Post on 08-Feb-2023
Perbaikan Mutu Pendidikan Melalui Peningkatan Motivasi Belajar
Oleh M. Ikhwan Najmi ACB 110 044
Program Studi Pendidikan Fisika FKIP, Universitas Palangka Raya, 2011
KATA PENGANTAR
Pertama-tama kami mengucapkan puji dan syukur ke
hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan
karunia-Nya lah makalah yang berjudul Perbaikan Mutu
Pendidikan Melalui Peningkatan Motivasi Belajar Siswa dapat
diselesaikan tepat pada waktunya.
Kedua, kami memberikan apresiasi dan penghargaan
yang setinggi-tingginya serta ucapan terima kasih kepada
:
1. Dra. FENNO FARCIS, M.Pd. selaku dosen mata kuliah
Profesi Kependidikan yang telah memberikan banyak
sekali ilmu, bimbingan dan motivasi. Ibu Dra.
FENNO FARCIS, M.Pd. telah membuka cakrawala baru
dalam mengantarkan kami menjadi guru profesional
yang tidak hanya berkualitas tetapi juga
kompetitif dalam memajukan pendidikan di
Indonesia.
2. Perpustakaan Universitas Palangka Raya yang telah
memberikan akses kami dalam mencari buku-buku
referensi, walaupun dengan koleksi yang belum
terlalu lengkap. Semoga dikemudian hari,
perpustakaan Unversitas Palangka Raya dapat
menjadi rumah kedua mahasiswa dalam menjalani
aktivitas perkuliahannya dalam menunjang
pendidikan.
3. Dinas Pendidikan Kota Palangka Raya yang telah
menyediakan layanan hotspot gratis sehingga1 | P a g e
Perbaikan Mutu Pendidikan Melalui Peningkatan Motivasi Belajar
Oleh M. Ikhwan Najmi ACB 110 044
Program Studi Pendidikan Fisika FKIP, Universitas Palangka Raya, 2011
penulis dapat mengakses internet dalam
mengumpulkan materi-materi makalah ini.
4. Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika
Angkatan 2010 yang telah menjadi teman, sahabat,
saudara dan rekan seperjuangan dalam menggapai
mimpi dan cita-cita. Semoga suatu saat dapat
menjadi guru yang profesional, berkualitas dan
kompetitif yang tentunya akan menjadi guru yang
dicinta dan dirindu oleh para siswanya kelak.
Tak ada gading yang tak retak, kritik dan saran
yang membangun, kreatif dan inovatif seyogyanya sangat
kami harapkan sebagai keikutsertaan membangun dunia ilmu
pendidikan.
Akhir kata, kami mengucapkan permohonan maaf yang
sebesar-besarnya apabila banyak terdapat kesalahan,
sebab kesempurnaan hanya milik Tuhan Yang Maha Esa
semata dan terima kasih yang tak terhingga kepada semua
pihak yang telah membantu terselesaikannya makalah ini.
Palangka Raya, 9 Desember
2011
Penulis
2 | P a g e
Perbaikan Mutu Pendidikan Melalui Peningkatan Motivasi Belajar
Oleh M. Ikhwan Najmi ACB 110 044
Program Studi Pendidikan Fisika FKIP, Universitas Palangka Raya, 2011
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
3 | P a g e
Perbaikan Mutu Pendidikan Melalui Peningkatan Motivasi Belajar
Oleh M. Ikhwan Najmi ACB 110 044
Program Studi Pendidikan Fisika FKIP, Universitas Palangka Raya, 2011
BAB I PENDAHULUAN
1.1.........................................Latar
Belakang................................. 4
1.2.........................................Rumusan
Masalah.................................. 6
1.3.........................................Tujuan
Penulisan................................ 6
1.4.........................................Manfaat
Penulisan................................ 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Guru Sebagai Motivator.................. 7
2.2 Pengertian Motivasi Belajar............. 7
2.3 Macam-macam Motivasi Belajar............ 9
2.4 Fungsi Motivasi Belajar................. 11
BAB III METODE PENULISAN
3.1 Objek Penulisan......................... 13
3.2 Metode Penulisan........................ 13
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Faktor Penyebab Rendahnya Motivasi Belajar Siswa
14
4.2 Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa..... 18
BAB V PENUTUP4 | P a g e
Perbaikan Mutu Pendidikan Melalui Peningkatan Motivasi Belajar
Oleh M. Ikhwan Najmi ACB 110 044
Program Studi Pendidikan Fisika FKIP, Universitas Palangka Raya, 2011
5.1 Kesimpulan.............................. 24
5.2 Saran................................... 25
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan merupakan fondasi bagi kemajuan bangsa.
Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai
pendidikan. Salah satu parameter majunya negara adalah
kualitas pendidikan. Indonesia yang merupakan negara
dengan keadaan geografis kepulauan dengan jumlah
penduduk mencapai 250 juta menyebabkan berbagai
permasalahan. Dimulai dari keadaan geografis, mahalnya
biaya pendidikan, rendahnya kesadaran masyarakat tentang
pentingnya pendidikan, kesejahteraan guru hingga
birokrasi kebijakan yang tidak relevan dengan keadaan
masyarakat Indonesia.
Berbicara mengenai kualitas sumber daya manusia,
pendidikan memegang peran yang sangat penting dalam
proses peningkatan kualitas sumber daya manusia.
Peningkatan kualitas pendidikan merupakan suatu proses yang
terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas sumber
daya manusia itu sendiri. Menyadari pentingnya proses
peningkatan kualitas sumber daya manusia, maka
pemerintah bersama kalangan swasta sama-sama telah dan
5 | P a g e
Perbaikan Mutu Pendidikan Melalui Peningkatan Motivasi Belajar
Oleh M. Ikhwan Najmi ACB 110 044
Program Studi Pendidikan Fisika FKIP, Universitas Palangka Raya, 2011
terus berupaya mewujudkan amanat tersebut melalui
berbagai usaha pembangunan pendidikan yang lebih
berkualitas antara lain melalui pengembangan dan
perbaikan kurikulum dan sistem evaluasi, perbaikan
sarana pendidikan, pengembangan dan pengadaan materi
ajar, serta pelatihan bagi guru dan tenaga kependidikan
lainnya. Tetapi pada kenyataannya upaya pemerintah
tersebut belum cukup berarti dalam meningkatkan kuailtas
pendidikan.
Ada dua faktor yang dapat menjelaskan mengapa upaya
perbaikan mutu pendidikan selama ini kurang atau tidak
berhasil. Pertama strategi pembangunan pendidikan selama
ini lebih bersifat input oriented. Strategi yang demikian
lebih bersandar kepada asumsi bahwa bilamana semua input
pendidikan telah dipenuhi, seperti penyediaan buku-buku
(materi ajar) dan alat belajar lainnya, penyediaan
sarana pendidikan, pelatihan guru dan tenaga
kependidikan lainnya, maka secara otomatis lembaga
pendidikan ( sekolah) akan dapat menghasilkan output
(keluaran) yang bermutu sebagai mana yang diharapkan.
Ternyata strategi input-output yang diperkenalkan oleh
teori education production function (Hanushek,
1979,1981) tidak berfungsi sepenuhnya di lembaga
pendidikan (sekolah), melainkan hanya terjadi dalam
institusi ekonomi dan industri. Kedua, pengelolaan
pendidikan selama ini lebih bersifat macro-oriented, diatur
oleh jajaran birokrasi di tingkat pusat. Akibatnya,
banyak faktor yang diproyeksikan di tingkat makro
6 | P a g e
Perbaikan Mutu Pendidikan Melalui Peningkatan Motivasi Belajar
Oleh M. Ikhwan Najmi ACB 110 044
Program Studi Pendidikan Fisika FKIP, Universitas Palangka Raya, 2011
(pusat) tidak terjadi atau tidak berjalan sebagaimana
mestinya di tingkat mikro (sekolah). Atau dengan singkat
dapat dikatakan bahwa kompleksitasnya cakupan
permasalahan pendidikan, seringkali tidak dapat
terpikirkan secara utuh dan akurat oleh birokrasi pusat.
Paradigma permasalahan pendidikan tidak lagi
berorientasi pada peningkatan kuantitas tetapi pada
kualitas. Kualitas pendidikan kita pun masih terpuruk.
Berdasarkan data hasil penelitian di Singapura
(September 2001) menempatkan sistem pendidikan nasional
pada urutan 12 dari 12 negara Asia bahkan lebih rendah
dari Vietnam. Sementara hasil penelitian program
pembangunan PBB (UNDP) tahun 2000 menunjukkan kualitas
SDM Indonesia berada pada urutan 109 dari 174 negara.
Kondisi lebih memprihatinkan bila melihat laporan
dari International Institute of Management Development
pada tahun 2000 yang menyebutkan, dari 48 negara yang
diukur, daya saing SDM Indonesia menempati urutan ke-47,
sementara Thailand 34, Filipina 32, Malaysia 27,
Singapura 2. Salah satu faktor penting yang menyebabkan
rendahnya peringkat HDI Indonesia adalah angka
partisipasi pendidikan. Data dari Balitbang Depdiknas
menyebutkan angka partisipasi murni (APM) pada jenjang
SD/MI 94,44, SLTP/MTs 54,81, dan SLTA 31,46. Angka yang
diperoleh Indonesia itu masih lebih rendah jika
dibandingkan dengan negara tetangga. Angka partisipasi
kombinasi pendidikan dasar, menengah, dan tinggi
7 | P a g e
Perbaikan Mutu Pendidikan Melalui Peningkatan Motivasi Belajar
Oleh M. Ikhwan Najmi ACB 110 044
Program Studi Pendidikan Fisika FKIP, Universitas Palangka Raya, 2011
Indonesia sekitar (64%), Malaysia 65%, Singapura 73%,
Filipina 82%, dan Korea Selatan 90%.
Salah satu permasalahan yang sangat urgent pada
bidang pendidikan khususnya pada proses pembelajaran
yaitu rendahnya motivasi siswa dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran. Hal inilah yang menjadi salah satu biang
keladi terpuruknya pendidikan di Indonesia karena
motivasi belajar akan sangat mempengaruhi hasil belajar
seorang siswa. Oleh karena itu, guru-guru profesional di
Indonesia sangat diharapkan untuk dapat meningkatkan
motivasi belajar siswanya demi peningkatan mutu
pendidikan di Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat
diidentifikasi beberapa rumusan masalah antara lain :
1. Apa faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya
motivasi belajar siswa di Indonesia?
2. Bagaimana alternatif solusi dalam menumbuhkan
serta meningkatkan motivasi siswa dalam belajar?
1.3 Tujuan Penulisan
8 | P a g e
Perbaikan Mutu Pendidikan Melalui Peningkatan Motivasi Belajar
Oleh M. Ikhwan Najmi ACB 110 044
Program Studi Pendidikan Fisika FKIP, Universitas Palangka Raya, 2011
Adapun tujuan penulisan makalah yang berjudul
Perbaikan Mutu Pendidikan Melalui Peningkatan Motivasi Belajar Siswa
antara lain :
1. Sebagai syarat tugas mata kuliah Profesi
Kependidikan.
2. Menjelaskan faktor-faktor penyebab rendahnya
motivasi belajar siswa.
3. Menjelaskan cara meningkatkan motivasi belajar
siswa bagi guru-guru di Indonesia.
1.4 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan makalah yang berjudul
Perbaikan Mutu Pendidikan Melalui Peningkatan Motivasi Belajar Siswa
antara lain :
1. Dapat menelaah faktor-faktor yang mempengaruhi
rendahnya motivasi belajar siswa.
2. Dapat memberikan inovasi baru dalam meningkatkan
motivasi belajar siswa.
3. Sebagai bahan referensi mata kuliah Profesi
kependidikan.
4. Sebagai kajian dalam upaya meningkatkan mutu
pendidikan di Indonesia.
9 | P a g e
Perbaikan Mutu Pendidikan Melalui Peningkatan Motivasi Belajar
Oleh M. Ikhwan Najmi ACB 110 044
Program Studi Pendidikan Fisika FKIP, Universitas Palangka Raya, 2011
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Guru Sebagai Motivator
Sebagai seorang motivator, seorang guru harus mampu
membangkitkan semangat dan mengubur kelemahan anak
didiknya. Sebagai seorang motivator, guru adalah
psikolog yang diharapkan mampu menyelami psikologi anak
didiknya, sehingga mengetahui kondisi lahir batinnya.
Dan dari pengetahuan ini, seorang guru akan mencari
model motivasi yang cocok bagi anak didiknya.
Menurut Oemar Hamalik (2008), memotivasi belajar
penting artinya dalam proses belajar siswa, karena
berfungsi mendorong, menggerakkan, dan mengarahkan
kegiatan belajar. Oleh sebab itu, prinsip-prinsip
motivasi belajar sangat erat kaitannya dengan prinsip-
prinsip belajar itu sendiri.
Menurut Gagne (1975), setidaknya ada empat fungsi
yang harus dilakukan guru kaitannya sebagai motivator.
Pertama, arousal function atau membangkitkan dorongan
siswa untuk belajar. Kedua, expectancy funtion yaitu
menjelaskan secara kongkret kepada siswa apa yang dapat
dilakukan pada akhir pengajaran. Ketiga, incentive
function maksudnya guru memberikan ganjaran untuk
prestasi yang dicapai dalam rangka merangsang pencapaian10 | P a g e
Perbaikan Mutu Pendidikan Melalui Peningkatan Motivasi Belajar
Oleh M. Ikhwan Najmi ACB 110 044
Program Studi Pendidikan Fisika FKIP, Universitas Palangka Raya, 2011
prestasi berikutnya dan keempat, disciplinary
function bahwa guru membantu keteraturan tingkah laku
siswa.
Keempat fungsi tersebut, selayaknya diperankan
dengan tepat oleh guru dalam sebuah proses pembelajaran,
sehingga diharapkan motivasi belajar siswa semakin lama
akan semakin meningkat dan tinggi.
2.2 Pengertian Motivasi Belajar
Motivasi merupakan salah satu aspek psikis yang
memiliki pengaruh terhadap pencapaian prestasi belajar.
Dalam Psikologi, istilah motif sering dibedakan dengan
istilah motivasi. Kata "motif" diartikan sebagai daya
upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.
Atau seperti dikatakan oleh Sardiman dalam bukunya
Psychology Understanding of Human Behavior yang dikutip
M. Ngalim Purwanto : motif adalah tingkah laku atau
perbuatan suatu tujuan atau perangsang. Sedangkan S.
Nasution, motif adalah segala daya yang mendorog
seseorang untuk melakukan sesuatu.
Dengan demikian motif adalah dorongan atau kekuatan
dari dalam diri seseorang yang dapat menggerakkan
dirinya untuk melakukan sesuatu.
Adapun pengartian motivasi dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia Kontemporer, adalah keinginan atau dorongan
yang timbul pada diri seseorang baik secara sadar maupun
tidak sadar untuk melakukan sesuatu perbuatan dengan
11 | P a g e
Perbaikan Mutu Pendidikan Melalui Peningkatan Motivasi Belajar
Oleh M. Ikhwan Najmi ACB 110 044
Program Studi Pendidikan Fisika FKIP, Universitas Palangka Raya, 2011
tujuan tertentu. Pendapat-pendapat para ahli tentang
definisi motivasi diantaranya adalah :
M. Alisuf Sabri, motivasi adalah segala sesuatu
yang menjadi pendorong tingkah laku yang menuntut atau
mendorong orang untuk memenuhi suatu kebutuhan.
WS Winkel, motivasi adalah daya penggerak yang
telah menjadi aktif, motif menjadi aktif pada saat
tertentu, bahkan kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat
dirasakan atau dihayati.
Selanjutnya, M. Ngalim Purwanto mengemukakan bahwa
motivasi adalah pendorong suatu usaha yang disadari
untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar ia
menjadi tergerak hatinya untuk bertindak melakukan
sesuatu sehingga mecapai hasil atau tujuan tertentu.
Menurut MC. Donald, yang dikutip oleh Sardiman A.M,
motivasi adalah suatu perubahan energi dalam diri
eseorang yang ditandai dengan munculnya "feeling" dan
didahului dengan tanggapan adanya tujuan.
Dari beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para
ahli bahwa motivasi adalah suatu perubahan yang terdapat
pada diri seseorang untuk melakukan sesuatu guna
mencapai tujuan.
Dapat disimpulkan bahwa motivasi sebagai suatu
perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai
dengan munculnya perasaan dan didahului dengan adanya
tujuan, maka dalam motivasi terkandung tiga unsur
penting, yaitu :
12 | P a g e
Perbaikan Mutu Pendidikan Melalui Peningkatan Motivasi Belajar
Oleh M. Ikhwan Najmi ACB 110 044
Program Studi Pendidikan Fisika FKIP, Universitas Palangka Raya, 2011
a. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan
energi pada diri setiap individu manusia,
perkembangan motivasi akan membawa beberapa
perubahan energi di dalam system
"neurophysiological" yang ada pada organisme
manusia.
b. Motivasi ditandai dengan munculnya rasa "feeling",
afeksi seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan
dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi dan
emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia.
c. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi
motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respons
dari suatu aksi yakni tujuan.
Dengan demikian yang dimaksud dengan motivasi
belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri
siswa yang menimbulkan kegiatan belajar yang menjamin
kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan
arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang
dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.
2.3 Macam-macam Motivasi Belajar
Dilihat dari berbagai sudut pandang, para ahli
psikologi berusaha untuk menggolongkan motif-motif yang
ada pada manusia atau suatu organisme kedalam beberapa
golongan menurut pendapatnya masing-masing. Diantaranya
menurut Woodwort dan Marquis sebagaimana dikutip oleh
Ngalim Purwanto, motif itu ada tiga golongan yaitu :
13 | P a g e
Perbaikan Mutu Pendidikan Melalui Peningkatan Motivasi Belajar
Oleh M. Ikhwan Najmi ACB 110 044
Program Studi Pendidikan Fisika FKIP, Universitas Palangka Raya, 2011
a. Kebutuhan-kebutuhan organis yakni, motif-motif yang
berhubungan dengan kebutuhan-kebutuhan bagian dalam
dari tubuh seperti : lapar, haus, kebutuhan
bergerak, beristirahat atau tidur, dan sebagainya.
b. Motif-motif yang timbul yang timbul sekonyong-
konyong (emergency motives) inilah motif yang timbul
bukan karena kemauan individu tetapi karena ada
rangsangan dari luar, contoh : motif melarikan diri
dari bahaya,motif berusaha mengatasi suatu
rintangan.
c. Motif Obyektif yaitu motif yang diarahkan atau
ditujukan ke suatu objek atau tujuan tertentu di
sekitar kita, timbul karena adanya dorongan dari
dalam diri kita.
Arden N. Frandsen yang dikutip oleh Sardiman, A.M,
mengemukakan jenis motivasi dilihat dari dasar
pembentukannya, yaitu : motif bawaan, (motive
psychological drives) dan motif yang dipelajari
(affiliative needs), misalnya dorongan untuk belajar
suatu cabang ilmu pengetahuan dan sebagainya.
Selanjutnya Sartain membagi motif-motif itu menjadi
dua golongan sebagai berikut :
a. Psychological drive adalah dorongan-dorongan yang
bersifat fisiologis atau jasmaniah seperti lapar,
haus dan sebagainya.
b. Sosial Motives adalah dorongan-dorongan yang ada
hubungannya dengan manusia lain dalam masyarakat
14 | P a g e
Perbaikan Mutu Pendidikan Melalui Peningkatan Motivasi Belajar
Oleh M. Ikhwan Najmi ACB 110 044
Program Studi Pendidikan Fisika FKIP, Universitas Palangka Raya, 2011
seperti : dorongan selalu ingin berbuat baik (etika)
dan sebagainya.
Adapun bentuk motivasi belajar di Sekolah dibedakan
menjadi dua macam, yaitu :
a. Motivasi Intrinsik
Menurut Syaiful Bahri (2002:115) motivasi
intrinsik yaitu motif-motif yang menjadi aktif atau
berfungsinya tidak memerlukan rangsangan dari luar,
karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan
untuk melakukan sesuatu. Sejalan dengan pendapat diatas,
dalam artikelnya Siti Sumarni (2005) menyebutkan
bahwa motivasi intrinsik adalah motivasi yang muncul
dari dalam diri seseorang. Sedangkan Sobry Sutikno
(2007) mengartikan motivasi intrinsik sebagai motivasi
yang timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada
paksaan dorongan orang lain, tetapi atas dasar kemauan
sendiri. Dalam buku lain motivasi intrinsik adalah
motivasi yang timbul dari dalam diri seseorang atau
motivasi yang erat hubungannya dengan tujuan belajar,
misalnya : ingin memahami suatu konsep, ingin memperoleh
pengetahuan dan sebagainya. Dari beberapa pendapat
tersebut, dapat disimpulkan, motivasi intrinsik adalah
motivasi yang muncul dari dalam diri seseorang tanpa
memerlukan rangsangan dari luar. Faktor-faktor yang
dapat menimbulkan motivasi intrinsik adalah:
1. Adanya kebutuhan
2. Adanya pengetahuan tentang kemajuan dirinya sendiri
3. Adanya cita-cita atau aspirasi.
15 | P a g e
Perbaikan Mutu Pendidikan Melalui Peningkatan Motivasi Belajar
Oleh M. Ikhwan Najmi ACB 110 044
Program Studi Pendidikan Fisika FKIP, Universitas Palangka Raya, 2011
b. Motivasi Ekstrinsik
Menurut A.M. Sardiman (2005:90) motivasi
ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan
berfungsinya karena adanya perangsang dari luar.
Sedangkan Rosjidan, et al (2001:51) menganggap motivasi
ekstrinsik adalah motivasi yang tujuan-tujuannya
terletak diluar pengetahuan, yakni tidak terkandung
didalam perbuatan itu sendiri. Sobry Sutikno berpendapat
bahwa motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul
akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena
ajakan, suruhan atau paksaan dari orang lain sehingga
dengan keadaan demikian seseorang mau melakukan sesuatu.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat
disimpulkan, motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang
timbul dan berfungsi karena adanya pengaruh dari luar.
Bentuk motivasi ekstrinsik ini merupakan suatu
dorongan yang tidak secara mutlak berkaitan dengan
aktivitas belajar, misalnya siswa rajin belajar untuk
memperoleh hadiah yang telah dijanjikan oleh orang
tuanya, pujian dan hadiah, peraturan atau tata tertib
sekolah, suri tauladan orang tua, guru dan lain-lain
merupakan contoh konkrit dari motivasi ekstrinsik yang
dapat mendorong siswa untuk belajar.
Dalam perspektif kognitif, motivasi intrinsik lebih
signifikan bagi siswa karena lebih murni dan langgeng
serta tidak bergantung pada dorongan atau pengaruh orang
lain.
16 | P a g e
Perbaikan Mutu Pendidikan Melalui Peningkatan Motivasi Belajar
Oleh M. Ikhwan Najmi ACB 110 044
Program Studi Pendidikan Fisika FKIP, Universitas Palangka Raya, 2011
Perlu ditegaskan, bukan berarti motivasi ekstrinsik
tidak baik dan tidak penting. Dalam kegiatan belajar
mengajar tetap penting, karena kemungkinan besar keadaan
siswa itu dinamis berubah-ubah dan juga mungkin
komponen-komponen lain dalam proses belajar mengajar ada
yang kurang menarik bagi siswa sehingga siswa tidak
bersemangat dalam melakukan proses belajar mengajar baik
di sekolah maupun di rumah.
Bahwa setiap siswa tidak sama tingkat motivasi
belajarnya, maka
motivasi ekstrinsik sangat diperlukan dan dapat
diberikan secara tepat.
Di dalam kegiatan belajar mengajar peranan motivasi
baik intrinsik maupun ekstrinsik sangat diperlukan.
Dengan motivasi, siswa dapat mengembangkan aktifitas dan
inisiatif sehingga dapat mengarahkan dan memelihara
kerukunan dalam melakukan kegiatan belajar.
2.4 Fungsi Motivasi Belajar
Motivasi sangat berperan dalam belajar, siswa yang
dalam proses belajar mempunyai motivasi yang kuat dan
jelas pasti akan tekun dan berhasil belajarnya. Makin
tepat motivasi yang diberikan, makin berhasil pelajaran
itu.
Maka motivasi senantiasa akan menentukan intensitas
usaha belajar bagi siswa. Adapun fungsi motivasi ada
tiga, yaitu :
17 | P a g e
Perbaikan Mutu Pendidikan Melalui Peningkatan Motivasi Belajar
Oleh M. Ikhwan Najmi ACB 110 044
Program Studi Pendidikan Fisika FKIP, Universitas Palangka Raya, 2011
a. Mendorong manusia untuk berbuat, Pada mulanya siswatidak ada hasrat untuk belajar, tetapi karena ada
sesuatu yang dicari, muncullah minat untuk belajar.
Hal ini sejalan dengan rasa keingintahuan dia yang
akhirnya mendorong siswa untuk belajar. Sikap inilah
yang akhirnya mendasari dan mendorong ke arah sejumlah
perbuatan dalam belajar. Jadi, motivasi yang berfungsi
sebagai pendorong ini mempengaruhi sikap apa yang
seharusnya siswa ambil dalam rangka belajar.
b. Motivasi sebagai penggerak perbuatan. Dorongan
psikologis yang melahirkan sikap terhadap siswa
itu merupakan suatu kekuatan yang tak terbendung.
Siswa akan melakukan aktivitas dengan segenap
jiwa dan raga. Akal dan pikiran berproses dengan
sikap raga yang cenderung tunduk dengan kehendak
perbuatan belajar.
c. Menentukan dan menyeleksi perbuatan yakni
menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus
dijalankan yang serasi guna mencapai tujuan itu
dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak
bermanfaat bagi tujuan tersebut.
Seorang siswa yang akan menghadapi ujian dengan
harapan dapat lulus, tentu akan melakukan kegiatan
belajar dan tidak akan menghabiskan waktunya untuk
bermain atau membaca komik, sebab tidak serasi dengan
tujuan.
Selain itu ada juga fungsi lain yaitu, motivasi
dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian
prestasi, karena secara konseptual motivasi berkaitan18 | P a g e
Perbaikan Mutu Pendidikan Melalui Peningkatan Motivasi Belajar
Oleh M. Ikhwan Najmi ACB 110 044
Program Studi Pendidikan Fisika FKIP, Universitas Palangka Raya, 2011
dengan prestasi dan hasil belajar. Adanya motivasi yang
baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik.
Dengan kata lain, adanya usaha yang tekun dan terutama
didasari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar
itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik. Intensitas
motivasi seorang siswa akan sangat menentukan tingkat
pencapaian prestasi belajarnya.
BAB III
METODE PENULISAN
3.1 Objek Penulisan
Objek penulisan dalam makalah yang berjudul Perbaikan
Mutu Pendidikan Melalui Peningkatan Motivasi Belajar Siswa adalah
mengenai faktor-faktor penyebab dan solusi dalam
19 | P a g e
Perbaikan Mutu Pendidikan Melalui Peningkatan Motivasi Belajar
Oleh M. Ikhwan Najmi ACB 110 044
Program Studi Pendidikan Fisika FKIP, Universitas Palangka Raya, 2011
menghadapi permasalahan rendahnya motivasi belaar siswa
di Indonesia.
3.2 Metode Penulisan
Dalam menyusun makalah ini, ada 2 metode
pengumpulan data antara lain :
1. Studi Kepustakaan, yaitu dengan mengumpulkan buku
literatur – literatur yang berkaitan dengan
permasalahan pendidikan di Indonesia.
2. Studi Internet, yaitu pengumpulan literatur –
literatur melalui media internet.
20 | P a g e
Perbaikan Mutu Pendidikan Melalui Peningkatan Motivasi Belajar
Oleh M. Ikhwan Najmi ACB 110 044
Program Studi Pendidikan Fisika FKIP, Universitas Palangka Raya, 2011
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Faktor Penyebab Rendahnya Motivasi Belajar Siswa
Pencapaian prestasi pada bidang fisika dan
matematika siswa Indonesia di dunia internasional
terbukti sangat rendah. Menurut Trends in Mathematic and
Science Study (TIMSS) 2003 (2004), siswa Indonesia hanya
berada di ranking ke-35 dari 44 negara dalam hal
prestasi matematika dan di ranking ke-37 dari 44 negara
dalam hal prestasi sains. Dalam hal ini prestasi siswa
kita jauh di bawah siswa Malaysia dan Singapura sebagai
negara tetangga yang terdekat.
Dalam hal prestasi, 15 September 2004 lalu United
Nations for Development Programme (UNDP) juga telah
mengumumkan hasil studi tentang kualitas manusia secara
serentak di seluruh dunia melalui laporannya yang
berjudul Human Development Report 2004. Di dalam laporan
tahunan ini Indonesia hanya menduduki posisi ke-111 dari
177 negara. Apabila dibanding dengan negara-negara
tetangga saja, posisi Indonesia berada jauh di bawahnya.
Dalam skala internasional, menurut Laporan Bank
Dunia (Greaney,1992), studi IEA (Internasional
Association for the Evaluation of Educational
Achievement) di Asia Timur menunjukan bahwa keterampilan
membaca siswa kelas IV SD berada pada peringkat
terendah. Rata-rata skor tes membaca untuk siswa SD:21 | P a g e
Perbaikan Mutu Pendidikan Melalui Peningkatan Motivasi Belajar
Oleh M. Ikhwan Najmi ACB 110 044
Program Studi Pendidikan Fisika FKIP, Universitas Palangka Raya, 2011
75,5 (Hongkong), 74,0 (Singapura), 65,1 (Thailand), 52,6
(Filipina), dan 51,7 (Indonesia).
Anak-anak Indonesia ternyata hanya mampu menguasai
30% dari materi bacaan dan ternyata mereka sulit sekali
menjawab soal-soal berbentuk uraian yang memerlukan
penalaran. Hal ini mungkin karena mereka sangat terbiasa
menghafal dan mengerjakan soal pilihan ganda.
Selain itu, hasil studi The Third International
Mathematic and Science Study-Repeat-TIMSS-R, 1999 (IEA,
1999) memperlihatkan bahwa, diantara 38 negara peserta,
prestasi siswa SLTP kelas 2 Indonesia berada pada urutan
ke-32 untuk IPA, ke-34 untuk Matematika. Dalam dunia
pendidikan tinggi menurut majalah Asia Week dari 77
universitas yang disurvai di asia pasifik ternyata 4
universitas terbaik di Indonesia hanya mampu menempati
peringkat ke-61, ke-68, ke-73 dan ke-75.
Hal ini menunjukkan rendahnya motivasi belajar
siswa di Indonesia yang terlihat pada prestasi dan hasil
belajarnya. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, motivasi
belajar merupakan titiik start siswa dalam mengikuti
proses belajar mengajar, oleh karena itu seorang siswa
dengan start bagus akan memiliki peluang yang besar
dalam mencapai prestasi dan hasil belajar yang maksimal.
Faktor – faktor yang menyebabkan rendahnya motivasi
belajar siswa di Indonesia antara lain :
1. Rendahnya Kualitas Sarana Fisik
Untuk sarana fisik misalnya, banyak sekali sekolah
dan perguruan tinggi yang gedungnya rusak, kepemilikan
22 | P a g e
Perbaikan Mutu Pendidikan Melalui Peningkatan Motivasi Belajar
Oleh M. Ikhwan Najmi ACB 110 044
Program Studi Pendidikan Fisika FKIP, Universitas Palangka Raya, 2011
dan penggunaan media belajar rendah, buku perpustakaan
tidak lengkap. Sementara laboratorium tidak standar,
pemakaian teknologi informasi tidak memadai dan
sebagainya. Bahkan masih banyak sekolah yang tidak
memiliki gedung sendiri, tidak memiliki perpustakaan,
tidak memiliki laboratorium dan sebagainya.
Data Balitbang Depdiknas (2003) menyebutkan untuk
satuan SD terdapat 146.052 lembaga yang menampung
25.918.898 siswa serta memiliki 865.258 ruang kelas.
Dari seluruh ruang kelas tersebut sebanyak 364.440 atau
42,12% berkondisi baik, 299.581 atau 34,62% mengalami
kerusakan ringan dan sebanyak 201.237 atau 23,26%
mengalami kerusakan berat. Kalau kondisi MI
diperhitungkan angka kerusakannya lebih tinggi karena
kondisi MI lebih buruk daripada SD pada umumnya. Keadaan
ini juga terjadi di SMP, MTs, SMA, MA, dan SMK meskipun
dengan persentase yang tidak sama.
Dalam sudut pandang siswa sudah pasti kesan pertama
adalah tempat belajar, jika tempat belajar dan sarana
(media pembelajaran) tersedia dan memadai, siswa akan
dengan mudah terpacu semangatnya dalam mengikuti proses
belajar mengajar.
2. Rendahnya Kualitas Guru
Keadaan guru di Indonesia juga amat memprihatinkan.
Kebanyakan guru belum memiliki profesionalisme yang
memadai untuk menjalankan tugasnya sebagaimana disebut
dalam pasal 39 UU No 20/2003 yaitu merencanakan
pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil
23 | P a g e
Perbaikan Mutu Pendidikan Melalui Peningkatan Motivasi Belajar
Oleh M. Ikhwan Najmi ACB 110 044
Program Studi Pendidikan Fisika FKIP, Universitas Palangka Raya, 2011
pembelajaran, melakukan pembimbingan, melakukan
pelatihan, melakukan penelitian dan melakukan pengabdian
masyarakat.
Bukan itu saja, sebagian guru di Indonesia bahkan
dinyatakan tidak layak mengajar. Persentase guru menurut
kelayakan mengajar dalam tahun 2002-2003 di berbagai
satuan pendidikan sbb: untuk SD yang layak mengajar
hanya 21,07% (negeri) dan 28,94% (swasta), untuk SMP
54,12% (negeri) dan 60,99% (swasta), untuk SMA 65,29%
(negeri) dan 64,73% (swasta), serta untuk SMK yang layak
mengajar 55,49% (negeri) dan 58,26% (swasta).
Kelayakan mengajar itu jelas berhubungan dengan
tingkat pendidikan guru itu sendiri. Data Balitbang
Depdiknas (1998) menunjukkan dari sekitar 1,2 juta guru
SD/MI hanya 13,8% yang berpendidikan diploma D2-
Kependidikan ke atas. Selain itu, dari sekitar 680.000
guru SLTP/MTs baru 38,8% yang berpendidikan diploma D3-
Kependidikan ke atas. Di tingkat sekolah menengah, dari
337.503 guru, baru 57,8% yang memiliki pendidikan S1 ke
atas. Di tingkat pendidikan tinggi, dari 181.544 dosen,
baru 18,86% yang berpendidikan S2 ke atas (3,48%
berpendidikan S3).
Dalam hal perencanaan pembelajaran, seorang guru
akan dituntut merancang kegiatan belajar mengajar dari
fase awal hingga akhir, dalam hal ini fase memotivasi
siswa sangat penting bagi keseluruhan proses belajar,
oleh karena itu jika seorang guru gagal memotivasi
24 | P a g e
Perbaikan Mutu Pendidikan Melalui Peningkatan Motivasi Belajar
Oleh M. Ikhwan Najmi ACB 110 044
Program Studi Pendidikan Fisika FKIP, Universitas Palangka Raya, 2011
siswanya, maka sudah dipastikan siswa akan semakin berat
dalam mengikuti proses belajar mengajar.
Walaupun guru dan pengajar bukan satu-satunya
faktor penentu keberhasilan pendidikan tetapi,
pengajaran merupakan titik sentral pendidikan dan
kualifikasi, sebagai cermin kualitas, tenaga pengajar
memberikan andil sangat besar pada kualitas pendidikan
yang menjadi tanggung jawabnya. Kualitas guru dan
pengajar yang rendah juga dipengaruhi oleh masih
rendahnya tingkat kesejahteraan guru.
3. Kurangnya Pemerataan Kesempatan Pendidikan
Kesempatan memperoleh pendidikan masih terbatas
pada tingkat Sekolah Dasar. Data Balitbang Departemen
Pendidikan Nasional dan Direktorat Jenderal Binbaga
Departemen Agama tahun 2000 menunjukan Angka Partisipasi
Murni (APM) untuk anak usia SD pada tahun 1999 mencapai
94,4% (28,3 juta siswa). Pencapaian APM ini termasuk
kategori tinggi. Angka Partisipasi Murni Pendidikan di
SLTP masih rendah yaitu 54, 8% (9,4 juta siswa).
Sementara itu layanan pendidikan usia dini masih sangat
terbatas. Kegagalan pembinaan dalam usia dini nantinya
tentu akan menghambat pengembangan sumber daya manusia
secara keseluruhan. Oleh karena itu diperlukan kebijakan
dan strategi pemerataan pendidikan yang tepat untuk
mengatasi masalah ketidakmerataan tersebut.
Sejalan dengan kualitas sarana fisik yang rendah
pada sekolah yang kurang diperhatikan, siswa pada
25 | P a g e
Perbaikan Mutu Pendidikan Melalui Peningkatan Motivasi Belajar
Oleh M. Ikhwan Najmi ACB 110 044
Program Studi Pendidikan Fisika FKIP, Universitas Palangka Raya, 2011
sekolah tersebut akan memiliki tingkat motivasi yang
rendah.
4. Metode Pembelajaran Kurang Menarik
Seorang guru harus mengenal bermacam-macam metode
pembelajaran agar kegiatan belajar mengajar berjalan
secara variatif, sehingga guru dan siswa bersemangat
dalam menjalani proses pembelajaran. Hal ini juga
berhubungan dengan kualitas seorang guru yang harus
memiliki pengetahuan luas tentang bidang pendidikan
khususnya dalam proses belajar mengajar. Beberapa metode
pembelajaran antara lain:
a. Metode eramah
b. Metode diskusi
c. Metode demonstrasi
d. Metode ceramah plus
e. Metode resitasi
f. Metode eksperimen (percobaan)
g. Metode karya wisata
h. Metode penemuan (discovery)
i. Metode Inquiry
Agar tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai
dengan yang telah dirumuskan oleh pendidik, oleh karena
itu seorang pendidik perlu mengetahui, mempelajari, dan
mempraktikkan metode belajar yang beragam berdasarkan
materi ajar yang juga beragam.
5. Anggapan Siswa yang Kurang Tepat
Sebagian siswa mudah terpengaruh oleh pernyataan
belajar bidang tertentu akan sulit. Secara tidak
26 | P a g e
Perbaikan Mutu Pendidikan Melalui Peningkatan Motivasi Belajar
Oleh M. Ikhwan Najmi ACB 110 044
Program Studi Pendidikan Fisika FKIP, Universitas Palangka Raya, 2011
disadari, ini telah menanamkan sifat pesimis yang akan
menghambat motivasi yang diberikan oleh guru profesional
sekalipun. Ini berkaitan dengan motivasi intrinsik siswa
yang telah dipengaruhi sifat pesimis tersebut.
6. Kurikulum yang Kurang Relevan
Kurikulum yang ditentukan kurang sinergis dengan
kebutuhan dan minat siswa sehingga siswa kurang
termotivasi dalam mengikuti proses pembelajaran.
7. Latar Belakang Ekonomi dan Sosial Budaya
Sebagian besar siswa yang berekonomi lemah tidak
mempunyai motivasi yang kuat untuk belajar dan
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Contohnya siswa yang berasal dari pesisir pantai
misalnya lebih memilih langsung bekerja melaut dari pada
bersekolah. Hal yang sama akan terjadi pada siswa yang
hidup pada lingkungan yang menjunjung tinggi budaya yang
kurang mementingkan pendidikan.
8. Kemajuan Teknologi dan Informasi
Sebagian siswa akan sulit mengikuti proses belajar
mengajar yang mereka anggap kuno karena hanya sebatas
belajar di kelas dengan media yang terbatas. Dalam hal
ini, guru diharapkan sigap mengetahui harapan siswanya
sehingga tercipta suasana pembelajaran yang kondusif.
9. Masalah Pribadi Siswa
Setiap siswa memiliki kehidupannya di rumah dan
lingkungan sekitarnya, oleh karena itu guru diharapkan
peka terhadap siswanya yang sedang bermasalah dengan
kehidupan pribadinya. 27 | P a g e
Perbaikan Mutu Pendidikan Melalui Peningkatan Motivasi Belajar
Oleh M. Ikhwan Najmi ACB 110 044
Program Studi Pendidikan Fisika FKIP, Universitas Palangka Raya, 2011
4.2 Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa
Motivasi belajar siswa merupakan hal yang amat
penting bagi pencapaian kinerja atau prestasi belajar
siswa. Sebagai komponen yang secara langsung berhubungan
dengan permasalahan rendahnya motivasi belajar siswa,
maka guru harus mengetahui beberapa hal yang bisa
dilakukannya untuk memelihara dan meningkatkan motivasi
belajar siswa. Menurut pemikiran dari USAID DBE3 Life Skills
for Youth, berikut ini beberapa ide yang dapat digunakan
oleh guru untuk memotivasi siswa di dalam kelas,
diantaranya adalah :
1. Menggunakan Metode dan Kegiatan Pembelajaran yang
Variatif.
Melakukan hal yang sama secara terus menerus bisa
menimbulkan kebosanan dan menurunkan semangat belajar.
Siswa yang bosan cenderung akan mengganggu proses
belajar. Variasi akan membuat siswa tetap konsentrasi
dan termotivasi. Sesekali mencoba sesuatu yang berbeda
dengan menggunakan metode belajar yang bervariasi di
dalam kelas. Mencoba membuat pembagian peran, debat,
transfer pengetahuan secara singkat, diskusi, simulasi,
studi kasus, presentasi dengan audio-visual dan kerja
kelompok kecil.
2. Menjadikan Siswa sebagai Peserta Aktif
Pada usia muda, seorang siswa lebih menyukai
melakukan kegiatan, berkreasi, menulis, berpetualang,
28 | P a g e
Perbaikan Mutu Pendidikan Melalui Peningkatan Motivasi Belajar
Oleh M. Ikhwan Najmi ACB 110 044
Program Studi Pendidikan Fisika FKIP, Universitas Palangka Raya, 2011
mendesain, menciptakan sesuatu dan menyelesaikan suatu
masalah. Hindarilah menjadikan siswa peserta pasif di
kelas karena dapat menurunkan minat dan mengurangi rasa
keingintahuannya. Sebaiknya menggunakan metode belajar
yang aktif dengan memberikan siswa tugas berupa simulasi
penyelesaian suatu masalah untuk menumbuhkan motivasi
dalam belajar. Jangan memberikan jawaban apabila tugas
tersebut dirasa sanggup dilakukan oleh siswa.
3. Memberikan Tugas yang Menantang namun Realistis dan
Sesuai
Menyiapkan rencana pembelajaran yang cocok dengan
siswa dan sesuai minat mereka sehingga menarik karena
mereka dapat melihat tujuan dari belajar. Kemudian
memberikan tugas yang menantang namun realistis.
Realistis dalam pengertian bahwa standar tugas cukup
berbobot untuk memotivasi siswa dalam menyelesaikan
tugas sebaik mungkin, namun tidak terlalu sulit agar
jangan banyak siswa yang gagal dan berakibat turunnya
semangat untuk belajar.
4. Menciptakan Suasana Kelas yang Kondusif
Kelas yang aman, tidak mendikte dan cenderung
mendukung siswa untuk berusaha dan belajar sesuai
minatnya akan menumbuhkan motivasi untuk belajar.
Apabila siswa belajar di suatu kelas yang menghargai dan
menghormati mereka dan tidak hanya memandang kemampuan
29 | P a g e
Perbaikan Mutu Pendidikan Melalui Peningkatan Motivasi Belajar
Oleh M. Ikhwan Najmi ACB 110 044
Program Studi Pendidikan Fisika FKIP, Universitas Palangka Raya, 2011
akademis mereka maka mereka cenderung terdorong untuk
terus mengikuti proses belajar.
5. Memberikan Tugas Secara Proporsional
Segala tugas di kelas dan pekerjaan rumah tidak
selalu bisa disetarakan dengan nilai. Hal tersebut dapat
menurunkan semangat siswa yang kurang mampu memenuhi
standar dan berakibat siswa yang bersangkutan merasa
dirinya gagal. Gunakan mekanisme nilai seperlunya, dan
cobalah untuk memberikan komentar atas hasil kerja siswa
mulai dari kelebihan mereka dan kekurangan mereka serta
apa yang bisa mereka tingkatkan. Memberikan komentar
yang membangun secara jelas dapat sangat berpengaruh
terhadap semangat belajarnya. Berikan kesempatan bagi
siswa untuk memperbaiki tugas mereka apabila mereka
merasa belum cukup. Jangan mengandalkan nilai untuk
merombak sesuatu yang tidak sesuai dengan pribadi
sendiri.
6. Melibatkan Diri untuk Membantu Siswa Mencapai Hasil
Mengarahkan siswa untuk meningkatkan kemampuan
dalam proses belajar mengajar, jangan hanya terpaku pada
hasil ujian atau tugas. Membantu siswa dalam mencapai
tujuan pribadinya akan meningkatkan semangat belajarnya
dan juga perlu memantau perkembangan mereka.
7. Memberikan Petunjuk pada Siswa agar Sukses dalam
Belajar
30 | P a g e
Perbaikan Mutu Pendidikan Melalui Peningkatan Motivasi Belajar
Oleh M. Ikhwan Najmi ACB 110 044
Program Studi Pendidikan Fisika FKIP, Universitas Palangka Raya, 2011
Membiarkan siswa berjuang sendiri dalam belajar
akan membuat siswa berat dalam melakukannya. Sampaikan
pada mereka apa yang perlu dilakukan. Buatlah mereka
yakin bahwa mereka bisa sukses dan bagaimana cara
mencapainya. Dalam hal ini guru berfungsi sebagai
motivator.
8. Menghindari Kompetisi Antar Pribadi
Kompetisi bisa menimbulkan kekhawatiran, yang bisa
berdampak buruk bagi proses belajar dan sebagian siswa
akan cenderung bertindak curang. Kurangi peluang dan
kecendrungan untuk membanding-bandingkan antara siswa
satu dengan yang lain dan membuat perpecahan diantara
para siswa. Menciptakan metode mengajar dimana para
siswa bisa saling bekerja sama akan sangat membantu
guru.
9. Memberikan Komentar
Berikan masukan para siswa dalam mengerjakan tugas
mereka. Gunakan kata-kata yang positif dalam memberikan
komentar. Para siswa akan lebih termotivasi terhadap
kata-kata positif dibanding ungkapan negatif. Komentar
positif akan membangun kepercayaan diri. Ciptakan
situasi dimana guru percaya bahwa seorang siswa bisa
maju dan sukses di masa datang.
10. Menghargai Kesuksesan dan Keteladanan
31 | P a g e
Perbaikan Mutu Pendidikan Melalui Peningkatan Motivasi Belajar
Oleh M. Ikhwan Najmi ACB 110 044
Program Studi Pendidikan Fisika FKIP, Universitas Palangka Raya, 2011
Hindari komentar negatif terhadap kelakuan buruk
dan performa rendah yang ditunjukan siswa, akan lebih
baik bila guru memberikan apresiasi bagi siswa yang
menunjukan kelakuan dan kinerja yang baik. Ungkapan
positif dan dorongan sukses bagi siswa Anda merupakan
penggerak yang sangat berpengaruh dan memberikan
aspirasi bagi siswa yang lain untuk berprestasi.
11. Antusias dalam Mengajar
Antusiasme seorang guru dalam mengajar merupakan
faktor yang penting untuk menumbuhkan motivasi dalam
diri siswa. Bila guru terlihat bosan dan kurang antusias
maka para siswa akan menunjukkan hal serupa. Upayakan
untuk selalu tampil baik, percaya diri dan antusias di
depan kelas.
12. Menentukan Standar yang Tinggi (namun
realisitis) bagi Seluruh Siswa
Standar yang diharapkan oleh para guru terhadap
siswanya memiliki dampak yang signifikan terhadap
performa dan kepercayaan diri mereka. Bila Anda
mengharapkan seluruh siswa untuk termotivasi, giat
belajar dan memiliki minat yang tinggi, mereka cenderung
akan bertindak mengikuti kehendak Anda. Anda harus yakin
bahwa Anda mampu memberikan motivasi tinggi pada siswa.
Pada awal tahun ajaran baru Anda harus menggunakan
kesempatan agar seluruh siswa memiliki motivasi yang
tinggi.32 | P a g e
Perbaikan Mutu Pendidikan Melalui Peningkatan Motivasi Belajar
Oleh M. Ikhwan Najmi ACB 110 044
Program Studi Pendidikan Fisika FKIP, Universitas Palangka Raya, 2011
13. Memberikan Penghargaan untuk Memotivasi
Pemberian penghargaan seperti nilai, hadiah dsb,
mungkin efektif bagi sebagian siswa (biasanya bagi anak
kecil) namun metode ini harus digunakan secara hati-hati
karena berpotensi menciptakan kompetisi. Namun demikian,
penggunaan metode ini dapat melahirkan motivasi
internal.
14. Menciptakan Aktifitas yang Melibatkan Seluruh
Siswa dalam Kelas
Buatlah aktifitas yang melibatkan siswa dengan
kawan-kawan mereka dalam satu kelas. Hal ini akan
membagi pengetahuan, gagasan dan penyelesaian tugas-
tugas individu siswa dengan seluruh siswa di kelas
tersebut.
15. Menghindari Penggunaan Ancaman
Hindari mengancam siswa dengan kekerasan, hukuman
ataupun nilai rendah. Bagi sebagian siswa ancaman untuk
memberi nilai rendah mungkin efektif, namun hal tersebut
bisa memicu mereka mengambil jalan pintas (mencontek).
16. Menghindari Komentar Buruk
Gunakanlah komentar yang positif dan perilaku yang
baik. Banyak siswa yang percaya diri akan performa dan
33 | P a g e
Perbaikan Mutu Pendidikan Melalui Peningkatan Motivasi Belajar
Oleh M. Ikhwan Najmi ACB 110 044
Program Studi Pendidikan Fisika FKIP, Universitas Palangka Raya, 2011
kemampuan mereka. Jangan membuat pernyataan yang negatif
kepada para siswa di kelas berkaitan dengan perilaku dan
kemampuan mereka. Guru harus selektif dalam menggunakan
kata-kata dan berbicara dalam kelas. Apabila tidak hati-
hati, kepercayaan diri siswa akan mudah jatuh.
17. Mengenali Minat Siswa-siswa
Para siswa mungkin berada dalam satu kelas, namun
mereka memiliki kepribadian yang berbeda-beda. Pahamilah
siswa, bagaimana tanggapan mereka terhadap materi dan
apa minat, cita-cita, harapan dan kekhawatiran mereka.
Pergunakanlah berbagai contoh dalam pembelajaran yang
ada kaitannya dengan minat mereka untuk membuat mereka
tetap termotivasi dalam belajar.
18. Peduli dengan Siswa-siswa
Para siswa akan menunjukkan minat dan motivasi pada
para guru yang memiliki perhatian. Perlihatkan bahwa
guru memandang para siswa sebagai layaknya manusia
normal dan perhatikan bahwa mereka mendapatkan proses
pembelajaran dan bukan hanya sekedar nilai karena hal
tersebut tercermin pada kemampuan Anda sebagai seorang
guru. Cobalah membangun hubungan yang positif dengan
para siswa dan coba kenali mereka sebagaimana guru
memperkrnalkan diri pada mereka. Sebagai contoh,
menceritakan pengalaman guru ketika masih menjadi siswa.
34 | P a g e
Perbaikan Mutu Pendidikan Melalui Peningkatan Motivasi Belajar
Oleh M. Ikhwan Najmi ACB 110 044
Program Studi Pendidikan Fisika FKIP, Universitas Palangka Raya, 2011
Selain itu, orang tua siswa juga perlu mengetahui
beberapa hal yang bisa dilakukannya untuk menumbuhkan
motivasi belajar siswa, diantaranya adalah :
a. Mengontrol perkembangan belajar anak. Orang tua
perlu menyediakan waktu untuk mengontrol kegiatan
anak.
b. Mengungkap harapan-harapan yang realistis terhadap
anak
c. Menanamkan pemahaman agama yang baik khususnya yang
terkait dengan motivasi
d. Melatih anak untuk memecahkan masalahnya sendiri,
orang tua melakukan pembimbingan seperlunya
e. Tanyakanlah keinginan dan cita-cita mereka. Berikan
dukungan terhadap keingginan dan cita-cita mereka.
Arahkan mereka untuk meraih cita-cita itu dengan
benar.
f. Menggunakan hasil evaluasi yang diberikan oleh guru
untuk menumbuhkan motivasi belajar selanjutnya.
Ketika permasalahan rendahnya motivasi sudah menjadi
permasalahan yang serius yang tidak bisa diantispasi
oleh guru sendiri atau oleh orang tua sendiri, maka
kerja sama antara guru dan orang tua harus segera
dilakukan. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan di
ataranya :
a. Mengidentifikasi masalah yang terjadi pada siswa,
cari faktor penyebab yang mengakibatkan rendahnya
motivasi belajar siswa, identifikasi masalahnya.
35 | P a g e
Perbaikan Mutu Pendidikan Melalui Peningkatan Motivasi Belajar
Oleh M. Ikhwan Najmi ACB 110 044
Program Studi Pendidikan Fisika FKIP, Universitas Palangka Raya, 2011
b. Mencari solusi-solusi untuk memecahkan masalah yang
terjadi pada anak. Cari masalah yang bisa diatasi
oleh guru, atau masalah yang bisa diatasi oleh
orang tua
c. Memberikan perlakuan yang tepat terhadap anak,
mereka sedang mengalami permasalahan, maka orang
tua dan guru harus mempunyai komitemen yang tinggi
untuk tidak menambah beban mereka dengan
menyalahkan, mencemooh anak-anak.
d. Libatkan siswa untuk memecahkan permasalahannya.
Orang tua, guru dan siswa perlu duduk bersama untuk
menyelesaikan permasalahannya.
BAB V
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
36 | P a g e
Perbaikan Mutu Pendidikan Melalui Peningkatan Motivasi Belajar
Oleh M. Ikhwan Najmi ACB 110 044
Program Studi Pendidikan Fisika FKIP, Universitas Palangka Raya, 2011
Dari pembahasan makalah Perbaikan Mutu Pendidikan Melalui
Peningkatan Motivasi Belajar maka dapat disimpulkan antara lain
:
1. Faktor-faktor penyebab rendahnya motivasi belajar
siswa di Indonesia adalah sebagai berikut :
Rendahnya Kualitas Sarana Fisik
Rendahnya Kualitas Guru
Kurangnya Pemerataan Kesempatan Pendidikan
Metode Pembelajaran Kurang Menarik
Anggapan Siswa yang Kurang Tepat
Kurikulum yang Kurang Relevan
Latar Belakang Ekonomi dan Sosial Budaya
Kemajuan Teknologi dan Informasi
Masalah Pribadi Siswa
2. Solusi bagi guru dalam meningkatkan motivasi belajar
siswa adalah sebagai berikut :
Menggunakan Metode dan Kegiatan Pembelajaran yang
Variatif.
Menjadikan Siswa sebagai Peserta Aktif
Memberikan Tugas yang Menantang namun Realistis dan
Sesuai
Menciptakan Suasana Kelas yang Kondusif
Memberikan Tugas Secara Proporsional
Melibatkan Diri untuk Membantu Siswa Mencapai Hasil
Memberikan Petunjuk pada Siswa agar Sukses dalam
Belajar
Menghindari Kompetisi Antar Pribadi
37 | P a g e
Perbaikan Mutu Pendidikan Melalui Peningkatan Motivasi Belajar
Oleh M. Ikhwan Najmi ACB 110 044
Program Studi Pendidikan Fisika FKIP, Universitas Palangka Raya, 2011
Memberikan Komentar
Menghargai Kesuksesan dan Keteladanan
Antusias dalam Mengajar
Menentukan Standar yang Tinggi (namun realisitis)
bagi Seluruh Siswa
Memberikan Penghargaan untuk Memotivasi
Menciptakan Aktifitas yang Melibatkan Seluruh Siswa
dalam Kelas
Menghindari Penggunaan Ancaman
Menghindari Komentar Buruk
Mengenali Minat Siswa-siswa
Peduli dengan Siswa-siswa
4.2 Saran
Semua guru dan calon guru sebaiknya dapat
merefleksikan betapa pentingnya proses motivasi demi
kelangsungan proses belajar mengajar. Proses motivasi
inilah yang akan memperbesar peluang siswa dalam
memperoleh hasil belajar yang memuaskan. Dengan
terselesaikannya masalah rendahnya motivasi siswa maka
kemajuan pendidikan dapat membawa kemajuan SDM bangsa
menuju Indonesia sejahtera.
38 | P a g e
Perbaikan Mutu Pendidikan Melalui Peningkatan Motivasi Belajar
Oleh M. Ikhwan Najmi ACB 110 044
Program Studi Pendidikan Fisika FKIP, Universitas Palangka Raya, 2011
DAFTAR PUSTAKA
Asmani, Jamal Ma’mur. 2011. Tips Menjadi Guru Inspiratif,
Kreatif, dan Inovatif. Jogjakarta: Diva Press.
Kasim, Melani. Tanpa Tahun. Makalah Masalah Pendidikan
di Indonesia (online).
Nur, Mohamad. 2008. Pemotivasian Siswa Untuk Belajar.
Surabaya: Universitas Negeri Surabaya Pusat Sains dan
Matematika Sekolah.
39 | P a g e
Perbaikan Mutu Pendidikan Melalui Peningkatan Motivasi Belajar
Oleh M. Ikhwan Najmi ACB 110 044
Program Studi Pendidikan Fisika FKIP, Universitas Palangka Raya, 2011
Wardiyati, Agustin. 2006. Skripsi Hubungan Antara
Motivasi Dengan Prestasi Belajar Bidang Studi Pendidikan Agama Islam
(online). diakses pada tanggal 9 Desember 2011
http://belajarpsikologi.com/
http://irvanhabibali.wordpress.com/2011/06/03/meningkatkan-
motivasi-siswa-dalam-belajar/
http://muhfida.com/cara-cara-menumbuhkan-motivasi-
belajar-siswa/
http://penadeni.com/2011/06/13/159/
(Halaman diakses pada tanggal 9 Desember 2011)
40 | P a g e