diingat, dan dipelajari oleh peserta. Misalnya, jika guru menggunakan kertas merah untuk lembar kerja peserta, maka seterusnya gunakanlah warna kertas merah untuk LKS. Dengan demikian, setiap kali peserta melihat warna kertas merah, maka peserta akan menandai sebagai LKS. Dalam bahan ajar cetak, konsistensi istilah sangat diperlukan sehingga peserta tidak menggunakan berbagai istilah secara rancau. Dalam bahan ajar audio, intonasi suara dapat digunakan sebagai tanda atau format untuk berhenti, mengulang, atau meneruskan pembelajaran. Dalam hal ini, pembimbing diharapkan kreatif untuk menciptakan tanda-tanda dan formal khusus yang digunakan secara konsisten untuk mempermudah peserta belajar.

f. Penjelasan Tentang Relevansi dan Manfaat Bahan Ajar Dalam bahan ajar perlu ada penjelasan tentang manfaat dan kegunaan bahan ajar dalam mata tataran. Bahan ajar dapat berperan sebagai bahan utama yang akan digunakan dalam pembelajaran di kelas, atau sebagai alat bantu peserta belajar mandiri di rumah (buku kerja, paket kerja mandiri), atau juga sebagai alat bantu peserta belajar dalam kelompok. Peran ini perlu dijelaskan kepada peserta dengan cermat, sehingga peserta dapat menggunakan bahan ajar dengan jelas. Di samping itu, bahan ajar juga perlu menjelaskan keterkaitan antara topik yang dibahas dalam bahan ajar dengan topik-topik dalam mata pelajaran lainnya. Dengan demikian, peserta dapat melihat keterkaitan topik bahan ajar dengan topik lain, dan tidak terkesan bahwa masing-masing topik adalah berdiri sendiri-sendiri.4. Penggunaan Bahasa Mengandung tehnik pemilihan ragam bahasa yang efektif, komunikatif, dan dialogis agar pesan dapat dicerna dengan baik. serta penggunaan kalimat efektif, dan penyusunan paragraf yang bermakna. Dalam mengembangkan bahan ajar, Penggunaan bahasa yang meliputi pemilihan ragam bahasa, pemilihan kata, penggunaan kalimat efektif, dan penyusunan paragraph yang bermakna, sangat berpengaruh terhadap manfaat bahan ajar. Walaupun isi bahan ajar Anda sudah cermat, menggunakan format yang konsisten, serta dikemas dengan menarik, namun jika bahasa yang Anda gunakan tidak dimengerti oleh peserta, maka bahan ajar Anda tidak akan bermakna apa-apa. Bukan hanya dalam pengembangan bahan ajar cetak seperti buku kerja peserta, lembar kerja peserta, tetapi juga dalam pengembangan bahan ajar noncetak, seperti kaset audio, video, bahan ajar berbasiskan komputer, dan lain-lain. Ragam Bahasa mengacu pada ragam bahasa baku atau formal dan ragam bahasa nonformal atau komunikatif. Ragam bahasa baku banyak digunakan dalam laporan penelitian, karya ilmiah, surat-surat resmi, buku teks, siaran pers, dan lain-lain. Namun tulisan yang menggunakan ragam bahasa baku terkesan sangat kaku, formal dan cenderung membosankan. Oleh karena itu, ragam bahasa baku jarang digunakan dalam pengembangan bahan ajar. Bahan ajar yang baik diharapkan dapat memotivasi peserta untuk membaca, mengerjakan tugas-tugasnya, serta menimbulkan rasa ingin tahu peserta untuk melakukan eksplorasi lebih lanjut tentang topik yang dipelajarinya. Dengan demikian, ragam bahasa yang digunakan dalam bahan ajar biasanya ragam bahasa nonformal atau bahasa komunikatif yang lugas dan luwes. Ragam bahasa komunikatif yang sebaiknya digunakan dalam penulisan atau pengembangan bahan ajar sangat dipengaruhi oleh pemilihan kata serta penggunaan kalimat yang efektif. Walaupun ragam bahasa komunikatif yang digunakan, hendaknya kaidah bahasa yang baik dan benar tidak ditinggalkan atau dilanggar. Kata yang dipilih hendaknya jenis kata yang singkat dan lugas, bukan kata atau istilah yang asing atau tidak banyak dikenal peserta. Jika diperlukan pengenalan istilah teknis yang berlaku dalam bidang ilmu tertentu, maka istilah tersebut perlu diberi batasan yang jelas. Penggunaan kalimat efektif menekankan perlunya penyampaian informasi dilakukan melalui kalimat positif dan aktif, dan sedapat mungkin menghindarkan penggunaan kalimat negatif dan pasif. Kalimat positif dan aktif dipercaya dapat menimbulkan motivasi peserta untuk melakukan tugas-tugas yang ditetapkan dalam bahan ajar, dan lebih mudah dimengerti oleh peserta. Sementara itu penggunaan kalimat negatif dan pasif, kadangkala dapat membingungkan peserta. Selanjutnya, penyusunan paragraph mempersyaratkan adanya gagasan utama untuk setiap paragraf, serta keterpaduan, keruntutan dan koherensi antar kalimat dalam sebuah paragraf. Gagasan utama, yang berbentuk kalimat topik, dapat ditempatkan di bagian awal maupun akhir paragraf. Panjang pendek sebuah paragraf tergantung pada kemampuan penulis dan kebutuhannya. Keruntutan dan kekompakan hubungan antar kalimat dalam sebuah paragraf (koherensi) sangat penting untuk membuat suatu paragraf menjadi bermakna. Pada gilirannya, kalimat yang runtut dan kompak akan memudahkan peserta memahami ide/konsep yang disajikan dalam paragraf tersebut. 5. Kelengkapan Komponen Bertujuan pada paket bahan ajar yang dapat berfungsi sebagai komponen utama, komponen pelengkap, dan komponen evaluasi hasil belajar. Idealnya, bahan ajar merupakan paket multikomponen dalam bentuk multimedia. Paket tersebut mempunyai sistematika penyampaian dan urutan materi yang baik, meliputi penyampaian tujuan belajar, memberi bimbingan tentang strategi belajar, menyediakan latihan yang cukup banyak, memberi saran-saran untuk belajar kepada peserta, serta memberikan soal-soal untuk dikerjakan sendiri oleh peserta sebagai cara untuk mengukur kemampuan diri sendiri dan umpan baliknya. Paket bahan ajar memiliki tiga komponen inti, yaitu komponen utama, komponen pelengkap, dan komponen evaluasi hasil belajar. Komponen utama berisi informasi atau topik utama yang ingin disampaikan kepada peserta, atau harus dikuasai peserta. Bahan ajar utama akan menjadi lebih mudah dipahami oleh peserta jika dilengkapi dengan komponen pelengkap. Komponen pelengkap ini dapat berupa informasi/topik tambahan yang terintegrasi dengan bahan ajar utama, atau informasi/topik pengayaan wawasan peserta. Komponen pelengkap biasanya terdiri dari bahan pendukung cetak (materi pengayaan, bacaan, jadwal, silabus, peta materi, kliping kasus), bahan pendukung noncetak (perluasan wawasan materi dalam media noncetak, peta materi dalam bentuk program komputer, video, kaset, web suplemen, simulasi komputer, kit), panduan peserta (peta materi, petunjuk belajar, latihan dan tugas, tips, kata-kata sukar, pemilahan materi), panduan guru (peta materi, petunjuk bagi guru, konsep inti topik atau pokok bahasan, latihan dan tugas, rangkuman materi) dan lain-lain yang diperlukan peserta untuk mempelajari suatu topik yang disajikan. Sedangkan komponen evaluasi hasil belajar terdiri dari perangkat soal/butir tes. Komponen evaluasi hasil belajar ini nantinya akan terpisahkan dari komponen utama dan komponen pelengkap (Aris, 2014).

B. Validitas Bahan Ajar Non Cetak1. Pengertian validitasValiditas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan suatu tes/ instumen. Suatu tes/ instrumen dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur. Tes memiliki validitas yang tinggi jika hasilnya sesuai dengan kriteria, dalam arti memiliki kesejajaran antara tes dan kriteria (Arikunto, 1999: 65).Validitas desain merupakan proses kegiatan untuk menilai apakah rancangan suatu produk secara rasional akan lebih efektif dari yang lama atau tidak. Dikatakan secara rasional, karena validasi ini bersifat penilaian berdasarkan penilaian rasional, belum fakta lapangan.Validasi produk dapat dilakukan dengan cara menghadirkan beberapa pakar atau tenaga ahli yang sudah berpengalaman untuk menilai produk baru yang dirancang tersebut. Setiap pakar diminta untuk menilai desain tersebut, sehingga selanjutnya dapat diketahui kekuatan dan kelemahannya. Validasi desain dapat dilakukan dalam forum diskusi. Sebelum diskusi peneliti mempresentasikan proses penelitian sampai ditemukan desain tersebut, berikut keunggulannya (Sugiyono, 2009).2. Langkah-langkah menentukan validitasDalam mengembangkan suatu bahan non cetak, instrumen yang digunakan untuk menguji validitas adalah lembar validasi berupa angket.Langkah-langkah uji validitas :a. Meminta kesediaan dosen dan guru yang telah banyak memiliki pengalaman mengajar untuk menjadi validator dari bahan ajar non cetak yang telah dikembangkan.b. Memberikan skor jawaban dengan kriteria berdasarkan skala Likert seperti yang dimodifikasi Riduan (2012: 27) sebagai berikut Tabel 1. Kriteria pemberian skor jawaban validitasSkorKriteria

4Sangat Setuju

3Setuju

2Tidak Setuju

1Sangat Tidak Setuju

Sumber : Skala Likert yang dimodifikasi Riduan (2012)c. Meminta validator untuk memberikan saran atas penilian yang diberikan terhadap pengembangan bahan ajar noncetak berdasarkan item-item yang terdapat pada uji validitas. Jika masih banyak terdapat kesalahan dalam pengembangan bahan ajar non cetak, maka perlu dilakukannya revisi agar benar-benar valid atas bahan ajar yang dikembangkan.d. Juka telah valid, maka ditentukan skor tertinggi. Skor tertinggi = jumlah validator x jumlah indikator x skor maksimum. e. Menentukan jumlah skor dari masing-masing validator dengan menjumlahkan semua skor yang diperoleh dari masing-masing indikator. f. Penentuan nilai validitas dengan cara: %g. Memberikan penilaian validitas dengan kriteria seperti yang dikemukakan oleh Purwanto (2009: 82): Tabel 2. Kriteria pemberian nilai validitasNilai Validitas (%)Kriteria

90-100Sangat Valid

80-89Valid

60-79Cukup Valid

0-59Tidak Valid

Sumber : Purwanto (2009)

Uji coba validitas dapat dilakukan uji coba terbatas dengan jumlah 3-5 orang validator dan 20-30 orang siswa yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda-beda atau heterogen (cara pengambilan subjek menggunakan teknik random sampling). 3. Contoh Instrumen Validitas

INSTRUMEN VALIDITAS

Judul bahan ajar : ..............................Mata pelajaran : ..............................Penulis : ..............................Evaluator : ..............................Tanggal : ..............................

Petunjuk pengisian : Berikanlah tanda check (v) pada kolom yang paling sesuai dengan penilaian anda1 = Sangat tidak setuju2 = Tidak setuju3 = Setuju4 = Sangat setuju

NoPERNYATAAN12345

ASubstansi Materi

1Materi pada LKS integrasi MSTBK berbasis ICT sudah sesuai dengan kaidah keilmuan Fisika

2Cakupan materi pada LKS integrasi MSTBK berbasis ICT sesuai dengan silabus

3Materi pada LKS integrasi MSTBK berbasis ICT sudah menunjukkan adanya integrasi

4Penggunaan Matematika pada LKS integrasi MSTBK berbasis ICT dapat digunakan untuk mendukung pencapaian kompetensi siswa

5Pengetahuan teknologi yang disajikan pada LKS integrasi MSTBK berbasis ICT sesuai dengan materi bahan ajar

6Penyajian materi bencana alam yang disajikan pada LKS integrasi MSTBK berbasis ICT sesuai dengan materi bahan ajar

7Integrasi nilai karakter dalam LKS integrasi MSTBK berbasis ICT sudah sesuai dengan karakteristik materi pembelajaran

8Kalimat yang digunakan pada LKS integrasi MSTBK berbasis ICT sudah sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia

9Paragraf yang digunakan pada LKS integrasi MSTBK berbasis ICT sudah sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia

10Tanda baca yang ada pada LKS integrasi MSTBK berbasis ICT sudah sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia

BTampilan Komunikasi Visual

1Navigasi yang digunakan pada LKS integrasi MSTBK berbasis ICT mudah dioperasikan

2Ukuran huruf pada LKS integrasi MSTBK berbasis ICT proporsional dan konsisten dengan ukuran ruang bahan ajar

3Video dan gambar yang ditampilkan pada LKS integrasi MSTBK berbasis ICT sesuai dengan materi pembelajaran

4Komposisi warna pada LKS integrasi MSTBK berbasis ICT sudah tepat

5Animasi yang ditampilkan pada LKS integrasi MSTBK berbasis ICT sesuai dengan materi pembelajaran

6Layout yang digunakan pada LKS integrasi MSTBK berbasis ICT menarik dan proporsional

CDesain Pembelajaran

1Judul LKS integrasi MSTBK berbasis ICT sudah sesuai dengan kompetensi dasar

2Indikator pencapaian yang disusun pada LKS integrasi MSTBK berbasis ICT sudah sesuai dengan kompetensi dasar

3Materi pembelajaran pada LKS integrasi MSTBK berbasis ICT sudah sesuai dengan kompetensi dasar

4Contoh soal pada LKS integrasi MSTBK berbasis ICT sudah sesuai dengan indikator pencapaian

5Latihan pada LKS integrasi MSTBK berbasis ICT sudah sesuai dengan indikator pencapaian

6Referensi yang dicantumkan pada LKS integrasi MSTBK berbasis ICT sudah sesuai dengan ketentuan cara penulisan

7Integrasi MSTBK pada materi LKS berbasis ICT telah sesuai dengan kompetensi dasar

8Integrasi MSTBK pada latihan LKS berbasis ICT telah sesuai dengan indikator pencapaian

CPemanfaatan Software

1Interaktivitas menu utama pada LKS integrasi MSTBK berbasis ICT sudah mempermudah pengguna untuk masuk ke bahan ajar

2Interaktivitas latihan pada LKS integrasi MSTBK berbasis ICT sudah memberikan umpan balik ke pengguna

3Interaktivitas evaluasi pada LKS integrasi MSTBK berbasis ICT sudah memberikan umpan balik ke pengguna

4Software pendukung Ulead Video untuk mengedit video dan GOM Player untuk memutar video dalam LKS integrasi MSTBK berbasis ICT sudah bekerja dengan baik

5Software pendukung Macromedia Flash untuk menjalankan animasi dalam LKS integrasi MSTBK berbasis ICT sudah bekerja dengan baik

6LKS integrasi MSTBK berbasis ICT asli hasil karya Tim Peneliti

TOTAL

1. KomentarKemukakanlah tanggapan Bapak/Ibu setelah mengamati dan menganalisis LKS Fisika Berbasis ICT dengan Mengintegrasikan MSTBK Materi Gerak dan Sifat Elastik untuk Mencapai Kompetensi Siswa Kelas XI SMA ini.a. Kelebihan.......................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................b. Kelemahan.................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................

2. Saran-saranKemukakanlah saran-saran Bapak/Ibu yang dapat digunakan untuk perbaikan dan penyempurnaan LKS Fisika Berbasis ICT dengan Mengintegrasikan MSTBK Materi Gerak dan Sifat Elastik untuk Mencapai Kompetensi Siswa Kelas XI SMA ini.................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................

C. Praktikalitas Bahan Ajar Non Cetak1. Pengertian praktikalitasDalam kamus besar bahasa Indonesia kepraktisan diartikan sebagai suatu yang bersifat praktis atau efisien. Arikunto (2010) mengartikan kepraktisan dalam evaluasi pendidikan merupakan kemudahan-kemudahan yang ada pada instrument evaluasi baik dalam mempersiapkan, menggunakan, menginterpretasi/ memperoleh hasil, maupun kemudahan dalam menyimpanya.Kepraktisan juga merupakan salah satu ukuran suatu instrumen evaluasi dikatakan baik atau tidak. Bila guru menggunakan esay tes untuk mengukur tanggapan siswa terhadap suatu produk pembelajaran, dan jumlah siswa yang dibimbingnya mencapai dua ratus orang, maka upaya ini cenderung tidak praktis. Diperlukan cara lain untuk menilai tanggapan siswa tersebut, misalnya dengan tes lisan terhadap hasil diskusi kelompok. Kepraktisan diartikan pula sebagai kemudahan dalam penyelenggaraan, membuat instrumen, dan dalam pemeriksaan atau penentuan keputusan yang objektif, sehingga keputusan tidak menjadi bias dan meragukan. Kepraktisan dihubungkan pula dengan efisien dan efektifitas waktu dan dana. Sebuah tes dikatakan baik bila tidak memerlukan waktu yang banyak dalam pelaksanaannya, dan tidak memerlukan dana yang besar atau mahal.Kepraktisan sebuah alat evaluasi lebih menekankan pada tingkat efisiensi dan efektivitas alat evaluai tersebut, beberapa kriteria yang dikemukakan oleh Gerson, dkk dalam mengukur tingkat kepraktisan, diantaranya adalah:1. Waktu yang diperlukan untuk menyusun tes tersebut2. Biaya yang diperlukan untuk menyelenggarakan tes tersebut3. Waktu yang diperlukan untuk melaksanakan tes4. Tingkat kesulitas menyusun tes5. Tingkat kesulitan dalam proses pemeriksaan tes6. Tingkat kesulitan melakukan intrepetasi terhadap hasil tesKepraktisan alat evaluasi akan memberikan manfaat yang besar bagi pelaksanaan maupun bagi peserta didik karena dirancang sedemikian sistematis terutama materi instrumen tersebut.Berkaitan kepraktisan dalam penelitian pengembangan Van den Akker (1999:10) menyatakan :Practically refers to the extent that user (or other expert) consider the intervention as appealing and usable in normal conditionsArtinya, kepraktisan mengacu pada tingkat bahwa pengguna (atau pakar-pakar lainnya) mempertimbangkan intervensi dapat digunakan dan disukai dalam kondisi normal.Untuk mengukur tingkat kepraktisan yang berkaitan dengan pengembangan instrument berupa materi pembelajaran, Nieveen (1999) berpendapat bahwa untuk mengukur kepraktisannya dengan melihat apakah guru (dan pakar-pakar lainnya) mempertimbangkan bahwa materi mudah dan dapat digunakan oleh guru dan siswa. Khusus untuk pengembangan model yang dikembangkan dalam penelitian pengembangan, model tersebut dikatakan praktis jika para ahli dan praktisi menyatakan bahwa secara teoritis bahwa model dapat diterapkan di lapangan dan tingkat keterlaksanaannya model tersebut termasuk kategori baik. Istilah baik ini masih memerlukan indikator-indikator yang diperlukan untuk menentunkan tingkat kebaikan dari keterlaksanaan model yang di kembangkan.Berkaitan dengan kepraktisan di tinjau dari apakah guru dapat melaksanakan pembelajaran di kelas. Biasanya peneliti dan observer mengamati aktivitas yang dilakukan guru dalam pelaksanaan pembelajaran. Misalnya, melihat kegiatan guru dalam mempersiapkan siswa untuk belajar, memeriksa pekerjaan siswa, dll.

2. Langkah-langkah menentukan praktikalitasUji Praktikalitas dilakukan dengan langkah-langkah:a. Uji praktikalitas oleh guru 1) Peneliti memberikan bahan ajar cetak atau non cetak yang telah di validasi dan direvisi kepada guru. 2) Peneliti memberi pengarahan tentang cara pengisian angket kepada guru. 3) Peneliti memberikan petunjuk singkat bahan ajar cetak ataupun non cetak yang telah dikembangkan. 4) Guru menggunakan bahan ajar berdasarkan petunjuk yang sudah ada dalam pembelajaran. 5) Peneliti meminta guru untuk mengisi angket praktikalitas bahan ajar cetak atu pun non cetak yang dikembangkan.b. Uji praktikalitas oleh peserta didik1) Peneliti memberikan pengarahan cara pengisian angket kepada peserta didik.2) Peneliti membagikan bahan ajar cetak ataupun non cetak yang dikembangkan kepada masing-masing peserta didik.3) Peneliti memberikan petunjuk singkat penggunaan bahan ajar cetak ataupun non cetak yang dikembangkan kepada peserta didik.4) Peseta didik menggunakan bahan ajar yang telah dikembangkan di dalam proses pembelajaran.5) Peneliti meminta peserta didik untuk mengisi angket praktikalitas bahan ajar cetak atau non cetak (Kustiawan M, 2012).Pada uji coba praktikalitas sama seperti uji coba validitas. Uji coba praktikalitas dapat dilakukan uji coba terbatas dengan jumlah 3-5 orang guru dan 20-30 orang siswa yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda-beda atau heterogen (cara pengambilan subjek menggunakan teknik random sampling).Analisis praktikalitas digunakan dengan nilai persentase (%)

Setelah persentase nilai praktikalitas diperoleh, dilakukan pengelompokkan sesuai kriteria yang dikemukakan oleh Purwanto (2009: 102-103) berikut ini:Tabel 5. Kriteria pemberian nilai praktikalitasNilai Praktikalitas (%)Kriteria Reabilitas

86 100Sangat Praktis

76 85Praktis

60 75 Cukup Praktis

55 59Kurang Praktis

54Kurang Praktis Sekali

Sumber : Purwanto (2009)3. Contoh instrumen praktikalitas

ANGKET TANGGAPAN GURU TERHADAP PENGGUNAAN BAHAN AJAR NON CETAKPetunjuk : Berikut ini dikemukakan sejumlah pernyataan sehubungan denga tanggapan guru fisika yang mengajar di SMA terhadap bahan ajar non cetak. Untuk itu Bapak dan Ibu sebagai praktisi dapat memberikan tanda cek (v) pada kolom yang sesuai dengan yang dirasakan untuk beberpa pilihan yaitu :1Sangat Tidak Setuju

2Tidak Setuju

3Setuju

4Sangat Setuju

NO

PERNYATAANSTSTSSSS

AIsi Bahan Ajar

1Sudah sesuai dengan kompetensi inti

Saran Perbaikan Jika STS/TS:

2Sudah sesuai dengan setiap kompetensi dasar

Saran Perbaikan Jika STS/TS:

3Relevan dengan karakteristik siswa

Saran Perbaikan Jika STS/TS:

4Substansi materi sudah benar

Saran Perbaikan Jika STS/TS:

BKaidah

1Bahan ajar memperjelas dan mempermudah pemahaman

Saran Perbaikan Jika STS/TS:

2Bahan ajar mengoptimalkan waktu belajar

Saran Perbaikan Jika STS/TS:

3Pesan yang terkandung dalam bahan ajar mudah ditangkap

Saran Perbaikan Jika STS/TS:

4Bahan ajar dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi siswa

Saran Perbaikan Jika STS/TS:

5Bahan ajar dapat memperlihatkan akhlak siswa

Saran Perbaikan Jika STS/TS:

BPenyajian

1Gambar yang digunakan dalam bahan ajar jelas

Saran Perbaikan Jika STS/TS:

2Suara yang dihasilkan bahan ajar terdengar jelas

Saran Perbaikan Jika STS/TS:

3Animasi yang digunakan dalam bahan ajar menarik

Saran Perbaikan Jika STS/TS:

4Urutan penyajian bahan ajar sudah baik

Saran Perbaikan Jika STS/TS:

5Pemberian motivasi dalam tampilan bahan ajar sudah baik

Saran Perbaikan Jika STS/TS:

6Informasi yang diberikan sudah lengkap

Saran Perbaikan Jika STS/TS:

NOPERNYATAANSTSTSSSS

AIsi Bahan Ajar

1Sudah sesuai dengan kompetensi inti

2Sudah sesuai dengan setiap kompetensi dasar

3Relevan dengan karakteristik siswa

4Substansi materi sudah benar

BKaidah

1Bahan ajar memperjelas dan mempermudah pemahaman

2Bahan ajar mengoptimalkan waktu belajar

3Pesan yang terkandung dalam bahan ajar mudah ditangkap

4Bahan ajar dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi siswa

5Bahan ajar dapat memperlihatkan akhlak siswa

BPenyajian

1Gambar yang digunakan dalam bahan ajar jelas

2Suara yang dihasilkan bahan ajar terdengar jelas

3Animasi yang digunakan dalam bahan ajar menarik

4Urutan penyajian bahan ajar sudah baik

5Pemberian motivasi dalam tampilan bahan ajar sudah baik

6Informasi yang diberikan sudah lengkap

Tanggapan dan saran : Tanggapan Tanggapan Bapak/ Ibu setelah mengamati dan mempelajari bahan ajar non cetak................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................SaranSaran yang dapat digunakan untuk perbaikan dan penyempurnaan bahan ajar non cetak................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................

ANGKET TANGGAPAN SISWA TERHADAP PENGGUNAAN BAHAN AJAR NON CETAKPetunjuk : Berikut ini dikemukakan sejumlah pernyataan sehubungan dengan tanggapan siswa terhadap bahan ajar non cetak. Untuk itu kepada siswa agar dapat memberikan tanda cek (v) pada kolom yang sesuai dengan yang dirasakan untuk beberpa pilihan yaitu :1Sangat Tidak Setuju

2Tidak Setuju

3Setuju

4Sangat Setuju

NOPERNYATAANSTSTSSSS

1Bahan ajar memiliki tampilan yang menarik

Saran Perbaikan Jika STS/TS:

2Bahan ajar dapat mempermudah pemahaman

Saran Perbaikan Jika STS/TS:

3Bahan ajar mengoptimalkan waktu belajar saya

Saran Perbaikan Jika STS/TS:

4Pesan yang terkandung dalam bahan ajar mudah ditangkap

Saran Perbaikan Jika STS/TS:

5Bahan ajar yang digunakan dapat meningkatkan motivasi saya

Saran Perbaikan Jika STS/TS:

6Gambar yang digunakan dalam bahan ajar jelas

Saran Perbaikan Jika STS/TS:

7Suara yang dihasilkan bahan ajar terdengar jelas

Saran Perbaikan Jika STS/TS:

8Animasi yang digunakan dalam bahan ajar menarik

Saran Perbaikan Jika STS/TS:

9Urutan penyajian bahan ajar sudah baik

Saran Perbaikan Jika STS/TS:

10Informasi yang diberikan sudah lengkap

Saran Perbaikan Jika STS/TS:

NOPERNYATAANSTSTSSSS

1Bahan ajar memiliki tampilan yang menarik

2Bahan ajar memperjelas dan mempermudah pemahaman

3Bahan ajar mengoptimalkan waktu belajar saya

4Pesan yang terkandung dalam bahan ajar mudah ditangkap

5Bahan ajar yang digunakan dapat meningkatkan motivasi saya

6Gambar yang digunakan dalam bahan ajar jelas

7Suara yang dihasilkan bahan ajar terdengar jelas

8Animasi yang digunakan dalam bahan ajar menarik

9Urutan penyajian bahan ajar sudah baik

10Informasi yang diberikan sudah lengkap

Tanggapan dan saran : Tanggapan Kemukakan komentar dan tanggapanmu setelah belajar menggunakan bahan ajar non cetak ini................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................SaranKemukakan saran-saranmu yang dapat dipergunakan untuk perbaikan dan penyempurnaan bahan ajar ini................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................

D. Efektivitas Bahan Ajar Non Cetak1. Pengertian efektivitasMenurut Reigeluth (1999), aspek penting dalam keefektifan (efek potensial) dari suatu instrument, teori, atau model adalah mengetahui tingkat/derajat dari penerapan teori, atau model dalam suatu situasi tertentu. Tingkat keefektifan ini menurut Mager, biasanya dinyatakan dengan suatu skala numeric yang didasarkan pada kriteria tertentu. (Reiguluth, 1999).Berkaitan dengan keefektifan pengembangan instrument, model, teori dalam dunia pendidikan, Van den Akker (1999:10) menyatakan :Effectiveness refer to the extent that the experiences and outcomes with the intervention are consistent with the intended aimsArtinya, keefektifan mengacu pada tingkatan bahwa pengalaman dan hasil intervensi konsisten dengan tujuan yang dimaksud.Keefektifan suatu bahan ajar biasanya dilihat dari poitensial efek berupa kualitas hasil belajar, sikap., dan motivasi peserta didik. Menurut Akker (1999) (dalam Yazid) ada dua aspek keefektivan yang harus dipenuhi oleh suatu bahan ajar. Yakni :a. Ahli dan praktisi berdasarkan pengalamannya menyatakan bahwa bahan ajar tersebut efektif.b. Secara operasional bahan ajar tersebut memberikan hasil sesuai yang diharapkan.Menurut Suryadi (2005) (dalam Yazid), bahan ajar dapat dikatakan efektif apabila :a. Rata-rata siswa aktif dalam aktivitas pembelajaran.b. Rata-rata siswa aktif dalam mengerjakan tugas.c. Rata-rata siswa efektif dalam keefektifan relatif penguasaan bahan pengajaran.d. Respon siswa terhadap pembelajaran yang dilaksanakan baik/positife. Respon guru terhadap pembelajaran yang dilaksanakan baik/positif2. Cara menentukan efektivitas Efektivitas bahan ajar dilakukan dalam uji terbatas. Hal ini menggunakan desain eksperimen (before-after) yaitu membandingkan keadaan sebelum dan sesudah menggunakan bahan ajar. Sehingga model eksperimen dapat digambarkan seperti Gambar 1.

O1O1XGambar 1. Desain eksperimen (before-after) O1 sebelum treatment dan O2 nilai sesudah treatmentBerdasarkan Gambar 1, yang dimaksud yaitu O1 treatment awal yang mana nilai sebelum diberi perlakuan penggunaan bahan ajar. Pada O2 treatment akhir yaitu hasil yang dilihat setelah dilakukan penggunaan bahan ajar (Sugiono, 2012:415). Penggunaan bahan ajar non cetak dikatakan efektif dalam pembelajaran jika hasil belajar siswa setelah menggunakan bahan ajar lebih baik dari sebelumnya.Analisa perbandingan berkorelasi digunakan untuk melihat efektivitas penggunaan bahan ajar pada pembelajaran. Uji statistik yang digunakan adalah pre-test dan post-test one group desain. Hal ini sesuai dengan pendapat Sugiyono (2009) yang menyatakan bahwa untuk membuktikan signifikansi perbedaan sistem kerja lama dan baru perlu diuji secara statistik dengan t-test berkorelasi (related). Rumus yang digunakan adalah: Keterangan: = Rata-rata hasil belajar siswa sebelum menggunakan bahan ajar = Rata-rata hasil belajar siswa setelah menggunakan bahan ajarS1 = Simpangan baku hasil belajar sebelum menggunakan bahan ajarS2 = Simpangan baku hasil belajar setelah menggunakan bahan ajarS12 = Varians hasil belajar siswa sebelum menggunakan bahan ajar S22 = Varians hasil belajar siswa setelah menggunakan bahan ajar r = Korelasi hasil belajar siswa sebelum dan setelah mennggunakan bahan ajar Korelasi antara hasil belajar sebelumdan sesudah menggunakan bahan ajar cetak (r) didapat dari persemaan: Keterangan: = Korelasi antara hasil belajar sebelum dan sesudah menggunakan bahan ajarX1 = Skor sebelum menggunakan bahan ajarX2 = Skor sesudah menggunakan bahan ajarN = Jumlah peserta tesHasil thitung yang didapat dibandingkan dengan nilai ttabel. Jika didapatkan harga thitung lebih besar dari harga ttabel, berarti terdapat perbedaan berarti antara hasil pembelajaran sesudah dan sebelum penggunaan bahan ajar sehingga dapat dinyatakan bahwa bahan ajar dalam pembelajaran.

BAB IIIPENUTUP

A. KesimpulanB. SaranDiharapkan kepada seluruh guru di Indonesia agar dapat mengembangkan bahan ajar demi meningkatkan kemampuan peserta didik di dalam pembelajaran. Dan untuk pemahaman lebih lanjut maka penulis memberikan saran, Perlunya penambahan materi untuk perluasan pemahaman karena penulis menyadari makalah ini masih banyak kekuranganan penulis

DAFTAR PUSTAKA

Akker,J.V. 1999. Principles and Methods of Development Research. In J. vam den Akker,R Branch,K Gustafson, N Nieveen and Tj.Plomp (Eds). Design Approaches and Tools in Education and Training (hlm. 1-14). Dodrecht : Kluwer Academic Publisher. Arifin, Zaenal.(1991). Evaluasi Instruksional.Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Arikunto, Suharsimi. (2010) Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara : Yogyakarta.

Aris. 2014. Pengembangan Bahan Ajar. http://aristwn.staff.stainsalatiga.ac.id/wp-content/uploads/sites/3/2014/04/Bahan-Ajar-copy.pdf bahan ajar copy 1 (8 November 2014).

Depdiknas. 2008. Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.

Djali, dan Puji Muljono. (2008). Pengukuran dalam Bidang Pendidikan. PT. Gramedia : Jakarta.

Nieveen, Nienke.1999. Prototyping to Reach Product Quality. In J. vam den Akker,R Branch,K Gustafson, N Nieveen and Tj.Plomp (Eds). Design Approaches and Tools in Education and Training (hlm. 125-136). Dodrecht : Kluwer Academic Publisher

Nursalam. (2003). Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta. Salemba Medika.

Oni Arlitasari, dkk. 2013. Pengembangan Bahan Ajar IPA Terpadu Berbasis Salingtemas Dengan Tema Biomassa Sumber Energi Alternatif Terbarukan. Jurnal Materi dan Pembelajaran Fisika. Volume 1 No.1 halaman 81, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret.

Sudjana, D. (2004).manjemen Program Pendidikan Untuk Pendidikan Nonformal dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Bandung : Falah Production.

Sukadji, S. (2000). Menyusun dan Mengevaluasi Laporan Penelitian, Jakarta : UI-Press

Sugiyono, 2005, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung : Alfabeta

Susuri, Ridwan. 2012. Makalah Proses Pengembangan Media. http://ridwan-sururi.blogspot.com/2013/06/makalah-proses-pengembangan-media.html(16 November 2014).

Yazid, A. (2011). Kevalidan, Kepraktisan, dan Efek Potensial Suatu Bahan Ajar. Pascasarjana Pendidikan Matematika Universitas Sriwijaya. http://aisyahyazid.blogspot.com/2011/12/kevalidan-kepraktisan-dan-efek.html(8 November 2014).