00 LKM Tw III 2019 - bi.go.id · 2 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan III 2019 Bank Indonesia...

53

Transcript of 00 LKM Tw III 2019 - bi.go.id · 2 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan III 2019 Bank Indonesia...

Page 1: 00 LKM Tw III 2019 - bi.go.id · 2 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan III 2019 Bank Indonesia triwulan sebelumnya sebesar 5,05% (yoy). Konsumsi ... dan konsistensi kebijakan moneter
Page 2: 00 LKM Tw III 2019 - bi.go.id · 2 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan III 2019 Bank Indonesia triwulan sebelumnya sebesar 5,05% (yoy). Konsumsi ... dan konsistensi kebijakan moneter
Page 3: 00 LKM Tw III 2019 - bi.go.id · 2 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan III 2019 Bank Indonesia triwulan sebelumnya sebesar 5,05% (yoy). Konsumsi ... dan konsistensi kebijakan moneter

Bank Indonesia Laporan Kebijakan Moneter Triwulan III 2019 i

Bank Indonesia mempunyai satu tujuan tunggal, yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Kestabilan nilai rupiah ini mengandung dua aspek, yaitu kestabilan nilai mata uang terhadap barang dan jasa yang terefleksi dalam inflasi yang stabil, serta kestabilan terhadap mata uang negara lain. Target inflasi tahun 2019 ditetapkan oleh Pemerintah yaitu sebesar 3,5±1%. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, Bank Indonesia melaksanakan kebijakan moneter secara berkelanjutan, konsisten, transparan, dan harus mempertimbangkan kebijakan umum pemerintah di bidang perekonomian. Sesuai dengan bidang tugasnya, Bank Indonesia menempuh bauran kebijakan moneter, makroprudensial, serta sistem pembayaran dan pengelolaan uang rupiah.

Prakata

Dewan GubernurPERRY WARJIYO Gubernur

DESTRY DAMAYANTIDeputi Gubernur Senior

ERWIN RIJANTODeputi Gubernur

Laporan Kebijakan Moneter (LKM) dipublikasikan secara triwulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada bulan Februari, Mei, Agustus, dan November. Laporan ini memiliki dua fungsi utama, yaitu: (i) menyediakan data, analisis dan proyeksi ekonomi untuk mendukung pembentukan ekspektasi, yang merupakan bagian dari kerangka kerja antisipatif dalam perumusan kebijakan moneter; dan (ii) sebagai media bagi Dewan Gubernur untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat luas mengenai berbagai pertimbangan yang melandasi keputusan kebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia.

SUGENG Deputi Gubernur

ROSMAYA HADI Deputi Gubernur

DODY BUDI WALUYO Deputi Gubernur

Page 4: 00 LKM Tw III 2019 - bi.go.id · 2 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan III 2019 Bank Indonesia triwulan sebelumnya sebesar 5,05% (yoy). Konsumsi ... dan konsistensi kebijakan moneter

Bank IndonesiaLaporan Kebijakan Moneter Triwulan III 2019ii

Daftar Isi

1. Ringkasan Eksekutif

Prakata

Dewan Gubernur

Daftar Isi

2. Perkembangan Ekonomi Global

4. Prospek Perekonomian

3. Perkembangan Ekonomi Domestik dan Pasar Keuangan

Perkembangan Ekonomi Dunia

Pasar Komoditas Global

Respons Kebijakan Global

Pasar Keuangan Global

Prospek Perekonomian Global

Prospek Pertumbuhan Ekonomi Global

Prospek Volume Perdagangan dan Harga Komoditas Global

Prospek dan Risiko Perekonomian Domestik

Prospek Inflasi

Risiko Inflasi

Pertumbuhan Ekonomi

Ketenagakerjaan

Neraca Pembayaran Indonesia

Nilai Tukar Rupiah

Inflasi

Perkembangan Moneter, Perbankan, dan Pasar Keuangan

Perkembangan Suku Bunga

Intermediasi Perbankan

Pasar Keuangan Nonbank

Likuiditas Perekonomian

Stabilitas Sistem Keuangan

Box: Determinan dan Prospek Investasi

04

07

08

09

39

39

40

41

44

45

11

18

20

23

25

28

28

30

32

34

35

37

01

i

i

ii

04

39

11

Page 5: 00 LKM Tw III 2019 - bi.go.id · 2 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan III 2019 Bank Indonesia triwulan sebelumnya sebesar 5,05% (yoy). Konsumsi ... dan konsistensi kebijakan moneter

Bank Indonesia Laporan Kebijakan Moneter Triwulan III 2019 1

11111111111 Ringkasan Eksekutif

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 20-21 November 2019 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 5,00%, suku bunga Deposit Facility sebesar 4,25%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 5,75%. Kebijakan moneter tetap akomodatif dan konsisten dengan prakiraan inflasi yang terkendali dalam kisaran target, stabilitas eksternal yang terjaga, serta upaya untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi domestik di tengah perekonomian global yang melambat. Bank Indonesia juga memutuskan untuk menurunkan Giro Wajib Minimum (GWM) Rupiah untuk Bank Umum Konvensional dan Bank Umum Syariah/Unit Usaha Syariah sebesar 50 bps sehingga masing-masing menjadi 5,5% dan 4,0%, dengan GWM Rerata masing-masing tetap sebesar 3,0%, dan berlaku efektif pada 2 Januari 2020. Kebijakan ini ditempuh guna menambah ketersediaan likuiditas perbankan dalam meningkatkan pembiayaan dan mendukung pertumbuhan ekonomi. Strategi operasi moneter juga terus diperkuat untuk menjaga kecukupan likuiditas dan mendukung transmisi bauran kebijakan yang akomodatif.

Instrumen bauran kebijakan Bank Indonesia lainnya juga terus diarahkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Kebijakan makroprudensial tetap akomodatif untuk mendorong penyaluran kredit perbankan dan memperluas pembiayaan bagi perekonomian, dengan tetap mempertahankan terjaganya stabilitas sistem keuangan. Sejalan dengan ini, Bank Indonesia mempertahankan rasio Countercyclical Capital Buffer (CCB) sebesar 0% dan rasio Penyangga Likuiditas Makroprudensial (PLM) sebesar 4% dengan fleksibilitas repo sebesar 4%. Sementara itu, kebijakan sistem pembayaran dan kebijakan pendalaman pasar keuangan terus diperkuat guna mendukung pertumbuhan ekonomi. Ke depan, Bank Indonesia akan mencermati perkembangan ekonomi global dan domestik dalam memanfaatkan ruang bauran kebijakan yang akomodatif untuk menjaga tetap terkendalinya

inflasi dan stabilitas eksternal, serta turut mendukung momentum pertumbuhan ekonomi. Koordinasi Bank Indonesia dengan Pemerintah dan otoritas terkait terus diperkuat guna mempertahankan stabilitas ekonomi, mendorong permintaan domestik, serta meningkatkan ekspor, pariwisata, dan aliran masuk modal asing, termasuk Penanaman Modal Asing (PMA).

Berlanjutnya ketegangan hubungan dagang AS-Tiongkok telah berdampak pada ekonomi dunia 2019 yang terus melambat. Pertumbuhan ekonomi dunia diperkirakan turun dari 3,6% pada 2018 menjadi hanya 3,0% pada 2019. Di AS, perang dagang telah menurunkan pertumbuhan ekonominya dari 2,9% pada tahun 2018 menjadi sekitar 2,3% pada tahun 2019 dengan tertekannya ekspor yang kemudian berdampak pada permintaan domestik, terutama investasi nonresidensial dan konsumsi rumah tangga. Demikian pula, tertekannya ekspor dan investasi berdampak pada pertumbuhan ekonomi Tiongkok yang diperkirakan menurun dari 6,6% pada tahun 2018 menjadi sekitar 6,2% pada 2019. Pertumbuhan ekonomi di Eropa, Jepang, India, dan banyak negara juga mengalami tekanan. Pelonggaran kebijakan moneter berupa penurunan suku bunga dan ekspansi neraca bank sentral di berbagai negara belum mampu mencegah perlambatan ekonomi dunia. Di pasar keuangan global, perkembangan terkini mengindikasikan ketidakpastian pasar keuangan global sedikit mereda sehingga aliran masuk modal asing ke negara berkembang terus berlanjut. Ke depan, pertumbuhan ekonomi dunia berpotensi sedikit membaik, meskipun risiko ketegangan hubungan dagang AS-Tiongkok dan kondisi geopolitik perlu terus dicermati karena dapat memengaruhi pertumbuhan ekonomi domestik dan arus masuk modal asing.

Perekonomian Indonesia tetap berdaya tahan, meskipun sedikit melambat sejalan melemahnya perekonomian global. Pertumbuhan PDB pada triwulan III 2019 tetap stabil dan tercatat 5,02% (yoy), meskipun sedikit melambat dari capaian pertumbuhan

Page 6: 00 LKM Tw III 2019 - bi.go.id · 2 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan III 2019 Bank Indonesia triwulan sebelumnya sebesar 5,05% (yoy). Konsumsi ... dan konsistensi kebijakan moneter

Bank IndonesiaLaporan Kebijakan Moneter Triwulan III 20192

triwulan sebelumnya sebesar 5,05% (yoy). Konsumsi rumah tangga menopang daya tahan pertumbuhan ekonomi nasional didukung oleh terjaganya konsumsi masyarakat berpendapatan rendah dengan penyaluran bantuan sosial Pemerintah, semakin besarnya kelompok masyarakat berpendapatan menengah, serta dampak positif konsistensi kebijakan moneter menjaga stabilitas harga. Investasi bangunan juga tetap tumbuh cukup baik sejalan dengan pembangunan proyek-proyek infrastruktur strategis nasional. Sementara itu, perbaikan ekspor belum kuat akibat permintaan dan harga komoditas global yang menurun, yang kemudian berpengaruh pada menurunnya impor dan melemahnya investasi nonbangunan. Secara spasial, pertumbuhan ekonomi ditopang oleh konsumsi rumah tangga yang tetap kuat di berbagai wilayah, dan pertumbuhan investasi yang tetap baik terkait proyek strategis nasional di Sulawesi, Kalimantan, dan Jawa. Kinerja ekspor di beberapa daerah membaik, termasuk ekspor manufaktur seperti otomotif dari Jawa dan besi baja dari Sulawesi. Pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan membaik pada triwulan IV-2019 sesuai pola musimannya sejalan dengan ekspansi kebijakan fiskal sehingga secara keseluruhan tahun 2019 dapat mencapai sekitar 5,1%.

Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) membaik sehingga menopang ketahanan eksternal Indonesia. Defisit Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) triwulan III 2019 menurun cukup besar yakni dari 2,0 miliar dolar AS pada triwulan sebelumnya menjadi 46 juta dolar AS. Perkembangan positif ini ditopang oleh defisit neraca transaksi berjalan yang membaik dari 8,2 miliar dolar AS (2,9% dari PDB) pada triwulan II 2019 menjadi 7,7 miliar dolar AS (2,7% dari PDB). Surplus transaksi modal dan finansial pada triwulan III 2019 juga tercatat cukup tinggi yakni 7,6 miliar dolar AS sejalan dengan tingginya keyakinan investor terhadap prospek perekonomian domestik dan daya tarik pasar keuangan yang tetap tinggi. Ke depan, NPI secara keseluruhan 2019 diprakirakan mencatat surplus dipengaruhi aliran masuk modal asing yang besar dan defisit transaksi berjalan yang menurun menjadi sekitar 2,7% PDB. Posisi cadangan devisa Indonesia tetap kuat, yang pada akhir Oktober 2019 mencapai 126,7 miliar dolar AS, meningkat dari 124,3 miliar dolar AS pada akhir September 2019. Posisi cadangan devisa tersebut setara

dengan pembiayaan 7,4 bulan impor atau 7,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sebesar 3 bulan impor. Bank Indonesia akan terus memperkuat sinergi kebijakan dengan Pemerintah dan otoritas terkait untuk meningkatkan ketahanan eksternal, termasuk berupaya mendorong peningkatan Penanaman Modal Asing (PMA).

Nilai tukar Rupiah menguat sejalan dengan kinerja Neraca Pembayaran Indonesia yang membaik. Pada November 2019, Rupiah secara rata-rata mengalami apresiasi 0,42%, meskipun secara point to point mengalami depresiasi 0,41% dibandingkan dengan level akhir Oktober 2019. Dengan perkembangan tersebut Rupiah sejak awal tahun sampai dengan 20 November 2019 menguat 2,03% (ytd). Penguatan Rupiah didukung oleh pasokan valas dari para eksportir dan aliran masuk modal asing yang tetap berlanjut didorong prospek ekonomi Indonesia yang tetap terjaga, daya tarik pasar keuangan domestik yang tetap besar, serta ketidakpastian pasar keuangan global yang sedikit mereda. Ke depan, Bank Indonesia memandang nilai tukar Rupiah tetap stabil sesuai dengan fundamentalnya dan mekanisme pasar yang terjaga. Prakiraan ini ditopang oleh prospek NPI yang tetap baik seiring berlanjutnya aliran masuk modal asing ke Indonesia dipicu oleh berlanjutnya berbagai faktor positif. Untuk mendukung efektivitas kebijakan nilai tukar dan memperkuat pembiayaan domestik, Bank Indonesia terus mengakselerasi pendalaman pasar keuangan, baik pasar uang maupun pasar valas.

Inflasi tetap terkendali pada level yang rendah dan stabil. Inflasi IHK pada Oktober 2019 tercatat sebesar 0,02% (mtm), setelah pada bulan sebelumnya mencatat deflasi 0,27% (mtm). Secara tahunan, inflasi IHK Oktober 2019 tercatat 3,13% (yoy), menurun dibandingkan dengan inflasi September 2019 sebesar 3,39% (yoy). Inflasi yang terkendali didorong oleh menurunnya inflasi pada kelompok inti seiring ekspektasi inflasi yang baik dan konsistensi kebijakan moneter menjaga stabilitas harga, permintaan agregat yang terkelola baik, nilai tukar yang bergerak sesuai dengan fundamentalnya, serta pengaruh harga global yang minimal. Kelompok volatile food kembali mengalami deflasi, meskipun tidak sedalam perkembangan bulan sebelumnya. Sementara

Page 7: 00 LKM Tw III 2019 - bi.go.id · 2 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan III 2019 Bank Indonesia triwulan sebelumnya sebesar 5,05% (yoy). Konsumsi ... dan konsistensi kebijakan moneter

Bank Indonesia Laporan Kebijakan Moneter Triwulan III 2019 3

itu, inflasi administered prices tercatat stabil. Dengan perkembangan tersebut, inflasi 2019 secara kumulatif sampai Oktober 2019 tercatat 2,22% (ytd). Bank Indonesia memprakirakan inflasi yang rendah akan berlanjut sehingga inflasi IHK 2019 berada di sekitar 3,1%. Ke depan, Bank Indonesia tetap konsisten menjaga stabilitas harga dan memperkuat koordinasi kebijakan dengan Pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah, guna memastikan inflasi terjaga dalam kisaran sasaran.

Transmisi pelonggaran kebijakan moneter terus berlanjut didukung kecukupan likuiditas perbankan yang memadai serta pasar uang yang stabil dan efisien. Rerata harian volume PUAB pada Oktober 2019 tetap tinggi sebesar Rp18,12 triliun. Likuiditas perbankan juga tetap baik, tercermin pada rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) yang besar yakni 19,43% pada September 2019, tidak jauh berbeda dari kondisi Agustus 2019 sebesar 19,47%. Perkembangan ini memengaruhi penurunan suku bunga PUAB pada semua tenor, termasuk suku bunga PUAB O/N sebagai sasaran operasional kebijakan moneter, yang bergerak di kisaran level suku bunga kebijakan sebesar 5,04% pada Oktober 2019. Rerata tertimbang suku bunga deposito juga menurun 12 bps dibandingkan dengan level September 2019 sehingga tercatat 6,45% pada Oktober 2019. Suku bunga kredit juga mulai menurun, terutama pada kredit investasi dan kredit modal kerja yang masing-masing tercatat sebesar 10,04% dan 10,26%. Sementara itu, pertumbuhan uang beredar dalam arti sempit (M1) dan uang beredar dalam arti luas (M2) pada September 2019 bergerak sejalan dengan pola pertumbuhan ekonomi yakni masing-masing 6,88% (yoy) dan 7,08% (yoy). Ke depan, Bank Indonesia akan terus memastikan kecukupan likuiditas dan meningkatkan efisiensi di pasar uang, serta memperkuat transmisi bauran kebijakan yang akomodatif.

Stabilitas sistem keuangan tetap terjaga, meskipun fungsi intermediasi perbankan menjadi perhatian. Stabilitas sistem keuangan terjaga tercermin

dari rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) perbankan September 2019 yang tinggi yakni 23,19%, dan rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) yang tetap rendah yakni 2,66% (gross) atau 1,18% (net). Kinerja korporasi go public yang tetap terjaga seiring kemampuan membayar yang cukup sehat juga menopang stabilitas sistem keuangan. Namun demikian, pertumbuhan kredit melambat dari 8,59% (yoy) pada Agustus 2019 menjadi 7,89% (yoy) pada September 2019, terutama dipengaruhi permintaan kredit korporasi yang belum kuat. Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada September 2019 tercatat sebesar 7,47% (yoy), menurun dibandingkan dengan pertumbuhan Agustus 2019 sebesar 7,62% (yoy). Dengan mempertimbangkan perkembangan tersebut, pertumbuhan kredit perbankan 2019 diprakirakan sekitar 8% dan ditopang oleh pertumbuhan DPK juga sekitar 8%.

Kelancaran Sistem Pembayaran tetap terjaga, baik tunai maupun nontunai. Posisi Uang Kartal Yang Diedarkan (UYD) tumbuh 4,49% (yoy) pada Oktober 2019, sementara pembayaran nontunai menggunakan Kartu ATM/Debit, Kartu Kredit, dan Uang Elektronik (UE) tumbuh 32,09% (yoy) didominasi oleh instrumen Kartu ATM/Debit dengan pangsa 94,55%. Transaksi UE terus tumbuh tinggi sebesar 268% (yoy), sejalan dengan preferensi masyarakat terhadap uang digital yang terus menguat serta didukung integrasi UE dalam ekosistem digital yang meluas. Ke depan, Bank Indonesia terus meningkatkan peran sistem pembayaran dalam mendukung pertumbuhan ekonomi termasuk secara aktif mendorong transformasi ekonomi dan keuangan digital. Penguatan peran dalam transformasi digital dilakukan melalui pendekatan komprehensif dengan visi baru Sistem Pembayaran Indonesia (SPI) 2025. Dengan pendekatan tersebut, transformasi digital dapat dilakukan secara inklusif dengan mengintegrasikan peran serta seluruh pelaku ekonomi, melalui koordinasi dengan berbagai otoritas dan institusi terkait, dalam sebuah ekosistem digital yang terintegrasi.

Page 8: 00 LKM Tw III 2019 - bi.go.id · 2 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan III 2019 Bank Indonesia triwulan sebelumnya sebesar 5,05% (yoy). Konsumsi ... dan konsistensi kebijakan moneter

Bank IndonesiaLaporan Kebijakan Moneter Triwulan III 20194

2 Perkembangan Ekonomi Global

PERKEMBANGAN EKONOMI DUNIABerlanjutnya ketegangan hubungan dagang AS-Tiongkok telah berdampak pada ekonomi dunia 2019 yang terus melambat. Pertumbuhan ekonomi dunia diperkirakan turun dari 3,6% pada 2018 menjadi hanya 3,0% pada 2019 (Grafik 2.1). Di AS, perang dagang telah menurunkan pertumbuhan ekonominya dari 2,9% pada tahun 2018 menjadi sekitar 2,3% pada tahun 2019 akibat tertekannya ekspor yang kemudian berdampak pada permintaan domestik, terutama investasi nonresidensial dan konsumsi rumah tangga. Di Tiongkok, tertekannya ekspor dan investasi juga berdampak pada pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan menurun dari 6,6% pada tahun 2018 menjadi sekitar 6,2% pada 2019. Pertumbuhan ekonomi di Eropa, Jepang, India, dan banyak negara juga mengalami tekanan. Pelonggaran kebijakan moneter berupa penurunan suku bunga dan ekspansi neraca bank sentral di berbagai negara belum mampu mencegah perlambatan ekonomi dunia. Di pasar keuangan global, perkembangan terkini mengindikasikan ketidakpastian pasar keuangan global sedikit mereda sehingga aliran masuk modal asing ke negara berkembang terus berlanjut. Ke depan, pertumbuhan ekonomi dunia berpotensi sedikit membaik, meskipun risiko ketegangan

Pertumbuhan Ekonomi GlobalGrafi k 2.1 Pertumbuhan Ekonomi ASGrafi k 2.2

Sumber: IMF World Economic Outlook (WEO), diolah

3,6 3,6

-1

0

1

2

3

4

5

6

7

1980

1982

1984

1986

1988

1990

1992

1994

1996

1998

2000

2002

2004

2006

2008

2010

2012

2014

2016

2018

2020

2022

Negara Berkembang

Negara Maju

Dunia (yoy)

%

hubungan dagang AS-Tiongkok dan kondisi geopolitik perlu terus dicermati karena dapat memengaruhi pertumbuhan ekonomi domestik dan arus masuk modal asing.

Perekonomian AS tumbuh melambat terutama akibat ekspor yang tertekan yang kemudian berdampak pada permintaan domestik. Rilis pertama data pertumbuhan ekonomi AS pada triwulan III 2019 tercatat sebesar 2,0% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 2,3% (yoy)-(Grafik 2.2). Kinerja ekspor pada triwulan III 2019 masih tertahan, yaitu hanya tumbuh 0,1% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya mencatat kontraksi 1,7% (yoy). Penurunan ekspor tersebut juga berdampak pada penurunan permintaan domestik, terutama investasi nonresidensial dan konsumsi rumah tangga. Investasi AS mengalami perlambatan terutama disebabkan oleh ketegangan perdagangan AS-Tiongkok yang berdampak pada perlambatan aktivitas produksi sebagaimana tercermin pada utilisasi kapasitas yang tertahan. Perlambatan investasi tercermin dari indikator yang dirilis Institute for Supply Management (ISM) yang menujukkan kontraksi sektor manufaktur dan

Sumber: Bloomberg, diolah

2,0

-3

-2

-1

0

1

2

3

4

5

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

Konsumsi

Investasi Swasta

Ekspor Neto

PDB (yoy)

Pengeluaran Pemerintah

%

Page 9: 00 LKM Tw III 2019 - bi.go.id · 2 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan III 2019 Bank Indonesia triwulan sebelumnya sebesar 5,05% (yoy). Konsumsi ... dan konsistensi kebijakan moneter

Bank Indonesia Laporan Kebijakan Moneter Triwulan III 2019 5

industrial production. Konsumsi domestik melambat akibat personal income dan keyakinan konsumen yang menurun. Di sisi ketenagakerjaan, partisipasi tenaga kerja masih rendah sehingga pertumbuhan upah terbatas.

Tekanan inflasi AS masih rendah disertai dengan ekspektasi inflasi yang tetap rendah. Inflasi IHK pada akhir triwulan III 2019 stabil, yakni tercatat sebesar 1,6% (yoy). Sementara itu, inflasi inti meningkat menjadi 2,4% (yoy) didorong oleh tekanan inflasi housing dan healthcare (Grafik 2.3). Memasuki triwulan IV 2019, tekanan inflasi mulai sedikit meningkat meskipun masih tetap rendah, yaitu sebesar 1,7% (yoy) pada Oktober 2019. Dampak penetapan tarif yang berlaku saat ini terhadap inflasi AS diperkirakan bersifat sementara. Penetapan tarif 25% pada 250 miliar dolar AS produk impor dari Tiongkok berdampak minimal terhadap inflasi karena terdapat indikasi bahwa korporasi Tiongkok belum meningkatkan harga secara penuh. Ekspektasi inflasi tetap rendah tercermin dari Consensus Forecast Oktober 2019 yang menunjukkan proyeksi inflasi 2019 sebesar 1,7%, atau sama dengan proyeksi pada publikasi bulan sebelumnya.

Eskalasi ketegangan hubungan dagang dan risiko geopolitik menyebabkan perlambatan ekonomi Eropa. Perekonomian Eropa pada triwulan III 2019 tumbuh stabil dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya, yakni sebesar 1,2% (yoy)-(Grafik 2.4). Kendati demikian, rilis kedua

Pertumbuhan Ekonomi EropaGrafi k 2.4

Infl asi ASGrafi k 2.3

Sumber: Eurostat

1,2

-3

-2

-1

0

1

2

3

4

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

Konsumsi PemerintahKonsumsi Swasta & LNPRT

Investasi

Ekspor Neto

Inventori

PDB (yoy)

%

1,51,8

1,71,3

2,3

1,7

0,5

1,0

1,5

2,0

2,5

3,0

3,5

Jan-

17M

ar-1

7M

ay-1

7Ju

l-17

Sep-

17No

v-17

Jan-

18M

ar-1

8M

ay-1

8Ju

l-18

Sep-

18No

v-18

Jan-

19M

ar-1

9M

ay-1

9Ju

l-19

Sep-

1920

19 2020

Target 2%

IHK Inti

% yoy

PCE Inti

IHK

PCEProyeksi PCE

Sumber: Fred, Bloomberg, Asesmen BI, diolah

1075319753197531 11 11

2017 2018 2019 2019

2020

pertumbuhan ekonomi triwulan III 2019 tersebut berpotensi untuk direvisi seiring dengan koreksi ke bawah pertumbuhan ekonomi Jerman dan pemburukan indikator manufaktur yang mencapai level terendah sejak 7 tahun. Perlambatan ekonomi Eropa terutama disebabkan oleh perlambatan ekspor dan investasi. Risiko geopolitik di Eropa terkait Brexit juga menjadi faktor pendorong perlambatan ekonomi Eropa. Ekspor Eropa kembali melambat seiring ketidakpastian perekonomian global. Sementara itu, investasi Eropa, baik bangunan maupun nonbangunan melemah sejalan dengan sektor manufaktur yang mengalami perlambatan.

Inflasi Eropa melambat seiring dengan pelemahan aktivitas ekonomi. Inflasi Eropa pada akhir triwulan III 2019 tercatat sebesar 0,8% (yoy), melambat dibandingkan dengan inflasi pada triwulan sebelumnya sebesar 1,3% (yoy)-(Grafik 2.5). Pada Oktober 2019, inflasi Eropa kembali melambat, yakni tercatat sebesar 0,7% (yoy). Secara keseluruhan, inflasi semakin menurun menjauhi target ECB yaitu di bawah 2%, terutama dengan tren menurunnya harga minyak. Inflasi yang rendah terutama didorong oleh penurunan tekanan inflasi makanan dan deflasi energi yang semakin dalam.

Perekonomian Jepang tumbuh moderat karena ekspor yang masih terkontraksi dan permintaan domestik yang belum membaik. Pertumbuhan ekonomi Jepang pada triwulan III 2019 tercatat sebesar 1,3% (yoy), sedikit meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan II 2019 yakni sebesar

Page 10: 00 LKM Tw III 2019 - bi.go.id · 2 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan III 2019 Bank Indonesia triwulan sebelumnya sebesar 5,05% (yoy). Konsumsi ... dan konsistensi kebijakan moneter

Bank IndonesiaLaporan Kebijakan Moneter Triwulan III 20196

1,2% (yoy)-(Grafik 2.6). Kendati demikian, peningkatan tersebut lebih disebabkan oleh base effect. Adapun leading indicator terkini menunjukkan perekonomian Jepang masih melambat. Kontraksi ekspor masih berlanjut di triwulan III 2019, disertai dengan kontraksi sektor manufaktur dan jasa. Hal tersebut menimbulkan pesimisme investor terhadap kondisi bisnis. Kinerja investasi dan produksi menunjukkan penurunan tercermin dari melambatnya indikator machine tools orders seiring dengan penurunan aktivitas industri. Kinerja konsumsi juga belum tumbuh kuat seiring dengan tertahannya konsumsi akibat kenaikan pajak konsumsi sebagai bagian dari konsolidasi fiskal.

Inflasi Jepang masih di bawah target. Inflasi IHK Jepang pada akhir triwulan III 2019 tercatat sebesar 0,2% (yoy), jauh lebih rendah dibandingkan dengan inflasi pada triwulan sebelumnya sebesar 0,7% (yoy) - (Grafik 2.7). Tekanan inflasi yang lebih rendah terutama disebabkan oleh penurunan harga barang tidak tahan lama (non-durable goods). Inflasi IHK pada tahun 2019 diperkirakan masih di bawah 1%, atau jauh di bawah target sebesar 2%. Ke depan, tekanan inflasi diprakirakan masih rendah seiring dengan perkiraan PDB yang masih di bawah potensial serta permasalahan struktural tenaga kerja yang masih terkendala aging population. Selain itu, investasi yang masih lesu berdampak pada penurunan earning full-time worker. Kendati demikian, kenaikan pajak konsumsi diprakirakan akan meningkatkan tekanan inflasi secara temporer.

Perlambatan ekonomi global dan eskalasi ketegangan hubungan dagang juga menyebabkan perlambatan ekonomi Tiongkok. Pertumbuhan ekonomi Tiongkok pada triwulan III 2019 tercatat sebesar 6,0% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 6,2% (yoy) – (Grafik 2.8). Perlambatan ekonomi Tiongkok terutama disebabkan oleh perlambatan investasi akibat ketegangan hubungan dagang AS-Tiongkok. Ekspor Tiongkok secara keseluruhan terus tertekan namun ekspor ke ASEAN tetap tinggi. Hal tersebut mengindikasikan trade diversion – pengalihan tujuan ekspor ke negara lain untuk menghindari pengenaan tarif oleh AS. Selain itu, konsumsi juga masih tertahan

Pertumbuhan Ekonomi JepangGrafi k 2.6 Infl asi JepangGrafi k 2.7

Sumber: Bloomberg, diolah

1,3

-3

-2

-1

0

1

2

3

4

5

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

Konsumsi

Investasi Konsumsi Pemerintah

PDB (yoy)Ekspor Netto

%

Sumber: Bloomberg

0,4

0,20,30,3

-1,0

-0,5

0,0

0,5

1,0

1,5

2,0

2,5

3,0

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9

2015 2016 2017 2018 2019

% yoy

Tokyo IHK

IHK

IHK selain makanan segar

IHK selain makanan dan energi

Infl asi EropaGrafi k 2.5

Sumber: Bloomberg

0,2

0,7

1,1

-2,0-1,5-1,0-0,50,00,51,01,52,02,53,0

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9

2015 2016 2017 2018 2019

Target ECB In�asi IHK 2%

IHK (yoy)IHK Inti(yoy)

IHK (mtm)

%

Page 11: 00 LKM Tw III 2019 - bi.go.id · 2 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan III 2019 Bank Indonesia triwulan sebelumnya sebesar 5,05% (yoy). Konsumsi ... dan konsistensi kebijakan moneter

Bank Indonesia Laporan Kebijakan Moneter Triwulan III 2019 7

karena penurunan ketenagakerjaan dan utang rumah tangga yang tinggi. Perlambatan konsumsi tercermin dari perlambatan penjualan kendaraan bermotor dan penjualan ritel.

Inflasi Tiongkok meningkat karena bahan pangan. Inflasi Tiongkok pada akhir triwulan III 2019 tercatat sebesar 3,0% (yoy) – (Grafik 2.9). Memasuki triwulan IV 2019, inflasi Tiongkok pada Oktober 2019 tercatat sebesar 3,8% (yoy). Peningkatan inflasi masih disebabkan oleh inflasi pangan, sementara tekanan inflasi nonpangan menurun. Kenaikan harga pangan terutama didorong oleh kenaikan harga daging babi akibat wabah African Swine Flu dan kenaikan harga sayuran akibat cuaca buruk.

PASAR KOMODITAS GLOBAL

Perlambatan ekonomi dunia berpengaruh pada perlambatan volume perdagangan dunia. Kontraksi World Trade Volume (WTV) diprakirakan terus berlanjut (Grafik 2.10). Kontraksi volume perdagangan juga sejalan dengan perlambatan permintaan. Di tengah ketegangan hubungan dagang AS-Tiongkok, terdapat indikasi pergeseran rantai pasokan melalui jalur perdagangan ASEAN. Kendati demikian, pergeseran tersebut belum dapat mengimbangi penurunan perdagangan bilateral AS-Tiongkok. Pangsa ekspor ASEAN ke AS hanya 4% dari ekspor Tiongkok ke AS. Ke depan, WTV pada 2020 diperkirakan membaik meski terbatas, ditopang stimulus kebijakan untuk mendorong perekonomian. Perbaikan WTV yang terbatas tersebut juga terindikasi dari PMI new export order sebagian besar negara yang masih kontraksi.

Pelemahan ekonomi global terus menekan harga komoditas. Penurunan harga komoditas disebabkan oleh penurunan harga batu bara, CPO, dan logam (kecuali nikel) - (Tabel 2.1). Penurunan harga batu bara terutama disebabkan oleh penurunan permintaan. Ke depan, harga batu bara diperkirakan masih berada dalam tren menurun seiring dengan masih lemahnya ekonomi global, terutama Tiongkok dan India, serta semakin meningkatnya komitmen untuk mensubstitusi penggunaan batu bara dengan energi ramah lingkungan. Hingga triwulan III 2019, harga CPO masih

Pertumbuhan Ekonomi TiongkokGrafi k 2.8

Infl asi TiongkokGrafi k 2.9 Volume Perdagangan DuniaGrafi k 2.10

6,0

-2

0

2

4

6

8

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III*

2015 2016 2017 2018 2019

%

Sumber: WIND

Ekspor Neto

Investasi

Konsumsi

PDB yoy

Sumber: Bloomberg, diolah

1,5

0,9

15,5

3,8

-10

-5

0

5

10

15

20

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9

2015 2016 2017 2018 2019

% yoy

IHK Makanan

IHK Selain Makanan

IHK IHK Inti

Sumber : WEO Okt 2019 dan WTO Jun 2019

3,0 3,4

2,6

3,0

0

1

2

3

4

5

6

2015 2016 2017 2018 2019f 2020f

% yoy

WTO Annual Report (Jun -19)

IMF WEO Okt -19 (G&S)

Page 12: 00 LKM Tw III 2019 - bi.go.id · 2 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan III 2019 Bank Indonesia triwulan sebelumnya sebesar 5,05% (yoy). Konsumsi ... dan konsistensi kebijakan moneter

Bank IndonesiaLaporan Kebijakan Moneter Triwulan III 20198

relatif rendah. Ke depan, harga CPO berpotensi membaik seiring implementasi kebijakan penggunaan biofuel dan harga soybean oil (substitusi) yang diperkirakan meningkat. Sebagian besar harga logam menurun kecuali nikel. Harga tembaga dan timah menurun seiring kontraksi sektor manufaktur sebagaimana tercermin dari tren penurunan PMI. Sebaliknya, harga nikel meningkat karena larangan ekspor nikel Indonesia mulai tahun 2020. Pelarangan ekspor tersebut diperkirakan semakin meningkatkan defisit nikel global sehingga mendorong harga nikel tetap berada pada level tinggi.

Permintaan yang melemah juga mendorong penurunan harga minyak. Rata-rata harga minyak dalam tren yang menurun karena pelemahan permintaan akibat ketegangan hubungan dagang AS-Tiongkok yang berlanjut. Harga minyak pada akhir triwulan III 2019 bahkan sempat menyentuh USD59,9 per barel (Grafik 2.11). Penurunan harga minyak tersebut berpotensi tertahan seiring dengan ketegangan politik yang meningkat terutama pada akhir triwulan III 2019 dan berpotensi meningkat di triwulan IV 2019. Serangan drone pada fasilitas minyak Arab menyebabkan gangguan produksi secara temporer sebesar 5,7 mbpd. Meski demikian, kapasitas produksi telah kembali normal pada akhir September 2019. Ketegangan geopolitik kembali berlanjut seiring penyerangan rudal terhadap kapal tanker Iran di Selat Hormuz pada 11 Oktober 2019 sehingga berpotensi meningkatkan biaya pengangkutan.

Perkembangan Harga MinyakGrafi k 2.11

63,4

20

30

40

50

60

70

80

2015 2016 2017 2018 2019

USD/Barel

Sumber: Bloomberg

Harga Minyak Brent

Rerata Triwulanan

Selain itu, kemampuan Iran untuk memasok minyak global berkurang seiring pengenaan sanksi terhadap 4 perusahaan shipping Tiongkok yang mengangkut minyak Iran untuk diekspor.

RESPONS KEBIJAKAN GLOBAL

Berbagai negara menempuh kebijakan moneter longgar namun belum mampu mencegah perlambatan ekonomi dunia. Amerika Serikat kembali menurunkan FFR sebesar 25 bps pada Oktober 2019 menjadi 1,50-1,75%. Pelonggaran kebijakan moneter juga ditempuh oleh berbagai bank sentral lain (Bank of Thailand-BoT, Banco Central do Brasil-BCB, Bank of Korea-BOK, Reserve Bank of India-RBI, Bangko Sentral ng Pilipinas-BSP, Reserve Bank of Australia-RBA, dan Banco de Mexico-BdeM) rata-rata sebesar 25 bps pada bulan Oktober-November 2019. Beberapa bank sentral (BCB, RBI, BSP dan Bank Negara Malaysia-BNM) bahkan diperkirakan masih akan menurunkan suku bunga acuan hingga akhir tahun 2019. Sementara itu, ECB dan BoJ diprakirakan akan mempertahankan suku bunga acuannya hingga akhir tahun 2019.

The Fed diprakirakan akan menahan suku bunga kebijakan. Penurunan suku bunga sebesar 25 bps pada Oktober 2019 dinilai cukup untuk menopang pertumbuhan ekonomi yang moderat dan pencapaian sasaran inflasi. Penurunan FFR Oktober 2019 merupakan respons ekstra di tengah inflasi yang persisten rendah. Minutes Federal Open Market Committee (FOMC)

Sumber: Bloomberg, diolah; *data s.d. 6 November 2019

TembagaBatu baraKelapa SawitKaretNikelTimahAluminiumKopiLainnyaIndeks Harga KomoditasEkspor Indonesia

Komoditas 2016 20182019YTD2017

-10,5 27,1 6,76,8 48,2 2,5

21,3 5,7 -19,2-2,2 28,1 -16,8

-15,4 8,9 27,813,1 13,1 0,5-3,5 22,9 7,44,3 -2,9 -15,41,0 6,8 1,2

5,4 21,7 -2,8

-8,0-8,5-8,113,65,0-5,7

-14,0-13,0-0,4

-4,0

Indeks Harga Komoditas Ekspor IndonesiaTabel 2.1

Page 13: 00 LKM Tw III 2019 - bi.go.id · 2 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan III 2019 Bank Indonesia triwulan sebelumnya sebesar 5,05% (yoy). Konsumsi ... dan konsistensi kebijakan moneter

Bank Indonesia Laporan Kebijakan Moneter Triwulan III 2019 9

Economic Policy Uncertainty (EPU) Trade Policy ASGrafi k 2.12

Pasar Saham JepangGrafi k 2.13

Aliran ModalGrafi k 2.14

13,2

829,8

104,4

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

0

10

20

30

40

9 1 5 9 1 5 9 1 5 9 1 5 9 1 5 9 1 5 9 1 5 9 1 5 9 1 5 9

20102011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

IndeksIndeks

Sumber: Bloomberg

VIX

EPU AS (Skala kanan)EPU Trade (Skala kanan)

Sumber: Bloomberg

-0,35-0,30-0,25-0,20-0,15-0,10-0,050,000,050,100,150,20

1500016000170001800019000200002100022000230002400025000

Jan-

17

Apr-1

7

Jul-1

7

Oct-1

7

Jan-

18

Apr-1

8

Jul-1

8

Oct-1

8

Jan-

19

Apr-1

9

Jul-1

9

Oct-1

9

%Indeks

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 10

2017 2018 2019

Saham Nikkei

Yield JGB 10 tahun (Skala kanan)

1,85

1,90

1,95

2,00

2,05

2,10

2,15

0,250,260,270,280,29

0,30,310,320,330,34

Jul-1

8Ju

l-18

Jul-1

8Ju

l-18

Dec-1

8

Jul-1

9Ju

l-19

Jul-1

9Ju

l-19

Jul-1

9

1 3 5 7 9 11 1 3 5 9

2018 2019

7

2,12

0,29

11

Sumber: Bloomberg

miliar USD, akumulasi aliran modal sejak Nov-08

miliar USD, akumulasi aliran modal sejak Nov-08

Aliran Modal Negara Berkembang

Periode Out�ow NegaraBerkembang

Aliran Modal Negara Maju(Skala kanan)

Oktober 2019 mengindikasikan tidak ada rencana penurunan kembali FFR dan mendiskusikan opsi kebijakan lain di tengah terbatasnya ruang penurunan FFR. FOMC November 2019 juga mengindikasikan bahwa the Fed masih akan menahan suku bunga sepanjang tidak terdapat perubahan outlook yang signifikan. Sejalan dengan hal tersebut, pasar juga memprakirakan FFR tetap hingga akhir tahun 2019 dan kembali turun di tahun 2020.

PASAR KEUANGAN GLOBAL

Di pasar keuangan global, perkembangan terkini mengindikasikan ketidakpastian pasar keuangan global sedikit mereda sehingga aliran masuk modal asing ke negara berkembang terus berlanjut. Ketidakpastian pasar keuangan global yang mulai berkurang tercermin dari indikator Economic Policy Uncertainty (EPU) dan Volatility Index (VIX) yang mulai menurun (Grafik 2.12). Hal tersebut turut dipengaruhi oleh de-eskalasi ketegangan hubungan dagang AS-Tiongkok sehingga memperbaiki persepsi pasar. Kendati demikian, risk aversion karena ketegangan hubungan dagang masih relatif tinggi.

Risk averse yang mereda tercermin dari penguatan Japannese Yen (JPY) dan harga emas yang tertahan. Setelah menunjukkan tren penguatan sejak Oktober 2018, penguatan JPY tertahan pada November 2019 (Grafik 2.13). Penurunan yield Japannese Government

Bond (JGB) juga tertahan dan perkembangan terkini mulai menunjukkan peningkatan sejalan dengan pergerakan yield AS yang mulai meningkat. Harga saham Nikkei meningkat sebagai respons atas kebijakan moneter BoJ yang dinilai lebih dovish. Selain itu, harga emas sebagai salah satu safe haven asset juga tertahan dan mulai menunjukkan penurunan.

Aliran modal ke negara berkembang terus berlanjut. Hal tersebut sejalan dengan penguatan mata uang regional, termasuk Rupiah terhadap dolar AS akibat masih kuatnya ekspektasi penurunan suku bunga AS untuk mendorong pertumbuhan ekonomi (Grafik 2.14). Kebijakan moneter global yang longgar, sedikit meredanya ketidakpastian pasar keuangan global, serta

Page 14: 00 LKM Tw III 2019 - bi.go.id · 2 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan III 2019 Bank Indonesia triwulan sebelumnya sebesar 5,05% (yoy). Konsumsi ... dan konsistensi kebijakan moneter

Bank IndonesiaLaporan Kebijakan Moneter Triwulan III 201910

positioning investor ke negara berkembang yang masih underweight juga menjadi faktor pendorong aliran modal ke negara berkembang yang masih berlanjut. Aliran modal ke negara berkembang juga sejalan dengan penurunan risiko negara EM (EMBI spread) yang mencapai level 316,88 dan risiko Indonesia (CDS) yang menurun mencapai level 74,03– (Grafik 2.15). Ke depan, pertumbuhan ekonomi dunia berpotensi sedikit membaik, meskipun risiko ketegangan hubungan dagang AS-Tiongkok dan kondisi geopolitik perlu terus dicermati karena dapat memengaruhi arus masuk modal asing.

EMBI dan CDSGrafi k 2.15

708090100110120130140150160170

250

300

350

400

450

500

1

CDS Indonesia (Skala kanan)

EMBI Spread

Indeks Indeks

7 93 5 7 9 11 1 5

2018 2019

3 11

Sumber: Bloomberg; Data s.d. 14 November 2019

316,88

74,03

3

Page 15: 00 LKM Tw III 2019 - bi.go.id · 2 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan III 2019 Bank Indonesia triwulan sebelumnya sebesar 5,05% (yoy). Konsumsi ... dan konsistensi kebijakan moneter

Bank Indonesia Laporan Kebijakan Moneter Triwulan III 2019 11

3 PERKEMBANGAN EKONOMI DOMESTIK DAN PASAR KEUANGAN

PERTUMBUHAN EKONOMI

Perekonomian Indonesia tetap baik, meskipun sedikit melambat sejalan melemahnya perekonomian global. Pertumbuhan PDB pada triwulan III 2019 tercatat 5,02% (yoy), sedikit melambat dari capaian pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 5,05% (yoy) (Tabel 3.1). Konsumsi rumah tangga menopang daya tahan pertumbuhan ekonomi nasional didukung oleh terjaganya konsumsi masyarakat berpendapatan rendah dengan penyaluran bantuan sosial pemerintah, semakin besarnya kelompok masyarakat berpendapatan menengah, serta dampak positif konsistensi kebijakan moneter menjaga stabilitas harga. Investasi bangunan juga tetap tumbuh cukup baik sejalan dengan pembangunan proyek-proyek infrastruktur strategis nasional. Sementara itu, perbaikan ekspor belum kuat akibat permintaan dan harga komoditas global yang menurun, yang kemudian berpengaruh pada menurunnya impor dan melemahnya investasi nonbangunan. Secara spasial, pertumbuhan ekonomi ditopang oleh konsumsi rumah tangga yang tetap kuat di berbagai wilayah, dan pertumbuhan investasi yang tetap baik terkait proyek strategis nasional

di Sulawesi, Kalimantan, dan Jawa. Kinerja ekspor di beberapa daerah membaik, termasuk ekspor manufaktur seperti otomotif dari Jawa dan besi baja dari Sulawesi. Pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan membaik pada triwulan IV-2019 sesuai pola musimannya sejalan dengan ekspansi kebijakan fiskal sehingga secara keseluruhan tahun 2019 dapat mencapai sekitar 5,1%.

Permintaan domestik, terutama konsumsi rumah tangga, menjadi penopang pertumbuhan ekonomi Indonesia di tengah berlangsungnya pelemahan ekonomi global. Konsumsi rumah tangga pada triwulan III 2019 tetap tumbuh tinggi mencapai 5,01% (yoy), meskipun melambat dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 5,17% (yoy). Pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang tetap tinggi didorong antara lain oleh konsumsi dari kelompok pendapatan masyarakat berpendapatan rendah yang tetap baik. Hal ini tercermin dari Nilai Tukar Petani (NTP) yang tumbuh positif dan berada pada tren meningkat, serta Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) kelompok konsumen dengan pengeluaran Rp1-2 juta per bulan yang berada pada zona positif (di atas 100) (Grafik 3.1 dan Grafik 3.2). Di

% yoy

Sumber: BPS

I II III IV IIIIIIKonsumsi Rumah TanggaKonsumsi Lembaga Nonpro�t Melayani Rumah TanggaKonsumsi PemerintahInvestasi

Investasi BangunanInvestasi Nonbangunan

EksporImporPDB

Komponen PDB Pengeluaran2018

2017 20182019

4,94 4,94 5,16 5,00 5,08 5,05 5,02 5,17 5,016,93 8,10 8,75 8,59 10,79 9,08 16,95 15,28 7,442,13 2,71 5,20 6,27 4,56 4,80 5,21 8,25 0,986,15 7,94 5,85 6,96 6,01 6,67 5,03 5,01 4,216,24 6,16 5,02 5,66 5,02 5,45 5,48 5,46

3,705,03

5,90 13,56 8,33 10,73 8,96 10,31 3,69 1,958,91 5,94 7,65 8,08 4,33 6,48 -1,86 -1,98 0,028,06 12,64 15,17 14,02 7,10 12,04 -7,36 -6,78 -8,615,07 5,06 5,27 5,17 5,18 5,17 5,07 5,05 5,02

Pertumbuhan Ekonomi Sisi PengeluaranTabel 3.1

Page 16: 00 LKM Tw III 2019 - bi.go.id · 2 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan III 2019 Bank Indonesia triwulan sebelumnya sebesar 5,05% (yoy). Konsumsi ... dan konsistensi kebijakan moneter

Bank IndonesiaLaporan Kebijakan Moneter Triwulan III 201912

samping itu, kebijakan stimulus fiskal pemerintah melalui penyaluran bantuan sosial, seperti Program Keluarga Harapan (PKH) dan Bantuan Pangan Nontunai (BPNT) yang terus berlangsung turut berdampak positif dalam menopang konsumsi rumah tangga, khususnya bagi kelompok berpendapatan rendah (Grafik 3.3).

Pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang tetap solid didukung oleh pangsa kelas menengah yang makin besar dan kredibilitas kebijakan dalam menjaga stabilitas harga sehingga daya beli tetap terjaga. Perubahan struktural dalam komposisi jumlah penduduk, yakni peningkatan porsi jumlah penduduk berpendapatan menengah menjadi salah satu faktor

penopang kinerja konsumsi tetap berdaya tahan. Porsi jumlah penduduk kelas menengah di Indonesia dalam dua dekade terakhir meningkat dari 23,0% menjadi 61,5% (Grafik 3.4). Konsumsi kelas menengah yang solid juga tercermin dari IKK pada kelompok konsumen dengan pengeluaran Rp2-5 juta per bulan yang tetap positif. Peningkatan kelas menengah tersebut berkontribusi terhadap penguatan konsumsi rumah tangga, didukung pula oleh stabilitas harga sehingga daya beli tetap terjaga. Inflasi pada triwulan III 2019 tetap terkendali sebesar 3,39% (yoy), dan berada pada kisaran target 3,5%±1%. Terkendalinya inflasi tersebut tidak terlepas dari kebijakan moneter yang secara konsisten diarahkan untuk menjaga stabilitas harga,

Indeks Keyakinan KonsumenGrafi k 3.2

Realisasi Bantuan SosialGrafi k 3.3

Porsi Middle Class di IndonesiaGrafi k 3.4

Sumber: Bank Indonesia

123,2

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)

121,8

Pengeluaran Rp1- 2 juta125,6

125,1

Pengeluaran Rp2-5 juta123,9

121,8

Pengeluaran >Rp5 juta

123,0

122,5

100

80

90

100

110

120

130

140

I II III IV I II III IV I II III 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2017 2018 2019 2018 2019

Indeks

OPTIM

ISPE

SIMIS

Sumber: Kemenkeu RI

Bansos

16,4

8,2

gBansos (skala kanan)

-7,2

96,7

-100

-50

0

50

100

150

200

250

05

1015202530354045

I II III IV I II III IV I II III 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2017 2018 2019 2019

% yoyRp Triliun

%70

60

50

40

30

20

10

02000 2002 2004 2006 2008 2010 2012 2014 2016 2019

23,0

61,5

24,6

1,2

Upper Middle Class

Sumber: PovcalNet World Bank, diolah

Middle Class

NTP dan Upah Buruh TaniGrafi k 3.1

Sumber: BPS, diolah

Nilai Tukar Petani

0,8 0,7

Upah Buruh Tani (riil)

0,20,1

-2

-1

0

1

2

3

4

I II III IV I II III IV I II III 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2017 2018 2019 2018 2019

%yoy

Page 17: 00 LKM Tw III 2019 - bi.go.id · 2 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan III 2019 Bank Indonesia triwulan sebelumnya sebesar 5,05% (yoy). Konsumsi ... dan konsistensi kebijakan moneter

Bank Indonesia Laporan Kebijakan Moneter Triwulan III 2019 13

didukung pula oleh kuatnya sinergi dan koordinasi antara Bank Indonesia dengan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dalam pengendalian inflasi.

Konsumsi lembaga nonprofit yang melayani rumah tangga (LNPRT) cukup tinggi, meskipun melambat seiring dengan berlalunya pelaksanaan pemilihan umum (Pemilu). Pertumbuhan LNPRT pada triwulan III 2019 tercatat cukup tinggi 7,44% (yoy), meskipun lebih rendah dari capaian triwulan sebelumnya sebesar 15,28% (yoy). Sementara itu, konsumsi pemerintah termoderasi akibat realisasi belanja barang yang lebih rendah dan penyesuaian pengeluaran pemerintah di tengah penerimaan yang lebih rendah dari prakiraan, akibat aktivitas ekonomi yang terdampak perlambatan ekonomi dunia.

Investasi bangunan tetap tumbuh tinggi dan berkontribusi dalam menopang permintaan domestik (Grafik 3.5). Pertumbuhan investasi bangunan pada triwulan III 2019 cukup tinggi sebesar 5,03% (yoy), meskipun lebih rendah dari capaian pada triwulan sebelumnya 5,46% (yoy). Pertumbuhan investasi bangunan didorong oleh pembangunan proyek strategis nasional yang terus berlanjut, seperti infrastruktur jalan, bandara, pelabuhan, jalur kereta api, bendungan, dan pembangunan kawasan ekonomi yang berlangsung di berbagai wilayah. Kinerja investasi bangunan juga ditopang oleh perkembangan di sektor properti, seiring

dengan penjualan dari beberapa pengembang besar perumahan yang meningkat, serta pembangunan industri smelter nikel dan bauksit oleh pelaku swasta. Kinerja investasi bangunan yang masih kuat tercermin dari penjualan semen dan impor barang modal khususnya barang konstruksi, yang kembali meningkat pada akhir triwulan III 2019 (Grafik 3.6).

Kinerja investasi nonbangunan masih melemah sehingga menahan laju pertumbuhan investasi secara keseluruhan. Investasi nonbangunan tumbuh 1,95% (yoy) pada triwulan III 2019, lebih rendah dari pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 3,70% (yoy). Perlambatan investasi nonbangunan sejalan dengan perbaikan ekspor yang masih terbatas. Hal itu terindikasi dari penjualan alat angkut dan alat berat untuk mendukung kegiatan di lapangan usaha pertambangan yang mengalami penurunan (Grafik 3.7). Perkembangan tersebut memengaruhi pertumbuhan investasi secara keseluruhan yang tercatat 4,21% (yoy) pada triwulan III 2019, lebih rendah dari pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 5,01% (yoy). Pertumbuhan investasi nonbangunan diprakirakan baru akan kembali membaik pada triwulan IV 2019, terindikasi dari hasil survei kegiatan dunia usaha (SKDU) yang menunjukkan perbaikan investasi pada akhir tahun sejalan dengan keyakinan pelaku usaha yang kembali membaik (Grafik 3.8).

Kontribusi Pertumbuhan InvestasiGrafi k 3.5 Penjualan Semen dan Impor Barang ModalGrafi k 3.6

Sumber: BPS, diolah

Bangunan

3,70

Nonbangunan

0,52

Investasi

4,21

-10123456789

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2016 2017 2018 2019

%

Sumber: Asosiasi Semen Indonesia, Bank Indonesia

Impor Barang Modal

-5,0

6,7

-1,9

Penjualan Semen-1,0

-20

-10

0

10

20

30

40

50

I II III IV I II III IV I II III 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9

2017 2018 2019 2018 2019

% yoy

Page 18: 00 LKM Tw III 2019 - bi.go.id · 2 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan III 2019 Bank Indonesia triwulan sebelumnya sebesar 5,05% (yoy). Konsumsi ... dan konsistensi kebijakan moneter

Bank IndonesiaLaporan Kebijakan Moneter Triwulan III 201914

Kinerja ekspor membaik, meskipun belum cukup kuat untuk menopang pertumbuhan ekonomi. Ekspor pada triwulan III 2019 tumbuh 0,02% (yoy), membaik dari kinerja pada triwulan sebelumnya yang mengalami kontraksi sebesar 1,98% (yoy), di tengah penurunan permintaan dunia dan pelemahan harga komoditas global (Grafik 3.9). Perkembangan ekspor yang sedikit membaik tersebut didorong oleh peningkatan ekspor nonmigas dan sebagai dampak positif dari negara tujuan ekspor yang lebih terdiversifikasi (Grafik 3.10). Peningkatan ekspor nonmigas tersebut antara lain didorong oleh ekspor manufaktur seperti kendaraan bermotor yang masih kuat ke negara ASEAN dan Arab Saudi. Di samping itu, ekspor

produk pertambangan dan penggalian juga mengalami peningkatan, seperti ekspor emas yang meningkat seiring persetujuan tambahan kuota ekspor, serta ekspor bijih mineral yang meningkat didorong oleh frontloading ekspor nikel ke Tiongkok sebelum pemberlakuan larangan ekspor, serta tambahan kuota ekspor tembaga. Kinerja ekspor yang membaik juga didukung oleh kontraksi ekspor migas yang berkurang. Ekspor produk minyak bumi meningkat, khususnya untuk pemenuhan campuran aspal pembangunan infrastruktur di Malaysia. Selain itu, kontraksi ekspor gas juga lebih terbatas didukung oleh kelancaran pasokan gas.

Prompt Manufacturing Index (PMI) dan InvestasiGrafi k 3.8

Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha-Bank Indonesia

545352515049484746454443

14

12

10

8

6

4

2

0

PMI SKDU (Skala kanan)

52,0

Investasi-SKDU

12,2

8,2

2016

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV-F

2017 2018 2019

% SBT%

Kontribusi Ekspor Migas dan NonmigasGrafi k 3.9

Sumber: BPS, diolah

Ekspor Barang-NonMigas

1,37

Ekspor Barang-Migas

-0,90

Ekspor Jasa

-0,45

Total Ekspor

0,02

-10

-5

0

5

10

15

20

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2016 2017 2018 2019

%

Ekspor Nonmigas RiilGrafi k 3.10

Sumber: Bank Indonesia

Total -3,4

-1,5Manufaktur

-3,8

-2,9

Pertanian

-5,1

-4,4

Pertambangan

-7,0

2,3

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

50

I III I III I III I III 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9

2016 2017 2018 2019 2018 2019

% yoy

Penjualan Alat BeratGrafi k 3.7

Sumber: United Tractors

PertanianKonstruksi

Kehutanan Pertambangan-48,2

Total Alat Berat (skala kanan)

-54,6-80-60-40-20020406080100120

-80-60-40-20

020406080

100120140

I III I III I III I III 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9

2016 2017 2018 2019 2017 2018 2019

% % yoy

Page 19: 00 LKM Tw III 2019 - bi.go.id · 2 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan III 2019 Bank Indonesia triwulan sebelumnya sebesar 5,05% (yoy). Konsumsi ... dan konsistensi kebijakan moneter

Bank Indonesia Laporan Kebijakan Moneter Triwulan III 2019 15

Perbaikan ekspor dan investasi nonbangunan yang belum kuat tersebut kemudian berpengaruh pada menurunnya impor. Impor menurun 8,61% (yoy) pada triwulan III 2019, lebih dalam dari perkembangan impor pada triwulan sebelumnya yang menurun 6,78% (yoy) (Grafik 3.11). Penurunan bersumber terutama dari impor nonmigas yang berlangsung merata (broad based), baik pada barang modal, bahan baku, maupun barang konsumsi (Grafik 3.12). Penurunan impor bahan baku dipengaruhi oleh kinerja industri manufaktur berbasis ekspor yang belum sepenuhnya membaik. Impor barang modal juga menurun sejalan dengan permintaan alat angkut yang berkurang untuk mendukung kegiatan di lapangan usaha pertambangan. Sementara itu, impor barang konsumsi menurun seiring dengan pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang menurun. Sejalan dengan penurunan impor barang tersebut, impor jasa pengangkutan barang (freight) juga mengalami penurunan.

Penurunan impor dipengaruhi oleh dampak dari bauran kebijakan Pemerintah, Bank Indonesia dan otoritas lainnya yang telah ditempuh untuk mengurangi defisit neraca transaksi berjalan. Program Biodiesel 20 (B20), serta kebijakan pemerintah terkait kewajiban penjualan minyak mentah (crude) dari Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) di dalam negeri turut berkontribusi pada penurunan impor migas, terutama impor minyak mentah dan minyak jadi. Penurunan impor diperkirakan akan berlanjut sejalan

dengan penerapan kebijakan lainnya seperti penerapan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN), serta rencana percepatan Program Biodiesel 30 (B30).

Dari sisi lapangan usaha (LU), pertumbuhan ekonomi ditopang terutama oleh perbaikan kinerja sektor sekunder dan sektor tersier. Perbaikan sektor sekunder pada triwulan III 2019 didorong oleh pertumbuhan LU industri pengolahan yang meningkat. Di sektor tersier, sebagian besar LU menunjukkan pertumbuhan yang meningkat dan tetap tinggi. Sementara itu, kinerja sektor primer mengalami perlambatan, terutama dipengaruhi oleh LU pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan yang tumbuh lebih lambat di tengah perbaikan LU pertambangan dan penggalian (Tabel 3.2).

Kinerja sektor primer melambat dipengaruhi oleh LU pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan yang tumbuh lebih rendah.1 LU pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan tumbuh 3,08% (yoy) pada triwulan III 2019, melambat dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 5,33% (yoy). Perlambatan tersebut antara lain disebabkan oleh telah selesainya masa panen dan pengaruh dari musim kemarau yang cukup panjang sehingga memengaruhi produksi pertanian, khususnya produksi tanaman pangan dan hortikultura. Pertumbuhan yang lebih rendah

1 Sektor usaha primer meliputi: 1) LU Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan; dan 2) Pertambangan dan Penggalian.

Impor Nonmigas RiilGrafi k 3.12

Sumber: Bank Indonesia

Total Impor-6,6

4,3

Barang Konsumsi

-12,1-0,2

Bahan Baku

Barang Modal

-5,0

6,6

-30

-20-10

0

10

20

30

40

50

60

I III I III I III I III 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9

2016 2017 2018 2019 2018 2019

% yoy

Kontribusi Impor Migas dan NonmigasGrafi k 3.11

Sumber: BPS, diolah

Impor Barang -NonMigas

-4,74

Impor Barang -Migas -3,86

Impor Jasa Impor Barang dan Jasa

-8,61 -10

-5

0

5

10

15

20

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2016 2017 2018 2019

%

Page 20: 00 LKM Tw III 2019 - bi.go.id · 2 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan III 2019 Bank Indonesia triwulan sebelumnya sebesar 5,05% (yoy). Konsumsi ... dan konsistensi kebijakan moneter

Bank IndonesiaLaporan Kebijakan Moneter Triwulan III 201916

tersebut juga tercermin dari kinerja ekspor komoditas perkebunan, seperti minyak kelapa sawit, perikanan, dan kopi yang menunjukkan pelemahan.

Kinerja LU pertambangan dan penggalian membaik ditopang oleh peningkatan ekspor. LU pertambangan dan penggalian tumbuh sebesar 1,94% (yoy) pada triwulan III 2019, lebih baik dari triwulan sebelumnya yang sempat mengalami penurunan sebesar 0,71% (yoy). Perbaikan pertumbuhan tersebut didorong oleh sub-LU tambang bijih logam sejalan dengan peningkatan produksi nikel, emas, dan perak. Selain itu, sub-LU tambang batubara tetap tumbuh tinggi. Perbaikan kinerja LU pertambangan dan penggalian searah dengan peningkatan ekspor emas dan nikel yang dipengaruhi oleh tambahan kuota ekspor dan permintaan dari Tiongkok yang tetap tinggi.

Kinerja sektor sekunder membaik sejalan dengan kenaikan pertumbuhan LU industri pengolahan. 2 Pada triwulan III 2019, kinerja LU industri pengolahan mencatatkan pertumbuhan yang meningkat menjadi 4,15% (yoy), dari 3,54% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Perbaikan pertumbuhan LU industri pengolahan terutama didorong oleh sub-LU industri

2 Sektor usaha sekunder meliputi: LU Industri Pengolahan

makanan dan minuman, sub-LU industri logam dasar, dan sub-LU otomotif. Perbaikan sub-LU industri makanan dan minuman terindikasi dari beberapa pelaku utama di industri makanan dan minuman yang mencatatkan peningkatan penjualan pada triwulan III 2019. Sementara itu, perbaikan kinerja sub-LU industri logam dasar tercermin dari peningkatan produksi logam, seperti nikel, emas, dan tembaga di beberapa pemain utama industri logam dasar. Permintaan ekspor produk otomotif ke beberapa negara ASEAN dan Arab Saudi juga turut mendorong peningkatan kinerja sub-LU otomotif. Perkembangan LU industri pengolahan yang membaik juga terindikasi dari Indeks Tendensi Bisnis (ITB) manufaktur yang meningkat pada triwulan III 2019.

Sebagian besar LU di sektor tersier membaik dan turut menopang momentum pertumbuhan ekonomi yang terus berlanjut. 3 Kinerja LU di sektor tersier seperti LU listrik, gas, air bersih, dan pengadaan air (LGA), LU perdagangan, dan penyediaan akomodasi dan mamin (PHR), LU transportasi, pergudangan, informasi, dan komunikasi (Transkom), serta LU jasa keuangan, real estat, dan jasa perusahaan tumbuh lebih

3 Sektor tersier meliputi LU: 1) Perdagangan dan Penyediaan Akomodasi dan Mamin; 2) Transportasi, Pergudangan, Informasi, dan Komunikasi; 3) Jasa Keuangan, Real Estate, dan Jasa Perusahaan; 4) Jasa-jasa lainnya; 5) LU Listrik, Gas, Air Bersih, dan Pengadaan Air; 6) Konstruksi

% yoy

Sumber: BPS

III IVI II IIIIIIPertanian, Peternakan, Kehutanan, dan PerikananPertambangan dan PenggalianIndustri PengolahanListrik, Gas, Air Bersih, dan Pengadaan Air *KonstruksiPerdagangan dan Penyediaan Akomodasi dan Mamin**Transportasi, Pergudangan, Informasi dan Komunikasi***Jasa Keuangan, Real Estat, dan Jasa Perusahaan****Jasa-jasa Lainnya*****PDB

Komponen PDB Lapangan Usaha 2017 201820192018

*) Penggabungan 2 lap. usaha: (i) Pengadaan Listrik dan Gas dan (ii) Pengadaan Air**) Penggabungan 2 lap. usaha: (i) Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Motor serta (ii) Penyediaan akomodasi dan***) Penggabungan 2 lap. usaha: (i) Transportasi dan Pergudangan serta (ii) Informasi dan Komunikasi****) Penggabungan 3 lap. usaha: (i) Jasa Keuangan, (ii) Real Estate dan (iii) Jasa Perusahaan *****) Penggabungan 4 lap. usaha: (i) Adm. Pemerintahan, Pertahanan, Jaminan Sosial Wajib, (ii) Jasa Pendidikan, (iii) Jasa Kesehatan dan Kegiatan lainnya dan (iv) Jasa Lainnya

3,87 3,34 4,72 3,66 3,87 3,91 5,33-0,713,542,655,694,807,886,078,395,05

0,66 1,06 2,65 2,67 2,25 2,163,081,944,153,815,654,868,026,956,435,02

4,29 4,60 3,88 4,35 4,25 4,271,76 3,33 7,29 5,62 5,64 5,476,80 7,35 5,73 5,79 5,58 6,094,63 5,02 5,29 5,39 4,68 5,109,12 8,12 6,70 7,01 6,35 7,035,43 4,63 4,22 4,47 6,13 4,874,37 6,01 6,85 7,68 6,82 6,855,07 5,06 5,27 5,17 5,18 5,17

1,822,323,864,485,915,387,367,327,105,07

Pertumbuhan Ekonomi Sisi Lapangan UsahaTabel 3.2

Page 21: 00 LKM Tw III 2019 - bi.go.id · 2 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan III 2019 Bank Indonesia triwulan sebelumnya sebesar 5,05% (yoy). Konsumsi ... dan konsistensi kebijakan moneter

Bank Indonesia Laporan Kebijakan Moneter Triwulan III 2019 17

tinggi pada triwulan III 2019 dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya. Peningkatan kinerja LU LGA tercermin dari konsumsi listrik yang meningkat, terutama pada pelanggan rumah tangga dan bisnis, serta proyek strategis nasional ketenagalistrikan yang terus berlangsung. Perbaikan pertumbuhan LU PHR didorong oleh peningkatan kegiatan perdagangan besar dan eceran, antara lain terkait dengan perdagangan suku cadang kendaraan bermotor. Perbaikan pada sektor transportasi dan pergudangan terutama terjadi pada angkutan laut, dan jasa penunjang angkutan/pos/kurir. Perbaikan jasa keuangan didorong oleh kontribusi jasa perantara keuangan yang meningkat, antara lain dipengaruhi oleh peningkatan pengelolaan dana pensiun dan asuransi. Sementara itu, pertumbuhan LU konstruksi juga tetap tinggi sejalan dengan pembangunan PSN yang terus berlangsung dan perbaikan di sektor properti. Hal ini terindikasi dari perbaikan penjualan semen dan impor barang konstruksi.

Secara spasial, pertumbuhan ekonomi ditopang oleh konsumsi rumah tangga yang tetap kuat, dan pertumbuhan investasi yang tetap baik di berbagai wilayah (Gambar 3.1). Pertumbuhan konsumsi

Sumber : BPS, diolah

Aceh 3,76Sumut 5,11Riau 2,74Sumbar 5,16Jambi 4,31

Kepri 4,89Bengkulu 4,95Kep.Babel 3,05Sumsel 5,69Lampung 5,16

Sulut 5,20Gorontalo 6,67Sulteng 6,07Sulbar 4,67Sulsel 7,21Sultra 6,18

Maluku 5,24Maluku Utara 4,12Papua -15,11Papua Barat 2,96

Banten 5,41Jakarta 6,07Jawa Barat 5,14Jawa Tengah 5,66Jawa Timur 5,32Yogyakarta 6,01

Bali 5,34NTB 6,26NTT 3,87

Kalbar 4,95Kalteng 5,31Kalsel 3,72Kaltim 6,89Kaltara 6,53

PDRB ≥ 7,0%

6,0% ≤ PDRB < 7,0%

5,0% ≤ PDRB < 6,0%

4,0% ≤ PDRB < 5,0%

0% ≤ PDRB < 4,0%

PDRB < 0%

SUMATERA (21%) KALIMANTAN (8%) SULAWESI (6%)

MALUKU-PAPUA (2%)JAWA (59%) BALI -NUSA TENGGARA (3%)

I I II III20192018

4,34

4,64 4,714,46 4,49

4,55 4,61

II III IV

I I II III20192018

5,70 5,655,72

5,82

5,67 5,565,67

II III IV

I I2018

3,24 3,35 3,525,49 5,59 5,92

5,41

II III IV

I I II III20192018

3,77 3,56

-0,74

4,36 4,68 5,03 5,28

II III IV

I I2018

6,83 6,74 6,886,18 6,51

6,73

II III IV

6,44

I I II III20192018

17,1517,56

6,64-9,43-9,63

-13,12-7,43

II III IV

II III2019

II III2019

Pertumbuhan Ekonomi Regional Triwulan III 2019Gambar 3.1

rumah tangga tetap kuat di berbagai wilayah. Kinerja investasi di Sulawesi, Kalimantan, dan Jawa tetap baik sejalan dengan pembangunan proyek strategis nasional yang terus berlangsung, antara lain pembangunan Refinery Development Master Plan (RDMP) Kilang dan sarana distribusi pertambangan di Kalimantan, pembangunan pabrik industri turunan nikel di Sulawesi, serta pembangunan infrastruktur jalan, kereta api, dan bendungan di Jawa.

Kinerja ekspor di beberapa daerah membaik. Kegiatan ekspor di Sulawesi menunjukkan peningkatan, antara lain peningkatan ekspor bijih nikel dari Sulawesi Tenggara untuk memenuhi permintaan di Tiongkok, dan peningkatan ekspor semen dari Sulawesi Selatan ke Australia. Peningkatan ekspor juga berlangsung di NTB dipengaruhi oleh meningkatnya ekspor bijih tembaga, dan meningkatnya ekspor semen dari NTT. Peningkatan ekspor lainnya juga berlangsung di Jawa, yakni peningkatan ekspor manufaktur seperti otomotif untuk memenuhi permintaan di beberapa negara ASEAN dan Arab Saudi.

Page 22: 00 LKM Tw III 2019 - bi.go.id · 2 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan III 2019 Bank Indonesia triwulan sebelumnya sebesar 5,05% (yoy). Konsumsi ... dan konsistensi kebijakan moneter

Bank IndonesiaLaporan Kebijakan Moneter Triwulan III 201918

KETENAGAKERJAAN

Kondisi ketenagakerjaan menunjukkan perbaikan sejalan dengan momentum pertumbuhan ekonomi yang tetap terjaga. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada Agustus 2019 tercatat 5,28%, turun dari 5,34% pada Agustus 2018. Sesuai polanya, TPT Agustus 2019 tersebut sedikit meningkat dibandingkan dengan TPT pada Februari 2019 sebesar 5,01% (Tabel 3.3). Penurunan TPT tersebut juga disertai dengan perbaikan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) pada Agustus 2019 menjadi 67,49%, lebih tinggi dibandingkan dengan TPAK pada Agustus 2019 sebesar 67,26%. Perbaikan TPAK didorong oleh meningkatnya penduduk usia produktif yang masuk ke dalam angkatan kerja. Pekerja penuh pada Agustus 2019 meningkat 1,74% (yoy) dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya menjadi 89,97 juta orang. Sementara itu, pekerja tidak penuh yakni terutama pekerja yang setengah penganggur menurun 0,97% (yoy) menjadi 8,13 juta orang.

Penurunan tingkat pengangguran didorong terutama oleh penurunan tingkat pengangguran di perkotaan. TPT di perkotaan pada Agustus 2019 tercatat 6,31%, turun dari 6,45% pada Agustus 2018. Penurunan ini lebih besar dibandingkan penurunan TPT di perdesaan dari 4,04% menjadi 3,99% (Grafik 3.13). Penurunan pengangguran yang lebih besar di perkotaan dipengaruhi antara lain oleh pembangunan infrastruktur

yang tengah berlangsung, dan peningkatan ketersediaan lapangan kerja di bidang jasa perdagangan. Di samping itu, tetap rendah dan menurunnya TPT di perdesaan turut ditopang oleh program stimulus fiskal yang terus berlangsung, seperti dana desa.

Penurunan tingkat pengangguran juga dipengaruhi oleh serapan tenaga kerja formal yang membaik. Tenaga kerja yang terserap sektor formal pada Agustus 2019 meningkat 4,7% (yoy) menjadi 56,02 juta orang. Peningkatan serapan tenaga kerja di sektor formal bersumber terutama dari peningkatan jumlah pekerja tetap (buruh/karyawan) sebesar 4,9% (yoy) yang merupakan peningkatan tertinggi sejak Agustus 2015.

Tingkat Pengangguran TerbukaGrafi k 3.13

Sumber: BPS

%8

7

6

5

4

3Total

5,61

Kota Desa

5,50 5,34 5,28

6,60 6,796,45

2016 Agustus2017 Agustus2018 Agustus2019 Agustus

6,31

4,514,01 4,04 3,99

Sumber: BPS

Juta orang

AguPenduduk Usia Produktif (15+)1

2

345

Angkatan Kerja- Bekerja - Pekerja Penuh - Pekerja Tidak Penuh - Setengah Penganggur - Paruh Waktu- PengangguranBukan Angkatan KerjaTingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%)Tingkat Pengangguran Terbuka (%)

FebNo Kegiatan Utama

2016 2017 2018 2019

187,58 189,09 190,60 192,08 193,55 194,78 196,46 197,91127,67 125,44 131,55 128,06 133,94 131,01 136,18 133,56120,65 118,41 124,54 121,02 127,07 124,01 129,36 126,5184,32 86,18 87,00 87,20 87,08 88,43 90,50 89,9736,33 32,23 37,54 33,82 39,99 35,58 38,86 36,5410,46 8,97 9,49 9,14 9,71 8,21 9,53 8,1325,87 23,26 28,05 24,68 30,28 27,37 29,33 28,417,02 7,03 7,01 7,04 6,87 7,00 6,82 7,05

59,91 63,65 59,05 64,02 59,61 63,77 60,28 64,3568,06 66,34 69,02 66,67 69,20 67,26 69,32 67,495,50 5,61 5,33 5,50 5,13 5,34 5,01 5,28

AguFebAguFebAguFeb

KetenagakerjaanTabel 3.3

Page 23: 00 LKM Tw III 2019 - bi.go.id · 2 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan III 2019 Bank Indonesia triwulan sebelumnya sebesar 5,05% (yoy). Konsumsi ... dan konsistensi kebijakan moneter

Bank Indonesia Laporan Kebijakan Moneter Triwulan III 2019 19

sejalan dengan pertumbuhan LU industri pengolahan yang membaik pada triwulan III 2019. Di sektor tersier, kontribusi peningkatan penyerapan tenaga kerja bersumber dari LU perdagangan, hotel, dan restoran (PHR), dan LU jasa lainnya, yang masing-masing meningkat 5,0% (yoy) dan 4,4% (yoy). Peningkatan tersebut sejalan dengan LU PHR yang meningkat pada triwulan III 2019 dipengaruhi oleh aktivitas perdagangan besar dan eceran domestik yang tetap tumbuh. Sementara itu, peningkatan penyerapan tenaga kerja di LU jasa-jasa lainnya didorong oleh membaiknya penyerapan tenaga kerja yang bergerak di bidang jasa perusahaan, jasa pendidikan, dan kesehatan.

Peningkatan tersebut juga tercermin dari indeks job vacancy yang tetap tinggi (>100). Sementara itu, serapan tenaga kerja di sektor informal mengalami penurunan. Hal ini terindikasi dari kontribusi penyerapan yang menurun dari 56,84% pada Agustus 2018 menjadi 55,72% pada Agustus 2019 (Grafik 3.14 dan Grafik 3.15).

Peningkatan penyerapan tenaga kerja terutama di sektor sekunder dan tersier. Penyerapan tenaga kerja di lapangan usaha (LU) industri pengolahan pada Agustus 2019 meningkat 3,7% (yoy) menjadi 18,9 juta orang (Tabel 3.4). Peningkatan penyerapan tersebut

Indeks Job VacancyGrafi k 3.15

2010 20122011 2013 20152014 20172016 2018 2019

Sumber: Bank Indonesia

140

120

100

80

60

40

20

0

100,3

Indeks

Agustus

Sumber: BPS

Juta orang

123456789

No Lapangan Pekerjaan Utama2017 % yoy

(Agu 2019)Kontribusi

(% yoy)2018 2019

38,739,71,4

17,10,77,2

30,35,83,6

18,9124,54

35,91,4

17,00,38,1

28,25,83,8

20,5121,0

35,7 -3,1-2,13,75,92,55,02,75,44,42,0

38,11,4

18,20,77,6

33,36,13,8

20,1129,4

34,51,4

18,90,48,5

32,36,54,1

19,4126,0

-0,90

0,60

0,21,20,10,20,72,0

1,518,30,38,3

30,76,33,9

18,6123,5

1,417,90,87,1

31,76,13,6

19,9127,1

Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan PerikananPertambangan dan PenggalianIndustri PengolahanListrik, Gas, Air Bersih, dan Pengadaan AirKonstruksiPerdagangan dan Penyediaan Akomodasi dan MaminTransportasi, Pergudangan, Informasi dan KomunikasiJasa Keuangan, Real Estat, dan Jasa PerusahaanJasa-jasa LainnyaTotal

AguFeb AguFeb AguFeb

Delta Tenaga Kerja Berdasarkan SektorTabel 3.4

Pangsa Tenaga KerjaGrafi k 3.14

Sumber: BPS

Formal

Informal57,0 56,8 55,7

44,343,243,0

2007

80

70

60

50

40

30

20

%

2008

2009

2010

2011

2012

2013

2014

2015

2016

2017

2018

2019

Agustus

Page 24: 00 LKM Tw III 2019 - bi.go.id · 2 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan III 2019 Bank Indonesia triwulan sebelumnya sebesar 5,05% (yoy). Konsumsi ... dan konsistensi kebijakan moneter

Bank IndonesiaLaporan Kebijakan Moneter Triwulan III 201920

Secara spasial, penurunan tingkat pengangguran terjadi di sebagian besar wilayah di Indonesia. Pada Agustus 2019, penurunan TPT terjadi di 23 provinsi (Grafik 3.16) dengan penurunan TPT tertinggi di Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara sejalan dengan membaiknya kinerja ekspor batubara di Kalimantan serta di Sulawesi Utara seiring dengan perbaikan kegiatan ekonomi di LU perdagangan dan konstruksi. Berbagai pembangunan infrastruktur konektivitas dan kawasan industri serta realisasi penggunaan dana desa dan bantuan sosial turut berperan dalam mendorong kegiatan ekonomi di daerah, dan juga mendorong penyerapan tenaga kerja.

NERACA PEMBAYARAN INDONESIA

Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) membaik sehingga menopang ketahanan eksternal Indonesia pada triwulan III 2019. Defisit Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan III 2019 menurun cukup besar yakni dari 2,0 miliar dolar AS pada triwulan sebelumnya menjadi 46 juta dolar AS. Perkembangan positif tersebut ditopang oleh defisit neraca transaksi berjalan yang membaik serta surplus transaksi modal dan finansial yang cukup tinggi (Grafik 3.17). Kondisi ini menunjukkan ketahanan eksternal ekonomi Indonesia yang tetap terjaga, di tengah kondisi ekonomi global yang terus melambat dan harga komoditas global yang menurun.

Defisit neraca transaksi berjalan membaik didukung oleh menurunnya defisit neraca perdagangan migas di tengah surplus neraca perdagangan nonmigas yang stabil. Defisit neraca transaksi berjalan tercatat sebesar 7,7 miliar dolar AS (2,7% dari PDB) pada triwulan III 2019, lebih rendah dibandingkan dengan defisit pada triwulan sebelumnya yang mencapai 8,2 miliar dolar AS (2,9% dari PDB) (Grafik 3.18). Perbaikan kinerja neraca transaksi berjalan terutama ditopang oleh meningkatnya surplus neraca perdagangan barang, sejalan dengan menurunnya defisit neraca perdagangan

Neraca Pembayaran IndonesiaGrafi k 3.17

Sumber: Bank Indonesia; *angka sementara **angka sangat sementara

Transaksi Berjalan

Transaksi Modal dan FinansialNeraca Keseluruhan

-7,7

7,6

0,05

-15

-10

-5

0

5

10

15

20

I II III IV I II III IV I* II* III* IV* I* II* III**

2016 2017 2018 2019

Miliar Dolar AS

Perubahan Agustus 2019 (Skala kanan)

-1,0-0,8-0,6-0,4-0,20,00,20,40,6

0123456789

Aceh

Sum

ater

a Uta

ra

Sum

ater

a Bar

at

Riau

Jam

bi

Sum

ater

a Sela

tan

Beng

kulu

Lam

pung

Bang

ka Be

litun

g

Kepu

lauan

Riau

DKI J

akar

ta

Jawa

Bara

t

Jawa

Teng

ah

D.I. Y

ogya

karta

Jawa

Tim

ur

Bant

en Bali

Nusa

Teng

gara

Bara

t

Nusa

Teng

gara

Tim

ur

Kalim

anta

n Bar

at

Kalim

anta

n Ten

gah

Kalim

anta

n Sela

tan

Kalim

anta

n Tim

ur

Kalim

anta

n Uta

ra

Sulaw

esi U

tara

Sulaw

esi T

enga

h

Sulaw

esi S

elata

n

Sulaw

esi T

engg

ara

Goro

ntalo

Sulaw

esi B

arat

Maluk

u

Maluk

u Uta

ra

Papu

a Bar

at

Papu

a

Tota

l

%

Sumber: BPS, diolah

%

Agustus 2018 Agustus 19

Tingkat Pengangguran Terbuka Berdasarkan ProvinsiGrafi k 3.16

Page 25: 00 LKM Tw III 2019 - bi.go.id · 2 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan III 2019 Bank Indonesia triwulan sebelumnya sebesar 5,05% (yoy). Konsumsi ... dan konsistensi kebijakan moneter

Bank Indonesia Laporan Kebijakan Moneter Triwulan III 2019 21

migas di tengah surplus neraca perdagangan nonmigas yang stabil. Membaiknya defisit neraca perdagangan migas dipengaruhi oleh impor migas yang menurun sejalan dengan dampak positif kebijakan pengendalian impor, misalnya program B20. Sementara itu, surplus neraca perdagangan nonmigas tercatat stabil di tengah perekonomian dunia yang melambat dan harga komoditas ekspor Indonesia yang menurun. Defisit neraca transaksi berjalan yang membaik juga didukung oleh penurunan defisit neraca pendapatan primer akibat lebih rendahnya repatriasi dividen dan pembayaran bunga utang luar negeri.

Surplus transaksi modal dan finansial meningkat, sejalan dengan tingginya keyakinan investor terhadap prospek perekonomian domestik dan daya tarik pasar keuangan yang tetap tinggi. Surplus transaksi modal dan finansial tercatat cukup tinggi yakni sebesar 7,6 miliar dolar AS pada triwulan III 2019, lebih tinggi dibandingkan dengan surplus pada triwulan sebelumnya sebesar 6,5 miliar dolar AS (Grafik 3.19). Peningkatan surplus transaksi modal dan finansial terutama didukung oleh membaiknya kinerja investasi portofolio, seiring meningkatnya aliran masuk modal asing pada aset keuangan domestik. Kondisi tersebut mencerminkan keyakinan investor yang masih tinggi terhadap prospek perekonomian domestik serta daya tarik pasar keuangan yang tetap tinggi. Peningkatan surplus juga disebabkan oleh menurunnya defisit investasi lainnya yang dipengaruhi oleh penarikan neto

pinjaman luar negeri sektor swasta dan lebih rendahnya pembayaran neto pinjaman luar negeri pemerintah.

Aliran masuk modal asing terus meningkat pada Oktober 2019. Setelah mencatat inflow sebesar 4,8 miliar dolar AS pada triwulan III 2019, aliran masuk modal asing terus menunjukkan peningkatan (Grafik 3.20). Pada Oktober 2019, aliran masuk modal asing mencapai 4,7 miliar dolar AS. Kinerja positif tersebut didorong oleh aliran masuk dari sektor publik khususnya pada instrumen international bonds dan SUN Rupiah sejalan dengan imbal hasil aset domestik yang tetap menarik serta nilai tukar yang tetap terjaga.

Transaksi Modal dan FinansialGrafi k 3.19

Sumber: Bank Indonesia; *angka sementara **angka sangat sementara

-2,31,3

-8,4

1,8

-7,7-2,7

-8

-6

-4

-2

0

2

4

-14-12-10-8-6-4-202468

I II III IV I II III IV I* II* III* IV* I* II* III**2016 2017 2018 2019

Miliar Dolar AS % PDB

Neraca Jasa Neraca PerdaganganNeraca Pendapatan Primer Neraca Pendapatan SekunderTransaksi Berjalan De�sit TB/PDB (%) (skala kanan)

Aliran Modal AsingGrafi k 3.20

Sumber: Bank Indonesia; Data s.d. 30 Oktober 2019

Miliar Dolar AS

Net Sektor Publik

Net Sektor Swasta

Liabilitas Investasi Portofolio

4,00,74,7

-4

-2

0

2

4

6

8

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 92017 2018 2019

Transaksi BerjalanGrafi k 3.18

Sumber: Bank Indonesia; *angka sementara **angka sangat sementara

Investasi LangsungInvestasi Lainnya

Investasi Portofolio

Transaksi Modal dan Finansial

4,8

-1,1 -2,1

4,8

7,6

-10

-5

0

5

10

15

20

I II III IV I II III IV I* II* III* IV* I* II* III**

2016 2017 2018 2019

Miliar Dolar AS

Page 26: 00 LKM Tw III 2019 - bi.go.id · 2 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan III 2019 Bank Indonesia triwulan sebelumnya sebesar 5,05% (yoy). Konsumsi ... dan konsistensi kebijakan moneter

Bank IndonesiaLaporan Kebijakan Moneter Triwulan III 201922

Neraca PerdaganganGrafi k 3.21

Sumber: BPS, diolah

Nonmigas

Migas

Total

-0,83

0,99

0,16

-3

-2

-1

0

1

2

3

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9

2016 2017 2018 2019

Miliar Dolar ASCadangan DevisaGrafi k 3.22

126,7

7,1

012345678910

0

30

60

90

120

150

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9

2016 2017 2018 2019

BulanMiliar Dolar AS

Sumber: Bank Indonesia

Cadangan Devisa

Bulan Impor dan PembayaranUtang Pemerintah (Skala kanan)

ditopang oleh meningkatnya kinerja ekspor nonmigas dari 13,27 miliar dolar AS menjadi 14,0 miliar dolar AS pada Oktober 2019. Peningkatan ekspor tersebut terutama untuk komoditas bahan bakar mineral, bijih, kerak dan abu logam, alas kaki, serta kendaraan dan bagiannya. Sementara itu, kinerja impor nonmigas juga meningkat didorong oleh impor barang modal seperti mesin/peralatan listrik serta besi dan baja, sejalan dengan kinerja investasi.

Defisit neraca perdagangan migas sedikit meningkat dipengaruhi oleh kenaikan impor migas. Neraca perdagangan migas mencatat defisit sebesar 0,83 miliar dolar AS pada Oktober 2019, sedikit meningkat dibandingkan dengan defisit pada bulan sebelumnya sebesar 0,76 miliar dolar AS. Peningkatan defisit tersebut didorong naiknya impor migas terutama dalam bentuk hasil minyak dan gas, sedangkan impor minyak mentah turun. Adapun kinerja ekspor migas juga meningkat dari 0,83 miliar dolar AS menjadi 0,93 miliar dolar AS, didorong oleh naiknya ekspor minyak mentah dan gas.

Cadangan devisa tetap kuat untuk mendukung ketahanan eksternal. Posisi cadangan devisa Indonesia tercatat sebesar 126,7 miliar dolar AS pada akhir Oktober 2019, meningkat dibandingkan dengan posisi pada akhir September 2019 sebesar 124,3 miliar dolar AS (Grafik 3.22). Peningkatan cadangan devisa pada Oktober 2019 terutama dipengaruhi oleh penerbitan global bond pemerintah, penerimaan devisa migas, dan penerimaan

Memasuki awal triwulan IV 2019, neraca perdagangan mencatat surplus di tengah kondisi ekonomi global yang terus melambat dan harga komoditas yang menurun. Neraca perdagangan Indonesia pada Oktober 2019 mencatat surplus 0,16 miliar dolar AS, membaik dari kondisi bulan sebelumnya yang mencatat defisit 0,16 miliar dolar AS (Grafik 3.21). Surplus tersebut terutama didukung oleh kenaikan surplus neraca perdagangan nonmigas yang disebabkan oleh kinerja ekspor nonmigas yang membaik. Ekspor nonmigas pada Oktober 2019 tumbuh -2,48% (yoy), lebih baik dibandingkan bulan sebelumnya yang tumbuh -2,70% (yoy), di tengah kondisi global yang semakin melambat. Sementara itu, defisit neraca perdagangan migas meningkat disebabkan oleh peningkatan impor migas yang lebih tinggi dibandingkan dengan ekspor migas. Namun, secara kumulatif sampai dengan Oktober 2019, defisit neraca perdagangan migas membaik menjadi 7,27 miliar dolar AS, dibandingkan dengan 10,82 miliar dolar AS di periode yang sama tahun sebelumnya. Penurunan tersebut sejalan dengan impor nonmigas yang menurun didukung kebijakan substitusi impor.

Surplus neraca perdagangan nonmigas meningkat sejalan dengan kinerja ekspor nonmigas yang membaik. Neraca perdagangan nonmigas pada Oktober 2019 tercatat surplus 0,99 miliar dolar AS, lebih tinggi dibandingkan dengan surplus pada bulan sebelumnya sebesar 0,60 miliar dolar AS. Perkembangan tersebut

Page 27: 00 LKM Tw III 2019 - bi.go.id · 2 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan III 2019 Bank Indonesia triwulan sebelumnya sebesar 5,05% (yoy). Konsumsi ... dan konsistensi kebijakan moneter

Bank Indonesia Laporan Kebijakan Moneter Triwulan III 2019 23

valas lainnya. Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 7,4 bulan impor atau 7,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.

Ke depan, NPI secara keseluruhan 2019 diprakirakan mencatat surplus dipengaruhi aliran masuk modal asing yang besar dan defisit transaksi berjalan yang menurun menjadi sekitar 2,7% PDB. Bank Indonesia senantiasa mencermati perkembangan global yang dapat memengaruhi prospek NPI, seperti pertumbuhan ekonomi global yang terus melambat serta volume perdagangan dunia dan harga komoditas global yang menurun. Bank Indonesia juga akan terus memperkuat sinergi kebijakan dengan Pemerintah dan otoritas terkait untuk meningkatkan ketahanan eksternal termasuk berupaya mendorong peningkatan Penanaman Modal Asing (PMA).

NILAI TUKAR RUPIAH

Nilai tukar Rupiah menguat sejalan dengan kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) yang membaik. Pada November 2019, Rupiah secara rata-rata mengalami apresiasi 0,42%, meskipun secara point to point mengalami depresiasi 0,41% dibandingkan dengan level pada akhir Oktober 2019 (Grafik 3.23). Dengan perkembangan tersebut Rupiah sejak awal tahun sampai dengan 20 November 2019 menguat 2,03% (ytd). Penguatan Rupiah didukung oleh pasokan valas dari para eksportir dan aliran masuk modal asing yang tetap berlanjut didorong prospek ekonomi Indonesia yang tetap terjaga, daya tarik pasar keuangan domestik yang tetap besar, serta ketidakpastian pasar keuangan global yang sedikit mereda.

Dinamika Rupiah Triwulan III 2019 menopang ketahanan eksternal. Pada triwulan III 2019, Rupiah mengalami penguatan sebesar 0,95% secara rerata (Grafik 3.24). Perkembangan tersebut didukung pasokan supply valas di pasar valas domestik terutama berasal dari eksportir dan penjualan valas nasabah nonresiden

untuk pembelian aset domestik. Aliran masuk modal asing masih berlanjut ditopang persepsi positif investor terhadap perekonomi Indonesia ke depan yang tetap terjaga dan daya tarik pasar keuangan domestik yang tetap besar. Perekonomian yang kondusif tersebut juga tercermin dari inflasi yang rendah dan stabil serta posisi cadangan devisa yang masih tetap tinggi sampai dengan triwulan III 2019. Selain itu, keputusan Bank Indonesia menurunkan suku bunga kebijakan BI7DRR sejak Juli 2019 turut memberikan sentimen positif pada Rupiah. Dinamika Rupiah tersebut juga sejalan dengan pergerakan mayoritas mata uang negara peers yang dipengaruhi optimisme negosiasi perjanjian dagang

Pegerakan Nilai Tukar RupiahGrafi k 3.23

Sumber: Reuters, diolah; Data s.d. 20 November 2019

Rerata Triwulanan

Rerata Bulanan 14.095

14.05414.091

13.250

13.500

13.750

14.000

14.250

14.500

14.750

15.000

15.250

15.500

1 3 4 5 6 7 8 9 10

2018

IDR/USD

2 11 12 2

2019

31 54 86 7 119 10

Apresiasi/Depresiasi Nilai Tukar Peers TriwulananGrafi k 3.24

Sumber: Reuters, Bloomberg, diolah, data s.d. 31 September 2019

3,472,50

0,950,47

-0,41-0,86

-1,17-2,29

-2,77-1,06

-2,10-1,27

2,52-0,07

-0,48-1,06

-1,33-2,17

-2,60-3,48

-3,94-4,13-7,42

-7,39

-8 -6 -4 -2 0 2 4 6

TRYJPYIDR

PHPMYRSGDINR

KRWCNYEURZARBRL

point-to-pointrerata

Tw.III 2019 vs Tw.II 2019

%

Page 28: 00 LKM Tw III 2019 - bi.go.id · 2 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan III 2019 Bank Indonesia triwulan sebelumnya sebesar 5,05% (yoy). Konsumsi ... dan konsistensi kebijakan moneter

Bank IndonesiaLaporan Kebijakan Moneter Triwulan III 201924

antara AS dan Tiongkok sehingga ketidakpastian pasar keuangan global sedikit mereda serta prospek kebijakan moneter global yang lebih longgar. Kondisi tersebut pada gilirannya memberikan sentimen positif penguatan Rupiah sehingga menopang ketahanan eksternal sejalan dengan kinerja NPI yang membaik.

Apresiasi Rupiah berlanjut pada Oktober dan November 2019. Pada bulan Oktober 2019, Rupiah secara point to point menguat sebesar 1,13% (ptp) kendati secara rerata sedikit melemah 0,09% (Grafik 3.25). Penguatan tersebut berlanjut pada November 2019, yakni Rupiah secara rata-rata mengalami apresiasi 0,42%, meskipun secara point to point mengalami depresiasi 0,41% (Grafik 3.26). Perkembangan tersebut tercermin pada pasar valas domesik yang kembali mencatatkan net jual yang berasal dari nonresiden untuk pembelian aset domestik. Sejalan dengan hal tersebut pasar obligasi juga melanjutkan net inflow terutama pada instrumen obligasi negara dan SBSN. Selain faktor domestik berupa persepsi positif investor terhadap fundamental perekonomian dan daya tarik tarik pasar keuangan domestik yang tetap besar, keputusan Bank Indonesia yang kembali menurunkan BI7DRR sebesar 25bps sesuai dengan ekspektasi pelaku pasar turut mewarnai dinamika Rupiah. Selain itu, rilis data perekonomian Indonesia pada triwulan III 2019 tumbuh 5,02% (yoy), relatif sama dengan capaian pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 5,05% (yoy) juga turut mewarnai dinamika Rupiah. Perkembangan

Rupiah yang menguat tidak terlepas dari sentimen positif global terhadap mata uang negara berkembang. Ketidakpastian pasar keuangan dunia sedikit menurun didukung pengaruh sentimen global terkait optimisme kesepakatan dagang “phase one” antara AS-Tiongkok sehingga memberikan sentimen positif terhadap mata uang negara berkembang, termasuk Rupiah.

Pergerakan Rupiah ditopang volatilitas yang terjaga. Volatilitas Rupiah pada triwulan III 2019 menurun dibandingkan dengan volatilitas pada triwulan sebelumnya. Volatilitas Rupiah pada triwulan III 2019 tersebut juga lebih rendah dibandingkan dengan volatilitas rata-rata negara kawasan. Sementara itu, secara tahunan per 20 November 2019 volatilitas Rupiah stabil dan di bawah volatilitas rata-rata negara kawasan yang sebesar 10,49% (Grafik 3.27). Volatilitas Rupiah tersebut juga masih lebih rendah dibandingkan dengan volatilitas mata uang rand Afrika Selatan, real Brasil dan lira Turki. Adapun secara bulanan, volatilitas Rupiah pada Oktober 2019 menurun dibandingkan volatilitas pada bulan September 2019 dan melanjutkan penurunan memasuki bulan November 2019 (per 20 November 2019).

Ke depan, Bank Indonesia memandang nilai tukar Rupiah tetap stabil sesuai dengan fundamentalnya dan mekanisme pasar yang terjaga. Prakiraan ini ditopang oleh prospek NPI yang tetap baik seiring berlanjutnya aliran masuk modal asing ke Indonesia

Apresiasi/Depresiasi Nilai Tukar BulananGrafi k 3.25

Sumber: Reuters, Bloomberg, diolah, data s.d. 20 November 2019

3,791,521,36

0,66-1,12

-2,50-2,63

-3,97-5,32-5,46

-6,71

- 8,11-14,13

7,203,15

1,482,03

0,04-0,76

-2,86-2,22

-3,46-5,06

-7,58-2,89

-7,01

-20 -15 -10 -5 0 5 10

THBPHPJPYIDRSGDMYRINRCNYEUR

KRWBRLZARTRY

point-to-pointrerata

2019 vs 2018

%

Apresiasi/Depresiasi Nilai Tukar YTDGrafi k 3.26

Sumber: Reuters, Bloomberg, diolah, data s.d. 20 November 2019

1,751,16

0,950,91

0,800,56

0,420,32

0,15-0,50

-0,66-1,05

-0,550,06

0,320,41

-0,011,94

-0,41-0,03

-0,80-1,24

-0,15-4,28

-5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3

KRWCNYMYRTRYSGDZARIDRTHBEURINRJPYBRL

point-to-pointrerata

November vs Oktober 2019

%

Page 29: 00 LKM Tw III 2019 - bi.go.id · 2 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan III 2019 Bank Indonesia triwulan sebelumnya sebesar 5,05% (yoy). Konsumsi ... dan konsistensi kebijakan moneter

Bank Indonesia Laporan Kebijakan Moneter Triwulan III 2019 25

dipicu oleh berlanjutnya berbagai faktor positif. Namun demikian, sejumlah potensi risiko terkait dinamika perang dagang, kondisi ekonomi global yang belum kondusif, serta pelemahan rupiah sejalan pola musiman pembelian valas akhir tahun tetap perlu untuk diwaspadai. Untuk mendukung efektivitas kebijakan nilai tukar dan memperkuat pembiayaan domestik, Bank Indonesia terus mengakselerasi pendalaman pasar keuangan, baik pasar uang maupun pasar valas.

INFLASI

Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada triwulan III 2019 tetap terkendali dalam sasaran inflasi. Inflasi IHK tercatat 0,15% (qtq), menurun dari 1,69% (qtq) pada triwulan sebelumnya. Penurunan inflasi disebabkan oleh deflasi pada kelompok volatile food dan administered prices di tengah meningkatnya inflasi inti. Kelompok volatile food mengalami deflasi yang cukup dalam, yakni sebesar 1,63% (qtq) setelah pada triwulan sebelumnya mencatatkan inflasi yang cukup tinggi 5,58% (qtq). Deflasi pada kelompok volatile food didukung terjaganya pasokan seiring dengan masuknya periode panen. Kelompok administered prices juga mencatat deflasi sebesar 0,75% (qtq), menurun dari inflasi sebesar 0,55% (qtq) pada triwulan sebelumnya, seiring dengan berlanjutnya koreksi pada tarif angkutan udara. Sementara itu, inflasi inti pada triwulan III 2019 meningkat dari 0,82% (qtq) pada triwulan II 2019

Infl asiGrafi k 3.28

Sumber: BPS, diolah

3,13

Inti

3,20

Volatile Food

4,82

Administered Prices

1,58-4

0

4

8

12

16

20

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9

2016 2017 2018 2019

% yoy%,

IHK

menjadi 1,06% (qtq). Peningkatan inflasi inti terutama disebabkan oleh meningkatnya harga emas perhiasan sejalan dengan tingginya permintaan.

Memasuki triwulan IV 2019, inflasi IHK tetap terkendali pada level yang rendah dan stabil. Inflasi IHK pada Oktober 2019 tercatat 0,02% (mtm), setelah pada bulan sebelumnya deflasi 0,27% (mtm). Inflasi yang tetap rendah tersebut ditopang oleh menurunnya inflasi pada kelompok inti dan deflasi pada kelompok volatile food. Sementara itu, inflasi administered prices tercatat stabil. Inflasi inti yang menurun terutama dipengaruhi oleh melambatnya harga emas perhiasan, sedangkan komoditas lainnya seperti mi serta nasi dan lauk masih menjadi penyumbang inflasi. Sementara itu, kelompok volatile food kembali mengalami deflasi ditopang oleh ketersediaan pasokan yang memadai seiring dengan masuknya periode panen. Di sisi lain, inflasi kelompok administered prices tercatat stabil disumbang terutama oleh komoditas rokok sejalan dengan kenaikan harga cukai rokok secara gradual di tengah berlanjutnya deflasi tarif angkutan udara. Dengan perkembangan tersebut, inflasi IHK sampai dengan bulan Oktober 2019 mencapai 2,22% (ytd), atau secara tahunan tercatat 3,13% (yoy), menurun dibandingkan dengan inflasi September 2019 sebesar 3,39% (yoy) (Grafik 3.28).

Inflasi inti terus menurun sehingga menopang terkendalinya inflasi IHK. Inflasi inti tercatat sebesar 0,17% (mtm) pada Oktober 2019, lebih rendah dibandingkan dengan inflasi pada bulan sebelumnya

Volatilitas Nilai Tukar TahunanGrafi k 3.27

Sumber: Reuters, Bloomberg, diolah, data s.d. 20 November 2019

22,7 19,3 30,4 8,5 6,9 5,7 9,3 5,5

18,7 17,5 16,7

7,4 5,8 6,6 6,3 5,0

10,49

0

5

10

15

20

25

30

35

ZAR BRL TRY IDR THB PHP INR MYR

2018YTD 2019rerata YTD 2019

%

Page 30: 00 LKM Tw III 2019 - bi.go.id · 2 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan III 2019 Bank Indonesia triwulan sebelumnya sebesar 5,05% (yoy). Konsumsi ... dan konsistensi kebijakan moneter

Bank IndonesiaLaporan Kebijakan Moneter Triwulan III 201926

Ekspektasi Infl asi Consensus ForecastGrafi k 3.30

Sumber: Consensus Forecast

Ekspektasi In�asi 2017 Ekspektasi In�asi

2018Ekspektasi In�asi

20193,10

Ekspektasi In�asi 2020 3,40

00,51,01,52,02,53,03,54,04,55,0

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11

2017 2018 2019

% yoy

sebesar 0,29% (mtm). Berdasarkan kelompoknya, penurunan inflasi inti ditopang oleh penurunan inflasi inti traded dan nontraded (Grafik 3.29). Penurunan inflasi inti traded terutama dipengaruhi oleh apresiasi nilai tukar rupiah dan tekanan harga komoditas global yang minimal. Selain itu, penurunan inflasi inti traded juga disebabkan oleh penurunan inflasi pada kelompok nonfood yang bersumber dari melambatnya harga emas perhiasan seiring dengan menurunnya ketidakpastian global pada Oktober 2019. Sementara itu, inflasi inti nontraded juga menurun yang terutama bersumber dari perlambatan inflasi pada kelompok jasa pendidikan sejalan dengan telah berlalunya periode ajaran baru. Secara tahunan, inflasi inti pada Oktober 2019 tercatat 3,20% (yoy), melambat dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya sebesar 3,32% (yoy). Inflasi inti yang terkendali pada Oktober 2019 tidak terlepas dari konsistensi kebijakan Bank Indonesia dalam mengarahkan ekspektasi inflasi, termasuk dalam menjaga pergerakan nilai tukar sesuai fundamentalnya. Terjangkarnya ekspektasi inflasi pada bulan Oktober dalam kisaran sasaran inflasi tercermin dari hasil survei Consensus Forecast (CF) Oktober 2019 yang stabil pada 3,20% (average, yoy) dan menurun menjadi 3,10% (average, yoy) di November 2019. (Grafik 3.30).

Harga kelompok volatile food kembali mengalami deflasi sejalan dengan pasokan yang memadai. Kelompok volatile food mengalami deflasi 0,47% (mtm) pada Oktober 2019, lebih kecil dibandingkan

dengan deflasi bulan sebelumnya sebesar 2,26% (mtm) (Grafik 3.31). Deflasi pada kelompok volatile food terutama disebabkan oleh koreksi harga komoditas cabai merah, telur ayam ras, cabai rawit, dan bawang putih (Tabel 3.5). Koreksi harga terutama dipengaruhi oleh pasokan yang memadai seiring dengan masuknya periode panen di berbagai sentra produksi. Sementara itu, komoditas daging ayam ras, bawang merah, beras, ketimun, tomat sayur, dan jeruk mengalami kenaikan harga, sehingga menahan deflasi lebih lanjut. Kenaikan harga pada komoditas bawang merah dan beras sejalan dengan berakhirnya masa panen raya di berbagai sentra produksi dan pasokan yang mulai berkurang. Secara tahunan, inflasi volatile food tercatat 4.82% (yoy),

Infl asi Inti Traded vs Nontraded Grafi k 3.29

Sumber: BPS, diolah

Inti3,20

Inti Traded

3,33

3,09

0,00,51,01,52,02,53,03,54,04,5

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9

2017 2018 2019

% yoy

Inti Nontraded

Infl asi Volatile FoodGrafi k 3.31

Sumber: BPS, diolah

Volatile Food (mtm)

-0,47Volatile Food (yoy) - Skala kanan

4,82

76543210-1-2-4

-3

-2

-1

0

1

2

3

4

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9

2017 2018 2019

% % yoy

Page 31: 00 LKM Tw III 2019 - bi.go.id · 2 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan III 2019 Bank Indonesia triwulan sebelumnya sebesar 5,05% (yoy). Konsumsi ... dan konsistensi kebijakan moneter

Bank Indonesia Laporan Kebijakan Moneter Triwulan III 2019 27

Komoditas VF In�asi/De�asi

Sumber: BPS, diolah

(% mtm)Sumbangan

(%)-9,67 -0,09-4,05 -0,03-6,58 -0,02-2,72 -0,01-6,04 -0,01-4,32 -0,01

-11,35 -0,01-2,16 -0,014,11 0,053,16 0,010,17 0,017,29 0,011,06 0,01

Cabai MerahTelur Ayam RasCabai RawitBawang PutihLayang/BenggolMelonCabai HijauKentangDaging Ayam RasBawang MerahBeras KetimunJeruk

Penyumbang Infl asi/Defl asi Volatile FoodTabel 3.5

melambat dibandingkan dengan 5,49% (yoy) pada bulan sebelumnya.

Inflasi kelompok administered prices (AP) stabil dipengaruhi oleh kenaikan harga rokok di tengah berlanjutnya koreksi tarif angkutan udara. Inflasi pada kelompok administered prices tercatat 0,03%

(mtm), tidak banyak berbeda dibandingkan dengan inflasi September 2019 yang sebesar 0,01% (mtm) (Grafik 3.32). Inflasi tersebut disumbang terutama oleh komoditas rokok dan bahan bakar rumah tangga sedangkan tarif angkutan udara melanjutkan tren deflasi (Tabel 3.6). Inflasi pada komoditas rokok sejalan dengan adanya kebijakan Pemerintah untuk menaikkan cukai rokok pada tahun 2020. Sedangkan kenaikan harga pada komoditas bahan bakar rumah tangga didorong oleh keterbatasan pasokan LPG 3 kg. Di sisi lain, angkutan udara kembali mengalami deflasi seiring pola musiman penurunan permintaan. Secara tahunan, inflasi administered prices menurun dari 1,88% (yoy) pada September 2019 menjadi 1,58% (yoy) pada Oktober 2019.

Secara spasial, terkendalinya inflasi IHK didukung oleh perkembangan inflasi di berbagai daerah yang tetap terjaga. Inflasi IHK tahunan terendah terjadi di wilayah Bali-Nusa Tenggara, yakni sebesar 2,51% (yoy), disusul oleh Kalimantan 2,66% (yoy) dan Sumatera 2,84% (yoy)-(Gambar 2.1). Inflasi IHK di hampir seluruh provinsi tetap terjaga di dalam rentang sasaran kecuali di Provinsi Maluku 5,3% (yoy) dan Sulawesi Utara 4,8% (yoy). Inflasi di Provinsi Maluku terutama disumbang oleh inflasi biaya akademi/perguruan tinggi serta inflasi tarif angkutan udara sejalan dengan tingginya kenaikan harga dan pengurangan frekuensi penerbangan. Sementara itu, inflasi di Sulawesi Utara terutama dipengaruhi oleh inflasi tarif angkutan udara dan inflasi bahan pangan, terutama cabai rawit dan tomat sayur.

Komoditas AP In�asi/De�asi

Sumber: BPS, diolah

(% mtm)Sumbangan

(%)

Rokok Kretek FilterBahan Bakar Rumah TanggaRokok PutihAngkutan Udara

0,36 0,010,39 0,010,90 0,01-1,94 -0,02

Penyumbang Infl asi/Defl asi Administered PricesTabel 3.6

Infl asi Administered PricesGrafi k 3.32

Sumber: BPS, diolah

Administered Prices (mtm)

0,03

Administered Prices (yoy)-Skala Kanan

1,58

-2,0-1,5-1,0-0,50,00,51,01,52,02,53,0

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9

2017 2018 2019

-2

0

2

4

6

8

10

12mtm % yoy%

Page 32: 00 LKM Tw III 2019 - bi.go.id · 2 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan III 2019 Bank Indonesia triwulan sebelumnya sebesar 5,05% (yoy). Konsumsi ... dan konsistensi kebijakan moneter

Bank IndonesiaLaporan Kebijakan Moneter Triwulan III 201928

Sumber: BPS, diolah

Aceh 2,4Sumut 2,8Riau 3,5Sumbar 2,4Lampung 3,4

Kepri 2,4Bengkulu 3,6Kep.Babel 4,3Sumsel 2,5Jambi 2,3

SUMATERA KALIMANTANGorontalo 3,2Sulut 4,8Sulteng 3,2Sulbar 0,89Sulsel 3,4Sultra 3,0

SULAWESI

MALUKU-PAPUABanten 3,8Jakarta 3,6Jawa Barat 3,5

Jawa Tengah 2,8Jawa Timur 2,2Yogyakarta 3,0

Bali 2,7NTB 2,2NTT 2,2

BALI-NUSA TENGGARA

Kalbar 3,5Kalsel 4,1Kaltim 1,5Kalteng 2,6Kaltara 2,1

Inf ≥ 4,5%

3,5% ≤ Inf < 4,5%

2,5% ≤ Inf < 3,5%

Inf < 2,5%

JAWA

INFLASI NASIONAL OKTOBER 2019: 3,13% (yoy)

SU S

Maluku 5,3Maluku Utara 2,5Papua 1,5Papua Barat 2,5

Peta Infl asi Daerah (%,yoy)Gambar 3.2

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN, DAN PASAR KEUANGAN

Perkembangan Suku Bunga

Sasaran operasional kebijakan moneter yaitu suku bunga pasar uang antar bank tenor overnight (PUAB O/N) terjaga di kisaran suku bunga kebijakan moneter (BI7DRR). Pelonggaran kebijakan moneter melalui penurunan suku bunga kebijakan (BI7DRR) Juli-Oktober 2019 juga ditransmisikan dengan baik ke suku bunga pasar uang. Rata-rata harian (RRH) suku bunga PUAB O/N pada triwulan III 2019 tercatat 5,52%, menurun dibandingkan dengan RRH pada triwulan sebelumnya yang sebesar 5,89%, serta berada di sekitar suku bunga kebijakan BI-7DRR. Pada Oktober 2019, suku bunga PUAB O/N terjaga di kisaran level suku bunga kebijakan yaitu sebesar 5,04% (Grafik 3.33). Dengan demikian, RRH suku bunga PUAB O/N pada Oktober 2019 lebih rendah 20 bps dibandingnya dengan RRH suku bunga PUAB O/N bulan sebelumnya sebesar 5,24%. Penurunan RRH suku bunga PUAB O/N tersebut

selaras dengan penurunan suku bunga kebijakan sebesar 25 bps pada Oktober 2019. Lebih lanjut, penurunan suku bunga PUAB juga tercatat pada tenor yang lebih panjang antara lain tenor 2-4 hari, 1 minggu, dan 2 minggu dengan penurunan RRH suku bunga masing-masing 20 bps, 24 bps, dan 28 bps.

Transmisi kebijakan moneter didukung kecukupan likuiditas perbankan yang memadai serta pasar uang yang stabil dan efisien. Rerata harian volume PUAB pada triwulan III dan Oktober 2019 tetap tinggi masing-masing sebesar Rp19,00 triliun dan Rp18,12 triliun (Grafik 3.34). Likuiditas perbankan juga tetap baik, tercermin pada rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) yang besar yakni 19,43% pada September 2019, tidak jauh berbeda dari kondisi pada Agustus 2019 sebesar 19,47%. Volatilitas suku bunga PUAB O/N terkendali didukung oleh likuiditas yang mencukupi. Terkendalinya volatilitas suku bunga PUAB O/N tercermin dari selisih suku bunga tertinggi dan

Page 33: 00 LKM Tw III 2019 - bi.go.id · 2 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan III 2019 Bank Indonesia triwulan sebelumnya sebesar 5,05% (yoy). Konsumsi ... dan konsistensi kebijakan moneter

Bank Indonesia Laporan Kebijakan Moneter Triwulan III 2019 29

terendah RRH suku bunga PUAB O/N pada September 2019 sebesar 15 bps, relatif sama dengan selisih pada bulan sebelumnya.

Suku bunga deposito perbankan turun pada triwulan III 2019, sejalan dengan pelonggaran kebijakan moneter. Rerata tertimbang (RRT) suku bunga deposito pada akhir triwulan III 2019 turun 26 bps menjadi 6,57% dari 6,83% pada triwulan sebelumnya (Grafik 3.36). Penurunan suku bunga tersebut paling besar terjadi pada tenor 1 bulan yang turun hingga 42 bps. Suku bunga pada tenor 3 bulan dan 6 bulan juga menurun masing-masing sebesar 22 bps dan 16 bps. Sementara itu, suku bunga tenor lebih panjang yaitu 12 bulan masih tercatat meningkat dibandingkan dengan

level pada triwulan sebelumnya. Hal ini menunjukkan transmisi suku bunga yang lebih cepat pada tenor pendek serta adanya efek tunda pada tenor yang lebih panjang terkait dengan faktor penyesuaian suku bunga terkini pada deposito jatuh tempo lebih panjang. Berdasarkan kelompok bank, suku bunga deposito turun pada seluruh kelompok bank, dengan penurunan tertinggi pada kelompok BUKU 3 dan BUKU 4.

Sejalan dengan pelonggaran kebijakan moneter, penurunan suku bunga deposito berlanjut pada Oktober 2019. RRT suku bunga deposito pada Oktober turun 12 bps menjadi 6,45%, dibandingkan dengan suku bunga pada bulan sebelumnya. Penurunan tersebut sejalan dengan suku bunga kebijakan yang turun 25 bps pada Oktober 2019. Berdasarkan tenor, penurunan suku bunga deposito terjadi pada semua tenor dengan penurunan lebih besar pada tenor jangka pendek yaitu tenor 1, 3, dan 6 bulan masing-masing sebesar 17 bps, 8 bps, dan 8 bps. Sementara itu, suku bunga tenor 12 dan 24 bulan turun lebih terbatas yaitu masing-masing sebesar 3 bps dan 6 bps. Berdasarkan kelompok bank, penurunan suku bunga deposito Oktober 2019 tercatat pada semua kelompok bank dengan penurunan terbesar pada BUKU I dan BUKU III.

Suku bunga kredit turun pada triwulan III 2019. RRT suku bunga kredit pada akhir triwulan III 2019 tercatat sebesar 10,67%, turun 8 bps dari suku bunga pada akhir triwulan sebelumnya sebesar 10.75%. Penurunan suku bunga kredit tercatat pada seluruh jenis kredit, dengan penurunan tertinggi pada kredit investasi (KI) dan kredit modal kerja (KMK) masing-masing sebesar 13 bps dan 9 bps. Sementara itu, suku bunga kredit konsumsi (KK) turun relatif terbatas yaitu sebesar 3 bps. Berdasarkan kelompok bank, suku bunga kredit pada kelompok bank BUKU 3 dan BUKU 4 turun, sementara pada BUKU 1 dan BUKU 2 masih meningkat.

Pola penurunan suku bunga kredit berlanjut ke Oktober 2019. RRT suku bunga kredit kembali turun 5 bps menuju 10,61% pada Oktober 2019. Penurunan suku bunga kredit tersebut dipengaruhi oleh penurunan di semua jenis kredit, dengan penurunan lebih besar pada KMK dan KI yang masing-masing turun 7 bps. Sementara itu, penurunan suku bunga kredit KK lebih rendah yaitu sebesar 3 bps (Grafik 3.35).

Suku Bunga Kebijakan dan Volume PUABGrafi k 3.34

Sumber: Bank Indonesia

2016 2017 2018 2019

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 1073 513 5 7 9 110

5

10

15

20

25

30

3

4

5

6

7

8

9

10

11Rp Triliun%

Volume PUAB (Skala kanan)

Volume PUAB O/N (Skala kanan)

Suku Bunga PUAB O/N

Suku Bunga Kebijakan dan PUAB O/NGrafi k 3.33

Sumber: Bank Indonesia

5,00

4,25

5,75

3,75

4,25

4,75

5,25

5,75

6,25

6,75

7,25

7,75

8,25%

2016 2017 2018 2019

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 1073 513 5 7 9 11

Suku Bunga PUAB O/N

BI 7- Day RR (Setelah 19/08/16)

DF Rate

LF Rate

BI Rate

Page 34: 00 LKM Tw III 2019 - bi.go.id · 2 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan III 2019 Bank Indonesia triwulan sebelumnya sebesar 5,05% (yoy). Konsumsi ... dan konsistensi kebijakan moneter

Bank IndonesiaLaporan Kebijakan Moneter Triwulan III 201930

Spread antara suku bunga kredit dengan suku bunga deposito melebar pada triwulan III 2019 dan Oktober 2019. Secara rerata, spread suku bunga melebar 18 bps pada triwulan III menjadi 4,09% setelah pada triwulan sebelumnya berada di kisaran 3.92%. Hal tersebut disebabkan oleh penurunan suku bunga deposito yang lebih dalam dibandingkan dengan penurunan suku bunga kredit pada triwulan III 2019. Pelebaran spread tersebut terjadi pada semua kelompok bank. Memasuki Oktober 2019, spread antara suku bunga kredit dengan suku bunga deposito kembali melebar 8 bps menjadi 4,16% (Grafik 3.36).

Intermediasi Perbankan

Intermediasi perbankan pada triwulan III 2019 perlu menjadi perhatian. Kredit yang disalurkan perbankan pada akhir triwulan III 2019 tumbuh 7,89% (yoy), melambat dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 9,92% (yoy). Pertumbuhan kredit terutama dipengaruhi oleh permintaan kredit korporasi yang belum kuat. Hal tersebut tercermin dari perlambatan pertumbuhan kredit modal kerja (KMK) sebesar 5,94% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 9,92% (yoy). Demikian pula, kredit konsumsi (KK) juga tumbuh melambat menjadi 6,82% (yoy) dari 7,64% (yoy) pada triwulan II 2019. Sementara itu, kredit investasi (KI) masih tumbuh tinggi 12,84% (yoy) meskipun tidak setinggi pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 13,85% (yoy) (Grafik 3.37).

Pertumbuhan kredit sektoral pada triwulan III 2019 sejalan dengan kinerja perekonomian. Kontributor pertumbuhan kredit pada triwulan III 2019 yang utama adalah sektor lain-lain (konsumsi), konstruksi, perdagangan, dan industri pengolahan. Penyaluran kredit ke sektor lain-lain (konsumsi) tercatat tumbuh 6,8% (yoy), melambat dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 7,6% (yoy) sejalan dengan kinerja konsumsi rumah tangga yang sedikit melambat. Demikian pula, penyaluran kredit ke sektor

Selisih Suku Bunga PerbankanGrafi k 3.36

Sumber: Bank Indonesia

Spread Skb Kredit -Deposito (skala kanan)

RRT Suku Bunga Deposito

RRT Suku Bunga Kredit

2

4

6

8

10

12

14

16

0

1

2

3

4

5

6

7

8

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 10

2016 2017 2018 2019

% %

Pertumbuhan Kredit Jenis PenggunaanGrafi k 3.37

Sumber: Bank Indonesia

Total Kredit

7,89

KMK 5,94

Kredit Investasi

12,84Kredit Konsumsi

6,82

02468101214161820

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 92016 2017 2018 2019

% yoy

Suku Bunga Kredit Jenis PenggunaanGrafi k 3.35

Sumber: Bank Indonesia

RRT Suku Bunga Kredit

Suku Bunga KMK

Suku Bunga KI

Suku Bunga KK

8

9

10

11

12

13

14

15

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 10

2016 2017 2018 2019

%

Page 35: 00 LKM Tw III 2019 - bi.go.id · 2 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan III 2019 Bank Indonesia triwulan sebelumnya sebesar 5,05% (yoy). Konsumsi ... dan konsistensi kebijakan moneter

Bank Indonesia Laporan Kebijakan Moneter Triwulan III 2019 31

perdagangan tumbuh melambat menjadi 4,7% (yoy) pada triwulan III 2019 dari pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 7,4% (yoy), sejalan dengan kinerja perdagangan eksternal yang masih terbatas. Kredit yang disalurkan ke sektor konstruksi tumbuh 26,3% (yoy) pada triwulan III 2019, lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya 25,7% (yoy)- (Grafik 3.38). Kinerja tersebut sejalan dengan kinerja sektor konstruksi dan investasi bangunan yang masih tumbuh tinggi, sejalan dengan pembangunan PSN yang terus berlangsung dan perbaikan di sektor properti. Sementara itu, kredit sektor industri pengolahan tumbuh melambat 5,6% (yoy) dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 6,9% (yoy) sejalan dengan kinerja sektor industri pengolahan.

Secara spasial, penyaluran kredit di hampir seluruh wilayah tumbuh di bawah 10% (yoy) pada triwulan III 2019 (Gambar 3.3). Penyaluran kredit di beberapa wilayah di Sulawesi, Maluku, dan Bali-Nusra masih tumbuh tinggi di atas 10% (yoy) ditopang oleh kinerja ekspor, antara lain ekspor bijih nikel dari Sulawesi

Tenggara, peningkatan ekspor semen dari Sulawesi Selatan, serta ekspor bijih besi dari NTB, dan ekspor semen dari NTT. Sementara itu, pertumbuhan kredit di sebagian wilayah Jawa dan Sumatera tumbuh di bawah 10% (yoy) sejalan dengan pertumbuhan ekonomi kedua wilayah tersebut yang tumbuh moderat pada triwulan

Kredit ≥ 15%

10% ≤ Kredit < 15%

5% ≤ Kredit < 10%

Sumber: Bank Indonesia

Aceh 0,5Sumut 4,5Riau 2,2

Sumbar 5,2Lampung 8,4Kepri 5,2

SUMATERAKalbar 4,5Kalsel 5,0Kaltim 8,4

Kalteng 9,3Kaltara 7,7

KALIMANTANGorontalo 18,9Sulut -2,5Sulteng 4,4

Sulbar 13,4Sulsel 4,9Sultra 12,6

SULAWESI

Maluku 14,6Maluku Utara 20,0Papua 9, 0Papua Barat 11,8

Banten 3,9DKI Jakarta 8,4Jawa Barat 9,4

Jawa Tengah 9,5Jawa Timur 6,9DI Yogyakarta 36,4

JAWA

Bengkulu 12,3Kep.Babel 25,3Sumsel 3,7Jambi 14,0

Kredit < 0

0% ≤ Kredit < 5%

Bali 7,1NTB 15NTT 12,3

MALUKU-PAPUABALI-NUSRA

Pertumbuhan Kredit Spasial September 2019 (% yoy)Gambar 3.3

Pertumbuhan Kredit SektoralGrafi k 3.38

Sumber: Bank Indonesia

7,47,6

6,98,5

25,78,6

10,414,9

20,326,9

9,9

4,76,8

5,610,5

26,39,7

9,113,3

-5,413,8

7,9

-10 -5 0 5 10 15 20 25 30

PerdaganganLain-lain

IndustriPengangkutan

KonstruksiPertanian

Jasa Dunia UsahaJasa Sosial

PertambanganListrik

Total

% yoy

Tw III 2019Tw II 2019

Page 36: 00 LKM Tw III 2019 - bi.go.id · 2 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan III 2019 Bank Indonesia triwulan sebelumnya sebesar 5,05% (yoy). Konsumsi ... dan konsistensi kebijakan moneter

Bank IndonesiaLaporan Kebijakan Moneter Triwulan III 201932

Pertumbuhan Dana Pihak KetigaGrafi k 3.39

Sumber: Bank Indonesia

Total DPK7,5

Giro8,4

Tabungan

6,5

Deposito7,6

-5

0

5

10

15

20

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 92016 2017 2018 2019

% yoy

III 2019. Penyaluran kredit di Kalimantan juga tumbuh lebih rendah dari triwulan II 2019 terdampak masih terbatasnya kinerja ekspor sumberdaya.

Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan tumbuh meningkat pada triwulan III 2019. DPK pada triwulan III 2019 tumbuh 7,5% (yoy), sedikit meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 7,4% (yoy). Peningkatan pertumbuhan DPK bersumber dari giro yang tumbuh 8,4% (yoy), meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 7,2% (yoy). Pertumbuhan tabungan juga sedikit meningkat menjadi 6,5% (yoy) dari pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 6,3% (yoy). Sementara itu, pertumbuhan deposito melambat, dari 8,3% (yoy) pada triwulan II 2019 menjadi 7,6% (yoy) pada triwulan III 2019 (Grafik 3.39).

Untuk keseluruhan tahun 2019, pertumbuhan kredit dan DPK diprakirakan tidak setinggi prakiraan sebelumnya, sejalan dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan kredit pada 2019 diprakirakan sekitar 8% (yoy), sedangkan pertumbuhan DPK diprakirakan sekitar 8% (yoy). Prakiraan tersebut sejalan dengan pertumbuhan ekonomi 2019 yang diprakirakan berada di sekitar 5,1%. Prakiraan pertumbuhan kredit tersebut masih dipengaruhi permintaan kredit korporasi yang belum kuat. Bank Indonesia memandang bahwa bauran kebijakan moneter dan makroprudensial Bank Indonesia yang akomodatif serta kebijakan fiskal dan

reformasi struktural yang ditempuh Pemerintah akan mendorong momentum pertumbuhan ekonomi yang akan menopang pertumbuhan kredit tanpa mengganggu stabilitas sistem keuangan.

Pasar Keuangan Nonbank

Pembiayaan ekonomi tumbuh melambat pada triwulan III 2019, seiring perlambatan kredit perbankan. Pada akhir triwulan III 2019, pembiayaan ekonomi secara total tumbuh sebesar 7,4% (yoy), melambat dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 10,6% (yoy). Perlambatan dipengaruhi terutama oleh penyaluran kredit bank umum, dengan pangsa tertinggi sebesar 57%, yang tumbuh melambat pada triwulan III 2019. Demikian pula penyaluran kredit oleh Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan Industri Keuangan Nonbank (IKNB) juga tumbuh melambat. Sementara itu, pembiayaan yang bersumber dari pasar modal tumbuh meningkat (Grafik 3.40). Pertumbuhan pembiayaan ekonomi korporasi nonfinansial yang terus melemah dipengaruhi oleh terbatasnya permintaan sejalan dengan kepercayaan pelaku usaha yang belum kuat.

Kinerja pasar saham domestik melemah pada triwulan III 2019 sejalan dengan berlanjutnya tekanan dari eksternal. IHSG tercatat koreksi sebesar 3% (qtq) pada akhir triwulan III 2019. Koreksi dipengaruhi oleh tekanan dari global yang terus berlanjut bersumber dari berlarutnya ketegangan hubungan

Pembiayaan Perekonomian Grafi k 3.40

Sumber: BEI, Bloomberg, Bank Indonesia

14

12

10

8

6

4

2

0

-2

-43

2016 2017 2018 2019

Pasar ModalULN

6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 3 6 912

%

7,54

Bank Umum

IKNB

Total

BPR

Page 37: 00 LKM Tw III 2019 - bi.go.id · 2 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan III 2019 Bank Indonesia triwulan sebelumnya sebesar 5,05% (yoy). Konsumsi ... dan konsistensi kebijakan moneter

Bank Indonesia Laporan Kebijakan Moneter Triwulan III 2019 33

Indeks Sektoral Triwulan III 2019 (qtq)Grafi k 3.42

Sumber: BEI, diolah

-3,0

0,9

-7,1

-4,79,6

-9,5

-7,9

-0,5

-2,1

2,0

-15 -10 -5 0 5 10 15

IHSG

Infrastruktur

Pertambangan

Keuangan

Industri Dasar

Aneka Industri

Konsumsi

Perdagangan

Pertanian

Properti

% qtq

IHSG dan Indeks Bursa Global Triwulan III 2019 (qtq)Grafi k 3.41

Sumber: BEI dan Bloomberg, diolah

-3,01,2

-0,2-2,5

-5,3

-8,6 2,3-6,1

4,9-5,4

-1,8-2,8

-10 -5 0 5 10

IndonesiaAmerika Serikat

InggrisTiongkokMalaysia

Hong KongJepang

SingapuraVietnamThailand

IndiaFilipina

% qtq

dagang AS-Tiongkok. Terus berlanjutnya ketegangan hubungan dagang tersebut memberi sentimen negatif bagi pasar keuangan global, selain berdampak pada perlambatan ekonomi dunia melalui jalur perdagangan. Dari domestik, berbagai sentimen positif termasuk berlanjutnya penurunan suku bunga acuan direspon positif di pasar. Hal tersebut mendukung kinerja pasar saham domestik yang melemah relatif lebih moderat dibandingkan dengan pelemahan kinerja saham beberapa negara lain seperti Hong Kong, Thailand, dan Malaysia (Grafik 3.41). Secara sektoral, mayoritas sektor melemah terutama sektor aneka industri dan pertambangan, terdampak faktor global. Sementara itu, kinerja saham sektor properti dan infrastruktur tercatat membaik sejalan dengan aktivitas proyek infrastruktur yang masih kuat (Grafik 3.42).

Memasuki triwulan IV 2019, kinerja pasar saham masih tumbuh positif meski dengan penguatan yang relatif terbatas pada Oktober 2019. IHSG ditutup menguat terbatas sebesar 1% (mtm) di level 6228,3 pada Oktober 2019. Pergerakan IHSG sejalan dengan kinerja bursa di negara peers yang bergerak bergerak positif (Grafik 3.43). Kinerja bursa pada Oktober 2019 tersebut dipengaruhi oleh sentimen global yang sedikit membaik meskipun secara umum ketegangan hubungan dagang masih tetap tinggi. Dari domestik, penguatan ditopang oleh faktor domestik yaitu pelonggaran kebijakan moneter melalui penurunan suku bunga acuan BI7DRR yang direspon positif oleh

pasar. Namun demikian, kepercayaan pelaku usaha domestik yang belum sepenuhnya pulih masih menjadi kendala investasi, termasuk di pasar modal. Secara sektoral, indeks cenderung bergerak positif dengan penguatan terbesar pada sektor industri dasar (7,6%) dan properti (5.4%)-(Grafik 3.44).

Imbal hasil (yield) Surat Berharga Negara (SBN) terus turun pada triwulan III 2019, mengikuti arah pelonggaran moneter. Kinerja pasar SBN membaik dibanding dengan capaian pada triwulan sebelumnya terindikasi dari penurunan imbal hasil SBN yang berlanjut. Imbal hasil SBN secara keseluruhan rata-rata turun 32 bps ke level 6,73%. Penurunan imbal hasil

IHSG dan Indeks Bursa Global Oktober 2019 (mtm)Grafi k 3.43

Sumber: BEI dan Bloomberg, diolah

1,00,5

-2,20,8

0,93,1

5,43,5

0,2-2,2

3,82,5

-12 -7 -2 3 8

IndonesiaAmerika Serikat

InggrisTiongkokMalaysia

Hong KongJepang

SingapuraVietnamThailand

IndiaFilipina

% mtm

Page 38: 00 LKM Tw III 2019 - bi.go.id · 2 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan III 2019 Bank Indonesia triwulan sebelumnya sebesar 5,05% (yoy). Konsumsi ... dan konsistensi kebijakan moneter

Bank IndonesiaLaporan Kebijakan Moneter Triwulan III 201934

terjadi pada semua tenor terutama tenor pendek yang turun 41 bps ke level 6,35%. Kinerja pasar SBN domestik sejalan dengan kinerja pasar obligasi di negara peers yang mayoritas menunjukkan penurunan imbal hasil. Pada Oktober 2019, imbal hasil SBN secara keseluruhan rata-rata kembali turun sebesar 20 bps ke level 7,05%. Penurunan terjadi di semua tenor terutama tenor menengah dan pendek dengan penurunan masing-masing sebesar 35 bps dan 31 bps ke level 6,75% dan 6,04%. Sementara itu, imbal hasil seri benchmark 10 tahun turun 28 bps ke level 7,01% (Grafik 3.45). Berlanjutnya penurunan imbal hasil SBN dipengaruhi oleh tren kebijakan moneter yang longgar baik domestik maupun global serta ekspektasi berlanjutnya pelonggaran kebijakan moneter global.

Likuiditas Perekonomian

Likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) tumbuh meningkat. Posisi M2 pada akhir triwulan III 2019 tercatat Rp6.002,4 triliun atau tumbuh 7,08% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 6,95% (yoy) (Grafik 3.46). Peningkatan pertumbuhan M2 terutama didorong oleh komponen uang beredar dalam arti sempit (M1) yang tumbuh meningkat 6,88% (yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan pada akhir triwulan II 2019 sebesar 4,90% (yoy). Sementara itu, uang kuasi tumbuh melambat, dari 7,68% menjadi 7,01% (yoy) pada akhir triwulan III 2019.

Berdasarkan faktor-faktor yang memengaruhi, pertumbuhan M2 dipengaruhi oleh perbaikan aktiva luar negeri bersih (Net Foreign Assets atau NFA) di tengah melambatnya pertumbuhan aktiva dalam negeri bersih (Net Domestic Assets atau NDA). NFA pada triwulan III 2019 tumbuh 2,70 % (yoy) atau membaik dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang tercatat kontraksi 2,2% (yoy). Hal tersebut disebabkan oleh meningkatnya tagihan sistem moneter kepada bukan penduduk sejalan dengan meningkatnya cadangan devisa pada September 2019 menjadi 124,3 miliar dolar AS. Sementara itu, aktiva dalam negeri bersih (Net Domestic Assets atau NDA) pada triwulan III 2019 tumbuh melambat menjadi 8,64% (yoy) dari 10,10%(yoy) pada triwulan II 2019, seiring dengan melambatnya pertumbuhan kredit (Grafik 3.47).

Indeks Sektoral Oktober 2019 (mtm)Grafi k 3.44

Sumber: BEI, diolah

1,0

-3,8

-3,1

2,77,6

4,9

-3,8

0,2

0,4

5,4

-5 0 5 10

IHSG

Infrastruktur

Pertambangan

Keuangan

Industri Dasar

Aneka Industri

Konsumsi

Perdagangan

Pertanian

Properti

% mtm

SBN dan Neto Jual/Beli AsingGrafi k 3.45

Sumber: Bloomberg, diolah

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

50

0123456789

10

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 10

2017 2018 2019

Neto Jual/Beli Asing (skala kanan)

Yield SBN 10 Tahun

Rp Triliun%Uang Beredar M2Grafi k 3.46

Sumber: Bank Indonesia

M2

7,08

M1

6,88

Kuasi

7,01

02468101214161820

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9

2016 2017 2018 2019

% yoy

Page 39: 00 LKM Tw III 2019 - bi.go.id · 2 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan III 2019 Bank Indonesia triwulan sebelumnya sebesar 5,05% (yoy). Konsumsi ... dan konsistensi kebijakan moneter

Bank Indonesia Laporan Kebijakan Moneter Triwulan III 2019 35

Stabilitas Sistem Keuangan

Stabilitas sistem keuangan tetap terjaga disertai risiko kredit yang terkendali. Stabilitas sistem keuangan terjaga tercermin dari rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) perbankan pada akhir triwulan III 2019 yang tinggi yakni 23,19% (Grafik 3.48). Selain itu, rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) pada akhir triwulan III 2019 tetap rendah yaitu 2,66% (gross) atau 1,18% (net) (Grafik 3.49). Berdasarkan jenis penggunaan, peningkatan rasio NPL pada triwulan III 2019 terjadi pada jenis penggunaan kredit KI, sementara rasio NPL untuk KMK dan KK mengalami perbaikan. Rasio NPL untuk KMK, KI dan KK masing-masing tercatat sebesar 3,25%, 2,56% dan 1,75%. Secara sektoral, NPL di seluruh sektor ekonomi juga tercatat di bawah 5%. Demikian pula secara spasial, hampir seluruh wilayah mencatat NPL yang rendah (Gambar 3.4).

Faktor yang Memengaruhi M2Grafi k 3.47

Sumber: Bank Indonesia

NFA

2,7NDA

8,6

M2 7,08

-15

-10

-5

0

5

10

15

20

25

30

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9

2016 2017 2018 2019

% yoy

Non Performing LoanGrafi k 3.49

Sumber: Bank Indonesia

2,66

0,00,51,01,52,02,53,03,54,04,55,0

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9

2017 2018 2019

Non Performing Loan

Permodalan Industri PerbankanGrafi k 3.48

Sumber: Bank Indonesia

1

6

23,48

0

1

2

3

4

5

6

7

8

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

2014 2015 2016 2017 2018 2019

Rp Triliun%

CAR

ATMR (Skala kanan)

Modal (Skala kanan)

Page 40: 00 LKM Tw III 2019 - bi.go.id · 2 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan III 2019 Bank Indonesia triwulan sebelumnya sebesar 5,05% (yoy). Konsumsi ... dan konsistensi kebijakan moneter

Bank IndonesiaLaporan Kebijakan Moneter Triwulan III 201936

Sumber: Bank Indonesia

SUMATERA KALIMANTAN SULAWESI

MALUKU-PAPUAJAWA BALI-NUSRA

NPL < 2%

3% ≤ NPL < 4%

2% ≤ NPL < 3%

4% ≤ NPL < 5%

NPL ≥ 5%

Aceh 1,8Sumut 3,4Riau 3,0

Sumbar 3,0Lampung 2,0Kepri 4,7

Kalbar 1,4Kalsel 3,8Kaltim 3,8

Kalteng 1,6Kaltara 0,8

Gorontalo 2,6Sulut 3,0Sulteng 2,2

Sulbar 1,4Sulsel 6,4Sultra 2,4

Maluku 2,9Maluku Utara 1,2Papua 2,8Papua Barat 2,2

Banten 2,4DKI Jakarta 1,8Jawa Barat 3,0

Jawa Tengah 2,9Jawa Timur 3,3DI Yogyakarta 1,8

Bali 4,5NTB 1,3NTT 2,4

Bengkulu 1,9Kep.Babel 1,4 Sumsel 2,9Jambi 3,6

NPL Berdasarkan Wilayah September 2019 (%)Gambar 3.4

Page 41: 00 LKM Tw III 2019 - bi.go.id · 2 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan III 2019 Bank Indonesia triwulan sebelumnya sebesar 5,05% (yoy). Konsumsi ... dan konsistensi kebijakan moneter

Bank Indonesia Laporan Kebijakan Moneter Triwulan III 2019 37

BOKS LKM TRIWULAN III 2019

Determinan dan Prospek Investasi

Pertumbuhan investasi masih terbatas dipengaruhi oleh faktor siklikal dan struktural pada 2019 dan diperkirakan akan membaik pada 2020. Hasil studi empiris menunjukkan adanya sejumlah faktor penting yang menentukan investasi di Indonesia, baik dari faktor eksternal maupun domestik. Ke depan, investasi diperkirakan akan membaik sejalan dengan perbaikan ekonomi global, kebijakan moneter yang akomodatif, dan berlanjutnya reformasi struktural.

Investasi diprakirakan tumbuh terbatas pada 2019 sejalan dengan tren perlambatan investasi yang berlangsung di emerging markets. Investasi pada triwulan III 2019 tumbuh 4,21% (yoy), melambat dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 5,01% (yoy)-(Grafik 1). Perlambatan bersumber terutama dari investasi nonbangunan yang tumbuh lebih rendah. Sementara itu, investasi bangunan masih tumbuh solid. Pertumbuhan investasi yang terbatas tidak terlepas dari pengaruh faktor siklikal dan faktor struktural yang bersumber baik dari domestik maupun eksternal.

Secara siklikal, perlambatan investasi di sebagian besar emerging markets, termasuk Indonesia, sejalan dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia. Ketegangan hubungan dagang antara Amerika

Serikat dengan Tiongkok berdampak pada penurunan permintaan dunia dan harga komoditas global. Kondisi ini berdampak pada kinerja sektor eksternal yang kemudian berimbas pada kinerja investasi. Hasil studi empiris menggunakan model World Bank menunjukkan bahwa perkembangan investasi Indonesia dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi dan terms of trade (TOT) (Tabel 1). Studi lainnya menggunakan model Heim menunjukkan bahwa pergerakan investasi dipengaruhi oleh konsumsi dan ekspor (Tabel 2).

Hasil studi juga menunjukkan bahwa konsumsi, ekspor, dan suku bunga lebih memengaruhi investasi nonbangunan dibandingkan investasi bangunan. Hal ini mengindikasikan dampak penurunan ekspor terhadap perlambatan investasi merambat melalui investasi nonbangunan. Di samping itu, hasil estimasi model determinan indeks tendensi bisinis, diperoleh gambaran bahwa perilaku wait and see para investor dipengaruhi ketidakpastian yang ditimbulkan oleh perlambatan ekonomi dunia dan penurunan purchasing manager index (PMI). Sementara itu, penurunan suku bunga kebijakan moneter dapat berpengaruh dalam menstimulus kembali kenaikan keyakinan investor dalam meningkatkan belanja investasi.

Secara struktural, perkembangan investasi juga menghadapi sejumlah tantangan yang masih mengemuka. Sebagian besar kendala yang dihadapi investasi terutama terkait perizinan, diikuti permasalahan terkait pengadaan lahan dan regulasi.1 Berbagai permasalahan tersebut turut menjadi faktor daya saing investasi dibandingkan negara peers. Hal ini terindikasi dari rasio Foreign Direct Investment (FDI) terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada 2018 tercatat sebesar 22,1%, lebih rendah dibandingkan rasio di negara-negara tetangga seperti Malaysia, Thailand, dan Vietnam (Grafik 2). Perbaikan iklim invetasi ini telah menjadi perhatian penting dan sebagai bagian dari agenda reformasi struktural Pemerintah.

1 Berdasarkan studi Kelompok Kerja (Pokja) IV Satgas Percepatan Kebijakan Ekonomi mengenai “Penanganan dan Penyelesaian Kasus Investasi”.

2005

Sumber: IMF (World Economic Outlook, Oktober 2019)

2007 2009 2011 2013 2015

Investasi Riil

Impor Riil

PDB Riil

2017 2019

20

15

10

5

0

-5

-10

-15

Tren Pertumbuhan Investasi di Emerging Markets (tidak termasuk Tiongkok)

Grafi k 1

Page 42: 00 LKM Tw III 2019 - bi.go.id · 2 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan III 2019 Bank Indonesia triwulan sebelumnya sebesar 5,05% (yoy). Konsumsi ... dan konsistensi kebijakan moneter

Bank IndonesiaLaporan Kebijakan Moneter Triwulan III 201938

Prospek investasi akan membaik didukung oleh perbaikan ekonomi global, meskipun masih terbatas. Pertumbuhan ekonomi dunia pada 2020 diprakirakan akan lebih baik dibandingkan dengan pertumbuhan 2019, disertai dengan volume perdagangan dunia dan harga komoditas yang membaik meskipun terbatas. Perbaikan tersebut diperkirakan akan berpengaruh positif terhadap kinerja ekspor. Sejalan

Determinan Investasi Model World Bank

Tabel 1Determinan Indeks Tendensi BisnisTabel 3 Determinan Investasi Model HeimTabel 2

Sumber: UNCTAD

Rerata ASEAN 2018: 35% PDB (tidak termasuk Singapura)

20182016

70

60

50

40

30

20

10

0

Indonesia Malaysia Thailand Vietnam

20182016 20172017

% PDB

20182016 2017 20182016 2017

Rasio Foreign Direct Investment (FDI) terhadap Produk Domestik Bruto (PDB)

Grafi k 2

Pertumbuhan ekonomi

VariabelVariabelVariabel

Koe�sien Koe�sien Koe�sienIndeks

Tendensi BisnisInvestasi

1,63*FA/PDB 0.06Pertumbuhan kredit -0.09Term of trade 11,58***Konstanta -55,70***

R-squared 0.71Obseravsi

Sumber: Estimasi Bank Indonesia, 2019; Keterangan: ***signifikan pada level 1%, **signifikan pada level 5%, dan *signifikan pada level 10%

Q1:2009 - Q2:2019

Pertumbuhan ekonomiPertumbuhan konsumsi swasta

lag(-1)lag(-2)

Pertumbuhan konsumsi pemerintahlag(-1)lag(-2)

Pertumbuhan eksporlag(-1)

InflasiSuku BungaKonstantaLag dependent variableR-squaredObservasi

TotalInvestasi

InvestasiBangunan

InvestasiNonbangunan

PDB duniaSuku bunga (BI 7DRR)Purchasing manager indexEkspektasi PDB IndonesiaPDB IndonesiaEkspektasi Inflasi IndonesiaInflasiCredit default swap (CDS)Nilai tukar

R-squaredObservasi

1,99**

-0.09

0,16**

0.370.47

-12,19*0,53***

0.58

-0.160.480.14-0.010.01

0,05**-0.010,04*0.060.12-1.26

0,62***0.52

Q1:2011 - Q2:2019

8,37***

-0.3

0,58***

1.591.83

-60,30**0,56***

0.62

0,03***-0,15***0,50***

-0.020

-0.010.01

00.05

0.86Q1:2011 - Q2:2019

dengan temuan empiris, perbaikan ekspor tersebut akan turut berkontribusi pada perbaikan investasi dan konsumsi. Di samping itu, kebijakan moneter akomodatif yang telah ditempuh melalui penurunan suku bunga diprakirakan akan mulai berdampak positif terhadap investasi dengan makin menurunnya cost of investment.

Investasi pada triwulan IV 2019 diprakirakan akan meningkat terindikasi dari optimisme responden dalam survei kegiatan dunia usaha terhadap kondisi di masa mendatang. Hal itu tercermin dari perkiraan Saldo Bersih Tertimbang (SBT) investasi triwulan IV 2019 sebesar 12,17%, meningkat dibandingkan dengan 8,18% pada triwulan sebelumnya (Grafik 3). Berdasarkan sektor usahanya, peningkatan investasi terutama terjadi di sektor Pertambangan dan Penggalian; sektor Industri Pengolahan; serta sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan (Grafik 4).

Investasi yang membaik sejalan dengan keinginan pelaku usaha yang akan merealisasikan belanja investasinya pada 2020 sebagai bagian dari rencana ekspansi jangka panjangnya. Hal itu terindikasi dari hasil survei korporasi dan sektor riil (Grafik 5). Selain

Page 43: 00 LKM Tw III 2019 - bi.go.id · 2 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan III 2019 Bank Indonesia triwulan sebelumnya sebesar 5,05% (yoy). Konsumsi ... dan konsistensi kebijakan moneter

Bank Indonesia Laporan Kebijakan Moneter Triwulan III 2019 39

Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha, Bank Indonesia; *prakiraan

8,18

12,17

5

6

7

8

9

10

11

12

13

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV*

2015 2016 2017 2018 2019

%

Kegiatan InvestasiGrafi k 3

Sumber: Survei Korporasi dan Sektor Riil Bank Indonesia

09

11

13

20

20

34

70

0 10 20 30 40 50 60 70 80

Optimismepemerintahan baru

Lainnya

Perbaikan sumberpembiayaan untuk ekspansi

Perbaikanpermintaan ekspor

Perbaikan kondisikeuangan perusahaan

Perbaikan permintaandomestik

Implementasi rencanaekspansi jangka panjang

%

Alasan Korporasi Merealisasikan Belanja Investasi Pada 2020Grafi k 5

1,28

0,53 0,510,21

0,56

1,46

0,64

1,631,361,32

4,67

Sumber: Bank Indonesia; *prakiraan

1,25

0,200,44

1,23

0,51

1,481,06

0,00,51,01,52,02,53,03,54,04,55,0

Pertanian, Perkebunan,Peternakan, Kehutanan,

dan Perikanan

Pertambangan danPenggalian

Industri Pengolahan Listrik, Gas,dan Air Bersih

Konstruksi Perdagangan, Hotel, dan Restoran

Pengangkutan danKomunikasi

Keuangan, Real estate,dan Jasa Perusahaan

Jasa-Jasa

Q3 2019 Q4* 2019

%Perkembangan Investasi SektoralGrafi k 4

itu, survei tersebut menunjukkan bahwa investasi akan didorong oleh ekspektasi adanya perbaikan pada permintaan domestik dan permintaan ekspor, serta kondisi keuangan perusahaan yang lebih baik. Sebagian besar belanja investasi tersebut berupa investasi nonbangunan, khususnya mesin dan alat angkut, dan investasi bangunan baik berupa tanah maupun bangunan fisik (Grafik 6).

Prospek perbaikan investasi juga didukung oleh kebijakan reformasi struktural yang tetap berlanjut. Investasi bangunan, dengan pangsa 75% dari total

investasi, diprakirakan akan meningkat sejalan dengan pembangunan Proyek Strategis Nasional (PSN) yang akan berlanjut pada 2020 (Grafik 7). Prospek investasi juga akan didukung oleh perbaikan dari sisi regulasi yang secara substansi akan diarahkan untuk meningkatkan iklim usaha yang kondusif dan atraktif bagi investor. Dengan adanya perbaikan regulasi tersebut, diharapkan dapat lebih memberikan kepastian hukum bagi para investor dan mampu menjawab permasalahan struktural yang masih dihadapi saat ini.

Page 44: 00 LKM Tw III 2019 - bi.go.id · 2 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan III 2019 Bank Indonesia triwulan sebelumnya sebesar 5,05% (yoy). Konsumsi ... dan konsistensi kebijakan moneter

Bank IndonesiaLaporan Kebijakan Moneter Triwulan III 201940

Sumber: Survei Korporasi dan Sektor Riil Bank Indonesia

19

23

23

38

74

0 10 20 30 40 50 60 70 80

Alat angkut

Tanah

Lainnya

Bangunan

Mesin

%

Bentuk Investasi Korporasi Pada 2020Grafi k 6

Sumber: KPPIP, diolah

Akumulasi Realisasi Progres PSN EstimasiKeteranganEstimasi

Kuartal IV2019

EstimasiKuartal IV

20202018

20172016

Perubahan PSN ke-1:Penambahan 55 proyek +1program industri pesawat

20 Proyek

30 Proyek 62 Proyek103 Proyek

Rp 556 T

Proyek selesai

Proyek dalam tahapkonstruksi dan

mulai beroperasi

Proyek dalam tahapkonstruksi

Proyek dalam tahapTransaksi

Proyek dalam tahappenyiapan

Proyek keluaran daridaftar PSN29 Proyek15 Proyek

32 Proyek +1 program35 GW +1 pemerataan

Ekonomi28 Proyek +1 program35 GW +1 pemerataan

Ekonomi

37 Proyek +1Program 35 GW

96 Proyek +1 program 35 GW

119 Proyek100 Proyek 82 Proyek

6 Proyek 6 Proyek34 proyek + 1 program

industri pesawat

143 ProyekRp 782 T

30 Proyek +3 program

58 Proyek

7 Proyek15 Proyek53 Proyek + 1 program

industri pesawat

5 Proyek59 Proyek +1

program industri pesawat

13 Proyek

81 proyek

Perubahan PSN ke-2:Penambahan 2 proyek +1

program pemerataanekonomi

Proyek Strategis NasionalGrafi k 7

Page 45: 00 LKM Tw III 2019 - bi.go.id · 2 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan III 2019 Bank Indonesia triwulan sebelumnya sebesar 5,05% (yoy). Konsumsi ... dan konsistensi kebijakan moneter

Bank Indonesia Laporan Kebijakan Moneter Triwulan III 2019 41

4 PROSPEK PEREKONOMIAN

PROSPEK PEREKONOMIAN GLOBAL

Prospek Pertumbuhan Ekonomi Global

Ketegangan hubungan dagang kian menekan perekonomian global. Perekonomian global diprakirakan tumbuh melambat pada 2019. Perekonomian kawasan Eropa, India, dan sejumlah negara Emerging Economies (Latin America, Middle East North Africa-MENA) pada tahun 2019 bahkan diprakirakan tumbuh lebih rendah dibandingkan dengan prakiraan sebelumnya. Ketegangan perdagangan tidak hanya berpengaruh terhadap pemburukan kinerja perdagangan dan sektor manufaktur, namun juga sektor jasa dan tenaga kerja. Pertumbuhan ekonomi global pada tahun 2020 diperkirakan membaik meskipun terbatas, didorong oleh respons kebijakan moneter dan fiskal yang akomodatif. Namun, ketidakpastian akibat ketegangan hubungan dagang AS-Tiongkok diprakirakan masih tinggi meskipun perkembangan terakhir cenderung positif. Selain itu, indikasi adanya trade diversion dan supply chain shifting mulai terlihat meskipun masih terbatas. Dengan perkembangan tersebut, volume perdagangan dunia dan harga

komoditas global mulai membaik meskipun juga terbatas pada tahun 2020 (Tabel 4.1).

Perekonomian AS diprakirakan melambat pada 2019 dan 2020. Perang dagang telah menurunkan pertumbuhan ekonomi AS dari 2,9% pada tahun 2018 menjadi sekitar 2,3% pada tahun 2019 dengan tertekannya ekspor yang kemudian berdampak pada permintaan domestik, terutama investasi nonresidensial dan konsumsi rumah tangga. Ketidakpastian tarif berdampak negatif terhadap investasi nonresidensial di tengah pertumbuhan yang melambat paska transisi stimulus fiskal. Ketidakpastian perekonomian tersebut juga menyebabkan personal saving justru meningkat di tengah penurunan personal income. Motif kehati-hatian atau berjaga-jaga atas ketidakpastian tarif menyebabkan penurunan rasio personal saving terhadap disposable income. Perekonomian AS diperkirakan semakin melambat dan tumbuh 2,0% pada tahun 2020. Perlambatan pertumbuhan yang lebih dalam pada tahun 2020 tertahan sebagai dampak respons ekstra kebijakan moneter akomodatif pada tahun 2019.

% yoyPersen, yoy

*Perhitungan Volume Perdagangan Dunia WEO (IMF) memperhitungkan goods & services, Perhitungan Volume Perdagangan Dunia Bank Indonesia hanya memperhitungkan goodsSumber: IMF, Consensus Forecast, Bank Indonesia

PDB2018

Juli 2019 Oktober 2019 Oktober 2019 November 2019 November 2019Agustus 2019Consensus Forecast (CF)WEO (IMF) Bank Indonesia

Negara MajuAmerika SerikatKawasan EuroJepang

TiongkokIndia

Negara Berkembang

Volume Perdagangan Dunia*

Dunia 3,62,22,91,80,84,56,67,13,4

3,21,92,61,30,94,16,27,03,3

3,51,71,91,60,44,76,07,23,4

3,01,72,41,20,93,96,16,11,1

3,41,72,11,40,54,65,87,03,2

3,21,72,31,11,04,46,26,0

3,31,72,31,11,04,46,15,8

3,21,82,31,10,64,26,26,9

3,31,41,81,00,24,85,86,7

3,21,82,31,10,64,26,26,91,6

3,31,62,01,40,64,46,17,22,7

3,01,72,31,00,63,96,25,9-0,3

3,11,52,01,00,54,16,06,60,2

2019 2020 20202019 20202019 20202019 2020 20192019 2020

Prospek Perkembangan Ekonomi GlobalTabel 4.1

Page 46: 00 LKM Tw III 2019 - bi.go.id · 2 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan III 2019 Bank Indonesia triwulan sebelumnya sebesar 5,05% (yoy). Konsumsi ... dan konsistensi kebijakan moneter

Bank IndonesiaLaporan Kebijakan Moneter Triwulan III 201942

Sejalan dengan AS, perekonomian Eropa juga mengalami perlambatan pada 2019 dan 2020 seiring pelemahan ekspor dan investasi. Perekonomian Eropa pada tahun 2019 diperkirakan tumbuh sebesar 1,0% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan prakiraan sebelumnya. Perekonomian Eropa diprakirakan belum membaik di tahun 2020 karena perekonomian kawasan eropa masih fragile. Ekspor masih melemah seiring dengan masih terbatasnya pemulihan ekonomi global, termasuk perlambatan ekonomi Tiongkok sebagai mitra datang utama Eropa. Ketidakpastian pada perekonomian global akibat berlanjutnya ketegangan hubungan dagang juga diperkirakan berdampak negatif pada kinerja ekspor. Sementara itu, kinerja investasi juga diperkirakan melanjutkan pelemahan. Investasi bangunan melemah terutama terkait pekerjaan konstruksi publik (jalan, jembatan, pelabuhan, dan lain-lain) dan investasi nonbangunan melambat tercermin dari penurunan impor barang modal.

Kinerja perekonomian Jepang diprakirakan masih tertahan pada tahun 2019 dan 2020. Ekonomi Jepang pada tahun 2019 diprakirakan tumbuh sebesar 0,5%, lebih rendah dibandingkan dengan prakiraan sebelumnya. Perlambatan tersebut sebagai dampak dari permintaan global yang semakin menurun dan rencana kenaikan pajak konsumsi pada Oktober 2019. Dampak rambatan dari pajak konsumsi dan ketegangan hubungan dagang AS-Tiongkok diprakirakan masih berlanjut di 2020. Perekonomian Jepang pada 2020 diperkirakan hanya tumbuh sebesar 0,5% (yoy). Dalam jangka menengah, pertumbuhan ekonomi Jepang juga akan masih terkendala permasalahan struktural berupa aging population yang tinggi.

Ekonomi Tiongkok 2019 dan 2020 diprakirakan masih melambat. Ekspor dan investasi yang tertekan berdampak pada pertumbuhan ekonomi Tiongkok yang diperkirakan menurun dari 6,6% pada tahun 2018 menjadi sekitar 6,2% pada 2019. Perekonomian Tiongkok pada 2020 diperkirakan masih akan melambat, yakni tumbuh sebesar 6,0% (yoy). Ekspor Tiongkok terus tertekan oleh pengenaan tarif AS dan perlambatan ekonomi global. Investasi juga tertekan seiring dengan sektor manufaktur yang melambat disertai permintaan yang masih lemah. Namun demikian, investasi

infrastruktur diperkirakan membaik pada 2020 didukung oleh percepatan Local Government Special Bond, penurunan mortgage rate, dan pemugaran shantytown. Sementara itu, stimulus konsumsi melalui penurunan Personal Income Tax (PIT)1 yang telah berjalan sejak Oktober 2019 belum mampu mendorong pertumbuhan konsumsi.

Prospek Volume Perdagangan dan Harga Komoditas Global

Ketegangan hubungan dagang yang masih berlanjut dan sejumlah risiko geopolitik menekan volume perdagangan dunia. Data realisasi sementara triwulan III 2019 hingga Agustus 2019 menunjukkan kontraksi (-1,3%, yoy)-(Grafik 4.1). Realisasi tersebut juga lebih dalam dibandingkan dengan kontraksi pada triwulan sebelumnya sebesar (-0,5%, yoy). Perlambatan WTV tersebut diperkirakan terus berlanjut hingga akhir 2019 seiring dengan aktivitas investasi berbagai negara dunia yang diperkirakan masih tertekan hingga akhir tahun. Dengan perkembangan tersebut, WTV tahun 2019 dan 2020 masing-masing diperkirakan tumbuh sebesar -0,3% (yoy) dan 0,2% (yoy), jauh lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan WTV pada tahun 2018 yang tercatat sebesar 4,0% (yoy). WTV pada 2020

1 Pemerintah Tiongkok menaikkan nominal Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) dan memperbesar range kelompok yang dikenakan tarif pajak terendah pada skema pajak penghasilan progresif.

Aktivitas Ekspor GlobalGrafi k 4.1

Sumber: CPB, diolah; *data s.d. Agustus 2019

-1,3-1,1

-1,5 -2-101234567

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I III*II

2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

%yoy

WTV

WTV Impor

WTV Ekspor

Page 47: 00 LKM Tw III 2019 - bi.go.id · 2 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan III 2019 Bank Indonesia triwulan sebelumnya sebesar 5,05% (yoy). Konsumsi ... dan konsistensi kebijakan moneter

Bank Indonesia Laporan Kebijakan Moneter Triwulan III 2019 43

diperkirakan membaik meski terbatas, ditopang oleh stimulus kebijakan berbagai negara untuk mendorong aktivitas perekonomian.

Harga minyak pada 2019 dan 2020 diprakirakan masih dalam tren melambat. Penurunan harga minyak terutama disebabkan oleh permintaan yang masih lemah sehingga terjadi net-supply. Prakiraan net-supply minyak meningkat seiring dengan proyeksi Energy Information Administration (EIA) pada Oktober 2019 yang memperkirakan pertumbuhan permintaan minyak global pada tahun 2019 dan 2020 masing-masing sebesar 0,89% dan 1,30%. Angka tersebut lebih rendah dibandingkan dengan proyeksi EIA sebelumnya (Agustus 2019) yang memperkirakan permintaan minyak tumbuh sebesar 1,07% pada tahun 2019 dan 1,42% pada tahun 2020. Dari sisi supply, produksi minyak dari AS masih meningkat ditopang oleh adanya pipeline baru, walau capital expenditure (capex) mengalami perlambatan seiring dengan lemahnya investasi AS di sektor pertambangan (Grafik 4.2).

PROSPEK DAN RISIKO PEREKONOMIAN DOMESTIK

Momentum pertumbuhan ekonomi diprakirakan tetap terjaga di tengah perekonomian global yang melambat. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2019 diprakirakan berada di sekitar 5,1% (Tabel 4.2). Dari sisi domestik, prakiraan tersebut ditopang oleh permintaan domestik yang tetap kuat, khususnya kinerja konsumsi rumah tangga yang membaik sejalan dengan porsi penduduk kelas menengah yang membesar dan stabilitas harga yang terjaga. Permintaan domestik juga ditopang oleh konsumsi pemerintah dan investasi yang diprakirakan tetap tumbuh, meskipun melemah

dibandingkan dengan capaian tahun sebelumnya. Dari sisi eksternal, perbaikan kinerja ekspor pada 2019 diprakirakan belum kuat dan mengalami penurunan dibandingkan dengan pertumbuhan pada tahun sebelumnya dipengaruhi oleh penurunan permintaan dan harga komoditas dunia. Seiring dengan penurunan ekspor dan perbaikan investasi yang belum kuat, impor diprakirakan menurun. Penurunan tersebut juga tidak terlepas dari dampak kebijakan yang telah ditempuh untuk mengurangi defisit neraca transaksi berjalan. Ke depan, Bank Indonesia akan mencermati perkembangan ekonomi global dan domestik. Koordinasi Bank Indonesia dengan Pemerintah dan otoritas terkait terus diperkuat guna mempertahankan stabilitas ekonomi, mendorong permintaan domestik, serta meningkatkan ekspor, pariwisata, dan aliran masuk modal asing, termasuk Penanaman Modal Asing (PMA). Dengan perkembangan tersebut, pertumbuhan ekonomi pada 2020 diprakirakan berada pada kisaran 5,1-5,5%.

Produksi MinyakGrafi k 4.2

-20

-10

0

10

20

30

40

50

456789

10111213

1 5 9 1 5 9 1 5 9 1 5 9 1 5 9 1 5 9 1 5 9

2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

% yoymbpd

Sumber : US Dept. of Energy

Pertumbuhan Produksi Minyak (Skala kanan)

9,4

Produksi Minyak Mentah AS

12,8

% yoy

Sumber: BPS; *Proyeksi Bank Indonesia

I II IIIKonsumsi Rumah TanggaKonsumsi PemerintahInvestasi (PMTDB)EksporImporPDB

Komponen PDB Pengeluaran 2017 2018 2020*2019*2019

4,942,136,158,918,065,07

5,025,205,03-1,87-7,395,07

5,178,255,01-1,98-6,785,05

5,010,984,210,02-8,615,02

5,054,806,676,48

12,045,17

5,0 - 5,44,0 - 4,44,6 - 5,0

-1,0 - -0,6-6,8 - -6,4sekitar 5,1

4,9 - 5,33,0 - 3,45,4 - 5,82,3 - 2,70,9 - 1,35,1 - 5,5

ProyeksiProyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi PengeluaranTabel 4.2

Page 48: 00 LKM Tw III 2019 - bi.go.id · 2 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan III 2019 Bank Indonesia triwulan sebelumnya sebesar 5,05% (yoy). Konsumsi ... dan konsistensi kebijakan moneter

Bank IndonesiaLaporan Kebijakan Moneter Triwulan III 201944

Kinerja konsumsi rumah tangga diprakirakan membaik dan menjadi penopang bagi pertumbuhan ekonomi yang berdaya tahan. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada 2019 diprakirakan membaik dibandingkan capaian pada 2018 dan berada pada kisaran 5,0-5,4%. Pertumbuhan tersebut didukung oleh tingkat keyakinan konsumen yang tetap terjaga, konsumsi rumah tangga berpendapatan rendah yang tetap tumbuh sejalan dengan stimulus fiskal pemerintah melalui bantuan sosial yang terus berlanjut, serta terjaganya daya beli didukung oleh inflasi yang terkendali. Perubahan strukur kelas pendapatan masyarakat dalam dua terakhir yang menunjukkan porsi penduduk berpendapatan kelas menengah semakin membesar dan dominan, memiliki dampak positif terhadap kinerja konsumsi rumah tangga yang makin resilien. Resiliensi kinerja konsumsi rumah tangga diprakirakan akan terus berlanjut pada 2020 sehingga dapat tumbuh dalam kisaran 4,9-5,3%. Pertumbuhan tersebut juga ditopang oleh penerimaan ekspor yang diprakirakan membaik, upah minimum provinsi (UMP) yang diprakirakan meningkat, serta penyaluran bantuan sosial pemerintah yang dialokasikan lebih tinggi dibandingkan dengan alokasi pada tahun sebelumnya, antara lain terkait peningkatan besaran bantuan yang diterima Keluarga Penerima Manfaat (KPM).

Konsumsi pemerintah diprakirakan tidak setinggi pencapaian pada tahun sebelumnya. Konsumsi pemerintah pada 2019 diprakirakan tumbuh pada kisaran 4,0-4,4%, lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada 2018 sebesar 4,8%. Perkembangan tersebut terutama didorong oleh ekspansi belanja pemerintah pada 2019 yang tertahan di tengah penerimaan yang lebih rendah. Hal ini dipengaruhi antara lain oleh penerimaan pajak yang lebih rendah dari prakiraan yang tidak terlepas dari pengaruh penurunan harga komoditas, termasuk harga minyak, dan menurunnya aktivitas perdagangan ekspor-impor. Konsumsi pemerintah pada 2020 diprakirakan tumbuh pada kisaran 3,0-3,4%, dengan kebijakan fiskal akan lebih diarahkan untuk akselerasi daya saing melalui inovasi dan penguatan kualitas sumber daya manusia. Belanja pemerintah dialokasikan ke berbagai program di bidang pendidikan, bidang kesehatan, bidang perlindungan sosial, dan infrastruktur.

Investasi pada 2019 diprakirakan tumbuh terbatas, dan baru akan kembali membaik pada 2020. Pertumbuhan investasi pada 2019 diprakirakan tumbuh pada kisaran 4,6-5,0%, tidak setinggi capaian pertumbuhan pada tahun sebelumnya sebesar 6,67%. Tertahannya pertumbuhan investasi dipengaruhi oleh kinerja investasi nonbangunan yang melambat sejalan dengan perkembangan ekspor yang menurun. Kegiatan belanja investasi juga tertahan pada 2019 seiring ekspor yang menurun dan perilaku wait and see investor yang dipengaruhi ketidakpastian akibat perlambatan ekonomi dunia yang berdampak pada kinerja perekonomian domestik, dan penurunan purchasing manager index (PMI) manufaktur yang tercermin pada indeks tendensi bisnis yang berada dalam tren penurunan. Sementara itu, investasi bangunan masih tumbuh positif sejalan dengan pembangunan proyek strategis nasional yang terus berlangsung. Pada 2020, kinerja investasi diprakirakan membaik dan tumbuh pada kisaran 5,4-5,8%. Perbaikan kinerja investasi ditopang oleh perbaikan kinerja ekspor sejalan dengan prospek pertumbuhan ekonomi dunia dan harga komoditas yang lebih baik dari 2019. Di samping itu, perbaikan investasi juga didukung upaya reformasi struktural pemerintah yang terus berlanjut untuk memperbaiki iklim investasi, pembangunan proyek strategis nasional yang terus berlanjut, serta dampak kebijakan akomodatif yang telah ditempuh sehingga mendorong penurunan cost of investment.

Dari sisi eksternal, kinerja ekspor untuk keseluruhan tahun 2019 diprakirakan mengalami penurunan. Ketegangan hubungan antara Amerika Serikat dengan Tiongkok yang berdampak pada penurunan volume perdagangan dan harga komoditas dunia, serta prospek pertumbuhan ekonomi dunia yang melambat berdampak pada kinerja ekspor yang menurun. Perbaikan ekspor diprakirakan belum merata (broad based) dan belum kuat, antara lain peningkatan ekspor berbasis komoditas dan manufaktur, seperti ekspor bijih besi, emas dan otomotif. Dengan perkembangan tersebut, ekspor pada 2019 diprakirakan mengalami kontraksi, yakni berada pada kisaran -1,0- -0,6%. Ke depan, ekspor diprakirakan berada pada lintasan perbaikan seiring dengan perbaikan volume perdagangan dan harga komoditas, dan diprakirakan tumbuh pada kisaran 2,3-2,7% pada 2020.

Page 49: 00 LKM Tw III 2019 - bi.go.id · 2 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan III 2019 Bank Indonesia triwulan sebelumnya sebesar 5,05% (yoy). Konsumsi ... dan konsistensi kebijakan moneter

Bank Indonesia Laporan Kebijakan Moneter Triwulan III 2019 45

Sejalan dengan ekspor dan investasi yang menurun, impor juga diprakirakan mengalami penurunan. Perbaikan ekspor yang belum cukup kuat, serta tertahannya pertumbuhan investasi, khususnya investasi nonbangunan berdampak pada impor yang menurun. Penurunan tersebut terutama terkait impor bahan baku, dan barang modal seperti alat angkut dan alat berat untuk mendukung kegiatan pertambangan. Di samping itu, penurunan impor juga merupakan dampak dari bauran kebijakan yang telah ditempuh Pemerintah, Bank Indonesia dan otoritas lainnya guna mengurangi defisit neraca transaksi berjalan. Penurunan impor migas juga tidak terlepas dari kebijakan program B20 dan kebijakan substitusi impor minyak yang telah diimplementasikan. Dengan perkembangan tersebut, impor pada 2019 diprakirakan berada pada kisaran -6,8 - -6,4%. Ke depan, impor diprakirakan akan kembali meningkat seiring dengan prospek kegiatan investasi dan ekspor yang diprakirakan membaik. Sementara itu, impor migas diprakirakan masih dapat dijaga di tengah upaya pemerintah mempercepat program B30, kebijakan susbstitusi impor minyak yang diperkirakan masih berlanjut, serta penerapan bauran kebijakan lainnya guna mengurangi defisit neraca transaksi berjalan. Impor pada 2020 diprakirakan akan berada pada kisaran 0,9 – 1,3%

Di sisi lapangan usaha (LU), prospek pertumbuhan ekonomi dalam jangka pendek sebagian besar ditopang oleh sektor tersier. 2 Kinerja beberapa LU di sektor tersier pada 2019 diprakirakan tumbuh meningkat dan tetap tinggi di tengah pertumbuhan sektor primer dan sektor sekunder yang mengalami perlambatan (Tabel 4.3). Peningkatan pertumbuhan pada 2019 diprakirakan terutama berlangsung pada LU transportasi, pergudangan, informasi dan komunikasi. Peningkatan tersebut didorong oleh perkembangan informasi dan komunikasi yang meningkat sejalan dengan ketersediaan infrastruktur telekomunikasi yang semakin baik. Hal ini juga diikuti oleh perkembangan e-commerce yang semakin meningkat, dan mendorong kegiatan ekonomi lainnya seperti, perdagangan retail, pergudangan, dan transportasi ekspedisi pengiriman barang. LU di sektor tersier lainnya yang menjadi penopang pertumbuhan ekonomi yaitu LU jasa keuangan, real estat dan jasa perusahaan. Peningkatan di LU ini didorong oleh aktivitas kegiatan usaha perbankan yang tetap tumbuh, dan pengelolaan dana asuransi dan dana pensiun yang terus berkembang. Perkembangan LU di sektor tersier diprakirakan akan makin membaik pada 2020, dan tetap berperan sebagai penopang pertumbuhan ekonomi.

2 Sektor tersier meliputi LU: 1) LU Listrik, Gas, Air Bersih, dan Pengadaan Air; 2) Konstruksi; 3) Perdagangan dan Penyediaan Akomodasi dan Mamin; 4) Transportasi, Pergudangan, Informasi dan Komunikasi; 5) Jasa Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan; dan 6) Jasa-jasa lainnya

Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Lapangan UsahaTabel 4.3

Sumber: BPS; ^Proyeksi Bank Indonesia

Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan PerikananPertambangan dan PenggalianIndustri PengolahanListrik, Gas, Air Bersih, dan Pengadaan Air *KonstruksiPerdagangan dan Penyediaan Akomodasi dan Mamin**Transportasi, Pergudangan, Informasi dan Komunikasi***Jasa Keuangan, Real Estat, dan Jasa Perusahaan****Jasa-jasa Lainnya*****PDB

Komponen PDB Lapangan Usaha

*) Penggabungan 2 lap. usaha: (i) Pengadaan Listrik dan Gas dan (ii) Pengadaan Air**) Penggabungan 2 lap. usaha: (i) Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Motor serta (ii) Penyediaan akomodasi dan***) Penggabungan 2 lap. usaha: (i) Transportasi dan Pergudangan serta (ii) Informasi dan Komunikasi****) Penggabungan 3 lap. usaha: (i) Jasa Keuangan, (ii) Real Estate dan (iii) Jasa Perusahaan *****) Penggabungan 4 lap. usaha: (i) Adm. Pemerintahan, Pertahanan, Jaminan Sosial Wajib, (ii) Jasa Pendidikan, (iii) Jasa Kesehatan dan Kegiatan lainnya dan (iv) Jasa Lainnya

% yoy

I II III3,87 3,91 1,82 5,33 3,08 3,1 - 3,5 3,5 - 3,90,66 2,16 2,32 -0,71 1,94 0,8 - 1,2 1,0 - 1,44,29 4,27 3,86 3,54 4,15 3,9 - 4,3 3,9 - 4,31,76 5,47 4,48 2,65 3,81 3,6 - 4,0 4,7 - 5,16,80 6,09 5,91 5,69 5,65 5,6 - 6,0 5,9 - 6,34,63 5,10 5,38 4,80 4,86 4,9 - 5,3 5,1 - 5,59,12 7,03 7,36 7,88 8,02 7,8 - 8,2 7,9 - 8,35,43 4,87 7,32 6,07 6,95 6,6 - 7,0 6,2 - 6,64,37 6,85 7,10 8,39 6,43 7,0 - 7,4 6,1 - 6,55,07 5,17 5,07 5,05 5,02 Sekitar 5,1 5,1 - 5,5

2020^2017 2018 2019 2019^

Page 50: 00 LKM Tw III 2019 - bi.go.id · 2 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan III 2019 Bank Indonesia triwulan sebelumnya sebesar 5,05% (yoy). Konsumsi ... dan konsistensi kebijakan moneter

Bank IndonesiaLaporan Kebijakan Moneter Triwulan III 201946

Kinerja sektor primer diprakirakan melambat pada 2019, dan baru akan kembali membaik pada 2020.3 Pertumbuhan LU pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan pada keseluruhan tahun 2019 diprakirakan lebih rendah dari capaian pada tahun sebelumnya. Musim kemarau yang berkepanjangan disertai curah hujan yang rendah berdampak pada produksi bahan tanaman pangan dan hortikultura yang kurang optimal. Di samping itu, penurunan harga komoditas dunia akibat pelemahan permintaan dunia berdampak pada insentif produksi tanaman perkebunan yang menurun. Sementara itu, perbaikan produksi dan ekspor bijih besih, nikel dan emas belum cukup kuat menopang perbaikan LU pertambangan dan penggalian, di tengah harga komoditas dan permintaan dunia yang menurun. Pergeseran puncak curah hujan ke paruh pertama 2020 diprakirakan akan mendukung perbaikan produksi pertanian. Perkembangan harga komoditas dan permintaan dunia yang diprakirakan lebih baik pada 2020 juga akan mendorong perbaikan di LU pertambangan dan penggalian.

Pertumbuhan sektor sekunder diprakirakan belum cukup kuat menopang pertumbuhan ekonomi pada 2019. 4 LU industri pengolahan pada 2019 diprakirakan tumbuh melambat dibandingkan dengan pertumbuhan pada tahun sebelumnya. Pelemahan pertumbuhan ekonomi global berdampak pada menurunnya permintaan dunia yang kemudian merambat ke pelemahan kinerja industri pengolahan berbasis ekspor. Hal ini sejalan dengan menurunnya impor bahan baku, dan barang modal. Pada akhir 2019, industri makanan dan minuman, industri otomotif dan industri semen diprakirakan membaik, meskipun belum cukup untuk memperkuat perbaikan LU industri pengolahan secara keseluruhan tahun 2019. Industri pengolahan diperkirakan tumbuh lebih tinggi pada 2020 didorong oleh perkembangan industri smelter yang sudah beroperasi di beberapa kawasan industri, tujuan ekspor manufaktur yang lebih terdiversifikasi, serta tingkat keyakinan pelaku bisnis yang lebih baik.

3 Sektor usaha primer meliputi: 1) LU Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan; dan 2) Pertambangan dan Penggalian

4 Sektor usaha sekunder meliputi: 1) LU Industri Pengolahan

Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi pada 2019 dan 2020 akan tetap berdaya tahan di tengah perkembangan global yang kurang menguntungkan. Risiko dari eksternal yang akan memengaruhi perekonomian domestik, antara lain terkait dengan ketegangan hubungan dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan Tiongkok dan sejumlah negara lain. Ketidakpastian yang disebabkan ketegangan hubungan dagang tersebut berimbas pada volume perdagangan dan harga komoditas dunia yang menurun, serta prospek perekonomian global yang melambat. Risiko global yang patut dicermati juga terkait dengan kebijakan yang mendahulukan kepentingan ekonomi dalam negeri (inward looking policy), perundingan keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit), serta sejumlah risiko geopolitik yang silih berganti. Dari domestik, perekonomian masih menghadapi tantangan berupa upaya untuk menurunkan defisit neraca transaksi berjalan pada level yang sehat, melanjutkan agenda reformasi struktural, yakni perbaikan iklim investasi dan daya saing melalui penyerdehanaan perijinan, peraturan, dan perbaikan infrastruktur (Grafik 4.3).

PROSPEK INFLASI

Inflasi IHK pada keseluruhan tahun 2019 diprakirakan tetap terkendali pada level yang rendah dan stabil, yaitu berada di sekitar 3,1%. Terkendalinya inflasi IHK pada tahun 2019 ditopang oleh

Fan Chart Proyeksi Pertumbuhan EkonomiGrafi k 4.3

Sumber: Bank Indonesia

8

7

6

5

4

3I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2017 2018 2019 20212020

%yoy10% CI20% CI30% CI40% CI50% CI60% CI70% CI

5,025,05

5,07

80% CI90% CIPDB Historis

Page 51: 00 LKM Tw III 2019 - bi.go.id · 2 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan III 2019 Bank Indonesia triwulan sebelumnya sebesar 5,05% (yoy). Konsumsi ... dan konsistensi kebijakan moneter

Bank Indonesia Laporan Kebijakan Moneter Triwulan III 2019 47

inflasi inti yang diperkirakan tetap terjaga serta inflasi volatile food dan administered prices yang tetap rendah. Terkendalinya inflasi inti sejalan dengan ekspektasi inflasi dan nilai tukar yang terjaga serta pergerakan harga emas yang melandai. Sementara itu, inflasi volatile food diperkirakan lebih rendah dibandingkan perkiraan sebelumnya sejalan dengan ketersediaan pasokan yang memadai seiring dengan berakhirnya musim kemarau. Inflasi administered prices juga diperkirakan lebih rendah dibandingkan perkiraan sebelumnya dipengaruhi oleh koreksi tarif angkutan udara. Meskipun demikian, masih terdapat risiko kenaikan inflasi yang perlu dicermati yang bersumber dari (i) transmisi kenaikan cukai tembakau yang akan diberlakukan pada awal tahun 2020; (ii) transmisi perbaikan harga komoditas pangan global yang mulai mencatat inflasi; (iii) gangguan cuaca dan bencana alam; serta (iv) tarif angkutan udara yang diperkirakan mulai meningkat sejalan dengan tingginya permintaan menjelang Natal dan libur akhir tahun.

Inflasi inti pada tahun 2019 diperkirakan tetap terjaga sejalan dengan ekspektasi inflasi dan nilai tukar yang terjaga serta proyeksi harga emas global yang melandai. Inflasi inti yang terjaga tidak terlepas dari konsistensi kebijakan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas harga, termasuk dalam mengarahkan ekspektasi inflasi dan mengendalikan nilai tukar Rupiah sesuai dengan fundamentalnya. Nilai tukar Rupiah secara rata-rata pada November 2019 cenderung menguat sehingga menjadi penopang terjaganya inflasi inti pada tahun 2019. Ekspektasi inflasi juga masih terjangkar yang tercermin dalam ekspektasi inflasi berdasarkan Consensus Forecast November 2019 yang berada di bawah titik tengah kisaran sasaran inflasi tahun 2019 yakni sebesar 3,1%. Selain itu, terjaganya inflasi inti pada tahun 2019 juga sejalan dengan proyeksi tren harga emas global yang melandai sampai dengan akhir tahun 2019, bahkan tercatat mengalami deflasi pada November 2019.

Inflasi volatile food pada tahun 2019 diperkirakan lebih rendah dibandingkan dengan proyeksi sebelumnya, didukung oleh ketersediaan pasokan yang memadai. Lebih rendahnya perkiraan inflasi volatile food didorong oleh realisasi produksi komoditas pangan yang lebih tinggi dari prakiraan semula, serta prediksi pasokan yang memadai sampai akhir tahun 2019 seiring dengan berakhirnya musim kemarau. Perkiraan pasokan yang memadai terutama terdapat pada komoditas telur ayam, beras, minyak goreng, serta bumbu-bumbuan seperti aneka cabai dan bawang merah sejalan dengan adanya kebijakan Pemerintah dalam pengurangan day old chicken (DOC), pasokan impor yang memadai, serta penurunan harga CPO global.

Inflasi administered prices pada tahun 2019 diperkirakan lebih rendah dari perkiraan semula seiring dengan masih berlanjutnya dampak penurunan tarif angkutan udara. Lebih rendahnya perkiraan inflasi administered prices seiring dampak penurunan tarif angkutan udara yang masih berlangsung dan diperkirakan semakin dalam, terutama pada saat penurunan permintaan sesuai pola musiman. Selain itu, permintaan akan angkutan udara diperkirakan tidak setinggi periode-periode sebelumnya sehingga tekanan inflasi tarif angkutan udara diperkirakan terbatas. Kondisi tersebut diperkirakan juga terjadi pada moda transportasi lainnya, seperti angkutan antarkota dan kereta api.

Pada tahun 2020, inflasi IHK diprakirakan terkendali dalam rentang sasaran inflasi 3,0 ± 1%. Inflasi yang terkendali ditopang oleh inflasi inti yang terjaga serta inflasi volatile food yang diprakirakan menurun. Nilai tukar yang stabil dan ekspektasi inflasi yang terjangkar diperkirakan dapat menopang terjaganya inflasi inti. Sementara itu, inflasi volatile food diperkirakan menurun sejalan dengan prediksi kecukupan pasokan domestik yang masih memadai, perkiraan cuaca yang baik, gangguan pada pola tanam petani yang minimal, serta realisasi kebijakan impor holtikultura yang berjalan baik. Sementara inflasi administered prices diperkirakan meningkat sejalan dengan kenaikan cukai tembakau yang akan diberlakukan pada awal tahun 2020.

Page 52: 00 LKM Tw III 2019 - bi.go.id · 2 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan III 2019 Bank Indonesia triwulan sebelumnya sebesar 5,05% (yoy). Konsumsi ... dan konsistensi kebijakan moneter

RISIKO INFLASI

Dalam jangka pendek, terdapat berbagai risiko yang dapat mendorong peningkatan inflasi, yang terutama bersumber dari inflasi kelompok administered prices. Risiko inflasi tersebut tercermin pada range proyeksi inflasi yang lebih lebar ke atas dalam fan chart proyeksi inflasi (Grafik 4.4). Risiko tekanan inflasi pada kelompok administered prices bersumber antara lain dari tambahan kenaikan inflasi terkait kenaikan cukai rokok pada tahun 2020. Dari kelompok inti dan volatile food, risiko tekanan inflasi bersumber dari gangguan cuaca dan bencana alam sehingga berpotensi mendorong inflasi aneka cabai dan bawang merah. Di samping itu, perbaikan harga komoditas pangan global yang mulai mencatat inflasi perlu untuk mendapat perhatian. Mencermati hal tersebut, Bank Indonesia akan tetap konsisten menjaga stabilitas harga dan memperkuat koordinasi kebijakan dengan Pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah, guna memastikan inflasi terjaga dalam kisaran sasaran.

Fan Chart Proyeksi InflasiGrafik 4.4

Sumber: Bank Indonesia

0

1

2

3

4

5

6

7

8% yoy

10% CI

20% CI

30% CI

40% CI

50% CI

60% CI

70% CI

80% CI

90% CI

In�asi Historis

2,48

3,393,28

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2017 2018 2019 20212020

Page 53: 00 LKM Tw III 2019 - bi.go.id · 2 Laporan Kebijakan Moneter Triwulan III 2019 Bank Indonesia triwulan sebelumnya sebesar 5,05% (yoy). Konsumsi ... dan konsistensi kebijakan moneter