Mendidik Dengan Hati Dan Teknologi

22
KARYA TULIS GURU SMK BERPRESTASI MENDIDIK DENGAN HATI DAN TEKNOLOGI Disusun Oleh : M U S L I H, S.KOM SMK WIKRAMA BOGOR KOTA BOGOR

description

Tulisan Mengenai Pendidika

Transcript of Mendidik Dengan Hati Dan Teknologi

KARYA TULIS GURU SMK BERPRESTASIMENDIDIK DENGAN HATI DAN TEKNOLOGI

DisusunOleh :

M U S L I H, S.KOM

SMK WIKRAMA BOGORKOTA BOGORJAWA BARAT2014BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Lulus SMEA Negeri Kutoarjo, Kabupaten Purworejo Jawa Tengah tahun 1996, saya berangkat menuju Sumatera Selatan untuk mencari pekerjaan karena baru menyelesaikan sekolah kejuruan, tentunya dengan harapan akan mendapatkan pekerjaan dengan mudah, hal ini yang ada dalam benak saya. Perjalanan dengan perjuangan dan pengorbanan segala-galanya sampai meninggalkan ibu tercinta sendirian akhirnya sampai di Sumatera Selatan tepatnya di kota Palembang. Kebetulan ada kakak di sana dan saya numpang tinggal di rumah kakak sambil mencari lowongan kerja yang cocok buat saya.Dalam kurun waktu yang tidak lama akhirnya saya mendapatkan tawaran kerja, namun pekerjaan ini tidak seperti yang saya bayangkan sebelumnya, pekerjaan kantoran, namun pekerjaan di lapangan bahkan harus kotor-kotoran, yaitu menjadi kuli bangunan di tempat kakak sepupu saya bekerja.Perjuangan yang berat selama kurang lebih 2 bulan bekerja jadi kuli bangunan dan akhirnya saya kembali ke kampung halaman di Jawa Tengah, yaitu di kota Purworejo. Kegiatan utama di kampung halaman adalah bertani membantu ibu, dengan harapan ada informasi dari kota ada lowongan pekerjaan yang cocok untuk saya, kegiatan sehari-hari terus saya jalani dengan baik. Dan akhirnya pada bulan Februari 1997 ada kabar dari kakak saya yang ada di Bogor bahwa ada pembukaan pendaftaran kuliah untuk program Diploma di IPB. Hasil rayuan kakak saya ke saya dan ke ibu saya akhirnya saya disetujui untuk mencoba mendaftar di program Diploma IPB, yang saat itu saya mencoba dua jurusan yaitu Manajemen Informatika, dan Pengelolaan Ilmu Pperpustakaan. Pada jadwal yang telah ditentukan saya harus tes tertulis untuk kedua jurusan yang saya ambil, dan alhamdulillah kedua jurusan itu menerima saya. Karena hanya satu yang harus saya ambil akhirnya saya mengambil jurusan Manajemen Informatika dengan jenjang D2.Perjalanan kuliah di IPB yang hanya Diploma 2 bukan waktu yang lama, karena saya harus membantu kakak saya setelah pulang kuliah pergi ke kandang ayam yang letaknya berpencar dibeberapa tempat, mulai dari Sindangbarang, Ciampea, Darmaga bahkan sampai ke Leuwiliang. Hal ini membuat diri saya merasakan betapa besar pengorbanan seseorang dalam meniti kehidupan, selalu berusaha dan tidak ada kata menyerah, bahkan tidak perlu malu untuk melakukanya kalau memang itu baik dan halal.Diakhir semester 4 saya diajak main oleh teman saya ke tempat bekerjanya di Multiyasa Informatika yaitu sebuah lembaga pendidikan dan pelatihan di bidang perkantoran dan komputer. Ir. Itasia Dina Sulvianti, M.Si adalah pemilik dari lembaga ini yang saat itu menjadi dosen saya untuk mata kuliah Metode Numerik, dan ternyata di lembaga ini juga ada sekolahannya yaitu SMK Wikrama. SMK Wikrama pada saat itu di tahun 1998 masih mengontrak di bekas KUD dan anak didiknya hanya ada 2 kelas dengan jumlah anak didik yang sangat sedikit.Sebenarnya bukan SMK Wikrama tujuan saya waktu itu, namun karena teman saya diberikan kepercayaan untuk mengerjakan sebuah proyek aplikasi untuk Departemen Transmigrasi saat itu dan saya ikut nimbrung di dalamnya, lama kelamaan saya mengenal lebih jauh ibu Ita, dan SMK Wikrama tentunya.Seiring perjalanan saya mengenal SMK Wikrama beserta guru dan stafnya, di tahun 1999 kuliah juga sudah diselesaikan maka saya ditawari untuk ikut gabung dengan Multiyasa Informatika. Posisi saat itu saya adalah menjadi Marketing untuk program-program kursus yang diselenggarakan oleh Multiyasa Informatika. Saya jalani pekerjaan ini mengalir apa adanya, dengan sekemampuan yang saya miliki saya terus ikuti semua kegiatan di Multiyasa Informatika sekaligus di SMK Wikrama karena satu gedung sehingga kita semua yang ada di dalam Multiyasa Informatika terlibat di dalam kegiatan SMK Wikrama tentunya. Pada bulan April 2000 kebetulan salah satu guru SMK Wikrama cuti melahirkan, dan saya diminta oleh Kepala SMK Wikrama yang pada saat itu adalah ibu Ita untuk mengisi kekosongan guru tersebut, yaitu guru Ekonomi dan Akuntansi. Belum ada pengalaman sedikitpun menjadi seorang guru, akhirnya saya mencoba untuk mengajar di ruang kelas utnuk dua mata pelajaran itu. Ini merupakan hal yang sangat luar biasa mengajar anak-anak tanpa sedikitpun pengalaman membuat diri saya harus sekuat tenaga menggunakan metode seketemunya sehingga dua jam pelajaran harus dapat saya jalani dengan baik. Walaupun hanya beberapa minggu saya mencoba menjadi guru, sudah banyak yang bisa saya dapatkan, mulai dari bagaimana seharusnya guru mengajar, bagaimana guru menjawab pertanyaan, bagaimana guru harus mampu mengetahui kondisi anak didiknya, bagaimana seharusnya di kelas agar menyenangkan dan banyak lagi hal yang harus dikuasai oleh seorang guru. Sepantasnya kalau guru adalah digugu dan ditiru, bisa untuk memberikan semangat kepada anak didik, memberikan contoh kepada anak didik, bahkan bisa menjadi tempat curahan hati bagi anak didiknya. Hal ini menjadi sebuah pelajaran bagi saya bahwa kondisi anak didik kita sangat bermacam-macam kondisinya, sehingga kita juga harus mampu mengkondisikan diri kita ke dalam dunia yang sedang mereka alami.Dan yang perlu diketahui bahwa pada saat itu tahun 2000 anak didik SMK Wikrama berasal dari daerah kabupaten Bogor mulai dari Ciawi, Cibedug, Cisarua, Cigombong dan sekitarnya, mereka juga dari kalangan menengah ke bawah, ada yang anak tukang ojeg, anak penjaga villa, bahkan yang orang tuanya tidak punya pekerjaan tetap. Untuk berangkat ke sekolah saja sudah perjuangan yang luar biasa, apalagi harus makan siang, jajan atau menfoto kopi materi dari gurunya, untuk ongkos saja sudah pas-pasan.Inilah perjuangan hidup, inilah pelajaran hidup buat saya bahwa menjadi guru dengan kondisi anak didik yang kurang baik dari sisi ekonomi orang tuanya bahkan kondisi akademik anak didik itu sendiri membutuhkan perhatian yang sangat besar dan total agar anak didik kita itu berubah dari segala hal yang saat ini mereka alami. Tidak ada lagi kecuali kita harus ikhlas, total, sungguh-sungguh menjadi guru mereka adalah kunci utama agar anak didik kita mendapatkan ilmu yang mereka idamkan.

1.2. PermasalahanSecara umum permasalahan dalam proses pembelajaran merupakan hal yang kompleks, namun setiap masalah itu tentu ada jalan keluarnya apabila kita mampu untuk memahami sekaligus mencari solusi yang tepat. Ilmu mendidik anak didik yang dikuasai oleh seorang guru merupakan gambaran seberapa baik guru itu dalam mengajar, dan mendidik anak didiknya. Adanya pengetahuan yang dimiliki, strategi pembelajaran yang dikuasai, keahlian professional, kemampuan memberikan semangat, kemampuan menjadi seorang fasilitator, mampu mengevaluasi anak didiknya dengan baik dan dengan cara yang tepat ini semua adalah bekal seorang guru yang professional. Satu hal lagi bahwa hal ini dapat dilaksanakan jika ada keikhlasan dalam hati dan dengan cara total dalam menjalankan tugas sebagai seorang guru insya Allah tidak hanya keberhasilan di dunia namun keberhasilan di akhirat juga dapat dicapai. Upaya-upaya yang dilakukan oleh guru bukan hanya untuk meningkatkan kemampuan anak didik di bidang akademik namun juga di bidang non akademik, karena hal ini yang akan menjadi pendukung utama saat mereka lulus dan memasuki dunia kerja maupun dunia pendidikan yang lebih tinggi sehingga akan tetap menjadi yang terbaik.Dari latar belakang masalah yang disampaikan di atas masalah yang akan dibahas pada makalah ini adalah bagaimana mendidik dengan hati dan teknologi. Bagaimana menjadi seorang guru yang mampu mendidik dengan pendekatan hati, dan menggabungkan dengan sebuah sistem yang terintegrasi sehingga mampu menangani semua kondisi anak didik dengan cepat, tepat dan baik.

1.3. Strategi Pemecahan MasalahDari pemaparan identifikasi masalah yang disampaikan di atas masalah yang akan dibahas pada makalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1.Bagaimana mengukur keberhasilan seorang guru.2.Upaya apa yang harus dilakukan seorang guru untuk menjadi seorang guru yang berhasil.3.Kenapa harus mendidik dengan hati dan teknologi.

BAB IIPEMBAHASAN

2.1. Hasil yand Dicapai dari Strategi yang dipilih Tidak dapat dipungkiri bahwa pekerjaan Guru adalah pekerjaan yang professional, sebab itu diperlukan kemampuan. Kemampuan itu dapat dilihat pada kesanggupannya menjalankan peran sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, pengarah, pelatih, penilai dan pengevaluasi pada kegiatan pembelajaran bahkan setelah anak didik lulus guru masih bisa menjadi mitra untuk konsultasi, memberikan pengarahan dan mengajak para alumni untuk tetap peduli kepada almamaternya. Sebagai wujud dari reformasi Pendidikan, berbagai kebijakan dan inovasi pendidikan saat ini diarahkan kepada peningkatan kualitas guru. Dalam rangka penigkatan kualitas guru, pemerintah dihadapkan pada persoalan-persoalan yang sangat kompleks, berbagai upaya sudah dilakukan oleh pemerintah maupun swasta dalam usaha meningkatkan kualitas guru, misalnya dengan melaksanakan pelatihan-pelatihan, workshop, MGMP, seminar dan lain-lain. Namun usaha-usaha tersebut belum sepenuhnyan berhasil bahkan masih jauh dari harapan. Salah satu penyebabnya adalah setiap kegiatan seperti tersebut di atas pada umumnya hanya bersifat teoritis yang belum tentu dapat diimplementasikan oleh seorang guru di dalam kelasnya, disebabkan yang memberikan materi adalah hanya sebatas hasil membaca atau mungkin sedikit pengalaman sesaat yang pernah didapatkan. Masih terlalu banyak masalah yang berkaitan dengan proses pembelejaran di dalam kelas yang sampai saat ini belum terpecahkan. Implementasi antara teori dan praktik yang dipelajari disetiap kegiatan pelatihan belum tentu dapat terlaksana dengan mata pelajaran yang berbeda, di dalam kelas yang berbeda, dengan guru yang berbeda bahkan dengan sekolah yang berbeda. Salah satu usaha yang paling fenomenal saat ini adalah implementasi pelaksanaan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Yang bertujuan sebagai usaha menigkatkan kualitas guru dan dosen dengan dasar bahwa fungsi, peran dan kedudukan guru dan dosen sangat strategis dalam pembangunan nasional terutama dalam bidang pendidikan. Usaha Peningkatan kualitas ini diikuti dengan usaha peningkatan kesejahteraan bagi guru dan dosen yang telah memperoleh sertifikat pendidik sebagai bukti formal yang menyatakan pengakuan sebagai guru profesional, dengan kata lain bahwa guru yang sudah memperoleh sertifikat Profesi berhak mendapatkan Tunjangan Profesi. Pemberian tunjangan profesi ini dijelaskan pada Pasal 16 ayat (1) (4) yang diatur melalui Perturan Pemerintah Nomor 41 tahun 2009, dimana besarnya tunjangan adalah sebesar 1 ( satu ) kali gaji pokok bagi pegawai negeri sipil, dan bagi guru dan dosen bukan pegawai negeri sipil diberikan sesuai dengan kesetaraan tingkat, masa kerja, dan kualifikasi akademik yang berlaku bagi guru dan dosen pegawai negeri sipil. Dalam hal ini penghasilan guru yang sudah memperoleh sertifikat pendidik terutama yang berstatus Pegawai Negeri Sipil sudah dapat dikatakan cukup memadai, dimana guru yang sudah memperoleh Sertifikat rata-rata guru yang sudah memiliki pengalaman kerja diatas 8 tahun, gaji pokok yang diterima rata-rata Rp. 2,5 juta perbulan, maka tunjangan yang diterima oleh guru yang sudah memperoleh sertifikat rata-rata sebesar Rp. 2,5 juta artinya penghasilan guru ditambah dengan tunjangan lainnya rata-rata Rp. 4 juta Rp. 5 juta per bulan atau Rp. 150 Ribu per hari. Mari kita renungkan Apakah yang sudah kita kerjakan setiap hari sebagai seorang guru sudah pantas untuk mendapatkan tunjangan tersebut?. Sertifikasi guru seyogyanya akan meningkatkan kualitas guru dan peningkatan mutu pendidikan secara umum. tapi pada kenyataannya mutu pendidikan kita masih rendah, perubahan pada guru yang sudah memperoleh tunjangan profesi belum terlihat, Standar yang seharusnya sesuai dengan yang diatur pada penentuan kelulusan sertifikasi baik melalui portofolio maupun melalui Pendidikan dan Latihan belum tercapai secara maksimal. Standar yang dimaksud terangkum kedalam empat kompetensi yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan professional yang terinteraksi dalam kinerja guru.Sebatas pemahaman dan kondisi nyata yang ada saat ini merupakan wacana nyata yang sepatutnya kita jadikan pelajaran agar kita mampu untuk menjadi guru yang professional, paling tidak menyesuaikan dengan kondisi di sekolah tempat kita mendidik kita harus menjadi guru yang sepantasnya, sesuai dengan kriteria yang sudah penulis sampaikan di atas.Mari mulai dari diri kita sendiri, melihat dan mawas diri dengan kemampuan yang kita miliki, bagaimana tanggapan dan keinginan anak didik kita selama ini kita jadikan sebagai pedoman untuk memperbaiki diri kita dalam menjalankan tugas sebagai pendidik karena ini sangatlah nyata dalam kehidupan anak didik kita yang setiap hari kita hadapi.Penulis meyakini ini salah satu cara agar kita mampu untuk memenuhi kriteria minimal kita sebagai seorang pendidik, dimana apa yang diinginkan oleh anak didik kita mereka dapatkan, mereka merasa nyaman berada di sekolah, merasa memiliki orang tua di sekolah, merasakan kehangatan saat kita masuk ke ruang kelas, bahkan mereka menjadi seperti anak kandung kita saat mereka istirahat, mereka mau menyampaikan hal-hal yang mereka hadapi baik di rumah atau di lingkungan mereka bermain.Pada dasarnya dengan kedekatan dengan anak didik, kemampuan mengambil hati mereka dan memberikan pengarahan yang jelas maka mereka sudah menjadi orang yang sebenarnya pada saat ini. Hal ini menjadi salah satu hal dalam penilaian sebagai seorang guru yang professional, mampu menjadi motivator, menjadi fasilitator, menjadi pengarah yang tepat bagi anak-anak kita, yang akhirnya mereka tidak putus asa, tidak patah arang walaupun harus menghadapi segala permasalahan yang ada baik tentang keluarga maupun tentang pelajaran. Minimal mereka sudah menemukan jati diri mereka saat ini, sehingga mereka mampu mengambil tindakan tepat untuk menjadi anak didik yang kuat, anak didik yang mampu bertahan dengan segala kondisi, anak didik yang selalu berjuang untuk meraih keberhasilan yang mereka idamkan.Artinya bahwa guru yang berprestasi adalah guru yang mampu menjadikan dirinya sendiri orang yang patut dicontoh, patut ditiru, mampu memberikan semangat pada dirinya, dan selalu memahami bahwa dirinya bukanlah segala-galanya, anak didik yang didiknya boleh lebih pintar di bidang ilmu yang disampaikannya. Kemampuan kita untuk memposisikan seperti ini adalah salah satu bentuk bahwa guru bukan yang paling pintar, bukan yang paling benar, namun anak didik kita adalah media kita untuk mengukur seberapa pantaskah kita menjadi yang patut dicontoh dan ditiru.Prestasi Guru harus berorientasi kepada diri pribadi, mari terus berbenah diri, laksanakan tugas dengan baik, layani anak didik seperti melayani anak sendiri, Jangan menyerah untuk terus menerus meningkatkan pengetahuan dan kemammpuan, kesadaran dan kemauan adalah kuncinya, materi ( uang ) tidak bisa merubah apapun, tapi jadikanlah materi ( uang ) tersebut sebagai alat untuk menambah ilmu pengetahuan sehingga dapat bermanfaat dan mendapat berkah dari Allah SWT, artinya seperti dijelaskan di atas bahwa tujuan utama pemberian sertifikat guru adalah pengakuan bahwa pekerjaan guru merupakan sebuah profesi, dimana segala kegiatan dalam menjalankan tugas profesi tersebut membutuhkan tanggung jawab besar karena apabila salah maka akan menyebabkan resiko yang fatal. Karena apa yang kita sampaikan kepada anak didik, apa yang kita contohkan kepada anak didik akan mereka kenang, akan mereka lakukan sampai batas yang kita tidak pernah tahu, sehingga amal perbuatan itu sangatlah berdampak pada kehidupan kita selanjutnya, yaitu dalam dosa karena kita mencontohkan sesuatu yang salah kepada anak didik kita.

2.2. Upaya Menjadi Guru yang Berprestasi Menjadi guru yang berprestasi membutuhkan perjuangan dan pengorbanan, dari beberapa guru berprestasi tingkat nasional yang penulis kenal, semuanya merupakan sosok guru yang baik rajin, menguasai mata pelajaran yang diampu, mampu menguasai metodologi pembelajaran, mampu menyampaikan materi pelajaran secara lengkap, mempunyai sifat positif dalam membimbing anak didik dan mampu memberikan motivasi dan harapan riil terhadap anak didik. Keperdulian terhadap sekolah dan anak didik menjadi kunci utama menjadi seorang guru yang berprestasi, selain itu harus menguasi kompetensi yang telah ditetapkan berupa sepuluh kompetensi yang harus dimiliki oleh guru sebagai instructional leader, yaitu: (1) memiliki kepribadian ideal sebagai guru; (2) penguasaan landasan pendidikan; (3) menguasai bahan pengajaran; (4) kemampuan menyusun program pengajaran; (6) kemampuan menilai hasil dan proses belajar mengajar; (7)kemampuan menyelenggarakan program bimbingan; (8) kemampuan menyelenggarakan administrasi sekolah; (9) kemampuan bekerja sama dengan teman sejawat dan masyarakat; dan (10) kemampuan menyelenggarakan penelitian sederhana untuk keperluan pengajaran.Pada dasarnya peningkatan kompetensi diri seorang guru harus menjadi tanggung jawab diri pribadi, artinya usaha untuk memperbaiki kompetensi diri sendiri terletak pada diri guru sendiri, untuk itu diperlukan kesadaran untuk terus menerus menggali potensi dan menambah pengetahuan dan kemampuan yang diperlukan. Tidak dapat dipungkiri Era Globalisasi saat ini memungkinkan kita sebagai guru akan mengalami suatu proses bahwa informasi yang ingin kita sampaikan sudah terlebih dahulu diketahui oleh anak didik, atau mungkin yang lebih memalukan guru mengetahui informasi dari anak didik. Berbeda dengan era-era sebelumnya dimana guru adalah sumber informasi, sehingga kedudukan guru dimata anak didik sangat tinggi dan mulia, guru adalah seorang yang sangat pintar dan mengetahui segala hal. Proses Globalisasi merupakan suatu keharusan yang tidak mungkin kita hindari karena Pendidikan berkaitan erat dengan proses globalisasi itu sendiri. Untuk itu kita sebagai guru harus mampu mengembangkan potensi sehingga kita dapat mengikuti terciptanya pendidikan yang berwawasan global.Sebelum menentukan kelayakan seorang guru disebut berprestasi mungkin kita perlu memahami bagaimana seseorang dapat mencapai prestasi. Menurut sebagian besar orang mungkin prestasi itu adalah sebuah tujuan yang harus dicapai, tapi bagi saya pribadi prestasi itu adalah sebuah proses yang dilalui berhasil atau tidak, sukses ataupun tidak.Jika dikaitkan dengan profesi guru, prestasi berarti proses seorang guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran, hasilnya mungkin tidak secara langsung, sebagai contoh ketika seorang guru membimbing anak didik untuk mengikuti sebuah lomba dan berhasil maka dengan sendirinya guru tersebut sudah berprestasi, atau mungkin disuatu waktu ketika seseorang yang sudah berhasil mendatangi gurunya lalu mengaku bahwa sesorang tersebut adalah muridnya, maka itulah prestasi yang seutuhnya. Dengan kata lain bahwa guru berprestasi adalah guru yang berhasil membawa muridnya berprestasi.

2.3. Mendidik dengan Hati dan TeknologiSebagai metode untuk mencapai titik yang paling tinggi sebagai guru yang berprestasi adalah dengan konsep mendidik dengan hati dan teknologi. Mendidik dengan hati dan teknologi memiliki beberapa kriteria :

1. NiatBermula saat kita melakukan kegiatan harus diawali dengan niat, niat kita dengan sepenuh hati menjadikan anak didik kita adalah anak-anak yang luar biasa dalam kemampuan akademik maupun non akademik. Bayangkan dalam niat kita bahwa semua anak didik kita adalah mutiara-mutiara yang saat ini terpendam dalam tanah. Dengan niat yang tulus, ikhlas dan pasrah yang sebenar-benarnya kepada Allah SWT mutiaa-mutiara itu akan muncul ke permukaan, sehingga niat ini memiliki kekuatan yang sangat besar untuk menjadi daya dorong disetiap langkah kita menuju sekolahan.

2. Rela BerkorbanMendidik, mengajar, mendampingi anak didik kita membutuhkan pengorbanan yang tidak sedikit. Jika kita sebagai guru tidak memiliki kemauan untuk berkorban, penulis meyakini bahwa kita tidak akan menjadi guru yang mampu mengajar, apalagi mendidik. Di setiap waktu yang kita berikan kepada anak didik kita, mendampingi mereka, mengarahkan mereka, memberikan semangat kepada mereka harus dibarengi dengan pengorbanan yang tulus, baik waktu, tenaga, pikiran, bahkan hati kita ikut berkorban. Pengorbanan yang kita barengi dengan hati kita akan menjadikan diri kita yakin 100 persen bahwa mendidik dengan benar, dengan baik akan menghasilkan yang baik juga sesuai dengan nilai pengorbanan kita.

3. Selalu BelajarGuru bukanlah segala-galanya, bukan yang paling pandai, bukan yang paling pintar, namun guru adalah pembelajar. Tiada hari tanpa digunakan untuk selalu menambah ilmunya, sehingga ilmu yang dipelajari akan semakin tinggi tingkatannya. Bertanyalah kepada siapa saja yang kita temui, tidak terkecuali anak didik kita. Mereka merupakan ladang ilmu yang dapat kita jadikan sebagai sumber ilmu. Apalagi saat ini kemajuan teknologi memiliki peranan penting dalam kemajuan ilmu pengetahuan, manfaatkan fasilitas ini untuk kemajuan keilmuan kita.Banyak sekali fasilitas yang sengaja dibuat, sengaja disediakan untuk guru diseluruh dunia, artinya bahwa sarana untuk meningkatkan kemampuan kita sudah sangat terbuka lebar, manfaatkanlah kesempatan ini dengan sebaik mungkin. Tidak ada kesempatan yang akan datang dua kali.Dengan selalu belajar kita akan semakin mudah untuk menghasilkan inovasi, menghasilkan media pembelajaran yang menarik, membuat teknologi tepat guna pendukung pembelajaran. Pada akhirnya kegiatan pembelajaran kita semakin menyenangkan, hemat, dan memberikan kemudahan kepada kita, bahkan bagi semua pengelola pendidikan. 4. IkhlasRela berkorban harus dibarengi dengan ikhlas, yaitu mampu dengan sepenuh hati karena Allah, melaksanakan semua kegiatan sebagai seorang guru bukan lagi tataran hanya untuk di dunia, namun kemampuan kita untuk meyakinkan hati kita bahwa kita sebagai guru adalah sebuah profesi yang paling mulia, yang dampaknya bukan hanya saat ini saja, namun sampai ke akhirat. Oleh karena itu apabila guru melaksanakan kegiatan mendidik anak didiknya dengan ikhlas, penulis meyakini 100 % bahwa dampaknya juga akan 100%, baik kepada diri kita, maupun kepada anak didik kita, bahkan kepada keluarga kita, keluarga anak didik kita sampai ke lingkungan tempat kita tinggal. Berikan yang kita bisa kepada anak didik kita, orang kita memberikan ilmu kepada orang lain akan membuat diri kita semakin pintar, semakin kaya dan semakin banyak untungnya.

5. TotalitasJalankan tugas dengan total, tidak boleh 90% apalagi hanya 25%. Apa yang kita jalankan dengan 100% akan menghasilkan 100% minimal, bahkan akan menjadi 1000%. Apa buktinya, contoh jika Kita belajar untuk membuat media pembelajaran menggunakan Microsoft Powerpoint, dan kita belajar dengan sepenuh hati, benar-benar memperhatikan, minimal hasil yang kita dapat adalah semua yang kita pelajari saat ini, yaitu kita bisa membuat media pembelajaran menggunakan Microsoft Powerpoint, berarti 100% kita mendapatkan ilmunya. Nah apa yang sisanya 900% itu? Teman kita, rekan guru, bahkan tetangga di kampung kita mengetahui kalau kita bisa dengan baik membuat media pembelajaran dengan Microsoft Powerpoint, mereka minta diajari. Seandainya ada 25 orang yang minta diajari sama kita, minimal kita dapat kebaikan dari memberikan ilmu kepada orang lain. Dan hebatnya lagi ternyata mereka mengumpulkan dana untuk mengganti uang lelah kita, menggantikan ongkos kita. Wah indah sekali ya, dan apakah hal ini kita sadari? Jika anda penasaran silahkan anda coba.

6. Mengajak dan MengingatkanNak sholat yuk.!. Cukup sederhana untuk kita ucapkan, namun memiliki makna yang ganda. Mengajak anak didik kita untuk sholat, bahkan sholat berjamaah, mereka akan merasa sangat diperhatikan oleh gurunya. Makna ganda dalam hal ini yang pertama adalah guru ini memperhatikan anak didiknya, kedua kita menanamkan pengaruh positif melalui ucapan yang kita lakukan secara berulang. Hal ini akan mengakibatkan anak didik kita akan selalu teringat dengan kalimat di atas. Tentunya lakukan hal ini setiap saat kita menemui anak didik kita dan mereka belum menjalankan sholat. Seandainya waktu sholat yang ditemui adalah dzuhur dan ashar, maka dalam satu hari minimal dua kali mereka mendengarkan kata-kata pengingat dan mengajak nak sholat yuk!. Mari kita hitung dalam satu minggu 2 x 5 hari maka ada 10 kali anak didik kita mendengarkannya, berarti dalam satu bulan mereka akan mendengarkan 40 kali, sehingga dalam satu tahun 40 x 12 bulan, 480 kali mendengarkan kata-kata nak sholat yuk.Kami melakukan kegiatan seperti ini tidak hanya sebatas di sekolahan, namun termasuk mengajak dan mengingatkan mereka dengan sistem pesan berantai setiap malam. Anda penasaran? Silahkan anda coba hal ini kepada anak didik anda, dan tunggu akibatnya.

7. BerjamaahJangan pernah berpikir bahwa berbuat hal yang baik, dalam hal ini mengajar anak didik sendirian akan menghasilkan anak didik yang berhasil dengan cepat. Artinya kalau anak didik kita diajari oleh satu guru saja walaupun secara kasat mata guru-guru sangat banyak di kelas, di sekolahan namun karena kita berjalan sendiri-sendiri, maka hasilnya juga sendiri-sendiri dan membutuhkan waktu yang sangat lama. Coba kalau kita lakukan secara bersama-sama, dari 10 orang anak didik kita tidak bisa menjawab soal no 2 Matematika, kemudian kita ajari dengan baik setiap hari. Bisa kita bayangkan jika seperti itu kita lakukan secara berjamaah/bersama-sama maka yang harusnya mengajari anak didik kita yang belum bisa di no 2 Matematika tadi membutuhkan waktu 8 jam normal dengan yang mengajar hanya ada satu, jika yang mengajarinya ada 5, apakah hal ini akan memberikan dampak yang baik? Akselerasi penguasaan llmu pada anak didik kita juga akan diakselerasi dari semua sisi di setiap kegiatan.

8. MendoakanSemua usaha yang sudah kita lakukan tidak akan pernah sempurna, bahkan kadang sia-sia tanpa adanya doa. Oleh karena itu berdoalah untuk kesuksesan diri kita, kegiatan kita, kegiatan anak didik kita bahkan untuk semua keluarga besar sekolah kita. Berdoa bukan aktifitas yang kecil, namun berdoa adalah kegiatan yang sangat besar, sangat tinggi derajatnya, berdoa sebagai pembuka pembatas antara kita dengan Allah secara langsung. Berdoalah, berdoalah, dan berdoalah terus untuk kita semua. Allah akan mendengarkan doa kita, apalagi kalau doa kita lakukan secara berjamaah maka doa ini akan menambahkan kekuatan kepada kita sampai 1000%.

Sebagai perwujudan konsep yang penulis sampaikan maka dengan ini penulis menyertakan bukti-bukti ketercapaiannya dalam bentuk portofolio terlampir.BAB IIIKESIMPULAN

Dalam manajemen sumber daya manusia, menjadi profesional adalah tuntutan jabatan, pekerjaan ataupun profesi. Ada satu hal penting yang menjadi aspek bagi sebuah profesi, yaitu sikap profesional dan kualitas kerja. Menjadi profesional, berarti menjadi ahli dalam bidangnya. Dan seorang ahli, tentunya berkualitas dalam melaksanakan pekerjaannya. Akan tetapi tidak semua Ahli dapat menjadi berkualitas. Karena menjadi berkualitas bukan hanya persoalan ahli, tetapi juga menyangkut persoalan integritas dan personaliti. Dalam perspektif pengembangan sumber daya manusia, menjadi profesional adalah satu kesatuan antara konsep personaliti dan integritas yang dipadupadankan dengan skill atau keahliannya. Menjadi profesional adalah Minimal menjadi guru harus memiliki keahlian tertentu dan distandarkan secara kode keprofesian. Apabila keahlian tersebut tidak dimiliki, maka tidak dapat disebut guru. Artinya tidak sembarangan orang bisa menjadi guru. Hal yang paling menarik adalah guru harus mampu mendidik dengan hati dan teknologi, karena semua kelakuan kita dikendalikan oleh hati kita, tentunya mendidik dengan hati adalah bagaimana kita mampu mengendalikan hati kita untuk selalu ikhlas, rendah hati, rela berkorban demi anak didik kita. Sedangkan pengelolaan manajemen pendidikan diperlukan teknologi yang memadai, karena dengan teknologi kita akan terbantu untuk mengetahui kondisi anak didik kita, kecepatan mendapatkan informasi serta valid dan tidaknya data mengenai anak kita. Jadilah guru yang selalu mendidik anak didiknya dengan penuh kasih sayang, rasakanlah dengan hati yang tulus, jalankan tugas dengan totalitas menggunakan alat bantu berupa teknologi. Sukses rekan-rekan guru semua untuk selalu rela berkorban untuk kemajuan dan keberhasilan anak didik kita, percayalah Allah tidak pernah tidur dan tidak pernah lupa, semua akan dibalas oleh-NYA berlipat ganda.