08-Dian Agung Wicaksono-Esai Infid

5

Click here to load reader

Transcript of 08-Dian Agung Wicaksono-Esai Infid

Page 1: 08-Dian Agung Wicaksono-Esai Infid

“ Agung Wicaksono “ 1

PENEGAKAN KEADILAN IKLIM MELALUI IMPLEMENTASI REDD+

UNTUK PENYELAMATAN LINGKUNGAN HIDUP SEBAGAI PERWUJUDAN

KEADILAN KONSTITUSIONAL DI INDONESIA

Dian Agung Wicaksono*

Dalam konteks perubahan iklim, dunia saat ini tengah berpacu antara deforestasi

dan degradasi hutan dengan upaya pengurangan emisi dalam mitigasi perubahan iklim.

Namun demikian, untuk mengurangi 20% dari emisi yang berkaitan dengan hutan, kita

memerlukan pendekatan konservasi yang baru dan lebih efektif, yaitu REDD+ atau

Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation Plus (Reduksi Emisi

dari Deforestasi dan Degradasi Hutan Plus).1 Berbeda dengan kegiatan konservasi hutan

konvensional, REDD+ memberikan insentif finansial sebagai konservasi penyimpanan

karbon di hutan. Mekanisme REDD+ mengikuti prinsip “common but differentiated

responsibility”2, yang mana negara maju yang menghasilkan emisi dalam proses

industrialisasi menyediakan dana dan teknologi untuk negara berkembang sebagai

bentuk komitmen mengurangi dampak emisi karbon. Walaupun tampak sederhana,

implementasi di lapangan jauh lebih sulit. Tantangan-tantangan besar di dalam

mekanisme ini muncul, termasuk bagaimana mengukur karbon secara akurat,

bagaimana memastikan dana sampai ke komunitas hutan dengan transparan dan efisien,

siapa yang akan bertanggung jawab apabila hutan ternyata tetap rusak, serta sumber

pendanaan.3

* (S.H., LL.M. Cand.); Mahasiswa Magister Ilmu Hukum Kenegaraan Fakultas Hukum

Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta; Editor Jurnal Mimbar Hukum Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta; (e-mail: [email protected]).

1 Center for International Forestry Research (CIFOR), 2010, REDD: Apakah itu? Pedoman CIFOR tentang Hutan, Perubahan Iklim dan REDD, CIFOR, Bogor, hlm. 3.

2 Lihat dalam Principle 7 of The Rio Declaration on Environment and Development (1992) yang memberikan definisi pertama dari prinsip “common but differentiated responsibility” dengan menyatakan, “States shall co-operate in a spirit of global partnership to conserve, protect and restore the health and integrity of the Earth's ecosystem. In view of the different contributions to global environmental degradation, States have common but differentiated responsibilities. The developed countries acknowledge the responsibility that they bear in the international pursuit of sustainable development in view of the pressures their societies place on the global environment and of the technologies and financial resources they command.”

3 Pusat Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kehutanan Republik Indonesia, “REDD, Apakah Itu?”, http://www.redd-indonesia.org/index.php?option=com_content&view=article&id=180&Itemid=68, diakses 12 Januari 2012.

Page 2: 08-Dian Agung Wicaksono-Esai Infid

“ Agung Wicaksono “ 2

Dalam konvensi perubahan iklim di Cancun pada tahun 2010, dunia telah sepakat

untuk memasukkan REDD+ dalam mekanisme yang akan berlaku setelah Protokol

Kyoto berakhir di tahun 2012. KTT Cancun juga menghasilkan kesepakatan akan unsur-

unsur penting yang diperlukan untuk mencapai kesepakatan yang lebih menyeluruh

terutama dalam aspek pengukuran (measurement), pelaporan (reporting), dan verifikasi

(verification) atau MRV dari pengurangan emisi gas rumah kaca dan sokongan

pendanaan.4 Aspek MRV menjadi tolak ukur yang penting untuk dapat menurunkan

emisi secara tepat dan mengkalkulasikan dana kompensasi untuk mendukung upaya

tersebut. Di KTT Cancun, REDD+ disepakati sebagai bagian integral penanggulangan

perubahan iklim dan kesepakatan mengenai REDD+ memberikan landasan kuat untuk

terus membangun program REDD+ yang lebih kredibel terutama di negara-negara yang

mempunyai hutan tropis seperti Indonesia.

Dalam konteks Indonesia, diperlukan piranti hukum nasional dan kebijakan

nasional untuk mempersiapkan implementasi dari REDD+ di Indonesia. Dalam tahap

pelaksanaan REDD+ di Indonesia, saat ini telah memasuki fase kedua yang merupakan

tahap kesiapan (readiness). Keseluruhan tahapan pelaksanaan REDD+ di Indonesia

terdiri dari 3 tahap, yaitu (1) Tahap 1 (2007-2008) Persiapan; (2) Tahap 2 (2009-2012)

Kesiapan; dan (3) Tahap 3 (Mulai 2013) Implementasi. Dalam tahapan kedua ini

kesiapan pelaksanaan difokuskan pada: (1) Penyusunan Rencana Nasional Strategis

REDD+; (2) Pembentukan Kelembagaan REDD+; (3) Pembentukan Lembaga MRV

dan pengembangan kapasitas MRV untuk REDD+; dan (4) Pengaturan mekanisme

pendanaan untuk REDD+.5

Dengan berkaca pada tahapan pelaksanaan REDD+ di Indonesia tersebut, dalam

konteks ketatanegaraan sejatinya ikhtiar untuk mempersiapkan instrumen hukum

tersebut sejalan dengan semangat untuk mengangkat lingkungan hidup sebagai bagian

yang tidak terpisahkan dari konstitusi. Konstitusionalisasi lingkungan hidup dalam

konstitusi merupakan titik tolak pengakuan kesetaraan antara manusia dan alam. Dalam

pemikiran filosofis pengakuan kesetaraan inilah yang disebut sebagai panpsychism atau

4 Fitrian Ardiansyah, “Makna Kesepakatan Cancun Bagi Penanggulangan Perubahan Iklim”,

http://www.antaranews.com/berita/1293418189/makna-kesepakatan-cancun-bagi-penanggulangan-perubahan-iklim, diakses 12 Januari 2012.

5 Doddy S. Sukadri, “Koordinasi Kelembagaan dan Kebijakan REDD Plus”, Makalah, Pelatihan Mekanisme Pembayaran REDD Plus, Hotel Grand USSU, Cisarua, 21 Desember 2011.

Page 3: 08-Dian Agung Wicaksono-Esai Infid

“ Agung Wicaksono “ 3

pansubjectivism sebagaimana dikemukakan oleh Alfred North Whitehead.6 Dalam

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI Tahun

1945) secara tegas diakui adanya kesetaraan antara manusia dengan alam, bahwa

lingkungan hidup merupakan bagian tidak terpisahkan dari keberadaan manusia. Dalam

Pasal 28H ayat (1)7 dan Pasal 33 ayat (4)8 UUD NRI Tahun 1945 merupakan bukti

bahwa Indonesia telah mengadopsi apa yang dikenal dengan green constitution9.

Spesifik dalam konteks implementasi REDD+ di Indonesia dapat dimaknai

sebagai upaya untuk mencapai pada keadilan antar generasi atas prinsip-prinsip

keselamatan rakyat, pemulihan keberlanjutan layanan alam, dan perlindungan

produktivitas rakyat dimana semua generasi baik sekarang maupun mendatang berhak

terselamatkan akibat dampak perubahan iklim dan mampu beradaptasi terhadap

perubahan iklim secara berkeadilan, yang biasa kita kenal dengan keadilan iklim.10

Berdasar hal itu keadilan iklim saat ini sangat dibutuhkan untuk menanggulangi

permasalahan perubahan iklim yang terjadi saat ini untuk penyelamatan lingkungan

hidup.

Keadilan iklim tegak ketika proses perubahan iklim dapat ditangani dengan baik

dan menyelamatkan generasi yang tidak hanya berada pada saat ini, tetapi juga pada

masa yang akan datang. Dengan menyiapkan konsep yang matang dalam melaksanakan

REDD+ merupakan upaya untuk menegakkan keadilan iklim di Indonesia. Terlebih

Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan hutan tropis terluas di dunia,

seharusnya anugerah sumber daya alam yang dimiliki Indonesia mampu turut serta

menjaga kelangsungan hidup dunia dengan menyerap emisi gas rumah kaca. Selain

membantu dunia menghadapi perubahan iklim sudah selayaknya Indonesia turut serta

menikmati mekanisme kompensasi dana melalui mekanisme REDD+ yang pada

6 Lihat lebih lanjut dalam Alfred North Whitehead, 1929, Process and Reality: an Essay in

Cosmology, Macmillan, New York. 7 Pasal 28H ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, “Setiap

orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.”

8 Pasal 33 ayat (4) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, “Perekonomian nasional diselenggarakan berdasarkan atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi-berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.”

9 Lihat lebih lanjut dalam Jimly Asshiddiqie, 2009, Green Constitution: Nuansa Hijau Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Rajawali Press, Jakarta.

10 Luluk Uliyah dan Firdaus Cahyadi, 2011, Question and Answer tentang Keadilan Iklim, Yayasan Satu Dunia, Jakarta, tanpa halaman.

Page 4: 08-Dian Agung Wicaksono-Esai Infid

“ Agung Wicaksono “ 4

muaranya akan berdampak positif pada pelestarian lingkungan hidup Indonesia,

khususnya hutan.

Dalam hal ini konsep keadilan iklim yang kemudian didukung dengan mekanisme

REDD+ akan memberikan peluang bagi negara dalam mencapai tujuannya sebagai

termaktub dalam Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 alinea keempat “[…] untuk

memajukan kesejahteraan umum […]”. Sebagaimana Pasal 28H ayat (1) UUD NRI

Tahun 1945 menyatakan, “Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin,

bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak

memperoleh pelayanan kesehatan.” Jaminan konstitusional atas hak mendapatkan

lingkungan hidup yang baik dapat diwujudkan dengan memaksimalkan implementasi

mekanisme yang terdapat dalam REDD+ yang bermuara pada kesejahteraan rakyat.

Dalam hal ini ketika implementasi REDD+ dapat diterapkan dengan tepat maka

akan berdampak Indonesia dapat meningkatkan perlindungan dan pengelolaan hutan

secara lebih baik untuk mempertahankan kondisi keadilan iklim di Indonesia. Hal

tersebut adalah konsekuensi bagi Indonesia jika ingin mempertahankan implementasi

REDD di Indonesia. Dalam hal ini hak-hak masyarakat untuk memperoleh lingkungan

hidup yang sehat pun juga akan terpenuhi dengan optimal. Dalam hal ini selain

memenuhi hak konstitusional warga negara, juga turut berperan aktif menegakkan

keadilan iklim, yang pada muaranya akan berujung pada perwujudan keadilan

konstitusional di Indonesia.

Page 5: 08-Dian Agung Wicaksono-Esai Infid

“ Agung Wicaksono “ 5

DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah, Fitrian, “Makna Kesepakatan Cancun Bagi Penanggulangan Perubahan Iklim”, http://www.antaranews.com/berita/1293418189/makna-kesepakatan-cancun-bagi-penanggulangan-perubahan-iklim, diakses 12 Januari 2012.

Asshiddiqie, Jimly, 2009, Green Constitution: Nuansa Hijau Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Rajawali Press, Jakarta.

Center for International Forestry Research (CIFOR), 2010, REDD: Apakah itu? Pedoman CIFOR tentang Hutan, Perubahan Iklim dan REDD, CIFOR, Bogor.

Pusat Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kehutanan Republik Indonesia, “REDD, Apakah Itu?”, http://www.redd-indonesia.org/index.php?option=com_content&view=article&id=180&Itemid=68, diakses 12 Januari 2012.

Sukadri, Doddy S., “Koordinasi Kelembagaan dan Kebijakan REDD Plus”, Makalah, Pelatihan Mekanisme Pembayaran REDD Plus, Hotel Grand USSU, Cisarua, 21 Desember 2011.

The Rio Declaration on Environment and Development (1992).

Uliyah, Luluk dan Firdaus Cahyadi, 2011, Question and Answer tentang Keadilan Iklim, Yayasan Satu Dunia, Jakarta.

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Whitehead, Alfred North, 1929, Process and Reality: an Essay in Cosmology, Macmillan, New York.