Green architecture

21
PRINSIP - PRINSIP GREEN ARCHITECTURE 1. Conserving Energy (Hemat Energi) Sungguh sangat ideal apabila menjalankan secara operasional suatu bangunan dengan sedikit mungkin menggunakan sumber energi yang langka atau membutuhkan waktu yang lama untuk menghasilkannya kembali. Solusi yang dapat mengatasinya adalah desain bangunan harus mampu memodifikasi iklim dan dibuat beradaptasi dengan lingkungan bukan merubah lingkungan yang sudah ada. Lebih jelasnya dengan memanfaatkan potensi matahari sebagai sumber energi. Cara mendesain bangunan agar hemat energi, antara lain: a. Banguanan dibuat memanjang dan tipis untuk memaksimalkan pencahayaan dan menghemat energi listrik. b. Memanfaatkan energi matahari yang terpancar dalam bentuk energi thermal sebagai sumber listrik dengan menggunakan alat Photovoltaic yang diletakkan di atas atap. Sedangkan atap dibuat miring dari atas ke bawah menuju dinding timur-barat atau sejalur dengan arah peredaran matahari untuk mendapatkan sinar matahari yang maksimal. c. Memasang lampu listrik hanya pada bagian yang intensitasnya rendah. Selain itu juga menggunakan alat kontrol penguranganintensitas lampu otomatis sehingga lampu hanya memancarkan cahaya sebanyak yang dibutuhkan sampai tingkat terang tertentu. d. Menggunakan Sunscreen pada jendela yang secara otomatis dapat mengatur intensitas cahaya dan energi panas yang berlebihan masuk ke dalam ruangan. e. Mengecat interior bangunan dengan warna cerah tapi tidak menyilaukan, yang bertujuan untuk meningkatkan intensitas cahaya. f. Bangunan tidak menggunkan pemanas buatan, semua pemanas dihasilkan oleh penghuni dan cahaya matahari yang masuk melalui lubang ventilasi. g. Meminimalkan penggunaan energi untuk alat pendingin (AC) dan lift. 2. Working with Climate (Memanfaatkan kondisi dan sumber energi alami) Melalui pendekatan green architecture bangunan beradaptasi dengan lingkungannya. Hal ini dilakukan dengan memanfaatkan kondisi alam, iklim dan lingkungannya sekitar ke dalam bentuk serta pengoperasian bangunan, misalnya dengan cara: Universitas Tadulako Jurasan Teknik Arsitektur

Transcript of Green architecture

Page 1: Green architecture

PRINSIP - PRINSIP GREEN ARCHITECTURE

1. Conserving Energy (Hemat Energi)Sungguh sangat ideal apabila menjalankan secara operasional suatu bangunan dengan

sedikit mungkin menggunakan sumber energi yang langka atau membutuhkan waktu yang lama untuk menghasilkannya kembali. Solusi yang dapat mengatasinya adalah desain bangunan harus mampu memodifikasi iklim dan dibuat beradaptasi dengan lingkungan bukan merubah lingkungan yang sudah ada. Lebih jelasnya dengan memanfaatkan potensi matahari sebagai sumber energi. Cara mendesain bangunan agar hemat energi, antara lain:

a. Banguanan dibuat memanjang dan tipis untuk memaksimalkan pencahayaan dan menghemat energi listrik.

b. Memanfaatkan energi matahari yang terpancar dalam bentuk energi thermal sebagai sumber listrik dengan menggunakan alat Photovoltaic yang diletakkan di atas atap. Sedangkan atap dibuat miring dari atas ke bawah menuju dinding timur-barat atau sejalur dengan arah peredaran matahari untuk mendapatkan sinar matahari yang maksimal.

c. Memasang lampu listrik hanya pada bagian yang intensitasnya rendah. Selain itu juga menggunakan alat kontrol penguranganintensitas lampu otomatis sehingga lampu hanya memancarkan cahaya sebanyak yang dibutuhkan sampai tingkat terang tertentu.

d. Menggunakan Sunscreen pada jendela yang secara otomatis dapat mengatur intensitas cahaya dan energi panas yang berlebihan masuk ke dalam ruangan.

e. Mengecat interior bangunan dengan warna cerah tapi tidak menyilaukan, yang bertujuan untuk meningkatkan intensitas cahaya.

f. Bangunan tidak menggunkan pemanas buatan, semua pemanas dihasilkan oleh penghuni dan cahaya matahari yang masuk melalui lubang ventilasi.

g. Meminimalkan penggunaan energi untuk alat pendingin (AC) dan lift.

2. Working with Climate (Memanfaatkan kondisi dan sumber energi alami)Melalui pendekatan green architecture bangunan beradaptasi dengan lingkungannya. Hal

ini dilakukan dengan memanfaatkan kondisi alam, iklim dan lingkungannya sekitar ke dalam bentuk serta pengoperasian bangunan, misalnya dengan cara:

a. Orientasi bangunan terhadap sinar matahari.b. Menggunakan sistem air pump dan cros ventilation untuk mendistribusikan udara

yang bersih dan sejuk ke dalam ruangan.c. Menggunakan tumbuhan dan air sebagai pengatur iklim. Misalnya dengan membuat

kolam air di sekitar bangunan.d. Menggunakan jendela dan atap yang sebagian bisa dibuka dan ditutup untuk

mendapatkan cahaya dan penghawaan yang sesuai kebutuhan.e.

3. Respect for Site (Menanggapi keadaan tapak pada bangunan)Perencanaan mengacu pada interaksi antara bangunan dan tapaknya. Hal ini dimaksudkan

keberadan bangunan baik dari segi konstruksi, bentuk dan pengoperasiannya tidak merusak lingkungan sekitar, dengan cara sebagai berikut.

a. Mempertahankan kondisi tapak dengan membuat desain yang mengikuti bentuk tapak yang ada.

b. Luas permukaan dasar bangunan yang kecil, yaitu pertimbangan mendesain bangunan secara vertikal.

c. Menggunakan material lokal dan material yang tidak merusak lingkungan.

Universitas Tadulako Jurasan Teknik Arsitektur

Page 2: Green architecture

4. Respect for User (Memperhatikan pengguna bangunan)

Antara pemakai dan green architecture mempunyai keterkaitan yang sangat erat. Kebutuhan akan green architecture harus memperhatikan kondisi pemakai yang didirikan di dalam perencanaan dan pengoperasiannya.

5. Limitting New Resources (Meminimalkan Sumber Daya Baru)Suatu bangunan seharusnya dirancang mengoptimalkan material yang ada dengan

meminimalkan penggunaan material baru, dimana pada akhir umur bangunan dapat digunakan kembali unutk membentuk tatanan arsitektur lainnya.

6. HolisticMemiliki pengertian mendesain bangunan dengan menerapkan 5 poin di atas menjadi satu

dalam proses perancangan. Prinsip-prinsip green architecture pada dasarnya tidak dapat dipisahkan, karena saling berhubungan satu sama lain. Tentu secar parsial akan lebih mudah menerapkan prinsip-prinsip tersebut. Oleh karena itu, sebanyak mungkin dapat mengaplikasikan green architecture yang ada secara keseluruhan sesuai potensi yang ada di dalam site.

Universitas Tadulako Jurasan Teknik Arsitektur

Page 3: Green architecture

SIFAT - SIFAT GREEN ARCHITECTURE

Green architecture (arsitekture hijau) mulai tumbuh sejalan dengan kesadaran dari para arsitek akan keterbatasan alam dalam menyuplai material yang mulai menipis.Alasan lain digunakannya arsitektur hijau adalah untuk memaksimalkan potensi site.

Penggunaan material-material yang bisa didaur-ulang juga mendukung konsep arsitektur hijau, sehingga penggunaan material dapat dihemat.

Green’ dapat diinterpretasikan sebagai sustainable (berkelanjutan), earthfriendly (ramah lingkungan), dan high performance building (bangunan dengan performa sangat baik).

A.Sustainable ( Berkelanjutan ).

Yang berarti bangunan green architecture tetap bertahan dan berfungsi seiring zaman, konsisten terhadap konsepnya yang menyatu dengan alam tanpa adanya perubahan – perubuhan yang signifikan tanpa merusak alam sekitar.

a. Earthfriendly ( Ramah lingkungan ).Suatu bangunan belum bisa dianggap sebagai bangunan berkonsep green architecture apabila bangunan tersebut tidak bersifat ramah lingkungan. Maksud tidak bersifat ramah terhadap lingkungan disini tidak hanya dalam perusakkan terhadap lingkungan. Tetapi juga menyangkut masalah pemakaian energi.Olehkarena itu bangunan berkonsep green architecture mempunyai sifat ramah terhadap lingkungan sekitar, energi dan aspek – aspek pendukung lainnya.

b. High performance building.Bangunan berkonsep green architecture mempunyai satu sifat yang tidak kalah pentingnya dengan sifat – sifat lainnya. Sifat ini adalah “High performance building”. Mengapa pada bangunan green architecture harus mempunyai sifat ini?. Salah satu fungsinya ialah untuk meminimaliskan penggunaan energi dengan memenfaatkan energi yang berasal dari alam ( Enrgy of nature ) dan dengan dipadukan dengan teknologi tinggi ( High technology performance ). Contohnya :

Penggunaan panel surya ( Solar cell ) untuk memanfaatkan energi panas matahari sebagai sumber pembangkit tenaga listrik rumahan.

Penggunaan material – material yang dapat di daur ulang, penggunaan konstruksi – konstruksi maupun bentuk fisik dan fasad bangunan tersebut yang dapat mendukung konsep green architecture. bangunan perkantoran yang menggunakan bentuk bangunan untuk menyatakan symbol green architecture.

Universitas Tadulako Jurasan Teknik Arsitektur

Page 4: Green architecture

KEBERLAKUAN STANDAR ARSITEKTUR HIJAU

Dari sejumlah standar pengukuran yang di kembangkan, beberapa aspek atau parameter dominan yang di ukur untuk menentukan tingkat ‘hijau’ adalah: pengolahan tapak, energi, material, air, limbah dan kualitas ruang dalam. Berikut adalah ulasannya.

1. Pemilihan dan pengolahan tapakParameter ini terkait dengan bagaimana memiih tapak yang aman untuk mendirikan bangunan atau sekumpulan bangunan. Sejumlah kemungkinan terhadap terjadinya bencana alam, seperti tanah longsor, gempa bumi, banjir, gunung meletus dan lainnya, patut di perhitungkan dalam memiih lokasi tapak. Di sisi lain, dalam pembangunan rumah atau bangunan, perubahan fisik tapak seperti sistem cut and fill di harapkan dapat di minimalkan. Penyelesaian bangunan dengan konsep panggung dianggap paling aman terhadap tapak, dan tidak mengurangi kemampuan permukaan tapak meresap air hujan.

2. Energi Dalam konsep arsitektur hijau, parameter energi terkait dengan besarnya energi yang dikonsumsi serta presentase pemanfaatan sumber energi terbarukan di bangunan. Bangunan di nilai baik jika dalam mewadahi aktifitas manusia energi yang di konsumsi rendah, sementara kenyamanan fisik manusia seperti kenyamanan termal, visual, dan spasial tetap dapat di penuhi.Di sisi lain, sumber energi yang terbarukan seperti bahan bakar nabati, panas dan sinar matahari, sumber energi air, angin dan lainnya dapat di manfaatkan secara maksimal. Sumber energgi terbarukan di perkirakan mengemisi karbon dioksida dallam jumlah yang relatif rendah dibanding emisi karbon dari pembakaran bahan bakar fosil sepperti minyak bumi.

Universitas Tadulako Jurasan Teknik Arsitektur

Page 5: Green architecture

3. Material Arsitetur hijau menuntut penggunaan material yang tidak mengontaminasi lingkungan dan membahayakan manusia. Material terbarukan seperti kayu, bambu, dahan, daun, dan lainnya merupakan salah satu material yang re-use dan re-cycle. Material dari tumbbuhan merupakan material yang dalam pembentukannya menyerapa CO2 dari udara. Hal ini berbeda dengan material non-organik yang dalam pembentukannya justru mengemisi CO2 ke udara karena memerlukan bahan bakar. Meskipun demikian, sejumah material non-organik yang dalam proses pembuatannya tidak konsumtif energi dan tidak mencemari lingkungan, tetap di rekomendasikan dalam konsep arsitektur hijau.

4. Air Konsumsi air dalam satuan waktu per individu merupakan salah satu parameter dominan yang di ukur dalam konsep arsitektur hijau. Bangunan yang rendah dalam konsumsi airnya akan mendapat nilai baik atau tinggi dalam konsep arsitektur hijau.

Universitas Tadulako Jurasan Teknik Arsitektur

Page 6: Green architecture

5. Limbah Filosopi utama daam aspek ini adalah bagaimana agar limbah bangunan seminimal mungkin mencemari lingkungan. Pembuangan limbah dengan frekuensi tinggi, atau selang waktu pembuangan pendek, peluang tanah atau alam dalam mempurifikasi limbah menjadi sangat kecil. lingkungan dalam skaa kecil dan besar akan tercemar, alam tercemar dan akhirnya vegetasi tercemar, manusia pun kesehatan dan keberllangsungan hidupnya. Oleh karena itu, dalam konsep arsitektur hijau, semakin rendah kemampuan lahan mempurifikasi limbah karena besarnya limbah yang di buang atau karena terbatasnya lahan yang mempurifikasi limbah, maka semakin tinggi nilai atau tingkatan hijau bangunan tersebut.

6. Kualitas ruang dalam. Kualitas ruang dalam menyangkut kimiawi udara dan kualitas fisik ruangan. Dengan komposisi udara yang baik, suatu ruangan di anggap bersih atau sehat secara kimiawi. Sedangkan kualitas fisik ruang terkait dengan kenyamanan fisik ruang. Bagaimana pengguna banguna dapat merasakan ‘nyaman’ dari semua aspek kenyamanan fisik, yakni kenyamanan spasial (ruang), kenyamanan termal (suhu), kenyamanan visual (penglihatan/cahaya), kenyamanan auditorial (pendengaran/suara), kenyamanan olfaktual (penciuman/bau). Demikian, jika pengguna bangunan dapat merasakan ruang dengan dimensi yang mencukupi untuk menyelenggarakan aktivitas di sertai dengan kenyamanan fisik sebuah bangunan maka tingkat hijau bangunan di nilai tinggi.

Universitas Tadulako Jurasan Teknik Arsitektur

Page 7: Green architecture

PENGUKURAN DAN STANDAR PENILAIAN ARSITEKTUR HIJAU

Tingkat kehijauan suatu bangunan atau kawasan harus diposisikan dengan level yang dapt dimengerti atau diukur oleh suatu acuan (standar) tertentu. Diperlukan suatu alat ukur dan tolak ukur untuk mengukur level kehijauan suatu bangunan atau kawasan. Berbagai acuan alat ukur, dan standar telah banyak dirumuskan negara-negara maju untuk mengukur tingkat kehijauan suatu rancangan suatu kawasan dan bangunan.

1. BREEAM (Building research establisment’s enviromental assessment metodh)Standardisasi dan penilaian tingkat hijau di mulai di inggris tahun 1990. BREEAM merupakan acuan penilaian tingkat hijau tertua di dunia, paling lengkap, paling detail, paling banyak digunakan di dunia saat ini. Dengan parameter yang di nilai BREEAM meliputi 10 aspek yaitu:

Manajemen Kesehatan Kualitas hidup Energi Transportasi Air Material Limbah Tata guna lahan dan ekologi Polusi dan inovasi

Standar ini memberikan 5 kategori hasil penilaian yakni pass, good, very good, excelent dan outstanding. Meskipun diklaim dapat digunakan secara universal di seluruh dunia, namun standar ini tidak praktis digunakan di sejumlah negara berkembang seperti Indonesia karena keterbatasan data dan standar bangunan pendukung lainnya yang dimiliki negara berkembang masih terbatas.

Contoh bangunan yang menggunakan acuan parameter BREEAM dengan kategori predikat outstanding.

Universitas Tadulako Jurasan Teknik Arsitektur

Page 8: Green architecture

(Ben Ainslie Racing building)

Land rover ben ainslie racing merupakan sebuah bangunan dengan komitmen untuk menjadi tim olahraga paling berkelanjutan di Inggris, telah menciptakan markas yang menampilkan semua yang berkelanjutan. Ia menunjukkan bahwa keberlanjutan tidak hanya dapat memperbaiki kondisi kerja dan dampak lingkungan yang lebih rendah tetapi memberikan penghematan biaya yang signifikan. Efisiensi dalam waktu, energi dan bahan sebagai akibat dari BREEAM dan BIM melaju penghematan 50% dalam penyampaian program yang telah menyebabkan penghematan keuangan yang signifikan

2. LEED (Leadersip in Energy and Enviromental Design)LEED dicetuskan oleh United States Green Building Council (USGBC) tahun 1998, standar ini mengembangkan konsep BREEAM untuk allikasi yang lebih praktis. LEED digunakan untuk menilai bangunan atau lingkunan binaan, baik dalam tahap pra-rancangan maupun sudah terbangun. Parameter yang digunakan LEED lebih simpel dibanding BREEAM, namun lebih variatif dibanding sejumlah standar lain di luar BREEAM. Diantara tolak ukur yang digunakan dalam LEED untuk merating tingkat hijau suatu bangunan atau lingkungan binaan adalah:

Keberlanjutan tapak Penghematan air Penghematan energi Atmosfer Material dan sumber daya Kualitas lingkungan ruang dalam

Universitas Tadulako Jurasan Teknik Arsitektur

Page 9: Green architecture

Inovasi dan proses desain.

Standar LEED memberikan kemungkinan skor tertinggi penilaian 69, dimana didalamnya diberikan empat penggolongan sertifikasi, yakni Certified (26-32 points), Silver (33-38 points), Gold (39-51 points), dan Platinum (52-69 points).

(Bank of America Tower, New York)

Bank of America Tower di New York merupakan bangunan ramah lingkungan dengan 54 lantai ini menggunakan energi matahari yang dikumpulkan sendiri memanfaatkan kembali limbah dan air hujan, menggunakan bahan baku untuk kontruksi dari sumber daya yang dapat terbarukan dan dari bahan daur ulang.

3. NABERS (the National in Australian Built Enviroment Rating System)NABERS merupakan penilaian kinerja bangunan eksisting terkait dengan dampak yang ditimbulkan dari pengoperasian bangunan tersebut terhadap lingkungan. Pemilik, pengelola atau pengguna bangunan dapat mengelola bangunan sedemikian rupa untuk mengurangi atau meminimalkan dampak negatif pengoperasian bangunan terhadap lingkungan.Standa NABERS mengukur tingkat hijau bangunan eksisting atas dasar empat parameter, yaitu:

Penggunaan energi dan emisi gas rumah kaca Penggunaan air Penanganan limbah Kualitas lingkungan ruang dalam

Untuk memberikan gambaran tentang tingkat hijau suatu bangunan, diperkenalkan penggunaan ‘jumlah bintang (stars)’ dari satu bintang hingga empat bintang sebagai indikasi

Universitas Tadulako Jurasan Teknik Arsitektur

Page 10: Green architecture

tingkat hijau. Semakin besar jumlah bintang, bangunan diindikasikan semakin hijau atas semakin ramah lingkungan.

4. GREEN STAR (standar bangunan hijau Australia)

Standar penilaian Green Star, dicetuska oleh Green Building Council Australia (GBCA) tahun 2002. GBCA merupakan lembaga non profit yang dibentuk untuk mengembangkan industri properti di Australia yang memenuhi kriteria keberlanjutan. Lembaga ini mendorong para praktisi yang bergerak di bidang properti bangunan

untuk mengaplikan rancangan bangunan yang berkonsep hijau. Lembaga ini di dukung oleh sektor industri dan pemerintah secara bersama-sama.Green star memiliki tiga kategori kualitas lingkungan pada suatu bangunan: (1) Best Practice, (2) Australian Excellence, dan (3) World Leadership. Pengelompokan ini didasarkan atas penilaian dari sembilan hal, antara lain: manajemen, kualitas lingkungan di dalam ruangan, transportasi, energi, air, bahan material, penggunaan lahan dan ekologi, inovasi dan emisi. Best practice atau 4 Green Star merupakan kategori terendah dengan hasil penilaian sebesar 45-59. Australian Excellence atau 5 Green Star sebesar 60-74, dan yang terbaik adalah World Leadership atau 6 Green Star dengan hasil penilaian sebesar 75-100.

(CH2 in melbourne)

CH2 (Council House 2) adalah gedung pemerintahan Melbourne yang diresmikan pada tahun 2006. Gedung ini dirancang dengan kolaborasi bersama Design Incorporated Melbourne dan melibatkan beberapa ahli lingkungan. Saat ini CH2 disebut-sebut sebagai bangunan yang paling sustainable di dunia karena dinilai mampu mengurangi penggunaan listrik sebesar 85 persen, penggunaan air sebesar 72 persen, penggunaan gas sebagai penghangat ruangan sebesar 87 persen dan hanya menghasilkan emisi sebesar 13 persen. CH2 dirancang tidak hanya untuk meningkatkan penghematan energi dan air, tetapi juga untuk meningkatkan kenyamanan penghuninya melalui kualitas internal lingkungan gedung yang baik.

Universitas Tadulako Jurasan Teknik Arsitektur

Page 11: Green architecture

CH2 memberikan pendekatan baru dalam mendesain perkantoran, menciptakan model bagi orang lain untuk belajar dan meniru. Pada tahun 2010, CH2 berhasil mendapatkan predikat 6 Green Star dan sejumlah penghargaan lainnya di bidang arsitektur (sustainable architecture, green building dan best commercial architecture) dan lingkungan.

CH2 memiliki sistem pendingin internal yang terintegrasi. Saat malam hari jendela gedung akan terbuka sehingga udara dingin dari luar gedung akan masuk dan mendinginkan udara di dalam ruangan serta panel-panel pendingin yang menempel pada langit-langit dan pondasi ruangan. Panel yang telah didinginkan berfungsi untuk membuat ruangan di pagi hingga siang hari tetap sejuk.

Air juga memiliki peran yang sangat penting pada sistem ini. Ketika siang hari, beberapa menara setinggi 15 meter akan mengalirkan air dingin (shower). Beberapa bagian di antaranya akan menguap sehingga mendinginkan ruangan di tiap-tiap lantai gedung. Sebagian lainnya akan berfungsi untuk mendinginkan panel-panel pendingin ruangan.

Penggunaan air pada sistem ini bersifat reusable (berulang). Uap air yang telah digunakan akan mengalami peningkatan suhu dari 22 derajat celcius menjadi 25 derajat celcius, sehingga dengan sendirinya ia akan naik ke atas.Turbin angin yang berada pada atap gedung juga membantu proses tersebut. Kemudian uap air ditampung dalam sebuah kolam yang berada pada atap gedung untuk kemudian digunakan kembali.

Universitas Tadulako Jurasan Teknik Arsitektur

Page 12: Green architecture

Ornamen kayu yang menempel di bagian timur dinding CH2 dibentuk sedemikian rupa sehingga cahaya matahari dapat masuk ke dalam ruangan ketika jam kerja sedang berlangsung. Dengan demikian, penggunaan cahaya lampu dapat dikurangi. CH2 sendiri menggunakan sistem cahaya buatan untuk penerangan lampu. Dengan menggunakan sistem tersebut, intensitas cahaya lampu secara otomatis akan menyesuaikan terhadap tingkat aktivitas dalam suatu ruangan.

Pada atap gedung juga dipasang panel surya seluas 25 meter persegi yang berfungsi sebagai sumber energi listrik CH2. Listrik yang dihasilkan dari panel tersebut sebesar 3,5 kW. Namun, panel tersebut belum cukup untuk memenuhi seluruh kebutuhan listrik gedung. Oleh karena itu, 30% kebutuhan listrik dari CH2 berasal dari pembangkit mini berbahan bakar gas. Selain listrik, pembangkit yang terletak di atap

gedung ini berfungsi menghasilkan panas sehingga CH2 mengurangi ketergantungannya pada jaringan listrik umum. Pembangkit listrik ini menghasilkan emisi karbon dioksida jauh lebih rendah dari pembangkit listrik batu bara.

Saat ini Melbourne menetapkan persyaratan green star sebagai standar minimum bagi pengembangan tiap bangunan baru maupun renovasi. Green star melakukan penilaian terhadap sistem lingkungan pada gedung-gedung di Australia. Program ini diperkenalkan pada tahun 2003 oleh Green Building Council of Australia. Program ini mempertimbangkan beberapa hal yang dapat mengurangi dampak buruk terhadap lingkungan, seperti inovasi bangunan yang berkelanjutan, kesehatan penghuni, dan penghematan biaya.

CH2 sendiri menjadi gedung pertama yang mendapatkan predikat sebagai World Leadership. Bahkan sejak adanya CH2 dan diluncurkannya program Green Star, semakin banyak gedung-gedung di Melbourne, juga di Australia, yang mengikuti langkah CH2 menjadi gedung ramah lingkungan, baik itu sebagai gedung baru maupun hasil renovasi dari gedung-gedung sebelumnya. Semoga kota-kota di Indonesia bisa meniru dan bahkan mengembangkan konsep ecocity seperti Kota Melbourne.

5. GREEN MARK (Standar Bangunan Hijau Singapore)BCA Green Mark merupakan acuan penilaian bangunan hijau untuk menilai kinerja dan dampak yang ditimbulkan suatu bangunan terhadap lingkungan. Stan yang dikeluarkan oleh Building Council Association (BCA) Singapore pada bulan januari 2005 ini mencoba menstimulasi pengembangan bangunan yang ramah lingkungan dan mendorong para pengembang, arsitek, kontraktor, agar lebihh sadar terhadap perlunya penerapan konsep arsitektur hijau, arsitektur ramah lingkungan dari sejak rancangan masih berwujud konsep, hingga pada tahap rancangan dan pembangunan.

Tingkat hijau suatu bangunan atau proyek diukur berdasarkan beberapa kriteria atau parameter, yakni:

Efesiensi penggunaan energi Efesiensi penggunaan air

Universitas Tadulako Jurasan Teknik Arsitektur

Page 13: Green architecture

Perlindungan terhadap lingkungan Kualitas fisik ruang dalam Aspek hijau lainnya Inovasi desain

6. CASBEE (Comprehensive Assessment System for Built Environment Effeciency)CASBEE didirikan oleh sebuah komite penelitian pada tahun 2001 sebagai bagian dari proyek industri bersama pemerintah akademik. CASBEE untuk New Konstruksi (NC) adalah alat penilaian pertama, diterbitkan pada tahun 2003.Kinerja dihitung melalui Built Environment Efeciency (BEE) Indikator, di mana BEE = Q / L. Ada 5 peniaian penghargaan, dinyatakan secara bintang lima: Superior: S (BEE≥3.0 dan Q ≥50), Very Good: A (BEE≥1.5), Good: B + (BEE≥1.0), Slighty Poor: B- (BEE≥ 0,5) dan Poor: C (BEE < 0.5)Sebuah bangunan yang berkelanjutan adalah salah satu yang dirancang berdasarkan kriteria:

untuk menghemat energi dan sumber daya, mendaur ulang bahan dan meminimalkan emisi beracun zat seluruh siklus hidupnya,

untuk menyelaraskan dengan iklim setempat, tradisi, budaya dan lingkungan sekitarnya,

untuk dapat mempertahankan dan meningkatkan kualitas kehidupan manusia dengan tetap menjaga kapasitas ekosistem di daerah dan tingkat global.

(The Nissan Advanced Technology Center, Jepang)

Gedung ini dirancang sebagai Research dan Development (R & D) hub untuk teknologi canggih, dikeiingi oleh alam. Desain bangunan yang unik ini dilengkapi dengan bermacam - macam teknologi kontrol lingkungan, seperti ventilasi alami, tirai eksterior dan atap kaca sprinkler. atap hijau, batu hijau dan gundukan hijau menggunakan puing-puing beton dirancang selaras dengan lingkungan sekitarnya.

Universitas Tadulako Jurasan Teknik Arsitektur

Page 14: Green architecture

7. IGEM (Indonesian Green Enviromental Measurement)Dalam standar ini, tingkat hijau yang diberikan kepada bangunan dibagi menjadi empat kategori, yaitu sangat aman (very safe), aman (safe), cukup aman (fairly safe), dan tidak aman (unsafe).Terdapat 9 parameter yang digunakan untuk mengukur tingkat hijau bangunan atau lingkungan, meliputi:

Pemilihan dan pengolahan tapak Penggunaan energi (listrik dan gas) Penggunaan energi yang terbarukan (kayu, biomasa, biogas, dan sebagainya) Penggunaan air bersih Penggunaan material Kenyamanan fisik dan kualitas udara di dalam bangunan Penerapan konsep bangunan hemat energi Rancangan ruang luar Pengolahan limbah

8. GREENSHIP (Standar Bangunan Hijau Indonesia)Greenship merupakan standar bangunan hijau yang dikembangkan oleh Lembaga Konsul Bangunan Hijau Indonesia atau Green Building Council Indonesian (GBCI). Lembaga GBCI dibentuk tahun 2009 merupakan lembaga yang dibentuk atas inisiatif sektor non pemerintah, meskipun dalam perkembangannya kemudian di dukung oleh sejumlah lembaga pemerintah di Indonesia.GBC Indonesia menyusun standar bangunan hiau yang di berlakukan di Indonesia dengan sebutan Greenship. Ada 7 aspek penilaian yang di nilai dalam standar Greenship, yakni:

Ketepatan pengembangan tapak Efesiensi dan penghematan energi Penghematan air Sumber material dan daur ulang Kesehatan ruang dalam dan kenyamanan Kondisi lingkungan bangunan dan manajemen bangunan

Masing-masing aspek dibagi kedalam butir-butir penilaian yang lebih detail dimana masing-masing butir memiliki skor tertentu. Tingkat hijau bangunan ditentukan oleh skor. Nilai skor tertinggi menunjukkan bangunan mengarah kepada pemenuhan kriteria hijau, sementara skor rendah diartikan sebaliknya.

Universitas Tadulako Jurasan Teknik Arsitektur

Page 15: Green architecture
Page 16: Green architecture