Post on 12-May-2023
TUGAS PAPER
Psikodiagnostik 4 (Inteligensi)
Dosen :
FEBI HERDAJANI, S.Psi., M.Si., Psi
Waktu Kuliah :
Rabu, 15.20 – 17.50
Disusun Oleh :
Nurul Alya Putri (1824090102)
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS PERSADA INDONESIA YAI
JAKARTA 2020
Alat Tes Psikologi
A. Tes Stanford Binet
Pada tahun 1905, Alferd Binet mendapatkan tugas dari pemerintahan untuk mendeteksi anak-
anak yang kecerdasan terbelakang (abnormal). Binet dibantu menyelesaikan tugasnya oleh ahli
psikologi Prancis Theodero Simon menerbitkan pertama kali alat tes psikologi inteligensi
pertama yaitu Binet-Simon. Saat itu Binet berasumsi bahwa keceradasan dapat diukur melalui
tugas-tugas yang menggunakan penalaran dan pemecahan masalah bukan pada keterampilan
motoric (fisik). Setelah itu alat tes psikologi tersebut dilakukan revisi berkali-kali sampai yang
terakhir adalah Stanford-Biner.
Versi terbaru skala Stanford-Binet diterbitkan pada tahun 1986. Dalam revisi terakhir ini
konsep inteligensi dikelompokkan menjadi empat tipe penalaran yang masing-masing diwakili
oleh beberapa tes. Yaitu penalaran verbal, penalaran kuantitatif, penalaran visual abstrak,
memori jangka pendek. Revisi skala Binet dilakukan pertama kali di tahun 1916. Perubahan
benar-benar dilakukan sehingga menampilkan suatu tes baru. Untuk pertama kalinya
digunakan istilah IQ. Revisi kedua di tahun 1937. Skala diperluas dan distandardisasi ulang
berdasar sampel masyarakat AS. Revisi ketiga dilakukan di tahun 1960, menyediakan satu
bentuk tunggal yang memuat soal-soal terbaik dari bentuk 1937. Di tahun 1972, tes ini di-
restandardisasi. Penyelenggaraan tes dan Penentuan Skor menggunakan bukubuku kecil berisi
kartu-kartu tercetak untuk presentasi, flip-over soal tes, objek tes misal balok, manik, papan
bentuk, sebuah gambar besar boneka yang uniseks dan multietnik, buku kecil untuk tester, serta
pedoman penyelenggaraan dan penskoran skala. Dalam penyelenggaraan tes Stanford-Binet,
kita membutuhkan penguji yang amat terlatih. Ragu-ragu dan gugup bisa menghancurkan
rapport, apalagi jika peserta tes masih muda. Ada beberapa petunjuk penyajian pensekoran
dalam tes Stanford Binet bentuk L-M, yaitu;
1. Prosedur penyajian tes
Penyajian tes harus tepat seperti apa yang telah dilakukan pada waktu pembentukan
norma skala. Tugas tester ialah menentukan “apa yang dilakukan subjek tertentu pada
kondisi-kondisi ini”. Instruksi khusus dengan kata-kata yang tepat telah disediakan bagi
masing-masing sub tes. Bila diperbolehkan memilih bentuk pertanyaan, pilihan-pilihan
telah disediakan, misalnya va - riasi bentuk pertanyaan dalam subtes “perbendaharaan
kata”. Bagi jawaban-jawaban yang kurang jelas juga telah disediakan pertanyaan-
pertanyaan kelanjutan, seperti pada tes-tes “keanehan –keanehan” verbal dan “kata-kata
abstrak”. Meskipun jelas kita tidak mungkin mempersiapkan diri terhadap semua
situasi istimewa yang mungkin timbul selama penyajian tes, instruksi untuk menangani
situasi-situasi istimewa yang paling mungkin timbul telah dipersiapkan.
2. Petunjuk-petunjuk umum
Syarat yang paling penting untuk menentukan suatu skor tes mental yang valid bagi
skala Stanford Binet ialah tester yang mengetahui alatnya dan yang peka akan
kebutuhan subjek yang dites. Tiga kondisi yang menentukan apakah tes itu valid atau
tidak :
a. Mengikuti prosedur standart
b. Usaha subjek yang maksimal harus ditimbulkan dengan jalan menciptakan dan
memelihara “rapport” yang cukup memadai
c. Jawaban-jawaban atau respon-respon harus diskor secara tepat. Tester harus akrab
dengan penyajian sehingga seluruh perhatian dapat diarahkan pada subjek, untuk
membuat subjek tidak tegang dan memungkinkan ia berusaha secara optimal.
3. Prinsip umum dalam pelaksanaan
Dalam prinsip umum mencakup :
a. Kapan suatu pertanyaan dapat diulang
Apabila subjek tidak mengerti pertanyaan yang ditujukan kepadanya, atau dia
bertanya apakah arti pertanyaan tersebut, maka tester diperbolehkan menerangkan
hanya dengan jalan mengulang bagian tertentu dari pertanyaan itu. Tester dapat
mengulang pertanyaan tes lebih dari satu kali apabila “testee” terus bungkam.
Tetapi “tes ingatan” tidak boleh diulang, seperti pada tes ingatan mengenai angka,
kalimat, cerita dan yang lainnya.
b. Jawaban meragukan
Jika jawaban-jawaban yang tidak bisa diskor karena kurang jelas, terpaksa tidak
dapat dipakai kecuali setelah tester mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang sesuai
untuk lebih memperjelas jawaban itu.
c. Pentingnya rapport
Dapat dilakukan dengan menunjukkan sikap bersahabat dengan memberikan
senyum penuh pengertian, dengan kata-kata penerimaan yang spontan, komentar
yang penuh penghargaan, atau dapat pula dengan diam saja, akan tetapi menunjukan
bahwa ada pengertian yang mengandung keyakinan dan penerimaan. Pada
umumnya ada gunanya untuk sering memuji dengan jujur.
d. Penyesuaian tes pada anak-anak prasekolah
Pada penyajian tes untuk anak-anak prasekolah, testerlah yang harus selalu
menyesuaikan terhadap situasi yang baru dan menghadapi keadaan-keadaan
darurat, bukannya anak. Tester harus trampil menentukan kapan harus berhenti
tepat pada saat pemberian dorongan yang cenderung menyebabkan atau menaikan
“negativisme”.
4. Penilaian jawaban
Tiap-tiap tes dari bentuk L-M diikuti oleh instruksi cara penskorannya. Tester perlu
menguasai dengan sungguh-sungguh aturan-aturan penskoran, standar penskoran dan
contoh-contoh jawaban dalam standar penskoran pada buku kunci. Pemahaman tentang apa
yang mendasari suatu jawaban dikategorikan memuaskan.
5. Penyajian Tes
a. Lingkungan
Tempat penyajian tes yang baik adalah tempat dimana anak sudah biasa dan dimana
anak merasa enak, tidak ada gangguan-gangguan. Contohnya ruang kelas kosong, tugas
yang diberikan bersifat pendek dan menarik perhatian.
b. Adanya orang lain
Gangguan karena hadirnya orang lain merupakan hal yang paling memberatkan,
terutama ibunya atau gurunya.
Pada kasus anak pemalu, ibu diperbolehkan masuk ke kamar testing tetapi segera keluar
setelah anak dapat menyesuaikan diri pada situasi. Apabila anak itu masih sangat kecil
sering perlu ibunya menunggui selama penyelenggaraan tes.
c. Penggunaan bahan-bahan tes
Tester harus mengatur secara sistematis bahan-bahan tes, sehingga ia tidak akan
kehilangan waktu untuk mencari-cari kartu, stopwatch atau pensil.
d. Lamanya penyelenggaraan tes
Apabila penyelenggaraan tes itu terlalu lama, maka akan terjadi kelelahan. Sebetulnya
apabila penyelenggaraan tes itu tidak terlalu lama. Pemberian tes selama satu jam ada
lah tidak terlalu lama, kecuali pada anak yang sangat muda. Membeberapa menit
istirahat sudah cukup. Penyelenggaraan tes untuk anak kecil biasanya dapat diberikan
dalam waktu setengah jam sampai empat puluh menit. Pada anak-anak yang lebih besar
sering membutuhkan waktu setengah jam. Seorang tester yang telah berpengalaman
biasanya membutuhkan waktu yang lebih singkat daripada yang belum berpengalaman.
e. Mempertahankan kondisi standar testing
Instruksi harus selalu tersedia. Jangan menghafal seluruh skala sebelum memberikan
tes. Apabila telah banyak latihan, maka biasanya hanya melihat instruksi sebentar
kemudian dapat diingat kembali.
Jawaban harus dicatat sedapat mungkin kata demi kata, persis seperti yang dikatakan
oleh anak. Berilah skor pada waktu itu juga dan perlu sekali untuk diskor kembali untuk
memeriksa ketelitiannya. Untuk setiap bagian dari masing-masing subtes tes - ter harus
mencatat dengan plus (+) atau minus (-). Ini penting untuk tambahan pemeriksaan
ketelitian dan dapat terlihat keberhasilan atau kegagalan dari masing-masing subtes.
Ketidaktelitian di dalam penskoran lebih sering terjadi sebagai akibat dari tidak hati-
hati di dalam pemeriksaan penulisan pada kegagalan menggunakan prinsip-prinsip
penskoran.
f. Dimana testing dimulai
Tes harus dimulai pada titik dimana anak mempunyai kemungkinan untuk berhasil,
tetapi dengan usaha. Untuk menentukan dimana pemberian tes dimulai harus
diperhatikan umur kronologis, kelas, tingkah laku umum dalam situasi tes dan
keterangan lainnya yang didapat.
g. Penyebaran keberhasilan
Penyebaran biasanya lebih meluas pada tingkat umur yang lebih tinggi daripada yang
lebih rendah.
h. Menentukan tingkat umur “basal” dan “ceiling”
Untuk mempermudah menghitung skor, kita sebut sebagai “umur basal” tingkat umur
dimana semua tes lulus tepat sebelum tingkat umur dimana kegagalan pertama terjadi.
Kadang-kadang terjadi subjek lulus semua tes pada tingkat yang lebih tinggi dimana
kegagalan pertama terjadi. Untuk keperluan penskoran tentu saja ini tidak mengubah
dasar dari mana skor ditentukan, juga tidak merupakan alasan mengubah kenyataan
bahwa ia mungkin lulus beberapa 59 tes di atas tingkat umur di mana ia pertama kali
gagal semua, sehingga keberhasilan-keberhasilan tersebut tidak diperhitungkan. Pada
hakekatnya subjek telah menjalani semua tes dari skala meskipun “nyatanya” ia hanya
diberi sebagian yang sesuai untuk kemampuan-kemampuannya. Daerah (range) dari
kemampuan ini secara kasar dibatasi oleh tingkat “basal” dan tingkat “ceiling”.
Penyebaran keber hasilan dan kegagalan yang normal meluas meliputi beberapa tingkat
umur.
i. Tes yang disingkat
Dengan hanya menyajikan tes-tes yang bertanda bintang dalam manual skala L-M dapat
disingkat waktu penyajiannya menjadi tiga perempat dari waktu biasanya, namun
estimasi kecakapan subjek yang dicapai akan kurang reliabel. Skala yang disingkat ini
diskor dengan cara membagi jatah, sehingga masing-amsing dari keempat tes pada
suatu tingkat umur dibobot lebih berat daripada apabila keenam tes diberikan semua.
Jadi empat tes pada tahun kedelapan (8) masing-masing akan mendapat kredit 3 bulan,
bukan 2 bulan; pada tingkat umur dewasa rata-rata apabila hanya diberika empat (4 )
tes yang sharusnya 8 tes, masing-masing tes yang biasanya kreditnya 2 bulan, menjadi
4 bulan.
j. Tes pengganti
Pada tiap-tiap tingkat umur dalam skala L-M diberikan satu tes ekstra untuk
menggantikan suatu tes yang keliru me nyajikannya. Akan tetapi suatu tes pengganti
tidak diperkenankan untuk mengganti suatu tes yang gagal dikerjakan oleh subjek.
k. Perhitungan umur mental
Umur mental didapat dengan cara : umur basal ditambah dengan kredit tambahan yang
diperoleh subjek, di atas umur basalnya. 60 Pada tingkat bawah, tes dikelompokan
menjadi interval ½ tahunan: II, II-6, III, III-6, IV, IV-6, V, masing-masing tes yang
lulus mendapat kredit 1 bulan. Dari tahun ke VI – XIV masing-masing kelompok umur
mempunyai interval 1 tahun dengan kredit 2. Pada tingkat umur “dewasa ratarata”
jumlah tes 8 dan masing-masing diberi kredit 2 bulan. Pada tingkat “dewasa superior
I”, masing-masing tes men dapat kredit 4 bulan, “dewasa superior tingkat II”
mempunyai 6 tes, masing-masing kreditnya 5 bulan dan “dewasa superior tingkat III”
ada 6 tes masing-masing mendapat kredit 6 bulan.
l. Menghitung IQ
IQ untuk Form L-M dapat dilihat dalam tabel (Skala Pinneau) dalam buku yang
terpisah. Umur kronologis di hitung dalam tahun dan bulan menurut cara yang
konvensional. Misalnya : 10-2 menunjukan 10 tahun 1 bulan dan 1 6 hari (16 hari ke
atas dihitung 1 bulan). Sedangkan instruksi-instruksi yang spesifik dalam menggunakan
Form L-M dapat dibaca di buku pegangan tes Stanford Binet.
Tanggapan :
Tes Biner merupakan tes intelegensi pertama yang muncul di Dunia. Tes Binet ini baik
digunakan untuk mengukur kemampuan mental seseorang. Di Indonesia sendiri tes binet yang
digunakan adalah Stanford – Binet.
B. WISC
WISC (Wechsler Intelligence Scale for Children) merupakan salah satu tes alat inteligensi
untuk anak usia 6 tahun sampai 15 tahun. Tes ini diperkenalkan pertama kali oleh David
Weschler dan telah beberapa kali dilakukan revisi. Awalnya Weschler memperkenalkan alat
tes versi dewasa yaitu WBIS (Wechsler-Belleveu Intelligence Scale) atau bias juga disebut W-
B pada tahun 1939.
Baru pada tahun 1949 Wechsler menerbitkan skala inteligensi untuuk digunakan pada anak-
anak yang dikembangkan berdasar skala W-B. kemudian pada tahun 1974 WISC direvisi
kembali dengan nama WISC-R (R adalah revised). Di Indonesia tes WISC cukup popular dan
banyak digunakan untuk berbagai kepentingan. Skala WISC terbagi atas 12 subtes yang terbagi
menjadi 2 kelompok tes yaitu Kelompok Verbal dan Kelompok Perfomance.
Sub tes dalam Kelompok Verbal adalah
1. Information
Mengungkapkan dan mengukur pengetahuan umum. Berisi pertanyaan-pertanyaan
yang orang dewasa tahu dan pengetahuan umum yang biasa dipelajari. Biasanya sub
ini merupakan pengetahuan yang bersifat Long Term Memory (ingatan jangka
panjang). Sub ini berfungsi untuk meningkatkan minat untuk mengumpulkan informasi
atau perhatian pada keadaan sehari-hari. Contoh : “kapan berapa matahari terbit?”
“Dari mana arah matahari terbit?”
2. Pemahaman (comprehension)
Mengungkapkan pengertian umum atas pengalamannya dan penarikan kesimpulan.
Meningkatkan kepatuhan dan kesadaran social. Dalam sub ini dapat mengukur
keefesienan subjek dalam menghadapi masalah. Apakah subjek dapat menggunakan
pengetahuannya secara tepat atau tidak. Hal-hal yang mempengaruhi sub tes ini
diantaranya adalah akal sehat/ penghakiman (common sense/judgement). Kesulitan
untuk memahami situasi social juga dapat mempengaruhi evaluasi.
3. Berhitung (arithmetic)
Mengungkapkan pengertian, kecuali berpikir dan ketepatan berpikir. Sub tes ini untuk
menilai tingkat konsentrasi yang dapat dipengaruihi oleh kecemasan dan stress. Sub ini
juga dapat menjadi salah satu indicator prestasi belajar sehingga dapat mengatasi
masalah pada anak-anak sekolah dasar.
4. Persamaan (similarities)
Mengungkapkan daya abstraksi yaitu mencari persamaan (bagaimana 2 hal berkaitan
atau berhubungan). Sub tes ini dapat melatih pembentukan koonsep verbal, berpikir
abstrak, asosiatif dan induktif.
5. Perbendaharaan kata (vocabulary)
Untuk menilai kosakata. Terdapat di long term memory. Meningkatakan konsep verbal
dan meningkatkan perkembangan bahasa anak. Sub tes ini paling taha terhadap
gangguan psikologi
atau neurotic.
6. Rentang angka (digit span).
Mengukapkan daya ingat anak. Sub tes ini berisi pengulangan angka dari 3 sampai 9
digit dan 2 sampai 8 digit mundur. Untuk menilai memory dan efek dari kekacauan
kecemasan. Tersimpan di short-ter memory. Dapat dipengaruhi oleh kecemasan dan
stress.
Subtes dalam Kelompok Perfomance adalah
1. Melengkapi gambar (picture completion)
Tes dengan gambar-gambar yang ada bagian-bagian yang hilang. Untuk mengukur
kecakapan terhadap detail-detail/ketelitian, mengasosiasikan suatu benda dengan
kekurangannya dll. Sub tes ini dapat melatih konsentrasi visual, meningkatkan
pengetahuan umum nonverbal (budaya)..
2. Mengatur gambar (picture arrangement)
Satu set gambar-gambar yang disusun menjadi sebuah cerita. Berguna untuk mengukur
kemampuan membuat perencanaan dan mengungkapkan ketelitian persepsi.
Kemampuan merencana, menginterpretasi dan mengantisipasi situasi sosial sub tes ini
merupakan ukuran intelegensi sosial anak. Luka pada hemispher kanan biasanya
merendahkan skor hasil tes.
3. Rancangan balok (blog design)
Sebuah desain untuk menyusun blok-blok yang penuh warna, kemampuan menduga
ruang (spatial space) dan coordinator tangan. Mengukur pertimbangan secara non lisan.
Dalam sub ini membutuh daya abstraksi, fleksibilitas dan bisa menekan impulsivitas.
Dan juga terdapat kontras antara penderita brain-damage dan schizophren.
4. Merakit objek (object assembly)
Desain yang menyediakan objek-objek yang familiar seperti tangan, untuk disusun.
Menilai kemampuan melihat hubungan dan membuat menjadi satu bagian. Terdapat
kemampuan membedakan konfigurasi, menyangkut antisipasi, perencanaan dan
konseptualisasi. Tetapi jika orang yang mudah terpancang atau kurang fleksibel akan
mengalami kesukaran.
5. Symbol (coding)
Mengukur pertimbangan visual-motor. Dengan cara memasangkan 9 simbol dengan 9
digit angka sesuai dengan urutan yang tersedia. Didalamnya kemampuan mempelajari
materi yang belum familier dan kemampuan bekerja di bawah tekanan. Mudah
dipengaruhi ketidakseimbangan organik (brain damage) atau psikologis (schizophrenia,
depresi, kecemasan,stres).
6. Mazes
Mengungkapkan ketelitian, ketepatan, kemampuan merencana, merangkai dan
organisasi visual. Dalam sub ini skor yang amat rendah mengindikasikan
ketidakseimbangan cerebral, terutama daerah frontal.
Untuk subtes rentang angka dan mazes hanyak digunakan sebagai tambahan atau persediaan
apabila diperlukan pengganti tes. Pemberian skor pada subtes didasarkan atas kebenaran
jawaban dan waktu yang diperlukan oleh subjek dalam memberikan jawaban yang benar
tersebut. Skor tersebut kemudian diterjemahkan ke dalam bentuk angka standar melalui table
norma sehingga akhirnya diperoleh satu angka IQ-deviasi untuk skala verbal, satu angka IQ-
deviasi untuk keseluruhan skala.
Pedoman Pelaksanaan Tes
a. Information
1. Pertanyaan dibacakan sesuai urutan
2. Untuk subjek 8 tahun ke atas normal dimulai no. 4
3. No. 4,5,6 dijawab benar, no. 1,2,3 dapat nilai. Apabila salah satu salah, coba uraikan
lebih lanjut
4. Hentikan jika 5 pertanyaan gagal. Tiap soal nilai 1 atau 0
b. Comprehension
1. Pertanyaan-pertanyaan dapat diualng setelah 10-15 data belum ada jawaban.
2. Untuk membesarkan hati anak katakana : “Ya” atau “Lanjutkan lah”
3. Jawaban kurang jelas “Cobe jelaskan lebih lanjut”
4. Hentikan jika 3 pertanyaan gagal
c. Aritmetic
1. Soal no1 sampai dengan 13 dibacakan, 14, 15, 16 ditulis. Soal 1,2,3 pakai kubus.
2. Untuk 8 tahun keatas normal dimulai soal no.4. No. 4, 5 gagal beri soal nomor 1, 2,
3. Bila nomor 3 benar beri nomor 6.
3. Hentikan bila 3 kali berturut-turut gagal.
4. Soal nomor 2 dan 3 dinilai setengah bila jawaban dibetulkan dalam waktu tersebut.
d. Similaities
Analogi.
1. Analogi untuk 8 tahun ke bawah dan 8 tahun ke atas mengalami gangguan mental.
2. Selesaikan kalimat yang akan saya katakan ini. Bila gagal beri soal nomor 2, jika
gagal lagi dihentikan.
3. Bila berhasil 2 dari 4 kalimat tersebut. Lanjutkan dengan similarities.
Similarities
1. Akan selalu saya sebutkan dua kata. Kamu harus menyebutkan apa yang sama pada
kedunya. Bila gagal katakan “Oh ya kita bisa meyebutkan keduanya buah-buahan,
keduanya dpt dimakan”. Nah sekarang apa yg sama pada kucing dan tikus?
2. Bila gagal jelaskan sekali lagi, lanjutkan dengan soal 7 tanpa dibantu.
e. Digit Span.
Digit Forward
1. "Saya akan menyebutkan angka-angka. Dengarkanlah baik-baik dan bila saya
selesai menyebutkannya, kamu ulangi seperti yang saya sebutkan tadi".
2. Bila gagal, berikan seri yang sama pada percobaan 2. Bila gagal pd kedunya tulis
deret angka yang salah diucapkan.
3. Hentikan apabila gagal mengulangi suatu seri pada kedua percobaan tsb.
Digit Backward
1. "Saya akan menyebutkan beberapa angka, tetapi sekarang bila saya selesai
menyebutkannya, kamu hrs mengulanginya dari belakang ke depan. Misalnya, kalau
saya sebutkan 5 – 7 – 4, maka kamu katakana”
2. Bila benar lanjutkan dengan seri 4 angka. Bila gagal katakanlah jawabnya yg benar
dan berikanlah contoh yg lain, katakanlah "Ingat, kamu harus mengulanginya dari
belakang ke depan : 2 – 5– 9".
3. Bila berhasil lanjutkan dg seri 4 angka. Jika pada contoh kedua gagal lagi, beri seri
2 angka pada percobaan 1 dan 2 dan hentikan.
f. Picture Completion
1. Saya akan memperlihatkan beberap buah gambar yg masing-masing ada
kekurangannya, ada suatu bagian yg penting yg tidak dilukis pada gambar-gambar ini.
Coba perhatikan gbr ini.
2. Bagian penting manakah yg tdk dilukis? Nah, sekarang apa yag kurang pad gambar
ini? Selanjutnya begitu.
3. Bila gagal. Lihatlah giginya tidak ada. Pada kartu kedua gagal juga tolonglah sekali
lagi. Pada kartu ketiga tidak ada pertolongan.
4. S mengatakan kekurangan pada bagian yag tidak penting, katakan : Ya, ttpi
kekurangan manakah yag Iebih mencolok itu ? Pad kartu berikutnya tidak ada komentar
lagi.
5. Hentikan bila gagal 4 x berturut-turut.
Penghitungan Soal Tes
Materi tes WISC terbagi menjadi 11 subtes persoalan. Dimana 6 subtes persoalan (subtes 1-6)
adalah bentuk verbal, sedangkan subtes sisanya (subtes 7-11) adalah bentuk performance.
Verbal
1. Information
Jumlah Soal : 30
Nilai : tiap-tiap soal diberi nilai 1 atau 0
2. Pemahaman Umum
Jumlah soal : 14
Nilai : tiap soal diberi nilai 2, 1, atau 0
3. Berhitung
Jumlah soal : 16
4. Persamaan
Bagi testee berusia 8 tahun atau lebih tua dan diperkirakan mengalami gangguan
mental.
Jumlah soal : 4
Nilai : nilai 1 buat tiap-tiap soal
Bagi testee yang berusia 8 tahun atau lebih tua yang diperkirakan tidak mengalami
keterbelakangan mental
Jumlah soal : 12
Nilai : nilai 2, 1 atau 0 untuk tiap-tiap soal
5. Perbendarahan Kata
Jumlah soal : 4
Nilai : tiap-tiap kata dinilai 2, 1 atau 0 kecuali kata-kata dari nomor 1-5 dinilai
2 atau 0
6. Rentang Angka
o Angka Maju (Digit Forward) = Jumlah rangkaian : 9
o Angka Mundur (Digit Back Ward) = Jumlah rangkaian : 8
Perfomance
7. Melengkapi Gambar
Jumlah gambar : 20
Nilai : tiap-tiap gambar yang dijawab benar dinilai 1
8. Mengatur Gambar
o Bagi testee yang berusia 8 tahun atau lebih tua yang diperkirakan tidak mengalami
keterbelakangan mental
Jumlah gambar : 7
Nilai : lihat table untuk tiap menitnya dan kelengkapan urutan gambar
9. Rancangan Balok
o Bagi testee berusia 8 tahun atau yang lebih tua dan diperkirakan tidak mengalami
gangguan mental
Jumlah gambar : 7
10. Merakit Objek
Jumlah rakitan : 5
Klasifikasi IQ
Classification IQ Limits % Included
Very superior 128 and over 2.2
Superior 120 – 127 6.7
Bright normal 111 – 119 16.1
Average 91 - 119 50.0
Dull normal 80 – 90 16.1
Boderline 66 – 79 6.7
Deffective 65 and below 2.2
Tanggapan :
Tes ini banyak digunakan oleh para psikolog dunia termasuk salah satunya psikolog Indonesia.
Karena melalui tes ini dapat mengukur berbagai aspek kecerdasan anak dan dapat mengukur
kemampuan kognitif anak. Tentu saja hal ini sangat membantu juga bermanfaat untuk beberapa
keperluan.
C. Tes RPM (Raven’s Progressive Matrices)
RPM (Raven’s Progressive Matrices) merupakan salah satu bentuk test inteligensi yang
dirancang khusus oleh Dr. John Carlyr Raven pada tahun 1936. Tes RPM ini tidak
membutuhkan kemampuan verbal ataupun kemampuan dalam berhitung sama sekali. RPM
menggunakan kemampuan spasial, yaitu kemampuan dalam merangkai bentuk dan juga ruang
dalam mengerjakannya. RPM merupakan bentuk test inteligensi yang sifatnya supplementary,
atau bisa disebut sebagai test tambahan dalam rangkaian test inteligensi. Test RPM ini bisa
diberikan secara indivudal, maupun klasikan atau kelompok. Sama seperti beberapa test
inteligensi lainnya, RPM (Raven’s Progressive Matrices) merupakan bentuk test inteligensi
yang sifatnya battery test, yang artinya, pengerjaannya diberi batasan waktu.
RPM merupakan test yang cenderung umum dan universal, dan banyak digunakan
untuk mengetes kapasitas atau kategori inteligensi pada usia 16 hingga 60 tahun. Terdapat 3
bentuk RPM, yaitu :
1. Standard Progressive Matrices (SPM)
Tes Matriks Progresif (SPM) adalah tes kemampuan umum (general mental ability) tes ini
disusun sedemikian rupa sehingga pengaruh kemampuan verbal, kondisi budaya, dan tingkat
pendidikan terhadap hasil tes terkecil. Tes matriks progresif (SPM) dirancang terutama
berdasarkan pengukuran Spearman atau faktor umum “Spearman’s & factor”.
SPM bentuk standar terdiri atas 60 butir soal (matriks) atau pola-pola, yang terbagi lagi
dalam lima perangkat (set) yaitu : Set A, B, C, D, dan Set E, dan masing-masing set terdiri atas
12 butir soal. Butir-butir soal tersebut disusun dari yang termudah sampai yang tersukar. Untuk
set A dan B disediakan enam macam pilihan jawaban, sedangkan set C, D, dan E terdapat
delapan pilihan jawaban. Untuk masing-masing soal, di antara pilihan yang bermacam-macam
itu hanya ada satu jawaban yang betul. Semua soal-soal dan Tes Matriks Progresif ini hanya
berwujud gambar tanda ada tulisan-tulisan, serta semua soal hanya memiliki dua warna yaitu
hitam dan putih.
SPM tidak memberikan suatu angka IQ akan tetapi menyatakan hasilnya dalam tingkat atau
level intelektualitas dalam beberapa ketgori berdasar besaran skor dan usia subyek tes:
Grade I : kapasitas intelektual superior
Grade II : kapasitas intelektual diatas rata-rata
Grade III : kapasitas intelektual rata-rata
Grade IV : kapasitas intelektual dibawah rata-rata
Grade V : kapasitas intelektual terhambat
• Tujuan SPM
Tujuan SPM (tes kemampuan umum) digunakan tidak terbatas pada lingkungan budaya
tertentu karena butir-butir soal tes yang dicakup berupa gambar-gambar hitam putih yang
sederhana tanpa menggunakan bahasa tertulis maupun lisan dalam mengerjakan butir-butir soal
tes. Disebabkan karena berbentuk gambar-gambar maka kepada testi dituntut untuk mampu
memahami suatu bentuk yang diamati dengan melihat hubungan di antaranya dan sekaligus
memahami hakikat bentuk untuk melengkapi setiap sistem yang ada dan untuk mampu
mengembangkan suatu metoda penalaran yang sistematis.
• Aspek-aspek SPM
- Kemampuan penalaran ruang
- Menganalisis
- Mengintegrasi
- Mencari dan memahami sistem hubungan diantara bagian-bagian
- Kemampuan ketepatan
Jadi kemampuan intelektual seseorang siswa akan dapat dilihat dari skors total yang dicapai
masing-masing individu siswa.
• Sasaran SPM
Waktu penyajian tes ini tidak terbatas, hanya biasanya disediakan sekitar 30 menit untuk
mengerjakan soal ditambah waktu untuk pemberian penjelasan
Tes Matriks Progresif ini digunakan untuk mengungkap kemampuan intelektual individu
yang berusia 14 sampai 40 tahun (SMP kelas VIII, SMA/SMK, dan perguruan tinggi).
Tanggapan :
Tes ini digunakan untuk mengukur kecerdasan orang dewasa, mengungkapkan factor general
atau kemampuan umum dan lain sebagainya. Tes ini dapat digunakan secara individual atau
klasikal oleh seorang yang berumur 14 tahun sampai 40 tahun.
2. Coloured Progressive Matrices (CPM)
CPM terderi dari 36 gambar, gambar-gambar tersebut dikelompokan menjadi 3 kelompok
setiap set ada dua belas persoalan dalam bentuk matriks berwarna yang disusun untuk
mengakses kemampuan anak dibawah usia 11 tahun. Keseluruhan tes terdiri atas tiga set, yaitu
Set A, Ab, dan B. tiga puluh enam permasalahan berbentuk matriks dimaksudkan untuk
mengakses setepat mungkin perkembangan mental anak. CPM bergerak dari mudah ke sulit,
yang menuntut keakuratan diskriminasi, soal-soal yang lebih sulit melibatkan analogi,
permutasi, perubahan poin dan hubungan yang logis.
• Tujuan CPM
Tes ini dirancang untuk digunakan bagi anak-anak dan sejumlah orang tua tertentu, serta
untuk keperluan-keperluan klinis. Hasil tes CPM memungkinkan untuk menjelaskan
kesenjangan yang teramati antara kapasitas seseorang anak yang dites untuk berfikir produktif
dan kemampuan mereka untuk me-recall informasi. Dibidang klinis, tes ini digunakan sebagai
tes individual ketika seseorang dewasa tertentu tidak mampu mengerjakan tes Matriks
Progresif Standar (SPM).
• Aspek-aspek CPM
- Berfikir logis atau menalar, yaitu kemampuan untuk menarik kesimpulan yang sah
menurut aturan logika dan dapat membuktikan bahwa kesimpulan itu benar sesuai
dengan pengetahuan sebelumnya.
- Kecakapan pengamatan ruang, yaitu kemampuan untuk membayangkan dan
menganalisa ruang dengan baik.
- Kemampuan berfikir analogi, yaitu kemampuan untuk memecahkan masalah dengan
menggunakan pengetahuan yang telah dipelajari sebelumnya untuk menyelesaikan
masalah yang baru
- Kemampuan memahami hubungan antara keseluruhan dan bagian, yaitu kemampuan
untuk memahami hubungan antara pola gambar besar dengan pola gambar kecil.
• Sasaran CPM
Diperuntukkan bagi subyek yang berusia sangat muda atau justu yang berusia sudah tua.
CPM cocok untuk tujuan antropologis atau studi klinis serta cocok bagi subyek yang memiliki
cacat jasmani atau kapasitas intelektualnya dibawah normal.
Tanggapan :
Tes ini rata-rata digunakan untuk tujuan klinis. Tes ini dapat mengungkapkan kecacatan
jasmani dan intelektual yang dibawah rata-rata atau normal. Tes ini digunakan oleh seseorang
yang berusia sangat muda dan usia yang sudah tua.
3. Advanced Progressive Matrices (APM)
APM merupakan salah satu alat tes non verbal yang digunakan untuk mengukur
kemampuan dalam hal pengertian dan melihat hubungan-hubungan bagian gambar yang tersaji
serta mengembangkan pola fikir yang sistematis penyajiannya dapat dilakukan secara klasikal
dan individu. Terdiri dari 2 set dan berbentuk non verbal, yaitu seri I dan seri II. Set I disajikan
dalam buku tes yang berisikan 12 butir soal. Set II diberisikan 36 butir soal tes.
• Aspek-aspek APM
- Kemampuan dalam hal ketepatan, yaitu kemampuan seseorang dalam menghitung
- Daya abstraksi, yaitu kemampuan menangkap, membayangkan, dan menganalisis suatu
hal yang dilihat atau ditangkap indera secara abstrak
- Kemampuan penalaran ruang, yaitu kemampuan seseorang dalam memahami konsep
ruang (spasial)
- Berfikir sistematis, yaitu kemampuan untuk mengerjakan atau menyelesaiakn suatu
tugas sesuai dengan urutan, tahapan, langkah-langkah, atau perencanaan yang tepat,
efektif, dan efesien.
- Kecepatan dan ketelitian, yaitu kemampuan untuk menangkap, mengolah informasi
dengan cepat dan teliti.
- Kosentrasi, yaitu kemampuan untuk memberi atensi atau perhatian terhadap suatu hal
dalam suatu waktu dengan baik.
• Tujuan
Tes APM bertujuan untuk mengungkap kemampuan efisiensi intelektual, untuk
membedakan secara jelas antara individu-individu yang berkemampuan intelektual lebih dari
normal bahkan yang berkemampuan intelektual superior. Serta untuk mengatur tingkat
intelegensi yang bertujuan analisis klinis
• Sasaran
Tes ini dirancang untuk remaja, dewasa dan individu dengan kemampuan intelektual diatas
rata – rata superior.
Tanggapan :
Tes ini merupakan tipe tes kedua yang dirancang oleh Raven. Tes ini digunakan untuk
mengukur kinerja intelektual dari mereka yang memiliki inteligensi diatas rata-rata atau lebih
dari normal.
Daftar Pustaka
http://wanpsikologi.blogspot.com/2013/05/tes-stanford-binet.html?m=1
http://wanpsikologi.blogspot.com/2013/05/tes-stanford-binet.html?m=1
https://www.academia.edu/19741223/Tes_WISC?show_app_store_popup
=true
https://digilib.ump.ac.id/files/disk1/21/jhptump-ump-gdl-nuraenisps-
1031-1-fulltek-u.pdf
https://www.psikoma.com/test-inteligensi-rpm-ravens-progressive-
matrices/#:~:text=RPM%20(Raven's%20Progressive%20Matrices)%20m
erupakan,kemampuan%20dalam%20berhitung%20sama%20sekali.&text
=RPM%20merupakan%20bentuk%20test%20inteligensi,tambahan%20da
lam%20rangkaian%20test%20inteligensi.
https://dinanurhasnia22.blogspot.com/2018/01/tes-ravens-progressive-
matrices-rpm.html?m=1