03_04_2011_007-green-concern-pengelolaan-sumber-daya-air-hujan.pdf

1
Puteri Indonesia Hijaukan Merapi PASCAERUPSI, Oktober tahun lalu, kebutuhan rehabilitasi di sekitar kawasan Gunung Merapi bukan hanya soal infrastruktur, tapi juga lingkungan. Dengan menyadari pentingnya hal terakhir itu, Sabtu (26/3), Mustika Ratu, Yayasan Puteri Indonesia dan Sheraton Mustika Yogyakarta bekerja sama mereboisasi di le- reng Merapi, tepatnya di Desa Glagaharjo, Cangkringan, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Penanaman 3.083 pohon di desa yang juga lokasi makam Mbah Maridjan tersebut dilakukan dua Puteri Indonesia 2010, yakni Pu- teri Indonesia Lingkungan Reisa Kartikasari dan Puteri Indonesia Pariwisata Alessandra Khadijah Usman. Penanaman juga bersama-sama karyawan Sheraton, masyarakat, dan instansi setempat. Sebanyak 33 pohon di antaranya adalah sumbangan dari 11 negara ASEAN. Aksi lingkungan dilanjutkan hingga malam harinya dalam aksi Earth Hour dengan menyalakan 1.000 lilin aromatherapy di Taman Sari Royal Heritage Spa. Prosesi dicatat dalam Museum Rekor Indonesia (Muri). (RO/M-6) Patroli Hutan Nusakambangan NUSAKAMBANGAN yang dikenal sebagai pulau bagi para narapidana nyatanya memiliki kekayaan alam yang cukup ber- harga. Sayangnya, hutan Nusakambangan makin rusak akibat penjarahan. Tidak ingin kondisi tersebut makin parah, Kanwil Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah (Jateng) bersama dengan peme- rintah kabupaten Cilacap, kepolisian, Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jateng dan LSM sepakat membentuk patroli bersama untuk meminimalisasi penjarahan hutan di sana. “Kami mengusulkan adanya patroli gabungan. Sebab, sampai sekarang, kerusakan hutan mencapai 5 ribu hektare dari total luas 12 ribu hektare,” ujar Kepala Kanwil Kemenkum dan HAM Jateng Chairuddin Idrus. Selama ini petugas lembaga pemasyarakatan kesulitan mengawasi karena penjarah tidak melalui jalan darat, melainkan melalui jalan tikus perairan. (LD/M-6) D I daerah Jembatan Tiga, Jakarta Utara, keberadaan SDN 01 Pluit memang tidak menarik perhatian ba- nyak orang. Bahkan mungkin banyak yang tidak tahu karena keberadaannya yang terimpit di antara kemewahan pusat belanja dan pergudangan. Namun, saat melongok ke dalam, sekolah yang berdiri sejak tahun 70-an ini tidak luput dari jejak modernitas, malah mungkin dengan visi yang lebih panjang. Jejak itu ditunjukkan dari wastafel-wastafel yang terda- pat di sepanjang satu sisi seko- lah. Air yang mengalir dari situ adalah air yang jatuh di genting sekolah. Ya, SDN 01 Pluit meman- faatkan air hujan sebagai salah satu sumber airnya. Saat jam istirahat, siswa-siswa sekolah ini berebut cuci tangan. Bukan hanya murid yang gembira, tapi juga guru. Sildawati, guru kelas 5 seka- ligus koordinator unit kesehat- an sekolah (UKS), mengaku sangat senang dengan adanya sumber air baru itu. Kegiatan cuci tangan di sekolah-sekolah memang bukan lagi sekadar imbauan, tapi juga keharusan dan sudah dipraktikkan. Cuci tangan menjadi bagian program Perilaku Hidup Bersih Pihak sekolah juga memanfaatkan air hujan untuk menyiram tanaman, kegiatan cuci, bahkan untuk renovasi sekolah. BINTANG KRISANTI Belajar Sehat dengan Air Hujan berdiri di atas tanah. “Di atas tanah, supaya pera- watan mudah. Kalau bocor, cepat ketahuan. Lagi pula kan di Pluit ini air tanah sudah agak asin. Jadi, nanti kalau pakai sumur resapan, airnya ikut asin,” jelas Sudianto, desainer infrastruktur pemanfaatan air hujan sekaligus alumnus Teknik Mesin Unika Atma Jaya. Desain bak dibuat dengan ukuran 14,3 x 1,8 x 2,4 meter yang dapat menampung 43 kubik meter air hujan. Sudianto menambahkan, bak sepanjang hampir dua ruang kelas itu dipilih dengan pertimbangan jumlah murid sebanyak 433 orang dengan kebutuhan mas- ing-masing sekitar 3 liter air. Saat Media Indonesia melo- ngok pada Senin (28/3), air di bak tampak setengah terisi. “Seharusnya bisa lebih penuh, tapi banyak yang gak tertam- pung karena bak pertama kecil dan pipanya juga kecil,” tutur Sapari. Bak pertama yang dimak- sudnya adalah bak pembilasan. Bak ini yang pertama menam- pung air yang dialirkan dari ta- lang. Di dalam bak ini disusun berturut-turut dari bawah, ijuk, zeolit, dan arang aktif sebagai penyaring kotoran. Penggunaan zeolit, dika- takan Sudianto, juga bertu- juan mengurangi keasaman. Penelitian BMKG pada 2006, sebagaimana dimuat di situs lipi.go.id, menunjukkan hujan asam telah tercatat di daerah penelitian tersebut, yakni di Ke- mayoran, Jakarta Utara. Hujan dengan pH 5,6 itu sebenarnya sudah terdeteksi sejak 1987. Namun, seberapa jauh pe- ngurangan asam dengan pe- nambahan zeolit itu, Sudianto mengaku belum tahu. “Sekitar Sehat (PHBS) yang didorong Kementerian Kesehatan dan dinas pendidikan. Namun, di sisi lain program itu juga berdampak pada operasional sekolah. Seperti kita ketahui, air ber- sih sudah jadi barang mahal di DKI Jakarta. Banyak air tanah yang sudah tercemar air kotor atau air laut. “Nah, ada air hujan ini, lu- mayan sekolah ngirit PAM. Lagi pula di sini sudah tidak mungkin (konsumsi) air tanah, karena sudah agak asin,” kata Sildawati yang juga alumnus sekolah itu. Sapari, guru kelas 6 yang sekaligus bertanggung jawab atas prasarana sekolah, meng- aku pada akhirnya air hu- jan bukan sebatas untuk cuci tangan murid. Kualitas yang baik dan jumlah yang cukup berlimpah membuat air itu juga dimanfaatkan untuk mencuci, menyiram tanaman hingga untuk pekerjaan konstruksi saat renovasi sekolah. Mudah dirawat Pemanfaatan air hujan me- mang bukan cara baru menda- patkan air bersih. Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) su- dah ikut memanfaatkan air hujan menggunakan bentuk sumur resapan. Infrastruktur yang dite- rapkan di SDN 01 Pluit agak sedikit berbeda. Universitas Katolik Atma Jaya bekerja sama dengan Coca Cola Foundation Indonesia (CCFI) lewat pro- gram Water for School (WFS) dengan membangun bak pe- nampungan air hujan yang FOTO-FOTO: MI/ANGGA YUNIAR 99% kotoran organik, seperti daun, akan tersaring. Tapi, ka- lau kualitas kimia belum tahu karena belum diuji,” jelasnya. Sebagai usaha mengurangi polutan juga, sebanyak 20% air hujan yang pertama turun tidak disarankan digunakan. Meski begitu, pada kenyataan- nya pihak sekolah tetap me- manfaatkan air ini untuk me- nyiram tanaman dan mencuci. “Habis sayang, bersih,” tukas Sapardi. Sejauh ini pihak sekolah mengaku tidak merasa repot merawat fasilitas gratis yang berdiri sejak November 2010 itu. Pun memang dijelaskan Sudianto, tidak ada perawatan khusus selain membersihkan lter setelah enam bulan. Filter kemudian harus diganti setelah satu tahun. “Bahan-bahannya bisa dibeli bebas dan biayanya untuk tiga bahan itu seluruhnya sekitar Rp1 juta,” jelas Sudianto. Sementara itu, pada kesem- patan berbeda Koordinator Infrastruktur program WFS, Harjadi Gunawan, mengatakan untuk kebutuhan rumah tang- ga, infrastruktur bisa dibuat lebih sederhana. “Pakai tong air plastik itu juga sudah cukup kuat dan biayanya jauh lebih murah,” jelasnya. Koordinator PHBS WFS drg Liling Pudjilestari mengata- kan, selain di SDN 01 Pluit, infrastruktur senilai sekitar Rp45 juta itu juga dibuat di SDN Sukaringin 01 dan SDN Pantai Harapan Jaya 01 Bekasi. Diharapkan, dengan teknologi ini masyarakat tidak hanya mengenal sumber air bersih lain yang potensial. (M-1) miweekend@ mediaindonesia.com INFO HIJAU Apartemen Kelola Sampah Sendiri SESUAI dengan UU 18/2008 tentang Pengelolaan Sampah, sudah semestinya pengelola apartemen menangani limbahnya secara mandiri. Hal inilah yang baru-baru ini dimulai di Super Block Podomoro City. Kawasan komersial dengan 10 tower apartemen atau sekitar 6.000 unit ini pada Selasa (29/4) meresmikan area Green Waste, yakni sebuah area tempat pengolahan sampah or- ganik dan anorganik dari hunian itu. Sampah anorganik, seperti botol dan kantong plastik dipilah para rekanan pemulung dan dijual kepada pengepul, yang meng- hasilkan uang bagi mereka. Sementara itu, selebihnya berupa sampah sisa makanan dan daun-daun diolah menjadi kompos yang kemudian diguna- kan untuk menyuburkan kawasan Superblok Podomoro City. (RO/M-6) MI/LILIEK DARMAWAN ANTARA ANTARA BERSIH DAN SEHAT: Anak-anak SD 01 Pagi Pluit mencuci tangan di saat mereka istarahat sekolah di Pluit, Jakarta Utara, Selasa (29/3). Air untuk cuci tangan ini berasal dari air hujan yang ditampung. Dengan pemanfaatan air hujan, sekolah bisa melaksanakan Program Hidup Bersih Sehat dengan efisien. BAK PENAMPUNGAN: Penjaga sekolah membersihkan atap tempat penampungan air hujan di SD 01 Pagi Peluit, Jakarta Utara, Selasa (29/3). Tempat penampungan air itu bisa menampung hingga 43 meter kubik. G REEN CONCERN 7 MINGGU, 3 APRIL 2011 Tips Green! Penghematan energi di kantor bisa dimulai dengan penggunaan kertas secara bolak-balik atau maksimalkan surat elektronik untuk komunikasi. HEMAT DAN TETAP NYAMAN D UA minggu lalu, ribuan kota sepakat berhemat listrik selama 1 jam mengikuti kampanye Earth Hour 60+. Tentunya untuk Jakarta, juga Indonesia, yang sedang krisis energi, 1 jam berhemat tidaklah cukup. Penghematan energi lebih besar sebenarnya bisa diharapkan melalui konsep green building. Konsep ini sebenarnya telah mencuat sejak dua tahun lalu dengan beberapa pihak memiliki model masing-masing. Kementerian ESDM yang ikut mengusung konsep ini bekerja sama dengan pemerintah Denmark (DANIDA) berhasil mewujudkan kantor hemat energi yang sekaligus menjadi tempat badan servis dan informasi green building yang baru mereka luncurkan, yakni Energy Efficiency and Conservation Clearing House Indonesia (EECCHI). Kantor yang terletak di salah satu lantai gedung Kementerian ESDM di Kuningan, Jakarta, ini dikatakan bisa menghemat energi hingga 40% jika dibandingkan dengan keadaan sebelumnya. Dalam kantor ini digunakan teknologi canggih, seperti pengaturan suhu dan cahaya yang menggunakan sensor. Namun, kantor ini juga memperlihatkan penghematan bisa dilakukan dengan infrastruktur sederhana, misalnya, dengan penambahan cermin di lidah jendela untuk memaksimalkan cahaya masuk ke ruangan. Pemaksimalan cahaya alami di ruangan juga bisa melalui pilihan warna cat yang terang. Lalu bagaimana dengan biaya untuk membuat green building ini? Atau Anda ingin tahu bagaimana mewujudkan konsep ini di rumah? Jika begitu, Anda bisa mendengarkan penjelasannya dan bertanya lebih jauh dengan bergabung dalam diskusi live di Green Radio. Anda bisa bertanya melalui SMS online di 0813 81000 892 atau telepon di 021 8590 9946/47. (Big/M-1)

Transcript of 03_04_2011_007-green-concern-pengelolaan-sumber-daya-air-hujan.pdf

Puteri Indonesia Hijaukan Merapi

PASCAERUPSI, Oktober tahun lalu, kebutuhan rehabilitasi di sekitar kawasan Gunung Merapi bukan hanya soal infrastruktur, tapi juga lingkungan. Dengan menyadari pentingnya hal terakhir itu, Sabtu (26/3), Mustika Ratu, Yayasan Puteri Indonesia dan Sheraton Mustika Yogyakarta bekerja sama mereboisasi di le-reng Merapi, tepatnya di Desa Glagaharjo, Cangkringan, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Penanaman 3.083 pohon di desa yang juga lokasi makam Mbah Maridjan tersebut dilakukan dua Puteri Indonesia 2010, yakni Pu-teri Indonesia Lingkungan Reisa Kartikasari dan Puteri Indonesia Pariwisata Alessandra Khadijah Usman.

Penanaman juga bersama-sama karyawan Sheraton, masyarakat, dan instansi setempat. Sebanyak 33 pohon di antaranya adalah sumbangan dari 11 negara ASEAN. Aksi lingkungan dilanjutkan hingga malam harinya dalam aksi Earth Hour de ngan menyalakan 1.000 lilin aromatherapy di Taman Sari Royal Heritage Spa. Prosesi dicatat dalam Museum Rekor Indonesia (Muri). (RO/M-6)

Patroli Hutan Nusakambangan

NUSAKAMBANGAN yang dikenal sebagai pulau bagi para narapidana nyatanya memiliki kekayaan alam yang cukup ber-harga. Sayangnya, hutan Nusakambangan makin rusak akibat penjarahan.

Tidak ingin kondisi tersebut makin parah, Kanwil Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah (Jateng) bersama dengan peme-rintah kabupaten Cilacap, kepolisian, Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jateng dan LSM sepakat membentuk patroli bersama untuk meminimalisasi penjarahan hutan di sana.

“Kami mengusulkan adanya patroli gabungan. Sebab, sampai sekarang, kerusakan hutan mencapai 5 ribu hektare dari total luas 12 ribu hektare,” ujar Kepala Kanwil Kemenkum dan HAM Jateng Chairuddin Idrus. Selama ini petugas lembaga pemasyarakatan kesulitan mengawasi karena penjarah tidak melalui jalan darat, melainkan melalui jalan tikus perairan. (LD/M-6)

DI daerah Jembatan Tiga, Jakarta Utara, keberadaan SDN 01 Pluit memang

tidak menarik perhatian ba-nyak orang. Bahkan mungkin banyak yang tidak tahu karena keberadaannya yang terimpit di antara kemewahan pusat belanja dan pergudangan.

Namun, saat melongok ke dalam, sekolah yang berdiri sejak tahun 70-an ini tidak luput dari jejak modernitas, malah mungkin dengan visi yang lebih panjang.

Jejak itu ditunjukkan dari wastafel-wastafel yang terda-pat di sepanjang satu sisi seko-lah. Air yang mengalir dari situ adalah air yang jatuh di genting sekolah.

Ya, SDN 01 Pluit meman-faatkan air hujan sebagai salah satu sumber airnya. Saat jam istirahat, siswa-siswa sekolah ini berebut cuci tangan. Bukan hanya murid yang gembira, tapi juga guru.

Sildawati, guru kelas 5 seka-ligus koordinator unit kesehat-an sekolah (UKS), mengaku sangat senang dengan adanya sumber air baru itu. Kegiatan cuci tangan di sekolah-sekolah memang bukan lagi sekadar imbauan, tapi juga keharusan dan sudah dipraktikkan.

Cuci tangan menjadi bagian program Perilaku Hidup Bersih

Pihak sekolah juga memanfaatkan air hujan untuk menyiram tanaman, kegiatan cuci, bahkan untuk renovasi sekolah.

BINTANG KRISANTI

Belajar Sehat dengan Air Hujan

berdiri di atas tanah.“Di atas tanah, supaya pera-

watan mudah. Kalau bocor, cepat ketahuan. Lagi pula kan di Pluit ini air tanah sudah agak asin. Jadi, nanti kalau pakai sumur resapan, airnya ikut asin,” jelas Sudianto, desainer infrastruktur pemanfaatan air hujan sekaligus alumnus Teknik Mesin Unika Atma Jaya.

Desain bak dibuat dengan ukuran 14,3 x 1,8 x 2,4 meter yang dapat menampung 43 kubik meter air hujan. Sudianto menambahkan, bak sepanjang hampir dua ruang kelas itu dipilih dengan pertimbangan jumlah murid sebanyak 433 orang dengan kebutuhan mas-ing-masing sekitar 3 liter air.

Saat Media Indonesia melo-ngok pada Senin (28/3), air di bak tampak setengah terisi. “Seharusnya bisa lebih penuh, tapi banyak yang gak tertam-pung karena bak pertama kecil dan pipanya juga kecil,” tutur Sapari.

Bak pertama yang dimak-sudnya adalah bak pembilasan. Bak ini yang pertama menam-pung air yang dialirkan dari ta-lang. Di dalam bak ini disusun berturut-turut dari bawah, ijuk, zeolit, dan arang aktif sebagai penyaring kotoran.

Penggunaan zeolit, dika-takan Sudianto, juga bertu-juan mengurangi keasaman. Penelitian BMKG pada 2006, sebagaimana dimuat di situs lipi.go.id, menunjukkan hujan asam telah tercatat di daerah penelitian tersebut, yakni di Ke-mayoran, Jakarta Utara. Hujan dengan pH 5,6 itu sebenarnya sudah terdeteksi sejak 1987.

Namun, seberapa jauh pe-ngurangan asam dengan pe-nambahan zeolit itu, Sudianto mengaku belum tahu. “Sekitar

Sehat (PHBS) yang didorong Kementerian Kesehatan dan dinas pendidikan. Namun, di sisi lain program itu juga berdampak pada operasional sekolah.

Seperti kita ketahui, air ber-sih sudah jadi barang mahal di DKI Jakarta. Banyak air tanah yang sudah tercemar air kotor atau air laut.

“Nah, ada air hujan ini, lu-mayan sekolah ngirit PAM. Lagi pula di sini sudah tidak mungkin (konsumsi) air tanah, karena sudah agak asin,” kata Sildawati yang juga alumnus sekolah itu.

Sapari, guru kelas 6 yang sekaligus bertanggung jawab atas prasarana sekolah, meng-aku pada akhirnya air hu-jan bukan sebatas untuk cuci tangan murid. Kualitas yang

baik dan jumlah yang cukup berlimpah membuat air itu juga dimanfaatkan untuk mencuci, menyiram tanaman hingga untuk pekerjaan konstruksi saat renovasi sekolah.

Mudah dirawatPemanfaatan air hujan me-

mang bukan cara baru menda-patkan air bersih. Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) su-dah ikut memanfaatkan air hujan menggunakan bentuk sumur resapan.

Infrastruktur yang dite-rapkan di SDN 01 Pluit agak sedikit berbeda. Universitas Katolik Atma Jaya bekerja sama dengan Coca Cola Foundation Indonesia (CCFI) lewat pro-gram Water for School (WFS) dengan membangun bak pe-nampungan air hujan yang

FOTO-FOTO: MI/ANGGA YUNIAR

99% kotoran organik, seperti daun, akan tersaring. Tapi, ka-lau kualitas kimia belum tahu karena belum diuji,” jelasnya.

Sebagai usaha mengurangi polutan juga, sebanyak 20% air hujan yang pertama turun tidak disarankan digunakan. Meski begitu, pada kenyataan-nya pihak sekolah tetap me-manfaatkan air ini untuk me-nyiram tanaman dan mencuci. “Habis sayang, bersih,” tukas Sapardi.

Sejauh ini pihak sekolah mengaku tidak merasa repot merawat fasilitas gratis yang berdiri sejak November 2010 itu. Pun memang dijelaskan Sudianto, tidak ada perawatan khusus selain membersihkan fi lter setelah enam bulan. Filter kemudian harus diganti setelah satu tahun.

“Bahan-bahannya bisa dibeli bebas dan biayanya untuk tiga bahan itu seluruhnya sekitar Rp1 juta,” jelas Sudianto.

Sementara itu, pada kesem-patan berbeda Koordinator Infrastruktur program WFS, Harjadi Gunawan, mengatakan untuk kebutuhan rumah tang-ga, infrastruktur bisa dibuat lebih sederhana. “Pakai tong air plastik itu juga sudah cukup kuat dan biayanya jauh lebih murah,” jelasnya.

Koordinator PHBS WFS drg Liling Pudjilestari mengata-kan, selain di SDN 01 Pluit, infrastruktur senilai sekitar Rp45 juta itu juga dibuat di SDN Sukaringin 01 dan SDN Pantai Harapan Jaya 01 Bekasi. Diharapkan, dengan teknologi ini masyarakat tidak hanya mengenal sumber air bersih lain yang potensial. (M-1)

[email protected]

INFO HIJAU

Apartemen Kelola Sampah Sendiri

SESUAI dengan UU 18/2008 tentang Pengelolaan Sampah, sudah semestinya pengelola apartemen menangani limbahnya secara mandiri. Hal inilah yang baru-baru ini dimulai di Super Block Podomoro City. Kawasan komersial dengan 10 tower apartemen atau sekitar 6.000 unit ini pada Selasa (29/4) meresmikan area Green Waste, yakni sebuah area tempat pengolahan sampah or-ganik dan anorganik dari hunian itu.

Sampah anorganik, seperti botol dan kantong plastik dipilah para rekanan pemulung dan dijual kepada pengepul, yang meng-hasilkan uang bagi mereka.

Sementara itu, selebihnya berupa sampah sisa makanan dan daun-daun diolah menjadi kompos yang kemudian diguna-kan untuk menyuburkan kawasan Superblok Podomoro City. (RO/M-6)

MI/LILIEK DARMAWAN

ANTARA

ANTARA

BERSIH DAN SEHAT: Anak-anak SD 01 Pagi Pluit mencuci tangan di saat mereka istarahat sekolah di Pluit, Jakarta Utara, Selasa (29/3). Air untuk cuci tangan ini berasal dari air hujan yang ditampung. Dengan pemanfaatan air hujan, sekolah bisa melaksanakan Program Hidup Bersih Sehat dengan efisien.

BAK PENAMPUNGAN: Penjaga sekolah membersihkan atap tempat penampungan air hujan di SD 01 Pagi Peluit, Jakarta Utara, Selasa (29/3). Tempat penampungan air itu bisa menampung hingga 43 meter kubik.

GREEN CONCERN 7MINGGU, 3 APRIL 2011

TipsGreen!

Penghematan energi di kantor bisa dimulai dengan penggunaan kertas secara bolak-balik atau maksimalkan surat elektronik untuk komunikasi.

HEMAT DAN TETAP NYAMAN

DUA minggu lalu, ribuan kota sepakat berhemat listrik selama 1 jam mengikuti kampanye Earth

Hour 60+. Tentunya untuk Jakarta, juga Indonesia, yang sedang krisis energi, 1 jam berhemat tidaklah cukup.

Penghematan energi lebih besar sebenarnya bisa diharapkan melalui konsep green building. Konsep ini sebenarnya telah mencuat sejak dua tahun lalu dengan beberapa pihak memiliki model masing-masing.

Kementerian ESDM yang ikut mengusung konsep ini bekerja sama dengan pemerintah Denmark (DANIDA) berhasil mewujudkan

kantor hemat energi yang sekaligus menjadi tempat badan servis dan informasi green building yang baru mereka luncurkan, yakni Energy Effi ciency and Conservation Clearing House Indonesia (EECCHI).

Kantor yang terletak di salah satu lantai gedung Kementerian ESDM di Kuningan, Jakarta, ini dikatakan bisa menghemat energi hingga 40% jika dibandingkan dengan keadaan sebelumnya. Dalam kantor ini digunakan teknologi canggih, seperti pengaturan suhu dan cahaya yang menggunakan sensor.

Namun, kantor ini juga memperlihatkan penghematan bisa dilakukan dengan infrastruktur

sederhana, misalnya, dengan penambahan cermin di lidah jendela untuk memaksimalkan cahaya masuk ke ruangan. Pemaksimalan cahaya alami di ruangan juga bisa melalui pilihan warna cat yang terang.

Lalu bagaimana dengan biaya untuk membuat green building ini? Atau Anda ingin tahu bagaimana mewujudkan konsep ini di rumah? Jika begitu, Anda bisa mendengarkan penjelasannya dan bertanya lebih jauh dengan bergabung dalam diskusi live di Green Radio.

Anda bisa bertanya melalui SMS online di 0813 81000 892 atau telepon di 021 8590 9946/47.

(Big/M-1)