0HGLD) DU PDVL -...
Transcript of 0HGLD) DU PDVL -...
MediaFarmasi
Poltekkes Kemenkes MakassarJurusan Farmasi
ISSN : 0216-2083
Vol. XII. No. 2, November 2016
Diterbitkan Oleh:
ii
MEDIA FARMASI
POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR
Penasehat : Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes Makassar
Penanggung Jawab : Ketua Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan
Kemenkes Makassar
Dewan Redaksi
Ketua : Drs. Jumain, M.Kes, Apt
Anggota : Muhammad Saud, SH, S.Farm, M.Kes
Drs. H. Tahir Ahmad, M.Kes, Apt
Drs. H. Ismail Ibrahim, M.Kes, Apt
Drs. Rusli, Sp.FRS, Apt
Mitra Bestari : DR. Suharjono, MS, Apt (Fak. Farmasi Univ. Airlangga)
DR. Hj. Nurisyah, M.Si, Apt (Poltekkes Makassar)
DR. Sesilia Rante Pakadang, M.Si, Apt (Poltekkes Makassar)
DR. H. Asyhari Asyikin, S.Farm, M.Kes (Poltekkes Makassar)
Redaksi Pelaksana
Ketua : Santi Sinala, S.Si, M.Si, Apt
Wakil Ketua : Raimundus Chaliks, S.Si, M.Sc, Apt
Sekretaris : Rusdiaman, S.Si, M.Kes, Apt
Anggota : Tajuddin Abdullah, ST, M.Kes
Dra. Hiany Salim, M.MKes, Apt
Djuniasti Karim, S.Si, M.Si, Apt
H. Sultan, S.Farm, M.MKes
Humas : Mispari, SH, S.Farm, M.Kes
Arisanty, S.Si, M.Si, Apt
Ratnasari Dewi, S.Si, M.Kes
Ida Adhayanti, S.Si, M.Sc, Apt
Sirkulasi : St. Ratnah, S.Si, M.Kes
Hendra Stevani, S.Si, M.Kes, Apt
Alfrida Monica S, S.Si, M.Kes
Dwi Rachmawaty Daswi, S.Farm, M.Kes
Alamat Redaksi : Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Makassar
Jl. Baji Gau No.10 Makassar
Telp. 0411-854021, 830883 Fax. 0411-830883
e-mail : [email protected]
website : http//www.farmasi.poltekkes-mks.ac.id
Kode pos 90134
ISSN No. 0216-2083
iii
EDITORIAL
Pembaca yang budiman, ucapan syukur Alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan
Yang Maha Kuasa karena berkat rahmat dan anugerahNya sehingga penerbitan Vol. XII No.2,
November 2016 MEDIA FARMASI POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR dapat
terlaksana dan telah mendapat legalitas sebagai media resmi dari Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI) dengan nomor penerbitan ISSN No. 0216-2083.
Media Farmasi Politeknik Kesehatan Makassar merupakan suatu wadah dalam
menampung aspirasi ilmiah sehingga dapat menggugah motivasi dan inovasi dari dosen di
lingkup Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Makassar serta artikel dari simpatisan untuk
melakukan kajian ilmiah.
Media Farmasi Politeknik Kesehatan Makassar diterbitkan 2 kali dalam setahun yaitu
pada bulan April dan November. Sebagai majalah ilmiah, Media Farmasi mengembangkan
misi dalam memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan khususnya di bidang
farmasi
Akhirnya redaksi sangat berharap bahwa semua artikel yang disajikan dalam edisi ini
dapat memberi apresiasi keilmuan di bidang kesehatan bagi kita semua. Oleh karena itu
kritikan dan saran sangat kami harapkan demi kesempurnaan edisi-edisi selanjutnya.
Selamat membaca
Makassar , November 2016
Redaksi
iv
Studi Interaksi Obat Hipertensi pada Pasien Usia Lanjut Rawat Jalan di
RSUD Labuang Baji Makassar
H. Asyhari Asyikin ............................................................................ 1
Aktivitas Antibakteri Infusa Daun Jamblang (Eugenia cumini Merr.) terhadap
Pertumbuhan Streptococcs pyogenes dan Escherichia coli
Darwis, Sesilia R.Pakadang, Suherman B ............................................. 10
Pola Penggunaan Antibiotik pada Ibu Hamil di Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu
Dan Anak Pertiwi (RSKDIA) Makassar
Rusli, Raimundus Chaliks, Nurul Putri Sakinah ...................................... 19
Perbandingan Daya Hambat Beberapa Sediaan Obat Kumur Terhadap
Pertumbuhan Mikroba dalam Rongga Mulut
Hiany Salim .................................................................................... 25
Uji Efek Rebusan Daun Ubi Jalar (Ipomea batatas L) sebagai Antidiare
Pada Mencit (Mus musculus)
H. Sultan, Alwardhatullatifah .............................................................. 31
Uji Efektivitas Antibakteri Sediaan Obat Kumur Ekstrak Daun Lenglengan
(Leucas lavandulifolia Smith) terhadap Streptococcus mutans
Jumain, Asmawati, Iin Idayati ............................................................. 36
Pengaruh Ektrak Daun Miana (Coleus scutellarioides (L) Benth)
Terhadap Peningkatan Berat Badan, Kwalitas Leukosit Dan Eritrosit Pada
Tikus Putih (Rattus norvegicus)
Dwi Rachmawaty Daswi, Sesilia R. Pakadang, Hiany Salim ..................... 43
Penentuan Total Polifenol Dan Total Flavonoid Serta Uji Aktivitas Daya
Hambat Ekstrak Etanol Propolis Terhadap Bakteri Propionibacterium acnes
Santi Sinala .................................................................................... 50
Evaluasi Terapi Sulih Antibiotik Pasien Pneumonia Komunitas Rawat Inap
DAFTAR ISI
v
Di RSUP Dr. Wahidin Sudiro Husodo Makassar
Estherina Allo Pajung ........................................................................ 56
Uji Cemaran Escherichia coli Pada Beberapa Makanan Yang dijual Oleh
Penjual Makanan di Sekitar Kampus Farmasi Poltekkes Kemenkes RI Makassar
St. Ratnah ...................................................................................... 66
Uji Kestabilan Fisik Sediaan Krim Perasan Buah Mentimun (Cucumis sativus L. )
Dwi Rachmawaty Daswi .................................................................... 72
Formulasi Masker Krim Wajah Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis
(Garcinia mangostana L.)
Rusmin .......................................................................................... 77
Analisis Logam Timbal (Pb) Pada Kopi Robusta Bubuk Yang Beredar Di
Kabupaten Toraja Utara secara Spektrofotometri Serapan Atom
Hj. Nurisyah .................................................................................... 85
Aktivitas Ekstrak Etanol Kulit Buah Rambutan (Nephelium lappaceum L)
Terhadap Pertumbuhan Pseudomonas aeruginosa dan Propionibacterium acnes
Alfrida Monica Salasa ....................................................................... 91
Uji Efek Hemostatik Perasan Daun Andong Merah (Cordyline fruticosa L.)
terhadap Mencit (Mus musculus)
Agust Dwi Djajanti, Arief Azis, Akbar .................................................... 96
Formulasi Sediaan Pasta Gigi Ekstrak Buah Sawo Manila (Achras zapota L)
Asal Maros
Arisanty, Muhammad Saud, Amelia Karmila .......................................... 100
Pembuatan Dan Uji Daya Desinfeksi Ekoenzim Hasil Pengolahan Sampah
Dapur Organik
Ida Adhayanti .................................................................................. 108
Identifikasi Kelengkapan Resep Narkotika Di Apotek Rawat Inap
RSUD Syekh Yusuf Kabupaten Gowa
Ratnasari Dewi ................................................................................ 115
vi
Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun Mengkudu (Morinda citrifolia L)
Menggunakan Metode DPPH (1,1-Difenil-2-Pikrilhidrazil)
Syarifuddin KA, Yusriyani .................................................................. 121
Faktor Dominan Yang Mempengaruhi Penggunaan Antibiotik Secara Swamedikasi
Pada Masyarakat Di Desa Mangeloreng Kecamatan Bantimurung Kabupaten Maros
Raimundus Chaliks, Rusli, Syamsinar .................................................. 128
Pengaruh Kombinasi Perasan Buah Pare (Momordica charantia L.) Dan Buah
Labu Siam (Sechium edule) Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Mencit
Jantan (Mus musculus)
Sisilia Teresia Rosmala Dewi ............................................................. 133
Uji Daya Hambat Perasan Daun Pandan Wangi (Pandanus amrylliolius Roxb)
Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus
Hendra Stevani, Irmawati, Adriani Kadir. ............................................... 141
MEDIA FARMASI POLITEKNIK KESEHATAN
7
MAKASSAR
Sekretariat : Politeknik Kesehatan Makassar Jurusan Farmasi Jl. Baji Gau No. 10 Makassar Telp. (0411) 854021 Fax (0411) 830883
Media Farmasi Politeknik Kesehatan Makassar menerima tulisan hasil penelitian, survey, kajian pustaka yang erat kaitannya dengan bidang kesehatan. Media Kesehatan Politeknik Kesehatan Makassar terbit setiap dua kali setahun. Naskah dikirim ke alamat sekretariat redaksi.
PEDOMAN PENULISAN
1. Naskah ditulis dengan program pengolah kata
Microsoft Word, dengan jenis huruf Times New Roman , 10 pt, satu spasi. Untuk rumus struktur kimia dapat digunakan program chemdraw ultra. Untuk foto dan gambar dapat digunakan format jpg/jpeg dan untuk grafik dapat digunakan excel.
2. Naskah dikirim dalam bentuk file CD, disket atau e-mail dan satu exsampler hasil cetakan pada kertas putih ukuran kwarto (21,59 X 27,94 cm), dengan margin 2 cm kanan, 2.5 cm bawah, 3 cm atas, dan 4 cm kiri.
3. Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia disusun dengan urutan sebagai berikut : a. JUDUL ditulis dengan huruf kapital ( maksimum
12 kata) b. Nama penulis tanpa gelar, nama depan ditulis
dengan huruf kecil semua kecuali huruf pertama ditulis sedangkan nama akhir huruf besar, ditulis dengan huruf besar semua, ditulis di bawah judul, beserta nama lengkap instansi penulis. Jika para penulis berasal dari instansi yang berbeda, maka gunakan tanda *),**),***) dan seterusnya di belakang nama masing-masing penulis. Kontak person penulis yang menjadi alamat korespondensi dan alamat instansi harus tercantum dengan lengkap beserta alamat e-mail (jika ada).
c. ABSTRAK dalam bahasa Indonesia atau dan
bahasa Iggris, maksimal 200 kata. d. Key words; 1 – 4 kata e. PENDAHULUAN, Berisi latar belakang, tinjauan
pustaka/ teori yang mendasari penelitian, masalah, tempat, metode, tujuan dan manfaat penelitian.
f. METODE DAN BAHAN
Disain penelitian instrumen dan metodologi yang digunakan bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian.
g. HASIL DAN PEMBAHASAN h. UCAPAN TERIMA KASIH
Kepada pihak-pihak yang berperan dalam penelitian tetapi tidak masuk sebagai penulis
i. DAFTAR PUSTAKA
(Lihat cara penulisan daftar pustaka) 4. Tabel dan keterangan tabel ditulis di bagian atas
tabel dengan nomor urut angka arab. 5. Gambar termasuk grafik serta keterangan ditulis di
bagian bawah dengan nomor urut angka arab. 6. Pustaka dalam naskah ditunjukkan dengan nama
akhir penulis diikuti tahun. Bila pustaka lebih dari satu penulis ditulis nama akhir penulis utama diikuti dengan et. al., (dkk.,), tahun. Contoh sebagai berikut : Chi-Hua Sun, Hui-Po Wang, 1998, Methods in
Preparation of Diphennylglycine-Containing Cefotaxime Double Esters, J. Food and Drug Analysis, School of
Pharmacy, National Taiwan University, Taiwan, 447 -484
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1979,
Materia Medika Indonesia, Jilid III,
Jakarta, 6 – 8 ............. 1992, Farmakope Indonesia , Edisi IV,
Direktoral Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta, 23 -29
Gennaro, A.R, 2000, Remington : The Science
and Practice of Pharmacy, 20th edition,
Mack Publishing Co, Easton, Pensylvania, U.S.A, 986 – 994.
Katzung, B.G., 1989, Farmakologi Dasar dan
Klinik, edisi ketiga, Ahli bahasa Binawati
Kotualubun dkk, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 47 – 484.
Morey,S.S, 2000, Guidelines on Migraine: Part 3.
Recommendations for Individual Drug,- http://www.aafp.org/clinical/migraine
Tjay H.T, Rahardja, K, 2002, Obat-obat Penting,
Khasiat Penggunaan dan Efek-efak Sampingnya, Edisi Kelima, Elex Media
Komputindo, Jakarta, 231 -244.
Media Farmasi Vol. XII. No. 2. November 2016 56
EVALUASI TERAPI SULIH ANTIBIOTIK PASIEN PNEUMONIA KOMUNITAS
RAWAT INAP DI RSUP DR. WAHIDIN SUDIRO HUSODO MAKASSAR
Estherina Allo Pajung*)
*) Akademi Farmasi Toraja
ABSTRAK
Peningkatkan mutu penggunaan antibiotik dapat dilakukan melalui terapi sulih merupakan bagian
dari penggunaan antibiotik bijak yang bermanfaat bagi kenyamanan penderita, mengurangi biaya,
mempercepat waktu keluar rumah sakit, mengurangi iv line infection dan terjadinya komplikasi.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pola sensitivitas bakteri terhadap antibiotik dan
pelaksanaan serta efektivitas terapi sulih antibiotik pasien pneumonia komunitas rawat inap di
RSUP Dr. Wahidin Sudiro Husodo Makassar. Metode penelitian adalah deskriptif secara
observasional prospektif pada evaluasi terapi sulih antibiotik pasien pneumonia komunitas rawat
inap (November 2014-Januari 2015) dan secara observasional retrospektif pada pola sensitivitas
bakteri terhadap antibiotik selama 2012-2014. Hasil yang diperoleh adalah selama tahun 2012-
2014 sensitivitas bakteri gram negatif dan gram positif terhadap antibiotic memiliki kategori
rendah (<30%) terhadap golongan Sefalosforin. Sebesar 44,44% psien pneumonia komunitas
menjalani terapi sulih dengan tingkat perbaikan klinis sebesar 68,75% dan lama perawatan < 8
hari. Sensitivitas bakteri Gram negative dan Gram positif teradap antibiotic Sefalosporin
(Seftriakson dan Sefataksim) memiliki kategori rendah. Penerapan terapi sulih antibiotik pada
pasien pneumonia komunitas rawat inap dengan tingkat keparahan sedang hingga berat memiliki
efektifivitas 68,78% dengan lama perawatan lebih singkat (<8 hari).
Kata kunci: terapi sulih, antibiotik, pneumonia, komunitas, rawat inap
PENDAHULUAN
Salah satu upaya untuk
mengendalikan faktor yang menyebabkan
resistensi bakteri yaitu penggunaan
antibiotik yang tepat. Upaya untuk
meningkatkan mutu penggunaan antibiotik
dan pedoman penggunaan antibiotik
merupakan salah satu program Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia. Upaya
tersebut adalah prinsip penetapan dosis,
interval, rute, waktu dan lama pemberian
antibiotik. Terapi sulih (switch iv therapy to
oral) merupakan salah satu upaya
meningkatkan mutu penggunaan antibiotik,
dan merupakan bagian dari pedoman
penggunaan antibiotik yang bermanfaat
bagi kenyamanan pasien, mengurangi biaya
perawatan, mempercepat waktu keluar
rumah sakit, mengurangi iv line infection
dan mengurangi terjadinya komplikasi
(Depkes RI, 2011; Binfar, 2011).
Terapi sulih antibiotik intravena ke
oral adalah penggantian pemberian terapi
intravena ke oral dengan obat yang
kandungannya sama atau berbeda segera
setelah pasien dinyatakan secara klinis
stabil, meliputi beberapa kriteria, tanpa
penurunan potensi antimikroba
(Cunha,2001;Noah.S.Scheinfield, 2011;
Ramirez,2012).
Pelaksanaan terapi sulih intravena
ke oral telah dilakukan dengan baik pada
beberapa kasus, seperti pneumoni
komunitas, peritonitis, infeksi nosokomial,
infeksi kulit dan jaringan lunak,serta infeksi
saluran kencing. Salah satu penggunaan
yang paling umum dari terapi sulih
antibiotik adalah pengobatan pneumonia
komunitas parah yang membutuhkan
perawatan di rumah sakit. Peran pelayanan
kefarmasian dalam terapi antibiotik
meliputi bermacam kegiatan, mulai dari
perencanaan hingga pemantauan obat.
Dalam hal penggunaan antibiotik oleh
pasien harus memperhatikan waktu,
frekuensi dan lama pemberian sesuai
regiman terapi dan memperhatikan kondisi
pasien. Pada proses penggunaan antibiotik,
farmasis dapat berperan pada penggantian
antibiotik intravena dengan antibiotik oral.
Penggantian bentuk sediaan antibiotik
intravena dengan antibiotik oral dapat
Media Farmasi Vol. XII. No. 2. November 2016 57
dilakukan dalam waktu 72 jam jika
antibiotik memiliki spektrum yang sesuai
dengan hasil tes sensitivitas dengan
memperhatikan farmakodinamik dan
farmakokinetik (Dirjen Binfar,2011).
Evaluasi terapi sulih antibiotik,
perlu didukung oleh data tentang pola
sensitivitas bakteri terhadap antibiotik pada
pasien rawat inap di rumah sakit. Profil
tentang data sensitivitas bakteri dapat
memberikan gambaran awal kepada peneliti
untuk melaksanakan observasi tentang
terapi sulih antibiotik. Efektivitas antibiotik
yang digunakan pada pasien pneumonia
komunitas berkaitan dengan waktu untuk
mencapai kondisi stabil, lama penggunaan
antibiotik, lama perawatan dan tingkat
perbaikan klinis pasien. Secara khusus akan
dilaksanakan pada pasien pneumonia
komunitas parah yang menjalani rawat inap
di rumah sakit. Aspek yang akan ditinjau
adalah pelaksanaan terapi sulih, jenis
antibiotik, waktu pemberian antibiotik
injeksi dan oral serta total lama pemberian
antibiotik selama dirawat, lama perawatan
di rumah sakit dan status pasien saat keluar
rumah sakit.
METODE DAN BAHAN
Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian ini
merupakan penelitian deskriptif dengan
metode observasi yang terdiri dari dua
bagian yaitu :
1. Profil pola sensitivitas bakteri terhadap
antibiotik menggunakan data kultur
bakteri secara retrospektif tahun 2012,
2013 dan periode Januari sampai Maret
2014.
2. Evaluasi terapi sulih antibiotic injeksi
intravena ke oral pasien pneumonia
komunitas yang menjalani rawat inap
dengan metode observasional secara
prospektif selama 3 bulan, yakni
November 2014 sampai dengan Januari
2015.
Populasi
1. Populasi pada pola sensitivitas bakteri
adalah data sensitivitas bakteri
terhadap antibiotik di rumah sakit pada
tahun 2012, 2013 dan periode Januari
sampai Maret 2014. Penelitian ini
menggunakan metode purposive
sampling yaitu mengambil sampel
sesuai tujuan penelitian yaitu data
sensitivitas pasien rawat inap selama
tahun 2012, 2013 dan 2014.
2. Populasi pada penelitian evaluasi terapi
sulih antibiotik adalah seluruh
penderita pneumonia yang menjalani
rawat inap RSUP Dr.Wahidin Sudiro
Husodo Makassar sedang sampel pada
penelitian ini adalah pasien pneumonia
komunitas adalah pasien yang dirawat
dengan diagnosa pneumonia komunitas
parah (PSI 90->130).
Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel pada
penelitian ini adalah yang memenuhi
kriteria penelitian.
1. Kriteria inklusi : Pasien dengan
diagnosa pneumonia komunitas parah
yang menjalani rawat inap dan
mendapat antibiotik intravena di
ruangan perawatan Non ICU
2. Kriteria Eksklusi:
a. Pasien pneumonia nosocomial
/infeksi lain
b. Adanya tanda sepsis
3. Standar untuk pelaksanaan Switch
Therapy IV to Oral sesuai kriteria
kondisi klinis stabil : ( PDPI 2003, ATS
2007, BTS 2009)
a. Temperatur ≤ 37,8⁰C
b. Bebas demam selama lebih dari 24
jam
c. Denyut nadi ≤ 100 kali/menit
d. Laju nafas ≤ 24 kali/menit
e. Tekanan darah sistolik ≥ 90
mmHg
f. Saturasi oksigen ( arteri ) ≥ 90 %
g. pO2 ≥ 60 mmHg
h. Oral intake
i. Kesadaran baik
Media Farmasi Vol. XII. No. 2. November 2016 58
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. Pola Sensitivitas Bakteri Dari Semua Spesimen Pasien Rawat Inap di RSUP Dr.
Wahidin Sudiro Husodo Makassar Tahun 2012
Media Farmasi Vol. XII. No. 2. November 2016 59
Tabel 2. Pola Sensitivitas Bakteri Dari Semua Spesimen Pasien Rawat Inap di RSUP
Dr. Wahidin Sudiro Husodo Makassar Tahun 2013
Media Farmasi Vol. XII. No. 2. November 2016 60
Tabel 3. Pola Sensitivitas Bakteri dari Semua Spesimen Pasien Rawat Inap di RSUP Dr. Wahidin
Sudiro Husodo Makassar Tahun 2014
Hasil kepekaan kuman
(sensitivitas) bakteri terhadap antibiotik di
lokasi penelitian menunjukkan sebagian
besar antibiotik memiliki sensitivitas yang
rendah terhadap sebagian besar antibiotik
selama periode tahun 2012-2014. Golongan
Penisilin (Amoksisilin dan Ampisilin-
Sulbaktam) memiliki sensitivitas rendah
(tidak efektif) terhadap Pseudomonas
aeruginosa dan Burkholderia cepacia. Pola
sensitivitas yang rendah (resisten) golongan
Penisilin terhadap kedua bakteri ini
disebabkan karena kedua bakteri ini
memiliki ketahanan intrinsik dalam
genomnya. Bakteri Gram positif lebih
sensitif terhadap golongan Penisilin karena
efeknya pada dinding sel bakteri
(peptidoglikan), dimana antibiotik beta
laktam mampu menghambat sisntesis
dinding sel bakteri dengan cara
mengganggu sintesis peptidoglikan
sehingga bakteri mati.
Selama tahun 2012-2014 pola
sensitivitas bakteri Gram negatif terhadap
Seftriakson, Sefotaksim, Sefazolin, dan
Sefuroksim menunjukkan pola sensitivitas
rendah (resisten) yaitu Escherichia coli,
Klebsiella pneumoniaee, Pseudomonas
Media Farmasi Vol. XII. No. 2. November 2016 61
aeruginosa, Acinetobacter baumannii dan
Burkholderia cepacia.
Selama tahun 2013-2014
ditemukan Tigesiklin merupakan salah satu
antibiotik yang memiliki aktivitas yang
tinggi terhadap berbagai bakteri, baik Gram
negatif maupun Gram positif dengan
sensitivitas bakteri sebesar 85,3% - 100%,
kecuali pada tahun 2014 sensitivitas bakteri
Pseudomonas aeruginosa terhadap
Tigesiklin ditemukan sebesar 0. Sensitivitas
yang tinggi bakteri Gram negatif yaitu
Escherichia coli, Klebsiella pneumonia dan
Pseudomonas aeruginosa ditemukan
terhadap Meropenem selama tahun 2012-
2014. Walaupun sensitivitas bakteri
Pseudomonas aeruginosa selama 3 tahun
cenderung menurun yaitu sebesar 83,36%,
79,66% dan 76,0.
Pada penelitian ini ditemukan
sensitivitas tinggi bakteri Escherichia coli
dan Klebsiella pneumoniae terhadap
Fosfomisin. Selama tahun 2012-2014
diperoleh data sensitivitas kedua bakteri
Gram negatif ini sebesar 90,89%-99,47%.
Efektivitas fosfomisin terhadap bakteri
Gram negatif berhubungan dengan
rendahnya tingkat penggunaan fosfomisin
di lokasi penelitian, walaupun hubungannya
tidak linier.
Tabel 4. Persentase dan Jumlah Pasien Pneumonia Komunitas yang Menerima Terapi Sulih
Antibiotik dan Tanpa Terapi Sulih
Gambar 1. Jumlah Pasien Pneumonia Komunitas Yang Mendapat Terapi Sulih dan Yang Tidak
Mendapat Terapi Sulih Berdasarkan Tingkat Keparahan
Gambar 2. Persentase Kesesuaian Jenis Antibiotik IV dan Antibiotik Oral sesuai Pedoman Terapi
(PDPI 2003) Pada Pasien Pneumonia Komunitas Rawat Inap Periode November 2014-
Januari 2015
Media Farmasi Vol. XII. No. 2. November 2016 62
Tabel 5 Tingkat Keparahan Dan Lama Pemberian Antibiotik IV, Oral
dan Total Pemberian Antibiotik Pasien Pneumonia Komunitas
Rawat Inap Periode November 2014-Januari 2015
Rute Pemberian AB Moderate Severe
Intravena ≤ 3 hari 8 orang 0
4-7 hari 10 orang 2 orang
≥ 8 hari 6 orang 10 orang
>15 hari 3 orang 7 orang
Oral 1-3 hari 9 orang 5 orang
4-7 hari 15 orang 6 orang
>8 hari - 1 orang
Antibiotik 5-14 hari 21 orang 5 orang
Total
Tabel 6. Waktu Yang Dibutuhkan Penderita Hingga Kondisi Stabil Dan Lama Rawat
Inap Pasien Pneumonia Komunitas Yang Menjalani Rawat Inap Periode
November 2014-Januari 2015
Kriteria Lama (hari) Moderate Severe
Waktu Hingga ≤ 3 hari 10 orang -
Kondisi Stabil 4-8 hari 11 orang 1 orang
>9 hari 2 orang 10 orang
Lama Rawat 0-8 hari 14 orang 3 orang
Inap >8 hari 10 orang 9 orang
Tabel 7. Status Keluar Rumah Sakit dan Lama Perawatan Penderita Pneumonia Yang
Menjalani Terapi Sulih Pada Saat Keluar Rumah Sakit
Kriteria Lama (Hari) Terapi Sulih Tanpa Terapi Sulih
Lama
Perawatan ≤ 8 hari 10 orang 4 orang
>9 hari 6 orang 16 orang
Status Keluar
Rumah Sakit Sembuh 12 orang 3 orang
Belum Sembuh 4 orang 17 orang
Media Farmasi Vol. XII. No. 2. November 2016 63
Gambar 3. Outcome Terapi Sulih Antibiotik Pada Pasien Pneumonia Komunitas Rawat Inap
Periode November 2014-Januari 2015
Evaluasi pelaksanaan terapi sulih
antibiotik intravena ke oral pada pasien
pneumonia komunitas yang menjalani
rawat inap selama periode November 2014-
Januari 2015 berpedoman pada Pedoman
Diagnosis dan Terapi PDPI 2003, ATS
Guidelines 2007, BTS Guidelines 2009 dan
SOP pneumonia komunitas pasien rawat
inap di lokasi penelitian . Berdasarkan
pedoman terapi dan hasil penelitian
sebelumnya menyatakan bahwa 40%-50%
pasien pneumonia komunitas dapat
menjalani terapi sulih setelah 2 hingga 3
hari. Penderita dengan derajat risiko sedang
lebih besar persentasenya menjalani terapi
sulih antibiotika. Pasien pneumonia
komunitas dengan derajat risiko sedang
lebih cepat mencapai kondisi stabil karena
faktor usia dan faktor komorbid yang jarang
ditemukan pada sebagian besar pasien.
Lama terapi sulih antibiotik pada penelitian
ini rata-rata 5,68 hari dengan minimal 2
hari dan maksimal 14 hari. Semakin lama
terapi sulih antibiotik dilakukan, semakin
lama pula pasien menjalani perawatan di
rumah sakit.
Berbagai faktor menjadi kendala
dalam pelaksanaan terapi sulih antibiotik.
Di lokasi penelitian belum memiliki
pedoman pelaksanaan terapi sulih antibiotik
secara umum maupun khusus pada
penederita pneumonia komunitas. Adanya
pedoman terapi sulih antibiotik dapat
membantu para dokter untuk membuat
keputusan yang tepat untuk melakukan
terapi sulih pada pasien, hal ini dilaporkan
pada penelitian bahwa dokter yang berbeda
memiliki persepsi dan pendapat yang
berbeda tentang terapi sulih antibiotik.
(Bassetti et al, 2014; Ramirez et al,2012).
Pada kasus pneumonia komunitas kriteria
kondisi stabil harus dicatat secara rutin
yang berguna sebagai pedoman agar terapi
sulih antibiotik berhasil dan konsisten.
Terapi sulih antibiotik yang efisien dan
efektif harus didukung oleh tim
multidisiplin. Peranan farmasis klinis dalam
pembuatan pedoman terapi sulih antibiotik
telah berhasil dilakukan di beberapa negara.
Apoteker klinis memiliki tanggung jawab
untuk menetapkan pedoman terapi sulih
dengan persetujuan Komite Farmasi dan
Terapi di rumah sakit. Apoteker klinis akan
mengidentifikasi pasien yang menerima
terapi antibiotik intravena dengan indikasi
masing-masing dan akan memeriksa status
klinis pasien yang memenuhi syarat untuk
terapi sulih. Selanjutnya apoteker klinis
akan menginformasikan ke dokter tentang
pasien yang memenuhi syarat untuk terapi
sulih pada waktu yang tepat. Apoteker
klinis dapat membuat rekomendasi jenis
antibiotik oral yang dapat diberikan sebagai
pengganti antibiotik intravena.
Pada penelitian ini antibiotik
empiris yang paling banyak digunakan
adalah seftriakson injeksi dengan
persentase sebesar 58,33%. Sedangkan
kombinasi antibiotik yang paling banyak
digunakan adalah kombinasi Sefalosporin
generasi ketiga (Seftriakson) dan Sefiksim
(Sefalosporin generasi ketiga) sebesar
27,78%, diikuti oleh penggunaan
Seftriakson kombinasi dengan Sefadroksil
sebesar 13,89% selanjutnya kombinasi
seftriakson injeksi dan levofloksasin tablet
Media Farmasi Vol. XII. No. 2. November 2016 64
sebesar 11,11% dan kombinasi seftriakson
dan levofloksasin sebesar 8,33%. Terapi
antibiotik yang direkomendasikan untuk
penderita rawat inap non-Intensive Care
Unit/ICU menurut ATS adalah antibiotik
golongan fluorokuinolon
(levofloksasin,moksifloksasin atau
gemifloksasin) atau dengan menggunakan
kombinasi antara betalaktam
(seftriakson,sefotaksim, atau ampisilin
sulbaktam) dengan makrolida (asitromisin)
( Mandel et al,2007). Standar Operational
Procedur (SOP) pneumonia komunitas di
lokasi penelitian menetapkan pedoman
terapi untuk pneumonia komunitas adalah
antibiotik empiris spektrum luas seperti
seftriakson injeksi. Penggunaan antibiotik
pada penelitian ini diperoleh kesesuaian
dengan pedoman terapi hanya sebesar
61,11%.
Hasil pemeriksaan sensitivitas
bakteri di lokasi penelitian menunjukkan
bahwa seftriakson injeksi dan sefotaksim
injeksi menunjukkan pola sensitivitas
rendah terhadap bakteri Gram negatif dan
bakteri Gram positif. Sensitivitas terhadap
bakteri Streptococcus pneumonia pada
tahun 2013 memiliki kategori rendah
(25%). Sensitivitas bakteri terhadap
antibiotik empiris menjadi salah satu faktor
penyebab semakin lamanya penggunaan
antibiotik. Demikian pula dengan tingkat
perbaikan klinis pasien yang menggunakan
antibiotik.
Rata-rata lama penggunaan
antibiotika intravena pada penelitian ini
memerlukan waktu minimum 2 hari,
maksimum 28 hari dan rerata lama
antibiotik intravena adalah 7,47 hari. Rata-
rata lama penggunaan antibiotik oral
memerlukan waktu minimum 3 hari,
maksimum 14 hari dan rerata lama
antibiotik oral adalah 5 hari. Sedangkan
total lama penggunaan antibiotik
keseluruhan minimum 5 hari, maksimum
28 hari dan rerata lama pemberian
antibiotik keseluruhan adalah 11,38 hari.
Menurut pedoman terapi ATS, rata-rata
lama penggunaan antibiotik tanpa
memperhatikan jenis antibiotiknya, adalah
minimal 5 hari. Beberapa bukti penelitian
memberikan rekomendasi penggunaan
antibiotik adalah 7-10 hari atau juga dapat
lebih dari 14 hari. ( Mandel et al, 2007).
Lama perawatan pasien
pneumonia komunitas yang menjalani
terapi sulih minimum 4 hari, maksimum 28
hari dan nilai rerata 9,38 hari. Sebanyak 16
penderita yang menjalani terapi sulih
antibiotik 5 orang (31,25%) dinyatakan
membaik, 10 orang (62,5%) dinyatakan
sembuh dan 1 orang (6,25%) dinyatakan
belum sembuh. Tingkat kesembuhan dan
perbaikan klinis penderita pneumonia yang
menjalani terapi sulih antibiotik pada
penelitian ini sebesar 68,75%,
menunjukkan bahwa terapi sulih antibiotik
merupakan salah satu strategi yang
memberikan manfaat dalam penanganan
pneumonia komunitas. Jika dibandingkan
dengan penelitian yang dilakukan
sebelumnya hasil penelitian ini lebih
rendah. Tingkat kesembuhan pasien yang
lebih rendah dan total hari rawat yang lebih
lama merupakan salah satu indikator
efektivitas terapi antibiotik yang perlu di
kaji ulang.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan data hasil penelitian
yang diperoleh pada penelitian ini maka
dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Antibiotik yang memiliki aktivitas
tinggi (sensitivitas bakteri > 60%)
selama periode 2012-2014 adalah
tigesiklin, meropenem, fosfomisin.
Sedangkan antibiotik yang memiliki
aktivitas yang paling rendah
(sensitivitas bakteri< 30%) adalah
Sefotaksim dan Seftriakson injeksi.
2. Pelaksanaan terapi sulih antibiotik
pada pasien pneumonia yang menjalani
rawat inap selama November 2014-
Januari 2015 dapat diterapkan pada
pasien pneumonia dengan derajat
risiko sedang hingga parah. Lama
terapi sulih pada penelitian ini rata-rata
5,68 hari, waktu minimum adalah 2
hari dan maksimum 14 hari. Persentase
terapi sulih antibiotik pada pasien
pneumonia yang memenuhi kriteria
stabil adalah sebesar 44,44%.
3. Penggunaan antibiotik empiris dan
antibiotik oral pada pasien pneumonia
yang menjalani rawat inap selama
November 2014 Januari 2015 sebesar
61,11% yang sesuai dengan pedoman
Media Farmasi Vol. XII. No. 2. November 2016 65
terapi sedangkan 31,89% tidak sesuai
rekomendasi pedoman terapi.
4. Lama pemberian antibiotik pada
penelitian ini yaitu minimal 5 hari dan
maksimal 28 hari
5. Waktu yang dibutuhkan untuk
mencapai kondisi stabil minimal 2 hari
dan maksimal 16 hari.
6. Terapi sulih antibiotik merupakan
strategi yang bermanfaat dalam
penggunaan antibiotik yang tepat pada
pasien pneumonia komunitas. Tingkat
kesembuhan pasien yang menjalani
terapi sulih antibiotik pada penelitian
ini sebesar 68,75%.
Saran
Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan, maka dapat disarankan untuk
melakukan penelitian yang lebih lanjut
tentang terapi sulih antibiotic dengan
rancangan penelitian eksperimental pada
subyek yang lebih besar dengan periode
waktu yang lebih lama pada kasus infeksi
yang sesuai dan perlunya dilakukan
penelitian yang lebih lanjut tentang
efektivitas antibiotik sefotaksim dan
seftriakson pada berbagai kasus infeksi lain
dengan senantiasa memperhatikan pola
sensitivitas bakteri terhadap antibiotik.
DAFTAR PUSTAKA
Direktur Bina Pelayanan kefarmasian,
2011 Pedoman Pelayanan
Kefarmasian Untuk Terapi
Antibiotik. Jakarta. Departemen
Kesehatan RI
Lim WS, Baoudoin SV, George RC, et al,
2009, Guidelines for the
management of community
acquired pneumonia in adults .
Pneumonia Guidelines Committee
of the British Thoracic Society
Standards of Care Committee.
Mandel LS, Wunderink RG, Anzueto A, et
al 2007, Infectious diseases
society of America/ American
Thoracic Society Consensus
guidelines on the management of
community acquired pneumonia in
adults. Clinical Infectious
Diseases. 44: S27-72
Ramírez JA, 2001, “Managing
Antiinfective Therapy of
Community acquired pneumonia
in the hospital setting; Focus on
Switch Therapy.
J.Pharmacotherapy. 21: 795-825.
JA, 2012, “Switch therapy in hospitalized
patients with community-acquired
pneumonia: Tigecycline vs
Levofloxacin. BMC Infectious
Diseases. 12:159 .
KM., 2008, Intravenous to Oral Therapy
Conversion. Journal of
Competence Assesment Tools for
Health-System Pharmacies. 4:
347-360
Media Centre, 2011, Antimicrobial
Resistance, ( Online),
(http:www.who.int/media
centre/factsheets/fs194/en/diakses
4-3-2014)
Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor
2406/ Menkes/Per/XII/2011
Tentang Pedoman Umum
Penggunaan Antibiotik. Jakarta. 1-
61
Sanford, 2010, Antibiotic Guideline
Tenover FC, 2006, Mechanisms of
antimicrobial resistance in
bacteria. Am J Medicine.
119(6A):S3-S10.