0HGLD) DU PDVL -...

17
Media Farmasi Poltekkes Kemenkes Makassar Jurusan Farmasi ISSN : 0216-2083 Vol. XII. No. 2, November 2016 Diterbitkan Oleh:

Transcript of 0HGLD) DU PDVL -...

Page 1: 0HGLD) DU PDVL - farmasi.poltekkes-mks.ac.idfarmasi.poltekkes-mks.ac.id/images/Media-Nopember-2016/9.pdfMedia Farmasi Politeknik Kesehatan Makassar merupakan suatu wadah dalam menampung

MediaFarmasi

Poltekkes Kemenkes MakassarJurusan Farmasi

ISSN : 0216-2083

Vol. XII. No. 2, November 2016

Diterbitkan Oleh:

Page 2: 0HGLD) DU PDVL - farmasi.poltekkes-mks.ac.idfarmasi.poltekkes-mks.ac.id/images/Media-Nopember-2016/9.pdfMedia Farmasi Politeknik Kesehatan Makassar merupakan suatu wadah dalam menampung

ii

MEDIA FARMASI

POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR

Penasehat : Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes Makassar

Penanggung Jawab : Ketua Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan

Kemenkes Makassar

Dewan Redaksi

Ketua : Drs. Jumain, M.Kes, Apt

Anggota : Muhammad Saud, SH, S.Farm, M.Kes

Drs. H. Tahir Ahmad, M.Kes, Apt

Drs. H. Ismail Ibrahim, M.Kes, Apt

Drs. Rusli, Sp.FRS, Apt

Mitra Bestari : DR. Suharjono, MS, Apt (Fak. Farmasi Univ. Airlangga)

DR. Hj. Nurisyah, M.Si, Apt (Poltekkes Makassar)

DR. Sesilia Rante Pakadang, M.Si, Apt (Poltekkes Makassar)

DR. H. Asyhari Asyikin, S.Farm, M.Kes (Poltekkes Makassar)

Redaksi Pelaksana

Ketua : Santi Sinala, S.Si, M.Si, Apt

Wakil Ketua : Raimundus Chaliks, S.Si, M.Sc, Apt

Sekretaris : Rusdiaman, S.Si, M.Kes, Apt

Anggota : Tajuddin Abdullah, ST, M.Kes

Dra. Hiany Salim, M.MKes, Apt

Djuniasti Karim, S.Si, M.Si, Apt

H. Sultan, S.Farm, M.MKes

Humas : Mispari, SH, S.Farm, M.Kes

Arisanty, S.Si, M.Si, Apt

Ratnasari Dewi, S.Si, M.Kes

Ida Adhayanti, S.Si, M.Sc, Apt

Sirkulasi : St. Ratnah, S.Si, M.Kes

Hendra Stevani, S.Si, M.Kes, Apt

Alfrida Monica S, S.Si, M.Kes

Dwi Rachmawaty Daswi, S.Farm, M.Kes

Alamat Redaksi : Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Makassar

Jl. Baji Gau No.10 Makassar

Telp. 0411-854021, 830883 Fax. 0411-830883

e-mail : [email protected]

website : http//www.farmasi.poltekkes-mks.ac.id

Kode pos 90134

ISSN No. 0216-2083

Page 3: 0HGLD) DU PDVL - farmasi.poltekkes-mks.ac.idfarmasi.poltekkes-mks.ac.id/images/Media-Nopember-2016/9.pdfMedia Farmasi Politeknik Kesehatan Makassar merupakan suatu wadah dalam menampung

iii

EDITORIAL

Pembaca yang budiman, ucapan syukur Alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan

Yang Maha Kuasa karena berkat rahmat dan anugerahNya sehingga penerbitan Vol. XII No.2,

November 2016 MEDIA FARMASI POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR dapat

terlaksana dan telah mendapat legalitas sebagai media resmi dari Lembaga Ilmu Pengetahuan

Indonesia (LIPI) dengan nomor penerbitan ISSN No. 0216-2083.

Media Farmasi Politeknik Kesehatan Makassar merupakan suatu wadah dalam

menampung aspirasi ilmiah sehingga dapat menggugah motivasi dan inovasi dari dosen di

lingkup Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Makassar serta artikel dari simpatisan untuk

melakukan kajian ilmiah.

Media Farmasi Politeknik Kesehatan Makassar diterbitkan 2 kali dalam setahun yaitu

pada bulan April dan November. Sebagai majalah ilmiah, Media Farmasi mengembangkan

misi dalam memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan khususnya di bidang

farmasi

Akhirnya redaksi sangat berharap bahwa semua artikel yang disajikan dalam edisi ini

dapat memberi apresiasi keilmuan di bidang kesehatan bagi kita semua. Oleh karena itu

kritikan dan saran sangat kami harapkan demi kesempurnaan edisi-edisi selanjutnya.

Selamat membaca

Makassar , November 2016

Redaksi

Page 4: 0HGLD) DU PDVL - farmasi.poltekkes-mks.ac.idfarmasi.poltekkes-mks.ac.id/images/Media-Nopember-2016/9.pdfMedia Farmasi Politeknik Kesehatan Makassar merupakan suatu wadah dalam menampung

iv

Studi Interaksi Obat Hipertensi pada Pasien Usia Lanjut Rawat Jalan di

RSUD Labuang Baji Makassar

H. Asyhari Asyikin ............................................................................ 1

Aktivitas Antibakteri Infusa Daun Jamblang (Eugenia cumini Merr.) terhadap

Pertumbuhan Streptococcs pyogenes dan Escherichia coli

Darwis, Sesilia R.Pakadang, Suherman B ............................................. 10

Pola Penggunaan Antibiotik pada Ibu Hamil di Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu

Dan Anak Pertiwi (RSKDIA) Makassar

Rusli, Raimundus Chaliks, Nurul Putri Sakinah ...................................... 19

Perbandingan Daya Hambat Beberapa Sediaan Obat Kumur Terhadap

Pertumbuhan Mikroba dalam Rongga Mulut

Hiany Salim .................................................................................... 25

Uji Efek Rebusan Daun Ubi Jalar (Ipomea batatas L) sebagai Antidiare

Pada Mencit (Mus musculus)

H. Sultan, Alwardhatullatifah .............................................................. 31

Uji Efektivitas Antibakteri Sediaan Obat Kumur Ekstrak Daun Lenglengan

(Leucas lavandulifolia Smith) terhadap Streptococcus mutans

Jumain, Asmawati, Iin Idayati ............................................................. 36

Pengaruh Ektrak Daun Miana (Coleus scutellarioides (L) Benth)

Terhadap Peningkatan Berat Badan, Kwalitas Leukosit Dan Eritrosit Pada

Tikus Putih (Rattus norvegicus)

Dwi Rachmawaty Daswi, Sesilia R. Pakadang, Hiany Salim ..................... 43

Penentuan Total Polifenol Dan Total Flavonoid Serta Uji Aktivitas Daya

Hambat Ekstrak Etanol Propolis Terhadap Bakteri Propionibacterium acnes

Santi Sinala .................................................................................... 50

Evaluasi Terapi Sulih Antibiotik Pasien Pneumonia Komunitas Rawat Inap

DAFTAR ISI

Page 5: 0HGLD) DU PDVL - farmasi.poltekkes-mks.ac.idfarmasi.poltekkes-mks.ac.id/images/Media-Nopember-2016/9.pdfMedia Farmasi Politeknik Kesehatan Makassar merupakan suatu wadah dalam menampung

v

Di RSUP Dr. Wahidin Sudiro Husodo Makassar

Estherina Allo Pajung ........................................................................ 56

Uji Cemaran Escherichia coli Pada Beberapa Makanan Yang dijual Oleh

Penjual Makanan di Sekitar Kampus Farmasi Poltekkes Kemenkes RI Makassar

St. Ratnah ...................................................................................... 66

Uji Kestabilan Fisik Sediaan Krim Perasan Buah Mentimun (Cucumis sativus L. )

Dwi Rachmawaty Daswi .................................................................... 72

Formulasi Masker Krim Wajah Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis

(Garcinia mangostana L.)

Rusmin .......................................................................................... 77

Analisis Logam Timbal (Pb) Pada Kopi Robusta Bubuk Yang Beredar Di

Kabupaten Toraja Utara secara Spektrofotometri Serapan Atom

Hj. Nurisyah .................................................................................... 85

Aktivitas Ekstrak Etanol Kulit Buah Rambutan (Nephelium lappaceum L)

Terhadap Pertumbuhan Pseudomonas aeruginosa dan Propionibacterium acnes

Alfrida Monica Salasa ....................................................................... 91

Uji Efek Hemostatik Perasan Daun Andong Merah (Cordyline fruticosa L.)

terhadap Mencit (Mus musculus)

Agust Dwi Djajanti, Arief Azis, Akbar .................................................... 96

Formulasi Sediaan Pasta Gigi Ekstrak Buah Sawo Manila (Achras zapota L)

Asal Maros

Arisanty, Muhammad Saud, Amelia Karmila .......................................... 100

Pembuatan Dan Uji Daya Desinfeksi Ekoenzim Hasil Pengolahan Sampah

Dapur Organik

Ida Adhayanti .................................................................................. 108

Identifikasi Kelengkapan Resep Narkotika Di Apotek Rawat Inap

RSUD Syekh Yusuf Kabupaten Gowa

Ratnasari Dewi ................................................................................ 115

Page 6: 0HGLD) DU PDVL - farmasi.poltekkes-mks.ac.idfarmasi.poltekkes-mks.ac.id/images/Media-Nopember-2016/9.pdfMedia Farmasi Politeknik Kesehatan Makassar merupakan suatu wadah dalam menampung

vi

Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun Mengkudu (Morinda citrifolia L)

Menggunakan Metode DPPH (1,1-Difenil-2-Pikrilhidrazil)

Syarifuddin KA, Yusriyani .................................................................. 121

Faktor Dominan Yang Mempengaruhi Penggunaan Antibiotik Secara Swamedikasi

Pada Masyarakat Di Desa Mangeloreng Kecamatan Bantimurung Kabupaten Maros

Raimundus Chaliks, Rusli, Syamsinar .................................................. 128

Pengaruh Kombinasi Perasan Buah Pare (Momordica charantia L.) Dan Buah

Labu Siam (Sechium edule) Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Mencit

Jantan (Mus musculus)

Sisilia Teresia Rosmala Dewi ............................................................. 133

Uji Daya Hambat Perasan Daun Pandan Wangi (Pandanus amrylliolius Roxb)

Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

Hendra Stevani, Irmawati, Adriani Kadir. ............................................... 141

MEDIA FARMASI POLITEKNIK KESEHATAN

Page 7: 0HGLD) DU PDVL - farmasi.poltekkes-mks.ac.idfarmasi.poltekkes-mks.ac.id/images/Media-Nopember-2016/9.pdfMedia Farmasi Politeknik Kesehatan Makassar merupakan suatu wadah dalam menampung

7

MAKASSAR

Sekretariat : Politeknik Kesehatan Makassar Jurusan Farmasi Jl. Baji Gau No. 10 Makassar Telp. (0411) 854021 Fax (0411) 830883

Media Farmasi Politeknik Kesehatan Makassar menerima tulisan hasil penelitian, survey, kajian pustaka yang erat kaitannya dengan bidang kesehatan. Media Kesehatan Politeknik Kesehatan Makassar terbit setiap dua kali setahun. Naskah dikirim ke alamat sekretariat redaksi.

PEDOMAN PENULISAN

1. Naskah ditulis dengan program pengolah kata

Microsoft Word, dengan jenis huruf Times New Roman , 10 pt, satu spasi. Untuk rumus struktur kimia dapat digunakan program chemdraw ultra. Untuk foto dan gambar dapat digunakan format jpg/jpeg dan untuk grafik dapat digunakan excel.

2. Naskah dikirim dalam bentuk file CD, disket atau e-mail dan satu exsampler hasil cetakan pada kertas putih ukuran kwarto (21,59 X 27,94 cm), dengan margin 2 cm kanan, 2.5 cm bawah, 3 cm atas, dan 4 cm kiri.

3. Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia disusun dengan urutan sebagai berikut : a. JUDUL ditulis dengan huruf kapital ( maksimum

12 kata) b. Nama penulis tanpa gelar, nama depan ditulis

dengan huruf kecil semua kecuali huruf pertama ditulis sedangkan nama akhir huruf besar, ditulis dengan huruf besar semua, ditulis di bawah judul, beserta nama lengkap instansi penulis. Jika para penulis berasal dari instansi yang berbeda, maka gunakan tanda *),**),***) dan seterusnya di belakang nama masing-masing penulis. Kontak person penulis yang menjadi alamat korespondensi dan alamat instansi harus tercantum dengan lengkap beserta alamat e-mail (jika ada).

c. ABSTRAK dalam bahasa Indonesia atau dan

bahasa Iggris, maksimal 200 kata. d. Key words; 1 – 4 kata e. PENDAHULUAN, Berisi latar belakang, tinjauan

pustaka/ teori yang mendasari penelitian, masalah, tempat, metode, tujuan dan manfaat penelitian.

f. METODE DAN BAHAN

Disain penelitian instrumen dan metodologi yang digunakan bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian.

g. HASIL DAN PEMBAHASAN h. UCAPAN TERIMA KASIH

Kepada pihak-pihak yang berperan dalam penelitian tetapi tidak masuk sebagai penulis

i. DAFTAR PUSTAKA

(Lihat cara penulisan daftar pustaka) 4. Tabel dan keterangan tabel ditulis di bagian atas

tabel dengan nomor urut angka arab. 5. Gambar termasuk grafik serta keterangan ditulis di

bagian bawah dengan nomor urut angka arab. 6. Pustaka dalam naskah ditunjukkan dengan nama

akhir penulis diikuti tahun. Bila pustaka lebih dari satu penulis ditulis nama akhir penulis utama diikuti dengan et. al., (dkk.,), tahun. Contoh sebagai berikut : Chi-Hua Sun, Hui-Po Wang, 1998, Methods in

Preparation of Diphennylglycine-Containing Cefotaxime Double Esters, J. Food and Drug Analysis, School of

Pharmacy, National Taiwan University, Taiwan, 447 -484

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1979,

Materia Medika Indonesia, Jilid III,

Jakarta, 6 – 8 ............. 1992, Farmakope Indonesia , Edisi IV,

Direktoral Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta, 23 -29

Gennaro, A.R, 2000, Remington : The Science

and Practice of Pharmacy, 20th edition,

Mack Publishing Co, Easton, Pensylvania, U.S.A, 986 – 994.

Katzung, B.G., 1989, Farmakologi Dasar dan

Klinik, edisi ketiga, Ahli bahasa Binawati

Kotualubun dkk, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 47 – 484.

Morey,S.S, 2000, Guidelines on Migraine: Part 3.

Recommendations for Individual Drug,- http://www.aafp.org/clinical/migraine

Tjay H.T, Rahardja, K, 2002, Obat-obat Penting,

Khasiat Penggunaan dan Efek-efak Sampingnya, Edisi Kelima, Elex Media

Komputindo, Jakarta, 231 -244.

Page 8: 0HGLD) DU PDVL - farmasi.poltekkes-mks.ac.idfarmasi.poltekkes-mks.ac.id/images/Media-Nopember-2016/9.pdfMedia Farmasi Politeknik Kesehatan Makassar merupakan suatu wadah dalam menampung

Media Farmasi Vol. XII. No. 2. November 2016 56

EVALUASI TERAPI SULIH ANTIBIOTIK PASIEN PNEUMONIA KOMUNITAS

RAWAT INAP DI RSUP DR. WAHIDIN SUDIRO HUSODO MAKASSAR

Estherina Allo Pajung*)

*) Akademi Farmasi Toraja

ABSTRAK

Peningkatkan mutu penggunaan antibiotik dapat dilakukan melalui terapi sulih merupakan bagian

dari penggunaan antibiotik bijak yang bermanfaat bagi kenyamanan penderita, mengurangi biaya,

mempercepat waktu keluar rumah sakit, mengurangi iv line infection dan terjadinya komplikasi.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pola sensitivitas bakteri terhadap antibiotik dan

pelaksanaan serta efektivitas terapi sulih antibiotik pasien pneumonia komunitas rawat inap di

RSUP Dr. Wahidin Sudiro Husodo Makassar. Metode penelitian adalah deskriptif secara

observasional prospektif pada evaluasi terapi sulih antibiotik pasien pneumonia komunitas rawat

inap (November 2014-Januari 2015) dan secara observasional retrospektif pada pola sensitivitas

bakteri terhadap antibiotik selama 2012-2014. Hasil yang diperoleh adalah selama tahun 2012-

2014 sensitivitas bakteri gram negatif dan gram positif terhadap antibiotic memiliki kategori

rendah (<30%) terhadap golongan Sefalosforin. Sebesar 44,44% psien pneumonia komunitas

menjalani terapi sulih dengan tingkat perbaikan klinis sebesar 68,75% dan lama perawatan < 8

hari. Sensitivitas bakteri Gram negative dan Gram positif teradap antibiotic Sefalosporin

(Seftriakson dan Sefataksim) memiliki kategori rendah. Penerapan terapi sulih antibiotik pada

pasien pneumonia komunitas rawat inap dengan tingkat keparahan sedang hingga berat memiliki

efektifivitas 68,78% dengan lama perawatan lebih singkat (<8 hari).

Kata kunci: terapi sulih, antibiotik, pneumonia, komunitas, rawat inap

PENDAHULUAN

Salah satu upaya untuk

mengendalikan faktor yang menyebabkan

resistensi bakteri yaitu penggunaan

antibiotik yang tepat. Upaya untuk

meningkatkan mutu penggunaan antibiotik

dan pedoman penggunaan antibiotik

merupakan salah satu program Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia. Upaya

tersebut adalah prinsip penetapan dosis,

interval, rute, waktu dan lama pemberian

antibiotik. Terapi sulih (switch iv therapy to

oral) merupakan salah satu upaya

meningkatkan mutu penggunaan antibiotik,

dan merupakan bagian dari pedoman

penggunaan antibiotik yang bermanfaat

bagi kenyamanan pasien, mengurangi biaya

perawatan, mempercepat waktu keluar

rumah sakit, mengurangi iv line infection

dan mengurangi terjadinya komplikasi

(Depkes RI, 2011; Binfar, 2011).

Terapi sulih antibiotik intravena ke

oral adalah penggantian pemberian terapi

intravena ke oral dengan obat yang

kandungannya sama atau berbeda segera

setelah pasien dinyatakan secara klinis

stabil, meliputi beberapa kriteria, tanpa

penurunan potensi antimikroba

(Cunha,2001;Noah.S.Scheinfield, 2011;

Ramirez,2012).

Pelaksanaan terapi sulih intravena

ke oral telah dilakukan dengan baik pada

beberapa kasus, seperti pneumoni

komunitas, peritonitis, infeksi nosokomial,

infeksi kulit dan jaringan lunak,serta infeksi

saluran kencing. Salah satu penggunaan

yang paling umum dari terapi sulih

antibiotik adalah pengobatan pneumonia

komunitas parah yang membutuhkan

perawatan di rumah sakit. Peran pelayanan

kefarmasian dalam terapi antibiotik

meliputi bermacam kegiatan, mulai dari

perencanaan hingga pemantauan obat.

Dalam hal penggunaan antibiotik oleh

pasien harus memperhatikan waktu,

frekuensi dan lama pemberian sesuai

regiman terapi dan memperhatikan kondisi

pasien. Pada proses penggunaan antibiotik,

farmasis dapat berperan pada penggantian

antibiotik intravena dengan antibiotik oral.

Penggantian bentuk sediaan antibiotik

intravena dengan antibiotik oral dapat

Page 9: 0HGLD) DU PDVL - farmasi.poltekkes-mks.ac.idfarmasi.poltekkes-mks.ac.id/images/Media-Nopember-2016/9.pdfMedia Farmasi Politeknik Kesehatan Makassar merupakan suatu wadah dalam menampung

Media Farmasi Vol. XII. No. 2. November 2016 57

dilakukan dalam waktu 72 jam jika

antibiotik memiliki spektrum yang sesuai

dengan hasil tes sensitivitas dengan

memperhatikan farmakodinamik dan

farmakokinetik (Dirjen Binfar,2011).

Evaluasi terapi sulih antibiotik,

perlu didukung oleh data tentang pola

sensitivitas bakteri terhadap antibiotik pada

pasien rawat inap di rumah sakit. Profil

tentang data sensitivitas bakteri dapat

memberikan gambaran awal kepada peneliti

untuk melaksanakan observasi tentang

terapi sulih antibiotik. Efektivitas antibiotik

yang digunakan pada pasien pneumonia

komunitas berkaitan dengan waktu untuk

mencapai kondisi stabil, lama penggunaan

antibiotik, lama perawatan dan tingkat

perbaikan klinis pasien. Secara khusus akan

dilaksanakan pada pasien pneumonia

komunitas parah yang menjalani rawat inap

di rumah sakit. Aspek yang akan ditinjau

adalah pelaksanaan terapi sulih, jenis

antibiotik, waktu pemberian antibiotik

injeksi dan oral serta total lama pemberian

antibiotik selama dirawat, lama perawatan

di rumah sakit dan status pasien saat keluar

rumah sakit.

METODE DAN BAHAN

Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian ini

merupakan penelitian deskriptif dengan

metode observasi yang terdiri dari dua

bagian yaitu :

1. Profil pola sensitivitas bakteri terhadap

antibiotik menggunakan data kultur

bakteri secara retrospektif tahun 2012,

2013 dan periode Januari sampai Maret

2014.

2. Evaluasi terapi sulih antibiotic injeksi

intravena ke oral pasien pneumonia

komunitas yang menjalani rawat inap

dengan metode observasional secara

prospektif selama 3 bulan, yakni

November 2014 sampai dengan Januari

2015.

Populasi

1. Populasi pada pola sensitivitas bakteri

adalah data sensitivitas bakteri

terhadap antibiotik di rumah sakit pada

tahun 2012, 2013 dan periode Januari

sampai Maret 2014. Penelitian ini

menggunakan metode purposive

sampling yaitu mengambil sampel

sesuai tujuan penelitian yaitu data

sensitivitas pasien rawat inap selama

tahun 2012, 2013 dan 2014.

2. Populasi pada penelitian evaluasi terapi

sulih antibiotik adalah seluruh

penderita pneumonia yang menjalani

rawat inap RSUP Dr.Wahidin Sudiro

Husodo Makassar sedang sampel pada

penelitian ini adalah pasien pneumonia

komunitas adalah pasien yang dirawat

dengan diagnosa pneumonia komunitas

parah (PSI 90->130).

Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel pada

penelitian ini adalah yang memenuhi

kriteria penelitian.

1. Kriteria inklusi : Pasien dengan

diagnosa pneumonia komunitas parah

yang menjalani rawat inap dan

mendapat antibiotik intravena di

ruangan perawatan Non ICU

2. Kriteria Eksklusi:

a. Pasien pneumonia nosocomial

/infeksi lain

b. Adanya tanda sepsis

3. Standar untuk pelaksanaan Switch

Therapy IV to Oral sesuai kriteria

kondisi klinis stabil : ( PDPI 2003, ATS

2007, BTS 2009)

a. Temperatur ≤ 37,8⁰C

b. Bebas demam selama lebih dari 24

jam

c. Denyut nadi ≤ 100 kali/menit

d. Laju nafas ≤ 24 kali/menit

e. Tekanan darah sistolik ≥ 90

mmHg

f. Saturasi oksigen ( arteri ) ≥ 90 %

g. pO2 ≥ 60 mmHg

h. Oral intake

i. Kesadaran baik

Page 10: 0HGLD) DU PDVL - farmasi.poltekkes-mks.ac.idfarmasi.poltekkes-mks.ac.id/images/Media-Nopember-2016/9.pdfMedia Farmasi Politeknik Kesehatan Makassar merupakan suatu wadah dalam menampung

Media Farmasi Vol. XII. No. 2. November 2016 58

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1. Pola Sensitivitas Bakteri Dari Semua Spesimen Pasien Rawat Inap di RSUP Dr.

Wahidin Sudiro Husodo Makassar Tahun 2012

Page 11: 0HGLD) DU PDVL - farmasi.poltekkes-mks.ac.idfarmasi.poltekkes-mks.ac.id/images/Media-Nopember-2016/9.pdfMedia Farmasi Politeknik Kesehatan Makassar merupakan suatu wadah dalam menampung

Media Farmasi Vol. XII. No. 2. November 2016 59

Tabel 2. Pola Sensitivitas Bakteri Dari Semua Spesimen Pasien Rawat Inap di RSUP

Dr. Wahidin Sudiro Husodo Makassar Tahun 2013

Page 12: 0HGLD) DU PDVL - farmasi.poltekkes-mks.ac.idfarmasi.poltekkes-mks.ac.id/images/Media-Nopember-2016/9.pdfMedia Farmasi Politeknik Kesehatan Makassar merupakan suatu wadah dalam menampung

Media Farmasi Vol. XII. No. 2. November 2016 60

Tabel 3. Pola Sensitivitas Bakteri dari Semua Spesimen Pasien Rawat Inap di RSUP Dr. Wahidin

Sudiro Husodo Makassar Tahun 2014

Hasil kepekaan kuman

(sensitivitas) bakteri terhadap antibiotik di

lokasi penelitian menunjukkan sebagian

besar antibiotik memiliki sensitivitas yang

rendah terhadap sebagian besar antibiotik

selama periode tahun 2012-2014. Golongan

Penisilin (Amoksisilin dan Ampisilin-

Sulbaktam) memiliki sensitivitas rendah

(tidak efektif) terhadap Pseudomonas

aeruginosa dan Burkholderia cepacia. Pola

sensitivitas yang rendah (resisten) golongan

Penisilin terhadap kedua bakteri ini

disebabkan karena kedua bakteri ini

memiliki ketahanan intrinsik dalam

genomnya. Bakteri Gram positif lebih

sensitif terhadap golongan Penisilin karena

efeknya pada dinding sel bakteri

(peptidoglikan), dimana antibiotik beta

laktam mampu menghambat sisntesis

dinding sel bakteri dengan cara

mengganggu sintesis peptidoglikan

sehingga bakteri mati.

Selama tahun 2012-2014 pola

sensitivitas bakteri Gram negatif terhadap

Seftriakson, Sefotaksim, Sefazolin, dan

Sefuroksim menunjukkan pola sensitivitas

rendah (resisten) yaitu Escherichia coli,

Klebsiella pneumoniaee, Pseudomonas

Page 13: 0HGLD) DU PDVL - farmasi.poltekkes-mks.ac.idfarmasi.poltekkes-mks.ac.id/images/Media-Nopember-2016/9.pdfMedia Farmasi Politeknik Kesehatan Makassar merupakan suatu wadah dalam menampung

Media Farmasi Vol. XII. No. 2. November 2016 61

aeruginosa, Acinetobacter baumannii dan

Burkholderia cepacia.

Selama tahun 2013-2014

ditemukan Tigesiklin merupakan salah satu

antibiotik yang memiliki aktivitas yang

tinggi terhadap berbagai bakteri, baik Gram

negatif maupun Gram positif dengan

sensitivitas bakteri sebesar 85,3% - 100%,

kecuali pada tahun 2014 sensitivitas bakteri

Pseudomonas aeruginosa terhadap

Tigesiklin ditemukan sebesar 0. Sensitivitas

yang tinggi bakteri Gram negatif yaitu

Escherichia coli, Klebsiella pneumonia dan

Pseudomonas aeruginosa ditemukan

terhadap Meropenem selama tahun 2012-

2014. Walaupun sensitivitas bakteri

Pseudomonas aeruginosa selama 3 tahun

cenderung menurun yaitu sebesar 83,36%,

79,66% dan 76,0.

Pada penelitian ini ditemukan

sensitivitas tinggi bakteri Escherichia coli

dan Klebsiella pneumoniae terhadap

Fosfomisin. Selama tahun 2012-2014

diperoleh data sensitivitas kedua bakteri

Gram negatif ini sebesar 90,89%-99,47%.

Efektivitas fosfomisin terhadap bakteri

Gram negatif berhubungan dengan

rendahnya tingkat penggunaan fosfomisin

di lokasi penelitian, walaupun hubungannya

tidak linier.

Tabel 4. Persentase dan Jumlah Pasien Pneumonia Komunitas yang Menerima Terapi Sulih

Antibiotik dan Tanpa Terapi Sulih

Gambar 1. Jumlah Pasien Pneumonia Komunitas Yang Mendapat Terapi Sulih dan Yang Tidak

Mendapat Terapi Sulih Berdasarkan Tingkat Keparahan

Gambar 2. Persentase Kesesuaian Jenis Antibiotik IV dan Antibiotik Oral sesuai Pedoman Terapi

(PDPI 2003) Pada Pasien Pneumonia Komunitas Rawat Inap Periode November 2014-

Januari 2015

Page 14: 0HGLD) DU PDVL - farmasi.poltekkes-mks.ac.idfarmasi.poltekkes-mks.ac.id/images/Media-Nopember-2016/9.pdfMedia Farmasi Politeknik Kesehatan Makassar merupakan suatu wadah dalam menampung

Media Farmasi Vol. XII. No. 2. November 2016 62

Tabel 5 Tingkat Keparahan Dan Lama Pemberian Antibiotik IV, Oral

dan Total Pemberian Antibiotik Pasien Pneumonia Komunitas

Rawat Inap Periode November 2014-Januari 2015

Rute Pemberian AB Moderate Severe

Intravena ≤ 3 hari 8 orang 0

4-7 hari 10 orang 2 orang

≥ 8 hari 6 orang 10 orang

>15 hari 3 orang 7 orang

Oral 1-3 hari 9 orang 5 orang

4-7 hari 15 orang 6 orang

>8 hari - 1 orang

Antibiotik 5-14 hari 21 orang 5 orang

Total

Tabel 6. Waktu Yang Dibutuhkan Penderita Hingga Kondisi Stabil Dan Lama Rawat

Inap Pasien Pneumonia Komunitas Yang Menjalani Rawat Inap Periode

November 2014-Januari 2015

Kriteria Lama (hari) Moderate Severe

Waktu Hingga ≤ 3 hari 10 orang -

Kondisi Stabil 4-8 hari 11 orang 1 orang

>9 hari 2 orang 10 orang

Lama Rawat 0-8 hari 14 orang 3 orang

Inap >8 hari 10 orang 9 orang

Tabel 7. Status Keluar Rumah Sakit dan Lama Perawatan Penderita Pneumonia Yang

Menjalani Terapi Sulih Pada Saat Keluar Rumah Sakit

Kriteria Lama (Hari) Terapi Sulih Tanpa Terapi Sulih

Lama

Perawatan ≤ 8 hari 10 orang 4 orang

>9 hari 6 orang 16 orang

Status Keluar

Rumah Sakit Sembuh 12 orang 3 orang

Belum Sembuh 4 orang 17 orang

Page 15: 0HGLD) DU PDVL - farmasi.poltekkes-mks.ac.idfarmasi.poltekkes-mks.ac.id/images/Media-Nopember-2016/9.pdfMedia Farmasi Politeknik Kesehatan Makassar merupakan suatu wadah dalam menampung

Media Farmasi Vol. XII. No. 2. November 2016 63

Gambar 3. Outcome Terapi Sulih Antibiotik Pada Pasien Pneumonia Komunitas Rawat Inap

Periode November 2014-Januari 2015

Evaluasi pelaksanaan terapi sulih

antibiotik intravena ke oral pada pasien

pneumonia komunitas yang menjalani

rawat inap selama periode November 2014-

Januari 2015 berpedoman pada Pedoman

Diagnosis dan Terapi PDPI 2003, ATS

Guidelines 2007, BTS Guidelines 2009 dan

SOP pneumonia komunitas pasien rawat

inap di lokasi penelitian . Berdasarkan

pedoman terapi dan hasil penelitian

sebelumnya menyatakan bahwa 40%-50%

pasien pneumonia komunitas dapat

menjalani terapi sulih setelah 2 hingga 3

hari. Penderita dengan derajat risiko sedang

lebih besar persentasenya menjalani terapi

sulih antibiotika. Pasien pneumonia

komunitas dengan derajat risiko sedang

lebih cepat mencapai kondisi stabil karena

faktor usia dan faktor komorbid yang jarang

ditemukan pada sebagian besar pasien.

Lama terapi sulih antibiotik pada penelitian

ini rata-rata 5,68 hari dengan minimal 2

hari dan maksimal 14 hari. Semakin lama

terapi sulih antibiotik dilakukan, semakin

lama pula pasien menjalani perawatan di

rumah sakit.

Berbagai faktor menjadi kendala

dalam pelaksanaan terapi sulih antibiotik.

Di lokasi penelitian belum memiliki

pedoman pelaksanaan terapi sulih antibiotik

secara umum maupun khusus pada

penederita pneumonia komunitas. Adanya

pedoman terapi sulih antibiotik dapat

membantu para dokter untuk membuat

keputusan yang tepat untuk melakukan

terapi sulih pada pasien, hal ini dilaporkan

pada penelitian bahwa dokter yang berbeda

memiliki persepsi dan pendapat yang

berbeda tentang terapi sulih antibiotik.

(Bassetti et al, 2014; Ramirez et al,2012).

Pada kasus pneumonia komunitas kriteria

kondisi stabil harus dicatat secara rutin

yang berguna sebagai pedoman agar terapi

sulih antibiotik berhasil dan konsisten.

Terapi sulih antibiotik yang efisien dan

efektif harus didukung oleh tim

multidisiplin. Peranan farmasis klinis dalam

pembuatan pedoman terapi sulih antibiotik

telah berhasil dilakukan di beberapa negara.

Apoteker klinis memiliki tanggung jawab

untuk menetapkan pedoman terapi sulih

dengan persetujuan Komite Farmasi dan

Terapi di rumah sakit. Apoteker klinis akan

mengidentifikasi pasien yang menerima

terapi antibiotik intravena dengan indikasi

masing-masing dan akan memeriksa status

klinis pasien yang memenuhi syarat untuk

terapi sulih. Selanjutnya apoteker klinis

akan menginformasikan ke dokter tentang

pasien yang memenuhi syarat untuk terapi

sulih pada waktu yang tepat. Apoteker

klinis dapat membuat rekomendasi jenis

antibiotik oral yang dapat diberikan sebagai

pengganti antibiotik intravena.

Pada penelitian ini antibiotik

empiris yang paling banyak digunakan

adalah seftriakson injeksi dengan

persentase sebesar 58,33%. Sedangkan

kombinasi antibiotik yang paling banyak

digunakan adalah kombinasi Sefalosporin

generasi ketiga (Seftriakson) dan Sefiksim

(Sefalosporin generasi ketiga) sebesar

27,78%, diikuti oleh penggunaan

Seftriakson kombinasi dengan Sefadroksil

sebesar 13,89% selanjutnya kombinasi

seftriakson injeksi dan levofloksasin tablet

Page 16: 0HGLD) DU PDVL - farmasi.poltekkes-mks.ac.idfarmasi.poltekkes-mks.ac.id/images/Media-Nopember-2016/9.pdfMedia Farmasi Politeknik Kesehatan Makassar merupakan suatu wadah dalam menampung

Media Farmasi Vol. XII. No. 2. November 2016 64

sebesar 11,11% dan kombinasi seftriakson

dan levofloksasin sebesar 8,33%. Terapi

antibiotik yang direkomendasikan untuk

penderita rawat inap non-Intensive Care

Unit/ICU menurut ATS adalah antibiotik

golongan fluorokuinolon

(levofloksasin,moksifloksasin atau

gemifloksasin) atau dengan menggunakan

kombinasi antara betalaktam

(seftriakson,sefotaksim, atau ampisilin

sulbaktam) dengan makrolida (asitromisin)

( Mandel et al,2007). Standar Operational

Procedur (SOP) pneumonia komunitas di

lokasi penelitian menetapkan pedoman

terapi untuk pneumonia komunitas adalah

antibiotik empiris spektrum luas seperti

seftriakson injeksi. Penggunaan antibiotik

pada penelitian ini diperoleh kesesuaian

dengan pedoman terapi hanya sebesar

61,11%.

Hasil pemeriksaan sensitivitas

bakteri di lokasi penelitian menunjukkan

bahwa seftriakson injeksi dan sefotaksim

injeksi menunjukkan pola sensitivitas

rendah terhadap bakteri Gram negatif dan

bakteri Gram positif. Sensitivitas terhadap

bakteri Streptococcus pneumonia pada

tahun 2013 memiliki kategori rendah

(25%). Sensitivitas bakteri terhadap

antibiotik empiris menjadi salah satu faktor

penyebab semakin lamanya penggunaan

antibiotik. Demikian pula dengan tingkat

perbaikan klinis pasien yang menggunakan

antibiotik.

Rata-rata lama penggunaan

antibiotika intravena pada penelitian ini

memerlukan waktu minimum 2 hari,

maksimum 28 hari dan rerata lama

antibiotik intravena adalah 7,47 hari. Rata-

rata lama penggunaan antibiotik oral

memerlukan waktu minimum 3 hari,

maksimum 14 hari dan rerata lama

antibiotik oral adalah 5 hari. Sedangkan

total lama penggunaan antibiotik

keseluruhan minimum 5 hari, maksimum

28 hari dan rerata lama pemberian

antibiotik keseluruhan adalah 11,38 hari.

Menurut pedoman terapi ATS, rata-rata

lama penggunaan antibiotik tanpa

memperhatikan jenis antibiotiknya, adalah

minimal 5 hari. Beberapa bukti penelitian

memberikan rekomendasi penggunaan

antibiotik adalah 7-10 hari atau juga dapat

lebih dari 14 hari. ( Mandel et al, 2007).

Lama perawatan pasien

pneumonia komunitas yang menjalani

terapi sulih minimum 4 hari, maksimum 28

hari dan nilai rerata 9,38 hari. Sebanyak 16

penderita yang menjalani terapi sulih

antibiotik 5 orang (31,25%) dinyatakan

membaik, 10 orang (62,5%) dinyatakan

sembuh dan 1 orang (6,25%) dinyatakan

belum sembuh. Tingkat kesembuhan dan

perbaikan klinis penderita pneumonia yang

menjalani terapi sulih antibiotik pada

penelitian ini sebesar 68,75%,

menunjukkan bahwa terapi sulih antibiotik

merupakan salah satu strategi yang

memberikan manfaat dalam penanganan

pneumonia komunitas. Jika dibandingkan

dengan penelitian yang dilakukan

sebelumnya hasil penelitian ini lebih

rendah. Tingkat kesembuhan pasien yang

lebih rendah dan total hari rawat yang lebih

lama merupakan salah satu indikator

efektivitas terapi antibiotik yang perlu di

kaji ulang.

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan data hasil penelitian

yang diperoleh pada penelitian ini maka

dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Antibiotik yang memiliki aktivitas

tinggi (sensitivitas bakteri > 60%)

selama periode 2012-2014 adalah

tigesiklin, meropenem, fosfomisin.

Sedangkan antibiotik yang memiliki

aktivitas yang paling rendah

(sensitivitas bakteri< 30%) adalah

Sefotaksim dan Seftriakson injeksi.

2. Pelaksanaan terapi sulih antibiotik

pada pasien pneumonia yang menjalani

rawat inap selama November 2014-

Januari 2015 dapat diterapkan pada

pasien pneumonia dengan derajat

risiko sedang hingga parah. Lama

terapi sulih pada penelitian ini rata-rata

5,68 hari, waktu minimum adalah 2

hari dan maksimum 14 hari. Persentase

terapi sulih antibiotik pada pasien

pneumonia yang memenuhi kriteria

stabil adalah sebesar 44,44%.

3. Penggunaan antibiotik empiris dan

antibiotik oral pada pasien pneumonia

yang menjalani rawat inap selama

November 2014 Januari 2015 sebesar

61,11% yang sesuai dengan pedoman

Page 17: 0HGLD) DU PDVL - farmasi.poltekkes-mks.ac.idfarmasi.poltekkes-mks.ac.id/images/Media-Nopember-2016/9.pdfMedia Farmasi Politeknik Kesehatan Makassar merupakan suatu wadah dalam menampung

Media Farmasi Vol. XII. No. 2. November 2016 65

terapi sedangkan 31,89% tidak sesuai

rekomendasi pedoman terapi.

4. Lama pemberian antibiotik pada

penelitian ini yaitu minimal 5 hari dan

maksimal 28 hari

5. Waktu yang dibutuhkan untuk

mencapai kondisi stabil minimal 2 hari

dan maksimal 16 hari.

6. Terapi sulih antibiotik merupakan

strategi yang bermanfaat dalam

penggunaan antibiotik yang tepat pada

pasien pneumonia komunitas. Tingkat

kesembuhan pasien yang menjalani

terapi sulih antibiotik pada penelitian

ini sebesar 68,75%.

Saran

Berdasarkan penelitian yang telah

dilakukan, maka dapat disarankan untuk

melakukan penelitian yang lebih lanjut

tentang terapi sulih antibiotic dengan

rancangan penelitian eksperimental pada

subyek yang lebih besar dengan periode

waktu yang lebih lama pada kasus infeksi

yang sesuai dan perlunya dilakukan

penelitian yang lebih lanjut tentang

efektivitas antibiotik sefotaksim dan

seftriakson pada berbagai kasus infeksi lain

dengan senantiasa memperhatikan pola

sensitivitas bakteri terhadap antibiotik.

DAFTAR PUSTAKA

Direktur Bina Pelayanan kefarmasian,

2011 Pedoman Pelayanan

Kefarmasian Untuk Terapi

Antibiotik. Jakarta. Departemen

Kesehatan RI

Lim WS, Baoudoin SV, George RC, et al,

2009, Guidelines for the

management of community

acquired pneumonia in adults .

Pneumonia Guidelines Committee

of the British Thoracic Society

Standards of Care Committee.

Mandel LS, Wunderink RG, Anzueto A, et

al 2007, Infectious diseases

society of America/ American

Thoracic Society Consensus

guidelines on the management of

community acquired pneumonia in

adults. Clinical Infectious

Diseases. 44: S27-72

Ramírez JA, 2001, “Managing

Antiinfective Therapy of

Community acquired pneumonia

in the hospital setting; Focus on

Switch Therapy.

J.Pharmacotherapy. 21: 795-825.

JA, 2012, “Switch therapy in hospitalized

patients with community-acquired

pneumonia: Tigecycline vs

Levofloxacin. BMC Infectious

Diseases. 12:159 .

KM., 2008, Intravenous to Oral Therapy

Conversion. Journal of

Competence Assesment Tools for

Health-System Pharmacies. 4:

347-360

Media Centre, 2011, Antimicrobial

Resistance, ( Online),

(http:www.who.int/media

centre/factsheets/fs194/en/diakses

4-3-2014)

Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor

2406/ Menkes/Per/XII/2011

Tentang Pedoman Umum

Penggunaan Antibiotik. Jakarta. 1-

61

Sanford, 2010, Antibiotic Guideline

Tenover FC, 2006, Mechanisms of

antimicrobial resistance in

bacteria. Am J Medicine.

119(6A):S3-S10.