@ Hasil Perbaikan Asri 10 September 2015

55
KEMENTRIAN PENDIDIDKAN DAN KEBUDAYAAN RI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG Jl. Soemantri Brojonegoro No.1 Gedung Meneng, Bandar lampung Pengaruh Firm Size, Leverage dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan Deviden Pada Perusahaaan Food And Beverage yang terdaftar di BEI Tahun 2010-2014 (Tesis) Oleh Nama : Asri Winanti NPM : 1321011003 Pembimbing I : Dr. Sri Hasnawati,S.E.M.E. Pembimbing II : Iban Sofyan,S.E.,M.M.

description

Tesis

Transcript of @ Hasil Perbaikan Asri 10 September 2015

Page 1: @ Hasil Perbaikan Asri 10 September 2015

KEMENTRIAN PENDIDIDKAN DAN KEBUDAYAAN RIFAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNGJl. Soemantri Brojonegoro No.1Gedung Meneng, Bandar lampung

Pengaruh Firm Size, Leverage dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan Deviden Pada Perusahaaan Food And Beverage yang terdaftar di BEI

Tahun 2010-2014(Tesis)

Oleh Nama : Asri Winanti

NPM : 1321011003 Pembimbing I : Dr. Sri Hasnawati,S.E.M.E. Pembimbing II : Iban Sofyan,S.E.,M.M.

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER MANAJEMENFAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS LAMPUNGBANDAR LAMPUNG

2015

Page 2: @ Hasil Perbaikan Asri 10 September 2015

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada perkembangan usaha saat ini, keefisienan serta keefektifan sebuah perusahaan

akan menjadi kekuatan dalam mempertahankan usahanya serta dapat menjadi faktor

yang mendukung untuk bersaing dengan para pesaing. Perusahaan dalam hal ini

dihadapkan pada sebuah keputusan besar, yaitu dalam keputusan kebijakan dividen.

Kebijakan ini terkait pada penggunaan laba perusahaan yang akan digunakan untuk

pembagian dividen kepada para pemegang saham, atau menahan laba yang dimiliki

guna dana ekspansi atau investasi yang akan datang Besarnya alokasi laba yang

digunakan untuk dividen, akan menjadi perhatian bagi para investor karena tidak

dapat dipungkiri, investor akan lebih menyukai nominal dividen yang besar,

sedangkan hal tersebut tidak dikehendaki oleh manajemen yang lebih memilih untuk

menahan laba perusahaaan dengan tujuan tertentu (Moermahadi et al 2009:2).

Pemegang saham (investor) menginginkan return yang tinggi dalam bentuk dividen,

namun pihak manajemen perusahaan ingin melakukan investasi untuk memperbesar

aset perusahaan. Pembagian dividen yang relatif besar akan dianggap sebagai sinyal

positif oleh pemegang saham Masalahnya, pembagian dividen yang cukup besar akan

mengurangi kemampuan pendanaan perusahaan untuk pengembangan perusahaan

(Moermahadi et al 2009:2). Untuk itu diperlukan suatu kebijakan dividen yang

optimal dimana perusahaan mengambil kebijakan yang menciptakan keseimbangan

Page 3: @ Hasil Perbaikan Asri 10 September 2015

diantara dividen saat ini dan pertumbuhan di masa yang akan datang sehingga

memaksimumkan harga saham (Astuti, 2004:145).

Kebijakan dividen perusahaan tergambar pada dividend payout rationya yaitu

persentase laba yang dibagikan dalam bentuk deviden tunai,artinya besar kecilnya

dividend payout ratio akan mempengaruhi keputusan investasi para pemegang saham,

Pertimbangan mengenai dividend payout ratio ini diduga sangat berkaitan dengan

kinerja keuangan perusahaan. Bila kinerja keuangan perusahaan bagus maka

perusahaan tersebut akan mampu menetapkan besarnya dividend payout ratio sesuai

dengan harapan pemegang saham

Stice at al (2004:902) menyatakan bahwa Deviden adalah pembagian kepada

pemegang saham dari suatu perusahaan secara proporsional sesuai dengan jumlah

saham yang dipegang oleh masing-masing pemilik . Sedangkan menurut Skousen et

al (2001:757) yang dikutip oleh Manurung & Siregar (2008:3) Deviden adalah

pendistribusian laba secara proporsional kepada para pemegang saham sesuai dengan

jumlah saham yang dimilikinya”.

Dividen diberikan kepada para pemegang saham setelah mendapatkan persetujuan

dari pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).Sedangkan

Imran (2011) mengungkapkan kebijakan dividen adalah penting karenaperusahaan

dapat menggunakan dividen sebagai alat untuk sinyal keuangantentang stabilitas dan

prospek pertumbuhan perusahaan dan dividen memainkan peran penting dalam

struktur modal perusahaan

Page 4: @ Hasil Perbaikan Asri 10 September 2015

Martono dan Harjito (2005:253) menyatakan bahwa kebijakan dividen merupakan

bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan keputusan pendanaan perusahaan.

Kebijakan dividen (dividend policy) merupakan keputusan apakah laba yang

diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagi kepada pemegang saham dalam

bentuk dividen atau akan ditahan untuk menambah modal guna pembiayaan investasi

di masa yang akan datang. Berkaitan dengan keputusan deviden, manajemen

dihadapkan pada permasalahan apakah laba perusahaan akan ditahan (tidak dibagi)

atau dibagikan pada pemegang saham.

Besarnya deviden yangdibagikan kepada pemegang saham sangat tergantung pada

hasil keputusanrapat umum pemegang saham (RUPS) (Ang, 1997). Namun bila laba

ditahanmaka berarti bahwa laba tersebut diinvestasikan kembali untuk digunakan

dalam menunjang kegiatan usaha perusahaan. Oleh karena itu tingkat pembagian

deviden akan mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan.

Suatu perusahaan besar dan mapan akan mudah untuk menuju ke pasar modal.

Karena kemudahan untuk berhubungan dengan pasar modal, maka berarti fleksibilitas

lebih besar dan kemampuan untuk mendapatkan dana dalam jangka pendek,

perusahaan besar dapat mengusahakan pembayaran deviden yang lebih besar

dibandingkan dengan perusahaan kecil (Harjono, 2002), sehingga perusahaan

semakin besar, maka tingkat pembagian deviden semakin besar. Hasil penelitian yang

dilakukan oleh Chang dan Rhee (1990) serta Harjono (2002) menyebutkan bahwa

size dinyatakan berpengaruh positif dan signifikan terhadap DPR. Hal ini kontradiktif

dengan penelitian yang dilakukan oleh Jensen et al (1992), Nurhaini (2002) dan Hatta

Page 5: @ Hasil Perbaikan Asri 10 September 2015

(2002) dengan hasil size dinyatakan tidak berpengaruh signifikan terhadap DPR

(Deviden Payout Ratio). Struktur permodalan yang lebih tinggi dimiliki oleh utang

menyebabkan pihak manajemen akan memprioritaskan pelunasan kewajiban terlebih

dahulu sebelum membagikan dividen. Perusahaan yang memiliki rasio utang lebih

besar seharusnya membagikan dividen lebih kecil karena laba yang diperoleh

digunakan untuk melunasi kewajiban. Utang jangka panjang diikat oleh sebuah

perjanjian utang untuk melindungi kepentingan kreditor. Kreditor biasanya

membatasi pembayaran dividen, pembelian saham beredar dan penambahan utang

untuk menjamin pembayaran pokok utang dan bunga. Untuk itu, semakin tinggi rasio

utang/ekuitas, maka semakin ketatnya perusahaan terhadap perjanjian utang.

Kaitannya dengan pembayaran dividen, maka dapat dikatakan semakin tinggi rasio

utang/ekuitas, pembayaran dividen akan semakin kecil. Adapun rasio leverage yang

digunakan dalam penelitian ini adalah Debt To Equity Ratio (DER)

ROA merupakan rasio perbandingan antara laba bersih (earning after tax) dengan

total aktiva. ROA menunjukkan kemampuan perusahaan, atau emiten dalam

menghasilkan laba bersih setelah pajak dengan memanfaatkan semua asset yag

dimiliki perusahaan. Semakin tinggi rasio ROA, semakin baik kemampuan

perusahaan didalam mengoperasikan keseluruhan aktiva yang dimilikinya, begitu

juga dengan sebaliknya. Menurut Sunarto (2003) ROA berpengaruh signifikan

terhadap deviden. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Susanto (2002) yang menunjukkan bahwa ROA berpengaruh tidak signifikan

terhadap kebijakan deviden.

Page 6: @ Hasil Perbaikan Asri 10 September 2015

Perusahaan food and beverage adalah salah satu sektor dari perusahaan

manufaktur,yang terdaftar di BEI. dimana perusahaan tersebut bergerak di bidang

industri food and beverage. Alasan dipilihnya perusahaan food and beverage karena

sektor ini lebih stabil dan tidak terpengaruh oleh musim ataupun perubahan kondisi

perekonomian sehingga diperkirakan perusahaan tersebut mempunyai kinerja

keuangan yang cukup baik dan mampu untuk mengeluarkan dividen

Page 7: @ Hasil Perbaikan Asri 10 September 2015

Tabel 1Presentase Ukuran Perusahaan, Leverage, Profitabilitas dan kebijakan Dividen Perusahaan Food and Beverage

Tahun2013-2014

No NamaPerusahaanSize%

Leverage%

Profitabilitas%

DPR

2013 2014 2013 2014 2013 2014 2013 20141 PT Akasha Wira Internasional 13,08 13,35 0,40 0,40 23,92 27,17 12,95 19,582 PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk 14,25 14,45 0,36 0,41 9,65 13,09 0,29 0,223 PT Cahaya Kalbar Tbk 15,48 15,90 0,51 0,56 24,37 28,03 0,21 0,014 Pt Delta Djakarta Tbk 16,89 16,98 0,39 0,41 7,66 10,22 47,73 33,325 PT Indofood Sukses makmur Tbk 12,51 12,71 0,30 0,37 10,61 16,65 28,05 239,156 PT Multi Bintang Indonesia Tbk 11,80 12,02 0,51 0,56 11,80 1,33 19,97 31,397 PT Mayora Indah Tbk 13,28 13,28 0,37 0,25 11,89 17,60 24,14 39,508 PT Prasidha Aneka Niaga Tbk 13,51 13,96 0,61 0,70 7,92 10,02 29,19 21,429 PT Sekar Bumi Tbk 14,24 14,25 0,33 0,30 2,20 4,38 24,49 72,42

10 PT Sekar laut Tbk 14,86 15,02 0,76 0,74 3,30 27,17 33,29 40,4211 PT Siantar Top Tbk 16,23 16,38 0,59 0,55 20,25 26,04 26,06 28,6512 PT Ultrajaya Milk Tbk 12,55 14,72 0,17 0,15 36,74 31,93 51,77 57,57

Sumber :idx.co.id

Page 8: @ Hasil Perbaikan Asri 10 September 2015

Tabel 1.1 menunjukkan presentase Firm Size, Leverage, Profitabilitas dan Kebijakan

Deviden Perusahaan Food And Beverage tahun 2013-2014 , terlihat bahwa

presentase Firm Size Perrusahaan Food And Beverage tahun 2013-2014 mengalami

peningkatan yaitu Pada PT Delta Djakarta tahun 2013 sebesar 16.89 kemudian

meningkat di tahun 2014 sebesar 16,98. Terlihat bahwa presentase Leverage

Perushaan Food And Beverage tahun 2013 mengalami peningkatan yaitu pada PT.

Sekar Laut sebesar 0,76 kemudian di Tahun 2014 mengalami penurunan sebesar

0,74. Presentase Profitabbilitas Perusahaan Food And Beverage tahun 2013-2014,

terlihat bahwa presentase Profitabilitas Perusahaan Food And Beverae tahun 2013

mengalami peningkatan yaitu pada PT Ultrajaya Milk Tbk sebesar 36,74 tetapi pada

Tahun 2014 mengalami penurunan sebesar 31,77. Presentase Dividend Payout Ratio

Perusahaan Food And Beverage tahun 2013-2014, terlihat bahwa presentase

Dividend Payout Ratio Perusahaan Food And Beverage tahun 2013-2014 mengalami

peningkatan yang cukup bagus di tahun 2014 yaitu PT Indofood Sukses Makmur

Tbk sebesar 239,15.

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya

dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri (Sartono, 2010: 122).

Wiagustini (2010: 76) menyatakan bahwa, profitabilitas menunjukkan kemampuan

perusahaan memperoleh laba atau ukuran efektivitas pengelolaan manajemen

perusahaan. Dalam penelitian ini, profitabilitas diproksikan dengan return on

assets (ROA) karena ROA merupakan rasio terpenting diantara

profitabilitas dan merupakan rasio yang tepat digunakan untuk mengukur

Page 9: @ Hasil Perbaikan Asri 10 September 2015

efektivitas perusahaan didalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan

aktiva yang dimilikinya.

Firm size merupakan simbol ukuran suatu perusahaan. Suatu perusahaan yang

sudah mapan akan memiliki akses yang mudah menuju pasar modal untuk

meningkatkan dana dengan biaya yang lebih rendah, sementara perusahaan yang

baru dan yang masih kecil akan mengalami banyak kesulitan untuk memiliki

akses ke pasar modal (Marietta dan Sampurno, 2013). Besar (ukuran) perusahaan

dapat dinyatakan dalam total asset, penjualan dan kapitalisasi pasar. Dalam

penelitian ini ukuran perusahaan dilihat dari total asset (TA) yang dimiliki oleh

perusahaan, yang dapat dipergunakan untuk kegiatan operasi perusahaan. Semakin

besar total asset menunjukkan bahwa semakin besar pula ukuran perusahaannya

karena banyaknya modal yang ditanam pada perusahaan tersebut (Sudarmaji dan

Sularto, 2007).

Likuiditas menunjukkan kamampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban

finansial yang berjangka pendek tepat pada waktunya (Sartono, 2010: 114). Dalam

penelitian ini likuiditas diproksikan dengan current ratio (CR) karena CR

merupakan rasio yang tepat untuk mengukur tingkat pemenuhan kewajiban jangka

pendek suatu perusahaan dengan aktiva lancarnya. Current ratio menunjukkan

sejauh mana kewajiban lancar (current liabilities) dijamin pembayarannya oleh

aktiva lancar (current asset) (Deitiana, 2009).

Leverage menunjukkan kemampuan perusahaan membayar seluruh kewajiban

Page 10: @ Hasil Perbaikan Asri 10 September 2015

finansialnya (jangka pendek dan jangka panjang), atau mengukur sejauh mana

perusahaan dibiayai dengan hutang (Wiagustini, 2010: 76). Dalam penelitian

ini leverage diproksikan dengan DER (debt to equity ratio) karena DER merupakan

rasio yang tepat digunakan untuk menunjukkan kemampuan perusahaan membayar

seluruh kewajiban jangka panjang dan jangka pendeknya. Semakin besar rasio ini

menunjukkan semakin besar kewajibannya dan rasio yang semakin rendah

akan menunjukkan semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam memenuhi

kewajibannya.

Atas dasar uraian tersebut di atas, maka diajukan penelitian untuk menganalisis

Apakah terdapat pengaruh antara firm size, leverage dan profitabilitas terhadap

kebijakan deviden Pada Perusahaaan Food And Beverage yang terdaftar di BEI

Tahun 2010-2014.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian

ini Apakah Firm Size, Leverage dan Profitabilitas berpengaruh terhadap Kebijakan

deviden pada Perusahaan Food And Beverage yang terdaftar di BEI tahun 2010-2014.

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh Firm Size, Leverage dan profitabilitas Terhadap

Kebijakan deviden

Page 11: @ Hasil Perbaikan Asri 10 September 2015

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi calon investor

Dengan adanya kajian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan pada

saat investasi

2. Bagi perusahaan

Sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan dalam mengaplikasikan variabel-

variabel penelitian ini untuk membantu meningkatkan nilai perusahaan serta

sebagai bahan pertimbangan emiten untuk mengevaluasi, memperbaiki, dan

meningkatkan kinerja manajemen dimasa yang akan datang.

3. Bagi akademisi

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan teori

mengenai ukuran perusahaan, leverage, profitabilitas, yang diterapkan pada suatu

perusahaan serta pengaruhnya terhadap kebijakan deviden

4. Bagi penelitian yang akan datang

Penelitian ini dapat diharapkan dapat menjadi referensi atau bahan wacana di

bidang keuangan sehingga dapat bermanfaat penelitian selanjutnya mengenai nilai

perusahaan pada masa yang akan datang.

1.5 Kerangka Pemikiran

Deviden adalah pembayaran yang diberikan perusahaan kepada para pemegang

saham sehubungan dengan keuntungan/laba yang diperoleh perusahaan. Kebijakan

Page 12: @ Hasil Perbaikan Asri 10 September 2015

terhadap deviden meliputi keputusan apakah laba yang diperoleh oleh perusahaan

akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai deviden atau akan ditahan dalam

bentuk laba ditahan guna pembayaran investasi di masa yang akan datang. Ukuran

perusahaan akan mempengaruhi fleksibiltas perusahaan dalam memasuki pasar

modal. Perusahaan yang sudah mapan cenderung untuk memberi tingkat pembayaran

deviden yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan kecil atau baru (Sartono 2001)

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kartika (2005). menjelaskan bahwa ukuran

perusahaan berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kebijakan dividen.

Sedangkan hasil penelitian Fira (2009) menjelaskan bahwa ukuran perusahaan

berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen.

Dalam penelitian Suherli dan Harahap, (2004) dalam Sulistiyowati,dkk (2010)

menyatakan bahwa semakin besar leverage perusahaan maka cenderung untuk

membayar dividennya lebih rendah dengan tujuan untuk mengurangi ketergantungan

pada pendanaan secara eksternal. Sehingga semakin besar proporsi hutang yang

digunakan untuk struktur modal suatu perusahaan, maka akan semakin besar

kewajiban perusahaan dalam menentukan besar kecilnya dividen yang akan dibagikan

Profitabilitas yang diproksikan dengan Return on Asset menggambarkan kinerja

keuangan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari aktiva uang digunakan

untuk operasional perusahaan Semakin besar keuntungan yang dimiliki maka

semakin besar pula kemampuan perusahaan dalam membayar dividen. (Deitiana,

2009).

Page 13: @ Hasil Perbaikan Asri 10 September 2015

Nutriningsih(2005),Chang dan Ree (1990) menyebutkan bahwa profitabilitas

berpengaruh negatif terhadap kebijakan deviden. Penelitian ini bertentangan dengan

penelitian Jensen et al (1992) serta Chen dan Stener(1999) yang menyatakan bahwa

profitabilitas berpengaruh positif terhdap kebijakan deviden ,karena semakin tinggi

cash flowdalam perusahaan maka diharapkan perusahaan akan membayar deviden

yang tinggi. Hasil penelitian sulistyowati(2010), Anil, dan Kapor (2008), Kadir

(2010) ,dan Destiana( 2009) menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh positif

dan signifikan terhadap kebijakan deviden ,dikarenakan profitabilitas merupakan

kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dan deviden akan dibagi apabila

perusahaan memperoleh laba.

Berdasarkan uraian di atas.maka Kerangka pemikiran pernelitian ini dapat dilihat

pada gambar 2.1 berikut:

Gambar 1

Kerangka Pemikiran

Firm Size

Kebijakan DevidenLeverage

Profitabilitas

Page 14: @ Hasil Perbaikan Asri 10 September 2015

1.6 Hipotesis

H1 : Firm Size berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan deviden pada

perusahaan food and beverage

H2 : Leverage berpengaruh Positif dan signifikan terhadap Kebijakan deviden

Perusahaan Food and Beverage

H3 : Profitabilitas berpengaruh Positif signifikan terhadap kebijakan deviden

Perusahaan Food and Beverage

Page 15: @ Hasil Perbaikan Asri 10 September 2015

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Deviden dan Kebiakan Deviden

Kebijakan deviden adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan

dibagikan kepada pemegang saham sebagai deviden atau ditahan dalam bentuk laba

guna pembayaran investasi dimasa yang akan datang ( sartono 2000) Sedangkan

Sudarsi (2002) kebijakan deviden adalah kebijakan yang berkaitan dengan

pembayaran deviden oleh perusahaan berupa penentuan besarnya pembayaran

deviden dan besarnya laba yang ditahan untuk kepentingan perusahaan

Kebijakan deviden dapat diperoleh dengan membandingkan antara Devidend per

share dengan Earning per share. Earning per share dapat diperoleh dengan

pengurangan laba bersih dengan deviden yang dibagikan kepada pemilik saham

preferen lalu dibagi dengn jumlah lembar saham yang beredar (Nuringsih 2005)

Kebijakan dividen adalah merupakan keputusan yang berkaitan dengan penggunaan

laba yang menjadi hak para pemegang saham dan laba tersebut dapat dibagi sebagai

dividen atau laba yang ditahan untuk diinvestasikan kembali (Husnan, 2013)

2.2 Jenis deviden

Jenis- jenis dividen menurut Brigham (2006;95):

a. Cash Dividend (Dividen Tunai)

Page 16: @ Hasil Perbaikan Asri 10 September 2015

Cash dividend adalah dividen yang dibayarkan dalam bentuk uang tunai. Pada

umumnya cas dividend lebih disukai oleh para pemegang saham dan lebih sering

dipakai perseroan jika dibandingkan dengan jenis dividen.. Pada waktu rapat

pemegang saham, perusahaan memutuskan bahwa sejumlah tertentu dari laba

perusahaan akan dibagi dalam bentuk cash dividen (M. Munandar, 1983: 312).

Perusahaan hanya berkewajiban membayar dividen setelah perusahaan tersebut

mengumumkan akan membayar dividen. Dividen dibayarkan kepada pemegang

saham yang namanya tercatat dalam daftar pemegang saham.

Menurut Zaki Baridwan (2000:434-437) cash dividend, yaitu dividend yang

dibayarkan dalam bentuk uang tunai. Pada umumnya cash dividend ini lebih disukai

oleh para pemegang saham jika dibandingkan dengan bentuk dividen lainnya dan

merupakan dividen yang paling umum dibagikan oleh perusahaan. Untuk dapat

membayar cash dividend ini, seorang manajer keuangan akan terlebih dahulu

memperhatikan keadaan :

a. Apakah jumlah laba yang telah diperoleh dapat dianggap cukup untuk

menyatakan bahwa dividen memang dapat dibayarkan pada periode yang

bersangkutan.

b. Jika laba tersebut cukup untuk membayar dividen, kemudian harus diperhatikan

posisi likuiditas yang memungkinkan pembayaran cash dividend ini.

b. Stock Dividend (dividen saham)

Stock dividend adalah dividen yang dibayarkan dalam bentuk saham, bukan dalam

bentuk uang tunai. Pembayaran stock dividend juga harus disarankan adanya laba

Page 17: @ Hasil Perbaikan Asri 10 September 2015

atau surplus yang tersedia, dengan adanya pembayaran dividen saham ini maka

jumlah saham yang beredar meningkat, namun pembayaran dividen saham ini tidak

akan merubah posisi likuiditas perusahaan karena yang dibayarkan oleh perusahaan

bukan merupakan bagian dari arus kas perusahaan

c. Property dividend (dividen barang)

Property dividend adalah dividen yang dibayarkan dalam bentuk barang (aktiva selain

kas). Pembagian dividen berupa barang sudah barang tentu lebih sulit dibanding

pembagian dividen uang. Perusahaan melakukannya karena uang tunai perusahaan

tertanam dalam investasi saham perusahaan lain atau persediaan dan penjualan

investasi atau persediaan terutama bila jumlahnya cukup banyak akan menyebabkan

harga jual investasi ataupun persediaan turun, sehingga merugikan perusahaan dan

pemegang saham sendiri (Arief Suaidi, 1994 : 233).

Menurut Zaki Baridwan (2000:434-437) property dividend adalah dividen yang

dibayarkan dalam bentuk surat berharga perusahaan lain yang dimiliki oleh PT,

barang dagangan atau aktiva-aktiva lain. Syaratnya barang tersebut dapat dibagikan

atas bagian-bagian yang homogen serta penyerahannya kepada pemegang saham

tidak akan mengganggu kontinuitas perusahaan. Jadi dalam hal ini mungkin terjadi

pembayaran dividen dalam bentuk barang-barang yang dihasilkan atau

diperdagangkan oleh perusahaan yang bersangkutan maupun yang bukan dihasilkan

oleh perusahaan. Dalam pembayaran dividen ini para pemegang saham tidak dapat

dipaksakan untuk menerimanya sebagai dividen, oleh karena itu perusahaan dapat

Page 18: @ Hasil Perbaikan Asri 10 September 2015

menjual lebih dahulu barangnya kemudian hasil penjualannya dapat dibayarkan

kepada pemegang saham.

d. Scrip Dividend

Scrip dividend adalah dividen yang dibayarkan dalam bentuk surat (scrip) janji

hutang. Pembayaran dalam bentuk ini akan menyebabkan perseroan mempunyai

hutang jangka pendek kepada pemegang scrip. Script dividen seperti ini biasanya

dibuat apabila pada waktu para pemegang saham mengambil keputusan tentang

pembagian laba, dimana perusahaan belum (tidak) mempunyai persediaan uang cash

yang cukup untuk membayar dividen cash (Arief Suaidi, 1994: 231).

Menurut Zaki Baridwan (2000:434-437) scrip dividend adalah dividen yang

dibayarkan dalam bentuk scrip (janji hutang). Perusahaan akan membayar tunai

sejumlah tertentu sesuai dengan yang tercantum dalam scrip tersebut. Pembayaran

dividen dalam bentuk scrip ini akan menyebabkan perusahaan mempunyai hutang

jangka pendek kepada pemegang scrip. Dengan memegang scrip ini pemegang saham

menempati kedudukan yang sama dengan kreditur biasa atas jumlah dividen yang

terhutang dan berhak untuk menuntut pembayarannya jika saat yang ditentukan telah

tiba (jatuh tempo). Alasan pembayaran dividen dengan menggunakan scrip ini karena

perusahaan telah berhasil memperoleh laba, tapi tidak mempunyai cukup dana untuk

membayarkan dividen tunai.

e. Liquidating dividend

Page 19: @ Hasil Perbaikan Asri 10 September 2015

Liquidating dividend adalah dividen yang dibagikan berdasarkan pengurangan modal

perusahaan, bukan berdasarkan keuntungan yang diperoleh perusahaan. Perseroan

akan mengumumkan dividen likuidasi manakala dividen tersebut dianggap

pengembalian kepada pemegang saham. Pemberian dividen likuidasi oleh perseroan

merupakan pengurangan saldo modal saham yang diinvestasikan oleh pemegang

saham dikarenakan perusahaan tersebut secara permanen telah mengurangi kegiatan

operasinya atau telah membubarkan usahanya secara keseluruhan (Fess & Warren,

1995 : 572).

Menurut Zaki Baridwan (2000:434-437) dividen likuidasi adalah dividen yang

sebagian merupakan pengembalian modal. Dividen ini dibagikan berdasarkan

pengurangan modal perusahaan, bukan berdasarkan keuntungan yang diperoleh.

2.3 Teori Kebijakan deviden

1. Dividen Irrelevance ( Ke Tidak Relevanan Dividen)

Menurut Miller dalam Sartono (2001 : 282) berpendapat bahwa dalam kondisi

keputusan investasi yang given, pembayaran dividen tidak berpengaruh terhadap

kemakmuran pemegang saham. Miller juga berpendapat bahwa nilai perusahaan

dibentuk oleh earning power dari assets perusahaan. Dengan demikian nilai

perusahaan ditentukan oleh keputusan investasi. Sementara itu keputusan apakah laba

yang diperoleh akan dibagikan dalam bentuk dividen atau akan ditahan tidak

mempengaruhi nilai perusahaan.

2. Bird In The Hand Theory

Page 20: @ Hasil Perbaikan Asri 10 September 2015

Menurut J, Keown (2000: 611) kepercayaan bahwa pendapatan dividen mempunyai

nilai lebih tinggi bagi investor dari pada pendapatan modal, sejak dividen lebih pasti

dari pada pendapatan modal. Litner dalam penelitian Listyantara (2005)

mengemukakan bahwa para pemegang saham lebih suka kalau keuntungan dibagikan

dalam bentuk dividen dari pada retained earning. Alasan mereka adalah pembayaran

dividen merupakan penerimaan yang pasti dibanding dengan capital gain

3. Teori Tax Differential

Apabila dividen cenderung dikenakan pajak yang lebih tinggi daripada capital gain,

maka investor akan meminta tingkat keuntungan yang lebih tinggi untuk saham

dengan dividend yield yang tinggi, sehingga perusahaan lebih baik menentukan

dividend payout ratio yang rendah atau bahkan tidak membagikan dividen sama

sekali untuk meminimumkan biaya modal dan memaksimumkan nilai perusahaan

(Sartono, 2001).

4. Information Content of Dividen

Menurut Sjahrial (2007: 265) menjelaskan bahwa pada saat ada kesempatan investasi

yang menguntungkan, pembagian dividen akan cenderung besar. Pada saat tidak

banyak kesempatan investasi yang menguntungkan pembayaran dividen akan

cenderung rendah. Dividen dianggap mempunyai kandungan informasi (informasi

content of dividend).

2.4 Ukuran Perusahaan (Firm Size)

Page 21: @ Hasil Perbaikan Asri 10 September 2015

Menurut Rizki (2012), ukuran perusahaan menunjukan skala besar kecilnya suatu

perusahaan yang ditunjukan oleh total aktiva, jumlah penjualan dan rata-rata total

aktiva yang dimiliki perusahaan. Weston dan Copeland (1996:100),perusahaan yang

sudah besar atau mapan cenderung untuk memberi tingkat pembayaran dividen yang

lebih tinggi daripada perusahaan kecil atau baru. Kartika (2005), perusahaan yang

memiliki ukuran perusahaan besar akan lebih mudah memasuki pasar modal sehingga

dengan kesempatan ini perusahaan membayar dividen besar kepada pemegang

saham.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kartika (2005). menjelaskan bahwa ukuran

perusahaan berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kebijakan dividen.

Sedangkan hasil penelitian Fira (2009) menjelaskan bahwa ukuran perusahaan

berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen. Ukuran perusahaan

menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang ditunjukkan oleh total asset,

jumlah penjualan, rata-rata tingkat penjualan dan rata-rata total asset. Ukuran

perusahaan diwakili oleh Log Natural (LN) dari total assets tiap tahun (Intan

Rahmawati dan Arkam, 2007).Ukuran perusahaan = Ln Total Assets

2.5 Leverage

Salah satu faktor penting dalam unsur pendanaan adalah hutang (leverage).

Solvabilitas (leverage) digambarkan untuk melihat sejauh mana asset perusahaan

dibiayai oleh hutang dibandingkan dengan modal sendiri.(Westondan

Copeland,1992).Sedangkan Kusumawatidan Sudento (2005) menggambarkan

leverage sebagai kemampuan perusahaan untuk membayar hutangnya dengan

Page 22: @ Hasil Perbaikan Asri 10 September 2015

menggunakan ekuitas yangdimilikinya.Leverage dapat dipahami sebagai penaksir

dari resiko yang melekat di suatu perusahaan. Artinya, leverage yang semakin besar

menunjukkan risiko investasi yang semakin besar pula.Perusahan dengan rasio

leverage yang rendah memiliki risiko leverageyang lebih kecil.

leverage adalah suatu tingkat kemampuan perusahaan dalam menggunakan aktiva

dan atau dana yang mempunyai beban tetap (hutang dan atau saham istimewa) dalam

rangka mewujudkan tujuan perusahaan untuk memaksimisasi kekayaan pemilik

perusahaan.

Perusahaan yang memiliki rasio utang lebih besar seharusnya membagikan dividen

lebih kecil karena laba yang diperoleh digunakan untuk melunasi kewajiban. semakin

tinggi rasio utang/ekuitas, maka semakin ketatnya perusahaan terhadap perjanjian

utang. Kaitannya dengan pembayaran dividen, maka dapat dikatakan semakin tinggi

rasio utang/ekuitas, pembayaran dividen akan semakin kecil. Adapun rasio leverage

yang digunakan dalam penelitian ini adalah Debt to Equity Ratio (DER)

2.5.1 Rasio Leverage

1) Rasio hutang modal / Debt to Equity Ratio

merupakan perbandingan antara total hutang (hutang lancar dan hutang

jangka panjang) dan modal yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk

memenuhi kewajibannya dengan menggunakan modal yang ada.

Rasio hutang modal dihitung dengan formula:

Page 23: @ Hasil Perbaikan Asri 10 September 2015

Syafri (2008:303) menjelaskan semakin kecil rasio hutang modal  maka semakin

baik dan untuk keamanan pihak luar rasio terbaik jika jumlah modal lebih besar dari

jumlah hutang atau minimal sama.

2) Total Asets to Total Debt Ratio/ Debt Ratio

Rasio ini merupakan perbandingan antara total hutang dengan total aktiva.

Sehingga rasio ini menunjukkan sejauh mana hutang dapat ditutupi oleh

aktiva.

Rasio ini dihitung dengan rumus:

Apabila debt ratio semakin tinggi, sementara proporsi total aktiva tidak berubah maka

hutang yang dimiliki perusahaan semakin besar.. Dan sebaliknya apabila debt ratio

semakin kecil maka hutang yang dimiliki perusahaan juga akan semakin kecil

2.6 Profitabilitas

Profitabilitas merupakan tingkat keuntungan bersih yang yang mampu diraih oleh

perusahaan pada saat menjalankan operasionalnya. Deviden merupakan bagian dari

laba bersih yang dicapai perusahaan. Perusahaan akan dapat melakukan pembagian

Page 24: @ Hasil Perbaikan Asri 10 September 2015

deviden jika perusahaan memperoleh profit. Semakin besar profitabilitas perusahaan

maka kemampuan perusahaan untuk membayar deviden kepada investor semakin

besar,sehingga dengan tingkat keuntungan perusahaan yang tinggi ,maka

diperusahaan akan tersedia banyak modal yang dapat digunakan untuk investasi baru

(Wahyuning Kurniati , 2007.29)

Martono dan Harjito (2001:18) menambahkan bahwa, profitabilitas merupakan

kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dari modal yang digunakan untuk

menghasilkan laba

2.6.1 Rasio Profitabilitas

1) Gross profit margin merupakan persentase laba kotor dibandingkan dengan

sales. Semakin besar gross profit margin semakin baik keadaan operasi

perusahaan, demikian pula sebaliknya, semakin rendah gross profit margin

semakin kurang baik operasi perusahaan (Syamsuddin, 2009:61).

Gross profit margin dihitung dengan formula:

2) Net Profit Margin (Margin Laba Bersih)

Rasio ini mengukur laba bersih setelah pajak terhadap penjualan. Semakin

tinggi Net profit margin semakin baik operasi suatu perusahaan.

Net profit margin dihitung dengan rumus:

Page 25: @ Hasil Perbaikan Asri 10 September 2015

3) Operating profit margin merupakan perbandingan antara laba usaha dan

penjualan. Operating profit margin merupakan rasio yang menggambarkan

apa yang biasanya disebut pure profit yang diterima atas setiap rupiah dari

penjualan yang dilakukan (Syamsuddin, 2009:61).

Operating profit margin= Laba Bersi h Sebelum Pajak

Penjualan

4) Return on Equity

Return on equity merupakan perbandingan antara laba bersih sesudah pajak dengan

total ekuitas. mereka investasikan di dalam perusahaan (Syafri, 2008:305).

Return on equity dapat dihitung dengan formula:

5) Return on Total Assets

Digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen perusahaan dalam

menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aset tertentu.

Returnon Total Asset ( ROA )= Net Profit After TaxesTotal Asset

Page 26: @ Hasil Perbaikan Asri 10 September 2015

2.7 Penelitian Terdahulu

Sebagai acuan dalam penelitian ini, maka digunakan penelitian–penelitian

yang telah dilaksanakan sebagai berikut:

1. Marietta dan Sampurno (2013) melakukan penelitian dengan judul Analisis

Pengaruh Cash Ratio, Return On Assets, Growth, Firm Size, Debt to Equity Ratio

Terhadap Dividend Payout Ratio Hasil penelitian variabel ROA, size, dan DER

berpengaruh positif dan signifikan terhadap Devidend Payout Ratio Metode

analisis menggunakan regresi berganda

2. Sutrisno (2001) meneliti Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Devidend

Payout Ratio Pada Perusahaan Publik di Indonesia dengan menggunakan sampel

148 Perusahaan. Variabel penelitian yang digunakan adalah Cash Position,

Growth Patential, Firm Size, Debt to Equity ratio, Profitability.Hasil dari

penelitian menunjukkan yang berpengaruh secara signifikan terhadap Devidend

Payout Ratio adalah Cash Position dan DER

3. Harjono (2002), meneliti tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap

deviden payout ratio pada industri yang listed di Bursa Efek Jakarta. Variabel

independen adalah cash position, debt, insider, ownership, growht, size dan

profit. Hasil dari penelitian ini menunjukkan variabel cash position, debt, insider,

ownership, growth, size dan profit berpengaruh positif dan signifikan terhadap

devidend payout ratio.Variabel tersebut mampu memprediksi deviden payout

ratio (DPR).

Page 27: @ Hasil Perbaikan Asri 10 September 2015

4. Chang dan Rhee (1990) meneliti tentang pengaruh growth, earning variability,

nondebt tax shields, firm size dan profitability terhadap deviden payout ratio

(DPR). Variabel independen adalah growth, earning variability, nondebt tax

shields, firm size dan profitability. Hasilnya menunjukkan variabel growth

berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap DPR. Sementara earning

variability, nondebd tax shields, firm size dan profitability berpengaruh positif

dan signifikan

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Obyek Penelitian

Obyek penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah Perusahaan Food and

Beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2014. pemilihan

periode 2010-2014 karena periode optimum dalam pengolahan data adalah selama 5

tahun dan termasuk dalam laporan yang terbarui (up to date)

3.2 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang digunakan adalah dengan dokumentasi. Metode ini

digunakan untuk mempelajari dokumen guna memperoleh data dan informasi dalam

penelitian meliputi laporan atau berbagai artikel dan jurnal yang berkaitan dengan

tesis ini.

3.3 Populasi dan Sampel

Page 28: @ Hasil Perbaikan Asri 10 September 2015

Populasi adalah kumpulan semua anggota dari obyek yang diteliti (Algifari 2003).

Populasi dalam penelitian ini adalah Perusahaan Food and Beverage yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2014. .Teknik pengambilan sampel menggunakan

metode purposive sampling.

Kriteria –kriteria yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Jenis Perusahaan adalah Perusahaan Food and Beverage yang terdaftar di Bursa

efek Indonesia Tahun 2010-2014

2. Memiliki laporan keuangan yang lengkap Tahun 2010-2014

3. Perusahaan Food and Beverage tidak mengalami kerugaian selama tahun 2010-

2014

Berdasarkan kriteria-kriteria tersebut, maka sampel dalam penelitian sebagai berikut:

Tabel 3.1 Sampel dalam Penelitian

No Kode Emiten

Nama Emiten

1 ADES PT Akasha Wira Internasional Tbk2 AISA PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk3 CEKA PT Cahaya Kalbar Tbk4 DLTA Pt Delta Djakarta Tbk5 INDF PT Indofood Sukses makmur Tbk6 MLBI PT Multi Bintang Indonesia Tbk7 MYOR PT Mayora Indah Tbk8 PSDN PT Prasidha Aneka Niaga Tbk9 SKBM PT Sekar Bumi Tbk10 SKLT PT Sekar laut Tbk11 STTP PT Siantar Top Tbk12 ULTJ PT Ultrajaya Milk Tbk

3.4 Jenis dan Sumber Data

Page 29: @ Hasil Perbaikan Asri 10 September 2015

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang

diterbitkan oleh lembaga, dalam hal ini adalah Bursa Efek Indonesia (BEI), yaitu

berupa data laporan keuangan Perusahaan food And Beverage tahun 2010-2014

(www.idx.co.id)

3.5 Variabel Operasional

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1 Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Kebijakan deviden (Dividend Polecy)

yang dapat di ukur dengan Dividend Payout Ratio.(DPR) . Dividend payout ratio

dapat dirumuskan dengan perbandingan dividen per share dengan earning per share

dalam satuan persentase sebagai berikut:

Dividend Payout Ratio (DPR )= Dividend Per S h areEarning Per S hare

2 Variabel Independen

Variabel –Variabel Independen dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Firm Size ( Ukuran Perusahaan)

Ferry dan Jines (dalam Sujianto, 2002), ukuran perusahaan menggambarkan besar

kecilnya suatu perusahaan yang ditunjukkan oleh total aktiva, jumlah penjualan,

rata-rata total penjualan dan rata-rata total aktiva. Jadi rata-rata perusahaan

Page 30: @ Hasil Perbaikan Asri 10 September 2015

merupakan ukuran atau besarnya aset yang dimiliki oleh perusahaan.. Ukuran

perusahaan (Firm Size ) merupakan ukuran atau besarnya aktiva yang dimiliki

perusahaan yang dapat di proxy dengan nilai logaritma dari total aktiva ((Intan

Rahmawati dan Arkam, 2007)

Firm Size = Ln ( Total Assets)

b. Leverage

Leverage adalah suatu tingkat kemampuan perusahaan dalam menggunakan

aktiva dan atau dana yang mempunyai beban tetap (hutang dan atau saham

istimewa) dalam rangka mewujudkan tujuan perusahaan untuk memaksimisasi

kekayaan pemilik perusahaan.

Variabel leverage yang digunakan dalam penelitian ini adalah Debt To Equity

Ratio. Rasio hutang modal / Debt to Equity Ratio merupakan perbandingan

antara total hutang (hutang lancar dan hutang jangka panjang) dan modal yang

menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya dengan

menggunakan modal yang ada (Riyanto, 2008:22)

Rasio hutang modal dihitung dengan formula:

c. Profitabilitas

Page 31: @ Hasil Perbaikan Asri 10 September 2015

Profitabilitas merupakan faktor pertama yang menjadi pertimbangan direksi

dalam membayarkan dividen. Profitabilitas perusahaan dapat diproyeksikan

melalui return on asset (ROA). ROA merupakan suatu ukuran menyeluruh dari

prestasi perusahaan, sebab rasio ini menunjukkan laba atas seluruh dana yang

diinvestasikan. Profitabilitas perusahaan memiliki pengaruh positifterhadap

kebijakan dividen. Semakin tinggi profitabilitas perusahaan, maka semakin tinggi

pula arus kas dalam perusahaan dan diharapkan perusahaan akan membayar

dividen yang lebih tinggi (Jensen, Solberg dan Zorn,1992) seperti dikutip Fitri

Ismiyanti dan Mahadwartha (2005)

Return On Assets (ROA) = Laba Bersi hTotal Assets

3.6 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang

diterbitkan oleh lembaga, dalam hal ini adalah Bursa Efek Indonesia (BEI), yaitu

berupa data laporan keuangan konsolidasi yang terdiri dari neraca dan laporan laba-

rugi, serta laporan tahunan perusahaan-perusahaan yang dimuat dalam Indonesian

Capital Market Directory (ICMD) serta dari database BEI Tahun 2011 sampai

dengan 2013 (www.idx.co.id).

3.7 Metode Pengumpulan Data

3.7.1 Penelitian Pustaka

Page 32: @ Hasil Perbaikan Asri 10 September 2015

Penelitian pustaka ini dilakukan dengan mengumpulkan dan membaca

berbagai informasi, literature dan referensi yang ada serta mempelajari

teori-teori yang berhubungan dengan penelitian ini.

3.7.2 Penelitian Lapangan

Penelitian lapangan dilakukan dengan pengumpulan data melalui instansi

atau lembaga yang berkaitan yaitu Pusat Informasi Pasar Modal (PIPM)

dan website yang relevan dengan pokok bahasan.

3.8 Model Analisis

3.8.1. Regresi Linier Berganda

Metode analisis untuk mengetahui variabel independen yang

mempengaruhi secara signifikan terhadap kebijakan deviden pada

perusahaan Food and Beverage di Bursa Efek Indonesia yaitu Firm Size,

Leverage dan Profitabilitas adalah:

Y = α+β1X1+β 2 X2 + β 3 X3 + e

Dimana :

Y = Dividend Payout Ratio

α = konstanta

β1,2,3,4 = Penaksir koefisien regresi

X1 = Firm Size

X2 = Leverage

X3 = Profitabilitas

e = Variabel Residual (Tingkat Kesalahan)

3.8.2 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik

Page 33: @ Hasil Perbaikan Asri 10 September 2015

Sebelum melakukan pengujian regresi terlebih dahulu diadakan pengujian

asumsi klasik dan pengujian asumsi klasik yang akan digunakan dalam

penelitian ini meliputi :

1. Uji Normalitas

Uji normalitas ini dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov dan

analisis grafik. Pada uji Kolmogorov-Smirnov, jika angka signifikan di

dalam table lebih besar dari alpha 5%, maka data sudah memenhi

asumsi normalitas. Sedangkan sebaliknya, jika angka signifikansi yang

ditunjukkan dalam tabel lebih kecil dari alpha 5%, maka dikatakan

data tidak memenuhi asumsi normalitas (Gozali, 2009).

2 Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model

regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas atau tidak,

model yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi yang tinggi diantara

variable bebas. Jika variabel bebas saling berkorelasi maka variabel-

variabel initidak orthogonal (nilai korelasi tidak sama dengan nol). Uji

multikolinearitas ini dapat dilihat dari nilai tolerance dan variance

inflation factor (VIF) (Gozali, 2009).

Variabel orthogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi

antar sesama variabel independen sama dengan nol (Ghozali, 2006).

Page 34: @ Hasil Perbaikan Asri 10 September 2015

Untuk mengetahui apakah terjadi multikolinearitas dapat dilihat dari

nilai VIF yang terdapat pada masing–masing variable.

3 Uji Autokorelasi

Uji ini dilakukan untuk menunjukkan bahwa tidak ada autokorelasi

atau kondisi yang berurutan diantara gangguan atau disturbance yang

masuk ke dalam fungsi regresi. Untuk mendeteksi ada tidaknya gejala

autokorelasi dapat dilakukan dengan menguji Durbin Watson atau uji

d. Nilai d memiliki batas 0 sampai dengan 4, dan juga memiliki batas

bawah dL dan juga batas atas dU.

Untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi kita harus melihat nilai

uji D-W dengan ketentuan sbb :

Hipotesis nol Jika

Tidak ada autokorelasi positif

Tidak ada autokorelasi positif

Tidak ada autokorelasi negatif

Tidak ada autokorelasi negatif

Tidak ada autokorelasi positif atau negative

0 < d < dL

dL ≤ d ≤ dU

4 – dL< d < 4

4 – dU= d = 4 - dL

dU< d < 4 - dU

Ket : dU : Durbin Watson upper, dL : Durbin Watson lower

4 Uji Heteroskedastisitas

Uji hetroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan

yang lain. Jika varian residual satu pengamatan ke pengamanatan yang lain

Page 35: @ Hasil Perbaikan Asri 10 September 2015

tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda akan disebut

heteroskedastisistas. Model regresi yang baik adalah model yang tidak terjadi

heteroskedastisitas (Gozali, 2009).

Untuk menentukan heteroskedastisitas dapat menggunakan grafik scatterplot,

titik-titik yang terbentuk harus menyebar secara acak, tersebar baik diatas

maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y, bila kondisi ini terpenuhi maka

tidak terjadi heteroskedastisitas dan model regresi layak digunakan.

3.9 Pengujian Hipotesis

3.9.1 Paired Sample t-Test

Dalam pengujian hipotesis pertama, digunakan alat analisis Paired Sample

t-Test dimana uji ini dilakukan terhadap dua sampel yang berpasangan

(paired). Sampel yang berpasangan ini diartikan sebagai sebuah sampel

dengan subjek yang sama namun mengalami dua perlakuan atau

pengukuran yang berbeda. Dalam hal ini yang diuji adalah nilai buku dan

nilai saham perusahaan. Pengujian dengan tingkat keyakinan 95% dengan

pengambilan keputusan sebagai berikut:

1. Jika signifikan > 0.05 maka Ha akan ditolak, sedangkan

2. Jika signifikan < 0.05 maka Ha diterima.

Page 36: @ Hasil Perbaikan Asri 10 September 2015

1. Uji F-statistic

Uji ini digunakan untuk menguji pengaruh dari seluruh variabel

independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Ha : ≠

0, atau Ho : ≠ 0 maka Ha didukung dan Ho tidak didukung. Artinya

terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama-sama dari variabel

independen (X1, X2,) terhadap variabel dependen (Y). Pengujian

dilaksanakan berdasarkan probabilitas. Dalam skala probabilitas lima

persen, jika probabilitas (signifikansi) lebih besar dari α (0.05) maka

variabel bebas secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap

variabel Kebijakan Deviden, jika lebih kecil dari 0.05, maka variabel

bebas secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel Kebijakan

Deviden

2. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinansi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen.

Koefisien determinasi dapat dicari dengan rumus (Gujarati, 1999):

R2= EssTSS

=1−∑ ei2

∑Yi2

Nilai koefisien determinansi adalah antara 0 dan 1. Nilai R2 yang kecil

berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan

variasi variabel dependen amat terbatas Ghozali (2005). Nilai yang

mendekati 1 (satu) berarti variabel–variabel independen memberikan

Page 37: @ Hasil Perbaikan Asri 10 September 2015

hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi

variabel dependen.

3. Uji t-statistic

Uji ini digunakan untuk menguji pengaruh dari seluruh variabel

independen secara parsial terhadap variabel dependen. Adapun hipotesis

dirumuskan sebagai berikut :

Ha : b1, b2, b3, b4 > 0, atau Ho :b1,b2,b3,b4 = 0 maka Ho didukung dan

Ho tidak didukung.

Artinya terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial dari variabel

independen (X1, X2, X3, dan X4) terhadap variabel dependen (Y). Uji ini

dilaksanakan berdasarkan probabilitas. Jika probabilitas (signifikansi)

lebih besar dari 0.05 (α) maka variabel bebas secara individu tidak

berpengaruh terhadap Kebijakan Deviden, jika lebih kecil dari 0.05 maka

variabel bebas secara individu berpengaruh terhadap Kebijakan Deviden.