1-Koreksi Proposal Dari Pembimbing II (Trisnawati)

56
KARAKTERISASI SILIKA SEKAM PADI DENGAN TEKNIK X- R AY F LUORESCENCE (XRF) DAN S CANNING El LECTRON M ICROSCOPE ( SEM ) Proposal Penelitian Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Oleh: TRISNAWATI F1B1 011 070 JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS HALUOLEO

description

iuyk

Transcript of 1-Koreksi Proposal Dari Pembimbing II (Trisnawati)

KARAKTERISASI SILIKA SEKAM PADI DENGAN TEKNIK X-RAY FLUORESCENCE (XRF) DAN SCANNING ElLECTRON MICROSCOPE(SEM)

Proposal Penelitian

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana

Oleh:

TRISNAWATIF1B1 011 070

JURUSAN FISIKAFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS HALUOLEOKENDARI2015

I. PENDAHULUANA. Latar BelakangCerita sekam padi jangan terlalu banyak (cukup 2 alenia saja)Indonesia sejak lama dikenal sebagai negara agraris banyak produk pertanian yang dihasilkan tiap tahunnya.Salah satu produk pertanian yang dihasilkan adalah padi. Upaya peningkatan produksi padi sampai saat ini masih lebih terfokus pada lahan sawah, terutama melalui intensifikasi, tentu upaya ini telah dapat meningkatkan produktivitas maupun produksi padi sawah, namun upaya ini masih belum memecahkan masalah penyediaan pangan yang mencukupi kebutuhan, terbukti kita masih mengimpor beras tiap tahun.Hal ini terjadi karena kurangnya pengetahuan dari masyarakat khususnya petani padi untuk pemanfaatan limbah padi.Limbah merupakan sisa-sisa atau sampah yang dihasilkan dari suatu kegiatan produksi, misalnya berupa limbah industri, pertanian, ataupun limbah rumah tangga. Dengan jumlah yang melimpah, limbah dapat menyebabkan dampak buruk terhadap lingkungan dan makhluk di sekitarnya. Sehingga, perlu adanya penanggulangan terhadap masalah yang disebabkan oleh limbah-limbah ini. Salah satu cara untuk mengurangi masalah lingkungan yang disebabkan oleh limbah yaitu dengan mendaur ulang, kemudian limbah tersebut didaur ulang menjadi sesuatu yang bermanfaat dan bernilai ekonomis. Contoh limbah yang dapat didaur ulang menjadi sesuatu yang menguntungkan adalah limbah sekam padi.Sekam padi merupakan bagian kulit padi yang dihasilkan pada proses penggilingan.Dari 400 juta ton padi yang diproduksi sekitar 20% adalah sekam padi. Sekam padi saat ini telah dikembangkan sebagai bahan baku untuk menghasilkan abuyang dikenal di dunia sebagai RHA (Rice Husk Ask). RHA atau sekam padi juga merupakan bahan baku terbesar penghasil silika (Kalapathy, Proctor & Schultz, 2002). Selama ini sekam padi hanya dijadikan sebagai bahan bakar, alas ternak, bahan pengawet/penyimpananes, dan sebagian besar hanya dibuang secara percuma dari tempat penggilingan padi sehingga keberadaannya menjadi melimpah atau banyak.Pemanfaatan sekam padi sampai saat ini masih terbatas untuk keperluan konvensional.Di beberapa daerah, biasanya sekam hanya ditumpuk, lalu dibakar didekat penggilingan padi, dan abunya dapat digunakan sebagai bahan abu gosok untuk membersihkan alat-alat rumah tangga.Menurut Enymia, dkk., (1998), sekam padi yang dibakar pada suhu 700-900C akan menghasilkan abu sekitar 16-25% (tergantung pada variasi iklim dan lokasi geografis persawahan) dan mengandung kadar silika yang tinggi (87-97%).Sekam padi tersusun dari jaringan serat selulosa yang mengandung banyak silika dalam bentuk serabut-serabut yang sangat keras.Sekam padi memiliki banyak kandungan unsur kimia di dalamnya yaitu 70-85% bahan organik (lignin, selulosa, gula) dan sisanya bahan anorganik, yang salah satunya adalah silika. Konsentrasi silika dalam sekam padi sangat tinggi sehingga jika dikelola dengan metode yang baik limbah padi ini bisa dijadikan sesuatu yang menguntungkan dan memiliki nilai jual relatif mahal sehingga dapat membantu masyarakat memperoleh pendapatan tambahan dari hasil produksi padi. Contohnya seperti mengolah sekam padi menjadi silika.Silika merupakan senyawa anorganik yang memiliki kelebihan sifat stabil terhadap pengaruh mekanik, temperatur dan kondisi keasaman.Salah satu potensi yang dapat dikembangkan dari sekam padi adalah silikanya. Silika dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku utama dalam pembuatan keramik putih, bahkan merupakan campuran bagi poduksi semen. Kadar silika dalam bentuk SiO2 dalam abu sekam padi, menurut Valchev,dkk., (2009:256) adalah sekitar 93,54%, sedangkan menurut Kalapathy,dkk., (2000), kandungan silika dalam abu sekam adalah sekitar 94-96%. Dari berbagai penelitian yang telah ada dapat disimpulkan bahwa kandungan silika padi cukup banyak yaitu sekitar 12-25 gram silika dalam 100 gram sekam padi, dan kandungan silika pada abu sekam adalah 80-95%. Selain didukung oleh jumlah yang melimpah, silika sekam padi dapat diperoleh dengan sangat mudah dan biaya yang relatif murah, yakni dengan cara ekstraksi alkalis atau dengan pengabuan. Silika sekam padi dengan mudah diperoleh dengan menggunakan metode ekstraksi yang didasarkan pada kelarutan silika amorf yang besar dalam larutan alkalis seperti KOH, Na2CO3, atau NaOH, dan pengendapan silika terlarut menggunakan asam, seperti asam klorida, asam sitrat dan asam oksalat. Penggunaan metode ekstraksi ada beberapa keuntungan silika yang dapat diperoleh yaitu bersifat sol-gel, amorf, dan porous dengan tingkat kemurnian yang tinggi, yakni sekitar 93% sehingga pemanfaatannya begitu luas diantaranya, sebagai bahan baku pembuatan keramik, silikon, silika-karbida, silika-nitrida, magnesium-silika, lithium-aluminium-silika, adsorben, bahan filter, katalis, adhesi dan silika gel. Selain dalam bentuk produk olahan, silika juga telah dimanfaatkan secara langsung untuk pemurnian minyak sayur, sebagai aditif dalam produk farmasi dan deterjen, sebagai fase diam dalam kolom kromatografi, bahan pengisi (filler) polimer dan sebagai adsorben (Kamath dan Proctor, 1998;Sun dan Gong, 2001; Kim,dkk., 2004).Beberapa penelitian telah banyak melakukan penelitian tentang ekstraksi silika dengan proses ekstraksi dengan pelarut alkali dan pengendapan silika dengan asam. Pada tahun 2000, Kalapaty mengekstrak silika dari sekam padi menggunakan NaOH 1 N dengan metode ekstraksi dua siklus dan menghasilkan yield sebesar 91%. Pada tahun 2008, Pandiangin, et. al., melakukan ekstraksi silika sekam padi mengguanakan larutan KOH pada berbagai variasi kosentrasi serta larutan HNO3 10% sebagai pengendap, dan mendapatkan masa rendeman terbesar yaitu 1,8690 gram dari 50 gram abu sekam padi pada kosentrasi larutan KOH 1,5% selama 30 menit. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Suka,et. al.,(2008), yield terbesar terbesar yaitu 40,8% didapatkan dengan penggunaan pelarut KOH 5% dengan reaksi satu jam.Pemanfaatan silika yang demikian luas, seperti yang dipaparkan diatas dan potensi sekam padi yang besar, menjadi pendorong pelaksanaan penelitian kami.Peneliti tertarik untuk meneliti pemanfaatan sekam padi untuk menguji kelayakannya dalam menghasilkan silika dengan ekstraksi dan karakterisasi menggunakan X-Ray Fluorescence (XRF) dan Scanning Electron Microscope (SEM).

SAYA BLM KOREKSI BAHASANYA TOLONG DISKUSIKAN SARAN SAYA DENGAN PEMBIMBING 1SARAN SAYA: LATAR BELAKANG1. SEKAM PADI (SEDIKIT)2. SILIKA (UMUM, KEBUTUHAN SILIKA DUNIA.INDUSTRI, SUMBER, METODE MENDAPATKAN, FUNGSI, DLL )3. SILIKA DARI SEKAM PADI4. KARAKTERISTIK SILIKA YANG BAIK (UKTKOMPOSISI DAN MIKROSTRUKTUR) 5. METODE KARAKTERISASI SILIKA

B. Rumusan MasalahRumusan masalah dalam penyusunan proposal ini yaitu:1. Bagaimana komposisi silika hasil ekstraksi dari sekam padi dengan metode........?2. Bagaimana mikrostruktur silika yang berasal dari sekam padi?

C. Tujuan PenelitianTujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:1. Mengetahui komposisi silika hasil ekstraksi dari sekam padi dengan metode........2. Mengetahui mikrostruktur silika yang berasal dari sekam padi

D. Manfaat Manfaat pada penelitian ini adalah:a. Untuk Masyarakat, dapat menginformasikan kepada masyarakat tentang pemanfaatan lain sekam padi yang lebihbernilai ekonomis.b. Untuk pemerintah, dapat memberikan informasikepada pemerintah bahwa sekam padi dapat dimanfaatkan pada berbagai industri.c. Untuk peneliti selanjutnya,dapat dijadikansebagai referensi bagi peneliti lain.

II. TINJAUAN PUSTAKAA. PadiPadi merupakan produk utama pertanian di negara-negara agraris, termasuk Indonesia.Beras yang merupakan hasil penggilingan padi menjadi makanan pokok penduduk Indonesia. Produksi beras di Indonesia cukup besar sekitar 30,95 juta ton per tahun, dan hasil samping berupa sekam padi sebanyak 6.677 ton.Padi adalah salah satu tanaman budidaya penting dalam peradaban manusia.Produksi padi dunia menempati urutan ketiga dari semua serealia setelah jagung dan gandum.Tanaman padi merupakan tanaman semusim, termasuk golongan rumput rumputan dengan klasifikasi sebagai berikut:Kingdom : PlantaeSubkingdom : TracheobiontaSuper Divisi: SpermatophytaDivisi : MagnoliophytaKelas : LiliopsidaSub Kelas : CommelinidaeOrdo : PoalesFamili : (suku rumput-rumputan)Spesies : Oryza sativa L.(Prasetiyo, 2002).Morfologi tanaman padi terbagi 4 bagian yaitu akar,batang, daun, bunga dan buah. Menurut Aak (2012), akar adalah bagian tanaman yang berfungsi menyerap air dan zat makanan dari dalam tanah, kemudian diangkut ke bagian atas tanaman. Macam-macam akar tanaman padi yaitu, radikula, akar serabut (adventif), akar rambut, akar tajuk (crown roots). Bagian akar yang telah dewasa (lebih tua) dan telah mengalami perkembangan akan berwarna coklat, sedangkan akar yang baru atau bagian akar yang masih muda berwarna putih.Padi termasuk golongan tumbuhan graminae dengan batang yang tersusun dari beberapa ruas.Ruas-ruas itu merupakan bubung kosong.Pada kedua ujung bubung kosong itu bubungnya ditutup oleh buku. Panjangnya ruas tidak sama. Ruas yang terpendek terdapat pada pangkal batang.Ruas yang kedua, ruas yang ketiga, dan seterusnya adalah lebih panjang dari pada ruas yang didahuluinya.Pada buku bagian bawah dari ruas tumbuh daun pelepah yang membalut ruas sampai buku bagian atas.Tepat pada buku bagian atas ujung dari daun pelepah memperlihatkan percabangan dimana cabang yang terpendek menjadi lidah daun (ligula), dan bagian yang terpanjang dan terbesar menjadi daun kelopak yang memiliki bagian auricle pada sebelah kiri dan kanan.Daun kelopak yang terpanjang dan membalut ruas yang paling atas dari batang disebut daun bendera.Tepat dimana daun pelepah teratas menjadi lidah daun (ligula) dan daun bendera, di situlah timbul ruas yang menjadi bulir padi (Gambar 1). Pertumbuhan batang tanaman padi adalah merumpun, dimana terdapat satu batang tunggal/batang utama yang mempunyai 6 mata atau sukma, yaitu sukma 1, 3, 5 sebelah kanan dan sukma 2, 4, 6 sebelah kiri. Dari tiap-tiap sukma ini timbul tunas yang disebut tunas orde pertama.

Gambar 1. Tanaman Padi (Sumber : Paul, 2000)Padi termasuk tanaman jenis rumput-rumputan mempunyai daun yang berbeda-beda, baik bentuk, susunan, atau bagian bagiannya (Gambar 1).Ciri khas daun padi adalah adanya sisik dan telinga daun. Hal inilah yang menyebabkan daun padi dapat dibedakan dari jenis rumput yang lain. Adapun bagian-bagian daun padi adalah helaian daun, pelepah daun (upih), lidah daun.Daun yang muncul pada saat terjadi perkecambahan dinamakan coleoptile.Coleoptile keluar dari benih yang disebar dan akan memanjang terus sampai permukaan air. Coleoptile baru membuka, kemudian diikuti keluarnya daun pertama, daun kedua dan seterusnya hingga mencapai puncak yang disebut daun bendera, sedangkan daun terpanjang biasanya pada daun ketiga.Daun bendera merupakan daun yang lebih pendek daripada daun-daun di bawahnya, namun lebih lebar dari pada daun sebelumnya.Daun bendera ini terletak di bawah malai padi. Daun padi mula-mula berupa tunas yang kemudian berkembang menjadi daun. Daun pertama pada batang keluar bersamaan dengan timbulnya tunas (calon daun) berikutnya. Pertumbuhan daun yang satu dengan daun berikutnya (daun baru) mempunyai selang waktu 7 hari, dan 7 hari berikutnya akan muncul daun baru lainnya.Sekumpulan bunga padi (spikelet) yang keluar dari buku paling atas dinamakan malai.Bulir-bulir padi terletak pada cabang pertama dan cabang kedua, sedangkan sumbu utama malai adalah ruas buku yang terakhir pada batang. Panjang malai tergantung pada varietas padi yang ditanam dan cara bercocok tanam. Dari sumbu utama pada ruas buku yang terakhir inilah biasanya panjang malai (rangkaian bunga) diukur.Panjang malai dapat dibedakan menjadi 3 ukuran yaitu malai pendek (kurang dari 20 cm), malai sedang (antara 20-30 cm), dan malai panjang (lebih dari 30 cm). Jumlah cabang pada setiap malai berkisar antara 15-20 buah, yang paling rendah 7 buah cabang, dan yang terbanyak dapat mencapai 30 buah cabang. Jumlah cabang ini akan mempengaruhi besarnya rendemen tanaman padi varietas baru, setiap malai bisa mencapai 100-120 bunga.Bunga padi adalah bunga telanjang artinya mempunyai perhiasan bunga.Berkelamin dua jenis dengan bakal buah yang diatas.Jumlah benang sari ada 6 buah, tangkai sarinya pendek dan tipis, kepala sari besar serta mempunyai dua kandung serbuk.Putik mempunyai dua tangkai putik, dengan dua buah kepala putik yang berbentuk malai dengan warna pada umumnya putih atau ungu (Santa, 2013).Bagian-bagian bunga padi adalah kepala sari, tangkai sari, belahan yang besar (Palea), belahan yang kecil (Lemma), kepala putik, tangkai bunga.Buah padi yang sehari-hari kita sebut biji padi atau butir/gabah,sebenarnya bukan biji melainkan buah padi yang tertutup oleh lemma dan palea. Buah ini terjadi setelah selesai penyerbukkan dan pembuahan.Lemma dan palea serta bagian lain yang membentuk sekam atau kulit gabah.

B. Sekam PadiSekam padi merupakan produk samping yang melimpah dari hasil penggilingan padi. Dalam proses penggilingan padi, selain dihasilkan beras juga dihasilkan hasil samping berupa sekam padi yang jumlahnya cukup besar. Menurut Harsono (2002), sekitar 20% dari bobot padi adalah sekam padi dan sekitar 15% dari bobot sekam padi adalah abu sekam yang dihasilkan setiap kali sekam dibakar (Gambar 2).

Gambar 2. Sekam padi dan abu sekam padi (Sumber : laboratorium analitik Univ.Udayanar)kok didaftar pustaka tidak ada???Sekam tersusun dari palea dan lemma (bagian yang lebih lebar) yang terikat dengan struktur pengikat yang menyerupai kait.Sel-sel sekam yang telah masak mengandung lignin dalam konsentrasi yang cukup tinggi (Hidayati, 1993).Pada keadaan normal, sekam berperan penting melindungi biji beras dari kerusakan yang disebabkan oleh serangan jamur, dapat mencegah reaksi ketengikan karena dapat melindungi lapisan tipis yang kaya minyak terhadap kerusakan mekanis selama pemanenan, penggilingan dan pengangkutan.Sekam padi dikategorikan sebagai biomassa yang dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan seperti bahan baku industri, pakan ternak dan energi atau bahan bakar ataupun sebagai adsorpsi pada logam-logam berat. Komposisi sekam adalah abu sekam yang selalu dihasilkan setiap kali sekam dibakar.Pada proses pembakaran sekam padi, senyawa-senyawa seperti hemiselulosa, selulosa dan lain-lain akan diubah menjadi CO2 dan H2O. Abu sekam padi yang diperoleh dari pembakaran sekam padi mengandung silika berhablur lebih dari 90%. Silika (SiO2), dalam abu sekam padi berkisar antara 90-97%. Kandungan sisanya adalah terdiri dari CaO, MgO, K2O,dan Na2O, poripori abu sekam padi menjadi lebih besar apabila pirolisa dilakukan pada suhu yang lebih tinggi (Nuryono, 2006).Abu hasil pembakaran sekam padi yang pada hakikatnya hanyalah limbah, ternyata merupakan sumber silika yang cukup tinggi yaitu dengan kandungan silika sekitar 86,9-97,3%. Sementara itu dari hasil penelitian, nilai paling umum kandungan silika dari abu sekam adalah 94-96% (Tabel 1), menunjukkan bahwa abu sekam padi mempunyai sifat puzzolan yang tinggi, karena sifat puzzolan pada umumnya diperoleh dengan kandungan silika yang dominan (Houston, 1972). Selain itu hal menarik lainnya adalah bahwa 15% berat abu akan diperoleh dari total berat sekam padi yang dibakar jadi abu sekam padi menjadi silika yang dapat dipakai untuk mensintesis keramik cordierite.Tabel 1. Komposisi abu sekam padi(Sumber : Folleto, 2006)

NoSenyawa Presentase (%)

1.SiO294,4

2Al2O30,61

3Fe2O30,03

4CaO0,83

5MgO1,21

6K2O1,06

7Na2O0,77

8SO3-

9LOI(senyawa apa ini)-

Abu sekam padi yang dihasilkan dari pembakaran sekam padipada suhu 400o 500oC akan menjadi silikaamorphous dan pada suhu lebih besar dari 1000o C akan menjadi silika kristalin (Shinohara and Kohyama, 2004). Silika sekam padi dalam bentuk kristalin (quartz dan opal) dan amorf terkonsentrasi pada bagian permukaan luar dan sedikit pada bagian dalam sekam padi (Jauberthie et. al., 2000).Kandungan kimia sekam padi terdiri atas 50% selulosa, 25-30 % lignin, dan 15-20% silika (Ismail and Waliuddin, 1996). Porositas sekam padi yang sangat tinggi yaitu sekitar 79% menyebabkan sekam padi dapat menyerap air dalam jumlah yang banyak (Kaboosi, 2007). Ditinjau dari komposisi kimiawinya, sekam padi mengandung beberapa unsur penting sebagai yang tercantum pada Tabel 2:Tabel 2. Komposisi kimia sekam padi(Sumber : Setyawati, 2003)

NoKomponenPresentase (%)

1.Kadar air9,02

2Protein kasar3,03

3Lemak1,18

4Serat kasar35,68

5Abu17,71

6Karbohidrat kasar33,17

7Karbon (zat arang)1,33

8Hidrogen1,54

9Hydrogen33,64

C. Silika Abu Sekam PadiKeberadaan silika, khususnya dalam bentuk SiO2 dalam padi telah diketahui sejak tahun 1938.Silika atau yang dikenal silikon dioksida (SiO2) merupakan senyawa yang banyak ditemui dalam sekam padi.Selain itu silika sekam padi dapat diperoleh dengan mudah dan menurut Soepardi (1982), kandungan silika tertinggi pada padi terdapat pada sekam bila dibandingkan dengan bagian tanaman padi lain, seperti daun, pelepah daun, batang dan akar.Silika atau dikenal dengan oksida silikon(SiO2) merupakan senyawa yang banyak ditemui dalam bahan galian yang disebut pasir kuarsa. Silika terdiri atas kristal-kristal silika (SiO2) dan mengandung senyawa pengotor yang terbawa selama proses pengendapan. Silika dapat diklasifikasikan kedalam tiga bentuk, tergantung dari proses preparasinya. Aquagel (silika yang dalam porinya masih mengandung air dalam jumlah yang banyak), xerogel (air dalam pori yang dihilangakan dengan proses penguapan) dan aerogel (supercritical proscess untuk menghilangkan fase air) (Kalapathi dkk., 2000). Silika (SiO2) dalam bentuk amorf memiliki densitas sebesar 2,21gr/cm3 dengan modulus elastisitas sebesar 10 x 106 psi. Kandungan unsur silikon (Si) dan oksigen (O) pada silika jenis ini, adalah 46,7% dan 53,3%. Nilai kekerasan material ini pada pembebanan tegak lurus dengan menggunakan indentor intan (metode vickers atau knoop) adalah sebesar 710 kg/mm2 sedangkan pada arah pembebanan dengan sudut elevasi diketahui nilai kekerasannya adalah sebesar 790 kg/mm2. Apabila pembakaran dilakukan pada suhu di atas 650C, kristalinitas SiO2 akan meningkat sehingga dapat terbentuk fase kristobalit dan tridimit (Harsono, 2002). Menurut Bakri (2009), silika sekam padi dapat diperoleh dengan mudah dan sederhana yaitu dengan cara pengabuan dan ekstraksi padat cair. Kalapathy, et. al., (2000), menjelaskan bahwa kelarutan dari silika abu sekam padi sangat rendah pada pH10.Berdasarkan informasi tersebut,ekstraksi dari silika dari abu sekam padi banyak dilakukan dengan menggunakan pelarut alkali. Untuk mendapatkan pengendapan silika setelah proses ekstraksi, maka dilanjutkan dengan proses pengendapan pada pH rendah menggunakan larutan asam, silika yang didapat berbentuk SiO2.Silika sekam padi yang diperoleh dengan mudah berbentuk sol, yaitu dengan metode ekstraksi sehingga dapat mempermudah pemanfaatannya dengan menggunakan metode sol-gel (Karokaro dan Sembiring, 2007; Daifullah dkk., 2004). Salah satu bahan berbasis silika yang dapat dibuat adalah silika gel. Silika gel telah banyak digunakan sebagai adsorben pada proses adsorpsi. Hal ini disebabkan oleh adanya gugus aktif silanol (Si-OH) dan siloksan (Si-O-Si).Namun bahan ini belum efektif untuk mengadsorpsi ion logam.Hal ini dikarenakan atom O yang merupakan situs aktif pada silika gel berukuran kecil dan memiliki polarisabilitas yang rendah, sehingga interaksi dengan logam berat yang pada umumnya berukuran besar dan memiliki polarisabilitas yang tinggi secara teoritis relatif kurang kuat.Oleh karena itu, perlu adanya modifikasi permukaan silika gel.Modifikasi dapat dilakukan secara fisik dan kimia (Hermania dkk, 2011).Silika sekam padi merupakan bahan kimia yang dapat diaplikasikan mulai di bidang elektronik, mekanik, medis, seni hingga bidang-bidang lainnya. Salah satu pemanfaatan serbuk silika yang cukup luas adalah sebagai penyerap kadar air di udara. Silika terbagi dua macam, yaitu silika amorf dan kristal. Silika amorf memiliki butiran halus dan lebih reaktif, sedangkan silika kristal terdiri dari berbagai macam jenis kwarsa, tridimit, dan kristobalit yang merupakan akibat dari modifikasi temperatur dari rendah ke tinggi yang merubah simetri kristal dari kerapatannya.Membran silika banyak digunakan karena silika mudah ditemukan dan memiliki daya serap yang baik sehingga apabila digunakan dalam proses dekolorisasi akan mendapatkan hasil yang baik pula, di bawah ini merupakan sifat-sifat fisik dan kimia dari senyawa silika.Sifat fisik dan kimia dari silika :1. Sifat fisikSilika mempunyai rumus molekul SiO2 dan berwarna putih.Titik leleh silika adalah 1610C, sedangkan titik didihnya 2320oC.Silika tidak larut dalam air dingin, air panas maupun alkohol tetapi dapat larut dalam HF.2. Sifat kimiaa. Silika bersifat stabil terhadap hidrogen kecuali fluorin dan juga inert terhadap semua asam kecuali HF, reaksi dengan HF akan menghasilkan asam silikon heksafluorid.Reaksi: SiO2(s) + 6HF(aq) H2(SiF6)(aq) + 2H2O(l) (1)b. Basa pekat misalnya NaOH dalam kondisi panas secara perlahan dapat mengubah silika menjadi silikat yang larut dalam air.Reaksi: SiO2(s) + 2 NaOH (aq) Na2SiO3(aq) + H2O(l)(2)

D. EkstraksiEkstraksi adalah pemisahan satu atau beberapa bahan dari suatu padatan atau cairan.Ekstraksi dengan pelarut adalah pemisahan antar bagian dari suatu bahan berdasarkan pada perbedaan sifat melarut dari masing-masing bagian bahan terhadap pelarut yang digunakan.Pemisahan terjadi atas dasar kelarutan yang berbeda dari komponen-komponen yang dipisahkan terhadap dua pelarut yang tidak saling bercampur.Berdasarkan bentuknya ekstraksi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :a. Ekstraksi padat-cair, digunakan untuk melarutkan zat yang dapat larut dari campurannya dengan zat padat yang tidak dapat larut.b. Ektraksi cair-cair, digunakan untuk memisahkan dua zat cair yang saling bercampur, dengan menggunakan pelarut yang dapat melarutkan salah satu zat.Metode ekstraksi dibagi menjadi dua macam, yaitu ekstraksi tunggal dan ekstraksi multi tahap. Ekstraksi tunggal merupakan pencampuran bahan yang akan diekstrak dihubungkan satu kali dengan pelarut. Sedangkan ekstraksi multi tahap merupakan bahan yang akan diekstrak dihubungkan beberapa kali dengan bahan pelarut yang baru dalam jumlah yang sama besar. Setelah melalui beberapa kali pencampuran dan pemisahan maka didapatkan ekstrak dengan rendeman yang lebih tinggi dari pada ekstraksi tunggal.Pemisahan zat-zat terlarut antara dua cairan yang tidak saling mencampur antara lain menggunakan alat corong pisah. Ada suatu jenis pemisahan lainnya dimana pada satu dimana pada satu fase dapat berulang-ulang dikontakkan dengan fase yang lain, misalnya ekstraksi berulang-ulang suatu larutan dalam pelarut air dan pelarut organik, dalam hal ini digunakan suatu alat yaitu ekstraktor sokhlet. Metode sokhlet merupakan metode ekstraksi dari padatan dengan pelarut cair secara kontinu.

E. X-Ray Fluorescence (XRF)X-ray fluorescence (XRF) merupakan teknik analisa non-destruktif yang digunakan untuk identifikasi serta penentuan konsentrasi elemen yang ada pada padatan, bubuk ataupun sampel cair. Secara umum, XRF spektrometer mengukur panjang gelombang komponen material secara individu dari emisi flourosensi yang dihasilkan sampel saat diradiasi dengan sinar-X (PANalytical, 2009).Spektroskopi XRF adalah teknik analisis unsur yang membentuk suatu material dengan dasar interaksi sinar-X dengan material analit. Teknik ini sering digunakan untuk mengukur unsur-unsur terutama banyak terdapat pada batuan atau mineral. Sampel yang digunakan biasanya berupa serbuk hasil pengilingan atau pengepresan menjadi film. X-Ray Fluorescence (XRF) sangat cocok untuk menentukan elemen besar dan kecil, seperti Si, Al, Mg, Ca, Fe. K, Na, Ti, S dan P dalam siliciclatik dan juga untuk elemen-elemen bekasnya seperti metal Pb, Zn, Cd, dan Mn. X-Ray Fluorescence(XRF) sangat baik jika digunakan dalam menganalisis bromine dan elemen-elemen lain yang terdapat dalam Halite(PUSTKA).Cara kerja X-ray fluorescence (XRF) digunakan sinar-X dari tabung pembangkit sinar- X untuk melepaskan elektron dari kulit bagian dalam sehingga terjadi kekosongan orbit dan elektron pada orbit yang lebih luar berpindah dengan menghasilkan sinar-X karakteristik yang baru dari sampel yang dianalisis. Pada tabung pembangkit sinar-X, elektron dari kulit bagian dalam suatu atom pada sampel analit menghasilkan sinar-X dengan panjang-panjang gelombang karakteristik dari setiap atom di dalam sampel.Setiap atom di dalam sampel, intensitas dari sinar-X berbanding lurus dengan jumlah (konsentrasi) sinar-X karakteristik setiap unsur. Selanjutnya dengan membandingkan intensitasnya terhadap suatu standar yang telah diketahui konsentrasinya maka dapat ditentukan konsentrasi unsur dalam sampel(PUSTAKA). Pengukuran dilakukan menggunakan instrumen X-ray Fluorescence Spektrometer. InstrumenX-ray Fluorescence Spektrometer terdiri dari tabung pembangkit sinar-X yang mampu mengeluarkan elektron dari semua jenis unsur yang sedang diteliti.Sinar-X yang dihasilkan harus berenergi sangat tinggi, sehingga anoda target tabung pembangkit harus berupa unsur Cr, Mo, W atau Au(maksudnya apa).Selanjutnya, sinar-X yang dihasilkan ini dilewatkan melalui kolimator yang berfungsi untuk menghasilkan berkas sinar yang koheren. Berkas sinar ini kemudian didifraksikan oleh kisi kristal yang sudah diketahui nilai d-nya. Persamaan Bragg (n = 2d sin ) dapat digunakan untuk menentukan sudut dari sinar-X yang telah diketahui panjang gelombangnya. Selanjutnya kristal dan detektor diatur untuk mendifraksikan hanya pad panjang gelombang tertentu(PUSTAKA). Prinsip kerja sinar-X yaitu apabila terjadi eksitasi sinar-X primer yang berasal dari tabung X ray atau sumber radioaktif mengenai sampel, sinar-X dapat diabsorpsi atau dihamburkan oleh material. Proses sinar-X diabsorpsi oleh atom dengan mentransfer energinya pada elektron yang terdapat pada kulit yang lebih dalam disebut efek fotolistrik. Selama proses ini, bila sinar-X primer memiliki cukup energi, elektron pindah dari kulit yang di dalam menimbulkan kekosongan. Kekosongan ini menghasilkan keadaan atom yang tidak stabil. Apabila atom kembali pada keadaan stabil, elektron dari kulit luar pindah ke kulit yang lebih dalam dan proses ini menghasilkan energi sinar-X yang tertentu dan berbeda antara dua energi ikatan pada kulit tersebut(PUSTAKA). Emisi sinar-X dihasilkan dari proses yang disebut X Ray Fluorescence (XRF). Proses deteksi dan analisa emisi sinar-X disebut analisa XRF. Pada umumnya kulit K dan L terlibat pada deteksi XRF. Sehingga sering terdapat istilah K dan K serta L dan L pada XRF(PUSTAKA). Jenis spektrum X ray dari sampel yang diradiasi akan menggambarkan puncak-puncak pada intensitas yang berbeda.Analisis menggunakan XRF dilakukan berdasarkan identifikasi dan pencacahan karakteristik sinar-X yang terjadi akibat efek fotolistrik. Efek fotolistrik terjadi karena elektron dalam atom target pada sampel terkena sinar berenergi tinggi (radiasi gamma, sinar-X).X-Ray Fluorescence (XRF) merupakan gejala dimana sebuah material ditembakkan dengan sinar-X yang energinya tinggi, dan seperti sinar-x (foton) membentur sebuah atom (molekul) dalam sampel, sehingga energinya dioabsorpsi oleh atom. Jika energinya tinggi, inti elektron dilepaskan keluar dari orbital atom, dan sebuah elektron dari kulit terluar kemudian mengisi orbital yang kosong. Transisi elektron tersebut akan melepaskan sebuah sinar-X tertentu, yang dapat terdekteksi oleh sebuah detektor. Proses ini disebut dengan flouresence. Panjang gelombang flouresence adalah karakteristik dari unsur yang tereksistasi, maka pengukuran panjang gelombang ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi unsur di dalam sampel. Energi yang dibutuhkan untuk mengeluarkan inti elektron dan juga energi yang dipancarkan oleh transisi merupakan karateristik dari setiap elemen. transisi dari kulit L yang mengisi kulit K menghasilkan transisi K. Sedangkan kulit elektron M yang mengisi kulit K menghasilkan transisi K (Gambar 3) (PUSTAKA).

Gambar 3: Karakteristik dari setiap elemen oleh energi yang dipancarkan (Sumber: Gosseau, 2009).

Metode X-ray fluorescence (XRF) secara luas digunakan untuk menentukan komposisi unsur suatu material.Metode ini cepat dan tidak merusak sampel, sehingga sering dipilih untuk aplikasi dilapangan dan industri untuk kontrol material. Sesuai dengan penggunaannya, XRF dapat dihasilkan tidak hanya oleh sinar-X tetapi juga sumber eksitasi primer yang lain seperti partikel alfa, proton atau sumber elektron dengan energi yang tinggi.

F. Scanning Electron Microscope (SEM)Scanning Electron Microscope (SEM) adalah salah satu jenis mikroskop elektron yang menggunakan berkas elektron untuk menggambarkan bentuk permukaan dari material yang dianalisis.Elektron berinteraksi dengan sampel komposisi molekul.Energi dari elektron menuju ke sampel secara langsung dalam proporsi jenis interaksi elektron yang dihasilkan dari sampel.Serangkaian energi elektron terukur dapat dihasilkan yang dianalisis oleh sebuah mikroprosesor yang canggih yang menciptakan gambar tiga dimensi(PUSTAKA).Scanning Elekron Microscope (SEM) merupakan alat yang memiliki kemampuan memberikan informasi secara langsung tentang topografi (tekstur permukaan sampel), morfologi (bentuk dan ukuran), komposisi (unsur penyusun sampel), serta Informasi kristalografi (susunan atom penyusunan sampel).Prinsip kerja Scanning Elekron Microscope (SEM) yaitu elektron yang digunakan sebagai pemindai dihasilkan oleh sebuah pistol elektron melalui proses Thermionik. Arus elektron tersebut kemudian dipercepat dengan memberikan beda potensial. Lensa elektromagnetik dan kondenser digunakan untuk membentuk, memusatkan serta untuk mengeliminasi elektron yang memiliki sudut cukup besar.Kondenser kedua digunakan untuk membentuk arus elektron menjadi lebih terpusat, lebih tipis dan lebih koheren.Aparatur obyektif diset dan digunakan untuk menghilangkan keberadaan elektron yang memiliki sudut besar. Kumparan scan diatur untuk menentukan besar petak (grid) yang berkaitan dengan kecepatan pindai yang umumnya dalam orde mikrosekon. Lensa obyektif digunakan untuk mefokuskan arus elektron pada daerah yang dikehendaki. Ketika berkas elektron menumbuk sampel maka sinyal hasil interaksi akan dideteksi, dan sebelum berkas elektron selanjutnya menumbuk petak (grid) lain, hasil interaksi akan ditampilkan pada CRT dalam bentuk pixel. Proses ini akan berulang sampai seluruh petak terpindai(PUSTAKA). Maksudnya apa????? Scanning Elekron Microscope (SEM) membentuk suatu sampel dengan menembakkan suatu sinar electron berenergi tinggi.Biasanya dengan energi dari 1 hingga 20 keV, melewati sampel dan kemudian mendeteksi secondary electron dan backscattered electron yang dikeluarkan.Secondary electron berasal pada 5-15 nm dari permukaan sampel dan memberikan informasi topografi dan untuk tingkat yang kurang, pada variasi unsur dalam sampel. Backscattered electron terlepas dari daerah sampel yang lebih dalam dan memberikan informasi terutama pada jumlah atom rata-rata dari sampel(PUSTAKA). Peristiwa tumbukan berkas sinar elektron, yaitu ketika memberikan energi pada sampel, dapat menyebabkan emisi dari sinar-X yang merupakan karakteristik dari atom-atom sampel.Energi dari sinar-X digolongkan dalam suatu tebaran energi spektrometer dan dapat digunakan untuk identifikasi unsur-unsur dalam sampel.Scanning Electron Microscope (SEM) adalah salah satu tipe dari mikroskop elektron (electron microscope) yang mampu menghasilkan gambar resolusi tinggi dari permukaan sampel (benda uji) yang berarti mendekati bayangan yang dapat diuji dengan perbesaran tinggi.Gambar Scanning Electron Microscope mempunyai suatu karakteristik tampilan tiga dimensional dan bermanfaat untuk menentukan struktur permukaan dari suatu sampel.Skema pergerakan elektron dalam SEM ditunjukkan pada Gambar 4:

TampilanDetektor elektronterpencaranodaLensa magnetikSpesimenDetektor elektron sekunderMonitor tabung sinar katodaKoil pemindaiElectron yang terpancarPembangkit elektron

Gambar 4. Skema SEM (Scanning Electron Microscope)(Sumber: Cahn, 2002)

Cara kerja lektron Scanning Electron Microscope (SEM) yaitu sebuah electron diemisikan dari katoda (elektron gun) melalui efek foto listrik dan dipercepat menuju anoda.Filamen yang digunakan biasanya adalah tungsten atau lanthanum hexaboride (LaB6).Scanning coil, akan mendefleksikan berkas elektron menjadi sekumpulan array (berkas yang lebih kecil), disebut scanningbeam dan lensa obyektif (magnetik) akan memfokuskannya pada permukaan sampel(PUSTAKA). Gambar pada SEM dibuat berdasarkan deteksi elektron baru (elektron sekunder) atau elektron pantul yang muncul dari permukaan sampel ketika permukaan sampel tersebut discan dengan sinar elektron. Elektron sekunder atau elektron pantul yang terdeteksi selanjutnya diperkuat sinyalnya, kemudian besar amplitudonya ditampilkan dalam gradasi gelap-terang pada layar monitor CRT (cathode ray tube). Di layar CRT inilah gambar struktur obyek yang sudah diperbesar bisa dilihat.Prinsip kerja Scanning Electron Microscope (SEM) secara umum adalah sebuah pistol elektron memproduksi sinar elektron dan dipercepat dengan anoda, lensa magnetik memfokuskan elektron menuju ke sampel dan sinar elektron yang terfokus memindai (scan) keseluruhan sampel dengan diarahkan oleh koil pemindai, ketika elektron mengenai sampel maka sampel akan mengeluarkan elektron baru yang akan diterimaolehdetektordandikirimkemonitorCathode Ray Tube(CRT).

III. METODE PENELITIANA. Waktu dan TempatPenelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai Juli 2015. Ekstraksi sampel dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik, karakterisasi komposisi dan mikrostruktur sampel dilakukandi Laboratorium Fisika Material Basah Fakultas MIPA Universitas Halu Oleo Kendari.

B. Jenis PenelitianMetode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen.

C. Bahan PenelitianBahan yang di gunakan dalam penelitian ini ditunjukan pada Tabel 3:Tabel 3. Bahan yang digunakan dalam penelitian

No.BahanFungsi

1.Sekam padiSumber silica

2.AirMencuci sekam padi

3.Akuabides Mencuci endapan silika

3.NaOHLarutan pengekstrak

4. HClLarutan pengendap

D. Alat PenelitianAlat yang digunakan dalam penelitian ini ditunjukan pada Tabel 4:Tabel 4.Alat yang digunakan dalam penelitian

No.AlatSpesifikasiKegunaan

1.Gelas ukurPyreksMenempatkan larutan yang akan diuji

2.Gelas kimia 50 mL dan 100 mLPyreksMencampur larutan sampel

3.Labu takar 100 dan 1000 mLPyreksMenghimpitkan volume sampel

4.Cawan porselin-Tempat sampel yang akan dianalisi

5.Pipet tetesPyreksMengambil larutan

6.Botol semprot-Menyimpan aquades

7.Batang pengaduk-Mengaduk larutan sampel

8.Gegep -Mengangkat cawan dari dalam oven/microwave

9.Kertas saring

Whatman41Menyaring larutan

10.Cetakan-Mencetak sampel

11.Press hidrolicSebagai alat press

12.ASTM Standard test sieveAyakan100 meshMenyaring sampel yang telah menjadi serbuk

13.StopwatchDigitalMengukur waktu

14.TermometerDigitalMengukur suhu

15.Oven listrikUFE 700 (Max-260oC)Mengeringkan sampel

16.XRF (X-Ray Fluorescence)6510(LA)Menentukan komposisi silika dari sekam padi

17.SEM (Scanning Electron Microscope)JEOL JSM-6360LAMenentukan karakterisasi mikrostruktur silika dari sekam padi.

E. Prosedur Penelitian

1. Menyiapkan Sekam PadiPreparasi sampel dilakukan dengan cara mencuci sekam padi menggunakan air bersih secara berulang hingga diperoleh sekam padi yang bersih. Sekam padi kemudian dikeringkanPengeringan dilakukan dibawah sinar matahari.Selanjutnyasekam padidiabukan pada tungku terbuka.Pada tahap terakhir abu sekam padi di furnacedalam oven dengan suhu 600Cuntuk menghomogenkan sekam padi.

2. Ekstrasi Silika dari Sekam Padi(PUSTAKA)Abu sekam padi sebanyak 50 gram, selanjutnya dimasukkan kedalam gelas kimia. Ditambahkan HCl 1 M sebanyak 500 mL, kemudian diaduk dan didiamkan selama 1 jam agar abu sekam padi dengan HCl tercampur dengan rata.Selanjutnya disaring. Filtrat kemudian dicampur dengan larutan NaOH 2 N sebanyak 500 mL, kemudian diaduk secara perlahan dan memasukan stirret (magnet) kedalam larutan, selanjutnya dipanaskan menggunakan pemanas dengan suhu 150-200oC selama 1 jam. Selanjutnya disaring untuk diperoleh larutan natrium silikat (Na2SiO3)(yang diambil filtrat or endapan). Larutan Natrium Silikat (Na2SiO3) ditetesi/titrasi dengan HCl secukupnya dengan pengadukan konstan, sampai larutan bersifat netral.Selanjutnya didiamkan selama 18 jam, kemudian di cuci menggunakan Aquabides secara perlahan sebanyak 5 liter sampai bersih kemudian disaring(yang diambil apaendapan or filtrat).Silika gel yang sudah bersih dimasukan kedalam oven untuk proses pengeringan dengan suhu 105oC selama 12 jam.Silika kering kemudian ditumbuk menggunakan mortar sampai menjadi bubuk silika, selanjutnya diayak dengan ukuran 100 mesh. 3. Karakterisasi Silika Menggunakan X-Ray Fluorescence (XRF)Setelah diperoleh bubuk silika kemudiandimasukan ke dalam specimen chamber kemudian ditutup.Alat spectrometer siap untuk dioperasikan dengan terlebih dahulu memperhatikan koneksi alat spectrometer dengan perangkat computer.Pengukuran X-Ray Fluorescence(XRF) untuk sampel dilakukan pada kondisi yang sama yaitu menggunakan instrument 6510 (LA), hasil spektrometer akan terekam pada CPU yang telah diatur. Data yang terekam dalam bentuk grafik dua dimensi dengan intensitas (I) pada sumbu-Y dan energi unsur (kV) dalam sumbu-X.data-data ini kemudian dikonversi dalam bentuk angka berupa konsentrasi unsur dalam persen (%).

4. Karakterisasi Silika Menggunakan Scanning Electron Microscope (SEM)

Pada ujiScanning Electron Microscope (SEM) ini akan ditampilkan gambar struktur permukaan sampel dari hasil foto SEM untuk melihat struktur langsung permukaan silika, Proses pengambilan data dengan alat SEM yaitu sampel bubuk yang telah diletakkan di atas specimen holder dimasukkan ke dalam specimen chamber, kemudian dimasukkan dalam alat SEM dan alat siap untuk dioperasikan.Pengukuran SEM untuk setiap sampel dianalisis dengan menggunakan analisis area. Sinar elektron yang dihasilkan dari area gun dialirkan hingga mengenai sampel. Aliran sinar elektron ini selanjutnya difokuskan menggunakan elektron optik kolumb sebelum sinar elektron tersebut membentuk atau mengenai sampel. Setelah sinar elektron membentuk sampel, akan terjadi beberapa interaksi-interaksi pada sampel yang disinari. Interaksiinteraksi yang terjadi tersebut selanjutnya akan dideteksi dan di ubah ke dalam sebuah gambar oleh analisis SEM. Pada pengukuran SEM untuk setiap sampel dilakukan pada kondisi yang sama yaitu dengan menggunakan alat SEM tipe JEOL JSM-6360LA yang memiliki beda tegangan sebesar 20 kv dan arus sebesar 30 mA. Pada pengukurn ini akan mendapatkan data berupa permukaan dan tekstur sampel (kekerasan dan reflektivitas), bentuk dan ukuran sampel, komposisi sampel serta susunan atom penyusun sampel.

F. Diagram Penelitian

Sekam padiProsedur kerja dari penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 6:

Pengabuan

Pembuatan silika gelPembuatan larutan ekstraksi

Pengeringan, penggerus dan pengayakan

Karaterisasi

SEM(mikrostruktur silika)XRF (komposisisilika)

Gambar 6. Diagram alir prosedur penelitian

DAFTAR PUSTAKAHARUS KONSISTEN PENULISANYAPUSTAKA TERBARU (10 TAHAUN TERAKHIR)KURANGI PENGGUNAAN WEBURUTAN PUSTAKA: 1. JOURNAL2. BUKU TEKS3. MAKALAH SEMINAR4. WEB/KORAN (PALING TIDAK DIPERCAYA)

Bakri, 2009, Komponen Sekam Dan Fisik Abu Sekam Padi Sebagai SCM Untuk Pembuatan Komposisi Semen. Jurnal Perennial. Vol. 5 (1), hal.9-14.Cahn, R.W., Hassen,P., Kramer, E.J., 2002. Material Science And Technology A Comprehensive Treatment. Vol 2A, Characterisation of Material Part 1 Eric Lifahin V.H. New York.Daifullah, A.A.M., Awwad, N.S., dan El-Reefy.(2004). Ion Murni dari Phosporic Asam dari Feric.Insinyur kimia dan Proses,43,193-201.Enymia, Suhanda, dan Sulistarihani. 1998. Pembuatan Silika Gel Kering dari Sekam Padi untuk Pengisi Karet Ban. Jurnal Keramik dan Gelas Indonesia, 7 (1&2).Folleto, E.L., Ederson,G., Leonardo, H.O., Sergio, J.,2006, Conversion of Rice Hull Ash Into Sodium Silicate. Material Research, Vol 9, No 3,335-338, Brazil.Gosseau,D.,2009,IntroductiontoXRFSpectroscopy,(Online), http://users.skynet.be/, diakses tanggal 30 September 2009.Harsono, H. 2002. Pembuatan Silika Amorf dari Limbah Sekam Padi.Jurnal IlmuDasar, Vol. 3 No. 2: 98-103.

Harman, M.N (2003): Proses keramik dan Sintering,2, Marcel Deckker, Inc, New York-Basel. (TIDAK KONSISTEN)Hermania Em Wogo, Juliana Ofi Segu, Pius Dore Ola. 2011. Sintesis Silika Gel Terimobilisasi Dithizon Melalui Proses Sol-Gel. Sains dan Terapan Kimia, 5[1]:84-95.Hidayati, U. 1993, Pengaruh Residu Kapur dan Sekam Padi pada Sifdt Oxcyx Dystripept Cikarang dan Hasil Kedelai. Skripsi Jurusan Tanah,Fakultas Pertanian, Institut pertanian Bogor.Houston, D.F., (1972), Rice Chemistry and Technology, American Association of Cereal Chemist, Inc. Minnesota.Ismail, M. S. and Waliuddin, A. M. 1996.Akibat dari Abu Sekam Padi pada Beton Kekuatan Ketinggian.Konstruksi dan Bahan Bangunan.10 (1): 521 526.Jauberthie, R., Rendell, F. Tamba, S. and Cisse, I. K. 2000. Origin of the Pozzolanic Effect of Rice Husks.Construction and Building Materials. 14: 419 423.Kaboosi, K. 2007. The Feasibility of Rice Husk Application as an Envelope Material in Subsurface Drainage System.Islamic Azad University, Science and Research Branch. Tehran, Iran.Kalapathy, U., Proctor, A. & Schultz, J. 2000.Cara Sederhana untuk Penghasilan dengan Silika Murni dari Abu Sekam Padi.Teknologi Bioresource, 73:257260.

Kamath, S.R. & Proctor, A. 1998. Silica Gel from Rice Hull Ash: Preparation and Characterization. CerealChemistry, 75:484487.

Karo-karo, P dan Sembiring, S. 2007."Karakterisasi Silika Sekam Padi sebagai Bahan Keramik dengan Teknik Sintering". Laporan Penelitian DIPA. Universitas Lampung.

Kim, H.S., Yang, H.S., Kim, H.J. & Park, H.J. 2004. Thermogravimetric Analysis of Rice Husk Flour Filled Thermoplastic Polymer Composites. Journalof Thermal Analysis and Calorimetry, 76:395404.

Mars, Santa. 2013. Teknik Budidaya Tanaman Padi. http://newfachrulislami.blogspot.comNugraha, S., Setiawati, J. (2003) Peluang Agribisnis Arang Sekam, Warta Litbang Pertanian Indonesia, Balai Penelitian Pascapanen Pertanian, vol 25 no 4, 1-2.Nuryono; Narsito dan Astuti, E., 2004, Sintesis Silika Gel Terenkapsl Enzim dari Abu Sekam Padi dan Aplikasinya Untuk Sekam Padi dengan Ligan Difenilkarbazon, J. Kim., 7(1): 57-63.

Pandiangan, Kamisah D., Irwan G.S., Mita R., Sony W., Dian A., Syukri A., dan Novesar J. (2008). Karakteristik Keasaman Katalis Berbasis Silika Sekam Padi Yang Diperoleh Dengan Teknik Sol-Gel. Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II. Universitas Lampung.PANalytical B.V., 2009, X-ray Fluorescence Spectrometry, (Online), http://www.panalytical.com/index.cfm?pid=130, dakses tanggal 30 September 2009.

Prasetiyo,2002. budidaya tanaman padi.kasinius .bandung.Sinohara, Y., & Kohyama N. (2014).Quantitative analysis o f trydimite and CristobaliteCristallyzedin Rice Husk Ask by Heating.Industrial health, 277-285.Soeepardi, G., Chaniago, I.A., dan Sudarsono, 1982. Pemanfaatan Sekam Padi, Terak, dan Pasir kuars sebagai sumber silika bagi tumbuhan tanaman padi. Laporan Hasil Akhir Penelitian. Lembaga Penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, Institut, Pertanian Bogor, Bogor Tatok, ADH.2008.upaya peningkatan ketahanan pangan melalui penggembangan padi gogo aromatic. Orasi ilmiah.universitas jendral soedirman, purwekerto.58 hal.Solah, Aak. 2012. Pengolahan Tanah Pada Tanaman Padi.http://www.caragampang.com

Sugiyarto, K.H. 1996. Kimia Anorganik Dasar. Yogyakarta : UGM Press.Suka, I.G., W. Simanjunta, S. Sembiring, dan Trisnawati, E. 2008. Karakteristik Silika Sekam Padi dari Provinsi Lampung yang Diperoleh dengan Metode Ekstraksi.MIPA, 37(1): 47 52.Sun, L., & Gong, K. 2001. Silicon-Based Materials from Rice Husks and Their Applications.India EngineeringChemical Resource, 40:58615877.Valchev I, Lasheva V, Tzoloz T, & Josidov N. 2009.Silika Product from Rice Hulls. Journal of The University of Chemical Technology and Metallurgy, 44 (3).