achmadqurony.files.wordpress.com  · Web viewMenurut M. Umar DM (2008; 1) Secara umum hambatan...

58
0 , MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI ADAFTIF UNTUK OPTIMALISASI GERAK MOTORIK HALUS (FINE MOTOR SKILLS) BAGI ANAK TUNA GRAHITA SEDANG DI SLB NEGERI PEMBINA MATARAM TAHUN 2013 RANCANGAN TESIS (Diajukan untuk melengkapi salah satu tugas Mata Kuliah Penelitian Kependidikan Dr. Wahyu Lestari, MPd)) Disusun Oleh : NAMA : AHMAD QURONI NIM : 0602511063 PRODI : S2 PENDIDIKAN OLAHRAGA

Transcript of achmadqurony.files.wordpress.com  · Web viewMenurut M. Umar DM (2008; 1) Secara umum hambatan...

Page 1: achmadqurony.files.wordpress.com  · Web viewMenurut M. Umar DM (2008; 1) Secara umum hambatan belajar yang dihadapi anak tunagrahita mencakup hambatan yang berkebutuhan dengan masalah

0

,MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI ADAFTIF UNTUK

OPTIMALISASI GERAK MOTORIK HALUS (FINE MOTOR SKILLS)BAGI ANAK TUNA GRAHITA SEDANG DI SLB NEGERI

PEMBINA MATARAMTAHUN 2013

RANCANGAN TESIS

(Diajukan untuk melengkapi salah satu tugas Mata Kuliah Penelitian Kependidikan Dr. Wahyu Lestari, MPd))

Disusun Oleh :

NAMA : AHMAD QURONI

NIM : 0602511063

PRODI : S2 PENDIDIKAN OLAHRAGA

PROGRAM PASCASARJANAPROGRAM STUDI PENDIDIKAN OLAHRAGA

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG2012

Page 2: achmadqurony.files.wordpress.com  · Web viewMenurut M. Umar DM (2008; 1) Secara umum hambatan belajar yang dihadapi anak tunagrahita mencakup hambatan yang berkebutuhan dengan masalah

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Negara telah menjamin dalam Undang-Undang Dasar 1945 terutama pada

Pasal 31 ayat 1 yang menyatakan bahwa “Tiap-tiap warga negara berhak

mendapat pengajaran”. Ayat ini memiliki beberapa implikasi terhadap

pembangunan dalam bidang pendidikan, antara lain adalah: (1) pengajaran

merupakan hak bagi setiap warga negara, maka ada suatu kewajiban (dari

pemerintah, masyarakat, dan lain-lain) untuk memenuhi kebutuhan pendidikan ;

dan (2) pengajaran merupakan hak bagi setiap warga negara, maka tidak ada

deskriminasi atau pembedaan atau pengkastaan bagi tiap warga negara dalam

mendapatkan pengajaran. Semua anak termasuk anak yang mempunyai

kebutuhan khusus, sama-sama memiliki hak yang sama dalam memperoleh

pengajaran dan pendidikan, yang implikasinya dituangkan dalam bentuk

bagaimana upaya dalam memberikan pelayanan yang adil dan fair terhadap

semua anak.

Efektivitas pengajaran sangat ditentukan oleh pendekatan pengajaran

yang dipilih guru atas dasar pengetahuan guru terhadap sifat keterampilan atau

tugas gerak yang akan dipelajari oleh siswa. Penyelenggaraan pendidikan bagi

anak dengan kebutuhan khusus dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain

melalui pembelajaran pendidikan jasmani dan olahraga. Manfaat pendidikan

jasmani dan olahraga telah teruji dalam upaya memberdayakan manusia.

Diperlukan adanya model sebagai upaya pengembangan pemberdayaan anak

Page 3: achmadqurony.files.wordpress.com  · Web viewMenurut M. Umar DM (2008; 1) Secara umum hambatan belajar yang dihadapi anak tunagrahita mencakup hambatan yang berkebutuhan dengan masalah

2

dengan kebutuhan khusus melalui pendidikan jasmani. Salah satu bentuk program

pendidikan jasmani yang sesuai dengan anak dengan kebutuhan khusus adalah

program pendidikan jasmani adaptif (disesuaikan).

Arma Abdullah (1996 : 3) mengemukakan bahwa pendidikan jamani

adapatif adalah pendidikan melalui program aktivitas jasmani yang dimodifikasi

untuk memungkinkan individu dengan kelainan memperoleh kesempatan untuk

berpartisipasi dengan aman, sukses, dan memperoleh kepuasan. Secara mendasar

pendidikan jasmani adaptif adalah sama dengan pendidikan jasmani biasa.

Pendidikan jasmani merupakan salah satu aspek dari seluruh proses pendidikan

secara keseluruhan. Pendidikan jasmani adaptif merupakan suatu sistem

penyampaian layanan yang bersifat menyeluruh (comprehensif) dan dirancang

untuk mengetahui, menemukan dan memecahkan masalah dalam ranah

psikomotor.

Pendidikan jasmani memiliki peran dan makna yang sangat berharga bagi

anak dengan kebutuhan khusus. Manfaat pendidikan jasmani bagi anak dengan

kebutuhan khusus bukan hanya pada aspek fisik atau psikomotor, melainkan juga

bermanfaat pada pengembangan aspek kognitif, afektif maupun sosial. Bucher

(1979:114) mengemukakan manfaat pendidikan jasmani bagi anak dengan

kebutuhan khusus, yaitu: (1) membantu mengenali kelainannya dan

mengarahkannya pada penanganan yang sesuai; (2) memberi kebahagiaan bagi

orang yang tidak normal; (3) memberi pengalaman bermain yang menyenangkan;

(4) membantu anak mencapai kemampuan dan latihan fisik sesuai dengan

keterbatasannya; (5) memberi banyak kesempatan mempelajari keterampilan

Page 4: achmadqurony.files.wordpress.com  · Web viewMenurut M. Umar DM (2008; 1) Secara umum hambatan belajar yang dihadapi anak tunagrahita mencakup hambatan yang berkebutuhan dengan masalah

3

yang sesuai dengan anak-anak yang memiliki kelainan untuk meraih sukses; dan

(6) berperan bagi kehidupan yang lebih produktif bagi anak dengan kebutuhan

khusus dengan mengembangkan kualitas fisik yang diperlukan untuk memenuhi

tuntutan hidup sehari-hari.

Bucher (1979: 123-134) mengklasifikasikan anak yang memerlukan

penanganan melalui pendidikan jasmani dan olahraga berdasarkan kebutuhannya

ke dalam: (1) siswa yang berhambatan secara fisik; (2) siswa yang terhambat

secara mental; (3) siswa bergangguan emosional; (4) siswa yang tidak

diuntungkan secara kultural; (5) siswa yang tidak memiliki koodinasi yang baik;

dan (6) siswa yang berbakat dan kreatif

Ada kebutuhan untuk memikirkan metode-metode apa yang paling

efektif dalam mengajar anak dengan kebutuhan khusus. Metode ini juga beragam

sesuai dengan sifat hambatan siswa. Puthoff dalam Bucher (1979: 123)

mengemukakan bahwa empat strategi pembelajaran yang dapat digunakan dalam

mengajar pendidikan jasmani kepada siswa dengan kebutuhan khusus, yaitu (1)

modifikasi Isi; (2) modifikasi tingkat belajar; (3) pilihan gaya mengajar/belajar;

(4) mengatur latar lingkungan kelas internal

Anak dengan kebutuhan khusus adalah anak yang secara signifikan

(bermakna) mengalami kelainan/penyimpangan (phisik, mental-intelektual,

sosial, emosional) dalam proses pertumbuhan/perkembangannya dibandingkan

dengan anak-anak lain seusianya sehingga anak yang mempunyai kebutuhan

khusus (ABK) memerlukan pelayanan pendidikan khusus yang dalam

permasalahan ini adalah anak tunagrahita.

Page 5: achmadqurony.files.wordpress.com  · Web viewMenurut M. Umar DM (2008; 1) Secara umum hambatan belajar yang dihadapi anak tunagrahita mencakup hambatan yang berkebutuhan dengan masalah

4

Anak tunagrahita memerlukan layanan pembelajaran yang mengacu

kepada kebutuhannya yang lebih khusus karena mempunyai karateristik

kemampuan atau keterbatasan belajar dan adaptasi sosialnya berada dibawah

rata-rata kemampuan anak pada umumnya. Identifikasi terhadap keadaan anak

tunagrahita dipandang perlu guna untuk mengetahui tingkat keterbatasannya,

dengan mengetahui keterbatasan anak tunagrahita seorang guru dapat

melakukan tindakan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa.

Anak tunagrahita adalah anak yang cacat pikiran, lemah daya tangkap,

idiot (KBBI, 2002 : 1223). Tunagrahita atau sering dikenal dengan cacat mental

adalah kemampuan mental yang berada di bawah normal, tolak ukur yang sering

digunakan adalah tingkat kecerdasan atau IQ (intelegency quotion). Anak yang

secara signifikann mempunyai IQ di bawah normal dikelompokkan sebagai anak

tunagrahita, sebagaimana halnya dengan kecacatan yang lain bahwa anak

tunagrahita dikelompokkan dalam beberapa tingkatan yaitu, tunagrahita ringan,

tunagrahita sedang, tunagrahita berat (Wardani dkk, 2007:1.9).

Tunagrahita (retardasi mental) adalah anak yang secara nyata mengalami

hambatan dan keterbelakangan perkembangan mental jauh dibawah rata-rata

sedemikian rupa, sehingga mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademik,

komunikasi maupun sosial, dan karenanya memerlukan layanan pendidikan

khusus. (Identifikasi Anak Berkebutuhan khusus. Direktorat Pendidikan Luar

Biasa 1999), atau dengan pengertian yang lain bahwa tuna grahita merupakan

suatu bentuk hambatan fungsi intelektual umum dibawah rata-rata disertai dengan

ketidakmampuan beradaptasi terhadap tuntutan lingkungan, yang muncul selama

Page 6: achmadqurony.files.wordpress.com  · Web viewMenurut M. Umar DM (2008; 1) Secara umum hambatan belajar yang dihadapi anak tunagrahita mencakup hambatan yang berkebutuhan dengan masalah

5

pertumbuhan. Anak tuna grahita berdasarkan hasil dari pengukuran inteligensi,

merupakan anak yang memiliki IQ kurang dari 70 dan tidak memiliki

keterampilan sosial atau menunjukan perilaku yang tidak sesuai dengan usia anak

(Supratiknya, 1995).

Sebagai bagian dari anak kurang beruntung, mereka memerlukan layanan

pendidikan yang mampu membentuk rasa percaya diri dan mengantar mereka

sebagai manusia yang sama dengan manusia pada umumnya serta mampu

melakukan kegiatan keseharian mereka atau mampu memandirikan mereka.

Kemandirian mereka merupakan tujuan dalam pendidikan yang diberikan kepada

penyandang tunagrahita. Kemandirian tersebut dimaksudkan melalui proses

pendidikan tunagrahita yang mampu berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat.

Kemandirian bagi anak tunagrahita memberikan harapan bagi keluarga dan

masyarakat, harapan ini akan terwujud apabila layanan dan pendidikan yang

diberikan dengan tepat.

Adapun alasan diberikannya pelayanan pendidikan kepada anak

tunagrahita adalah karena pendidikan merupakan hak asasi manusia (human

right) yang paling mendasar bagi setiap manusia , tidak terkecuali bagi anak luas

biasa atau anak berkebutuhan khusus. Dalam UUD 1945 antara lain dijelaskan

bahwa setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh

pendidikan. Hal ini berarti anak dengan kebutuhan khusus juga mempunyai hak

dan kesempatan yang sama untuk mendapatkan pendidikan. Pengakuan atas hak

pendidikan bagi setiap warga negara, juga diperkuat dalam berbagai deklarasi

internasional pada tahun 1948 Deklarasi Hak Asasi Manusia mengeluarkan

Page 7: achmadqurony.files.wordpress.com  · Web viewMenurut M. Umar DM (2008; 1) Secara umum hambatan belajar yang dihadapi anak tunagrahita mencakup hambatan yang berkebutuhan dengan masalah

6

pernyataan bahwa pendidikan adalah hak asasi manusia yang paling mendasar

(basic human right). Deklarasi tersebut diperkuat lagi dalam Convention On The

Right Of The Child yang diselenggarakan oleh PBB (1989) dan telah diratifikasi

oleh pemerintah Indonesia.

Salah satu hasil identifikasi terhadap keterbatasan anak tunagrahita,

khususnya tunagrahita sedang adalah adanya gangguan motorik halus.

Gangguan motorik halus merupakan gejala yang umum ditunjukan oleh anak

tuna grahita sedang, diantaranya gerak merespon berupa kemampuan untuk

menangkap dan gerak aktif melempar. Gangguan motorik halus pada anak

tunagrahita sedang dapat ditangani melalui kegiatan pembelajaran pendidikan

jasmani adaptif (penjas adaptif), yaitu pendidikan jasmani yang telah

disesuaikan dengan keadaan atau kekhususan anak tunagrahita sedang,

diantaranya keterbatasan dalam gerak motorik halus. (Hasil wawancara dengan

pembina mata pelajaran Penjas SLB Negeri Pembina Mataram, Winarna, 2011)

Perkembangan motorik pada anak normal sangat dipengaruhi oleh

bertambahnya usia anak. Motorik itu sendiri terdiri dari motorik kasar dan halus,

motorik kasar adalah kemampuan anak dalam melakukan gerakan yang

melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-otot besar yang

merupakan area terbesar pada masa perkembangan, diawali dengan kemampuan

berjalan, kemudian lari, lompat dan lempar. Motorik halus adalah kemampuan

anak dalam melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu

dan dilakukan oleh otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat

seperti mengamati sesuatu, menjimpit, menulis.

Page 8: achmadqurony.files.wordpress.com  · Web viewMenurut M. Umar DM (2008; 1) Secara umum hambatan belajar yang dihadapi anak tunagrahita mencakup hambatan yang berkebutuhan dengan masalah

7

Seorang anak yang memiliki kelainan dalam kecerdasan IQ, atau juga

memiliki kecerdasan yang dibawah normal (rata-rata) biasa dikenal dengan

tunagrahita, dalam perkembangan motorik yang dimilikinya tidak sebanding

dengan bertambahnya usia mereka. Tunagrahita mengacu pada tidak

berfungsinya intelektual yang disertai ketidakmampuan adaptasi perilaku dan

terjadi selama masa perkembangan.

Motorik halus merupakan perkembangan pengendalian gerakan

jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan otot yang terkoordinasi.

Motorik halus merupakan pengendalian kelompok otot yang lebih kecil dan dapat

digunakan untuk menggenggam, menulis, dan mempergunakan alat. Gerakan

terampil belum dapat dikuasai sebelum mekanisme otot anak berkembang. Anak

harus mempelajari kemampuan motorik agar mampu melakukan sesuatu bagi diri

anak sendiri.

Optimalisasi kemampuan anak tunagrahita dengan tingkat kecacatan

sedang yang mempunyai gangguan motorik halus melalui pembelajaran

penjas adaptif yang harus dirancang secara khusus baik dalam aspek strategi

maupun aspek model pembelajaran. Fokus permasalahan penelitian ini adalah

“Bagaimanakah model pembelajaran pendidikan jasmani adaptif yang efektif

digunakan untuk menangani gangguan motorik halus pada anak tunagrahita

sedang?” merupakan masalah yang dipilih penulis, karena permasalahan ini

dianggap penting dan berkaitan dengan posisi tugas penulis sebagai guru

Pendidikan Jasmani dan Pengurus Propinsi SOINA (Special Olympic Indonesia)

NTB yang menangani anak-anak tuna grahita pada khususnya.

Page 9: achmadqurony.files.wordpress.com  · Web viewMenurut M. Umar DM (2008; 1) Secara umum hambatan belajar yang dihadapi anak tunagrahita mencakup hambatan yang berkebutuhan dengan masalah

8

Berdasarkan penerapan dan kenyataan pelaksanaan pembelajaran yang

ada, maka timbul pertanyaan, apakah program-program pembelajaran pendidikan

jasmani yang digunakan untuk anak berkebutuhan khusus (tuna grahita) sudah

tepat atau tidak? apa sajakah dan penangan seperti apa yang dibutuhkan dalam

pembelajaran pendidikan jasmani bagi anak dengan kebutuhan khusus (tuna

grahita)? atau aspek-aspek apa saja yang belum mendapat penekanan atau

perhatian dalam pembelajaran pendidikan jasmani bagi anak dengan kebutuhan

khusus (tuna grahita) ?

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan pada hasil observasi awal, penulis membatasi kajian pada

fokus permasalahan yang akan diteliti berkaitan dengan pembelajaran

pendidikan jasmani adaptif untuk menangani gangguan motorik halus pada

anak tunagrahita tingkat sedang, maka yang menjadi permasalahan dalam

penelitian ini adalah :

1. Bagaimana model pembelajaran pendidikan jasmani adaptif yang efektif untuk

optimalisasi gerak motorik halus (fine motor skill) bagi tunagrahita tingkat

sedang, di SLB Negeri Pembina Mataram?

2. Seberapa besar kontribusi pendidikan jasmani adaptif terhadap optimalisasi

gerak motor halus (fine motor skill) pada anak tunagrahita tingkat sedang di

SLB Negeri Pembina Mataram?

3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi optimalisasi gerak motor halus

(fine motor skill) pada anak tunagrahita tingkat sedang di SLB Negeri

Pembina Mataram?

Page 10: achmadqurony.files.wordpress.com  · Web viewMenurut M. Umar DM (2008; 1) Secara umum hambatan belajar yang dihadapi anak tunagrahita mencakup hambatan yang berkebutuhan dengan masalah

9

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan yang terdapat dalam penelitian ini adalah untuk :

1. Mengetahui model pembelajaran pendidikan jasmani adaptif yang

efektif untuk optimalisasi gerak motorik halus (fine motor skill) pada

anak tunagrahita tingkat sedang, di SLB Negeri Pembina Mataram.

2. Mengetahui seberapa besar kontribusi pembelajaran pendidikan

jasmani adaptif yang tepat pada anak tunagrahita untuk optimalisasi

gerak motor halus (fine motor skill) di SLB Negeri Pembina Mataram

4. Mengetahui faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap

optimalisasi gerak motor halus (fine motor skill) pada anak tunagrahita

di SLB Negeri Pembina Mataram.

D. MANFAAT PENELITIAN

Hasil penelitian diharapkan akan memberikan kontribusi dan manfaat

teoritis dan manfaat praktis bagi penyusun dan sekolah yang dalam hal ini SLB

Negeri Pembina Mataram.

1. Manfaat Teoritis

Sebagai refrensi ilmiah, kajian dan pengembangan ilmu pengetahuan

terutama dalam bidang pendidikan jasmani (adaptif) yang dikhususkan untuk

anak tunagrahita sedang.

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :

a. Peneliti

Page 11: achmadqurony.files.wordpress.com  · Web viewMenurut M. Umar DM (2008; 1) Secara umum hambatan belajar yang dihadapi anak tunagrahita mencakup hambatan yang berkebutuhan dengan masalah

10

1. Untuk memperoleh inspirasi, persepsi dan wawasan dalam menggali

dan mengekspresikan pengetahuan melalui penulisan ilmiah yang

praktis untuk meningkatkan pembelajaran.

2. Memberikan deskripsi tentang pelayanan dan pembelajaran yang

efektif kepada anak tunagrahita dalam meningkatkan gerak motor

halus (fine motor skill)

3. Memberikan dorongan dan motivasi untuk belajar lebih banyak serta

mendapatkan pengalaman yang berharga berkaitan dengan kajian

keilmuan dalam bidang pendidikan jasmani adaptif di masa yang akan

datang.

b. Sekolah

Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi ilmiah kepada

sekolah terutama untuk para guru dalam hal :

1. Memberikan masukan kepada para guru tentang bagaimana

pendekatan model pembelajaran pendidikan jasmani adaptif yang

efektif untuk penanganan anak tunagrahita.

2. Mengembangkan model pendidikan jasmani adaftif yang efektif untuk

menangani masalah gerak motor halus (fine motor skill) pada anak

tuna grahita.

3. Memberikan masukan kepada instansi terkait untuk meningkatkan

mutu pembelajaran melalui penerapan model-model pembelajaran

yang efektif untuk penanganan masalah pembelajaran bagi anak tuna

grahita.

Page 12: achmadqurony.files.wordpress.com  · Web viewMenurut M. Umar DM (2008; 1) Secara umum hambatan belajar yang dihadapi anak tunagrahita mencakup hambatan yang berkebutuhan dengan masalah

11

BAB II

LANDASAN TEORI

Pada dasarnya tidak ada anak manusia yang diciptakan sama yang satu

dengan lainnya. Tidak ada satu anak manusia tidak memiliki kekurangan. Tidak

ada satu anak manusia yang ingin dilahirkan ke dunia ini dengan menyandang

kelainan atau memiliki kecacatan. Demikian juga tidak akan ada seorang Ibu

yang menghendaki kelahiran anaknya menyandang kecacatan. Maka sejak

kelahirannya ke dunia, anak cacat atau dikenal dengan anak berkebutuhan khusus

(ABK) sudah tidak dikehendaki oleh kedua orang tuanya. Konsekuensi logis bila

ABK akan menghadapi banyak tantangan dan permasalahan mualai dari

lingkungan keluarga, masyarakat, maupun lingkungan pendidikan.

Kelahiran dan keberadaan anak yang mempunyai kelainan tidak mengenal

apakah mereka dari keluarga kaya atau miskin, berpendidikan atau tidak

berpendidikan, apabila Tuhan Yang Maha Kuasa telah menggariskan dan

menghendaki suatu keluarga untuk dititipi seorang ABK maka kemungkinan

semua itu bisa terjadi, akan tetapi perlu diingat bahwa Tuhan tidak melihat

manusia dari segi fisik atau dari kecacatan yang dimiliki, Tuhan melihat manusia

itu dari segi ketaqwaan dan kepatuhan kepada-Nya.

Keberadaan anak yang mempunyai kebutuhan khusus bukan berarti

sebagai sebuah kutukan dan akhir dari segalanya, tapi merupakan ladang amal

untuk selalu memberikan yang terbaik bagi mereka yang mempunyai kebutuhan

khusus, terutama mereka yang selalu terpinggirkan dari segi perhatian dan

kesempatan meraih pendidikan. Sebagai manusia, ABK memiliki hak untuk

Page 13: achmadqurony.files.wordpress.com  · Web viewMenurut M. Umar DM (2008; 1) Secara umum hambatan belajar yang dihadapi anak tunagrahita mencakup hambatan yang berkebutuhan dengan masalah

12

tumbuh dan berkembang di tengah-tengah keluarga, masyarakatdan bangsa.

Mereka memiki hak yang sama untuk mengenyam pendidikan yang sama seperti

saudara lainnya yang tidak memiliki kelainan atau normal.

Sebelum tahun 1959 anak-anak yang tergolong tunagrahita akan

dimasukkan kedalam isntitusi yang amat membatasi perkembangan anak

tunagrahita . Apabila anak tunagrahita telah mamasuki institusi tersebut tidak

akan mengalami perkembangan-perkembangan yang memuaskan. Pendidikannya

pun amat terbatas sehingga kemampuan dan keterampilan anak tunagrahita tidak

berkembang.

Setelah tahun 1959 mengenai hak asasi manusia berubah pandangan

mengenai hak asasi anak tunagrahita berubah. Hal ini tampil dalam cara

penanganan anak tunagrahita. Bersamaan dengan itu semenjak tahun 1959

dengan berkembangnya konsep-konsep behavioral berkembang pula teknik-

teknik dalam pengajaran yang dilandasi oleh prinsip-prinsip belajar tersebut.

Khusus untuk anak tunagrahita berkembang pula Metode Analisis Tingkah Laku,

Analisis Instruksional, Analisis Tugas, dan lain sebagainya yang dirancang untuk

meningkatkan kemampuan tingkah lakunya.

Tidak ada satu alasan bagi Sekolah Luar Biasa (SLB) dan Sekolah Dasar

(SD) umum dimanapun adanya, melarang ABK untuk masuk di sekolah tersebut.

Bersama Guru Pembimbing Khusus yang telah memiliki pengetahuan dan

keterampilan PLB (Pendidikan Luar Biasa), Sekolah dapat merancang pelayanan

PLB bagi anak tersebut yang sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan anak.

Page 14: achmadqurony.files.wordpress.com  · Web viewMenurut M. Umar DM (2008; 1) Secara umum hambatan belajar yang dihadapi anak tunagrahita mencakup hambatan yang berkebutuhan dengan masalah

13

Apakah anak tersebut membutuhkan kelas khusus, program khusus dan atau

layanan khusus tergantung dari tingkat kemampuan dan kondisi kecacatan anak.

Semakin dini diberi kesempatan berinteraksi dengan anak seusianya,

semakin kuat dan berkembang mental ABK menghadapi tantangan lingkungan

sosial. Anak dengan kebutuhan khusus juga akan jauh lebih berkembang bila

dibandingkan dengan mereka yang diasingkan dan tidak disekolahkan. Semakin

dini mendapatkan layanan pendidikan semakin baik hasil yang diperoleh. Sesuai

dengan pengalaman, keuntungan PLB di lingkungan sekolah biasa ini tidak hanya

diperoleh anak saja saja tetapi juga dialami oleh orang lain anak lainnya.

Banyak orang awam yang berpandangan dan berpendapat yang salah

tentang pendidikan bagi ABK. Seolah olah Pendidikan Luar Biasa itu hanya ada

di Sekolah Luar Biasa. Sehingga sering orang bila menemukan anak menyandang

kelainan atau ABK ia langsung menyuruh untuk masuk ke Sekolah Luar Biasa

(SLB). Hal ini merupkan hal yang keliru, sebab SLB bukanlah lingkungnnya.

Lingkungan Anak yang mempunyai kebutuhan khusus sama dengan lingkungan

anak pada umumnya yang normal. Ia berada dilingkungan SLB bila di Sekolah

Biasa sudah tidak dapat menangani pendidikannya, atau memang kehendak dan

hak dari anak itu sendiri.

Mengacu pada perkembangan Paradigma baru tentang PLB dan hak asasi

anak , maka Pendidikan Luar Biasa bergerak dari pendidikan yang bersifat

terpisah atau bersifat segregasi kearah pendidikan bersifat integrasi (terpadu).

Kenyataan di Indonesia yang tidak bisa disangkal, SLB masih dominan sebagai

tempat pendidikan formal anak berkebutuhan khusus. Dimanapun ABK

Page 15: achmadqurony.files.wordpress.com  · Web viewMenurut M. Umar DM (2008; 1) Secara umum hambatan belajar yang dihadapi anak tunagrahita mencakup hambatan yang berkebutuhan dengan masalah

14

bersekolah pembelajaran adaptif tetap dibutuhkan. Untuk itu maka pembahasan

tentang pembelajaran adaptif ini dirancang untuk dapat menjadi bahan

pertimbangan dalam pembelajaran oleh guru PLB pada ABK.

2.1 Hakekat Pendidikan Adaptif

Pada dasarnya pembelajaran adaptif atau biasa disebut dengan istilah

Special Education merupakan pembelajaran biasa yang dimodifikasi dan

dirancang sedemikian rupa sehingga dapat dipelajari, dilaksanakan dan

memenuhi kebutuhan pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Dengan

demikian pembelajaran adaptif bagi anak yang mempunyai kebutuhan khusus

pada hakekatnya adalah Pendidikan Luar Biasa (PLB). Sebab didalam

pembelajaran pendidikan adaptif bagi ABK yang dirancang adalah pengelolaan

kelas, program dan layanannya.

Pendidikan Luar Biasa adalah pendidikan biasa yang dirancang,

diadaptasikan sesuai dengan karakteristik masing-masing kelainan anak sehingga

memenuhi kebutuhan pendidikan ABK. Rancangan Pendidikan Luar Biasa terdiri

tiga komponen pokok kelas, program dan layanan. Ketiga komponen tersebut bila

dirancang dengan baik dan sempurna akan memenuhi kebutuhan pendidikan bagi

Anak Berkebutuhan Khusus. Dengan demikian Pendidikan Luar Biasa adalah

Pembelajaran yang dirancang untuk merespon atau memenuhi kebutuhan anak

dengan karakteristik yang unik dan tidak dapat dipenuhi kurikulum sekolah biasa,

sehingga perlu diadaptasi yang sesuai dengan kebutuhan anak.

Dengan uraian tentang Hakekat Pembelajaran adaptif di atas, maka secara

operasional di lapangan pengertian Pendidikan Luar Biasa dapat diartikan sebagai

Page 16: achmadqurony.files.wordpress.com  · Web viewMenurut M. Umar DM (2008; 1) Secara umum hambatan belajar yang dihadapi anak tunagrahita mencakup hambatan yang berkebutuhan dengan masalah

15

kelas khusus, program khusus dan atau layanan khusus yang dirancang untuk

memenuhi kebutuhan pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus.

2.2 Pengertian Pendidikan Jasmani Adaptif

Pengertian pendidikan jasmani adaptif pada dasarnya merupakan

pendidikan jasmani seperti pada umumnya atau sama dengan pendidikan jasmani

biasa. Pendidikan jasmani merupakan salah satu aspek dari seluruh proses

pendidikan secara keseluruhan.

Pendidikan jasmani adaptif merupakan suatu sistem penyampaian layanan

yang bersifat menyeluruh (comprehensif) dan dirancang untuk mengetahui,

menemukan dan memecahkan masalah dalam ranah psikomotor.

Hampir semua jenis ketunaan ABK memiliki problim dalam ranah psikomotor.

Masalah psikomotor sebagai akibat dari keterbatasan kemampuan sensomotorik,

keterbatasan dalam kemampuan belajar. Sebagian ABK bermasalah dalam

interaksi sosial dan tingkah laku. Dengan demikian dapat dipastikan bahwa

peranan pendidikan jasmani bagi anak berkebutuhan khusus (ABK) sangat besar

dan akan mampu mengembangkan dan mengkoreksi kelainan dan keterbatasan

tersebut.ACCALD (Association Committee for Children and Adult Learning

Disabilities) dalam Lovitt, (1989) Kesulitan belajar khusus adalah suatu kondisi

kronis yang diduga bersumber dari masalah neurologis, yang mengganggu

perkembangan kemampuan mengintegrasikan dan kemampuan bahasa verbal

atau nonverbal. Individu berkesulitan belajar memiliki inteligensi tergolong rata-

rata atau di atas rata-rata dan memiliki cukup kesempatan untuk belajar. Mereka

tidak memilikigangguan sistem sensoris.

Page 17: achmadqurony.files.wordpress.com  · Web viewMenurut M. Umar DM (2008; 1) Secara umum hambatan belajar yang dihadapi anak tunagrahita mencakup hambatan yang berkebutuhan dengan masalah

16

Kondisi kesulitan belajar berbeda dengan kondisi masalah belajar berikut

ini: Klasifikasi kesulitan belajar yang bersifat perkembangan (Praakademik)

meliputi beberapa hal yaitu :

a. Gangguan Perkembangan Motorik (Gerak)

Gangguan pada kemampuan melakukan gerak dan koordinasi alat gerak.

Bentuk-bentuk gangguan perkembangan motorik meliputi; motorik kasar

(gerakan melimpah, gerakan canggung), motorik halus (gerakan jari jemari),

penghayatan tubuh, pemahaman keruangan dan lateralisasi (arah).

b. Gangguan Perkembangan Sensorik (Penginderaan)

Gangguan pada kemampuan menangkap rangsang dari luar melalui alat-alat

indera. Gangguan tersebut mencakup pada proses:

- Penglihatan,

- Pendengaran,

- Perabaan,

- Penciuman, dan

- Pengecap.

Page 18: achmadqurony.files.wordpress.com  · Web viewMenurut M. Umar DM (2008; 1) Secara umum hambatan belajar yang dihadapi anak tunagrahita mencakup hambatan yang berkebutuhan dengan masalah

17

c. Gangguan Perkembangan Perseptual (Pemahaman atau apa yang

diinderai)

Gangguan pada kemampuan mengolah dan memahami rangsang dari

proses penginderaan sehingga menjadi informasi yang bermakna. Bentuk-

bentuk gangguan tersebut meliputi:

- Gangguan dalam Persepsi Auditoris, berupa kesulitan memahami objek

yang didengarkan.

- Gangguan dalam Persepsi Visual, berupa kesulitan memahami objek yang

dilihat.

- Gangguan dalam Persepsi Visual Motorik, berupa kesulitan memahami

objek yang bergerak atau digerakkan.

- Gangguan Memori, berupa ingatan jangka panjang dan pendek.

- Gangguan dalam Pemahaman Konsep.

- Gangguan Spasial, berupa pemahaman konsep ruang.

d. Gangguan Perkembangan Perilaku

Gangguan pada kemampuan menata dan mengendalikan diri yang bersifat

internal dari dalam diri anak. Gangguan tersebut meliputi:

- ADD (Attention Deficit Disorder) atau gangguan perhatian

- ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) atau gangguan

perhatian yang disertai hiperaktivitas.

Page 19: achmadqurony.files.wordpress.com  · Web viewMenurut M. Umar DM (2008; 1) Secara umum hambatan belajar yang dihadapi anak tunagrahita mencakup hambatan yang berkebutuhan dengan masalah

18

2.3 Deskripsi Tunagrahita

Beberapa pandangan yang salah (mitos) kenyataan yang ada (fakta) tentang

anak tuna grahita

1. Anak tunagrahita memiliki keterbatasan intelektual seumur hidup. Fungsi

intelektual tidak statis. Khususnya bagi anak dengan perkembangan

kemampuan yang ringan dan sedang, perintah atau tugas yang terus

menerus dapat membuat perubahan yang besar untuk dikemudian hari.

2. Anak tunagrahita hanya dapat mempelajari hal-hal tertentu saja. Belajar

dan berkembang dapat terjadi seumur hidup bagi semua orang. Jadi

siapapun dapat mempelajari sesuatu, begitu juga dengan anak tunagrahita.

3. Anak tunagrahita secara fisik kelihatan berbeda dengan anak-anak lain.

Kelompok tertentu, termasuk beberapa dari Down syndrom, memiliki

kelainan fisik dibanding teman-temannya, tetapi mayoritas dari anak

tunagrahita terutamayang tergolong ringan, terlihat sama seperti yang

lainnya.

4. Sebagian besar anak dengan keterbelakangan perkembangan sudah

teridentifikasi pada saat bayi. Dari kebanyakan kasus banyak anak

tunagrahita terdeteksi setelah masuk sekolah.

5. Tidak mungkin menggabungkan anak tunagrahita dalam satu lingkungan

belajar dengan anak reguler. Siswa/i dengan masalah intelektual selalu

belajar lebih keras dan belajar lebih baik jika mereka berintegrasi dengan

siswa reguler.

Page 20: achmadqurony.files.wordpress.com  · Web viewMenurut M. Umar DM (2008; 1) Secara umum hambatan belajar yang dihadapi anak tunagrahita mencakup hambatan yang berkebutuhan dengan masalah

19

6. Dari segi tahapan, pekembangan tunagrahita sangat berbeda pada tingkat

pemahamannya dibanding dengan & orang normal. Mereka berkembang

pada jenjang yang sama, tetapi tak jarang lebih lambat.

7. Hasil tes tunagrahita biasanya mempunyai kemampuan paling tidak pada

garis batas antara IQ rata-rata dan IQ dibawah rata-rata (borderline), dan

tentu kemampuan adaptifnya juga dibawah normal. Tes IQ mungkin bisa

dijadikan indikator dari kemampuan mental seseorang. Kemampuan

adaptif seseorang tidak selamanya tercermin pada hasil tes IQ. Latihan,

pengalaman, motivasi, dan lingkungan sosial sangat besar pengaruhnya

pada kemampuan adaptif seseorang.

8. Siswa-siswi Down Syndrome menyenangkan dan penurut. Banyak

penyandang Down Syndrome menyenangkan dan penurut, tetapi seperti

orang kebanyakan baik dengan kelainan atau tanpa kelainan, mereka juga

mengalami stres dan bereaksi karena suatu penyebab. 9 Seseorang anak

yang telah ter- diagnosa tunagrahita tingkat tertentu, tidak akan berubah

selama hidupnya Tingkat fungsi mental mungkin saja dapat berubah

terutama pada anak tunagrahita yang tergolong ringan.

2.4 Peristilahan Dan Batasan-Batasan Tunagrahita

Peristilahan Tunagrahita (B3PTKSM, p. 19) Tunagrahita merupakan kata

lain dari Retardasi Mental (mental retardation) Tuna berarti merugi. Grahita

berarti pikiran. Retardasi Mental (Mental Retardation/Mentally Retarded) berarti

terbelakang mental.

Page 21: achmadqurony.files.wordpress.com  · Web viewMenurut M. Umar DM (2008; 1) Secara umum hambatan belajar yang dihadapi anak tunagrahita mencakup hambatan yang berkebutuhan dengan masalah

20

Tunagrahita sering disepadankan dengan istilah-istilah, sebagai berikut:

1. Lemah fikiran ( feeble-minded);

2. Terbelakang mental (Mentally Retarded);

3. Bodoh atau dungu (Idiot);

4. Pandir (Imbecile);

5. Tolol (moron);

6. Oligofrenia (Oligophrenia);

7. Mampu Didik (Educable);

8. Mampu Latih (Trainable);

9. Ketergantungan penuh (Totally Dependent) atau Butuh Rawat;

10. Mental Subnormal;

11. Defisit Mental;

12. Defisit Kognitif;

13. Cacat Mental;

14. Defisiensi Mental;

15. Gangguan Intelektual

American Asociation on Mental Deficiency/AAMD dalam B3PTKSM, (p.

20), mendefinisikan Tunagrahita sebagai kelainan: yang meliputi fungsi

intelektual umum di bawah ratarata (Sub-average), yaitu IQ 84 ke bawah

berdasarkan tes; yang muncul sebelum usia 16 tahun; yang menunjukkan

hambatan dalam perilaku adaptif. Sedangkan pengertian Tunagrahita menurut

Japan League for Mentally Retarded (1992: p.22) dalam B3PTKSM (p. 20-22)

sebagai berikut: Fungsi intelektualnya lamban, yaitu IQ 70 kebawah berdasarkan

Page 22: achmadqurony.files.wordpress.com  · Web viewMenurut M. Umar DM (2008; 1) Secara umum hambatan belajar yang dihadapi anak tunagrahita mencakup hambatan yang berkebutuhan dengan masalah

21

tes inteligensi baku. Kekurangan dalam perilaku adaptif. Terjadi pada masa

perkembangan, yaitu antara masa konsepsi hingga usia 18 tahun. Anak yang

mengalami tunagrahita adalah mereka yang mengalami penyimpangan 2 (dua)

standar deviasi, yaitu: mereka yang ber IQ 70 ke bawah menurut skala Wechsler,

sedangkan mereka yang ber IQ antara 71 & ndash; 85 termasuk tunagrahita

borderline (Brown) et. Al., 1996). Pendapat lain mengatakan, bahwa anak

tunagrahita adalah anak yang memiliki IQ 70 ke bawah. Hallahan, 1988,

mengestimasikan jumlah penyandang tunagrahita adalah 2,3 %.

Namun pada tahun 1984, Annual Report to Congress menyebutkan 1,92 %

anak usia sekolah menyandang tunagrahita dengan perbandingan laki-laki 60%

dan perempuan 40% atau 3 : 2. Pada Data Pokok Sekolah Luar Biasa (p.11, 2003),

dilihat dari kelopok usia sekolah, jumlah penduduk di Indonesia yang

menyandang kelainan adalah 48.100.548 orang, jadi estimasi jumlah penduduk di

Indonesia yang menyandang tunagrahita adalah 2 % X 48.100.548 orang =

962.011 orang.

Difinisi yang dikembangkan oleh WHO sebagai mana dikutip Widati

(2007 ; 261) mengemukakan bahwa tunagrahita adalah suatu keadaan

perkembangan mental yang terhenti atau tidak lengkap, terutama ditandai oleh

kendala keterampilan selama masa perkembangan sehingga berpengaruh pada

semua tingkatan intelegensi, kemampuan kognitif, bahasa, motorik, dan sosial.

Anak tunagrahita sedang disebut juga anak terbelakang mental sedang atau

imbesil. Anak tunagrahita sedang menunjukan kecerdasan di bawah rata- rata,

kelompok ini diidentifikasi memiliki IQ 36-51 pada skala Binet dan 40-54

Page 23: achmadqurony.files.wordpress.com  · Web viewMenurut M. Umar DM (2008; 1) Secara umum hambatan belajar yang dihadapi anak tunagrahita mencakup hambatan yang berkebutuhan dengan masalah

22

menurut Skala Weschler (Sucihati 2007; 107). Sesungguhnya anak

tunagrahita sedang bisa mencapai perkembangan Mental Age (MA) sampai

kurang lebih 7 tahun usia anak dengan kecerdasan normal.

Anak tunagrahita terutama tunagrahita sedang mempunyai beberapa

dari fungsi tubuhnya yaitu fisik maupun psikisnya tidak dapat bekerja

secara wajar. Oleh karena itu untuk mengatasi atau membantu anak-anak

tunagrahita bukanlah dengan jalan medis, tetapi diberikan latihan-latihan

gerak dengan pengawasan dan pembinaan yang lebih seksama serta penuh

kesabaran dan ketekunan

Latihan-latihan gerak dapat diberikan dalam proses pembelajaran

pendidikan jasmani adaptif, yaitu pendidikan jasmani yang telah

disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan anak tunagrahita. Untuk mengetahui

kebutuhan belajar anak tunagrahita khususnya anak tunagrahita sedang harus

dilakukan identifikasi hambatan-hambatan belajar yang dihadapi mereka.

Mengidentifikasi hambatan-hambatan ini penting artinya, karena dari

hambatan itulah kita akan melihat secara nyata aspek dan lingkup yang mana

kebutuhan itu dapat kita lokalisir secara jelas.

2.5 Hambatan-Hambatan Belajar Pada Anak Tuna Grahita Sedang

Hambatan belajar pada anak tunagrahita sedang sangat esensial,

menurut Mulyono A (2003 : 143 - 149), ada dua macam keterbatasan atau

gangguan belajar, yaitu keterbatasan atau gangguan belajar yang bersifat

perkembangan (developmental learning disabilitas). Dan bersifat akademik

(academic learning disabilitas). Kesulitan belajar yang bersifat

Page 24: achmadqurony.files.wordpress.com  · Web viewMenurut M. Umar DM (2008; 1) Secara umum hambatan belajar yang dihadapi anak tunagrahita mencakup hambatan yang berkebutuhan dengan masalah

23

perkembangan mencakup berbagai kesulitan yang berkaitan dengan

penguasaan prasyarat (prerequisite skills) yang diperlukan oleh anak untuk

belajar berbagai bidang akademik.

Menurut M. Umar DM (2008; 1) Secara umum hambatan belajar

yang dihadapi anak tunagrahita mencakup hambatan yang berkebutuhan

dengan masalah perkembangan (1) kognitif, (2) motorik, dan (3) perilaku

adaptif. Hasil penelitian Hardman dan Drew sebagai mana dikutip M. Umar

DM menunjukkan adanya korelasi yang positif antara derajat

ketunagrahitaan dengan masalah-masalah fisik. Semakin berat ketunagrahitaan

seseorang, semakin besar kemungkinan terjadinya masalah-masalah yang

berkaitan dengan fisik.

Lebih lanjut Harman dan Drew mengemukakan bahwa penampilan

fisik pada anak tunagrahita berat nampak semakin nyata, sementara

penampilan fisik pada anak tunagrahita ringan hampir tidak menunjukkan

perbedaan dari keberadaan fisik anak-anak pada umumnya. Kondisi fisik erat

kaitannya dengan masalah motorik, pada anak tunagrahita gangguan dalam

motorik seringkali muncul dan menghambat belajar mereka.

Berkenaan dengan hal ini. Newell. C Kephart (1982:34) meyakini

bahwa segala perbuatan manusia mempunyai dasar, yaitu motorik. Dari

motorik-motorik inilah manusia membuat generalisasi-generalisasi untuk

melakukan perbuatan-perbuatan selanjutnya. Kephart (dalam Suhaeri

HN:1987) mendasarkan teori belajar pada 4 generalisasi motor, yaitu (1)

Postur dan keseimbangan, (2) kontak, (3) lokomotor, (4) menerima dan

Page 25: achmadqurony.files.wordpress.com  · Web viewMenurut M. Umar DM (2008; 1) Secara umum hambatan belajar yang dihadapi anak tunagrahita mencakup hambatan yang berkebutuhan dengan masalah

24

mendorong.

Menurut Piaget seperti dikutip oleh Lerner (1981 : 189), belajar

sensorimotor pada masa dini merupakan bangunan dasar bagi perkembangan

perceptual dan kognitif yang lebih kompleks. Sensorimotor adalah

gabungan antara masukan sensasi (input of sensation) dengan keluaran aktivitas

motorik (output of motor activity).

Menurut Myers (1986 : 1400) sensasi (sensasion) adalah proses

dirasakan dan dialaminya energi rangsangan tertentu oleh indra kita. Adanya

sensasi tersebut menunjukan adanya suatu proses yang terjadi di dalam system

saraf pusat. Manusia memiliki enam indra sebagai saluran penerima data

dasar dari lingkungannya, yaitu penglihatan (visual), pendengaran (auditory),

perabaan (tactile), kinestetik (knesthetik), penciuman (olfactory) dan pengecap

(gustatory).

Menurut Lerner (1981 : 189), ada beberapa penulis menyebut

sensorimotor dengan perceptual-motor. Perseptual-motor merupakan interaksi

dari berbagai macam saluran persepsi dengan aktivitas motorik. Menurut

Myers (1986 : 140), persepsi adalah organisasi dan interpretasi infomasi

sensoris, yang memungkinkan kita menyadari berbagai objek dan peristiwa

dengan penuh arti. (Lerner, 1981:189) mendefinisikan persepsi sebagai proses

pengorganisasian data kasar yang dicapai melalui berbagai indra dan

interpretasi makna mereka; sedangkan informasi perceptual adalah perbaikan

dari informasi sensoris.

Page 26: achmadqurony.files.wordpress.com  · Web viewMenurut M. Umar DM (2008; 1) Secara umum hambatan belajar yang dihadapi anak tunagrahita mencakup hambatan yang berkebutuhan dengan masalah

25

Dalam proses belajar motorik, beberapa saluran sensasi atau persepsi

terintegrasi satu sama lain dan terkait dengan aktivitas motorik, yang pada

gilirannya menyediakan informasi balikan untuk mengoreksi persepsi.

2.6 Gangguan Motorik Anak Tuna Grahita Sedang

Anak tunagrahita sedang menunjukan gejala kurang koordinasi dalam

aktivitas motorik, termasuk hambatan dalam koordinasi motorik halus yang

ditunjukan dalam respon gerak dan otot dengan pola rendah dan kurang

bervariasi sebagai mana disebutkan N. Kephart ( dalam Lerner 1988:

276 ), kesulitan belajar bagi anak tunagrahita sedang terjadi karena respon

motorik anak tidak berkembang kedalam pola-pola motorik, akibatnya

keterampilan motorik anak tunagrahita sedang rendah dan kurang bervariasi.

Keterampilan motorik adalah kegiatan motorik yang mungkin

memiliki derajat ketelitian yang tinggi, yang bertujuan untuk menampilkan

suatu perbuatan khas atau menyelesaikan suatu tujuan tertentu. Sedangkan

Pola motorik mungkin memiliki derajat ketelitian yang lebih rendah tetapi

memiliki variabilitas yang tinggi. Kegunaan pola motorik lebih luas, tidak

hanya untuk penampilan, tetapi juga menyediakan umpan balik dan

informasi yang lebih banyak kepada individu. Sebagai contoh, melemparkan

bola kesasaran tertentu adalah suatu keterampilan motorik, tetapi kemampuan

menggunakan keterampilan tersebut sebagai permainan dari bola basket

adalah suatu pola motorik.

Larnet mengemukakan bahwa kurang koordinasi dalam aktivitas

motorik, hambatan dalam koordinasi motorik halus (Y, Suherman, 2005:47)

Page 27: achmadqurony.files.wordpress.com  · Web viewMenurut M. Umar DM (2008; 1) Secara umum hambatan belajar yang dihadapi anak tunagrahita mencakup hambatan yang berkebutuhan dengan masalah

26

merupakan gejala yang ditunjukan oleh anak tunagrahita sedang. Gangguan

perkembangan motorik sering diperlihatkan dalam bentuk adanya gerakan

melimpah (overflow movements) (ketika anak ingin menggerakan tangan

kanan, tangan kiri ikut bergerak tanpa sengaja), kurang koordinasi dalam

aktivitas motorik, kesulitan dalam koordinasi dalam motorik halus, kurang

dalam penghayatan tubuh), kekurangan pemahaman dalam hubungan

keruangan atau arah, dan bingung lateralitas (Lerner, 1981: 189). Berbagai

gejala gangguan perkembangan motorik tersebut sering dengan mudah dapat

dikenali pada saat anak berolah raga, menari, atau belajar menulis.

Keterampilan-keterampilan gerak manipulatif seperti; melilit (throwing),

menusukkan atau memasukkan (striking), dan menarik (catching).

Aktivitas ini dikatagorikan ke dalam motorik halus. Seseorang yang

mengalami hambatan dalam motorik halus, seringkali menghadapi masalah

ketika mereka belajar menulis atau menggambar dan ketika melakukan

pekerjaan seperti, mengancingkan baju, menalikan tali sepatu, menarik

sleting, memegang sendok dan garpu. Kesulitan ini akan lebih nampak terutama

pada mereka yang derajat ketunagrahitaannya tergolong sedang dan berat.

Pendidikan olah raga yang disesuaikan (adaptif) atau pendidikan jasmani adaptif

merupakan program yang dirancang untuk anak berkebutuhan khusus dalam

upaya mengoptimalkan kurang koordinasi dalam aktivitas motorik,

Page 28: achmadqurony.files.wordpress.com  · Web viewMenurut M. Umar DM (2008; 1) Secara umum hambatan belajar yang dihadapi anak tunagrahita mencakup hambatan yang berkebutuhan dengan masalah

27

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Setting Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di SLB Negeri Pembina Mataram

Propinsi NTB. SLB Negeri Pembina Mataram ini dipilih sebagai lokasi penelitian

dengan mempertimbangkan dan memperhatikan model pelayanan gerak yang

diberikan dalam hal pendidikan jasmani untuk meningkatkan gerak motor halus

anak tunagrahita, karena anak tunagrahita merupakan anak–anak yang terlahir

tidak sempurna dan mengalami keterbelakangan mental yang perlu pelayanan

khusus.

Penelitian ini diperkirakan memerlukan waktu selama enam bulan dengan

rincian : satu bulan pertama untuk proses pengurusan ijin dan penyusunan

isntrumen, bulan kedua revisi, empat bulan untuk proses pengumpulan data dan

pemeriksaan keabsahan dat, serta analisis dan penyusunan laporan.

3.2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan pendekatan kualitatif. Beberapa alasan kenapa penilitian ini

menggunakan pendekatan kualitatif, antara lain; (1) karena fokus penelitian ini

adalah bagaimana pendekatan model pembelajaran pendidikan jasmani adaptif

yang efektif untuk meningkatkan gerak motor halus (fine motor skill) pada anak

tunagrahita di SLB Negeri Pembina Mataram, (2) data yang di peroleh baik

berupa informasi, gejala amatan, keterangan, dan hasil-hasil pengamatan lainnya

Page 29: achmadqurony.files.wordpress.com  · Web viewMenurut M. Umar DM (2008; 1) Secara umum hambatan belajar yang dihadapi anak tunagrahita mencakup hambatan yang berkebutuhan dengan masalah

28

tentang pelaksanan model pembelajaran pendidikan jasmani adaptif di SLB

Negeri Pembina Mataram

3.3. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah anak tunagrahita tingkat sedang yang

berstatus sebagai siswa SLB Negeri Pembina Mataram Propinsi Nusa Tenggara

Barat dari semua angkatan. Sebagai bahan acuan dan untuk melengkapi data

penelitian ini peneliti juga memilih subjek penelitian mencakup orang tua murid

tunagrahita.

3.4. Data dan Sumber Penelitian

Sumber data dalam penelitian yang akan dilakukan adalah (1) subjek

penelitian yaitu anak tunagrahita sedang pada tahun pelajaran 2012-2013

duduk di kelas 2 SLB, (2) Partisipan yang terdiri atas orang tua siswa, guru, (3)

dokumen program pembelajaran yang berupa Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran, (4) dokumen pendukung yang terdiri dari, biodata siswa, dan hasil

asesmen siswa.

3.5. Teknik Pengumpulan Data

1) Pengamatan

Pengamatan dilakukan kepada proses pembelajaran yang dilakukan oleh

guru pelayanan gerak kepada anak tunagrahita. Hal ini dilakukan untuk

memperoleh data tentang bagaimana proses pelayanan gerak yang diberikan

kepada anak tunagrahita tingkat sedang

2) Wawancara

Page 30: achmadqurony.files.wordpress.com  · Web viewMenurut M. Umar DM (2008; 1) Secara umum hambatan belajar yang dihadapi anak tunagrahita mencakup hambatan yang berkebutuhan dengan masalah

29

Wawancara atau interview merupakan metode pengumpulan data yang

menghendaki komunikasi langsung antara peneliti dengan subyek atau

responden. Wawancara dipandang sebagai teknik pengumpulan data dengan cara

tanya jawab lisan yang dilakukan oleh dia orang atau lebih, satu pihak sebagai

pencari data (interviewer) pihak yang lain sebagai sumber data (interviewee)

dengan memanfaatkan saluran-saluran komunikasi secara wajar dan lancar

(Anwar Sutoyo, 2009 : 135)

Wawancara dilakukan kepada guru pembina gerak dan orang tua murid.

Hal ini dilakukan untuk memperoleh data mengenai pembinaan dan proses

pembelajaran yang diberikan kepada anak tunagrahita tingkat sedang untuk

meningkatkan gerak motor halus (fine motor skill)

3) Dokumentasi

Dokumentasi digunakan untuk melengkapi dan menambah validitas yang

diperoleh melalui wawancara dan observasi. Sumber informasi yang

didokumentasikan adalah sumber informasi yang sangat penting dan dapat

menggambarkan kegiatan secara aktual. Sumber primer yang didokumentasikan

dalam penelitian adalah dokumen secara tertulis yang telah ditetapkan oleh

Sekolah Luar Biasa (SLB) dalam memberikan pelayanan kepada anak-anak

penyandang keterbelakangan mental. Data tersebut berupa

4) Telaah Pustaka

Sumber bahan bacaan yang menjadi rujukan meliputi buku-buku,

jurnal, majalah dan rujukan lainnya yang berhubungan dengan tujuan

pendidikan agar dapat membantu dalam proses penajaman konsep dan teori

Page 31: achmadqurony.files.wordpress.com  · Web viewMenurut M. Umar DM (2008; 1) Secara umum hambatan belajar yang dihadapi anak tunagrahita mencakup hambatan yang berkebutuhan dengan masalah

30

dalam penelitian ini. Pentingnya bahan bacaan bagi peneliti karena akan

mempermudah dalam mengungkapkan dan menganalisis setiap peristiwa atau

hal-hal yang diteliti. dengan memahami dan menguasai konsep serta teori

yang berhubungan dengan kajian penelitian,

3.6. Keabsahan Data

Pengujian keabsahan data hasil penelitian dilakukan melalui

pengecekan, pemeriksaan, hal ini sebagai mana dikemukakan oleh (Moleong,

2000) “merupakan tahapan pemeriksaan keabsahan data hasil penelitian untuk

keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut“

Kriteria untuk menguji keabsahan data dilakukan melalui pengujian :

1. Derajat Kepercayaan.

Berfungsi untuk menunjukan kepercayaan hasil penemuan penelitian

melalui pembuktian pada kenyataan ganda

2. Keteralihan

Berfungsi untuk menunjukan kesamaan data antara pengirim (responden)

dan penerima data (peneliti)

3. Kebergantungan

Berfungsi untuk mengecek apakah hasil penelitian itu benar atau salah

dengan cara mengenali konsep-konsep yang dihasilkan dari lapangan

melalui diskusi dengan pembimbing secara bertahap. Pada tahap ini dilakukan

pengecekan, pemeriksaan dari data yang telah diperoleh dari lapangan

terutama untuk memperoleh keabsahan data dilakukan cara-cara sebagai

berikut :

Page 32: achmadqurony.files.wordpress.com  · Web viewMenurut M. Umar DM (2008; 1) Secara umum hambatan belajar yang dihadapi anak tunagrahita mencakup hambatan yang berkebutuhan dengan masalah

31

1. Membandingkan hasil observasi dengan hasil wawancara.

2. Membandingkan informasi dari orangtua dengan informasi dari anak

atas masalah yang sama.

3.7. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian kualitatif, pengolahan data dikenal dengananalisis

data, yang bertujuan untuk mensistematisasi dan memilih data yang telah

didapatkan dari lapangan untuk selanjutnya data tersebut ditafsirkan.

Pekerjaan analisis data dalam penelitian kualitatif ini berupa mengatur,

mengurutkan, mengelompokkan, mereduksi, menyajikan, memverifikasi yang

bertujuan untuk menemukan tema dan menarik kesimpulan akhir yang dapat

diangkat menjadi teori substantif. (Moleong, 2000). Teknik analisis data adalah

upaya untuk meneliti dan menelaah kembali, apakah aspek dan fokus serta

pertanyaan yang akan rumuskan oleh peneliti didukung oleh data atau tidak ?

proses tersebut akan mengkondisikan peneliti untuk melihat kembali berbagai

aspek dan fokus serta pertanyaan penelitian yang telah dibuat sebelumnya.

Teknik analisis data (Matthew dan Michen dalam Hamid P, 2005 : 98) hasil

penelitian yang hendak dilakukan penulis sebagai berikut :

1. Reduksi data, bertujuan untuk menajamkan (membuat

ringkasan,menelusuri tema, membuat gugus-gugus tema) ,

menggolongkan (memberikan kode, mengelompokan), mengarahkan,

membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan data.

Page 33: achmadqurony.files.wordpress.com  · Web viewMenurut M. Umar DM (2008; 1) Secara umum hambatan belajar yang dihadapi anak tunagrahita mencakup hambatan yang berkebutuhan dengan masalah

32

2. Penyajian data, bertujuan untuk menyusun data agar teratur, ada

keterhubungan dan tidak terpencar-pencar sehingga memudahkan

untuk menganalisis, menafsirkan, menyusun kesimpulan.

3. Verifikasi dan penarikan kesimpulan, bertujuan untuk menemukan

arti, pola-pola, penjelasan, alur sebab-akibat dan proposisi

Page 34: achmadqurony.files.wordpress.com  · Web viewMenurut M. Umar DM (2008; 1) Secara umum hambatan belajar yang dihadapi anak tunagrahita mencakup hambatan yang berkebutuhan dengan masalah

33

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Arma (1996). Pendidikan Jasmani Adapif. (Jakarta: Departemen Pendidikan Kebudayaan, Diretora Jenderal Pendidikan Tinggi, Proyek Pendidikan Tenaga Akademik).

Arma Abdullah dan Agusmahadji. (1994). Dasar-dasar Pendidikan Jasmani. Jakarta. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Anwar Sutoyo, 2009 Pemahaman Individu. Semarang : CV. Widya Karya

Bucher, Charles A. (1979). Administration of Physical Education & Athletics Programs. St. Louis: The C.V. Mosby Company

Hosni Irham. (2003). “Pembelajaran adaptif Untuk Sekolah Luar Biasa”. Jakarta. DepartemenPendidikan dan Kebudayaan

I.G.A.K. Wardani, Tati Hernawaati dan Astati. 2007. Pengantar Pendidikan Luar Biasa. Jakarta: Universitas Terbuka

Moleong, Lexy. 2001. Metodologi Peneltian Kualitatif. Bandung: PT. Rosda Karya

Miles and Huberman, 1992 Analisis Data Kualitatif. Jakarta: Universitas Indonesia (UI) press

Pate, Russell R., Robert Rotella, and Bruce McClenaghan, Scientific Foundations of Coaching (New York: Saunders College Publishing, 1984).

Papalia, Diana E. (2009) Human Development (Jakarta: Salemba Humanika)

Supratiknya, (1999) (Identifikasi Anak Berkebutuhan khusus. Direktorat Pendidikan Luar Biasa

Tri Rahayuningsih. 2009. Pelayanan Pendidikan Anak Tuna Grahita Berbasis Visi Sekolah (Studi Kasus di SDLB Negeri Jepon Blora), Tesis PPS UNNES

.