1. ABSTRAK

2
ABSTRAK Skripsi ini membahas tentang respon atau kebijakan luar negeri yang dikeluarkan oleh Indonesia pada era kepemimpinan Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono terhadap strategi pertahanan maritime yang dikeluarkan oleh Australia pada masa kepemimpinan Perdana Menteri John Howard. Untuk menjelaskan respon Indonesia terhadap sistem pertahanan maritime Australia, penulis menggunakan konsep kebijakan luar negeri, kepentingan nasional, keamanan nasional dan keamanan internasional. Kemudian metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif, penulis menggunakan data-data yang bersumber pada dokumen dan hasil-hasil penelitian yang sudah diolah terlebih dahulu dan telah dipublikasikan oleh penerbit. Dalam skripsi ini penulis akan membahas dan menjelaskan tentang sistem pertahanan maritime Australia atau yang lebih dikenal dengan istilah Australia’s Maritime Identification Zone (AMIZ) yang kemudian berganti nama menjadi Australia’s Maritime Identification System (AMIS). AMIS adalah sistem pertahanan maritim yang memiliki jangkauan sejauh 1000 mil laut, dan jarak tersebut telah melanggar kesepakatan internasional UNCLOS yang hanya sejauh 200 mil laut. Dan ketika jarak 1000 mil laut diteraka ternyata menjangkau sebagian wilayah Indonesia, dan hal tersebut sangat berpotensi untuk melanggar kedaulatan dan mengancam keamanan nasional Indonesia. Indonesia dibawah kepempinan SBY dalam menjalankan kebijakan luar negerinya tetap berpedoman pada konsep politik luar negeri yang bebas dan aktif. Konsep Soft Power dan Zero Enemy and One Million Friend menjadi prinsip Presiden SBY dalam menjalankan kebijakan luar negerinya. Begitu juga dalam merespon AMIS, SBY enggan untuk mempermasalahkannya kendati gelombang protes dari masyarakat Indonesia saat itu sangat tinggi. Dalam kasus masuknya tentara Australia ke perairan Indonesia iv

description

contoh abstrak

Transcript of 1. ABSTRAK

ABSTRAKSkripsi ini membahas tentang respon atau kebijakan luar negeri yang dikeluarkan oleh Indonesia pada era kepemimpinan Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono terhadap strategi pertahanan maritime yang dikeluarkan oleh Australia pada masa kepemimpinan Perdana Menteri John Howard. Untuk menjelaskan respon Indonesia terhadap sistem pertahanan maritime Australia, penulis menggunakan konsep kebijakan luar negeri, kepentingan nasional, keamanan nasional dan keamanan internasional. Kemudian metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif, penulis menggunakan data-data yang bersumber pada dokumen dan hasil-hasil penelitian yang sudah diolah terlebih dahulu dan telah dipublikasikan oleh penerbit.

Dalam skripsi ini penulis akan membahas dan menjelaskan tentang sistem pertahanan maritime Australia atau yang lebih dikenal dengan istilah Australias Maritime Identification Zone (AMIZ) yang kemudian berganti nama menjadi Australias Maritime Identification System (AMIS). AMIS adalah sistem pertahanan maritim yang memiliki jangkauan sejauh 1000 mil laut, dan jarak tersebut telah melanggar kesepakatan internasional UNCLOS yang hanya sejauh 200 mil laut. Dan ketika jarak 1000 mil laut diteraka ternyata menjangkau sebagian wilayah Indonesia, dan hal tersebut sangat berpotensi untuk melanggar kedaulatan dan mengancam keamanan nasional Indonesia.

Indonesia dibawah kepempinan SBY dalam menjalankan kebijakan luar negerinya tetap berpedoman pada konsep politik luar negeri yang bebas dan aktif. Konsep Soft Power dan Zero Enemy and One Million Friend menjadi prinsip Presiden SBY dalam menjalankan kebijakan luar negerinya. Begitu juga dalam merespon AMIS, SBY enggan untuk mempermasalahkannya kendati gelombang protes dari masyarakat Indonesia saat itu sangat tinggi. Dalam kasus masuknya tentara Australia ke perairan Indonesia waktu mengusir para pencari suaka dan juga kasus penyadapan, Presiden SBY lebih memilih untuk bersikap tenang . Hal ini dilakukan adalah tentu sesuai dengan konsep awal yang dikemukanan Presiden SBY yaitu Soft Power dan Zero Enemy and One Million Friend. Karena Indonesia dan Australia merupakan negara yang secara geografis terletak berdekatan, oleh karenanya tidak mungkin hubungan kedua negara akan putus begitu saja. iv