2 HABITAT PEMIJAHAN IKAN T. sarasinorum DI DANAU MATANO · HABITAT PEMIJAHAN IKAN . T. sarasinorum....

24
11 2 HABITAT PEMIJAHAN IKAN T. sarasinorum DI DANAU MATANO Pendahuluan Penelitian mengenai habitat pemijahan ikan air tawar endemik Sulawesi yang dikaitkan dengan preferensi arena pemijahan belum pernah dilakukan dan ini adalah penelitian pertama. Penelitian dilakukan di Danau Matano, salah satu danau tua di dunia yang terdapat di bagian tengah Pulau Sulawesi. Pulau Sulawesi merupakan pulau terbesar di kawasan Wallacea, yang merupakan habitat campuran dari fauna Asia dan Australia, serta menjadi arena evolusi berbagai fauna endemik. Keunikan flora fauna Sulawesi tidak terlepas dari sejarah geologinya; pertemuan daratan Asia dengan daratan Australia menyebabkan terjadinya perpindahan flora dan fauna dari kedua daratan tersebut. Oleh karena itu kekhasan ekosistem perairan umum dengan keanekaragaman fauna khasnya di Sulawesi tidak terlepas dari peristiwa sejarah terbentuknya Pulau Sulawesi. Whitten et al. (2002) mencatat 76% spesies ikan yang ditemukan di Sulawesi tidak ditemukan dimana pun di dunia. Danau Matano, Mahalona dan Towuti yang berada di bagian tengah Sulawesi merupakan salah satu tempat yang memiliki spesies ikan endemik. Ketiga danau ini berdekatan dan membentuk suatu sistem danau yang dikenal dengan sebutan ―Kompleks Danau-danau Malili‖. Ada dua danau lain yang termasuk dalam kompleks danau-danau ini yaitu danau Wawontoa dan Masapi. Danau Matano merupakan hulu dari rangkaian sistem kompleks danau- danau Malili. Walaupun ketiga danau ini dihubungkan oleh sistem aliran dari dua danau yang ada di hilirnya, namun danau ini terisolasi dari sistem hilir oleh rintangan fisik bagi penyebaran biota akuatik. Danau Matano diidentifikasi sebagai sumber utama kehadiran spesies- spesies endemik dalam kompleks danau-danau Malili (Hafner et al. 2001). Ikan- ikan endemik dari Danau Matano merupakan anggota dari famili ikan laut, dan diduga telah menguasai danau itu sejak awal kejadian danau. Saat ini tercatat ada empat famili ikan endemik yang menghuni Danau Matano yaitu: Telmatherinidae dengan sembilan anggota (T. sarasinorum, T. abendanoni, T. antoniae, T. opudi, T. obscura, T. wahjui, T. bonti dan T. albolabiosus), Gobiidae dengan empat

Transcript of 2 HABITAT PEMIJAHAN IKAN T. sarasinorum DI DANAU MATANO · HABITAT PEMIJAHAN IKAN . T. sarasinorum....

Page 1: 2 HABITAT PEMIJAHAN IKAN T. sarasinorum DI DANAU MATANO · HABITAT PEMIJAHAN IKAN . T. sarasinorum. DI DANAU MATANO. Pendahuluan . Penelitian mengenai habitat . ... Towuti yang berada

11

2 HABITAT PEMIJAHAN IKAN T. sarasinorum

DI DANAU MATANO

Pendahuluan

Penelitian mengenai habitat pemijahan ikan air tawar endemik Sulawesi

yang dikaitkan dengan preferensi arena pemijahan belum pernah dilakukan dan ini

adalah penelitian pertama. Penelitian dilakukan di Danau Matano, salah satu

danau tua di dunia yang terdapat di bagian tengah Pulau Sulawesi. Pulau Sulawesi

merupakan pulau terbesar di kawasan Wallacea, yang merupakan habitat

campuran dari fauna Asia dan Australia, serta menjadi arena evolusi berbagai

fauna endemik. Keunikan flora fauna Sulawesi tidak terlepas dari sejarah

geologinya; pertemuan daratan Asia dengan daratan Australia menyebabkan

terjadinya perpindahan flora dan fauna dari kedua daratan tersebut. Oleh karena

itu kekhasan ekosistem perairan umum dengan keanekaragaman fauna khasnya di

Sulawesi tidak terlepas dari peristiwa sejarah terbentuknya Pulau Sulawesi.

Whitten et al. (2002) mencatat 76% spesies ikan yang ditemukan di

Sulawesi tidak ditemukan dimana pun di dunia. Danau Matano, Mahalona dan

Towuti yang berada di bagian tengah Sulawesi merupakan salah satu tempat yang

memiliki spesies ikan endemik. Ketiga danau ini berdekatan dan membentuk

suatu sistem danau yang dikenal dengan sebutan ―Kompleks Danau-danau

Malili‖. Ada dua danau lain yang termasuk dalam kompleks danau-danau ini yaitu

danau Wawontoa dan Masapi.

Danau Matano merupakan hulu dari rangkaian sistem kompleks danau-

danau Malili. Walaupun ketiga danau ini dihubungkan oleh sistem aliran dari dua

danau yang ada di hilirnya, namun danau ini terisolasi dari sistem hilir oleh

rintangan fisik bagi penyebaran biota akuatik.

Danau Matano diidentifikasi sebagai sumber utama kehadiran spesies-

spesies endemik dalam kompleks danau-danau Malili (Hafner et al. 2001). Ikan-

ikan endemik dari Danau Matano merupakan anggota dari famili ikan laut, dan

diduga telah menguasai danau itu sejak awal kejadian danau. Saat ini tercatat ada

empat famili ikan endemik yang menghuni Danau Matano yaitu: Telmatherinidae

dengan sembilan anggota (T. sarasinorum, T. abendanoni, T. antoniae, T. opudi,

T. obscura, T. wahjui, T. bonti dan T. albolabiosus), Gobiidae dengan empat

Page 2: 2 HABITAT PEMIJAHAN IKAN T. sarasinorum DI DANAU MATANO · HABITAT PEMIJAHAN IKAN . T. sarasinorum. DI DANAU MATANO. Pendahuluan . Penelitian mengenai habitat . ... Towuti yang berada

12

anggota (Glossogobius matanensis, G. intermedius, Mugilogobius adeia, M.

latifrons), Adrianichthyidae, dan Hemirhamphidae masing-masing satu anggota

yaitu Oryzias matanensis dan Dermogenys weberi (Tantu & Nilawati 2008).

Menurut Soeroto (1997), mayoritas ikan air tawar Sulawesi adalah ikan sekunder,

yaitu ikan yang mampu mentolerir kandungan garam; juga anggota dari famili

ikan laut. Contoh ikan-ikan sekunder adalah Oriziidae dan Adrianichthyidae,

sedangkan anggota dari famili ikan laut adalah Gobiidae, Eleotridae, Atherinidae

dan Hemiramphidae.

Kelompok Telmatherinidae merupakan kelompok yang memiliki anggota

paling banyak yang menghuni Danau Matano, dan T. sarasinorum adalah salah

satu jenis dominan yang menempati daerah litoral danau. Studi mengenai T.

sarasinorum belum banyak dilakukan, secara spesifik misalnya Gray et al. (2006)

mempelajari tingkah laku kawin dari ikan ini. Umumnya studi yang berkaitan

dengan Telmatherinidae ditujukan pada aspek keragaman dan evolusi, radiasi

adaptif, genetika populasi, pemeliharaan polimorfisme warna jantan, dan

perbandingan tingkah laku kawin (Herder et al. 2006; Heath et al. 2006; Gray et

al. 2006; Gray & McKinnon 2006; Nilawati & Tantu 2007; Tantu & Nilawati

2007; Tantu & Nilawati 2008). Belum ada penelitian yang secara khusus

mempelajari habitat pemijahan ikan endemik di Danau Matano, dan penelitian ini

merupakan penelitian pertama dengan obyek ikan T. sarasinorum.

Penelitian ini menguraikan aspek habitat yang berkaitan dengan faktor-

faktor fisik kimiawi perairan. Tujuan penelitian adalah menganalisis profil habitat

pemijahan yang meliputi substrat pemijahan dan aspek fisik kimiawi perairan

yang mendukung keberadaan strategi reproduksi. Diharapkan hasil penelitian ini

dapat membantu upaya-upaya konservasi ikan dan habitatnya di Danau Matano.

Bahan dan Metode

Penelitian dilakukan di Danau Matano Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi

Selatan pada batas wilayah geografis 02° 25ʹ 00ʺ LS - 02° 34ʹ 00ʺ LS dan 121°

12ʹ 00ʺ - 121° 29ʹ 00ʺ BT. Pengamatan di lapangan dilakukan pada bulan

September 2008 – Agustus 2009 pada 15 lokasi sampling (Gambar 1).

Pengamatan di lokasi sampling dilakukan untuk menganalisis keadaan lingkungan

lokasi sampling, seperti pemanfaatan lahan di sekitar danau, vegetasi yang ada di

Page 3: 2 HABITAT PEMIJAHAN IKAN T. sarasinorum DI DANAU MATANO · HABITAT PEMIJAHAN IKAN . T. sarasinorum. DI DANAU MATANO. Pendahuluan . Penelitian mengenai habitat . ... Towuti yang berada

13

pinggiran danau dan aktivitas masyarakat yang diduga bermakna bagi habitat

ikan. Penilaian habitat pemijahan dilakukan melalui pengamatan bawah air

dengan melakukan snorkeling untuk menentukan keadaan habitat dan substrat

pemijahan. Habitat pemijahan ditentukan melalui penilaian adanya aktivitas

pemijahan yang dilakukan oleh kelompok-kelompok ikan dalam habitat spesifik.

Gambaran utuh mengenai keadaan habitat diperoleh dengan mengukur parameter

fisik kimiawi perairan secara in situ (suhu, oksigen terlarut, pH, kecerahan dan

transparansi air) dan ex situ (padatan tersuspensi total dan padatan terlarut total).

Penentuan lokasi pemijahan didasarkan pada hasil pengamatan bawah air

oleh pengamat yang melakukan renang snorkeling dengan kecepatan lambat pada

transek sepanjang 50 meter pada kedalaman antara 0,5 sampai dengan 2 meter

sejajar garis pantai. Pengamat mengidentifikasi lokasi-lokasi yang secara khusus

dijadikan sebagai arena pemijahan. Arena pemijahan didefinisikan sebagai area

terbatas yang menjadi tempat berlangsungnya aktivitas kawin yang ditunjukkan

oleh adanya pertunjukan pasangan jantan-betina, persaingan jantan-jantan untuk

mendapatkan betina, aktivitas berpasangan, dan aktivitas kawin pasangan T.

sarasinorum (Nilawati et al. 2010). Pengamat mencatat jumlah arena pemijahan

yang terdapat dalam garis transek dan menilai persentase luas tutupan materi yang

menyusun substrat pemijahan. Klasifikasi ukuran materi substrat mengikuti

Wolman (1954) dalam Tabel 1.

Tabel 1. Klasifikasi ukuran substrat

Materi Kisaran ukuran (mm)

Lumpur/lempung 0-0.06 Pasir halus 0.061-0.25

Pasir sedang 0.26-0.5

Pasir kasar 0.51-2 Kerikil 2-64

Batu bulat 65- 256

Batu besar 257-4096

Batuan dasar >4096 Catatan: Komposisi substrat menurut Wolman (1954)

Pengukuran kondisi fisik kimiawi perairan untuk suhu, oksigen terlarut dan

pH dilakukan secara in-situ menggunakan Water Quality Checker Horiba.

Pengukuran padatan tersuspensi total dan padatan terlarut total dilakukan di

laboratorium. Sampel air dikoleksi di dalam botol sampel lalu diberi larutan

Page 4: 2 HABITAT PEMIJAHAN IKAN T. sarasinorum DI DANAU MATANO · HABITAT PEMIJAHAN IKAN . T. sarasinorum. DI DANAU MATANO. Pendahuluan . Penelitian mengenai habitat . ... Towuti yang berada

14

pengawet. Kecerahan diukur sebagai ukuran jarak pandang pengamat di dalam air

terhadap benda berwarna putih berukuran 30 cm x 30 cm. Tinggi muka air danau

dan curah hujan wilayah diperoleh berdasarkan data yang dikoleksi selama

periode sampling dari stasiun pengamatan PT. INCO Sorowako.

Analisis statistik

Analisis keragaman satu arah dilakukan untuk menilai perbedaan antara

parameter-parameter lingkungan yang diamati di dalam suatu lokasi dengan

menggunakan fasilitas yang terdapat dalam perangkat lunak Minitab versi 14.

Untuk mengetahui apakah terdapat korelasi di antara parameter-parameter

lingkungan yang diukur dilakukan penghitungan koefisien korelasi Pearson r

dengan alat bantu perangkat lunak Minitab 14. Nilai uji statistik r bisa positif atau

negatif tetapi selalu terletak di antara -1 dan +1. Nilai mendekati +1 menunjukkan

korelasi positif yang kuat, sedangkan nilai mendekati -1 menunjukkan korelasi

negatif yang kuat. Nilai 0 menunjukkan kurangnya korelasi, walaupun hal ini juga

dapat berarti bahwa terdapat suatu korelasi yang lebih kompleks (McCleery et al.

2007).

Gambar 1 Sketsa lokasi sampling di Danau Matano

Ket.: 1) S. Lawa, 2) Desa Matano, 3) Paku, 4) Sokoio, 5) Pantai Kupu-kupu,

6,13) Pantai Salonsa, 7) Pantai Old Camp, 8) S. Tanah Merah,

9,14) P. Otuno I, 10,15) P. Otuno II, 11) S. Petea, dan 12) S. Soluro

Page 5: 2 HABITAT PEMIJAHAN IKAN T. sarasinorum DI DANAU MATANO · HABITAT PEMIJAHAN IKAN . T. sarasinorum. DI DANAU MATANO. Pendahuluan . Penelitian mengenai habitat . ... Towuti yang berada

15

Hasil dan Pembahasan

Deskripsi lokasi sampling

Sebanyak 15 lokasi di daerah litoral Danau Matano dijadikan sebagai titik

pengamatan. Kelima belas lokasi ini menyebar dari bagian barat danau sampai ke

bagian timur danau. Secara spasial lokasi-lokasi ini dapat dikelompokkan ke

dalam 3 zona yaitu: zona 1 adalah lokasi sampling yang terletak di bagian barat

danau (S. Lawa, Pantai Desa Matano, Pantai Paku dan Pantai Sokoio), zona 2 di

bagian tengah danau (Pantai Kupu-kupu, Pantai Salonsa I-A, Pantai Salonsa I-B,

Pantai Old-Camp, dan Pantai S. Tanah Merah) dan zona 3 di bagian timur danau

(P. Otuno I-A, P. Otuno I-B, P. Otuno II-A, P. Otuno II-B, Pantai Sungai

Petea, dan Pantai Sungai Soluro). Masing-masing lokasi secara ringkas

dideskripsikan sebagaimana ditampilkan pada Lampiran 1. Beberapa vegetasi

yang ditemukan di lokasi adalah Myrtacea (Lampiran 2), pohon sagu, Nephentes,

pohon mangga dan Pandanus sp.

Gambar 2 Kontur dasar di kedua tipe arena pemijahan

Page 6: 2 HABITAT PEMIJAHAN IKAN T. sarasinorum DI DANAU MATANO · HABITAT PEMIJAHAN IKAN . T. sarasinorum. DI DANAU MATANO. Pendahuluan . Penelitian mengenai habitat . ... Towuti yang berada

16

Menurut kontur dasar perairan kelima belas lokasi penelitian ini memiliki

dua bentuk kontur dasar yaitu, kontur dasar landai dan kontur dasar curam

(Gambar 2). Kontur dasar landai umumnya memiliki substrat dasar batu-batuan

dan pasir.

Arena pemijahan

Pengamatan bawah air berhasil mengidentifikasi adanya habitat spesifik

yang digunakan oleh T. sarasinorum untuk melakukan aktivitas perkawinan.

Habitat pemijahan spesifik ini dalam penelitian ini disebut sebagai arena

pemijahan, yang didefinisikan sebagai tempat berlangsungnya peristiwa

perkawinan atau pemijahan kelompok ikan T. sarasinorum. Terdapat dua tipe

arena pemijahan T. sarasinorum di Danau Matano (Gambar 3). Pertama arena

pemijahan yang terletak di dasar perairan dengan kontur dasar landai yang

substrat dasarnya terdiri dari pasir dan kerikil yang berada di antara batuan, atau

ruang berbentuk kolam-kolam pasir bercampur kerikil. Kedua arena perakaran,

ranting atau batang pohon yang terendam di perairan.

Gambar 3 Arena pemijahan T. sarasinorum: arena batu berpasir (atas)

dan arena perakaran (bawah)

Page 7: 2 HABITAT PEMIJAHAN IKAN T. sarasinorum DI DANAU MATANO · HABITAT PEMIJAHAN IKAN . T. sarasinorum. DI DANAU MATANO. Pendahuluan . Penelitian mengenai habitat . ... Towuti yang berada

17

Sebuah arena dapat diidentifikasi dengan mengamati adanya peristiwa

pemijahan yang ditandai oleh adanya rangkaian aktivitas kelompok ikan.

Aktivitas itu berupa adanya beberapa ikan jantan yang sedang berusaha

mendapatkan seekor betina yang ada di dalam arena pemijahan; adanya ikan

betina yang berpasangan; serta ikan betina melakukan gerakan pelepasan telur dan

dalam waktu yang hampir bersamaan ikan jantan melepaskan sperma yang

ditandai oleh terlihatnya pasangan ikan jantan dan betina secara bersama-sama

menekan abdomennya ke dasar substrat.

Secara keseluruhan ada 15 lokasi sampling yang diamati dan di dalamnya

ditemukan 24 arena pemijahan yang terdiri atas 19 arena pemijahan pada substrat

dasar perairan dan 5 arena pemijahan di perakaran. Luas keseluruhan arena

pemijahan yang diamati dalam lokasi sampling kurang lebih 90 m² (Tabel 2).

Susunan substrat dasar perairan di arena pemijahan bervariasi mulai dari substrat

halus lumpur sampai dengam substrat batuan dasar. Tidak semua lokasi sampling

memiliki arena pemijahan. Pantai Sokoio dan Sungai Petea tidak memiliki arena

pemijahan. Tidak adanya arena pemijahan di Pantai Sokoio diduga berkaitan

dengan tutupan substrat yang didominasi oleh batu-batuan besar yang tidak

memiliki jebakan pasir atau kolam-kolam pasir. Di sekitar S. Petea substrat dasar

perairannya banyak mengandung lumpur.

Penelitian ini juga berhasil mengidentifikasi bahwa arena pemijahan selalu

berada di dekat tepian danau pada daerah bervegetasi pohon, dan berada dalam

area bayang-bayang atau teduhan yang berasal dari pohon di tepi danau atau dari

batu besar – batuan dasar di dekatnya. Umumnya jarak arena dari tepian berkisar

antara 2 – 10 m, dan kedalaman arena berkisar antara 0,30 – 3,00 m.

Jumlah pasangan ikan yang berada di dalam arena berkisar antara 2 sampai

12 pasang. Umumnya arena perakaran memiliki jumlah pasangan ikan lebih

banyak daripada arena batu berpasir. Menurut Vono & Barbosa (2001),

kompleksitas struktur suatu habitat menentukan jumlah kehadiran ikan. Pemilihan

arena dengan naungan dari bayang-bayang pohon atau batu besar di dalamnya

mungkin berhubungan dengan strategi reproduksi ikan ini. Pada area yang

mendapatkan bayang-bayang tersebut intensitas cahaya lebih rendah, telur-telur

yang dilepaskan sulit kelihatan oleh predator telur T. sarasinorum dan atau

Page 8: 2 HABITAT PEMIJAHAN IKAN T. sarasinorum DI DANAU MATANO · HABITAT PEMIJAHAN IKAN . T. sarasinorum. DI DANAU MATANO. Pendahuluan . Penelitian mengenai habitat . ... Towuti yang berada

18

kompetitor pembuahan. Sejauh ini tidak ditemukan penelitian mengenai pengaruh

bayangan pohon atau benda lain di dalam habitat pemijahan ikan terhadap

preferensi habitat pemijahan di dalam sistem lain.

Pemilihan tempat pelepasan telur (oviposition) dapat berdampak pada

kelangsungan hidup keturunan (Smith et al. 2001). Tempat pelepasan telur dapat

berbeda-beda kualitasnya. Pada spesies yang ikan jantannya melakukan

pengasuhan terhadap anak, pemilihan pasangan oleh betina sering dipengaruhi

oleh karakteristik posisi sarang, selain memperhatikan resiko predasi dan kondisi

oksigen yang ada (Spence et al. 2007). Pemilihan tempat pelepasan telur adalah

salah satu cara betina menjamin kelangsungan hidup anak. Seperti halnya ikan T.

sarasinorum, ikan zebrafish betina adalah pemilih tempat pelepasan telur (Smith

et al. 2001). Jadi jika ikan betina aktif memilih tempat pelepasan telur, ikan jantan

bisa meningkatkan keberhasilan pemijahannya dengan mengamankan telur yang

telah dibuahi. Hal ini tampak pada ikan T. sarasinorum; ikan jantan tampak

berusaha menutupi telur yang telah dibuahinya dengan alga atau pasir. Dengan

demikian usaha-usaha pemilihan tempat pelepasan telur dan perlindungan telur

yang baru dilepaskan oleh ikan T. sarasinorum sesungguhnya adalah bentuk

kepedulian induk (parental care).

Ikan ini memijah pada substrat batu berpasir, dan tidak ditemukan memijah

pada substrat belumpur. Hal ini merupakan strategi reproduksi ikan untuk

menjamin kelangsungan keturunannya. Telur yang dilepaskan pada substrat

berlumpur bisa tertutup lumpur dan tidak mendapat oksigen, sehingga telur mati.

Sebaliknya, substrat kerikil memungkinkan air bersirkulasi melalui ruang-ruang

antara sehingga telur-telur teroksigenasi. Selain itu telur yang dilepaskan di antara

kerikil terlindung dari kanibalisme dan predasi. Ikan salmon mengubur telur-

telurnya di dalam kerikil yang longgar dan banyak ikan cyprinid melepaskan telur

secara bebas (egg-scattering) lebih suka memijah pada substrat kerikil (Shackle et

al. 1999). Komposisi substrat dan kedalaman habitat merupakan penentu

keberadaan ikan-ikan siklid di Danau Malawi (Genner et al. 2004). Habitat

pemijahan ikan T sarasinorum sebagian besar tersebar di sisi selatan danau. Hal

ini disebabkan bagian selatan Danau Matano mempunyai daerah litoral yang lebih

Page 9: 2 HABITAT PEMIJAHAN IKAN T. sarasinorum DI DANAU MATANO · HABITAT PEMIJAHAN IKAN . T. sarasinorum. DI DANAU MATANO. Pendahuluan . Penelitian mengenai habitat . ... Towuti yang berada

19

Tabel 2 Lokasi pengamatan, jumlah arena pemijahan dan deskripsi karakter substrat pemijahan

Lokasi

Pengamatan

Arena

pemijahan

Habitat 1/ Habitat 2

Jumlah

arena

(dalam transek)

Luas arena

(m2)

Jarak dari tepi danau

(m)

Kedalaman arena

(m)

Jumlah

pasangan

dalam arena

Karakter substrat dan % tutupan pada arena

No Lumpur/

lempung Pasir Kerikil

Batu

bulat

Batu

besar

Batuan

dasar

1 S. Lawa Habitat 1 2 6 4,0 - 8,0 0,30 - 0,60 2 - 5 - 30 20 50 - -

2 Desa Matano Habitat 1 1 8 5,0 - 10,0 0,40 - 0,60 2 - 4 - 20 80 - - -

3 Paku Habitat 1 2 8 5,0 - 10,0 0,40 - 0,60 3 - 6 - 20 30 50 - -

4 Sokoio - - - - - - - - - 60 40 -

5 Pantai Kupu-kupu Habitat 1 3 8 5,0 - 6,0 0,30 - 0,65 4 - 6 - 20 20 60 - -

6 Pantai Salonsa-A Habitat 1 2 10 5,0 - 10,0 0,30 - 0,75 4 - 8 - 30 20 40 10 -

7 Old Camp Habitat 1 3 6 3,0 - 5,0 0,40 - 0,60 3 - 5 - 30 55 15 - -

8 S. Tanah Merah Habitat 1 1 10 3,0 - 5,0 0,40 - 0,60 2 - 5 - 40 40 20 - -

9 P. Otuno I-A Habitat 1 2 10 2,0 - 5,0 0,40 - 0,60 3 - 4 - 40 20 20 20 -

10 P. Otuno II-A Habitat 1 2 5 4,0 -5,0 0,40 - 0,60 3 - 4 - 30 60 10 - -

11 S. Petea - - - - - - 50 30 20 - - -

12 S. Soluro Habitat 1 1 5 3,0 - 5,0 0,60 - 0,80 3 - 6 - 30 40 30 - -

13 Pantai Salonsa-B Habitat 2 1 4 2,0 - 3,0 0,30 - 0,60 2 - 4 - 30 40 30 - -

14 P. Otuno I-B Habitat 2 2 4 3,0 - 5,0 2,50 - 3,00 5 - 12 - - 30 70 - -

15 P. Otuno II-B Habitat 2 2 6 2,0 - 4,0 2,00 - 2,50 5 - 10 10 20 40 - 30 -

Ket: Habitat 1 : Substrat dasar batu berpasir

Habitat 2 : Substrat perakaran

19

19

Page 10: 2 HABITAT PEMIJAHAN IKAN T. sarasinorum DI DANAU MATANO · HABITAT PEMIJAHAN IKAN . T. sarasinorum. DI DANAU MATANO. Pendahuluan . Penelitian mengenai habitat . ... Towuti yang berada

20

lebar daripada bagian utara. Selain itu, pada sisi utara Danau Matano banyak

terdapat batuan besar yang tidak disertai pasir.

Sementara itu, vegetasi adalah gambaran umum dari habitat alami zebrafish

(Spence et al. 2007). Larvae zebrafish mempunyai perlengkapan untuk melekat

dan mampu menempel pada tumbuhan setelah menetas sampai pecahnya

gelembung renang. Penjelasan adaptif untuk preferensi ini ditunjukkan dengan

meningkatnya kelangsungan hidup telur-telur di dalam kerikil. Telur-telur yang

diinkubasi di dalam kerikil menunjukkan kelangsungan hidup yang secara

signifikan lebih tinggi daripada di dalam lumpur. Pengaruh ini mungkin karena

telur-telur yang diinkubasi di dalam kerikil mengalami oksigenasi yang lebih baik

dibandingkan dengan yang diinkubasi di dalam lumpur; di dalam lumpur telur

mungkin menghadapi resiko lebih besar terhadap mati lemas/kekurangan nafas

atau infeksi oleh mikroorganisme (Wootton 1990). Unsur oksigen sangat

diperlukan untuk perkembangan embrio.

Keuntungan lain dari kerikil sebagai substrat pemijahan adalah telur-telur

jatuh di antara kerikil dan dengan demikian terlindung dari gangguan atau

kanibalisme (Spence et al. 2007). Ikan T. sarasinorum yang memijah mencari

daerah substrat yang lebih berpori berupa alga pada perakaran dan pasir.

Pemilihan arena pemijahan di daerah yang ternaungi mungkin lebih berhubungan

dengan kondisi intensitas cahaya yang lebih rendah (Goddard & Mathis 1997).

Adanya preferensi tempat pemijahan demikian penting dalam menentukan

manajemen habitat.

Keadaan hidrologis dan parameter fisik kimiawi perairan Danau Matano

Curah hujan dan fluktuasi muka air

Curah hujan dan tinggi muka air danau berfluktuasi secara temporal

(Gambar 4 dan Lampiran 3). Curah hujan dan fluktuasi muka air dalam satu tahun

menunjukkan ketidak serasian, terutama pada periode bulan Mei sampai dengan

Agustus. Data tersebut menunjukkan saat curah hujan menurun, tinggi muka air

danau justru bergerak naik. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan April dan Mei

masing-masing 14,78 mm dan 11,37 mm, dan terendah pada bulan Juni yaitu 2,98

mm.

Page 11: 2 HABITAT PEMIJAHAN IKAN T. sarasinorum DI DANAU MATANO · HABITAT PEMIJAHAN IKAN . T. sarasinorum. DI DANAU MATANO. Pendahuluan . Penelitian mengenai habitat . ... Towuti yang berada

21

Tinggi muka air danau jika dilihat mulai dari Februari – Agustus 2009

tampak periode ini merupakan periode pengisian air danau. Hal ini karena pola

yang terbentuk adalah peningkatan tinggi muka air secara terus-menerus tanpa

fluktuasi mengikuti periode pola curah hujan. Puncak-puncak muka air danau

tampaknya berada dalam periode bulan Agustus - Desember. Keadaan muka air

terendah pada bulan Februari berada pada ketinggian 391,46 m dpl, sedangkan

muka air tertinggi berada pada bulan September dengan ketinggian 392,65 m dpl.

Gambar 4 memberikan informasi bahwa terdapat penurunan air yang terjadi

sangat drastis pada periode bulan Desember - Januari dan titik terendahnya terjadi

pada bulan Februari. Data ini menunjukkan bahwa tidak terjadi fluktuasi alami

pada tinggi muka air danau. Data yang ditampilkan pada periode Desember,

Januari dan Februari menunjukkan ada kegiatan pelepasan massa air Danau

Matano.

Pola tersebut dikhawatirkan akan mengganggu biota perairan yang

memanfaatkan daerah litoral sebagai tempat bereproduksi. Hal ini disebabkan

pada saat muka air terendah sebagian daerah litoral menjadi kering. Pada saat itu

ikan berpindah ke daerah yang masih tergenangi air dengan kedalaman sekitar

0,50 m.

Gambar 4 Curah hujan rata-rata harian wilayah dan tinggi muka air di Danau

Matano selama penelitian

391,00

391,20

391,40

391,60

391,80

392,00

392,20

392,40

392,60

392,80

0,00

2,00

4,00

6,00

8,00

10,00

12,00

14,00

16,00

18,00 Tin

ggi m

uka air (m

dpl)

Cura

h h

uja

n (

mm

)

Waktu

Curah hujan Tinggi muka air

Page 12: 2 HABITAT PEMIJAHAN IKAN T. sarasinorum DI DANAU MATANO · HABITAT PEMIJAHAN IKAN . T. sarasinorum. DI DANAU MATANO. Pendahuluan . Penelitian mengenai habitat . ... Towuti yang berada

22

Fluktuasi muka air memengaruhi proses dan pola ekologis danau dalam

beberapa hal (Wantzen et al. 2008). Pada tahun 2003 dibangun dam di S. Petea

yang dimaksudkan untuk pengadaan listrik bagi keperluan industri. Dam tersebut

selesai dibangun dan mulai beroperasi pada tahun 2005. Pada waktu pintu air dam

ditutup, massa air Danau Matano meningkat. Daerah pinggir danau yang

tergenang menjadi bertambah luas. Naiknya muka air menyebabkan daerah-

daerah yang tadinya tidak tergenangi menjadi tergenang. Pada saat itu pinggiran

danau mengalami abrasi yang menyebabkan tanah bagian atas turun ke perairan

menutupi daerah litoral yang menjadi tempat hidup ikan. Sedimentasi ini dapat

memengaruhi keberadaan ikan di daerah tersebut.

Pada waktu pintu air di dam tersebut dibuka, massa air danau keluar menuju

danau-danau di bagian hilir yaitu Danau Mahalona dan Towuti. Hal tersebut

menyebabkan penurunan muka air secara tiba-tiba. Daerah-daerah litoral yang

tadinya tergenang menjadi kering. Habitat pemijahan ikan asli danau itu yang

umumnya terdapat di daerah litoral tiba-tiba menjadi kering. Telur-telur ikan yang

baru dilepaskan diduga menjadi mati. Hal ini tentu berpengaruh terhadap

keberadaan spesies ikan di habitatnya.

Secara alami, pada waktu air surut daerah litoral yang biasanya mengering

dimanfaatkan oleh organisme terestrial seperti serangga untuk menjalankan

sebagian siklus hidupnya untuk bereproduksi. Daun-daun dari pinggiran danau

yang jatuh ke daerah litoral mengering. Pada waktu muka air meningkat, daerah

tersebut tergenang air dan daun-daun mengalami dekomposisi. Serangga di

perairan dan hasil dekomposisi tumbuhan itu menjadi sumber makanan bagi ikan-

ikan di Danau Matano.

Tetapi perlu ditekankan bahwa fluktuasi muka air adalah pola alami yang

dibutuhkan untuk kelangsungan hidup banyak spesies. Fluktuasi muka air alami di

danau menjamin produktivitas dan biodiversitas. Hanya banjir dan kekeringan

yang ekstrim dan yang bukan waktunya memberikan pengaruh berbahaya bagi

biota.

Pengaturan muka air danau untuk produksi listrik dan mengontrol banjir

adalah sebagian dari pengaruh antropogenik utama dalam ekosistem akuatik

boreal. Lebih dari 300 danau di Finlandia, yang merupakan sepertiga dari total

Page 13: 2 HABITAT PEMIJAHAN IKAN T. sarasinorum DI DANAU MATANO · HABITAT PEMIJAHAN IKAN . T. sarasinorum. DI DANAU MATANO. Pendahuluan . Penelitian mengenai habitat . ... Towuti yang berada

23

luas perairan daratan di negara itu, telah mengalami pengaturan oleh manusia

(Aroviita & Hämäläinen 2008). Fluktuasi muka air yang diubah adalah sebagian

dari pengaruh antropogenik besar di dalam ekosistem danau dan sungai.

Konstruksi dam dan reservoir untuk produksi listrik tenaga air dan pengontrol

banjir, pemindahan air untuk irigasi, bersama-sama dengan penggunaan air

lainnya, telah mengubah rejim alami hidrologis perairan tawar di seluruh dunia.

Bagian perairan yang terutama rentan terhadap perubahan muka air adalah zona

litoral danau. Organisme di daerah litoral danau mungkin terpengaruh langsung

oleh kekeringan, dan terpengaruh tidak langsung oleh berkurangnya ketersediaan

habitat dan sumber-sumber makanan.

Banyak faktor abiotik terutama di zona litoral danau-danau besar, yang

dapat memengaruhi interaksi biotik pada berbagai kedalaman air: tekanan hidrolik

pada organisme yang disebabkan oleh aksi gelombang lebih rendah di perairan

yang lebih dalam (Baumgärtner et al. 2008). Stabilitas habitat, ukuran partikel

substrat dan tempat berlindung makroavertebrata berubah dengan kedalaman air.

Sampainya cahaya dan spektrum cahaya menjadi lebih sempit dengan kedalaman,

dan komunitas alga epilitik—sumber makanan bagi peramban—berubah. Suhu

dan kisaran suhu harian bervariasi bergantung pada kedalaman air dan musim.

Fluktuasi muka air jangka panjang berhubungan dengan pergeseran garis

pantai yang besar, oleh karena itu dampak utama fluktuasi muka air jangka

panjang terhadap ekositem danau adalah perubahan habitat (Hofmann et al. 2008).

Fluktuasi muka air jangka panjang membanjiri/menggenangi daerah pinggiran

yang sebelumnya kering atau permukaan sedimen di bawah permukaan air yang

terpapar pada atmosfir. Jadi, fluktuasi muka air jangka panjang berperan dalam

pemilihan spesies sessil yang beradaptasi pada kondisi kering atau basah. Selain

itu, fluktuasi muka air jangka panjang menghasilkan suatu perubahan sifat

permukaan sedimen di zona litoral, karena ukuran butiran di wilayah pantai tidak

tersebar secara homogen tetapi berubah dari besar ke kecil menuju wilayah yang

lebih dalam di danau.

Daerah yang terutama dipengaruhi oleh fluktuasi muka air jangka pendek

adalah zona litoral danau yang dangkal, bahkan sekalipun ketinggian gelombang

kecil. Zona litoral sangat penting bagi seluruh ekosistem karena daerah ini

Page 14: 2 HABITAT PEMIJAHAN IKAN T. sarasinorum DI DANAU MATANO · HABITAT PEMIJAHAN IKAN . T. sarasinorum. DI DANAU MATANO. Pendahuluan . Penelitian mengenai habitat . ... Towuti yang berada

24

ditandai oleh tingginya keragaman dan kelimpahan spesies dan penting untuk

reproduksi dan siklus hidup banyak spesies ikan. Fluktuasi muka air dan curah

hujan tampak tidak memengaruhi jumlah ikan T. sarasinorum di habitatnya (Bab

3). Kondisi berbeda dapat dilihat pada pemijahan ikan; puncak pemijahan ikan

tampak dipengaruhi oleh fluktuasi muka air dan curah hujan (Bab 4).

Dinamika karakteristik fisik kimiawi perairan

Perairan Danau Matano memiliki karakteristik sifat fisik kimiawi perairan

yang unik. Mengingat proses kejadiannya, serta sebagai salah satu danau tertua

dan terdalam kedelapan di dunia yang dihuni oleh relatif banyak organisme

akuatik endemik tentu mempunyai kualitas perairan yang menarik. Dibandingkan

dengan danau-danau tua dunia, kondisi danau saat ini relatif masih lebih baik.

Tetapi berdasarkan pengukuran kondisi air (Tabel 3) tampak bahwa perairan

danau tidak terlepas dari pengaruh berbagai aktivitas yang ada di sekelilingnya.

Tabel 3 Kisaran parameter fisik kimiawi perairan pada setiap lokasi sampling di

Danau Matano

Parameter fisik Parameter kimiawi

Lokasi sampling

Suhu (ºC)

Kecerahan (m)

Oksigen terlarut (mg/l)

pH

Padatan

tersus- pensi total

(mg/l)

Padatan

terlarut total

(mg/l)

S. Lawa 26,70-29,20 10,20-18,30 5,88-7,43 8,48-8,77 0,50-2,40 80,00-130,00

Ds. Matano 27,80-29,50 11,30-20,30 5,42-6,94 8,45-8,75 0,40-1,60 84,00-134,00

Paku 27,30-29,30 10,00-19,20 5,02-6,93 8,54-8,75 0,30-3,90 80,00-130,00

Sokoio 27,40-30,80 12,25-18,30 5,46-7,22 8,55-8,75 0,40-1,50 80,00-132,00

Pt. Kupu-kupu 28,80-29,80 13,35-18,55 5,18-6,36 8,35-8,79 0,30-1,50 80,00-134,00

Pt. Salonsa-A 28,20-30,00 12,40-17,00 5,22-6,93 8,43-8,74 0,40-2,40 70,00-146,00

Old Camp 28,50-30,20 14,10-21,10 5,02-6,93 8,52-8,79 0,40-1,20 80,00-143,00

S. Tanah Merah 28,30-30,50 13,40-18,45 5,02-6,93 8,47-8,87 0,40-1,50 100,00-134,00

P. Otuno I-A 28,50-30,00 12,10-19,40 5,65-7,45 8,34-8,68 0,70-2,60 90,00-144,00

P. Otuno II-A 29,30-30,40 14,10-18,25 5,02-6,93 8,34-8,68 0,30-2,10 80,00-132,00

S. Petea 28,40-30,40 8,60-13,10 5,77-7,23 8,48-8,65 0,60-2,60 100,00-140,00

S. Soluro 27,30-29,50 13,10-17,20 4,93-6,93 8,34-8,82 0,40-1,40 100,00-154,00

Pt. Salonsa-B 28,00-29,40 12,40-17,00 5,67-6,53 8,22-8,68 0,40-2,40 70,00-146,00

P. Otuno I-B 28,33-30,00 14,00-19,80 5,60-7,35 8,25-8,64 0,70-2,60 90,00-145,00

P. Otuno II-B 29,10-30,08 15,25-19,55 5,22-6,88 8,22-8,66 0,20-1,80 84,00-121,00

Selama periode sampling kisaran suhu perairan adalah 26,70 - 30,80 0C;

kecerahan perairan 8,60 – 21,10 m; oksigen terlarut 4,93 – 7,45 mg l-1

; pH 8,22 –

Page 15: 2 HABITAT PEMIJAHAN IKAN T. sarasinorum DI DANAU MATANO · HABITAT PEMIJAHAN IKAN . T. sarasinorum. DI DANAU MATANO. Pendahuluan . Penelitian mengenai habitat . ... Towuti yang berada

25

8,87; padatan tersuspensi total 0,20 - 3,90 mg l-1

; dan padatan terlarut total 70 –

154 mg l-1

. Secara spasial terdapat perbedaan nilai hasil pengukuran parameter

fisik kimiawi antara lokasi sampling (Tabel 3). Berdasarkan Tabel 3 dan hasil uji

rata-rata one way Anova dapat dideskripsikan dinamika parameter fisik kimiawi

perairan berikut ini (Gambar 5).

Gambar 5 Fluktuasi parameter fisik kimiawi perairan secara spasial di Danau

Matano

Suhu perairan di lokasi sampling S. Lawa selama periode sampling (26,70 –

29,20 0C) merupakan suhu terendah dibandingkan dengan suhu di lokasi sampling

lain kecuali pada bulan November, Februari, Maret, April, Juni dan Agustus.

Page 16: 2 HABITAT PEMIJAHAN IKAN T. sarasinorum DI DANAU MATANO · HABITAT PEMIJAHAN IKAN . T. sarasinorum. DI DANAU MATANO. Pendahuluan . Penelitian mengenai habitat . ... Towuti yang berada

26

Sungai Lawa merupakan sungai utama yang mengalirkan air masuk ke dalam

danau. Lokasi sampling di S. Lawa mempunyai naungan dari pohon di pinggiran

danau.

Keadaan suhu perairan menurut lokasi sampling menunjukkan adanya

perbedaan nyata rata-rata nilai pengukuran suhu di antara lokasi sampling. Suhu

terendah berada di S. Lawa (28,08 0C) dan tertinggi di P. Otuno II-A (29,86

0C).

Walaupun suhu air di S. Lawa merupakan suhu air terendah dibandingkan dengan

suhu air di lokasi-lokasi lain di Danau Matano, hasil uji statistik one way Anova

menunjukkan tidak berbeda nyata dengan suhu air di Desa Matano, Pantai Paku

dan S. Soluro. Daerah S. Lawa, Desa Matano dan Pantai Paku terletak di bagian

hulu danau, sedangkan lokasi sampling di S. Soluro terletak dekat dengan sumber

air masuk Danau Matano. Jika dilihat menurut zona, maka tampak bahwa suhu

rata-rata perairan di lokasi-lokasi penelitian dalam zona 1 memiliki nilai lebih

rendah daripada dua zona yang ada di bagian hilir. Tampak bahwa semakin ke

bagian timur danau suhu rata-rata relatif semakin tinggi. Penelitian yang

dilakukan oleh Haffner et al. (2001) menemukan bahwa secara vertikal suhu

permukaan berkisar antara 27,53 0C – 29,06

0C, dan suhu permukaan dengan suhu

pada kedalaman 40 meter hanya memiliki selisih 0,030C (27,53˚C di permukaan

dan 27,56 0C untuk pengukuran pukul 09.00). Pengukuran pada waktu menjelang

sore hari (pukul 15.00) suhu di permukaan lebih tinggi 1,47 0C daripada keadaan

suhu pada kedalaman 20 m (29,06 0C di permukaan dan 27,59

0C di kedalaman 20

m). Menurut Haffner et al. (2001), perairan Danau Matano mengalami

percampuran secara vertikal, dan terjadi proses penghangatan secara vertikal

setiap hari.

Perbandingan kandungan oksigen terlarut rata-rata di antara lokasi-lokasi

menunjukkan bahwa S. Lawa memiliki oksigen terlarut tertinggi (5,88 – 7,43 mg

l-1

). Oksigen terlarut di S. Lawa ini paling tinggi dibandingkan dengan oksigen

terlarut di lokasi-lokasi lain di Danau Matano. Hal ini mungkin disebabkan lokasi

sampling di daerah ini berada di daerah aliran masuk (inlet) danau dan pengaruh

kecepatan arus air yang datang; air lebih bergolak dan air yang lebih sejuk dapat

menahan lebih banyak oksigen. Oksigen terlarut rata-rata terendah berada di S.

Page 17: 2 HABITAT PEMIJAHAN IKAN T. sarasinorum DI DANAU MATANO · HABITAT PEMIJAHAN IKAN . T. sarasinorum. DI DANAU MATANO. Pendahuluan . Penelitian mengenai habitat . ... Towuti yang berada

27

Soluro (5,76 mg l-1

± 0,56), berbeda nyata dengan oksigen terlarut rata-rata di S.

Lawa, P. Otuno I-A, S. Petea, dan P. Otuno I-B.

Secara keseluruhan nilai pH perairan di lokasi-lokasi sampling tidak

bervariasi lebar, dan tidak ada perbedaan yang nyata. Walaupun demikian, nilai

pH air tertinggi ditemukan di lokasi S. Tanah Merah yaitu 8,87 pada bulan Juni.

Nilai pH air terendah ditemukan di Pantai Salonsa B (8,22) pada bulan September,

dan di P. Otuno II-B (8,22) pada bulan Januari. Berdasarkan pengamatan di

bagian hulu S. Lawa terdapat penebangan kayu dan pengambilan rotan yang

dilakukan oleh penduduk sekitar danau. Nilai pH di lokasi sampling S. Lawa

masih berada dalam kisaran basa dan tidak berbeda jauh dengan kisaran pH di

lokasi lain, sehingga diduga aktivitas penduduk tersebut tidak berpengaruh

terhadap nilai pH perairan setempat; diamati bahwa penduduk tidak membuang

sisa gergajian ke dalam perairan. Kisaran pH perairan Danau Matano berada

dalam kisaran basa. Hal ini berkaitan dengan proses kejadian danau; Danau

Matano merupakan perairan laut yang terperangkap saat pembentukan pulau

Sulawesi. Daerah ini merupakan daerah karst. Batuan yang terdapat di dasar

perairan dilapisi antara lain batuan kapur - terutama kalsium karbonat dari

cangkang hewan (Whitten et al. 2002).

Nilai padatan tersuspensi total rata-rata antar lokasi sampling secara statistik

tidak berbeda nyata. Padatan tersuspensi total rata-rata antar lokasi berkisar antara

0,71 – 1,35 mg l-1

. Padatan tersuspensi total rata-rata relatif tinggi di S. Petea.

Padatan tersuspensi total rata-rata antar lokasi menunjukkan beda nyata antar

lokasi. Padatan tersuspensi total rata-rata tertinggi ditemukan di S. Petea (126,00

mg l-1

± 13,58). Kandungan padatan tersuspensi total rata-rata di S. Petea berbeda

nyata dengan di Pantai Kupu-kupu, Pantai Salonsa-A, P. Otuno II-A, dan Pantai

Salonsa-B. Padatan tersuspensi total dan padatan terlarut total di daerah S. Petea

paling tinggi dibandingkan dengan yang terdapat di lokasi-lokasi pengamatan lain.

Hal ini mungkin berhubungan dengan letak S. Petea di bagian timur danau,

tepatnya pada out-let danau.

Kecerahan perairan rata-rata di P. Salonsa-A dan P. Salonsa-B adalah

15,021 m (± 1,251). Kecerahan perairan rata-rata di kedua lokasi ini berbeda

nyata dengan di S. Petea. Kecerahan tampak memengaruhi jarak visual ikan yang

Page 18: 2 HABITAT PEMIJAHAN IKAN T. sarasinorum DI DANAU MATANO · HABITAT PEMIJAHAN IKAN . T. sarasinorum. DI DANAU MATANO. Pendahuluan . Penelitian mengenai habitat . ... Towuti yang berada

28

berkaitan dengan aktivitas ikan dalam mencari makan dan pemijahan. Ikan-ikan di

S. Petea tidak menggunakan daerah ini sebagai lokasi memijah karena tidak

terdapat habitat untuk memijah di lokasi ini. Kecerahan paling rendah di S. Petea

(8,60 – 13,10 m) karena sungai ini merupakan out-let danau; semua materi yang

keluar danau harus melalui sungai ini. Sungai ini berarus kuat yang dapat

membawa materi keluar danau.

Lokasi pemijahan ikan di S. Lawa yang kandungan oksigen terlarutnya

tinggi mempunyai ikan-ikan yang panjang bakunya paling tinggi dibandingkan

dengan lokasi lain. Hal sebaliknya tampak di lokasi S. Petea yang mempunyai

ikan-ikan dengan panjang baku yang rendah. Oksigen terlarut di S. Petea paling

rendah dibandingkan dengan lokasi lain. Dalam kasus ini diduga oksigen berperan

dalam proses pertumbuhan ikan. Menurut Tom (1998), oksigen penting dalam

proses respirasi dan metabolisme ikan. Laju metabolisme dipengaruhi oleh

konsentrasi oksigen di dalam air. Jika konsentrasi oksigen terlarut menurun,

aktivitas respirasi dan makan juga berkurang. Akibatnya laju pertumbuhan

menurun dan kemungkinan serangan penyakit meningkat.

Tabel 4 Kisaran parameter fisik kimiawi perairan pada setiap bulan di Danau

Matano

Parameter fisik Parameter kimiawi

Bulan Suhu

(ºC)

Kecerahan

(m)

Oksigen terlarut

(mg/l)

pH

Padatan tersus-

pensi total

(mg/l)

Padatan terlarut

total

(mg/l)

Sep '08 27,50-30,10 10,60-16,00 5,65-6,94 8,22-8,82 0,30-3,90 84,00-146,00

Okt '08 26,80-30,08 9,85-21,10 5,65-7,22 8,36-8,79 0,40-2,40 80,00-125,00

Nov '08 28,30-30,30 9,45-19,15 5,46-6,93 8,33-8,74 0,40-2,40 80,00-133,00

Des '08 27,60-30,20 11,75-16,50 5,18-7,22 8,29-8,67 0,40-2,40 80,00-140,00

Jan '09 26,70-30,50 10,20-18,55 5,18-7,45 8,22-8,78 0,50-1,50 90,00-138,00

Feb '09 28,00-30,20 12,40-20,30 4,93-6,75 8,35-8,58 0,40-2,60 80,00-140,00

Mar '09 27,40-30,30 10,35-17,00 5,02-7,02 8,34-8,79 0,40-2,10 80,00-134,00

Apr '09 27,30-29,60 8,60-19,80 5,02-7,03 8,25-8,72 0,40-2,10 70,00-134,00

Mei '09 28,30-30,20 12,10-19,00 5,43-7,23 8,44-8,75 0,20-1,10 80,00-154,00

Jun '09 27,30-30,30 10,50-17,10 5,22-6,93 8,54-8,87 0,40-1,50 90,00-132,00

Jul '09 27,70-30,80 11,10-18,40 5,35-7,43 8,54-8,72 0,50-1,40 90,00-143,00

Agu '09 28,40-30,30 10,15-19,35 5,02-7,35 8,49-8,75 0,40-2,10 80,00-145,00 Keadaan fisik kimiawi perairan selama periode sampling berfluktuasi

dinamis menurut waktu sampling. Fluktuasi parameter fisik kimiawi perairan

Page 19: 2 HABITAT PEMIJAHAN IKAN T. sarasinorum DI DANAU MATANO · HABITAT PEMIJAHAN IKAN . T. sarasinorum. DI DANAU MATANO. Pendahuluan . Penelitian mengenai habitat . ... Towuti yang berada

29

secara temporal disajikan dalam Tabel 4 dan Gambar 6, dan dideskripsikan

sebagai berikut.

Gambar 6 Fluktuasi parameter fisik kimiawi perairan secara temporal di Danau

Matano

Suhu perairan terendah tercatat pada bulan Januari (26,70 0C) di S. Lawa,

dan tertinggi pada bulan Juli (30,80 0C) di Sokoio. Nilai suhu yang terukur

dipengaruhi oleh waktu pengukuran, kondisi naungan di lokasi dan kondisi

substrat. Suhu tinggi di perairan Sokoio kemungkinan dipengaruhi oleh dinding-

dinding batuan yang menyusun pinggiran danau. Batuan menyerap panas yang

kemudian dipantulkan yang antara lain menyebabkan perairan di sekitarnya

Page 20: 2 HABITAT PEMIJAHAN IKAN T. sarasinorum DI DANAU MATANO · HABITAT PEMIJAHAN IKAN . T. sarasinorum. DI DANAU MATANO. Pendahuluan . Penelitian mengenai habitat . ... Towuti yang berada

30

menjadi lebih hangat. Selain itu di lokasi sampling tidak terdapat naungan; daerah

ini merupakan daerah perairan terbuka. Uji rata-rata dengan menggunakan one

way Anova dengan fasilitas Minitab versi 14 pada tingkat kepercayaan 95%

diperoleh hasil beda nyata antar waktu sampling (p < 0,05). Suhu pada bulan

September 2008 berbeda nyata dengan suhu bulan November 2008, Januari 2009,

Juli 2009 dan Agustus 2009. Sementara itu suhu bulan Juli 2009 berbeda nyata

dengan suhu rata-rata bulan September 2008, Oktober 2008 dan Maret 2009.

Kandungan oksigen terlarut rata-rata perairan dengan nilai terendah pada

bulan Juni 2009 yaitu 6,29 mg l-1

(± 0,58) dan tertinggi pada bulan Mei 2009 yaitu

6,37 mg l-1

(± 0,57). Oksigen terlarut rata-rata selama waktu penelitian September

2008 – Agustus 2009 tidak berbeda nyata antar waktu sampling.

Nilai pH perairan danau terendah pada bulan September dan Januari yaitu

8,22 dan tertinggi pada bulan Juni 2009 yaitu 8,87. Nilai pH perairan relatif tidak

bervariasi jauh antar bulan selama penelitian.

Kandungan padatan tersuspensi total rata-rata perairan danau terendah pada

bulan Mei 2009 yaitu 0,59 mg l-1

(± 0,24) dan tertinggi pada bulan September

2008 yaitu 1,27 mg l-1

(± 1,02). Padatan tersuspensi total rata-rata bulan Mei 2009

berbeda nyata dengan kandungan rata-rata bulan September dan Oktober 2008.

Kandungan padatan terlarut total rata-rata adalah terendah pada bulan

Februari 2009 yaitu 100,20 mg l-1

(± 19,50) dan tertinggi pada bulan Juni 2009

yaitu 118,13 mg l-1

(± 15,25). Padatan terlarut total rata-rata setiap bulan selama

penelitian tidak berbeda nyata.

Kecerahan perairan rata-rata di Danau Matano terendah pada bulan Juni

2009 yaitu 14,56 m (± 1,67) dan tertinggi pada bulan Februari 2009 yaitu 16,91 m

(± 2,18). Kecerahan perairan rata-rata bulan Februari 2009 berbeda nyata dengan

kecerahan perairan rata-rata bulan Agustus 2009. Penetrasi cahaya di danau

dikontrol oleh sedimen-sedimen tersuspensi dari aliran-aliran sungai dan

hamparan danau oleh kelimpahan fitoplankton yang mengabsorpsi cahaya untuk

fotosintesis (Anderson 1996). Danau Matano diketahui sebagai danau yang

perairannya jernih. Nilai pengukuran bahan tersuspensi dan terlarut total relatif

rendah sehingga tidak sampai menyebabkan perairan di arena pemijahan keruh.

Page 21: 2 HABITAT PEMIJAHAN IKAN T. sarasinorum DI DANAU MATANO · HABITAT PEMIJAHAN IKAN . T. sarasinorum. DI DANAU MATANO. Pendahuluan . Penelitian mengenai habitat . ... Towuti yang berada

31

Puncak musim pemijahan ikan T. sarasinorum terjadi pada akhir musim

kemarau dan awal musim hujan (Bab 4). Pada waktu-waktu tersebut suhu

cenderung meningkat menjadi lebih hangat daripada bulan-bulan sebelumnya.

S. P

etea

Sokoio

P. Otu

no II-B

P. Otu

no I-A

Pan

tai S

alon

sa-B

S. Solur

o

S. Tan

ah M

erah

P. O

tuno

II-A

Old C

amp

Des

a M

atan

o

P. O

tuno

I-B

Panta

i Salon

sa-A

Paku

Panta

i Kup

u-ku

pu

S. Law

a

65,54

77,03

88,51

100,00

Lokasi

Tin

gkat

kesa

maan (

%)

DendrogramSingle Linkage; Correlation Coefficient Distance

85,00

Gambar 7 Pengelompokan habitat pemijahan ikan T. sarasinorum di Danau

Matano

Kondisi fisik kimiawi perairan di semua lokasi sampling tidak bervariasi

jauh, sehingga pengelompokan lokasi sampling dilakukan berdasarkan tingkat

kesamaan karakter substrat, luas arena pemijahan, jarak dari tepian danau dan

kedalaman arena di masing-masing lokasi (Gambar 7). Hasil pengelompokan

lokasi diperoleh tiga kelompok lokasi yang memiliki kesamaan karakter substrat

pada selang kepercayaan 85%. Kelompok pertama (S. Lawa, Desa Matano, Paku,

Pantai Kupu-kupu, Pantai Salonsa A, Pantai Salonsa B, Old Camp, S. Tanah

Merah, P. Otuno I-A, P. Otuno I-B, P. Otuno II-A, P. Otuno II-B, S. Soluro),

kelompok kedua (Sokoio), dan kelompok ketiga (S. Petea). Kualitas perairan di

lokasi-lokasi tersebut tidak berbeda jauh.

Gambar 7 menunjukkan bahwa kesamaan lokasi-lokasi di dalam suatu

kelompok lebih banyak ditentukan oleh kondisi substrat habitat pemijahan.

Kelompok pertama mempunyai substrat dasar yang disukai oleh ikan untuk

pemijahan. Kelompok pertama ini mencakup dua tipe arena pemijahan ikan.

Sementara lokasi dalam kelompok kedua mempunyai substrat yang terdiri dari

Page 22: 2 HABITAT PEMIJAHAN IKAN T. sarasinorum DI DANAU MATANO · HABITAT PEMIJAHAN IKAN . T. sarasinorum. DI DANAU MATANO. Pendahuluan . Penelitian mengenai habitat . ... Towuti yang berada

32

batu besar dengan dinding batuan dasar. Lokasi dalam kelompok kedua ini tidak

mempunyai pasir; sehingga tidak ada arena pemijahan ikan. Kelompok ketiga

mempunyai substrat dasar dengan kandungan lumpur tinggi, dan tidak terdapar

arena pemijahan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa substrat dasar di

lokasi menentukan perbedaan setiap lokasi.

Efektivitas percampuran vertikal di dalam kolom air juga dikonfirmasi

terjadi pada pH dalam kisaran basa (7,4) dan konduktivitas tidak berubah menurut

kedalaman (Haffner et al. 2001). Jumlah fitoplankton sangat kecil (< 10 sel ml-1

)

dan kelimpahan spesies tidak berubah di dalam kolom air. Kedalaman eufotik

adalah 40 m dan 32 m pada tahun 1993 dan 1995. Apabila sel-sel fitoplankton

tercampur merata di dalam zona eufotik adalah mungkin bahwa percampuran

vertikal membatasi produksi ototrofik. Tetapi pengamatan mikroskopis

menunjukkan bahwa detritus C lebih berlimpah daripada biomassa alga, sehingga

adalah mungkin bahwa jaring makanan Danau Matano disebabkan oleh masukan

detritus organik yang berasal dari sekeliling danau.

Profil oksigen menunjukkan profil fotosintesis lemah hingga ke bawah kira-

kira 40 m, dan setelah kedalaman itu oksigen berkurang hingga di bawah 1%

kejenuhan. Danau Matano adalah oligotrofik dalam hal jumlah total nitrogen dan

total fosfor di atas 100 m dari kolom air. Konsentrasi nitrogen dan fosfor sangat

rendah dan sering tidak terdeteksi. Tingginya kecerahan perairan menunjukkan

sistem dengan sangat sedikit bahan biotik dan abiotik tersuspensi. Profil oksigen

menunjukkan kurva fotosintetik yang meluas ke bawah hingga 40 m, sama dengan

prediksi kedalaman eufotik (Crowe et al. 2008). Setelah 40 m konsentrasi oksigen

berkurang; penurunan ini merupakan respon terhadap laju respirasi mikroba yang

tinggi yang berhubungan dengan metabolisme bahan organik yang mengalami

sedimentasi.

Di bawah 100 m terdapat gradien suhu/kimia yang tetap yang menunjukkan

bahwa Danau Matano dapat didefinisikan sebagai meromiktik (Crowe et al.

2008), dengan sangat sedikit pertukaran kimiawi antara perairan bagian atas dan

bawah. Struktur demikian menyumbang secara signifikan pada hilangnya nutrien

secara terus-menerus dari epilimnion melalui sedimentasi bahan planktonis.

Page 23: 2 HABITAT PEMIJAHAN IKAN T. sarasinorum DI DANAU MATANO · HABITAT PEMIJAHAN IKAN . T. sarasinorum. DI DANAU MATANO. Pendahuluan . Penelitian mengenai habitat . ... Towuti yang berada

33

Selain itu, sel-sel alga yang tertinggal kecil kemungkinannya untuk kembali ke

lapisan epilimnion.

Faktor-faktor fisik seperti ketersediaan cahaya dan percampuran bukan

merupakan faktor pembatas, walaupun sedikit pertukaran nutrien melalui lapisan

termal yang dalam bisa berperan penting. Sedimentasi bahan biologis dan

geologis dapat secara terus-menerus menurunkan cadangan nutrien pada

permukaan air bagian atas.

Hampir semua jenis aktivitas (pertanian, urbanisasi, komunikasi,

pertambangan, industri) menyebabkan peningkatan materi tersuspensi di

permukaan perairan, terutama disebabkan oleh deforestasi (Meybeck et al. 1989).

Salah satunya adalah perubahan siklus hidrologis yang mengubah intensitas dan

kemampuan percampuran badan air dan keseimbangan hidrologis. Namun

demikian hasil pengukuran parameter kualitas air di lokasi-lokasi sampling

menunjukkan tidak terdapat perubahan nilai yang mencolok antar bulan. Dengan

demikian dapat dipandang bahwa kualitas perairan saat ini tidak menyebabkan

perubahan keberadaan ikan; jumlah ikan pada setiap bulan sampling tidak banyak

bervariasi (Bab 3).

Kesimpulan

Habitat pemijahan ikan T. sarasinorum tersebar di sepanjang daerah litoral

danau. Terdapat dua tipe habitat pemijahan dalam penelitian ini yaitu habitat batu

berpasir dan habitat perakaran. Dari 12 lokasi penelitian ditemukan tiga lokasi

yang mempunyai dua tipe habitat pemijahan (habitat batu berpasir dan habitat

perakaran) yaitu Pantai Salonsa, P. Otuno I, dan P. Otuno II. Lokasi lainnya hanya

memiliki satu tipe habitat, yaitu habitat batu berpasir. Tempat pemijahan pada

setiap habitat berbentuk arena. Arena ini secara spesifik berada pada daerah yang

mendapat naungan bayang-bayang yang berasal dari pohon di tepian danau dan

atau dari batu-batu besar yang ada di sekitarnya.

Ikan-ikan yang memijah di arena batu berpasir meletakkan telur di antara

pasir, sedangkan ikan yang memijah di arena perakaran meletakkan telur pada

alga atau sponge air tawar yang menyelimuti perakaran atau batang pohon yang

tumbang di dalam air.

Page 24: 2 HABITAT PEMIJAHAN IKAN T. sarasinorum DI DANAU MATANO · HABITAT PEMIJAHAN IKAN . T. sarasinorum. DI DANAU MATANO. Pendahuluan . Penelitian mengenai habitat . ... Towuti yang berada

34

Parameter fisik kimiawi perairan selama penelitian bervariasi sempit.

Kisaran suhu perairan adalah 26,70 - 30,80 0C; kecerahan perairan 8,60 – 21,10

m; oksigen terlarut 4,93 – 7,45 mg l-1

; pH 8,22 – 8,87; padatan tersuspensi total

0,20 - 3,90 mg l-1

; dan padatan terlarut total 70 – 154 mg l-1

. Aktivitas manusia di

sekeliling danau belum menyebabkan perubahan kualitas air hingga saat ini.