03. Bahan Ajar-Nasionalisme

8
NASIONALISME Bahan Ajar Latsar Gol. III Angkatan ke-37 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BPS TAHUN 2019 Utama Andri A. ST. MT

Transcript of 03. Bahan Ajar-Nasionalisme

Page 1: 03. Bahan Ajar-Nasionalisme

NASIONALISME Bahan Ajar Latsar Gol. III Angkatan ke-37

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BPS TAHUN 2019

Utama Andri A. ST. MT

Page 2: 03. Bahan Ajar-Nasionalisme

2

NASIONALISME

I. Pendahuluan

Nasionalisme berasal dari kata nation ( bangsa ). Nasionalisme adalah suatu gejala psikologis berupa rasa persamaan dari sekelompok manusia yang menimbulkan kesadaran sebagai bangsa. Bangsa adalah sekelompok manusia yang hidup dalam suatu wilayah tertentu dan memiliki rasa persatuan yang timbul karena kesamaan pengalaman sejarah, serta memiliki cita-cita bersama yang ingin dilaksanakan di dalam negara yang berbentuk negara nasional.

Unsur-Unsur Nasionalisme Semangat kebangsaan ( nasionalisme ) yang ada pada diri seseorang tidak datang dengan sendiri, tetapi dipengaruhi oleh unsur-unsur sebagai berikut.

Perasaan nasional Watak nasional Batas nasional ( yang memberikan pengaruh emosional dan ekonomis

pada diri individu ). Bahasa nasional Peralatan nasional Agama

Timbulnya Nasionalisme Nasionalisme muncul dibelahan negara-negara dunia. Akan tetapi, faktor penyebab timbulnya nasionalisme di setiap benua berbeda. Nasionalisme Eropa muncul disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut.

Munculnya paham rasionalisme dan romantisme. Munculnya paham aufklarung dan kosmopolitanisme. Terjadinya revolusi Prancis. Reaksi atau agresi yang dilakukan oleh Napoleon Bonaparte. Nasionalisme Asia muncul disebabkan oleh faktor-faktor sebagai

berikut. Adanya kenangan akan kejayaan masa lampau. Imperalisme Pengaruh paham revolusi Prancis. Adanya kemenangan Jepang atas Rusia. Piagam Atlantic charter. Timbulnya golongan terpelajar.

Tujuan Nasionalisme Pada dasarnya nasionalisme yang muncul dibanyak negara memiliki tujuan sebagai berikut :

Menjamin kemauan dan kekuatan mempertahankan masyarakat nasional melawan musuh dari luar sehingga melahirkan semangat rela

Page 3: 03. Bahan Ajar-Nasionalisme

3

berkorban. Menghilangkan Ekstremisme ( tuntutan yang berlebihan ) dari warga

negara ( individu dan kelompok ).

Akibat Nasionalisme Nasionalisme yang muncul di beberapa negara membawa akibat yang beraneka ragam. Akibat munculnya nasinalisme di beberapa negara adalah sebagai berikut.

Timbulnya negara nasional ( national state ) Peperangan Imprialisme Proteksionisme Akibat sosial

Faktor Pendorong Munculnya Nasionalisme di Indonesia Munculnya nasionalisme pada masyarakat Indonesia dipengaruhi oleh faktor dari dalam ( intern ) dan faktor dari luar ( ekstern ). Faktor intern yang mempengaruhi munculnya nasionalisme Indonesia adalah sebagai berikut.

Timbulnya kembali golongan pertengahan, kaum terpelajar. Adanya penderitaan dan kesengsaraan yang dialami oleh seluruh

rakyat dalam berbagai bidang kehidupan Pengaruh golongan peranakan Adanya keinginan untuk melepaskan diri dari imperialisme

Faktor ekstern yang mempengaruhi munculnya nasionalisme Indonesia adalah sebagai berikut.

Faham-faham modern dari Eropa (liberalisme,humanisme, nasionalisme, dan komunisme)

Gerakan pan-islamisme Pergerakan bangsa terjajah di Asia Kemenangan Rusia atas Jepang

Konsep Lain yang Berhubungan dengan Nasionalisme Beberapa konsep atau istilah yang memiliki kaitan atau berhubungan dengan nasionalisme antara lain sebagai berikut.

A. Patriotisme Patriotisme adalah sikap dan perilaku seseorang yang dilakukan dengan

penuh semangat rela berkorban untuk kemerdekaan, kemajuan, kejayaan, dan kemakmuran bangsa. Seseorang yang memiliki sikap dan perilaku patriotik ditandai oleh adanya hal-hal sebagai berikut:

1) Rasa cinta pada tanah air 2) Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara 3) Menempatkan persatuan, kesatuan, serta keselamatan bangsa dan

negara di atas kepentingan pribadi dan golongan 4) Berjiwa pembaharu 5) Tidak mudah menyerah 6) Konsep patriotik tidak selalu terjadi dalam lingkup bangsa dan negara,

tetapi juga dalam lingkup sekolah dan desa atau kampung. Kita mungkin menemukan seorang siswa atau masyarakat berbuat sesuatu yang mempunyai arti sangat besar bagi sekolah atau bagi lingkungan

Page 4: 03. Bahan Ajar-Nasionalisme

4

desa atau kampung. B. Chauvinisme

Chauvinisme adalah rasa cinta tanah air yang berlebihan dengan mengagungkan bangsa sendiri dan merendahkn bangsa lain. Contoh Chauvinisme seperti yang dikemukakan oleh Adolf Hitler dengan kalimat Deutschland Uber Alles in der Welt ( Jerman di atas segala-galanya dalam dunia ). Slogan ini kadang masih dipakai di Jerman unutk memberi semangat pada atlet dalam bertanding. Inggris juga punya slogan Right or Wrong is My County. Demikian pula Jepang yang menganggap bangsanya merupakan keturunan Dewa Matahari.

C. Sukuisme

Sukuisme adalah suatu paham yang memandang bahwa suku bangsanya lebih baik dibandingkan dengan suku bangsa yang lain, atau rasa cinta yang berlebihan terhadap suku bangsa sendiri.

2. Konsep Nasionalisme Secara etimologis, kata nasionalisme berasal dari kata nationalism dan nation dalam bahasa Inggris, yang dalam studi semantik kata nation tersebut berasal dari kata Latin natio yang berakar pada kata nascor yang bermakna ’saya lahir’, atau dari kata natus sum, yang berarti ‘saya dilahirkan’. Dalam perkembangannya kata nation merujuk pada bangsa atau kelompok manusia yang menjadi penduduk resmi suatu negara. Hans Kohn, memberikan terminologi yang sampai saat ini masih tetap digunakan secara relevan yakni: “nationalism is a state of mind in which the supreme loyalty of individual is felt to be due the nation state”. Bahwa nasionalisme merupakan suatu faham yang memandang bahwa kesetiaan tertinggi individu harus diserahkan kepada negara kebangsaan.

Sedangkan dalam konsepsi politik, terminologi nasionalisme sebagai ideologi yang mencakup prinsip kebebasan, kesatuan, kesamarataan, serta kepribadian selaku orientasi nilai kehidupan kolektif suatu kelompok dalam usahanya merealisasikan tujuan politik yakni pembentukan dan pelestarian negara nasional Dengan demikian pembahasan masalah nasionalisme pada awal pergerakan nasional dapat difokuskan pada masalah kesadaran identitas, pembentukan solidaritas melalui proses integrasi dan mobilisasi lewat organisasi

Hubungan antara nasionalisme dan nation state, sangat erat tidak dipisahkan satu sama lain.

Nasionalisme merupakan semangat, kesadaran, dan kesetiaan bahwa suatu bangsa itu adalah suatu keluarga dan atas dasar rasa sebagai suatu keluarga bangsa, dan oleh karena itu dibentuklah negara.

Dalam konsepsi ini berarti negara merupakan nasionalisme yang melembaga.

Oleh karena itu pada dasarnya nasionalisme merupakan dasar universal

Page 5: 03. Bahan Ajar-Nasionalisme

5

bagi setiap negara. Bangsa lebih menunjuk pada penduduk suatu negeri yang dipersatukan

di bawah suatu pemerintahan tunggal yang disebut negara. Sedang negara lebih menunjuk kepada suatu badan politik dari rakyat

atau atau bangsa yang menempati wilayah tertentu yang terorganisir secara politis di bawah suatu pemerintah yang berdaulat, dan atau tidak tunduk kepada kekuasaan dari luar

3. Fase Nasionalisme

• Pertama gerakan kebangkitan nasionalisme Indonesia dalam dinamika sejarah diawali oleh Boedi Oetomo di tahun 1908, dengan dimotori oleh para mahasiswa kedokteran Stovia, sekolahan anak para priyayi Jawa, di sekolah yang disediakan Belanda di Jakarta.

• Kedua kebangkitan nasionalisme tahun 1928, yakni 20 tahun pasca

kebangkitan nasional, di mana kesadaran untuk menyatukan negara, bangsa dan bahasa ke dalam satu negara, bangsa dan bahasa Indonesia, telah disadari oleh para pemuda yang sudah mulai terkotak-kotak dengan organisasi kedaerahan seperti Jong Java, Jong Celebes, Jong Sumatera dan lain sebagainya, kemudian diwujudkan secara nyata dengan menyelenggarakan Sumpah Pemoeda di tahun 1928.

• Ketiga masa revolusi fisik kemerdekaan. Peranan nyata para pemuda

pada masa revolusi fisik kemerdekaan, nampak ketika mereka menyandra Soekarno-Hatta ke Rengas-Dengklok agar segera memproklamirkan kemerdekaan Indonesia. Mereka sangat bersemangat untuk mewujudkan nation state yang berdaulat dalam kerangka kemerdekaan.

• Keempat, perkembangan nasionalisme tahun 1966 yang menandai

tatanan baru dalam kepemerintahan Indonesia. Selama 20 tahun pasca kemerdekaan, terjadi huru-hara pemberontakan Gestapu dan eksesnya. Tampaknya tanpa peran besar mahasiswa dan organisasi pemuda serta organisasi sosial kemasyarakatan di tahun 1966, Soeharto dan para tentara sulit bisa memperoleh kekuasaan dari penguasa orde-lama Soekarno.Tetapi sayang, penguasa Orde Baru mencampakan para pemuda dan mahasiswa yang telah menjadi motor utama pendorong terbentuknya NKRI tersebut dideskriditkan, dan bahkan sejak akhir tahun 1970-an para mahasiswa dibatasi geraknya dalam berpolitik dan dikungkung ke dalam ruang-ruang kuliah di kampus.

• Kelima perkembangan nasionalisme masa reformasi. Nasionalisme

tidak selesai sebatas masa pemerintahan soeharto, melainkan terus bergulir ketika reformasi menjadi sumber inspirasi perjuangan bangsa meskipun melalui perjalanan sejarah yang cukup panjang.

Page 6: 03. Bahan Ajar-Nasionalisme

6

4. Lima (5) Prinsip Nasionalisme

Semangat nasionalisme dalam negara kebangsaan dijiwai oleh lima prinsip nasionalisme, yakni:

1) kesatuan (unity), dalam wilayah teritorial, bangsa, bahasa, ideologi, dan doktrin kenegaraan, sistem politik atau pemerintahan, sistem perekonomian, sistem pertahanan keamanan, dan policy kebudayan;

2) kebebasan (liberty, freedom, independence), dalam beragama, berbicara dan berpendapat lisan dan tertulis, berkelompok dan berorganisasi;

3) kesamaan (equality), dalam kedudukan hukum, hak dan kewajiban;

4) kepribadian (personality) dan identitas (identity), yaitu memiliki harga diri (self estreem), rasa bangga (pride) dan rasa sayang (depotion) terhadap kepribadian dan identitas bangsanya yang tumbuh dari dan sesuai dengan sejarah dan kebudayaannya;

5) prestasi (achievement), yaitu cita-cita untuk mewujudkan kesejahteraan (welfare) serta kebesaran dan kemanusiaan (the greatnees adn the glorification) dari bangsanya

Konstruksi kesatuan bangsa yang dibangun berdasarkan konsep bhinneka tunggal ika (pluralisme) menurut pola dan kriteria-kriterianya merupakan produk sejarah Proklamasi dalam konteks nasionalisme didasarkan pada kesadaran ”bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa...” dan secara berkeadaban dan konstitusional, ”maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar...” (Pembukaan UUD 1945). Unit kesatuan teritorian dan unit kesatuan bangsa yang kita nyatakan sebagai negara kebangsaan yang telah merdeka (independent) mencakup wilayah seluruh daerah Hindia Belanda. Kebanggaan sebagai bangsa dinyatakan dalam lagu kebangsaan ”Indonesia Raya”, dan kesatuan kita sebagai bangsa dikat dengan kuat oleh bahasa negara ”bahasa Indonesia” dan bendera negara ”Sang Merah Putih”.

Page 7: 03. Bahan Ajar-Nasionalisme

7

DAFTAR PUSTAKA

Adisusilo, Sutarjo. 2005. Sejarah Pemikiran Barat Dari Yang Klasik Sampai Yang Modern. Yogyakarta: Penerbit Universitas Sanata Dharma. Aquinas, Th. 1949 (1598) . Summa Theologia, vol. VI, Roma: Gregorianum Ramanum Anderson, Benedict. 1996. Imagined Communities. London and New York: Verso, Seventh Impression. ----------------- 2001. ”Kebutuhan Indonesia: Nasionalisme Dan Menumpas Keserakahan” dalam Joesoef Ishak, 100 Tahun Bung Karno. Jakarta: Hasta Mitra. Apter, David E. 1967. The Politics Of Modernization. Chicago: University of Chicago press. Baskara Wardaya. 2002. ”Nasionalisme Universal: Menjawab Ajakan “PascaNasionalis”nya Romo Mangun”, dalam Jurnal Iman, Ilmu, Budaya. vol. 3. Sept. 2002. Jakarta: Yayasan Bhumiksara Berger, Peter L. 1990. Revolusi Kapitalisme. (terjemahan). Jakarta: LP3ES Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial. Hall, J. A. 1993. ”Nationalism : CLassified and Explained”, in Daudalus 122 (3) Herz, F. 1966. Nationality in History and Politics. London: Routledge and Kegan Paul. Kedourie, E. 1966. Nationalism. London: Hutchinson University Library. Kohn, H. 1969. The Idea of Nationalism, Toronto: Cillier Books. ---------- 1971. Nasionalisme Arti dan Sejarahnya (terjemahan Sumantri Mertodipura), Djakarta: Pustaka Sardjana Lind, M. 1994. ”In Defence of Liberal Nationalism”, in Foreign Affairs 73 (3) Locke, John. 1989 (1690). Second Treatise of Government. London: Oxford University Press Magnis Suseno, F. 1986. Etika politik. Prinsip-Prinsip Moral Dasar Kenegaraan Modern. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Minogue, J. H. 1967. Nationalism. London: Methuen. Montesquieu, B. 1987. Semangat Hukum (terj.). Jakarta: Penerbitan Erlangga Nasikun. 1996. ”Pembangunan dan Dinamika Integrasi Nasional dalam Masyarakat Majemuk”, dalam Ariel Heryanto, 1966. Nasionalisme Refleksi

Page 8: 03. Bahan Ajar-Nasionalisme

8

Kritis Kaum Ilmuwan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset. Ohmae, K. 1995. The End of The Nation State . The Rise of The Regional Economies. New York: The Free Press. Rousseau, J. J. 1986. Kontrak Sosial (terj) . Jakarta: Penerbitan Erlangga. Sartono Kartodirdjo. 1999. Multidimensi Pembangunan Bangsa: Etos Nasionalisme dan Negara Kesatuan. Yogyakarta: Penerbitan Kanisius.

Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil