05. Rks Struktur ( Bag. c )

28
BAGIAN C Pekerjaan Tanah, Pondasi dan Struktur Halaman : C -1 BAGIAN C PEKERJAAN TANAH, URUGAN PASIR, PONDASI DAN STRUKTUR BAB I PEKERJAAN TANAH, PEKERJAAN PENGGALIAN DAN PENGURUGAN Pasal 1 Lingkup pekerjaan 1.1. Pekerjaan ini meliputi Pekerjaan Penggalian dan Pengurugan/Penimbunan tanah dan pasir ( sesuai gambar ), seperti galian tanah pondasi batukali, pondasi jalur, pondasi tapak beton, poer, tie beam/sloof serta penggalian dan pengurugan/penimbunanlain untuk pekerjaan drainage dan Mekanikal / Elektrikal. 1.2. Semua penggalian tanah dan pengurugan tanah kembali harus dilaksanakan sesuai dengan Gambar dan semua petunjuk yang disampaikan olehSupervisi, selama berlangsungnya pekerjaan. 1.3. Menyediakan tenaga kerja , peralatan dan alat bantu lainnya untuk melaksanakan pekerjaan ini dengan hasil yang baik dan sempurna. Pasal 2 Syarat pelaksanaan penggalian 2.1. Pekerjaan penggalian pondasi, sloof dan poer dan lain lain, dapat dilaksanakan secara konvensional dan semua peralatan yang dibutuhkan harus disediakan oleh Kontraktor, baik yang menyangkut peralatan untuk pekerjaan persiapan maupun peralatan untuk pekerjaan penggaliannya sendiri dan alat-alat bantu yang diperlukannya. 2.2. Sebelum pekerjaan penggalian dapat dilaksanakan, Kontraktor wajib untuk mengajukan permohonan tertulis kepada Supervisiyang menyebutkan tanggal akan dimulainya pekerjaan penggalian, uraian teknis tentang cara-cara penggalian yang akan dilaksanakan. 2.3. Dalam melaksanakan pekerjaan penggalian ini, Kontraktor wajib melaksanakan pekerjaan pencegahan atau kelongsoran tanah, pekerjaan penanggulangan air tanah yang menggenang, pekerjaan perbaikan bila terjadi kelongsoran dan lain sejenisnya. 2.4. Semua galian harus dilaksanakan sampai diperoleh panjang galian, kedalaman, kemiringan dan lengkungan yag sesuai dengan yang tertera di dalam Gambar Perencanaan. 2.5. Bila kedalaman penggalian terlampaui kedalaman yang dibutuhkan sebagaimana yang tertera di dalam Gambar, Kontraktor harus menimbun dan memadatkannya kembali dengan pasir urug, dan semua biaya tambahan yang diakibatkannya menjadi tanggung jawab Kontraktor. 2.6. Bila kondisi dari tanah pada kedalaman yang ditentukan di dalam Gambar ternyata meragukan, Kontraktor harus secepatnya melaporkan hasil tersebut kepada Konsultan Manjemen Konstruksi secara tertulis, agar dapat diambil langkah-langkah yang dianggap perlu, semua biaya yang diakibatkan oleh keadaan tersebut akan dibayar oleh Pemilik Bangunan melalui penerbitan “Perintah Perubahan Pekerjaan”.

Transcript of 05. Rks Struktur ( Bag. c )

BAGIAN C Pekerjaan Tanah, Pondasi dan Struktur

Halaman : C -1

BAGIAN C

PEKERJAAN TANAH, URUGAN PASIR, PONDASI DAN STRUKTUR

BAB I

PEKERJAAN TANAH, PEKERJAAN PENGGALIAN DAN PENGURUGAN

Pasal 1 Lingkup pekerjaan

1.1. Pekerjaan ini meliputi Pekerjaan Penggalian dan Pengurugan/Penimbunan tanah dan pasir ( sesuai gambar ), seperti galian tanah pondasi batukali, pondasi jalur, pondasi tapak beton, poer, tie beam/sloof serta penggalian dan pengurugan/penimbunanlain untuk pekerjaan drainage dan Mekanikal / Elektrikal.

1.2. Semua penggalian tanah dan pengurugan tanah kembali harus dilaksanakan sesuai dengan Gambar dan semua petunjuk yang disampaikan olehSupervisi, selama berlangsungnya pekerjaan.

1.3. Menyediakan tenaga kerja , peralatan dan alat bantu lainnya untuk melaksanakan pekerjaan ini dengan hasil yang baik dan sempurna.

Pasal 2 Syarat pelaksanaan penggalian

2.1. Pekerjaan penggalian pondasi, sloof dan poer dan lain lain, dapat dilaksanakan secara konvensional dan semua peralatan yang dibutuhkan harus disediakan oleh Kontraktor, baik yang menyangkut peralatan untuk pekerjaan persiapan maupun peralatan untuk pekerjaan penggaliannya sendiri dan alat-alat bantu yang diperlukannya.

2.2. Sebelum pekerjaan penggalian dapat dilaksanakan, Kontraktor wajib untuk mengajukan permohonan tertulis kepada Supervisiyang menyebutkan tanggal akan dimulainya pekerjaan penggalian, uraian teknis tentang cara-cara penggalian yang akan dilaksanakan.

2.3. Dalam melaksanakan pekerjaan penggalian ini, Kontraktor wajib melaksanakan pekerjaan pencegahan atau kelongsoran tanah, pekerjaan penanggulangan air tanah yang menggenang, pekerjaan perbaikan bila terjadi kelongsoran dan lain sejenisnya.

2.4. Semua galian harus dilaksanakan sampai diperoleh panjang galian, kedalaman, kemiringan dan lengkungan yag sesuai dengan yang tertera di dalam Gambar Perencanaan.

2.5. Bila kedalaman penggalian terlampaui kedalaman yang dibutuhkan sebagaimana yang tertera di dalam Gambar, Kontraktor harus menimbun dan memadatkannya kembali dengan pasir urug, dan semua biaya tambahan yang diakibatkannya menjadi tanggung jawab Kontraktor.

2.6. Bila kondisi dari tanah pada kedalaman yang ditentukan di dalam Gambar ternyata meragukan, Kontraktor harus secepatnya melaporkan hasil tersebut kepada Konsultan Manjemen Konstruksi secara tertulis, agar dapat diambil langkah-langkah yang dianggap perlu, semua biaya yang diakibatkan oleh keadaan tersebut akan dibayar oleh Pemilik Bangunan melalui penerbitan “Perintah Perubahan Pekerjaan”.

BAGIAN C Pekerjaan Tanah, Pondasi dan Struktur

Halaman : C -2

2.7. Permukaan tanah yang sudah selesai digali dan telah mencapai kedalaman rencana harus dipadatkan kembali untuk mendapatkan permukaan yang padat, rata. Pemadatan tanah digunakan alat pemadat tanah yang sebelumnya disetujui oleh Supervisi.

2.8. Kontraktor harus melaporkan hasil pekerjaan galian tanah yang telah selesai dan menurut pendapatnya sudah dapat digunakan untuk pemasangan pondasi/ pekerjaan berikutnya kepada Supervisi/Konsultan Pengawas untuk dimintakan persetujuannya.

2.9. Semua kelebihan tanah galian harus dikeluarkan dari lapangan ke lokasi yang disetujui oleh Supervisi. Kontraktor bertanggung jawab untuk mendapatkan tempat pembuangan dan membayar ongkos­ongkos yang diperlukan.

2.10. Air yang tergenang dilapangan, atau dalam saluran dan galian selama pelaksanaan pekerjaan dari mata air, hujan atau kebocoran pipa­pipa harus dipompa keluar atau biaya Kontraktor.

2.11. Hambatan yang Dijumpai Waktu Penggalian

a. Semua akar­akar pohon, batang­batang pohon terpendam, beton-beton tak terpakai atau pondasi­pondasi bata, septicktank bekas, pipa drainase yang tak terpakai, batu­batu besar yang dijumpai pada waktu penggalian harus dikeluarkan atas biaya Kontraktor.

Tanah yang berlubang akibat hambatan yang dijumpai harus diperbaiki kembali dengan pasir beton : semen dengan perbandingan 10 : 1

b. Instalasi umum yang tertanam dan masih berfungsi seperti pipa drainase, pipa air minum, pipa gas, kabel listrik yang dijumpai pada waktu penggalian diusahakan tidak terganggu atau menjadi rusak.

Bilamana hal ini dijumpai maka Supervisi dan pihak­ pihak yang berwenang harus segera diberitahu dan mendapatkan instruksi selanjutnya untuk mengeluarkan instalasi tersebut sebelum penggalian yang berdekatan diteruskan.

Bilamana terjadi kerusakan­kerusakan pada instalasi tersebut diatas, makaSupervisi dan pihak­pihak yang berwenang harus segera diberitahu dan semua kerusakan­kerusakan harus diperbaiki atas biaya Kontraktor.

Pasal 3 Syarat pekerjaan pengurugan/penimbunan tanah

3.1. Yang dimaksud disini ialah pekerjaan pengurugan/timbunan yaitu dimana permukaan tanah yang direncanakan lebih tinggi dari permukaan tanah asli, sebagaimana tertera dalam gambar rencana.

3.2. Semua daerah yang akan diurug harus dibersihkan dari semua semak, akar pohon, sampah, puing bangunan dan lain­lain sebelum pengurugan dimulai.

3.3. Tanah yang digunakan untuk mengurug harus bersih dari bahan organis, sisa­sisa tanaman, sampah dan lain­lain.Tanah yang digunakan untuk timbunan dan subgrade harus memenuhi standard spesifikasi AASHTO-M 57-64 dan harus diperiksa terlebih dahulu di laboratorium tanah yang disetujui oleh Konsultan Pengawas.

3.4. Pengurugan/penimbunan harusdilakukan lapis demi lapis dengan ketebalan maksimum 25 cmuntuk masing­masing lapisan, kemudian dipadatkan sampai permukaan tanah yang direncanakan.

3.5. Pelaksanaan pengurugan/penimbunan dapat menggunakan mesin gilas dan pada daerah yang oleh Konsultan Mannajemen Konstruksi dianggap berbahaya atau dengan jarak lebih kurang

BAGIAN C Pekerjaan Tanah, Pondasi dan Struktur

Halaman : C -3

45 cm dari saluran atau batas­batas atau pekerjaan­pekerjaan yang mungkin menjadi rusak digunakan Stamper.

BAB II

PEKERJAAN URUGAN PASIR

Pasal 1 Lingkup pekerjaan

1.1. Pasal ini menguraikan semua pekerjaan urugan pasir yang harus dilaksanakan oleh Kontraktor, seperti pengurugan pasir dibawah Pile Cap, Sloof, lantai, dibawah perkerasan-perkerasan dan lain-lain sebagainya serta pekerjaan pemadatan urugan pasir tersebut, sebagaimana yang tertera pada Gambar Perencanaan.

1.2. Pengurugan Pasir harus dilaksanakan sesuai dengan persyaratan yang tercantum di dalam PUBI 1979 (NII-3) ayat 12.1.

1.3. Menyediakan tenaga kerja , peralatan dan alat bantu lainnya untuk melaksanakan pekerjaan ini dengan hasil yang baik dan sempurna.

Pasal 2 Persyaratan Bahan

Pasir urug yang akan dipakai harus bersih dan cukup keras, sesuai dengan persyaratan yang tercantum di dalam PUBI 1971 ayat 12.1. Pasir laut dapat digunakan, asal dicuci secara memadai.

Pasal 3 Syarat Pelaksanaan Pekerjaan

3.1. Sebelum pengurugan pasir dilaksanakan Kontraktor wajib untuk memeriksa ketinggian dari tanah atau konstruksi dibawahnya untuk meyakinkan bahwa ketinggian yang ada telah sesuai dengan gambar, dan bahwa tanah dibawahnya telah dipadatkan sehingga didapat permukaan yang rata dan padat.

3.2. Hasil pemeriksaannya ini harus dilaporkan kepada Konsultan Manajeman Konstruksi, yang akan segera melakukan pemeriksaan. berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut.Supervisi akan menolak atau memberikan persetujuannya untuk pelaksanaan pekerjaan pengurugan pasir.

3.3. Pengurugan pasir harus dilaksanakan dengan cara menebarkan, meratakan dan memadatkan secara mekanik sampai diperoleh ketebalan dan ketinggian yang sesuai dengan gambar perencanaan.

3.4. Urugan pasir tidak boleh ditutup oleh konstruksi atau pekerjaan lain sebelum disetujui oleh Supervisi.Supervisi berhak untuk membongkar pekerjaan diatasnya, bilamana urugan pasir tersebut belum disetujui olehnya.

3.5. Tebal dan peil urugan pasir harus sesuai dengan gambar, jika tidak dinyatakan secara khusus dalam gambar, maka tebal urugan pasir minimal = 10 cm.

BAGIAN C Pekerjaan Tanah, Pondasi dan Struktur

Halaman : C -4

BAB III

PEKERJAAN LANTAI KERJA

Pasal 1 Umum

Pasal ini menguraikan semua pekerjaan lantai kerja, seperti dibawah pekerjaan pondasi, sloof dan sejenisnya sebagaimana yang tercantum dalam gambar perencanaan.

Pasal 2 Persyaratan Bahan

Lantai kerja harus dibuat dari campuran semen, pasir, kerikil bila tidak disebutkan secara khusus didalam gambar harus dibuat dengan perbandingan semen : pasir : kerikil = 1 : 3 : 5 atau kualitas setara B - 0

Pasal 3 Syarat Pelaksanaan Pekerjaan

3.1. Sebelum lantai kerja dibuat lapisan tanah dibawahnya harus dipadatkan dan diratakan dengan alat pemadat serta diurug lapisan pasir.

3.2. Lantai kerja, sebelum mendapat persetujuan dari Supervisi/Konsultan Pengawas tidak boleh ditutup oleh pekerjaan lainnya.Supervisi berhak membongkar pekerjaan diatasnya bilamana lantai kerjá tersebut belum disetujui olehnya.

3.3. Tebal dan peil lantai kerja harus sesuai dengan gambar, jika tidak dinyatakan secara khusus dalam gambar, maka tebal lantai kerja minimal = 5 cm.

BAB IV

PEKERJAAN STRUKTUR BAWAH

PASAL 1. Umum

Pasal ini menguraikan semua pekerjaan pasangan batu kali, yang dimaksud sebagai pondasi, sebagaimana tertera didalam gambar.Pasangan batu kali harus dilaksanakan sesuai dengan persyaratan yang tercantum dalam PBI 1971, PUBI 1982, SII-0079-79 dan NI-8.

PASAL 2. Persyaratan bahan

1. Batu kali yang dipakai harus merupakan batu kali belah yang keras, padat dan memiliki struktur yang kompak dengan warna yang cerah dan bebas dari cacat, serta harus memenuhi syarat-syarat yang tercantum di dalam PUBI 1982 dan SII.0079-79. Batu kali bulat tidak boleh dipakai. Sedangkan untuk campuran beton menggunakan K-175.

2. Semen portland yang dipakai untuk pekerjaan pasangan harus memenuhi ketentuan yang tercantum pada RKS ini.

3. Pasir pasang yang dipakai harus bersih dan keras, serta memenuhi persyaratanyang dicantumkan dalam PUBI 1970 ayat 12.1. dan 12.2.

BAGIAN C Pekerjaan Tanah, Pondasi dan Struktur

Halaman : C -5

4. Air yang akan dipakai untuk pasangan batu kali harus memenuhi ketentuan yang tercantum pada RKS ini.

PASAL 3. Pelaksanaan Pekerjaan

1. Pondasi batu kali harus dilaksanakan dengan menggunakan adukan 1 bagian Semen Portland : 5 bagian Pasir Pasang atau sesuai yang disebutkan didalam gambar dan harus dipasang dan dibentuk sampai diperoleh dimensi dan ketinggian yang dibutuhkan, sebagaimana yang tertara dalam Gambar.

2. .Batu kali harus dipasang sedemikian rupa, sehingga didapatkan gigitan yang memadai diantara batu-batu, dengan ruang kosong sekecil mungkin. Sebelum dipasang, bagian luar dibasahi secukupnya. Setelah dipasang, bagian luar dari batu kali harus di "Berapt” dengan adukan yang sama sampai semua permukaan batu tertutup. Sebelum pemasangan dapat dilaksanakan, Kontraktor harus membuat dan memasang kayu-kayu pembantu (kayu profil) dan menerentangkan benang pembantu dengan bentuk sesuai dengan bentuk pondasi yang akan dipasang.Benang-benang yang direntangkan harus sipat datar. Kayu pembantu dan benang-benang ini harus disetujui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi sebelum pasangan batu kali dapat dimulai.

3. Pasangan batu kali exposes harus dipasang secara acak dengan menggunakan adukan dan harus dilaksanakan oleh tukang batu khusus yang berpengalaman.

Selama pemasangan batu mungkin perlu dibentuk untuk memperoleh nat yang tipis dan rata.

Pekerjaan ini harus dilaksanakan dengan menggunakan adukan semen pasir dengan campuran 1 bagian semen portland : 5 bagian pasir pasang.

Sebelum dipasang, batu harus dibasahi secukupnya, dan nat antar batu yang diexposed harus dikorek dengan cara yang memadai.

Selama pemasangan, batu kali yang telah terpasang harus sering dicuci, untuk menghindarkannya dari kotoran dan adukan yang menempel.

BABV

PEKERJAAN BETON

Pasal 1. Lingkup Pekerjaan

1. Meliputi segala pekerjaan yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan beton sesuai dengan gambar rencana termasuk pengadaan bahan, tenaga kerja, pengujian, dan peralatan pembantu.

2. Pengadaan, detail, fabrikasi dan pemasangan semua penulangan dan bagian-bagian dari pekerjaan lain yang tertanam dalam beton.

3. Perancangan, pelaksanaan dan pembongkaran acuan beton, penyelesaian dan pemeliharaan beton dan semua jenis pekerjaan yang menunjang pekerjaan beton.

4. Lingkup Pekerjaan ini meliputi pekerjaan beton pondasi poer, pondasi, sloof, kolom-kolom beton, balok-balok, plat dak serta pekerjaan beton lainnya yang ditunjukan dalam gambar kerja.

Pasal 2. Persyaratan Bahan

BAGIAN C Pekerjaan Tanah, Pondasi dan Struktur

Halaman : C -6

1. Semen

- Semua semen yang digunakan adalah jenis Portland Cement Setara produksi Indo cement (tiga roda).

- Penyedia Jasa harus menempatkan semen tersebut dalam gudang yang baik untuk mencegah terjadinya kerusakan. Semen yang menggumpal, sweeping, tercampur dengan kotoran atau kena air/lembab tidak diijinkan untuk digunakan dan harus segera dikeluarkan dari proyek.

2. Agregat Kasar

- Berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu dan mempunyai ukuran terbesar 2 cm.

- Agregat harus keras, tidak berpori, dan berbentuk kubus. Bila ada butir yang pipih maka jumlahnya tidak melebihi 20% dari volume dan tidak boleh mengalami pembubukan hingga melebihi 50% kehilangan berat menurut test mesin Los Angeles Abration (LAA).

3. Agregat Halus

Dapat menggunakan pasir alam atau pasir yang dihasilkan dari pemecah batu dan harus bersih dari bahan organik, lumpur, zat-zat alkali dan tidak mengandung lebih dari 50% substansi-substansi yang merusak beton.

4. A i r

Air yang digunakan harus bersih dan jernih tidak mengandung minyak atau garam serta zat-zat yang dapat merusak beton atau baja tulangan.

5. Baja Tulangan a) Baja tulangan yang digunakan harus memenuhi persyaratan PBI NI-2 1971, dengan

tegangan leleh karakteristik (σau) = 2400 kg/cm2 atau baja U24 . b) Tulangan harus bebas dari kotoran, lemak dan karat serta bahan-bahan lain yang

mengurangi daya lekat. c) Untuk pembuatan tulangan untuk batang-batang lurus atau dibengkokan, sambungan kait-

kait dan pembuatan sengkang disesuaikan dengan dengan persyaratan yang tercantum pada P.B.I. 1971. Kecuali ada petunjuk yang lain dari perencana.

d) Pemasangan tulangan harus sedemikian rupa sehinaga posisi dari tulangan sesuai dengan rencana dan tidak mengalami perubahan bentuk maupun tempat selama pengecoran berlangsung.

e) Toleransi pembuatan dan pemasangan tulangan disesuaikar. dengan persyaratan P.B.I. 1971.

f) Toleransi baja tulangan

Diameter, ukuran sisi atau jarak antara dua permukaan

yang berlawanan

Variasi dalam berat yang diperbolehkan

Toleransi Diameter

< 10 mm 10 < d < 16 mm 16 – 28 mm 29 – 32 mm

7% 5% 5% 4%

0,4 mm 0,4 mm 0,5 % -

g) Batang-batang baja lunak yang bulat harus mempunyai keluluhan bawah tekan minimum = 2400 kg/cm2 dan batang-batang baja ulir harus mempunyai keluluhan bawah tekan minimum 4000 kg/cm2 seperti yang disyaratkan dalam gambargambar struktur.

h) Sambungan tulangan dan penjangkaran harus dilaksanakan sesuai persyaratan untuk itu yang tercantum dalam PB.I. 1971.

BAGIAN C Pekerjaan Tanah, Pondasi dan Struktur

Halaman : C -7

i) Untuk mendapatkan jaminan atas kualitas atau mutu baja tulangan, maka pada saat pemesanan baja tulangan Penyedia Jasa harus menyerahkan sertifikat resmi dari laboratorium khusus ditujukan untuk keperluan proyek ini.

j) Setiap jumlah pengiriman 20 ton baja tulangan harus, diadakan pengujian periodik minimal 4 contoh yang terdiri dari 3 benda uji untuk uji tarik, dan 1 benda uji untuk uji lengkung untuk setiap diameter batang baja tulangan. Pengambilan contoh baja tulangan, akan ditentukan oleh Konsultan Pengawas.

k) Semua pengujian tersebut diatas meliputi uji tarik dan lengkung, harus dilakukan di laboratorium yang direkomendasi oleh Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan dan minimal sesuai dengan SII-0136-84 salah satu standard yang dapat dipakai adalah ASTM A-615. Semua biaya pengetesan tersebut ditanggung oleh Penyedia Jasa.

l) Kawat pengikat dibuat dari baja lunak dan tidak disepuh seng.

6. Cetakan Beton

Dapat menggunakan kayu kelas II, multipleks dengan tebal minimal 9 mm atau plat baja, dengan syarat memenuhi ketentuan-ketentuan yang tersebut dalam PBI NI-2 1971.

7. Mutu Beton

Mutu beton harus memenuhi persyaratan kekuatan tekan karakteristik :

- σbk = 100 kg/cm2.. untuk konstruksi beton B0 seperti lantai kerja dan screeding lantai.

- σbk = 175 kg/cm2.. untuk konstruksi beton non struktural seperti ring balk, kolom praktis dll.

- σbk = 350 kg/cm2.. untuk konstruksi yang bersifat struktural seperti kolom utama, balok-balok lantai, plat lantai, pondasi poer dan pekerjaan beton lainnya yang ditunjukan dalam gambar kerja.

8. Kawat Pengikat Dibuat dari baja lunak dan tidak disepuh seng.

9. Cacat pada Beton Meskipun hasil pengujian benda-benda uji memuaskan, Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan mempunyai wewenang untuk menolak konstruksi beton yang cacat seperti berikut : a) Konstruksi beton yang keropos

b) Konstruksi beton tidak sesuai dengan bentuk yang direncanakan atau posisinya tidak sesuai dengan gambar.

c) Konstruksi beton yang tidak tegak lurus atau rata seperti yang direncanakan.

d) Konstruksi beton yang tidak berisikan kayu atau benda lain.

e) Semua pekerjaan yang dianggap cacat tersebut pada dasarnya harus dibongkar dan diganti dengan yang baru, kecuali Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan atau konsultan menyetujui untuk diadakan perbaikan atau perkuatan dari cacat yang ditimbulkan tersebut. Untuk itu kontraktor harus mengajukan usulan-usulan perbaikan yang kemudian akan di teliti/diperiksa dan disetujui bila perbaikan tersebut dianggap memungkinkan.

Pasal 3. Syarat Pelaksanaan Pekerjaan

1. Penyedia Jasa harus menyediakan peralatan dan perlengkapan yang mempunyai ketelitian cukup untuk menetapkan dan mengawasi jumlah takaran dari masing-masing bahan pembentukan beton dengan persetujuan Pengawas Lapangan.

2. Bahan-bahan pembentuk beton harus dicampur dan diaduk selama 1,5 menit sesudah semua bahan ada dalam mixer. Waktu pengadukan harus ditambah, bila kapasitas mesin lebih besar dari 1,5 m3 dan Pengawas Lapangan berwenang untuk menambah waktu pengadukan jika ternyata pemasukan bahan dan cara pengadukan gagal untuk mendapatkan adukan dengan

BAGIAN C Pekerjaan Tanah, Pondasi dan Struktur

Halaman : C -8

kekentalan dan warna yang merata/seragam. Beton yang dihasilkan harus seragam dalam komposisi dan konsistensi dalam setiap adukan.

3. Sebelum pengecoran dimulai, semua bagian-bagian yang akan dicor harus bersih dan bebas dari kotoran dan bagian beton yang terlepas. Bagian-bagian yang akan ditanam dalam beton sudah harus terpasang (pipa-pipa untuk instalasi listrik, plumbing dan perlengkapan-perlengkapan lain).

4. Cetakan atau pasangan dinding yang akan berhubungan dengan beton harus dibasahi dengan air sampai jenuh dan tulangan harus terpasang dengan baik. Bidang-bidang beton lama yang akan dicor harus dibuat kasar terlebih dahulu dan kemudian dibersihkan dari segala kotoran yang lepas.

5. Sesaat sebelum beton dicor, maka bidang-bidang pada beton lama tersebut harus disapu dengan bonding agent dengan aturan sesuai pabrik pembuatnya.

Pasal 4. Acuan / Cetakan Beton

1. Kontraktor harus terlebih dahulu mengajukan perhitungan-perhitungan, gambar-gambar rancangan cetakan dan acuan mendapatkan persetujuan Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan sebelum pekerjaan tersebut dilaksanakan. Dalam gambargambar tersebut harus secara jelas terlihat Konstruksi cetakan/acuan, sambungan-sambungan serta kedudukan sistem rangkanya.

2. Rencana cetakan beton menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa sepenuhnya. Cetakan harus sesuai bentuk, ukuran dan batas-batas bidang dari hasil beton yang direncanakan, serta tidak boleh bocor dan harus cukup kaku untuk mencegah terjadinya perpindahan tempat atau kelongsoran dari penyangga.

3. Permukaan cetakan harus cukup rata dan halus serta tidak boleh ada lekukan, lubang-lubang atau terjadi lendutan. Sambungan pada cetakan diusahakan lurus dan rata dalam arah horisontal maupun vertikal.

4. Tiang-tiang penyangga harus direncanakan sedemikian sehingga dapat memberikan penunjang seperti yang dibutuhkan tanpa adanya “overstress” atau perpindahan tempat pada beberapa bagian konstruksi yang dibebani. Struktur dari tiang penyangga harus cukup kuat dan kaku untuk menunjang berat sendiri dan beban-beban yang ada diatasnya.

Pasal 5. Pengecoran

1. Penyedia Jasa harus memberitahu Pengawas Lapangan selambat-lambatnya 2 (dua) hari sebelum pengecoran beton dilaksanakan. Persetujuan untuk melaksanakan pengecoran beton berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan cetakan dan pemasangan baja tulangan serta bukti bahwa Penyedia Jasa akan dapat melaksanakan pengecoran tanpa tanpa gangguan.

2. Adukan beton tidak boleh dituang bila waktu sejak dicampur air pada semen dan agregat telah melalui 1,5 jam dan waktu ini dpat berkuran, bila Pengawas Lapangan menganggap perlu berdasarkan kondisi tertentu.

3. Pengecoran harus dilakukan sedemikian rupa untuk menghindarkan terjadinya pemisahan material (segregation) dan perubahan letak tulangan. Cara penuangan dengan alat-alat pembantu seperti talang, pipa, chute dan sebagainya harus mendapat perstujuan Pengawas Lapangan dan alat-alat tersebut harus selalu bersih dan bebas dari sisa-sisa beton pengeras.

4. Adukan tidak boleh dijatuhkan secara bebas dari ketinggian lebih dari 1,5 meter. Bila memungkinkan sebaiknya digunakan pipa yang terisi penuh adukan dengan pangkalnya terbenam dalam adukan yang baru dituang.

5. Penggetaran tidak boleh dilaksanakan pada beton yang telah mengalami “initiual set” atau yang telah mengeras dalam batas dimana beton akan menjadi plastis karena getaran.

BAGIAN C Pekerjaan Tanah, Pondasi dan Struktur

Halaman : C -9

6. Semua pengecoran bagian dasar konstruksi beton yang menyentuh tanah harus diberi lantai dasar setebal 5 cm agar menjamin duduknya tulangan dengan baik dan mencegah penyerapan air semen oleh tanah.

7. Semua pengecoran harus dilaksanakan siang hari dan apabila diperkirakan pengecoran dari suatu bagian tidak dapat diselesaikan pada siang hari, maka sebaiknya tidak dilaksanakan, kesuali atas persetujuan Pengawas Lapangan dapat dilaksanakan pada malam hari dengan sistem penerangan sudah disiapkan dan memenuhi syarat.

Pasal 6. Pengujian dan Pemeriksaaan Beton

1. Pengujian mutu beton ditentukan melalui pengujian sejumlah benda uji kubus beton 15 x 15 x 15 cm sesuai PBI 1971.

2. Kekentalan adukan beton diperiksa dengan pengujian slump, dimana nilai slump harus dalam batas-batas yang disyaratkandalam PBI 1971, kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Pengawas.

3. Benda uji dari satu adukan dipilih acak yang mewakili suatu volume rata-rata tidak lebih dari 10 m3 atau 10 adukan atau 2 truck drum (diambil yang volumenya terkecil). Disamping itu jumlah maksimum dari beton yang dapat terkena penolakan akibat setiap satu keputusan adalah 30 m3, kecuali bila ditentukan lain oleh Konsultan Pengawas.

4. Hasil uji untuk setiap pengujian dilakukan masing-masing untuk umur 7, 14 dan 28 hari.

5. Khusus untuk pelepasan perancah dan penarikan beton prategang, benda uji yang dipergunakan adalah benda uji yang diletakkan didaerah yang akan diuji tanpa melalui perawatan di laboratorium. Perawatan yang dilakukan tersebut adalah perawatan yang diberlakukan sama seperti pada struktur yang sebenarnya. Pengujian terhadap benda uji harus dilakukan satu hari atau sesaat sebelum tahapan pekerjaan yang bersangkutan akan dilaksanakan. Diluar ketentuan kegunaan tersebut diatas, seluruh benda uji dirawat sebagaimana yang dicantumkan dalam PBI'71, atau bila ditentukan lain oleh Konsultan pengawas.

6. Pembuatan benda uji harus mengikuti ketentuan PBI'71, dilakukan dilokasi pengecoran dan harus disaksikan oleh Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan. Untuk pengecoran dilokasi yang tinggi atau sulit dijangkau digunakan metoda pembetonan dengan menggunakan pompa (concrete pump), maka pengambilan contoh segala macam jenis pengujian lapangan harus dilakukan dari hasil adukan yang diperoleh dari ujung pipa "concrete-pump" pada lokasi yang akan dilaksanakan.

Pasal 7. Perawatan Beton

1. Secara umum harus memenuhi persyaratan didalam PEI 1971 NI-2 Bab 6.6.

2. Beton setelah dicor harus dilindungi terhadap proses pengeringan yang belum saatnya dengan cara mempertahankan kondisi dimana kehilangan kelembaban adalah minimal dan suhu yang konstan dalam jangka waktu yang diperlukan untuk proses hydrasi semen serta pengerasan beton.

3. Perawatan beton dimulai segera setelah pengecoran beton selesai dilaksanakan dan harus berlangsung terus-menerus selama paling sedikit dua minggu jika tidak ditentukan lain. Suhu beton pada awal pengecoran harus dipertahankan tidak melebihi 32°C.

4. Dalam jangka waktu tersebut cetakan dan acuan betonpun harus tetap dalam keadaan basah. Apabila cetakan dan acuan beton dibuka sebelum selesai masa perawatan maka selama sisa waktu tersebut pelaksanaan perawatan beton tetap dilakukan dengan membasahi permukaan beton terus menerus dengan menutupinya dengan karung-karung basah atau dengan cara lain yang disetujui Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan.

Pasal 8. Pasal Beton ready mixed

BAGIAN C Pekerjaan Tanah, Pondasi dan Struktur

Halaman : C -10

1. Bilamana beton yang digunakan adalah berupa beton ready mixed, maka beton tersebut harus didapatkan dari sumber yang disetujui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi, dengan takaran, adukan serta cara pengiriman/pengangkutan yang memenuhi syarat-syarat yang tercantum pada ASTM C94-78a.

2. Adukan beton harus dibuat sesuai dengan perbandingan campuran yang telah diuji di Laboratorium serta secara konsisten harus dikontrol bersama-sama oleh Supervisi dan Supplier beton ready mixed. Kekuatan beton minimum yang dapat diterima adalah berdasarkan hasil pengujian yang diadakan di Laboratorium.

3. Syarat-syarat Beton Ready Mixed :

a. Temperatur beton ready mixed sebelum dicorkan tidak boleh lebih dari 30° C.

b. Penambahan additive dalam proses pembuatan beton ready mixed harus sesuai dengan petunjuk pabrik pembuat additive tersebut dan dengan persetujuan dari Supervisi. Bilamana diperlukan dua atau lebih jenis bahan additive, maka pelaksanaannya harus dikerjakan secara terpisah. Dalam pelaksanaannya harus sesuai dengan ACI 212.2R-71 dan ACI 212.1R-63.

c. Setelah temperatur di dalam beton mencapai malsimum, maka permukaan beton harus ditutupi dengan kanvas atau bahan penyekat lainnya, untuk mempertahankan panas sedemikian rupa, sehingga tidak timbul perbedaan panas yang mencolok antara bagian dalam dan luar atau penurunan temperatur yang mendadak dibagian dalam beton. Selanjutnya sesudah bahan penutup tersebut di atas dibuka, permukaan beton tetap harus dilindungi terhadap pengertian yang mendadak.

Pasal 9. Pemeliharaan beton ( curing beton )

1. Untuk mencegah pengeringan bidang bidang beton. Selama paling dua minggu beton harus dibasahi terus menerus , antara lain dengan menutupinya dengan karung karung basah . Pada pelat pelat atap pembasahan terus menerus ini harus dilakukan dengan merendamnya (menggenanginya) dengan air. Pada hari hari pertama sesudah selesai pengecoran , proses pengerasan tidak boleh diganggu Sangat dilarang untuk mempergunakan lantai yang belum cukup mengeras sebagai tempat penimbunan bahan-bahan atau sebagai jalan untuk mengangkut bahan-bahan yang berat.

2. Perawatan dengan uap bertekanan tinggi , uap bertekanan udara luar , pemanasan atau proses-proses lainuntuk mempersingkat waktu pengerasan dapat dipakai. Cara-cara ini harus disetujui terlebih dahulu oleh Pengawas Ahli.

Pasal 10. Lain-lain

1. Untuk penggunaan beton precast, kontraktor harus mengajukan mixed design terlebih dahulu kepada Supervisi.

2. Setelah mixed design disetujui Supervisi, Kontraktor harus membuat trial mixed berupa benda uji untuk diuji dilaboratorium.

3. Beton precast tidak boleh dipasang sebelum Supervisi menyetujui kuat tekan beton hasil trial mixed.

4. Supervisi bertnggung jawab atas ketentuan-ketentuan ini.

BAGIAN C Pekerjaan Tanah, Pondasi dan Struktur

Halaman : C -11

BAB VI

PEKERJAAN BETON NON STRUKTUR

Pasal 1 Umum

1.1. Lingkup Pekerjaan

a. Menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat- alat bantu lainnya untuk melaksanakan pekerjaan seperti dinyatakan dalam gambar, dengan hasil yang baik dan sempurna.

b. Pekerjaan ini meliputi beton kolom praktis, beton ring balok untuk bangunan yang dimaksudkan termasuk pekerjaan besi beton dan pekerjaan bekisting/acuan, dan semua pekerjaan beton yang bukan struktur, sesuai yang ditunjukkan di dalam gambar.

1.2. Standard

a. Peraturan-peraturan/standar setempat yang biasa dipakai.

b. Peraturan-peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971, NI - 2.

c. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia 1961, NI- 5.

d. Peraturan Semen Portland Indonesia 1972, NI - 8.

e. Peraturan Pembangunan PemerintrTh Daerah Setempat.

f. Ketentuan-ketentuan Umum untuk pelaksanaan

g. Pemborong Pekerjaan Umum (AV) No. 9 tanggal 28 Mei 1941 dan Tambahan Lembaran Negara No. 1457.

h. Petunjuk-petunjuk dan peringatan-peringatan lisan maupun tertulis yang diberikan Perencana/MK.

i. Standar Normalisasi Jerman ( DIN )

j. American Society for Testing and Material ( ASTM )

k. American Concrete Institute ( ACI ).

Pasal 2 Bahan dan Produksi

2.1. Persyaratan Bahan

a. Semen Portland

Yang digunakan harus dari mutu yang terbaik, terdiri dari satu jenis merk dan atas persetujuan Perencana dan Supervisi dan harus memenuhi NI-8. Semen yang telah mengeras sebagian/seluruhnya tidak dibenarkan untuk digunakan. Penyimpanan Semen Portland harus diusahakan sedemikian rupa sehingga bebas dari kelambaban, bebas dari air dengan lantai terangkat dari tanah dan ditumpuk sesuai dengan syarat penumpukan semen.

b. Pasir Beton

Pasir harus terdiri dari butir-butir yang bersih dan bebas dari bahan-bahan organis, Lumpur dan sebagainya dan harus memenuhi komposisi butir serta kekerasan yang dicantumkan dalam PBI 1971.

c. Koral Beton/Split :

BAGIAN C Pekerjaan Tanah, Pondasi dan Struktur

Halaman : C -12

Digunakan koral yang bersih, bermutu baik tidak berpori serta mempunyai gradasi kekerasan sesuai dengan syarat-syarat PBI 1971. Penyimpanan/Penimbunan pasir koral beton harus dipisahkan satu dengan yang lain, hingga dapat dijamin kedua bahan tersebut tidak tercampur untuk mendapatkan perbandingan adukan beton yang tepat.

d. Air

Air yang digunakan harus air tawar yang bersih dan tidak mengandung minyak, asam, alkali dan bahanbahan organis/bahan lain yang dapat merusak beton dan harus memenuhi NI-3 pasal 10. Apabila dipandang perlu Konaultan Manajemen Konstruksi dapat minta kepada Kontraktor supaya air yang dipakai diperiksa di laboratorium pemeriksaan bahan yang resmi dan sah atas biaya Kontraktor.

e. Besi Beton

Digunakan mutu U-24, besi harus bersih dari lapisan minyak/lemak dan bebas dari cacat seperti serpih-serpih. Penampang besi bulat serta memenuhi persyaratan (PBI 1971). Bila dipandang perlu Kontraktor diwajibkan untuk memeriksa mutu besi beton ke laboratorium pemeriksaan bahan yang resmi dan sah atas biaya Kontraktor.

f. Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus memberikan contoh-contoh material, misalnya : besi, koral, pasir PC untuk mendapatkan persetujuan dari Supervisi.

g. Contoh-contoh yang telah disetujui oleh Supervisi, akan dipakai sebagai standard/pedoman untuk memeriksa/menerima material yang dikirim oleh Kontraktor ke site.

2.2. Syarat-syarat Pengiriman dan Penyimpanan Bahan

a. Bahan harus didatangkan ketempat pekerjaan dalam keadaan utuh dan tidak bercacat. Beberapa bahan tertentu harus masih di dalam kotak/kemasan aslinya yang masih tersegel dan berlabel pabriknya.

b. Bahan harus disimpan ditempat yang terlindung dan tertutup, kering, tidak lembab dan bersih sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan pabrik.

c. Tempat penyimpanan harus cukup, bahan ditempatkan dan dilindungi sesuai dengan jenisnya.

d. Kontraktor bertanggung jawab terhadap kerusakan selama pengiriman dan penyimpanan.Bila ada kerusakan, Kontraktor wajib mengganti atas beban Kontraktor.

Pasal 3 Pelaksanaan

3.1. Mutu Beton

Mutu beton yang dicapai dalam pekerjaan beton bertulang adalah fc' = 15 Mpa dan harus memenuhi persyaratan yang ditentukan dalam PBI-1971.

3.2. Pembesian

3.2.1. Pembuatan tulangan-tulangan untuk batang lurus atau yang dibengkokkan, sambungan kait-kait dan pembuatan sengkang (ring), persyaratannya harus sesuai PBI-1971.

3.2.2. Pemasangan dan penggunaan tulangan beton. harus disesuaikan dengan gambar konstruksi.

3.2.3. Tulangan beton harus diikat dengan kuat untuk menjamin besi tersebut tidak berubah tempat selama pengecoran dan harus bebas dari papan acuan atau lantai kerja dengan memasang selimut beton sesuai dengan ketentuan dalam PBI 1971.

BAGIAN C Pekerjaan Tanah, Pondasi dan Struktur

Halaman : C -13

3.2.4. Besi beton yang tidak memenuhi syarat harus segera dikeluarkan dari lapangan kerja dalam waktu 24 jam setelah ada perintah tertulis dari Supervisi.

3.3. Cara Pengadukan

3.3.1. Cara pengadukan harus menggunakan beton molen.

3.3.2. Takaran untuk Semen Portland, pasir dan koral harus disetujui terlebih dahulu oleh Supervisi.

3.3.3. Selama pengadukan kekentalan adukan beton harus diawasi dengan jalan memeriksa slump pada setiap campuran baru. Pengujian slump, minimum 5 cm dan maksimum 10 cm.

3.4. Pengecoran Beton

3.4.1. Kontraktor diwajibkan melaksanakan pekerjaan persiapan dengan membersihkan dan menyiram cetakan-cetakan sampai jenuh, pemeriksaan ukuranukuran dan ketinggian, pemeriksaan penulangan dan penempatan penahan jarak.

3.4.2. Pengecoran beton hanya dapat dilaksanakan atas persetujuan Supervisi.

3.4.3. Pengecoran harus dilakukan dengan sebaik mungkin dengan menggunakan alat penggetar untuk menjamin beton cukup padat dan harus dihindarkan terjadinya cacat pada beton seperti keropos dan sarang-sarang koral/split yang dapat memperlemah konstruksi.

3.4.4. Apabila pengecoran beton akan dihentikan dan diteruskan pada hari berikutnya maka tempat perhentian tersebut harus disetujui oleh Supervisi.

3.5. Pekerjaan Acuan / Bekisting

3.5.1. Acuan harus dipasang sesuai dengan bentuk dan ukuran-ukuran yang telah ditetapkan/yang diperlukan dalam gambar.

3.5.2. Acuan harus dipasang sedemikian rupa dengan perkuatan-perkuatan, sehingga cukup kokoh dan dijamin tidak berubah bentuk dan kedudukannya selama pengecoran dilakukan.

3.5.3. Acuan harus rapat (tidak bocor), pemiukaannya licin, bebas dari kotoran-kotoran (tahi gergaji), potongan kayu, tanah/Lumpur dan sebagainya, sebelum pengecoran dilakukan dan harus mudah dibongkar tanpa merusak pemiukaan beton.

3.5.4. Kontraktor harus memberikan contoh-contoh material (besi, koral/split, pasir dan Semen Portland) kepada Supervisi, untuk mendapatkan persetujuan sebelum pekerjaan dilakukan.

3.5.6. Bahan-bahan yang digunakan harus tersimpan dalam tempat penyimpanan yang aman, sehingga mutu bahan dan mutu pekerjaan tetap terjamin sesuai persyaratan.

3.5.7. Kawat pengikat besi beton/rangka adalah dari baja lunak dan tidak disepuh seng, diameter kawat lebh besar atau sama dengan 0,40 mm. Kawat pengikat besi beton/rangka harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam NI-2 (PBI 1971).

3.5.8. Beton harus dilindungi dari pengaruh panas, hingga tidak terjadi penguapan cepat.Persiapan perlindungan atas kemungkinan datangnya hujan, harus diperhatikan.

3.5.9. Beton harus dibasahi paling sedikit selama tujuh hari setelah pengecoran.

3.6. Pekerjaan Pembongkaran Acuan/Bekisting

Pembongkaran bekisting hanya boleh dilakukan dengan ijin tertulis dari Supervisi. Setelah bekisting dibuka, tidak diijinkan mengadakan perubahan apapun pada permukaan beton tanpa persetujuan dari Supervisi.

BAGIAN C Pekerjaan Tanah, Pondasi dan Struktur

Halaman : C -14

3.7. Pengujian Mutu Pekerjaan

3.7.1. Sebelum dilaksanakan pemasangan, Kontraktor diwajibkan untuk memberikan pada Supervisi "Certificate Test" bahan besi dari produsen/pabrik.

3.7.2. Bila tidak ada "Certificat Test" maka Kontraktor harus melakukan pengujian atas besi/kubus di laboratorium yang akan ditunjuk kemudian.

3.7.3. Mutu beton tersebut harus dibuktikan oleh Kontraktor dengan mengambil benda uji berupa kubus yang ukurannya sesuai dengan syarat-syarat/ketentuan dalam PBI Th.1971. Pembuatannya harus disaksikan oleh Supervisi dan diperiksa di laboratorium konstruki beton yang ditunjuk Supervisi.

3.7.4. Kontraktor diwajibkan membuat "Trial Mix" terlebih dahulu, sebelum memulai pekerjaan beton.

3.7.5. Hasil pengujian dari laboratorium diserahkan kepada Supervisi secepatnya.

3.7.6. Seluruh biaya yang berhubungan dengan pengujian behan tersebut, menjadi tanggung jawab Kontraktor.

3.8. Syarat Pengamanan Pekerjaan

3.8.1. Beton yang telah dicor dihindarkan dari benturan benda keras selama 3 x 24 jam setelah pengecoran.

3.8.2. Beton dilindungi dari kemungkinan cacat yang diakibatkan dari pekerjaan-pekerjaan lain.

3.8.3. Bila terjadi kerusakan, Kontraktor diwajibkan untuk memperbaikinya dengan tidak mengurangi mutu pekerjaan. Seluruh biaya perbaikan menjadi tanggung jawab Kontraktor.

3.8.4. Bagian beton setelah dicor selama dalam pengerasan harus selalu dibasahi dengan air terus menerus selama 1 (satu) minggu atau lebih (sesuai ketentuan dalam PBI Th.1971)

BAB VII

PEKERJAAN BAJA

Pasal 1 Umum

1.1. Pekerjaan Struktur Baja ialah bagian-bagian yang dalam gambar rencana dinyatakan sebagai struktur baja, juga bagian-bagian yang menurut sifatnya memakai baja, seperti kolom, balok, rangka atap, rangka dinding dan lain-lain.

1.2. Untuk pelaksanaan pekerjaan tersebut Pelaksana Pekerjaan harus membuat gambar kerja (shop drawing) dari pekerjaan baja gambar kerja meliputi detail-detail pemasangan, pemotongan, penyambungan, lubang baut, las, pengaku, ukuran-ukuran dan lain-lain yang secara teknis diperlukan, terutama untuk fabrikasi dan pemasangan.

1.3. Sub Pelaksana Pekerjaan yang dipakai jika ada harus diketahui dan disetujui oleh Supervisi.

1.4. Pelaksana Pekerjaan harus melaksanakan pekerjaan baja sesuai dengan Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia 1983.

Pasal 2 Material

BAGIAN C Pekerjaan Tanah, Pondasi dan Struktur

Halaman : C -15

Baja profil dan pipa sesuai dengan Fe-360 atau BJ-37 menurut PPBBI atau ASTM A-36, dengan tegangan leleh sebesar 2400 kg/cm2.

Baut Baja biasa sesuai ASTM A-307

Baut Baja tegangan tinggi sesuai dengan ASTM A-325 F (High Strenght Friction Grip).

Elektroda las mengikuti AWS E-70XX atau mutu lebih tinggi.

Pasal 3 Pabrikasi

3.1. Umum

3.1.1. Tukang-tukang yang digunakan harus dari tenaga-tenaga ahli pada bidangnya dan melaksanakan pekerjaan dengan baik sesuai dengan petunjuk-petunjuk Konsultan Pengawas dan ketelitian utama diperlukan untuk menjamin bahwa seluruh bagian dapat cocok satu dengan lainnya pada waktu pemasangan.

3.1.2. Konsultan Pengawas mempunyai kebebasan sepenuhnya untuk setiap waktu melakukan pemeriksaan pekerjaan.

Tidak satu pekerjaanpun dibongkar atau disiapkan untuk dikirim sebelum diperiksa dan disetujui.

3.1.3. Setiap pekerjaan yang cacat atau tidak sesuai dengan gambar rencana atau spesifikasi ini akan ditolak dan harus segera diperbaiki.

3.1.4. Pelaksana Pekerjaan pabrikasi harus menyediakan atas biaya sendiri semua pekerjaan, alat-alat perancah dan sebagainya yang diperlukan dalam hubungan pemeriksaan pekerjaan.

3.1.5. Pelaksana Pekerjaan pabrikasi harus memperkenalkan Pelaksana Pekerjaan Montase untuk sewaktu-waktu memeriksa pekerjaan dan untuk mendapatkan keterangan mengenai cara-cara dan lain-lain yang berhubungan dengan waktu pemasangan di tempat pekerjaan.

3.1.6. Pelaksana Pekerjaan Montase tidak mempunyai wewenang untuk memberikan instruksi-instruksi mengenai cara penyelenggaraan pabrikasi.

3.2. Pola Pengukuran

Pola (mal) pengukuran dan peralatan-peralatan lain yang dibutuhkan untuk menjamin ketelitian pekerjaan harus disediakan oleh Pelaksana Pekerjaan Pabrikasi. Semua pengukuran harus dilakukan dengan menggunakan pita-pita baja yang telah disetujui.ukuran-ukuran dari pekerjaan baja yang tertera pada gambar rencana dianggap ukuran pada 25° C.

3.2.1. Meluruskan

Sebelum pekerjaan lain dilakukan pada pelat, maka semua pelat harus diperiksa kerataannya, semua batang-batang diperiksa kelurusannya, harus bebas dari puntiran, bila perlu harus diperbaiki sehingga bila pelat-pelat disusun akan terlihat rapat seluruhnya.

3.2.2. Pemotongan

a. Pekerjaan baja dapat dipotong dengan menggunting, menggergaji atau dengan las pemotong.

b. Permukaan yang diperoleh dari hasil pemotongan harus diselesaikan siku terhadap bidang yang dipotong, tepat dan rata menurut ukuran yang diperlukan.

BAGIAN C Pekerjaan Tanah, Pondasi dan Struktur

Halaman : C -16

3.2.3. Pekerjaan Mesin Perkakas dan Gerinda yang diperkenankan

Apabila pelat digunting, digergaji atau dipotong dengan las pemotongan, maka pada pemotongan diperkenankan terbuangnya metal sebanyak-banyaknya 3 mm, pada pelat setebal 6 mm pada pelat yang tebalnya lebih besar dari 12 mm.

3.2.4. Memotong dengan Las Pemotong

a. Las pemotongan digerakkan secara mekanis dan diarahkan dengan sebuah mal serta bergerak dengan kecepatan tetap.

b. Pinggir yang dihasilkan oleh las pemotong harus bersih serta lurus dan untuk menghaluskan tepi yang dipotong itu harus digunakan gerinda.

c. Gerinda bergerak searah dengan arah las pemotong, tepi harus diselesaikan sedemikian sehingga bebas dari seluruh bekas kotoran besi.

3.2.5. Pekerjaan Las & Pengawasan Pekerjaan Las

a. Pekerjaan las harus dikerjakan oleh tukang las, dibawah Pengawasan langsung seorang yang menurut anggapan Supervisi mempunyai training dan pengalaman yang sesuai untuk penyelenggaraan pekerjaan semacam itu.

b. Pelaksana Pekerjaan harus menyerahkan kepada Supervisi untuk mendapatkan persetujuan, maka cara itu tidak akan diubah tanpa persetujuan lebih lanjut.

c. Detail-detail khusus menyangkut cara persiapan sambungan, cara pengelasan jenis dan ukuran serta kekuatan arus listrik untuk las tersebut harus diajukan kontraktor untuk mendapatkan persetujuan Supervisi terlebih dahulu sebelum pekerjaan las listrik dapat dilakukan.

d. Ukuran elektroda, arus dan tegangan listrik, dan kecepatan busur listrik, yang digunakan pada listrik, harus seperti yang dinyatakan oleh pabrik las listrik tersebut dan tidak akan dibuat penyimpangan tanpa persetujuan tertulis dari Supervisi.

e. Pelat-pelat yang akan di las harus bebas dari kotoran-kotoran besi, minyak, cat, karet atau lapisan lain yang dapat mempengaruhi mutu las.

f. Las dengan retak susut, retak pada bahan dasar, berlubang dan kurang tepat letaknya harus disingkirkan.

3.2.6. Mengebor

a. Semua lubang harus di bor untuk seluruh tebal dari material. Bila memungkinkan, maka semua pelat, potongan-potongan dan sebagainya harus dijepit bersama-sama untuk membuat lubang dan di bor menembus seluruh tebal sekaligus.

b. Bila menggunakan baut pas pada salah satu lubang maka lubang ini di bor lebih kecil dan kemudian baru diperbesar untuk mencapai ukuran sebenarnya.

c. Cara lain ialah bahwa batang-batang dapat dilubangi tersendiri dengan menggunakan mal. Setelah mengebor, seluruh kotoran besi harus disingkirkan dan pelat-pelat dan sebagainya dapat dilepas bila perlu.

Diameter lubang untuk baut, kecuali baut pas, adalah 1.50 mm lebih besar dari pada diameter yang tertera pada gambar rencana.

d. Diameter lubang-lubang untuk baut pas harus dalam toleransi yang diberikan.

BAGIAN C Pekerjaan Tanah, Pondasi dan Struktur

Halaman : C -17

e. Dalam hal ini menggunakan pas lubang yang tidak di bor menembus sekaligus seluruh tebal elemen-elemennya, maka lubang dapat di bor dengan ukuran yang lebih kecil dahulu dan kemudian pada saat montase percobaan.

3.2.7. Memberi Tanda untuk Pemasangan Akhir

a. Setelah montase percobaan serta setelah mendapat persetujuan Supervisi, tetapi belum dilepas, setiap bagian harus diberi tanda yang jelas (dengan pahatan dan cat).Cat dari warna yang berbeda digunakan untuk membedakan bagian-bagian yang sama.

b. Dua copy dari gambar rencana yang menyatakan dengan tepat, tanda-tanda itu, oleh Pelaksana Pekerjaan Pabrikasi diberikan dengan cuma-cuma kepada Supervisi dan Pelaksana pekerjaan Montase dari bangunan itu, pada saat pengiriman-pengiriman pekerjaan baja itu.

3.2.8. Pengecatan di Bengkel

a. Setelah dibongkar, sebagai kelanjutan berhasil baiknya montase percobaan, maka permukaan dari seluruh pekerjaan baja, kecuali pada bagian yang dikerjakan dengan mesin perkakas dan pada perletakan, harus dibersihkan seluruhnya sehingga menjadi logam yang bersih dengan menggunakan penyemprot pasir (sand blasting) atau dengan cara lain yang disetujui.

b. Setelah semua permukaan dalam keadaan bersih dan kering, atau bahan-bahan dasar dengan satu lapisan menie, atau bahan-bahan pelindung lainnya kalau disyaratkan khusus untuk pekerjaan tersebut.

Pasal 4 Pengecatan baja

4.1. Umum

Semua konstruksi baja yang akan dipasang perlu dicat dipabrik dengan cat dasar

yang telah disetujui kecuali pada bidang-bidang yang dikerjakan dengan mesin perkakas misalnya pada perletakan.

Cat lapangan terdiri dari :

a. Pembersihan seluruh sambungan lapangan dan bidang-bidang yang telah dicat bengkel, seperti diperintahkan oleh Supervisi, yang telah rusak pada saat transport atau pemasangan oleh bidang-bidang lain seperti yang diperintahkan oleh Supervisi, dimana cat dasarnya telah rusak.

b. Pemakaian cat dasar dan bahan sejenis seperti yang disyaratkan dalan “pengecatan di bengkel” pada bidang-bidang yang tertera pada 1 diatas.

c. Pemakaian cat akhir seperti yang disyaratkan pada pekerjaan tertentu, untuk seluruh bidang terbuka pekerjaan besi itu.

4.2. Pembersihan

Pembersihan permukaan dari pekerjaan besi bangunan harus bersih dan dikupas dengan sand blasting atatu cara lain yang disetujui, agar menjadi logam yang bersih, dengan menyingkirkan seluruh gemuk, olie, karatan, lumpur atau lain-lain yang melengket padanya. Luas bidang permukaan yang dibersihkan haruslah dapat sekaligus ditutup dengan cat dasar dan dicat segera setelah pembersihan, sebelum terjadi oksidasi.

Bila terjadi oksidasi (karatan), permukaan harus dibersihkan kembali sebelum pengecatan dasar dilakukan.

BAGIAN C Pekerjaan Tanah, Pondasi dan Struktur

Halaman : C -18

4.3. Pengecatan

4.3.1. Cat dapat digunakan dengan kwas tangan yang disetujui atau dengan cara yang -disyaratkan oleh Supervisi.

4.3.2. Pengecatan tidak dapat dilakukan pada cuaca berkabut, lembab atau berdebu atau pada cuaca yang lain yang jelek, kecuali diusahakan tindakan-tindakan seperlunya yang sesuai dengan pendapat Supervisi/ Pengawas, untuk melawan pengaruh-pengaruh cuaca tersebut terhadap pekerjaan.

4.3.3. Permukaan yang akan dicat harus kering dan tak berdebu. Lapisan berikutnya tidak diberikan sebelum lapisan cat terdahulu telah kering betul. Lapisan penutup diberikan diatas cat dasar dalam tempo kurang lebih enam bulan tetapi tidak boleh lebih cepat dari 48 jam setelah pengecatan dasar. Bila terjadi demikian maka permukaan baja perlu dibersihkan kembali atau dicat dasar lagi seperti diuraikan diatas.

4.3.4. Cat (termasuk penyemprotan bila diperintahkan oleh Supervisi harus disapu dengan kuat pada permukaan baja, baut-baut pada setiap sudut-sudut, sambungan pelat, lekuk-lekuk dan sebagainya, kemudian diratakan dengan baik.

4.3.5. Setiap bagian yang dapat menampung air, atau dapat dirembesi air, diisi dengan cat yang tebal, atau bila diperintahkan oleh Supervisi, dengan menggunakan semen kedap air atau bahan lain yang disetujui sebelum penyelesaian cat dasar.

4.3.6. Setiap lapisan yang telah selesai harus tampak sama dan rata. Pemakaian cat yang rata ialah 12.5 m2 per liter untuk setiap lapisan.

BAGIAN C Pekerjaan Tanah, Pondasi dan Struktur

Halaman : C -19

BAB VIII

PEKERJAAN BEKISTING DAN PERANCAH LUAR

Pasal 1 Pekerjaan Bekisting

1.1. Umum

1.1.1. Pasal ini menguraikan semua pekerjaan perancangan, pembuatan, pemasangan dan pembongkaran semua bekisting beton yang harus dilaksanakan oleh Kontraktor, sesuai dengan kebutuhan dalam menyelenggarakan pekerjaan beton, sebagaimana yang tertera didalam gambar. Pada dasarnya, bekisting adalah konstruksi bantu yang mendukung beton yang belum mengeras.

1.1.2. Semua Bekisting Beton harus dilaksanakan dengan mengikuti semua persyaratan yang tercantum didalam RKS ini, PBI 1971, PUBI 1982, PKKI 1961 dan semua Perintah yang disampaikan oleh Konsultan Pengawas selama pelaksanaan Pekerjaan.

1.2. Persyaratan bahan

Semua bekisting beton yang akan dipakai harus kuat, tidak berubah bentuk waktu di isi adukan dan tidak bocor. Bahan yang dipakai dapat berupa kayu yang bermutu baik dan tidak mudah lapuk, besi atau bahan lainnya yang disetujui oleh Konsultan Pengawas. Bekisting harus dirakit dengan menggunakan paku kayu, baut atau lainnya dengan ukuran yang sesuai.

1.3. Pelaksanaan pekerjaan

1.3.1. Kontraktor harus terlebih dahulu mengajukan gambar-gambar rencana dari bekisting kepada Konsultan Pengawas untuk disetujui, sebelum pekerjaan dimulai. Gambar tersebut harus mencantumkan secara jelas konstruksi dan bahan dari bekisting, sambungan-sambungannya, kedudukannya dan sistim rangkanya. Semua biaya yang diperlukan sehubungan dengan perencanaan bekisting ini harus sudah termasuk ke dalam biaya konstruksi.

1.3.2. Bekisting harus direncanakan untuk dapat memikul beban konstruksi dan getaran yang ditimbulkan oleh alat penggetar. Defleksi maksimum dari bekisting antara tumpuan harus dibatasi sampai 1/400 bentang antar tumpuan. Bilamana menggunakan konstruksi bekisting dari kayu, maka untuk kolom dan pekerjaan beton lainnya harus dipakai papan dengan ketebalan minimum 2,5 cm, balok 5/7, 6/10 dan dolken 8/11.

1.3.3. Bekisting harus ditunjang dengan batang besi yang kokoh dan untuk mencegah terjadinya defleksi maka bekisting dibuat anti lendutan keatas sebagai berikut :

Semua balok atau pelat lantainya 0,2 % lebar bentang pada tengah­tengah bentang.

Semua balok Cantilever dan pelat lantainya 0,4 % dari bentang, dihitung dari ujungbebas

1.3.4. Kontraktor harus memperhitungkan dan membuat langkah-langkah persiapan yang perlu, sehingga pada akhir pekerjaan beton, permukaan dan bentuk konstruksinya adalah sesuai dengan kedudukan (peil) dan bentuk yang tertera pada gambar.

1.3.5. Semua bekisting tersebut harus dirakit kedalam bentuk, ukuran garis-garis dan dimensi yang tertera dan yang dibutuhkan, untuk memperoleh kedudukan, ketinggian dan posisi yang tepat. Konstruksinya harus dibuat sedemikian rupa sehingga tidak mudah dicabut bila tidak dipalu atau dicongkel. Bekisting harus dibuat cukup rapat agar adukan tidak lolos pada saat pengecoran. Pada tempat yang tertutup atau sukar dijangkau, pembukaan sementara harus disediakan untuk membuang benda-benda yang tidak dinginkan.

BAGIAN C Pekerjaan Tanah, Pondasi dan Struktur

Halaman : C -20

1.3.6. Bilamana sebelum atau selama pekerjaan pengecoran, bekisting menunjukkan tanda-tanda penurunan yang besar, yang menurut pendapat Supervisi/Pengawas akan menyebabkan kedudukan (peil) akhir tidak dapat mencapai kedudukan yang semestinya, maka Konsultan Pengawas berhak untuk memerintahkan dibongkarnya pekerjaan beton yang sudah dilaksanakan dan mewajibkan Kontraktor untuk memperkuat bekisting tersebut sampai dianggap cukup kuat. Semua biaya yang timbul karenanya menjadi tanggungjawab dari Kontraktor.

1.4. Pembongkaran Bekisting

1.4.1. Bekisting untuk bagian beton yang mana saja yang tidak memikul beban struktur dapat dibongkar setelah beton cukup mengeras.

1.4.2. Bekisting untuk bagian struktur dan pekerjaan lainnya yang memikul beban struktur harus dibiarkan untuk sekurang-kurangnya sampai beton mencapai kekuatan yang dipersyaratkan seperti yang disebutkan dibawah ini, atau seperti yang diperintahkan oleh Konsultan Pengawas.

BAGIAN STRUKTUR LAMA

PEMBONGKARAN PRESENTASE

KEKUATAN RENCANA

Bagian tengah balok 28 hari 100

Pelat lantai 21 hari 80

Dinding beton 2 hari 25

Kolom beton 4 hari 25

Bekisting tepi balok 2 hari 25

1.4.3. Bekisting untuk bagian beton yang mana saja yang tidak memikul berat struktur dapat dibongkar setelah beton cukup mengeras.

Pembongkaran bekisting harus dilaksanakan sedemikian rupa, sehingga keamanan konstruksi tetap terjamin dan sesuai dengan ketentuan yang tercantum pada PBI 1971 NI-2.

Pasal 2 Pekerjaan perancah luar

2.1. Umum

Pasal ini menguraikan pekerjaan perancah luar yang harus dilaksanakan pada saat pelaksanaan.

2.2. Persyaratan bahan

Peralatan yang digunakan sebagai perancah luar adalah scaffolding yang lengkap serta bagian luarnya dipasang jaring­jaring luar.

Scaffolding yang dipakai harus kuat dan lengkap terdiri dari batang­batang silang beserta perkuatannya. Sedangkan untuk jaring­jaring luar terbuat dari anyaman tambang plastik atau nylon.

2.3. Pelaksanaan pekerjaan

2.3.1. Perancah luar dipasang pada sekeliling bangunan dengan cara­cara yang benar sehingga tidak membayakan pekerja, bangunan yang dikerjakan maupun keadaan sekelilingnya.

BAGIAN C Pekerjaan Tanah, Pondasi dan Struktur

Halaman : C -21

Perancah luar harus dipasang minimal sama dengan bangunan yang dikerjakan dan dicat dengan warna yang mencolok.

2.3.2. Untuk naik turun gedung selama pelaksanaan berlangsung, pada perancah luar harus dipasang tangga dilengkapi dengan border mendatar.

Sedangkan untuk jaring­jaring luar dipasang pada scaffolding secara kuat, rapih dan tidak kendor. Jaring ini harus tahan terhadap tiupan angin dan memberi perlindungan serta rasa nyaman bagi yang bekerja pada dinding luar.

2.3.3. Bila ada perbedaan dalam hal apapun antar gambar, spesifikasi dan lainnya, Kontraktor harus segera melaporkan kepada Supervisi/ Konsultan pengawas sebelum pekerjaan dimulai.

2.3.4. Kontraktor tidak dibenarkan memulai pekerjaan disuatu tempat dalam hal ada kelainan/perbedaan ditempat itu, sebelum kelainan tersebut diselesaikan.

2.4. Aplikasi

Pelaksanaan pemasangan harus dikerjakan oleh ahli berpengalaman (ahli dari pihak pemberi garansi pemasangan) dan terlebih dahulu harus mengajukan "metode pelaksanaan" sesuai dengan spesifikasi pabrik untuk mendapat persetujuan dari Supervisi/ Konsultan Pengawas. Khusus untuk bahan waterproofing yang dipasang ditempat yang berhubungan langsung dengan matahari tetapi tidak mempunyai lapis pelindung terhadap ultra voilet atau apabila disyaratkan dalam gambar pelaksanaan atau spesifikasi arsitektur, maka dibagian lapisan atas dari lembar waterproofing ini harus diberi lapisan pelindung sesuai gambar pelaksanaan, dimana lapisan ini dapat berupa screed maupun material finishing.

2.5. Pengamanan Pekerjaan

2.5.1. Kontraktor wajib mengadakan perlindungan terhadap pemasangan yang telah dilakukan, terhadap kemungkinan pergeseran, lecet permukaan atau kerusakan lainnya.

2.5.2. Kalau terdapat kerusakan yang bukan disebabkan oleh tindakan Pemilik atau Pemakai pada waktu pekerjaan ini dilakukan dilaksanakan maka Kontraktor harus memperbaiki/mengganti sampai dinyatakan dapat diterima oleh Supervisi/ Konsultan Pengawas. Biaya yang timbul untuk pekerjaan ini adalah tanggung jawab kontraktor.

2.6. Pengujian

Kontraktor diwajibkan melakukan percobaan – percobaan dengan cara merendam minimal selama 3 x 24 jam di atas permukaan yang diberi lapisan kedap air pelaksanaan pekerjaan dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan dari Supervisi.

BAGIAN C Pekerjaan Tanah, Pondasi dan Struktur

Halaman : C -22

BAB IX

PEKERJAAN BAJA RINGAN

Pasal 1 Lingkup Pekerjaan

1.1. Pekerjaan Struktur Baja Ringan ialah bagian-bagian yang dalam gambar rencana dinyatakan sebagai Konstruksi struktur baja ringan.

1.2. Untuk pelaksanaan pekerjaan tersebut Kontraktor harus membuat shop drawing dari pekerjaan baja ringan. Gambar kerja meliputi detail-detail pemasangan, pemotongan, penyambungan, pengaku, ukuran-ukurn dan lain-lain yang secara teknis diperlukan, terutama untuk fabrikasi dan pemasangan.

1.3. Sub Kontraktor yang dipakai jika ada harus diketahui dan disetujui oleh Supervisi.

1.4. Kontraktor harus melaksanakan pekerjaan konstruksi baja ringan sesuai ketentuan-ketentuan berikut :

- Mengajukan persetujuan material dan aplikator kepada Supervisi.

- Mengajukan analisa struktur atap.

- Mengajukan gambar shop drawing.

Pasal 2 Material

Baja ringan yang digunakan dengan spesifikasi sebagai berikut :

- Base material High – Tensile Steel G 550 (minimum yield strength 5500 kg/cm2.

- Coating Zincalume A/Z 150 gr/m2.

- Material Thickness 0,75 dan 1,00 mm TCT (ukuran profil desuai dengan kekuatan berdasarkan desain dan analisa struktur).

- Ketebalan reng (roof batten) minimal 0,48 mm TCT.

- Baut/fastener yang dipakai harus memenuhi standar desain.

- Menggunakan software yang sudah mendapat sertifikasi resmi dari Asosiasi terkait.

- Garansi struktur dan garansi material.

Pasal 3 Fabrikasi

3.1. Umum

- Tukang-tukang/Aplikator yang digunakan harus dari tenaga-tenaga ahli pada bidangnya dan melaksanakan pekerjaan dengan baik sesuai dengan petunjuk-petunjuk Supervisidan ketelitian utama diperlukan untuk menjamin bahwa seluruh bagian dapat cocok satu dengan lainnya pada waktu pemasangan.

- Supervisimempunyai kebebasan sepenuhnya untuk setiap waktu melakukan pemeriksaan pekerjaan.

- Tidak satu pekerjaanpun dibongkar atau disiapkan untuk dikirim sebelum diperiksa dan disetujui.

- Setiap pekerjaan yang cacat atau tidak sesuai dengan gambar rencana atau spesifikasi ini akan ditolak dan harus segera diperbaiki.

BAGIAN C Pekerjaan Tanah, Pondasi dan Struktur

Halaman : C -23

- Kontraktor pabrikasi harus menyediakan atas biaya sendiri semua pekerjaan, alat-alat perancah dan sebagainya yang diperlukan dalam hubungan pemeriksaan pekerjaan.

- Kontraktor pabrikasi harus memperkenalkan Kontraktor untuk sewaktu-waktu memeriksa pekerjaan dan untuk mendapatkan keterangan mengenai cara-cara dan lain-lain yang berhubungan dengan waktu pemasangan di tempat pekerjaan.

- Kontraktor Montase tidak mempunyai wewenang untuk memberikan instruksi-instruksi mengenai cara penyelenggaraan pabrikasi.

3.2. Pola Pengukuran

Pola (mal) pengukuran dan peralatan-peralatan lain yang dibutuhkan untuk menjamin ketelitian pekerjaan harus disediakan oleh Kontraktor Pabrikasi. Semua pengukuran harus dilakukan dengan menggunakan pita-pita baja yang telah disetujui. Ukuran-ukuran dari pekerjaan baja yang tertera pada gambar rencana dianggap ukuran pada suhu ± 25° C.

3.3. Meluruskan

Sebelum pekerjaan lain dilakukan pada pelat, maka semua pelat harus diperiksa kerataannya, semua batang-batang diperiksa kelurusannya, harus bebas dari puntiran, bila perlu harus diperbaiki sehingga bila pelat-pelat disusun akan terlihat rapat seluruhnya.

3.4. Pemotongan

Baja ringan harus dipotong dengan alat listrik (cutting wheel) agar permukaan yang diperoleh dari hasil pemotongan harus diselesaikan siku terhadap bidang yang dipotong, tepat dan rata menurut ukuran yang diperlukan.

BAGIAN C Pekerjaan Tanah, Pondasi dan Struktur

Halaman : C -24

BAB X

PEKERJAAN STRUKTUR BAJA

1.1 Lingkup Pekerjaan

Lingkup pekerjaan meliputi penyediaan semua bahan, tenaga kerja dan peralatan konstruksi baja baik di lapangan untuk melaksanakan seluruh pekerjaan konstruksi baja termasuk pemasangan alat-alat dan benda-benda yang terletak dan berkaitan dengannya, yang meliputi:

a) Menyediakan semua tenaga/pekerja untuk melaksanakan pekerjaan yang harus berpengalaman, ahli dan profesional yang dinyatakan dengan sertifikasi dan pengalaman referensi pekerjaan yang telah dilaksanakan.

b) Pemborong harus mempersiapkan dan membuat gambar kerja (shop drawings), materal, detail sambungan dari komponen-komponen yang sebelum pelaksanaan harus diajukan untuk mendapatkan persetujuan Pengawas/Konsultan MK.

c) Pekerjaan pengecatan primer, dasar sampai dengan lapisan akhir seluruh konstruksi baja yang harus dilakukan di pabrik dan penyempurnaan serta perbaikan di lapangan.

d) Pekerjaan atap dilaksanakan dengan bahan baja.

1.2 Referensi

Kecuali dinyatakan lain dalam syarat-syarat teknis ini, maka seluruh persyaratan pelaksanaan pekerjaan harus mengikuti ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam standar dan peraturan di bawah ini :

- Peraturan Nasional Pembangunan Indonesia.

- Tata Cara Perhitungan Struktur Baja untuk Bangunan Gedung SNI 03

1829-2002

- Standart Industri Indonesia (SII).

- American Society for Testing & Materials (ASTM).

- American Institute of Steel Construction (AISC).

- American Welding Society (AWS).

1.3 Pekerjaan Persiapan Baja Struktur

a) Kesempurnaan Pelaksanaan

Perencanaan, pembuatan dan pemasangan pekerjaan konstruksi baja ini harus dilaksanakan dengan teknik-teknik pelaksanaan yang paling baik. Sedapat mungkin semua pekerjaan konstruksi baja ini dibuat dibengkel konstruksi (pabrikasi) yang mempunyai peralatan lengkap, terlindung dari pengaruh cahaya luar, seperti hujan, banjir, angin dan sebagainya.

Sebelum pekerjaan ini dapat dilaksanakan, maka Pengawas/Konsultan MK akan memeriksa bengkel tersebut dan apakah bengkel tersebut memenuhi persyaratan sebelum menetapkan persetujuannya. Pengawas/Konsultan MK berhak untuk mengadakan inspeksi ke bengkel setiap saat dan pemborong harus menyediakan sarana yang dibutuhkan untuk pelaksanaan pemeriksaan.

Pelaksanaan pekerjaan harus menggunakan tenaga/pekerja yang berpengalaman, ahli dan profesional sesuai dengan bidang pekerjaannya yang dinyatakan dengan sertifikat dari lembaga oengujian yang berwenang disertai daftar pengalaman/ referensi pekerjaan yang telah dilaksanakan.

b) Gambar Kerja

b-1 Gambar kerja (shop drawings) sebanyak 3 (tiga) set harus diserahkan kepada Pengawas/Konsultan MK dan harus secara jelas menunjukkan :

BAGIAN C Pekerjaan Tanah, Pondasi dan Struktur

Halaman : C -25

- Dimensi, layout dalam satuan metrik (mm)

- Type dan lokasi sambungan

- Daftar baut, las secara terinci

- Dimensi bagian-bagian konstruksi, detail, bentuk konstruksi dan berat unit dan berat keseluruhan

- Metoda atau cara pemasangan

- Hal-hal lain yang dianggap penting

b-2 Walaupun semua gambar telah disetujui oleh Pengawas/Konsultan MK, hal ini tidak berarti bahwa tanggun jawab pemborong menjadi berkurang apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian dengan keadaan lapangan atau gambar rencana. Tanggung jawab atas ketepatan ukuran-ukuran selama fabrikasi dan erection tetap berada pada pemborong.

b-3 Pengukuran dalam skala gambar rencana tidak diperkenankan.

1.4 Pekerjaan Pemotongan, Penyambungan Dan Pemasangan

a) Pemotongan Profil Baja

Pemotongan material baja harus menggunakan mesin potong atau dengan las potong yang cukup memadai. Ujung dari potongan harus digerinda halus, sehingga mendapatkan permukaan yang rata.

b) Pembuatan Lubang-lubang atau penyambungan atau Baut angkur

b-1 Sebelum pekerjaan las dimulai, maka harus ada jaminan bahwa bidang-bidang yang akan disambung dengan sambungan las tidak boleh bergerak sampai pekerjaan las selsai dilakukan.

b-2 Bagian-bagian yang akan dilas sebaiknya dalam keadaan datar, dan bila ada yang harus dilas tegak, maka pengelasan harus dimulai dari bawah kemudian ke arah atas.

b-3 Bagian ujung dari suatu las tumpul harus mendapat jaminan bahwa sambungan dilaksanakan dalam keadaan penuh. Untuk itu sebaiknya dipakai batang-batang penyambungan pada bagian jujung dari sambungan tersebut agar pengelasan dapat dilaksanakan dengan penuh.

b-4 Sebelum pekerjaan las dimulai. Kontraktor wajib menyerahkan prosedur kerja cara-cara pengelasan yang akan dikerjakan baik dibengkel maupun yang akan dikerjakan di lapangan. Usulan ini harus diperiksa dan disetujui Pengawas/Konsultan MK sebelum pekerjaan pengelasan ini dapat dimulai.

c) Pengelasan

c-1 Pengelasan harus dilaksanakan dengan las busur listrik dan batang las harus dari bahan yang sama campurannya dengan bahan yang akan dilas.

c-2 Pengelasan harus dilakukan oleh tenaga-tenaga ahli yang berpengalaman dan dengan ketepatan yang tinggi. Pemborong wajib menyerahkan sertidikat keahlian dari masing-masing tukan lasnya sesuai dengan peraturan.

c-3 Pengelasan hanya boleh dilakukan pada tempat-tempat yang dinyatakan dalam gambar kerja dan rencana kerja & syarat-syarat ini. Ukuran las yang tercantum dalam gambar adalah ukuran-ukuran efektif.

c-4 Setelah pengelasan selesai, maka sisa-sisa kerak las harus dibersihkan dengan baik.

1.5 Pengecatan

a) Pengecatan seluruh pekerjaan sesuai dengan NI 3 dan NI 4 atau sesuai dengan spesifikasi dan anjuran dari pabrik.

BAGIAN C Pekerjaan Tanah, Pondasi dan Struktur

Halaman : C -26

b) Cat merupakan produksi dari pabrik terkenal antara lain ICI, Nippon Paint atau setarap.

c) Cat yang akan dipergunakan harus berada dalam kaleng yang masih disegel, tidak pecah dan bocor serta mendapat persetujuan pengawas. Seluruh permukaan harus diberihkan dengan sikat baja untuk menghilangkan karat, sisa-sisa serpihan las sebelum dimulai pengecatan.

1.6 Cat logam

a) Permukaan yang akan dicat harus dibebaskan dari kotoran-kotoran. Karet-karet dan sebagainya dengan amplas. Bila perlu dengan sikat kawat tetapi harus dijaga jangan sampai merusak lapisan/permukaan penutup logam yang bersangkutan.

b) Untuk menghilangkan gemuk, minyak dan semacamnya digunakan bahan solvent.

Baja

- Primer (meni) : menie satu lapis.

- Cat dasar : Cat dasar satu lapis.

- Cat akhir : Cat mengkilap/gloss dua lapis.

Seng/baja galvanies

- Primer : Zink Chromate satu lapis.

- Cat dasar : Epolux Zink Chromate satu lapis.

- Cat akhir : Cat mengkilap/gloss dua lapis.

BAB XI

LAIN­LAIN

Pasal 1 Pengujian bahan

1.1. Semua bahan yang akan dipakai harus diperiksa atau diteliti atau diuji dan disetujui oleh Konsultan Pengawas.

1.2. Apabila diperlukan, Konsultan Pengawas berhak membawa contoh bahan yang akrab dipakai untuk diadakan pengujian di Laboratorium atas biaya Kontraktor.

1.3. Konsultan Pengawas berhak menolak bahan yang akan dipakai apabila sekiranya bahan tersebut tidak memenuhi persyaratan dan untuk itu bahan tersebut harus disingkirkan dalam waktu 3 x 24 jam dari lokasi proyek.

Pasal 2 Shop drawing

2.1. Setiap pekerjaan atau bagian pekerjaan, terutama pekerjaan pembesian beton bertulang, sebelum dilaksanakan Kontraktor diharuskan membuat gambar kerja atau Shop Drawing.

Shop Drawing harus dibuat rapi, jelas, terperinci dengan format yang baik dan tetap pada kertas kalkir.

2.2. Shop Drawing diserahkan 2 (dua) minggu sebelum pelaksanaan pekerjaaan dimulai kepada Supervisi/Konsultan Pengawas untuk dimintakan persetujuannya.

2.3. Sebelum Shop Drawing disetujui oleh Supervisi/Konsultan Pengawas atau Konsultan Perencana, maka Kontraktor tidak diperkenankan untuk memulai pekerjaan.

Pasal 3 Kerja lembur

BAGIAN C Pekerjaan Tanah, Pondasi dan Struktur

Halaman : C -27

3.1. Jika karena suatu hal atau Kontraktor merasa perlu untuk mengejar keterlambatan yang terjadi, maka Kontraktor dapat melaksanakan kerja lembur. Biaya kerja lembur Konsultan Pengawas sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor.

3.2. Sebelum melakukan kerja lembur, Kontraktor harus mengajukan rencana kerja lembur pada Konsultan Pengawas, dilengkapi dengan lampiran yang mencakup bagian­bagian yang akan dilembur, jumlah jam kerja lembur serta jumlah tenaga kerja.

3.3. Apabila Kontraktor menghendaki kerja lembur, sedangkan Pemberi Tugas beranggapan pekerjaan tersebut tidak perlu diawasi secara fisik oleh Konsultan Pengawas, maka Kontraktor wajib membuat laporan tertulis kepada Pemberi Tugas mengenai bagian­bagian yang dikerjakan, serta bertanggung jawab sepenuhnya pada pekerjaan yang dimaksud.

3.4. Jika pekerjaan lembur dilakukan sampai malam hari, maka Kontraktor wajib mengadakan sistim penerangan khusus yang memadai, agar supaya pekerja dapat bekerja dengan baik.

Pasal 4 Tanggungjawab Kontraktor terhadap lingkungan sekitar proyek

4.1. Sebelum melaksanakan kegiatan pemncangan tiang pancang, Kontraktor dianjurkan mendata terlebih dahulu kondisi bangunan dilingkungan sekitarnya.

4.2. Dalam melaksanakan pemancangan tiang pancang Kontraktor harus melakukannya secara berhati­hati agar tidak merusak bangunan, pagar atau bagian lainnya disekitar proyek.

4.3. Segala kerusakan yang timbul akibat pekerjaan pemancangan serta claim lainnya dari penduduk disekitar proyek menjadi resiko Kontraktor dan Kontraktor berkewajiban menyelesaikannya secara tuntas.

4.4. Selama pelaksanaan Kontraktor berkewajiban menjaga kebersihan jalan, saluran disekitar proyek dan untuk itu Kontraktor harus membuat tempat pencucian truk dilokasi pekerjaan.

Pasal 5 Pekerjaan Joint Sealant

5.1. Pekerjaan ini meliputi pengadaan, persiapan, pelaksanaan dan pemasangan pada celah beton di lantai yang akan disambung menjadi batu.

5.2. Pekerjaan ini harus menjamin tidak akan terjadi kebocoran pada batas-batas sambungan beton yang termaksud di atas.

5.3. Ukuran sesuai dengan detail gambar, Merk dan bahan joint sealant yang digunakan adalah GE Silicone.

Pasal 6 Pekerjaan pemasangan bahan-bahan pelindung dan pengawet

6.1. Pekerjaan pelindung (curing) dan pengawet meliputi pekerjaan terakhir yang biasanya dilakukan untuk menjaga agar pekerjaan struktur atas yang telah diselesaikan dapat lebih tahan lama dan bebas dari pengaruh-pengaruh yang tidak dikehendaki dikemudian hari.

6.2. Pekerjaan Pelindung (curing) dan pengawet meliputi semua jenis pekerjaan finishing berdasarkan petunjuk-petunjuk dari pabrik dan dengan persetujuan Konsultan Manajemen Kontruksi /Pengawas.

6.3. Pelaksana Pekerjaan / Kontraktor Utama bertanggungjawab penuh atas terselenggaranya pekerjaan tersebut dengan baik.

Pasal 7 Alat-alat bantu yang diletakkan pada bangunan

Penggunaan alat-alat bantu pekerjaan seperti tower crane, lift atau alat-alat lainnya yang akan diletakkan dan mebebani bagian-bagian struktur bangunan, harus mendapat persetujuan dari

BAGIAN C Pekerjaan Tanah, Pondasi dan Struktur

Halaman : C -28

Supervisi. Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor harus memperbaiki kembali segala kerusakan-kerusakan akibat penggunaan alat-alat bantu tersebut.

Pasal 8 Toleransi pelaksanaan

8.1. Penyimpangan dari toleransi seperti tersebut dibawah ini, Pelaksana Pekerjaan/Kontraktor harus bertanggung jawab atas perbaikan dan biaya-biayanya. Perbaikannya harus mendapat persetujuan Supervisi/Pengawas. Toleransi ini diberikan atas pekerjaan yang bertalian dengan setting out, garis as bangunan, kedataran atau ketinggian, ketegakkan, ukuran dan tebal dari suatu ketinggian struktur dan lain-lain.

8.2. Kedudukan suatu bagian dari bidang bangunan yang ditunjukkan pada gambar adalah 6 mm per 3 meter panjang bidang bangunan dengan maksimum 25 mm. Lepas dari ketentuan diatas, bidang bangunan tidak boleh melampui garis batas pemilikan dan garis bangunan (sempadan).

8.3. Toleransi :

Ketegaklurusan :

Penyimpangan dari bidang tembok clan kolom terhadap garis vertikal tidak melampui 6mm per meter dengan maksimum 13 mm.

Kedataran :

Tinggi 3 meter dari lantai, penyimpangannya - 6 mm.

Tinggi 6 meter dari lantai, penyimpangannya -13 mm.

Tinggi >12meter dari lantai, penyimpangannya -13 mm.

Penampang :

Penyimpangan maksimum terhadap dimensi penampang nominal dari kolom balok, pelat dan lain-lain adalah :

Dimensi < 15 cm, penyimpangannya = + 10 mm

- 13 mm

Dimensi >15 cm, penyimpangannya = + 13 mm

- 6 mm

Lubang (opening) :

Penyimpangan maksimum terhadap ukuran nominal dan lokasinya pada lantai dan dinding : 6 mm.