Post on 29-Mar-2023
BAB II
TINJAUAN DATA
2.1 Tinjauan Data Umum
2.1.1 Tinjauan Umum Planetarium
2.1.1.1Pengertian Planetarium
Planetarium adalah gedung teater untuk
memperagakan simulasi susunan bintang dan
benda-benda langit. Atap gedung biasanya
berbentuk kubah setengah lingkaran. Di
planetarium, penonton bisa belajar mengenai
pergerakan benda-benda langit di malam hari
dari berbagai tempat di bumi dan sejarah alam
semesta. Planetarium berbeda dari
observatorium. Kubah planetarium tidak bisa
dibuka untuk meneropong bintang.
Di dalam ruang pertunjukan terdapat sumber
gambar berupa proyektor planetarium yang
umumnya diletakkan di tengah ruangan. Proyektor
dapat memperagakan pergerakan benda-benda
langit sesuai dengan waktu dan lokasi.
Pertunjukan berlangsung dengan narasi yang
diiringi musik. Kursi memiliki sandaran bisa10
direbahkan agar penonton bisa melihat ke layar
di bagian dalam langit-langit kubah. Layar
berbentuk setengah bola, dan biasanya disusun
dari panel aluminum. Materi pertunjukan bisa
berbeda-beda bergantung kepada judul
pertunjukan dan jadwal.
2.1.1.2. Sejarah dan Perkembangan Planetarium
Planetarium mulanya adalah alat peraga
mekanik untuk memperlihatkan pergerakan benda -
benda langit seperti bintang, planet, Bulan,
dan matahari. Hingga abad ke-19, planetarium
berarti alat peraga mekanik yang disebut o
rrery. Proyektor planetarium yang pertama
dibuat pada tahun 1919 berdasarkan ide Walther
Bauersfeld dari Carl Zeiss. Pada bulan Agustus
1923, proyektor pertama yang diberi nama Model
I dipasang di pabrik Carl Zeiss di Jena.
Bauersfeld untuk pertama kali mengadakan
Gambar 2.1 Left: The first Zeiss planetarium, 1923; Right: The SpitzA-1 planetarium
Sumber: http://www.ips-planetarium.org
pertunjukan di depan publik dengan proyektor
tersebut di Deutsches Museum, München, 21
Oktober 1923. Deutsches Museum menjadi
planetarium pertama di dunia setelah proyektor
dipasang secara permanen pada bulan Mei 1925.
Di awal Perang Dunia II, proyektor dibongkar
dan disembunyikan. Setelah Deutsches Museum
yang hancur akibat Perang Dunia II dibangun
kembali, proyektor Model I kembali dipasang
pada 7 Mei 1951.
Sejarah dibuatnya sebuah Planetarium dimulai
sejak abat ke 17, yakni seorang bangsawan
bernama Frederick III of Holstein Gottorp memesan sebuah
Globe Khusus kepada Adam Olearius dan
disempurnakan oleh Andreas Bösch. Kurang lebih 10
tahun pembuatan, yakni dari tahun 1654 sampai
1664 pembuata globe pesanan itu dibuat, hingga
rampung dan diberi nama dengan sebutan Globe of
Gottorf. Globe ini merupakan cikal
12
bakal Planetarium pertama didunia, dimana
bagian utama dari Globe atau Planetarium ini
adalah bulatan cengkung terbuat dari tembaga
dengan diameter sekitar 3,1 Meter yang ditaruh
diatas. Ilustrasi mengenai rasi bintang
terlukis di permukaan bulatan tersebut. Untuk
bintangnya, digunakan bulatan kecil dan tembaga
yang dilapisi emas. Cahaya dari lampu minyak
yang ditaruh di tengah akan membuat bintang
bintang bersinar.
Kabarnya Planetarium pertama ini sekarang
berada di Museum Kunstkammer St.Petersburg Rusia,
akan tetapi yang dipamerkan ini merupakan
Replika dari Globe of Gottorf yang asli, hal ini
disebabkan planetarium tersebut hangus terbakar
pada tahun 1717 dikarenakan perang Great
Northern. Lalu Ratu Elizabeth dari Rusia membuat
replikanya, sempat replika Globe of Gottorf
tersebut di sita oleh Jerman dan disimpan di
Gambar 2.2 Globe of GottorfSumber: Wikipedia, 23 September 2014
Dutch Admiralty hingga berakhirnya perang Dunia
II, yakni pada tahun 1947 planetarium tersebut
di kembalikan ke Rusia.
Sedangkan di abat ke 18, yakni di tahun 1744,
telah dibuat Planetarium Mekanika bernama Eise
Eisinga’s Planetarium di kota Franeker Friesland
Belanda oleh seorang Astronom Amatir asal
Belanda bernama Eise Jeltes Eisinga. Planetarium yang
sering disebut dengan sebutan “orrey” ini
dibangun dari tahun 1774 sampai tahun 1781 dan
mendapatkan pengakuan dan pujian dari Raja
William I dan Pangeran Frederik dari kerajaan Belanda,
hingga akhirnya pada tahun 1818 Planetarium
atau orrey tersebut diserahkan ke kerajaan
Belanda.
Sementara di abat ke 19, yakni ditahun 1912,
seorang Geografiwan bernama Wallace Walter Atwood
membuat Globe dengan memlubangi Globe-nya
dengan 692 lubang, hal ini beliau lakukan untuk
membuat simulasi bintang-bintang berdasarkan
magnitudo kecil sedangkan untuk mensimulasikan
matahari didalam globe ini dipasang sebuah bola
lampu bergerak. Globe ini diberinama dengan
sebutan “Atwood Globe”. Sekarang ini dipamerkan
14
di Planetarium Chicago, USA.
Dari ketiga Globe diatas merupakan cikal
bakal sebuah Planetarium sebagai alat peraga
mekanik untuk memperlihatkan pergerakan benda-
benda langit seperti bintang, planet, Bulan,
dan matahari. Hingga pada awal abat ke 20,
Planetarium mulai berintergrasi dari jenis
Mekanik menjadi Jenis Modern yakni dengan
menggunakan teknologi
2.1.1.3. Fungsi Planetarium
Fungsi dari planetarium untuk memperagakan
simulasi susunan bintang dan benda-benda langi,
penonton bisa belajar mengenai pergerakan benda-
benda langit di malam hari dari berbagai tempat di
bumi dan sejarah alam semesta. Menurut Gioabi
Fashar fungsi dari planetarium sendiri adalah :
1. Planetarium Sebagai Wahana Edukasi
Planetarium merupakan sarana wisata
pendidikan yang dapat menambah wawasan yang
sangat luas kepada pengunjung khususnya bidang
ilmu pengetahuan astronomi, karena pertunjukan
planetarium yang sering disebut juga Teater
Bintang menyajikan berbagai macam peristiwa
alam jagat raya. Di dalam teater ini ini
pengunjung diajak mengembara ke berbagai tempat
di jagad raya yang sangat luas dan menakjubkan,
sehingga pengunjung dapat memahami konsepsi
tentang alam semesta dan sekaligus memahami
akan kebesaran Sang Maha Pencipta.
Dalam sebuah planetarium digital dapat juga
menampilkan berbagai jenis pertunjukan baru
dalam format multimedia, dengan pertunjukan
audiovisual yang sangat menarik dalam balutan
khasanah astronomi. Pada jenis pertunjukan ini
menghadirkan hal-hal yang berkaitan dengan alam
semesta yang manusia tinggali. Selain
pertunjukan simulasi langit ataupun multimedia,
pada beberapa planetarium juga kadang terdapat
sarana prasarana observasi benda-benda langit
untuk menyaksikan fenomena atau kejadian-
kejadian alam lainnya.
2. Planetarium sebagai Sarana Hiburan
Planetarium merupakan alternatif sarana
hiburan bagi masyarakat umum, hal ini ditandai
dengan menjadikan planetarium sebagai salah
satu alternatif tempat rekreasi keluarga.
Selain berperan sebagai wahana edukasi,
16
planetarium juga berperan sebagai wahana
rekreasi untuk para orang tua ke pada anak
maupun pada anak didiknya (murid). Planetarium
juga masuk dalam program pariwisata setiap
negara, guna membantu devisa negara, walaupun
ruang lingkupnya masih kecil. Kadang juga
Planetarium dijadikan sarana hiburan musik
orchestra yang mempunyai latarbelakang
pemandangan simulasi benda-benda langit sebagai
latarnya.
3. Sebagai Tempat Penelititian atau
Pengamatan
Observatorium berperan sebagai lembaga ilmiah
yang bukan hanya menjadi tempat berpikir dan
bekerja para astronom profesional, tetapi juga
merupakan tempat bagi masyarakat untuk mengenal
dan menghargai sains. Dalam terminologi ekonomi
modern, Observatorium berperan sebagai public
good. Dalam perjalanan penelitiannya,
seringkali sebuah observatorium melahirkan
berbagai macam temuan baru di dunia astronomi
secara khususnya, dan dalam ilmu pengetahuan
secara umum.
2.1.1.4 Jenis Planetarium
Jenis – jenis planetarium memang berbeda –
beda karena planetarium adalah tempat
pertunjukan yang dimana di beberapa negara
memiliki planetarium sendiri, dengan kapasitas
untuk pengunjung dan ruang pameran yang berbeda
– beda, yaitu :
1. Planetarium Khusus
Planetarium khusus adalah planetarium yang
hanya digunakan untuk tujuan edukasi maupun
penelitian semata. Seperti minsalnya pada
sekolah - sekolah umum, universitas maupun pada
sekolah latihan militer (angkatan udara dan
angkatan laut).
Contoh :
• Observatorium Bosscha di Lembang (Jawa
Barat) yang dikelola oleh Jurusan Astronomi,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Institut Teknologi Bandung
• Observatorium Matahari Watukosek atau
(Watukosek Solar Observatory/WKSO) di
Gempol, Pasuruan (Jawa Timur) yang khususnya
memusatkan penelitiannya pada matahari.
2.Planetarium Umum18
Planetarium umum adalah merupakan planetarium
yang terbuka bagi masyarakat umum, tujuannya
mendidik dan menghibur baik secara informatif
maupun secara ekspresif. Biasanya pertunjukan
dan program acaranya lebih menarik serta
fasilitas penunjangnya lebih lengkap.
Planetarium tipe ini dapat dibedakan lagi
menjadi :
• Planetarium formal, yaitu planetarium yang
memiliki pengelolaan tersendiri walaupun
bergabung dengan fasilitas lain tapi
hubungannya saling menunjang.
• Planetarium pelengkap, merupakan bagian
dari science centre atau museum yang
berfungsi untuk menggairahkan pengunjung.
Contoh : − Planetarium Jakarta
− Planetarium Angkatan Laut Surabaya
− Planetarium Jagad Raya Tenggarong
Di Kalimantan Timur
2.1.1.5 Fasilitas Planetarium
Fasilitas Planetarium adalah:
1. Ruang pertunjukan
Ruang pertunjukan merupakan salah satu
fasilitas di Planetarium yang menggunakan
sebuah kubah setengah lingkaran sebagai layar.
Jadi penonton bukannya melihat layar ke depan
seperti bioskop, melainkan ke atas. Jadi
disekeliling ruangan ada ratusan layar yang
dihubungkan menjadi satu dan di tengah ruangan,
kira-kira di titik fokus atap kubah, terdapat
bolah proyektor dengan lensa yaitu proyektor,
yang nanti akan memantulkan gambar ke layar-
layar tersebut. Bentuk proyektor ini sekilas
mirip bola lampu disko, namun bedanya proyektor
ini menembakkan gambar-gambar ke atas kubah
sehingga membentuk tampilan gambar seperti 3
dimensi
Kursinya berjumlah banyak dan bisa direbahkan
hingga nyaris terlentang, sehingga penonton
dapat mengambil posisi senyaman mungkin ketika
pertunjukan berlangsung. Mulai tahun 1933 telah
mempunyai fasilitas pertunjukan alternatif
yaitu slide-show yang menggunakan fasilitas
multimedia. Animasi dinamika alam semesta
ditampilkan dengan suasana mirip bioskop. Namun
untuk masa mendatang bukan hanya slide-show
saja, melainkan digabung dengan video film,
laser disk, dan CD-ROM..20
2. Ruang Pameran
Gambar dan model miniatur adalah alat yang
dapat digunakan untuk memperluas wawasan
pengetahuan mengenai benda-benda langit. Jarak
pemisah yang amat jauh dan pengaruh angkasa dan
keterbatasan mata membuat kita tak tahu banyak
tentang sifat-sifat benda langit yang
sebenarnya. Oleh karena itu gambar-gambar yang
dipotret atau dideteksi oleh peralatan
astronomi, baik yang dilakukan di Bumi maupun
yang berada diangkasa dan ruang angkasa, besar
manfaatnya untuk kita ketahui ciri-ciri yang
tampak didalamnya. Model miniatur dapat
membantu menjelaskan rupa, bentuk dan dimensi
benda-benda yang ditirukan.
3. Peralatan Planetarium
Proyektor planetarium di produksi dalam
beberapa jenis , masing -masing mempunyai
kekuatan fokus tertentu yang akan mempengaruhi
besaran kubah layar. Jenis – jenis proyektor :
1. Jenis kecil , digunakan untuk besar layar
dengan diameter 6m, 8m, dengan kapasitas 30 -
90orang .
2. Jenis sedang , digunakan untuk besar layar
dengan diameter 12.5m, 15m, dengan kapasitas
120 - 300 orang.
3. Jenis besar , digunakan untuk besar layar
dengan diameter 20m 23m, 25m, degan kapasitas
250 - 600 orang.
Besar kubah layar mempengaruhi besar
kapasitas penonton yang dapat
ditampung,walaupun hal ini juga di pengaruhi
oleh susunan kursi dan pemilihan sistem lantai
(datar atau miring). Dalam perencanaan
Planetarium ini dipakai proyektor jenis besar
dengan pertimbangan memakai kapasitas yang
besar, sehingga masih cukup untuk menampung
kenaikan jumlah penonton. Peralatan:
1. Proyektor utama .instrumen proyektor utama
terdiri dari sistem lensa ,lampu berdaya besar
dan motor penggerak yang dirancang untuk
menempatkan posisi bintang, planet, matahari,
bulan secara presisi pada layar kubah.
Proyektor ini terletak dibawah dan tidak
terhalang. Persyaratan teknis proyektor:
• Harus disimpan dalam ruang bebas debu. Maka
ruang perlu dikondisikan.22
• Kelembapan tidak boleh lebuh dari70%
• Suhu berkisar 150C – 300C
2. Proyektor pembantu.Letaknya dapat
ditempatkan di sekitar proyektor utama.
proyektor ini terdiri dari :
1. Proyektor shooting star
2. Proyektor efek pelangi
3. Proyektor komet
4. Proyektor panorama proyektor meteor
5. Proyekyor slide
6. Proyektor efek
3. Peralatan omnimax Pada prinsipnya serupa
proyektor film biasa, tetapi ukuran film lebih
besar yaitu : 70mm dengan lensa khusus. Posisi
film yang diputar adalah secara horizontal ,
karena itu di perlukan tempat khusus untuk film
tersebut sehingga ukuran ruang proyektor
menjadi jauh lebih besar. Persyaratan teknis
ruang proyektor :
a. Ruang bebas debu dan getaran
b. Kelembapan 50%
c. Suhu ruang 20c
d. Perlu fasilitas air dan udara untuk
pendingin
2.1.2 Tinjauan Umum Observatorium
2.1.2.1 Pengertian Observatorium
Observatorium adalah sebuah lokasi dengan
perlengkapan yang diletakkan secara permanen
agar dapat melihat langit dan peristiwa yang
berhubungan dengan angkasa. Menurut sejarah,
observatorium bisa sesederhana sextant (untuk
mengukur jarak di antara bintang) sampai
sekompleks Stonehenge (untuk mengukur musim
lewat posisi matahari terbit dan terbenam).
Observatorium modern biasanya berisi satu
atau lebih teleskop yang terpasang secara
permanen yang berada dalam gedung dengan
kubah yang berputar atau yang dapat
dilepaskan. Dalam dua dasawarsa terakhir,
banyak observatorium luar angkasa sudah
diluncurkan, memperkenalkan penggunaan baru
istilah ini.
2.1.2.2. Sejarah Observatorium
Menurut catatan sejarah, observatorium
pertama yang di buat manusia adalah yang di
bangun pada zaman Yunani kuno oleh seorang
24
asronom yang bernama Hipparchus pada tahun
150 SM. Sejak saat itu di seluruh dunia
membangun observatorium hanya mencontoh
mentah-mentah bangunan ini hingga belakangan
ilmuwan Islam lah yang mengoreksinya. Tahun
1259 M, Nasir ad-Din at-Tusi lah yang
melakukan hal itu. Ia memimpin beberapa
astronom Muslim untuk membangun sebuah
observatorium di Malagha. Observatorium itu
pun dilengkapi dengan perpustakaan yang
koleksi bukunya mencapai 400 ribu judul
lebih.
Selain itu, sebuah obsernatorium yang
lebih canggih dibangun di Samarkand dengan
nama Ulugh Beg. Seorang ahli astronomi Barat,
Kevin Krisciunas dalam tulisannya berjudul
The Legacy of Ulugh Beg mengungkapkan,
Gambar 2.1 Nasir ad-Din at-Tusi dan ilustrasi observatorium MalaghaSumber: https://oediku.wordpress.com/
obserbatorium termegah yang dibangun sarjana
Muslim adalah Ulugh Beg. Observatorium itu di
bangun seorang penguasa keturunan Mongol yang
bertahta di Samarkand bernama Muhammad
Taragai Ulugh Beg (1393-1449). Dia adalah
pejabat yang menaruh perhatian terhadap
astronomi. Ketertarikannya itu bermula ketika
dia mengunjungi observatorium di Malagha yang
di bangun oleh astronom terkemuka, Nasir ad-
Din at-Tusi.
Geliat pengkajian astronomi di Samarkand
mulai berlangsung pada tahun 1201 M. Namun
aktivitas astronomi yang sesungguhnya di
wilayah kekuasaan Ulugh Beg mulai berlangsung
sejak tahun 1408 M. Sejak saat itu semangat26
Gambar 2.1 Observatorium Ulugh Beg di Samarkand Sumber: https://oediku.wordpress.com/
pengkajian astronomi di Samarkand mencapai
puncaknya ketika pejabat dan ahli astronomi
itu memerintahkan membangun sebuah
observatorium Ulugh Beg (sesuai dengan
namanya) untuk kepentingan penelitian. Namun
sayang, setelah Ulugh Beg meninggal maka
observatorium itu mulai di abaikan hingga
akhirnya rusak dan terbengkalai.
2.1.2.3. Fungsi Observatorium
2.1.2.4. Jenis Observatorium
2.1.2.4. Fasilitas Observatorium
2.1.2 Tinjauan Umum Planetarium Di Indonesia
2.1.2.3. Pengertian Planetarium Di
Indonesia
2.1.2.4. Sejarah Planetarium Di Indonesia
2.1.2.4. Fungsi Planetarium Di Indonesia
2.1 Tinjauan Data Khusus
2.1.1 Planetarium Dan Ovservatorium Jakarta
2.1.1.1 Pengertian Planetarium Dan
Ovservatorium Jakarta
Planetarium dan Observatorium Jakarta
adalah satu dari tiga wahana simulasi langit
di Indonesia selain di Kutai, Kalimantan
Timur, dan Surabaya, Jawa Timur. Planetarium
tertua ini letaknya di Taman Ismail Marzuki,
Jakarta. Planetarium Jakarta merupakan sarana
wisata pendidikan yang dapat menyajikan
pertunjukan / peragaan simulasi perbintangan
atau benda-benda langit. Pengunjung diajak
mengembara di jagat raya untuk memahami
konsepsi tentang alam semesta melalui acara
demi acara.
Planetarium Jakarta berdiri tahun 1964
diprakarsai Presiden Soekarno dan diserahkan
ke Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pada 1969.
Di tempat ini juga tersedia ruang pameran
benda- benda angkasa yang menyuguhkan
berbagai foto serta keterangan lengkap dari
berbagai bentuk galaksi, teori-teori
pembentukan galaksi disertai pengenalan
tokoh-tokoh di balik munculnya teori.
Di ruang pameran ini, ada juga pajangan
baju antariksa yang digunakan mengarungi
angkasa, termasuk mendarat di bulan. Beberapa
28
peralatan lain untuk pengamatan antariksa
turut dipamerkan.
Selain pertunjukan Teater Bintang dan
multimedia / citra ganda, Planetarium &
Observatorium Jakarta juga menyediakan sarana
prasarana observasi benda-benda langit
melalui peneropongan secara langsung, untuk
menyaksikan fenomena / kejadian-kejadian alam
lainnya, seperti gerhana bulan, gerhana
matahari, komet dan lain-lain.
2.1.1.1 Sejarah Planetarium Dan
Ovservatorium Jakarta
Planetarium dan Observatorium Jakarta
dibangun oleh Pemerintah Republik Indonesia
mulai tahun 1964, atas gagasan Presiden
Soekarno dengan harapan agar bangsa Indonesia
sedikit demi sedikit mengenal berbagai macam
benda langit dan berbagai peristiwa di luar
angkasa. Selain dana dari pemerintah,
Planetarium dan Observatorium Jakarta ini
juga didanai oleh Gabungan Koperasi Batik
Indonesia.
Pada tahun 1968, gedung beserta peralatan
planetarium berhasil diselesaikan. Pada
tanggal 10 November pada tahun yang sama,
Planetarium dan Observatorium Jakarta
diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta Ali
Sadikin bersamaan dengan diresmikannya Pusat
Kesenian Jakarta—Taman Ismail Marzuki.
Pertunjukan Planetarium mulai dibuka
untuk umum pada tanggal 1 Maret 1969,
menggunakan proyektor Universal buatan
perusahaan Carl Zeiss, Jerman. Tanggal 1
Maret itu kemudian dijadikan hari ulang tahun
Planetarium.
Pada tahun 1984, Pemerintah DKI Jakarta
membentuk Organisasi Penyelenggara Tugas dan
Fungsi Planetarium dan Observatorium sebagai
pengganti status awal Proyek Planetarium
menjadi Badan Pengelola Planetarium dan
Observatorium Jakarta. Kepala Badan Pengelola
mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas-
tugasnya langsung kepada Gubernur Provinsi
DKI Jakarta. Perubahan status ini tertuang
dalam Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta
Nomor 2209 Tahun 1984.
30
Pada tahun 1996, Badan Pengelola
Planetarium dan Observatorium Jakarta
melakukan renovasi gedung sekaligus
pemutakhiran peralatan pertunjukan dengan
mengganti proyektor utama dengan yang lebih
canggih dan dikontrol sepenuhnya oleh program
komputer. Proyektor Universal diganti dengan
Proyektor Universarium Model VIII, bahan
layar kubah diganti dengan yang baru dan
garis tengahnya dikurangi dari 23 meter
menjadi 22 meter. Lantainya ditinggikan dan
dibuat bertingkat. Seluruh kursi dibuat
menghadap ke arah Selatan dan jumlahnya
dikurangi dari 500 ke 320 kursi.
Pada tahun 2002, Badan Pengelola
Planetarium dan Observatorium Jakarta
mengalami perubahan status dari organisasi
nonstruktural menjadi organisasi struktural
berupa Unit Pelaksana Teknis di bawah Dinas
Pendidikan Menengah dan Tinggi Provinsi DKI
Jakarta. Perubahan status ini tertuang dalam
Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor
118 Tahun 2002.