daffa2oveta.files.wordpress.com file · Web viewKembali menjadikan musik sebagai suatu sarana...
Transcript of daffa2oveta.files.wordpress.com file · Web viewKembali menjadikan musik sebagai suatu sarana...
MAKALAH
MEDIA SENI PERTUNJUKAN REBANA QASIDAH
Untuk Memenuhi Tugas mata kuliah
Media Pertunjukan
Dosen : Dra. Sri Hastuti, M.Sn
Disusun Oleh :
Hery SetiawanNIM : 7707118056
Jenjang : Diploma.II / D.II
Program Studi : Komunikasi & Informasi Publik
Konsentrasi Studi : Produksi Media Informasi Publik (Promed)
Sekolah Tinggi Multi Media “ MMTC “ Yogyakarta
2 0 1 1
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rebana atau yang dalam istilah jawa lebih akrab disebut "Terbang",
dikenal sebagai salah satu instrument khas pengiring alunan musik atau syair-syair
arab. Alat musik yang terbuat dari kulit kambing yang dikeringkan tersebut
memiliki sejarah yang demikian tua.
Secara historis, telah maklum bahwasanya masyarakat Madinah pada abad
ke-6 telah menggunakan rebana sebagai musik pengiring dalam acara
penyambutaan atas kedatangan Baginda Nabi Muhammad SAW yang hijrah dari
Makkah. Masyarakat Madinah kala itu menyambut kedatangan Beliau dengan
qasidah Thaala'al Badru yang diiringi dengan rebana, sebagai ungkapan rasa
bahagia atas kehadiran seorang Rasul ke bumi itu.
Kemudian rebana digunakan sebagai sarana dakwah para penyebar Islam.
Dengan melantunkan syair-syair indah yang diiringi rebana, pesan-pesan mulia
agama Islam mampu dikemas dan disajikan lewat sentuhan seni artistic musik
Islami yang khas.
Di Indonesia, sekitar abad 13 Hijriyah seorang ulama' besar dari negeri
Yaman yang bernama Habib Ali bin Muhammad bin Husain al-Habsyi (1259 -
1333H / 1839 - 1913M). datang ke tanah air dalam misi berdakwah menyebarkan
agama Islam. Di samping itu, beliau juga membawa sebuah kesenian Arab berupa
pembacaan qasidah yang diiringi rebana ala Habsyi dengan cara mendirikan
majlis sholawat dan pujian-pujian kepada Rasulullah sebagai sarana mahabbah
(kecintaan) kepada Rasulullah saw.
Selang beberapa waktu majlis itu pun menyebar ke seluruh penjuru daerah
terutama Banjar Masin Kalimantan dan Jawa. Beliau, Habib 'Ali bin Muhammad
bin Husain Al-Habsyi juga sempat mengarang sebuah buku yang berjudul
“Simthu Al-Durar” yang di dalamnya memuat tentang kisah perjalanan hidup dari
sebelum lahir sampai wafatnya Rasulullah SAW. Di dalamnya juga berisi bacaan
sholawat-sholawat dan madaih (pujian-pujian) kepada Rasulullah. Bahkan sering
kali dalam memperingati acara maulid Nabi Agung Muhammad saw. kitab itulah
yang sering dibaca dan diiringi dengan alat musik rebana. Sehingga sampai
1
sekarang kesenian ini pun sudah melekat pada masyarakat, khususnya para
pecinta sholawat dan maulid Nabi saw, sebagai sebuah eksistensi seni budaya
Islam yang harus selalu dijaga dan dikembangkan.
Kembali menjadikan musik sebagai suatu sarana hiburan yang mendidik
dan memberikan arti serta faedah yang berguna bagi masyarakat, music akan
memberi arti tersendiri jika dikemas dengan baik dan bernuansa religius. Hampir
bisa dipastikan bahwa kebanyakan orang adalah cinta seni, cinta music dan suka
dengan hiburan. Sementara kita sering dibuat prihatin dengan menjamurnya
kegiatan hiburan masyarakat yang justru pada kenyataannya bukanlah menghibur
melainkan malah menjadi beban dan masalah baru yang terkadang memicu
tumbuh suburnya kemungkaran di tengah masyarakat.
Namun demikin hiburan pada satu sisi adalah juga merupakan kebutuhan
masyarakat dikala datang rasa lelah dan letih dengan aktivitas keseharian, terlebih
lagi hiburan sudah menjadi tradisi yang turun temurun sejak lama khususnya pada
saat sebuah keluarga masyarakat melangsungkan resepsii atau pesta pernikahan,
Tasyakuran khitanan, dll
Perkembangan hiburan musik organ tunggal cenderung bebas dan
menyimpang dari music yang menghibur, menyejukkan. kini hampir kebanyakan
tidak sesuai dengan harapan, sebagai contoh dengan mulai ramainya nuansa music
yang menghentak, bising dan gaya remix yang justru identik dengan kebebasan
maksiat, Narkoba, mabuk mabukan, Obral aurat, dan porno grafi dan porno Aksi
bahkan tidak jarang di akhiri dengan aksi keributan. Memperhatikan fenomena
diatas, Qasidah diharapkan menjadi suatu hiburan music alternative yang syarat
dengan nuasa religius, da’wah dan pesan pesan keagamaan dengan demikian
maka masyarakat luas tentunya akan dapat menikmati Music bukan hanya sebagai
hiburan semata, melainkan dapat memberi manfaat bagi masyarakat yang
disekitanrnya.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Kegiatan membaca qasidah - qasidah dan pujian – pujian kepada
Rasulullah yang diiringi dengan alat musik rebana sangatlah diminati oleh
masyarakat muslim yang cinta kepada Nabinya. Sudah menjadi kebiasaan pada
malam Jum'at, karena sebagaimana Rasulullah menganjurkan kepada umatnya
untuk memperbanyak membaca shalawat pada malam Jum'at dan ada juga yang
malam Senin dikarenakan malam itu adalah malam kelahiran Nabi Muhammad
saw.
Qasidah rebana adalah perpaduan kelompok vokal dengan kelompok musik
ferkusi yang terdiri dari qasidahan dan rebana atau terbang. Qasidah arabian pada
zaman kuno disebut Qasa’id yang artinya irama atau vokal, isi syair serta
bentuknya selalu terikat “tradisional”. Sedangkan rebana termasuk alat musik
unsur bunyi berupa alat musik perkusi yang tergolong membranafon. Pada zaman
Arabian kuno disebut rakhbani yang pada umumnya dulunya di Parsi selatan
disebut Huda.
Menurut literature buku besar music (Musiqi Al Kabir) karya Al Farabi (950)
Qasidah tergolong karya suci (puisi suci) terdiri :
1. Qasidah puji-pujian atau Hamada – Munajat – Zikirullah.
2. Qasidah keluhan disebut Qasidah Madihun/ Nabawiyah.
3. Qasidah Sindiran disebut Qasidah Tagajal atau Muwassah.
4. Qasidah Riwayat disebut Qasidah Manaqib.
Kumpulan qasidah tersebut dinamakan “DIWAN” pusat lahirnya qasidah
tersebut di negeri Kuffa, Basrah dan negeri Ukaz. Menurut Encyclopedi of Islam
(ibid 40). Adapun keempat kumpulan qasidah tersebut di atas diwan enam
penyair, bahkan ada juga di sebut diwan 7 dan diwan 8. Sedangkan perkembangan
musik rebana lebih pesat dan berkembang pada zaman keemasan islam di El
Andalus Spanyol (namun sumbernya dari jazirah Parsi) sampai-sampai Rebana
berkembang dengan tari dengan nama Hana dan Taslim di gabung dengan Nay
(suling) dan alat-alat tabuhan Huda atau disebut naggara
3
I. PERKEMBANGAN KE INDONESIA
Pada abad XV kesultanan islam Dayah Sultan Johansyah Al Kahhar
(Sultan Alaudin Riayat Syah), tinggal di Syailan (India selatan kerajaan Islam)
selama bertahun tahun, ulama dan budayawannya mengembangkan agama islam
dan seni budaya islami termasuk qasidahan memakai tarbang atau rebana,
perkembangan ini dikuatkan lagi oleh profesor Sachs dalam bukunya Die Musikin
strumental Inden Und Indonesien, yang tertera ” Instroment Tradisional di
kepulauan Rumpun Melayu” (Andalas, Borneo, selebes) bahwa disegala tempat
dimana tarbang atau rebana selalu terdapat, maka jelaslah pengaruh islam amatlah
kuat. Jadi untuk Indonesia, qasidah rebana berkembang dari Parsi terus Turki
sampai unsur tari Samrahnya berkembang juga ke Bulgaria (Kutipan Majalah
Budaya Turki No. II 1969).* Hal 6 #
Artinya kebudayaan islam di Indonesia dikembangkan dari Turki terus lewat India
(Masa Kejayaan Islam) terus ke negeri Pasai (Aceh) sebagai pintu gerbang tempat
awal masuknya seni qasidah (Nasyid yang sudah berirama) dan akhirnya
berkembang di wawasan nusantara.
II. DAERAH BERKEMBANGNYA QASIDAH REBANA
Di aceh / NAD dulunya rebana disebut Rampaie yang terdiri dari Rampaie
Geurumping dengan cara dipukul sambil berduduk dengan gerak Rudat duduk,
sedangkan rampai pasie di Aceh utara adalah rebana besar dimainkan kurang
lebih 40 orang. Adapun Rampai Peluiet dimainkan 4 orang dan istimewanya
permainan ini diselingi dengan akraktif akrobatik dengan menyesuaikan irama
serta ragam pukulannya. Masih di Aceh, Rampai Deboeih namanya rebana ini
disertai pemain debus bahkan dengan menusuk senjata di badan pendebus tersebut
karena itu rampai atau rebana ini disebut Rampai Deboeih, dan yang satu ini
apakah unsur budaya debus sekarang masih berkembang. Adapun daerah yang
masih menyebut rebana secara umum adalah Medan, Jambi, Minang, Palembang,
DKI, Jawa Barat, Kalbar, Kalteng, Kaltim, Kalsel, Jateng Jogya, Sulsel, Sulteng,
Sultra, Maluku, Sumbawa, dan, sedangkan di Riau kepulauan disebut kelumpang.
Di Brunai Darussalam di sebut Lumpang karena Brunai Darussalam adalah
termasuk bangsa rumpun melayu di Kalimantan Utara (Bagian Timur). Mohon
maaf apabila saya tidak menyebut nama rebana dengan bahasa daerah dan jika
4
ada nama rebana di daerah yang tidak tepat. Di DKI atau Betawi rebana terdiri
dari 4 macam, yaitu: rebana ketampring, rebana hadrah, rebana qasidah atau
qasidah rebana. Rebana biang terdiri dari geduk, kotek, biang/ rebana besar.
Sedangkan di Kalimantan dulu pada umumnya dan khususnya Kalsel (gambaran 4
propinsi Kalimantan) terdiri dari rebana zapin terdiri dari 5 biji 2 Rebana Bass,
rebana haderah terdiri 5 biji Bass 1 biji, rebana shalawatan terdiri 4 biji bass 2,
rebana qasidah (Qasidah Rabana) 3 biji rebana peningkah/ pengiring, 3 biji bass
dan 3 biji rebana kecil (disebut rebana marawis yang fungsinya atau juga disebut
Rebana selo sebagai pengisi) kemudian sekarang ditambah lagi 2 orang pemain
tamborent.
Jika kita teruskan ke NTB terdapat rebana rea dimainkan 4 orang, kalau di
Sumbawa agak besar, sedangkan rebana ode agak kecil. Adapun namanya rebana
10 yang terdiri dari sepuluh buah dari melengking sampai bunyi besar (bass 5)
atau disebut juga rebana 10 atau sepuluh dengan sepuluh unsur bunyi, di Kalsel
rebana digunakan untuk kelompok maulid (nasyid) habsy – kelompok sinoman
haderah – kelompok qasidah rebana dan bahkan sekarang ini digunakan untuk alat
musik tabuhan Tradisional, musik berpantun, untuk tari dan bahkan sebagai
bagian alat musik untuk membangunkan orang untuk bersaur pada bulan
Ramadhan. Qasidah rebana dulunya berkembang lebih pesat di Jazirah Arabia
atau Parsi di negeri Kuffa, Basrah dan Ukaz, dalam perbendahaan musik Arabia
kuno, tidak terdapat kata rebana namun ada istilah rakbani, dalam dunia musik
mereka artinya adalah nyanyian khalifah (carravan song) yang dianggap sebagai
lagu Arab pertama ditata dengan baik, kebiasaan rakyat maka alat perkusi tersebut
disebut rebana tapi ada disebagian Parsii selatan namanya ”Huda” jadi rebana dan
di parsi utara disebut DUP yang merupakan music kelompok.perkusi. Namun asal
usulnya kata ini tidaklah menjadi masalah, yang penting sekarang ini bagaimana
qasidah rebana Indonesia yang dikembangkan kemudian dibakukan secara
aplikatif kompherhensif yang punya wawasan tentang qasidah rebana oleh lasqi,
kalau kita membicarakan qasidah rebana maka ada dua unsur seni yaitu, qasidah
dan rebananya itu sendiri
Qasidah Zaman dulu adalah Syair – syair Puji – pujian terhadap Rasul
Saw.dan syair puji-pujian terhadap Allah SWT, serta Syair pujian terhadap
Halifah yang bijaksana dan mengembangkan Islam. Syair –Syair tersebut
berkenbang di Afrika dan negri Parsi dan negara negara yang penduduknya
5
beragama Islam seperti Indonesia, Syair Syair tersebut adalah Syair Barzanji,
Diba’i, Syarapal Anam . Manaqib, Simtud Duror/Al Habsyi,dll. syair syair
tersebut sejak Raja Muzaffrudin penguasa Ayyubiyah kemudian sebagai sfirit
perang di hidupkan pada zaman Sultan Salehuddin untuk memerangi. Tetapi
disini saya tidak banyak membicarakan qasidahnya, tetapi membicarakan
rebananya saja sebagaimana di atas, perkembangan rebana di Indonesia sejak
kerajaan islam di Aceh (awal masuknya seni qasidah rebana) terus berkembang di
kerajaan kerajaan Islam di tanah rumpun Melayu dan lain-lainnya di Indonesia
sampai sekarang ini, di Kalimantan selatan Syair Berjanzi, Dibai’ serta Manaqib
yang berirama atau berlagu konon dibawa seorang Syeh dari aceh bernama Syeh
Abdul Samad dengan tehnik Instroment Rebananya pada abad XVII (1625 H)
pada Zaman Sultan Adam Kerajaan Banjar Kayu Tangi, sekarang kota Serambi
Mekah Martapura, 40 Km dari Banjarmasin. Dari kerajaan Islam Banjar pada
zamannya dulu di kembangkan kekerajaan Islam di Sukamara dan Pangkalambun
Kalimatan tengah bagian barat serta kerajaan Islam di Kalimantan timur konon di
kerajaan Islam si Brunai Darusalam Kalimantan Utara. Uraian terdahulu hanya
sebagian kecil yang mudah-mudahan ada gunanya bagi kita semua.
Sedang perkembangan di nagari kerajaan Islam di Sumatera dari Aceh
terus ke Selatan, Perlu diketahui bahwa Syeh Abdul Samad dari Aceh tersebut
berangkat dari negri Andalas Selatan (Palembang) menuju kayu tangi di zaman
Sultan Adam (Suku Banjar) dan menyebrang ke Sulawesi oleh Raja Raja dan
Ulama – ulama Bulgis pada zamannya. Sedang di sepanjang pulau jawa konon di
bawa dan di syiarkan oleh ulama-ulama Islam dan sekh-sekh dari Afrika dan
Parsi.
III. UNSUR BUNYI DAN PERANANNYA
Sarana-sarana instrument musik perkusi seperti rebana atau tarbang,
gendang, tamtam dan lain-lain. Ada 4 (empat) unsur bunyi, khusus yang akan kita
bicarakan disini instrument rebana atau terbang baik untuk sarana qasidah rebana,
qasidah haderah, qasidah mauliddan atau salawatan, qasidah samrah dan bahkan
digunakan untuk qasidah gambus modern. Unsur bunyi tersebut adalah:
1. Dipukul ditepi menimbulkan bunyi tinggi melengking seperti tang, ting,
tung.
6
2. Dipukul ditengah, kurang lebih 7 cm menimbulkan bunyi rendah
berdengung seperti ding, dang, dung.
3. Dipukul dengan telapak tangan di tengah rebana menimbulkan bunyi
kafrak.
4. Dipukul dengan lima jari yang disatukan, kemudian di buka pada saat
memukulnya bunyi triel.
Unsur-unsur bunyi tersebut sangatlah menentukan pada saat grup
memainkan, sehingga dari bunyi itulah membentuk netrum/ dinamika/
harmonisasi/ balland di antara kesatuan bunyi-bunyi dalam rebana tersebut. (Bass,
pengirng, peningkah, pengisi), namun perlu di ingat ragam pukulan lebih utama,
karena ragam membentuk irama perkusidalam rebana. Adapun peranan unsur
bunyi tersebut juga sangatlah menentukan, kalau di antara pemain biasanya ada
memainkan peningkah, penenteng, pengisi unsur bunyinya sangat dominan
dipukul di tepi (praktek ini lain waktu) bunyinya tang, ting, tung.
Sedangkan unsur bunyi dung yang dipukul ditengah merupakan eksen pokok
untuk bass atau ritmis akhir dari satu pukulan. Sebagai dasar landasan setiap sifat
komposisi. Untuk menentukan barr dan tempo,Kemudian unsur bunyi berdengam
atau kafrak biasanya sebagai peningkah atau penenteng saat intro pukulan awal.
Intro penghubung dan intro penutup.Intro ini merupakan relevansinya sebagai
pengganti musik dalam sebuah lagu. Sedangkan unsur bunyi triel berperanan pada
lagu-lagu tempo cepat (gembira) atau berperanan memulai pukulan pada saat intro
atau penutup bunyi. Perlu dalam kesempatan ini dari hasil pengamatan saya,
bahwa group-group qasidah rebana yang bergelar dipemilihan duta-duta qasidah
rebana LASQI. Dapat disimpulkan cara menggabungkan unsur bunyi tersebut
yang terkadang ada perbedaan terkadang lebih intensitas penekanannya dengan
musik Tradisional daerah sendiri. Dari pendengaran itulah utamanya pada saat
pemilihan Duta-duta qasidah Tingkat Nasional
Jika kita mendengar dan menyaksikan peserta dari sepanjang Pulau Jawa
(Jawa Barat, DKI, Jawa Tengah, Jawa Timur teknik bunyi rebana ada kemiripan)
namun jika peserta dari Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, juga penekanan atau
intensitasnya sangat mirip dengan tehnik pukulan dari Parsi, jadi di Indonesia
terdiri rumpun Melayu, dan Cirebonan, Betawian, serta Banyuwangian yang pada
dasarnya bersumber dari pukulan Wahdah-wahdah, Syaida, Syaiba, Sarah Mesir,
Sarah Iraqi, Yamantiq ½ barr, Bayaan dan Huda Parsi. Penemuan sebagian data
7
yang dapat dipercayai (pada pemilihan duta-duta qasidah tingkat nasional oleh
LASQI)
Namun akhir-akhir ini disalah satu daerah peserta baik dari kalimantan Timur
ataupun Sulawesi tengah sudah terpengaruh tehnik Betawian oleh karena
Pelatihnya dari jakarta, hal seperti ini sangat disayangkan, karena kehilangan
identitas daerah.
IV. BENTUK REBANA INDONESIA DAN PENGGUNAANNYA
Bentuk rebana sudah jelas bundar dan berbingkai kayu (bukan besi) di
Museum Laiden (Belanda) tersimpan 4 (empat) bentuk dan ukuran rebana
Indonesia.
Diameter atas Diameter Bawah Tinggi Bingkai Keterangan
49 cm 39 cm 15,5 cm bass
40 cm 36 cm 14 cm Sda
38 cm 35 cm 10,5 cm Pengiring,
Penenteng,
Peningkah
20 cm 17 cm 8 cm Sda
(sumber ensiklopedi music Indoesia depdikbud)
Memang bentuk dan ukuran ini tidak terlalu jauh dari perkembangan sekarang.
Namun yang sangat berbeda adalah penggunaan rebana itu sendiri serta
fungsinya.
Kalau rebana untuk qasidah rebana tidak diembel-embeli dengan gemercing yang
terbuat dari logam, kuningan, aluminium, dan sebagainya. Karena di dalam
kelompok qasidah rebana pengganti gemercing tadi adalah alat tamborent.
Sedangkan untuk kelompok qasidah Haderah, Samrah, dan Qasidah salawatan/
maulid atau tarbang salawatan rebananya disertai gemercing dibingkai kayunya
tapi kelompok tidak lagi memakai sarana tamborent. Dan dalam qasidah Gambus
modern ada rebana dan juga pakai gemercing yang biasanya berfungsi sebagai
pelengkap. Jadi jelas untuk qasidah rebana, sarana rebana dan tamborent saja
(bukan tam-tam atau ketipung, tomba dan babun dan dab (tamborent yang
kulitnya dari mika)dan tidak di benarkan menurut para ahli hadis melarang alat
8
bermuka dua/Babun dan lainnya. Fungsi Rebana baik dalam qasidah rebana,
haderah, samrah, maulid tarbang(Maulid Habsyi, Barzanzi, Diba’i Manaqib).
Terdiri dari:
Pengiring bentuk rebana yang sedang atau Media. Bass bentuk Rebananya yang
Besar. Peningkah (pengisi dan penenteng). bentuk Rebananya yang kecil atau
disebut juga Rebana Selo atau marawis
FUNGSI QASIDAH REBANA
1. Pengiring : merupakan ritma dalam musik perkusi rebana.
2. Bass : Merupakan pengendali irama. tehnik Bass ini menurut ilmu musik
perkusi tidak dibenarkan untuk meningkah
3. Peningkah : Merupakan matra di dalam kelompok rebana tersebut. Biasanya
dipukul pada saat memulai intro/MAWAL, pemindahan instroment ke vokal
atau lagu dan pada saat tempo lowong ketika bernyanyi atau vokalis
membawa lagu.
4. Pengisi : Tehnik ini dipukul adalah pukulan peningkah atau huda parsi atau
sarah iragi terkadang ½ barr saja dari pukulan tersebut selama lagu itu
didendangkan biasanya pada kelompok hadrah, samrah,
mauliddan/MAULIDUR RASUL artinya pengisi ini tidak dominan di dalam
instrument kelompok qasidah rebana.
5. Panenteng : Teknik ini biasanya di pakai pada saat intro pukulan sewaktu-
waktu saja baik dalam kelompok qasidah rebana, hadrah, samrah, mauliddan
atau maulid tarbang. Maulidur Rasul
6. Tamborent : Pengendali tempo atau mat.
Bentuk personil kelompok Qasidah Rebana ada 3 (tiga)
Jika pemain atau personil 11(sebelas) orang maka terdiri dari :
1 (satu) orang vokalis, 8 (delapan) pemain rebana baik peningkah, pengiring dan
bass. 2 (dua) orang pemain tamboren.
Jika personilnya 10 (sepuluh) orang maka kelompok terdiri dari :
1(satu) orang vokalis. 7(tujuh) orang pemain rebana, 2 (dua) orang pemain
tambarent.
Jika personilnya 9 (sembilan) orang maka terdiri dari :
1 (satu) orang vokalis, 6 (enam) orang pemain rebana 2 (dua) orang pemain
tamborent. (bentuk personel tersebut merupakan ketetapan Lasqi yaitu suatu
9
organisasi yang mewadahi kesenian qasidah. LASQI : Lembaga Seni Qasidah
Indonesia)
2 (dua) orang pemain tamborent. (Bentuk personil tersebut merupakan ketetapan
LASQI untuk mempermudah penilaian Bentuk personil group qasidah rebana
kreasi/kolaborasi.
Terdiri 4 atau 5 orang pemusik alat-alat (Biola, Gambus, Suling, Alat Petik
Tradisional atau alat non elektrik masing-masing daerah peserta) 3 orang Backing
Vocal, peraga dengan Vocalis tunggalnya sedangkan group rebana tetap/utuh 11
personil lengkap dengan rebana dalam peraga tersebut tetap memakai instroment
perkusi rebana 8 biji dan 2 biji tamborent.
Kelompok qasidah rebana ini pada saat festival atau lomba atau pemilihan duta
qasidah rebana vokalisnya tidak diperkenankan bergantian artinya sejauh mana
wawasan Vocalis tunggal mengusai lagu dan napas dan suara, saat festival tsb.
KELOMPOK HADERAH
Untuk pemain hadrah totalitas personil rebana/Tarbang 6 (enam terdiri
tarbang pengiring,peningkah pengisi )dan 2 (dua) bj Bass dan peraganya maximal
30 orang, jumlah 36 orang. Peranan pemain rebana yang 6 (enam) orang tersebut
juga berfungsi sebagai mahadi atau mahadian atau vokalis tunggal (Haderah ini
bukan Qasidah Rebana Kelompok Pria tetapi bentuk kesenian Islami Tradisional
untuk penyambutan tamu yang datang ke Daerah seperti di Kalimantan
Selatan).dan Qasidah Haderah ini sudah puluhan tahun di Festivalkan di
Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah.setiap hari hari besar Islam dan MTQ
Tk. Kabupaten atau Nasional juga HUT. Lahirnya Kabupaten atau Propinsi.
Untuk pemain kelompok maulid tarbang (Habsyi, Barzanzi, Diba’i)
totalitas personil rebananya terdiri 6 biji tarbang/pengiring, peningkah, pengisi
dan 2 bass jumlah 6 orang personilsaja .kelompok ini tidak kurang dari 15 orang
dan tidak lebih dari 20-25 orang. Dikelompok ini mahadinya tidak seperti rangkap
pada kelompok haderah artinya tersendiri.. Jadi jelas bentuk serta personilnya
pemain rebana pada masing-masing kelompok ini berbeda. Qasidah rebana kreasi/
Qasidah Rebana kolaborasi dan sekarang LASQI pusat dengan Memutuskan
pengembangan qasidah rebana memakai beberapa alat gambus ,biola,suling dan
alat petik daerah (misal, panting Kalsel – kerungut kalteng, gitar, akourdion dsb).
10
V. STRUKTUR QASIDAH REBANA INDONESIA
Ini merupakan hasil pengamatan penulis (pemakalah) baik di daerah Indonesia
timur, tengah dan barat yang ikut pada pemilihan duta-duta qasidah rebana yang
lebih banyak digelarkan, bagi grup yang sudah siap berdiri di pentas pertama :
1. Mengucapkan salam awal dengan assalamualaikum Wr. Wb.
2. Intro awal pukulan rebana/Intro musik untuk rebana Kolaborasi disesuaikan
kemudian
3. Intro vokal./Maawal/Raal/fluet Catatan : Intro pukulan/musik dan intro
vokal boleh tertukar.
4. Lagu yang dibawakan oleh vokalis (sesuai dengan pedoman kaset).
5. Koor atau panduan.
6. Jika ada lahunya reef (vokalisnya melagukan).
7. Koor
8. Ulang kembali ke reff.
9. Intro penghubung
10. Koor (akhir)
11. intro penutup (sekarang sudah di akui oleh LASQI struk tsb )
(maka selesailah sebuar Lagu Qasidah yang diadabtasi ke Qasidah Rebana)
Catatan (1) : Jika lagunya tidak diulang lagi reef tersebut maka intro
penghubung ini setelah reef sebelum koor terakhir dilakukan,
karena intro penghubung sebelum Koor Akhir lagu merupakan
Konstrubusi Penilaian : sejauh mana Group Qasidah punya
wawasan menyimpan penghayatan,ingatan Nada Dasar pada lagu
yang didendangkannya saat itu (terkadang banyak Group Qasidah
setelah intro penghubung ini banyak Disturse/ Melayang/ Lepas
Nada Dasar lagu yang sedang didendangkannya) setelah koor akhir
tersebut ditutup dengan intro atau aransir musik penutup Waktu
pentas 20 menit (2 lagu). Cengkok benar-benar cengkok Qasidah
dan diperkenankan berkreasi tetapi tidak lepas dengan sandaran
lagu pedoman.
Catatan (2) : Struktur ini apakah lagu wajib maupun lagu pilihan sama saja,
cuma saja untuk lagu pilihan tidak lagi mengucapkan salam awal
melainkan setelah selesai membawakan lagu pilihan dengan intro
11
penutupnya, ditutup oleh salam assalamualaikun wr. wb. berarti
grup tersebut selesai melaksanakan tugas pentas.
NAMA PUKULAN REBANA
(berkembang di Parsi utara sebelum Islam) dan masih berkembang sampai
sekarang atau merupakan pukulan rebana klasik, Habsyi Hadrah:
1. Sarah Mesir
2. Sarah iragi(khusus pengisi)
3. Hayyah parsi
4. Syaida(khusus penggiring)
5. Alaqibun
6. Raudatiq(khusus penggiring)
7. Nadier(Khusus di gunakan Irama Ramal)
8. Baya’an (khusus bass)
9. Huda (khusus peningkah, pukulan tertua di negri parsi
NAMA NAMA PUKULAN REBANA QASIDAH
(dulunya berkembang di Parsi Selatan). Masih berkembang sampai sekarang atau
merupakan pukulan rebana klasik, Habsyi, Haderah:
1. Sarah Mesir (irama gembira) Banyak digunakan untuk Haderah dan
Mauliddan atau lagu-lagu cepat riang gembira.
2. Sarah Iraqi (Irama gebira tapi digunakan ½ Barr Saja).
3. Baladi ( Baladi Tawil, - Baladi Salusi - Baladi Qatmi ) 4/4.
4. Zehiffah (Lincah dan Gembira digunakan ½ barr saja).
5. Wahdah – wahdah (sebagai lagu pengirim 1 – 1 bebas).
6. Taktuba (sebagai pengisi instroment lagu-lagu sahdu atau irama Ramal.
7. Hadrun (gabungan sarah 1/2 barr dgn Quatty ½ barr bebas dan gembira).
8. Quaitty (Sedang tapi gembira ).
9. Maqribi ( khusus bass sedang irama sahdu).
10. Malfuf ( tempo Sedang-banyak di gunakan saat irama Ramal dan sahdu).
Semua Ragam Pukulan rebana ada 74 ragam dari versi Parsi Selatan, 40
ragamversi Parsi Utara, jumlah 114 ragam (nama Rebana Sebelum Islam di negri
Parsi disebut Huda) dari buku terjemah Buku Arransir Musik Arabi karya:
Ishak bin Ibrahim Al Mausoully (850 M.) judul buku; Kitabul Alham Wal
12
Angham, buku ini merupakan acuan Pola, struktur Arransier. Seniman Musik
Eropah dan Barat zaman dulu sampai sekarang.
A. TUJUAN
1. Memberikan Hiburan kepada Masyarakat yang menyejukkan dan tidak
menimulkan kegaduhan dan kemungkaran
2. Menyampaikan pesan pesan dakwah lewat Seni Music Qasidah kepada
masyarakat
3. Menumbuhkan kepedulian masyarakat akan pentingnya kenyamanan dan
dakwah
4. Memberikan hiburan alternative yang positif dan mendidik, serta
memerangi dahsyatnya perkembangan Narkoba. Ditengah masyarakat.
B. KEGIATAN
Kegiatan yang dilakukan’
1. Pembinaan Intensive terhadap personil Qasidah
2. Pengajian Rutin Personil
3. Melayani permintaan Masyarakat dalam memeriahkan berbagai acara yang
sering diselenggarakan masyarakat, anatara lain Walimatul ‘Urusy,(Pesta
Pernikahan) Walimatul Khitan, (Pesta Khitanan) Walimatu Tasmiyah
(Pesta Pemberian Nama) dll
C. MANFAAT
1. Menghibur Masyarakat dengan nuansa yang Islami dan mendidik
2. Menumbuhkan kegiatan yang produktiv dan menguntungkan
3. Menciptakan lapangan pekerjaan bagi Masyarakat
D. PELUANG
1. Animo masyarakat sudah mulai mengarah kepada jenis hiburan yang
menyejukkan sehingga banyak masyarakat memilah Qasidah sebagai
Sarana Hiburan.
2. Tumbuhnya kesadearan masyarakat dalam memilih sarana hiburan
3. Hiburan Qasidah dapat mengurangi maraknya perdaran obat-obatan
terlarang, sejenis minuman pil, shabu sabu dll
E. TANTANGAN
13
1. Belum adanya sarana dan fasilitas atau alat music sendiri, sehingga dalam
setiap memenuhi permintaan shohibul hajat tidak maximal, sehingga
terkadang harus menolak permintaan
2. Tidak dapat berlatih secara efektif karena semua alat dan sarana masih
harus meminjam atau menyewa dari pihak lain
BAB III
PENUTUP
Di Indonesia kegiatan majlis qasidah yang menggunakan alat musik rebana telah
berkembang dengan pesat. Awalnya kegiatan qasidah ini dilakukan hanya sebagai ritual
saja dalam memperingati kelahiran Nabi Muhammad saw, akan tetapi dengan cintanya
masyarakat akan bacaan-bacaan shalawat dan madaih, hampir setiap mengadakan acara
tasyakuran baik pernikahan, khitanan, tingkeban (ketika janin si ibu berumur 7 bulan)
maupun kelahiran bayi dan acara-acara yang lainnya masyarakat sering mengundang
majlis hadlrah ini untuk membacakan sholawat dan madaihnya demi mendapatkan
limpahan keberkahan Allah dan syafa'at Rasulullah dari bacaan-bacaan tersebut.
Namun dengan kecanggihan teknologi sekarang ini, banyak ditemukan berbagai
jenis alat musik baru yang kehadirannya dapat menggeser alat musik tradisional Islam,
termasuk rebana. Dengan dalih ketinggalan zaman dan kolot, alat-alat musik tradisional
Islam itu mulai ditinggalkan dan jarang dimainkan. Hal ini menimbulkan keprihatinan
para musikus Islam modern. Mereka berusaha sedini mungkin untuk mengkolaborasikan
alat-alat tradisional tersebut dengan alat-alat musik modern. Sehingga dengan penampilan
seperti inilah seni tradisi Islam tetap terlestarikan.
Dari sinilah muncul seni baru Islam, yaitu rebana hadlrah modern. Seni ini masih
menggunakan alat-alat musik tradisional, akan tetapi diselingi juga dengan alat musik
modern, sehingga akan mudah untuk diterima oleh masyarakat kini dan tidak
menjenuhkan. Usaha mereka tidaklah sia-sia, terbukti di tanah air sendiri jumlah grup
rebana hadlrah modern sudah mencapai ribuan. Bahkan banyak sudah yang masuk dapur
rekaman dan omset penjualan kaset hampir menyamai lagu dengan musik-musik modern.
Di luar negeri, Kairo misalnya, seni ini sangat ditunggu-tunggu kehadirannya, terbukti
dari banyaknya undangan untuk tampil dari mancanegara yang dialamatkan ke sebuah
grup rebana, akan tetapi belum bisa memenuhinya secara keseluruhan karena
keterbatasan alat-alat musik yang masih sederhana. Semua ini tak lebih adalah sebagai
14
bagian dari usaha generasi baru Islam untuk menjaga dan membangkitkan kreatifitas seni
budaya Islam yang telah ada, sehingga tetap lestari dan tidak hilang begitu saja.
Lampiran – lampiran
15
16
17
DAFTAR PUSTAKA
- Buku * Keindahan Karya Seni di Tinjau dari Beberapa Sudut pandang Baik
Al’qur’an dan Hadis Karya Mudjahidin S cetakan pertama th 1985 )
18
- ensiklopedi music Indoesia depdikbud
- Kutipan Majalah Budaya Turki No. II 1969).* Hal 6 #
19