Kesalahan Dalam Mendidik Anak

46
KESALAHAN DALAM MENDIDIK ANAK Files under Bengkel Hati | Posted by admin Meskipun banyak orang tua yang mengetahui, bahwa mendidik anak merupakan tanggung jawab yang besar, tetapi masih banyak orang tua yang lalai dan menganggap remeh masalah ini. Sehingga mengabaikan masalah pendidikan anak ini, sedikitpun tidak menaruh perhatian terhadap perkembangan anak-anaknya. Baru kemudian, ketika anak-anak berbuat durhaka, melawan orang tua, atau menyimpang dari aturan agama dan tatanan sosial, banyak orang tua mulai kebakaran jenggot atau justru menyalahkan anaknya. Tragisnya, banyak yang tidak sadar, bahwa sebenarnya orang tuanyalah yangmenjadi penyebab utama munculnya sikap durhaka itu. Lalai atau salah dalam mendidik anak itu bermacam-macam bentuknya ; yang tanpa kita sadari memberi andil munculnya sikap durhaka kepada orang tua, maupun kenakalan remaja. Berikut ini sepuluh bentuk kesalahan yang sering dilakukan oleh orang tua dalam mendidik anak- anaknya. [1]. Menumbuhkan Rasa Takut Dan Minder Pada Anak Kadang, ketika anak menangis, kita menakut-nakuti mereka agar berhenti menangis. Kita takuti mereka dengan gambaran hantu, jin, suara angin dan lain-lain. Dampaknya, anak akan tumbuh menjadi seorang penakut : Takut pada bayangannya sendiri, takut pada sesuatu yangsebenarnya tidak perlu ditakuti. Misalnya takut ke kamar mandi sendiri, takut tidur sendiri karena seringnya mendengar cerita-cerita tentang hantu, jin dan lain-lain. Dan yang paling parah tanpa disadari, kita telah menanamkan rasa takut kepada dirinya sendiri. Atau misalnya, kita khawatir ketika mereka jatuh dan ada darah di wajahnya, tangan atau lututnya. Padahal semestinya, kita bersikap tenang dan menampakkan senyuman menghadapi ketakutan anak tersebut. Bukannya justru menakut-nakutinya, menampar wajahnya, atau memarahinya serta membesar-besarkan masalah. Akibatnya, anak-anak semakin keras tangisnya, dan akan terbiasa menjadi takut apabila melihat darah atau merasa sakit. [2]. Mendidiknya Menjadi Sombong, Panjang Lidah, Congkak Terhadap Orang Lain. Dan Itu Dianggap Sebagai Sikap Pemberani. Kesalahan ini merupakan kebalikan point pertama. Yang benar ialah bersikap tengah-tengah, tidak berlebihan dan tidak dikurang-kurangi. Berani tidak harus dengan bersikap sombong atau congkak kepada orang lain. Tetapi, sikap berani yang selaras tempatnya dan rasa takut apabila memang sesuatu itu harus ditakuti. Misalnya : takut berbohong, karena ia tahu, jika Allah tidak suka kepada anak yang suka berbohong, atau rasa takut kepada binatang buasyang membahayakan. Kita didik anak kita untuk berani dan tidak takut dalam mengamalkan kebenaran. [3]. Membiasakan Anak-Anak Hidup Berfoya-foya, Bermewah-mewah Dan Sombong. Dengan kebiasaan ini, sang anak bisa tumbuh menjadi anak yang suka kemewahan, suka bersenang-senang. Hanya mementingkan dirinya sendiri, tidak peduli terhadap keadaan oranglain. Mendidik anak seperti ini dapat merusak fitrah, membunuh sikap istiqomah dalam bersikap zuhud di dunia, membinasakah muru’ah ( harga diri) dan kebenaran. [4]. Selalu Memenuhi Permintaan Anak Sebagian orang tua ada yang selalu memberi setiap yang diinginkan anaknya, tanpa memikirkan baik dan buruknya bagi anak. Padahal, tidak setiap yang diinginkan anaknya itu bermanfaat atau sesuai dengan usia dan kebutuhannya. Misalnya si anak minta tas baru yangsedang trend, padahal baru sebulan yang lalu orang tua membelikannya tas baru. Hal ini hanya akan menghambur-

Transcript of Kesalahan Dalam Mendidik Anak

Page 1: Kesalahan Dalam Mendidik Anak

KESALAHAN DALAM MENDIDIK ANAKFiles under Bengkel Hati | Posted by admin

Meskipun banyak orang tua yangmengetahui, bahwa mendidik anak merupakan tanggung jawab yang besar, tetapi

masih banyak orang tua yang lalai dan menganggap remeh masalah ini. Sehingga mengabaikan masalah pendidikan

anak ini, sedikitpun tidak menaruh perhatian terhadap perkembangan anak-anaknya.

Baru kemudian, ketika anak-anak berbuat durhaka, melawan orang tua, atau menyimpang dari aturan agama dan

tatanan sosial, banyak orang tua mulai kebakaran jenggot atau justru menyalahkan anaknya. Tragisnya,

banyak yang tidak sadar, bahwa sebenarnya orang tuanyalah yangmenjadi penyebab utama munculnya sikap durhaka

itu.

Lalai atau salah dalam mendidik anak itu bermacam-macam bentuknya ; yang tanpa kita sadari memberi andil

munculnya sikap durhaka kepada orang tua, maupun kenakalan remaja.

Berikut ini sepuluh bentuk kesalahan yang sering dilakukan oleh orang tua dalam mendidik anak-anaknya.

[1]. Menumbuhkan Rasa Takut Dan Minder Pada Anak

Kadang, ketika anak menangis, kita menakut-nakuti mereka agar berhenti menangis. Kita takuti mereka dengan

gambaran hantu, jin, suara angin dan lain-lain. Dampaknya, anak akan tumbuh menjadi seorang penakut : Takut pada

bayangannya sendiri, takut pada sesuatu yangsebenarnya tidak perlu ditakuti. Misalnya takut ke kamar mandi sendiri,

takut tidur sendiri karena seringnya mendengar cerita-cerita tentang hantu, jin dan lain-lain.

Dan yang paling parah tanpa disadari, kita telah menanamkan rasa takut kepada dirinya sendiri. Atau misalnya, kita

khawatir ketika mereka jatuh dan ada darah di wajahnya, tangan atau lututnya. Padahal semestinya, kita bersikap

tenang dan menampakkan senyuman menghadapi ketakutan anak tersebut. Bukannya justru menakut-nakutinya,

menampar wajahnya, atau memarahinya serta membesar-besarkan masalah. Akibatnya, anak-anak semakin keras

tangisnya, dan akan terbiasa menjadi takut apabila melihat darah atau merasa sakit.

[2]. Mendidiknya Menjadi Sombong, Panjang Lidah, Congkak Terhadap Orang Lain. Dan Itu Dianggap Sebagai Sikap

Pemberani.

Kesalahan ini merupakan kebalikan point pertama. Yang benar ialah bersikap tengah-tengah, tidak berlebihan dan

tidak dikurang-kurangi. Berani tidak harus dengan bersikap sombong atau congkak kepada orang lain. Tetapi, sikap

berani yang selaras tempatnya dan rasa takut apabila memang sesuatu itu harus ditakuti. Misalnya : takut berbohong,

karena ia tahu, jika Allah tidak suka kepada anak yang suka berbohong, atau rasa takut kepada binatang

buasyang membahayakan. Kita didik anak kita untuk berani dan tidak takut dalam mengamalkan kebenaran.

[3]. Membiasakan Anak-Anak Hidup Berfoya-foya, Bermewah-mewah Dan Sombong.

Dengan kebiasaan ini, sang anak bisa tumbuh menjadi anak yang suka kemewahan, suka bersenang-senang. Hanya

mementingkan dirinya sendiri, tidak peduli terhadap keadaan oranglain. Mendidik anak seperti ini dapat merusak

fitrah, membunuh sikap istiqomah dalam bersikap zuhud di dunia, membinasakah muru’ah (harga diri) dan kebenaran.

[4]. Selalu Memenuhi Permintaan Anak

Sebagian orang tua ada yang selalu memberi setiap yang diinginkan anaknya, tanpa memikirkan baik dan buruknya

bagi anak. Padahal, tidak setiap yang diinginkan anaknya itu bermanfaat atau sesuai dengan usia dan kebutuhannya.

Misalnya si anak minta tas baru yangsedang trend, padahal baru sebulan yang lalu orang tua membelikannya tas baru.

Hal ini hanya akan menghambur-hamburkan uang. Kalau anak terbiasa terpenuhi segala permintaanya, maka mereka

akan tumbuh menjadi anak yang tidak peduli pada nilai uang dan beratnya mencari nafkah. Serta mereka akan

menjadi orang yang tidak bisa membelanjakan uangnya dengan baik.

[5]. Selalu Memenuhi Permintaan Anak, Ketika Menangis, Terutama Anak Yang Masih Kecil.

Sering terjadi, anak kita yang masih kecil minta sesuatu. Jika kita menolaknya karena suatu alasan, ia akan memaksa

atau mengeluarkan senjatanya, yaitu menangis. Akhirnya, orang tua akan segera memenuhi permintaannya karena

Page 2: Kesalahan Dalam Mendidik Anak

kasihan atau agar anak segera berhenti menangis. Hal ini dapat menyebabkan sang anak menjadi lemah, cengeng dan

tidak punya jati diri.

[6]. Terlalu Keras Dan Kaku Dalam Menghadapi Mereka, Melebihi Batas Kewajaran

Misalnya dengan memukul mereka hingga memar, memarahinya dengan bentakan dan cacian, ataupun dengan cara-

cara keras lainnya. Ini kadang terjadi ketika sang anak sengaja berbuat salah. Padahal ia (mungkin) baru sekali

melakukannya.

[7]. Terlalu Pelit Pada Anak-Anak, Melebihi Batas Kewajaran

Ada juga orang tua yang terlalu pelit kepada anak-anaknya, hingga anak-anaknya merasa kurang terpenuhi

kebutuhannya. Pada akhirnya mendorong anak-anak itu untuk mencari uang sendiri dengan bebagai cara. Misalnya :

dengan mencuri, meminta-minta pada orang lain, atau dengan cara lain. Yang lebih parah lagi,

ada orang tua yang tega menitipkan anaknya ke panti asuhan untuk mengurangi beban dirinya. Bahkan, ada

pula yang tega menjual anaknya, karena merasa tidak mampu membiayai hidup. Naa’udzubillah mindzalik

[8]. Tidak Mengasihi Dan Menyayangi Mereka, Sehingga Membuat Mereka Mencari Kasih Sayang Diluar  Rumah Hingga

Menemukan Yang Dicarinya.

Fenomena demikian ini banyak terjadi. Telah menyebabkan anak-anak terjerumus ke dalam pergaulan bebas –

waiyadzubillah-. Seorang anak perempuan misalnya, karena tidak mendapat perhatian dari keluarganya ia mencari

perhatian dari laki-laki di luar lingkungan keluarganya. Dia merasa senang mendapatkan perhatian dari laki-laki itu,

karena sering memujinya, merayu dan sebagainya. Hingga ia rela menyerahkan kehormatannya demi cinta semu.

[9]. Hanya Memperhatikan Kebutuhan Jasmaninya Saja.

Banyak orang tua yang mengira, bahwa mereka telah memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya.

Banyak orang tua merasa telah memberikan pendidikan yang baik, makanan dan minuman yang bergizi,

pakaian yang bagus dan sekolah yang berkualitas. Sementara itu, tidak ada upaya untuk mendidik anak-anaknya agar

beragama secara benar serta berakhlak mulia. Orang tua lupa, bahwa anak tidak cukup hanya diberi materi saja.

Anak-anak juga membutuhkan perhatian dan kasih sayang. Bila kasih sayang tidak di dapatkan dirumahnya, maka ia

akan mencarinya dari orang lain.

[10]. Terlalu Berprasangka Baik Kepada Anak-Anaknya

Ada sebagian orang tua yang selalu berprasangka baik kepada anak-anaknya. Menyangka, bila anak-anaknya baik-

baik saja dan merasa tidak perlu ada yang dikhawatirkan, tidak pernah mengecek keadaan anak-anaknya, tidak

mengenal teman dekat anaknya, atau apa saja aktifitasnya. Sangat percaya kepada anak-anaknya. Ketika tiba-tiba,

mendapati anaknya terkena musibah atau gejala menyimpang, misalnya terkena narkoba, barulah orang tua tersentak

kaget. Berusaha menutup-nutupinya serta segera memaafkannya. Akhirnya yangtersisa hanyalan penyesalan tak

berguna.

Demikianlah sepuluh kesalahan yang sering dilakukan orang tua. Yang mungkin kita juga tidak menyadari bila telah

melakukannya. Untuk itu, marilah berusaha untuk terus menerus mencari ilmu, terutama berkaitan dengan pendidikan

anak, agar kita terhindar dari kesalahan-kesalahan dalam mendidik anak, yang bisa menjadi fatal akibatnya bagi masa

depan mereka. Kita selalu berdo’a, semoga anak-anak kita tumbuh menjadi generasi shalih dan shalihah serta

berakhlak mulia. Wallahu a’lam bishshawab.

Page 3: Kesalahan Dalam Mendidik Anak

Home   Fatherhood   Kesalahan-kesalahan Orangtua dalam Mendidik Anak

Kesalahan-kesalahan Orangtua dalam Mendidik AnakPenilaian Pengguna:  / 0 

Jelek Bagus 

Bottom of FormDitulis oleh Administrator   Selasa, 15 Juni 2010 10:18Bila Anda berpikir apakah Anda adalah orang tua yang teladan ?. Maka jawaban Anda, pasti tentu saja saya orang tua teladan bagi anak saya. Mana ada sih "Harimau yang memakan anaknya sendiri", atau mungkin mana mungkin sih kita mencelakakan anak kita sendiri. Orang tua selalu berusaha memberikan yang terbaik bagi putra-putrinya. Kenyataannya banyak orang tua yang melakukan kesalahan dalam mendidik putra-putrinya. Berikut ini adalah beberapa kesalahan yang mungkin Anda tidak sadari terjadi dalam mendidik anak Anda :

1. Kurang PengawasanMenurut Professor Robert Billingham, Human Development and Family Studies - Universitas Indiana, "Anak terlalu banyak bergaul dengan lingkungan semu diluar keluarga, dan itu adalah tragedi yang seharusnya diperhatikan oleh orang tua". Nah sekarang tahu kan, bagaimana menyiasatinya, misalnya bila anak Anda berada di penitipan atau sekolah, usahakan mengunjunginya secara berkala dan tidak terencana. Bila pengawasan Anda jadi berkurang, solusinya carilah tempat penitipan lainnya. Jangan biarkan anak Anda berkelana sendirian. Anak Anda butuh perhatian.

2. Gagal MendengarkanMenurut psikolog Charles Fay, Ph.D. "Banyak orang tua terlalu lelah memberikan perhatian - cenderung mengabaikan apa yang anak mereka ungkapkan", contohnya Aisyah pulang dengan mata yang lembam, umumnya orang tua lantas langsung menanggapi hal tersebut secara berlebihan, menduga-duga si anak terkena bola, atau berkelahi dengan temannya. Faktanya, orang tua tidak tahu apa yang terjadi hingga anak sendirilah yang menceritakannya.

3. Jarang Bertemu MukaKesibukan orang tua membuat intensitas bertemu dengan anak sangat kurang. Anak lebih dipercayakan kepada pembantu, pengasuh anak, atau benda mati seperti televisi, vcd, dan play station. Makanya jangan heran kalau perilaku anak tidak seperti orang tuanya, tetapi meniru apa dan siapa yang lebih sering mengisi hari-harinya.

4. Terlalu Berlebihan dan Over ProtektifMenurut Billingham, orang tua seharusnya membiarkan anak melakukan kesalahan, biarkan anak belajar dari kesalahan agar tidak terulang kesalahan yang sama. Bantulah anak untuk mengatasi masalahnya sendiri, tetapi jangan mengambil keuntungan demi kepentingan Anda. Anak juga perlu waktu sendiri untuk merasakan kebosanan, sebab hal itu akan memacu anak memunculkan kreatifitas tumbuh.

5. Bertengkar Dihadapan AnakMenurut psikiater Sara B. Miller, Ph.D., perilaku yang paling berpengaruh merusak adalah "bertengkar" dihadapan anak. Saat orang tua bertengkar didepan anak mereka, khususnya anak lelaki, maka hasilnya adalah seorang calon pria dewasa yang tidak sensitif yang tidak dapat berhubungan dengan wanita secara sehat. Orang tua seharusnya menghangatkan diskusi diantara mereka, tanpa anak-anak disekitar mereka. Wajar saja bila orang tua berbeda pendapat tetapi usahakan tanpa amarah. Jangan ciptakan perasaan tidak aman dan ketakutan pada anak.

6. Tidak KonsistenAnak perlu merasa bahwa orang tua mereka berperan. Jangan biarkan mereka memohon dan merengek menjadi senjata yang ampuh untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Orang tua harus tegas dan berwibawa dihadapan anak.

7. Mengabaikan Kata HatiMenurut Lisa Balch, ibu dua orang anak, "lakukan saja sesuai dengan kata hatimu dan biarkan mengalir tanpa mengabaikan juga suara-suara disekitarnya yang melemahkan. Saya banyak belajar

Page 4: Kesalahan Dalam Mendidik Anak

bahwa orang tua seharusnya mempunyai kepekaan yang tajam tentang sesuatu".

8. Terlalu Banyak Nonton TVMenurut Neilsen Media Research, anak-anak Amerika yang berusia 2-11 tahun menonton 3 jam dan 22 menit siaran TV sehari. Menonton televisi akan membuat anak malas belajar. Orang tua cenderung membiarkan anak berlama-lama didepan TV dibanding mengganggu aktifitas orang tua. Orang tua sangat tidak mungkin dapat memfilter masuknya iklan negatif yang tidak mendidik.

9. Segalanya Diukur Dengan MateriMenurut Louis Hodgson, ibu 4 anak dan nenek 6 cucu, "anak sekarang mempunyai banyak benda untuk dikoleksi". Tidaklah salah memanjakan anak dengan mainan dan liburan yang mewah. Tetapi yang seharusnya disadari adalah anak Anda membutuhkan quality time bersama orang tua mereka. Mereka cenderung ingin didengarkan dibandingkan diberi sesuatu dan diam.

10. Bersikap Berat SebelahBeberapa orang tua kadang lebih mendukung anak dan bersikap memihak anak sambil menjelekkan pasangannya didepan anak. Mereka akan hilang persepsi dan cenderung terpola untuk bersikap berat sebelah. Luangkan waktu bersama anak minimal 10 menit disela kesibukan Anda. Dan pastikan anak tahu saat bersama orang tua adalah waktu yang tidak dapat diinterupsi.

11. Tidak SehatiSeringkali ayah tidak kompak dengan ibu dalam mendidik anak. Atau mungkin orang tua sudah kompak, tetapi oma-opa/kakek-neneknya tidak demikian. Bila hal ini terjadi, maka akan membuat anak tidak respek pada didikan orang tuanya. Bahkan tidak sedikit yang akhirnya lebih menghargai opa-omanya dan tidak menghargai orang tuanya. Oleh sebab itu, diskusikan hal ini ke semua anggota keluarga, terlebih yang tinggal satu rumah, agar dalam mendidik anak, selalu satu suara, satu standard, satu hati.

Page 5: Kesalahan Dalam Mendidik Anak

Dapet dari milis nih.. Terlalu bagus untuk hanya disimpan, lebih baik dishare di sini 

Otak akan bertumbuh jika terus-menerus digunakan. Mengajarkan sesuatu kepada anak sejak usia dini, akan

memberikan banyak kesempatan bagi otaknya untuk berkembang.

Doronglah dan rangsanglah perkembangan sensor majemuk dan intelektual untuk menjamin lebih banyak

terjadinya interkoneksi sel otak pada anak. Kita dapat melakukan hal ini dengan menciptakan sebuah lingkungan

yang menggairahkan bagi keluarga. Yaitu dengan menciptakan suasana rumah yang kaya akan aneka warna

dan tekstur, di mana musik merupakan ciri khas yang selalu ada. Orang-orang di rumah berbicara satu sama

lain, di mana permainan untuk segala usia tak pernah berhenti, dan terdapat gelak tawa setiap hari.

Pastikan bahwa perkembangan mental anak kita adalah “padat otak”, dengan mendorong perkembangan

belahan otak kiri dan otak kanannya. Sedapat mungkin buatlah dia tertarik pada banyak subyek dan topik sejak

usia dini. Jangan biarkan dia menjadi ‘berat sebelah’. Doronglah dia agar mampu menangani berbagai kegiatan

fisik dan mental dan tekankan pentingnya memiliki banyak bakat dalam berbagai bidang. Hal ini sangat penting

dalam masa sekarang di mana dunia kerja sangat membutuhkan orang-orang yang kreatif dan serba bisa.

Suasana belajar sambil bermain membantu belajar menjadi menyenangkan. Dalam keadaan “happy”, informasi

yang diberikan akan mudah diserap oleh otak anak. Anak menjadi cerdas dan orang tuapun bangga. Pada

umumnya semua orang tua sayang banget kepada anak-anaknya (kecuali ada beberapa yang tidak sayang

karena suatu alasan tertentu!). Anak-anak penuh rasa ingin tahu. Apa saja yang dilihatnya pasti akan

ditanyakannya. Kalau bisa benda itu diutak-atik, maka dia akan mengotak-atiknya sampai puas, bahkan sampai

benda itu rusak berat.

Orang tua yang mungkin tidak mengerti, bisa menjadi marah karena benda kesayangannya rusak. Dan anak

yang merasa telah puas dengan hasil karyanya menjadi kaget dan takut sekali karena dimarahi bapaknya.

Dalam usia ini, otak anak yang penuh imaginasi dan rasa ingin tahu akan banyak membuat kesalahan dan

banyak bertanya. Jawablah setiap pertanyaan anak dengan jujur, sesuai fakta, dan happy. Wajarlah jika mereka

membuat kesalahan. Kita saja sebagai orang dewasa yang telah “makan bangku sekolahan” selama bertahun-

tahun, masih saja melakukan kesalahan. Jadi jika anak salah, ya gak apa-apa lagi…..

Seperti kata Ibu Irene, seorang praktisi Glenn Doman, mendidik anak perlu 4S, yaitu SABAR, SABAR, SABAR,

dan SABAR.

Ada juga cara lain yang bisa  dilakukan yaitu jangan marahi anak pada waktu dia melakukan

kesalahan. Membacakan cerita kepada anak yang ada hubungannya dengan kesalahannya itu adalah jalan yang

lebih baik. Bacakan cerita pada saat hati anak dan orang tua lagi happy.

Nah, jika di kesempatan lain dia melakukan kesalahan yang sama lagi,  bisa mengingatkan dia akan cerita itu,

dengan suara yang ramah, hati dipenuhi oleh kasih sayang, tanpa perasaan marah sedikit pun, dan muka penuh

senyum.

Orang tua adalah guru pertama dan terbaik bagi anak. Orang tua adalah teladan bagi anak. Jika  ingin anak

tidak ringan tangan, maka perlakukan mereka dengan ramah. Anak adalah PENIRU yang ulung. Mereka akan

meniru dengan cepat apa yang dilakukan oleh orang tuanya. Berhati-hatilah!

Page 6: Kesalahan Dalam Mendidik Anak

Mendidik anak dengan kekerasan akan menimbulkan si anak juga akan melakukan hal yang sama kepada orang

lain. Sebagai orang tua, s sangat mengerti bahwa dibutuhkan berjuta-juta kesabaran.

Menerapkan prilaku yang baik memerlukan cara yang efektif agar anak dapat memahaminya. Bukan dengan ikut

memukul, dsb.

Dengan memangku anak dan membacakan cerita itu untuknya dengan penuh kasih sayang, anak akan lebih

memahami bahwa perbuatannya tidak baik. Dia akan berprilaku baik tanpa harus dimarahi.

Bukankah ini cara yang lebih menyenangkan? Daripada menggenjot emosi buruk dan sesudah itu baru

menyesal, kenapa anak dimarahi? Jadi belajar lebih sabar dan berempati pada anak

Anak harus diajar disiplin sejak balita. Bukan hanya mulai usia 2 tahun ya.

Menerapkan displin dengan komunikasi efekfif akan sangat membantu. Ada beberapa teknik dasar untuk

berbicara pada anak.

Turunkan tubuh setinggi tubuh anak. Duduk atau berlutut, pilih yang nyaman.

Tatap mata anak. Hal ini sangat penting. Jika perlu, palingkan wajah anak dengan lembut

dengan tangan agar dia menatap langsung ke mata orangtua.

Jika anak dalam keadaan kesal / marah, usaplah punggung atau perutnya.

Berkatalah dengan suara yang tegas tapi lembut. Suara yang serius adalah suara yang

tidak tinggi.

Beri kata-kata pada anak untuk mengalirnya percakapan. Contohnya untuk anak yang

masih kecil, katakan, “Coba ikuti Ibu” dan doronglah mereka untuk mencoba. Untuk anak-anak

yang lebih besar, kita bisa berkata sesuatu yang terlihat jelas, “Kamu kelihatannya kesal” atau

“Coba kasih tahu Ibu / Ayah apa yang membuatmu kesal?” atau “Kamu tidak mau minum susu

karena apa?”

Ulangi apa yang dikatakan oleh anak. Ini menunjukkan kalau kita benar-benar

mendengarkan.

Jangan menyela. Biarkan anak mengatakan apa yang ada di dalam pikirannya. Katakan

kalau kita mengerti. Dan jika giliran kita  tiba, anak akan berhenti bicara dan anak akan

mendengarkan.

Tetap tenang, betapa pun bergejolaknya hati kita.

Jadi,  yang diperlukan di sini adalah komunikasi yang efektif. Kata-kata ancaman biasanya hanya temporer saja.

Untuk lebih membuat anak mengerti kenapa sesuatu itu tidak boleh dilakukan, lebih baik dengan cara di

atas. Ajaklah anak berkomunikasi dari hati ke hati.

Kebiasaan ini sangat bermanfaat sampai anak dewasa. Dengan kedekatan emosi antara orang tua dan anak,

maka apa pun yang menjadi keresahan hatinya, anak akan mencari orangtua untuk sharing.

Jika orang tua membentak anak, maka anak akan membentak orang tuanya dengan suara yang lebih keras. Jika

dia tidak menurut, cari tahu dan tanyakan, “Kenapa adik tidak mau melakukan apa yang Mama katakan?”

Dengan nada suara yang tetap ramah dan wajah tersenyum. Mungkin anak akan terkejut kok mamanya bisa

tetap tenang begini? Lama-lama anak akan tersentuh juga hatinya karena melihat mamanya tidak marah. Pada

Page 7: Kesalahan Dalam Mendidik Anak

saat dia mengatakan alasannya kenapa tidak menurut sama mama, bahaslah itu bersamanya. Ajaklah dia

berdiskusi seperti kita dengan seorang teman.

Anak juga merasa dihargai dan senang kalau mamanya meminta pendapatnya akan sesuatu.

Page 8: Kesalahan Dalam Mendidik Anak

MAKALAH : MENDIDIK ANAK DI TENGAH TANTANGAN ZAMAN

MENDIDIK ANAK DI TENGAH TANTANGAN ZAMAN

Oleh : Daniel F. Iswahyudi, S.Th.

PENDAHULUAN

Masalah anak dan remaja masa kini sungguh kompleks. Ayah dan ibu pun harus bahu-

membahu dalam mendidik dan membina anak-anak mereka. Ibu Ani, sebut saja begitu,

tersentak saat menemukan kalimat ‘aneh’ di buku anaknya. Kalimat itu kurang lebih

begini, …”Aku mencintaimu. Nanti kita mandi bareng, baru ciuman.” Sang buah hati

masih duduk di kelas 1 SD. Wanita itu tidak membayangkan anak seusia anaknya

berpikiran seperti dalam kalimat yang ditulisnya. Tak percaya dengan ungkapan dalam

kalimat itu, Ani lalu bertanya, `’Ini tulisanmu, ya?”`’Ya, tapi disuruh (teman),” jawab si

anak. Merasa tidak puas, Ani menyampaikannya kepada guru kelas. Sang guru

mengatakan, teman anaknya itu memang suka menyuruh teman-temannya menuliskan

hal-hal semacam itu. Ani pun bertanya, “Bagaimana saya bicara ke anak saya?”

Kalau anak sudah menulis seperti itu, orang tua jangan lagi membuang waktu.

Misalnya, menunggu waktu yang dianggap tepat untuk mengatasinya. Apalagi berharap

penyelesaian dari guru di sekolah. Anak kita harus kita urus sendiri. Masalah anak dan

remaja saat ini memang berat. Orang tua sibuk dengan banyak persoalan, juga serbuan

media seperti koran, majalah, televisi, video hingga internet. Mengharapkan sekolah

untuk bisa mengatasinya, pun tidak mudah, karena umumnya sekolah lebih

mengedepankan perkembangan otak kiri. 

Dalam Amsal 22:6 dikatakan “Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya,

maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu.”

Ini adalah sebuah perintah dan janji yang datang dari Tuhan bagi setiap orang tua dan

para pembina anak. Perintah untuk mendidik anak dan janji bahwa pendidikan yang

dilakukan sejak dini itu akan terus tertanam hingga ia dewasa. Dan setiap orang tua

pasti merindukan anak-anaknya memiliki karakter yang baik mulai dari kecil hingga

mereka dewasa. Tetapi, mendidik anak sehingga anak menjadi seperti yang diharapkan

orang tua, bukanlah hal yang mudah. Ada tantangan yang harus dihadapi oleh orang tua

sebagai pendidik dan pembimbing anak. Tantangan itu bisa berasal dari diri orang tua

Page 9: Kesalahan Dalam Mendidik Anak

sendiri, maupun dari lingkungan dan media modern saat ini.

I. TANTANGAN DARI DIRI ORANG TUA

Ketika anak tidak mau mendengarkan nasihat orang tua, bertindak semau sendiri dan

suka memberontak melawan orang tua, maka orang tua seperti mendapat tantangan

dalam mendidik anak-anaknya. Tetapi tanpa disadari, jauh sebelum sifat dan perilaku

yang ‘tidak baik’ itu muncul, orang tualah yang kemungkinan salah mendidik atau salah

memberikan teladan kepada mereka. Kalau bicara tantangan, sebenarnya tantangan

yang pertama dan paling utama, berasal dari orang tua sendiri. Tantangan dari diri

orang tua lebih bisa disebut kesalahan-kesalahan orang tua dalam mendidik anak atau

dalam membangun hubungan dengan anak-anaknya. 

Ada beberapa kesalahan yang harus dibenahi dari pihak orang tua dalam hal ini:

1. Gagal Menjadi Pendengar

Menurut psikolog Charles Fay, Ph.D. “Banyak orang tua cenderung mengabaikan apa

yang anak mereka ungkapkan.” Contohnya: suatu hari anak pulang dengan baju kotor,

pipi dan matanya lebam membiru, ada sedikit darah kering di sela bibirnya yang

terluka. Apa reaksi orang tua? Ada orang tua yang langsung menghakimi anaknya

berkelahi dan langsung menghukumnya. Ada juga yang bereaksi dengan mencecar

anaknya dengan pertanyaan yang bertubi-tubi. Dan tidak banyak yang mendudukkan

anaknya, memberi minum dan membiarkan anaknya tenang, kemudian duduk di

hadapannya dan berkata, ceritalah nak, ibu/ayah siap mendengarkan….

Menjadi pendengar yang baik itu berarti mendengarkan dengan sungguh-sungguh

tanpa menginterupsi dan tanpa terganggu oleh keadaan sekitar, atau memalingkan

perhatian ke hal yang lain selama anak bercerita. Dengan mendengar anak-anak Anda

secara aktif berarti menganggap bahwa mereka cukup istimewa untuk menerima

perhatian penuh dari Anda. Berikan tanggapan yang bukan hanya sekedar basa-basi

ketika anak Anda mengungkapkan atau menceritakan apa yang telah terjadi atau yang

mereka rasakan. Biarkan mereka membangun kebiasaan berkata jujur dan terbuka

tanpa rasa takut, sejak mereka kecil. Karena ini akan sangat berpengaruh ketika

mereka menginjak remaja dengan pergaulan dan pengaruh dunia luar yang kompleks. 

Bila anak kita sedang bercerita pada kita, jangan memotong cerita anak. Jangan

Page 10: Kesalahan Dalam Mendidik Anak

mendengarkan dengan posisi tiduran, karena saya yakin Anda akan tertidur sebelum

anak selesai bercerita. Jangan mendengarkan cerita sambil melakukan kegiatan lain,

seperti nonton TV, main komputer, makan, dll. Itu menunjukkan bahwa kita tidak

sungguh berminat mendengarkan anak kita. Jangan menghakimi atau mengecam anak,

ketika ia mengungkapkan kejujuran yang ternyata berisi pelanggaran atau kenakalan.

Hargailah kejujurannya, kalau memang harus dihukum, kurangilah hukumannya

sebagai reward atas kejujurannya.

Keberhasilan kita mendengarkan anak kita akan terlihat dengan imbal balik anak

mendengarkan kita. Tetapi bila kita tidak mau atau gagal mendengarkan anak kita,

jangan heran dan marah ketika mereka tidak lagi mau mendengarkan kita. Jangan

menjadi orang tua yang otoriter, yang menganggap setiap perkataan kita harus

didengarkan, sementara kita sendiri tidak mau mendengarkan. Mendengarkan itu

memang tidak mudah, tetapi bukan berarti tidak bisa dilakukan. Ingat apa yang kita

tabur, itu yang kita tuai.

2. Gagal Untuk Berbagi

Anak-anak membutuhkan perhatian, diajak berbicara, kebenaran, kepercayaan,

sentuhan, ucapan terima kasih, dll. Itu semua adalah bentuk dari kesediaan kita sebagai

orang tua untuk berbagi kepada anak. Kadang-kadang cerita-cerita kita di masa

kecil/remaja merupakan cerita yang menarik dan bisa diteladani bagi anak-anak kita.

Diskusikan hal-hal yang membebani anak atau justru membebani kita dalam waktu

bersama, sehingga terbentuk sebuah keterikatan saling membutuhkan antara kita dan

anak kita. 

Kegagalan untuk berbagi ini bisa disebabkan karena kesibukan orang tua sehingga

tidak punya waktu atau kurang waktu untuk bertemu dengan anak. Apalagi di kota-kota

besar yang kebanyakan kedua orang tua bekerja. Bukan kwantitas waktu yang saya

bicarakan di sini, tetapi kualitas waktu kebersamaan kita dengan anak, itulah yang lebih

penting. Jadikan waktu bersama dengan anak menjadi waktu yang menyenangkan.

Nikmati kebersamaan itu sehingga anak tahu, bahwa ayah ibunya juga senang bersama

dengan mereka. 

Mendengarkan dan didengarkan adalah bentuk dari hasrat untuk berbagi. Kita memberi

pendapat, dan biarkan anak juga mengemukakan pendapatnya. Kita memberi nasihat,

biarkan pula mengungkapkan nasihatnya. Luangkan waktu bersama anak minimal 10

Page 11: Kesalahan Dalam Mendidik Anak

menit disela kesibukan kita. Jadikan waktu libur, adalah waktu untuk keluarga. Jangan

berdalih pekerjaan atau pelayanan lebih penting. Keluarga kita adalah tanggung jawab

kita yang pertama sebelum kita melayani orang lain. Dan pastikan anak tahu saat

bersama orang tua adalah waktu yang tidak dapat diinterupsi.

Kegagalan yang lain mungkin disebabkan oleh ketidakpedulian orang tua akan

perkembangan anak mereka. Ayah menganggap pendidikan anak adalah kewajiban ibu,

ibu menganggap ayah tidak mendukung, sehingga yang terjadi kemudian lebih kepada

tidak peduli. Yah, biarkan saja anak tumbuh dengan sendirinya, toh di sekolah mereka

sudah mendapatkan pendidikan. 

Menurut Louis Hodgson, ibu 4 anak dan nenek 6 cucu, “anak sekarang mempunyai

banyak benda untuk dikoleksi”. Tidaklah salah memanjakan anak dengan mainan dan

liburan yang mewah. Tetapi yang seharusnya disadari adalah anak Anda membutuhkan

quality time bersama orang tua mereka. Mereka cenderung ingin didengarkan

dibandingkan diberi sesuatu dan diam.

Kenali bagaimana anak Anda bertumbuh dan mengembangkan pikiran- pikiran dan

kreativitasnya. Hasil riset yang telah dilakukan menemukan bahwa 'seorang ayah yang

berhasil' mengetahui apa yang dilakukan oleh anaknya ketika merasa sedih,

menghadapi hari yang sulit, hal-hal apa saja yang membuat anak mereka merasa

senang, kelebihan dan kekurangan dari anak-anak mereka, nama-nama teman anak

mereka, dan lain sebagainya. Anda dapat mengenal anak Anda dengan meluangkan

waktu sejenak bersama dengan anak-anak Anda.

3. Tidak Konsisten

Kadangkala orang tua sendiri tidak konsisten dengan apa yang mereka katakan,

sehingga gagal menegakkan aturan dan norma kebenaran dalam rumah. Hari ini

melarang, besok mengizinkan, atau ibu melarang tetapi ayah memperbolehkan.

Sehingga dalam rumah ada aturan ganda. Ada dualisme yang membuat anak bingung

harus melakukan yang mana. Bila orang tua tidak konsisten, maka anak akan berpikir

bahwa setiap aturan yang diterapkan dalam rumahnya, tidak kuat dan gampang untuk

dilanggar. Jangan biarkan mereka memohon dan merengek menjadi senjata yang

ampuh untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Orang tua harus tegas dan

berwibawa dihadapan anak. Disamping itu, bila kita membuat aturan, jangan pula kita

yang melanggarnya. Seringkali orang tua membuat aturan, ketika anak melanggar,

Page 12: Kesalahan Dalam Mendidik Anak

orang tua menghukum, tetapi ketika orang tua melanggar, siapa yang menghukum???

Sikap konsisten tidak hanya menyangkut aturan, tetapi juga janji-janji yang diucapkan

kepada anak. Setiap janji harus ditepati, apapun konsekuensinya. Anak-anak di sekolah

minggu diajari bahwa Janji Tuhan Ya dan Amin, artinya selalu ditepati. Darimana

mereka belajar, penggenapan janji ini, kalau tidak dari orang tuanya. Bila ayah atau ibu

suka mengingkari janji, maka gambaran anak akan Bapa di Sorga yang tidak pernah

ingkar janji akan rusak. 

Sikap konsisten orang tua mengenai penegakan aturan dan ketepatan janji, akan

membuat anak percaya pada orang tuanya. Tidak hanya takut dan hormat, tetapi akan

bangga kepada ayah atau ibu yang bisa dipercayai. 

4. Gagal Menjadi Teladan

Menurut psikiater Sara B. Miller, Ph.D., perilaku yang paling berpengaruh merusak

adalah “bertengkar” dihadapan anak. Saat orang tua bertengkar di depan anak mereka,

khususnya anak lelaki, maka hasilnya adalah seorang calon pria dewasa yang tidak

sensitif yang tidak dapat berhubungan dengan wanita secara sehat. Orang tua

seharusnya menghangatkan diskusi diantara mereka, tanpa anak-anak disekitar

mereka. Wajar saja bila orang tua berbeda pendapat tetapi usahakan tanpa amarah.

Jangan ciptakan perasaan tidak aman dan ketakutan pada anak.

Ini hanyalah salah satu bentuk keteladanan orang tua kepada anak. Bentuk keteladanan

yang baik dari orang tua dibutuhkan dalam segala aspek perilaku dan perkataan. Orang

tua ibarat guru: digugu dan ditiru, kalau orang tua kencing berdiri, anak kencing

berlari. Artinya, apa yang kita teladankan, maka anak akan melakukannya lebih lagi.

Kita beri dia teladan buruk, maka ia akan berperilaku lebih buruk lagi. Bila kita gagal

memberi teladan yang baik kepada anak, maka bisa dipastikan, suatu saat perilaku anak

akan menjadi bumerang yang menyusahkan kita.

Anak adalah peniru yang ulung. Anak akan mengucapkan apa yang dia dengar dan

melakukan apa yang dia lihat. Berilah anak teladan yang baik dalam berbicara, dalam

kesopanan dalam pengenalan akan Tuhan, dalam doa, dalam ibadah, dll. Teladan kita

lebih keras berbicara, ketimbang perkataan kita. Berilah mereka teladan, maka mereka

akan menirunya.

Page 13: Kesalahan Dalam Mendidik Anak

5. Gagal Membina Cinta Kasih

Tunjukan kasih sayang Anda pada istri di depan anak-anak. Perkataan dan tindakan

yang berjalan bersama-sama memberikan bukti yang menyakinkan bahwa ayah

mencintai ibu dan semua berjalan dalam satu kesatuan. Hal ini penting karena bagi

anak seorang ayah merupakan contoh seorang pemimpin yang patut ditiru. Cinta itu

juga berarti menerima apa adanya dan selalu bersedia mengampuni kesalahan orang

lain.

Di atas semua keteladanan dan didikan kepada anak, letakkan dasar kasih. Dalam

setiap ajaran, setiap hukuman, setiap nasihat dan aturan, kita membutuhkan kasih.

Hajarlah anak dengan kasih, nasihati mereka dengan kasih, teladankan kepada mereka

hubungan yang penuh kasih dengan menunjukkan cinta kasih antara suami dan istri.

Anak akan melihat ayah mengasihi ibu, ibu mengasihi ayah, orang tua mengasihi anak,

dengan demikian mereka juga akan melakukannya dengan kasih.

Bila kita gagal membangun hubungan yang penuh cinta kasih ini, maka bisa dipastikan

anak-anak akan tumbuh dengan hati yang luka dan pahit. Kekecewaan karena tidak

menemukan kasih di rumah, maka mereka akan mencarinya di luar rumah. Dengan

bergaul dengan komunitas yang mau menerima mereka, berpacaran, free sex, dan

narkoba. Pelarian dari anak yang kurang mendapat perhatian dan cinta dari orang

tuanya, lebih cenderung ke arah yang negatif dan merugikan diri si anak.

Oleh sebab itu, limpahilah anak-anak dengan kasih. Agar mereka tidak perlu

mencarinya di luar rumah. Terima mereka apa adanya, agar mereka juga tidak perlu

mencari penerimaan di luar rumah. Untuk membina cinta kasih yang sesungguhnya,

bacalah dan lakukanlah I Korintus 13. Ini akan membuat hubungan antara ayah dan ibu

jadi baik dan berdampak pada hubungan yang baik dengan anak dan orang tua.

II. TANTANGAN DARI LINGKUNGAN

Lingkungan di sekitar kita dan lingkungan bergaul anak akan sangat berpengaruh

kepada anak. Kecerdasan, mental dan kerohanian anak lebih banyak ditentukan oleh

lingkungan dimana dia berada, ketimbang sifat yang diturunkan oleh orang tuanya. Bila

mereka hidup di lingkungan yang baik, suka belajar dan bekerja, cinta Tuhan dan suka

melayani, maka mereka akan tumbuh menjadi anak yang cerdas, cinta Tuhan dan peduli

dengan sesamanya. 

Page 14: Kesalahan Dalam Mendidik Anak

Tetapi coba kita biarkan anak kita hidup di lingkungan orang-orang malas, tidak takut

Tuhan, dan suka berbuat kejahatan, maka bisa dipastikan, mereka akan menjadi anak

yang berandalan, pemakai atau bahkan pengedar narkoba dan hidup dalam kegagalan.

Salah satu contoh anak dalam Alkitab yang hidupnya dipengaruhi lingkungannya ada

dalam : Hakim-hakim 11:1

1. Lingkungan Keluarga

Lingkungan yang paling utama itu adalah keluarga. Sudahkah ayah dan ibu menjadi

teladan yang baik? Sudahkah seluruh orang dewasa dalam keluarga kita sehati dalam

melakukan pendidikan dan pembinaan kepada anak kita? Sudahkah keluarga menjadi

tempat menyenangkan bagi anak kita? Bila rumah dan keluarga kita adalah tempat

menyenangkan bagi anak kita, maka bisa dipastikan, mereka tidak akan mencarinya di

luar rumah. Dan itu artinya perkembangan pribadi anak akan mudah dikontrol.

2. Masyarakat Di Sekitar Tempat Tinggal Kita

Perhatikan bagaimana tetangga-tetangga di mana kita tinggal. Perhatikan bagaimana

anak-anak kita bergaul dengan mereka. Pengaruh apa yang paling banyak diterima

anak kita dari mereka? Bila pengaruh buruk yang lebih banyak ‘ditularkan’ maka orang

tua harus pandai-pandai mengatur waktu bermain mereka dengan anak-anak di sekitar

kita.

3. Lingkungan Sekolah

Di sekolah tidak hanya pengaruh baik yang diterima anak. Tetapi ada juga anak-anak

yang “nakal” dan suka bicara/berlaku tidak baik. Pengaruh ini akan diserap anak dan

akan dibawa pulang. Itu sebabnya tidak heran ketika ada orang tua yang mengeluh

ketika anaknya “bicara kasar” atau “Ngomong jorok” di rumah. Padahal di dalam

keluarga tidak pernah ada yang mengajarkan demikian. Ada baiknya bila secara berkala

orang tua juga memonitor pergaulan anak dengan cara datang sendiri ke sekolah dana

memperhatikan bagaimana teman-teman bergaul anak kita di sekolah, atau

berkomunikasi dengan gurunya mengenai hal ini.

4. Teman-Teman Bergaul Anak Kita

Selain teman di rumah, teman di lingkungan kita, teman di sekolah, kadang-kadang

anak-anak kita juga memiliki lingkungan bergaul sendiri. Misalnya mereka memiliki

kelompok belajar, kelompok home schooling, kelompok kursus, kelompok band atau

kelompok di gereja. Bila hubungan orang tua dan anak saling terbuka dan saling

Page 15: Kesalahan Dalam Mendidik Anak

percaya, maka hal ini mudah dimonitor. Tetapi bila hubungan antara anak dan orang

tua dalam “masalah” maka pergaulan mereka akan sulit kita pantau. Tak heran bila

suatu hari orang tua mendapati anaknya berpenampilan “aneh”, merokok, atau bahkan

menjadi pecandu narkoba. Bila hal itu yang terjadi, maka sia-sialah semua ajaran yang

baik yang diajarkan di rumah, di gereja atau di sekolah. Ingat ayat ini: 1 Korintus 15:33

“Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik.”

Lalu bagaimana agar anak-anak kita tidak terbawa pada pengaruh buruk pergaulan

mereka? Cara yang paling mudah tetapi tidak mudah memulainya adalah dengan

membangun mezbah keluarga. Pastikan selalu ada waktu untuk mezbah keluarga!

Sebab dalam mezbah keluarga ini kita bisa berbagi cerita dan saling terbuka tentang

kejadian-kejadian dalam keseharian kita dan anak kita. Di samping itu kita bisa saling

mendoakan di antara anggota keluarga. Dan dengan cara yang tidak kita mengerti Doa

itu akan memagari kita dan anak kita dari pengaruh buruk dunia ini.

III. TANTANGAN DARI MEDIA MASA KINI

Media cetak dan elektronik sudah menjadi barang yang dengan mudah bisa kita nikmati

di mana saja. Dapat dipastikan bahwa setiap orang sudah pernah menggunakannya,

setidaknya mengetahui dan melihatnya. Memang, di zaman yang sudah serba canggih

ini peranan media massa semakin penting. Dengan keberadaan mereka, kita bisa

mendapatkan berbagai informasi dari berbagai belahan dunia. Selain itu, media massa

juga bisa menjadi sarana hiburan saat kepenatan mulai kita rasakan.

Bila dimanfaatkan dengan tepat, media massa bisa menjadi alat yang akan memperkaya

pengetahuan kita. Namun sebaliknya, media massa juga bisa menjadi "pembunuh" bila

tidak digunakan dengan bijaksana. Tidak hanya orang dewasa saja yang bisa menjadi

korbannya, saat ini anak-anak pun sangat berpeluang menjadi korban. Perhatikan saja,

berapa lama seorang anak duduk di depan televisi atau permainan setiap harinya.

Perhatikan juga berapa banyak majalah dan buku cerita yang sering kali dengan jelas

menampilkan cerita-cerita yang mengandung unsur kekerasan, pornografi dan

okultisme.

Di sinilah sikap bijaksana dan selektif orang tua sangat berperan. Orang tua harus

pandai mengatur dan mengontrol anak-anak mereka supaya mereka tidak dikuasai oleh

media massa. Mengingat pengaruh buruk media massa terhadap anak jika tidak

digunakan dengan tepat.

Page 16: Kesalahan Dalam Mendidik Anak

Menurut Neilsen Media Research, anak-anak Amerika yang berusia 2-11 tahun

menonton 3 jam dan 22 menit siaran TV sehari. Menonton televisi akan membuat anak

malas belajar. Tetapi sayangnya, orang tua cenderung membiarkan anak berlama-lama

di depan TV daripada mengganggu aktifitas orang tua. Orang tua sangat tidak mungkin

dapat memfilter masuknya film atau iklan negatif yang tidak mendidik.

1. TELEVISI

Mungkin televisi merupakan kekuatan yang dapat dengan mudah merembes masuk ke

dalam masyarakat kita. Anda dan anak Anda perlu terampil dalam menyaring hal-hal

mana yang dapat Anda terima dan mana yang tidak, selama menghadapi tabung ajaib

ini. Dalam hal ini, keterampilan untuk menyaring itu lebih diperlukan dibandingkan

dalam hal-hal lainnya. Tergantung dari kebiasaan-kebiasaan menonton dan waktu yang

dihabiskan untuk itu, televisi dapat memberikan pengaruh yang positif atau negatif

terhadap anak Anda.

Dilihat dari segi negatifnya, terlalu banyak menonton televisi atau menonton televisi

tanpa pengarahan dan didikan tertentu dari orang tua, dapat memberi pengaruh yang

merugikan seperti di bawah ini.

1. Iklan di televisi itu memengaruhi anak untuk menginginkan dan membeli barang-

barang yang belum tentu baik untuk dia atau yang tidak betul-betul diperlukannya.

2. Televisi dapat dijadikan tempat pelarian dari kenyataan hidup yang sebenarnya.

3. Benda ini dapat menggantikan persahabatan dan suasana bermain yang aktif,

menghalang-halangi kreativitas, dan perkembangan pribadinya.

4. Televisi dapat menyebabkan beberapa anak tertentu menjadi agresif dan bahkan

kejam.

5. Televisi dapat menyebabkan seorang anak mempunyai pandangan yang tidak realistis

tentang dunia ini.

Akan tetapi jika digunakan dengan benar, televisi dapat bermanfaat.

1. Televisi dapat mengumpulkan dan mendekatkan keluarga.

2. Televisi dapat merangsang percakapan di antara para anggota keluarga.

3. Televisi itu dapat melegakan perasaan tertekan dan memberi perasaan santai kepada

seorang anak.

4. Televisi dapat menjadi hiburan yang sehat.

5. Televisi dapat menjadi sarana bagi seorang anak untuk memperoleh informasi,

gagasan, dan pandangan yang lebih luas.

6. Televisi dapat memperluas persepsi seorang anak tentang dunia ini.

Page 17: Kesalahan Dalam Mendidik Anak

Tiga pertanyaan di bawah ini merupakan pertanyaan yang paling penting.

1. Berapa lama sebaiknya menonton televisi itu?

2. Acara-acara yang bagaimana yang sepatutnya dihindari?

3. Bagaimana cara Anda meningkatkan daya saring anak Anda dalam memilih apa yang

akan ditontonnya pada layar televisi?

Ada banyak pendapat yang berbeda-beda, tetapi beberapa prinsip berikut ini pada

umumnya dapat diterima.

1. Tidak menjadi soal berapa jam sehari atau seminggu anak Anda diperkenankan

menonton televisi (sebagian mengatakan satu jam sehari itu batasnya; yang lainnya

mengatakan boleh sampai empat jam), tetapi demi kesehatan mentalnya, tidaklah baik

bagi seorang anak untuk menonton televisi lebih dari dua jam secara terus-menerus

(atau lebih tepat, maksimal dua jam per hari). Menonton adalah suatu kegiatan yang

pasif, sedangkan dalam kehidupan ini orang yang aktif melakukan sesuatu jauh lebih

produktif daripada orang yang hanya sekadar menjadi pengamat.

2. Pengaturan waktu atau menonton pada saat yang tepat itu sama pentingnya dengan

jumlah waktu yang dipergunakan untuk menonton. Apakah waktu yang dipergunakan

untuk Anda sekeluarga menonton televisi itu mengganggu waktu Anda sekeluarga

makan bersama atau menjadi pengganti saat Anda sekeluarga bercakap-cakap dengan

santai? Apakah menonton televisi telah merampas waktu bercerita sebelum tidur atau

waktu Anda sekeluarga berdoa bersama? Apakah menonton televisi itu telah

menyisihkan kesempatan untuk Anda sekeluarga berjalan-jalan pada waktu sore,

bermain, atau membaca bersama-sama sebagai satu keluarga?

Berikut ini langkah/tips praktis yang dapat Anda terapkan.

1. Berikan teladan. Sikap orangtua akan ditiru anak. Sebaiknya orangtua lebih dulu

menentukan batasan bagi dirinya sendiri dulu sebelum membuat batasan bagi anaknya.

Misalnya, orangtua hanya menonton TV pada saat merasa lelah atau bosan pada

kegiatan lain. Dengan begitu, Anda tidak menjadikan menonton TV sebagai menu utama

setiap hari. Jangan hidupkan TV sepanjang waktu. Matikan TV ketika sedang makan,

berdoa bersama, bercengkerama, atau belajar. 

2. Hindari memanfaatkan TV sebagai babysitter. Di tengah kesibukan kerja, para

orangtua lebih merasa aman dan tenang jika anak duduk manis di depan pesawat TV

ketimbang main di luar. Tingginya angka kejahatan dan semrawutnya lalu lintas sudah

membuat orangtua mengkhawatirkan keselamatan putra- putrinya. Untuk mengalihkan

menonton TV, berikanlah aktivitas positif bagi anak seperti ikut kursus, olahraga,

berkebun, mewarnai, memancing, membantu memasak, dan sebagainya. 

Page 18: Kesalahan Dalam Mendidik Anak

3. Buat jadwal. Ajak anak bersama-sama membuat jadwal kegiatan anak pulang sekolah.

Yang penting beri porsi tidak lebih dari dua jam untuk menonton TV. 

4. Letakkan pesawat TV di tempat terbuka. Dengan begitu Anda bisa memantau acara

apa yang sedang ditonton anak. Namun begitu, usahakan juga letak pesawat TV tidak

menjadikannya sebagai pusat aktivitas keluarga. Jangan menempatkan TV di kamar

anak (kalau radio boleh). 

5. Pakailah TV untuk mendidik. Ada beberapa acara TV yang bagus ditonton bersama

seperti program dokumentasi, edutainment (tayangan edukatif yang menghibur seperti

discovery), kuis, olahraga, konser musik klasik, talk show, (lihat dahulu "Acara TV" yang

layak ditonton -- biasanya terdapat di koran). 

6. Diskusikan adegan anti sosial di TV. Ajaklah anak membahas: Apakah kata-kata kasar

yang diucapkan patut ditiru? Apakah perilaku kekerasan itu layak dicontoh? Apakah

setiap masalah harus diselesaikan dengan berkelahi? Diskusikan dan bandingkan nilai-

nilai yang ada dalam TV dengan nilai kristiani. 

7. Terangkan antara fakta dan fiksi. Anak masih kesulitan membedakan antara fiksi dan

fakta. Tokoh drakula yang Anda anggap biasa saja, bisa membuat anak ketakutan dan

susah tidur. Terangkan proses pembuatan film/sinetron laga dan misteri, termasuk trik-

trik pembuatannya. Apakah darah yang muncrat itu sungguhan? Mengapa jagoannya

bisa terbang? Jelaskan bahwa untuk adegan yang berbahaya dilakukan pemeran

pengganti yang terlatih. Ada teknik tertentu untuk memuat pemainnya bisa mengecil,

menghilang dan menembus tembok. Jelaskan juga tali (sling) yang dipakai untuk

membuat pemainnya bisa melayang. 

8. Diskusikan tayangan iklan. Mengapa ada iklan di TV? Apa tujuan iklan? Mengapa

iklan selalu tampak menarik? Apakah iklan pernah menunjukkan kekurangan barang

yang diiklankan? Apakah iklan yang bagus berarti barang yang diiklankan pasti bagus?

Tunjukkan barang-barang yang paling sering diiklankan di TV. Ajak anak

membandingkan: lebih bagus mana penampilan sebenarnya dengan yang di TV? 

9. Rumuskan bersama aturan menonton TV. Aturan ini berlaku untuk semua anggota

keluarga, juga pembantu, babysitter, famili, teman, tamu atau tetangga yang nebeng

menonton. 

10. Tolaklah semua media yang mengandung kekerasan. Bukan hanya TV, PlayStation

pun mengandung banyak adegan kekerasan. Buatlah kesepakatan bahwa tidak ada

tempat dalam keluarga bagi media yang mengandung kekerasan. Entah itu berupa TV,

VCD/CD, PlayStation, Video Games, radio, kaset atau bacaan. 

Anak Anda dapat dengan bijaksana memilih acara mana yang akan ditontonnya.

Percayalah bahwa Allah dapat memberi hikmat dan bersiapsedialah untuk mulai terjun

Page 19: Kesalahan Dalam Mendidik Anak

dalam pertempuran khusus ini. Televisi tidak perlu menjadi monster di dalam keluarga

Anda.

2. GAME

Banyaknya permainan yang tidak sesuai dengan usia anak membuat perkembangan

anak dapat terganggu. Terlebih lagi usia anak-anak adalah usia dimana mereka

menirukan apa yang mereka lihat, tanpa mengetahui konsekuensinya. Kalau yang

mereka lihat hal-hal yang baik, tentunya tidak masalah jika mereka menirukannya.

Namun jika yang mereka lihat adalah hal-hal yang buruk, seperti kekerasan,

seksualitas, dan lain-lain, tentunya akan berpengaruh buruk pula pada psikologi

mereka.

Mari bersama-sama melihat sejauh mana dampak negatif video game yang bisa menjadi

candu bagi anak-anak kita. Dalam hal ini bukan dampak yang bersifat sementara,

namun dampak yang bersifat jangka panjang, yang sedikit banyak berpengaruh pada

perkembangan aspek pendidikan, kesehatan, keadaan psikis anak, dan kehidupan sosial

anak.

1. Aspek Pendidikan. Anak yang gemar bermain video game adalah anak yang sangat

menyukai tantangan. Anak-anak ini cenderung tidak menyukai rangsangan yang daya

tariknya lemah, monoton, tidak menantang, dan lamban. Hal ini setidaknya berakibat

pada proses belajar akademis. Suasana kelas seolah-olah merupakan penjara bagi

jiwanya. Tubuhnya ada di kelas, tetapi pikiran, rasa penasaran, dan keinginannya ada di

video game. Sepertinya sedang belajar, tetapi pikirannya sibuk mengolah bayang-

bayang game yang mendebarkan. Kadangkala anak juga jadi malas belajar atau sering

membolos sekolah hanya untuk bermain game. 

2. Aspek Kesehatan Dari sisi kesehatan, pengaruh kecanduan video game bagi anak

jelas banyak sekali dampaknya. Untuk menghabiskan waktu bermain game, anak yang

telah kecanduan tidak hanya membutuhkan waktu yang sedikit. Penelitian Griffiths

pada anak usia awal belasan tahun menunjukkan bahwa hampir sepertiga waktu

digunakan anak untuk bermain video game setiap hari. "Yang lebih mengkhawatirkan,

sekitar 7%-nya bermain paling sedikit selama 30 jam per minggu." Selama itu, anak kita

hanya duduk sehingga memberi dampak pada sendi-sendi tulangnya. Seperti

dikemukakan Rab A.B., di London terdapat fenomena "Repetitive Strain Injury" (RSI)

yang melanda anak berusia tujuh tahun. Penyakit ini semacam nyeri sendi yang

menyerang anak-anak pecandu video game. Jika tidak ditangani secara serius, dampak

yang terparah adalah menyebabkan kecacatan pada anak. Hal semacam inilah yang

Page 20: Kesalahan Dalam Mendidik Anak

seharusnya patut kita perhatikan. 

3. Aspek Psikologis Berjam-jam duduk untuk bermain video game berdampak juga pada

keadaan psikis anak. Anak dapat berperilaku pasif atau sebaliknya anak akan bertindak

sangat aktif atau agresif. Perilaku pasif yang biasa muncul adalah anak jadi apatis

dengan lingkungan sekitar, kehidupan sosialisasi anak agak sedikit terganggu karena

anak jauh lebih senang bermain dengan game-gamenya daripada bergaul dengan

teman-temannya. Video game dapat juga menyebabkan anak dapat berperilaku aktif

bahkan bisa agresif. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh game-game yang banyak

menghadirkan adegan kekerasan. Dalam waktu selama itu, anak hanya berinteraksi

dengan kekerasan, gambar yang bergerak cepat, ancaman yang setiap detik selalu

bertambah besar, serta dorongan untuk membunuh secepat-cepatnya. Sangat

mengerikan sekali jika tidak ada kontrol dari orang tua untuk menyikapi hal tersebut. 

Jika anak kita belum terlanjur kecanduan video game, ambillah langkah yang bijak

dalam menangani masalah ini. Berikut langkah yang bisa diambil. 

1. Berikan waktu luang dan perhatian yang banyak kepada anak-anak Anda. Ada kesan

bahwa orang tua yang sibuk bekerja dengan mudah menyediakan perangkat video game

hanya karena tidak mau repot dengan anak. Mereka mau membelikan apa pun asalkan

dapat membuat anak diam. Seharusnya, orang tua boleh memberikan mainan yang anak

minta asalkan ada kendali juga dari orang tua. Padahal cara ini bisa berdampak pada

lemahnya keterampilan emosi anak. 

2. Orang tua harus lebih selektif dalam mencarikan mainan untuk anak-anaknya. Sebisa

mungkin permainan yang mempunyai unsur edukatif, bukan permainan yang

memertontonkan adegan kekerasan.

3. Buatlah sebuah peraturan yang dibuat oleh Anda dengan anak Anda secara bersama-

sama. Di antaranya perihal batasan waktu antara bermain game, belajar, dan kegiatan

sosialisasi anak dengan teman-temannya.

4. Orang tua harus menanamkan pemahaman keagamaan kepada anak dengan baik.

Dari segi kerohanian, orang tua dapat melibatkan anak secara aktif dalam kegiatan

sekolah minggu, mengadakan doa, atau saat teduh bersama anak di rumah. Sebab hal

ini akan berpengaruh kepada moral anak. 

3. INTERNET

Bagi konsultan pendidikan Colleen Moulding, sangat penting bagi orang tua untuk

memproteksi anak-anak mereka dari pengaruh buruk internet. "Tapi juga bukan berarti

mereka dilarang sama sekali untuk mengetahui dan menggunakannya. Yang paling

Page 21: Kesalahan Dalam Mendidik Anak

penting bagi orang tua adalah mengetahui bagaimana memproteksi anak-anak mereka

dari situs-situs yang belum pantas mereka konsumsi," terangnya. 

Berikut ini sepuluh tips dari Moulding bagi Anda.

1. Hal paling utama yang dapat Anda lakukan adalah dengan memastikan "keamanan" si

kecil dari situs-situs tertentu. Tetaplah waspada saat mereka menggunakan teknologi

ini. "Jangan biarkan si kecil menggunakan internet di dalam kamar mereka atau di

ruangan terpisah dari keluarga," saran Moulding. Apabila memang tidak dapat

dihindari, pastikan Anda terus mengawasi dan mengamati apa yang tengah mereka

lakukan.

2. Terapkan peraturan yang tegas dan konsisten tentang apa yang boleh dan tidak boleh

dilakukan si kecil. Tetapkan tak ada fasilitas e-mail, "chat room", atau berikan "chat

room" tertentu yang Anda pilihkan untuknya. Lakukan kesepakatan dengan anak-anak

tentang situs apa saja yang boleh dan yang tidak boleh dibuka. Bila perlu, lakukan

proteksi agar mereka hanya bisa membuka situs-situs tertentu saja.

3. Berpartisipasilah saat ia tengah menelusuri internet. Biarkan mereka memerlihatkan

situs-situs kegemaran mereka, atau membacakan e-mail dari teman-temannya dan

menjelaskan apa yang tengah mereka lakukan. Ini bukan saja membuat si kecil merasa

diperhatikan, tetapi Anda pun tahu apa yang digemari si kecil saat bermain internet.

4. Unduhlah beberapa program penyaringan (filtering) yang mampu memblokir

kemungkinan penyadapan identitas si kecil oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung

jawab. Tekankan pada mereka tentang pentingnya menjaga kerahasiaan identitas

mereka.

5. Untuk balita, Anda bisa memberikan situs khusus anak-anak bagi mereka, misalnya di

www.surfmonkey.com yang memungkinkan Anda mengunduh gratis beberapa program

yang aman baginya. Pastikan situs pilihan Anda itu memunyai gambar dan permainan

edukatif yang disukai anak-anak.

6. Anak-anak usia sekolah umumnya lebih kritis dan rentan dibanding anak balita.

Misalnya, tanpa sepengetahuan kita, putri kita bertemu dengan orang yang hanya ia

kenal melalui "chat room" yang belum tentu berniat baik. Jadi, tekankan pada mereka

untuk tidak bertemu dengan siapa pun yang ia kenal melalui internet, kecuali bila

didampingi orang tua.

7. Berilah pengertian padanya bahwa apa yang ada di dunia maya itu tidak seratus

persen nyata. Mungkin hal ini tidak sulit mereka terima pada awalnya. Tetapi

bagaimanapun, si kecil harus mulai belajar menghadapi kenyataan. Tanyakan dan

diskusikan pengetahuan baru yang ia dapatkan, berikan penjelasan tentang apa yang

Page 22: Kesalahan Dalam Mendidik Anak

nyata dengan apa yang hanya sekadar opini.

8. Ajarkan mereka untuk tidak "bermain api" dengan mengirimkan hal-hal yang tidak

baik bagi orang lain -- betapa pun marahnya ia kepada orang yang ingin ia kirimi itu.

Karena informasi yang disebarkan melalui internet, semua orang bisa membacanya dan

tidak dapat ditarik kembali.

9. Mereka juga harus tahu bahwa mengambil gambar, tulisan, atau pun musik dari situs

tertentu tanpa izin akan membuat kesulitan bagi dirinya kelak. Hal ini sama saja dengan

mencuri hasil kerja seseorang.

10. Beritahukan pula agar mereka tidak membayar apa pun tanpa sepengetahuan dan

pengawasan orang tua -- terutama dengan memberikan nomor kartu kredit orang tua

tanpa izin. Jelaskan pada mereka tentang hal ini sesuai dengan kemampuan

pemahaman mereka.

TIPS

Berikut ini adalah tips untuk mengenali anak kita:

1. Memperhatikan. Perhatikanlah pakaian, gaya rambut, komunikasi yang tidak lisan,

teman-teman, minat, perubahan dalam kebiasaan, temperamen, perasaan, musik,

program TV, video game, e-mail, perkataan, sikap, tingkah laku, kenaikan kelas, ke

mana mereka pergi, dan sebagainya. Dengan kata lain, perhatikanlah semua.

2. Berbicara. Berbicaralah (termasuk banyak mendengarkan) mengenai perasaan,

pikiran, pendapat, sukacita, luka batin, hal-hal biasa, seksualitas, keuangan, benar dan

salah, dsb.. Tidak ada batasnya. Berbicara yang disertai banyak mendengarkan akan

mengomunikasikan kehangatan, kepedulian, minat, keprihatinan, kasih, dan empati.

’Anak-anak yang bicara dengan orang tua lebih banyak, lebih punya ketahanan di luar,”

Membicarakan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Beri tahu pula bagaimana

caranya secara konkret.

3. Kebenaran. Sampaikanlah kepada anak-anak Anda kebenaran mengenai Allah,

moralitas, diri Anda sendiri, dan dunia di sekitar mereka.

4. Kepercayaan. Percayailah anak-anak Anda dan bersikaplah konsisten sehingga

mereka dapat belajar bagaimana memercayai seseorang dari memercayai Anda.

5. Kebersamaan. Biarlah anak Anda mengetahui bahwa Anda "beserta" mereka, bukan

"melawan" mereka. Anda dan mereka bukanlah musuh. Sebagai keluarga, Anda bekerja

Page 23: Kesalahan Dalam Mendidik Anak

bersama, bukan memisahkan diri.

6. Sentuhan. Anak-anak Anda membutuhkan sentuhan jasmani, pelukan, ciuman,

dekapan, dan segala macam sentuhan yang tepat.

7. Ucapan terima kasih. Suatu sikap yang berterima kasih bermanfaat bagi kedua belah

pihak. Katakanlah kepada anak Anda betapa Anda berterima kasih untuk adanya

mereka, dan mereka juga akan mulai mengatakan hal yang sama kepada Anda.

8. Waktu. Anak-anak membutuhkan Anda. Kehadiran Anda tidak dapat digantikan oleh

barangdan uang.

9. Pengajaran. Anda adalah guru utama bagi anak Anda, bukan sekolah, gereja, klub,

tutor, atau pelatih.

10. Hati Bapa Sorgawi. Bagi seorang anak, gambar pertama mengenai Allah dilukis oleh

orang tuanya.

11. Ucapkanlah kehidupan, bukan kematian, kepada anak-anak Anda. "Maafkan ayah.

Ayah tidak benar-benar mau mengatakan itu." Dalih-dalih yang kita kemukakan setelah

kita mengucapkan kematian tidak akan menghilangkan kerusakan dari racun yang kita

masukkan dalam hati si anak. Bila kita tidak bermaksud begitu, jangan mengatakannya.

Berpikirlah sebelum Anda berbicara. Pastikanlah bahwa Anda mengucapkan perkataan

yang membangun, bukan meruntuhkan hidup seorang anak. Jagalah diri Anda agar

tetap menjadi orang yang bertanggung jawab. Selama seminggu, catatlah dalam jurnal

harian Anda semua pernyataan positif dan negatif yang Anda ucapkan kepada anak

Anda. Apakah yang negatif lebih banyak daripada yang positif? Mengucapkan

kehidupan ke dalam diri seorang anak dimulai dengan penerimaan dan mendengarkan,

serta melimpah dengan peneguhan, membesarkan hati, membangun, mendukung, dan

mengucapkan hal-hal yang berarti dalam kehidupan si anak setiap hari. Daripada terus-

menerus menyampaikan kritik, cobalah menyampaikan koreksi yang positif dan pujian

supaya anak dapat bertumbuh dan menjadi matang. "Hidup dan mati dikuasai lidah,

siapa suka menggemakan, akan memakan buahnya" (Amsal 18:21).

LAKUKAN PERINTAHNYA DAN RASAKAN JANJINYA DIGENAPI

Mendidik anak sejak usia dini adalah PERINTAH mutlak dari Tuhan. Salah satu ayat

Page 24: Kesalahan Dalam Mendidik Anak

yang populer tentang perintah mendidik anak ini tertuang secara rinci dalam Ulangan

6:5-9. Bila kita mencintai Tuhan, maka kita akan melakukan perintah-Nya dengan

sungguh-sungguh, termasuk dalam hal mendidik anak. Bila orang tuanya takut akan

Tuhan dan membawa anak-anaknya kepada Tuhan dengan benar, maka bisa dipastikan

anak-anaknya akan menjadi anak yang takut akan Tuhan. Jadi, bila kita rindu anak-anak

kita dilindungi dari pengaruh jahat dunia ini dan menjadi anak-anak yang bisa kita

banggakan, maka tidak ada cara yang lebih baik selain membawa mereka kepada

Tuhan. Mengenalkan Kristus sebagai Juruselamat mereka sejak kecil dan menanamkan

Firman Tuhan dalam hati mereka setiap hari, sebab Firman itu akan bekerja dengan

baik dalam kehidupan mereka. Maka janji dalam Amsal 22:6 bahwa di masa tua mereka

tidak akan berpaling dari jalan itu, pasti digenapi. Amin.

Page 25: Kesalahan Dalam Mendidik Anak

BEBERAPA KESALAHAN YANG KERAP KALI MENGHANCURKAN KEPRIBADIAN ANAK ANDA

0Share|

Posted by Admin | Posted in Pendidikan & Psikologi | Posted on 27-01-2009 | 782 views

Tags: Kesalahan Mendidik Anak

Sering kali sebagai orang tua kita tidak sadar telah melakukan berbagai hal yang menurut kita

akan bisa mendidik anak dengan sebaik-baiknya, akan tetapi pada hakikatnya bisa menyebabkan

kerugian pada anak di masa dewasanya. Oleh sebab itu, sebagai seorang ibu hendaklah kita

berusaha dengan baik untuk tidak melakukan hal-hal yang sebenarnya merupakan cara pendidikan

yang salah pada anak. Di antara kesalahan mendidik itu di antaranya adalah:

1. Kekakuan dan kekerasan dalam mendidik anak

Para ahli pendidikan memasukkannya dalam hal-hal yang membahayakan bagi anak jika hal ini

sering dilakukan. Maka sikap bersabar dituntut dalam mendidik anak anda. Seringkali kekerasan

dan perlakuan kaku dari orang tua tidak menambah kecuali problem-problem baru. Masalah yang

muncul akan semakin besar apabila perlakuan kekerasan itu tidak hanya berupa ucapan tetapi

meningkat menjadi pukulan!

Kadang sikap keras ini tidak membuahkan pada diri anak kecuali hilangnya perasaan aman dan

rasa percaya diri. Yang bertambah justru ketakutan terhadap orang tua yang harusnya tidak harus

( baca:tidak perlu) ada pada diri anak.

2. perhatian dan toleransi yang berlebihan

Metode ini tidak kalah bahayanya dari sikap keras dan kaku dalam mendidik anak. Sikap ini akan

menjadikan anak (merasa) tidak mampu untuk melakukan kegiatan-kegiatan bersama teman-

temannya, dan apabila sikap ini berlanjut hingga usia remaja dikhawatirkan anak tidak akan

sanggup mengemban tanggung jawab dalam kehidupannya. Hal ini dikarenakan dia belum pernah

merasakan pendidikan yang mencukupi untuk menjadi bekal di perjalanan hidupnya.

Akan tetapi hal ini tidak berarti orang tua harus menghilangkan sikap perhatian terhadap anak.

Yang dituntut adalah sikap pertengahan dalam segala hal. Seperti juga sikap keras juga kadang

harus diterapkan, jadi semuanya tergantung kebutuhan, kondisi dan orang tua perlu juga

menyelami karakteristik anak.

3. Tidak adanya konsisten dalam melaksanakan peraturan

Anak-anak perlu dikenalkan dengan kedisiplinan dalam menegakkan peraturan yang telah

ditetapkan dalam berbagai lingkup, yang diawali dengan peraturan dalam keluarga. Hal mendasar

yang harus dilakukan oleh orang tua adalah konsistennya orang tua dalam melaksanakan

peraturan yang telah ditetapkannya. Mengapa? Karena anak-anak tidak akan menaati peraturan

dalam rumah apabila orang tuanya sendiri tidak menaatinya.

Maka ketika terkadang orang tua mengeluhkan anak-anaknya yang tidak patuh kepada mereka

atau peraturan dalam rumah, mereka hendaknya mengevaluasi diri mereka dulu. Bisa jadi orang

tua secara tidak sadar melanggar peraturan rumah dan anak-anak melihatnya, maka mereka pun

merasa berat untuk menaati. Dalam hal ini maka sikap hati-hati orang tua dalam menetapkan

peraturan rumah sangatlah penting. Juga diperlukan saling membantu mengingatkan antara suami

Page 26: Kesalahan Dalam Mendidik Anak

dan istri jika salah satunya secara tidak sadar melanggar aturan dalam rumah agar tidak terus-

menerus dan berdampak buruk bagi anak.

4. Pilih kasih antar saudara

Terkadang orang tua melakukan hal ini dalam keseharian, mereka melebihkan anak yang satu di

atas anak yang lain, entah karena kepandaiannya, fisiknya yang baik atau karena dia laki-laki.

Tidak adanya rasa adil antar saudara akan menyebabkan perasaan benci anak kepada

saudaranya. Memang tidak bisa dipungkiri dalam hati ada perasaan lebih kepada salah satu anak.

Akan tetapi hal ini harusnya tidak boleh ditampakkan dalam keseharian terlebih ketika anggota

keluarga sedang berkumpul. Maka sikap yang baik adalah berusaha menampakkan sikap adil

terhadap semua anak.

Sebenarnya masih banyak lagi kesalahan-kesalahan dalam pendidikan anak yang sebagian kita

tidak mengetahuinya. Memang benar kata orang bahwa belajar menjadi guru (patut diingat bahwa

orang tua adalah guru pertama bagi anak) adalah merupakan siklus yang tidak berujung. Selamat

menjadi guru sukses!

Page 27: Kesalahan Dalam Mendidik Anak

Tips-Tips Mendidik Anak Sejak Dini Dari hasil pengamatan,wawancara dengan rekan kerja dan berdasarkan pengalaman sendiri,bahwa orang tua sangat besar peranya dalam mendidik anak, terutama pada anak-anak sejak kecil. Mendidik anak sejak dini sangat menentukan bagaimana perkembangan kedewasaan anak. Sebagai orang tua apapun tingkah lakunya akan dilihat oleh anak dan dijadikan contoh perilaku anak,baik yang baik maupun yang buruk sekalipun. Karena pada dasarnya anak berumur dibawah lima tahun rasa ingin tahu dan belajarnya sangat tinggi. Daya ingat bagi anak dibawah lima tahun sangat tajam dan sebagai orang tua sudah layaknya memberikan cotoh dalam kehidupan sehari-hari pada kegiatan-kegiatan yang positif. Sebagai contoh bila orang tua suka membaca, atau suka menulis atau suka berolah raga atau suka menonton film-film barat dan sebagainya,si anakpun cenderung akan mencontohnya. Karena itu berbanggalah orang tua bila bisa melakukan kegiatan-kegiatan positif seperti tersebut diatas sebagai contoh, nantinya akan menanamkan jiwa pada diri anak untuk suka menulis,menggambar,membaca dan lain-lain.

Berikut ini adalah beberapa tips mendidik anak sejak usia dini: 1.Berikan contoh dengan mengajaknya ikut serta pada kegiatan sehari-hari yang positif. -Membersih ruangan rumah,Biasanya anak-anak yang suka bermain-main dengan mainanya akan membuat situasi berantakan di ruangan rumah, ajarkan pada anak untuk bisa membersihkan dan merapikan sendiri setelah selesai bermain. -Membaca buku-buku bacaan. Buku-buku bacaan sebagai altenatif guru yang baik. Buku sebagai sumber ilmu yang tiada batas,banyak jenis buku yang bisa dibaca dan mebahas berbagai tema dan masalah. -Membaca Majalah atau Koran,dengan membaca koran dan majalah akan menambah wawasan pada orang tua sehingga bisa mempunyai wawasan yang lebih luas dan bisa diajarkan. -Membaca Kitab Suci.Dengan mendengarkan acaan kitab suci biasanya sianak akan memiliki spiritual yang lebih baik bila dewasa kelak. -Menulis,Anak akan memperhatikan bila orang tua sedang menulis dan akan menirunya dengan coret-coret, biasanya didinding namun sebaiknya dibuku-buku yang telah disediakan orang tua,sehingga termasuk juga mengajarkan keapian dan kebersihan. -Bagi keluarga yang punya halaman berumput, biasanya setiap bulan sekali rumput akan jadi panjang dan tidak beraturan, maka anak bisa diajari juga bagaimana merapikan halaman. -Mencuci kendaraan,baik motor maupun mobil bila tidak terlalu kotor bisa dicuci sendiri dirumah, sekaligus mengajarkan anak bagaimana memperlakukan kendaraan. -Mengajak kebengkel, biasanya anak akan senang bila diajak ikut serta kebengkel,dan biasanya akan menambah ide bagi si anak untuk lebih mengenal jenis kendaraan bermotor,bisa juga nanti menjadi idola sianak untuk berwiraswasta dengan membuka bengkel dan lain-lain. 

2.Berikan contoh untuk mentaati waktu, Yaitu waktu bermain, waktu belajar dan waktu tidur. Biasanya anak dibawah lima tahun memerlukan waktu tidur lebih banyak dibandingkan dengan orang dewasa.Sehingga sebagai orang tua terutama Ibu harus bisa mengajarkan waktu-waktu kapan harus bermain dan kapan harus beristirahat. Hal ini dilakukan untuk kesehatan anak itu sendiri. 

3.Menghindarkan anak-anak dari hal-hal yang bersifat buruk: -Bertengkar didepan anak-anak, karena dengan bertengkar didepan anak-anak secara otomatis akan memberikan contoh kekerasan dalam keluarga didepan anak, sehingga bisa menimbulkan trauma psikis pada si anak itu sendiri. -Membiarkan anak tidak disiplin, kadang didikan keras bisa membuat disiplin pada sianak,dengan dimanja anak tidak bisa mandii dan bertanggung jawab. 

Page 28: Kesalahan Dalam Mendidik Anak

-Memukul anak secara langsung didepan anak-anak yang lain, akan mengakibatkan hilangnya rasa kepercayaan diri si anak. -Bila Ayah sedang keras pada anak, dalam arti tujuan mendidik si ibu tidak boleh membela si anak, sebab bila dibela si anak tidak akan jera bila melakukan kesalahan. Sebaliknya bila Si Ibu sedang keras pada anak dalam arti mendidik,Sang ayah pun tidak boleh membela kesalahan pada anak,. Sehingga terjalin kerjasama mendidik anak yang baik dan seimbang. -Jangan berikan tontonan baik berupa film-film kekerasan atau Sinotron drama yang bersifat cengeng dan mendramatisi, untuk menghindari anak dari sifat-sifat yang kurang baik dari dampak yang ditontonya. 4. Sisakan waktu bersama Anak-anak. Ditengah-tengah kesibukan sebagai orang tuan sisakan waktu untuk bermain bersama anak-anak,sehingga timbul rasa kasih sayang sekaligus pembelajaran pada anak. 5. Usia 7 tahun, bagi yang Moslem bila sampai belum Sholat ajarkan dengan sedikit keras, bisa dengan cambukan untuk mengingatkan anak agar segera sembahyang. 6. Diatas usia 7 tahun Anak akan bisa diberikan tangung jawab yang lebih,sehingga tidak terlalu merepotkan orang tua. 

Page 29: Kesalahan Dalam Mendidik Anak

30 Kiat Mendidik Anak

Apabila telah tampak tanda-tanda tamyiz pada seorang anak, maka selayaknya dia mendapatkan perhatian sesrius dan pengawasan yang cukup. Sesungguhnya hatinya bagaikan bening mutiara yang siap menerima segala sesuatu yang mewarnainya. Jika dibiasakan dengan hal-hal yang baik, maka ia akan berkembang dengan kebaikan, sehingga orang tua dan pendidiknya ikut serta memperoleh pahala. 

Sebaliknya, jika ia dibiasakan dengan hal-hal buruk, maka ia akan tumbuh dengan keburukan itu. Maka orang tua dan pedidiknya juga ikut memikul dosa karenanya. 

Oleh karena itu, tidak selayaknya orang tua dan pendidik melalaikan tanggung jawab yang besar ini dengan melalaikan pendidikan yang baik dan penanaman adab yang baik terhadapnya sebagai bagian dari haknya. Di antara adab-adab dan kiat dalam mendidik anak adalah sebagai berikut:

• Hendaknya anak dididik agar makan dengan tangan kanan, membaca basmalah, memulai dengan yang paling dekat dengannya dan tidak mendahului makan sebelum yang lainnya (yang lebih tua, red). Kemudian cegahlah ia dari memandangi makanan dan orang yang sedang makan. 

• Perintahkan ia agar tidak tergesa-gesa dalam makan. Hendaknya mengunyahnya dengan baik dan jangan memasukkan makanan ke dalam mulut sebelum habis yang di mulut. Suruh ia agar berhati-hati dan jangan sampai mengotori pakaian. 

• Hendaknya dilatih untuk tidak bermewah-mewah dalam makan (harus pakai lauk ikan, daging dan lain-lain) supaya tidak menimbulkan kesan bahwa makan harus dengannya. Juga diajari agar tidak terlalu banyak makan dan memberi pujian kepada anak yang demikian. Hal ini untuk mencegah dari kebiasaan buruk, yaitu hanya memen-tingkan perut saja. 

• Ditanamkan kepadanya agar mendahulukan orang lain dalam hal makanan dan dilatih dengan makanan sederhana, sehingga tidak terlalu cinta dengan yang enak-enak yang pada akhirnya akan sulit bagi dia melepaskannya. 

• Sangat disukai jika ia memakai pakaian berwarna putih, bukan warna-warni dan bukan dari sutera. Dan ditegaskan bahwa sutera itu hanya untuk kaumwanita. 

• Jika ada anak laki-laki lain memakai sutera, maka hendaknya mengingkarinya. Demikian juga jika dia isbal (menjulurkan pakaiannya hingga melebihi mata kaki). Jangan sampai mereka terbiasa dengan hal-hal ini. 

• Selayaknya anak dijaga dari bergaul dengan anak-anak yang biasa bermegah-megahan dan bersikap angkuh. Jika hal ini dibiarkan maka bisa jadi ketika dewasa ia akan berakhlak demikian. Pergaulan yang jelek akan berpengaruh bagi anak. Bisa jadi setelah dewasa ia memiliki akhlak buruk, seperti: Suka berdusta, mengadu domba, keras kepala, merasa hebat dan lain-lain, sebagai akibat pergaulan yang salah di masa kecilnya. Yang demikian ini, dapat dicegah dengan memberikan pendidikan adab yang baik sedini mungkin kepada mereka. 

• Harus ditanamkan rasa cinta untuk membaca al Qur’an dan buku-buku, terutama di perpustakaan. Membaca al Qur’an dengan tafsirnya, hadits-hadits Nabi n dan juga pelajaran fikih dan lain-lain. Dia juga harus dibiasakan menghafal nasihat-nasihat yang baik, sejarah orang-orang shalih dan kaum zuhud, mengasah jiwanya agar senantiasa mencintai dan menela-dani mereka. Dia juga harus diberitahu tentang buku dan faham Asy’ariyah, Mu’tazilah, Rafidhah dan juga kelompok-kelompok bid’ah lainnya agar tidak terjerumus ke dalamnya. Demikian pula aliran-aliran sesat yang banyak ber-kembang di daerah sekitar, sesuai dengan tingkat kemampuan anak. 

• Dia harus dijauhkan dari syair-syair cinta gombal dan hanya sekedar menuruti hawa nafsu, karena hal ini dapat merusak hati dan jiwa. 

• Biasakan ia untuk menulis indah (khath) dan mengahafal syair-syair tentang kezuhudan dan

Page 30: Kesalahan Dalam Mendidik Anak

akhlak mulia. Itu semua menunjukkan kesempurnaan sifat dan merupakan hiasan yang indah. 

• Jika anak melakukan perbuatan terpuji dan akhlak mulia jangan segan-segan memujinya atau memberi penghargaan yang dapat membahagia-kannya. Jika suatu kali melakukan kesalahan, hendaknya jangan disebar-kan di hadapan orang lain sambil dinasihati bahwa apa yang dilakukannya tidak baik. 

• Jika ia mengulangi perbuatan buruk itu, maka hendaknya dimarahi di tempat yang terpisah dan tunjukkan tingkat kesalahannya. Katakan kepadanya jika terus melakukan itu, maka orang-orang akan membenci dan meremehkannya. Namun jangan terlalu sering atau mudah memarahi, sebab yang demikian akan menjadikannya kebal dan tidak terpengaruh lagi dengan kemarahan. 

• Seorang ayah hendaknya menjaga kewibawaan dalam ber-komunikasi dengan anak. Jangan menjelek-jelekkan atau bicara kasar, kecuali pada saat tertentu. Sedangkan seorang ibu hendaknya menciptakan perasaan hormat dan segan terhadap ayah dan memperingatkan anak-anak bahwa jika berbuat buruk maka akan mendapat ancaman dan kemarahan dari ayah. 

• Hendaknya dicegah dari tidur di siang hari karena menyebabkan rasa malas (kecuali benar-benar perlu). Sebaliknya, di malam hari jika sudah ingin tidur, maka biarkan ia tidur (jangan paksakan dengan aktivitas tertentu, red) sebab dapat menimbulkan kebosanan dan melemahnya kondisi badan. 

• Jangan sediakan untuknya tempat tidur yang mewah dan empuk karena mengakibatkan badan menjadi terlena dan hanyut dalam kenikmatan. Ini dapat mengakibatkan sendi-sendi menjadi kaku karena terlalu lama tidur dan kurang gerak. 

• Jangan dibiasakan melakukan sesuatu dengan sembunyi-sembunyi, sebab ketika ia melakukannya, tidak lain karena adanya keyakinan bahwa itu tidak baik. 

• Biasakan agar anak melakukan olah raga atau gerak badan di waktu pagi agar tidak timbul rasa malas. Jika memiliki ketrampilan memanah (atau menembak, red), menunggang kuda, berenang, maka tidak mengapa menyi-bukkan diri dengan kegiatan itu. 

• Jangan biarkan anak terbiasa melotot, tergesa-gesa dan bertolak (berkacak) pinggang seperti perbuatan orang yang membangggakan diri. 

• Melarangnya dari membangga-kan apa yang dimiliki orang tuanya, pakaian atau makanannya di hadapan teman sepermainan. Biasakan ia ber-sikap tawadhu’, lemah lembut dan menghormati temannya. 

• Tumbuhkan pada anak (terutama laki-laki) agar tidak terlalu mencintai emas dan perak serta tamak terhadap keduanya. Tanamkan rasa takut akan bahaya mencintai emas dan perak secara berlebihan, melebihi rasa takut terhadap ular atau kalajengking. 

• Cegahlah ia dari mengambil sesuatu milik temannya, baik dari keluarga terpandang (kaya), sebab itu merupakan cela, kehinaan dan menurunkan wibawa, maupun dari yang fakir, sebab itu adalah sikap tamak atau rakus. Sebaliknya, ajarkan ia untuk memberi karena itu adalah perbuatan mulia dan terhormat. 

• Jauhkan dia dari kebiasaan meludah di tengah majlis atau tempat umum, membuang ingus ketika ada orang lain, membelakangi sesama muslim dan banyak menguap. 

• Ajari ia duduk di lantai dengan bertekuk lutut atau dengan menegakkan kaki kanan dan menghamparkan yang kiri atau duduk dengan memeluk kedua punggung kaki dengan posisi kedua lutut tegak. Demikian cara-cara duduk yang dicontohkan oleh Rasulullah Shallallaahu alaihi wa sallam. 

• Mencegahnya dari banyak berbicara, kecuali yang bermanfaat atau dzikir kepada Allah. 

Page 31: Kesalahan Dalam Mendidik Anak

• Cegahlah anak dari banyak bersumpah, baik sumpahnya benar atau dusta agar hal tersebut tidak menjadi kebiasaan. 

• Dia juga harus dicegah dari perkataan keji dan sia-sia seperti melaknat atau mencaci maki. Juga dicegah dari bergaul dengan orang-orang yang suka melakukan hal itu. 

• Anjurkanlah ia untuk memiliki jiwa pemberani dan sabar dalam kondisi sulit. Pujilah ia jika bersikap demikian, sebab pujian akan mendorongnya untuk membiasakan hal tersebut. 

• Sebaiknya anak diberi mainan atau hiburan yang positif untuk melepaskan kepenatan atau refreshing, setelah selesai belajar, membaca di perpustakaan atau melakukan kegiatan lain. 

• Jika anak telah mencapai usia tujuh tahun maka harus diperintahkan untuk shalat dan jangan sampai dibiarkan meninggalkan bersuci (wudhu) sebelumnya. Cegahlah ia dari berdusta dan berkhianat. Dan jika telah baligh, maka bebankan kepadanya perintah-perintah. 

• Biasakan anak-anak untuk bersikap taat kepada orang tua, guru, pengajar (ustadz) dan secara umum kepada yang usianya lebih tua. Ajarkan agar memandang mereka dengan penuh hormat. Dan sebisa mungkin dicegah dari bermain-main di sisi mereka (mengganggu mereka).

Demikian adab-adab yang berkaitan dengan pendidikan anak di masa tamyiz hingga masa-masa menjelang baligh. Uraian di atas adalah ditujukan bagi pendidikan anak laki-laki. Walau demikian, banyak di antara beberapa hal di atas, yang juga dapat diterapkan bagi pendidikan anak perempuan. Wallahu a’lam. 

Dari mathwiyat Darul Qasim “tsalasun wasilah li ta’dib al abna’’” asy Syaikh Muhammad bin shalih al Utsaimin rahimahullah .

Page 32: Kesalahan Dalam Mendidik Anak

Oleh Dr Adil Syadi dan Dr Ahmad MazidDEWAN PENGURUS CABANG IKATAN WARGA SANIANGBAKA (DPC IWS) YOGYAKARTA

Hai annaku, dirikanlah sholat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). (Q.S. Luqman: 17)

Masalah Akidah

1.      Ajarkan pada anak Anda kalimat tauhid dan apa yang dikandungnya berupa peniadaan (naïf) dan penetapan (itsbat). Kalimat  la ilaha (tidak ada ilah), artinya peniadaan sifat uluhiyyah (keberhakan disembah) dari selain Alloh, dan illaloh (selain Alloh) adalah penetapan sifat ulluhiyyah untuk Alloh semata.2.      beritahukan kepadanya kenapa kita diciptakan :“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melaikan supaya mereka menyembah-Ku.” (Adz-Dzariyat [51]:56) Juga, sekaligus menunjukan kepadanya akan arti universal dalam ibadah.3.    Jangan sering menakuti-nakutinya dengan neraka, siksa, kemurkaan Alloh dan hukuman-Nya, agar penyebutan Robb   tidak selalu terkait dengan gambaran-gambaran yang mengerikan ini dalam pikirannya.4.    Buatlah ia lebih banyak mencintai Alloh. Sebab Dialah yang menciptakan, memberi rezeki, memberi makan, minum dan pakaian kepada kita, serta menjadikan kita sebagai kaum muslim.5.    Peringatkanlah ia dari berbuat kesalahan saat dalam kondisi sendiri, karena Alloh selalu melihatnya dalam setiap kondisi.6.    Perbanyaklah mengucapkan lafazh-lafazh yang mengandung dzikir kepada Alloh, misalnya ba-caan ‘bismillah’ ketika hendak makan dan minum, atau saat masuk dan keluar rumah, juga ‘alhamdu-lillah’ saat selesai makan, dan ‘subhanalloh’ ketika merasa kagum, dan lafazh-lafazh lainnya.7.    Tanamkan kecintaan anakmu terhadap kepriba-dian Rosul yang mulia    dengan mangajarkan si-fat-sifat beliau yang baik kepadanya, membacakan kisah-kisah siroh nabawiyah dihadapannya, dan bersholawat kepada beliau tiap kali nama beliau disebut.8.    Kuatkanlah keyakinan terhadap qodho’ dan qodar dalam pikirannya. Apa yang Alloh kehendaki pasti terjadi, dan apa yang tidak Dia kehendaki pasti tidak akan terjadi.9.    Ajarkan kepada anak Anda enam rukun iman.10.    Ajukan berapa pertanyaan berkaitan dengan akidah kepada dirinya; siapa Robbmu? Apa agamamu? Siapa nabimu    ? Kenapa kita diciptakan? Siapakah yang memberi kita rezeki, makan dan minum, serta menyembuhkan kita? Apa saja macam-macam tauhid? Apakah syirik , kekufuran dan kemunafiakn itu? Bagaimana akibat yang akan dialami oleh setiap orang musrik, kafiir dan munafik? Dan pertanyaan-pertanyaan lainnya.

Masalah Ibadah

11.    Ajarkan pada anak Anda lima rukun islam.12.    Latihlah anak Anda mengerjakan sholat. Rosululloh     bersabda :

“perintahkanlah anak-anak kalian mengerjakan sholat saat berusia tujuh tahun. Dan pukullah mereka karena meninggakannya saat berusia sepuluh tahun.”

13.    Ajaklah serta anak Anda pergi ke masjid dan ajarlah ia cara berwudhu.14.    Beritahukan kepadanya etika-etika di masjid, cara menghormati dan menyucikannya.15.    Latihlah ia menjalankan puasa agar terbiasa saat dewasa.16.    Motivasilah anak Anda untuk menghafal apa yang mudah dari Al-Quran dan hadits-hadits nabi, serta dzikir-dzikir yang shohih.17.    Berilah anak Anda hadiah tiap kali menunjukan kemajuan dalam hafalan. Ibrohim dan Adham menuturkan, “Ayahku berkata kepada diriku, ‘Anakku, carilah hadits! Dan tiap kali engkau mendengar satu hadits serta menghafalnya, maka, engkau akan mendapatkan satu dirham. ‘Lantas, aku pun mencari hadits karena hal ini.”18.    Jaganlah Anda terlalu membebani anak dengan banyak menghafal dan belajar, agar ia tidak mengangap hal itu sebagai hukuman, akiabatnya ia tidak suka menghafal Al-Quran.19.    Ketahuilah bahwa Anda adalah teladan bagi anak-anak Anda. Sehingga, apabila Anda memandang remeh ibadah atau bermalas-malasan dan merasa berat mengerjakannya, pasti anak-anak Anda akan terpengaruh oleh Anda sendiri dalam hal  itu, dan mereka akan mengangap ibadah sebagai beban, bahkan bisa jadi mereka meninggalkannya.20.    Latihlah anak Anda bersedekah dan berinfak, adakalanya Anda bersedekah sementara ia melihat Anda, Atau Anda menyerahkan kepadanya seseuatu agar ia menyedahkan nya kepada orang fakir atau peminta-minta. Dan yang lebih utama lagi bila Anda mendorongnya untuk menyedahkan sebagian harta miliknya yang ia simpan.

Page 33: Kesalahan Dalam Mendidik Anak

Masalah Akhlak21.    Apabila Anda menginginkan anak Anda menjadi orang jujur, maka jaganlah Anda menanamkan rasa takut dalam dirinya.22.    Jujurlah Anda terlebih dahulu agar anak bisa belajar kejujuran dari diri Anda.23.    Jelaskan nilai keutamaan sifat jujur dan amanah.24.    Ujilah sifat amanah Anda tanpa ia menyadarinya.25.    Latihlah anak Anda untuk bersabar dan tidak tergesa-gesa. Demikian itu dapat Anda lakukan melalui melatihnya berpuasa atau melakukan aktivitas- aktivitas yang membutuhkan kesabaran dan kehatian-hatian.26.    Berbuatlah adil di antara anak-anak, sebab hal itu merupakan sarana paling efektif untuk mengajari mereka etika keadilan.27.    Latihlah anak Anda untuk berakhlak lebih mendahulukan kebutuhan orang lain (itsar) melalui sikap-sikap nyata atas kisah-kisah yang mengandung nilai keutamaan mendahulukan kebutuhan orang lain.28.    Jelaskan kepada anak-anak Anda sebagai dam-pak negatif yang ditimbulkan oleh tindakan menipu, curang, mencuri,dan bernohong.29.    Apabila dalam beberapa peristiwa anak Anda menunjukan keberanian, maka pujilah dirinya karena hal itu dan berilah hadiah, serta teranng-kan kepadanya bahwa keberanian dilakukan saat engkau  melakukan sesuatu yang benar dan sangat dibutuhkan.30.    Jaganlah Anda bersikap keras, karena itu berarti Anda telah mendorongnya untuk bersikap takut, suka berbohong dan pengecut.31.    Buatlah ia menyukai perilaku rendah hati, lemah lembut dan tidak sombong.32.    Ajarilah ia bahwa manusia meraih keutamaan dengan ketakwaan dan amal sholih, bukan dengan garis keturunan, kemuliaan luhur dan harta.33.    Ajarkan kepadanya bahwa perbuatan zholim mengakibatkan sesuatu yang teramat buruk, sikap sewenang-sewenang akan menjerumuskan pelakunya dan siakp khianat akan mengatarkan kepada kebinasaan.34.    Ajarkan kepadanya sisi-sisi perberdaan antara hal-hal yang munkin tidak mereka ketahui, seperti perbedaan antara keberanian dan kecerobohan, rasa malu dan malu karena minder, rendah hati dan rendah diri, serta antara kecerdasan dan kelihaian tipu muslihat.35.    Biasakanlah kedermawanan melekat pada diri anak-anak Anda dengan cara Anda bersikap dermawan  di lingkungan keluarga dan suka memberikan kebaikan kepada orang lain.36.    Jangan pernah Anda menyelisihi janji selamanya, khususnya kepada anak-anak Anda. Sebab, demikian itu bisa mengokohkan nilai keutamaan menepati janji dalam diri mereka.

Masalah Perilaku dan  Etika

37.    Ucapkanlah salam kepada anak-anak Anda.38.    Jaganlah memandang remeh perbuatan mem-buka aurat dihadapan anak Anda.39.    Berbuatlah baik kepada tetangga-tetangga Anda.40.    Ajarkan kepada anak Anda tentang hak-hak tetangga dan bahaya menyakitinya.41.    Berbaktilah terhadap kedua orang tua Anda, sambunglah hubungan dengan kerabat-kerabat Anda, dan bawalah serta anak-anak Anda dalam melakukan hal itu.42.    Beritahukan kepada anak Anda bahwa orang-orang menyukai anak Anda yang sopan, yang tidak suka menyakiti orang lain.43.    Tulislah surat untuk anak Anda yang berisi seputar etika,nasihat dan pesan bermakna.44.    jelaskan kepada anak Anda bahwa ada beberapa perilaku yang benar-benar tidak bisa diterima dan sebutkan kepad mereka sebab-sebabnya.45.    Duduklah bersama anak Anda dan untuk setiap kesempatan bacakanlah seputar adab-adab Nabi   kemudian tanyakan kepada mereka tentang faedah apa yang mereka dapatkan? Bisa juga Anda atur anak Anda yang membaca, sementara Anda mendengarkan.46.    Nasihatilah anak Anda secara diam-diam dan jangan menghukumnya dihadapan orang lain.47.    Jaganlah banyak mencela selagi Anda mampu.48.    Mintalah izin pada anak Anda sebelum masuk menemuinya, karena demikian itu merupakan sarana paling efektif untuk mengajarinya etika meminta izin.49.    Jaganlah anda berasumsi bahwa anak Anda bisa memahami apa yang Anda inginkan di kali pertama. Firman Alloh        :50.     “Dan perintahkan lah kepada keluarga mu mendirikan sholat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakanya…”(Thoha [20]:132)51.    Jangan lupa menyebut nama Alloh dengan suara yang cukup bisa didengar sebelum makan, demikian pula mengucapkan alhamdullilah seusai makan.52.    Bersikaplah seakan-akan tidak mengetahui beberapa kesalahan anak Anda, dan jangan jadikan hati Anda sebagai tempat penyimpan kesalahan.53.    Mintalah maaf kepada anak Anda manakala Anda melakukan kesalahan.54.    Semangatilah anak Anda untuk meraih prestasi istimewa dan katakan kepada dirinya. “Aku tahu bahwa kamu anak istimewa, dan kamu mampu melakukan hal itu.”55.    Buatlah sesuatu yang spesial untuk anak Anda .56.    Janganlah Anda mencemooh ucapan atau tindakan anak Anda.57.     Ajarilah anak Anda akan ungkapan-ungkapan ucapan selamat, penyambutan dan basa-basi.

Page 34: Kesalahan Dalam Mendidik Anak

58.    Janganlah terlalu memanjakan anak Anda.59.    Janganlah membiasakan anak dengan rangsangan materi untuk memotivasinya mengerjakan suatu perintah, sebab hal itu bisa memperlemah kepribadiannya saat berhadapan dengan materi.60.    Jadikanlah anak Anda sebagai teman Anda nomer satu.

Masalah Pembinaan Fisik

61.    Berikanlah waktu yang cukup untuk bermain bagi anak Anda.62.    Sediakan dengan baik permainan- permainan yang bermanfaat untuk anak Anda.63.    Biarkanlah ia memilih sendiri sebagian permainannya64.    Ajarilah anak Anda berenang, berlari dan beberapa permainan fisik.65.    Adakalanya, buatlah anak Anda mengalahkan Anda dalam beberapa permainan.66.    Sediakan menu makan yang seimbang untuk anak anda.67.    Perhatikalah susunan menu makanan anak Anda.68.    Peringkatkan  anak  anda agar tidak  berlebih-lebihan  mengkonsumsi makanan.69.    Jangan Anda  menginvestigasi  kesalahan anak anda sedang  menyantap makanan.70.    Buatlah  makanan  yang selalu disukai anak Anda

Masalah Pembinaan Mental

71.    Dengarkanlah dengan baik anak Anda dan perhatikan setiap kata yang diucapkannya.72.    Buatlah anak Anda menghadapi sendiri masalah-masalahnya, sementara Anda bisa membantunya tanpa ia sadari.73.    Hormatilah anak Anda dan berterima kasihlah kepadanya apabila ia melakukan suatu pekerjaan.74.    Jaganlah mengiring anak Anda untuk bersumpah, sebaliknya katakan kepadanya,”Aku mempercayai mu tanpa engkau bersumpah.”75.    Hindarilah ungkapan-ungkapan terror dan ancaman.76.    Janganlah Anda membuat anak Anda merasa sebagai seseorang yang buruk dan bodoh, yang tidak bisa cepat mengerti.77.    Janganlah mengeluh karena banyaknya pertanyaan anak Anda dan usahakan menjawab semua yang ditanyakannya dengan jawaban sederhana dan memuaskan.78.    Peluklah anak Anda biarkanlah ia merasakan kehangatan cinta dan kasih saying Anda.79.    Mintalah pendapat anak Anda dalam beberapa hal dan ambilah pendapatnya.80.    Buatlah anak Anda  merasakan kemerdekaan dalam mengambil keputusan-keputusan.

Masalah Pembinaan  Sosial

81.    Daftarkan anak Anda pada pusat-pusat kegiatan tertentu, forum-forum  tahfizhul Qur’an, perlombaan-perlombaan ilmiah, perkemahan pramuka dan aktivitas-aktivitas lainnya.82.    Buatlah anak Anda menjamu tamu sendiri, seperti menghidangkan minuman teh, kopi dan buah-buahan.83.    Sambutlah anak saat masuk menemui Anda, sementara Anda sedang bersama-sama kawan-kawan Anda.84.    Buatlah anak Anda bergabung dalam kegiatan-kegiatan masjid, seperti program-program santunan anak yatim dan janda.85.    Latihlah anak Anda beramal, menjual, membeli dan bekerja yang halal.86.    Buatlah anak Anda berempati terhadap kesedihan orang lain dan berusaha meringankannya.87.    Janganlah Anda menjadikan anak ikut menanggung  problematika dunia.88.    Buatlah anak Anda bisa melihat hasil dari aktivitas social anda.89.    Utuslah anak Anda untuk menyelesaikan sebagian keperluan, dan buatlah ia merasakan kepercayaan Anda terhadap dirinya.90.    Janganlah Anda mencegah anak untuk memilih teman-temannya sendiri. Namun, Anda bisa membuatnya memilih orang yang Anda kehendaki, tanpa ia merasakan hal itu.

Masalah Pembinaan Kesehatan

91.    Perhatiakanlah kesehatan anak-anak Anda.92.    Jangan mengabaikan untuk memberi imunisasi tepat pada waktunya.93.    Jangan berlebihan memberi obat kecuali dengan dosis yang diperbolehkan.94.    Ruqyahlah anak Anda dengan ruqyah syar’i.95.    Biasakanlah anak Anda tidur awal dan bangun awal juga.96.    Buatlah anak Anda mau memperlihatkan kebersihan tubuh, gigi dan bajunya.97.    Jaganlah Anda menunggu sampai sakit parah.98.    Jauhkan anak Anda dari para penderita penyakit menular.99.    Janganlah Anda membuat anak merasakan bahaya sakit yang dideritanya.100.    Berlindunglah kepada Alloh, sebab Dialah yang ditangan-Nya terletak kesembuhan semua penyakit.

Page 35: Kesalahan Dalam Mendidik Anak

Masalah Pengembangan Wawasan

101.    Berikan teka-teki kepada anak Anda.102.    Mintalah ia menuliskan beberapa tema ekspresional.103.    Usahakan untuk selalu membaca yang ditulis anak Anda.104.    Jangan berhenti pada setiap kesalahan gramatika atau lingual yang dilakukan anak Anda.105.     Doronglah anak Anda untuk membaca.106.    Buatlah ia memilih buku dan kisah yang ingin dibacanya.107.    Dampingi anak Anda saat membaca satu hal tertentu.108.    Berikan kepada anak Anda permainan-permainan kecerdasan.109.    Doronglah anak Anda untuk meraih prestasi belajar.110.    Buatlah anak Anda mampu mengatasi rintangan-rintangan yang menhalangi prestasi belajarnya.111.    Motivasilah anak Anda untuk menhafal syair dan kata-kata bijak generasi dahulu dan sekarang.112.    Doronglah ia untuk menhafal peribahasa-peribahasa Arab yang fasih.113.    Latihlah anak Anda menguasai seni berpidato dan orasi.114.    Latihlah ia menguasai seni dialog dan menerima pendapat.115.    Buatlah ia ikut serta dalam forum-forum pengembangan kemampuan diri.116.    Doronglah anak Anda untuk menguasai dengan baik bahasa asing yang popular.

Masalah Balasan dan Hukuman

117.    Terapkanlah metode balasan dan hukuman118.    Balaslah (prestasinya) selalu, namun jangan selalu menghukumnya (bila berbuat salah).119.    Bervariasilah dalam memberikan balasan, dimana balasan tidak mesti berbentuk materi, tapi bisa juga berbentuk rekreasi, izin mengoperasikan komputer, hadiah atau pergi bersama seorang kawan.120.    Bervariasilah dalam menerapkan metode hukuman dan jangan sampai pukulan menjadi metode yang paling Anda sukai. Masih ada metode lain, misalnya pandangan marah, bentakan, mengisolir selama waktu tertentu dan tidak memberinya sebagian uang saku harian atau melarangnya menikmati rekreasi akhri pekan.121.    Ketahuilah bahwa hukuman yang sesuai adalah yang bisa mencegah terulangnya kesalahan dan mendorong kepada yang benar.122.    Ingatlah selalu bahwa Nabi  tidak pernah memukul seorang anak pun.123.    Janganlah Anda menghukum pada kesalahan pertama.124.    Janganlah Anda bersikap keras dalam hukuman Anda.125.    Apabila Anda menghukum anak Anda, maka jelaskan kepadanya sebab hukuman Anda tersebut.126.    Janganlah Anda membuat anak merasa bahwa Anda senang memberikan hukuman kepada dirinya atau Anda menyimpan suatu kebencian kepadanya.127.    Janganlah Anda memukul anak dihadapan orang banyak dan jangan memukulnya saat tengah marah.128.    Jangalah memukul anak Anda pada wajahnya dan jangan mengangkat tangan lebih dari semestinya, agar rasa sakit tidak belipat-lipat.129.    Jangalah memukul setelah Anda berjanji untuk tidak memukul, agar ia tidak kehilangan kepercaya-an terhadap diri anda.130.    Buatlah anak Anda merasa bahwa Anda menghukumnya demi kebaikan dirinya dan bahwa rasa cinta Andalah yang menyebabkan Anda melakukan hal itu.maka ia bersiakap keras agar mereka mengindahkan, dan siapa berteguh hatiHendaklah kadang-kadang bersikap keras kepada orang yang disayangi131.     Beritahukan kepadanya bahwa hukuman dterapkan tidak untuk menyiksa, tiada lain dilaksanakan untuk memberikan pelajaran.

Kita bersama-sama memohon kepada Alloh agar diberi petunjuk, bimbingan dan kelurusan dari-Nya. Dan semoga Alloh mencurahkan sholawat dan salam kepada Nabi kita Muhamad. (Dikutip dari 130 Thoriqoh fi Tarbiyatil Abna)

Page 36: Kesalahan Dalam Mendidik Anak

Latar belakang :

Sperma laki-laki mengandung unsur spermatozoa X dan Y, spermatozoon X menentukan unsur perempuan

sedangkan Y adalah unsur laki-laki. Berdasarkan sifat-sifat physiologi dari spermatozoa diatas, para ahli gynetika

membuat teori dalam memilih untuk melahirkan bayi laki-laki atau perempuan.

1. Fator makanan :

Jika menginginkan seorang bayi perempuan

Suami harus makan makanan yang banyak mengandung Alkaline, sedangkan istri banyak makan makanan yang

mengandung asam.

Makanan yang banyak mengandung alkaline adalah : sayur-sayuran, buah-buahan, putih telur, susu, dan

ganggang laut.

Makanan yang banyak mengandung asam adalah : Daging, dan sea food (makanan laut )

Jika menginginkan bayi laki-laki.

Suami harus banyak mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung asam, sedangkan istri harus banyak

mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung alkaline ( lihat jenis makanan diatas )

2. Faktor waktu ( Kapan melakukan senggama ? )

Jika menginginkan seorang bayi perempuan

Keseringan senggama diklakukan pada waktu sebelum masa haid.

Jika menginginkan bayi laki-laki.

Keseringan senggama diklakukan pada waktu mendekati masa haid dan atau segera sesudah masa haid.

Bagaimana mengetahui periode masa haid ?

Temperatur atau suhu tubuh meningkat ( anda bisa menggunakan alat pengukur suhu tubuh dan mencatatnya

sebagai record )

3. Faktor Penetrasi ( tusukan ).

Jika menginginkan seorang bayi perempuan.

Suami harus menghindari tusukan yang dalam kedalam kemaluan istri pada waktu senggama.

Jika menginginkan bayi laki-laki.

Disarankan untuk melakukan tusukan yang dalam oleh suami pada waktu senggama.

Alasan :

Karakter dari Spermatozoa X dan Y.

Spermatozoa X : Pelari maraton (jauh) dengan stamina yang tinggi ( kuat )

Spermatozoa Y : Pelari sprinter (cepat) dengan stamina yang loyo ( lemah )

Jadi, dengan tusukan yang dalam, kemungkinan untuk spermatozoa Y mencapai tujuan akan lebih besar.

4. Faktor Rangsangan.

Page 37: Kesalahan Dalam Mendidik Anak

Jika menginginkan seorang bayi perempuan.

Istri harus menhidari rangsangan selama senggama. Secresi cairan yang keluar dari kemaluan penempuan akan

menjadi alkaline jika terangsang, hal ini akan mendorong aktifitas spematozoa Y.

Jika menginginkan bayi laki-laki.

Ejakulasi suami sesudah istri terangsang.

5. Faktor persiapan istri.

Jika menginginkan seorang bayi perempuan.

Cuci vagina dengan larutan dari dua sendok white vinegar yang sudah dicampur dalam satu liter air bersih. Hal

ini dilakukan agar kondisinya menjadi asam sehingga aktifitas spermatozoon Y menurun.

Jika menginginkan bayi laki-laki.

Cuci vagina dengan larutan dari dua sendok soda yang sudah dicampur dalam satu liter air bersih.

6. Faktor posisi

Jika menginginkan seorang bayi perempuan.

Posisi Istri pada waktu senggama diatas suami.

Jika menginginkan bayi laki-laki.

Posisi suami pada waktu senggama berada diatas istri. Hal ini mengikuti sifat dari spermatozoon Y akan cepat

menuju sasaran ( sel telur ).

Selamat mencoba !!

Page 38: Kesalahan Dalam Mendidik Anak

Mendidik Tanggung Jawab Pada Anak

5 Share

Penulis: Ummu Ziyad

Muroja’ah: Ust. Subkhan Khadafi, Lc.

Pembahasan tentang tanggung jawab adalah masalah yang cukup berat. Apalagi bila

diletakkan cermin ke masing-masing dari diri kita. Nah, sambil terus berusaha untuk

menjalankan setiap tanggung jawab yang ada – yang nantinya akan ditanya di hari akhir

– maka kita juga perlu mendidik anak-anak kita memiliki sikap tanggung jawab yang ini

bermanfaat sangat besar dalam pembentukan sikap di kemudian hari insya Allah.

Mungkin akan timbul sederet pertanyaan; apakah bisa mendidik tanggung jawab pada

anak? Bagaimana? Memangnya sudah bisa dimengerti dan lain sebagainya. Pada tulisan

ini, kita akan mencontoh dari teladan terbaik Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa

sallam dalam mendidik anak-anak untuk bertanggung-jawab.

Kapan Waktu yang Tepat ?

Mendidik tanggung jawab sesungguhnya dapat dilakukan bahkan di usia masih sangat

kecil yaitu balita. Ustadz Abdul Hakim dalam bukunya “Menanti Buah Hati dan Hadiah

untuk yang Dinanti” membagi usia anak-anak menjadi dua tahapan, yaitu sebelum

tamyiz dan sesudah tamyiz. Tamyiz secara bahasa bermakna membedakan di antara

sesuatu dan anak-anak yang yang telah dapat membedakan sesuatu dengan baik

terutama di dalam hal-hal yang membahayakan dirinya dinamakan mumayyiz. Masih

dalam kitabnya, Ustadz Abdul Hakim berkata, “Pendidikan yang terbaik bagi anak

sebelum dan sesudah tamyiz dengan jalan mendengar dan melihat kepada sesuatu yang

baik dan terbaik menurut agama dan bukan menurut akal fikiran dan adat-adat manusia

yang menyalahi agama yang mulia.”

Dan berdasarkan kenyataan yang ada, pendidikan tanggung jawab ini memang dapat

dilakukan bahkan ketika anak masih dalam usia kanak-kanak. Tentu saja ukuran

kemampuannya berbeda-beda. Tetapi pendidikan ini dapat dimulai dari hal-hal yang

kecil seperti membereskan mainannya atau menaruh piring di tempatnya bahkan hal

yang besar yang berkaitan dengan tanggung jawab yang akan ditanggungnya di

hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala (jika itu dilakukan ketika telah baligh). Seperti yang

dicontohkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Hasan bin Ali dalam hadits

sebagai berikut

فى فجعلها الصدقة تمرة من تمرة عنهما الله رضي عليk بن الحسن أخذ: قال عنه الله رضي هريرة أبى عن

wرم كخ، كخ،: وسل}م عليه الله صل}ى الله رسول فقال. فwيه }ا علمت أما بها، ا الصدقة ّنأكل ال أّن

“Dari Abu Huroiroh rodhiallahu ‘anhu, ia berkata: ‘Hasan bin ‘Ali rodhiallahu ‘anhuma

mengambil sebiji kurma dari kurma zakat, lalu ia memasukkannya ke dalam mulutnya.

Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Kih! Kih! (keluarkanlah dan) buanglah

Page 39: Kesalahan Dalam Mendidik Anak

kurma itu! Tidakkah engkau mengetahui bahwa kita tidak boleh memakan barang

zakat?’” (HR. Bukhari dan Muslim)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mendidik seorang anak yang masih sangat

kecil agar nantinya seterusnya ia dapat mengetahui dan memilah makanan yang halal

dan haram baginya. Padahal kita ketahui bahwa persoalan halal dan haram adalah

menyangkut perkara yang penting yang akan dipertanggungjawabkan di akhirat nanti.

Seringkali seorang ibu ragu-ragu untuk memberikan tugas atau tanggung jawab kepada

anak-anak. Bahkan saat-saat yang tepat terlewatkan begitu saja dari para orang tua

karena merasa kasihan pada si kecil. Padahal, seorang anak sesungguhnya justru

menyukai ketika diberikan tugas-tugas kerumahtanggaan, sebagai contoh mencuci

piring dan gelasnya, mengepel dan lain-lain. Yang menjadi permasalahan, terkadang

orang tua merasa apa yang dilakukan anaknya malah akan menambah pekerjaannya

atau malah merepotkan. Maka sebenarnya ini dapat dicarikan solusinya.

Teknik Yang Tepat

Seperti telah disebutkan dalam hadits di atas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa

sallammenegur Hasan yang masih kecil dengan teguran yang berbeda dengan teguran

kepada orang dewasa. Maka orang tua dalam menegur atau memberitahukan tentang

pekerjaan yang bisa diberikan kepadanya juga dengan cara-cara yang berbeda dengan

orang dewasa. Semisal tentang pekerjaan yang jika dilakukan anak dianggap malah

merepotkan, maka coba hilangkan anggapan seperti ini. Lihatlah sisi positifnya. Anak

ketika usia ini menyukai pekerjaan yang diberikan. Maka bersabar adalah poin yang

harus ditekankan pada diri orang tua. Berikanlah batasan pekerjaan pada hal-hal yang

berkaitan dengan mereka (sang anak). Semisal mencuci hanya mencuci piring dan gelas

yang mereka gunakan. Sehingga baik dari sang anak ataupun orang tua sama-sama

tidak merasa terbebani.

Menegur Anak

Termasuk dalam hal mendidik tanggung jawab pada anak adalah menegurnya dari

kesalahan yang telah dilakukannya. Hal ini sebagaimana dicontohkan dalam hadits

pertama dalam artikel ini dan juga dalam hadits berikut:

}ي بسر بن الله عبد عن �ني: قال عنه الله ضي ر ااصحاب بقwْط�ف سل}م و عليه الله صل}ى الله رسول ألى أمي} بعْث

�ٍبk من }اه أبلغه أن قبل منه فأكلت عwن غـدر يا: وقال بأذّني، أخذ به جئت فلم}ا إي

Dari ‘Abdullah bin Busr Ash-Shahabi rodhiallahu ‘anhu ia berkata: “Ibu saya pernah

mengutus saya ke tempat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk memberikan

setandan buah anggur. Akan tetapi, sebelum saya sampai kepada beliau saya makan

(buah itu) sebagian. Ketika saya tiba di rumah Rasulullah, beliau menjewer telinga saya

seraya bersabda: ‘Wahai anak yang tidak amanah’” (HR. Ibnu Sunni)

Page 40: Kesalahan Dalam Mendidik Anak

Dari sini dapat diketahui bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memperlakukan anak

sesuai dengan kadar kesalahan dan kondisi seorang anak-anak. Beliau shallallahu ‘alaihi

wa sallam tidak membiarkan seorang anak tidak bertanggung jawab terhadap amanah

yang telah diberikan, dan sisi lain beliau menghukum juga dengan tidak berlebihan.

Termasuk dalam menegur adalah mengingatkan seorang anak bila terjadi pertengkaran

dengan teman lainnya (yang ini memang biasa terjadi pada anak-anak) untuk berani

minta maaf. Minta maaf adalah sebuah wujud tanggung jawab terhadap kesalahan yang

diperbuatnya. Dan dalam mengajarkan ini, orang tua harus dapat bersikap adil sehingga

seorang anak tidak merasa terpojokkan dan mentalnya jatuh. Salah satu caranya adalah

dengan mendorong kedua belah pihak untuk saling memaafkan sambil diingatkan sabda

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

} يعفو عبدا الله زاد ما ا إال } لله أحد تواضع ما و عّز} الله رفعه إال

“Allah tidak menambah seorang hamba yang mau memaafkan kecuali kemuliaan dan

tidaklah seseorang itu bersikap rendah diri kepada Allah kecuali Allah pasti akan

mengangkat derajatnya.” (HR. Muslim)

Tidak Hanya Tanggung Jawab Duniawi

Hal yang sangat penting untuk diingat oleh para pendidik, pendidikan tanggung jawab

tidak hanya berkaitan dengan perkara-perkara di dunia seperti membereskan tugas-

tugas, mainan dan lain sebagainya. Ada tanggung jawab yang sangat penting yang harus

pula dididik mulai dari usia yang masih belia. Dan ini berkaitan dengan rukun Islam yaitu

penegakkan sholat lima waktu. Tidaklah seseorang meninggalkan sholat karena

meremehkan tanggung jawabnya nanti di hadapan Allah, padahal sholat adalah hal yang

pertama kali dipertanyakan ketika penghisaban nanti. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa

sallam bersabda,

وا wي� م�ر� عليها فاضرwبوه سنين عشر بلغ وإذا سنين، سبع بلغ إذ�ا الص}الةw با الص�ب

“Perintahkanlah anak-anak untuk mendirikan sholat ketika dia berumur tujuh tahun. Dan

ketika dia telah berumur sepuluh tahun, maka pukullah dia kalau dia meninggalkan

sholat.” (HR. Abu Daud dan lain-lain dari jalan Sabrah bin Ma’bad)

Dari hadits ini, maka adalah tanggung jawab seorang bapak atau wali untuk

memerintahkan anak-anak mereka untuk mendirikan sholat fardhu ketika berumur tujuh

tahun. Dan yang diwajibkan adalah memerintahkan mereka. Adapun mereka

melaksanakan atau tidak maka mereka tidak berdosa (Abdul Hakim Amir Abdat, Menanti

Buah Hati). Sedangkan setelah berumur sepuluh tahun, maka wajib bagi bapak atau wali

untuk memukul anak-anak mereka jika mereka meninggalkan sholat fardhu. Pukulan ini

tentulah tidak pada muka dan tidak membekas pada tubuh.

Page 41: Kesalahan Dalam Mendidik Anak

Demikian yang dapat penulis berikan sedikit tentang pendidikan tanggung jawab pada

anak. Masih banyak poin-poin tentang tanggung jawab yang dapat ditanamkan pada diri

anak. Agar lebih dapat mendapat pembahasan yang luas silakan melihat pada kitab-

kitab yang penulis jadikan rujukan. Tanggung jawab yang menjadi poin untuk dididik

pada anak sesungguhnya juga merupakan hal yang patut diingat oleh setiap pemimpin

dalam hal ini ayah dan ibu yang semuanya akan dimintai pertanggungjawabannya

diakhirat nanti atas apa yang mereka pimpin. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala

memberi kemudahan dan kesabaran untuk melaksanakan amanah ini. Wallahu A’lam.