ANALISIS PERBAIKAN DAYA DUKUNG TANAH LUNAK ...

15
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Pakuan Page 1 ANALISIS PERBAIKAN DAYA DUKUNG TANAH LUNAK DENGAN METODE STONE COLUMN (Studi Kasus : Simpang Susun Rangkas Bitung Jalan Tol Serang-Panimbang) Oleh: Aghnii Auliya Anjani 1) , Hikmad Lukman 2) , Budiono 3) ABSTRAK Tanah adalah bagian yang sangat penting dalam mendukung pembangunan infrastruktur karena tanah menjadi pijakan dan dasar yang menerima semua beban di atasnya. Suatu konstruksi yang berada di atas tanah lunak akan menemui masalah terutama berkaitan dengan besarnya penurunan yang akan terjadi setelah sebuah konstruksi didirikan di atasnya. Hal ini disebabkan karena tanah lunak memiliki sifat gaya geser tanah yang kecil, kompresibilitas yang sangat besar, koefisien permeabilitas yang kecil dan mempunyai daya dukung rendah. Agar tanah lunak dapat digunakan sebagai tanah dasar, maka perbaikan tanah diperlukan. Salah satu perbaikan untuk tanah lunak yaitu stone column. Penelitian ini menganalisis daya dukung dan besarnya penurunan yang terjadi pada tanah dasar akibat timbunan dengan dua kondisi yaitu kondisi tanah dasar tanpa stone column dan kondisi tanah dasar dengan perbaikan stone column. Pada penelitian ini untuk perhitungan daya dukung tanah dilakukan secara analitis, sedangkan untuk perhitungan penurunan dilakukan menggunakan software Plaxis 8.2 2D. Berdasarkan analisis perhitungan, didapatkan daya dukung ijin tanah dasar dengan adanya perkuatan stone column lebih tinggi dibandingkan sebelum adanya stone column. Selanjutnya untuk besarnya penurunan tanah pada tanah dasar terdapat pengurangan penurunan, yaitu tanpa stone column sebesar 1,176 m, sedangkan dengan stone column hanya sebesar 0,0023 m. Kata kunci : daya dukung, penurunan, stone column, tanah lunak. I. PENDAHULUAN Jalan Tol Serang – Panimbang adalah jalan tol yang menghubungkan Serang dan Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung, Banten. Pada saat pelaksanaan di lapangan, tentunya selalu ada permasalahan yang dihadapi. Pada Proyek Pembangunan Jalan Tol Serang – Panimbang, terdapat problem pada tanah yaitu adanya tanah lempung lunak dan muka air yang tinggi. Tanah adalah bagian yang sangat penting dalam mendukung pembangunan infrastruktur karena tanah menjadi pijakan dan dasar yang menerima semua beban yang ditimbulkan akibat dari bangunan konstruksi di atasnya. Suatu konstruksi yang berada di atas tanah lunak akan menemui masalah terutama berkaitan dengan besarnya penurunan yang akan terjadi setelah sebuah konstruksi didirikan di atasnya. Hal ini disebabkan karena tingginya kadar air dalam tanah yang dapat menyebabkan hilangnya lekatan antar butiran tanah. Tanah lunak umumnya memiliki daya dukung yang rendah. Apabila tanah lunak digunakan sebagai pendukung fondasi dan bangunan sangat tidak menguntungkan, karena akan banyak kerugian yang ditimbulkan. Meskipun kerusakan yang diakibatkan tidak bersifat mendadak dan langsung namun kerugian secara materi yang diakibatkan akan cukup besar, oleh karena itu perlu diadakannya perbaikan tanah untuk meningkatkan daya dukung tanah tersebut. Sehingga pada kesempatan ini akan dibahas teknik perbaikan untuk perkuatan tanah lunak di Simpang Susun Rangkas Bitung Ramp 3 Sta.0+300 Proyek Pembangunan Jalan Tol Serang-Panimbang. II. LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Umum Tanah dasar atau subgrade adalah lapisan tanah paling bawah yang berfungsi sebagai tempat perletakan lapis perkerasan dan mendukung konstruksi perkerasan jalan di atasnya. Subgrade pada proyek jalan raya memegang peranan penting dalam menentukan kualitas perkerasan jalan. Tanah dasar (subgrade) dapat berupa tanah asli yang dipadatkan jika tanah aslinya baik atau tanah urugan yang didatangkan dari tempat lain atau tanah yang distabilisasi (dengan semen, kapur dan lain lain). 2.2. Prinsip-Prinsip Dasar Tanah Lunak Tanah lempung merupakan tanah dengan ukuran mikrokonis sampai dengan sub mikrokonis yang berasal dari pelapukan unsur-

Transcript of ANALISIS PERBAIKAN DAYA DUKUNG TANAH LUNAK ...

Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Pakuan Page 1

ANALISIS PERBAIKAN DAYA DUKUNG TANAH LUNAK DENGAN METODE

STONE COLUMN

(Studi Kasus : Simpang Susun Rangkas Bitung Jalan Tol Serang-Panimbang) Oleh:

Aghnii Auliya Anjani 1), Hikmad Lukman 2), Budiono 3)

ABSTRAK

Tanah adalah bagian yang sangat penting dalam mendukung pembangunan infrastruktur karena tanah

menjadi pijakan dan dasar yang menerima semua beban di atasnya. Suatu konstruksi yang berada di

atas tanah lunak akan menemui masalah terutama berkaitan dengan besarnya penurunan yang akan

terjadi setelah sebuah konstruksi didirikan di atasnya. Hal ini disebabkan karena tanah lunak memiliki

sifat gaya geser tanah yang kecil, kompresibilitas yang sangat besar, koefisien permeabilitas yang

kecil dan mempunyai daya dukung rendah. Agar tanah lunak dapat digunakan sebagai tanah dasar,

maka perbaikan tanah diperlukan. Salah satu perbaikan untuk tanah lunak yaitu stone column.

Penelitian ini menganalisis daya dukung dan besarnya penurunan yang terjadi pada tanah dasar akibat

timbunan dengan dua kondisi yaitu kondisi tanah dasar tanpa stone column dan kondisi tanah dasar

dengan perbaikan stone column. Pada penelitian ini untuk perhitungan daya dukung tanah dilakukan

secara analitis, sedangkan untuk perhitungan penurunan dilakukan menggunakan software Plaxis 8.2

2D. Berdasarkan analisis perhitungan, didapatkan daya dukung ijin tanah dasar dengan adanya perkuatan

stone column lebih tinggi dibandingkan sebelum adanya stone column. Selanjutnya untuk besarnya

penurunan tanah pada tanah dasar terdapat pengurangan penurunan, yaitu tanpa stone column sebesar

1,176 m, sedangkan dengan stone column hanya sebesar 0,0023 m.

Kata kunci : daya dukung, penurunan, stone column, tanah lunak.

I. PENDAHULUAN

Jalan Tol Serang – Panimbang adalah jalan

tol yang menghubungkan Serang dan Kawasan

Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung,

Banten. Pada saat pelaksanaan di lapangan,

tentunya selalu ada permasalahan yang

dihadapi. Pada Proyek Pembangunan Jalan Tol

Serang – Panimbang, terdapat problem pada

tanah yaitu adanya tanah lempung lunak dan

muka air yang tinggi. Tanah adalah bagian yang

sangat penting dalam mendukung pembangunan

infrastruktur karena tanah menjadi pijakan dan

dasar yang menerima semua beban yang

ditimbulkan akibat dari bangunan konstruksi di

atasnya. Suatu konstruksi yang berada di atas

tanah lunak akan menemui masalah terutama

berkaitan dengan besarnya penurunan yang

akan terjadi setelah sebuah konstruksi didirikan

di atasnya. Hal ini disebabkan karena tingginya

kadar air dalam tanah yang dapat menyebabkan

hilangnya lekatan antar butiran tanah. Tanah

lunak umumnya memiliki daya dukung yang

rendah. Apabila tanah lunak digunakan sebagai

pendukung fondasi dan bangunan sangat tidak

menguntungkan, karena akan banyak kerugian

yang ditimbulkan. Meskipun kerusakan yang

diakibatkan tidak bersifat mendadak dan

langsung namun kerugian secara materi yang

diakibatkan akan cukup besar, oleh karena itu

perlu diadakannya perbaikan tanah untuk

meningkatkan daya dukung tanah tersebut.

Sehingga pada kesempatan ini akan dibahas

teknik perbaikan untuk perkuatan tanah lunak di

Simpang Susun Rangkas Bitung Ramp 3

Sta.0+300 Proyek Pembangunan Jalan Tol

Serang-Panimbang.

II. LANDASAN TEORI

2.1. Tinjauan Umum

Tanah dasar atau subgrade adalah lapisan

tanah paling bawah yang berfungsi sebagai

tempat perletakan lapis perkerasan dan

mendukung konstruksi perkerasan jalan di

atasnya. Subgrade pada proyek jalan raya

memegang peranan penting dalam menentukan

kualitas perkerasan jalan. Tanah dasar

(subgrade) dapat berupa tanah asli yang

dipadatkan jika tanah aslinya baik atau tanah

urugan yang didatangkan dari tempat lain atau

tanah yang distabilisasi (dengan semen, kapur

dan lain lain).

2.2. Prinsip-Prinsip Dasar Tanah Lunak

Tanah lempung merupakan tanah dengan

ukuran mikrokonis sampai dengan sub

mikrokonis yang berasal dari pelapukan unsur-

Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Pakuan Page 2

unsur kimiawi penyusun batuan. Tanah lempung

sangat keras dalam keadaan kering, bersifat

plastis pada kadar air sedang, sedangkan pada

keadaan air yang lebih tinggi tanah lempung

akan bersifat lengket (kohesif) dan sangat lunak

(Terzaghi, 1987). Tanah lunak memiliki sifat

berupa daya dukung relatif rendah, nilai kuat

geser undrained rendah, permeabilitas rendah,

sifat kembang susut yang besar, dan

pemampatan relatif besar yang berlangsung

relatif lama. Sehingga apabila keberadaan tanah

lunak ini tidak dikenali dan diselidiki secara

berhati-hati dapat menyebabkan masalah

ketidakstabilan dan penurunan jangka panjang

yang dapat merusak struktur bangunan yang

berada di atasnya.

2.3. Perencanaan Jalan Tol di Atas Tanah

Lunak

A. Analisa Tanah di Lapangan

Menganalisa tanah merupakan kegiatan

awal daripada sebuah perencanaan

bangunan, tujuan dari proses analisa tanah

adalah agar dapat memperoleh keputusan

yang tepat dalam pemilihan pondasi,

terdapat langkah – langkah untuk dapat

menganalisa tanah di lapangan :

1. Penyelidikan Geoteknik Pendahuluan

Untuk Pekerjaan Perbaikan Tanah

2. Pembuatan Stratigrafi Tanah

3. Parameter Tanah

4. Kriteria Desain

B. Perencanaan Timbunan

Tinggi timbunan pada saat pelaksanaan

umumnya tidak akan sama dengan tinggi

timbunan yang direncanakan. Tinggi pada

saat pelaksanaan haruslah lebih tinggi dari

tinggi rencana, hal ini dimaksudkan untuk

menambah tinggi yang hilang akibat adanya

penurunan tanah dasar yang disebabkan

berat timbunan itu sendiri. Tinggi timbunan

pada perencanaan dibedakan menjadi tiga

jenis, yaitu tinggi timbunan rencana, tinggi

timbunan pelaksanaan dan tinggi timbunan

kritis.

1. Hakhir = Hawal-Sc...(1)

2. Hawal = qi+Sci( (Ξ³timb-γ’timb)/ Ξ³timb))…(2)

Keterangan :

Hakhir : Tinggi Timbunan Akhir

Hawal : Tinggi Timbunan Awal

Sc : Total penurunan tanah akibat

timbunan H

𝛾′tπ‘–π‘šπ‘ : Berat volume efektif material

timbunan

3. Tinggi kritis merupakan tinggi

maksimal dari timbunan yang dapat

dilaksanakan berdasarkan dari

kemampuan daya dukung tanah dasar

menerima beban timbunan setinggi yang

dilaksanakan. Tinggi timbunan kritis

merupakan tinggi yang menyebabkan

stabilitas timbunan mendekati kurang

dari angka keamanan yakni 1.

C. Analisa Potensi Perbaikan Tanah

Timbunan direncanakan kemudian daya

dukung tanah dasar dan settlement dihitung.

Apabila daya dukung tanah dasar tidak

mampu mengakomodasi beban timbunan

dan beban operasionalnya maka perlu

dilakukan improvement. Selain itu guna

menghindari nilai settlement rate yang

melebihi persyaratan 10 cm/10 tahun dan

maksimal 2 cm/tahun.

1. Pemeriksaan Daya Dukung Tanah Dasar

Sebelum Improvement

Daya dukung adalah kemampuan tanah

menahan beban, seperti beban timbunan,

beban perkerasan, dan beban lalu lintas.

Analisis daya dukung menggunakan

analisis stabilitas terhadap puncture

yang pada prinsipnya sama dengan

perhitungan daya dukung pondasi di

kondisi yang paling kritis (short term).

Untuk menganalisis daya dukung tanah

menggunakan formula Terzaghi.

2. Pemeriksaan Settlement Sebelum

Improvement

Penurunan tanah adalah hal utama yang

harus diperhatikan dalam perencanaan

jalan tol di atas tanah lunak,

dikarenakan hal tersebut berpengaruh

terhadap kuatnya suatu konstruksi

bangunan. Penambahan beban di atas

suatu permukaan tanah dapat

menyebabkan lapisan tanah di

bawahnya mengalami pemampatan.

Pemampatan tersebut disebabkan oleh

adanya deformasi partikel tanah,

relokasi partikel, keluarnya air atau

udara dari dalam pori, dan sebab - sebab

lain.

2.4. Perbaikan Tanah Dasar pada Tanah

Lunak

Perbaikan dan perkuatan tanah merupakan

usaha yang dilakukan dengan tujuan untuk

meningkatkan kualitas karakteristik tanah,

utamanya parameter kuat geser tanah yang akan

mendukung sebuah struktur sehingga mampu

menahan beban struktur yang akan dibangun

dengan deformasi yang dizinkan.

Secara garis besar perbaikan dan perkuatan

Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Pakuan Page 3

tanah dimaksudkan untuk :

1. Menaikkan daya dukung & kuat geser

2. Menaikkan modulus

3. Mengurangi kompressibilitas

4. Mengontrol stabilitas volume (shringking &

swelling)

5. Mengurangi kerentanan terhadap liquifaksi

6. Memperbaiki kualitas material untuk bahan

konstruksi

7. Memperkecil pengaruh lingkungan

Ada berbagai macam cara untuk perbaikan

tanah dasar, Menurut SNI 8460 – 2017, berbagai

macam cara penanganan tanah dapat dilihat

pada berikut:

Gambar 1. Kriteria Tanah Untuk Pemilihan

Jenis Metode Perbaikan Tanah

Sumber : SNI 8460 – 2017

Melihat pada hasil analisis tanah di

lapangan, perhitungan daya dukung tanah, tebal

lapisan tanah lunak, salah satu yang menjadikan

permasalahan utama adalah penurunan yang

sangat besar ketika dibebani, maka untuk

menanggulangi permasalahan tersebut

diperlukan perbaikan tanah dasar, terdapat

beberapa cara perbaikan tanah dasar yang dapat

dilakukan : Stone Column, Geotextile, Deep

Cement Mixing (DCM), Prefabricated Vertical

Drain (PVD). Dari berbagai metode tersebut

yang akan dibahas pada tulisan ini adalah

metode Stone Column.

➒ Stone Column

Kolom Batu atau Stone Column adalah jenis

perbaikan tanah dalam (deep replacement)

dimana agregat/mortar digunakan sebagai

material replacement pada lapisan tanah

lunak yang kemudian dipadatkan dengan

cara digetar dan dibentuk berderet

menyerupai kolom. Pemasangan stone

column adalah salah satu metode perbaikan

tanah. Fungsi utama pemasangan stone

column adalah untuk meningkatkan daya

dukung tanah yang lunak sehingga tanah

lunak tersebut dapat menerima beban yang

lebih besar dan settlement yang terjadi akan

berkurang. Selain untuk meningkatkan daya

dukung tanah, menurut Barksdale dan

Banchus, 1982 ada beberapa keuntungan

lain, seperti :

1. Mengurangi total settlement tanah.

2. Memperpendek waktu konsolidasi.

3. Mengurangi bahaya liquefaction.

Dilihat dari metode pelaksanaan, ada dua

jenis metode yang biasa digunakan.

(A) (B)

Gambar 2. (A) Metode Wet top feed

(B) Metode Dry Bottom Feed

Perencanaan Stone Column :

Perencanaan stone column meliputi

perencanaan diameter, jarak, dan panjang stone

column. Perencanaan tersebut dikontrol terhadap

kapasitas daya dukung batas stone column

sebagai stone column tunggal dan grup, overall

stability terhadap sliding, serta settlement yang

terjadi setelah dipasang stone column.

1. Diameter stone column dan konsep unit cell Stone column diidealisasikan sebagai

suatu silinder dengan penampang berbentuk

lingkaran berdiameter D. Diameter stone

column menentukan besarnya area

replacement ratio dan besarnya distribusi

tegangan pada tanah dan stone column.

Perencanaan diameter stone column

tergantung dari tipe tanah yang diperbaiki,

beban yang harus didukung tanah, dan pola

pemasangannya.

Unit Cell pada Stone Column

merupakan satu silinder dengan diameter

ekivalen yang meliputi satu Stone Column

dengan daerah pengaruhnya. Dalam

perencanaannya, konsep Extended Unit Cell

wajib berlaku, yaitu saat sebuah grup stone

column dengan panjang tak terbatas

memikul beban merata, setiap interior

kolom dapat dianggap sebagi unit cell

seperti yang diilustrasikan pada Gambar 3.

Gambar 3. Ilustrasi unit cell

Pola pemasangan stone column akan

mempengaruhi bentuk unit cell. Pola

Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Pakuan Page 4

pemasangan stone column dibedakan

menjadi dua pola, yaitu pola segitiga

(equilateral triangular pattern) dan pola

bujur sangkar (square pattern). Pola

pemasangan segitiga akan memberikan

bentuk segienam pada penampang unit cell,

dan pola bujur sangkar akan memberikan

bentuk bujur sangkar. Kedua bentuk

penampang tersebut bisa didekati dengan

bentuk lingkaran yang mempunyai diameter

Dw (diameter equivalen). Untuk pola

segitiga, Dw = 1.05s dan untuk pola bujur

sangkar Dw = 1.13s, dimana s adalah jarak

antar stone column.

(A) (B)

Gambar 4. (A) Pola Pemasangan Segitiga

(B) Pola Pemasangan Bujur Sangkar

2. Panjang dan jarak stone column Panjang stone column yang direncanakan

diukur dari muka tanah asli sampai dengan

batas bawah perencanaan. Jarak stone

column adalah jarak antara pusat

penampang stone column dengan pusat

penampang stone column di sebelahnya.

Dengan demikian suatu kelompok stone

column mempunyai dua arah spacing, yaitu

arah x dan arah y yang besarnya sama.

Selain itu spacing juga akan mempengaruhi

besarnya pengurangan settlement stone

column dan tanah disekelilingnya. 3. Area Replacement Ratio (Rasio Pergantian

Luas (𝒂𝒔 )) Area replacement ratio adalah perbandingan

antara luas penampang stone column dengan

luas tanah lunak di sekelilingnya. Untuk

menghitung jumlah pergantian tanah yang

dibutuhkan Stone Column, ditetapkan rasio

pergantian luas (π‘Žπ‘ ), dengan rumusan

sebagai berikut :

Keterangan :

𝒂𝒔 : Area replacement ratio stone column

𝒂𝒄 : Area replacement ratio tanah lunak

As : Luas penampang stone column

Ac : Luas penampang tanah lunak dalam 1

unit cell

A : Luas penampang total 1 unit cell

D : Diameter stone column

S : Spacing antar stone column

C1 : konstanta yang tergantung pada pola

penyusunan stone column (Pola segitiga C1

= 0.907, dan pola bujur sangkar C1 = Ο€/4)

4. Konsep Penumpukan Tegangan (n) Faktor konsentrasi tegangan (n) adalah

perbandingan tegangan antara tegangan

pada stone column dan tegangan pada tanah

sekitarnya.

Keterangan :

Οƒs : tegangan pada stone column

Οƒc : tegangan tanah disekitar stone column

Berdasarkan kesembangan gaya-gaya

vertikal yang ada sepanjang unit cell, maka

tegangan rata-rata yang bekerja pada unit

cell adalah fungsi dari area replacement

ratio (as).

Dengan menggunakan persamaan di atas,

tegangan yang bekerja pada stone column

dan tegangan yang bekerja pada tanah lunak

di sekeliling stone column dapat ditentukan,

yaitu :

Keterangan :

n : faktor konsentrasi tegangan

as : area replacement ratio

Οƒ : tegangan rata-rata di atas unit cell akibat

beban luar

Οƒs : tegangan pada stone column akibat

beban luar

Οƒc : tegangan pada tanah lunak di sekeliling

sc akibat beban luar

ΞΌc : ratio tegangan pada tanah lunak

ΞΌs : ratio tegangan pada stone column

5. Daya Dukung Stone Column Tunggal Menurut Moreau (1835), sedikit sekali

beban yang mencapai dasar stone column

jika panjang stone column lebih besar dari

dua kali lebarnya. Beban yang bekerja akan

ditransfer oleh stone column ke tanah lunak

sekitarnya. Pada saat stone column

mengalami bulging dan penurunan, material

butiran stone column tertekan ke dalam

…(3)

…(4)

…(5)

…(6)

…(10)

…(9)

…(8)

…(7)

Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Pakuan Page 5

tanah lunak dan mentransferkan tegangan

geser ke tanah. Dengan menggunakan

persamaan (11) dengan asumsi deep bulging

terjadi di atas stone column.

Keterangan :

π‘ž ̃𝑒𝑙𝑑 atau πœŽπ‘  : tegangan rerata pada stone

column akibat beban luar.

𝑐 : kekuatan geser undrained sekitar stone

column οΏ½ΜŒοΏ½π‘ : faktor daya dukung stone column

(18 < οΏ½ΜŒοΏ½π‘< 22 ) 6. Daya Dukung Stone Column Group

Daya dukung ultimate stone column group

sangat dipengaruhi oleh tegangan pasif

horisontal dari tanah disekitar kelompok

stone column, undrained shear strenght

blok komposit, (Cavg) dan koefisien

tekanan tanah ke samping pasif untuk blok

komposit, (Kpkom).

Dimana :

𝑷𝒖𝒍𝒕 : tegangan pada luas penampang stone

column akibat beban luar

As : Luas Penampang Stone Column

2.5. PLAXIS 2D

PLAXIS 2D adalah sebuah paket program

dalam dunia teknik sipil yang dibuat

berdasarkan metode elemen hingga yang

sehingga dapat digunakan untuk melakukan

analisa deformasi, penurunan, ataupun stabilitas

dalam bidang Geoteknik. Tahap pemodelan

dalam program PLAXIS 2D sendiri dapat

dilakukan secara grafis, sehingga

memungkinkan pembuatan suatu model elemen

hingga yang cukup kompleks menjadi lebih

cepat dan mudah. Untuk tahap perhitungan

dalam program PLAXIS 2D sendiri, dilakukan

secara otomatis dengan berdasarkan kepada

prosedur numerik. Pada bagian output program

PLAXIS 2D, users dapat menampilkan data-data

yang diperlukan bilamana diperlukan untuk

mendesain suatu proyek. Pada program PLAXIS

2D, model struktur Geoteknik dapat dimodelkan

dengan 2 cara yaitu plane strain dan axisimetry.

Gambar 5. Perbedaan Model Plane strain dan

axisimetry

Sumber : Manual Plaxis

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Umum

Dalam penelitian ini dibahas analisis

perbaikan tanah agar meningkatkan daya

dukung tanah dan mempercepat pemampatan

yang terjadi pada tanah lunak. Lokasi rencana

yang akan di analisa yaitu pada Jalan Akses atau

Ramp 3 Sta.0+300 Simpang Susun Rangkas

Bitung trase Serang Panimbang. Adapun metode

yang akan dianalisis oleh penulis yaitu : Stone

Column.

3.2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini berada di Simpang

Susun Rangkas Bitung Ramp 3 Sta.0+300

Proyek Pembangunan Jalan Tol Serang-

Panimbang.

Gambar 6. Peta dan Kondisi Lokasi Penelitian

Sumber: PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk.

3.4. Metode Penelitian

Untuk mencapai maksud dan tujuan studi

ini, dilakukan beberapa tahapan yang dianggap

perlu dan secara garis besar diuraikan sebagai

berikut:

1. Tahapan pertama adalah melakukan review

dan studi kepustakaan terhadap text book

dan jurnal-jurnal yang terkait.

2. Tahap ke-dua adalah pengumpulan data.

Data yang digunakan pada penelitian ini

adalah data sekunder. Pengumpulan data

lapangan harus memenuhi persyaratan

berikut:

➒ Sumber data sekunder diperoleh dari

instansi-instansi yang terkait pada

pembangunan Jalan Tol Serang –

Panimbang dan dari berbagai literatur

yang ditemui.

➒ Pada umumnya data yang diperoleh

antara lain berupa data narasi (tertulis),

data sondir, grafik, gambar,

dokumentasi dan sebagainya. Data

sekunder yang diperlukan untuk

pelaksanaan pekerjaan ini di antaranya

adalah: Data Tanah, Data Gambar

Perencanaan dan Dokumentasi

3. Tahap ke tiga adalah menganalisis data

dengan menggunakan data-data di atas

berdasarkan formula yang ada.

4. Tahap ke empat menganalisis hasil

perhitungan yang dilakukan dan membuat

…(11)

…(12)

Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Pakuan Page 6

kesimpulan.

Berikut adalah Bagan alir penelitian dapat

dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Flowchart Penelitian

Sumber: Data Pribadi,2020.

3.5. Data Penelitian

➒ Data Tanah Laboratorium

Tabel 1. Parameter Tanah Asli

Sumber: PT. Safoco

Tabel 2. Parameter Tanah

Timbunan

Sumber: PT. Safoco

Tabel 3. Parameter Stone Column

Sumber: Literatur

Tabel 4. Spesifikasi Stone Column

Sumber: PT. Safoco

➒ Data Gambar Perencanaan

Gambar 8. Plan Akses IC. Rangkas Bitung

Sumber: PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk.

Gambar 9. Profil IC. Rangkas Bitung

Ramp.3 STA 0+000~0+643.590

Sumber: PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk.

Gambar 10. Tipikal Potongan Melintang

Perbaikan Tanah Stone Column Sumber: PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk.

3.6. Pengolahan Data

A. Pemeriksaan Daya Dukung Tanah Dasar

Analisis daya dukung formula Terzaghi:

qall= (c.Nc + q.Nq + 0.5.Ξ³.B.N Ξ³)/FK…(13)

Dimana:

qall : Daya dukung ijin, kN/m2

c : Kohesi, kN/m2

q : Overburden pressure, kN/m2

Ξ³ : Berat isi tanah, kN/m3

B : Lebar pondasi atau timbunan, m

Nc, Nq, NΞ³ : Faktor daya dukung Terzaghi

FK : Faktor keamanan

B. Pemeriksaan Settlement / Penurunan Tanah

➒ Penurunan Konsolidasi (Consolidation

Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Pakuan Page 7

Settlement)

Keterangan:

Sc : penurunan konsolidasi (m)

Cc : indeks pemampatan

H : tebal lapisan tanah (m)

e : angka pori

Οƒo : tekanan tanah efektif (t/m2 )

βˆ†Οƒ : tambahan tekanan efektif (t/m2 )

1. Untuk tanah terkonsolidasi normal

(Normally Consolidated Soil)

2. Untuk tanah terkonsolidasi lebih (Over

Consolidated Soil)

Keterangan :

Sci: pemampatan konsolidasi pada

lapisan tanah yang ke-i yang ditinjau

Hi : tebal lapisan tanah ke-i

eo : angka pori awal dari lapisan tanah

ke-i

Cc : indeks kompresi dari lapisan ke-i

Cs : indeks mengembang dari lapisan ke-

i

Po’: Tegangan Overburden efektif

Pc’: Tegangan prakonsolidasi efektif

Ξ”p : penambahan beban vertikal pada

lapisan yang ditinjau akibat beban

C. Pemodelan Plaxis 2D

Untuk memulai perhitungan Plaxis 2D

terlebih dahulu menentukan tinggi beban

timbunan, dalam hal ini tinggi timbunan yang

dipakai adalah tinggi efektif dari perhitungan

analitis. Untuk perhitungan penurunan akibat

pembebanan dengan bantuan program Plaxis 2D

secara berurutan sebagai berikut :

1. Pembuatan model geometri dari lapisan

tanah dan timbunan dengan bantuan

(geometri line).

2. Input data material tanah dan stone column

pada (material sets).

3. Penyusunan jaring elemen (mesh

generation)

4. Perhitungan kondisi awal, dalam hal ini

meliputi tekanan air pori awal (generate

water pressure) dan tegangan awal

(generate initial stresses)

5. Perhitungan konsolidasi

Berikut Flowchart Metodologi Pemodelan

Menggunakan Plaxis :

Tahapan Pemodelan Plaxis 2D :

➒ Mulai (Create New Project)

Gambar 11. Start New Project

Sumber : Data Pribadi, 2020

➒ Model menggunakan Axisymetry

Gambar 12. Model Axisymetry

Sumber : Data Pribadi, 2020

➒ Pembuatan model geometri dari lapisan

tanah dan timbunan dengan geometri line.

Gambar 13. Pemodelan Stone Column dan

Timbunan

Sumber : Data Pribadi, 2020

…(14)

…(15)

(16)

(17)

Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Pakuan Page 8

➒ Input data material tanah dan stone column

pada (material sets).

Gambar 14. Penginputan data material tanah

dan stone column

Sumber : Data Pribadi, 2020

Gambar 15. Penyusunan Jaringan Elemen

(Dengan dan Tanpa Stone Column)

Sumber : Data Pribadi, 2020

➒ Perhitungan, output.

IV. ANALISA DAN PERHITUNGAN

Berdasarkan data, tanah lunak pada lokasi

yang ditinjau berada pada kedalaman sampai 30

meter. Semakin dalam lapisan tanah maka

tegangan yang bekerja akan semakin kecil,

kemudian keadaan tanah semakin dalam sudah

tidak terlalu lunak (sedang) sehingga pekerjaan

stone column menggunakan tipe pemasangan

floating type, dimana pemasangan stone column

menggantung atau tidak sampai mencapai tanah

keras yaitu pemasangannya hanya sampai

kedalaman 15 meter. 4.1. Perhitungan Daya Dukung Tanah Dasar

(Tanpa Stone Column)

A. Lapis 1 (Depth 0-6 m)

π‘žπ‘’π‘™π‘‘ =2

3. 𝑐2. 𝑁𝑐′ + π‘ž1. π‘π‘žβ€² + 0,5. 𝛾′2. 𝐡. 𝑁𝛾′

=2

3π‘₯22π‘₯7,22 + 31,5π‘₯1,59 + 0,5π‘₯6,42π‘₯30π‘₯0,128

= 105,89 + 50,09 + 12,33

= 168,31 kN/m2

π‘žπ‘Žπ‘™π‘™ = π‘žπ‘’π‘™π‘‘/FK

= 168,31/3

= 56,103 kN/m2

B. Lapis 2 (Depth 6-10 m)

π‘žπ‘’π‘™π‘‘ =2

3. 𝑐3. 𝑁𝑐′ + π‘ž2 . π‘π‘žβ€² + 0,5. 𝛾′3. 𝐡. 𝑁𝛾′

=2

3π‘₯67,77π‘₯16,30 + 57,18 π‘₯ 6,54 + 0,5π‘₯6,48π‘₯30π‘₯2,88

= 736,43 + 373,96 + 279,94

= 1390,33 kN/m2

π‘žπ‘Žπ‘™π‘™ = π‘žπ‘’π‘™π‘‘/FK

= 1390,33 /3

= 463,44 kN/m2

C. Lapis 3 (Depth 10-15 m)

π‘žπ‘’π‘™π‘‘ =2

3. 𝑐4. 𝑁𝑐′ + π‘ž3. π‘π‘žβ€² + 0,5. 𝛾′4. 𝐡. 𝑁𝛾′

=2

3π‘₯15,95π‘₯14,80 + 89,58π‘₯5,60 + 0,5π‘₯7,56π‘₯30π‘₯2,25

= 157,37 + 501,65 + 255,15

= 914,17 kN/m2

π‘žπ‘Žπ‘™π‘™ = π‘žπ‘’π‘™π‘‘/FK

= 914,17/3

= 304,72 kN/m2

D. Tegangan Kerja (qkerja) :

Di atas tanah dasar akan dibebani oleh

beban tanah timbunan, beban perkerasan,

dan beban lalu lintas.

1. Timbunan

Spesifikasi teknis dari material adalah

sebagai berikut :

➒ Parameter tanah timbunan :

π›Ύπ‘ π‘Žπ‘‘ = 20 kN/m3

π›Ύπ‘’π‘›π‘ π‘Žπ‘‘ = 19 kN/m3

𝜐 = 3

𝐸 , = 40000 kN/m2

𝑐 = 8 kN/m2

πœ‘ = 25Β°

➒ Geometri timbunan :

Tinggi timbunan hingga 5 m

Lebar atas timbunan 30m

Kemiringan timbunan 1: 2

Gambar 16. Geometri Timbunan

Sumber : Data Layout Perencanaan

➒ Beban timbunan

(q) = Htimbunan x Ξ³sat timbunan

= 5π‘₯20 = 100 kN/m2

2. Beban lalu lintas

Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Pakuan Page 9

Tabel 5. Beban Lalu Lintas Untuk Analisa

Stabilitas

Sumber : SNI 8460 – 2017

3. Beban perkerasan

Tabel 6. Beban Perkerasan

Sumber : Hasil Analisa, 2020

Dengan total tebal perkerasan 0,89 m, maka

q total perkarasan adalah 19,19 kN/m2

βˆ‘ Total Beban yang Bekerja

= π‘žπ‘‡π‘–π‘šπ‘π‘’π‘›π‘Žπ‘› + π‘žπΏπ‘Žπ‘™π‘’ πΏπ‘–π‘›π‘‘π‘Žπ‘  + π‘žπ‘ƒπ‘’π‘Ÿπ‘˜π‘’π‘Ÿπ‘Žπ‘ π‘Žπ‘›

= 100 + 15 + 19,19

= 134,19 kN/m2

Tabel 7. Rekapitulasi π‘žπ‘Žπ‘™π‘™,π‘žπ‘’π‘™π‘‘,π‘žπ‘˜π‘’π‘Ÿπ‘—π‘Ž

Sumber : Hasil Analisa, 2020

4.2. Perhitungan Settlement / Penurunan

Tanah (Tanpa Stone Column)

Gambar 17. Sketsa Timbunan

Sumber : Data Pribadi, 2020

Data :

Ξ³timbunan = 19 kN/m3

Tebal lapisan = 15m

B = 30m

Start Elevasi = 0m

Htimb = 5m

End Elevasi = 15m

A. Perhitungan tegangan overburden efektif

(Po’)

➒ Lapisan Ke-1

Poβ€²1 = (π›Ύπ‘ π‘Žπ‘‘1 βˆ’ 𝛾𝑀) π‘₯ (

1

2π‘₯ β„Ž1)

= (15,05 βˆ’ 9,8) π‘₯ (1

2π‘₯6)

= 5,25π‘₯3

= 15,75 kN/m2

➒ Lapisan Ke-2

Poβ€²2 = Poβ€²

1 + 𝛾′1π‘₯ (1

2π‘₯ β„Ž1) + 𝛾′2π‘₯ (

1

2π‘₯ β„Ž2)

= 15,75 + 15,75 + 12,84

= 44,34 kN/m2

➒ Lapisan Ke-3

Poβ€²3 = Poβ€²

2 + 𝛾′2π‘₯ (1

2π‘₯ β„Ž2) + 𝛾′3π‘₯ (

1

2π‘₯ β„Ž3)

= 44,34 + 12,84 + 16,15

= 73,33 kN/m2

B. Mencari nilai Pc’ (tegangan pra konsolidasi)

➒ Lapisan Ke-1

Pcβ€² = Poβ€² + βˆ†Pf = 15,75 + 9,8 = 25,55 kN/m2

➒ Lapisan Ke-2

Pcβ€² = Poβ€² + βˆ†Pf = 44,34 + 9,8 = 54,14 kN/m2

➒ Lapisan Ke-3

Pcβ€² = Poβ€² + βˆ†Pf = 73,33 + 9,8 = 83,13 kN/m2

C. Penambahan tegangan (βˆ†p)

➒ Lapisan Ke-1

βˆ†P1 =1

6(βˆ†π‘π‘‘ + 4βˆ†π‘π‘š + βˆ†π‘π‘)

=1

6(100 + 4π‘₯99,84 + 98,84)

= 99,7 kN/m2

➒ Lapisan Ke-2

βˆ†P2 =1

6(βˆ†π‘π‘‘ + 4βˆ†π‘π‘š + βˆ†π‘π‘)

=1

6(98,84 + 4π‘₯97,5 + 95,58)

= 97,403 kN/m2

➒ Lapisan Ke-3

βˆ†P3 =1

6(βˆ†π‘π‘‘ + 4βˆ†π‘π‘š + βˆ†π‘π‘)

=1

6(95,58 + 4π‘₯92,56 + 88,98)

= 92,467 kN/m2

D. Perhitungan Pemampatan (Sc)

Untuk menghitung pemampatan harus

memperhatikan dari sifat tanah, apakah

normally consolidated atau over

consolidated. Untuk over consolidated

sendiri juga harus memperhatikan apakah

Po’+ Ξ”p ≀ Pc’ atau Po’+ Ξ”p >Pc’.

➒ Lapisan Ke-1

Poβ€²1 = 15,75 kN/m2

P𝑐′1 = 25,55 kN/m2

βˆ†π‘1 = 99,7 kN/m2

Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Pakuan Page 10

H = 6 m

𝐢𝑐 = 0,39

𝐢𝑠 =1

5𝐢𝑐 = 0,078

𝑒 = 2,122

β–ͺ OCR =Pcβ€²

Poβ€² =25,55

15,75= 1,62

𝑂𝐢𝑅> 1 maka termasuk π‘œπ‘£π‘’π‘Ÿπ‘π‘œπ‘›π‘ π‘œπ‘™π‘–π‘‘π‘Žπ‘‘π‘’π‘‘

β–ͺ Poβ€² + βˆ†p = 15,75 + 99,7 = 115,45 kN/m2

Karena Poβ€² + βˆ†p > Pcβ€² maka digunakan

rumus :

𝑺𝒄 = (𝑯𝒐

𝟏 + 𝒆𝒐) {(π‘ͺ𝒔 (π’π’π’ˆ

𝒑𝒄′

𝒑𝒐′)) + (π‘ͺ𝒄 (π’π’π’ˆ.

𝒑𝒐′ + βˆ†π’‘

𝒑𝒄′))}

𝑺𝒄 = (πŸ”

𝟏 + 𝟐, 𝟏𝟐𝟐) {𝟎, πŸŽπŸ’ (π’π’π’ˆ

πŸπŸ“, πŸ“πŸ“

πŸπŸ“, πŸ•πŸ“) + 𝟎, πŸ‘πŸ— (π’π’π’ˆ.

πŸπŸπŸ“, πŸ’πŸ“

πŸπŸ“, πŸ“πŸ“)}

= 0,508 m

➒ Lapisan Ke-2

Poβ€²2 = 44,34 kN/m2

P𝑐′2 = 54,14 kN/m2

βˆ†π‘2 = 97,403 kN/m2

H = 4 m

𝐢𝑐 = 0,39

𝐢𝑠 =1

5𝐢𝑐 = 0,078

𝑒 = 1,595

β–ͺ OCR =Pcβ€²

Poβ€² =54,14

44,34= 1,22

𝑂𝐢𝑅> 1 maka termasuk π‘œπ‘£π‘’π‘Ÿπ‘π‘œπ‘›π‘ π‘œπ‘™π‘–π‘‘π‘Žπ‘‘π‘’π‘‘

β–ͺ Poβ€² + βˆ†p = 44,34 + 97,403 =141,743 kN/m2

Karena Poβ€² + βˆ†p > Pcβ€² maka digunakan

rumus :

𝑺𝒄 = (𝑯𝒐

𝟏 + 𝒆𝒐) {(π‘ͺ𝒔 (π’π’π’ˆ

𝒑𝒄′

𝒑𝒐′)) + (π‘ͺ𝒄 (π’π’π’ˆ.𝒑𝒐′ + βˆ†π’‘

𝒑𝒄′ ))}

𝑺𝒄 = (πŸ’

𝟏 + 𝟐, 𝟏𝟐𝟐) {𝟎, πŸŽπŸ’ (π’π’π’ˆ

πŸ“πŸ’, πŸπŸ’

πŸ’πŸ’, πŸ‘πŸ’) + 𝟎, πŸ‘πŸ— (π’π’π’ˆ.

πŸπŸ’πŸ, πŸ•πŸ’πŸ‘

πŸ“πŸ’, πŸπŸ’)}

= 0,213 m

➒ Lapisan Ke-3

Poβ€²3 = 73,33 kN/m2

P𝑐′3 = 83,13 kN/m2

βˆ†π‘3 = 92,467 kN/m2

H = 5 m

𝐢𝑐 = 0,39

𝐢𝑠 =1

5𝐢𝑐 = 0,078

𝑒 = 1,509

β–ͺ OCR =Pcβ€²

Poβ€² =83,13

73,33= 1,13

𝑂𝐢𝑅 > 1 maka termasuk π‘œπ‘£π‘’π‘Ÿπ‘π‘œπ‘›π‘ π‘œπ‘™π‘–π‘‘π‘Žπ‘‘π‘’π‘‘

β–ͺ Poβ€² + βˆ†p = 73,33 + 92,467 =165,797 kN/m2

Karena Poβ€² + βˆ†p > Pcβ€² maka

digunakan rumus :

𝑺𝒄 = (𝑯𝒐

𝟏 + 𝒆𝒐) {(π‘ͺ𝒔 (π’π’π’ˆ

𝒑𝒄′

𝒑𝒐′)) + (π‘ͺ𝒄 (π’π’π’ˆ.

𝒑𝒐′ + βˆ†π’‘

𝒑𝒄′))}

𝑺𝒄 = (πŸ“

𝟏 + 𝟐, 𝟏𝟐𝟐) {𝟎, πŸŽπŸ’ (π’π’π’ˆ

πŸ–πŸ‘, πŸπŸ‘

πŸ•πŸ‘, πŸ‘πŸ‘) + 𝟎, πŸ‘πŸ— (π’π’π’ˆ.

πŸπŸ”πŸ“, πŸ•πŸ—πŸ•

πŸ–πŸ‘, πŸπŸ‘)}

= 0,191 m

Tabel 8. Rekapitulasi Perhitungan Penurunan

Akibat Timbunan

Sumber : Hasil Analisa, 2020

Total penurunan = 0,912 m

4.3. Perhitungan Daya Dukung Tanah Dasar

(Dengan Stone Column)

A. Perhitungan diameter ekuivalen :

Dengan pemasangan pola bujur sangkar,

rumus diameter ekuivalen sebagai berikut:

De=1,13 x S…(18)

Keterangan :

De = diameter ekuivalen

S = Jarak spasi antar stone column

Perhitungan :

S = 2m

De=1,13 x 2 = 2,26 m

B. Perhitungan luas penampang stone column

dengan rumus :

As =1

4Ο€D2…(19)

Keterangan :

As = luas penampang stone column

D = diameter stone column

Perhitungan :

D =0,6 m

As =1

4Ο€(0,6)2 = 0,282 m2

C. Perhitungan luas penampang unit cell

dengan rumus :

A =1

4Ο€(De)2…(20)

Keterangan :

As = total luas pengaruh unit cell

De = diameter ekuivalen

Perhitungan :

De = 2,26 m

A =1

4Ο€(2,26)2 = 4,1 m2

D. Perhitungan luas penampang tanah dalam

unit cell dengan rumus :

Ac = A βˆ’ As…(21)

Keterangan :

Ac = luas penampang tanah sekitar stone

column

A = total luas pengaruh unit cell

Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Pakuan Page 11

As = luas penampang stone column

Perhitungan :

A = 4,1 π‘š2

As = 0,282 π‘š2

Ac = 4,1 βˆ’ 0,282 = 3,818 π‘š2

E. Perhitungan area replacement ratio stone

column dengan rumus :

π‘Žπ‘  = As/A …(22)

Keterangan :

π‘Žπ‘  = area replacement ratio stone column

A = total luas pengaruh unit cell

As = luas penampang stone column

Perhitungan :

A = 4,1 π‘š2

As = 0,282 π‘š2

π‘Žπ‘  = 0,282/4,1 = 0,068

F. Perhitungan area replacement ratio tanah

dengan rumus :

π‘Žπ‘ =𝐴𝑐

𝐴=

π΄βˆ’π΄π‘ 

𝐴= 1 βˆ’ π‘Žπ‘ β€¦(23)

Keterangan :

π‘Žπ‘ = area replacement ratio tanah

π‘Žπ‘  = area replacement ratio stone column

Perhitungan :

π‘Žπ‘  = 0,068

π‘Žπ‘ = 1-0,068 = 0,932

G. Perhitungan rasio tegangan pada stone

column dengan rumus :

πœ‡π‘  =𝑛

(1+(π‘›βˆ’1) π‘₯ π‘Žπ‘ )…(24)

Keterangan :

πœ‡π‘  = rasio tegangan pada stone column

n = faktor penumpukan tegangan

π‘Žπ‘  = area replacement ratio stone column

Perhitungan :

n = 3 dan π‘Žπ‘  = 0,068

πœ‡π‘  =3

(1 + (3 βˆ’ 1) π‘₯ 0,068)= 2,64

H. Perhitungan rasio tegangan pada tanah di

sekitar stone column dengan rumus :

πœ‡π‘ =1

(1+(π‘›βˆ’1) π‘₯ π‘Žπ‘)…(25)

Keterangan :

πœ‡π‘  = rasio tegangan pada tanah sekitar stone

column

n = faktor penumpukan tegangan

π‘Žπ‘ = area replacement ratio pada tanah

Perhitungan :

n = 3 dan π‘Žπ‘ = 0,932

πœ‡π‘ =3

(1 + (3 βˆ’ 1) π‘₯ 0,932)= 1,047

I. Perhitungan tegangan yang terjadi pada

stone column dengan rumus :

πœŽπ‘  = πœ‡π‘  π‘₯ πœŽβ€¦(26) Keterangan :

πœŽπ‘  = tegangan yang terjadi pada stone

column

πœ‡π‘  = rasio tegangan stone column

𝝈 = beban timbunan atau beban struktur

yang diterima unit cell

Perhitungan :

Dengan πœ‡π‘  = 2,64 dan 𝝈 = 134,19 kN/π‘š2

πœŽπ‘  = 2,64 π‘₯ 134,19 = 354,262 kN/π‘š2

J. Perhitungan tegangan yang terjadi pada

tanah disekitar stone column dengan rumus : πœŽπ‘ = πœ‡π‘ π‘₯ πœŽβ€¦(27)

Keterangan :

𝜎c = tegangan yang terjadi pada tanah di

sekitar stone column dalam unit cell

πœ‡c = rasio tegangan tanah di sekitar stone

column

𝝈 = beban timbunan atau beban struktur

yang diterima unit cell

Perhitungan :

Dengan πœ‡c = 1,047 dan 𝝈 = 134,19 kN/π‘š2

πœŽπ‘  = 1,047 π‘₯ 134,19 = 140,497 kN/π‘š2

K. Perhitungan perlawanan pasif dari tanah di

sekeliling stone column dapat dirumuskan

sebagai berikut (menurut Hughes dan

Withers, 1974):

𝜎3 = πœŽπ‘Ÿπ‘œ + 𝐢𝑒 (1 + 𝑙𝑛𝐸𝑐

2𝐢𝑒 (1+𝑣))…(27)

Dimana :

𝜎3 = Tegangan Perlawanan Pasif

πœŽπ‘Ÿπ‘œ = Total tegangan horizontal lapangan

(awal) = Ko π‘₯ πœŽπ‘£

πœŽπ‘£ = 𝛾𝑐 π‘₯ z

Ec = Modulus Elastisitas tanah

Cu = Kekuatan Geser Undrained,

𝑣 = Angka Poison Tanah

Ko = Koefisien Tegangan Horisontal β€œat

rest”

𝛾𝑐 = Berat volume tanah lunak

z = Kedalaman tanah lunak yang ditinjau.

Perhitungan :

➒ Pada tanah lapis 1

Ko = (1 – sin (Ξ¦)) = 1 – sin (7) = 0,88

πœŽπ‘£1 kedalaman 0βˆ’6 m = 𝛾𝑐 π‘₯ 𝑧 = 5,25 x 6 =

31,5 kN/m2

πœŽπ‘Ÿπ‘œ1 = Ko x πœŽπ‘£1 = 0,88 x 31,5 = 27,72

kN/m2

𝜎31 = πœŽπ‘Ÿπ‘œ1 + 𝐢𝑒 (1 + 𝑙𝑛𝐸𝑐

2𝐢𝑒 (1 + 𝑣))

= 27,72 + 22 (1 + 𝑙𝑛1500

2π‘₯22 (1 + 0,35))

= 120,756 kN/m2

➒ Pada tanah lapis 2

Ko = (1 – sin (Ξ¦)) = 1 – sin (27) = 0,546

βˆ†πœŽπ‘£ kedalaman 6βˆ’10 m = 𝛾𝑐 π‘₯ 𝑧 = 6,42 x 4

= 25,68 kN/m2

πœŽπ‘£2 = βˆ†πœŽπ‘£ + πœŽπ‘£1 = 25,68 + 31,5 =57,18 kN/m2

Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Pakuan Page 12

πœŽπ‘Ÿπ‘œ2= Ko x πœŽπ‘£2 = 0,546 x 57,18 = 31,220

kN/m2

𝜎3 = πœŽπ‘Ÿπ‘œ2 + 𝐢𝑒 (1 + 𝑙𝑛𝐸𝑐

2𝐢𝑒 (1 + 𝑣))

= 31,220 + 67,77 (1 + 𝑙𝑛1500

2π‘₯67,77 (1 + 0,35))

= 241,568 kN/m2

➒ Pada tanah lapis 3

Ko = (1 – sin (Ξ¦)) = 1 – sin (25) = 0,577

βˆ†πœŽπ‘£ kedalaman 10βˆ’15 m = 𝛾𝑐 π‘₯ 𝑧 = 6,48 x

5 = 32,4 kN/m2

πœŽπ‘£3 = βˆ†πœŽπ‘£ + πœŽπ‘£2 = 32,4 + 57,18 =89,58 kN/m2

πœŽπ‘Ÿπ‘œ3 = Ko x πœŽπ‘£3 = 0,577 x 89,58 = 51,688

kN/m2

𝜎3 = πœŽπ‘Ÿπ‘œ3 + 𝐢𝑒 (1 + 𝑙𝑛𝐸𝑐

2𝐢𝑒 (1 + 𝑣))

= 51,688 + 15,95 (1 + 𝑙𝑛1500

2π‘₯15,95 (1 + 0,35))

= 124,269 kN/m2

L. Untuk dapat menghitung kapasitas daya

dukung stone column, kita perlu menghitung

koefisien tekanan pasif tanah pada stone

column (Kp)

Berikut perhitungan koefisien tekanan pasif

tanah pada stone column :

𝐾𝑝 =1+π‘ π‘–π‘›βˆ…π‘ 

1βˆ’π‘ π‘–π‘›βˆ…π‘ β€¦(28)

𝐾𝑝 =1 + sin (40)

1 βˆ’ sin (40)= 4,599

Maka kapasitas daya dukung stone column

tunggal dapat dihitung dengan rumus:

➒ Pada tanah lapis 1

π‘žπ‘’π‘™π‘‘ = 𝜎3π‘₯𝐾𝑝 = 120,756 x 4,599= 555,357 kN/m2

π‘žπ‘Žπ‘™π‘™ =π‘žπ‘’π‘™π‘‘

FK=

555,357

3= 185,119 kN/m2

➒ Pada tanah lapis 2

π‘žπ‘’π‘™π‘‘ = 𝜎3π‘₯𝐾𝑝 = 241,568 x 4,599= 1110,971 kN/m2

π‘žπ‘Žπ‘™π‘™ =π‘žπ‘’π‘™π‘‘

FK=

1110,971

3= 370,324 kN/m2

➒ Pada tanah lapis 3

π‘žπ‘’π‘™π‘‘ = 𝜎3π‘₯𝐾𝑝 = 124,269 x 4,599= 571,513 kN/m2

π‘žπ‘Žπ‘™π‘™ =π‘žπ‘’π‘™π‘‘

FK=

571,513

3= 190,504 kN/m2

Tabel 9. Rekapitulasi π‘žπ‘Žπ‘™π‘™,π‘žπ‘’π‘™π‘‘,π‘žπ‘˜π‘’π‘Ÿπ‘—π‘Ž( Dengan

Stone Column ) Layer Depth

(m)

𝒒𝒖𝒍𝒕

(𝐀𝐍/𝐦𝟐)

𝒒𝒂𝒍𝒍

(𝐀𝐍/𝐦𝟐)

π’’π’Œπ’†π’“π’‹π’‚

(𝐀𝐍/𝐦𝟐)

1 0-6 555,357 185,119 134,19

2 6-10 1110,971 370,324 134,19

3 10-15 571,513 190,504 134,19

Sumber : Hasil Analisa, 2020

4.4. Perhitungan Menggunakan Software

Plaxis

Perhitungan yang dilakukan menggunakan

software plaxis ini adalah consolidation

(penurunan) dan mencari safety factor.

Perhitungan dilakukan pada dua kondisi

yaitu timbunan tanpa stone column dan

timbunan dengan stone column. Berikut

adalah ditunjukan pemodelan geometri

(lapisan tanah dan timbunan) dengan Plaxis

8.2.

Gambar 18. Model geometri tanpa stone

column

Gambar 19. Model geometri dengan

stone column

Sumber : Data Pribadi, 2020

Untuk parameter/ material tanah dan

stone column yang digunakan pada

perhitungan ini dapat dilihat pada

Gambar- gambar di bawah ini :

Gambar 20. Parameter Tanah Dasar

(Lapis 1)

Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Pakuan Page 13

Gambar 21. Parameter Tanah Dasar

(Lapis 2)

Gambar 22. Parameter Tanah Dasar

(Lapis 3)

Gambar 23. Parameter Tanah Timbunan

Gambar 24. Parameter Stone Column

Sumber : Data Pribadi, 2020

Calculation type yang digunakan pada

perhitungan ini yaitu Consolidation dan

Phi/c reduction seperti terlihat pada

Gambar 25, kemudian setelah itu

dilakukan perhitungan menggunakan

software Plaxis.

Gambar 25. Calculation type

➒ Hasil Output Plaxis

A. Konsoildasi (Penurunan Tanah)

Hasil penurunan konsolidasi dan

distribusi beban pada perhitungan ini

dianalisis pada saat konstruksi dengan

beban yang bekerja adalah beban mati

(timbunan, perkerasan dan lalu lintas).

Berikut adalah hasil penurunan

konsolidasi ditunjukan pada Gambar 26.

untuk timbunan tanpa stone column dan

Gambar 27. untuk timbunan dengan

stone column.

Gambar 26. Besar Penurunan

Konsolidasi Timbunan Tanpa Stone

Column

Gambar 27. Besar Penurunan

Konsolidasi Timbunan Dengan Stone

Column

Sumber : Data Pribadi, 2020

B. Safety Factor

Analisis stabilitas timbunan diperoleh

dengan perhitungan angka keamanan

berdasarkan metoda phi-reduction yang

terdapat pada calculation software

Plaxis. Dalam kasus ini dapat dilihat

angka keamanan stabilitas timbunan

berdasarkan displacement yang terjadi

seperti yang ditunjukkan pada Gambar

28. untuk timbunan tanpa stone column

dan Gambar 29. untuk timbunan

dengan stone column di bawah ini.

Gambar 28. FK Stabilitas Timbunan

Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Pakuan Page 14

Tanpa Stone Column

Sumber : Data Pribadi, 2020

Gambar 29. FK Stabilitas Timbunan

Dengan Stone Column

Sumber : Data Pribadi, 2020

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil perhitungan yang telah

dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan

sebagai berikut:

1. Kapasitas daya dukung tanah yang

diijinkan (qall) tanpa perkuatan stone

column hasil perhitungan menggunakan

metode Terzaghi untuk lapisan pertama

sebesar 56,103 kN/m2 , untuk lapisan

kedua sebesar 463,44 kN/m2 dan untuk

lapisan ketiga hanya sebesar 304,72 kN/m2

, sedangkan nilai daya dukung tanah yang

diijinkan (qall) dengan adanya perkuatan

stone column untuk lapisan pertama sebesar

185,119 kN/m2 , untuk lapisan kedua

sebesar 370,324 kN/m2 dan untuk lapisan

ketiga hanya sebesar 190,504 kN/m2 . 2. Tegangan yang bekerja pada permukaan

tanah sebesar 134,19 kN/m2 , untuk kondisi

tanah lunak tanpa perkuatan stone column,

kapasitas daya dukung tanah kurang dari

tegangan yang bekerja sehingga perlu

dilakukan perbaikan tanah (soil

improvement).

3. Pada kondisi tanah dengan adanya

perkuatan stone column, kapasitas daya

dukung tanah lebih meningkat pada lapisan

1 sehingga mampu mendukung tegangan

yang bekerja di atasnya, tetapi pada lapisan

ke-2 dan ke-3 daya dukung ijinnya menjadi

lebih kecil dibandingkan dengan daya

dukunng ijin (qall) tanpa perkuatan stone

column, tetapi masih aman untuk menerima

beban kerja. 4. Total penurunan yang terjadi pada tanah di

bawah timbunan tanpa adanya perkuatan

stone column dengan perhitungan secara

manual didapat sebesar 0,912 meter,

sedangkan berdasarkan perhitungan

menggunakan software plaxis untuk

penurunan yang terjadi pada tanah di bawah

timbunan tanpa adanya perkuatan stone

column sebesar 1,59 meter, dan untuk

penurunan tanah dengan adanya perkuatan

stone column hanya sebesar 0,0023 meter.

Sehingga dengan adanya perbaikan tanah

menggunakan stone column dapat

mengurangi besar penurunan yang terjadi

pada tanah lunak. 5. Pada penelitian ini adanya perbaikan tanah

stone column menambah daya dukung ijin

tanah tetapi kurang efektif pada tanah

lapisan ke-2 dan ke-3, sedangkan untuk

penurunan perbaikan stone column ini

efektif mengurangi besarnya settlement

pada tanah lunak. 6. Untuk faktor keamanan stabilitas timbunan

tanpa stone column didapatkan angka 1,394

dan faktor keamanan stabilitas timbunan

dengan stone column didapatkan angka

1,695. Faktor kemanan untuk stabilitas

timbunan berdasarkan SNI 8460 – 2017

disyaratkan sebesar 1,4 sehingga untuk

stabilitas timbunan tanpa stone column

tidak memenuhi syarat (kurang aman), dan

untuk stabilitas timbunan dengan stone

column memnuhi syarat (cukup aman).

5.2 Saran

Untuk penyempurnaan hasil penelitian

serta untuk mengembangkan penelitian lebih

lanjut disarankan dilakukan penelitian dengan

memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Sebelum melakukan perhitungan

hendaknya memperoleh data yang lengkap,

karena data tersebut sangat menunjang

dalam membuat rencana analisis

perhitungan sesuai dengan standar dan

syarat-syaratnya.

2. Parameter tanah yang digunakan sebagai

data masukan sangat berpengaruh terhadap

analisis, oleh karena itu dalam penentuan

harga parameter tersebut harus dilakukan

secermat mungkin. 3. Untuk mendapatkan tingkat akurasi yang

tinggi dari perhitungan analitis maupun

program Plaxis 8.2 2D perlu dilakukan

perbandingan dengan hasil analisa yang ada

di lapangan. 4. Perlu ada perbandingan efektifitas

konfigurasi perletakan model stone column

antara model segiempat dengan segitiga.

DAFTAR PUSTAKA

1. Das , Braja M. 1995. Mekanika Tanah

(Prinsip-prinsip Rekayasa Geoteknis).

Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Pakuan Page 15

Penerbit Erlangga. Jakarta. 283 hal.

2. Wesley, L.D. 1997. Mekanika Tanah.

Badan Penerbit Pekerjaan Umum. Jakarta.

278 hal.

3. Badan Standarisasi Nasional, SNI

8460:2017, Persyaratan Perencanaan

Geoteknik, Jakarta, 2017.

4. Manual Book Plaxis Versi 8.

5. Lukman, Hikmad. Diktat Kuliah Mekanika

Tanah II, Universitas Pakuan, Bogor, 1997.

6. Hardiyatmo, Hary Christady. Stabilisasi

Tanah Untuk Perkerasan Jalan. Penerbit

Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

273 hal.

7. Iskandar., Fitriani, Fauziah., Hamdhan.,

Noer, Indra., Pemodelan Numerik Pada

Perbaikan Tanah Menggunakan Stone

Column Di Tanah Lempung Lunak Di

Bawah Tanah Timbunan, Institut Teknologi

Nasional, Bandung, 2016.

8. Pangestu, S. H., Desain Dan Pemodelan

Stone Column Sebagai Perkuatan Tanah

Lunak Di Bawah Timbunan, Institut

Teknologi Bandung, Bandung, 2010.

9. Siahaan, Logiray Pratikno., Alternatif

Perbaikan Tanah Dasar Dan Perkuatan

Timbunan Pada Jalan Tol Palembang –

Indralaya (Sta 8+750 S/D Sta

10+750)[Tugas Akhir], Institut Teknologi

Sepuluh Nopember, Surabaya, 2017.

10. Hepma, Immanuel., Studi Parameter

Perencanaan Stone Column Untuk

Perbaikan Bearing Capacity Dan

Settlement Pada Tanah Lempung, ITB,

Bandung.

11. Maulidina, Katherine., Andienti, Tita.,

Pradiptiya, Andikanoza., Perhitungan

Ulang Daya Dukung Stone Column Pada

Proyek Runway 3 Section 2 Bandara

Soekarno-Hatta, Politeknik Negri Jakarta,

2019.

12. Prasetyo, Ikhsan Budi., Evaluasi

Perbandingan Hasil Analisis Perbaikan

Tanah Lunak Dengan Metode

Prefabricated Vertical Drain Dan Stone

Column Di Bawah Timbunan, ITB,

Bandung.

RIWAYAT PENULIS 1. Aghnii Auliya Anjani, ST. Alumni (2020)

Program Studi Teknik Sipil, Fakultas

Teknik, Universitas Pakuan, Bogor (e-mail

:[email protected]).

2. Ir. Hikmad Lukman, MT. Staf Dosen

Program Studi Teknik Sipil, Fakultas

Teknik, Universitas Pakuan, Bogor.

3. Ir. Budiono, MT. Staf Dosen Program

Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik

Universitas Pakuan, Bogor.