1 Karbohidrat
-
Upload
yuliati-sipahutar -
Category
Documents
-
view
101 -
download
8
Transcript of 1 Karbohidrat
DIKTAT
BIOKIMIA KARBOHIDRAT
Oleh :
YULIATI SIPAHUTAR
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN
TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN
SEKOLAH TINGGI PERIKANAN
JAKARTA
2013
C
C OHH
C HHO
C OHH
C OHH
CH2OH
D-glucose
OH
C HHO
C OHH
C OHH
CH2OH
CH2OH
C O
D-fructose
Laboratorium Kimia Dasar Sekolah Tinggi Perikanan - Jakarta
2
BAB I KARBOHIDRAT
1. Pendahuluan
Karbohidrat merupakan sumber kalori utama bagi hampir seluruh penduduk
dunia, khususnya bagi penduduk negara yang sedang berkembang. Walaupun jumlah
kalori yang dapat dihasilkan oleh 1 gram karbohidrat hanya 4 Kal (kkal) bila dibanding
protein dan lemak, karbohidrat merupakan sumber kalori yang murah.
Karbohidrat banyak tardapat dalam bahan nabati, baik berupa gula sederhana,
heksosa, pentosa, maupun karbohidrat dengan berat molekul yang tinggi seperti pati,
pectin, selulosa, dan lignin.Karbohidrat juga dapat pula disentesis secara kimia,misalnya
pada pembuatan sirup Formosa yang dibuat dengan menambahkan larutan alkali encer
pada formaldehida.
Karbohidrat juga mempunyai peranan penting dalam menentukan karakteristik
bahan makanan, misalnya rasa, warna, tekstur, dan lain-lain. Sedangkan dalam tubuh,
karbohidrat berguna untuk mencegah timbulnya ketosis, pemecahan protein tubuh yang
berlebihan, kehilangan mineral, dan berguna untuk membantu metabolisme lemak dan
protein.
Karbohidrat yang terdapat dalam hasil ternak terutama terdiri dari glikogen.
Glikogen yang terdapat dalam tenunan, terutama hati, cepat sekali mengalami
pemecahan menjadi D-glukosa setelah ternak dipotong. Dalam daging yang berwarna
merah terdapat gula dalam jumlah yang kecil (D-glukosa, D-fruktosa, dan D-ribosa) dan
gula-gula tersebut biasanya terekstrasi ke dalam kaldu daging. Dalam susu karbohidrat
yang utama adalah laktosa; air susu sapi mengandung sekitar 5% laktosa, tetapi pada
susu skim kering terkandung lebih dari 50% laktosa
Cara yang lebih mudah untuk mendapatkan karbohidrat adalah dengan
mengekstraknya dari bahan-bahan nabati sumber karbohidrat, yaitu serelia, umbi-
umbian, dan batang tanaman misalnya sagu. Sumber karbohidrat yang merupakan
bahan makanan pokok di berbagai daerah di Indonesia adalah biji-bijian, khususnya
beras dan jagung.
Dalam tubuh manusia karbohidrat dapat dibentuk dari beberapa asam amino dan
sebagian dari gliserol lemak. Tetapi sebagian besar karbohidrat diperoleh dari bahan
makanan yang dimakan sehari-hari, terutama bahan makanan yang berasal dari tumbuh-
tumbuhan.
Penyerapan sinar matahari dilaksanakan oleh kloroplas daun yaitu pada lapisan-
lapisan yang disebut thylakoid. Energi sinar matahri akan menaikkan tingkat (level)
energi elektron klorofil dalam thylakoid, dan membebaskan beberapa elektron yang
kemudian akan ditangkap oleh akseptor elektron dalam suatu reaksi oksidasi. Dalam
reaksi tersebut pada prinsipnya terjadi oksidasi H2O dengan membebaskan O2 dan
membentuk ko-enzim tereduksi, misalnya FADH2 dan NADH + H+. Selanjutnya terjadi
reduksi CO2 yang membentuk rantai CO2 teroksigenasi yang dapat menghasilkan
karbohidrat, asam amino, lipida, serta asam-asam hidroksil. Bila kloroplas daun
Laboratorium Kimia Dasar Sekolah Tinggi Perikanan - Jakarta
3
dianalisis akan didapat sejumlah sukrosa, pati, enzim, dan gula fosfat. Adanya
komponen-komponen tersebut mengakibatkan kloroplas dapat mensintesis beberapa
senyawa lain misalnya pektin, selulosa, hemiselulosa, pati, pentosan, dan sebagainya.
Sirup formusa mengandung lebih dari 13% heksosa dan campuran tersebut dapat
diubah menjadi gula alam seperti D-glukosa, D-fruktosa, dan D-mannosa. Beberapa
reaksi yang dapat menghasilkan sirup dengan kandungan heksosa yang lebih tinggi
telah ditemukan.
2. Energi dan Analisis Karbohidrat
Dari reaksi yang terjadi dalam fotosintesis dapat dihitung energi yang dihasilkan
per gram karbohidrat :
6 CO2 + 6 H2O C6H12O6 + 6 CO2 – 675 Kal (kkal)
Setiap molekul heksosa akan membebaskan 675 Kal dalam suatu reaksi
kebalikan dari reaksi yang terlihat di atas. Dari pengukuran dengan menggunakan
kalorimeter, pembakaran sempurna 1 mol heksosa sederhana menjadi CO2 dan H2O
akan menghasilkan energi sebesar 675/180 = 3,75 Kal per gram.
Pembakaran sukrosa memberikan 3,95 Kal per gram. Pencernaan sukrosa dalam
tubuh hanya mempunyai efisiensi 98%, karena itu kalori yang dihasilkan untuk tubuh
dari 1 gram sukrosa adalah 3,95 x 0,98 = 3,87 Kal per gram. Bila terjadi polimerisasi,
beberapa molekul heksosa membentuk homoglikan, misalnya pati (C6H6O5)x akan
dihasilkan 4,18 Kal per gram. Karena efisiensi pencernaan pati 98 – 99%, maka 1 gram
karbohidrat akan menghasilkan : 0,98 x 4,18 = 4,0 Kal.
Ada beberapa cara analisis yang dapat digunakan untuk memperkirakan
kandungan karbohidrat dalam bahan makanan. Yang paling mudah adalah dengan cara
perhitungan kasar (proximate analysis) atau juga disebut Carbohydrate by Difference.
Yang dimaksud dengan proximate analysis adalah suatu analisis di mana
kandungan karbohidrat termasuk serat kasar diketahui bukan melalui analisis tetapi
melalui perhitungan, sebagai berikut :
% karbohidrat = 100% % (protein + lemak + abu + air)
Perhitungan Carbohydrate by Difference adalah penentuan karbohidrat dalam
bahan makanan secara kasar, dan hasilnya ini biasanya dicantumkan dalam daftar
komposisi bahan makanan.
3. Beberapa sifat kimia
Berbeda dengan sifat fisika yang diuraikan, yaitu aktifitas optik, sifat kimia
karbohidrat berhubungan erat dengan gugus fungsi yang terdapat pada molekulnya,
yaitu gugus -OH, gugus aldehida dan gugus keton.
Sifat Mereduksi
Monosakarida dan beberapa disakarida mempunyai sifat dapat mereduksi,
terutama dalam suasana basa. Sifat sebagai reduktor ini dapat digunakan untuk
Laboratorium Kimia Dasar Sekolah Tinggi Perikanan - Jakarta
4
keperluan identifikasi karbohidrat maupun analisis kuantitatif. Sifat mereduksi ini
disebabkan oleh adanya gugus aldehida dan keton bebas dalam molekul karbohidrat.
Sifat ini tampak pada reaksi reduksi ion – ion logam misalnya ion Cu dan Ag yang
terdapat pada pereaksi – peeaksi tertentu.
Apabila karbohidrat mereduksi suatu ion logam, karbohidrat akan teroksidasi.
Gugus aldehida pada karbohidrat akan teroksidasi menjadi gugus karboksilat dan
terbentuklah asam monokarboksilat. Sebagai contoh galaktosa akan teroksidasi menjadi
asam Galaktonat, sedangkan glukosa akan menjadi asam glukonat
Pembentukan Purpural
Dalam larutan asam yang encer, walaupun dipanaskan, monosakarida umumnya
stabil tetapi apabila dipanaskan dengan asam kuat yang pekat, monosakarida
menghasilkan furfural atau derivatnya. Reaksi pembentukan furfural ini adalah reaksi
dehidrasi atau pelepasan molekul air dari suatu senyawa.
Pentosa-Pentosa hampir secara kuantitatif semua terhidrasi menjadi
furfural.Dengan dehidrasi heksosa – heksosa menghasilkan hidroksimetilfurfural. Oleh
karena itu furfural atau derivatnya dapat membentuk senyawa yang berwarna apabila
direaksinya ini dapat dijadikan reaksi pengenalan untuk karbohidrat.
Reaksi molisch terdiri atas larutan naftol dalam alcohol. Apabila periaksi ini
ditambahkan pada larutan glukosamisa;lnya, kemudian secara hati – hati ditambahkan
asam sulfat pekat, akan terbentuk dua lapisan zat cair. Pada batas antara kedua lapisan
itu terjadi warna ungu karena terjadi reaksi kondensasi antara furfural dengan
naftol.Walaupun reaksi ini tidak spesifik untuk karbohidrat, namun dapat dugunakan
sebagai reaksi pendahuluan dalam analisis kualitatif karbohidrat.
Pembentukan osazon
Semua karbohidrat yang mempunyai gugus aldehid atau keton bebas akan
membentuk asozan bila dipanaskan bersama fenilhidrazinber lebih. Osazon yang terjadi
mempunyai bentuk kristal dan titik lebur yang khas bagi masing – masing karbohidrat.
Hal ini sangat penting artinya karena dapat digunakan untuk mengidentifikasikan
karbohidrat dan merupakan salah satu cara untuk membedakan beberapa monosakarida,
misalnya antara glukosa dan galaktosa yang terdapat dalam ureniwanita yang sedang
dalam masa menyusui.
3.4 Pembentukan Ester
Adanya gugus hidroksil pada karbohidrat memungkinkan terjadinya ester
apabila direaksikan dengan asam. Monosakarida mempunyai beberapa guguss –OH dan
dengan asam fosfat dapat menghendakinya menghasilkan esterasam fosfat. Ester yang
penting dalam tubuh kita adalah ά-D-glukosa-6-fosfat dan ά –D-fruktosa 1,6-difosfat.
Kedua jenis ini terjadi dari reaksi monosakarida adenosintrifosfat
(ATP) dengan bantuan enzim tertentu dalam tubuh kita. Proses esterifikasi
dngan asam fosfat yang berlangsung dengan dalam tubuh kita disebut juga proses
fosforilasi. Padag lukosa dan fosfat dapat terikat pada atom karbon nomor 1,2,3,4 atau
Laboratorium Kimia Dasar Sekolah Tinggi Perikanan - Jakarta
5
6. Pada ά –D-glukosa-6-fosfat, gugus fosfat terikat pada atom karbon nomor 6,
sedangkan pada ά –D-fruktosa-1,6-difosfat gugus fosfat terikat pada atom karbon
nomor 1 dan 6.
3.5 Pembentukan Glikosida
Apabila glukosa direaksikan dengan metilalkohol, menghasilkan dua senyawa.
Kedua senyawa ini dapat dipisahkan satu dari yang lain dan keduanya tidak memiliki
sifat aldehida. Keadaan ini membuktikan bahwa yang menjadi pusat reaksi adalh gugus
– OH yang terikat pada atom karbon nomor 1. Senyawa yang terbentuk adalah suaru
asetal dan disebut secara umum glikosida.Ikatan yang terjadi antara gugus metal dengan
monosakarida disebut ikatan glikosida dan guggus –OH yang bereaksi disebut gugus –
OH glikosidik.
4. Serat bahan makanan
Dietary fiber merupakan komponen dari jaringan tanaman yang tahan terhadap
proses hidrolisis oleh enzim dalam lambung dan usus kecil. Serat-serat tersebut banyak
berasal dari dinding sel berbagai sayuran dan buah-buahan. Secara kimia dinding sel
tersebut terdiri dari beberapa jenis karbohidrat seperti selulosa, hemiselulosa, pektin,
dan nonkarbohidrat seperti polimer lignin, beberapa gumi, dan mucilage. Karena itu
dietary fiber pada umumnya merupakan karbohidrat atau polisakarida. Berbagai jenis
makana nabati pada umumnya banyak mengandung dietary fiber.
Hanya dalam beberapa dasa warsa terakhir ini diungkapkan oleh para ilmuwan,
bahwa serat-serat yang terdapat dalam bahan pangan yang tidak tercerna mempunyai
sifat positif bagi gizi dan metabolisme. Nama atau istilah yang digunakan untuk serat
tersebut adalah dietary fiber.
Walaupun demikian serat kasar tidaklah identik dengan dietary fiber. Menurut
Scala (1975) kira-kira hany sekitar seperlima sampai setengah dari seluruh serat kasar
yang benar-benar berfungsi sebagai dietary fiber
Pengaruh konsumsi dietary fiber pada kadar kolesterol tinggi telah dibuktikan
pada pasien sukarelawan, yang kemudian juga dibuktikan pada hewan percobaan,
bahwa pasien yang memiliki kandungan kolesterol tinggi tetapi rendah konsumsi serat
bahan makanan, dengan meningkatkan konsumsi dietary fiber akan nyata turun kadar
kolesterol dalam darahnya, terumata bila hal tersebut dilakukan secara kontinyu.
Fungsi dietary fiber dalam hal ini ternyata melibatkan asam empedu (bile acid).
Pasien dengan konsumsi serat yang tinggi dapat mengeluarkan lebih banyak asam
empedu, juga lebih banyak sterol dan lemak dikeluarkan bersama feses; serat-serat
tersebut ternyata mencegah terjadinya penyerapan kembali asam empedu, kolesterol,
dan lemak.
Penyakit diverticulitis merupakan penyakit yang disebabkan terjadinya
pembengkakan keluar setempat pada usus besar, terutama pada bagian depan (bagian
ascending dan menyilang); bagian usus besar tersebut dapat menggembung, pecah, dan
terjadilah infeksi. Dengan alasan yang tidak jelas, orang yang menderita diverticulitis
Laboratorium Kimia Dasar Sekolah Tinggi Perikanan - Jakarta
6
biasanya juga menderita penyakit usus buntu, hemarrhoid, serta vena vericose.
Meskipun hal-hal tersebut ada sangkut-pautnya dengan keturunan, tetapi derajat
konsumsi serat (dietary fiber) ada juga peranannya.
Dari penelitian secara klinis didapat bahwa dietary fiber khususnya dari
serealoa, sangat efektif dalam menanggulangi gejala penyakit divverticulitis. Dengan
konsumsi dietary fiber yang tinggi, maka feses lebih mudah menyerap air, menjadi
lebih empuk dan halus, dan mudah didorong keluar, sehingga mengurangi kesakitan
para penderita diverticulitis. Dengan kurangnya konsumsi serat atau dietary fiber, feses
menjadi keras, kasar, dan sukar didorong keluar, sehingga terpaksa harus ditekan
dengan kuat. Hal ini akan dapat menyebabkan tekanan yang kuat terhadap vena usus
besar dan kaki. Akibatnya dapat menyebabkan hemarrhoid dan vericose.
Laboratorium Kimia Dasar Sekolah Tinggi Perikanan - Jakarta
7
BAB II PENGGOLONGAN KARBOHIDRAT
Berbagai senyawa yang termasuk kelompok karbohidrat mempunyai molekul
yang bebeda- beda ukurannya, yaitu dari senyawa yang sederhana yang mempunyai
berat molekul 90 hingga senyawa yang sederhana yang mempunyai beratmolekul
500.000 bahkan lebbih. Berbagai senyawa itu dibagi dalam tiga golongan yaitu
golongan monosakarida, golongan oligosakarida dan golongan polisakarida.
Monosakarida
Monosakarida ialah karbohidrat yang sederhana, dalam arti molekulnya hanya
terdiri atas beberapa atom karbon saja dan tidak dapat diuraikan dengan cara hidrolisis
dalam kondisi lunak menjadi karbohidrat lain. Monosakarida yang paling sederhana
ialah gliseraldehida dan dihidroksiaseton. Gliseraldehida dapat disebut aldotriosa karena
terdiri atas tiga atom karbon dan mempunyai gugus aldehida. Dihidroksiaseton
dinamakan ketotriosa karena terdiri atas tiga atom karbon dan mempunyai gugus keton.
Monosakarida yang terdiri atas empay atom karbon disebut tetrosa dengan rumus
C4H4O4.
Tata nama monosakarida tergantung dari gugus fungsional yang dimiliki dan
letak gugus hidroksilnya. Monosakarida yang mengandung satu gugus aldehida disebut
aldosa, sedangkan ketosa mempunyai satu gugus keton. Monosakarida dengan enam
ataom C disebut heksosa, misalnya glukosa (dekstrosa atau gula anggur), fruktosa
(levulosa atau gula buah), dan galaktosa. Sedangkan yang mempunyai lima atom C
disebut pentosa, misalnya xilosa, arabinosa, dan ribosa.
Ada beberapa cara penulisan rumus bangun molekul-molekul gula. Cara
penulisan yang paling sederhana adalah menurut Fischer yang disebut Fischer
projection formula, seperti terlihat pada rumus di bawah ini.
Huruf D yang terlihat pada nama gula seperti D-glukosa merupakan singkatan
dari kata dekstro dan L dari kata levo. Biasanya huruf D atau L ditulis di depan nama
gula sederhana. Bentuk L merupakan bayangan cermin dari bentuk D. Pemberian nama
D atau L berdasarkan penulisan rumus bangun gliseraldehida menurut Fischer. Bila
gugus hidroksil pada karbon 2 (di tengah) pada sebuah molekul gliseraldehida terlatak
di sebelah kanan, dinamakan D dan bila berada di sebelah kiri, dinamakan L.
Beberapa monosakarida seperti D-glukosa, D-galaktosa, dan D-fruktosa dengan
cepat dan mudah terserap melalui dinding usus kecil manusia, sedang monosakarida
lain yang mempunyai BM sama atau lebih kecil seperti D-mannosa, L-arabinosa, dan L-
sorbosa hanya sebagian kecil saja yang dapat terserap.
Laboratorium Kimia Dasar Sekolah Tinggi Perikanan - Jakarta
8
H C = O X X H C = O
H C = OH H C OH HO C H HO C H
CH2OH Y Y CH2OH
D-Gliseraldehida L-Gliseraldehida
Meskipun ada bentuk D dan L, tetapi monosakarida-monosakarida yang terdapat
di alam pada umumnya berbentuk D, dan jarang sekali dalam bentuk L, kecuali L-
fukosa, yang terdapat dalam mukopolisakarida dan mukoprotein. Beberapa pentosa
yang secara alam terdapat dalam bentuk L ialah L-arabinosa dan L-xilosa, yaitu terdapat
pada urin penderita pentosuria.
Meskipun D-glukosa dan D-fruktosa sama-sama mempunyai bentuk yang sama
yaitu D, tetapi terhadap cahaya yang terpolarisasi D-fruktosa bersifat pemutar kiri,
sedang D-glukosa pemutar kanan. Karena itu untuk menggambarkan lebih lengkap
dapat ditulis sebagai D(+)-glukosa dan D()-fruktosa)
Posisi H dan OH pada karbon anomerik disebut atau ditentukan dengan
mereaksikannya dengan asam borat; -glukosa bereaksi dengan cepat sedang -glukosa
tidak muda bereaksi dengan asam borat. Haworth berhasil menggambarkan rumus
tersebut dalam bentuk perspektif dengan atom H dan hidroksil (OH) di atas atau di
bawah bidang cincin yang letaknya tegak lurus pada permukaan kertas. Ikatan-ikatan
yang digambarkan, tebal terletak di depan, sedang yang tipis di bagian belakang.
6
CH2OH = D
5
CH2OH = D
O
H H
O
H OH
H, OH 4 1 = H, OH =
3 2 OH
H
H OH H OH
H OH H OH
Laboratorium Kimia Dasar Sekolah Tinggi Perikanan - Jakarta
9
Cara penulisan simbol D dan L pada heksosa berdasarkan letak karbon nomor 6.
Bila berada di atas bidang cincin, maka diberi simbol D, sedang bila di bawah bidang
cincin diberi simbol L. pada D heksosa, pemberian simbol dan ditentukan oleh
gugus hidroksil pada karbon no. 1. Bila letak hidroksil berada di bawah bidang cincin
diberi simbol , bila hidroksil tersebut berada di atas bidang cincin diberi simbol .
Oleh karena D dan L merupakan bayangan cermin, maka pemberian simbol san
pada L-heksosa dilakukan secara kebalikannya, yaitu bila hidroksil berada di atas
bidang cincin, maka diberi simbol dan seterusnya.
Oligosakarida
Senyawa yang termasuk oligosakarida mempunyai molekul yang terdiri atas
beberapa molekul monosakarida. Dua molekul monosakarida yang berikatan satu
dengan yang lain, mebentuk satu molekul disakarida. Oligosakarida yang lain adalah
trisakarida yaitu terdiri atas tiga molekul monosakarida dan tetrasakarida yang terbentuk
dari empat molekul monosakarida. Oligosakarida yang paling banyak terdapat dalam
alam ialah disakarida.
Oligosakarida adalah polimer dengan derajat polimerisasi 2 sampai 10 dan
biasanya bersifat larut dalam air. Oligosakarida yang terdiri dari molekul disebut
disakarida, dan bila tiga molekul disebut triosa; bila sukrosa (sakarosa atau gula tebu)
terdiri dari molekul glukosa dan fruktosa, laktosa terdiri dari molekul glukosa dan
galaktosa.
Ikatan antara dua molekul monosakarida disebut ikatan glikosidik. Ikatan ini
terbentuk antara gugus hidroksil dari atom C no. 1 yang juga disebut karbon anomerik
dengan gugus hidroksil dan atom C pada molekul gula yang lain. Ikatan glikosidik
biasanya terjadi antara atom C no. 1 dengan atom C no. 4 atau dengan melepaskan 1
mol air. Ikatan-ikatan glikosidik jarang terjadi antara karbon anomerik dengan karbon
yang ganjil, misalnya 1,3, 1,5, 1,7, tetapi biasanya dengan ikatan karbon genap yaitu 2,
4, atau 6.
Ada tidaknya sifat pereduksi dari suatu molekul gula ditentukan oleh ada
tidaknya gugus hidroksil (OH) bebas yang reaktif. Gugus hidroksil yang reaktif pada
glukosa (aldosa) biasanya terletak pada karbon nomor satu (anomerik), sedangkan pada
fruktosa (ketosa) hidroksil reaktifnya terletak pada karbon nomor 2.
Sukrosa tidak mempunyai gugus OH bebas yang reaktif karena keduanya sudah
salin terikat, sedangkan laktosa mempunyai OH bebas pada atom C no. 1 pada gugus
glukosanya. Karena itu, laktosa bersifat pereduksi sedangkan sukrosa bersifat
nonpereduksi
Sukrosa adalah oligosakarida yang mempunyai peran penting dalam pengolahan
makanan dan banyak terdapat pada tebu, bit, siwalan, da kelapa kopyor. Untuk industri-
industri makanan biasa digunakan sukrosa dalam bentuk kirstal halus atau kasar dan
dalam jumlah yang banyak dipergunakan dalam bentuk cairan sukrosa (sirup). Pada
Laboratorium Kimia Dasar Sekolah Tinggi Perikanan - Jakarta
10
pembuatan sirup, gula pasir (sukrosa) dilarutkan dalam air dan dipanaskan, sebagian
sukrosa akan terurai menjadi glukosa dan fruktosa, yang disebut gula invert.
Inversi sukrosa terjadi dalam suasana asam. Gula invert ini tidak dapat
berbentuk kristal karena kelarutan fruktosa dan glukosa sangat besar. Gambar 1
memperlihatkan peningkatan jumlah padatan terlarut dan gula invert. Garis terputus
pada grafik, menunjukkan komposisi campuran pada berbagai suhu. Terlihat bahwa
dengan semakin tingginya suhu, semakin tinggi juga persentase gula invert yang dapat
dibentuk. Pada suhu 200 C misalnya dapat terbentuk 72% gula invert dan pada suhu 30
0
C terbentuk hampir 80%.
80
75
70
65
60
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Prosen gula invert
Gambar 1. Grafik campuran sukrosa dan gula invert pada berbagai suhu (Dvis
and Prince, 1955)
Oligosakarida dapat diperoleh dari hasil hidrolisis polisakarida dengan bantuan
enzim tertentu atau hidrolisis dengan asam. Pati dapat dihidrolisis dengan enzim
amilase menghasilkan maltosa (G, G-1,6). Bila pati dihidrolisis dengan enzim
transglukosidase (dari Bacillus macerans) akan dihasilkan suatu oligosakarida dengan
derajat polimerisasi lebih besar daripada 6 dan berbentuk siklik. Senyawa tersebut
disebut dekstrin Schardinger. Senyawa ini sangat larut dalam air dan karena dapat
mengikat zat-zat hidrofobik maka dipergunakan sebagai food additive untuk
memperbaiki tekstur bahan makanan.
400 C
300 C
200 C
100 C
00 C
Pro
sen p
adat
an t
erla
rut
Laboratorium Kimia Dasar Sekolah Tinggi Perikanan - Jakarta
11
Polisakarida
Pada umumnya polisakarida mempunyai molekul besar dan lebih kompleks
daripada mono dan oligosakarida. Molekul polisakarida terdiri atas banyak molekul
monosakarida. Polisakarida terdiri atas satu macam monosakarida saja disebut
homopolisakarida, sedangkan yang mengandung senyawa lain disebut
heteropolisakarida.Umumnya polisakarida beruoa senyawa berwarna putih dan tidak
berbentuk kristal, tidak mempunyai rasa manis dan tidak mempunyai sifat mereduksi.
Polisakarida merupakan polimer molekul-molekul monosakarida yang dapat
berantai lurus atau bercabang dan dapat dihidrolisis dengan enzim-enzim yang spesifik
kerjanya. Hasil hidrolisis sebagian akan menghasilkan oligosakarida dan dapat dipakai
untuk menentukan struktur molekul polisakarida.
Polisakarida dalam bahan makanan berfungsi sebagai penguat tekstur (selulosa,
hemiselulosa, pektin, lignin) dan sebagai sumber energi (pati, dekstrin, glikogen,
fruktan). Polisakarida penguat tekstur ini tidak dapat dicerna oleh tubuh, tetapi
merupakan serat-serat (dietary fiber) yang dapat menstimulasi enzim-enzim pencernaan.
Polisakarida ini banyak dialam, yaitu pada sebagian besar tumbuhan.amilum
atau dalam bahasa sehari – hari disebut pati terdapat pada umbin,daun, batang dan biji –
bijian. Batang pohon sagu mengandung pati yang setelah dikeluarkan dapat disajikan
bahan makanan rakyat didaerah maluku.
Polisakarida merupakan polimer molekul-molekul monosakarida yang dapat
berantai lurus atau bercabang dan dapat dihidrolisis dengan enzim-enzim yang spesifik
kerjanya. Hasil hidrolisis sebagian akan menghasilkan oligosakarida dan dapat dipakai
untuk menentukan struktur molekul polisakarida.
Menurut jenis monosakaridanya dikenal pentosan dengan unit-unit pentosa dan
heksosan dengan monomer heksosa. Beberapa polisakarida mempunyai nama kebiasaan
(trivial) yang berakhiran “in” misalnya : kitin, dekstrin, dan pektin.
Pati
Pati merupakan homopolimer glukosa dengan ikatan -glikosidik. Berbagai
macam pati tidak sama sifatnya, tergantung dari panjang rantai C-nya, serta apakah
lurus atau bercabang rantai molekulnya. Pati terdiri dari dua fraksi yang dapat
dipisahkan dengan air panas. Fraksi terlarut disebut amilosa dan fraksi tidak larut
disebut amulopektin. Amilosa mempunyai struktur lurus dengan ikatan -(1,4)-D-
glukosa, sedang amilopektin mempunyai cabang dengan ikatan -(1,4)-D-glukosa
sebanyak 4 – 5% dari berat total.
Peranan perbandingan amilosa dan amilopektin terlihat pada serealia, contohnya
pada beras. Semakin kecil kandungan amilosa atau semakin tinggi kandungan
amilopektinnya, semakin lekat nasi tersebut. bEras ketan praktis tidak ada amilosanya
(1 – 2%), sedang beras yang mengandung amilosa lebih besar dari 2% disebut beras
biasa atau beras bukan ketan. Berdasarkan kandungan amilosanya, beras (nasi) dapat
dibagi menjadi empat golongan yaitu : (1) beras dengan kadar amilosa tinggi 25 – 35%;
Laboratorium Kimia Dasar Sekolah Tinggi Perikanan - Jakarta
12
(2) beras dengan kadar amilosa menengah 20 – 25%; (3) beras dengan kadar amilosa
rendah (9 – 20%); dan (4) beras dengan kadar amilosa sangat rendah (<9%).
Secara umum penduduk di negara-negara Asean, khususnya Filipina, Malaysia,
Thailand dan Indonesia menyenangi rasa nasi dari beras dengan kandungan amilosa
medium (20 – 25%), sedang Jepang dan Korea menyenangi beras dengan amilosa
rendah (13 – 20%). Meskipun nasi Jepang lebih lekat dan mengkilat, kedua jenis nasi
tersebut mempunyai kepulenan yang sama dan tidak cepat mengeras meskipun
dibiarkan semalam.
Gelatinasi
Pati dalam jaringan tanaman mempunyai bentuk granula (butir) yang berbeda-
beda. Dengan mikroskop jenis pati dapat dibedakan karena mempunyai bentuk, ukuran,
letak hilum yang unik, dan juga dengan sifat birefringent-nya. Sifat birefringent akan
dibahas kemudian.
Bila pati mentah dimasukkan ke dalam air dingin, granula patinya akan
menyerap air dan membengkak. Namun demikian jumlah air yang terserap dan
pembengkakannya terbatas. Air yang terserap tersebut hanya dapat mencapai kadar
30%. Peningkatan volume granula pati yang terjadi di dalam air pada suhu antara 550
sampai 650 C merupakan pembengkakan yang sesungguhnya, dan setelah
pembengkakan ini granula pati dapat kembali pada kondisi semula. Granula pati dapat
dibuat membengkak luar biasa, tetapi bersifat tidak dapat kembali lagi pada kondisi
semula. Perubahan tersebut disebut gelatinasi. Suhu pada saat granula pati pecah disebut
suhu gelatinasi yang dapat dilakukan dengan penambahan air panas. Air dapat
ditambahkan dari luar seperti halnya pembuatan kanji dan puding, atau air yang ada
dalam bahan makanan tersebut, misalnya air dalam kentang yang dipanggang atau
dibakar.
Bila suspensi pati dalam air dipanaskan, beberapa perubahan selama terjadinya
gelatinasi dapat diamati. Mula-mula suspensi pati yang keruh seperti susu tiba-tiba
mulai menjadi jernih pada suhu tertentu, tergantung jenis pati yang digunakan.
Terjadinya translusi larutan pati tersebut biasanya diikuti pembengkakan granula. Bila
energi kinetik molekul-molekul air menjadi lebih kuat daripada daya tarik-menarik
antarmolekul pati di dalam granula, air dapat masuk ke dalam butir-butir pati. Hal inilah
yang menyebabkan bengkknya granula tersebut. Indeks refraksi butir-butir pati yang
membengkak itu mendekati indeks refraksi air dan hal inilah yang menyebabkan sifat
translusen.
Karena jumlah gugus hidroksil dalam molekul pati sangat besar, maka
kemampuan menyerap air sangat besar. Terjadinya peningkatan viskositas disebabkan
air yang dulunya berada di luar granula dan bebas bergerak sebelum suspensi
dipanaskan, kini sudah berada dalam butir-butir pati dan tidak dapat bergerak dengan
bebas lagi.
Pati yang telah mengalami gelatinasi dapat dikeringkan, tetapi molekul-molekul
tersebut tidak dapat kembali lagi ke sifat-sifatnya sebelum gelatinasi. Bahan yang telah
Laboratorium Kimia Dasar Sekolah Tinggi Perikanan - Jakarta
13
kering tersebut masih mampu menyerap air kembali dalam jumlah yang besar. Sifat
inilah yang digunakan agar instant rice dan instant pudding dapat menyerap air kembali
dengan mudah, yaitu dengan menggunakan pati yang telah mengalami gelatinasi.
Suhu gelatinasi tergantung juga pada konsentrasi pati. Makin kental larutan,
suhu tersebut makin lambat tercapai, sampai suhu tertentu kekentalan tidak bertambah,
bahkan kadang-kadang turun. Dari Gambar 3 terlihat bahwa konsentrasi terbaik untuk
membuat larutan gel adalah 20%; makin tinggi konsentrasi, gel yang terbentuk makin
kurang kental dan setelah beberapa waktu viskositas akan turun.
Suhu gelatinasi berbeda-beda bagi tiap jenis pati dan merupakan suatu kisaran.
Dengan viskosimeter suhu gelatinasi dapat ditentukan, misalnya pada jagung 62 – 700
C, beras 68 – 780 C, gandum 54,5 – 64
0 C, kentang 58 – 66
0 C, dan tapioka 52 – 64
0 C.
suhu gelatinasi juga dapat ditentukan dengan polarized microscope. Granula pati
mempunyai sifat merefleksikan cahaya terpolarisasi sehingga di bawah mikroskop
terlihat kristal hitam-putih. Sifat ini disebut sifat birefringent. Pada waktu granula mulai
pecah, sifat birefringent ini akan menghilang
Selain konsentrasi, pembentukkan gel ini dipengaruhi pula oleh pH larutan
seperti terlihat pada Gambar 4. Pembentukkan gel optimum pada pH 4 – 7. Bila pH
terlalu tinggi, pembentukan gel makin cepat tercapai tapi cepat turun lagi, sedangkan
bila pH terlalu rendah terbentuknya gel lambat dan bila pemanasan diteruskan,
viskositas akan turun lagi. Pada pH 4 – 7 kecepatan pembentukan gel lebih lambat
daripada pH 10, tapi bila pemansan diteruskan, viskositas tidak berubah.
Penambahan gula juga berpengaruh pada kekentalan gel yang terbentuk. Gula
akan menurunkan kekentalan, hal ini disebabkan gula akan mengikat air, sehingga
pembengkakan butir-butir pati terjadi lebih lambat, akibatnya suhu gelatinasi lebih
tinggi. Adanya gula akan menyebabkan gel lebih tahan terhadap kerusakan mekanik.
Retrogradasi dan Sineresis
Beberapa molekul pati, khususnya amilosa yang dapat terdisperasi dalam air
panas, meningkatkan granula-granula yang membengkak dan masuk ke dalam cairan
yang ada di sekitarnya. Karena itu, pasta pati yang telah mengalami gelatinasi terdiri
dari granula-granula yang membengkak tersuspensi dalam air panas dan molekul-
molekul amilosa tersebut akan terus terdispersi, asalkan pasta pati tersebut tetap dalam
keadaan panas. Karena itu dalam kondisi panas, pasta masih memiliki kemampuan
untuk mengalir yang fleksibel dan tidak kaku.
Bila pasta tersebut kemudian mendingin, energi kinetik tidak lagi cukup tinggi
untuk melawan kecenderungan molekul-molekul amilosa untuk bersatu kembali.
Molekul-molekul amilosa berikatan kembali satu sama lain serta berikatan dengan
cabang amilopektin pada pinggir-pinggir luar granula. Dengan demikian mereka
menggabungkan butir pati yang membengkak itu menjadi semacam jaring-jaring
membentuk mikrokristal dan mengendap. Proses kristalisasi kembali pati yang telah
mengalami gelatinasi tersebut disebut retrogradasi. Sebagian besar pati yang telah
Laboratorium Kimia Dasar Sekolah Tinggi Perikanan - Jakarta
14
menjadi gel bila disimpan atau didinginkan untuk beberapa hari atau minggu akan
membentuk endapan kristal di dasar wadahnya.
Pada pati yang dipanaskan dan telah dingin dan telah dingin kembali ini
sebagian air masih berada di bagian luar granula yang membengkak. Air ini
mengadhakan ikatan yang erat dengan molekul-molekul pati pada permukaan butir-butir
pati yang membengkak; demikian juga dengan amilosa yang mengakibatkan butir-butir
pati yang membengkak. Sebagian air pada pasta yang telah dimasak tersebut berada
dalam rongga-rongga jaringan yang terbentuk dari butir pati dan endapan amilosa. Bila
gel dipotong dengan pisau atau disimpan
Untuk beberapa hari, air tersebut dapat keluar dari bahan. Keluarnya atau
merembesnya cairan dari suatu gel dari pati disebut sineresis (syneresis).
Pemecahan Pati oleh Enzim
Enzim-enzim yang terdaat pada tanaman yang dapat menghidrolisis pati adalah
-amilase, -amilase, dan fosforilase. Enzim -amilase dapat memecah pati menjadi
fraksi-fraksi yang kecil-kecil, misalnya pemecahan amilosa menjadi fraksi kecil yang
disebut maltosa, suatu disakarida dari glukosa. Bila -amilase direaksikan terhadap pati
biasa, hanya diperoleh 60% sampai 70% dari hasil maltosa teoretis. Bagian pati yang
tidak terurai menjadi residu yang disebut -amilase limit dextrin. Hal ini disebabkan
karena ternyata -amilase tidak mampu menghidrolisis amilopektin di luar batas
cabang-cabang tertentu.
Dibanding -amilase, kemampuan menghidrolisis -amilase lebih hebat. Enzim
ini dapat menghidrolisis pati menjadi fraksi-fraksi molekul yang terdiri dari 6 sampai 7
unit glukosa.
Enzim fosforilase mampu memcah ikatan, 1,4-glukosidik pati dengan bantuan
asam atau ion fosfat, sedangkan amilase memerlukan molekul air.
fosforilase
Pati + 3
4PO -D-glukosa-1-fosfat
Proses tersebut disebut proses fosforilasi, dan biasanya tidak disebut proses
hidrolisis. Fosforilase dapat memecah amilosa secara tuntas, tetapi bila substratnya
amilopektin, di samping glukosa terbentuk dekstrin yang disebut “dekstrin tahan
fosforilase” yang molekulnya mengandung cabang-cabang dengan ikatan -1,6.
Reaksi dengan Iodin
Pati yang berikatan dengan iodin (I2) akan menghasilkan warna biru. Sifat ini
dapat digunakan untuk menganalisa adanya pati. Hal ini disebabkan oleh struktur
molekul pati yang berbentuk spiral, sehingga akan mengikat molekul iodin dan
terbentuklah warna biru. Bila pati dipanaskan, spiral merenggang, molekul-molekul
iodin terlepas sehingga warna biru hilang. Dari percobaan-percobaan didapat bahwa pati
akan merefleksikan warna biru bila berupa polimer glukosa yang lebih besar dari dua
puluh, misalnya molekul-molekul amilosa. Bila polimernya kurang dari dua puluh
Laboratorium Kimia Dasar Sekolah Tinggi Perikanan - Jakarta
15
seperti amilopektin, maka akan dapat dihasilkan warna merah. Sedang dekstrin dengan
polimer 6, 7, dan 8 membentuk warna coklat. Polimer yang lebih kecil dari lima
memberikan warna dengan iodin.
Selulosa
Selulosa merupakan serat-serat panjang yang bersama-sama hemiselulosa,
pektin, dan protein membentuk struktur jaringan yang memperkuat dinding sel tanaman.
Pada proses pematangan, penyimpanan, atau pengolahan, komponen selulosa dan
hemiselulosa mengalami perubahan sehingga terjadi perubahan tekstur.
Seperti juga amilosa, selulosa adalah polimer berantai lurus -(1,4)-D-glukosa.
Bedanya dengan amilosa adalah pada jenis ikatan glukosidanya. Selulosa bila dihirolisis
oleh enzim selobiase, yang cara kerjanya serupa dengan -amilase, akan terhidrolisis
dan menghasilkan dua molekul glukosa dari ujung rantai, sehingga dihasilkan selobiosa
(-(1,4)-G-G).
Pada penggilingan padi, dihasilkan hampir 50% sekam yang banyak
mengandung selulosa, lignin, dan mineral Na dan K yang mempunyai daya
saponifikasi. selulosa dalam sekan padi dapat dipergunakan untuk makanan ternak,
tetapi kandungan ligninnya harus dihilangkan terlebih dahulu, biasanya dengan
menggunakan KOH. Di beberapa negara misalnya Taiwan, telah diusahakan untuk
melarutkan lignin dengan NH4OH sebagai pengganti KOH. Penambahan NH4OH ini
mempunyai keuntungan berupa penambahan sumber N dalam makanan ternak. Di
samping itu NH4OH harganya jauh lebih murah dibandingkan dengan KOH.
Turunan selulosa yang dikenal sebagai carboxymethyl cellulose (CMC) sering
dipakai dalam industri makanan untuk mendapatkan tekstur yang baik. Misalnya pada
pembuatan es krim, pemakaian CMC akan memperbaiki tekstur dan kristal laktosa yang
terbentuk akan lebih halus. CMC juga sering dipakai dalam bahan makanan untuk
mencegah terjadinya retrogradasi.
CMC yang banyak dipakai pada industri makanan adalah garam Na
carboxymenthyl cellulose disingkat CMC yang dalam bentuk murninya disebut gum
selulosa. Pembuatan CMC ini adalah dengan cara mereaksikan Na kloroasetat.
ROH + NaOH RONa + HOH
R ONa + ClCJ2COONa RCH2COONa + NaCl
Karena CMC mempunyai gugus karboksil, maka viskositas larutan CMC dipengaruhi
oleh pH larutan; pH optimumnya adalah 5, dan bila pH terlalu rendah (<3), CMC akan
mengendap.
Hemiselulosa
Bila komponen-komponen pembentuk jaringan tanaman dianalisis dan dipisah-
pisahkan, mula-mula lignin akan terpisah dan senyawa yang tinggal adalah
holoselulosa. Lebih lanjut lagi ternyata holoselulosa terdiri dari selulosa dan senyawa
Laboratorium Kimia Dasar Sekolah Tinggi Perikanan - Jakarta
16
lain yang larut dalam alkali. Dari hasil hidrolisis hemiselulosa, diperkirakan unti
monomer yang membentuknya tidak sejenis (heteromer). Unit pembentuk hemiselulosa
terutama adalah D-xilosa, pentosa, dan heksosa lain.
Beda hemiselulosa dengn selulosa yaitu : hemiselulosa mempunyai derajat
polimerisasi rendah dan mudah larut dalam alkali tapi sukar larut dalam asam, sedang
selulosa adalah sebaliknya. Hemiselulosa tidak merupakan serat-serat yang panjang
seperti selulosa, juga suhu bakarnya tidak setinggi selulosa. Hasil hidrolisis selulosa
akan menghasilkan D-glukosa, sedangkan hemiselulosa terutama akan menghasilkan D-
xilosa dan monosakarida lainnya.
Pektin
Pektin secara umum terdapat di dalam dinding sel primer tanaman, khususnya di
sela-sela antara selulosa dan hemiselulosa. Senyawa-senyawa pektin juga berfungsi
sebagai bahan perekat antara dinding sel yang satu dengan yang lain. Bagian antara dua
dinding sel yang berdekatan tersebut disebut lamela tengah (middle lamella).
Senyawa-senyawa pektin merupakan polimer dari asam D-galakturonat yang
dihubungankan dengan ikatan -(1,4)-glukosida; asam galakturonat merupakan turunan
dari galaktosa.
Pada umumnya senyawa-senyawa pektin dapat diklasifikasi menjadi tiga
kelompok senyawa yaitu asam pektat, asam pektinat (pektin), dan protopektin. Pada
asam pektat, gugus karboksil asam galakturonat dalam ikatan polimernya tidak
teresterkan. Asam pektat dapat membentuk garam seperti halnya asam-asam lain. Asam
pektat terdapat dalam jaringan tanaman sebagai kalsium atau magnesium pektat.
Asam pektinat, disebut juga pektin, dalam molekulnya terdapat ester metil pada
beberapa gugusan karboksil sepanjang rantai polimer dari galakturonat. Bila pektinat
mengandung metil ester cukup yaitu lebih dari 50% dari seluruh karboksil, disebut
pektin. Pektin mempunyai sifat terdispersi dalam air, dan seperti halnya asam pektat,
pektin juga dapat membentuk garam yang disebut garam pektinat. Dalam bentuk garam
inilah pentik tersebut berfungsi dalam pembuatan jeli dengan gula dan asam.
Pektin dengan kandungan metoksil rendah adalah asam pektinat yang sebagian
besar gugusan karboksilnya bebas tidak teresterkan. Pektin dengan metoksil rendah ini
dapat membentuk gel dengan ion-ion bervalensi dua.
Protopektin merupakan istilah untuk senyawa-senyawa pektin yang tidak larut,
yang banyak terdapat pada jaringan tanaman yang muda. Bila jaringan-jaringan
tanaman ini dipanaskan di dalam air yang juga mengandung asam, protopektin dapat
diubah menjadi pektin yang dapat terdispersi dalam air. Karena alasan stersebut, maka
jaringan-jaringan dalam sayuran dan buah-buahan menjadi lunak dan empuk bila
dimasak dalam air panas. Buah apel dan bagian albedo yang berbentuk spons putih pada
kulit buah jeruk biasanya banyak mengandung pektin dan digunakan secara komersial
sebagai sumber pektin.
Laboratorium Kimia Dasar Sekolah Tinggi Perikanan - Jakarta
17
Kandungan pektin dalam tanaman sangat bervariasi baik berdasar jenis
tanamannya maupun dari bagian-bagian jaringannya. Bagian kulit (core) dan albedo
buah jeruk lebih banyak mengandung pektin daripada jaringan parenkimnya.
Komposisi kandungan protopektin, pektin, dan asam pektat di dalam buah
sangat bervariasi dan tergantung pada derajat pematangan buah. Pada umumnya,
protopektin yang tidak larut itu lebih banyak terdapat pada buah-buah yang belum
matang. Kekuatan membentuk gel suatu senyawa akan lebih tinggi bila residu asam
galakturonatnya dalam molekul juga lebih besar. Potensi pembentukan jeli dari pektin
menjai berkurang dalam buah yang terlalu matang. Selama proses pematangan terjadi
proses demetilasi pektin dan hal ini menguntungkan untuk tujuan pembuatan gel, tetapi
sebaliknya demetilasi yang terlalu lanjut atau sempurna akan menghasilkan asam pektat
yang tidak lagi mudah membentuk gel.
Buah-buahan yang dapat digunakan untuk membuat jeli adalah jambu biji, apel,
lemon, plum, jeruk, serta anggur.
Gel Pektin
Pektin dapat membentuk gel dengan gula bila lebih dari 50% gugus karboksil
telah termetilasi (derajat metilasi = 50), sedangkan untuk pembentukan gel yang baik
ester metil harus sebesar 8% dari berat pektin. Makin banyak ester metil, makin tinggi
suhu pembentukan gel. Misalnya untuk pembentukan jam, dipergunakan pektin dengan
derajat metilasi 74. Jenis pektin yang termasuk rapid set adalah pektin dengan suhu
pembentukan gel 880 C, sedangkan slow set adalah pektin yang membentuk gel pada
suhu 540 C dan berderajat metilasi 60.
Pembentukan gel dari pektin dengan derajat metilasi tinggi dipengaruhi juga
oleh konsentrasi pektin, prosentase gula, dan pH. Makin besar konsentrasi pektin, makin
keras gel yang terbentuk. Konsentrasi 1% telah menghasilkan kekerasan yang cukup
baik. Gula yang ditambahkan tidak boleh lebih dari 65% agar terbentuknya kristal-
kristal di permukaan gel dapat dicegah.
Dalam perdagangan dikenal istilah jelly grade yang ditentukan berdasarkan
jumlah gula yang diperlukan oleh 1 lb pektin untuk membentuk gel. Grade pektin 100
berarti untuk membentuk jeli, diperlukan 100 lb gula untuk setiap 1 lb pektin. Pengaruh
pH pada pembentukan gel adalah makin rendah pH, gel makin keras, dan jumlah pektin
yang diperlukan makin sedikit. Tetapi pH yang terlalu rendah akan menimbulkan
sineresis, yaitu air dalam gel akan keluar pada suhu kamar, sedangkan pH yang terlalu
tinggi juga akan menyebabkan gel pecah; pH yang baik adalah 3,1 – 3,2.
Setting time adalah waktu yang diperlukan untuk terbentuknya gel sejak
ditambahkan bahan-bahan pembentukan gel. Kecepatan pembentukan gel
mempengaruhi mutu gel. Bila gel telah terbentuk sebelum penambahan komponen
selesai, akan terbentuk gel yang tidak merata (curdle). Dikenal istilah rapid set untuk
pektin yang cepat membentuk gel dan slow set untuk yang lambat membentuk gel.
Untuk memperlambat pembentukan gel biasa ditambahkan garam atau hidrolisis
sebagian pektin dengan enzim.
Laboratorium Kimia Dasar Sekolah Tinggi Perikanan - Jakarta
18
Pektin dengan metil lebih rendah dari 7% (low ester pection) dapat membentuk
gel bila ada ion-ion logam bivalen. Ion bivalen dapat bereaksi dengan gugus-gugus
karboksil dari 2 molekul asam pektat dan membentuk jembatan. Pada pembentukan gel
ini, tidak diperlukan gula dan tekstur gel yang terbentuk kurang keras.
Glikogen
Glikogen merupakan “pati hewan”, banyak terdapat pada hati dan otot, bersifat
larut dalam air (pati nabati tidak larut dalam air), serta bila bereaksi dengan iodin akan
menghasilkan warna merah. Senyawa yang mirip dengan glikogen telah ditemukan
dalam kapang, khamir, dan bakteria. Glikogen juga telah berhasil diisolasi dari benih
jagung (sweet corn). Hal ini penting diketahui karena sejak lama orang berpendapat
bahwa glikogen hanya terdapat pada hewan.
Glikogen merupakan sutau polimer yang struktur molekulnya hampir sama
dengan struktur molekul amilopektin. Glikogen mempunyai banyak cabang (20 – 30
cabang) yang pendek-pendek dan rapat, sedangkan amilopektin hanya mempunyai kira-
kira 6 cabang. Glikogen mempunyai berat molekul (BM) sekitar 5 juta dan merupakan
molekul terbesar di alam yang larut dalam air.
Glikogen terdapat pada otot-otot hewan, manusia, dan ikan. Pada waktu hewan
disembelih, terjadi kekejangan (rigor mortis) dan kemudian glikogen dipecah menjadi
asam laktat selama post mortem. Glikogen disimpan dalam hati hewan sebagai
cadangan energi yang sewaktu-waktu dpaat diubah menjadi glukosa.
Oleh enzim atau asam, glikogen dipecah menjadi glukosa. Enzim yang dapat
memecah glikogen adalah fosforilase. Bedanya dengan fosforilase tanaman, fosforilase
ini memerlukan adanya ko-enzim adenin-ribosa-5-fosfat atau dikenal juga sebagai asam
adenilat. Fosforilase memecah ikatan 1,4 antara residu-residu glukosa dan bila tiba pada
ikatan 1,6 kerja enzim terhenti. Dalam keadaan ini enzim lain diperlukan, yaitu enzim
amilo-1,6-glukosidase yang mampu memecahkan ikatan 1,6 dan baru fosforilase
bekerja lagi sampai menghasilkan molekul-molekul glukosa. Enzim fosfatase
memerlukan ion fosfat, sedangkan amilo-1,6-glukosidase tidak.
Glikosida adalah suatu kompleks antara gula pereduksi (glikon) dan buka gula
(aglikon). Glikon bersifat mudah larut dalam air dan glikosida-glikosida mempunyai
tegangan permukaan yang kuat. Misalnya saponin yang ditambahkan pada pembuatan
minuman atau yang terdapat pada pembuatan gula alam. Pada konsentrasi 0,4 ppm
saponin dalam proses refining gula dapat menimbulkan busa dan hal ini harus
dihindarkan dengan cara membuat suasana menjadi asam.
Polisakarida Lain
Polisakarida lain banyak terdapat di alam seperti gumi, agar, asam alginat,
karagenan, dan dekstran. Gumi dihasilkan dari batang pohon akasia dan merupakan
polimer heterosakarida dengan rantai utamanya terdiri dari molekul (1,3)-galaktosa
dengan rantai cabang asam uronat. Nama perdagangannya adalah gum arabik. Agar
didapat dari ganggang merah dan merupakan polimer rantai lurus galaktan sulfat yang
Laboratorium Kimia Dasar Sekolah Tinggi Perikanan - Jakarta
19
berkaitan (1,3)-galaktosida dan tiap 10 molekul berikatan (1,4). Sulfatnya terdapat
dalam bentuk garam Ca.
Asam alginat atau Na-alginat dihasilkan dari suatu ganggang laut yang besar di
California (Macrocystis pyrifera) yang diekstraksi dengan Na2CO3. Asam alginat terdiri
dari (1,4)-asam manurat.
Karagenan didapat dengan mengekstraksi lumut Irlandia dengan air panas.
Karagenan adalah polisakarida yang terdiri dari asam galakturonat, dan dipergunakan
sebagai stabilizer pada industri coklat dan hasil produk susu.
Dekstran merupakan polisakarida dengan berat molekul (BM) sekitar 50.000
dan menyerupai glikogen. Dekstran dapat diperoleh melalui sintesis dari sukrosa oleh
suatu jenis bakteri tertentu dan merupakan polimer dari unit-unit D-glukopiranosa.
Dekstran terdiri dari rantai dengan ikatan -1,6 dan -1,4.
Laboratorium Kimia Dasar Sekolah Tinggi Perikanan - Jakarta
20
BAB III DERIVAT KARBOHIDRAT
Monosakarida mempunyai gugus fungsi yang dapat dioksidasi menjadi gugus
karboksilat. Asam yang terbentuk dapat dipandang sebagai derivate monosakarida.
Disampaing itu dikenal pula gula amino, yaitu monosakarida yang mengandung gugus –
NH2. Selain dapat dioksidasigugus aldehida dan keton dapat pula direduksi menjadi
gugus alcohol.
3.1 Asam – asam
Oksidasi terdapat monosakarida dapat menghasilkan beberapamacam asam.
Sebagai contoh oksidasi glukosa dapat menghasilkan asam glukonat, asam glukarat dan
asam glukuronat. D-glukarat mungkin tidak terbentuk dalam tubuh kitaa, tetapi dapat
terjadi pada oksidasi glukosa dengan asam kuat, seperti halnya pembentukan asam
musat dari galaktosa.
Asam glukarat mudah larut dalam air, sedangkan asam musat sukar larut.
Asam glukonat dan asam gulukuronat terdapat dalam tubuh kita sebagai hasil
metabolisme gluktosa. Asam gglukuronat dapat mengikat senyawa yang
membahayakan tubuh atau bersifat racun. Dengan cara pengikatan senyawa tersebut
dapat dikurangi daya racunya dan mudah dikeluarkan dari dalam tubuh melalui ureni.
Suatu asam yang mempunyai peranan penting bagi bagi tubuh kita adalah
asam askorbat atau yang dikenal sebagai vitamin c. Asam ini terdapat pada tumbuhan
misalnya pada buah jeruk, advokat, apel dalam kentang dan kol. Kekurangan asan
askorbat dalam tubuh menyebabkan terjadinya skurbut dengan gejalah pendarahan pada
gusi. Asam askorbat dibuat dipabrik dari glukosa.
3.2 Gula Amino
Ada tiga senyawa yang penting dalam kelompok ini, yaitu D-glukosamina,
D-galaktosamina, dan D-manosamina. Pada umumnya senyawa – senyawa ini berikatan
dengan asam uronat dan merupakan bagian dari mukopolisakareida. Asam hialuronat
adalah suatu polimer yang terdiri atas unit – unit disakarida.
3.3 Alkohol
Baik gugus aldehida maupun gugus keton pada monosakarida dapat
direduksi menjadi gugus alcohol dan senyawa yang terbentuk adalah polihidroksi
alcohol.
Laboratorium Kimia Dasar Sekolah Tinggi Perikanan - Jakarta
21
BAB IV
ANALISIS SAKARIDA DALAM BAHAN MAKANAN
Berdasarkan sifat-sifat sakarida dan reaksi-reaksi kimia yang spesifik,
karbohidrat dapat dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif.
4.1 Analisis Kualitatif
Karbohidrat dengan zat tertentu akan menghasilkan warna tertentu yang daoat
digunakan untuk analisis kualitatif. Bila karbohidrat direaksikan dengan larutan naftol
dalam alkohol, kemudian ditambahkan H2SO4 pejat secara hati-hati, pada batas cairan
akan terbentuk furfural yang berwarna ungu. g berbeda. Fenol yang sering dipakai
adalah resorsinol (pereaksi Seliwanoff), floroflusinol, dan orsinol.
4.2 Uji Antron
Sebanyak 0,2 ml larutan contoh di dalam tabung reaksi ditambahkan ke dalam
larutan antron (0,2% dalam H2SO4 pekat). Timbulnya warna hijau atau hijau kebiruan
menandakan adanya karbohidrat dalam larutan contoh. Uji ini sangat sensitif sehingga
juga dapat memberikan hasil positif jika dilakukan pada kertas saring yang mengandung
selulosa. Uji antron ini telah dikembangkan untuk uji kuantitatif secara colorimetric
bagi glikogen inulin, dan gula dalam darah.
4.3 Uji Barfoed
Pereaksi terdiri dari kupri asetat dan asam asetat. Ke dalam 5 ml pereaksi dalam
tabung reaksi ditambahkan 1 ml larutan contoh, kemudian tabung reaksi ditempatkan
dalam air mendidih selama 1 menit. Endapan berwarna merah oranye menunjukkan
adanya monosakarida dalam contoh.
4.4 Uji Benedict
Peraksi terdiri dari kupri sulfat, natrium sitrat, dan natrium karbonat. Ke dalam 5
ml peraksi dalam tabung reaksi ditambahkan 8 tetes larutan contoh, kemudian tabung
reaksi ditempatkan dalam air mendidih selama 5 menit. Timbulnya endapan warna
hijau, kuning, atau merah oranye menunjukkan adanya gula pereduksi dalam contoh.
O
C
C
H2
Laboratorium Kimia Dasar Sekolah Tinggi Perikanan - Jakarta
22
4.5 Uji Orsinol Bial-HCl
Ke dalam 5 ml pereaksi ditambahkan 2 – 3 ml larutan contoh, kemudian
dipanaskan sampai timbul gelembung-gelembung gas ke permukaan larutan. Timbulnya
endapan dan larutan berwarna hijau menandakan adanya pentosa dalam contoh.
4.6 Uji Hayati
Pereaksi terdiri dari garam, Rochelle atau kalium natrium tartrat, gliserol, dan
kupri sulfat. Uji dan tanda-tanda dilakukan sama seperti uji Benedict.
4.7 Uji Iodin
Larutan contoh diasamkan dengan HCl. Sementara itu dibuat larutan iodin dalam
larutan KI. Larutan contoh sebanyak satu tetes ditambahkan ke dalam larutan iodin.
Timbulnya warna biru menunjukkan adanya pati dalam contoh, sedangkan warna merah
menunjukkan adanya glikogen atau eritrodekstrin.
4.8 Uji Molisch
Ke dalam 2 ml larutan contoh dalam tabung reaksi ditambahkan dua tetes
pereaksi -naftol 10% (baru dibuat) dan dikocok. Secara hati-hati 2 ml H2SO4 pekat
ditambahkan ke dalam tabung reaksi di mana larutan contoh akan berada di lapisan atas.
Cincin berwarna merah ungu pada batas kedua cairan menunjukkan adanya karbohidrat
dalam contoh.
4.9 Uji Seliwanoff
Pereaksi dibuat segera sebelum uji dimulai. Pereaksi ini dibuat dengan
mencampurkan 3,5 ml resorsinol 0,5% dengan 12 ml HCl pekat, kemudian diencerkan
menjadi 35 ml dengan air suling. Uji dilakukan dengan menambahkan 1 ml larutan
contoh ke dalam 5 ml pereaksi, kemudian ditempatkan dalam air mendidih selama 10
menit. Warna merah cherry menunjukkan adanya fruktosa dalam contoh.
4.10 Uji Tauber
Sebanyak dua tetes larutan contoh ditambahkan ke dalam 1 ml larutan benzidina,
didihkan, dan dinginkan cepat-cepat. Timbulnya warna ungu menunjukkan adanya
pentosa dalam contoh.
Laboratorium Kimia Dasar Sekolah Tinggi Perikanan - Jakarta
23
BAB V SUSUNAN KIMIA
Molekul karbohidrat terdiri atas atom – atom karbon, hydrogen dan
oksigen.Sebagai contoh molekul glukosa mempunyai rumus kimia C6H12O6 sedangkan
rumus sukrosa adalah C12H22O11. Dengan demikian dahulu orang berkesimpulan adanya
air dalam karbohidrat. Karena hal inilah maka dipakai kata karbohidrat. Walaupun pada
kenyataanya senyawa karbohidrat tidak mengandung molekul air, namun kata
karbohidrat tetap digunakan disamping nama lain yaitu sakarida.
Dari rumus stuktur akan terlihat bahwa ada gugus fungsi penting yang terdapat
pada molekul karbohidtar. Gugus – gugus fungsi itulah yang menentukan sifat senyawa
tersebut. Berdasarkan gugus yang ada pada molekul karbohidtar, maka karbohidrat
didefinisikan sebagai polihidrosialdehida atau polihidrosiketon. Sehubungan dengan itu
berikut ini dibahas stuktur molekul senyawa yang temasuk karbohidrat.
5.1 Rumus Fischer
Seperti senyawa organic lainnya, molekul karbohidrat terbentuk dari
rantai ataom karbon dan tiap atom karbon mangikat atom atau gugus tertentu.
Apabila atom karbon mengikat empat buah atom atau gugus maka, sudut antara
ikatan yang besarnya 109. Sehingga antara atom karbon dengan keempat atom atau
gugus yang diikatnya akan terbentuk suatu tetrahedron dengan atom karbon sebagai
pusatnya.
Apabila atom karbonmengikat empat atom atau gugus yang berlainan,
maka atom tersebut dinamakan atom karbon asimetrik atau tidak simetrik.
5.2 Aktivitas Optik
Kedua ena siomer gliseraldehida itu mempunyai titik lebur yang sama
serta kelarutannya dalam air pun sama pula. Demikianlah pula semua sifat kimia
enansiomer itu ialah pada pemutaran bidang getra cahaya terpolirisasi.
Cahaya biasa dipancarakan dalam bentuk gelombang yang tegak lurus
pada arah jalan cahaya tersebut. Apabila cahaya tersebut dipancarakan melalaui
kristal atau melalaui prisma atau polasisator, maka hanya ada satu gelombang yang
mempunyai posisi tertentu yang dapat diteruskan.
Gelombang cahaya terpolarisasi terletak pada satu yaitu bidang getar
cahaya tersebut. Apabila cahaya terpolarisasi dilewatkan pada larutan salah satu
enansiomer, maka bidang getarnya akan mengalami perubahan posisis.
5.3 Konfigrasi Molekul
Sebelum pada tahun 1951 para ahli kimia belum mengatahui molekul
gliseraldehida mana yang memutar cahaya yang terpolarisasi kekanan dan keman
memutar kekiri. Namun demikian untuk kepentingan penulisan rumus stuktur dan
guna memudahkan pekerjaan mereka.
Arah putaran cahaya terpolarisasi oleh suatu senyawa atau rotasi optic ini
adalah sifat fisika senyawa tersebut. Konfigrasi molekul adaalah khas struktur suatu
Laboratorium Kimia Dasar Sekolah Tinggi Perikanan - Jakarta
24
senyawa.Hubungan antara rotasi optic dengan konfigrasi molekul ini belum dapat
dijelaskan.Asam gliserat yang mempunyai konfigrasi sama sengan (+)
gliseraldehida ternyata memutar cahaya terpolirisasi kekiri.
5.4 Rumus Hanworth
Jika kristal glukosa murni dilarutkan dalam air maka larutanya akan
memutar cahaya terpolirisasi kearah kanan. Namun bila larutan itu dibiarkan
beberapa waktu dan diamati putaranya, terlihat bahwa sudut putaran berubah
menjadi makin kecil, sehingga lama kelamaan menjadi tetap. Peristiwa ini disebut
mutarotasi, yang berarti perubahan rotasi atau perubahan putaran.Beberapa jenis
karbohidrat juga menunjukan adanya sifat demikian itu.
Pada peristiwa mutarosasi ini glukosa yang larut air brubah menjadi
bentuk lain yang mempunyai rotasi spesifik yang berbeda. Dengan demikian sudut
putaranya akan berubah pula. Lama – kelamaan sudut putaran menjapai harga tetap
karena telah tercapai keseimbangan antara kedua bentuk glukosa tersebut.
Laboratorium Kimia Dasar Sekolah Tinggi Perikanan - Jakarta
25
BAB VI KEMANISAN,PENCOKLATAN,VITAMIN C,DAN
REAKSI MAILLARD.
Adanya glukosa , sukrosa,pati dan lain – lain dan dapat meningkatkan cita rasa
pada bahan makanan. Misalnya sukrosa menimbulkan rasa manis , pati menimbulkan
rasa khusus pada makanan karena tekstur yang dipunyainya, demikian juga bila gula
dipanaskan atau bereaksi dengan asam amino akan terbentuk warna coklat yang
membuat bahan lebih menarik.
6.1 Kemanisan
Beberapa monosakarida dan oligosakarida mempunyai rasa manis sehingga
sering kali digunakan sebagai bahan pemanis. Yang sering digunakan adalah sukrosa
(kristal), glukosa (dalam sirup jagung), dan dekstrosa (kristal D-glukosa). D-fruktosa
dan maltosa jarang dijual dalam bentuk kristal, tetapi merupakan bahan pemanis
makanan yang penting. D-fruktosa terdapat dalam gula invert, dan sirup jagung
mengandung 45% D-fruktosa atau maltosa. Sebagai standar kemanisan dipergunakan
rasa manis sukrosa.
Kemanisan larutan D-fruktosa terhadap sukrosa akan menurun bila suhu
dinaikkan. Pada suhu 50 C, D-fruktosa kira-kira 1,4 kali lebih manis daripada sukrosa.
Tetapi pada suhu 600 C kemanisan D-sukrosa, dan L-sorbosa. Sedang kemanisan
maltosa tidak dipengaruhi oleh perubahan-perubahan suhu.
Kemanisan larutan D-fruktosa terhadap sukrosa akan menurun bila suhu
dinaikkan. Pada suhu 50 C, D-fruktosa kira-kira 1,4 kali lebih manis daripada sukrosa.
Tetapi pada suhu 600 C kemanisan D-sukrosa, dan L-sorbosa. Sedang kemanisan
maltosa tidak dipengaruhi oleh perubahan-perubahan suhu.
Suatu teori yang menjelaskan terjadinya kemanisan telah diajukan oleh
Shallenberger dan Acree yang mendasarkan sifat-sifat ikatan hidrogen pada senyawa
yang manis. Suatu senyawa yang manis dengan atom-atom elektronegatif A dan B,
dengan sebuah atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada A, kemungkinan besar
akan membentuk pasangan ikatan hidrogen dengan struktur yang sama dari resepto pada
ujung syaraf rasa, sehingga menghasilkan respon manis. A-H mewakili gugusan donor
proton, sedang B sebagai gugusan fungsional bertindak sebagai akseptor proton.
6.2 Pencoklatan (browning)
Proses pencoklatan atau browning sering terjadi pada buah-buahan seperti
pisang, peach, pear, salak, pala, dan apel. Buah yang memar juga mengalami proses
pencoklatan.
Pada umumnya proses pencoklatan dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu proses
pencoklatan yang enzimatik dan yang nonenzimatik.
Pencoklatan enzimatik terjadi pada buah-buahan yang banyak mengandung
substrat senyawa fenolik yang dapat bertindak sebagai substrat dalam proses
Laboratorium Kimia Dasar Sekolah Tinggi Perikanan - Jakarta
26
pencoklatan enzimatik pada buah-buahan dan sayuran. Di samping katekin dan
turunannya seperti tirosin, asam kafeat, asam klorogenat, serta leukoantosianin dapat
menjadi substrat proses pencoklatan.
Senyawa fenolik dengan jenis ortodihidroksi atau trihidroksi yang saling
nerdekatan merupakan substrat yang baik untuk proses pencoklatan. Proses pencoklatan
enzimatik memerlukan adanya enzim fenol oksidase dan oksigen yang harus
berhubungan dengan substrat tersebut.
Enzim-enzim yang dapat mengkatalisis oksidasi dalam proses pencoklatan
dikenal dengan berbagai nama, yaitu fenol oksidase, polifenol oksidase, fenolase, atau
polifenolase; masing-masing bekerja secara spesifik untuk substrat tertentu.
Terjadinya reaksi pencoklatan diperkirakan melibatkan perubahan dari bentuk
kuinol menjadi kuinon seperti terlihat pada gambar berikut ini.
OH O
OH O
Kuinol Kuinon
Reaksi pencoklatan yang nonenzimatik belum diketahui atau dimengerti penuh.
Pencoklatan yang nonenzimatik belum diketahui atau dimengerti penuh. Tetapi pada
umumnya ada tiga macam reaksi pencoklatan nonenzimatik yaitu karamelisasi, reaksi
Maillard, dan pencoklatan akibat vitamin C.
6.3 Karamelisasi
Bila suatu larutan sukrosa diuapkan, maka konsentrasinya akan meningkat,
demikian juga titik didihnya. Keadaan ini akan terus berlangsung sehingga seluruh air
menguap semua. Bila keadaan tersebut telah tercapai dan pemanasan diteruskan, maka
cairan yang ada bukan lagi terdiri dari air tetapi cairan sukrosa yang lebur. Titik lebur
sukrosa adalah 1600 C.
Bila gula yang telah mencari tersebut dipanaskan terus sehingga suhunya
melampui titik leburnya, misalnya pada suhu 1700 C, maka mulailah terjadi
karamelisasi sukrosa.
Gula karamel sering dipergunakan sebagai bahan pemberi cita rasa makanan.
Reaksi yang terjadi bila gula mulai hancur atau terpecah-pecah tidak diketahui pasti,
tetapi paling sedikit melalui tahap-tahap seperti berikut: Mula-mula setiap molekul
2H
Oksidasi
Laboratorium Kimia Dasar Sekolah Tinggi Perikanan - Jakarta
27
sukrosa dipecah menjadi sebuah molekul glukosa dan sebuah molekul fruktosan
(fruktosa yang kekurangan satu molekul air). Suhu yang tinggi mampu mengeluarkan
sebuah molekul yang analog dengan fruktosan. Proses pemecahan dan dehidrasi diikuti
dengan polimerisasi, dan beberapa jenis asam timbul dalam campuran tersebut.
Bila soda ditambahkan ke dalam gula yang telah terkaramelisasi, maka adanya
panas dan asam akan mengeluarkan gelembung-gelembung CO2 yang mengembangkan
cairan karamel. Bila didinginkan akan membentuk benda yang kropos dan rapuh.
6.4 Reaksi Maillard
Reaksi Maillard berlangsung melalui tahap-tahap sebagai berikut :
Suatu aldosa bereaksi bolak-balik dengan asam amino atau dengan suatu
gugus amino dari protein sehingga menghasilkan basa Schiff.
Perubahan terjadi menurut reaksi Amadori sehingga menjadi amino
ketosa.
Dehidrasi dari hasil reaksi Amadori membentuk turunan-turunan
furfuraldehida, misalnya dari heksosa diperoleh hidroksimetil furfural.
Proses dehidrasi selanjutnya menghasilkan hasil antara metil -
dikarbonil yang diikuti penguraian menghasilkan reduktor-reduktor dan
-dikarboksil seperti metilglioksal, asetol, dan diasetil.
Aldehida-aldehida aktif dari 3 dan 4 terpolimerisasi tanpa
mengikutisertakan gugus amino (hal ini disebut kondensasi aldol) atau
dengan gugusan amino membentuk senyawa berwarna coklat yang
disebut melanoidin.
6.5 Pengcoklatan
Vitamin C (asam askorbat) merupakan suatu senyawa reduktor dan juga dapat
bertindak sebagai precursor untuk pembentukan warna coklat nonenzimatik. Asam-
asam askorbat berada dalam keseimbangan dengan asam dehidroaskorbat. Dalam
suasana asam, cincin lakton asam dehidroaskorbat terurai secara irreversible dengan
membentuk suatu senyawa diketogulonat; dan kemudian berlangsunglah reaksi Maillard
dan proses pencoklatan.
Laboratorium Kimia Dasar Sekolah Tinggi Perikanan - Jakarta
28
BAB VII KANDUNGAN SERAT BAHAN MAKANAN.
Daftar komposisisi bahan makanan diindonesia belum memeuat kandunan serta
bahan makanan. Daftar bahan makanan luar negri memuat angka – angka yang berbeda
untuk bahan makanan yang sama. Ini disebabkan karena belum ada kesempakatan
defenisi serat makanan dalam teknik analisis yang digunakan.
7.1 Pengaruh faali karbohidrat makanan yang tidak dicernakan usus halus.
Pada tahun 1940 Burkitt dan trowel memperhatikan bahwa penduduk asli diafrika
mempunyai penyakitsangat berbeda dari penduduk kulit putih dan penduduk eropa,
penduduk asli jarang menderita penyakit peradaban seprtikonstipasi,
apendisitis,divertikulitis,hemoroid, diabetes mellitus, kanker kolon, penyakit jantung
koroner dan batu ginjal. Mereka menghubungkannya dengan buang air besar lunak dan
lebih banyak dan serta lebih sering dan lebih lancer keluar yang tampaknya merupakan
akibat dari makanan tinggi serat.Kekurangan serat makanan dihubungkan pula dengan
berbagai penyakkit gastrointestinal.
7.2 Berat feses
Makanan yang rendah serat menghasilkan feses yang keras dan kering yang susah
dikeluarkan dan membutuhkan peningkatan tekanan saluran yang luar biasa untuk
mengeluarkanya. Makanan tinggi serat cenderung meningkatkan berat feses, menurunkan
waktu transit didalam saluran cerna dan dapat mengontrol metabolisme glukosa dan
lipida. Jenis dan jumlah serat makanan menentukan pengaruh ini.
Serat larut air mudah difermentasi, sehingga pertumbuhan dan perkembangan bakteri
kolon menyebabkan bertambahnya berat feses. Gas yang terbentuk selama fermentasi
membantu gerakan sisa makanan melalui kolon. Serat tidak larut air terutama liknin yang
terdapat dalam dedak gandum pada umunya tidak mengalami proses fermentasi. Serat ini
paling banyak mengalami peningkatanberat kaerna lebih banyak menyerap air, sehingga
mempunyai pengaruh laksatif paling besar.
Feses yang sedikit dank eras dan dihubungkan dengan obstipasi atau sukar
kebelakang. Tekanan yang diperlukan untuk menesak feses keluar akanmenimbulkan
kantung – kantung kecil pada dinding usus besar yang dinamakan divertikula. Bila
kantung – kantung ini terisi oleh sisa – sisa makanan,kuman – kuman dapat
mengubahnya menjadi asam dan gas yang kemudian dapat menimbulkan infeksi pada
akntung – kantung tersebut.ini dinamakan divertikulasi.
7.3 Metabolisme kolesterol
Data epidemologik menunjukan bahwa konsumsi serat makan mempunyai
hubungan negative dengan insiden penyakit jantung koroner dan batu ginjal,
terutam pada kolestrol darah. Polisakarida nonpati larut air paling berpengaruh
sedangkan polisakarida nonpati yang tidak larut air hanya mempunyai pengaruh
lecil terhadap kadar kolestrol. Penurunan ini terutama terlihat pada fraksi LDL
Laboratorium Kimia Dasar Sekolah Tinggi Perikanan - Jakarta
29
yang disertai dengan penurunan kandungan kolesterol dalam hati dan lain
jaringan.
Pengaruh ini dikaitkan dengan metabolisme asam empedu. Asam empedu
dan steroid netral disentesis dalam hati dari kolestrol, disekresi kedalam empedu dan
biasanya kehati melalui reabsorbsi dalam usus halus. Serat makanan diduga
menghalangi siklus ini dengan menyerap asam empedu baru dari kolestrol
persediaan. Penururna kolestrol diduga terjadi melalui proses ini.
Penelitian in vitro dan in vivo kemudian menunjukan bahwa beberapa jenis
serat ,seperti yang terdapat dalam dedak, yang mengabsorpsi asam empedu tidak
tidak menurunkan kolestrol darah, sedangkan yang terdapat dalam kacang –
kacangan menurunkan kolestrol darah tanpa mengabsorpsi asam empedu. Jelas
tampak bahwa peningkatan asam empedu bukan merupakan factor satu – satunya
yang menyebabkan turunnya kolesterol darah.
Cbien dan Anderson (1984) menduga bahwa sintesis kolesterol dalam hati
mungkin berubah oleh asam lemak rantai pendek yang diperoleh dari hasil
fermentasi serat larut-air. Jadi mekanisme lengkap Karena pengaruh serat terhadap
kolesterol darah hingga sekarang belum diketahui dengan pasti.
Pengaruh terhadap penyakit diabetes mellitus diduga disebabkan oleh serat
larut air, terutama pectin dan gum, yang mempunyai pengaruh hipoglikemik karena
memperlambat pengosongan lambun, memperpendek waktu transit dalam saluran
cerna dan mengurangi absorpsi glukosa. Mungkin pula serat memperlambat
hidrolisis pati.
7.4 Waktu Transit
WAktu transit makanan setelah ditelan adalah waktu yang diperlukan
makananmelalui mulut sampai keanus. Waktu transi dalam kolon biasanya kurang
lebih sepuluh kali lebih lama daripada waktu transit dari mulut keawal kolon dan
merupakan tahap utama yang mempengaruhi seluruh waktu yang transit makanan.
Waktu transit dari mulut kebagian awal usus besar dipengaruhi oleh penggosokan
lambumg dan transit dalam usus halus. Kedua tahap ini mungkin dipengaruhi oleh
viskositas polisakarida. Viskositas polisakarida yang tinggi seperti yang terdapat
dalam gum dan dedak sereali memperlambat penggosokan lambung, yang
menimbulkan rasa kenyang lebih besar dan keterlambatan penyampaian zat – zat
gizi dengan berat mo;ekul rendah seperti gula, terutam bagian bawah usus halus
dimana viskositas meningkat karena absorpsi air dari usus.
Waktu transit dalam kolon tidak banyak dipengaruhi viskositas polisakarida,
yang cepat turun bila fermentasi terjadi. Serat tidak larut air menurunkan waktu
transit dalam kolon dan menghasilkan feses lebih lembek dan kebih banyak.
Laboratorium Kimia Dasar Sekolah Tinggi Perikanan - Jakarta
30
7.5 Perubahan susunan mikroorganisme
Hubungan kanker kolon dengan kekurangan serat makanan diduga karena
terjadinya perubahan pada susunan mikrooganisme dalam saluran cerna.
Mikrooranisme yang terbentuk menguntungkan pembentukan karsinogen yang
berpengaruh terhadap terjadinya kanker. Mikrooganisme ini juga diduga mencegah
atau membatasi pemecahan karsinogen yang terjadi secara normal bila serat
makanan lebih tinggi. Teori lain mengatakan bahwa serat makanan mempercepat
waktu transit makanan dalam saluran cerna, sehingga karsinogen mempunyai
kesempatan bersentuhan dengan dengan dinding kolon untuk waktu yang pendek.
Disamping itu gumpalan besar feses dan air yang dikandungnya mengencerkan
kasinogen ketingkat yang sifatnya tidak toksik.
Laboratorium Kimia Dasar Sekolah Tinggi Perikanan - Jakarta
31
BAB VIII PENCERNAAN, ABSORPSI, EKSKRESI, DAN
METABOLISME
Tujuan akhir pencernaan dan mabsorpsi karbohidrat adalah mengubah
karbohidratmenjadi ikatan – ikatan lebih kecil, terutama berupa glukosa dan fruktosa,
sehingga dapt diserap oleh pembuluh darah melalui dinding usus halus. Pencernaan
karbohidrat kompleks dimulai dimulut dan berakhir diusus halus. Karbohidrat yang
tidak dicernakan memasuki usus besar untuk sebagian besar dikelurkan dari tubuh.
8.1 Mulut
Pencernaan karbohidrat dimulai dimulut. Bolus makanan yang diperoleh
setelah makanan yang dikunyah bercampur denga ludah yang mengandung enzim
amylase. Amilase menghidrolisis pati atau amilum menjadi bentuk karbohidrat lebih
sederhana, yaitu destrik. Bila berada dimulut cukup lama, sebagian diubah menjadi
disakarida meltosa. Karena makanan berada dimulut hanya sebentar pencernaan
didalam ,mulut tidak berarti. Enzim amylase ludah bekerja paling baik pada pH ludah
yang besifat netral. Bolus yang ditelan masuk kedal lambung. Amilase ludah yang ikut
masuk kelambung, sehingga pencernaan karbohidrat didalam lambung terhenti.
8.2 Usus Halus
Sebagian besar pencernaan karbohidrta terjadi didalam usus halus. Enzim
amilase yang dikeluarkan oleh pancreas, mencernakan pati menjadi dekstrik dan
maltosa. Penyelesaian pencernaan karbohidrat dilakukan oleh enzim – enzim
disakaridase yang dikeluarkan oleh sel – sel mukosa usus halus berupa maltase, sukrase,
dan lactase.
Monosakarida glukosa, fruktosa, dan galaktosa kemudian diabsorpsi melalui
sel epitel usus halus dan diangkut oleh system sirkulasi darah melalui vena porta.
Setelah makan, kadar gluktosa darah naik hingga kurang lebih tiga puluh menit dan
secara perlahan kembali kekadar gula puasa. Kadar maksimal gula darah dan kecepatan
untuk kembali pada kadar normal bergantung pada jenis makannan.
8.3 Usus Besar
Produk utama fermentasi karbohidrat didalam usus besra adalah karbon
dioksida , hydrogen, mentan dan asam – asam lemak rantai pendek yang mudah
menguap, seperti asam asetat, asam propionate dan asam butirat. Pada kadar rendah,
sebagian besar gas – gas hasil fermentasi diabsorpsi dan dikelurka melalui paru – paru.
Bila melebihi kemampuan kolon untuk mengabsorpsi, gas – gas ini akan dikeluarkan
melalui anus. Sebanyak 60 – 70 % asam lemak yang mudah menguap diabsorpsi
kembali dan dapat digunakan sebagian sumber energi oleh berbagai jaringan tubuh.
Jadi, sebagian besar karbohidrat yang lolos dari pencernaan didalam usus halus akhirnya
dapat dimanfaatkan kembali oleh tubuh.
Laboratorium Kimia Dasar Sekolah Tinggi Perikanan - Jakarta
32
8.4 Ketidaktahanan terhadap laktosa.
Dalam keadaan normal laktosa yang terdapat didalam susu dihidrolisis oleh
enzim laktosa yang terdapat didalam mikrovili usus halus. Dengan demikian laktosa
dipecah dan deserap secara efisien. Kadar lactase didalam tubuh paling tinggi pada
waktu bayi dilahirkan, karena makanan utama bayi adalah susu / ASI. Dengan
meningkatkanya umur , kadar laktesa biasanya menurun.
Kadang – kadang bayi dilahirkan dengan dalam keadaan tubuh tidak mampu
memproduksi lactase. Keadaan ini menyebabkan ketidaktahan terhadaplaktosa. Laktosa
yang tidak dihidrolisis ini secar omosis menarik air kedalam saluran pencernaan.
8.5 Sekilas metabolisme karbohidrat
Peranan utama karbohidrat didalam tubuh adalah menyediakan glukosa bagi
sel – sel tubuh, yang kemudian diubah menjadi energi. Glukosa memegang perana
sentral dengan metabolisme karbohidrat. Jaring tertentu hanya memperoleh energi dari
karbohidrat seprti sel darah merah serta sebagian besar otak dan system saraf.
8.6 Menyimpan glukosa dalam bentuk glikogen
Salah satu fungsi utam hati adalah menyimpan dan mengeluarkan glukosa
sesuai kebutuhan tubuh. Kelebihan glukosa akan disimpan didalam hati dalam bentuk
glikogen. Bila pesediaan glukosa darah menurun hati akan mengubah sebagian dari
glikogen menjadi glukosa dan mengeluarkannya kedalam aliran darah. Glukosa ini akan
dibawah oleh darah keseluruh bagian tubuh yang memerlukan seperti otak, system
saraf, jantung dan organ tubuh lain. Sel – sel otot dan sel – sel lain disamping glukosa
menggunakan lemak sebaai sumber energi. Sel – sel otot juga menyimpan glukosa
dalam bentu glikogen
Tubuh hanya menyimpan glikogen dalam jumlah terbatas yaitu untuk
keperluan energi beberapa jam.
8.7 Penggunaan glukosa untuk energi
Bila glukosa memasuki sel enzim – enzim akan memecahkan menjadi
bagian – bagian kecil yang pad aakhirnya akan menghasilkan energi karbindioksida dan
air. Bagian –bagian kecil ini dapt pula disusn kembali menjadi lemak.
Agar tubuh selalu memperoleh glukosa untuk keperluan energi hendaknya
seseorang tiap hari memakan sumber karbohidrat pada selang waktu tertentu, karena
persediaan glikogen hanya bertahan untuk keperluan beberapa jam.
Protein dapat diubah menjadi glukosa melalui proses glukoneogenesis dalam
batas – batas tertentu, tetapi protein fungsi lain yang tidak dapat diganti oleh zat gizi
lain, seperti untuk pertumbuhan. Lemak tubuh tidak dapat diubah menjadi glukosa
dalam jumlah berarti. Glukosa sebagai sumber energi untuk sel – sel otak, sel saraf lain
dan sel merah tidak dapat diganti oleh lemak. Jadi, sehari –hari harus mengandung
karbohidrat. Karbohidrat yang cukup akan mencegah penggunaan protein untuk energi.
Laboratorium Kimia Dasar Sekolah Tinggi Perikanan - Jakarta
33
8.8 Perubahan glukosa menjadi lemak
Kelebihan karbohidrat didalm tubuh diubah menjadi lemak. Perubahan ini
terjadi didalam hati. Lemak ini kemudian dibawah kesel – sel lemak yang dapat
menyimpan lemak dalam jumlah tidak terbatas.
8.9 Gula darah
Agar dapat berfungsi secara optimal, tubuh hendaknya dapat
mempertahankan konsentrasi darah gula dalam batas – batas tertentu, yaitu 70 – 120
mg/100 ml dalam keadaan puasa.Bila gula darah naik diatas 170 mg/ 100 ml, gula akan
dikeluarkanmelalui urine. Bila sebaliknya gula darah turun hingga 40-50 mg/100ml,
kita akan merasa gugup, pusing, lemas, dan lapar. Gula darah terlalu tinggi disebut
hiperglikemia dan bila terlalu rendah disebut hipoglikema. Beberapa macam hormone
terlibat dalam pengaturan gula darah ini.
Hormon insulin yang diproduksi oleh sel – sel beta pulau langarhans
pancreas menurunkan gula darah. Mekanisme penurunan gula darah oleh insulin,
meliputi peningkatan laju penggunaan glukosa melalui oksidasi, glikogenesis. Difusi
fasilitasi glukosa kedalam sel – sel otot dan sel – sel lemak meningkat, glukosa
disimpan dalam hati dan otot – otot disimpan dalam bentuk glikogen, serta pengambilan
glukosauntuk diubah menjadi lemalk oleh sel – sel lemak dan hati meningkat.
Pengeluaran insulin dirangsang oleh hormone glukagon dan hormone – hormone
saluran cerna.
Bila gula darah turun secara mencoloknproduksi hormontiroksin akan
meningkat. Glikogenolisis dan glukoneogenesis dalam hati meningkat sehingga gula
darah naik. Tiroksin juga meningkatkan laju absorpsi heksosa dari usus halus.
Laboratorium Kimia Dasar Sekolah Tinggi Perikanan - Jakarta
34
DAFTAR PUSTAKA
Cantarow, A. and Schepartz, B., 1962 . Biochemistry . 3th ed . Saunders Company . Philadelphia .
Fakultas MIPA Unibraw . 1995 . Penuntun Praktikum Biokimia . FMIPA-Kimia . Malang
Kusnawidjaya, K., 1993 . Petunjuk Praktikum Biokimia . Alumni . Bandung .
Lehninger, A.L., 1982 . Dasar-Dasar Biokimia . Alih bahasa : M. Thenawijaya . Erlangga . Jakarta .
Muhamad Wirahadi Kusumah. 1977. Biokimia (protein, enzim, dan asam nukleat).
Bandung: ITB
Murray, R. K. et. al., 1992 . Harper's Biochemistry . 23th ed . Appleton & Lange . California
Plumper, D., 1982 . An Introduction to Practical Biochemistry . 2rd ed . McGraw-Hill . New Dehli .
Poedjiadi, A., 1994 . Dasar-Dasar Biokimia . UI Press . Jakarta .
Purwo Arbianto. 1994. Biokimia (konsep-konsep dasar). Jakarta : Departemen
Pendidikan dan kebudayaan
Sabirin Matsjeh, dkk. 1994. Kimia Organik II. Yogyakarta :Departemen pendidikan dan
kebudayaan
Smith, E. L. et. al., 1983 . Principles Of Biochemistry : General Aspecs . 7th ed . McGraw-Hill . Singapura .
Soewoto, H. dkk., 2000 . Biokimia Eksperimen Laboratorium . Widya Medika . Jakarta .
Stryer L, 1996, Biokimia, Edisi IV, Penerjemah: Sadikin dkk (Tim Penerjemah Bagian Biokimia FKUI), Jakarta: EGC Sudarmadji, B. dkk., 1982 . Analisa Bahan Makanan dan Pertanian . Liberty . Yogyakarta .
Yohannes Ngili, 2009, Biokimia, metabolisme dan bioenergitika, Graha Ilmu, Yogyakarta
Wirahadikusumah, M., 2001 . BIOKIMIA : Protein, Enzim dan Asam Nukleat . ITB . Bandung .