Cara Mendidik Anak

70
Cara Mendidik Anak Februari 12th, 2009 admin 10 CARA CERDAS MENDIDIK ANAK Sebagai seorang wanita karir yang selalu sibuk dengan rutinitas kerja yang padat. Membuat waktu kita sangat terbatas untuk anak kita. Padahal inginnya kita bisa terus menerus dekat dengan si buah hati. tapi kira-kira bisa ngga ya waktu kita yang terbatas itu menjadi berkualitas ? dan … mungkin ngga ya kita bisa menjadi orantua yang efektif ? Menurut psikolog selama kita bisa memanfaatkan waktu , orang tua yang sibuk pasti tetap bisa membesarkan anaknya dengan baik. Karena belum tentu juga anak yang orangtuanya mempunyai seratus persen waktu di rumah, bisa memiliki kualitas fisik, jiwa dan psikologis yang lebih baik dibandingkan anak yang orangtuanya banyak waktunya habis di tempat kerja. Karena tumbuh kembang anak tidak bergantung pada lama waktu alias kuantitas orang tua bersama anaknya. Tetapi lebih kepada kualitasnya. Ibu yang setiap hari di rumah, tapi tidak terlalu care pada tumbuh kembang anaknya, misalnya ibu asyik menonton televisi sendiri, sementara anaknya dibiarkan bermain sendiri tanpa bimbingan darinya. Tidak akan sebanding dengan ibu yang bekerja namun memanfaatkan waktunya yang terbatas secara maksimal untuk mengikuti dan membimbing tumbuh kembang anaknya. Siapapun pasti ingin bisa menjadi orang tua yang baik. Dan untuk menjadi orang tua memang butuh

Transcript of Cara Mendidik Anak

Page 1: Cara Mendidik Anak

Cara Mendidik Anak

Februari 12th, 2009 admin

10  CARA CERDAS MENDIDIK  ANAK

Sebagai seorang wanita karir yang selalu sibuk dengan rutinitas kerja yang padat. Membuat waktu kita sangat terbatas untuk anak kita.  Padahal inginnya kita bisa terus menerus dekat dengan si buah hati.  tapi kira-kira bisa ngga ya waktu kita yang terbatas  itu menjadi berkualitas ? dan … mungkin ngga ya kita bisa menjadi orantua yang  efektif ? Menurut psikolog selama kita bisa memanfaatkan waktu , orang tua yang sibuk pasti tetap bisa membesarkan anaknya dengan baik.  Karena belum tentu juga anak yang orangtuanya mempunyai  seratus persen waktu di rumah, bisa memiliki kualitas fisik, jiwa dan psikologis yang lebih baik dibandingkan anak yang  orangtuanya banyak waktunya habis di tempat kerja.   Karena tumbuh kembang anak tidak bergantung  pada lama waktu alias  kuantitas orang tua bersama anaknya. Tetapi lebih kepada kualitasnya. Ibu yang setiap hari di rumah, tapi tidak terlalu care pada tumbuh kembang anaknya, misalnya ibu asyik menonton televisi sendiri, sementara anaknya dibiarkan bermain sendiri tanpa bimbingan darinya. Tidak akan sebanding dengan ibu yang bekerja namun memanfaatkan waktunya yang terbatas  secara maksimal untuk mengikuti dan membimbing tumbuh kembang anaknya. Siapapun pasti  ingin bisa menjadi orang tua yang baik. Dan untuk menjadi orang tua memang butuh belajar.  Namun sayangnya, sekolah untuk menjadi orang tua belum ada. Bagaimana sebaiknya memanfaatkan waktu menjadi orang tua dengan efektif ? berikut tipsnya.

1.    Dekati anak, pahami karakternya

Orangtua yang baik berusaha memahami karakter  anaknya. Ada anak yang sejak awal menunjukan karakter pemalu, periang. Introvert, extrovert atau penuh percaya diri. Sebaiknya perlakukan mereka sesuai  dengan karakternya, dan jangan memaksakan anak untuk menjalani karakter lain. Atau memaksanya melakukan sesuatu yang dia belum merasa siap. Misalnya memaksa anak yang pemalu untuk maju ke panggung, sementara dia belum siap. Orang tua dan guru hanya bisa menyiapkan mentalnya, namun yang bertarung mempersiapkan mental itu adalah

Page 2: Cara Mendidik Anak

anak itu sendiri. Daripada ‘berkelahi’ dengan anak di belakang panggung. Lebih baik beri dia waktu untuk mengelola perasaan. Di kesempatan lain, dia mungkin jadi lebih berani. Jika dipaksa, anak bisa terbebani dan stress. Waktu serta tenaga yang anda berikan pun terbuang percuma. Untuk memahami anak, anda tentu harus dekat dengan mereka. Dan menjadikan diri anda sebagai orang dekat hingga jadi tempat curhat juga perlu trik. Jika anak sedang bermasalah, berikan rasa empati dan perhatian. Tunjukan bahwa anda peduli dan ingin dia kembali ceria.  Jika karakter anak anda tertutup jangan paksa dia untuk segera to the point menceritakan masalahnya. Anak malah semakin bungkam. Dekati sedikit demi sedikit, ajak dia ngobrol dari hati ke hati, dari situ anda bisa masuk ke pokok masalnya. Meski sibuk, jadilah pendengar yang aktif. Jangan pura-pura mendengarkan padahal tidak dan masih bekerja. Alihkan konsentrasi ke dia atau minta untuk menunda pembicaraan sesaat lagi.

2.    POSITIVE PARENTING

Terapkan positive parenting yaitu menghargai setiap perilaku baik anak  sebanyak-banyaknya dan usahakan untk menghukumnya sesedikit mungkin. Jika anak melakukan kesalahan, jangan langsung dimarahi. Tapi gali alasan dia melakukannya, serta ajak dia berpikir apakah itu baik atau tidak. Bersikaplah tenang, karena pada dasarnya setiap perilaku anak adalah proses menemukan jatidiri atau identitas  dirinya. Dengan cara ini, anak mengerti dan anda bebas stress. Anak usia satu sampai dua tahun adalah usia yang segala perilakunya msaih bersifat eksplorasi. Maka berikanlah kesempatan itu, karena ini sangat bermanfaat untuk perkembangan otaknya.

3.    LIBATKAN DAN AJAK DISKUSI

Ingin anak yang pemberani dan punya sifat memimpin ? libatkan dalam diskusi keluarga, dengarkan dan hargai pendapatnya. Lakukan itu sejak dia kecil, agar ingatan itu tertancap di memorinya. Diskusikan banyak hal dengannya mulai dari memilih makanan, baju, berwisata ke mana, sampai sekolahnya sendiri. Hal ini penting untuk membentuk rasa percaya dirinya. Dengan kebiasaan ini, anak juga akan terbiasa dengan penyelesaian masalah  secara demokratis. Mulailah  melibatkan mereka ke dalam tugas-tugas rumah tangga sehari-hari, tentunya dengan menyesuaikan dengan usianya mereka. Anak biasanya akan merasa senang, jika ia merasa dibutuhkan oleh orang lain dan berguna bagi orang lain.

4.    MANFAATKAN SETIAP KESEMPATAN

Jika anda adalah orangtua bekerja, maka pintar-pintarlah mempergunakan kesempatan terbatas untuk berkomunikasi dengan anak  anda seefektif mungkin. Sambil bercanda, usahakan mendapatkan pembicaaan yang ‘berisi’. Misalnya, ajaklah anak mengobrol dengan santai tentang berbagai hal ketika anda mengantar dia ke sekolah. Gunakan  juga kesempatan untuk menanamkan nilai-nilai positif ketika anda menemani dia menonton televise. Mengajak diskusi selalu bisa diawali dengan pertanyaan-pertanyaan yang unik danmungkin bikin dia geli. Missal.” Nak, kenapa ya manusia itu kadang-kadang sakit?  Apa kuman  itu juga bisa sakit ya ?”

Page 3: Cara Mendidik Anak

5.    SEDIAKAN WAKTU KHUSUS

Meluangkan waktu khusus untuk berdua dengan anak merupakan hal yang penting untuk menumbuhkan ikatan batin antara anda dan anak. Manfaatkan kesempatan berdua untuk memahami dan mendekatkan diri dengan anak. Anda bisa memanfaatkan  waktu tersebut mulai dari saat membangunkan atau mengantarkannya tidur, bermain bersama, menonton televisi bersama, pergi bersama ke tempat-tempat menarik, dan banyak lagi. Usahakan setiap hari ada waktu khusus untuk setiap anak.  Akan lebih baik  jika waktu libur dimanfaatkan untuk bersama keluarga.

6.    TEGAKKAN DISIPLIN

Jika  anak sedari kecil dibiasakan untuk disiplin, maka dia akan menjadi pribadi yang teratur setelah dewasa. Terapkan mulai dari hal-hal  yang kecil.  gosok gigi, cuci kaki, merapikan tempat tidur setelah bangun pagi, sangat baik untuk membiasakan hidup mereka lebih teratur setelah dewasa. Terapkan disiplin secara konsisten. Jika anak melalaikannya, tidak ada salahnya anda memberikan sanski. Tak perlu sambil marah-marah, malah bagus jika anda dan anak melakukannya sambil tertawa. Berikan sanksi  yang bersifat mendidik, misalnya menyuruhnya untuk mengerjakan tugas rumah dan perlu diingat. Jangan berikan sanksi di beberapa kelalaian pertamanya. Berikan jika anak berulang-ulang melakukan kesalahan yang sama.

7.    BERILAH CONTOH YANG BAIK

Anak adalah peniru ulung, maka berhati-hatilah dalam bertingkah laku dan menjalankan kebiasaan. Anak usia emas (0-5 Tahun) memiliki daya ingat yang sangat kuat, jadi apapun yang anda lakukan bisa menjadi modalnya dalam berprilaku di saat dewasa. Dia belajar berprilaku melalui pengamatannya pada perilaku orang tuanya. Maka berperilakulah yang baik dan hindarkan kata-kata kotor, karena apa yang kita ucapkan dan kita lakukan merupakan modal bagi anak kita dalam berperilaku dan berucap.

8.    UNGKAPKAN KASIH SAYANG

Setiap orang tua pasti menyayangi anaknya, begitu pula sebaliknya. Namun tak jarang orang tua menganggap hal itu tak penting. Padahal, mendapatkan kasih sayang adalah hak setiap anak. Termasuk dalam bentuk verbal. Seperti ‘ mama sayang kamu’. Ini berpengaruh sangat besar kepada anak. Karena  merasa diperhatikan dan disayang. Sehingga anak memiliki kedekatan emosi yang dalam terhadap orangtuanya anak juga memiliki perasaan yang halus, lembut dan penuh kasih sayang terhadap sesama. Ungkapan kasih sayang dengan ucapan sayang. Belaian pelukan dan ciuman dalam setiap kesempatan.

Page 4: Cara Mendidik Anak

9.    KOMUNIKASI YANG EFEKTIF

Komunikasikan denagn jelas dan lembut. Ketika anda memberikan perintah kepada anak. Berikan perintah yang spesifik dengan kalimat yang jelas untuk menghindari kebingungannya. Stop memberikan ceramah, memarahi atau mengomeli anak dengan panjang lebar apalagi dengan teriak-teriak. Sebaliknya seringlah  mengajak mereka berdiskusi. Jangan sekali-kali berbicara dengan keras dan kasar  terhadap anak. Kalau anda tak ingin mereka meniru.

10.    SAAT MARAH, ANAK JANGAN DIJADIKAN PELAMPIASAN

Perilaku anak kadang membuat orangtua kesal dan jengkel. Apalagi kalau pekerjaan dan kekalutan di kantor di bawa kerumah. Jika anda mengalami hal ini, jangan sekali-kali menjadikan anak sebagai pelampiasan kekesalan. Karena marah, anak menjadi objek omelan, luapan emosi atau bahakan sampai membuat kita tak menghiraukan dan memperhatikannya. Saat marah, control diri memang cenderung lebih rendah tapi jangan sekali-kali melampiaskannya kepada anak. Di depan mereka, tetaplah bersikap seperti  biasa. Sempatkan waktu luang sejenak untuk berpikir  dan introspeksi diri. Ambil napas panjang dan coba berpikir untuk mencari solusi terbaik bagi masalah anda. Satu hal yang penting : orang tua yang efektif juga butuh  waktu untuk dirinya sendiri.

Kumpulan Resep Bubur Tim untuk Bayi

Januari 3rd, 2012 Noor Isa

Page 5: Cara Mendidik Anak

Ketika anak sudah berusia 6 bulan, hendaknya anak mulai dikenalkan pada makanan pendamping ASI. Anda bisa mulai membuat makanan bayi berbahan dasar beras dalam bentuk bubur tim. Supaya anak menyukai rasa makanan barunya, Anda perlu memberi bumbu secukupnya supaya makanan bayi tidak hambar.

Dalam membuat bubur tim, Anda harus memperhatikan kandungan gizinya. Yang perlu diperhatikan dalam membuat makanan bayi adalah tidak memberi bahan tambahan makanan dalam makanan bayi seperti penyedap rasa atau yang lainnya. Selain itu jika Anda ingin memberi bayi protein hewani seperti daging, ayam, atau telur pilihlah daging yang segar atau ayam kampung. Untuk sayur, pilih sayur yang masih segar dan baik.

Membuat makanan bayi sebaiknya jangan langsung banyak, cukup satu resep makanan bayi untuk 1 atau 2 kali makan saja. Jika bayi ingin makan Anda harus membuatnya lagi bisa dengan resep bubur tim yang berbeda. Karena jika Anda langsung membuatnya banyak, maka Anda akan sering memanaskan bubur tim sehingga kandungan gizinya semakin berkurang. Berikut ini beberapa resep bubur tim mudah untuk buah hati Anda :

Resep bubur tim 1

50 g beras air secukupnya hati ayam kampung jagung manis segar diiris lembut atau diblender bayam satu genggam iris lembut keju parut sedikit saja (Anda tidak perlu menggunakan garam)

Cara Membuat:

1. Nasi, hati ayam, dan jagung direbus dengan air. Tambahkan air sedikit demi sedikit sambil diaduk-aduk supaya tidak gosong.

2. Setelah menjadi bubur yang halus, masukkan bayam dan masak lagi hingga semua matang dan halus

3. Setelah cukup kental, kompor dimatikan lalu masukkan keju parut dan aduk hingga tercampur rata.

4. Saring hingga didapatkan bubur tim yang halus. Jika masih ada ampasnya bisa Anda blender dan disaring lagi. Hidangkan bubur tim dalam keadaan hangat.

Resep bubur tim 2

Page 6: Cara Mendidik Anak

50 g beras air secukupnya 100 g daging sapi tanpa lemak lalu potong kecil-kecil 1 butir tomat tanpa biji ukuran sedang, potong kecil-kecil 1 buah wortel ukuran sedang, potong kecil-kecil 50 g brokoli, potong kecil-kecil keju parut secukupnya

Cara Membuat:

1. Beras dan daging sapi direbus dengan air. Tambahkan air sedikit demi sedikit sambil diaduk-aduk supaya tidak gosong.

2. Setelah beras sudah menjadi bubur dan daging sapi sudah lunak, masukkan tomat, wortel dan brokoli. Lalu rebus lagi hingga sayuran menjadi lunak.

3. Setelah cukup kental, matikan kompor lalu masukkan keju parut dan aduk.4. Saring hingga didapatkan bubur tim yang halus. Jika masih ada ampasnya bisa

Anda blender dan disaring lagi. Hidangkan bubur tim dalam keadaan hangat.

Itulah beberapa resep makanan bayi yang bisa Anda coba di rumah. Anda bisa berkreasi sendiri dalam membuat makanan bayi. Anda boleh mengganti jenis sayurannya dengan sayuran yang lain supaya bervariasi, atau mengambil sumber protein hewani dari telur ayam kampung yang direbus, ikan salmon, dan daging ayam kampung. Anda juga bisa mencampurkan tahu dan tempe dalam resep makanan bayi Anda.

Mendidik dengan Cerita Anak

April 29th, 2010 admin

Tidak banyak orang tua yang tahu bahwa cerita anak adalah salah satu media untuk mendidik anak yang paling efektif, terutama bagi anak yang dianugrahi otak cerdas. Semenjak dahulu kala, cerita anak digunakan oleh nenek moyang sebagai media untuk menyampaikan pesan moral atau pesan kebajikan. Itulah sebabnya masyarakat mengenal cerita rakyat, yang diceritakan dari mulut ke mulut oleh orang-orang tua pada anak kecil. Di masa modern pun, cerita sejenis itu, yang kemudian dinamai cerita anak, banyak ditulis dalam bentuk buku atau komik oleh pendongeng atau penulis cerita anak. Namun, tidak semua cerita anak dapat dijadikan media untuk mendidik anak. Berikut ini adalah beberapa kriteria cerita anak yang baik, sebagai panduan bagi para orang tua agar mereka dapat memilih dan memilah mana cerita anak yang baik, dan mana yang tidak. Pertama, cerita anak yang dapat mendidik adalah cerita yang alur ceritanya sederhana dan tidak berbelit-belit. Hal ini dimaksudkan agar anak kecil terlatih untuk berpikir sederhana dan tidak berprasangka yang macam-macam; mengingat usia mereka terlalu dini untuk berprasangka. Kedua,

Page 7: Cara Mendidik Anak

cerita anak yang mendidik haruslah diluar konteks percintaan antar orang dewasa, laki-laki dan perempuan. Faktanya adalah, banyak cerita yang diklaim sebagai cerita anak, tapi menghadirkan kisah asmara antara anak laki-laki dan perempuan. Orang tua dan pendidik yang baik harus menghindari membeli cerita-cerita semacam ini. Ketiga, cerita anak harus mengandung nilai-nilai moral yang dapat diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat. Nilai nilai moral atau kebajikan, seperti kejujuran, kerja sama (dalam konteks yang baik), ketulusan, dan lain-lain adalah syarat utama dari sebuah cerita anak. Apabila seorang orang tua memberi bacaan cerita anak yang memenuhi criteria seperti di atas, dia dapat dikatakan telah merawat anak dengan baik. Pada dasarnya, memberikan mereka bacaan anak yang baik dan tepat, dengan pesan moral yang juga baik adalah salah satu usaha untuk menyayangi anak. Maka dari itu, para orang tua yang menyebut dirinya orang tua yang baik, harus memberikan bacaan seperti tersebut pada anak mereka

Ucapan bayi pertama kali akan membuat kita senang, tidak heran bila kita mendengar suara bayi dari huruf konsonan seperti huruf A, i, U, E, O. kata-kata itu sering dilontarkan oleh bayi. itu semua awal dari bayi belajar bicara, bila kita perhatikan ketika bayi mengucapkan “Ach” berarti bayi tersebut merasa kesal atau ngantuk, kita bisa menyimpulkannya dari huruf-hurufnya atau keadaan fisiknya.

Dalam beberapa bulan akan mulai belajar bicara dan mencoba untuk membuat kata-kata sendiri, meminta sesuatu, sampai berkata-kata dengan kata yang tidak jelas. bila kita tidak mengerti dengan ucapannya maka kita harus mengajar bayi untuk bicara dengan jelas. Hari-demi hari ucapan bayi itu berubah-ubah sesuai dengan kemajuan usianya. Untuk bisa mengajar bayi bicara kita harus sabar karena proses belajar bicara sangatlah lama , bayi memerlukan bantuan dari kita untuk menyambung-nyambungkan kata-katanya. bisa juga lewat tangisan ucapan bayi akan keluar. Biasanya ucapan bayi pertama kali pada usia 6 bulan , bayi mulai mengeluarkan suara “baba” kata-kata tersebut masih terbatas karena adanya perubahan mekanisme suara. awal dari ucapannya itu akan menjadikan kata demi kata.

Ucapan bayi pertama kali akan ada banyak kata yang keluar dari mulut bayinya “ba…ba..pak” anda bangga bayi bisa mengatakan bapak bayi anda bahwa ucapan yang pertama kali di ucapan adalah “bapak” bukan “mama” yang pertama kali diucapkan, kemungkinan besar kata bapak yang paling mudah diucapkan, sekali-kali kata lain yang diucapkan bayi anda mengatakan “ Ma Ma” dan “”ba wa”. Mendengar “ ma ma” untuk kali pertama kemungkinan akan meluluhkan hati anda. Ketika kita mengajar bayi bicara, bayi tersebut akan coba menirunya. Jika anda mengajar bayi bicara akan membantu meningkatkan motoriknya karena bayi mengenal kata-kata dari ucapan kita walaupun bayi tersebut tidak paham apa yang dibicarakan oleh kita, setidaknya bayi tersebut meniru kata-kata.

Banyak sekali anak anda akan membuat kata-kata yang berhubungan ke sebuah objek. Sedikit demi sedikit bayi anda akan memulai belajar bicara dari kata-kata yang pendek. Membantu bayi untuk belajar bicara memang susah tapi kita harus pintar-pintar untuk melancarkan pengolahan kata supaya bayi bisa menyatukan kata demi kata.

Page 8: Cara Mendidik Anak

09.26.2010Mengajarkan sesuatu kepada anak itu mudah

September 26th, 2010 Yasinta Ika

Dewasa ini banyak iklan di televisi yang mempertunjukkan seorang bayi yang telah mampu membuat gerakan-gerakan yang seharusnya hanya bisa dilakukan oleh anak yang usianya sudah di atasnya, yakni anak-anak balita. Iklan yang menayangkan betapa bayi pintar itu mudah dibentuk adalah cukup menyesatkan, karena perlu disadari bahwa tidak semua bayi dilahirkan ke dunia ini dengan kemampuan yang sama/ seragam. Masing-masing memiliki kemampuan lebih atau kurang dibanding bayi lainnya, sehingga bukan dengan menggunakan produk yang diiklankan, lantas bayi kita juga bisa seperti itu.

Memang bayi cemerlang adalah dambaan tiap orang tua, namun bayi yang demikian tidak bisa dibentuk dalam waktu sekejap mata saat kita menginginkannya. Bayi pintar demikian orang menyebutnya, harus melalui proses yang disebut interaksi dengan orang tuanya. Bayi demikian haruslah sering diajak berbicara oleh kedua orang tuanya. Sapaan dan belaian kasih sayang orang tua akan membuat ia menjadi periang, karena walaupun ia belum bisa berucap kata, namun secara naluri manusia ia sudah bisa merasakan yang namanya kasih sayang. Kasih sayang inilah yang seharusnya diyakini bisa memicu ia menjadi bayi pintar dan sekaligus bayi cemerlang.

Adanya kecenderungan kita untuk mengabaikan sapaan dan belaian kita pada bayi kita yang mungil, menyebabkan ia menjadi bayi yang pendiam, karena ia jarang berinteraksi dengan kita sebagai orang tuanya. Kurangnya perhatian dari kita sebagai orang tuanya, akan menyebabkan ia akan tumbuh menjadi anak bandel dikemudian hari, apalagi sebagai orang tuanya kita jarang menegurnya atau menasehatinya secara langsung saat ia melakukan sesuatu yang nakal atau bandel di depan orang-orang sekitarnya. Kita tentu tidak mau anak kita dicap sebagai anak bandel. Cap anak bandel itu tidak hanya melukai perasaan kita sebagai orang tuanya, namun cap tersebut akan terbawa olehnya saat ia dewasa kelak, sehingga ia akan tumbuh menjadi pribadi pembangkang, mau menangnya sendiri.

Kita perlu menyadari bahwa mendidik anak sedari kecil adalah tanggung jawab utama kita sebagai orang tuanya. Bukan hanya kebutuhan material yang diperlukan oleh anak kita, namun kebutuhan akan kasih sayang dan perhatian itulah hal yang seharusnya diperoleh anak kita, sehingga saat ia dewasa kelak akan muncul sifat-sifat

Page 9: Cara Mendidik Anak

yang baik dari dirinya berkat kecukupan kasih sayang dan perhatian kita sebagai orang tuanya.

Meningkatkan Kecerdasan Anak Balita dengan Cepat dan Pasti!

September 25th, 2010 admin

TIGA TAHUN PERTAMA dalam kehidupan anak merupakan masa yang paling sensitif, yang akan SANGAT MENENTUKAN perkembangan otak anak dan kehidupannya di masa mendatang.

Mengapa begitu ?

Bagian TERPENTING tubuh kita, yaitu OTAK, tumbuh dengan sangat pesat pada awal kehidupan, dan akan mencapai 70-80% pada 3 TAHUN PERTAMA !

Bayangkan ! Otak yang begitu penting ini ternyata sebagian besar ditentukan pada awal kehidupan kita. Saya sempat SHOCK membaca hasil penelitian ini ! Artinya, jika anda menginginkan anak anda tumbuh dengan kondisi yang TERBAIK, maka anda harus menginvestasikan waktu dan apapun pada 3 tahun pertama ini, lebih dari waktu yang lain.

Jika anda mengabaikan begitu saja rentang waktu 3 tahun pertama ini, maka anak anda tidak akan berkembang dengan maksimal, dan anak anda akan menjadi anak yang biasa-biasa saja.

Apakah itu yang anda inginkan ? Tentu saja tidak !

Jika kita sebagai orangtua bisa melakukan yang terbaik bagi anak, maka itulah KEWAJIBAN kita untuk memberikan HAK anak kita. Di buku berbahasa Jepang yang berjudul Anak Cerdas dengan IQ 200 Ditentukan oleh IBUNYA, dicantumkan hasil interview terhadap banyak sekali ibu yang berhasil mendidik anaknya menjadi sangat cerdas sekali.

Intinya, peran ibu yang BENAR pada 3 TAHUN PERTAMA akan sangat menentukan kecerdasan anaknya. Maksud kata yang BENAR disini, tidak ada hubungannya apakah sang ibu tersebut bekerja ataukah sebagai ibu rumah tangga secara full-time.

Disini saya akan sampaikan TIPS yang sangat AMPUH yang HARUS dilakukan oleh ibu, terutama ibu yang bekerja karena waktu bersama dengan anak sangat terbatas. Tetapi sebenarnya juga perlu diperhatikan oleh ibu rumah tangga yang full-time,

Page 10: Cara Mendidik Anak

karena biasanya, karena merasa punya waktu banyak dengan anak, tetapi justru tidak segera dilakukan dengan konsisten.

Apa saja tips tersebut ?

PERTAMA,

Berikan waktu 1 JAM KHUSUS setiap harinya, tanpa boleh diganggu gugat oleh kegiatan lain, untuk anak anda untuk berinteraksi dengan kegiatan yang efektif bagi perkembangan kecerdasannya.

Untuk memberikan gambaran yang nyata, saya terjemahkan saja garis besar salah satu hasil wawancara di buku yang saya sebutkan diatas tadi. Seorang ibu yang sekaligus wanita karir yang bernama Sakane berhasil mendidik anaknya, Akio (3 th 5 bln) mencapai IQ 198.

(catatan : IQ rata-rata anak pada umumnya adalah 90 s.d. 109).

Sebagai seorang wanita karir, Ms. Sakane terpaksa harus menitipkan Akio di TPA (Tempat Penitipan Anak) sejak usia 3 bulan, dari pagi dan dijemput jam 5:30 sore. Tiba di rumah biasanya sekitar jam 6 lebih. Setelah itu, sebelum menyiapkan makan malam pada jam 7:30, Ms. Sakane memberikan WAKTU KHUSUS selama 1 JAM kepada Akio untuk melakukan program pendidikan anak.

Ms. Sakane bercerita :

———–

Karena saya bekerja, waktu 30 MENIT sebelum membawa Akio ke TPA dan 1 JAM setelah pulang ke rumah merupakan waktu yang SANGAT BERHARGA. Waktu 1 jam ini, jika saya melakukan hal-hal lain yang bermacam-macam akan menjadi waktu yang hilang begitu saja. Tetapi waktu 1 jam ini saya tentukan khusus untuk Akio, tanpa melakukan hal lain apapun juga. Saya gunting gambar-gambar binatang dan gambar yang menarik lainnya dari buku/majalah, kemudian saya buat kartu bergambar dan saya tunjukkan kepada Akio satu-per-satu. meningkatkan kecerdasan anak.

Pada awalnya saya berpikir, apakah ada artinya saya mengajarkan hal-hal kecil ini. Tapi, karena saya pernah mendengar bahwa hal ini sangat baik untuk olah raga otak, maka saya teruskan juga. Anak saya sepertinya sangat senang sekali melihat gambar yang berubah dengan cepat dan terus-menerus, dia melihatnya dengan sungguh-sungguh. Pada awalnya saya khawatir apakah hal ini ada hasilnya, tetapi begitu Akio mulai bisa bicara, saya menjadi yakin dan berpikir, Oo.. ternyata dia mengerti !.

Setelah itu saya perkenalkan dengan DOTS CARD (kartu untuk belajar berhitung), dan menjadi mahir berhitung tambah-kurang-kali-bagi. Sekarang Akio sudah mulai bisa perhitungan akar dan persamaan tingkat tinggi. Sayapun menjadi bangga kepada diri saya sendiri.

Sekarang, jika saya pulang, dia langsung membawa dots card dan berkata,

Page 11: Cara Mendidik Anak

Mainan ini yoook….

Dari situ kita bisa melihat bahwa jika waktu yang sebentar itu hanya untuk bermain yang tidak jelas, maka waktu tersebut akan hilang begitu saja. Dengan hal-hal seperti diatas, akan besar sekali manfaat yang diperoleh oleh anak kita. Pengalaman saya sendiri, setelah beberapa bulan menerapkan hal yang sama kepada kedua anak saya, Rihan (4 th) dan Afi (1 th 4 bln), hasilnya cukup mulai kelihatan.

Rihan sudah sangat lancar membaca Bahasa Jepang (huruf Hiragana dan Katakana) sejak usia 3 tahun. Untuk Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris, kelihatan berkembang dengan lebih baik berkat penerapan kartu bergambar tersebut (istilah populer dalam pendidikan anak adalah FLASH CARD).

Cara Mengenalkan Warna untuk Bayi Anda

September 11th, 2010 admin

Sekarang banyak metode dan alat bantu yang memudahkan orangtua untuk mendidik anak. Pada bayi cemerlang, Anda akan dapati bahwa organ tubuh yang paling awal berkembang adalah otak, telinga dan mata. Bantulah bayi cemerlang Anda untuk mengembangkan kemampuan pendengaran dan pengelihatannya.

Mendidik anak terutama yang masih bayi memang tidak mudah, mulailah mengenalkan bayi anda dengan hal-hal yang mudah ia terima. Misal dengan memperdengarkan suara khas ayah atau ibunya. Untuk membantu perkembangan pengelihatannya, kenalkan bayi anda dengan berbagai warna.

Lalu bagaimana cara mengenalkan warna pada bayi? Mendidik anak dengan mengenalkan warna pada bayi dimulai dengan warna-warna pastel seperti merah muda, biru muda kuning dan ungu. Anda dapat menggunakan warna-warna pastel sebagai warna cat dinding dan warna furnitur di kamar bayi.

Secara psikologis diyakini warna dapat memberi efek pada bayi. Warna pastel di kamar bayi membuat bayi menjadi lebih tenang dan tidur lebih nyenyak. Sehingga bayi bangun tidur dengan perasaan senang.

Berikan mainan-mainan dengan aneka warna yang menarik perhatian bayi,seperti bantal warna-warni dan buku bergambar dengan aneka warna. Sambil bercerita atau bermain, Anda dapat mendidik anak untuk mengenali perbedaan warna.

Page 12: Cara Mendidik Anak

Contohnya dengan Anda memegang dua buah bantal berbentuk bola dengan warna merah dan hijau, gelindingkanlah bola berwarna merah dan biarkan bayi menangkapnya sembari anda mengucapkan kata “merah” berulang-ulang. Kemudian gantilah bola merah dengan bola hijau, dekatkan bola di depan bayi dan ucapkanlah kata “hijau” berulang-ulang.

Gunakanlah warna cerah, karena akan membuat bayi lebih bersemangat. Ahli terapi psikologi juga menggunakan warna untuk terapi anak bandel.

Beberapa warna digunakan untuk mempengaruhi psikologis anak bandel agar lebih tenang dan dapat mengikuti aturan. Mengenalkan warna pada bayi dapat membuat mereka tumbuh lebih baik setelah dewasa, yang ujungnya akan memudahkan Anda dalam mendidik anak.

10 Kiat Kembangkan Otak Anak

Agustus 31st, 2010 admin

Dijelaskan oleh Dr. Eddy Supriyadi, Sp.A, dari RS Sardjito Yogyakarta, ada dua komponen dasar dalam perkembangan otak anak, yaitu lingkungan yang aman dan

pengalaman positif. Saat seorang bayi merasa tertekan, otak akan merespon dengan menghasilkan zat kortisol. Kadar kortisol yang tinggi akan memperlambat perkembangan otak.

Lingkungan aman dan nyaman diperlukan bayi untuk membantu perkembangan otaknya. Beri respon saat bayi menangis maupun mengoceh.

Pengalaman yang diterima setiap hari juga akan membantu perkembangan otak anak. Aktivitas yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, seperti mengajak anak ke pasar atau ke toko buku, ujar dokter anak lulusan UGM ini, sangat penting untuk pembentukan jaringan perkembangan sel otak.

Dr. Eddy memberikan 10 tip bagi orangtua untuk membangun dasar perkembangan otak anak:

1. Beri perawatan dan kasih sayang yang kuat selama masa kehamilan.2. Beri nutrisi yang cukup. Enam bulan pertama kehidupan bayi, berikan

kecukupan nutrisi dengan ASI.3. Berikan lingkungan yang aman dan nyaman bagi anak.4. Berbicaralah kepada bayi. Buat kontak mata saat berbicara dengan anak.

Jangan lupa selalu tersenyum kepada anak.

Page 13: Cara Mendidik Anak

5. Bila harus menitipkan anak, carilah tempat penitipan yang bermutu tinggi.6. Kenalkan aneka ragam musik pada anak, dan bernyanyilah bersama.7. Beri interaksi yang nyata dengan anak demi perkembangan otaknya. Jangan

biarkan anak menonton televisi terlalu lama. Batasi waktunya.8. Beri ruang bagi anak untuk dapat berinteraksi dengan teman sebaya.9. Redakan stres pada orangtua. Orangtua yang mengalami stres cenderung

mengalihkan stres kepada anaknya. Bila Anda merasa stres, cobalah bercerita kepada orang yang dekat dengan Anda.

10. Ingat, otak tidak akan pernah berhenti berkembang. Jadi, beri stimulasi anak sebanyak-banyaknya secara terus-menerus.

11. Mengatasi Anak Hiperaktif

12. Juli 28th, 2010 admin

13. Anak hiperaktif dimasukkan ke dalam kategori anak-anak yang mengidap ADHD atau  Attention Deficit Hyperactivity Disorder. Perlu diketahui, anak hiperaktif memang selalu bergerak dan terkesan nakal. Keinginan mereka harus dipenuhi sesegera mungkin dan tidak jarang anak hiperaktif akan melakukan sesuatu secara tiba-tiba tanpa dipikir terlebih dahulu. Gangguan ini umumnya terjadi pada anak-anak yang berusia 7 tahun ke bawah, dan tentunya untuk mengatasi anak hiperaktif ini membutuhkan kesabaran yang besar serta perhatian khususnya dari orang tua anak yang bersangkutan.

14. Ada banyak cara mendidik anak hiperaktif. Misalnya saja dengan menerapkan disiplin anak tanpa harus menghukumnya secara berlebihan. Disiplin anak ini bisa dimulai dengan mengadakan perjanjian-perjanjian kecil antara orang tua dan anak, supaya anak hiperaktif lebih mengerti apa yang baik dan benar dengan cara yang tidak menyinggung mereka.

15. Anak hiperaktif pada umumnya memiliki kecerdasan yang mengagumkan namun hal ini sering tidak disadari oleh para orang tua karena kekhawatiran mereka. Jadi kecerdasan anak juga harus diperhatikan, dan lebih baik diarahkan ke hal-hal yang positif seperti hobi dan kegemarannya sehingga anak hiperaktif bisa menyalurkan keaktifan dan tenaga mereka pada hal yang tepat.

16. Yang terpenting harus dilakukan orang tua adalah tetap menjaga komunikasi dengan si anak dan memberikan kasih sayang lebih serta perhatian akan segala tingkah lakunya.

17. Selain itu, faktor makanan ternyata berpengaruh terhadap perilaku anak hiperaktif. Anak-anak umumnya menyukai makanan ringan dan manis. Makanan-makanan tersebut biasanya mengandung zat penambah rasa, pewarna, dan pemanis buatan yang bisa mendorong aktifnya hormon yang menyebabkan  kegelisahan pada anak.

18. Khusus bagi anak hiperaktif, sebaiknya dijauhi dari makanan-makanan yang mengandung zat-zat tersebut. Akan sangat membantu jika konsumsi anak hiperaktif lebih ditujukan pada makanan yang mengandung kalsium dan

Page 14: Cara Mendidik Anak

magnesium seperti sayuran dan kacang-kacangan karena terbukti makanan-makanan tersebut bisa membuat anak lebih tenang.

19. Jika anda adalah orang tua yang mengalami permasalahan ini, janganlah terlalu cemas dan panik. Akan lebih baik jika anda berkonsultasi pada dokter dan menerapkan beberapa cara di atas.

20. Mengajarkan disiplin pada balita

21. Juli 30th, 2010 admin

22. Bila ditanya, pasti semua orang tua ingin memiliki buah hati yang pintar dalam segala hal, tanpa terkecuali dalam hal disiplin, namun banyak dari orang tua memiliki masalah dalam mendidik disiplin anak mereka.

23. Entah itu disiplin terhadap waktu belajar anak, peraturan dirumah, maupun disiplin anak dalam hal yang paling sederhana, salah satunya adalah disiplin terhadap waktu tidur.

24. Dalam mendidik anak untuk disiplin, hal yang musti di perhatikan adalah cara penyampaiannya yang harus benar, banyak diantara orang tua mendidik anak mereka dengan metode mendidik anak yang ketinggalan jaman, contohnya, dalam memberikan penjelasan terhadap pentingnya tidur siang, orang tua biasanya akan memberikan hukuman terhadap anak-anak mereka yang tidak mau tidur siang, dan banyak lagi contoh lainnya.

25. Berikut ada beberapa tips mendidik anak untuk disiplin dan juga membantu meningkatkan kecerdasan anak pertama berikanlah penjelasan kepada anak anda terhadap hal-hal yang boleh dilakukan oleh si-anak dan hal-hal yang tidak boleh dilakukan, hal ini di maksudkan agar si-anak mulai belajar tentang aturan, kalau si-anak sudah bisa memahaminya, ini adalah permulaan yang bagus.

26. Selanjutnya dalam mendidik anak kita sebagai orang tua harus memberikan contoh-contoh yang baik di depan anak-anak, hal ini dimaksudkan agar si-anak bisa mencontohnya, karena bagaimanapun juga anak adalah “mesin fotocopy” yang paling sempurna, setelah itu hal lain yang tidak kalah pentingnya dalam mendidik anak adalah memberikan reward atau hadiah apabila si-anak telah berhasil menaati semua aturan yang kita berikan, dan juga memberikan punish atau hukuman apabila si-anak masih belum bisa menaati aturan yang kita buat.

27. Dalam hal ini hukuman yang dimaksud bukan hukuman fisik maupun verbal yang negative, hukuman yang dimaksud adalah hukuman yang mendidik anak, seperti misalnya kalau si-anak suka main video game, jangan ijinkannya bermain kalau ia tidak mau menaati aturan yang kita buat, hukuman disini di harapkan si-anak mendapat efek jera terhadap kesalahan yang ia perbuat, dan juga hal ini membantu mendidik anak tentang tanggung jawab sejak dini.

28. Itulah tips untuk mengajarkan anak untuk disiplin, semoga berhasil29. Mendidik Anak Nakal

Page 15: Cara Mendidik Anak

30. Agustus 2nd, 2010 admin

31. Mendengar istilah anak nakal mungkin tidak semua orang akan berpikir negatif. Ada orang yang justru berpandangan bahwa anak nakal adalah anak yang kreatif dan lincah. Namun menurut psikologi anak, anak nakal adalah anak yang memiliki gangguan tingkah laku atau penyimpangan yang bisa merugikan diri sendiri maupun orang lain.

32. Seorang anak mengalami perubahan perilaku tentunya mendapat pengaruh dari lingkungan tempat ia berada. Untuk itu mendidik anak khususnya anak nakal juga harus dimulai dari lingkungan terkecil tempat ia berada yaitu keluarga.

33. Jika anak anda belum sampai ke tahap tersebut, sebaiknya  anda mulai mendidik anak dengan menerapkan aturan-aturan ringan di rumah untuk menunjang disiplin anak. Misalnya memberikan tugas-tugas ringan sesuai kemampuannya, akan mendidik anak untuk bertanggung jawab. menanamkan kebiasaan membuang sampah pada tempatnya dan membereskan sendiri mainannya juga akan mendidik anak untuk bertanggung jawab.

34. Anda juga harus memperhatikan kesehariannya, ada baiknya anda juga mengatur waktu belajar anak sejak kecil tanpa harus mendidik anak dengan keras. Terbiasa dengan waktu belajar, akan sangat baik untuk kecerdasan anak. hal ini akan mendidik anak untuk sadar akan kewajibannya dan tidak terlalu sering berada di luar rumah untuk melakukan hal-hal yang tidak jelas.

35. Selain hal di atas, anda juga harus memperhatikan waktu tidur mereka. Biasakanlah agar anak anda tidak begadang dan tidur tepat waktu. Selain baik bagi kesehatan, anak anda juga akan terhindar dari pengaruh buruk yang mungkin saja datang dari tayangan televise pada malam hari.

36. Berbagai peraturan di rumah seperti di atas akan mendidik anak untuk hidup teratur dan disiplin sehingga terhindar dari perilaku yang menyimpang yang menyebabkan mereka dicap nakal.

37. Namun jika anak anda sudah cenderung nakal, cobalah metode mendidik anak dengan cara dekati dia sebagai teman, tidak sebagai orang tua yang mungkin bagi mereka hanya terkesan mengatur hidup mereka. Berikanlah mereka banyak kesempatan untuk berbicara dan menyampaikan pendapatnya tentang banyak hal.

38. Hal ini juga bisa mendidik anak bersikap terbuka terhadap orang tuanya. Sebaliknya jika mereka melakukan kesalahan, jangan gunakan cara keras namun nasihatilah mereka agar mereka menemukan kenyamanan dan mau mendengarkan anda.

39. Mengatasi Ngompol: Beri Dukungan Moril dan Contoh yang Baik

40. April 30th, 2010 admin

Page 16: Cara Mendidik Anak

41. Ngompol adalah kebiasaan buruk yang biasanya terjadi pada anak anda dan kadang membuat anda kerepotan mengatasinya. Hal ini bisa dicegah dengan mengajar anak dengan cara yang baik. Dengan cara yang baik, diharapkan anda akan mampu mengatasi ngompol sang anak tanpa menimbulkan sifat yang rendah diri pada mereka. Untuk membantu anda dalam mengatasi masalah ini, artikel kesehatan ini akan menjelaskan cara-cara yang baik untuk mengatasi masalah ini sehingga anda akan lebih mudah untuk melakukannya dan anak anda termotivasi untuk berhenti mengompol. Cara mengatasi ngompol yang pertama adalah dengan membiasakan pipis sebelum tidur. Dengan cara ini, anak anda akan terbiasa untuk melakukan hal yang baik sehingga dia akan mampu untuk mengurangi kebiasaan ngompolnya yang kadang membuat anda repot. Kebiasaan buruk ini bisa diatasi apabila anda mau untuk memberikan dukungan moril pada sang anak. Dukungan moril yang bisa anda lakukan adalah dengan tidak menyalahkan dia dengan kebiasaan ini. Anda harusnya bisa memberinya motivasi yang baik agar dia punya kemauan dan usaha keras untuk berhenti dari kebiasaan ini. Memberikan obat herbal adalah cara kedua yang bisa anda lakukan untuk mengatasi ngompol anak anda. Ramuan herbal ini bisa dibuat tanpa mudah sehingga anda tak perlu membawanya ke dokter. Pemberian obat dari dokter terus-menerus juga tidak akan baik untuk kesehatannya. Selain itu, hal ini juga bisa menyebabkan ketergantungan yang akan berpengaruh pada kesehatannya. Selain herbal, anda juga bisa memberikan pujian jika anak anda tidak ngompol. Untuk mengatasi ngompol, anda bisa menjelaskan kalau hal ini bukanlah kesalahan merek. Selain itu, anda juga bisa membiasakan untuk memintanya bilang dulu sebelum dia mau kencing. Dengan hal ini, kebiasaan ngompol akan berkurang dan dia tidak akan merasa rendah diri dengan kebiasaan buruk yang dia hadapi saat ini. Jika anak anda suka sekali minum, cobalah untuk mengurangi kebiasaan minum di malam hari. Dengan hal ini, kemungkinan dia untuk pipis akan kecil sehingga dia tidak akan ngompol.

42. 04.29.201043. Mendidik dengan Cerita Anak

44. April 29th, 2010 admin

45. Tidak banyak orang tua yang tahu bahwa cerita anak adalah salah satu media untuk mendidik anak yang paling efektif, terutama

Page 17: Cara Mendidik Anak

bagi anak yang dianugrahi otak cerdas. Semenjak dahulu kala, cerita anak digunakan oleh nenek moyang sebagai media untuk menyampaikan pesan moral atau pesan kebajikan. Itulah sebabnya masyarakat mengenal cerita rakyat, yang diceritakan dari mulut ke mulut oleh orang-orang tua pada anak kecil. Di masa modern pun, cerita sejenis itu, yang kemudian dinamai cerita anak, banyak ditulis dalam bentuk buku atau komik oleh pendongeng atau penulis cerita anak. Namun, tidak semua cerita anak dapat dijadikan media untuk mendidik anak. Berikut ini adalah beberapa kriteria cerita anak yang baik, sebagai panduan bagi para orang tua agar mereka dapat memilih dan memilah mana cerita anak yang baik, dan mana yang tidak. Pertama, cerita anak yang dapat mendidik adalah cerita yang alur ceritanya sederhana dan tidak berbelit-belit. Hal ini dimaksudkan agar anak kecil terlatih untuk berpikir sederhana dan tidak berprasangka yang macam-macam; mengingat usia mereka terlalu dini untuk berprasangka. Kedua, cerita anak yang mendidik haruslah diluar konteks percintaan antar orang dewasa, laki-laki dan perempuan. Faktanya adalah, banyak cerita yang diklaim sebagai cerita anak, tapi menghadirkan kisah asmara antara anak laki-laki dan perempuan. Orang tua dan pendidik yang baik harus menghindari membeli cerita-cerita semacam ini. Ketiga, cerita anak harus mengandung nilai-nilai moral yang dapat diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat. Nilai nilai moral atau kebajikan, seperti kejujuran, kerja sama (dalam konteks yang baik), ketulusan, dan lain-lain adalah syarat utama dari sebuah cerita anak. Apabila seorang orang tua memberi bacaan cerita anak yang memenuhi criteria seperti di atas, dia dapat dikatakan telah merawat anak dengan baik. Pada dasarnya, memberikan mereka bacaan anak yang baik dan tepat, dengan pesan moral yang juga baik adalah salah satu usaha untuk menyayangi anak. Maka dari itu, para orang tua yang menyebut dirinya orang tua yang baik, harus memberikan bacaan seperti tersebut pada anak mereka.

46. Mengawasi Pertumbuhan Sosial dan Psikologi Anak

47. April 26th, 2010 admin 48. Sebagai orang tua yang baik, anda harus tau cara-cara yang baik dan tepat

dalam mendidik anak. Namun, jika anda belum mengetahui bagaiman cara mendidik dan merawat anak, terutama pertumbuhan sosial dan psikologi anak, dengan baik, maka anda harus membaca artikel ini. Artikel ini akan menjabarkan pada anda hal-hal apa saja yang dapat mempengaruhi pertumbuhan sosial dan psikologi anak. Tapi, mengapa pertumbuhan sosial penting? Karena pertumbuhan sosial menentukan bagaimana mereka hidup di tengah masyarakat, dan bagaimana dia memperlakukan mereka. Lalu psikologi anak? Juga penting, karena berpengaruh kuat terhadap sifat dasar anak. maka, demi pertumbuhan anak yang baik dan benar, anda harus memperhatikan kedua faktor penting tersebut. Hal pertama adalah bahwa peran ayah paling menentukan dalam membentuk

Page 18: Cara Mendidik Anak

pertumbuhan dan kemampuan sosial mereka. Sebagai ilustrasi, coba perhatikan seorang anak yang tumbuh dengan ayahnya, dan anak yang tidak memiliki ayah. Anak yang tidak memiliki ayah cenderung tidak percaya diri, dan keadaan emosionalnya tidak sebaik anak yang memiliki ayah. Kesimpulannya, dalm pertumbuhan seorang anak, peran ayah sangatlah penting; maka, apabila anda adalah ayah yang baik, maka anda harus secara langsung turun tangan untuk mengawasi dan membentuk kemampuan sosial mereka. Apabila anda ingin menambah atau membentuk kecerdasan anak, ataupun ingin memperhalus perasaan mereka, maka cara yang mungkin akan efektif adalah musik klasik. Sebenarnya metode memperdengarkan musik klasik disarankan untuk dilakukan pada masa kehamilan, karena musik jenis ini dapat menstimulasi perkembangan otak mereka. Namun, apabila orang tua baru melakukan metode ini setelah bayi lahir atau saat mereka beranjak dewasa, dampaknya juga akan terasa – walaupun tidak sama memuaskan jika dilakukan saat masa kehamilan. Sebagai informasi tambahan, anda dapat menemukan jenis musik klasik di toko musik di kota anda, ataupun di toko musik online. Bahkan, apabila anda mencari di toko online, anda dapat mengunduh musik-musik klasik yang tersebut dengan gratis. Mengetahui dan mengaplikasikan cara-cara mengoptimalkan perkembangan anak, termasuk kemampuan sosial dan psikologi anak tidak akan berhasil tanpa kerja sama yang baik antara ibu dan ayah. Oleh sebab itu, jika anda yakin anda adalah orang tua yang baik bagi anak anda, maka anda juga harus menjaga hubungan yang baik dengan pasangan hidup anda.

49. Etika Makan: Cara Mengajar Makan Anak yang Baik

50. April 25th, 2010 admin

51. Sebagai orang tua yang baik, anda harus mengajarkan etika makan yang baik terhadap anak anda. Anda harus bisa mengajar anak makan dengan baik agar mereka tahu dan mengerti cara makan yang baik. Selain itu, mereka akan mampu melakukan hal baik ketika mereka diajak untuk menghadiri acara jamuan makan malam. Etika makan ini diajarkan selain untuk mengajarkan cara makan, juga untuk mengajar sopan santun sehingga mereka mampu menghadapi lingkungan pergaulan mereka dengan baik. Selain itu, sopan satun yang diajarkan akan menjadi kebiasaan yang baik buat anak anda. Etika makan ini diajarkan sebagai aturan keluarga yang harus dipatuhi karena keluarga adalah tempat pendidikan penting bagi anak untuk kehidupan kedepannya. Etika makan ini juga bisa diterapkan pada anak nakal untuk mengajar sopan santun sehingga mereka mampu melakukan hal baik dalam keluarganya. Selain itu, dengan belajar sopan santun, dia akan bisa diterima dengan baik dalam lingkungannya dengan baik. Jika anda tertarik untuk mempelajari tentang mengajar anak makan ini, anda akan mendapat bantuan dengan membaca artikel ini. Dalam etika makan, anda harus bisa membiasakan dia untuk melayani dirinya sendiri tanpa bantuan seorang

Page 19: Cara Mendidik Anak

pembantu. Biarkan dia menarik bangkunya dengan cara yang sopan. Selain itu, biasakan dia untuk membuka serbet dengan baik dan kemudian menaruhnya dalam pangkuannya. Kemudian, lakukan cara makan dengan baik tanpa perlu mengeluarkan suara waktu mengunyah atau suara piring. Dalam etika makan yang baik, anda harus mengajar anak makan pada waktu menghadapi hidangan pembuka, utama dan penutup. Dengan ajaran ini, anak anda akan terbiasa belajar sopan santun. Selain itu, etika yang baik akan berpengaruh yang baik pada kehidupannya karena sudah dibiasakan untuk bersikap sopan dan baik. Dengan ajaran ini, anak diharapkan mampu beradaptasi dengan cepat pada hal yang baru sehingga mereka bisa menyesuaikan diri dengan baik. Selain itu, etika makan ini juga mengajarkan anak anda untuk bersikap mandiri karena dia terbiasa untuk melayani dirinya sendiri.

52. 04.24.201053. Cara Mendidik Anak untuk Meningkatkan Kecerdasan Anak

54. April 24th, 2010 admin

55. Kecerdasan anak bisa diusahakan dengan mendidik anak dengan baik dan benar. Selain itu, cara mendidik anak juga harus diperhatikan agar mereka mampu tumbuh dengan baik tanpa adanya tekanan-tekanan dari orang tua atau lingkungan mereka. Dengan memberi pendidikan yang baik, kecerdasan sang anak akan bisa tumbuh dengan baik sehingga mereka mampu menjadi orang yang berkualitas dalam masa depan mereka. Cara mengajar anak bisa dilakukan dengan cara yang pintar agar kecerdasan anak bisa berkembang dengan pesat. Jika anda membuat anak anda pintar dan cerdas, mempelajari artikel ini adalah langkah awal yang harus anda lakukan untuk mewujudkan keinginan anak anda. Tips dibawah ini diberikan untuk membantu anda dalam mengoptimalkan kemampuan dan kecerdasan anak anda. Bermain musik dianggap hal yang paling umum yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kecerdasan. Cara mendidik anak seperti ini akan mampu untuk merangsang pertumbuhan otak kanan sehingga mereka akan mampu untuk meningkatkan IQ dan kemampuan akademis mereka. Dengan bermain musik, anak anda akan terbiasa untuk berkonsentrasi sehingga dia mampu untuk menerima pelajaran dengan baik. Cara terbaik yang bisa anda lakukan adalah menghimbaunya untuk bermain piano. Mengembangkan rasa ingin tahu anak juga bisa dijadikan cara untuk mengembangkan kecerdasan anak. Dengan cara ini, mendidik anak akan lebih mudah karena keingintahuan mereka akan membawa mereka untuk mampu dan mau mempelajari banyal hal yang bermanfaat untuk masa depan mereka. Dengan hal ini, anak akan secara sukarela belajar tanpa perlu anda memintanya atau memaksanya belajar. Budayakan membaca juga dianggap penting sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kecerdasan anak. Dengan membaca, mereka akan mampu belajar banyak hal. Selain itu, anda juga perlu membimbing mereka agar

Page 20: Cara Mendidik Anak

mereka tidak salah dalam proses pemahaman buku yang dia baca. Kebiasaan baik ini akan memberikan banyak manfaat pada anak anda terutama disaat dia sudah menghadapi dunia pendidikan yang semakin sulit. Selain itu, dengan membaca, anak akan lebih termotivasi dalam proses pengembangan diri sehingga dia akan mampu untuk merasa percaya diri.

56. Kesalahan Dalam Mendidik Anak dan Cara Mengatasinya

57. April 23rd, 2010 admin

58. Pendidikan anak dimulai dari keluarga jadi dibutuhkan cara – cara yang baik untuk mendidik anak karena hal itu akan berpengaruh dalam kehidupan anak di masa depannya kelak. Ada beberapa kesalahan dalam mendidik anak yang kadang tidak disadari oleh para orang tua. Kesalahan – kesalahan itu akan berpengaruh dalam perkembangan mereka terutama dalam kondisi kejiwaan mereka. Di bawah ini bisa dilihat beberapa kesalahan orang tua dalam mendidik anak mereka. Memberi kebebasan dalam mendidik anak itu bisa dikatakan baik bila mereka juga diajari bertanggung jawab. Kurang pengawasan terhadap anak akan memberi efek buruk karena mereka akan lebih banyak bergaul diluar lingkungan keluarga yang jauh dari jangkauan orang tua. Kurangnya pengawasan ini juga membuat anak bebas melakukan apa saja tanpa bisa membedakan mana yang baik dan buruk. Kegagalan dalam mendidik anak sebagai orang tua adalah ketika mereka gagal mendengarkan. Sebagai orang tua, mereka harusnya bisa memberikan perhatian yang dibutuhkan anak terutama disaat mereka mendapat masalah. Selain itu, mereka juga harusnya bisa menjadi tempat sang anak untuk berkeluh kesah sehingga mereka tidak akan membutuhkan pelarian disaat mereka mendapat masalah. Juga, seorang anak akan merasa lebih nyaman jika bercerita kepada orang tua mereka. Sebagai orang tua yang sibuk, meluangkan waktu untuk anak adalah hal terpenting karena seorang anak tidak hanya butuh materi tapi juga perhatian. Bertengkar dihadapan anak adalah salah satu hal yang keliru yang dilakukan orang tua dalam mendidik anak. Hal ini akan membuat perkembangan psikologis anak akan terganggu dan mereka bisa menjadi orang yang tidak akan sensitif terhadap masalah sekitar. Dalam menghadapi masalah, harusnya dibiasakan untuk berdiskusi agar anak terbiasa dalam hal ini sehingga proses mendidik anak akan memberikan hasil yang baik untuk perkembangan kejiwaan mereka. Membiarkan anak menonton TV secara berlebihan juga hal yang salah dalam mendidik anak. Seorang anak diperbolehkan menonton TV jika tidak mengganggu jam belajar mereka. Juga, mereka harus didampingi ketika menonton TV agar mereka mendapat arahan yang benar dari orang tua. Hal ini bisa dianggap cara mendidik anak yang bai

59. Cara Melindungi Anak dari Perkembangan Teknologi

60. April 22nd, 2010 admin

Page 21: Cara Mendidik Anak

61. Di era globalisasi ini, anak adalah individu yang lebih mudah untuk menerima pengaruh tanpa bisa membedakan mana yang baik dan mana yang tidak. Dengan perkembangan teknologi yang sekarang ini, anda harus mampu melindungi anak anda agar mereka tidak terjerumus kedalam hal yang salah. Selain itu, melindungi anak dengan cara yang baik akan mendapatkan banyak manfaat untuk anda dan anak – anak anda. Cara melindungi anak yang perlu anda lakukan adalah menghindarkan mereka dari pengaruh buruk dari teknologi internet. Anda tidak perlu melarang mereka untuk bermain internet karena akan membuat mereka penasaran sehingga mereka akan melakukannya diam – diam. Yang perlu anda lakukan adalah mendampingi mereka ketika bermain internet sehingga anda mampu mengarahkan hal yang baik untuk mereka pahami. Pemahaman yang baik akan memudahkan anak-anak untuk belajar sehingga mereka mampu meningkatkan kemampuan  otak mereka dalam membedakan yang salah dan benar dan anda dapat melindungi anak dengan baik. Selain itu, perhatian juga bisa dikatakan sebagai hal yang baik dalam melindungi anak. Dengan perhatian ini, mereka tidak perlu untuk mencari pelarian melalui media yang bisa memberikan pengaruh yang buruk terhadap mereka. Selain itu, orang tua harus bisa menjadi tempat berkeluh kesah sang anak dan anda harus mampu memberikan arahan yang sesuai dengan usia mereka jadi anda bisa melindungi anak dengan baik. Dengan keadaan ini, mereka akan lebih mementingkan keluarga daripada hal lain. Juga, mereka akan memperoleh pondasi yang baik dari keluarga. Cara melindungi anak juga bisa dilakukan lewat pemahaman agama yang diajarkan sejak usia dini. Dengan cara ini, mereka bisa mendapat ketentaraman hati dan pondasi yang kuat untuk tidak terpengaruh dengan hal negatif yang diberikan oleh lingkungannya seperti internet. Juga, kebebasan berbicara adalah salah satu hal yang perlu anda lakukan untuk melindungi anak. Dengan cara ini, mereka bisa berpendapat dan menceritakan masalahnya sehingga anda tahu perasaannya dan bisa melakukan langkah antisipatif yang terbaik. Dengan semua cara diatas, melindungi anak akan bisa dilakukan secara efektif sehingga anda bisa menghindarkan sesuatu yang buruk yang mungkin anak anda alami.

62. Peran Ayah Dalam Mendidik Anak

63. April 21st, 2010 admin

Page 22: Cara Mendidik Anak

64. Dalam mendidik anak, peran dan kerjasama yang baik antara ayah dan ibu sangat diperlukan. Walaupun ibu memegang peran penting dalam pendidikan mental anak, peran yang sesungguhnya dibutuhkan dalam mendidik social dan akhlak anak adalah peran seorang ayah. Sayangnya, tidak semua ayah tidak mengetahu hal ini, kare dua faktor: mereka terlalu sibuk dengan pekerjaannya dan terlalu sibuk dengan paham bahwa ibu lah yang bertanggung jawab seluruhnya pada pertumbuhan anak, termasuk kecerdasan intelejensi dan emosional mereka. Apabila anda termasuk dalam kategori ayah seperti itu, maka mulailah membaca artikel ini, dan temukan beberapa fakta menarik sekaligus mengejutkan tentang hubungan antara peran ayah dan pendidikan sosial, juga kecerdasan anak anda. Jika anda cukup mawas untuk melihat dan menelaah lingkungan sekitar, anda pasti memperhatikan bahwa anak yang tumbuh dengan dan tanpa ayah sama sekali berbeda. Hal ini terutama karena peran ayah sedikit banyak berpengaruh pada perkembangan anak, terutama pada faktor emosional mereka. Seorang ayah, yang dapat hadir dan ada untuk anak secara fisik dan emosional, akan mampu melindungi anak dari segala apapun yang anak tersebut takutkan, seperti teman-temannya yang nakal, guru yang galak, dan lain sebagainya. Jika anda adalah ayah yang baik, maka anda harus dapat melindungi aspek emosionalnya dengan tindakan dan perkataan yang benar. Jika anda tidak dapat melindungi emosionalnya, maka apa bedanya anak anda dengan anak lain yang tidak punya ayah? Kehadiran seorang ayah di rumah juga sangat berpengaruh pada kecerdasan anak, terutama di masa-masa pertama masuk sekolah. Coba perhatikan jika anda waktu senggang di rumah, pasti anak anda datang kepada anda untuk menanyakan pekerjaan-pekerjaan rumah yang tidak bisa diselesaikannya sendiri. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa peran ayah sebagai pendidik anak, terutama pendidik mata pelajaran sekolah, sangatlah tinggi. Maka dari itu, mulailah memperhatikan faktor pertumbuhan psikologi anak anda, dan luangkan waktu untuk anda di rumah, agar dia memiliki masa depan yang cerah dan masa kecil yang utuh.

65. Cara Mendidik Anak dengan Hal – Hal yang Baik

66. April 21st, 2010 admin

Page 23: Cara Mendidik Anak

67. Mendidik anak harusnya dilakukan dengan cara yang baik agar mereka mampu untuk menjadi pribadi yang baik yang akan membuat anak bangga. Sebagai orang tua, mendidik anak dengan cara yang baik bukanlah perkara mudah karena ada banyak hal yang wajib diketahui agar anda tidak melakukan kesalahan yang akan membuat anda menyesal. Jika anda membutuhkan informasi cara mendidik anak dengan cara yang baik, artikel ini akan menjelaskannya. Hal pertama dalam mendidik anak adalah anda harus mengajari mereka untuk menyayangi diri mereka sendiri. Anda bisa memberinya contoh dengan melakukan sesuatu yang baik untuk diri anda misalnya melakukan olahraga, merawat diri dan meluangkan waktu buat diri anda sendiri. Jika anda mampu untuk melakukan hal ini, maka anda akan bisa mendidik anak dengan cara yang baik. Meluangkan waktu yang berkualitas adalah cara mendidik anak dengan baik karena dengan waktu yang anda sediakan, maka anak anda akan mendapat perhatian yang cukup. Perhatian yang cukup akan membuat anak anda merasa dihargai sehingga mereka tidak membutuhkan pelarian untuk mendapat kasih sayang dan perhatian. Dengan waktu yang anda sediakan, anda harus bisa menjadikannya sebagai media untuk diskusi dan cerita sehingga mereka akan lebih terbuka kepada anda. Hal ini akan menjadikan anda lebih tahu dan memahami hal apa yang terjadi terhadap anak anda sehingga anda mampu melakukan hal yang terbaik untuk mereka. Disaat anda dalam masalah, tetap tunjukkalah senyum anda karena aura bahagia ini akan menular kepada mereka sehingga mereka bisa lebih bisa kuat dalam menghadapi masalah apapun. Hal ini juga bisa dianggap cara mendidik anak yang baik karena kebahagiaan dan senyum akan mampu untuk mendatangkan momen – momen yang menyenangkan buat anda dan keluarga anda. Ketika anak anda mendapat prestasi yang baik, maka berilah pujian dan penghargaan yang sesuai dengan prestasi yang mereka capai. Dengan hal ini, proses mendidik anak akan lebih bermakna. Juga, mereka akan lebih bersemangat dalam menciptakan prestasi yang lebih baik lagi sehingga cara mendidik anak akan lebih efektif.

PENDIDIKAN ANAK METODE RASULULLAH (USIA 0 – 3 TAHUN)04 Jan

Berdoa Untuk Anak Saat Masih dalam Sulbi Ayah

Page 24: Cara Mendidik Anak

Rasulullah bersabda, “Seandaianya salah seorang diantara kalian sebelum menggauli istrinya berdoa:

� ت�نا ق� ز� ر� ا م� ي�ط�ان� الش ن�ب� و�ج� ي�ط�ان� الش ن�ب�نا� ج� م ا�لل ه� الله� م� ب�س�

“Dengan menyebut nama Allah. Ya Allah, jauhkanlah kami dari setan dan jauhkanlah setan dari anak yang engkau anugerahkan kepada kami, lalu dari keduanya lahir anak, setan tidak akan dapat mengganggunya selamanya.”[1]

Anjuran berdoa sebelum berhubungan suami-istri menunjukkan bahwa permulaan yang kita lakukan dalam berketurunan bersifat rabbani, bukan syaithani. Apabila disebutkan nama Allah pada permulaan senggama, berarti hubungan yang dilakukan oleh suami-istri tersebut berlandaskan ketakwaan kepada Allah dan dengan izin Allah anaknya nanti tidak akan diganggu setan.

Zikir Untuk Keselamatan Bayi yang Akan Dilahirkan

Rasulullah memberi petunjuk kepada Asma’ dengan bersabda, “Maukah engkau aku ajari beberapa kata yang bisa kau ucapkan saat dalam kekhawatiran (yaitu doa untuk memperlancar persalinan). Ucapkanlah:

� ي�ئا ش� ب�ه� ر�ك� ش�أ� ال� ب�ي� ر� ا�لله� ا�لله�

“Allah, Allah rabbku. Aku tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun.”[2]

Apabila keguguran terjadi

Dari Muadz bin Jabal, Rasulullah bersabda, “Demi Dzat yang jiwaku berada di tangannya, sesungguhnya bayi yang gugur benar-benar akan menarik ibunya dengan tali pusarnya ke surga bila ibunya rela dengan itu (ibunya bersabar dengan kehilangan anaknya).”[3]

Azan di Telingan Kanan Bayi Baru Lahir

Abu Rafi’ berkata, “Aku melihat Rasulullah mengumandangkan azan di telinga Hasan bin Ali saat baru dilahirkan oleh Fatimah.”[4] Ibn Qayyim berkata bahwa hikmah azan dan iqamah di telinga bayi yang baru lahir adalah agar suara pertama yang didegar adalah seruan yang mengandung makna keagungan Allah serta syahadat.[5]

Berita Gembira Kelahiran Bayi

Ucapan selamat dan hadiah atas kelahiran bayi jelas akan menyenangkan keluarga bayi yang baru lahir dan akan menimbulkan suasana gembira, serta mempererat tali kasih dan ikatan persatuan antara sesama kaum muslimin.

Mentahnik Bayi dengan Kurma dan Mendoakannya

Diriwayatkan dari Aisyah bahwa Rasulullah sering didatangi para orang tua yang membawa bayinya untuk dimintakan berkah dan ditahnik.[6] Langkah-langkah Rasulullah mentahnik bayi yaitu: 1) sepotong kurma, 2) dikunyah-kunyah seperlunya,

Page 25: Cara Mendidik Anak

2) buka mulut bayi, dan suaapkan kurma tersebut sambil digosok-gosok dilangit-langit mulut bayi.[7]

Membentangi Bayi dengan Zikir dan Bersyukur kepada Allah

Dari Anas, Rasulullah bersabda, “Allah tidak sekali-kali menganugerahkan suatu nikmat kepada hamba-Nya, lalu ia mengucapkan, ‘Segala puji hanya miliki Allah Rabb semesta alam’, melainkan apa yang diberikan lebih baik dari pada yang diambil-Nya’.”[8]

Bila ada bayi yang baru lahir diantara keluarganya, Aisyah tidak bertanya, “Laki-laki atau perempuan?” Tapi ia bertanya, “Apa organ tubuhnya sempurna (lengkap)?” Bila dijawab “Iya”, ia berkata, “Segala puji hanya milik Allah Rabb semesta alam.”[9]

Memberikan Hak Waris Untuk Bayi yang Baru Lahir

Jabir bin Abdullah berkata, “Rasulullah telah memutuskan bahwa bayi tidak boleh diberikan hak waris sebalum ia lahir dalam keadaan menangis (maksudnya: menangis dan menjerit atau bersin).”[10] Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda, “Bila bayi yang baru dilahirkan menangis, ia berhak mendapatkan warisan.”[11]

Kewajiban Zakat Fitrah atas Nama Bayi yang Baru Lahir

Ibnu Umar berkata, “Rasulullah telah mewajibkan zakat fitrah pada bulan Ramadhan atas setiap individu kaum muslimin, baik yang merdeka maupun budak, baik laki-laki maupun perempuan, baik masih bayi maupun sudah dewasa, yaitu satu sha’ kurma atau satu sha’ gandum.”[12]

Menyayangi, Meski Lahir dari Hasil Perzinaan

Ada wanita dari Bani Ghamidiyah yang datang kepada Rasulullah dan mengaku bahwa dirinya telah mengandung dari perzinaan, beliau bersabda kepadanya, “Pulanglah sampai kamu melahirkan.” Setelah melahirkan, ia datang lagi seraya menggendong bayinya dan berkata, “Wahai Nabi Allah, bayi ini telah saya lahirkan.” Akan tetapi, Rasulullah bersabda kepadanya, “Pulanglah, susuilah ia sampai kamu menyapihnya.” Setelah wanita itu menyapihnya, ia datang dengan membawa bayinya yang sedang memegang sepotong roti di tangan. Ia berkata, “Wahai Nabi Allah, bayi ini telah saya sapih dan kini ia sudah bisa makan sendiri.” Rasulullah pun memerintahkan agar bayi itu diserahkan kepada salah seorang lelaki dari kaum muslimin dan memerintahkan agar dibuatkan galian sebatas dada untuk menanam tubuh wanita itu. Kemudian beliau memerintahkan kepada orang-orang untuk merajamnya dan mereka pun segera merajamnya.[13]

Itulah kasih sayang Rasulullah terhadap anak hasil zina dan keinginan beliau yang kuat agar bayi itu tidak terlantar. Apa dosa anak yang baru lahir itu hingga ia harus menanggung konsekuensi perbuatan dosa orang tuanya?

Merayakan Kelahiran Bayi dengan Aqiqah

Page 26: Cara Mendidik Anak

Dari Samurah bin Jundub, Rasulullah bersabda, “Smua anak itu tergadaikan dengan aqiqahnya yang disembelih pada hari ketujuh. Rambutnya dicukur dan ia dinamai.”[14] Dari Salman bin Amir, Rasulullah bersabda, “Anak tergadaikan dengan aqiqahnya. Karena itu, sembelihlah untuknya dan jauhkanlah gangguan darinya.”[15]

Ummu Kurz pernah bertanya kepada Rasulullah, maka beliau menjawab, “Untuk bayi laki-laki dua kambing (yang sepadan) dan untuk bayi perempuan satu kambing, baik kambing jantan maupun betina tidak ada masalah bagimu.”[16]

Abdullah bin Buraidah berkata, “Aku mendengar ayahku berkata, ‘Pada masa Jahiliyah dulu, bila ada bayi yang baru dilahirkan, kami menyembelih kambing dan melumurkan darah kambing itu di kepala sang bayi. Setelah Allah menurunkan agama Islam, kami diperintahkan untuk menyembelih kambing dan mencukur rambutnya serta melumurinya dengan minyak za’faran’.”[17]

Memberi Nama Yang Baik

Islam selalu menginginkan kemudahan, bahkan dalam persoalan pemberian nama. Islam tidak menginginkan kesulitan dalam hal pemberi nama. Hal ini dapat dilihat dengan jelas dalam sabda Rasulullah. Beliau bersabda, “Nama yang paling disenangi Allah adalah Abdullah dan Hammam, sedangkan nama yang paling buruk adalah Harb dan Murrah.”[18]

Ibnu Umar menuturkan bahwa Rasulullah bersabda, “Sungguh, nama seseorang diantara kalian yang paling disenangi oleh Allah adalah Abdullah dan Abdurrahman.”[19]

Mencukur Rambut Bayi, Dibersihkan, dan Dihilangkan Kotorannya pada Hari Ketujuh

Ketika mencukur rambut bayi sebaiknya tidak mencukurnya seperti pelangi. Al Qaza’ artinya mencukur sebagian rambut bayi dan membiarkan sebagian yang lainnya di beberapa bagian tanpa dicukur sehingga mirip pelangi.

Ibnu Umar meriwayatkan bahwa Rasulullah melarang Qaza’. Aku bertanya kepada Nafi’, “Apakah Qaza’ itu?” Nafi’ menjawab, “Mencukur sebagian rambut bayi dan membiarkan sebagian yang lain.”[20]

Makna yang dimaksud dan yang menjadi tuntunan ialah mencukur rambut kepada secara keseluruhan, karena mencukur sebagian dan membiarkan sebagian yang lain bertentangan dengan kepribadian seorang muslim yang seharusnya berbeda dengan kepribadian pemeluk agama lain (kafir).

Bercengkrama dengan Lidah dan Mulut

Abu Hurairah bercerita, “Rasulullah keluar ke pasar Bani Qainuqa’ sambil berpegangan pada tanganku. Beliau berjalan mengelilingi pasar kemudian pulang dan duduk di masjid dengan kedua tangan merangkul lutut. Beliau bertanya, ‘Mana si kecil yang lucu itu? Panggilkan dia agar datang kepadaku.’ Al Hasan pun datang berlari, lalu langsung melompat ke pangkuannya. Rasulullah mencium mulutnya,

Page 27: Cara Mendidik Anak

kemudian berdoa, ‘Ya Allah, aku sungguh mencintainya. Maka cintailah dia dan cintailah orang yang mencintainya (tiga kali)’.” Abu Hurairah berkata, “Setiap kali melihat Al Hasan, aku menangis.”[21]

Memberi Julukan Ayahnya dengan Nama Anak

Abu Syuraih menceritakan bahwa pada awalnya dia bernama Abul Hakam. Kamudian Rasulullah bersabda kepadanya, “Sesungguhnya Allah, Dialah hakim yang memutuskan dan hanya kepada-Nyalah semua keputusan.”[22]

Kapan Menghitankan Anak ?

Abu Hurairah berkata, “Saya pernah mendengar Rasulullah bersabda, ‘Fitrah itu ada lima, yaitu: khitan, mencukur bulu kemaluan, mencukur kumis, memotong kuku, dan mencabut bulu ketiak.”[23]

Makhul mengatakan, “Ibrahim menghitankan anaknya, Ishaq, saat itu berusia 7 hari, dan mengkhitankan Ismail pada usia 13 tahun. Demikianlah seperti yang disebutkan oleh Al Khalil.”[24]

Sayangi di Kala Sakit, Maklumi Kalau Ngompol

Ummu Qais binti Mihshan berkata, “Aku pernah menemui Rasulullah dengan membawa bayiku yang masih belum makan makanan apa pun. Tiba-tiba ia kencing di pangkuan beliau. Baliau pun meminta air dan langsung menyipratkannya ke bagian yang terkena kencing (tanpa mencucinya).”[25]

Usamah bin Zaid berkata, “Rasulullah pernah mengambil dan mendudukanku di atas satu paha beliau dan mendudukkan Al Hasan di atas paha beliau yang lain. Kemudian beliau memeluk kami berdua dan berdoa, ‘Ya Allah, sayangilah keduanya karena aku sungguh menyayangi keduanya’.”[26]

Kewajiban Menyusui dan Menjamin Nafkah Anak

Wahai para ibu, berikanlah kasih sayangmu kepada anakmu, susuilah ia dengan air susumu agar engkau dapat menyempurnakan makna ibu yang engkau sandang dan agar engkau mendapatkan pahala. Didiklah sendiri anakmu sesuai dengan manhaj Rasulullah. Lihatlah QS. Al Baqarah: 233 dan Ath Thalaq: 7.

Wahai ibu, cobalah engkau perhatikan. Apakah engkau pernah melihat burung, hewan lain, atau semua makhluk yang berstatus sebagai ibu pernah meninggalkan anaknya saat masih bayi dan menyingkir darinya? Sungguh merupakan perangai yang buruk bila hewan yang tidak berakal saja tidak meninggalkan anaknya yang masih kecil, sedangkan manusia yang berakal rela meninggalkan anaknya dan dipercayakan kepada orang lain.

Umar Memperhatikan Anak Sejak Lahir

Suatu malam Umar mendengar tangisan seorang bayi. Maka Umar berkata kepada ibunya, “Susuilah dia.” Ibu si anak, yang tidak menyadari bahwa yang menyuruhnya

Page 28: Cara Mendidik Anak

adalah Umar, menjawab, “Amirul Mukminin tidak memberikan santunan untuk bayi yang baru lahir sampai masa penyapihannya.” Umar berkata dalam hatinya, “Aku hampir saja membunuh anak itu.” Setelah itu ia berkata, “Susuilah dia, nanti Amirul Mukminin pasti akan memberikan santunan untuknya.” Sesudah itu, Umar mulai menetapkan santunannya untuk bayi yang baru lahir. Dengan demikian, tangis seorang bayi sanggup mengubah keputusan seorang kepala negara yang bernama Umar bin Khattab.

Boleh Menangisi Kematian Bayi dan Mengucapkan Belasungkawa Kepada Keluarganya

Anas berkata, “Kami masuk bersama Rasulullah lalu beliau mengambil putranya, Ibrahim, dan langsung menciumnya. Setelah itu kami masuk lagi pada hari yang lain. Ibrahim saat itu sedanga meregang nyawa. Air mata Rasulullah berlinang, sehingga Abdurrahman bin Auf berkata, “Wahai Rasulullah engkau juga menangis?” Beliau menjawab, “Wahai Abdurrahman (beliau menangis lagi) mata ini menangis dan hati ini bersedih tetapi kami tidak mengatakan kecuali yang diridhai oleh Rabb kami. Sesungguhnya kami, wahai Ibrahim, benar-benar sedih karena berpisah denganmu.”[27]

Mendoakan Anak Secara Khusus Saat Menshalatkan Jenazahnya

Sa’id bin Musyyab berkata, “Aku pernah shalat di belakang Abu Hurairah yang sedang menshalatkan jenazah anak kecil yang belum pernah melakukan suatu dosa pun. Aku mendengar Abu Hurairah mengucapkan doa berikut:

ب�ر� ا�لق� ع�ذ�اب� م�ن� ذ�ه� ع�أ� م ا�لل ه�

“Ya Allah, lindungilah anak ini dari azab kubur.”[28]

Anak yang Meninggal Ketika Masih Kecil Akan Masuk Surga

Aisyah berkata, “Rasulullah diundang untuk melayat jenazah seorang anak kecil dari kalangan Anshar. Aku (Aisyah) berkata, ‘Wahai Rasulullah, alangkah beruntungnya anak ini. Ia salah satu burung diantara burung-burung di surga. Ia tidak pernah berbuat keburukan dan belum pernah menemuinya.’ Rasulullah bersabda, ‘Apakah engkau tahu yang selain itu, wahai Aisyah? Sesungguhnya Allah menciptakan penghuni surga yang telah Dia tetapkan untuknya saat mereka masih berada di tulang sulbi ayah mereka pula. Dan Dia menciptakan penghuni neraka yang telah Dia tetapkan untuknya saat mereka masih berada di tulang sulbi ayah mereka pula.”[29]

Abu Hurairah menuturkan bahwa Rasulullah bersabda, “Anak-anak kaum muslimin itu berada di sebuah gunung di surga. Mereka diasuh oleh Ibrahim dan Sarah sampai mereka dikembalikan kepada ayah-ayah mereka pada hari kiamat.”[30]

Syafaat Anak Bagi Kedua Orang Tua yang Sabar Atas Kematian Anaknya

Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda, “Tidaklah sekali-kali sepasang muslim ditinggal mati oleh ketiga orang anaknya yang belum baligh, melainkan Allah akan memasukkan keduanya bersama anak-anak mereka ke dalam

Page 29: Cara Mendidik Anak

surga berkat karunia dan rahmat-Nya.” Abu Hurairah melanjutkan, “Dikatakan kepada anak-anak tersebut, ‘Masuklah kalian ke dalam surga!’ Anak-anak itu menjawab, ‘Kamu menunggu kedua orang tua kami’. Perintah itu diulangi tiga kali, tetapi mereka mengeluarkan jawaban yang sama. Akhirnya, dikatakan kepada mereka, ‘Masuklah kalian bersama kedua orang tua kalian ke dalam surga’.”[31]

Tidak Mendapat Anak di Dunia, Mendapatkannya di Akhirat

Abu Sa’id berkata bahwa Rasulullah bersabda, “Seorang mukmin itu bila sangat  menginginkan anak (namun tidak mendapatkannya), di surga ia akan mengandungnya, menyusuinya, dan tumbuh besar dalam sekejab, sebagaimana ia menginginkannya.”[32]

Mempercepat Shalat Karena Mendengar Tangisan Anak

Anas mengatakan, “Aku belum pernah shalat di belakang seorang imam yang lebih singkat dan lebih sempurna shalatnya, selain Rasulullah. Jika beliau mendengar suara tangisan anak, beliau mempercepat shalatnya karena khawatir akan mengganggu shalat ibunya.”[33]

Memanggil Anak dengan Julukan Sebagai Penghormatan

Anas pernah mengatakan bahwa Rasulullah adalah orang yang paling baik akhlaknya. “Aku punya seorang saudara laki-laki yang dikenal dengan nama panggilan Abu Umair dan setahuku ia sudah disapih. Bila Rasulullah datang, beliau selalu menyapanya dengan panggilan, ‘Hai Abu Umair’.”[34]

Memanggil dengan Panggilan yang Baik

Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda, “Janganlah sekali-kali seseorang di antara kalian mengatakan, ‘Hai budak laki-laki! Hai budak perempuan!’ karena kamu semua, baik laki-laki maupun perempuan, adalah hamba-hambda Allah…”[35]

Mengajak Shalat Berjamaah

Abdullah bin Syaddad berkata, “Rasulullah keluar dari rumahnya menemui kami yang sedang menunggu beliau untuk shalat (Maghrib atau Isya’), sedangkan beliau menggendong Hasan atau Husein. Rasulullah maju dan meletakkan cucunya, kemudian melakukan takbir shalatnya. Dalam salah satu sujud dari shalat itu, beliau lama sekali melakukannya.” Ayah perawi mengatakan, “Maka kuangkat kepalaku, ternyata kulihat anak itu berada di atas punggung Rasulullah yang sedang dalam sujudnya. Sesudah itu aku kembali ke sujudku. Setelah Rasulullah menyelesaikan shalatnya, orang-orang bertanya, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya engkau telah melakukan sujud dalam shalatmu yang begitu lama, sehingga kami mengira terjadi sesuatu pada dirimu karena ada wahyu yang diturunkan kepadamu.” Rasulullah menjawab, “Semuanya itu tidak terjadi, melainkan anakku ini menunggangiku sehingga aku tidak suka bila menyegerakannya untuk turun sebelum dia merasa puas denganku.”[36]

Page 30: Cara Mendidik Anak

Abu Qatadah Al Anshari meriwayatkan bahwa Rasulullah pernah shalat sembari menggendong Umamah binti Zainab binti Rasulullah. Apabila sujud, beliau meletakkan cucunya itu ke tanah dan apabila bangun, beliau menggendongnya kembali.”[37]

Mengajarkan Kalimat Tauhid pada Anak

Anak kecil yang belum belajar berbicara itu ketika mendengar kalimat-kalimat azan, ia akan menirunya. Bahkan ia akan selalu memperhatikannya saat orang-orang dalam kelalaian. Maka ia tanpa sadar telah berusaha mengucapkan kalimat tauhid. Karena itu, seorang guru hendaknya membiasakan anak yang masih belum bisa bicara tersebut agar mengucapkan kalimat tauhid.

Ibnu Abbas meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda, “Ajarkanlah kepada anak-anak kelian pada permulaan bicaranya ucapan ‘laailaha illallah’ dan ajarilah ia agar di akhir hayatnya mengucapkan ‘laailaha illallah’.”[38]

Rasulullah Pernah Menghentikan Ktatbah dan Meninggalkan Mimbar Untuk Menyambut Anak Kecil yang Berjalan Tertatih-tatih

Abdullah bin Buraidah telah meriwayatkan dari ayahnya yang berkata, “Ketika Rasulullah sedang berkathbah kepada kami, tiba-tiba datanglah Hasan dan Husein yang keduanya mengenakan gamis berwarna merah dengan langkah tertatih-tatih. Rasulullah pun langsung turun dari mimbarnya lalu menggendong dan meletakkan keduanya di hadapan beliau. Kemudian beliau membaca QS. Ath Thaghabun: 15 dan bersabda, ‘Ketika aku memandang kedua anak ini berjalan dengan langkah tertatih-tatih, aku tidak sabar hingga kuhentikan khatbahku untuk menggendong keduanya.”[39]

Memperhatikan Penampilan dan Potongan Rambut Anak

Nafi’ dan Ibnu Umar bahwa Rasulullah melihat seorang anak kecil telah dicukur di sebagian sisi kepalanya dan dibiarkan pada sisi lain. Beliau pun melarang hal itu dan bersabda, “Cukurlah semua atau biarkanlah semua.”[40]

Abdullah bin Ja’far meriwayatkan bahwa Rasulullah mengurungkan diri untuk mendatangi keluarga Ja’far sebanyak tiga kali, lalu beliau mendatangi mereka. Beliau bersabda, “Janganlah kalian menangisi saudaraku setelah hari ini.” Beliau bermaksud agar hari berkabung disudahi. Kemudian beliau bersabda, “Panggilkanlah keponakan-keponakanku kemari.” Maka kami pun datang dan rasa takut kami seperti hilang. Beliau bersabda, “Panggillah tukang cukur kepadaku.” Maka beliau menyuruhnya agar mencukur rambut kami.[41]

Menggendong di Pundak, Mengajaknya Naik Kendaraan

Abdullah bin Ja’far berkata, “Apabila Rasulullah baru tiba dari perjalanan, beliau selalu disambut oleh anak-anak ahli ahli baitnya. Suatu hari beliau baru datang dari perjalanan dan aku adalah anak yang paling terdepan menyambutnya. Maka beliau langsung menaikanku di depannya, kemudian didatangkanlah salah seorang di antara

Page 31: Cara Mendidik Anak

kedua putra Fathimah, Hasan atau Husein lalu beliau memboncengnya di belakangnya, dan kami bertiga memasuki kota Madinah di atas kendaraannya.”[42]

Rasulullah pernah membawa Hasan dan Husein di kedua pundak beliau, lalu bersabda, “Sebaik-baik pengendara adalah keduanya, tetapi ayah keduanya lebih baik daripada keduanya.”[43]

Segera Mencari Begitu Merasa Kehilangan

Abu Hurairah berkata, “Rasulullah menuju pasar Bani Qainuqa’ sambil berpegangan pada tanganku. Beliau berjalan mengelilingi pasar kemudian pulang dan duduk di masjid dengan kedua tangan merangkul lutut. Beliau bertanya, ‘Mana si kecil yang lucu itu? Panggilkan dia agar datang kepadaku’…”[44]

Mengajarkan Etika Berpakaian

Abdullah bin Amr bin Ash berkata, “Rasulullah pernah melihatku mengenakan sepasang pakaian yang dicelup dengan warna kuning. Kemudian Rasululah bersabda, “Apakah ibumu yang memerintahkan kamu mengenakan pakaian ini?” Aku menjawab, “Apakah aku harus mencuci keduanya?” Beliau menjawab, “Tidak, tetapi keduanya harus dibakar.”[45]

Anjuran Untuk Tersenyum dan Mencium Anak-anak

Abu Hurairah berkata, “Rasulullah mencium Hasan, sedangakan dihadapan beliau saat itu ada Al Aqra bin Habis yang sedang duduk. Al Aqra berkata, ‘Saya punya sepuluh anak, tetapi saya belum pernah mencium seorang pun di antara mereka.’ Rasulullah memandang ke arahnya dan bersabda, ‘Barang siapa yang tidak punya rasa belas kasihan, niscaya tidak akan dikasihi’.”[46]

Bercengkrama dengan Anak-anak

Ya’la bin Marrah berkata, “Kami pernah keluar bersama Rasulullah lalu kami diundang untuk makan. Tiba-tiba, Husein bermain di jalan. Rasulullah pun segera mendahului orang-orang lalu membentangkan kedua tangan beliau. Anak itu berlari menghindar ke sana kemari. Rasulullah mencandainya hingga akhirnya beliau dapat menangkapnya. Satu tangan beliau memegang dagu Husein dan tangan satu lagi memegang kepala lalu beliau memeluknya. Setelah itu, beliau bersabda, “Husein bagian dariku dan aku adalah bagian darinya. Allah mencintai orang yang mencintai Husein. Husein adalah satu dari cucu-cucuku.”[47]

Rasulullah juga pernah berbaring lalu tiba-tiba Hasan dan Husein datang dan bermain-main di atas perut beliau. Mereka sering menaiki punggung beliau saat beliau sedang sujud dalam shalatnya. Bila para sahabat hendak melarang keduanya, beliau memberi isyarat agar mereka membiarkan keduanya.[48]

Memberi Hadiah, Mendoakan dan Mengusap Kepala Anak

Ibnu Abbas menceritakan bahwa apabila Rasulullah menerima buah yang pertama masak, beliau meletakkannya di kedua mata beliau lalu di mulut dan bersabda, “Ya

Page 32: Cara Mendidik Anak

Allah, sebagaimana Engkau telah memperlihatkan kepada kami awalnya maka perhatikanlah juga akhirnya kepada kami.” Kemudian beliau memberikan buah itu kepada anak yang ada di dekat beliau.[49]

Menanamkan Kejujuran dan Tidak Suka Berbohong

Abdullah bin Amir berkata, “Ibuku memanggilku dan pada saat itu Rasulullah sedang berada di rumah kami. Ibuku berkata, ‘Kemarilah aku akan memberimu sesuatu.’ Rasulullah bertanya kepada ibuku, ‘Apa yang akan engkau berikan kepadanya?’ Ibuku menjawab, ‘Aku akan memberinya buah kurma.’ Rasulullah pun bersabda, ‘Ingatlah, jika engkau tidak memberinya sesuatu, hal itu akan dicatatkan sebagai kedustaan bagimu’.”[50]

Tidak Mengajarkan Kemungkaran Kepada Anak

Ali dan Umar meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda, “Pena itu diangkat dari tiga orang, yaitu: orang gila dan hilang akal hingga sembuh, orang tidur hingga bangun, dan anak-anak hingga baligh.”[51]

Diantara kasih sayang Allah terhadap anak ialah Dia membebaskan mereka dari beban taklif pada masa kecil mereka. Meskipun anak itu masih kecil dan belum baligh, seseorang tidak boleh mengajarinya untuk berbuat maksiat. Misalnya, mengajarinya minum-minuman keras, berbuat kejahatan, merokok, berbuat buruk, mencela, mencaci, berucap cabul, dan perilaku serta ucapan buruk lainnya.

Sumber:

Syeih Jamal Abdurrahman dalam bukunya yang berjudul “Athfalul Muslimin Kaifa Robaahumun Nabiyyul Amin Saw” yang sudah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia oleh Agus Suwandi dengan Judul  “Islamic Parenting, Pendidikan Anak Metode Nabi” Solo: Aqwam, 2010

[1] Muttafaq Alaihi.

[2] Abu Dawud dengan sanad hasan, 1525

[3] Ibnu Majah, Kitab Janaiz, 1632

[4] Abu Dawud, Kitab Adab, 5105 dan At Turmidzi, Kitab Adhahi, 1514

[5] Tuhfatul Maudud, Ibnu Qayyim, 39

[6] Muslim, Kitab Adab, 4000

[7] Lihat Kitab Ash-Shahihain.

[8] Al Hadits Al Mukhtarah: VI, 2197

Page 33: Cara Mendidik Anak

[9] Shahih Al Adabul Mufrad, 485

[10] Shahih Ibnu Majah, 2240 dan Majmu’uz Zawaid: IV, 225

[11] Shahih Al Jami’, 328

[12] Muslim, 1639

[13] Muslim, 3298

[14] Shahih Al Jami’, 4184; Ibnu Majah, Kitab Dzabaih, 3156; dan At Turmidzi, Kitab Adhahi, 1442

[15] Shahih Al Jami’, 4185

[16] At Turmidzi, Kitab Adhahi, 1435

[17] Abu Dawud, Kitab Dhahaya, 2460 dan Fathul Bari: IX, 594

[18] Shaihul Mufrad, 625; Ibnu Hajar dalam Fathul Bari: X, 578

[19] Muslim, Kitab Adab, 3975

[20] Muttafaq Alaih

[21] Muttafaq Alaih.

[22] Abu Dawud, Kitab Adab, 4304 dan Nasa’i, Kitab Adabul Qadha’, 5292

[23] Muttafaq Alaih.

[24] Zadul Ma’ad: II, 304

[25] Muttafaq Alaih.

[26] Bukhari, Kitab Adab, 5544; dan Ahmad, Musnadul Anshar, 20788

[27] Muttafaq Alaih.

[28] Muwattha’, Kitab Janaiz, 480 dan Aunul Ma’bad: VII, 362

[29] Shahih Sunan Ibnu Majah, 67

[30] Shahih Al Jami’, 1023

[31] Bukhari, Kitab Janaiz, 1171

[32] Shahih Al Jami’, 6649

[33] Bukhari, Kitab Adzan, 667

Page 34: Cara Mendidik Anak

[34] Bukhari, Kitab Adab, 5375

[35] Muslim, Kitab Al Alfazh Minal Adab, 9585

[36] An Nasa’i, Kitab Tathbiq, 1129

[37] Muttafaq Alaih.

[38] Tuhfatul Ahwadzi Syarh Jami’, At Turmizi: VI, 46

[39] At Turmizi, Kitab Manaqib, 3774; an Nasa’i, Kitab Shalatil ‘Adhain, 1567

[40] Abu Dawud, Kitab Tarajul, 3663

[41] Abu Dawud, Kitab Tarajul, 3660

[42] Muslim, Kitab Fadhailush Shahabah, 4455

[43] Mu’jamul Kabir: III, 2677

[44] Takhrijnya telah disebutkan sebelumnya.

[45] Muslim, Kitab Libas waz Zinah, 3873

[46] Shahihul Adabul Mufrad, 67

[47] As Silsilatush Shahihah, 312

[48] Shahih Al Jami’, 4797

[49] Shahih Al Jami’, 4644

[50] Ahmad, Musnadul Makiyyin, 15247 dan Abu Dawud, Kitab Adab, 4339

[51] Shahih AlPENDIDIKAN ANAK METODE RASULULLAH (USIA 4 – 10 TAHUN)06 Jan

Menasihati dan Mengajari Saat Berjalan Bersama

Berikut ini adalah kisah yang dituturkan Abdullah bin Abbas ketika diajak jalan bersama Rasulullah di atas kendaraan beliau. Dalam perjalanan ini, beliau mengajarkan kepadanya beberapa pelajaran sesuai jenjang usia dan kemampuan daya pikirannya melalui dialog ringkas, langsung dan mudah. Rasulullah bersabda, “Nak, aku akan memberimu beberapa pelajaran: peliharalah Allah, niscaya Dia akan balas memeliharamu. Peliharalah Allah, niscaya kamu akan menjumpai-Nya dihadapanmu. Jika kamu meminta, mintalah kepada Allah, dan jika kamu meminta pertolongan, mohonlah kepada Allah. Ketahuilah, sesungguhnya andaikata manusia persatu padu

Page 35: Cara Mendidik Anak

untuk memberimu suatu manfaat kepadamu, niscaya mereka tidak akan dapat memberikannya kepadamu, kecuali mereka telah ditakdirkan oleh Allah untukmu. Dan seandainya mereka bersatu padu untuk menimpakan suatu bahaya kepadamu, niscaya mereka tidak akan dapat membahayakanmu, kecuali sesuatu yang telah ditakdirkan Allah bagimu, pena telah diangkat dan lembaran catatan telah mengering.”[1]

Menarik Perhatian Anak dengan Ucapan yang Lembut

Adakalanya Rasulullah memanggil anak dengan panggilan yang paling sesuai dengan jenjang usianya, seperti ungkapan, “Anak muda, sesungguhnya aku akan memberimu beberapa pelajaran.” Dan seterusnya. Adakalanya beliau memanggil dengan sebutan, “Anakku” seperti beliau lakukan kepada Anas saat turun ayat hijab, “Hai anakku, mundurlah kamu ke belakang.”

Rasulullah menyebut anak-anak Ja’far, putra pamannya, “Panggilkanlah anak-anak saudaraku.” Beliau pun menanyakan kepada ibunya, “Mengapa aku lihat tubuh keponakanku kurus-kurus seperti anak-anak yang sakit?”[2]

Seseorang lebih terkesan bila dipanggil dengan julukan, gelar, dan predikat yang baik dari pada nama aslinya. Tak terkecuali anak-anak. Ironisnya, yang sering kali kita dapati anak-anak yang dipanggil dengan julukan tidak enak didengar, seperti: gundul, gembrot, kribo, dan sebagainya.

Menghargai Mainan Anak dan Jangan Melarangnya Bermain

Apa yang akan Anda katakan ketika mengetahui bahwa Hasan bin Ali mempunyai anak anjing untuk mainannya, Abu Umair bin Abu Thalhah mempunyai burung pipit untuk mainannya, dan Aisyah mempunyai boneka perempuan untuk mainannya. Setelah dinikahi Rasulullah, Aisyah membawa serta boneka mainannya ke rumah beliau, bahkan Rasulullah mengajak semua teman-teman Aisyah ke dalam rumah untuk bermain bersama Aisyah. Realitas seperti ini menunjukkan pengakuan dari Rasulullah terhadap kebutuhan anak kecil terhadap mainan, hiburan dan pemenuhan kecenderungan (bakat).

Al Ghazali mengatakan, “Usai keluar dari sekolah, sang anak hendaknya diizinkan untuk bermain dengan mainan yang disuainya untuk merehatkan diri dari kelelahan belajar di sekolah. Sebab, melarang anak bermain dan hanya disuruh belajar terus, akan menjenuhkan pikirannya, memadamkan kecerdasannya, dan membuat masa kecilnya kurang bahagia. Anak yang tidak boleh bermain pada akhirnya akan berontak dari tekanan itu dengan berbagai macam cara.”[3] Al Ghazali juga menambahkan, “Hendaknya sang anak dibiasakan berjalan kaki, bergerak, dan berolah raga pada sebagian waktu siang agar tidak menjadi anak yang pemalas.”

Tidak Membubarkan Anak yang Sedang Bermain

Anas berkata, “Pada suatu hari aku melayani Rasulullah. Setelah tugasku selesai, aku berkata dalam hati, ‘Rasulullah pasti sedang istirahat siang.’ Akhirnya, aku keluar ke tempat anak-anak bermain. Aku menyaksikan mereka sedang bermain. Tidak lama kemudian, Rasulullah datang seraya mengucapkan salam kepada anak-anak yang

Page 36: Cara Mendidik Anak

sedang bermain. Beliau lalu memanggil dan menyuruhku untuk suatu keperluan. Aku pun segera pergi untuk menunaikannya, sedangkan beliau duduk di bawah sebuah pohon hingga aku kembali….”[4]

Selain penting bagi pertumbuhan mental dan fisik anak, permainan mereka perlukan sebagaimana orang dewasa memerlukan pekerjaan. Pikirkanlah dahulu untuk membubarkan mereka saat bermain. Kalau untuk memperingatkan karena waktu yang tidak tepat atau membahayakan diri dan orang lain, lakukan dengan penuh bijaksana.

Tidak Memisahkan Anak dari Keluarganya

Abu Abdurrahman Al Hubuli meriwayatkan bahwa dalam suatu peperangan Abu Ayyub berada dalam suatu pasukan, kemudian anak-anak dipisahkan dari ibu-ibu mereka, sehingga anak-anak itu menangis. Abu Ayyub pun segera bertindak dan mengembalikan anak-anak itu kepada ibunya masing-masing. Ia lalu mengatakan bahwa Rasulullah pernah bersabda, “Barang siapa memisahkan antara seorang ibu dan anaknya, niscaya Allah akan memisahkan antara dia dan orang-orang yang dicintainya pada hari kiamat.”[5]

Rasulullah juga melarang seseorang duduk di tengah-tengah antara seorang ayah dan anaknya dalam suatu majelis. Beliau bersabda, “Janganlah seseorang duduk di antara seorang ayah dan anaknya dalam sebuah majelis.”[6]

Jangan Mencela Anak

Anas mengatakan, “Aku melayani Rasulullah selama 10 tahun. Demi Allah, beliau tidak pernah mengatakan, ‘Ah,’ tidak pernah menanyakan, ‘Mengapa engkau lakukan itu?’ dan tidak pula mengatakan, ‘Mengapa engkau tidak melakukan itu?’.”[7]

Anas juga mengatakan, “Beliau tidak pernah sekali pun memerintahkan sesuatu kepadaku, kemudian akan manangguhkan pelaksanaannya, lalu beliau mencelaku. Jika ada salah seorang dari ahli baitnya mencelaku, beliau justru membelaku, ‘Biarkanlah dia, seandainya hal itu ditakdirkan terjadi, pastilah terjadi.”

Al Ghazali memberi nasihat, “Janganlah banyak mengarahkan anak dengan celaan karena yang bersangkutan akan menjadi terbiasa dengan celaan. Dengan celaan anak akan bertambah berani melakukan keburukan dan nasihat pun tidak dapat mempengaruhi hatinya lagi. Hendaklah seorang pendidik selalu menjaga wibawa dalam berbicara dengan anak. Untuk itu, janganlah ia sering mencela, kecuali sesekali saja bila diperlukan. Hendaknya sang ibu mempertakuti anaknya dengan ayahnya serta membantu sang ayah mencegah anak dari melakukan keburukan.”[8]

Mengajarkan Akhlak Mulia

Anas menuturkan bahwa Rasulullah bersabda, “Wahai anakku, jika engkau mampu membersihkan hatimua dari kecurangan terhadap seseorang, baik pagi hari maupun petang hari, maka lakukanlah. Yang demikian itu termasuk tuntunanku. Barang siapa yang menghidupkan tuntunanku, berarti ia mencintaiku, dan barang siapa mencintaiku niscaya akan bersamaku di dalam surga.”[9]

Page 37: Cara Mendidik Anak

Al Ghazali mengatakan, “Anak harus dibiasakan agar tidak meludah atau mengeluarkan ingus di majelisnya, menguap di hadapan orang lain, membelakangi orang lain, bertumpang kaki, bertopang dagu, dan menyandarkan kepala ke lengan, karena beberapa sikap ini menunjukkan pelakunya sebagai orang pemalas. Anak harus diajari cara duduk yang baik dan tidak boleh banyak bicara. Perlu dijelaskan pula bahwa banyak bicara termasuk perbuatan tercela dan tidak pantas dilakukan. Laranglah anak membuat isyarat dengan kepala, baik membenarkan maupun mendustakan, agar tidak terbiasa melakukannya sejak kecil.”[10]

Mendoakan Kebaikan, Menghindari Doa Keburukan

Jabir bin Abdullah berkata bahwa Rasulullah bersabda, “Janganlah kalian mendoakan keburukan untuk diri kalian, janganlah kalian mendoakan keburukan untuk anak-anak kalian, janganlah kalian mendoakan keburukan untuk pelayan kalian, dan jangan pula kalian mendoakan keburukan untuk harta benda kalian, agar jangan sampai kalian menjumpai suatu saat yang di dalamnya Allah memberi semua permintaanmu, kemudian mengabulkan doa kalian.”[11]

Orang tua harus dapat mengontrol penuh lisannya, agar tidak keluar ancaman atau ucapan yang bisa menjadi doa keburukan bagi sang anak. Doa itu tak harus sesuatu yang khusus diucapkan saat bersimpuh di hadapan Allah. Ucapan seketika, seperti, “Dasar anak bandel,” pun bisa bermakna doa. Dan doa orang tua kepada anak itu bakal manjur.[12]

Meminta Izin Berkenaan dengan Hak Anak

Sahl bin Sa’ad meriwayatkan bahwa disajikan kepada Rasulullah segelas minuman, lalu beliau meminumnya, sedang disebelah kanan beliau terdapat seorang anak dan disebelah kirinya terdapat orang tua. Sesudah minum, beliau bertanya kepada si anak, “Apakah engkau setuju bila aku memberi minum mereka terlebih dahulu?” Ia menjawab, “Tidak, demi Allah, aku tidak akan memberikan bagianku darimu.” Rasulullah pun menyerahkan wadah itu ke tangannya.[13]

Mengajari Anak Menyimpan Rahasia

Abdulllah bin Ja’far bercerita, “Pada suatu hari Rasulullah memboncengku di belakangnya. Beliau kemudian membisikkan suatu pembicaraan kepadaku agar tidak terdengar oleh seorang pun.”[14]

Makan Bersama Anak Sembari Memberikan Pengarahan dan Meluruskan Kekeliruan Mereka

Umar bin Abu Salamah bercerita, “Ketika masih kecil, aku berada di pangkuan Rasulullah dan tanganku menjalar ke mana-mana di atas nampan. Rasulullah bersabda kepadaku, ‘Hai bocah, sebutlah nama Allah (berdoa), makanlah dengan tangan kanan, dan makanlah makanan yang ada di dekatmu.’ Maka senantiasa seperti itulah cara makanku sesudahnya.”[15]

Page 38: Cara Mendidik Anak

Abdullah bin Umar tidak pernah melakukan shalat malam, maka Rasulullah bersabda, “Sebaik-baik lelaki adalah Abdullah bin Umar seandainya dia shalat malam.” Sesudah itu, dia hanya tidur sebentar saja setiap malamnya.[16]

Berlaku Adil Kepada Anak, Tanpa Membedakan Laki-laki atau Perempuan

Nu’man bin Basyir pernah datang kepada Rasulullah lalu berkata, “Sungguh, aku telah memberikan sesuatu kepada anak laki-lakiku yang dari Amarah binti Rawwahah, lalu Amarah menyuruhku untuk menghadap kepadamu agar engkau menyaksikannya, ya Rasulullah.” Rasulullah bertanya, “Apakah engkau juga memberikan hal yang sama kepada anak-anakmu yang lain?” Ia menjawab, “Tidak.” Rasulullah bersabda, “Bertakwalah kamu kepada Allah dan berlaku adillah kamu diantara anak-anakmu.”  Nu’man pun mencabut kembali pemberiannya.[17]

Melerai Anak yang Terlibat Perkelahian

Rasulullah pernah memisahkan dua bocah yang terlibat dalam perkelahian. Beliau meluruskan pemikiran mereka dan menyerukan kepada orang-orang dewasa untuk menangkal kezaliman.[18]

Gali Potensi Mereka

Ibnu Umar meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda, “Di antara pepohonan yang tumbuh di daerah pedalaman terdapat sebuah pohon yang dedaunannya tidak pernah gugur, dan itulah perumpamaan seorang muslim. Ceritakanlah kepadaku pohon apakah itu?” Orang-orang menebaknya dengan beragam pepohonan yang tumbuh di daerah pedalaman tersebut. Ibnu Umar berkata, ‘Dalam hatiku terbetik bahwa pohon yang dimaksud adalah pohon kurma, tetapi aku merasa malu untuk mengutarakannya (karena saat itu usiaku masih sangat muda). Selanjutnya, mereka pun menyerah dan berkata, ‘Ceritakanlah kepada kami wahai Rasulullah, pohon apakah itu?’ Rasulullah menjawab, ‘Itulah pohon kurma’.”[19]

Rangsang dengan Hadiah

Rasulullah pernah membariskan Abdulullah, Ubaidillah dan sejumlah anak-anak pamannya, Al Abbas, dalam suatu barisan, kemudian beliau bersabda, “Siapa yang paling dahulu sampai kepadaku, dia akan mendapatkan (hadiah) ini.” Mereka pun berlomba lari menuju tempat Rasulullah berada. Setelah mereka sampai di tempat beliau, ada yang memeluk punggung dan ada pula yang memeluk dada beliau. Rasulullah menciumi mereka semua serta menepati janji kepada mereka.[20]

Menghibur Anak Yatim dan Menangis Karena Mereka

Rasulullah bersabda, “Aku dan pengasuh anak yatim itu di surga seperti ini.” Beliau menunjukkan jari telunjuk dan jari tengah dengan meregangkan sedikit saja.[21] Rasulullah pernah menciumi dan bercucuran air mata ketika melihat anak-anak Ja’far menjadi yatim karena ayahnya gugur dalam medan perang, beliau juga menghibur mereka.[22]

Tidak Merampas Hak Anak Yatim

Page 39: Cara Mendidik Anak

Rasulullah bersabda, “Ya Allah, sesungguhnya aku mengharamkan hak dua orang lemah, yaitu anak yatim dan wanita.”[23] Dengan demikian, seleksilah benar-benar harta kita. Adakah di dalamnya hak anak yatim yang kita rampas? Sebab, ancaman memakan harta mereka begitu jelas dan gamblang.

Melarang Bermain Saat Setan Berkeliaran dan Lindungilah dari penyakit ‘Ain

Rasulullah bersabda, “Apabila malam mulai gelap (malam telah tiba), tahanlah anak-anak kalian, karena setan saat itu sedang bertebaran. Apabila telah berlalu sesaat dari waktu maghrib, lepaskanlah mereka….”[24]

Aisyah menceritakan bahwa Rasulullah melihat anak yang sedang menangis kemudian beliau bersabda, “Mengapa bayi kelian menangis? Mengapa tidak kalian ruqyah dari penyakit ‘ain?”[25]

Mengajari Azan dan Shalat

Abu Mahdzurah bercerita, “Aku bersama 10 orang  remaja berangkat bersama Rasulullah dan rombongan. Pada saat itu, Rasulullah adalah orang paling kami benci. Mereka kemudian menyerukan azan dan kami yang 10 orang remaja ikut pula menyerukan azan dengan maksud mengolok-ngolok mereka. Rasulullah bersabda, ‘Bawa kemari 10 orang remaja itu!’ Beliau memerintahkan, ‘Azanlah kalian!’ Kami pun menyerukan azan.

Rasulullah bersabda, ‘Alangkah baiknya suara anak remaja yang baru kudengar suaranya ini. Sekarang pergilah kamu dan jadilah juru azan buat penduduk Mekkah.’ Beliau bersabda demikian seraya mengusap ubun-ubun Abu Mahdzurah, kemudian beliau mengajarinya azan dan bersabda kepadanya, ‘Tentu engkau sudah hafal bukan?’ Abu Mahdzurah tidak mencukur rambutnya karena Rasulullah waktu itu mengusapnya.[26]

Mengenai shalat, Rasulullah bersabda, “Ajarilah anak-anak kalian shalat sejak usia 7 tahun dan pukullah ia karena meninggalkannya bila telah berusia 10 tahun.”[27]

Anas bin Malik berkata, “Pada suatu hari aku pernah masuk ke tempat Rasulullah dan yang ada hanyalah beliau, aku, ibuku, dan Ummu Haram, bibiku. Tiba-tiba Rasulullah menemui kami lalu bersabda, ‘Maukah bila aku mengimami shalat untuk kalian?’ Kala itu bukan waktu shalat. Maka salah seorang berkata, ‘Bagaimana Anas di posisikan di dekat beliau?’ Beliau menempatkanku di kanan beliau lalu beliau shalat bersama kami…”[28]

Tanpa cangung, Rasulullah mengajak anak shalat berjamaah meski tak ada orang selain anak tersebut, tanpa ragu pula, beliau mengangkat pemuda yang membencinya untuk menjadi tukang azan atau muazin kota Mekkah.

Mengajari Anak Sopan Santun dan Keberanian

Sebagaimana yang telah dijelaskan, bahwa Rasulullah pernah meminta izin kepada anak ketika beliau hendak memberi minum kepada tamu yang dewasa terlebih dahulu

Page 40: Cara Mendidik Anak

sebelum dia. Namun anak itu menolak. Saat itu Rasulullah tidak bersikap kasar dan tidak menegurnya.

Di antara keberanian yang beretika ialah anak tidak dibiarkan berbuat sesuatu dengan sembunyi-sembunyi. Al Ghazali mengatakan, “Anak hendaknya dicegah dari mengerjakan apa pun dengan cara sembunyi-sembunyi. Sebab, ketika anak menyembunyikannya berarti dia menyakini perbuatan tersebut buruk dan tidak pantas dilakukan.[29]

Menjadikan Anak yang Lebih Muda sebagai Imam Shalat dan Pemimpin dalam Perjalanan

Abu Hurairah menuturkan bahwa Rasulullah bersabda, “Bila kalian sedang berpergian, hendaknya yang menjadi imam adalah yang paling bagus bacaannya di antara kalian, walaupun ia orang yang paling muda. Bila ia telah menjadi imam berarti ia adalah pemimpin.”[30] Dan dikuatkan dengan hadits shahih, Amru bin Salamah berkata, Rasulullah bersabda, “Hendaknya yang menjadi imam kalian adalah yang paling banyak bacaan Al Qur’annya.”[31]

 

Sumber:

Syeih Jamal Abdurrahman dalam bukunya yang berjudul “Athfalul Muslimin Kaifa Robaahumun Nabiyyul Amin Saw” yang sudah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia oleh Agus Suwandi dengan Judul  “Islamic Parenting, Pendidikan Anak Metode Nabi” Solo: Aqwam, 2010

Jami’, 3512

PENDIDIKAN ANAK METODE RASULULLAH (USIA 11 – 14 TAHUN)12 Jan

Perintah Memberi Makan dan Pakaian kepada Anak

Ubadah bin Al Walid berkata, Rasulullah bersabda, “…Berilah mereka makan dari apa yang kalian makan dan berilah mereka pakaian dari apa yang kalian pakai…”[1]

Menyuruh Anak Segera Tidur Setelah Isya’

Rasulullah dan para sahabatnya mengakhirkan shalat isya’. Karena itu, Umar memerintahkan agar anak-anak dan istrinya menunaikannya pada awal waktu supaya mereka segera tidur, Umar pergi menemui Rasulullah, lalu berkata, “Wahai Rasulullah, marilah kita shalat, kaum wanita dan anak-anak telah tidur.” Rasulullah pun keluar rumah, sedangkan dari kepala beliau menetes air bekas wadhunya. Beliau bersabda, “Seandainya tidak memberatkan umatku atau manusia, aku pasti memerintahkan mereka agar shalat (isya’) pada waktu sekarang ini.”[2]

Page 41: Cara Mendidik Anak

Melarang Tidur Telungkup

Ayah Ya’isy bin Thakhfah Al Ghifari berkata, “Ketika saya sedang berbaring tertelungkup di dalam masjid, tiba-tiba ada seseorang yang menggerakkan tubuhku dengan kakinya, seraya berkata, ‘Ini adalah cara tidurnya orang yang murkai Allah (ahli neraka).’ Ketika aku menoleh, ternyata orang itu adalah Rasulullah.”[3]

Memisahkan Tempat Tidur Anak Sejak Usia 10 Tahun

Rasulullah bersabda, “Perintahkan anak-anak kalian mengerjakan shalat bila telah menginjak usia 7 tahun dan pukullah mereka karena meninggalkannya bila telah berusia 10 tahun dan pisahkanlah tempat tidur mereka….”[4]

Membiasakan Anak Menundukkan Pandangan dan Memelihara Aurat

Al Fadhl bin Abbas bercerita, “Ketika aku sedang dibonceng di belakang Rasulullah dari Muzdalifah ke Mina, tiba-tiba muncul seorang Arab badui yang membonceng anak perempuannya yang cantik. Kendaraannya berjalan bersebelahan dengan unta yang kendarai oleh Rasulullah. Waktu itu aku memandang anak perempuannya. Rasulullah pun memandang ke arahku dan memalingkan wajahku dari anak perempuan itu. Akan tetapi, aku memandangnya lagi dan beliau memalingkan wajahku lagi. Beliau melakukan hal tersebut sebanyak tiga kali karena aku memandanginya terus, sedangkan beliau terus mengucapkan talbiyah-nya hingga selesai dari melempar jumrah Aqabah.”[5]

Rasulullah Tidak Pernah Memukul Anak, Tapi Beliau Menjelaskan Aturan Memukul dan Bahaya Pemukulan

Abu Umamah menjelaskan bahwa Rasulullah pernah menerima dua anak. Beliau memberikan salah seorang dari keduanya kepada Ali. Beliau berpesan, “Jangan pukul dia karena aku melarang memukul orang yang shalat dan aku melihatnya mengerjakan shalat sejak kami terima.”[6]

Aisyah berkata, “Rasulullah tidak pernah memukul dengan tangannya, baik terhadap istri maupun pelayannya, kecuali bila berjihad di jalan Allah.”[7] Rasulullah juga bersabda, “Seorang yang kuat bukanlah orang yang dapat membanting orang lain. Tetapi, orang yang kuat ialah yang mampu mengendalikan dirinya saat sedang marah.”[8]

Hentikan Pemukulan Bila Anak Meminta Tolong Kepada Allah

Rasulullah bersabda, “Orang yang meminta perlindungan kepada kalian atas nama Allah maka lindungilah dan siapa yang meminta kepada kalian dengan nama Allah maka berilah.”[9]

Al Mubarakfuri mengatakan, “Ath-Thayyibi berkata, ‘Itu bila pukulan untuk pengajaran. Adapun bila itu untuk hukuman had (hukuman), maka tidak boleh dihentikan. Demikian pula jika ia meminta perlindungan kepada Allah hanya untuk menipu’.”[10]

Page 42: Cara Mendidik Anak

Jangan Pukul Bagian Sensitif dan Jangan Emosi

Seorang lelaki yang mabuk atau harus menjalani hukuman had minum khamr dihadapkan kepada khalifah Ali. Sahabat Ali berkata, “Deralah ia dan berikanlah kepada setiap anggota tubuhnya bagian yang hendak diterimanya. Tapi, hidarilah wajah dan kemaluannya.”[11] Rasulullah bersabda, “Apabila seseorang di antara kalian memukul, maka hindarilah bagian wajah.”[12]

Rasulullah juga pernah berpesan secara berulang kepada lelaki badui saat ia mengatakan, “Berpesanlah kepadaku!” Rasulullah menjawab, “Kamu jangan suka marah.” Lelaki itu berkata, “Setelah kurenungkan apa yang dipesankan Rasulullah, ternyata aku menyadari bahwa sikap marah menghimpun semua keburukan.”[13]

Menghukum Anak dengan Cara Halus dan Lembut

Abdullah bin Busr Al Mazini berkata, “Ibuku mengutusku untuk mengantarkan setangkai anggur kepada Rasulullah. Namun, aku memakannya sebelum sampai kepada beliau. Ketika aku tiba di tempat beliau, beliau menjewer telingaku (secara halus) dan memanggilku dengan sebutan, ‘Wahai penghianat kecil’.”[14]

Jangan Manjakan Anak dan Menuruti Semua Kemauannya

Khaulah binti Hakim berkata, Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya anak itu bisa menjadi penyebab kikir, pengecut, bodoh, dan sedih.”[15] Ibnu Abbas meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda, “Gantungkanlah pecut di tempat yang bisa dilihat oleh keluarga kalian.”[16]

Jadi, di balik kecintaan dan kasih sayang orang tua kepada anaknya, Rasulullah tidak menginginkan adanya sikap memanjakan secara berlebihan dan memperturutkan semua keinginan anak. Sehingga sang anak nanti akan berbuat sesukanya dan menuruti semua yang diinginkannya, tanpa ada yang melarangnya.

Orang tua yang bersikap seperti ini sama dengan melakukan tindak kejahatan yang besar terhadap anaknya sendiri. Sikap memanjakan dan memberikan kasih sayang yang berlebihan ini mengakibatkan anak merasa tidak pernah ada yang melarang bila berbuat kesalahan serta sama sekali tidak pernah dibiasakan untuk taat kepada Allah dan memelihara batasan-batasan hukum-Nya.

Bahaya Bergaul dengan Anak Manja

Al Ghazali berkata, “Anak harus dijaga untuk tidak bergaul dengan teman-teman sebaya yang dibiasakan hidup senang, mewah, dan mengenakan pakaian-pakaian yang mahal. Karena, apabila anak dibiarkan seperti itu sejak usia dini, kebanyakan akan tumbuh menjadi anak yang berperangai buruk, pendusta, pendengki, suka mencuri, suka iseng, suka menipu, dan suka berbuat seenaknya. Tiada cara lain untuk menghindarkan anak dari hal-hal tersebut kecuali dengan memberikan pengajaran yang baik dan pendidikan yang menyeluruh.”[17]

Rasulullah Menjengung, Mendoakan Kesembuhan dan Mengobati Anak-anak yang Sakit

Page 43: Cara Mendidik Anak

As Saib bin Yazid berkata, “Bibiku membawaku pergi menemui Rasulullah lalu berkata, ‘Wahai Rasulullah, keponakanku ini sedang sakit. Maka Rasulullah mengusap kepalaku dan mendoakan keberkahan bagiku dan beliau berwudhu lalu aku minum dari bekas air wudhunya. Setelah itu aku berdiri di belakang punggungnya dan kulihat cap kenabian ada di antara kedua pundaknya seperti telur burung puyuh.”[18]

Meluruskan Kekeliruan dengan Bijak

Rafi’ bin ‘Amru Al Ghifari mengatakan, “Dahulu aku dan anak muda sebayaku sering melempari pohon kurma milik orang-orang Anshar. Maka hal itu dilaporkan kepada Rasulullah, ‘Ada anak yang suka melempari pohon kurma kami.’ Akhirnya, aku dibawa menghadap Rasulullah dan beliau bertanya, ‘Nak, mengapa engkau melempari pohon kurma?’ Aku menjawab, ‘Untuk saya makan buahnya.’ Beliau bersabda, ‘Kamu jangan lagi melempari pohon kurma, tapi makanlah buahnya yang jatuh di bawahnya.’ Selanjutnya, beliau mengusap kepalaku seraya berdoa, ‘Ya Allah, kenyangkanlah perutnya’.”[19]

Membantu dan Mengajari Anak Bila Tidak Mampu Mengerjakan Sesuatu

Abu Sa’id Al Khudri berkata, “Rasulullah berjumpa dengan seorang anak muda yang sedang menguliti kambing, maka beliau bersabda kepadanya, ‘Minggirlah, aku akan memperlihatkan cara yang benar kepadamu.’ Rasulullah pun memasukkan tangannya di antara kulit dan daging seraya memanjangkannya hingga tangannya masuk sampai ke bagian ketiaknya, lalu bersabda, ‘Hai anak muda, seperti inilah yang harus kamu lakukan bila menguliti kambing.’ Sesudah itu beliau berlalu dan shalat dengan orang banyak tanpa berwudhu lagi dan tidak menyentuh air.”[20]

Mengajari Cara Pengobatan Alami

Umar pernah menemui Rasulullah, sedangkan di dekat beliau terdapat seorang anak remaja berkulit hitam yang sedang memijit punggung beliau. Umar bertanya, “Apa yang terjadi?” Beliau menjawab, “Tadi malam aku terjatuh dari untaku.”[21] Terlihat bahwa Rasulullah mengajari anak remaja itu bagaimana cara memijat otot-otot beliau agar memperingan rasa sakit.

Bergaul dan Menceritakan Pengalaman Masa Kecil kepada Anak

Anas mengatakan, “Sesungguhnya, dahulu Rasulullah benar-benar bergaul dengan kami.”[22]

Rasulullah juga menceritakan kepada anak-anak tentang pengalaman kecil beliau. Beliau bersabda, “Aku pernah menghadiri perjanjian Muthayyibin bersama paman-pamanku saat aku masih remaja, dan aku tidak suka melanggar perjanjian itu meskipun diberi imbalan unta merah.”

Mengucapkan Salam kepada Anak-anak yang Sedang Bermain

Anas telah menceritakan bahwa pada suatu hari ia berjumpa dengan sejumlah anak-anak, lalu ia mengucapkan salam kepada mereka. Anas berkata, “Seperti itulah yang dilakukan oleh Rasulullah.”[23] Bagi para orang tua, buang rasa segan dan canggung

Page 44: Cara Mendidik Anak

untuk memulai mengucapkan salam terlebih dahulu kepada sekelompok anak. Demikian Rasulullah memberi teladan.

Mengajari Etika Masuk Rumah

Anas berkata, Rasulullah bersabda, “Hai anakku, jika kamu masuk ke dalam rumah keluargamu ucapkanlah salam, niscaya akan membawa berkah kepadamu dan juga bagi keluargamu.”[24]

Beliau bersabda kepada orang yang masuk ke tempat beliau tanpa mengucapkan salam lebih dahulu, “Kembalilah dan ucapkan, ‘Assalamu’alaikum, apakah aku boleh masuk?’” Mengucapkan salam merupakan latihan bagi mereka tentang adab-adab yang diajarkan oleh syariat. Dalam hal ini juga berfungsi sebagai penunduk sifat sombong, dan mengandung makna tawadhu dan kelembutan.[25]

Mengajarkan Anak Etika Meminta Izin

Anas sering masuk ke tempat Rasulullah tanpa izin. Pada suatu hari Anas datang dan hendak masuk begitu saja, maka Rasulullah bersabda kepadanya, “Tetaplah di tempatmu wahai anakku, karena sesungguhnya telah terjadi suatu perintah berkenaan denganmu, maka jangan lagi kamu masuk kecuali dengan meminta izin terlebih dahulu.”[26]

Sahl bin Sa’ad berkata, “Seorang lelaki mengintip dari suatu lubang ke kamar Rasulullah yang saat itu beliau sedang memegang sisir untuk menggaruk kepada beliau. Ketika Rasulullah melihat kelakuan lelaki itu, beliau bersabda, “Seandainya sejak semula aku mengetahui kamu sedang mengintip, tentulah akan kutusuk matamu dengan ini. Meminta izin itu ditetapkan tiada lain hanyalah untuk kebolehan melihat.”[27]

Memotivasi Anak Menghadiri Perayaan dan Mengunjungi Kerabat

Anas berkata, “Rasulullah melihat anak-anak dan kaum wanita datang dari pesta perkawinan. Beliau pun berdiri tegak (dengan gembira), lalu bersabda, ‘Ya Allah (saksikanlah), kalian termasuk orang-orang yang paling kucintai’.” Rasulullah mengucapkannya sebanyak tiga kali, yang dimaksud adalah kaum Anshar.

Menjaga Perasaan Anak-anak dalam Perayaan

Aisyah meriwayatkan bahwa Abu Bakar masuk ke tempatnya saat ia bersama dua budak yang menyanyikan dan memukul rebana pada hari-hari mina. Sementara itu, Rasulullah sedang membentangkan (menjemur) baju beliau. Maka Abu Bakar membentak mereka berdua. Rasulullah pun melongokkan wajah dari balik baju yang dijemurnya dan bersabda, “Biarkanlah saja wahai Abu Bakar karena ini sedang hari raya.” Aisyah berkata, “Aku melihat Rasulullah menutup dirinya dariku dengan jubahnya sedangkan aku melihat orang-orang Habasyah yang sedang bermain saat aku masih kecil. Maka mereka menghormati kadudukan anak kecil.

Menganjurkan Anak Bergaul dengan Ulama dan Bersikap Santun Kepada Mereka

Page 45: Cara Mendidik Anak

Rasulullah bersabda, “Sungguh, memuliakan orang Islam yang tua usia, orang yang pandai tentang Al Qur’an yang tidak sombong dan tidak mengabaikannya, serta memuliakan penguasa yang adil termasuk bagian dari mengagungkan Allah.”[28]

Rasulullah juga bersabda, “Tidak termasuk golonganku orang yang tidak belas kasih terhadap yang lebih muda dan tidak mau menghormati orang yang lebih tua serta tidak pula menghargai hak orang yang alim di antara kita.”[29]

Memberitahu Anak tentang Peperangan Kaum Muslim Menghadapi Musuh

Urwah menceritakan bahwa ayahnya, Zubair mempunyai beberapa bekas luka pada tubuhnya yang dialami sewaktu dalam peperangan badar. Urwah berkata, “Aku sering memasukkan jariku ke dalam bekas luka pukulan pedang yang sudah sembuh itu seraya memainkannya sewaktu aku masih kecil…”[30]

Memberitahu anak terhadap penindasan kaum muslim di berbagai belahan bumi oleh musuh-musuh Islam dapat menumbuhkan kepedulian terhadap nasib saudara seiman, sekaligus tanggungjawab apa yang harus mereka lakukan hari ini dan esok.

Mengingatkan Anak Agar Tidak Berteman dengan Orang Jahat

Rasulullah bersabda, “Perumpamaan teman duduk yang baik dan teman duduk yang buruk adalah seperti orang yang membawa minyak misik dan pande besi. Pembawa minyak misik adakalanya memberikannya kepadamu atau kamu membeli darinya atau kamu peroleh bau yang harum darinya, tetapi pande besi adakalanya baju kamu akan terbakar oleh percikan apinya atau kamu peroleh bau yang tidak enak darinya.”[31]

Mengajari Etika Berbicara dan Menghormati yang Lebih Tua

Abdurrahman bin Sahl dan Huwayyishah bin Mas’ud datang menghadap kepada Rasulullah. Abdurrahman membuka pembicaraan, maka Rasulullah bersabda, “Hormatilah yang lebih tua! Hormatilah yang lebih tua!”[32]

Rasulullah sendiri apabila putrinya, Fatimah, masuk menemuinya, beliau bangkit menyambutnya dan menciumnya serta mendudukannya di tempat duduknya. Begitu pula sebaliknya, apabila beliau masuk menemuinya, ia bangkit menyambutnya dan menciumnya serta mempersilahkannya duduk di tempat duduknya.”[33]

Ketika Sa’ad bin Mu’adz hendak masuk ke masjid dan telah berada di dekatnya, Rasulullah bersabda kepada orang-orang Anshar, “Berdirilah kalian untuk menghormati pemimpin kalian atau orang yang terbaik di antara kalian.”[34]

Mendidik Anak untuk tidak Menjengkelkan Sesamanya

Rasulullah bersabda, “Tidaklah beriman kepadaku orang yang tidur malam dalam keadaan kenyang, sementara tetangganya kelaparan dan ia mengetahuinya.”[35]

Al Ghazali mengatakan, “Hendaknya seorang anak tidak dibiarkan berbangga diri di depan teman-teman sebayanya dengan harta yang dimiliki oleh orang tuanya atau dengan sesuatu dari makanannya, pakaiannya, atau buku dan penanya. Akan tetapi,

Page 46: Cara Mendidik Anak

hendaklah anak dibiasakan bersikap rendah diri, menghormati setiap orang yang bergaul dengannya, dan lemah lembut tutur sapanya dengan mereka.”[36]

Memperingatkan Anak Agar Tidak Saling Mengancam Meski Bergurau

Abu Hurairah berkata, Rasulullah bersabda, “Barang siapa yang mengacungkan besi kepada saudaranya, maka sungguh para malaikat melaknatnya sampai ia meninggalkan perbuatannya, meski yang diacungi itu saudara kandungnya.”[37] Para malaikat melaknat orang yang melakukan hal tersebut walaupun hanya bercanda.

Melarang Anak Mengejutkan Orang Lain Meski Bergurau

Abdurrahman bin Abu Laila mengatakan, “Para sahabat pernah menceritakan kepada kami bahwa ketika mereka sedang dalam perjalanan bersama Rasulullah dalam suatu misi, tiba-tiba seorang lelaki diantara mereka tidur. Salah seorang di antara mereka pun mengambil anak panahnya. Ketika lelaki itu terbangun, ia terkejut karena anak panahnya tidak ada dan orang-orang menertawakannya. Rasulullah bertanya, ‘Mengapa kalian tertawa?’ Mereka menjawab, ‘Tidak ada, melainkan kami telah mengambil anak panah orang ini, lalu ia terkejut.’ Rasulullah bersabda, ‘Seorang muslim tidak boleh menakut-nakuti saudaranya sesama muslim’.”[38]

Memberi Keringanan Kepada Anak

Anas bercerita, “Rasulullah adalah orang yang akhlaknya paling baik. Suatu hari beliau mengutusku untuk suatu keperluan. Aku berkata, ‘Demi Allah, aku tidak akan pergi.’ Namun, hatiku berbisik bahwa aku harus pergi karena ini adalah perintah Rasulullah. Akhirnya, aku berangkat hingga melewati anak-anak yang sedang bermain di pasar. Tanpa sadar, ternyata Rasulullah memegang tengkukku dari belakang. Aku pun memandang beliau, sedangkan beliau tertawa. Beliau bersabda, ‘Wahai Anas kecil, apakah engkau telah pergi sesuai perintahku?’ Aku menjawab, ‘Ya, saya akan pergi wahai Rasulullah’.”[39]

Melarang Anak Lelaki Menyerupai Perempuan, dan Sebaliknya

Abdullah bin Yazid berkata, “Ketika kami sedang berada di rumah Abdullah bin Mas’ud, datanglah seorang anaknya yang mengenakan baju gamis dari kain sutera. Ibnu Mas’ud bertanya, ‘Siapa yang memberimu pakaian ini?’ Anaknya menjawab, ‘Ibuku.’ Ibnu Mas’ud pun merobek baju gamisnya dan berkata, ‘Katakanlah kepada ibumu agar dia memberimu pakaian selain kain sutera ini’.”[40]

Rasulullah bersabda, “Kaum lelaki dari umatku diharamkan mengenakan kain sutera dan emas, dan kaum wanitanya dihalalkan (mengenakan keduanya).”[41]

Melatih Anak Berpenampilan Sederhana dan Melatih Ketahanan Diri

Rasulullah bersabda, “Tidak ada yang memakai sutera di dunia kecuali orang yang nanti di akhirat tidak mendapatkannya kecuali hanya sekian.” Beliau bersabda sambil menunjukkan jari telunjuk dan jari tengah.[42]

Page 47: Cara Mendidik Anak

Dalam hal melatih ketahanan diri anak, Rasulullah sendiri pernah mengembala kambing. Beliau bersabda, “Tidaklah sekali-kali Allah mengutus seorang nabi, melainkan pernah mengembala kambing.” Para sahabat bertanya, “Dan juga engkau?” Beliau menjawab, “Ya, dahulu aku mengembala kambing milik penduduk Mekkah dengan imbalan beberapa qirath.”[43]

Rasulullah juga pernah melakukan perlombaan memanah, balap lari, balap kuda, dan balap unta. Beliau bersabda, “Tiada perlombaan kecuali memanah, balap kuda, atau balap unta.”[44]

Abul Ward meriwayatkan dari Ali yang menceritakan bahwa Fatimah menggiling gandum dengan tangannya sendiri hingga meninggalkan bekas pada tangannya, mengambil air sendiri dengan qirbah sehingga membekas pada lehernya, dan ia menyapu rumahnya sendiri hingga pakaiannya berdebu. Ketika Rasulullah mendapat banyak pelayan, Ali berkata, “Sebaiknya kamu datang menghadap kepada ayahmu untuk meminta seorang pelayan untuk meringankan pekerjaanmu.” Fatimah pun datang mengahadap kepada Rasulullah, tapi dia menjumpai di sisi beliau sedang banyak orang. Akhirnya Fatimah pulang.

Keesok harinya Fatimah datang lagi kepada Rasulullah dan beliau bertanya, “Apa keperluanmu?” Fatimah diam, sehingga terpaksa Ali yang berbicara tentang maksud kedatangannya. Maka Rasulullah bersabda, “Hai Fatimah, bertakwalah kapada Allah, tunaikanlah kewajiban Rabbmu dan lakukanlah pekerjaan rumah tanggamu. Apabila engkau hendak tidur, bertasbihlah sebanyak 33 kali, bertahmidlah sebanyak 33 kali, kemudian bertakbirlah sebanyak 34 kali. Itulah 100 wirid yang lebih baik bagimu dari pada mendapat seorang pelayan.”[45]

Memperlakukan Anak Perempuan dengan Baik dan Menjelaskan Kedudukannya Mereka dalam Islam

Rasulullah selalu menyambut dan mencium Fatimah ketika ia datang, menggandeng tangannya, mempersilahkan ia duduk di sebelah beliau. Rasulullah bersabda, “Barang siapa memeliki tiga anak perempuan, atau tiga saudara perempuan, atau dua anak perempuan atau dua saudara perempuan lalu memperlakukan mereka dengan baik dan bertakwa kepada Allah dalam mengasuh mereka, maka baginya surga.”[46]

Mengingatkan Orang yang Menelantarkan Nafkah dan Pendidikan Anak

Rasulullah bersabda, “Bila ia keluar karena berusaha mencari nafkah untuk anaknya yang masih kecil maka ia berada di jalan Allah. Bila ia keluar mencari nafkah untuk dirinya maka ia berada di jalan Allah. Dan bila ia keluar mencari nafkah karena ingin dilihat atau sebagai kebanggaan maka ia berada di jalan setan.”

Mengingatkan Agar Tidak Merendahkan Orang Lain

Aisyah berkata, “Aku pernah berkata kepada Rasulullah, ‘Cukuplah sikapmu terhadap Shafiyyah karena dia begini dan begini’. Maka Rasulullah bersabda, ‘Sungguh, engkau telah mengucapkan suatu kalimat yang seandainya kalimat itu dicampukan dengan air laut, niscaya akan mencemarinya’.”[47]

Page 48: Cara Mendidik Anak

Sumber:

Syeih Jamal Abdurrahman dalam bukunya yang berjudul “Athfalul Muslimin Kaifa Robaahumun Nabiyyul Amin Saw” yang sudah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia oleh Agus Suwandi dengan Judul  “Islamic Parenting, Pendidikan Anak Metode Nabi” Solo: Aqwam, 2010