003 PEMIJAHAN

23
RANGSANGAN PEMIJAHAN DAN KELULUS HIDUPAN LARVA TIRAM CRASSOSTREA IREDALEI PADA LINGKUNGAN BUATAN SYAFRIADIMAN DOSEN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS RIAU PEKANBARU ABSTRAK Penelitian rangsangan pemijahan moluska, khususnya tiram Crassostrea iredalei masih sedikit, bahkan sangat sulit untuk mendapatkan datanya. Penelitian ini akan memaparkan lima kaedah rangsangan pemijahan dan kelulushidupan larva. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan kombinasi kaedah pengeringan sesaat dengan suntikan serotonin adalah yang paling baik untuk rangsangan pemijahan tiram, sedangkan kaedah pengeringan sesaat adalah paling baik untuk menghasilkan spat. Densitas kelulushidupan spat dengan menggunakan kaedah pengeringan sesaat berkisar di antara 500-918 spat/100 cm 2 dengan rata-rata 740.55±215.93 spat/100 cm 2 . Kajian selanjutnya masih diperlukan untuk kemajuan perkembangan industri pengkulturan tiram, terutama kajian penentuan dose bahan kimia perangsang (serotonin) dan tempoh waktu pengeringan induk-induk tiram yang efektif untuk merangsang pemijahan tiram. Abstract Induced spawning mollusc researchs are still a little, especially of oyster Crassostrea Iredalei. And even very difficult to get it’s the data. This research will be explained the five methods for induced spawning and larval development. Result of the research indicated that use of combination of draining intermittent method

description

pemijahan

Transcript of 003 PEMIJAHAN

BAB I

PAGE 15

RANGSANGAN PEMIJAHAN DAN KELULUS HIDUPAN LARVA TIRAM CRASSOSTREA IREDALEI PADA LINGKUNGAN BUATAN

SYAFRIADIMAN

DOSEN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS RIAU PEKANBARU

ABSTRAK

Penelitian rangsangan pemijahan moluska, khususnya tiram Crassostrea iredalei masih sedikit, bahkan sangat sulit untuk mendapatkan datanya. Penelitian ini akan memaparkan lima kaedah rangsangan pemijahan dan kelulushidupan larva. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan kombinasi kaedah pengeringan sesaat dengan suntikan serotonin adalah yang paling baik untuk rangsangan pemijahan tiram, sedangkan kaedah pengeringan sesaat adalah paling baik untuk menghasilkan spat. Densitas kelulushidupan spat dengan menggunakan kaedah pengeringan sesaat berkisar di antara 500-918 spat/100 cm2 dengan rata-rata 740.55215.93 spat/100 cm2. Kajian selanjutnya masih diperlukan untuk kemajuan perkembangan industri pengkulturan tiram, terutama kajian penentuan dose bahan kimia perangsang (serotonin) dan tempoh waktu pengeringan induk-induk tiram yang efektif untuk merangsang pemijahan tiram.

Abstract

Induced spawning mollusc researchs are still a little, especially of oyster Crassostrea Iredalei. And even very difficult to get its the data. This research will be explained the five methods for induced spawning and larval development. Result of the research indicated that use of combination of draining intermittent method with injection serotonin methods was the best to induced spawning oysters, while the draining intermittent methods was the best to produce oyster spat. Used of draining intermittent method have produced the spats about density 500-918 spat/ cm2, and mean 740.55215.93 spat/100 cm2. Research in future still be needed to culture development of oyster, especially research for determining of dose chemichals (serotonin) and draining time of broods oyster effective for stimulating oyster spawn.

PENDAHULUAN

Penelitian-penelitian morfologi dan anatomi (Ng, 1980) serta percobaan-percobaan pemeliharaan tiram (Choo, 1979; 1991; Ng, 1979) telah berkembang di Malaysia, khususnya tiram Crassostrea belcheri dan Ostrea edulis. Akan tetapi, kajian rangsangan pemijahan dan perkembangan larva tiram belum banyak dilakukan, khusunya tiram Crassostrea iredalei bahkan sangat sulit untuk mendapatkan datanya. Pada hal penelitian-penelitian seperti ini sangat penting untuk perkembangan pengkulturan tiram di berbagai kawasan..

Penetasan telur tiram dapat terjadi di luar induk atau terjadi di dalam air yang disebut dengan external fertilizations dan proses penetasan telur terjadi di dalam tubuh induk yang disebut dengan internal fertilizations. Penetasan telur di luar induk umumnya terjadi pada genus Crassostrea dan Saccostrea, dan di dalam tubuh induk pada genus Ostrea (PHRDC, 1991).

BAHAN DAN METODA

Bahan dan Peralatan

Air laut yang digunakan dalam penelitian ini adalah air laut yang digunakan oleh Pusat Hatchery Ko-Nelayan Sabah. Air laut hatchery berasal dari air laut yang dipompa dari Teluk Likas ke tangki pengendapan. Dengan proses penyaringan berpasir, penyaringan dengan saringan berdiameter 5 (m, 1 (m dan diaerasi selama 48 jam. Sedangkan, tangki-tangki penelitian yang digunakan

dalam penelitian, seperti tangki 6000 l untuk pengumpulan induk, tangki 3000 l untuk makanan alami, akuarium 10 l untuk pemijahan tiram dan tangki 4000 l untuk pemeliharaan larva. Jumlah induk tiram telah dikumpulkan 600 induk yang dipilih dari Projek Pemilharaan Moluska, baik dari Kg. Serusup, Tuaran maupun Kuala Penyu, Sabah dengan TL 65-95 mm. Aklimatisasi dilakukan selama 48 jam, dengan pakan alami sebanyak 1.1x109 sel/induk/hari, seperti Isochrysis galbana, Chaetoceros spp., Tetraselmis sp. dan Scletonema spp.

Rancangan Percobaan

Percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (Random Complete Design), dengan perlakuan rangsangan pemijahan yang terdiri dari 5 taraf perlakuan, yaitu kaedah pengeringan sesaat (K1), hidrogen peroksida (K2), suntikan amonium hidroksida (K3), suntikan serotonin (K4) dan kombinasi antara pengeringan sesaat dengan suntikan serotonin (K5), dengan 3 kali ulangan.

Kaedah rangsangan pemijahan pengeringan sesaat dilakukan dengan mengeringkan induk-induk tiram matang pada suhu 26-28oC. Setelah 24 jam kemudian, induk dimasukkan ke dalam air, selama 3 jam di dalam air dikeringkan kembali selama 40 menit. Tiram akan memijah setelah dimasukkan kembali ke dalam air. Kaedah hidrogen peroksida dilakukan dengan merendam induk-induk tiram matang dalam larutan yang mengandung 150 mg/l hidrogen peroksida dan natrium hidroksida 10 % yang pHnya berkisar antara 9.1-9.5. Setelah 12 jam kemudian, induk-induk tiram ini memijah setelah dimasukkan ke dalam air. Kemudian, kaedah rangsangan pemijahan dengan suntikan amonium hidroksida (0.1 N) dan suntikan serotonin (3 mM/L). Suntikan dilakukan melalui antara dua katup di dekat otot aduktor, setelah beberapa menit setelah suntikan induk tiram di dalam air akan memijah. Sedangkan, kaedah rangsangan pemijahan kombinasi pengeringan sesaat dengan suntikan serotonin dilakukan sesuai dengan langkah-langkah secara pengeringan sesaat dan suntikan dengan serotonin (3 mM/L).

Kuantitas Pakan dan Tingkat Kelulushidupan Larva

Kuantitas pakan larva yang diberikan selama penelitian secara rinci dalam Tabel 1. Jumlah pemberian pakan dilakukan 3 kali/hari, sedangkan tingkat kelulushidupan larva dihitung dengan cara perhitungan yang telah dilakukan oleh Wong et al. (1989), Frias dan Rodriguez (1991).

Analisis data

Data dianalisis dengan menggunakan analisis varians (anova) rancangan acak lengkap (Sudjana, 1980). Untuk mempermudah analisis, data penelitian diolah dengan menggunakan software program Mikrostat dan Excell. Penentuan perangsang tiram paling baik dilakukan uji Newman-Keuls (Sudjana, 1980).

Tabel 1.: Kuantitas pakan larva tiram C. iredalei mengikut tingkat umur

Umur LarvaJenis Pakan

(Fitoplankton)Densitas

(sel/ml)Rujukan

Setelah menetas-3 hariIsochrysis galbana

15000-20000Christensen (1992);

Frias & Rodriguez (1991); Wong et al. (1989)

3-14 hariIsochrysis galbana +

Chaetoceros spp.15000-20000

15000-20000Christensen (1992);

Frias & Rodriguez (1991); Wong et al. (1989)

14 hari -perlekatan spatIsochrysis galbana +Chaetoceros spp. +

Tetraselmis sp.

15000-20000

15000-20000

2000Christensen (1992);

Frias & Rodriguez (1991); Wong et al. (1989)

SpatIsochrysis galbana +Chaetoceros spp. +

Tetraselmis sp. +

Scletonema sp15000-20000

15000-20000

4000

2000Christensen (1992);

Frias & Rodriguez (1991); Wong et al. (1989)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kualitas air tangki percobaaan

Tabel 2 menunjukkan rata-rata nilai parameter kualitas air dari semua tangki pemijahan tiram yang digunakan selama penelitian.

Tabel 2:Nilai parameter kualitas air selama percobaan rangsangan pemijahan tiram C. iredalei (Tahun 1993-1994)

Kaedah Rangsangan Pemijahan Suhu

(oC)Salinitas

(o/oo)DO

(mg/l)pH

(unit)

Pengeringan Sesaat28.230.6329.500.824.850.167.950.27

27.00-29.0027.50-30.504.60-5.207.40-8.40

Hidrogen Peroksida28.230.5129.530.904.790.187.940.23

27.50-29.0028.00-31.504.40-5.007.40-8.40

Suntikan Amonium hidroksida28.270.4429.570.874.740.167.970.24

27.00-29.0028.00-31.504.40-5.007.40-8.30

Suntikan Serotonin28.270.4029.470.744.770.187.990.23

27.50-29.0028.00-31.004.40-5.107.60-8.40

Kombinasi Kaedah Pengeringan sesaat dengan suntikan serotonin28.270.4429.470.784.820.217.870.21

27.50-29.0028.00-30.504.40-5.207.40-8.30

Dari Tabel 2, terlihat bahwa perubahan-perubahan parameter kualitas air, seperti suhu, salinitas, DO dan pH adalah tidak menunjukkan perbedaan yang berarti (p>0.05) sama dengan yang dilaporkan oleh Wong et al. (1989), Frias dan Rodriguez (1991) untuk rangsangan pemijahan tiram C. belcheri, C. rhyzophorae dan Ostrea edulis.

Tingkahlaku pemijahan

Perbedaan kaedah rangsangan pemijahan tiram C. iredalei telah menunjukkan tingkahlaku pemijahan yang berbeda-beda. Umumnya induk-induk tiram membuka cangkerangnya setelah rangsangan pemijahan dilakukan. Jika tiram akan memijah, induk menampilkan proses buka tutup katup sebelumnya minimal 3 kali dalam tempoh waktu yang relatif singkat maka tiram mengeluarkan cairan berwarna putih (tiram telah memijah). Selama penelitian, proses pemijahan tiram terjadi setelah 0,1-60 menit rangsangan dilakukan (terbatas untuk 5 kaedah rangsangan pemijahan dalam penelitian ini). Jelas, bahwa tanda-tanda spesifik tiram sedang memijah adalah keluarnya cairan berwarna putih dari rongga cangkerang antara ventral dan posterior di depan otot aduktor. Terlihat ada dua bentuk proses keluarnya cairan berwarna putih tersebut, yaitu keluar berbentuk cairan berwarna putih seperti asap rokok terbakar secara terus menerus dan berbentuk kepulan cairan berwarna putih seperti kepulan asap rokok yang berulang-ulang. Setelah dilakukan pengamatan di bawah mikroskop terhadap ke dua bentuk cairan putih tersebut, ternyata cairan berwarna putih seperti asap rokok terbakar (terus menerus) adalah sperma dan berbentuk kepulan cairan berwarna putih seperti kepulan asap rokok (berulang-ulang) adalah telur.

Persentase kematian induk tiram C. iredalei dari 600 induk selama penelitian adalah sekitar 0.67%. Kematian terjadi khususnya adalah induk-induk yang telah memijah. Ini mungkin disebabkan oleh stress akibat bahan kimia perangsang dan pemindahan tempat.

Jumlah dan ukuran telur/sperma

Jumlah telur dan sperma setiap induk tiram C. iredalei selama penelitian adalah di antara 2.70-24.55 juta telur dan 56.50-209.55 juta sperma. Diameter telurnya berkisar antara 40-50 (m. Diameter telur ini dalam kisaran yang dilaporkan oleh Nascimento (1991) yaitu 21-50 (m untuk tiram C. rhizophorae, C. belcheri yang dilaporkan oleh Wong et al. (1989) adalah 49 (m, C. virginica yang dilaporkan oleh Galtsoff (1964) adalah 45-54 (m, C. gigas (Angell, 1984) adalah 50-55 (m dan C. angulata (Nishikawa, 1977) adalah 50-58 (m. Sedangkan spermatositnya berukuran 2-3 (m, adalah sama dengan ukuran sperma tiram yang dilaporkan oleh Joseph dan Madhystha (1982).

Siklus hidup tiram C. iredaleiGambar 1 menunjukkan siklus hidup tiram C. iredalei yang dapat disimpulkan selama penelitian. Siklus hidup tiram C. iredalei dalam kajian ini hampir sama dengan yang dilaporkan oleh PHRDC (1991) dan Wong et al. (1989) untuk tiram C. belcheri.

Angka penetasan dan perkembangan larva

Tabel 3 menunjukkan hasil penetasan dan kelulushidupan larva selama penelitian rangsangan pemijahan tiram untuk setiap kaedah rangsangan pemijahan yang dilakukan. Secara rinci jumlah telur menetas, densitas larva trokofor, bentuk D, umbo, umbo matang dan kepadatan spat dengan menggunakan kaedah pengeringan sesaat, hidrogen peroksida, suntikan amonium hidroksida, suntikan serotonin dan kombinasi pengeringan sesaat dengan suntikan serotonin.

Tabel 3.: Jumlah penetasan telur dan kelulushidupan (sel/l) setiap peringkat larva tiram C. iredalei mengikut kaedah rangsangan pemijahan

Tingkat

LarvaK1

K2

K3

K4

K5

Menetas

(buah/l)752611 35222369909 86327889775 1110561991808 964554132160 391585

722538 791360302688 - 467264771805 - 9923011903776 20949123711680 - 4486400

Trokofor

(sel/l)65762 334225891 460360722 5978166100 3453336123 39457

62006 - 6840722353 - 3109454885 - 66832163367 - 169980292250 - 368698

Bentuk D

(sel/l)58388 377022671 436950602 4982135797 13627274214 22526

54041 - 6076019500 - 2765545738 - 55694121414 - 148515248249 - 2885299

Umbo

(sel/l)48701 59104639 86411073 109030811 465370618 11514

42000 - 531683963 - 561210008 - 1218726568 - 3578758214 - 80965

Umbo matang

(sel/l)24277 17971308 2653831 3770 044.07 11.94

22900 - 263101097 - 16063463 - 42170 - 035 - 58

Spat

umur 2-3 hari

(spat/100 cm2)740.55 215.93160.63 50.03428.37 49.830 017.33 21.39

500 - 918119 - 216372 - 4680 - 04 - 42

Keterangan :

K1=Kaedah pengeringan sesaat pada suhu bilik K4=Kaedah suntikan serotonin

K2=Kaedah hidrogen peroksidaK5=Kaedah kombinasi K1 dengan K2

K3=Kaedah suntikan amonium hidroksida

Dari Tabel 3 terlihat bahwa jumlah telur menetas, densitas larva trokofor, larva bentuk D dan larva umbo dalam penggunaan kaedah kombinasi pengeringan sesaat dengan suntikan serotonin adalah lebih banyak jika dibandingkan dengan kaedah lainnya. Penggunaan kaedah pengeringan sesaat adalah lebih banyak menghasilkan larva umbo matang dan spat jika dibandingkan dengan kaedah suntikan amonium hidroksida, hidrogen peroksida, kombinasi kaedah pengeringan sesaat dengan suntikan serotonin dan suntikan serotonin.

ANOVA menunjukkan bahwa kuantitas telur menetas (p