Post on 27-Jan-2023
PENINGKATAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS
MELALUI KEGIATAN BERMAIN SLIME DI KELOMPOK A
PAUD MUBINA BEKASI TAHUN 2018/2019
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh :
RAFIATUL JANNAH
NIM. 11140184000020
JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI (PIAUD)
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2018/2019
i
PENINGNKATAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS MELALUI
KEGIATAN BERMAIN SLIME DI KELOMPOK A PAUD MUBINA BEKASI
TAHUN 2018/2019
Oleh :
Rafiatul Jannah (11140184000020)
Abstrak
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan
motorik halus anak melalui kegiatan bermain slime pada kelompok A PAUD
MUBINA Bekasi. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas
kolaboratif dengan menggunakan Model Kemmis dan Mc Taggart, penelitian selama
II siklus. Subjek penelitian adalah anak didik kelompok A PAUD Mubina Bekasi,
yang berjumlah 12 anak. Objek penelitian ini adalah keterampilan motorik halus anak
melalui kegiatan bermain slime. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah
observasi. Instrument yang digunakan adalah pedoman observasi. Teknik analisis
data dilakukan secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Indikator keberhasilan yang
ditetapkan yaitu jika minimal 75% dari 12 anak yang keterampilan motorik halus
melalui kegiatan bermain slime dengan kriteria sangat baik.
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan bertahap pada
keterampilan motorik halus melalui kegiatan bermain slime. Peningkatan
keterampilan motorik halus terlihat dari indikator yang diambil dari aspek motorik
halus, koordinasi bilateral, koordinasi mata-tangan, dan keterampilan manipulasi.
Keterampilan motorik halus anak pada pra tindakan 26,21%, dan pada siklus I
meningkat menjadi 57,29%. Karena masih kurang dari tingkat keberhasilan maka
dilakukannya siklus II, pada siklus II meningkat sangat baik dengan mendapatkan
presentase 76%. Dengan perolehan tersebut maka penelitian dihentikan karena telah
mencapai kriteria keberhasilan.
Kata kunci : keterampilan motorik halus, kegiatan bermain, media slime.
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim.
Syukur Alhamdulilah kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat beserta salam
selalu tercurah kepada nabi Muhammad SAW.
Terimakasih teramat banyak penulis haturkan kepada kedua orang tua
tercinta Ayahanda Syamsul Huda dan Ibunda Siti Rofiqoh, atas segala doa
dan pengorbanannya telah mendidik penulis dengan penuh kasih sayang, you
are my everything.
Dalam pembuatan dan penulisan skripsi ini tak lepas dari dukungan
dan dorongan semua pihak. Penulis menyadari selama pembuatan skripsi ini
banyak terdapat hambatan dan kendala yang dihadapi baik yang bersifat
materil maupun moril. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA. selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Siti Khadijah, MA, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia
Dini UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus
3. Miratul Hayati, M.Pd selaku Dosen Pembimbing I, atas bimbingan dan
semangat yang tiada henti yang diberikan selama proses penyusunan
skripsi dan persetujuan dilaksanakannya sidang ujian skripsi.
4. Mas Roro Diah Wahyu Lestari, M.Pd selaku Dosen Pembimbing II, yang
telah memberikan bimbingan dan arahan selama penulisan skripsi.
5. Dra. Eni Rosda Syarbaini, M.Psi selaku Dosen Pembimbing Akademik
yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi selama saya
iii
kuliah sampai selesainya proses penulisan skripsi.
6. Segenap dosen Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini yang telah
menyampaikan ilmunya kepada penulis.
7. Kepala Sekolah PAUD MUBINA Bekasi, beserta pendidik dan anak didik
yang telah membantu pengambilan data dalam penyusunan skripsi ini.
8. Ibu Sri selaku guru kelompok A PAUD MUBINA, yang selalu
memberikan semangat dan membantu untuk menyelesaikan kegiatan
selama penelitian.
9. Kakak ku tersayang Iqlim Amaliya dan Adik tersayang Muhamad Aditya
Yudantara, dan seluruh keluarga besar yang tidak henti-hentinya
memberikan do’a, dukungan baik moril maupun materi, kasih sayang yang
tak ternilai harganya.
10. The best partner Agus Rahmat Fadilah yang selalu memberikan do’a,
dukungan, semangat dan motivasi dalam proses saya menyusun skripsi ini.
11. Seluruh teman-teman Cabay Syariah (Irpa, Fita, Nadia, Irfa, Tadia, Rizka,
Ody, Mira, Jihan, Evi A, Evi Ros, Huda, Selfi dan Ae), kak Ibnu dan
teman teman PIAUD 2014 yang selalu kompak untuk saling mendukung,
memberikan semangat dan motivasi dalam proses saya menyusun skripsi
ini.
12. Seluruh teman-teman Distrik PIAUD UIN Jakarta yang telah mendukung
dan memberikan semangat dalam proses saya menyusun skripsi ini.
13. Seluruh Pengurus HMJ PIAUD 2017 UIN Jakarta yang selalu memberikan
do’a, dukungan, semangat dan motivasi dalam proses saya menyusun
skripsi ini.
14. Adik-adikku angkatan 2015, 2016, 2017 dan 2018 PIAUD UIN Jakarta
iv
yang selalu memberikan do’a, dukungan, semangat dan motivasi dalam
proses saya menyusun skripsi ini.
15. Dan untuk semua pihak yang berjasa pada penulis baik yang disadari
ataupun tidak sehingga penulis dapat menyelesaikan kuliah dan skripsi ini
dengan baik
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangannya. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan berbagai saran dan kritik sehingga dapat
memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ditemukan dalam penelitian ini.
Demikian, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak terutama
bagi para pengembang produk pendidikan.
Jakarta, 27 November 2018
Rafiatul Jannah
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ........................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ v
DAFTAR TABEL ................................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
B. Pembatas Fokus Penelitian ....................................................................... 7
C. Rumusan Masalah Penelitian ................................................................... 7
D. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 8
E. Kegunaan Penelitian ................................................................................. 8
BAB II KAJIAN TEORITIS
A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti
1. Konsep Penelitian Tindakan ........................................................... 11
a. Definisi Penelitian Tindakan Kelas .......................................... 11
2. Karakteristik Penelitian Tindakan .................................................. 13
3. Model-Model Penelitian Tindakan .................................................. 16
B. Konsep Model Tindakan
1. Keterampilan Motorik Halus .......................................................... 21
a. Hakikat Keterampilan ............................................................ 21
b. Keterampilan Motorik Halus ................................................. 21
c. Aspek-Aspek Motorik Halus .................................................. 26
d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motorik Halus ................ 28
e. Tingkat Pencapaian Perkembangan Motorik Halus ............... 28
vi
f. Tahap Perkembangan Anak Usia Dini ................................... 29
2. Teori Bermain
a. Hakikat Bermain .................................................................... 30
b. Karakteristik Bermain Untuk Anak Usia Dini ....................... 33
c. Manfaat Bermain Bagi Anak Usia Dini .................................. 34
d. Jenis Permainan ....................................................................... 35
C. Kaitan Antara Slime dengan Bermain ...................................................... 37
D. Sejarah Slime ............................................................................................ 38
E. Jenis-Jenis Slime ........................................................................................ 39
F. Bahan-Bahan Pembuatan Slime dan Cara Bermain Slime ........................ 40
G. Penelitian Relevan .................................................................................... 40
H. Kerangka Teoritik ..................................................................................... 42
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................. 44
1. Tempat ............................................................................................. 44
2. Waktu ............................................................................................... 44
B. Metodelogi Penelitian .............................................................................. 45
C. Prosedur Penelitian Tindakan .................................................................... 46
1. Observasi Awal ............................................................................... 47
2. Perencanaan Tindakan .................................................................... 48
a. Tahap Perencanaan ..................................................................... 48
b. Pelaksanaan Tindakan ................................................................. 49
3. Pengamatan ..................................................................................... 54
4. Refleksi ........................................................................................... 54
D. Kriteria Keberhasilan Tindakan ............................................................... 54
E. Data dan Sumber Data ............................................................................... 55
a. Pengamatan Observasi ........................................................................ 55
b. Wawancara ....................................................................................... 55
vii
F. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 56
1. Jenis Instrumen ............................................................................... 56
a. Observasi ................................................................................ 56
b. Daftar Cek (Check List) ......................................................... 57
c. Studi Dokumentasi ................................................................ 57
G. Variabel Penelitian ...................................................................................... 57
a. Definisi Konseptual ............................................................................... 57
b. Definisi Operasional .............................................................................. 57
c. Kisi-Kisi Instrumen ............................................................................. 58
H. Validasi Instrumen ...................................................................................... 66
I. Validasi Data ............................................................................................. 67
1.Triangulasi ............................................................................................... 67
2. Member Check ........................................................................................ 68
J. Analisis Data .............................................................................................. 68
1. Analisis Data Kuantitatif ....................................................................... 68
2. Analisis Data Kualitatif ......................................................................... 69
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian
1. Deskripsi Umum ................................................................................ 70
2. Deskripsi Khusus ............................................................................... 71
a. Deskripsi Data dan Pra Penelitian (Pra Siklus) ............................. 71
1. Hasil Pertama Observasi ........................................................ 73
2. Hasil Kedua Observasi ........................................................... 74
3. Hasil Ketiga Observasi ........................................................... 75
4. Hasil Keempat Observasi ....................................................... 76
a. Analisis Gambaran Awal Pembelajaran............................ 77
b. Refleksi Gambaran Awal Pembelajaran .......................... 78
viii
b. Deskripsi Data dan Hasil Intervensi Tindakan ............................. 79
1. Perencanaan Tindakan Siklus I ............................................... 79
2. Tindakan Siklus I ................................................................... 81
3. Pengamatan ............................................................................ 91
4. Refleksi .................................................................................. 96
c. Deskripsi Siklus II ........................................................................ 97
1. Perencanaan ............................................................................ 97
2. Tindakan Siklus II .................................................................. 100
3. Pengamatan ............................................................................ 107
B. Analisis Data ............................................................................................ 112
a. Analisis Data Kuantitatif ..................................................................... 112
b. Analisis Daata Kualtatif ...................................................................... 115
C. Reduksi Data ............................................................................................ 116
1. Aspek Koordinasi Billateral ................................................................ 116
a. Reduksi Data ................................................................................ 116
b. Display Data ................................................................................. 117
c. Verifikasi (Penarik Kesimpulan) .................................................. 117
2. Aspek Koordinasi Mata-Tangan ........................................................ 118
a. Reduksi Data ................................................................................ 118
b. Display Data ................................................................................. 118
c. Verifikasi (Penarik Kesimpulan) .................................................. 119
3. Keterampilan Manipulasi .................................................................... 119
a. Reduksi Data ................................................................................ 119
b. Display Data ................................................................................. 120
c. Verifikasi (Penarik Kesimpulan) .................................................. 120
D. Keterbatasan Penelitian ........................................................................... 121
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
ix
A. Kesimpulan .............................................................................................. 122
B. Implikasi ................................................................................................... 123
C. Saran ......................................................................................................... 123
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
TABEL 2.1 Tindakan Pencapaian Perkembangan Anak ............................................ 28
TABEL 2.2 Tahap Perkembangan Anak .................................................................... 29
TABEL 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian ................................................................ 45
TABEL 3.2 Perencanaan Tindakan Siklus I ............................................................... 48
TABEL 3.3 Perencanaan Tindakan Siklus II .............................................................. 49
TABEL 3.4 Pelaksanaan Siklus I ................................................................................. 50
TABEL 3.5 Pelaksanaan Siklus II .............................................................................. 52
TABEL 3.6 Sumber Data ............................................................................................ 56
TABEL 3.7 Kisi-Kisi Instrumen .................................................................................. 58
TABEL 3.8 Instrumen Pengamatan ............................................................................ 60
TABEL 3.9 Rubrik Penilaian Keterampilan Motorik Halus ....................................... 60
TABEL 4.1 Keadaan Siswa PAUD MUBINA ........................................................... 71
TABEL 4.2 Nama Tenaga Kependidikan PAUD MUBINA ...................................... 71
TABEL 4.3 Nama Anak Kelompok A PAUD MUBINA ........................................... 72
TABEL 4.4 Gambaran Penilaian Awal Pra Penelitian ............................................... 78
TABEL 4.5 Desain Pelaksanaan Tindakan Siklus I.................................................... 79
TABEL 4.6 Data Kegiatan Pembelajaran Siklus I ..................................................... 92
TABEL 4.7 Wawancara Kegiatan Pra Penelitian dan Siklus I .................................. 94
TABEL 4.8 Point Kenaikan Pra Penelitian dan Siklus I ............................................ 95
TABEL 4.9 Rencana Pelaksanaan Siklus II ............................................................... 98
TABEL 4.10 Rencana Pelaksanaan Siklus II ............................................................... 98
TABEL 4.11 Data Kegiatan Pembelajaran Siklus II .................................................. 108
xi
TABEL 4.12 Data Perbandingan Skor dan Presentase ................................................ 110
TABEL 4.13 Data Hasil Pra Penelitian dari Akhir Tindakan ...................................... 113
xii
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 2.1 Model Kurt Lewin ............................................................................... 17
GAMBAR 2.2 Model AR Kemmis Taggart ............................................................... 18
GAMBAR 2.3 Model AR Ebbut .................................................................................. 19
GAMBAR 2.4 Model AR McKernan .......................................................................... 20
GAMBAR 3.1 Tahapan Penelitian .............................................................................. 46
GAMBAR 3.2 Analisis Data Kualitatif ....................................................................... 69
GAMBAR 4.1 Kondisi PAUD MUBINA ................................................................... 70
GAMBAR 4.2 Anak Melakukan Kegiatan Menulis ................................................... 75
GAMBAR 4.3 Kegiatan Makan dan Senam Bersama ................................................ 76
GAMBAR 4.4 Kegiatan Menempel Stick Ice Cream .................................................. 77
GAMBAR 4.5 Hasil Membuat Bentuk Lingkaran dengan Menggunakan slime ........ 83
GAMBAR 4.6 Hasil Karya Anak Bermain Slime Membentuk Segitiga .................... 85
GAMBAR 4.7 Kegiatan Bermain Slime Membentuk Setengah Lingkaran ................. 87
GAMBAR 4.8 Kegiatan Bermain Slime Membentuk Persegi ..................................... 89
GAMBAR 4.9 Kegiatan Bermain Slime Membentuk Persegi Panjang ....................... 90
GAMBAR 4.10 Perbandingan Keterampilan Motorik Halus ..................................... 96
GAMBAR 4.11 Kegiatan Bermain Slime Membentuk Pohon .................................... 101
GAMBAR 4.12 Kegiatan Bermain Slime Membentuk Bunga .................................... 102
GAMBAR 4.13 Kegiatan Bermain Slime Membentuk Rumah ................................... 104
GAMBAR 4.14 Kegiatan Bermain Slime Membentuk Rumah dan Awan .................. 105
GAMBAR 4.15 Kegiatan Bermain Slime Membentuk Rumah, Awan dan Pohon ...... 106
GAMBAR 4.16 Presentase Peningkatan Keterampilan Motorik Halus ..................... 111
xiii
GAMBAR 4.17 Peningkatan Keterampilan Motorik Halus dari Assesment Awal
Sampai Assesment Akhir ........................................................................................... 112
GAMBAR 4.18 Kenaikan Presentase Peningkatan Keterampilan Motorik Halus
dari Assesment Awal Sampai Assesment Akhir ........................................................ 114
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang mengalami suatu proses
perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya.1 Baik
dalam segi perkembangan kognitif, emosi, bahasa maupun fisik motorik (yaitu
motorik halus dan motorik kasar). Perkembangan setiap anak mengalami fase
perkembangan yang berbeda beda satu dengan yang lainnya. Perkembangan anak
dapat berkembang dengan baik apabila anak mendapatkan stimulus yang tepat
sesuai dengan tahapannya. Salah satunya adalah keterampilan motorik halus.
Menurut Sujiono bahwa masa lima tahun pertama adalah masa pesatnya
perkembangan motorik anak.2 Pada masa itu perlu adanya stimulus dan
rangsangan yang sesuai dengan tahapan usia pada anak agar dapat meningkatkan
keterampilan motorik halus pada anak dengan baik dan optimal.
Sedangkan Maxim menyatakan bahwa aktivitas fisik akan meningkatkan rasa
keingintahuan anak dan membuat anak-anak akan memperhatikan benda-benda,
menangkapnya, mengocok-ngocoknya, dan meletakan kembali benda-benda ke
dalam tempatnya.3 Dengan demikian sering pula para ahli menekankan bahwa
kegiatan fisik anak akan dapat meningkatkan keterampilan intelektual. Dengan
kata lain jika keadaan fisik anak baik dan sehat akan dapat beraktivitas dengan
baik.
Pendapat di atas diperkuat oleh Semiawan, yang menyatakan keterampilan
fisik dan mental anak yang baik merupakan dasar untuk membangun pengetahuan
yang lebih tinggi dan luas.4 Ketika seorang anak memiliki keterampilan motorik
atau keadaan fisik yang baik dan sehat maka anak itu juga akan mendapatkan
pengetahuan yang baik dan juga luas.
1 Yuliani Nurani, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, (Jakarta : PT Indeks 2013), 6.
2 Bambang Sujiono, Metode Pengembangan Fisik, (Jakarta : Universitas Terbuka 2009), h 1.3.
3 Bambang Sujiono, Ibid, h 1.7.
4 Bambang Sujiono, Ibid, h 1.8.
2
Menurut Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Bab 1 Pasal 1 butir 14.5 menyatakan bahwa Undang-undang ini
mengamanatkan pendidikan harus dipersiapkan secara terencana dan bersifat
holistik sebagai dasar anak memasuki pendidikan lebih lanjut, pemberian stimulus
atas semua aspek perkembangan anak yang meliputi kognitif, bahasa, sosial
emosional dan fisik motorik. Keterampilan motorik halus pada anak sangat
penting untuk dikembangkan, karna kegiatan yang dilakukan sehari-hari
menggunakan gerak, baik gerakan kecil seperti menulis ataupun gerakan besar
seperi berlari. Mengembangkan aspek motorik halus pada anak sejak dini dapat
membatu anak diberbagai aspek perkembangan lainnya.
Menurut pendapat Gallahue dalam Samsudin6 Pada gerak motorik sangat
memerlukan kekuatan dari setiap bagian anggota tubuhnya baik itu psikis maupun
fisik yang dapat mengendalikan dalam suatu gerakannya. Semakin baiknya
gerakan motorik halus anak membuat anak dapat berekreasi, seperti menggunting
kertas dengan hasil guntingan yang lurus, menggambar gambar sederhana dan
mewarnai, menggunakan klip untuk menyatukan dua lembar kertas, menjahit,
menganyam kertas serta menajamkan pensil dengan rautan pensil. 7
Namun, tidak
semua anak memiliki kematangan untuk mneguasai keterampilan ini pada tahapan
yang sama.
Menurut pendapat Edwards dalam Santrock mengungkapkan bisa saja terdapat
efek negatif jangka panjang bagi anak-anak yang gagal mengembangkan
keterampilan motorik dasar.8 Jika aspek perkembangan motorik dasar pada anak
tidak dikembangan dengan baik dan sesuai dengan tahapan perkembangannya
dapat mengakibatkan dampak negatif bagi perkembangan anak selanjutnya. Baik
pada perkembangan kognitif anak dan juga kesehatan jasmani anak.
Sedangkan Hurlock menyatakan bahwa keterampilan yang dimiliki seorang
anak pada umumnya akan mengarah kepada perbaikan seperti tingkat kecepatan,
5 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, (No 146, tahun 2014), h 13.
6 Samsudin, Pembelajaran Motorik di Taman Kanak – Kanak (Jakarta: Prenada Media Group,
2007), h 10. 7 Bambang Sujiono, Op, Cit, h 1.14.
8 John W. Santrock, Masa Perkembangan Anak Edisi 11 – Buku 2 Terj Vera Watypakpahan,
(Jakarta : Salemba Humanika, 2011), h 14.
3
akurasi kekuatan dan aspek efisien gerak. Keterampilan motorik halus yang paling
cenderung memperlihatkan perbaikan yang terbesar adalah keterampilan yang
dipelajari di sekolah.9 Keterampilan yang dilakukan di sekolah seperti
menggenggam pensil, menggunting dan aktivitas lain yang diajarkan di sekolah.
Kegiatan yang dilakukan di sekolah dapat meningkatkan keterampilan motorik
pada anak.
Anak diberikan stimulus atau rangsangan yang sesuai dengan tahapannya agar
perkembangan motorik dapat berkembang dengan baik sesuai dengan harapan.
Anak juga dapat menggunakan media yang dapat meningkatkan keterampilan
motorik halusnya. Peningkatan yang dapat dilakukan oleh guru atau pihak sekolah
juga bisa dilakukan dengan bermain.
Bermain menggunakan media merupakan kegiatan yang dilakukan oleh anak.
Dengan adanya media anak dapat membuat pembelajaran menjadi lebih bervariasi
dan menyenangkan terutaman dalam bermain. Bermain dan anak satu kesatuan
yang tidak dapat dipisahkan. Aktivitas bermain dilakukan anak dan aktivitas anak
selalu menunjukkan kegiatan bermain. Bermain dan anak sangat erat kaitannya,
dalam situasi bermain anak akan dapat menunjukkan bakat, fantasi, dan
kecenderungan-kecenderungannya.
Bermain merupakan salah satu sarana untuk mengukur keterampilan dan
potensi diri anak. Anak akan menguasai berbagai macam benda, memahami sifat-
sifatnya maupun peristiwa yang berlangsung di dalam lingkungannya. Bermain
bagi anak mempunyai beberapa fungsi dalam proses tumbuh kembang anak.
Fungsi bermain terhadap sensoris motoris anak penting untuk mengembangkan
otot-otonya dan energi yang ada.
Solehuddin menyatakan bahwa bermain dapat dipandang sebagai suatu
kegiatan yang bersifat spontan, terfokus pada proses, memberi ganjaran secara
intrinstik, menyenagkan dan fleksibel. Selain itu, bermain bagi anak merupakan
upaya memenuhi tiga kebutuhan sekaligus yaitu kebutuhan fisik, emosi, dan
9 Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak Jilid VI, Alih Bahasa Meitasari, et all (Jakarta :
Erlangga, 2009), h 158
4
stimulusasi/pendidikan.10
Kegiatan bermain selain menyenangkan untuk anak,
Kegiatan bermain juga bisa menstimulus kebutuhan fisik, emosi dan juga
pendidikan pada anak.
Seorang tokoh filsafat, Karl Gross mengatakan bahwa anak bermain untuk
mempertahankan kehidupannya, menurut Gross, awalnya kegiatan bermain tidak
memiliki tujuan namun kemudian memiliki tujuan dan sangat berguna untuk
memperoleh dan melatih keterampilan tertentu dan sangat penting fungsinya bagi
mereka pada saat dewasa kelas, contoh, bayi yang menggerak-gerakan tangan,
jari, kaki dan berceloteh merupakan kegiatan bermain yang bertujuan untuk
mengembangkan fungsi motorik dan bahasa agar dapat digunakan dimasa
datang.11
Kegiatan bermain yang tanpa disadari memiliki tujuan yang sangat
pentin, yaitu yang berkaitan dengan segala aspek perkembangan pada anak, salah
satunya adalah aspek motorik dan bahasa.
Frobel lebih menekankan pentingnya bermain dalam belajar karna
berdasarkan pengalamannya sebagai guru dia menyadari bahwa kegiatan bermain
maupun mainan yang dinikmati anak dapat digunakan untuk menarik perhatian
dan mengembangkan pengetahuan anak.12
Kegiatan bermain ataupun alat
permainannya yang menyenangkan bagi anak tanpa disadari dapat
mengembangkan pengetahuan anak.
Pendapat lain dikemukakan oleh Catron dan Allen bahwa kesempatan yang
luas untuk bergerak, pengalaman belajar untuk menemukan, aktivitas sensori
motor yang meliputi penggunaan otot-otot besar dan kecil memungkinkan anak
untuk memenuhi perkembangan perseptual motorik.13
Bahwa pengalaman belajar
sangat berpengruh terhadap perkembangan motorik halus pada anak. Catron dan
Allen berpendapat bahwa Bermain dapat mengacu perkembangan persepsual
motorik pada beberapa area, yaitu : (1) koordinasi mata-tangan atau mata-kaki,
seperti saat menggambar, menulis, manipulasi objek, mencari jejak secara visual,
10
Ahmad Susanto, Op. Cit. h 98-99. 11
Martha Cristianti, Op. Cit, h 3. 12
Diana Mutiah, Psikologi Bermain Anak Usia Dini, ( Jakarta : KENCANA MEDIA GROUP,
2010), h 92. 13
Yuliani Nuraini Sujiono,Op Cit, h 63.
5
melempar, menangkap, menenndang; (2) keterampilan motorik kasar seperti gerak
tubuh ketika berjalan, melompat, berbaris, meloncat, berlari, berjingkat,
berguling-guling, merayap, dan merangkak; (3) keterampilan bukan motorik kasar
(statis) seperti menekuk, meraih, bergiliran, memutar, merenggangkan tubuh,
jongkok, duduk, berdiri, bergoyang, (4) manajemen tubuh dan kontrol seperti
menunjukkan kepekaan tubuh, kepekaan akan tempat; keseimbangan;
keterampilan untuk memulai; berhenti; mengubah petunjuk14
Suyanto mengatakan bahwa permainan memang baik untuk mendidik anak,
tetapi permainan tersebut harus diberi muatan pendidikan sehingga anak dapat
belajar. Hal ini juga lebih lanjut ditekankan dalam Permendikbud Nomor 146
Tahun 2014 Pasal 5 yang menjelaskan program pendidikan PAUD diberikan
melalui rangsangan pendidikan yang dilakukan oleh pendidik dalam kegiatan
belajar melalui suasana bermain. 15
Oleh karena itu, belajar melalui bermain
merupakan suatu kegiatan belajar terhadap anak yang dilakukan dengan suasana
dan aneka kegiatan bermain.
Akan tetapi, kenyataan yang terjadi di lapangan, di PAUD MUBINA, masih
ada beberapa beberapa anak yang belum terkoordinasi dengan baik gerak
motoriknya. Berdasarkan pengalaman yang peneliti lakukan selama observasi di
PAUD MUBINA, peneliti melihat ada 7 dari 12 anak pada usia 4-5 tahun masih
belum dapat menggunakan motorik halusnya dengan baik seperti memegang
pensil dengan benar, belum mau menulis sesuai dengan yang dicontohkan guru
sehingga masih sangat membutuhkan bantuan dan bimbingan dari guru kelasnya
dalam menyelesaikan kegiatan yang diberikan.16
Kebanyakan anak didik tidak
terlalu termotivasi dalam kegiatan yang menyangkut dengan motorik halusnya.17
Hal ini mungkin dikarenakan otot kecil anak tidak dibiasakan untuk bergerak
secara bebas dan aktif saat melakukan kegiatan.
Kegiatan pembelajaran di PAUD MUBINA ini lebih fokus pada kegiatan
menempel dan menulis dan media untuk meningkatkan keterampilan motorik
14
Yuliani Nuraini Sujiono, Op. Cit, h 64. 15
Ahmad Susanto, Pendidikan Anak Usia Dini, (Jakarta : PT Bumi Aksara) h 97 – 98. 16
Catatan Foto, No 1. 17
Hasil Observasi di PAUD MUBINA,Bekasi.
6
halus juga kurang pada PAUD MUBINA ini, Jadi proses yang diterapkan di
PAUD MUBINA ini kurang menstimulus motorik halus anak. Hal ini dikarenakan
kurangnya pengetahuan seorang guru terhadap kegiatan yang digunakan dalam
proses pembelajaran di kelas, guru kurang kreatif untuk memilih suatu media
dalam pembelajaran yang mengakibatkan motorik halus pada anak kurang
stimulus dan berkembang dengan baik.
Ada beberapa faktor yang membuat anak tidak terlalu tertarik dalam
melakukan kegiatan yang menyangkut dengan motorik halusnya yaitu menulis,
menggunting dan menempel, salah satu penyebabnya adalah anak merasa malas
dan bosan dalam menggerakan jari-jemarinya. Keterampilan motorik halus dapat
dikembangkan melalui pemberian stimulus dan rangsangan dengan baik agar
pertumbuhan selanjutnya juga dapat berkembang dengan baik. Apabila pemberian
stimulus dan rangsangan terhadap anak kurang dioptimalkan dengan baik maka
akan mengganggu pertumbuhan anak di tahap selanjutnya. Untuk itu peneliti
tertarik untuk melakukan permainan sensorimotor menggunakan slime dalam
meningkatkan keterampilan motorik halus anak.
Kondisi demikian mendorong peneliti untuk meningkatkan dan menstimulus
motorik halus anak agar dapat lebih maksimal atau berkembang lebih baik. dan
dari itu peneliti perlu mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai upaya
meningkatkan keterampilan motorik halus anak melalui kegiatan bermain slime.
Slime adalah permainan yang bahan dasarnya terbuat dari lem fox serta beberapa
bahan campuran lainnya. yang membuat tekstur slime menjadi lebih lembut dan
mudah dibentuk. Dan slime ini dapat diletakan di dalam wadah kemudian anak
memainkannya dengan meremas remas dan membuat berbagai bentuk
menggunakan media slime.
Oleh karena itu peneliti memaparkan bagaimana kegiatan bermain slime
dalam pembelajaran anak dapat menstimulus dan meningkatkan keterampilan
motorik halus pada anak, seperti membuat berbagai macam bentuk dengan slime,
dan melatih kelenturan jari-jari dengan menggunakan media slime. Agar kegiatan
melatih motorik halus anak dengan penggunaan media bermain slime dapat
menyenangkan dan menarik minat anak dalam mengembangkan keterampilan
7
motorik halus. Untuk itu peneliti ingin memberikan pembelajaran yang berbeda
agar dapat melatih motorik halus anak usia 4-5 tahun di PAUD MUBINA.
Peneliti berharap dengan menggunakan media bermain slime dapat
mengembangkan keterampilan motorik halus anak lebih baik.
B. Pembatasan Fokus Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini memfokuskan pada upaya meningkatkan
keterampilan motorik halus yaitu koordinasi antara mata dengan tangan pada anak
usia 4-5 tahun melalui kegiatan bermain slime di PAUD MUBINA. Peningkatan
yang dimakasud adalah agar berkembangnya keterampilan motrik halus anak usia
4-5 tahun di PAUD MUBINA. Fokus penelitiannya adalah agar anak dapat
melakukan kegiatan pembelajaran yang berkaitan dengan koordinasi mata dengan
tangan, koordinasi Bilateral, dan keterampilan manipulasi.
Adapun media yang salah satunya dapat digunakan dalam meningkatkan
keterampilan dalam motorik halus anak yaitu dengan menggunakan media slime.
Kegiatan motorik halus dengan mengunakan media slime ini dapat dilakukan anak
melalui aktivitas belajar sambil bermain sesuai dengan yang diminati oleh anak.
Keterampilan motorik halus merupakan keterampilan yang memerlukan
koordinasi antara mata dengan tangan dan menggunakan otot-otot kecil pada anak
dalam setiap melakukan kegiatan-kegiatannya. Kegiatan yang dapat dilakukan
oleh anak adalah dengan bermain slime seperti, meremas-remas slime membuat
bentuk dengan menggunakan slime, sehingga kegiatan ini dapat mengembangkan
keterampilan motorik halus pada anak.
C. Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka
permasalahan pokok yang akan dipaparkan dan dirumuskan melalui beberapa
pertanyaan penelitian untuk meningkatkan keterampilan motorik halus anak
melalui kegiatan bermain slime adalah sebagai berikut :
8
1. Bagaimana Penerapan Metode Bermain dengan Media Slime dalam
Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Anak Usia Dini di PAUD
MUBINA?
2. Bagaimana Peningkatan keterampilan motorik halus anak setelah
diterapkannya Metode Bermain dengan Media Slime di PAUD MUBINA?
D. Tujuan Penelitian
Menjawab dari rumusan masalah diatas, tujuan peneliti melakukan penelitian
ini adalah :
1. Bermain slime dapat meningkatkan keterampilan motorik halus di PAUD
MUBINA.
2. Peningkatkan keterampilan motorik halus di PAUD MUBINA melalui
kegiatan bermain slime.
E. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat berguna baik secara teoritis maupun secara
praktis
1. Manfaat Teoretis
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan berguna sebagai acuan
terhadap perkembangan khasanak keilmuan, khususnya terkait tentang
keterampilan motorik halus usia 4-5 tahun melalui kegiatan bermain slime.
2. Manfaat Praktis
Berdasarkan tujuan penelitian yang hendak dicapai maka penelitian ini
diharapkan mempunyai kegunaan dalam pendidikan, adapun kegunaan
penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Bagi anak usia 4-5 tahun
Hasil penelitian ini diharapkan meningkatkan keterampilan
koordinasi gerak otot-otot halus anak, anak dapat lebih teliti dan
terampil, anak senang terhadap kegiatan yang berkaitan dengan
motorik.
9
b. Bagi Guru
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam menambah
pengetahuan, keterampilan atau kegiatan guru dalam menggunakan
metode dan alat pembelajaran yang tepat dalam mengajar di Taman
Kanak-kanak.
1) Guru di PAUD MUBINA dapat mengetahui cara
mengembangkan keterampilan motorik halus anak dengan
menggunakan media bermain slime.
2) Guru dapat mengetahui pembelajaran yang menarik melalui
penggunaan media slime.
c. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini dapat dijadikan rujukan kegiatan bermain,
terutama dalam meningkatkan keterampilan motorik halus pada anak
dalam proses pembelajaran sehingga tercapai perkembangan anak yang
optimal dan sesuai dengan harapan. Dan juga bagi sekolah agar lebih
menambahkan media untuk meningkatkan keterampilan motorik halus
pada anak.
d. Bagi Orang Tua
Menjadi bahan masukan dan informasi bagi orang tua untuk lebih
memahami perannya dalam meningkatkan keterampilan motorik halus
anak usia 4-5 tahun sekaligus mitra pendidikan dengan memanfaatkan
kegiatan bermain slime sebagai cara untuk meningkatkan keterampilan
motorik halus pada anak.
e. Bagi Mahasiswa atau Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan dalam
melakukan penelitian selanjutnya, khususnya yang terkait dengan
peningkatan keterampilan motorik halus anak usia 4-5 tahun melalui
kegiatan bermain slime di PAUD MUBINA. Dan dengan
dilaksanakannya penelitian ini maka diharapkan dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman dibidang pendidikan anak usia dini
10
terutama dalam meningkatkan keterampilan motorik halus anak usia 4-
5 tahun melalui kegiatan bermain slime.
11
BAB II
KAJIAN TEORETIK
A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti
1. Konsep Penelitian Tindakan
a. Definisi Penelitian Tindak Kelas (Action Research)
Secara harfiah, penelitian tindakan kelas berasal dari bahasa inggris, yaitu
classroom Action Research, yang berarti action research (penelitian dengan
tindakan) yang dilakukan di kelas.18
Penelitian tindak kelas adalah penelitian
tindakan (action research) yang dilaksanakan oleh guru di dalam kelas. Penelitian
tindakan pada hakikatnya merupakan rangkaian “riset-tindakan-riset-tindakan
yang dilakukan secara spesifik dalam rangka memecahkan masalah, sampai
masalah itu terpecahkan.
Menurut Hopkins, sebagaimana yang dikutip oleh Ekawarna, PTK adalah
penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan
substansif, suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin inquiri, atau suatu usaha
seseorang untuk memahami apa yang sedang terjadi, sambil terlibat dalam sebuah
proses perbaikan dan perubahan.19
Penelitian yang dilakukan untuk memahami
apa yang sedang terjadi dengan cara mengikuti segala kegiatan yang ada di
dalamnya.
Pendapat senada juga dijelaskan oleh Rapoport, sebagaimana yang dikutip
oleh Ekawarna PTK adalah penelitian untuk membantu seseorang dalam
mengatasi secara praktis persoalan yang dihadapi dalam situasi darurat dan
membantu pencapaian tujuan ilmu sosial dengan kerjasama dalam kerangka etika
yang disepakati bersama.20
Bahwa PTK merupakan suatu kegiatan yang dilakukan
dengan kerja sama untuk menghadapi segala persoalan secara lebih praktis.
Sedangkan menurut Arikuntoro yang menjelaskan PTK secara lebih
sistematis, sebagai berikut :
18
Suyadi, Panduan Penelitian Tindakan Kelas, (Jogjakarta : Diva Press, 2010), h 17. 19
Ekawarna, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta : Gaung Persada, 2010), h 4. 20
Ekawarna, Ibid, h 4-5.
12
a. Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan
cara dan aturan atau metodologi tertentu untuk menemukan data akurat
tentang hal-hal yang dapat meningkatkan mutu objek yang diamati.
b. Tindakan adalah gerakan yang dilakukan dengan sengaja dan terencana
dengan tujuan tertentu. Dalam PTK, gerakan ini dikenal dengan siklus-siklus
kegiatan untuk peserta didik.
c. Kelas adalah tempat dimana terdapat sekelompok peserta didik yang dalam
waktu bersamaan menerima pelajaran dari guru yang sama.
Dari ketiga pengertian di atas, yakni penelitian, tindakan, dan kelas, dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
adalah pencermatan dalam bentuk tindakan terhadap kegiatan belajar yang sengaja
dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan.21
Pendapat lain dikemukakan oleh McNiff, bahwa PTK merupakan bentuk
penelitian reflektif yang dilakukan oleh guru sendiri, yang hasilnya dapat
dimanfaatkan sebagai alat untuk pengembangan kurikulum, pengembangan
sekolah, pengembangan keahlian mengajar, dan sebagainya.22
Kegiatan penelitian
ini juga bisa dilakukan oleh guru itu sendiri baik untuk meningkat kurikulum,
pengembangan sekolah dan kegiatan dalam belajar dan pengajaran.
Sementara French Dan Bell dalam Arifin mendifinisikan penelitian
tindakan dari dua segi, yaitu : (1) dari segi proses, penelitian tindakan adalah
pengumpulan data penelitian yang dilakukan secara sistematis tentang suatu
sistem yang sedang berjalan yang berhubungan dengan beberapa sasaran, tujuan
atau kebutuhan sistem; melakukan tindakan-tindakan dengan mengubah variable
yang dipilih dalam sistem tersebut berdasarkan data dan hipotesis; dan menilai
hasil tindakan dengan mengumpulkan banyak data; dan (2) dari segi pendekatan,
penelitian tindakan adalah aplikasi penelitian ilmiah untuk menemukan fakta dan
21
Suyadi, Op, Cit, h 18. 22
Suroso, Penelitian Tindak Kelas, (Yogyakarta : Pararaton Yogyakarta, 2010), h 29.
13
ekperimentasi masalah-masalah praktis yang membutuhkan solusi dan melibatkan
kolaborasi dan kerjasama ilmuwan, praktisi dan pihak lain yang berkepentingan.23
Pendapat lain dikemukakan oleh Agung, sebagaimana dikutip oleh Trianto
PTK merupakan penelitian yang bersifat aplikasi (terapan), terbatas, segera, dan
hasilnya untuk memperbaiki dan meyempurnakan program pembelajaran yang
sedang berjalan. Menurut pendapat Wardhi & Wihardit, penelitian tindakan kelas
adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui
refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga
hasil belajar anak menjadi meningkat.
Masih terkait dengan jenis penelitian tindakan kelas menurut Suharsimi,
sebagaimana dikutip oleh Sudiasih PTK merupakan suatu pencermatan terhadap
kegiatan belajar berupa tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam
sebuah kelas secara bersama.24
Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan
bahwa penelitian tindakan kelas adalah suatu tindakan atau kegiatan yang
dilakukan di dalam kelas untuk memperbaiki kegiatan pembelajaran guna
meningkatkan mutu pembelajaran.
Berdasarkan pendapat di atas, menjelaskan bahwa dilakukannya penelitian
tindakan kelas dalam rangka guru bersedia untuk memperbaiki, mengevaluasi
bagaimana sistem kegiatan pengejaran di kelas berlangsung, sehingga
keterampilan seorang guru dapat lebih menjadi profesional dalam mengajar.
Sehingga diharapkannya ketika keterampilan guru dalam mengajar meningkat,
akan meningkatkan juga keterampilan siswa baik dalam segi intelektual, sikap dan
perilaku siswa.
2. Karakteristik Penelitian Tindak Kelas
Dari beberapa definisi di atas, dapat dikemukakan beberapa karakteristik
penelitian tindakan kelas sebagai berikut :
23
Trianto, Panduan Lengkap Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta : Prestasi Pustakarya, 2011), h
14. 24
Ni Wayan Sudiasih, Penerapan Metode Pemberian Tugas Berbantuan Playdough untuk
Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus, Singaraja : PG-PAUD, 2014, Vol 2, h 5.
14
a. Bersifat siklis atau berulang
Artinya dalam PTK terdapat siklus-siklus atau perulangan mulai dari
perenacanaan, pemberian tindakan, pengamatan dan refleksi, sebagai
prosedur baku PTK
a. Bersifat jangka panjang atau longitudinal
Artinya PTK harus berlangsung dalam jangka waktu lama yang
tertentu (misalnya 2-3 bulan) secara kontinu untuk memperoleh data yang
diperlukan, bukan “sekali tembak” selesai pelaksanaannya.
b. Bersifat partikular-spesifik
Artinya tidak bermaksud melakukan generalisasi dalam rangka
menguji atau menemukan teori-teori. Hasilnyapun tidak untuk
digenarilasasi meskipun mungkin diterapkan oleh orang lain, ditempat lain
yang konteksnya mirip.
c. Bersifat partisipatoris
Artinya guru sebagai peneliti sekaligus pelaku perubahan dan sasaran
yang perlu diubah. Ini berarti guru berperan ganda, yakni sebagai orang
yang meneliti sekaligus yang diteiliti pula.
d. Bersifat emik (bukan etik)
Artinya PTK memandang pembelajaran menurut sudut pandang orang
dalam yang tidak berjarak dengan yang diteliti; bukan menurut sudut
pandang orang luar yang berjarak dengan hal yang diteliti.
e. Bersifat kolaboratif atau kooperatif
Artinya dalam pelaksanaan PTK selalu terjadi kerja sama atau kerja
bersama antara peneliti (guru/dosen) dan pihak lain demi keabsahan dan
tercapainya tujuan penelitian.
f. Bersifat kasuistik
Artinya PTK menggarap kasus-kasus spesifik atau khusus dalam
pembelajaran yang sifatnya nyata dan terjangkau oleh guru, menggarap
masalah-masalah yang dimiliki urgensi tinggi.
15
g. Menggunakan konteks alamiah kelas
Artinya kelas sebagai ajang pelaksanaan PTK tidak perlu dimanipulasi
dan atau direkayasa demi kebutuhan, kepentingan dan tercapainya tujuan
penelitian.
h. Mengutamakan adanya kecukupan data yang diperlukan untuk mencapai
tujuan penelitian, bukan kerepresentasifan (keterwakilan jumlah) sampel
secara kuantitatif. Sebab itu, PTK hanya menuntut penggunaan statsitik
yang sederhana, bukan yang rumit.
i. Bermaksud mengubah kenyataan, dan situasi pembelajaran menjadi lebih
baik dan memenuhi harapan, bukan bermaksud membangun teori dan
menguji hipotesis.
Sedangkan menurut Richart25
ada enam karakterikstik PTK, yaitu:
1. Kritik Refleksi
Yaitu adanya upaya refleksi terhadap hasil observasi mengenai latar
dan kegiatan suatu aksi. Hanya saja di dalam PTK yang dimaksud
dengan refleksi ialah suatu upaya evaluasi atau penilaian, dan refleksi ini
perlu adanya upaya kritik sehingga dimungkinkan pada taraf evaluasi
terhadap perubahan-perubahan.
2. Kritik Dialektis
Dengan adanya kritik Dialektis diharapkan peneliti bersedia
melakukan kritik terhadap fenomena yang ditelitinya.
3. Kolaboratif
Di dalam PTK diperlukan hadirnya suatu kerja sama dengan pihak-
pihak lain seperti atasan, sejawat atau kolega, mahasiswa, dan dosen
misalnya.
4. Resiko
Ciri resiko diharapkan dan dituntut agar peneliti berani menggambil
resiko, terutama pada waktu proses penelitian berlangsung.
25
Ekawarna, Op, Cit, h 6.
16
5. Susunan Jamak
PTK memiliki struktur jamak karena jelas penelitian ini bersifat
dialektis, reflektif, partisipatif atau kolaboratif. Susunan jamak ini
berkaitan dengan pandangan bahwa fenomena yang diteliti harus
mencakup sesuai komponen pokok supaya bersifat komprehensiif.
6. Internaslisasi Teori dan Praktik
Di dalam PTK keberadaan antara teori dan praktik bukan merupakan
dua dunia yang berlainan. Akan tetapi, keduanya merupakan dua tahap
yang berbeda, yang saling bergantung, dan keduanya berfungsi untuk
mendukung tranformasi.26
3. Model Penelitian Tindak Kelas
Pada PTK tersedia model-model yang dapat dijadikan acuan dalam
membuat desain PTK. Pada kesempatan ini dikemukakan 4 diantaranya,
yaitu (1) Kurt Lewin, (2) Kemmis dan Taggart, (3) Ebbut (4) Mc Kennan
a. Rancangan Model Penelitian Tindakan Kelas Menurut Kurt
Lewin
Model rancangan Kurt Lewin yang sering dijadikan acuan pokok
atau dasar dari berbagai model penelitian tindakan (action Research),
terutama PTK. Konsep pokok Action Reasearch menurut Kurt Lewin
terdiri dari empat komponen, yaitu 1). perencanaan (planning), 2).
Tindakan (acting,) 3). Pengamatan (observing), dan 4). Refleksi
(reflecting). Hubungan keempat komponen itu dipandang sebagai satu
siklus yang digambarkan sebagai berikut.27
26
Ekawarna, Op, Cit, h 6-10. 27
Ekawarna, Op, Cit, h 15.
17
action
observing
reflecting
planning
Gambar 2.1
Model Action Research Kurt Lewin
b. Rancangan Model Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis dan
Mc Taggart
Model yang merupakan pengembangan dari konsep dasar yang
diperkenalkan Kurt Lewin seperti yang diuraikan di atas. Pada model
Kemmis dan Tagart komponen acting dan observing dijadikan satu
kesatuan karena keduanya merupakan tindakan yang tidak terpisahkan,
terjadi dalam waktu yang sama. Secara mendetail Kemmis dan Teggart
menjelaskan tahap-tahap penelitian tindakan yang dilakukannya.
Permasalahan penelitian difokuskan kepada strategi bertanya kepada
siswa dalam pembelajaran sains. Keputusan ini timbul dari
pengamatan tahap awal yang menunjukkan bahwa siswa belajar sains
dengan cara menghafal dan bukan dalam proses inkuiri. Dalam diskusi
dipikirkan cara untuk mendorong inkuiri siswa. Akhirnya diputuskan
untuk menyusun strategi bertanya. Maka dirancanglah strategi
bertanya untuk mendorong siswa untuk menjawab pertanyaan sendiri.
Semua kegiatan ini dilakukan pada tahap perencanaan (plan).
Pada kotak tindakan (act), mulai diajukan pertanyaan-pertanyaan
kepada siswa untuk mendorong mereka mengatakan apa yang mereka
pahami, dan apa yang mereka minati. Pada kotak pengamatan
(observe), pertanyaan-pertanyaan dan jawaban-jawaban siswa dicatat
atau direkam untuk melihat apa yang sedang terjadi. Pengamat juga
membuat catatan dalam buku hariannya. Dalam kotak Refleksi
18
(reflect), ternyata kontrol kelas yang terlalu ketat menyebabkan tanya
jawab kurang lancar dilakukan sehingga tidak menghasilkan yang
baik dan perlu diperbaiki.28
Gambar 2.2
Model AR Kemmis dan Mac Taggart
c. Rancangan Model Penelitian Tindakan Kelas Menurut Ebbutt
Model ini menunjukkan bentuk alur kegiatan penelitian. Dimulai
dengan pemikiran awal penelitian yang dilanjutkan dengan
reconnaissance. Bagian ini, menurut Ebbutt, cara yang tepat untuk
memahami proses penelitian tindakan ialah dengan memikirkan
sebagai suatu dari siklus yang berturut-turut, dengan setiap siklus
28
Rochiati Wiratmaja, Metode Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung : Remaja Rosdakarya,
2009), h 66-67.
19
mencakup kemungkinan masukan balik informasi di dalam dan di
antara siklus. Deksripsi ini mungkin tidak begitu rapih dibandingkan
dengan membayangkan proses itu sebagai spiral, atau dengan bagan
representasi. Bagaimanapun menurut Ebbutt proses penelitian tindakan
yang ideal adalah seperti yang digambarkannya.
Gambar 2.3
Model AR Ebbut
20
d. Rancangan Model Penelitian Tindakan Kelas Menurut McKernan
McKernan lebih menekankan model penelitian dengan “proses
waktu”, dalam arti bahwa dalam penelitian tindakan yang penting
janganlah dilakukan dengan terlalu kaku dalam soal waktu. Hal ini
mencakup menentukan fokus permasalahan, penyelesaian masalah
yang rasional, dan kepemilikan penelitian yang demokratis.29
Gambar 2.4
Model AR McKernan
29
Rochiati Wiratmaja, Op, Cit, h 68-70.
21
B. Konsep Model Tindakan
1. Keterampilan Motorik Halus
a. Hakikat Keterampilan
Menurut Decaprio yang dikutip oleh Hajarwati, keterampilan adalah semua
gerakan yang dilakukan manusia dalam kehidupan sehari-hari, seperti berjalan,
berlari, menarik, mengulur, dan menendang yang dihasilkan dari pembelajaran
motorik30
semua kegiatan dalam kehidupan manusia tidak terlepas dari
keterampilan.
Pendapat lain juga dikemukakan oleh Rahyubi yang dikutip oleh Pratiwi,
keterampilan merupakan gambaran keterampilan motorik seseorang yang
ditunjukan melalui penguasaan suatu gerakan.31
Ketika seseorang yang
mempunyai keterampilan yang baik maka seseorang itu juga mempunyai
keterampilan motorik dan gerak yang baik.
Pendapat berbeda dikemukakan oleh Tria yang dikutip oleh Diana,
menyatakan keterampilan adalah keterampilan untuk melakukan sesuatu dengan
baik, cepat, dan tepat.32
Seseorang yang dengan baik ketika melakukan segala
sesuatu dengan cepat dan baik, menandakan bahwa orang itu memiliki
keterampilan yang baik.
b. Keterampilan Motorik Halus
Keterampilan motorik halus (fine motor skills) adalah aktivitas-aktivitas yang
memerlukan pemakaian otot-otot kecil pada tangan. Aktivitas ini termaksud
memegang benda-benda kecil seperti manik-manik, butiran kalung, memegang
pensil dengan benar, menggunting, mengikat tali sepatu, mengancing, dan
menarik resleting. Sangat gampang melihat betapa pentingnya keterampilan
motorik halus pada setiap area kehidupan anak.33
Bahwa kegiatan yang dilakukan
oleh anak sehari-hari sangat mudah kita amati bahwa di dalam kegiatan anak
30
Diyah Hajarwati, Peningkatan Keterampilan Motorik Halus Melalui Kegiatan Mebuat Gambar
dengan Teknik Mozaik, (Sragen : 2014), h 4. 31
Niken Pratiwi, Upaya Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Melalui Playdough,
(Surakarta : 2014), h 2. 32
Mega Nur Diana, Penerapan Kegiatan Membentuk Benda Geometri Untuk Meningkatkan
Keterampilan Motorik Halus, (Wonogiri: 2014), h 2. 33
Imas Kurniasih, Pendidikan Anak Usia Dini, (Jakarta : Edukasia ), h 29-30.
22
tersebut sudah banyak kegiatan yang melibatkan keterampilan motorik halus pada
anak.
Menurut hadits yang diriwayatkan oleh Syu‟bu Al Iman Li Al Baihaqi, Hadits
ke 8137:2856 yang berbunyi
Hadits diatas menjelaskan bahwa hak anak atas orang tuanya adalah yang
salah satunya mengajarkan anak untuk tulis menulis, berenang dan juga memanah
kegiatan tersebut menggunakan keterampilan motorik pada anak.
Definisi lain diberikan oleh Sujiono, yang dikutip oleh Hartono
mengungkapkan pengertian motorik halus adalah gerakan yang hanya melibatkan
bagian-bagian tubuh tertentu saja dan jari-jemari tangan dan gerakan pergelangan
tangan.34
Kegiatan yang menggunakan gerak tubuh yang tidak dilakukan secara
keseluruhan dan hanya menggunakan bagian-bagian tubuh tertentu saja serta
gerakan ini tidak banyak memerlukan tenaga, namun hanya memerlukan
koordinasi mata dan tangan yang cermat.
Pendapat lain dikemukakan oleh Pekerti, yang dikutip oleh Diana menyatakan
bahwa motorik halus adalah gerakan yang melibatkan fungsi jari-jemari saat
melakukan kegiatan, seperti menggunting, membentuk, menggambar, mewarnai,
melipat, menganyam, menulis dan lain-lain.35
Oleh karna itu. Koordinasi mata
dengan tangan menjadi sangat penting untuk dikuasai oleh anak agar anak
menjadi lebih terampil dalam setiap kegiatannya.
Berbeda dengan pendapat di atas, yang dikutip oleh Setiyowati dari Santrock
bahwa motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau
34
Hartono, Penerapan Model Kontestual Melalui Kegiatan Cooking Class, Ngawi : 2014, h 3. 35
Mega Nur Diana, Op, Cit, h 1.
23
sebagian anggota tubuh tertentu yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar
dan berlatih. Misalnya keterampilan memindahkan benda dari tangan, mencoret-
coret, menyusun balok menggunting, menulis dan sebagainya. Keterampilan
tersebut sangat penting agar anak bisa berkembang dengan optimal.36
Bahwa
perkembangan motorik halus anak dapat berkembang dengan baik apabila anak
diberi kesempatan untuk belajar dan diberi kesempatan untuk berlatih, maka
dengan sendirinya perkembangan motorik halus anak dapat berkembang dengan
baik.
Pendapat lain juga dikemukakan oleh Moeslichatoen sebagaimana yang
dikutip oleh Sulastri, motorik halus merupakan kegiatan yang menggunakan otot
halus pada kaki dan tangan.37
Kegiatan yang melibatkan keterampilan otot-otot
halus pada kaki dan tangan yang dilakukan oleh anak adalah kegiatan motorik
halus.
Berbeda dengan pendapat diatas, sebagaimana dikutip oleh Made Sulastri,
Hurlock menjelaskan pengertian motorik yaitu keterampilan mengendalikan
gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan otot yang
terkoordinasi yang berasal dari perkembangan refleksi dan kegiatan yang ada pada
waktu lahir. Kegiatan fisik motorik diberikan sejak dini karena mereka dalam
masa pertumbuhan dan perkembangan. Pada masa ini keinginan anak untuk
bergerak lebih banyak, sehingga perlu diarahkan dan dibina38
Pendapat lain juga diungkapkan oleh Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, sebagaimana yang dikutip oleh Tanti Darmati, motorik halus anak
adalah aspek yang berhubungan dengan keterampilan anak melakukan gerakan
yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil.39
Sedangkan menurut Saputra dan Rusdyanto sebagaimana yang dikutip oleh
Lathifatul Toharoh, berpendapat bahwa motorik halus adalah keterampilan anak
36
Nur Setiyowati, Analisis Kebutuhan Perkembangan Fisik Motorik Halus Melalui Penerapan
Kegiatan Kolase, Ponorogo : 2016, h 118. 37
Made Sulastri, Penerapan Metode Pemberian Tugas Berbantuan Media Playdough Untuk
Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus, (Universitas Pendidikan Ganesha : 2014, vol 2 no 1),
h 2. 38
Made Sulastri, Op, Cit, h 2. 39
Tanti Darmastuti, Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Anak Dalam Kegiatan Meronce
Dengan Manik-Manik Melalui Metode Demonstrasi, (Surabaya : 2014, vol 01 no 01 ) h 4.
24
beraktivitas dengan menggunakan otot-otot halus (kecil) seperti menulis,
meremes, menggenggam, menggambar, menyusun dan lain sebagainya, motorik
halus pada anak perlu dikembangkan karena motorik halus sangat diperlukan anak
agar mereka dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.40
Definisi lain diberikan oleh Gunarti, dkk sebagaimana dikutip oleh Kartika,
Motorik halus adalah keterampilan anak untuk melakukan kegiatan yang
melibatkan koordinasi antara mata, tangan dan otot-otot kecil pada jari-jari,
pergelangan tangan, lengan yang digunakan untuk aktivitas seni, seperti
menggunting, melukis dan mewarnai.41
Sedangkan menurut Suyanto sebagaimana dikutip oleh Oktaviana bahwa
perkembangan motorik halus meliputi perkembangan otot halus dan fungsinya.
Otot ini befungsi untuk melakukan gerakan-gerakan bagian-bagian tubuh yang
lebih spesifik, seperti melipat, menulis, merangkai, mengancingkan baju,
mengikat tali sepatu, dan menggunting.42
Ketika melakukan kegiatan yang
berkaitan dengan motorik halus maka perkembangan otot-otot halus juga
berfungsi untuk melakukan gerakan.
Berdasarkan beberapa definisi yang dikemukakan di atas maka pengertian
motorik halus adalah aktivitas yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja
yang diatur oleh otot-otot kecil pada tubuh seperti pergelangan tangan, jari-jemari
agar melatih kelincahan, ketelitian dan koordinasi mata-tangan berfungsi dengan
baik dan perkembangan motorik halus juga dapat distimulus dengan cara seperti
menulis, meremas, menggenggam dan menggunting.
c. Aspek-Aspek Motorik Halus
Pengembangan keterampilan motorik halus anak dalam kegiatan pendidikan
diarahkan pada aspek-aspek pengembangan. Pada aspek pengembangan motorik
halus kompetensi dan hasil belajar yang ingin dicapai adalah keterampilan
40
Lathifatul Toharoh, Pengaruh Kolase Daun Terhadap Keterampilan Motorik Halus Anak,
(Semarang Barat : 2017), h 99. 41
Uci Kartika, Meningkatkan Motorik Halus Melalui Kegiatan Memasak Pada Siswa Kelompok B
TK Kartika, (Demak : 2014), h 79. 42
Riski Oktaviana, Upaya Meningkatkan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Meronce,
(Semarang : 2016), h 36.
25
mengelola dan keterampilan tubuh. Dalam hal ini termasuk gerakan-gerakan yang
mengontrol gerakan tubuh, gerakan halus dan kasar serta menerima rangsangan
sensorik alat pancaindra. Keterampilan motorik halus ada bermacam-macam,
diantaranya adalah :
a. Koordinasi Bilateral (Bilateral Hand Use)
Koordinasi bilateral adalah keterampilan untuk menggunakan kedua sisi tubuh
pada saat yang bersamaan dengan cara yang terkendali dan terorganisir. Ini berarti
bisa menggunakan kedua sisi untuk melakukan hal yang sama, seperti mendorong
pin bergulir, menggunakan gerakan bergantian seperti kapan berjalan, atau
menggunakan gerakan yang berbeda disetiap sisi, seperti saat memotong gunting
sambil memegang dan mengendalikan kertas dengan tangan yang lain.
Mampu mengoordinasikan kedua sisi tubuh adalah indikasi bahwa kedua sisi
otak berkomunikasi dan berbagi informasi satu sama lain. Memiliki koordinasi
bilateral yang baik memungkinkan tangan dan kaki bekerja dengan baik bersama.
Ini penting untuk menyelesaikan banyak kegiatan sehari-hari seperti berjalan,
menaiki tangga, memainkan alat musik, mengaduk makanan dalam mangkuk,
menggunakan alat itu membutuhkan dua tangan dan memiliki kesadara visual
penuh terhadap lingkungan. Seorang anak dengan kurang koordinasi kedua sisi
tubuh mungkin mengalami kesulitan mengendalikan satu tangan sementara tangan
yang lain melakukan sesuatu yang lain. Mungkin ada fokus yang tidak rata seperti
ketika memotong, berkonsentrasi pada tangan yang menggunakan gunting dan
tidak menyadari sisi lain yang harus mengendalikan dan memindahkan kertas
secara bersamaan.
b. Koordinasi Mata dan Tangan (Eye Hand Coordination)
Ini adalah keterampilan untuk mengendalikan gerakan tangan yang dipadukan
oleh visi. Area skill yang terpengaruh dalam domain ini sangat luas. Tangan mata
koordinasi mempengaruhi keterampilan kita untuk mewarnai, menggambar dasar,
memecahkan labirin, menulis dengan tangan, menangkap bola, memukul bola,
membuat seni, ikat sepatu, dan menggunakan gunting. Keterampilan motorik
dapat ditingkatkan melalui banyak latihan dalam aktivitas itu sendiri. Ini juga
26
diatasi dengan memecah aktivitas menjadi bagian-bagian komponen untuk
meningkatkan keterampilan motorik halus.
c. Keterampilan Manipulasi (In Hand Manipulation Skills)
In-hand manipulation skills mengacu pada keterampilan bergerak dan posisi
objek dalam satu tangan tanpa bantuan sisi lain. Keterampilan manipulasi tangan
adalah keterampilan untuk memindahkan dan menempatkan benda ditangan tanpa
menggunakan sisi lain. Ini mungkin, keterampilan motorik halus yang paling
rumit ada tiga jenis keterampilan telah diidentifikasi sebagai komponen penting
manipulasi tagan. Ini adalah terjemahan, pergeseran, dan rotasi. Terjemahan
adalah pergerakan benda diantara telapak tangan ke ujung jari untuk
menempatkannya ke dalam slot mesin penjual otomatis. Pergeseran melibatkan
objek bergerak diantara jari-jari, rotasi adalah memutar objek disekitar
menggunakan bantalan jari-jari. Semua komponen ini diperlukan untuk
mendapatkan orientasi objek agar tepat dalam menggunakannya.
Anak-anak yang mengalami kesulitan dengan manipulasi tangan mungkin
perlu menggunakan kedua tangan dalam kegiatan yang biasanya hanya
membutuhkan satu tangan. Banyak kegiatan sehari-hari yang membutuhkan
keterampilan tangan tingkat tinggi ini, contohnya termasuk menyesuaikan
pegangan di atas kertas saat memotong dengan gunting, menggunakan garpu dan
pisau, pemosisian kancing, resleting dan tali untuk berpakaian melibatkan gerakan
tangan yang halus ini. Menangani mur dan baur, memutar obeng, semuanya
melibatkan kemapuan manipulasi pada tangan.43
d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motorik Halus
Ada lima faktor yang mempengaruhi perkembangan fisik motorik pada anak
usia dini, antara lain :
1. Faktor makanan
Pemberian makanan yang bergizi oleh orang tua kepada anak usia dini
sangat penting untuk memberikan energi pada anak yang sangat aktif di usia
43
Mindy K. Buckner, TherapyStreetForKids, 2018, (www.TherapyStreetForKids.com).
27
dini. Pemberian gizi atau nutrisi yang cukup dapat merangsang pertumbuhan
dan perkembangan organ-organ tubuh manusia. mengingat akan adanya
pengaruh pemberian makanan yang bergizi terhadap perkembangan fisik
manusia.
2. Faktor Pemberian Stimulus
Pemberian stimulasi seperti dengan mengajak anak untuk melakukan
kegiatan bermain, khususnya kegiatan bermain yang melibatkan gerak fisik
anak usia dini juga sangat berpengaruh terhadap perkembangan fisik-motorik
mereka. Kegiatan bermain yang melibatkan keterampilan motorik jika
dilakukan secara rutin ataupun berulang-ulang dapat meningkatkan kekuatan
fisik dan kelenturan otot.
3. Kesiapan Fisik
Pada usia 0-2 tahun perkembangan keterampilan motorik kasar dan
motorik halus seorang anak terlihat dengan pesat dan luar biasa. Tadinya
seorang bayi tidak berdaya dan tidak mampu mengendalikan gerakannya.
Dalam waktu 12 bulan mereka mengembangkan keterampilan fisik-motorik
yang luar biasa. Kuncinya terletak pada kematangan fisik dan syaraf-
syarafnya.
4. Faktor Jenis Kelamin
Faktor jenis kelamin juga tidak dapat diabaikan pengaruhnya dalam
perkembangan fisik-motorik anak usia dini. Jika kita perhatikan dengan
seksama, anak perempuan lebih suka melakukan aktivitas yang melibatkan
motorik halusnya sedangkan anak laki-laki cenderung suka melakukan
aktivitas yang melibatkan keterampilan motorik kasarnya dan tentu saja hal itu
dapat mempengaruhi perkembangan fisik-motorik mereka.
5. Faktor Budaya
Budaya masyarakat kita yang patriarki juga ikut berpengaruh dalam
perkembangan fisik-motorik anak. Pada masa anak usia dini, faktor budaya
yang patriarki menjadikan anak laki-laki bermain dengan anak laki-laki
lainnya dengan melakukan kegiatan yang sesuai dengan budaya mereka.
Mereka didorong untuk melakukan berbagai kegiatan bermain dan dilarang
28
untuk melakukan kegiatan bermain yang lazim dilakukan oleh anak
perempuan, seperti bermain boneka, masak-masakan, dan lainnya.44
e. Tingkat Pencapaian Perkembangan Motorik Halus Anak
Menurut peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 137 Tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Anak
Usia Dini mengungkapkan tentang tingkat pencapaian perkembangan motorik
halus anak usia 4-6 tahun, sebagai berikut :45
Tabel 2.1
Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak
Lingkup
Perkembangan
Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak
Usia 4-5 tahun Usia 5-6 tahun
Motorik Halus 1. Membuat garis
vertikal, horizontal,
lengkung kiri/kanan,
miring kiri/kanan, dan
lingkaran
2. Menjiplak bentuk
3. Mengkoordinasikan
mata dan tangan yang
rumit
4. Untuk melakukan
gerakan manipulatif
untuk menghasilkan
suatu bentuk dengan
menggunakan
berbagai media
5. Mengekspresikan diri
dengan berkarya seni
menggunakan
berbagai media
6. Mengontrol gerakan
tangan yang
menggunakan otot
halus (menjumput,
mengelus, mencolek,
mengepal,
memelintir, memilin,
1. Menggambar sesuai
gagasannya
2. Meniru bentuk
3. Melakukan
eksplorasi dengan
berbagai media dan
kegiatan
4. Menggunakan alat
tulis dan alat makan
dengan benar
5. Menggunting sesuai
dengan pola
6. Menempel gambar
dengan tepat
7. Mengekspesikan
diri melalui gerakan
menggambar secara
rinci.
44
Novan Ardy, Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini, (Jakarta : Gava Media, 2015), h 38-41. 45
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2014.
29
memeras)
f. Tahap Perkembangan Anak Usia Dini
Perkembangan fisik berlangsung secarak teratur, tidak secara acak.
Perkembangan bayi ditandai dengan adanya perubahan dari aktivitas yang
tidak terkendali menjadi suatu aktivitas yang terkendali. Pergerakan yang
dilakukan secara sengaja dan terkendali juga akan terorganisir kedalam pola,
seperti melepaskan tangannya dan menggerakan kakinya untuk berjalan. Pola-
pola ini kemudian berubah menjadi gerkan-gerakan anak dalam melakukan
respon terhadap berbagai stimulasi yang berbeda. Berikut adalah tahapan
perkembangan motorik halus pada anak usia dini.46
Tabel 2.2
Tahap Perkembengan Anak Usia Dini
Kelahiran sampai
usia tiga tahun
Usia tiga sampai
empat tahun
Usia lima sampai
enam tahun
Perkembangan
fisik
- Keterampilan
fisik berkembang
dengan cepat
- Duduk dan
merayap;merangk
ak
- Keterampilan
motorik yang
berkembang
dengan baik dapat
mengambi objek
yang kecil dari
dalam tumpukan
- Mengatur sendok
atau garpu untuk
memberi makan
- Mulai dapat
menggenggam
dan melepaskan
suatu objek
- Peningkatan
keterampilan fisik
- Dapat melepaskan
pakaian dan juga
berpakaian sendiri
- Menangkap bola
dengan
menggunakan
lengan
- Memegang krayon
dengan jari
- Melakukan lemparan
dengan wajar dan
teliti
- Menangkap bola
dengan menggunakan
tangan
- Mengambil bagian di
dalam permainan
yang menuntun
keterampilan fisik
- Adanya peningkatan
perkembangan otot
kecil, koordinasi
antara mata dan
tangan yang
berkembang dengan
baik
- Peningkatan dalam
penguasaan motorik
halus dapat
menggunakan palu,
pensil, gunting dan
lain-lain
46
Yuliani Nurani, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, (Jakarta : 2013, Indeks), h 64-65.
30
- Dapat menjiplak
gambar geometris
- Memotong pada garis
- Mencetak beberapa
surat
- Pekerjaan
keterampilan tangan
yang semakin baik
- Dapat bermain pasta
dan lem
2. Teori Bermain
a. Hakikat Bermain
Bermain adalah kegiatan yang sangat penting bagi pertumbuhan dan
perkembangan anak. Bermain harus dilakukan atas inisiatif anak dan atas
keputusan anak itu sendiri, bermain harus dilakukan dengan rasa senang, sehingga
semua kegiatan bermain yang menyenangkan akan menghasilkan proses belajar
pada anak.
Pengertian bermain menurut konsep Association for Childhood Education
International (ACEI) adalah “a dynamic, active and constructive behavior is
necessary and integral part of childhood, infancy through adolescence” dalam
konsep ACEI, bermain dimaknai sebagai perubahan yang membangun, aktif dan
dinamis dalam perkembangan, serta pertumbuhan yang penting bagi anak untuk
menuju dewasa. Sementara itu, Bruner dalam Martuti, memberikan penekanan
pada fungsi bermain, sebagai sarana untuk mengembangkan kreativitas dan
fleksibilitas.
Ahli lainnya yang memberikan definisi bermain adalah Vygotsky, seorang
psikolog berkebangsaan Rusia, ia mengemukakan bermain merupakan “play is an
excellent setting for cognitive development.” He was especially interested in the a
horse. Fox young children, the imaginary situasion is real. Parent should
encourage creative thought. Jadi, menurut Vygotsky bermain mempunyai peran
langsung terhadap perkembangan kognitif seseorang. Dengan bermain, daya pikir
dan perkembangan otak anak akan semakin memperoleh saat-saat bermain maka
akan tertinggal dan terlihat minder dan merasa rendah diri.47
47
Ahmad Susanto, Pendidikan Anak Usia Dini, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2017), h 98.
31
Bermain adalah aktivitas yang dipilih sendiri oleh anak karena menyenangkan,
bukan karena hadiah atau pujian. Melalui bermain, semua aspek perkembangan
anak dapat dikaitkan. Dengan bermain secara bebas anak dapat bereksplorasi
untuk memperkuat hal-hal yang sudah diketahui dan menemukan hal-hal baru.
Melalui bermain, anak juga dapat mengembangkan semua potensinya secara
optimal, baik potensi fisik maupun mental intelektual dan spiritual.48
Bermain
bagi anak adalah kegiatan yang menyenangkan dan dilakukannya bukan karena
paksaan dan ketika bermain pula ada beberapa aspek perkembangan pada anak
yang dapat dikembangkan dengan baik.
Pendapat di atas diperkuat oleh Santrock, permainan ialah kegiatan yang
menyenangkan yang dilaksanakan untuk kepentingan kegiatan itu sendiri,
menurutnya, permainan memungkinkan anak melepaskan energi yang berlebihan
dan membebaskan perasaan yang terpendam, dengan bermain ini perasaan anak
akan menjadi bahagia, sehingga akan mengalami kenyamanan dalam melakukan
serangkaian kegiatan pembelajaran.49
Pendapat senada dikemukakan oleh Plato, Aristoteles, Frobel dalam Wahyuni,
mengganggap bermain adalah sebagai kegiatan yang mempunyai nilai praktis,
artinya bermain digunakan sebagai media untuk meningkatkan keterampilan dan
kemampuan tertentu pada anak.50
Ketika anak melakukan kegiatan bermain ada
keterampilan dan kemampuan anak yang ikut berkembang.
Pendapat lain dikemukakan oleh Bettelheim, kegiatan bermain adalah kegiatan
yang tidak mempunyai peraturan lain kecuali yang ditetapkan pemain sendiri dan
tidak ada hasil akhir yang dimaksudkan realitas luar.51
Dalam kegiatan bermain
anak tidak mementingkan bagaimana hasil akhirnya karna yang anak cari adalah
tentang kesenangan.
Bermain merupakan peluang bagi anak untuk melakukan berbagai hal, situasi
itulah yang membuat anak belajar. Dengan demikian, bermain merupakan cara
48
Ahmad Zaini, Bermain Sebagai Metode Perkembangan Anak Usia Dini, (Kudus , 2015, Vol 3),
h 120. 49
M. Fadillah, Edutainment Pendidikan Anak Usia Dini, (Jakarta : Kencana, 2014), h 26. 50
Wahyuni, Upaya Meningkatkan Keterampilan Visual Spasial Anak Melalui Bermain Sentra,
(Semarang : 2016), h 100. 51
M. Fadillah, Op, Cit, h 27.
32
anak belajar, belajar tentang apa saja. Belajar tentang objek, kejadian, situasi, dan
konsep (misalnya halus, kasar dan lain-lain). Anak juga berlatih koordinasi
berbagai otot gerak misalnya otot jari, selain itu melalui bermain anak berlatih
mengekspresikan perasaan dan berusaha mendapatkan sesuatu.52
Kegiatan
bermain sekaligus belajar adalah kegiatan yang memadukan antara materi
kegiatan belajar dengan kegiatan bermain.
Salah satu kegiatan bermain yang dapat digunakan dalam pembelajaran adalah
permainan sensorimotor. Permainan sensorimotor ialah permainan yang
menggabungkan antara koordinasi sensoris dan motorik seperti fungsi mata,
telinga, dan otot-otot.
Menurut pendapat Martika & Subagya yang dikutip oleh Indra Setyaningsih,
melalui kegiatan sensorimotor, anak akan merasa senang dalam bermain, siswa
tidak menyadari bahwa dalam bermain tersebut sebenarnya mereka mempelajari
sesuatu.53
Dalam kegiatan bermain sensorimotor anak tidak menyadari bahwa
mereka selain sedang melakukan kegiatan bermain sekaligus melakukan kegiatan
belajar.
Pendapat lain dikemukakan oleh Assjari & Sopariah yang dikutip oleh Indra
Setyaningsih, permainan sensorimotor dapat berupa permainan visual, taktil,
vestibular, preprioseptif, auditoris dan kinestetik.54
Permainan sensorial kegiatan
bermain yang melibatkan gerak dan serta kegiatan yang melakukan sentuhan dan
juga rabaan yang dapat menstimulus keterampilan motorik halus dengan baik.
Pendapat lain dikemukakan oleh Bettelheim, kegiatan bermain adalah kegiatan
yang tidak mempunyai peraturan lain kecuali yang ditetapkan pemain sendiri dan
tidak ada hasil akhir yang dimaksudkan realitas luar.55
Dalam kegiatan bermain
anak tidak mementingkan bagaimana hasil akhirnya karena yang anak cari adalah
tentang kesenangan.
52
Ratna Wahyu Pusari, Upaya Meningkatan Keterampilan Motorik Halus Pada AUD Melalui
Kegiatan Bermain Konstruksi Plastisin, (Semarang : 2016), h 36. 53
Indra Setyaningsih, Metode Permainan Sensorimotor Untuk Meningkatkan Konsentrasi Belajar
Anak dengan Hambatan Kecerdasan Kategori Sedang, (Yogyakarta, vol 6 no 6 : 2017) h 2 54
Indra Setyaningsih, Ibid, h 2 55
M. Fadillah, Op, Cit, h 27.
33
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa bermain adalah suatu
kegiatan yang sangat berkaitan erat dengan kehidupan anak dan bermain juga
sebagai peluang untuk anak dalam belajar dan mengembangkan segala aspek
perkembangan pada anak ketika bermain anak tidak mementingkan terhadap hasil
akhir dan bermain juga dilakukan anak dengan senang hati tanpa adanya paksaan.
b. Karakteristik Bermain Untuk Anak Usia Dini
Agar kegiatan bermain dapat terlaksana dengan baik, Jeffree, Mc Conkey, dan
Hewson berpendapat bahwa terdapat enam karakteristik kegiatan bermain pada
anak yang perlu dipahami oleh stimulator, sebagai berikut :
1. Bermain datang dari dalam diri anak artinya, keinginan bermain harus muncul
dari dalam diri anak sehingga anak dapat menikmati dan bermain sesuai
dengan caranya sendiri. Itu artinya bermain dilakukan dengan kesukarelaan,
bukan paksaan.
2. Bermain harus terbebas dari aturan yang mengikat, karena bermain adalah
suatu kegiatan untuk dinikmati, anak memiliki cara bermainnya sendiri,
karena itulah bermain pada anak selalu menyenangkan, mengasyikan, dan
menggairahkan.
3. Bermain adalah aktivitas nyata atau sesungguhnya, oleh karenanya bermain
melibatkan partisipasi aktif baik secara fisik maupun mental, seperti saat anak
bereksplorasi dengan bermain air.
4. Bermain fokus pada prosess dari pada hasil artinya, dalam bermain anak
mengenal dan mengetahui apa yang ia mainkan dan mendapatkan
keterampilan baru.
5. Bermain fokus pada proses dari pada hasil, artinya dalam bermain anak
mengenal dan mengetahui apa yang ia mainkan dan mendapatkan
keterampilan baru.
6. Bermain melibatkan pemain secara aktif, artinya anak sebagai pemain harus
terjun langsung dalam bermain. Jika anak pasif dalam bermain maka ia tidak
akan memperoleh pengalaman baru karena bagi anak bermain adalah bekerja
untuk mendapatkan pengetahuan dan keterampilan baru.
34
Berdasarkan paparan diatas maka dapat disimpulkan bahwa fungsi bemain
pada anak adalah suatu kegiatan yang dapat mengembangkan berbagai potensi
pada anak, baik potensi fisik, kognitif, bahasa, sosial, emosi, kreativitas, dan pada
akhirnya prestasi akademik.56
c. Manfaat Bermain Bagi Anak Usia Dini
Bermain bagi anak usia dini dapat mempelajari dan belajar banyak hal, dapat
mengenal aturan, bersosialisasi, menempakan diri, menata emosi, toleransi, kerja
sama, dan menjunjung tinggi sportivitas. Oleh karena itu bermain merupakan
kegiatan pembelajaran yang sangat penting. Berikut beberapa manfaat bermain
bagi anak usia dini :
a. Manfaat motorik
Yaitu manfaat yang berhubungan dengan nilai-nilai positif mainan yang
terjadi pada jasmani anak. Misalnya, unsur-unsur kesehatan, keterampilan,
ketangkasan, maupun keterampilan fisik tertentu.
b. Manfaat afeksi
Yaitu manfaat permainan yang berhubungan dengan perkembangan
psikologis anak. Misalnya, naluri/insting, perasaan, emosi, sifat, karakter,
watak, maupun kepribadian seseorang.
c. Manfaat kognitif
Yaitu manfaat mainan untuk perkembangan kecerdasan anak, yang
meliputi keterampilan imajinatif, pembentukkan nalar, logika, maupun
pengetahuan-pengetahuan sistematis.
d. Manfaat spiritual
Yaitu manfaat mainan yang menjadi dasar pembentukan nilai-nilai
kesucian maupun keluhuran manusia.
e. Manfaat keseimbangan
Yaitu manfaat yang berfungsi melatih dan mengembangkan panduan
antara nilai-nilai positif dari suatu mainan.
56
Yuliani Nurani, Bermain Kreatif Berbasis Kecerdasan Jamak, (Jakarta : 2010, Indeks), h 37.
35
Selain itu ada beberapa pengaruh bermain bagi perkembangan anak, sebagai
berikut:
a. Perkembangan fisik, bermain aktif penting bagi anak untuk
mengembangkan otot dan melatih seluruh bagian tubuhnya.
b. Dorongan berkomunikasi, bermain yang dilakukan bersama anak-anak lain
secara tidak langsung akan dapat membantu anak untuk berkomunikasi
secara baik.
c. Penyaluran bagi energi emosional yang terpendam. Bermain berpengaruh
sebagai sarana bagi anak untuk menyalurkan ketegangan yang disebabkan
oleh pembatasan lingkungan terhadap perilaku.
d. Penyaluran bagi kebutuhan dan keinginan, bermain dapat berfungsi sebagai
penyalur kebutuhan dan keinginan yang tidak terpenuhi dalam keseharian.
e. Sumber belajar, bermain memberi kesempatan untuk mempelajari berbagai
hal melalui buku, televisi atau menjelajahi lingkungan yang tidak diperoleh
anak dari belajar di rumah atau di sekolah.
f. Rangsangan bagi kreativitas, bermain dengan permainan tertentu akan
dapat merangsang kreativitas anak. Baik permainan yang sifatnya mandiri
maupun kelompok.
g. Standar moral, dalam bermain, anak akan belajar untuk mengikuti aturan-
aturan dalam permainan tersebut yang telah ditentukan. Hal ini, akan
memberi gambaran tentang bagaimana menaati sebuah aturan yang telah
dibuatnya, baik menyangkut hubungan dengan Allah SWT maupun orang
lain.
d. Jenis Permainan
Terdapat banyak jenis permainan yang dapat digunakan dalam pembelajaran
anak usia dini. Menurut Rahmat, permainan itu dapat dibagi menjadi lima jenis,
diantaranya:
36
1. Permainan Fungsi atau gerak
Yaitu permainan yang dilakukan dengan gerakan dalam rangka melatih
kekuatan otot sang anak.
2. Permainan membentuk
Yaitu berupa permainan memberi atau membuat bentuk-bentuk pada suatu
benda agar lebih menarik.
3. Permainan ilusi
Yaitu permainan yang digambarkan sebagai bentuk ilusi fantasi bagi
anak, sehingga seolah-olah hal itu menyerupai sungguhan.
4. Permainan menerima (reseptif)
Yaitu bentuk permainan dimana anak hanya menerima saja tanpa
melakukan aktivitas.
5. Permainan sukses
Merupakan bentuk permainan menyelesaikan suatu tantangan tertentu.
Hurlock juga menggolongkan permainan menjadi dua macam, yaitu:
1. Bermain aktif
Ialah bermain yang kegembiraannya timbul dari apa yang dilakukan
anak itu sendiri. Kebanyakan anak melakukan berbagai bentuk bermain
aktif, tetapi banyaknya waktu yang digunakan dan banyaknya
kegembiraan yang akan diperoleh dari setiap permainan sangat bervariasi.
Dalam hal ini, kesenangn anak timbul dari apa yang dilakukan individu,
apakah dalam bentuk kesenangan berlari atau membuat sesuatu dengan
lilin atau cat.
2. Bermain pasif
Yaitu permainan yang bersifat hiburan semata. Artinya, anak tidak
ikut secara aktif dalam proses permainan. Dalam hal ini, kegembiraan
anak diperoleh dengan memerhatikan aktivitas orang lain.57
57
M. Fadillah, Op, Cit, h 32-37.
37
C. Kaitan Antara Slime dengan Bermain
Ketika anak sedang bermain, sesungguhnya mereka sedang belajar,
menurut Montessori, sebagaimana dikutip oleh Sudono, ketika anak sedang
bermain, anak akan menyerap segala sesuatu yang terjadi di lingkungan
sekitarnya. Anak yang bermain sebenarnya telah menyerap berbagai hal baru yang
ada disekitarnya. Proses penyerapan inilah yang disebut Montessori sebagai
aktivitas belajar.
Disinilah pentingnya orang tua dan guru memilih dan menentukan jenis
permainan yang cocok dengan perkembangan anak. Pemilihan dan menentukan
jenis permainan ini sama persis dengan pemilihan materi pelajaran oleh guru yang
sesuai dengan perkembangan peserta didik. Pemilihan jenis permainan yang
sesuai dengan perkembangan anak ini perlu dilakukan agar pesan edukatif dalam
setiap permainan dapat ditangkap anak dengan mudah dan menyenangkan.
Pemilihan permainan yang selaras dengan perkembangan anak akan
mengembangkan aspek kecerdasan tertentu dan bukan bermain untuk mainan itu
senidiri.
Kegiatan bermain juga bisa dilakukan dengan menggunakan alat atau
tanpa alat. Menurut pendapat Wolgfang bahwa merekomendasikan agar guru
menyiapkan bahan-bahan bermain anak yang beragam. Bahan dan alat bermain ini
sangat penting diperhatikan karena dengan alat atau bahan bermain ini sering kali
sangat menantang bagi anak untuk menguasai dan mengontrolnya. Dengan
menyediakan bahan yang beragam, diharapkan anak akan mengembangkan
perasaan mampu menguasai beragam tantangan yang mereka hadapi, serta akan
membantu anak dalam membangun pemikiran simboliknya.58
Kegiatan bermain
anak sangat dianjurkan untuk guru dalam memilih alat bermain untuk anak, karna
akan menambah rasa ketertarikan untuk melakukan kegiatan bermain tersebut.
Bahan cair meliputi air dan aksesoris permainan air, seperangkat alat
permainan air berbusa, cat air, pasir dengan aksesoris permainan pasir, cat lukis,
tanah basah, tanah liat atau playdough, krayon, dan pensil warna. Anak anak
58
Ahmad Susanto, Op, Cit, h 111.
38
menggunakan dan mengeksplorasi bahan-bahan cair dalam permainan
sensorimotor. Dalam menggunakan alat-alat permainan dengan bahan-bahan ini,
anak akan bergerak dalam tahapan-tahapan perkembangan mulai dari
sensorimotor hingga perkembangan simbolik dan permainan konstruksi.
Kegiatan bermain untuk meningkatkan keterampilan motorik halus bisa
dilakukan dengan bermain slime. Permainan Slime adalah permainan yang cara
bermain dan medianya hampir sama dengan play Dough, menurut Einon tentang
permainan cerdas untuk anak usia 2-6 tahun, playdough sangat cocok untuk anak-
anak kecil cukup lembut untuk diremas, namun cukup elastis untuk dibuat sebuah
bentuk. Kegiatan bermain slime ini mengajarkan anak bahwa mereka dapat
membuat sesuatu, meningkatkan pengendalian jari tangan, dan koordinasi tangan
dan mata, selain itu, kegiatan ini membuat mereka mampu mengekspersikan diri
melalui kesenian.59
Hal ini didukung oleh pendapat Wolfgang yang menyatakan
“fluids materials have high sensorimotor quality and easily transform their shape
and generally gave little or no form.”60
Peryantaan tersebut artinya bahan-bahan
zat cair memiliki sifat sensorimotor yang tinggi dan dapat dengan mudah berubah
bentuk dan pada umumnya sedikit berbentuk atau tidak berbentuk sama sekali.
D. Sejarah Slime
Slime pertama kali dipelajari pada awal abad 20 saat itu polimer sintesis
ditetapkan, pada tahun 1920 Hermann Staudinger menetapkan dasar dan
pemahaman tentang ilmu polimer. Ia menyarankan model molekul baru untuk
polimer dimana molekulnya membentuk suatu rantai. Pada tahun 1928, model
molekul tersebut akhirnya dikonfirmasi oleh dua orang ilmuwan Mayer dan Mark.
Mayer dan Mark mempelajari model molekul tersebut sehingga pada akhirnya
pada tahun 1930, model molekul Staudinger diterima oleh masyarakat dan mulai
diterapkan, inilah masa penggunaan polimer sintesis dalam kehidupan sehari-hari.
59
Mita Agustina, Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Anak Melalui Bermain Playdough
di Play Group, (Surabaya :2015), h 2. 60
Charles H Wolfgangand Mary Wolfgang, School for Young Children Developmentaly
Appropriate Praticies, (Needham Heigh : Alin and Bacon, 1992), h 31.
39
Banyak pabrik yang menjual mainan berbahan polimer seperti slime selama
bertahun-tahun. Mainan tersebut tidak hanya diketahui sebagai hiburan untuk
anak-anak maupun orang dewasa. Tetapi juga dapat diketahui membantu
mengembangkan ketangkasan dan kreatifitas. Awalnya mainan ini hanya
berbentuk seperti tanah liat yang dapat dibentuk. Bentuk dari mainan ini terus
berubah dan dimodifikasi seiring berjalannya waktu, seperti penemuan Silly Puty
pada tahun 1950. Pada tahun 1980 bermacam-macam mainan slime mulai
dipasarkan.
E. Jenis-Jenis Slime
1. Basic Slime
Basic Slime adalah slime yang paling dasar atau simple. Mudah dibuatnya dan
nyaman untuk dimainkan.
2. Milky Slime
Slime ini yang paling banyak digemari oleh anak-anak karena bentuknya yang
sangat lentur, lembut dan menggunakan resep yang sudah dimodifikasi dengan
tambahan lotion, pelembut, pewangi buah, pewarna dan lain-lain.
3. Clear Slime
Slime ini biasanya untuk dikoleksi karena bentuknya yang sangat jernih akan
keruh jika dimainkan, tetapi slime ini dapat bening kembali jika didiamkan
selama kurang lebih 1-2 hari setelah dimainkan.
4. Metallic Slime
Slime ini terlihat mewah dan menawan, untuk membuat slime ini sama
caranya seperti saat membuat clear slime, namun untuk slme ini harus
ditambahkan bubuk metalik/ bubuk mika sehingga akan terlihat mengkilat
seperti metalik.
5. Galaxy Slime
Mirip metallic slime, hanya saja penggunaan bubuk mika diganti dengan cat
dan gliter serta manik-manik atau sejenisnya.
40
6. Clay Slime
Slime ini ditambahkan dengan clay.61
F. Bahan-Bahan Pembuatan Slime dan Cara Bermainnya.
Bermain slime dapat meningkatkan keterampilan motorik halus pada anak
karena cara bermain slime hampir sama dengan cara bermain playdough. Bahan-
bahan yang dibutuhkan untuk membuat slime sangat mudah didapat dengan harga
yang murah dan mudah didapat karena tersedia di lingkungan sekitar. Selain
bahan-bahannya mudah didapat bahan-bahan tersebut juga tidak membahayakan
untuk kegiatan bermain untuk anak. Adapaun bahan-bahannya untuk membuat
slime yaitu : (1) lem fox, (2) sabun cair, (3) tepung, (4) air, dan (5) pewarna
makananan.
Bermain Slime sangat menyenangkan bagi anak, karena bentuk dan
warnanya yang menarik. Kegiatan bermain slime juga dapat membantu anak
untuk dapat mengembangkan keterampilan motorik halus anak. Cara bermain
slime juga sangat mudah. Slime dapat dimainkan dengan cara meremas-remasnya
terlebih dahulu. Bentuk awal yang sangat lunak. Slime dapat digenggam dan di
remas-remas. Slime yang sudah agak mengeras dapat dibentuk menjadi berbagai
bentuk.
G. Penelitian Relevan
Penelitian relevan disini dimaksudkan untuk peneliti agar tidak hanya
meniru tetapi juga dapat mengambil masukan untuk peneliti selanjutnya.
No Judul Penulis Perbedaan
1. Upaya Meningkatkan
Keterampilan Motorik Halus
Anak Usia 4-5 Tahun Melalui
Penggunaan Media Tepung
(Penelitian Tindakan Kelas di
TK Islam Al – Mutaqqin) 62
Yuli, Fitrah
Ningsih
Keterampilan Motorik
halus anak salah
satunya dapat
dikembangkan dengan
menggunakan media
tepung. Selain itu
kegiatan ini juga
menarik dan
menyenangkan bagi
61
https://m.kaskus.co.id/thread/slime 62
Yuli Fitrah Ningsih, Upaya Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Anak Usia 4-5 Tahun
Melalui Penggunaan Media Tepung (Penelitian Tindakan Kelas di TK Islam Al – Mutaqqin),
(Jakarta, Universitas Muhammadiyah Jakarta, 2017), h 5.
41
anak.
2. Pengembangan Motorik Halus
Melalui Kegiatan Melipat
Kertas Pada Anak Didik
Kelompok B TK Dharma
Wanita Twangrajo Tahun
Pelajaran 2015.63
Maruah,
Siti
Aktivitas melipat
kertas memiliki
kelebihan terutama
melatih
motorik anak
diantaranya untuk
kehidupan sehari-hari,
seperti
keterampilan
memegang,
menggenggam,
meremas dan
membentuk.
3. Pengaruh Bermain Playdough
terhadap Keterampilan
Motorik Halus Anak di TK
Pertiwi Talakbroto, Simo,
Boyolali Tahun 2013/2014.64
Waldi,
Maksum
Eka
playdough dapat
menekankan
keterampilan motorik
halus anak. Dengan
playdough anak dapat
bermain bentuk, warna,
teksur, melatih
kelincahan, kelenturan
jari-jari tangan dan
koordinasi antara mata
dan tangan. Misal
dengan cara anak
memahami dan
mempraktekkan
tahapan-tahapan
pembuatan playdough.
Hal ini dapat dikatakan
bermain sambil belajar
karena anak dapat
bermain mencampur
tepung dan warna,
selain itu anak dapat
belajar cara membuat
bentuk dengan
playdough. Dengan
bermain playdough
63
Siti Maruah, Pengembangan Motorik Halus Melalui Kegiatan Melipat Kertas Pada Anak Didik
Kelompok B TK Dharma Wanita Twangrajo Tahun Pelajaran 2015, (Surakarta, Universitas
Muhammadiyah Surakarta, 2015), h 3. 64
Maksum Eka, Pengaruh B ermain Playdough terhadap Keterampilan Motorik Halus Anak di TK
Pertiwi Talakbroto, Simo, Boyolali Tahun 2013/2014,(Surakarta, Universitas Muhammadiyah
Surakarta : 2014), h 5.
42
dapat melatih
kelenturan pergelangan
otot-otot tangan dan
koordinasi mata tangan
4. Keterkaitan Bermain Slime
dengan Keterampilan Motorik
Halus Pada Anak Uisa 4-5
tahun
Dede,
Feriyanti
Metode yang
digunakan adalah studi
pustaka dan penelitian
ini hanya
menggunakan single
subjek.
H. Kerangka Teoretik
Kegiatan bermain slime adalah kegiatan bermain yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan keterampilan motorik halus pada anak. Kegiatan bermain slime
dapat dilakukan individu atau kelompok. Kegiatan bermain slime juga termaksud
permainan yang sedang sangat digemari oleh anak pada era sekarang ini. Kegiatan
bermain slime selain menyenangkan juga dapat meningkatkan keterampilan
motorik halus anak.
Terdapat beberapa langkah dalam melakukan kegiatan bermain slime. Hal
yang harus diperhatikan pertama kali adalah membuat kondisi atau situasi hati
anak baik. Agar ketika bermain slime anak merasa senang. Lalu peneliti
menjelaskan bagaimana cara bermain slime serta aturan bagaimana cara bermain
slime.
Kedua, peneliti menyiapkan bahan apa saja yang diperlukan ketika ingin
bermain slime dan penelitti juga memperkenalkan tentang slime pada anak.
Dengan cara memberi contoh bagaimana cara bermain slime, sehingga semakin
membuat anak tertarik untuk bermainnya.
Selanjutnya, ketiga menjelaskan peraturan bagaimana cara bermain slime agar
anak dapat belajar mengenal tentang aturan, seperti melipat lengan baju sebelum
bermain, mencuci tangan sebelum bermain, tidak memainkan slime milik
temannya dan tidak memasukan slime kedalam mulunya. Lalu mulailah dengan
cara menjelaskan bagaimana cara bermain slime
1. Cuci tangan, serta meggulung lengan baju agar tidak terkena slime.
43
2. Duduk sedikit berjarak dengan teman, agar tidak terganggung ketika sedang
bermain slime dengan teman yang lainnya.
3. Setelah itu peneliti memberikan contoh gambar apa yang ingin dibentuk.
Biasanya sesuai dengan kegiatan pembelajaran yang sedang dilakukan.
4. Setelah selesai membentuk dengan menggunakan slime hasilnya akan di
dokumentasikan oleh peneliti
5. Sesekali peneliti juga memberikan bintang kepada beberapa anak yang
menyelesaikan permainannya dengan baik.
44
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat
Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di PAUD MUBINA yang terletak di
Bekasi, Pondok Gede. Subjek yang menjadi pusat perhatian dalam penelitian ini
adalah anak usia dini (4-5 tahun) di PAUD MUBINA Bekasi, Pondok Gede.
Anak-anak yang menjadi penelitian adalah anak kelompok A berjumlah 12 anak,
yaitu terdiri dari 5 anak laki-laki dan 7 anak perempuan. Alasan memilih waktu
ini dikarenakan :
a. Adannya permasalahan pada keterampilan motorik halus sehingga akan
mempengaruhi pada aspek perkembangan yang lainnya, sepertin kognitif.
b. penggunaan metode untuk meningkatkan keterampilan motorik halus pada
anak kurang bervariasi.
c. lokasi atau tempat penelitian ini terjangkau.
2. Waktu
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Februari-Juni. Waktu penelitian
mengacu kepada kalender pendidikan di sekolah.penelitian ini dilaksanakan untuk
meningkatkan keterampilan motorik halus pada anak kelompok A. penelitian ini
juga diberi persetujuan oleh kepala sekolah dan juga guru-guru kelas. Pada bulan
mei-juni tahun ajaran 20018/2019 Pada penelitian ini akan dilaksanakan I siklus,
jika pada siklus I belum mencapai target, maka akan dilanjutkan pada siklus ke II.
Pada setiap siklus dilakukan 5 kali pertemuan.
45
Table 3.1
Jadwal Pelaksanaan Penelitian
No Kegiatan Februari Maret April Mei Juni Juli
1 Pra observasi
2 Penyusunan
proposal
3 Seminar
proposal
4 Pelaksanaan
siklus I
5 Pelaksanaan
siklus II
6 Penyusunan
laporan
7 Ujian
B. Metodologi Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
Tindakan Kelas (Action Research) yang diperkenalkan oleh Kemmis dan Mc
Taggart. Penelitian tindakan merupakan penelitian yang dilakukan oleh peneliti
untuk mencari alternatif pemecahan masalah yang dihadapi dalam lingkungan
kerja. Pada hakikatnya penelitian ini merupakan sebuah siklus dari perencanaan
(planning), pelaksanaan tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi.
Sehubungan dengan tujuan untuk mengatasi suatu permasalahan di dalam kelas.
Penelitian ini tentang meningkatkan keterampilan motorik halus anak melalui
kegiatan bermain slime dengan subjek penelitian anak usia 4-5 tahun yaitu
kelompok A pada tahun ajaran 2018/2019 pada semester II. Pada pengamatan
awal akan terlihat beberapa anak mengalami kesulitan dalam kemampuan motorik
46
halus, dan disini peran penulis mengamati kegiatan pembelajaran secara langsung
yaitu motorik halus anak dalam memegang pensil yang sesuai, kemudian
membuat perencanaan tindakan selanjutnya.
Peneliti berperan aktif dalam kegiatan ini dan secara langsung mengumpulkan
data, agar data lebih akurat dan nyata. Kemudian hasil dari pengamatan tersebut
dilakukannya evaluasi. Dalam pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan melalui
proses yang terdiri dari 4 tahap yaitu : perencanaan (planning), pelaksanaan
tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi, dapat digambarkan
sebagai berikut :
Gambar 3.1
Tahapan Penelitian
C. Prosedur Penelitian Tindakan
Untuk meningkatkan keterampilan motorik halus anak agar dapat berkembang
dengan baik. maka prosedur penelitian yang akan dilaksanakan mengacu pada
tahap kegiatan penelitian tindak kelas menurut Kemmis dan Mc Taggart, yang
melalui empat tahap, yaitu : (1) perencanaan (planning). (2) Tindakan (action), (3)
Observasi (observing), (4) refleksi (reflection). Dan akan dilakukan perbaikan
47
pada siklus II jika diperlukan. Dimana pada masing-masing siklus mempunyai
langkah-langkah sebagai berikut :
1. Observasi Awal
Sebelum penelitian dilakukan peneliti melakukan pencarian tempat penelitian
yang ingin diteliti, setelah mendapatkannya, peneliti melanjutkan ke tahap
meminta izin untuk melaksanakan sebuah penelitian di PAUD MUBINA. Peneliti
melakukan pengamtan terlebih dahulu terhadap proses pembelajaran di PAUD
MUBINA. Penelitian melakukan berdasarkan hasil pengamatan terhadap
permasalahan yang muncul.
Posisi peneliti dalam penelitian ini sebagai partisipan aktif, dimana tingkat
keikutsertaan peneliti berperan aktif sebagai pengamat. Kemudian hasil
pengamatan tersebut dievaluasi serta hasil pengamatan dan refleksi digunakan
sebagai bahan evaluasi selanjutnya. Kegiatan yang dilakukan peneliti diantaranya
melakukan berbagai persiapan pra penelitian seperti membuat perizinan
penelitian, menentukan waktu penelitian dan menentukan subjek penelitian.
Peneliti melakukan observasi di kelompok A yang berjumlah 12 anak yang
terdiri dari 5 anak laki-laki dan 7 anak perempuan, menurut hasil lapangan yang
didapatkan melalui observasi atau pengamatan secara langsung yang dilakukan
kurang lebih satu minggu yang dilakukan secara berturut-turut.
Pada kegiatan observasi ini peneliti mendapatkan ada beberapa anak yang
kesulitan dalam mengerjakan kegiatan yang berkaitan dengan keterampilan
motorik halus. Kegiatan yang dilakukan adalah ketika menulis, memegang
krayon, serta kesulitan dalam memegang gunting. Kesulitan ketika menulis
membuat hasil dari kegiatan tersebut tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh
guru, dan juga ketika memegang krayon anak tidak mewarnai sesuai garis yang
telah ditentukan dan pewarnaan pada gambar tidak full terwarnai. Begitu juga
dengan memegang gunting, ada beberapa anak yang kebingungan untuk
memasukan jari-jarinya ke lubang pegangan gunting, dan ketika mengoperasikan
guntingnya pun masih membutuhkan bantuan guru kelas.
48
Menurut hasil pengamatan peneliti, kegiatan di dalam kelas yang melibatkan
keterampilan motorik halus juga sangat terlalu membosankan bagi anak. Kegiatan
yang dilakukan sehari-hari hampir sama, yaitu menempel, mewarnai dan menulis.
Kegiatan tersebut akan sangat terasa membosankan bagi anak.
2. Perencanaan Tindakan
Kegiatan perencanaan tindakan dilakukan agar kegiatan peneliti tersusun
dengan rapih dan perencanaan dibutuhkan ketika hendak melakukan sesuatu
kegiatan. Pada kegiatan penelitian ini, peneliti membuat rencana untuk dua siklus.
Siklus kedua dilakukan apabila pada siklus pertama tidak menemukan
keberhasilan dalam meningkatkan keterampilan motorik halus anak. Tahap-tahap
yang akan dilakukan oleh peneliti, sebagai berikut :
a. Tahap Perencanaan
Membuat RPPH sesuai dengan RPPM yang telah ditentukan oleh pihak
sekolah pada siklus I ini mendapatkan tema tentang bangun datar, setelah
menentukan RPPH, tema dan sub tema. Selanjutnya membuat peraturan dalam
bermain slime.
Tabel 3.2
Perencanaan Tindakan Siklus I
Pertemuan
ke- Kegiatan Tema Catatan
Satu (1) Membentuk lingkaran
dengan slime
Bangun
Datar C.D 1
Dua (2) Membentuk segitiga
dengan slime
Bangun
Datar C.D 2
Tiga (3) Membentuk setengah
lingkaran dengan slime
Bangun
Datar C.D 3
Empat (4) Membentuk persegi
dengan slime
Bangun
Datar C.D 4
Lima (5) Membentuk persegi
panjang dengan slime
Bangun
Datar C.D 5
49
Pada siklus II ini, peneliti memberikan warna pada slimenya. Untuk laki-
laki berwarna hijau dan untuk perempuan berwarna merah muda. Sehingga anak-
anak tidak merasa bosan hanya dengan bermain slime berwarna putih.
Tabel 3.3
Perencanaan Tindakan Siklus II
b. Pelaksanaan Tindakan
Tahap pelaksanaan tindakan ini adalah proses selanjutnya dari tahap
perencanaan yang telah dibuat sebelumnya. Pada tahap ini dimana kegiatan
belajar mengajar dilaksanakan dalam lima kali untuk siklus I dan lima kali
pertemuan untuk siklus ke II.
Sebelum dilakukannya tindakan di PAUD MUBINA ini peneliti melakukan
beberapa tes untuk mengetahui keterampilan motorik halus anak sebelum
dilakukannya kegiatan bermain slime ini. Peneliti melakukan kegiatan tes
sebanyak tiga kali, yaitu ketika sebelum ke siklus satu, setelah melakukan siklus
satu dan setelah melakukan siklus dua. Pada siklus pertama agar peneliti
mengetahui di mana kelebihan serta kekurangan di dalam siklus satu agar dapat
diperbaiki pada siklus dua
Pertemuan ke- Kegiatan Tema Catatan
Enam (6) Membentuk pohon
dengan menggunakan
slime
Tumbuhan C.D 6
Tujuh (7) Membentuk bunga
dengan slime Tumbuhan C.D 7
delapan (8) Membentuk Rumah
dengan menggunakan
slime
Rumah C.D 8
sembilan (9) Membentuk Rumah dan
awan dengan slime Rumah C.D 9
Sepuluh (10) Membentuk rumah,
awan dan pohon dengan
slime
Rumah C.D 10
50
Table 3.4
Pelaksanaan siklus I
No. Tindakan Kegiatan awal Kegiatan Inti Kegiatan Akhir Media Tema
1. Bermain slime
dengan
membentuk
lingkaran
- Guru
mengucapkan
salam dan
dijawab oleh
anak-anak
-
- Guru
mengajak
anak untuk
bernyanyi-
nyanyi
- Guru
menjelaskan
tentang
bangun datar
- Guru
menjelaskan
peraturan,
cara bermain
serta
bahayanya
jika tidak
mengikuti
peraturan
tentang cara
bermain slime
- Guru
membagikan
slime sesuai
dengan wadah
yang telah
diberi nama
- Guru
memberikan
contoh
membentuk
lingkaran
dengan
menggunakan
slime
- Guru
mendokumenta
sikan hasi
karya anak
- Mencuci
tangan
- berdoa
slime
Bangun datar
2. Bermain slime
dengan
membentuk
segitiga
- Guru
mengucapkan
salam dan
dijawab oleh
anak-anak
- Guru
membimbing
anak-anak
untuk
membaca doa
sehari-hari
- Guru
menjelaskan
tentang
bangun datar
- Guru
menjelaskan
peraturan,
cara bermain
serta
bahayanya
jika tidak
mengikuti
- Guru
mendokumenta
sikan hasi
karya anak
- Mencuci
tangan
- Guru
melakukan
Tanya jawab
- Berdoa
Slime Bangun datar
51
peraturan
tentang cara
bermain slime
- Guru
membagikan
slime sesuai
dengan wadah
yang telah
diberi nama
- Guru mebrikan
contoh
membentuk
segitiga
dengan slime
3. Bermain slime
membentuk
setengah
lingkaran
- Guru
mengucapkan
salam dan
dijawab oleh
anak-anak
- Berdoa
sebelum
belajar
- Guru
mengajak
anak untuk
bernyanyi-
nyanyi
- Guru
mengajak
anak untuk
senam
- Guru
menjelaskan
tentang
bangun datar
- Guru
mencontohkan
membuat
bentuk segitiga
dengan
menggunakan
slime
- Guru
mendokumenta
sikan hasi
karya anak
- Mencuci
tangan
- Guru
memberikan
reward
(bintang
ditangan )
- Berdoa setelah
selesai belajar
Slime Bangun datar
4. bermain slime
membentuk
persegi
panjang
- Guru dan
anak-anak
melakukan
doa sebelum
belajar
bersama-
sama
- Guru
membimbing
a anak untuk
membaca
surah pendek
- Dan guru
membimbing
anak
- Guru
menjelaskan
bangun datar
- Guru
mencontohkan
membuat
persegi
panjang
dengan
menggunakan
slime
- Guru
mendokument
asikan hasil
karya anak
- Guru
melakukan
Tanya jawab
- Guru
memberikan
apresiasi
- Berdoa setelah
selesai belajar
Slime Bangun datar
52
membaca doa
sehari-hari
5. bermain slime
membentuk
persegi
- Guru dan
anak-anak
melakukan
doa bersama
sebelum
belajar
- Guru
mengucapka
n salam
- Guru mulai
memainkan
sebuah
permainan
- Anak-anak
praktik sholat
- Guru
menjelaskan
tentang
bangun datar
- Guru
mencontohkan
membuat
persegi
dengan
menggunakan
slime
- Guru
mendokumenta
sikan hasil
karya anak
- Memberikan
reward bintang
di tangan
- Guru
melakukan
Tanya jawab
- Berdoa setelah
selesai belajar
Slime Bangun datar
Table 3.5
Pelaksanaan siklus II
No Tindakan Awal Inti Penutup Media Tema
1. Bermain slime
membentuk
pohon
- Guru dan anak-
anak
mengucapkan
salam
- Guru
membimbing
anak untuk
membaca doa
sebelum belajar
- Guru mengajak
anak untuk
bernyanyi
- Guru
membagikan
slime yang telah
diberi pewarna
- Guru melakukan
tanya jawab
tentang pohon
- Guru
memberikan
contoh
membentuk
pohon dengan
slime
- Guru
Mendokumentas
ikan hasil karya
anak
- Memberikan
apresiasi
- Membaca doa
setelah belajar
Slime Tanaman
2. Bermain slime
membentuk
bunga
- Guru dan anak-
anak
mengucapkan
salam
- Guru
membimbing
anak untuk
membaca doa
sebelum belajar
- Guru melakukan
tanya jawab
tentang bunga
- Guru
memberikan
contoh
membentuk
Bunga
menggunakan
- Guru
mendokumenta
sikan hasil
karya anak
- Guru
memberika
apresiasi
- Membaca doa
setelah belajar
Slime Tanaman
53
- Guru membuat
sebuah
permainan
slime
3. Bermain slime
mebentuk
rumah
- Guru dan anak-
anak
mengucapkan
salam
- Guru
membimbing
anak untuk
membaca doa
sebelum belajar
- Guru dan anak
membaca doa
sehari-hari
- Guru mengajak
anak untuk
senam
- Guru melakukan
tanya jawab
tentang rumah
- Guru
memberikan
contoh
membentuk
rumah dengan
menggunakan
slime
- Guru
mendokumenta
sikan hasil
karya anak
- Guru
memberikan
bintang
- Guru dan anak
membaca doa
setelah selesai
belajar
Slime Rumah ku
4. Bermain slime
membentuk
rumah dan
awan
- Guru dan anak-
anak
mengucapkan
salam
- Guru
membimbing
anak untuk
membaca doa
sebelum belajar
- Guru dan anak
bermain kosa
kata bahasa
arab dan
inggris
- Guru
memberikan
buku tugas anak
- Guru
mencontohkan
membentuk
pohon dengan
menggunakan
slime
- Guru
mendokumenta
sikan hasil
karya anak
- Guru
memberikan
apresiasi
- Membaca doa
setelah selesai
belajar
Slime Rumah ku
5. Bermain slime
membentuk
rumah, awan
dan pohon
- Guru dan anak-
anak
mengucapkan
salam
- Guru
membimbing
anak untuk
membaca doa
sebelum belajar
- Guru dan anak
berlatih kosa
kata bahasa
arab dan
inggris
- Guru melakukan
tanya jawab
tentan rumah
- Guru
mencontohkan
membuat rumah,
awan dan pohon
menggunakan
slime
- Guru
mendokumenta
sikan hasil
karya anak
- Guru
memberikan
apresiasi
- Membaca doa
setelah belajar.
Slime Rumah ku
54
3. pengamatan
Observasi dapat dilakukan sendiri oleh peneliti atau kolabolator, yang
memang diberi tugas untuk hal itu. Pada saat monitoring pengamat haruslah
mencatat semua peristiwa atau hal yang terjadi di kelas penelitian.65
Kegiatan
observasi ini digunakan juga untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan
kegiatan tersebut.
Pelaksanaan observasi dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung
dengan pedoman pada lembar observasi yang telah dibuat oleh peneliti. Hal yang
harus diamati oleh observer adalah aktivitas anak selama berlangsungnya proses
pembelajaran, keterampilan motorik halus pada anak, dan aktivitas guru dalam
meningkatkan keterampilan motorik halus pada anak.
4. Refleksi
Pada prinsipnya yang dimaksud dengan relfeksi ialah perbuatan merenung
atau memikirkan sesuatu atau upaya evaluasi yang dilakukan oleh para
kolaborator atau partisipan yang terkait dengan suatu PTK yang dilaksanakannya.
Refleksi ini dilakukan dengan kolaboratif, yaitu adanya diskusi terhadap berbagai
masalah yang terjadi di kelas penelitian, berdasarkan refleksi ini pula suatu
perbaikan tindakan (replanning) selanjutnya dilakukan.66
Pada tindakan refleksi ini adalah tahap terakhir dalam pelaksanaan PTK. Pada
tahap ini bisa mengetahui kelebihan dan kekurangan pada siklus kegiatan pertama
dan juga sebagai penentu apakah kegiatan siklus berikutnya perlu dilakukannya
modifikasi.
D. Kriteria Keberhasilan Tindakan
Penelitian tindakan kelas diasumsikan berhasil bila dilakukan tindakan
perbaikan kualitas pembelajaran, maka akan berdampak terhadap perbaikan
65
Wijaya Kusuma, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta : PT Indeks, 2012), h 40. 66
Wijaya Kusuma, Op, Cit, h 40.
- Guru dan anak
membaca doa
sehari-hari
55
perilaku siswa dan hasil belajar. Urutan indikator secara logika/ilmiah disusun
kembali menjadi:
1. Indikator keberhasilan kualitas proses pembelajaran minimal „baik‟
(indikator ini tujuan umum dari penelitian)
2. Indikator keberhasilan perbaikan perilaku siswa(misalnya aspek motivasi
belajar, minat belajar, kekatifan anak, kerjasama, dan lain-lain
3. Indikator keberhasilan hasil belajar secara klasikal minimal 75% dari
jumlah anak yang mencapai nilai yang ditetapkan.67
E. Data dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Pengamatan/observasi
Pengamatan atau observasi adalah proses pengambilan data dalam penelitian
dimana peneliti atau pengamat melihat situasi penelitian. Observasi sangat sesuai
digunakan dalam penelitian yang berhubungan dengan kondisi/interaksi belajar-
mengajar, tingkah laku, dan interaksi kelompok. Untuk mencapai tujuan
pengamatan, diperlukan adanya pedoman pengamatan.68
b. Wawancara
Wawancara adalah metode pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan
secara lisan kepada subjek yang diteliti. Wawancara memiliki sifat yang luwes,
pertanyaan yang diberikan dapat disesuaikan dengan subjek, sehingga segala
sesuatu yang ingin diungkapkan dapat digali dengan baik.69
Data yang digunakan adalah data yang dapat menggambarkan bagaimana
kondisi awal dan bagaimana keberhasilan dan ketidakberhasilan penelitian ini,
yang menjadi fokus peneliti adalah peningkatan keterampilan motorik halus anak
melalui bermain slime. Untuk dapat mengetahui apakah kegiatan bermain slime
dapat meningkatkan keterampilan motorik halus anak maka data yang dibutuhkan
67
Saur Tampubolo, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta : Erlangga 2014) h 56. 68
Wijaya Kusuma, Op, Cit, h 66. 69
Wijaya Kusuma, Op, Cit, h 77.
56
adalah hasil karya anak ketika sedang bermain bentuk dengan menggunakan slime
yang didokumentasikan oleh peneliti.
sumber data pada penelitian ini diperoleh dari Kelompok A dengan jumlah
12 anak. Untuk mengetahui sejauh mana peningkatan keterampilan motorik halus
melalui kegiatan bermain slime dengan teknik observasi, wawancara dan
pelaksanaan tindakan :
Tabel 3.6
Sumber Data
No Jenis Data Sumber Data Teknik
1 Motorik Halus Guru
Anak
Observasi
Wawancara
Pelaksanaan
Tindakan
2 Kegiatan bermain slime Guru
Anak
Observasi
Wawancara
Pelaksanaan
Tindakan
F. Teknik Pengumpulan Data
Peneliti harus dapat mengumpulkan data selama melaksanakan penelitian.
Data itu diperoleh melalui berbagai cara untuk mengetahui jenis data yang
diteliti. Jenis data yang akan dikumpulkan dan akan digunakan sebagai dasar
untuk menilai keberhasilan atau ketidakberhasilan tindakan perbaikan
pembelajaran yang dicobakan.
1. Jenis Instrumen
Instrumen penelitian ini digunakan untuk menggali seluruh data yang
diperlukan untuk memecahkan suatu masalah dalam kegiatan penelitian
dengan menggunakan berbagai metode penelitian. Instrumen yang digunakan
dalam penelitian tindakan kelas ini adalah :
a. Observasi (Observation)
Sebenarnya observasi merupakan suatu proses yang alami, di mana kita
semua sering melakukannya. Baik secara sadar maupun tidak sadar di dalam
57
kehidupan sehari-hari. Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan jalan pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis,
objektif dan rasional mengenai berbagai fenomena, untuk mencapai tujuan.
b. Daftar Cek (Check List)
Daftar cek adalah suatu daftar yang berisi subjek dan aspek-aspek yang akan
diamati. Melalui daftar cek memungkinkan seseorang mencatat tiap-tiap kejadian
(betapapun kecilnya), tetapi dianggap penting. Ada bermacam-macam aspek
perbuatan yang biasanya dicantumkan dalam daftar cek (v) pada tiap-tiap aspek
tersebut sesuai dengan hasil pengamatannya.
c. Studi Dokumentasi
Dokumen artinya bahan-bahan tertulis. Studi dokumentasi adalah teknik
untuk mempelajari dan menganalisis bahan-bahan tertulis kantor atau sekolah,
seperti : silabus, program tahunan, program bulanan, rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) dan lain-lain.70
G. Variabel Penelitian
a. Definisi Konseptual
Keterampilan motorik halus anak usia 4-5 tahun mencakup gerakan
tubuh dengan otot kecil yang terkoordinasi antara mata dan tangan,
koordinasi bilateral, keterampilan manipulasi tangan.
b. Definisi Operasional
Motorik halus adalah aktivitas yang melibatkan bagian-bagian tubuh
tertentu saja yang diatur oleh otot-otot kecil pada tubuh seperti pergelangan
tangan, jari jemari, agar melatih kelincahan, ketelitian, dan koordinasi
mata-tangan berfungsi dengan baik. Keteranpilan motorik halus dapat
diukur dengan daftar cek (Check List) yang diturunkan dari RPP yang
memuat indikator pencapaian perkembangan anak yang sudah ditetapkan
sebelumnya dengan penjabaran berikut :
70
Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan, (Bandung : PT Remaja Rosda Karya 2011), h 230-243.
58
BB : Belum Berkembang
MB : Mulai Berkembang
BSH : Berkembang Sesuai Harapan
BSB : Berkembang Sangat Baik
1. Belum Berkembang (MB) dengan skor 1 bila anak belum menguasai
indikator yang diberikan atau sama sekali belum menguasai dan
menyelesaikan kurang dari 24 % kegiatan yang dilakukan.
2. Mulai Berkembang (MB) dengan skor 2 bila anak mampu menguasai
indikator yang diberikan dengan sedikit kesulitan dan menyelesaikan 25%
sampai 49% kegiatan yang dilakukan.
3. Berkembang Sesuai Harapan (BSH) dengan skor 3 bila anak mampu
menguasi indikator yang diberikan dengan sedikit bantuan dan
menyelesaikan hampir 50% sampai 74% kegiatan yang dilakukan.
4. Berkembang Sangat Baik (BSB) dengan skor 4 bila anak mampu
menguasai indikator yang diberikan dengan baik dan menyelesaikan 75%
sampai 100% kegiatan yang dilakukan.
c. Kisi - Kisi Instrumen
Instrumen merupakan komponen kunci dalam suatu penelitian.
Mutu istrumen akan menentukan mutu data yang digunakan dalam
penelitian.
Tabel 3.7
Kisi-Kisi Instrumen
Variabel Aspek Indikator
Instrument
1 2 3 4
BB MB BSH BSB
Motorik Halus Koordinasi
Bilateral
(Bilateral Hand
Use)
- Merobek kertas
dengan
menggunakan dua
tangan
59
Koordinasi Mata
dan Tangan (Eye
Hand Use)
Keterampilan
Manipulasi
- Menangkap dengan
dua tangan
- Mengeluarkan slime
dari cup
- Membentuk bangun
datar dengan slime
- Membuka serta
menutup tutup botol
- Menggunting
berbagai media
dengan pola lurus,
lengkung, segitiga,
miring
- Meronce dengan
sedotan sesuai pola
- Memasang dan
melepas kancing
- Meremas slime
- Menarik slime
- membuat berbagai
bentuk dari slime
- Membentuk
gambar yang
dicontohkan guru
60
Table 3.8
Instrumen Pengamatan
No Indikator
Instrument
1 2 3 4
BB MB BSH BSB
1. Merobek kertas dengan menggunakan dua tangan
2. Menangkap dengan dua tangan
3. Mengeluarkan slime dari cup
4. Membentuk bangun datar dengan slime
5. Membuka serta menutup tutup botol
6. Menggunting berbagai media dengan pola lurus,
lengkung, segitiga, miring
7. Meronce dengan sedotan sesuai pola
8. Memasang dan melepas kancing
9. Meremas slime
10. Menarik slime
11. membuat berbagai bentuk dari slime
12. Membentuk gambar yang dicontohkan guru
Table 3.9
Rubrik Penilaian Keterampilan Motorik Halus
1. Indikator : merobek kertas dengan menggunakan dua tangan
Penjelasan :
Anak dapat merobek kertas dengan dua tangan.
Penilaian butir ini dilakukan dengan memperhatikan deskriptor, yaitu kegiatan
pengembangan :
b. Anak mampu memegang kertas dengan dua tangan
c. Anak mampu merobek ketas
61
d. Anak mengerjakan tanpa bantuan guru
2. Indikator : menangkap bola dengan dua tangan
Penjelasan :
Anak dapat menangkap bola dengan dua tangan.
Penilaian butir ini dilakukan dengan memperhatikan deskriptor, yaitu kegiatan
pengembangan :
a. Anak mampu menangkap bola
b. Anak menagkap bola dengan dua tangan
c. Anak menangkap bola tanpa bantuan guru
Skala penilaian Penjelasan
1 Tidak satupun deskriptor yang nampak
2 Satu deskriptor yang nampak
3 Dua deskriptor yang Nampak
4 Semua deskriptor yang nampak
3. Indikator : mengeluarkan slime dari cup
Penjelasan :
Anak mengeluarkan slime dari cup dengan bersih
Penilaian butir ini dilakukan dengan memperhatikan deskriptor, yaitu kegiatan
pengembangan :
a. Anak menggunakan dua tangan untuk mengeluarkan slime
b. Seluruh slime keluar dari cup tanpa tersisa
c. Mengeluarkan slime tidak dibantu dengan guru
Skala penilaian Penjelasan
1 Tidak satupun deskriptor yang nampak
2 Satu deskriptor yang nampak
3 Dua deskriptor yang Nampak
4 Semua deskriptor yang nampak
62
Skala penilaian Penjelasan
1 Tidak satupun deskriptor yang nampak
2 Satu deskriptor yang nampak
3 Dua deskriptor yang Nampak
4 Semua deskriptor yang nampak
4. Indikator : meniru membentuk bangun datar dengan slime
Penjelasan :
Anak menirukan bentuk bangun datar dengan menggunakan slime.
Penilaian butir ini dilakukan dengan memperhatikan deskriptor, yaitu kegiatan
pengembangan :
a. Anak mampu membentuk bangun datar sesuai dengan yang dicontohkan
b. Anak menggunakan dua tangan
c. Anak mampu mengerjakan tanpa bantuan guru
Skala penilaian Penjelasan
1 Tidak satupun deskriptor yang nampak
2 Satu deskriptor yang nampak
3 Dua deskriptor yang Nampak
4 Semua deskriptor yang nampak
5. Indikator : membuka serta menutup tutup botol
Penjelasan :
Anak membuka dan menutup tutup botol.
Penilaian butir ini dilakukan dengan memperhatikan deskriptor, yaitu kegiatan
pengembangan :
a. Anak mampu memegang botol dengan dua tangan
b. Anak mampu mrmbuka botol dengan satu tangan
c. Anak mampu membuka dan menutup tutup botol tanpa bantuan guru
63
6. Indikator : menggunting dengan berbagai media dengan pola lurus,
lengkukng, segitiga dan miring.
Penjelasan :
Anak dapat memegang gunting dan menggunting.
Penilaian butir ini dilakukan dengan memperhatikan deskriptor, yaitu kegiatan
pengembangan :
a. Anak mampu memasukan jari kedalam lubang gunting dengan benar
b. Anak mampu menggunting pola
c. Anak menggunting tanpa bantuan guru
7. Indikator : meronce dengan sedotan sesuai pola
Penjelasan :
Anak memasukan sedotan kedalam tali sesuai pola
Penilaian butir ini dilakukan dengan memperhatikan deskriptor, yaitu kegiatan
pengembangan :
a. Anak mampu memasukkan sedotan kedalam tali
b. Anak mampu melakukan meronce dengan dua tangan
c. Anak mampu mengerjakan tanpa bantuan guru
Skala penilaian Penjelasan
1 Tidak satupun deskriptor yang nampak
2 Satu deskriptor yang nampak
3 Dua deskriptor yang Nampak
4 Semua deskriptor yang nampak
Skala penilaian Penjelasan
1 Tidak satupun deskriptor yang nampak
2 Satu deskriptor yang nampak
3 Dua deskriptor yang Nampak
4 Semua deskriptor yang nampak
64
8. Indikator : memasang dan melepas kancing baju
Penjelasan :
Anak memasang dan melepas kancing pada baju
Penilaian butir ini dilakukan dengan memperhatikan deskriptor, yaitu kegiatan
pengembangan :
a. Anak mampu memasang kancing dengan dua tangan
b. Anak mampu melepas kancing dengan dua tangan
c. Anak mampu melakukan tanpa bantuan guru
9. Indikator : meremas slime
Penjelasan :
Anak meremas slime dengan seluruh jari menggenggam slime
Penilaian butir ini dilakukan dengan memperhatikan deskriptor, yaitu kegiatan
pengembangan :
a. Anak mampu menggenggam slime penuh di tangan
b. Anak mampu melepaskan slime yang ada ditangan setelah meremas
c. Anak meremas tanpa bantuan guru
Skala penilaian Penjelasan
1 Tidak satupun deskriptor yang nampak
2 Satu deskriptor yang nampak
3 Dua deskriptor yang Nampak
4 Semua deskriptor yang nampak
Skala penilaian Penjelasan
1 Tidak satupun deskriptor yang nampak
2 Satu deskriptor yang nampak
3 Dua deskriptor yang Nampak
4 Semua deskriptor yang nampak
65
10. Indikator : menarik slime
Penjelasan :
Anak menarik slime dengan dua tangan.
Penilaian butir ini dilakukan dengan memperhatikan deskriptor, yaitu kegiatan
pengembangan :
a. Anak
b. Anak menggunakan dua tangan ketika menarik slime
c. Anak melakukan tanpa bantuan guru
11. Indikator : membuat berbagai bentuk dengan slime
Penjelasan :
Anak membuat berbagai bentuk dengan jelas menggunakan slime.
Penilaian butir ini dilakukan dengan memperhatikan deskriptor, yaitu kegiatan
pengembangan :
a. Anak membuat bentuk dengan slime
b. Anak membuat bentuk dengan jelas dengan slime
c. Anak mengerjakan tanpa bantuan guru
Skala penilaian Penjelasan
1 Tidak satupun deskriptor yang nampak
2 Satu deskriptor yang nampak
3 Dua deskriptor yang Nampak
4 Semua deskriptor yang nampak
Skala penilaian Penjelasan
1 Tidak satupun deskriptor yang nampak
2 Satu deskriptor yang nampak
3 Dua deskriptor yang Nampak
4 Semua deskriptor yang nampak
66
12. Indikator : anak membentuk gambar yang dicontohkan guru dengan slime
Penjelasan :
Anak membentuuk gambar yang telah dicontohkan guru dengan slime.
Penilaian butir ini dilakukan dengan memperhatikan deskriptor, yaitu kegiatan
pengembangan :
a. Anak mampu menirukan sesuai dengan perintah
b. Anak mampu menggunakan dua tangan
c. Anak melakukan tanpa bantuan guru
H. Validasi Instrumen
Dalam metode ilmiah, validitas menempati posisi yang menentukan, karena
hal ini terkait dengan nilai kebenaran atau dapat dipercaya dari suatu klaim
pengetahuan serta dengan objektivitas hasilnya.71
Validitas adalah suatu ukuran
yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen.
Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validasi tinggi. Sebaliknya,
71
Uhar Suharsaputra, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitataif, dan Tindakan, (Bandung : 2014),
h 272.
Skala penilaian Penjelasan
1 Tidak satupun deskriptor yang nampak
2 Satu deskriptor yang nampak
3 Dua deskriptor yang Nampak
4 Semua deskriptor yang nampak
Skala penilaian Penjelasan
1 Tidak satupun deskriptor yang nampak
2 Satu deskriptor yang nampak
3 Dua deskriptor yang Nampak
4 Semua deskriptor yang nampak
67
instrument yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah.72
Validitas yang
digunakan dalam instrumen ini adalah :
1. Expert Judgement
Expert Judgement dalam pengertian praktisnya adalah pertimbangan/
pendapat ahli/ orang yang berpengalaman. Dalam hal ini, expert Judgement
adalah pendapat orang yang berpengalaman/ ahli dilakukan melalui : (1)
diskusi kelompok (group discussion), dan (2) teknik Delphi. Metode
pengambilan subjek penelitian kali ini menggunakan teknik expert Judgement
melalui Group Discussion, adalah suatu proses diskusi yang melibatkan para
pakar (ahli) untuk mengidentifikasi masalah analisis penyebab masalah,
menentukan cara-cara penyelesaian masalah, dan mengusulkan berbagai
alternativ pemecahan masalah dengan mempertimbangkan sumber daya yang
tersedia.73
I. Validasi Data
Validitas adalah derajat yang menunjukan sejauh mana hasil tersebut berguna
(relavan) sebagai petunjuk untuk guru tertentu, serta kekuatannya untuk memberi
informasi dan argumen tentang meningkatkan praktik pendidikan di masyakarakat
professional yang lebih luas.74
1. Triangulasi
Triangulasi adalah membandingkan persepsi sumber data/informan yang
satu dengan yang lain di dalam/mengenai situasi yang sama : misal : persepsi
situasi mengajar ditinjau dari (1) guru, (2) siswa, (3) pengamat.
72
Suharsimi Arikuntoro, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Rineka Cipta : Jakarta
2014 ), h 211. 73
I Gede Sudirtha, Pengembangan Instrumen Asesmen Kinerja Dasar Tata Rias, JPTK,
UNDIKSHA, Vol 11, No 2, Juli 2014, h. 68. 74
Wijaya Kusuma, Op, Cit, h 85.
68
2. Member Check
Yaitu memeriksa kembali keterangan-keterangan atau informasi daya yang
diperoleh selama observasi atau wawancara dan narasumber yang relavan
dengan PTK. Dalam hal ini, dilakukan guna menguji seberapa besar
kebenaran yang ada di dalam data penelitian dan guru di TK tersebut. 75
J. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian tindakan secara umum sama dengan
penelitian lainnya dalam menerapkannya, baik itu menggunakan analisis data
kuantitaif maupun analisis data kualitatif atau bahkan kombinasi dari kedua
cara tersebut.76
1. Analisis Data Kuantitatif
Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden
atau sumber data lain terkumpul. Analisis data merupakan salah satu cara
menganalisiis data selama mengadakan penelitian. Penelitian ini
termaksuk penelitian kuantitatif dan kualitatif. Secara kuantitatif data
yang terkumpul dianalisa secara deskriptif presentase. Tingkat perubahan
yang terjadi diukur dengan persen. Jumlah anak yang mampu mencapai
indikator keberhasilan dibagi jumlah seluruh anak yang diteliti dikalikan
seratus persen. Maka diketahui presentase dari tingkat keberhasilan
tindakan. Hal tersebut dapat diketahui dengan rumus :
P = F x 100%
N
F = Frekuensi yang sedang dicari presentasenya.
N = Number of Cases (jumlah frekuensi /banyaknya individu).
P = Angka presentase.
Sedangkan secara kualitatif menerangkan anak dan guru yang diperoleh
melalui observasi, wawancara dan tugas kerja secara penelitian berlangsung.77
75
Wijaya Kusuma, Op, Cit, h 83. 76
Uhar Suharsaputra, Op, Cit, h 272. 77
Daroah, Bercerita Dengan Media Audio Visual Di Kelompok B1 RA PERWANIDA O2 Slawi.
(Semarang : 2013), h 49.
69
2. Analisis Data Kualitatif
Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan
data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu.
Pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang
diwawancarai. Bila jawaban yang diwawancarai setelah dianalisis terasa belum
memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi, sampai tahap
tertentu, diperoleh data yang dianggap kredibel. Menurut Miles and Huberman
yang dikutip oleh Sugiyono, mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data
kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai
tuntas. Langakah-langkah analisis ditunjukkan pada gambar dibawah :
Gambar 3.2
Analisis Data Kualitatif
Berdasarkan gambar tersebut terlihat bahwa, setelah peneliti melakukan
pengumpulan data, maka peneliti melakukan antisipatory sebelum melakukan
reduksi data. Anticipatory data reduction is accouring as the research decides
(often without full awareness) which conceptual frame work, which sites, which
research question, which data collection approaches to choose.78
78
Sugiono, Metode Penellitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, (Bandung : ALFABETA CV
2012), h 246.
70
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian
1. Deskripsi Umum
Berawal dari kebutuhan akan pendidikan anak pra sekolah yang dianggap
sangat penting untuk didapatkan oleh setiap anak sebelum memasuki pendidikan
dasar. Akan tetapi masyarakat merasa berat untuk memasukkan buah hati
mereka ke Taman Kanak-Kanak dikarenakan biaya yang cukup mahal. Maka
dari itu dari Yayasan Mubina berinisiatif dan merencanakan untuk mendirikan
suatu lembaga pendidikan untuk anak-anak usia dini khususnya yang berada
dilingkungan Jl. Swadaya ini.
Bermodalkan lahan seluas 30 m2
Milik Ibu Hj. Romlah yang tidak terpakai,
maka kami mendirikan tadika (Taman Pendidikan Anak) yang tepatnya berdiri
pada 5 mei 2010. Pada awalnya pendidikan ini dilakukan pada sore hari dengan
jumlah murid sekitar 60 orang anak. Seiring berjalannya waktu, Tadika Mubina
ini beralih nama pada tahun 2012 menjadi PAUD MUBINA yang pelaksanaan
sekolahnyapun dilaksanakan pada pagi hari. PAUD MUBINA ini asalnya
sekolah yang didirikan untuk kamu Dhuafa dan gratis.
Gambar 4.1
Kondisi PAUD Mubina Bekasi
71
Adapun kondisi keadaan anak-anak pada tahun ajaran 2018/2019
sebagaimana tertera pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.1
Keadaan Siswa PAUD MUBINA bekasi Tahun 2018/2019
Kelompok Jumlah Siswa Total
Laki-Laki Perempuan
A 5 7 12
B 7 9 16
Play Group 3 3 6
Jumlah 15 19 34
Tabel 4.2
Nama Tenaga Kependidikan (Guru) PAUD MUBINA Tahun
2018/2019
No Nama Kelas Mengajar
1. Uriyah S Pd.i Kepala Sekolah
2. Nani Nurhayati, A.Md Guru
3. Sri Handayani Guru
4. Sri Mulyani Guru
5. Parti Guru
6. Dewi Quraisy, A.Md Guru
7. Eva N. A Kejora, S Pd.I Guru
2. Deksripsi Khusus
a. Deksripsi Data dan Pra Penelitian (Pra Siklus)
Setelah peneliti mendapatkan infomasi tentang bagaimana keadaan di
PAUD MUBINA baik keadaan anak-anaknya maupun keadaan guru secara
keseluruhan, maka peneliti menentukan subjek penelitian (sampel) yakni anak
usia 4-5 tahun yang akan dijadikan sasaran dalam penelitian ini. Peneliti
melakukan penelitian pada kelompok A karna sesuai dengan tahapan usia yang
72
sudah direncanakan oleh peneliti. Kelompok A berjumlah 12 anak. Berikut
sampel anak yang dijadikan subjek penelitian.
Tabel 4.3
Nama Anak Kelompok A PAUD Mubina
No Nama Siswa Usia Alamat
1. ANZ 5 Tahun Jl. Swadaya raya
2. AK 5 Tahun Jl. Swaday V
3. AR 5 Tahun Jl. Cempaka
4. DZR 5 Tahun Jl. Swadaya Raya
5. EW 5 Tahun Jl. Swadaya Raya
6. EPS 5 Tahun Jl. Swadaya III
7. SR 5 Tahun Jl. Swadaya 1
8. NNM 5 Tahun Jl. Swadaya Raya
9. NMS 5 Tahun Jl. Swadaya IV
10. RAA 5 Tahun Jl. Swadaya 1A
11. SJN 5 Tahun Jl. Melati III
12. SPA 5 Tahun Jl. Cemerlang 2
Data awal tentang keterampilan motorik halus anak kelompok A PAUD
MUBINA diperoleh dengan melakuan observasi awal. Observasi awal dilakukan
pada tanggal 1-4 Oktober 2018. Peneliti kolaboratif dengan guru kelas untuk
melakukan assessmen pada awal melakukan observasi tentang keterampilan
motorik halus anak pada pra-intervensi yang dilakukan pada tanggal 5 Oktober
2018.
Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan guru kelompok A
PAUD Mubina, kegiatan wawancara ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana
proses pembelajaran yang berkaitan dengan motorik halus pada anak. Setelah
melakukan kegiatan wawancara, hasil wawancara dapat dilihan pada lampiran
(CW-1). Setelah melakukan wawancara, peneliti melakukan kolaborasi dengan
guru kelompok A untuk melakukan assesmen perkembangan motorik halus anak
pada pra-intervensi dalam rangka mengetahui kondisi awal keterampilan motorik
73
halus anak. Kegiatan pra-intervensi ini melibatkan seluruh anak pada kelompok A
yang berjumlah 12 anak.
Pada kegiatan pra-intervensi ini dilakukan menggunakan instrumen yang
mengukur sejauh mana keterampilan motorik halus anak dengan 12 butir
pernyataan yang terkait dengan keterampilan motorik halus. Penilaian anak
dibagi menjadi 4 penilaian yang menunjukkan keterampilan motorik anak, yaitu
jika anak sangat terampil dapat menunjukkan keterampilan motorik halus dengan
baik (tanpa bimbingan/bantuan sama sekali) maka anak diberikan skor 4,
terampil jika anak dapat menunjukkan keterampilan motorik halus dengan sedikit
bimbingan/bantuan maka akan diberi skor 3, selanjutnya cukup terampil jika
anak sudah mulai dapat menunjukkan keterampilan motorik halusnya hanya
masih membutuhkan bimbingan/bantuan maka diberi skor 2, kurang terampil jika
anak sama sekali belum dapat menunjukkan keterampilan motorik halusnya
(sangat membutuhkan bimbingan/bantuan) maka diberi skor 1.
Setelah mendapatkan data dan subjek penelitian, maka peneliti
melakukan observasi dan pra penelitian dikelompok A selama 5 hari yaitu senin,
selasa, rabu, kamis dan jumat. Peneliti mempersiapkan instrumen penelitiannya
dan juga skornya untuk setiap aspek keterampilan motorik halus anak.
1) Hasil Pertama Observasi
Pada hari pertama observasi peneliti melakukan peneliti melakukan
kunjangan ke PAUD untuk memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan
kunjungan kepada bagian Tata Usaha sekaligus meminta izin untuk mengadakan
penelitian di PAUD Mubina kepada Kepala Sekolah. Peneliti menemui ibu
Kepala Sekolah yaitu Ibu Uriyah S Pd.i. kemudian peneliti menjelaskan maksud
dan tujuan kedatangan peneliti untuk mengadakan penelitian di Kelompok A.
Kepala sekolah merespon dengan sangat baik atas izin yang diajukan oleh
peneliti. Kepala sekolah bersedia untuk mengizinkan peneliti untuk melakukan
penelitiannya di PAUD Mubina yaitu pada kelompok A. kegiatan observasi tidak
dilakukan pada hari Senin, karna adanya kegiatan pemeriksaan dari Pos Yandu.
Kegiatan peneliti pada hari pertama observasi dilakukan di luar lingkungan
sekolah. Dan untuk kegiatan esok hari dilakukan di dalam kelas kelompok A.
74
2) Hasil Kedua Observasi
Peneliti datang lebih awal dari waktu yang telah ditentukan, agar peneliti bisa
mengobservasi lagi dengan sangat baik. kepala sekolah memperkenalkan peneliti
kepada guru kelompok A, selanjutnya peneliti memperkenalkan diri kepada guru
kelompok A dan menjelaskan maksud dan tujuan peneliti datang kesekolah.
Setelah berkenalan peneliti diberi izin untuk memulai kegiatan observsasi.
peneliti mengamati anak-anak dari sebelum masuk kelas hingga pulang
sekolah. Setiap pagi guru-guru menyambut anak di depan gerbang sekolah dan
anak-anak mengucapkan salam dan bersalaman kepada guru-guru sebelum
masuk kedalam kelas. Setelah anak-anak masuk kedalam kelas, anak-anak
menaruh tas di loker yang telah disediakan dan mengambil botol minum di dalam
tas untuk diletakan di loker yang telah disediakan. Ada beberapa anak-anak yang
setelah menaruh tas diloker lalu kembali keluar kelas untuk bermain dan ada juga
yang bermain di dalam kelas. Bel telah berbunyi yang menandakan waktu masuk
kelas. Ibu Sri guru kelompok A mengajak anak-anak untuk masuk kedalam kelas.
Kegiatan pertama di dalam kelas diawali dengan membaca doa sebelum
belajar, membaca surat-surat pendek Al-Quran dan membaca hadits-hadits
sederhana. Setelah membaca doa Ibu Sri mengajak anak-anak untuk bernyanyi
dan bermain sebelum masuk pada kegiatan inti.
Lalu Ibu Sri memperkenalkan peneliti kepada anak-anak. Dan memberi
kesempatan peneliti untuk memperkenalkan dirinya kepada anak-anak dan
meminta izin kepada anak-anak kelompok A untuk ikut belajar dan bermain
bersama. Dan anak-anak menjawab “boleh” dengan malu-malu. Kegiatan
selanjutnya yaitu menulis di buku latihan anak, kegiatan ini dilakukan bersama-
sama dengan Ibu Sri guru kelompok A.
75
Gambar 4.2
Anak Melakukan Kegiatan Menulis
Dari kegiatan menulis yang dilakukan peneliti mengamati dan menemukan
banyak anak ketika sedang melakukan kegiatan menulis ada anak yang belum
benar dalam memegang pensil. Ada yang masih menggenggam dengan semua
jari seperti pada gambar di atas. Dan ada anak yang tidak mau untuk melakukan
kegiatan menulis. Selesai kegiatan menulis pukul 10.00, sebagian anak-anak ada
yang bermain diluar kelas dan ada juga yang makan, tepat pukul 10.30 Ibu Sri
menyiapkan anak-anak untuk pulang sekolah, anak-anak bersiap pulang sekolah
dengan membaca surat Al-Ashr dan doa penutup majilis, setelah selesai anak-
anak bersalaman dengan guru dan peneliti.
3) Hasil Ketiga Observasi
Hari ketiga observasi peneliti mengamati anak-anak dari sebelum masuk
kelas hingga pulang sekolah. Setiap pagi guru-guru menyambut anak didepan
gerbang sekolah dan anak-anak mengucapkan salam dan bersalaman kepada
guru-guru sebelum masuk kedalam kelas. Setelah anak-anak masuk kedalam
kelas, anak-anak menaruh tas di loker yang telah disediakan dan mengambil
botol minum didalam tas untuk diletakan di loker yang telah disediakan. Ada
beberapa anak-anak yang setelah menaruh tas diloker kembali keluar kelas untuk
bermain dan ada juga yang bermain didalam kelas. Bel telah berbunyi yang
menandakan waktu masuk kelas.
76
Kegiatan pada hari rabu ini diawali dengan senam pagi bersama dan juga
kegiatan makan bersama yang dilakukan di pendopo. kegiatan senam diikuti oleh
seluruh kelompok A, B dan PG serta guru-guru PAUD Mubina. Setelah kegiatan
senam di lanjutkan dengan kegiatan makan bersama juga yang dilakukan
dipendopo.
Gambar 4.3
Kegiatan Senam dan Makan Bersama
Pada kegiatan makan bersama ini peneliti juga mengamati bahwa ada
beberapa anak kelompok A yang belum mampu dalam memegang sendok makan
dengan benar. Kegiatan makan bersama selesai dan anak-anak diarahkan untuk
mencuci tangan dan piringnya masing-masing sebelum kembali kekelasnya.
Mengakiri hari ini Ibu Sri mengajak anak untuk berdoa setelah belajar, dan
membaca surat Al-Ashr serta membaca hadits-hadits bersama. Kegiatan ini
dilakukan didalam kelas kelompok A.
4) Hasil Observasi Ke Empat
Hari ke empat observasi peneliti mengamati anak-anak dari sebelum
masuk kelas hingga pulang sekolah. Setiap pagi guru-guru menyambut anak
didepan gerbang sekolah dan anak-anak mengucapkan salam dan bersalaman
kepada guru-guru sebelum masuk kedalam kelas. Setelah anak-anak masuk
kedalam kelas, anak-anak menaruh tas di loker yang telah disediakan dan
mengambil botol minum didalam tas untuk diletakan di loker yang telah
disediakan. Ada beberapa anak-anak yang setelah menaruh tas diloker kembali
keluar kelas untuk bermain dan ada juga yang bermain didalam kelas. Bel telah
77
berbunyi yang menandakan waktu masuk kelas. Ibu Sri guru kelompok A
mengajak anak-anak untuk masuk kedalam kelas.
Kegiatan hari ini Ibu Sri mengajak anak-anak untuk bernyanyi “rumah” dan
tanya jawab tentang ada apa saja di dalam rumah. Dan anak-anak menjawab
pertanyaan yang diajukan oleh Ibu Sri. Kegiatan selanjutnya adalah menempelkan
stik ice cream untuk membentuk gambar rumah dan juga pagar.
Gambar 4.4
Anak Melakukan Kegiatan Menempel Stik ice cream Untuk Membentuk Rumah
Ada anak yang tidak mau untuk memegang stik ice cream dan lem dan
ada juga yang kebingungan ketika harus menggunakan kedua tangannya untuk
memegang stik dan memberi lem pada stik serta menempelnya, sesuai dengan
yang ada pada gambar di atas. Pembelajaran hari ini berakhir sampai pukul
10.30 dengan diselingi istirahat dan makan selama 30 menit.
a. Analisis Gambaran Awal Pembelajaran di Kelompok A
Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan selama 4 hari, dan
berdasarkan bukti foto dan bagaimana gambaran pembelajaran sebagaimana
diuraikan pada deskripsi diatas, diperoleh gambaran umum bahwa
pengembangan keterampilan motorik halus anak pada kelompok A perlu
dikembangkan dengan kegiatan bermain yang lebih menyenangkan dan
membuat anak merasa senang ketika melakukan kegiatan yang berkaitan dengan
keterampilan motorik halus anak.
78
Berdasarkan hasil yang diperoleh melalui kegiatan observasi dapat
disimpulkan bahwa keterampilan motorik halus anak perlu ditingkatkan lagi
dengan memberikan stimulus yang menyenangkan yang membuat anak merasa
senang ketika sedang bermain dan memberikan media pembelajaran yang baru
untuk anak agar potensi yang dimiliki anak dapat berkembang dengan maksimal.
b. Refleksi Gambaran Awal Pembelajaran
Berdasarkan hasil analisis yang diperoleh melalui kegiatan observasi
terhadap pemberlajaran yang dilakukan di PAUD Mubina Kelompok A. bahwa
masih ada kekurangan yang perlu diperbaiki. Anak-anak kurang semangat ketika
melakukan pembelajaran seperti menulis, melem yang berkaitan untuk
meningkatkan keterampilan motorik halus. Oleh karena itu, perbaikan yang
dilakukan antara lain adalah merancang kegiatan pembelajaran yang mendorong
anak untuk mampu mengembangkan keterampilan motorik halus dengan
kegiatan yang menyenangkan sambil bermain.
Untuk mengetahui kondisi keterampilan motorik halus, peneliti melakukan
pra penelitian yang dilakukan berdasarkan instrument yang telah diuji coba
kepada anak-anak. Kegiatan mengamati dilakukan oleh guru dan peneliti pada
saat kegiatan belajar mengajar. Berdasarkan hasil observasi dan pra tindakan
yang dilakukan kepada anak-anak kelompok A yang berjumlah 12 anak, maka
hasil keterampilan motorik halus anak kelompok A PAUD Mubina adalah
sebagai berikut :
Tabel 4.4
Gambaran Penilaian Awal Pra Penelitian
No Nama Siswa Total Presentase (%)
1. ANZ 14 29%
2. AK 12 25%
3. AR 12 25%
4. DZR 13 27%
5. EW 14 29%
79
6. EPS 12 25%
7. SR 12 25%
8. NNM 12 25%
9. NMS 12 25%
10. RAA 12 25%
11. SJN 13 27%
12. SPA 12 25%
b. Deskripsi Data dan Hasil Intervensi Tindakan
1. Perencanaan Tindakan Siklus 1
Pada siklus I tindakan yang dilakukan secara bertahap selama lima kali
pertemuan dimulai dari tanggal 08 oktober 2018 pada hari senin sampai
dengan 12 oktober 2018 pada hari jum‟at. Sebelum melakukan tindakan,
peneliti dan kolaborator mendiskusikan program tindakan yang akan
dilakukan. Selain itu, peneliti menyiapkan alat dokumentasi berupa kamera.
Peneliti mengadakan penelitian dengan perencanaan sebagai berikut :
1. Membuat satuan perencanaan tindakan yang akan diberikan kepada
anak yang telah disusun terlebih dahulu dan didiskusikan bersama
kolabolator. Pemberian kegiatan ditekankan untuk meningkatkan
keterampilan motorik halus anak usia 4-5 tahun melalui kegiatan
bermain slime
2. Membuat RPPH dengan mengintergrasikan kegiatan yang menstimulus
keterampilan motorik halus
3. Menyiapkan alat dokumentasi berupa foto dan video
Table 4.5
Desain Pelaksanaan Tindakan Siklus 1
No Tindakan Tema Awal Inti Akhir Kode
Cataan
1 Bermain
slime
membentuk
lingkaran
Bangun
data
Berdoa
bersama,
mengucapkan
salam,
Guru
menjelaskan
tentang
macam-
Mendokumentasikan
hasil karya anak dan
melakukan tanya
jawab
CL.01
80
apresiasi macam
bangun datar
Guru
menunjukkan
gambar
lingkaran
Guru
mencontohkan
membentuk
lingkaran
dengan slime
2 Bermain
slime
membentuk
segitiga
Bangun
datar
Berdoa
berssama,
mengucapkan
salam dan
bernyanyi
Guru
menjelaskan
tentang
macam-
macam
bangun datar
Guru
menunjukkan
gambar
segitiga
Guru
mencontohkan
membentuk
segtiga
dengan slime
Mendokumentasikan
hasil karya anak,
memberikan
apresiasi dan
melakukan tanya
jawab
CL.02
3. Bermain
slime
membentuk
setengah
lingkaran
Bangun
datar
Berdoa
bersama,
mengucapkan
sama dan
bernyanyi
serta senam
Guru
menjelaskan
tentang
macam-
macam
bangun datar
Guru
menunjukkan
gambar
setengah
lingkaran
Guru
mencontohkan
membuat
Mendokumentasikan
hasil karya anak,
memberikan
apresiasi dan
melakukan tanya
jawab
CL.03
81
bentuk
setengah
lingkaran
dengan slime
4 Bermain
slime
membentuk
persegi
panjang
Bangun
datar
Mengucapkan
sala, bedoa
sebelum
belajar dan
bernyanyi
serta bermain
Guru
menjelaslkan
macam-
macam
bangun datar
Guru
menunjukkan
gambar
persegi
panjang
Guru
mencontohkan
membuat
persegi
panjang
dengan slime
Mendokumentasikan
hasil karya anak,
memberikan
apresiasi, dan
melakukan tanya
jawab
CL.04
5 Bermain
slime
membentuk
persegi
Bangun
datar
Mengucapkan
salam, berdoa
sebelum
belajar dan
bernyanyi,
Praktik sholat
Guru
menunjukkan
gambar
persegi
Guru
mencontohkan
bentuk persegi
dengan slime
Mendokumentsikan
hasil karya anak,
melakukan tanya
jawab
CL.05
2. Tindakan Siklus 1
a. Pertemuan 1
Pertemuan 1 berlangsung pada hari senin 08 oktober 2018 pada pukul
08.30-10.30. peneliti bersama guru PAUD yang lain mengikuti kegiatan upacara
bersama anak-anak dilapangan PAUD MUBINA, setelah selesai kegiatan
upacara, peneliti bersama Ibu Sri yaitu guru kelas memasuki ruangan
kelas.(CL.1) Ibu Sri mengkondisikan kelas agar menjadi tertib dan peneliti
82
menyiapkan media yang akan digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Peneliti
bersama bu Sri mengucapkan salam kepada anak anak.(CL.1)
“Assalamualaikum anak-anak”
“walaikumsallam bu guru”
Lalu peneliti bersama Ibu Sri beserta anak-anak berdoa sebelum kegiatan
pembelajaran. Lalu Ibu Sri memberi tahu kepada anak anak bahwa hari ini akan
ada kegiatan bermain bersama kakak Fia. Peneliti dipersilahkan untuk memberi
tahu kegiatan bermain apa yang akan dilakukan. Pada kegiatan hari ini peneliti
mengajak anak-anak untuk bereksplorasi terlebih dahulu dengan bermain slime
lalu dilanjutkan dengan membuat bentuk lingkaran menggunakan slime.(CL.1)
Guru memulai kegiatan pembelajaran dengan mengerjakan buku kegiatan
yang sebelumnya telah diisi, setelah kegaitan mengisi buku kegiatan selesai, guru
kelas memberikan waktu kepada peneliti untuk melakukan kegiatan bermain
slime. Sebelumnya peneliti mengajak anak untuk bernyanyi “tangan kanan dan
kiri”, anak anak mengikutinya dengan sangat antusias. Setelah kegiatan
bernyanyi, peneliti memberikan Tanya jawab kepada anak anak.(CL.1)
“ tadi kita bernyanyi apa ya ?”
“nyanyi tangan ka”
“iyah betul, kita tadi bernyanyi tangan kanan dan tangan kiri, coba sekarang
kakak mau tau, coba tangan kanan diangkat keatas”
Lalu semua anak- anak mengangkat tangannya
“pinter semua, sekarang coba tangan kirinya diangkat”
Lalu semua anak-anak mengangkat tangannya. Lalu peneliti menanyakan
“siapa yang tau ya tangan kanan digunakan untuk apa?”
“ untuk makan ka, untuk menulis, untuk menggambar ka, untuk cebok ka”
83
“Alhamdulillah pinter semua, tapi kalau tangan kiri fungsinya untuk
membersihkan kotoran?”
“Boleh ga kalau tangan kita gunakan untuk mencubit, memukul dan mendorong
teman?”
“tidak boleh ka” (CL.1)
Lalu peneliti menjelaskan tentang siapa yang menciptakan tangan kita dan
bagaimana kita merawat tangan kita. Lalu peneliti menerangkan bahwa fungsi
tangan juga untuk membentuk, bisa membentuk apa saja dengan menggunakan
apa saja juga. Salah satunya adalah dengan menggunakan slime. Peneliti
menjelaskan beberapa peraturan ketika bermain slime yaitu lengan baju harus
digulung agar slime tidak mengenai pakaian, tidak boleh cuci tangan ketika
sedang bermain slime, tidak memasukan slime kedalam mulut, tidak membuka
tutup cup sebelum semua teman mendapatkan slime, bermain dialas yang telah
disediakan, dan tidak menggangu slime milik temannya. Lalu anak-anak
memahami tentang peraturan yang telah dibuat. (CL.1)
Lalu peneliti membagikan alat dan bahan untuk bermain slime yaitu (1) alas
untuk bermain slime, (2) cup yang berisi slime. Pada kegiatan hari ini yaitu
membuat lingkaran dengan menggunakan slime, peneliti memberikan contoh
slime yang telah dibentuk lingkaran lalu anak-anak mengikuti kegiatan
membentuk lingkaran dengan menggunakan slime.(CL.1)
Gambar 4.5
Hasil membuat bentuk lingkaran dengan menggunakan slime
84
Kegiatan bermain dengan menggunakan slime berakhir. Anak-anak
diajarkan untuk menaruh kembali slime yang telah digunakan kedalam cup seperti
semula dan diajarkan untuk mencuci tangan secara bergaantian. Setelah pukul
10.00 guru mempersilahkan anak-anak untuk mengambil bekal makanannya.
Menjelang pukul 10.30 guru mempersiapkan anak-anak untuk pulang kerumah,
sebelumnya guru melakukan Tanya jawab tentang kegiatan hari ini yang
dilakukan, selanjutnya kegiatan pembelajaran ditutup dengan membaca doa
setelah makan dan minum serta QS. Al-Ashr dan doa selesai belajar.(CL.1)
b. Pertemuan 2
Hari kedua berlangsung pada tanggal 09 okt 2018 pada hari selasa, pukul
08.30-10.30. kegiatan pembelajaran hari ini dilakukan tidak didalam kelas, yaitu
di pendopo. Ibu Sri bersama peneliti mengajak anak-anak untuk belajar di
pendopo, anak-anak bersiap serta membawa tas dan juga botol minum masing
masing, Ibu Sri membawa media untuk kegiatan pembelajaran begitu juga dengan
peneliti yang membawa media untuk kegiatan bermain slime.(CL.2) Sesampainya
dipendopo anak-anak melakukan kegiatan circle time dipandu oleh Ibu Sri,
kegiatan circle time diisi dengan kegiatan berdoa bersama, dan bernyanyi bersama
sebelum masuk pada kegiatan inti.(CL.2)
Kegiatan bermain slime pada hari ini adalah membuat bentuk segitiga
diatas alas yang sudah digambar segitiga sebelumnya oleh peneliti. Kegiatan
pembelajaran pertama di isi oleh Ibu Sri dengan melakukan kegiatan bermain
kartu huruf, anak anak menebak huruf apa yang akan muncul dikartu, setelah
kegiatan selesai anak-anak diarahkan untuk melakukan kegiatan menggosok gigi,
Ibu Sri menyiapkan peralatan untuk melakukan kegiatan gosok gigi, sedangkan
peneliti membantu untuk mengkondisikan pendopo agar tetap tertib. Selesai
melakukan kegiatan menggosok gigi, anak anak dipersilahkan untuk makan siang
yaitu pada pukul 10.00. setelah selesai makan siang, anak-anak diajak untuk
melakukan kegiatan bermain slime. Anak-anak sangat antusias dengan bermain
slime. (CL.2)
85
Sebelum melakukan kegiatan bermain slime peneliti menunjukkan dan
menanyakan tentang bentuk apa yang dipegang oleh peneliti. Lalu anak-anak
menjawab,
“segitiga ka, kaya pizza”
“pinter semuanya, segitiga bisa kita gambar jadi apa ya?”
“jadi pizza, jadi kolam berenang ka”
“iyah betul, segitiga bisa kita gunakan untuk menggambar atap rumah”(CL.2)
Setelah melakukan kegiatan Tanya jawab seputar segitiga. Peneliti memberikan
pertanyaan tentang peraturan apa saja ketika bermain slime. Alhamdulillah anak-
anak masih ada beberapa yang ingat. Peneliti membagikan media pendukung
bermain slime yaitu, alas bermain slime dan juga cup yang berisi slime. Peneliti
menunjukkan hasil slime yang telah jadi dibentuk segitiga mengikuti ruang yang
sudah digaris dan menunjukkan bagaimana cara mengerjakannya. (CL.2)
Gambar 4.6
Hasil karya anak bermain slime membentuk segitiga
Kegiatan bermain slime pada hari ini selesai, anak-anak dibiasakana
menaruh kembali slime kedalam cup seperti semula. Dan anak-anak juga
mencuci tangan dengan sabun setelah bermain slime. Menjelang pukul 10.30
guru mempersiapkan anak-anak untuk pulang sekolah. Guru melakukan kegiatan
evaluasi dengan Tanya jawab kepada anak-anak tentang kegiatan apa saja yang
sudah dilakukan hari ini. Selanjutnya kegiatan ditutup dengan bersama-sama
86
membaca doa QS. Al-Ashr dan doa selesai belajar serta bernyanyi
sayonara.(CL.2)
c. Pertemuan 3
Hari ketiga berlangsung pada tanggal 10 oktober 2018 pada hari selasa,
berlangsung pada pukul 08.30-10.30. kegiatan yang dilakukan pada pertemuan
ketiga adalah bermain slime dengan membentuk setengah llingkaran. Dalam
kegiatan ini akan melatih keterampilan motorik halus pada anak (koordinasi mata
dengan tanga, keterampilan memanipulasi dan keterampilan menggunakan
tangan kanan dan tangan kiri secara seimbang.(CL.3)
Kegiatan pertama diawali dengan kegiatan circle time dengan kegaitan
rutin yaitu berdoa bersama sebelum melakukan kegiatan hari ini, kegiatan kedua
yaitu senam pagi yang dilakukan oleh seluruh anak-anak PAUD Mubina beserta
guru dan juga peneliti. Setelah kegaitan senam selesai kegiatan selanjutnya
adalah kegiatan makan bersama.(CL.3)
Kegiatan makan bersama dilakukan di pendopo, kegiatan itu diikuti oleh
seluruh anak-anak PAUD Mubina beserta dengan seluruh guru, kegiatan makan
bersama dilakukan setiap hari rabu. Dari pukul 09.35-10.38. setelah kegiatan
makan bersama selesai, anak-anak dibiasakan untuk mencuci alat makannya
masing-masing yang telah digunakan serta cuci tangan setelah makan.(CL.3)
Setelah selesai kegiatan makan bersama, anak-anak diajak untuk masuk
keruangan kelas untuk melanjutkan kegiatan selanjutnya, yaitu bermain
slime.(CL.3)
Peneliti mengajak anak-anak untuk bernyanyi teko kecil terlebih dahulu
untuk membuat anak-anak semangat. Setelah bernyanyi teko kecil peneliti
menanyakan kepada anak-anak.(CL.3)
“bentuk apa ini?” sambil menunjukkan gambar lingkaran, lalu anak-anak
menjawab
“lingkaran ka”
87
“alhamduliah pinter, kalau ini bentuk apa?” sambil menunjukkan gambar bentuk
setengah lingkaran. Lalu anak-anak terdiam
“ini namanya bentuk setengah lingkaran, bentuk apa sayang?”
“setengah lingkaran ka” dan dilakukan beberapa kali.(CL.3)
Setelah anak-anak mulai mengetahui bentuk setengah lingkaran, peneliti
mengajak anak-anak untuk membuat bentuk setengah lingkaran dengan
menggunakan slime. Peneliti mulai membagikan alat untuk bermain slime, dan
peneliti juga menanyakan kembali peraturan apa saja yang harus ditaati ketika
sedang bermain slime.(CL.3) Peneliti mulai membagikan alas untuk bermain
slime dan juga cup yang berisi slime. Peneliti juga memberikan contoh
bagaimana cara mengeluarkan slime dan membuat setengah lingkaran.(CL.3)
Gambar 4.7
Hasil kegiatan bermain slime membentuk setengah lingkaran
Kegiatan bermain slime pada hari ini selesai, anak-anak dibiasakana
menaruh kembali slime kedalam cup seperti semula. Dan anak-anak juga
mencuci tangan dengan sabun setelah bermain slime. Menjelang pukul 10.30
guru mempersiapkan anak-anak untuk pulang sekolah. Guru melakukan kegiatan
evaluasi dengan Tanya jawab kepada anak-anak tentang kegiatan apa saja yang
sudah dilakukan hari ini. Selanjutnya kegiatan ditutup dengan bersama-sama
membaca doa QS. Al-Ashr dan doa selesai belajar serta bernyanyi
sayonara.(CL.3)
88
d. Pertemuan 4
Pertemuan ke-4 berlangsung pada hari kamis, 11 oktober 2018 pada pukul
08.30-10.30. kegiatan pembelajaran hari ini dilakukan di pendopo. Anak-anak
menuju pendopo dengan membawa tas serta botol minum masing-masing,
peneliti membawa media untuk bermain dan media pembelajaran bersama
dengan Ibu Sri.(CL.4) Sesampainya di pendopo, guru dan peneliti mengajak
anak-anak untuk circle time untuk membaca doa sebelum belajar, berlatih
menghitung angka 1-10 dan juga bernyanyi bersama.(CL.4)
Kegiatan bermain slime hari ini adalah anak membuat bentuk segi empat
di atas alas yang sudah disediakan oleh peneliti. Sebelum melakukan kegiatan,
peneliti menanyakan kegiatan kemarin bermain slime bagaimana dan membentuk
apa, dan anak-anak menjawabnya. Kegiatan pertama anak-anak dilatih untuk
menulis angka 1-10 pada buku lembar kegiatan yang dicontohkan oleh Ibu
Sri.(CL.4) Setelah anak-anak selesai melakukan kegiatan menulis angka, anak-
anak dipersilahkan untuk mencuci tangan karna ingin makan siang. Anak-anak
berbaris untuk mencuci tangan, setelah itu anak-anak mengambil bekalnya
masing-masing dan saling berbagi makanan kepada temannya yang tidak
membawa makanan. Setelah kegiatan makan selesai anak-anak dibiasakan cuci
tangan setelah makan dan berdoa sesudah makan.(CL.4)
Kegiatan selanjutnya adalah bermain slime membentuk persegi,
sebelumnya peneliti menggambarkan macam-macam bentuk yang sudah dibuat
dengan media slime lalu anak-anak menyebutkannya dengan sangat antusias.
Lalu peneliti menggambarkan bentuk selanjutnya yang hari ini akan digambar,
yaitu persegi.(CL.4) Peneliti membagikan alas untuk bermain slime dan cup yang
berisi slime, lalu peneliti menanyakan peraturan apa saja yang harus dilakukan
ketika sedang bermain slime dan anak anak menjawab satu persatu. Setelah
selesai membagikan alas, peneliti mempersilahkan mengeluarkan slime dari cup
dan mulai membentuk persegi dengan menggunakan slime. Peneliti juga
memberi contoh bagaimana cara membuat bentuk persegi.(CL.4)
89
Gambar 4.8
Hasil kegiatan bermain slime membentuk persegi
Kegiatan bermain slime pada hari ini selesai, anak-anak dibiasakana
menaruh kembali slime kedalam cup seperti semula. Dan anak-anak juga
mencuci tangan dengan sabun setelah bermain slime. Menjelang pukul 10.30
guru mempersiapkan anak-anak untuk pulang sekolah. Guru melakukan kegiatan
evaluasi dengan Tanya jawab kepada anak-anak tentang kegiatan apa saja yang
sudah dilakukan hari ini. Selanjutnya kegiatan ditutup dengan bersama-sama
membaca doa QS. Al-Ashr dan doa selesai belajar serta bernyanyi
sayonara.(CL.4)
e. Pertemuan 5
Pertemuan kelima berlangsung pada hari jumat tanggal 12 oktober 2018
pada pukul 08.30-10.30. pembelajaran hari ini dilakukan di pendopo, karna
setiap hari jumat diadakannya praktik sholat dan membaca hadits serta surat
pendek yang diikuti oleh kelompok A dan B serta didampingi oleh guru kelas
masing-masing kelompok.(CL.5)
Kegiatan ibadah dilakukan pukul 08.45-09.30. setelah kegiatan ibadah
selesai, kelompok B kembali kekelasnya masing-masing dan didampingi guru
kelasnya. Kelompok A tetap dipendopo karna akan melakukan kegiatan
pembelajaran dan bermain di pendopo.(CL.5) Tepat pukul 09.40 anak-anak
bersiap untuk makan, anak-anak mulai diarahkan berbaris keluar pendopo untuk
cuci tangan sebelum makan. Pukul 09.55 kegiatan makan selesai dan anak-anak
mencuci tangan dna merapihkan peralatan makannya setelah makan. Ibu Sri
90
membantu anak-anak untuk mencuci tangan dan peneliti menyiapkan alat dan
bahan untuk bermain slime.(CL.5)
Kegiatan hari ini adalah bermain slime membentuk persegi panjang.
Peneliti menyiapkan alat dan bahan. Dan anak-anak dipersilahkan untuk duduk
ditempatnya masing-masing. Lalu peneliti membagian alas yang telah diberi
gambar persegi kepada anak-anak.(CL.5) Peneliti juga tidak lupa menanyakan
peraturan apa saja yang harus ditaati ketika sedang bermain slime. Dan anak-
anak menjawab dengan satu persatu. Setelah peneliti membagikan alas dan juga
cup yang berisi slime, peneliti memberikan contoh gambar persegi panjang yang
telah jadi dengan menggunakan slime dan menunjukkan bagaimana cara
membuatnya.(CL.5)
Gambar 4.9
Hasil Kegiatan Bermain Slime Membentuk Persegi Panjang
Kegiatan bermain slime pada hari ini selesai, anak-anak
dibiasakana menaruh kembali slime kedalam cup seperti semula. Dan anak-anak
juga mencuci tangan dengan sabun setelah bermain slime. peneliti tidak lupa
untuk mengabadikan hasil karya anak-anak pada hari ini, Menjelang pukul 10.30
guru mempersiapkan anak-anak untuk pulang sekolah. Guru melakukan kegiatan
evaluasi dengan Tanya jawab kepada anak-anak tentang kegiatan apa saja yang
sudah dilakukan hari ini. Selanjutnya kegiatan ditutup dengan bersama-sama
membaca doa QS. Al-Ashr dan doa selesai belajar serta bernyanyi
sayonara.(CL.5)
91
c. Pengamatan
Pengamatan sangat diperlukan dalam penelitan ini, termasuk pengamatan atas
kinerja guru di lapangan. Pengamatan dilakukan saat pelaksanaan tindakan di
kelas oleh kolabolator dengan menggunakan lembar instrument pemantau
tindakan. Peneliti dan kolabolator melakukan analisis proses sejauh mana
aktivitas guru dalam melakukan tindakan dan aktivitas anak selama proses
pembelajaran terlaksana sesuai dengan perencanaan tindakan yang telah dibuat.
Hasil untuk tiap kali tindakan digambarkan menjadi dua penjelasan, yaitu secara
kualitatif dan kuantitatif.
1) Hasil Pengamatan Secara Kualitatif
Dari hasil yang dilakukan selama 5 kali pertemuan dalam satu minggu, dapat
disimpulkan bahwa keterampilan motorik halus anak melalui kegiatan bermain
slime pada siklus I mengalami peningkatan yang cukup baik dari sebelum yang
dilakukan dengan tindakan bermain slime. Seperti pada aspek Koordinasi
Billateral (penggunaan dua tangan secara seimbang) sebelum dilakukannya
tindakan, anak-anak lebih cenderung melakukan kegiatan yang menggunakan
dua tangan secara seimbang dengan bantuan guru, dan belum terbiasa
menggunakan kedua tangan dalam melakukan semua kegiatan termasuk kegiatan
menggambar dan kegiatan yang berkaitan dengan motorik. Setelah diberikan
tindakan selama 5 kali pertemuan, 6 anak terampil menggunakan kedua
tangannya dalam melakukan kegiatan yang berhubungan dengan motorik seperti,
menulis, menggunting dan memegang. 3 anak termasuk pada kategori cukup
terampil dalam melakukan kegiatan ini. Dan 3 orang anak mampu melakukan
kegiatan ini dengan bantuan guru. Berbeda sebelum dilakukannya tindakan,
hanya ada dua anak yaitu ANZ dan EW yang berada pada kategori cukup dalam
melakukan kegiatan ini.
Pada aspek hand eye coordination (Koordinasi Mata-Tangan), ada 7 anak
yang terampil melakukan kegiatan ini, ada 3 anak yang cukup terampil dalam
melakukan kegiatan ini dan ada 2 anak yang mampu melakukan kegiatan ini
dengan bantuan guru.
92
aspek hand skill manipulation (keterampilan manipulasi) pada aspek ini
terdapat 2 anak yang mandiri melakukan kegiatan dan sudah cukup baik dalam
melakukan kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan manipulasi. Dan ada 8
anak yang cukup terampil dalam melakukan kegiatan yang berhubungan dengan
kegiatan manipulasi, da nada 2 anak yang melakukan kegiatan keterampilan
manipulasi ini dengan bantuan guru.
Untuk proses pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas, guru bersama
peneliti melakukan kegiatan pengamatan terhadap kegiatan dari awal sampai
akhir kegiatan. Berikut ini merupakan tabel mengenai data kegiatan
pembelajaran pada siklus I
Tabel 4.6
Data Kegiatan Pembelajaran Siklus I
Aspek yang diamati Ya Tidak Keterangan
I Pra pembelajaran
1. Menyiapkan ruangan
untuk pembelajaran
v Setiap pertemuan sebelum
kegiatan dimulai, guru selalu
menyiapkan ruangan untuk
melakukan kegiatan
2. Menyiapkan media, alat
bermain dan
pembelajaran
V Setiap pertemuan, setelah
menyiapkan ruangan guru
selalu menyiapkan media alat
dan bahan untuk melakukan
kegiatan pembelajaran dan
bermain slime.
3. Melihat kesiapan anak V Setiap hari sebelum
melakukan kegiatan guru
selalu melihat kesiapan anak
sebelum melakukan kegiatan
pembelajaran
4. Pengelola Kelas V Mengatur posisi duduk anak
93
sebelum melakukan kegiatan
pembelajaran
II Membuka
Pembelajaran
1. Melakukan kegiatan
awal
V Guru mendampingi
melakukan kegiatan
awal,salam sapa dan doa
2. Memberikan penjelasan
yang berkaitan dengan
kegiatan bermain slime
V Guru memberikan penjelasan
mengenai kegiatan bermain
dengan menggunakan bahan
dan media yang sudah
disediakan oleh peneliti
III Kegiatan Inti
1. guru menguasai materi
kegiatan yang akan
dilakukan
V Guru menyampaikan materi
yang berhubungan dengan
aspek yang akan diamati
2. Melaksanakan kegiatan
bermain slime
v Guru dan anak melakukan
kegiatan sesuai dengan
perencanaan yang telah
disusun oleh peneliti
3. Guru memberikan
keleluasaan kepada anak
untuk membentuk sesuai
dengan yang diinginkan
anak
V Dalam bermain slime, anak
diberika kebebasan untuk
membentuk apa saja, namun
ketika selesai melakukan
kegiatan yang telah
direncanakan oleh peneliti
dan tetap mengarah kepada
aspek-aspek yang telah
ditentukan
4. Mengalokasikan waktu V Menggunakan waktu secara
94
dalam kegiatan bermain
slime sesuai dengan
rencana yang telah
disusun oleh peneliti
efektif dan seefesien
mungkin, sehingga anak
memiliki waktu yang cukup
dalam melakukan kegiatan
bermain slime.
Pada kegiatan yang telah dilakukan pada siklus I selama lima kali pertemuan,
peneliti melakukan wawancara terhadap guru mengenai kegiatan pembelajaran
bermian slime dan media serta alat dan bahan yang digunakan untuk bermain
slime,sebagai berikut.
Tabel 4.7
Wawancara Kegiatan Bermain Slime Pada Siklus I
Yang Diwawancarai : Ibu Sri
No Pertanyaan Jawaban
1. Bagaimanakah pendapat Ibu ketika sudah
diberikannya kegiatan bermain slime selama 5
kali pertemuan, pada kelompok A?
Alhamdulillah, setelah kegiatan bermain
slime, beberapa keterampilan motorik
halus anak mulai kelihatan meningkat
dengan baik. misalnya AR sudah mampu
memegang lem dan objek dengan kedua
tangannya. Dan anak menyukai bermain
slime karena itu kegiatan yang jarang
dilakukan anak dan juga menyenangkan.
2. Pada penelitian selanjutnya yaitu pada siklus ke
II, apakah ibu mempunyai masukan/saran agar
pada penelitian selanjutnya dapat berjalan
dengan maksimal?
Pada proses pembelajaran dan kegiatan
bermain kakak Fia saya rasa sudah
cukup, mungkin sebelum kegiatan
bermain slimenya, bisa diajukan
beberapa perjanjian agar permainan tetap
kondusif.
95
Berdasarkan deskripsi tersebut di atas, dapat dilihat bahwa ada beberapa anak
yang masih kurang terampil dalam beberapa aspek keterampilan motorik halus,
namun rata-rata anak sudah mengalami peningkatan dari setiap aspek seotelah
dilakukannya tindakan pada siklus I. untuk proses pembelajaran pada siklus I guru
dan peneliti melakukan pengamatan terhadap pembelajaran yang dilakukan
didalam kelas, dari awal pembelajaran hingga akhir pembelajaran.
2) Hasil Pengamatan Secara Kuantitatif
Hasil pengamatan secara kuantitatif pada keterampilan motorik halus
kelompok A PAUD Mubina melalui kegiatan bermain slime adalah :
Tabel 4.8
Point Kenaikan Pra Penelitian dan Siklus I
No Nama Skor
Pratindakan
% Skor Siklus
I
% Kenaikan Skor Kenaikan %
1 ANZ 14 29.1 32 66.6 18 37.5
2 AK 12 25 24 50 12 25
3 AR 12 25 17 35.4 5 10.4
4 DZR 13 27 30 62.5 17 35.4
5 EW 14 29.1 33 68.7 19 39.5
6 EPS 12 25 28 58.3 16 33.3
7 SR 12 25 29 60.4 17 35.4
8 NNM 12 25 23 47.9 11 22.9
9 NMS 13 27 28 58.3 15 31.25
10 RAA 12 25 28 58.3 16 33.3
11 SJN 13 27 29 60.4 16 33.3
12 SPA 12 25 29 60.4 17 35.4
Jumlah 151 26.2 330 57.2 179 31
Pada table tesebut, terlihat bahwa keterampilan motorik halus anak melalui
kegiatan bermain slime menunjukkan peningkatan. Skor total semua anak sebelum
dilakukannya tindakan berjumlah 151 dengan rata-rata skor presentase skor adalah
26% namun setelah dilakukannya tindakan pada siklus I skor keterampilan
motorik halus anak menjadi 330 dengan rata-rata presentase keterampilan motorik
halus adalah 57,2%. Kenaikan skor sebelumnya mencapai 179 dengan rata-rata
96
presentase 31%. Jika tabel tersebut digambarkan dalam diagram dapat dilihat
sebagai berikut :
Gambar 4.10
Perbandingan Keterampilan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Bermain
Slime pada Pra Penelitian dan Siklus I
d. Refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan siklus I dan melakukan evaluasi bersama
kolabolator kemudian diukur tingkat kemajuan dan keberhasilan anak melalui
kegiatan belajar mengajar, maka dengan perlunya kegiatan belajar mengajar yang
mampu meningkatkan keterampilan motorik malus anak. Berdasarkan pada
pengamatan siklus I maka dapat dibuat analisis sebagai berikut :
1. Pada aspek Billateral hand use (koordinasi Billateral) penggunaan tangan
kanan dan tangan kiri secara berimbang, terdapat 6 anak terampil dalam
melakukan kegiatan yang berhubungan dengan keterampilan bilateral,
terdapat 3 anak cukup terampil dalam mennggunakan tangan kanan dan
tangan kiri secara seimbang dan 3 anak juga cukup terampil dan masih
membutuhkan bantuan guru dalam melakukan kegiatan ini.
0
5
10
15
20
25
30
35
PRA PENELITIAN
SIKLUS I
97
2. Pada aspek hand aye coordination (koordinasi mata-tangan), ada 7 anak yang
terampil dalam melakukan kegiatan yang berhubungan dengan koordinasi
mata-tangan, 3 anak cukup terampil dan 2 anak yang mampu dengan
bimbingan guru .
3. Pada aspek hand skill manipulation (keterampilan manipulasi) pada aspek
ini terdapat 2 anak yang mandiri melakukan kegiatan dan sudah cukup baik
dalam melakukan kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan manipulasi.
Dan ada 8 anak yang cukup terampil dalam melakukan kegiatan yang
berhubungan dengan kegiatan manipulasi, da nada 2 anak yang melakukan
kegiatan keterampilan manipulasi ini dengan bantuan guru.
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan tentang kegiatan
bermain slime maka pada tindakan refleksi ini peneliti perlu melakukan
perubahan pada media slime karna pada siklus I sebagian anak-anak sudah
merasa mulai cepat bosan dengan kegiatan bermain slime.
Berdasarkan hasil refleksi yang dilakukan melalui kegiatan pengamatan
maka diputuskan bahwa penelitian ini perlu dilanjutkan ke siklus II agar
keterampilan motorik halus anak melalui kegiatan bermain slime dapat
meningkat dengan target yang diharapkan oleh peneliti.
c. Deskripsi Siklus II
Setelah melakuan refleksi berkenaan dengan tindakan pada siklus I, maka
peneliti dan kolabolator melanjutkan tindakan pada siklus berikutnya, yaitu
siklus II. Tindakan yang akan dilakukan pada siklus II ini adalah sebanyak 5 kali
pertemuan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut :
1. Perencanaan
Dari hasil refleksi pada siklus I, peneliti menyusun perencanaan
pembelajaran berkaitan dengan pelaksanaan tindakan pada siklus II. Adapun
yang dilakukan pada tahap perencanaan diantaranya adalah menyusun program
pembelajaran, mengalokasikan waktu untuk kegiatan tindakan, mendiskusikan
fokus pelaksanaan serta mempersiapkan bahan bermain slime yang digunakan
98
dalam proses meningkatkan keterampilan motorik halus anak kelompok A
PAUD Mubina. Adapun jadwal pelaksanaan siklus II sebagai berikut :
Tabel 4.9
Rencana Pelaksanaan Siklus II Kelompok A PAUD Mubina
Adapun pelaksanaannya tercantum dalam tabel 4.10 Berikut ini :
Tabel 4.10
Rencana Pelaksanaan Siklus II
Pertemuan ke- Kegiatan Waktu Kegiatan
Enam (6) Membentuk pohon
dengan menggunakan
slime
Senin, 15 Oktober 2018
Tujuh (7) Membentuk bunga
dengan slime
Selasa, 16 Oktober 2018
delapan (8) Membentuk Rumah
dengan menggunakan
slime
Rabu,17 Oktober 2018
sembilan (9) Membentuk Rumah dan
awan dengan slime
Kamis, 18 Oktober 2018
Sepuluh (10) Membentuk rumah,
awan dan pohon dengan
slime
Jumat, 19 Oktober 2018
No Tindakan Awal Inti Penutup Media Tema
1. Bermain slime
membentuk
pohon
- Guru dan anak-
anak
mengucapkan
salam
- Guru
membimbing
anak untuk
membaca doa
sebelum belajar
- Guru mengajak
anak untuk
bernyanyi
- Guru
membagikan
slime yang telah
diberi pewarna
- Guru melakukan
tanya jawab
tentang pohon
- Guru
memberikan
contoh
membentuk
pohon dengan
slime
- Guru
Mendokumentas
ikan hasil karya
anak
- Memberikan
apresiasi
- Membaca doa
setelah belajar
Slime Tanaman
2. Bermain slime
membentuk
bunga
- Guru dan anak-
anak
mengucapkan
salam
- Guru
membimbing
- Guru melakukan
tanya jawab
tentang bunga
- Guru
memberikan
contoh
- Guru
mendokumenta
sikan hasil
karya anak
- Guru
memberika
Slime Tanaman
99
anak untuk
membaca doa
sebelum belajar
- Guru membuat
sebuah
permainan
membentuk
Bunga
menggunakan
slime
apresiasi
- Membaca doa
setelah belajar
3. Bermain slime
mebentuk
rumah
- Guru dan anak-
anak
mengucapkan
salam
- Guru
membimbing
anak untuk
membaca doa
sebelum belajar
- Guru dan anak
membaca doa
sehari-hari
- Guru mengajak
anak untuk
senam
- Guru melakukan
tanya jawab
tentang rumah
- Guru
memberikan
contoh
membentuk
rumah dengan
menggunakan
slime
- Guru
mendokumenta
sikan hasil
karya anak
- Guru
memberikan
bintang
- Guru dan anak
membaca doa
setelah selesai
belajar
Slime Rumah ku
4. Bermain slime
membentuk
rumah dan
awan
- Guru dan anak-
anak
mengucapkan
salam
- Guru
membimbing
anak untuk
membaca doa
sebelum belajar
- Guru dan anak
bermain kosa
kata bahasa
arab dan
inggris
- Guru
memberikan
buku tugas anak
- Guru
mencontohkan
membentuk
pohon dengan
menggunakan
slime
- Guru
mendokumenta
sikan hasil
karya anak
- Guru
memberikan
apresiasi
- Membaca doa
setelah selesai
belajar
Slime Rumah ku
5. Bermain slime
membentuk
rumah, awan
dan pohon
- Guru dan anak-
anak
mengucapkan
salam
- Guru
membimbing
anak untuk
membaca doa
sebelum belajar
- Guru dan anak
berlatih kosa
- Guru melakukan
tanya jawab
tentan rumah
- Guru
mencontohkan
membuat rumah,
awan dan pohon
menggunakan
slime
- Guru
mendokumenta
sikan hasil
karya anak
- Guru
memberikan
apresiasi
- Membaca doa
setelah belajar.
Slime Rumah ku
100
2. Tindakan Siklus II
Pada tahap ini, peneliti bersama guru kelas melaksanakan tindakan dalam
rangka meningkatkan keterampilan motorik halus anak kelompok A dengan
kegiatan bermain slime. Deskripsi pelaksanaan tindakan pada siklus II dilakukan
selama 5 kali pertemuan adalah sebagai berikut.
a. Pertemuan ke-1
Pertemuan ke 1 dilakukan pada hari senin tanggal 15 oktober 2018. Pada
pertemuan kali ini, peneliti bersama guru mengajak anak untuk baris dilapangan
untuk mengadakan upacara pada hari senin. Anak-anak mengikuti upacara
dengan baik. setelah selesai upacara, anak-anak masuk kedalam kelas dengan
pemeriksaan kuku dan juga rambut secara bergantian.(CL.6)
Anak-anak masuk kelas dan duduk di kursinya masing-masing. Sebelum
melakukan kegiatan pembelajaran anak-anak bersama guru dan peneliti berdoa
sebelum belajar. Kegiatan pertama guru mengajak anak untuk bermain flash
card. Setelah itu guru mengajak anak untuk menulis beberapa huruf.(CL.6)
Ketika kegiatan mengenal huruf selesai, anak-anak diarahkan untuk makan
siang, sebelum kegiatan makan, anak-anak dibiasakan untuk cuci tangan dan
berdoa sebelum makan dan minum. Setelah kegiatan makan selesai anak-anak
dibiasakan untuk merapihkan bekal makanannya masing-masing.(CL.6) Setelah
kegiatan makan selesai peneliti dan guru mengajak anak untuk bermain diluar
yaitu di pendopo untuk bermain slime.(CL.6)
Kegiatan hari ini membuat bentuk pohon dengan menggunakan slime. peneliti
mengajak anak untuk bernyanyi “pohon mangga”, anak-anak bernyanyi dan
menari dengan sangat antusias. Peneliti juga menjelaskan tentang pohon, siapa
yang menciptakan pohon, bagaimana menjaga dan merawat pohon serta
kata bahasa
arab dan
inggris
- Guru dan anak
membaca doa
sehari-hari
101
bagaimana pohon itu hidup, peneliti menjelaskannya secara singkat. Setelah
menjelaskan tentang pohon secara singkat peneliti mulai menyiapkan alat dan
bahan untuk bermain slime. peneliti tidak lupa menanyakan peraturan tentang
bermain slime dan anak-anak menjawab dengan bergantian. Peneliti membagikan
alat bermain slime dan peneliti juga menunjukkan dan memberi contoh bagaimana
cara membuat bentuk pohon dengan menggunakan slime.(CL.6)
Gambar 4.11
Hasil Kegiatan Bermain Slime Membentuk Pohon
Kegiatan bermain slime pada hari ini selesai, anak-anak dibiasakana
menaruh kembali slime kedalam cup seperti semula. Dan anak-anak juga mencuci
tangan dengan sabun setelah bermain slime. Menjelang pukul 10.30 guru
mempersiapkan anak-anak untuk pulang sekolah. Guru melakukan kegiatan
evaluasi dengan Tanya jawab kepada anak-anak tentang kegiatan apa saja yang
sudah dilakukan hari ini. Selanjutnya kegiatan ditutup dengan bersama-sama
membaca doa QS. Al-Ashr dan doa selesai belajar serta bernyanyi
sayonara.(CL.6)
b. Pertemuan ke-2
Pertemuan kedua pada siklus kedua ini bertepatan pada hari selasa 16 oktober
2018. Kegiatan awal diawali dengan menyambut anak pada depan gerbang
sekolah yang dilakukan oleh guru dan peneliti. Anak masuk kedalam kelas dan
menaruh tas serta botol minum pada loker yang telah disediakan, ada sebagaian
anak-anak yang bermain di dalam kelas dan ada juga yang bermain di tempat
bermain.(CL.7) Ketika bel telah berbunyi, guru dan peneliti mengajak anak untuk
masuk kedalam kelas dan berdoa serta bernyanyi sebelum kegiatan pembelajaran
102
dimulai. Kegiatan ini dilakukan untuk menambah semangat anak-anak dan
membuat suasana hati anak-anak gembira agar siap untuk menerima
pembelajaran.(CL.7)
Kegiatan pertama dipimpin oleh Ibu Sri, yaitu bermain flash card. Kegiatan ini
dilakukan agar anak mulai mengenal huruf abjad dan mampu menulis namanya
dengan benar. Setelah kegiatan flash card dilakukan, guru mengajak anak untuk
menulis, guru dan peneliti membagikan buku dan pensil kepada anak untuk
melakukan kegiatan menulis. Guru dan peneliti membantu anak-anak yang
kesulitan dalam menulis.(CL.7) Setelah kegiatan menulis selesai, guru mengajak
anak untuk cuci tangan setelah melakukan kegiatan pembelajaran, karna kegiatan
selanjutnya adalah makan siang. Anak dibiasakan untuk cuci tangan setelah
melakukan kegiatan dan sebelum makan agar anak terbiasa untuk hidup bersih
dan sehat.(CL.7)
Kegiatan makan telah selesai. Guru mengajak anak untuk cuci tangan setelah
makan. Setelah kegiatan makan peneliti mengajak anak untuk bernyanyi “pohon
mangga” dan “rumah ku”. Semua anak-anak mengikuti dengan sangat gembira.
Setelah bernyanyi peneliti meminta anak-anak untuk duduk dikursinya masing-
masing dan peneliti mulai menjelaskan kegiatan apa selanjutnya yang akan
dilakukan. Kegiatan selanjutnya adalah membentuk bunga dengan slime. (CL.7)
peneliti sebelumnya menjelaskan sedikit tentang bunga dan melakukan tanya
jawab tentang bunga. Peneliti menunjukkan bagaimana cara membuat bunga
dengan slime. setelah selesai memberikan contoh, peneliti membagikan alat dan
bahan untuk bermain slime. Peneliti juga tidak lupa menanyakan tentan peraturan
saat bermain slime. (CL.7)
Gambar 4.12
Kegiatan Bermain slime Membentuk Bunga
103
Kegiatan bermain slime berakhir, anak-anak mencuci tangan yang
didampingi oleh Ibu Sri secara bergantian. Menjelang pukul 10.30 guru
mempersiapkan anak-anak untuk pulang sekolah. Guru melakukan kegiatan tanya
jawab tentang kegiatan hari ini. Anak menjawab pertanyaan guru, selanjutnya
kegiatan ditutup dengan bersama-sama membaca QS. Al-Ashr dan doa selesai
belajar. (CL.7)
c. Pertemuan ke-3
Pertemuan ketiga pada siklus II berlangsung pada tanggal 17 oktober 2018
pada hari rabu. Pagi ini guru dan peneliti menyambut anak-anak digerbang
sekolah. Anak-anak bersalaman dengan guru dan peneliti, lalu anak-anak masuk
kedalam kelas dan menaruh tas dan botol minum di loker yang telah disediakan.
Setelah bel masuk. Kegaiatan pertama pada hari rabu pagi adalah senam pagi.
Kegiatan dilakukan di npendopo. Kelompok PG, A dan B melakukan kegiatan
senam bersama dengan guru dan juga peneliti.(CL.8)
Setelah kegaiatan senam selesai, anak-anak diajak untuk masuk kedalam
ruangan kelas. Anak-anak diberi waktu untuk istirahat sebelum kegiatan
pembelajaran dimulai. Setelah istirahat dimulai, guru mulai melakukan kegiatan
tanya jawab tentang rumah, anak-anak menjawab dengan sesama. Peneliti dan
guru mengajak anak untuk bernyanyi dan menari tentan “rumah ku” semua anak-
anak mengikutinya dengan sangat gembira. (CL.8)
Kegiatan selanjutnya adalah membuat bentuk rumah dengan menggunakan
slime. peneliti dan guru menanyakan tentang peraturan saat bermain slime.dan
anak anak menjawabnya dengan bergantian, peneliti membagikan alat dan bahan
untuk bermain slime dan anak-anak duduk ditempatnya masing-masing.
Sebelumnya peneliti memberikan contoh bagaimana cara membuat rumah dengan
menggunakan slime.
104
Gambar 4.13
Kegiatan Bermain Slime Membentuk Rumah
Kegiatan bermain slime berakhir, anak-anak mencuci tangan yang
didampingi oleh Ibu Sri secara bergantian. Menjelang pukul 10.30 guru
mempersiapkan anak-anak untuk pulang sekolah. Guru melakukan kegiatan tanya
jawab tentang kegiatan hari ini. Anak menjawab pertanyaan guru, selanjutnya
kegiatan ditutup dengan bersama-sama membaca QS. Al-Ashr dan doa selesai
belajar. (CL.8)
d. Pertemuan ke-4
Pertemuan ke empat pada siklus II berlangsung pada tanggal 18 oktober 2018
pada hari kamis. Kegiatan hari ini dilakukan dari pukul 08.30-10.30. pada pukul
08.30 anak-anak masuk kedalam kelas dan duduk dikursinya masing-masing.
Seperti biasa kegiatan pertama yang dilakukan adalah membaca doa sebelum
belajar, membaca hadits-hadits dan membaca surat-surat pendek pada Al-Qur‟an,
setelah kegaiatan membaca doa, hadits-hadits dan surat pendek pada Al-Qur‟an
guru mengajak anak untuk bernyanyi dan bermain sebelum melakukan kegiatan
pembelajaran.(CL.9)
Guru melanjutkan kegiatan hari ini dengan mengisi buku kegiatan anak-anak.
Kegiatan mengisi buku kegiatan dilakukan bersama-sama. Diawali dengan hal
17-20. Semua anak-anak mengikutinya dengan baik. dan guru juga
mencontohkannya dan menjelaskannya juga dengan sangat baik. peneliti dan
guru membantu anak-anak yang belum mampu untuk menulis angka 4-7.(CL.9)
Kegiatan bermain slime hari ini adalah membuat bentuk rumah dan juga
awan diatas alas yang telah digambar oleh peneliti. Sebelumnya guru
105
menjelasnya tentang bagian-bagian pada rumah dan masing-masing fungsi
ruangan dan isi pada setiap ruangan. Pembelajaran berlangsung dengan sangat
komunikatif. Guru juga menjelaskan bagaimana cara masuk kedalam rumah dan
bagaimana cara bertamu yang baik. membelajaran berlangsung dengan tanya
jawab dan anak-anak antusias mendengarkannya.(CL.9)
Kegiatan selanjutnya adalah bermain slime dengan membentuk rumah dan
awan. Peneliti menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan untuk kegiatan
bermain slime. guru mengajak anak untuk bernyanyi “rumah ku” dan
menanyakan kembali tentang peraturan bermain slime dan anak-anak menjawab
dengan bergantian.
Gambar 4.14
Kegiatan Bermain Slime Membentuk Rumah dan Awan
Kegiatan bermain slime berakhir, anak-anak mencuci tangan yang
didampingi oleh Ibu Sri secara bergantian. Menjelang pukul 10.30 guru
mempersiapkan anak-anak untuk pulang sekolah. Guru melakukan kegiatan tanya
jawab tentang kegiatan hari ini. Anak menjawab pertanyaan guru, selanjutnya
kegiatan ditutup dengan bersama-sama membaca QS. Al-Ashr dan doa selesai
belajar. (CL.9)
e. Pertemuan ke-5
Pertemuan ke-5 bertepatan dengan hari Jumat, 19 oktober 2018, sesuai
dengan jaadwal yang telah ditentukan oleh sekolah, kegiatan hari jum‟at diawali
106
dengan praktik sholat dan hafalan-hafalan hadits dan doa sehari-hari, yang diikuti
oleh seluruh anak murid dan didampingi oleh guru kelas. (CL.10) Kegiatan
praktik sholat dilakukan pada pukul 08.30-10.00, kegiatan dilakukan di pendopo.
Setelah kegiatan dipendopo, anak-anak diajak untuk masuk kedalam kelasnya
masing-masing dan diikuti oleh guru dan peneliti. (CL.10)
Kegiatan bermain slime hari ini adalah membentuk rumah, pohon dan juga
awan, sebelum kegiatan bermain slime peneliti mengajak anak-anak untuk makan
bersama sebelum kegiatan bermain slime. setelah kegiatan makan bersama,
peneliti dan guru mengajak anak mencuci tangan setelah selesai makan. Peneliti
menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan untuk bermain slime. (CL.10)
Kemudian guru menjelaskan apa saja bagian rumah dan mengajukan
pertanyaan kepada anak-anak. “siapa yang dirumahnya ditanami pohon” lalu
anak-anak menjawab “saya bu, ada pohon mangga” dan beberapa anak juga
menjawab dengan sangat antusias. Lalu guru juga menjelaskan siapa yang
menciptakan pohon, dan siapa yang menciptakan awan. (CL.10)
Kemudian lanjut pada kegiatan bermain, guru dan peneliti menyiapkan alat
dan bahan sebelum kegiatan bermain. Dan guru juga menunjukkan bagaimana
cara membentuk bagian rumah, pohon dan awan dengan slime. kemudian anak-
anak memahami bagaimana cara membentuknya
Gambar 4.15
Kegiatan Bermain Slime Membentuk Rumah, Awan dan Pohon
107
Kegiatan bermain slime berakhir, anak-anak mencuci tangan yang
didampingi oleh Ibu Sri secara bergantian. Menjelang pukul 10.30 guru
mempersiapkan anak-anak untuk pulang sekolah. Guru melakukan kegiatan
tanya jawab tentang kegiatan hari ini. Anak menjawab pertanyaan guru,
selanjutnya kegiatan ditutup dengan bersama-sama membaca QS. Al-Ashr dan
doa selesai belajar. (CL.10)
3. Pengamatan/Observasi
Dalam siklus II, peneliti mengamati jalannya kegiatan untuk melihat
peningkatan keterampilan motorik halus anak dengan kegiatan bermain slime.
hasil pengamatan peneliti menunjukkan bahwa pelaksanaan tindakan yang
dilakukan pada siklus II ini sudah berjalan sesuai dengan rencana yang telah
disusun oleh peneliti. Keterampilan motorik halus anak kelompok A sampai
dengan pertemuan kelima cenderung menunjukkan peningkatan yang lebih baik.
hasil untuk setiap tindakan digambarkan menjadi dua penjelasan, yaitu secara
kualitatif dan kuantitatif.
1. Hasil Pengamatan Secara Kualitatif
Dari hasil pengamatan siklus II yang dilakukan selama 5 kali pertemuan,
dapat disimpulkan bahwa keterampilan motorik halus anak pada kelompok A
mengalami peningkatan dari siklus I. seperti pada aspek bilateral hand use
(Koordinasi bilateral) pada kegiatan ini dapat dikatakan 9 anak sudah mulai
terampil dalam menggunakan kedua tangan dalam melakukan semua kegiatan
yang berkaitan dengan keterampilan motorik halus. Dan 3 orang anak termasuk
pada kategori cukup terampil ddalam melakukan kegiatan ini, pada 3 orang anak
ini sudah bisa melakukan kegiatan yang berhubungan dengan koordinasi bilateral
tanpa bantuan guru.
Dalam aspek hand aye coordination (koordinasi mata-tangan) semua anak
sudah terampil dalam melakukan kegiatan yang berhubungan denngan koordinasi
mata-tangan seperti mebuat garis segitiga, lingkaran dan persegi dan dalam
kegiatan menulis. Hal ini akan membanntu anak dalam kegiatan yang berkaitan
dengan motorik halus pada anak.
108
Dalam aspek hand skill manipulation ( keterampilan manipulasi) pada
aspek ini hampir semua anak sudah dapat melakukannya dengan baik. anak sudah
mampu membentuk lingkarang, segitiga dan persegi dengan menggunakan jari
tangan mereka. Dan anak-anak juga dapat melakukan kegiatan lainnya yang
berhubungan dengan keterampilan manipulasi.
Untuk proses pembelajaran yang dilakuakn di dalam kelas, guru bersama
peneliti melakukan pengamatan terhadap kegiatan dari awal sampai akhir
kegiatan, berikut ini merupakan tabel mengenai data kegiatan pembelajaran pada
siklus II
Tabel 4.11
Data Kegiatan Pembelajaran Siklus II
Aspek yang diamati Ya Tidak Keterangan
I Pra pembelajaran
1. Menyiapkan ruangan
untuk pembelajaran
v Setiap pertemuan sebelum
kegiatan dimulai, guru selalu
menyiapkan ruangan untuk
melakukan kegiatan
2. Menyiapkan media, alat
bermain dan
pembelajaran
V Setiap pertemuan, setelah
menyiapkan ruangan guru
selalu menyiapkan media alat
dan bahan untuk melakukan
kegiatan pembelajaran dan
bermain slime.
3. Melihat kesiapan anak V Setiap hari sebelum
melakukan kegiatan guru
selalu melihat kesiapan anak
sebelum melakukan kegiatan
pembelajaran
4. Pengelola Kelas V Mengatur posisi duduk anak
sebelum melakukan kegiatan
109
pembelajaran
II Membuka
Pembelajaran
1. Melakukan kegiatan
awal
V Guru mendampingi
melakukan kegiatan
awal,salam sapa dan doa
2. Memberikan penjelasan
yang berkaitan dengan
kegiatan bermain slime
V Guru memberikan penjelasan
mengenai kegiatan bermain
dengan menggunakan bahan
dan media yang sudah
disediakan oleh peneliti
III Kegiatan Inti
1. guru menguasai materi
kegiatan yang akan
dilakukan
V Guru menyampaikan materi
yang berhubungan dengan
aspek yang akan diamati
2. Melaksanakan kegiatan
bermain slime
v Guru dan anak melakukan
kegiatan sesuai dengan
perencanaan yang telah
disusun oleh peneliti
3. Guru memberikan
keleluasaan kepada anak
untuk membentuk sesuai
dengan yang diinginkan
anak
V Dalam bermain slime, anak
diberika kebebasan untuk
membentuk apa saja, namun
ketika selesai melakukan
kegiatan yang telah
direncanakan oleh peneliti
dan tetap mengarah kepada
aspek-aspek yang telah
ditentukan
4. Mengalokasikan waktu
dalam kegiatan bermain
V Menggunakan waktu secara
efektif dan seefesien
110
slime sesuai dengan
rencana yang telah
disusun oleh peneliti
mungkin, sehingga anak
memiliki waktu yang cukup
dalam melakukan kegiatan
bermain slime.
2. Hasil Pengamatan Secara Kuantitatif
Secara kuanttatif pelaksanaan siklus II dijelaskan sebagai berikut :
Tabel 4.12
Data Perbandingan Skor dan Presentase Keterampilan Motorik Halus Anak
Subjek Pra-Penelitian Siklus I Siklus II
No Nama skor % Skor % Skor %
1 ANZ 14 29.1 32 66.6 37 77
2 AK 12 25 24 50 37 77
3 AR 12 25 17 35.4 36 75
4 DZR 13 27 30 62.5 37 77
5 EW 14 29.1 33 68.7 39 81.2
6 EPS 12 25 28 58.3 33 68.7
7 SR 12 25 29 60.4 37 77
8 NNM 12 25 23 47.9 36 75
9 NMS 13 27 28 58.3 36 75
10 RAA 12 25 28 58.3 39 81.2
11 SJN 13 27 29 60.4 36 75
12 SPA 12 25 29 60.4 36 75
Jumlah 151 26.2 330 57.2
439 76.2
Tabel tersebut menunjukkan bahwa keterampilan motorik halus anak
kelompok A dengan kegiatan bermain slime dari sebelum dilakukannya tindakan
sampai dilakukan tindakan pada siklus II terjadi peningkatan sesuai dengan target
yang telah ditentukan oleh peneliti. Peningkatan keterampilan motorik halus anak
terlihat pada skor total semua anak sebelum dilakukan tindakan adalah 151
dengan rata-rata presentase keterampilan motorik halus anak bermain slime adalah
26%. Berbeda ketika dilakukan tindakan pada siklus I skor total keseluruhan anak
111
meningkat menjadi 330 dengan rata-rata presentase 57% . ketika dilakukannya
tindakan lagi pada siklus II, mengalami peningkatan skor menjadi 439 dengan
rata-rata presentase keterampilan motorik halus anak dalam bermain slime
menjadi 76%. Adapun diagram yang menggambarkan presentase peningkatan
keterampilan motorik halus anak sebelum dilakukannya tindakan sampai
dilakukan tindakan pada siklus II adalah sebebagai berikut.
Gambar 4.16
Presentase Peningkatan Keterampilan Motorik Halus Anak Melalui
Kegiataan Bermain Slime
Pada diagram tersebut dapat dilihat bahwa adanya peningkatan
keterammpilan motorik halus anak dengan kegiatan bermain slime. hal tersebut
dapat dilihat dari presentase rata-rata keterampilan anak pada tahap pra siklus
berjumlah 26% dan setelah diberikan tindakan pada siklus rata-rata kemudian
meningkat pada siklus I mencapai 57% selanjutnya dilakukan tindakan pada
siklus II dan meningkat menjadi 76%. Peningkatan presentase keterampilan
motorik halus anak dapat digambarkan dalam grafik sebagai berikut.
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
PERBANDINGAN PRA PENELITIAN, SIKLUS I DAN SIKLUS II
pra penelitian
SIKLUS I
SIKLUS II
112
26,21527778
57,29166667
76,21527778
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
1 2 3
Chart Title
Gambar 4.17
Peningkatan Keterampilan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Bermain
Slime dari Assesmen Awal Sampai Assesmen Akhir
Kenaikan presentase tersebut menunjukkan bahwa dengan dilakukannya
tindakan pada siklus II, maka keterampilan motorik halus anak kelompok A
mengalami peningkatan yang signifikan dan lebih baik. oleh karena itu, peneliti
tidak perlu melakukan siklus berikutnya karena tujuan peneliti sudah terjawab
dengan keterampilan motorik halus anak dapat meningkat dengan melakukan
kegiatan bermain slime.
B. Analisis Data
Observasi hasil tindakan yang dilakukan selama proses pelaksanaan tindakan
sanget diperlukan dalam melakukan analisis data secara kualitatif dan kuantitatif.
Observasi dilakukan dengan menggunakan instrument observasi, pedoman
observasi yang berisikan indikator, pengamatan proses pembelajaran, catatan
lapangan, dokumentasi dan wawancara.
a. Analisis Data Kuantitatif
Analisis data kuantitatif didapatkan dari hasil pelaksanaan penelitian dari pra-
tindakan sampai pada siklus I dan siklus II secara kuantitatif hasil data-data
pengamatan terhadap keterampilan motorik halus anak yang dapat dilihat sebagai
berikut :
113
Tabel 4.13
Data Hasil Pra-Tindakan dan Akhir Tindakan Keterampilan Motorik
Halus Anak Kelompok A
Subjek Pra-Tindakan Siklus I Point Siklus II Point
No Nama Skor % Skor % Kenaikan % Skor % Kenaikan %
1 ANZ 14 29 32 66 18 37 37 77 5 11
2 AK 12 25 24 50 12 25 37 77 13 27
3 AR 12 25 17 35 5 10 36 75 19 40
4 DZR 13 27 30 62.5 17 35.5 37 77 7 14.5
5 EW 14 29 33 68.75 19 39.75 39 81.25 6 12.5
6 EPS 12 25 28 58 16 33 33 68.75 5 10.75
7 SR 12 25 29 60,4 17 35,4 37 77 8 16,6
8 NNM 12 25 23 47,9 11 22,9 36 75 13 27
9 NMS 13 27 28 58,3 15 31.25 36 75 8 16,6
10 RAA 12 25 28 58,3 16 33,3 39 81.25 11 22
11 SJN 13 27 29 60,4 16 33,3 36 75 7 14,5
12 SPA 12 25 29 60,4 17 35,4 36 75 7 14,5
Jumlah
151 26,16 330 57,2 179 30.2 439 76.1 109 20.5
Total tersebut menunjukkan bahwa kemampuan anak dari pra tindakan
sampai pada siklus II mengalami peningatan yang lebih baik. keteramplan anak
meningkat setelah diadakan siklus I dengan rata-rata peningkatan kemampuan
anak sekitar 30,2% dari sebelum tindakan. Kemudian rata-rata kemampuan anak
meningkat lagi setelah diadakannya siklus II dengan rata-rata kenaikan sebanyak
20,5% dari siklus I. hasil tersebut, jika divisualisasikan dalam diagram dapat
digambarkan sebagai berikut.
114
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
Series1
Series2
Gambar 4.18
Kenaikan Presentase Peningkatan Keterampilan Motorik Halus Anak Dari
Assesmen Awal Sampai Assesmen Akhir
Dari diagram diatas terlihat bahwa adanya peningkatan keterampilan
motorik halus anak setelah diadakan tindakan siklus I dan siklus II. Responden I
mengalami peningkatan 375% dari siklus I, kemudian meningkat 11% pada siklus
II . Responden 2 mengalami peningkatan 25% dari siklus I, kemudian meningkat
27% pada siklus II. Responden 3 mengalami peningkatan 10% dari siklus I,
kemudian meningkat 40% pada siklus II. Responden 4 mengalami peningkatan
35,5% dari siklus I, kemudian meningkat 14,5% pada siklus II. Responden 5
mengalami peningkatan 39,7% dari siklus I, kemudian meningkat 12,5% pada
siklus II. Responden 6 mengalami peningkatan 33% dari siklus I, kemudian
meningkat 10,75% pada siklus II. Responden 7 mengalami peningkatan 35,4 dari
siklus I, kemudian meningkat 16,6% pada siklus II. Responden 8 mengalami
peningkatan 22,9% dari siklus I, kemudian meningkat 27% pada siklus II.
Responden 9 mengalami peningkatan 31,25% dari siklus I, kemudian meningkat
16,6% pada siklus II. Responden 10 mengalami peningkatan 33,3% dari siklus I,
kemudian meningkat 22% pada siklus II. Responden 11 mengalami peningkatan
33,3% dari siklus I, kemudian meningkat 14,5% pada siklus II. Responden 12
mengalami peningkatan 35,4% dari siklus I, kemudian meningkat 14,5% pada
siklus II. Peningkatan presentase dari pra-tindakan sampai pada siklus II tersebut
115
menunjukkan bahwa dengan kegiatan bermain slime dapat meningkatkan
keterampilan motorik halus pada anak kelompok A.
Indikator keberhasilan dari tindakan dalam penelitian ini terjadi dengan
adanya peningkatan keterampilan motorik halus anak denngan kegiatan bermain
slime pada kelompok A. hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa dengan
kegiatan bermain slime dapat meningkatkan keterampilan motorik halus anak
kelompok A. keterampilan motorik halus anak mengalami peningkatan tersebut
ditandai dengan skor yang telah diperoleh semua anak pada observasi II yakni
semua responden telah tuntas pada keterampilan motorik halus . hal tersebut dapat
dilihat pada presentase responden paling rendah 10% meningkat sebesar 40%
sehingga presentase keterampilan motorik halus anak mencapai 76% pada siklus
II.
b. Analisis data Kualitatif
Berdasarkan hasil pengematan selama pelaksanaan tindakan maka data
kualitatif yang didapat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Proses pembelajaran
a. Guru; guru melakukan pembelajaran yang sesuai dengan perencanaan
dan mampu menggunakan kegiatan bermain slime untuk meningkatkan
keterampilan motorik halus anak dengan baik.
b. Anak; anak sangat tampak gembira dan sangat antusias dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran dan anak lebih termotivasi dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran.
c. Pelaksanaan kegiatan bermain slime terdiri dari kegiatan awal yang
meliputi, berdoa, bernyanyi sambil menari dan melakukan permainan-
permainan. Kegiatan pembelajaran membentuk berbagai bentuk dengan
slime.
2. Media Pembelajaran
Media pembelajaran dirancang dengan kebutuhan anka terutama anak
kelompok A yaitu, alas mika, baby oil, dan alat-alat yang berkaitan dengan
permainan secara langsung yang menarik perhatian anak.
3. Keterampilan motorik halus anak
116
Berdasarkan hasil pengematan menunjukkan peningkatan keterampilan
motorik halus yang meliputi aspek koordinasi bilateral, koordinasi mata-tangan,
dan keterampilan manipulasi. Hal ini ditujukan melalui hasil pengamatan dalam
proses pembelajaran. Keterampilan motorik haus anak terdapat pada foto,
rekaman, catatan lapangan dan juga catatan wawancara.
C. Reduksi Data
Data mengenai keterampilan motorik halus diperoleh berdasarkan catatan
lapangan, catatan wawancara dan catatan dokumentasi. Berikut adalah reduksi
data berdasarkan aspek mengenai keterampilan motorik halus anak melalui
kegiatan bermain slime.
1. Aspek Koordinasi Billateral
a. Reduksi Data
Data mengenai keterampilan motorik halus anak PAUD Mubina Kelompok A
diperoleh berdasarkan catatan lapangan, catatan wawancara, dan catatan
dokumentasi. Berikut ini adalah reduksi data mengenal keterampilan motorik
halus anak pada aspek koordinasi bilateral. Pada aspek ini mulai terlihat pada
pertemuan keempat, dimana anak sudah mampu menunjukan keterampilannya
dalam menggunakan tangan kanan dan tangan kiri secara seimbang dalam setiap
kegiatan, ada pada kegiatan (CL.1 k8, CL.2 k14, CL.3 k7, CL.4 k10, CL.5 k8)
beberapa anak juga terlihat belum terampil dalam melakukan kegiatan yang
berhubungan dengan koordinasi bilateral, terdapat pada (CL.5 k14). Setelah
seselai kegiatan, anak-anak terbiasa untuk mencuci tangan dengan baik dan
bersih (CL.6-CL.10).
Hasil dari kegiatan anak yang berkaitan dengan aspek ini dapat terlihat pada
catatan dokumen. Kegiatan membentuk berbagai macam bentuk dengan
menggunakan slime membentuk lingkaran (CD.01), membentuk segitiga
(CD.02), membentuk setengah lingkaran (CD.03), membentuk persegi (CD.04),
membentuk persegi panjang (CD.05), membentuk pohon (CD 06), membentuk
bunga (CD.07), membentuk rumah (CD.08), membentuk rumah, awan (CD.09),
membentuk rumah, awan dan pohon (CD.10).
117
b. Display Data
Berdasarkan hasil pengamatan, catatan dokumentasi dan catatan wawancara
peneliti dengan guru kelas, dapat diketahui bawa anak sudah menunjukkan
keterampilan motorik halus pada aspek peggunaan dua tangan secara seimbang
melalui penyajian data dalam bentuk bagan sebagai berikut.
Display data di atas menggambarkan perkembangan keterampilan motorik
halus anak pada aspek koordinasi bilateral berupa catatan lapangan, catatan
wawancara, dan dokumentasi merupakan satu kesatuan yang menjelaskan bahwa
keterampilan motorik halus anak terkait dengan aspek koordinasi bilateral.
c. Verifikasi (Penarikan Kesimpulan)
Keterampilan dalam menggunakan dua tangan secara seimbang anak
kelompok A PAUD Mubina, terstimulus dan terbentuk melalui kegiatan bermain
slime dengan membentuk berbagai macam bentuk dengan kedua tangannya.
Diawal pertemuan ada beberapa anak yang sudah terampil dalam melakukan
kegiatan yang berhubungan dengan aspek koordinasi bilateral ini, dan juga ada
beberapa anak yang masih dibantu oleh guru dalam melakukan kegiatan ini,
CW
CW 1, CW 2, CW 3
CL
CL.1 k8,
CL.2 k14,
CL.3 k7,
CL.4 k10,
CL.5k8
CL.5 k14
CL.6-CL.10
CD
CD.01 CD.02
CD.03 CD.04
CD.05 CD 06 CD.07
CD.08
CD.09 CD.10
KOORDINASI
BILLATERAL
118
setelah dilakukannya tindakan pada siklus I dan siklus II anak-anak mulai terampil
dalam melakukan kegiatan yang berhubungan dengan koordinasi bilateral.
2. Aspek Koordinasi Mata-Tangan
a. Reduksi Data
Data mengenai keterampilan motorik halus anak kelompok A PAUD
Mubina diperoleh berdasarkan catatan lapangan, catatan wawancara, dan catatan
dokumentasi. Berikut inni adalah reduksi data mengenai keterampilan motorik
halus anak pada aspek koordinasi mata-tangan pada saat dibeikannya tindakan,
keterampilan koordinasi mata-tangan suda terlihat di pertemuan kelima, dimana
anak sudah mampu menunjukkan keterampilan dengan melaakukan kegiatan
meremas-remas slime dan meronce dengan sedotan. (CL.4) dalam kegiatan
meronce ini ada beberapa anak yang kesulitan dalam memasukan sedotan
kedalam benang (CL.4 k…)
Pada siklus II terlihat bahawa saat anak melakukan kegiatan bermain
slime dalam membentuk berbagai macam bentuk, menarik serta meremas slime
(CL.1-CL.10) pada kegiatan ini ada beberapa anak yang sudahh terampil dalam
melakukan kegiatan ini dan juga ada anak-anak yang masih membutuhkan
bantuan dalam melakukan kegiatan yang berhubungan dengan koordinasi mata-
tangan.
Hasil dari kegiatan anak yang berkaitan dengan aspek ini dapat terlihat
pada catatan dokumen. Kegiatan menarik slime (CD.03 CD.08-10), kegiatan
meremas slime (CD.03), dan kegiatan meronce (CD.07)
b. Display Data
Berdasarkan hasil pengamatan, catatan dokumentasi dan catatan wawancara
peneliti dengan guru kelas, dapat diketahui bahwa anak sudah menunjukkan
keterampilan motorik halus pada aspek koordinasi mata-tangan melalui
oenyajian data dalam bentuk bagan sebagai berikut.
119
Display data di atas menggambarkan perkembangan keterampilan motorik
halus anak pada aspke koordinasi mata-tangan. Catatan lapangan, wawancara dan
dokumentasi merupakan satu kesatuan yang mendeskripsikan bahwa keterampilan
motorik halus anak terkait dengan aspek koordinasi mata-tangan. Anak memiliki
keterampilan seperti meremas slime dan meronce dengan sedotan.
c. Verifikasi (Penarikan Kesimpulan)
Anak kelompok A PAUD Mubina pada aspek koordinasi mata-tangan
terbentuk melalui kegiatan bermain lime dengan cara membentuk macam-macam
bangun datar, membentuk bentuk abstrak seperti pohon, bunga, rumah, awan dan
juga pohon. Dengan kegiatan ini aspek koordinasi mata-tangan anak pada
kelompok A dapat melakukannya dengan terampil.
3. Keterampilan Manipulasi
a. Reduksi Data
Data mengenai keterampilan motorik halus anak pada kelompok A PAUD
Mubina diperoleh berdasarkan catatan lapangan, catatan wawancara, dan catatan
dokumentasi. Berikut ini adalah reduksi data mengenai keterampilan motorik
halus anak pada aspek keterampilan manipulasi. Pada saat diberikan tindakan,
keterampilan manipuasi anak sudah mulai terlihat di pertemuan keempat. Pada
keterampilan manipulasi ini terdapat pada kegiatan (CL.1 k8, CL.2 k6 k14, CL.3
CW
CW 1, CW 2, CW 3
CL
CL.4
CL.1-CL.10
CD
CD.03
CD.07 CD.08
CD.09 CD.10
KOORDINASI
MATA-TANGAN
120
k6 k7, CL. 4 k7 k10, CL. 5 k8 dst) kegiatan ini hampir dilakukan pada setiap
kegiatan yang dilakukan oleh anak pada siklus I maupun siklus II.
Hasil dari kegiatan anak yang berkaitan dengan aspek ini dapat terlihat pada
catatan dokumen. Kegiatan bermain membentuk dengan slime membentuk
lingkaran (CD.01), membentuk segitiga (CD.02), membentuk setengah lingkaran
(CD.03), membentuk persegi (CD.04), membentuk persegi panjang (CD.05),
membentuk pohon (CD 06), membentuk bunga (CD.07), membentuk rumah
(CD.08), membentuk rumah, awan (CD.09), membentuk rumah, awan dan pohon
(CD.10).
b. Display Data
Berdasarkan hasil pengamatan, catatan dokumen, dan hasil wawancara
dengan guru kelas, dapat diketahui bahwa anak suda menunjukkann keterampilan
motorik halus anak pada aspek keterampilan manipulasi, melalui penyajian data
dalam bentuk bagan sebagai berikut.
c. Verifikasi (Penarik Kesimpulan)
Anak kelompok A PAUD Mubina dalam keterampilan motorik halus
pada aspek keterampilan manipulasi terbentuk melalui kegiatan membentuk
CW
CW 1, CW 2, CW 3
CL
CL.1 k8,
CL.2 k6 k14,
CL.3 k6 k7,
CL. 4 k7 k10,
CL. 5 k8
CD
CD.01 CD.02
CD.03 CD.04 CD.05
CD 06 CD.07 CD.08
CD.09
CD.10
KETERAMPILAN
MANIPULASI
121
berbagai macam bangun datar dan juga bentuk abstrak, membentuk bangun datar
dengan mengguakan jari tangan dan dilakukan hampir setiap kali pertemuan baik
pada siklus I maupun pada siklus II.
Pada siklus I masih ada beberapa anak yang terlihat kaku dalam
melakukan kegiatan yang berhubungan dengan keterampilan manipulasi, pada
siklus II anak mulai terampil dalam melakukan kegiatan yang berhubungan
dengan keterampilan manipulasi.
D. Keterbatasan Penelitian
Peneliti ini memiliki banyak keterbatasan, seperti berikut :
Keterbatasan dalam penelitian saya adalah kurangnya variasi dalam
kegiatan bermain bentuk dengan menggunakan slime agar kreativitas anak dapat
lebih berkembang dengan baik. saya berharap semoga peneliti selanjutnya dapat
melengkapi keterbatasan saya selaku peneliti.
122
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikalkukan, dapat
disimpulkan bahwa kegiatan bermain slime dapat meningkatkat keterampilan
motorik halus pada anak kelompok A PAUD Mubina. Dengan dilakukannya
kegiatan bermain slime ini keterampilan motorik halus dalam melakukan kegiatan
yang behubungan dengan aspek motorik halus, yaitu koordinasi bilateral,
koordinasi mata-tangan dan keterampilan manipulasi pada anak menjadi lebi
terampil. Suasana belajar menjadi lebih interaktif dan menyenangkan sehingga
anak suka dan tertarik dalam kegiatan yang melibatkan keterampilan motorik
halus.
Pada kegiatan bermain slime anak melakukannya kegiatan bermain dengan
cara meremas-remas slime, menarik slime, membentuk bentuk bangun datar
dengan slime serta membentuk bentuk abstrak dengan slime. pada kegiatan
bermain slime ini anak melakukannya per individu, ketika kegiatan yang
ditargetkan oleh peneliti pada satu hari telah diselesaikan, anak-anak bisa
memainkan slime dan membentuk slime dengan tingkat kreatifitas anak masing-
masing. Pada kegiatan bermain slime juga melibatkan pembelajaran yang
menyenangkan, kreatifitas anak dan membuat anak merasa ingin selalu belajar
dan bermain.
Meningkatnya keterampilan motorik halus anak dapat dilihat berdasarkan
dari hasil analisis data peningkatan nilai keterampilan motorik halus anak. Hasil
tersebut berdasarkan rata-rata keterampilan motorik halus anak pada pratindakan
sebesar 26,21%, pada siklus I meningkat sebesar 57,29% dan pada siklus II
meningkat 76,21%. Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan signifikan karena
terus meningkat. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa melalui kegiatan
bermain slime dapat meningkatkan keterampilan motorik halus anak pada
kelompok A PAUD Mubina.
123
B. Implikasi
Implikasi dalam penelitian ini dapat terlihat bahwa keterampilan motorik
halus anak usia dini dikembangkan dengan berbagai macam kegiatan yang
menarik dan menyenangkan, keterampilan motorik halus dapat ditingkatkan
dengan kegiatan bermain slime, dapat memberikan pengalaman pembelajaran
yang menyenangkan, selain itu juga agar kreatifitas anak dapat lebih tersalurkan
dengan melakukan kegiatan bermain slime. anak juga dapat meminta bantuan
ketika ada kegiatan yang tidak dapat dilakukannya sendiri, dan dapat melatih
daya konsentrasi pada anak.
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi yang telah dikemukakan, maka
peneliti mencoba mengemukakan saran-saran sebagai berikut:
1. Saran untuk guru yaitu untuk kegiatan meningkatkan keterampilan
motorik halus melalui kegiatan bermain slime dapat menjadi solusi
alternative untuk meningkatkan keterampilan motorik halus pada anak.
Selain meningkatkan motorik halus, kegiatan ini juga dapat memberikan
pengalaman bermain sambil belajar yang berkesan menyenangkan.
2. Saran untuk sekolah agar dapat meningkatkan keterampilan motorik halus
anak sebagai salah satu cara yang dapat diterapkan disekolah PAUD.
Tidak hanya untuk kelompok anak usia 4-5 tahun saja dengan
memperhatikan tahapan perkembangan anak dalam rangka meningkatkan
kualitas pendidikan untuk kegiatan pembelajaran di sekolah PAUD
3. Saran untuk orang tua agar dapat membantu pihak sekolah dalam
meningkatkan keterampilan motorik halus anak dengan cara bermain
slime, hal ini dibutuhkan kerjasama yang baik antara pihak sekolah dan
orangtua.
4. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan hasil dari
penelitian ini sehingga peneliti ini dapat menjadi lebih baik dan
bermanfaat bagi semua orang dan bagi Pendidikan Islam Anak Usia Dini.
124
DAFTAR PUSTAKA
Sujiono Bambang, Metode Pengembangan Fisik,Jakarta : Universitas
Terbuka 2009.
Samsudin, Pembelajaran Motorik di Taman Kanak – Kanak, Jakarta:
Prenada Media Group, 2007.
Santrock John W., Masa Perkembangan Anak Edisi 11 – Buku 2, Jakarta :
Salemba Humanika, 2011.
B Hurlock Elizabeth., Perkembangan Anak Jilid VI, Alih Bahasa
Meitasari, et all, Jakarta : Erlangga, 2009.
Mutiah Diana, Psikoloi Bermain Anak Usia Dini, Jakarta : KENCANA
MEDIA GROUP, 2010.
Yuliani Nuraini, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, Jakarta : PT
Indeks,2013.
Susanto Ahmad, Pendidikan Anak Usia Dini, Jakarta : PT Bumi Aksara
2017
Suyadi, Panduan Penelitian Tindakan Kelas,Jogjakarta : Diva Press, 2010.
Ekawarna, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta : Gaung Persada, 2010.
Suroso, Penelitian Tindak Kelas,Yogyakarta : Pararaton Yogyakarta, 2010.
Trianto, Panduan Lengkap Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta : Prestasi
Pustakarya, 2011.
Wiratmaja Rochiati, Metode Penelitian Tindakan Kelas, Bandung :
Remaja Rosdakarya, 2009.
Imas Kurniasih, Pendidikan Anak Usia Dini, Jakarta : Edukasia
125
Ardy Novan, Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini, Jakarta : Gava
Media, 2015.
Fadillah, Edutainment Pendidikan Anak Usia Dini, Jakarta : Kencana, 2014.
Yuliani Nurani, Bermain Kreatif Berbasis Kecerdasan Jamak, Jakarta :
Indeks 2010.
Kusuma Wijaya, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta : PT
Indeks, 2012.
Tampubolo Saur, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta : Erlangga
Suharsaputra Uhar, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitataif, dan
Tindakan, Bandung : 2014.
Arikuntoro, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta :
Rineka Cipta 2014.
Sugiono, Metode Penellitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, Bandung :
ALFABETA CV 2012.
Ni Sudiasih Wayan, Penerapan Metode Pemberian Tugas Berbantuan
Playdough untuk Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus, Vol 2 Singaraja :
PG-PAUD, 2014
Hajarwati Diyah, Peningkatan Keterampilan Motorik Halus Melalui
Kegiatan Mebuat Gambar dengan Teknik Mozaik, Sragen : 2014.
Pratiwi Niken, Upaya Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Melalui
Playdough, Surakarta : 2014.
Mega Diana Nur, Penerapan Kegiatan Membentuk Benda Geometri Untuk
Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus, Wonogiri: 2014.
Hartono, Penerapan Model Kontestual Melalui Kegiatan Cooking Class,
Ngawi : 2014
126
Setiyowati Nur, Analisis Kebutuhan Perkembangan Fisik Motorik Halus
Melalui Penerapan Kegiatan Kolase, Ponorogo : 2016.
Sulastri Made, Penerapan Metode Pemberian Tugas Berbantuan Media
Playdough Untuk Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus, vol 2 no 1
Universitas Pendidikan Ganesha : 2014.
Darmastuti Tanti, Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Anak
Dalam Kegiatan Meronce Dengan Manik-Manik Melalui Metode Demonstrasi,
vol 01 no 01 Surabaya : 2014.
Toharoh Lathifatul, Pengaruh Kolase Daun Terhadap Keterampilan
Motorik Halus Anak, Semarang Barat : 2017
Kartika Uci, Meningkatkan Motorik Halus Melalui Kegiatan Memasak
Pada Siswa Kelompok B TK Kartika, Demak : 2014
Oktaviana Riski, Upaya meningkatkan Motorik Halus Anak Melalui
Kegiatan Meronce, Semarang : 2016
Zaini Ahmad, Bermain Sebagai Metode Perkembangan Anak Usia Dini,
Vol 3 Kudus,2015.
Wahyuni, Upaya Meningkatkan Keterampilan Visual Spasial Anak
Melalui Bemain Sentra, Semarang : 2016.
Ratna Pusari Wahyu, Upaya Meningkatan Keterampilan Motorik Halus
Pada AUD Melalui Kegiatan Bermain Konstruksi Plastisin, Semarang : 2016.
Agustina Mita, Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Anak Melalui
Bermain Playdough di Play Group, Surabaya :2015.
Charles H Wolfgangand Mary Wolfgang, School for Young Children
Developmentaly Appropriate Praticies, Needham Heigh : Alin and Bacon, 1992.
127
Eka Maksum,Pengaruh Bermain Playdough terhadap Keterampilan
Motorik Halus Anak di TK Pertiwi Talakbroto, Simo, Boyolali Tahun
2013/2014,Surakarta, Universitas Muhammadiyah Surakarta : 2014.
Sudirtha Gede, Pengembangan Instrumen Asesmen Kinerja Dasar Tata
Rias, Vol 11, No 2 JPTK, UNDIKSHA, Juli 2014.
Daroah, Bercerita Dengan Media Audio Visual Di Kelompok B1 RA
PERWANIDA O2 Slawi, Semarang : 2013.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, No
146, tahun 2014
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2014
Mindy K. Buckner, TherapyStreetForKids, 2018,
(www.TherapyStreetForKids.com).
Format Wawancara 3
Hari/Tanggal : Jumat/19 Oktober 2018
Yang Diwawancarai : Ibu Sri
Waktu : 09.00- selesai
Tempat : PAUD Mubina
No Pertanyaan Jawaban
1. Bagaimana pendapat ibu setelah saya
melakukan penelitian siklus I dan siklus II,
sebanyak 10 kali pertemuan, apakah terdapat
perkembangan pada keterampilan motorik
halus anak kelompok A?
Saya perhatikan, bahwa selama
dilakukannya kegiatan bermain slime
keterampilan motorik halus pada
kelompok A sudah berkembang dengan
baik, ada AR yang tadinya tidak bisa
mengelem objek sekarang sudah mampu
menggunakan kedua tangannya untuk
mengelem, begitu juga dengan NMS dan
NNM tadinya belum mampu untuk
menirukan tulisan yang saya contohkan,
sekarang perlahan sudah mampu untuk
menirukan tulisan yang saya contohkan,
dan SJN,ANZ,SR sudah mampu untuk
memakai sepatu dan membuka tutup
botol sendiri, dan juga kegiatan menulis
dan mewarnai anak semakin makin
setelah dilakukannya kegiatan bermain
slime. walaupun tekadang masih
membutuhkan bantuan guru untuk
melakukan kegiatan yang berhubungan
dengan keterampilan motorik halus.
Lampiran 3
Tabel 3.7
Kisi-Kisi Instrumen
Variabel Aspek Indikator
Instrument
1 2 3 4
BB MB BSH BSB
Motorik Halus Koordinasi
Bilateral
(Bilateral Hand
Use)
Koordinasi Mata
dan Tangan (Eye
Hand Use)
- Merobek kertas
dengan
menggunakan dua
tangan
- Menangkap dengan
dua tangan
- Mengeluarkan slime
dari cup
- Membentuk bangun
datar dengan slime
- Membuka serta
menutup tutup botol
- Menggunting
berbagai media
dengan pola lurus,
lengkung, segitiga,
miring
- Meronce dengan
sedotan sesuai pola
- Memasang dan
melepas kancing
- Meremas slime
- Menarik slime
Keterampilan
Manipulasi
- membuat berbagai
bentuk dari slime
- Membentuk
gambar yang
dicontohkan guru
Table 3.8
Instrumen Pengamatan
No Indikator
Instrument
1 2 3 4
BB MB BSH BSB
1. Merobek kertas dengan menggunakan dua tangan
2. Menangkap dengan dua tangan
3. Mengeluarkan slime dari cup
4. Membentuk bangun datar dengan slime
5. Membuka serta menutup tutup botol
6. Menggunting berbagai media dengan pola lurus,
lengkung, segitiga, miring
7. Meronce dengan sedotan sesuai pola
8. Memasang dan melepas kancing
9. Meremas slime
10. Menarik slime
11. membuat berbagai bentuk dari slime
12. Membentuk gambar yang dicontohkan guru
Table 3.9
Rubrik Penilaian Keterampilan Motorik Halus
1. Indikator : merobek kertas dengan menggunakan dua tangan
Penjelasan :
Anak dapat merobek kertas dengan dua tangan.
Penilaian butir ini dilakukan dengan memperhatikan deskriptor, yaitu kegiatan
pengembangan :
a. Anak mampu memegang kertas dengan dua tangan
b. Anak mampu merobek ketas
c. Anak mengerjakan tanpa bantuan guru
2. Indikator : menangkap bola dengan dua tangan
Penjelasan :
Anak dapat menangkap bola dengan dua tangan.
Penilaian butir ini dilakukan dengan memperhatikan deskriptor, yaitu kegiatan
pengembangan :
a. Anak mampu menangkap bola
b. Anak menagkap bola dengan dua tangan
c. Anak menangkap bola tanpa bantuan guru
Skala penilaian Penjelasan
1 Tidak satupun deskriptor yang nampak
2 Satu deskriptor yang nampak
3 Dua deskriptor yang nampak
4 Semua deskriptor yang nampak
Skala penilaian Penjelasan
1 Tidak satupun deskriptor yang nampak
2 Satu deskriptor yang nampak
3 Dua deskriptor yang nampak
4 Semua deskriptor yang nampak
3. Indikator : mengeluarkan slime dari cup
Penjelasan :
Anak mengeluarkan slime dari cup dengan bersih
Penilaian butir ini dilakukan dengan memperhatikan deskriptor, yaitu kegiatan
pengembangan :
a. Anak menggunakan dua tangan untuk mengeluarkan slime
b. Seluruh slime keluar dari cup tanpa tersisa
c. Mengeluarkan slime tidak dibantu dengan guru
Skala penilaian Penjelasan
1 Tidak satupun deskriptor yang nampak
2 Satu deskriptor yang nampak
3 Dua deskriptor yang nampak
4 Semua deskriptor yang nampak
4. Indikator : meniru membentuk bangun datar dengan slime
Penjelasan :
Anak menirukan bentuk bangun datar dengan menggunakan slime.
Penilaian butir ini dilakukan dengan memperhatikan deskriptor, yaitu kegiatan
pengembangan :
a. Anak mampu membentuk bangun datar sesuai dengan yang dicontohkan
b. Anak menggunakan dua tangan
c. Anak mampu mengerjakan tanpa bantuan guru
Skala penilaian Penjelasan
1 Tidak satupun deskriptor yang nampak
2 Satu deskriptor yang nampak
3 Dua deskriptor yang nampak
4 Semua deskriptor yang nampak
5. Indikator : membuka serta menutup tutup botol
Penjelasan :
Anak membuka dan menutup tutup botol.
Penilaian butir ini dilakukan dengan memperhatikan deskriptor, yaitu kegiatan
pengembangan :
a. Anak mampu memegang botol dengan dua tangan
b. Anak mampu mrmbuka botol dengan satu tangan
c. Anak mampu membuka dan menutup tutup botol tanpa bantuan guru
6. Indikator : menggunting dengan berbagai media dengan pola lurus, lengkukng, segitiga dan
miring.
Penjelasan :
Anak dapat memegang gunting dan menggunting.
Penilaian butir ini dilakukan dengan memperhatikan deskriptor, yaitu kegiatan
pengembangan :
a. Anak mampu memasukan jari kedalam lubang gunting dengan benar
b. Anak mampu menggunting pola
c. Anak menggunting tanpa bantuan guru
Skala penilaian Penjelasan
1 Tidak satupun deskriptor yang nampak
2 Satu deskriptor yang nampak
3 Dua deskriptor yang nampak
4 Semua deskriptor yang nampak
Skala penilaian Penjelasan
1 Tidak satupun deskriptor yang nampak
2 Satu deskriptor yang nampak
3 Dua deskriptor yang nampak
4 Semua deskriptor yang nampak
7. Indikator : meronce dengan sedotan sesuai pola
Penjelasan :
Anak memasukan sedotan kedalam tali sesuai pola
Penilaian butir ini dilakukan dengan memperhatikan deskriptor, yaitu kegiatan
pengembangan :
a. Anak mampu memasukkan sedotan kedalam tali
b. Anak mampu melakukan meronce dengan dua tangan
c. Anak mampu mengerjakan tanpa bantuan guru
8. Indikator : memasang dan melepas kancing baju
Penjelasan :
Anak memasang dan melepas kancing pada baju
Penilaian butir ini dilakukan dengan memperhatikan deskriptor, yaitu kegiatan
pengembangan :
a. Anak mampu memasang kancing dengan dua tangan
b. Anak mampu melepas kancing dengan dua tangan
c. Anak mampu melakukan tanpa bantuan guru
Skala penilaian Penjelasan
1 Tidak satupun deskriptor yang nampak
2 Satu deskriptor yang nampak
3 Dua deskriptor yang nampak
4 Semua deskriptor yang nampak
Skala penilaian Penjelasan
1 Tidak satupun deskriptor yang nampak
2 Satu deskriptor yang nampak
3 Dua deskriptor yang nampak
4 Semua deskriptor yang nampak
9. Indikator : meremas slime
Penjelasan :
Anak meremas slime dengan seluruh jari menggenggam slime
Penilaian butir ini dilakukan dengan memperhatikan deskriptor, yaitu kegiatan
pengembangan :
a. Anak mampu menggenggam slime penuh di tangan
b. Anak mampu melepaskan slime yang ada ditangan setelah meremas
c. Anak meremas tanpa bantuan guru
10. Indikator : menarik slime
Penjelasan :
Anak menarik slime dengan dua tangan.
Penilaian butir ini dilakukan dengan memperhatikan deskriptor, yaitu kegiatan
pengembangan :
a. Anak
b. Anak menggunakan dua tangan ketika menarik slime
c. Anak melakukan tanpa bantuan guru
Skala penilaian Penjelasan
1 Tidak satupun deskriptor yang nampak
2 Satu deskriptor yang nampak
3 Dua deskriptor yang nampak
4 Semua deskriptor yang nampak
Skala penilaian Penjelasan
1 Tidak satupun deskriptor yang nampak
2 Satu deskriptor yang nampak
3 Dua deskriptor yang nampak
4 Semua deskriptor yang nampak
11. Indikator : membuat berbagai bentuk dengan slime
Penjelasan :
Anak membuat berbagai bentuk dengan jelas menggunakan slime.
Penilaian butir ini dilakukan dengan memperhatikan deskriptor, yaitu kegiatan
pengembangan :
a. Anak membuat bentuk dengan slime
b. Anak membuat bentuk dengan jelas dengan slime
c. Anak mengerjakan tanpa bantuan guru
12. Indikator : anak membentuk gambar yang dicontohkan guru dengan slime
Penjelasan :
Anak membentuuk gambar yang telah dicontohkan guru dengan slime.
Penilaian butir ini dilakukan dengan memperhatikan deskriptor, yaitu kegiatan
pengembangan :
a. Anak mampu menirukan sesuai dengan perintah
b. Anak mampu menggunakan dua tangan
c. Anak melakukan tanpa bantuan guru
Skala penilaian Penjelasan
1 Tidak satupun deskriptor yang nampak
2 Satu deskriptor yang nampak
3 Dua deskriptor yang nampak
4 Semua deskriptor yang nampak
Skala penilaian Penjelasan
1 Tidak satupun deskriptor yang nampak
2 Satu deskriptor yang nampak
3 Dua deskriptor yang nampak
4 Semua deskriptor yang nampak
Lampiran 4
Hasil Penilaian Instrumen Pra Penelitian
Keterampilan Motorik Halus Melalui Kegiatan Bermain Slime
No Nama Butir Σ % Kategori
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 ANZ 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 14 29.16 Rendah
2 AK 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 25 Rendah
3 AR 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 25 Rendah
4 DZR 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 13 27.8 Rendah
5 EW 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 14 29.16 Rendah
6 EPS 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 25 Rendah
7 SR 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 25 Rendah
8 NNM 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 25 Rendah
9 NMS 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 25 Rendah
10 RAA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 25 Rendah
11 SJN 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 13 27.8 Rendah
12 SPA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 25 Rendah
ZK 150 312.5
Rata-Rata 12.5 26.04
Keterangan Tidak Tuntas Tidak Tuntas
Keterangan
Aspek 1
Aspek 2
Aspek 3
Lampiran 5
Penilaian Instrumen Penelitian Siklus I
Keterampilan Motorik Halus Melalui Kegiatan Bermain Slime
No Nama Butir Σ % Kategori 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 ANZ 2 2 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 32 66.66
2 AK 2 2 2 2 2 2 1 2 2 3 2 2 24 50
3 AR 1 2 1 1 2 1 1 2 2 2 1 1 17 35.41
4 DZR 3 2 3 2 3 3 2 2 3 2 2 3 30 62.5
5 EW 3 2 3 3 2 2 2 3 3 4 3 3 33 68.75
6 EPS 2 3 3 2 2 2 2 2 3 3 2 2 28 58.33
7 SR 2 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 29 60.41
8 NNM 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 3 2 23 47.91
9 NMS 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 3 2 28 58.33
10 RAA 2 2 3 2 2 2 3 3 2 2 2 3 28 58.33
11 SJN 3 2 2 3 2 3 2 2 2 3 2 3 29 60.41
12 SPA 3 2 3 2 2 2 3 3 2 2 2 3 29 60.41
ZK 330 687.5
Rata-Rata 27.5 57.29
Keterangan
Keterangan
Aspek 1
Aspek 2
Aspek 3
Lampiran 6
Nama : ANZ Tempat : PAUD MUBINA
keterangan : 4. Berkembang Sangat Baik (BSB) 3. Berkembang Sesuai Harapan (BSH) 2. Mulai Berkembang (MB) 1. Belum Berkembang (MB)
No Indikator
Aspek Penilaian BSB (4) BSH(3) BSB (2) MB(1)
1 Merobek kertas dengan menggunakan dua tangan 2 Menangkap dengan dua tangan 3 Mengeluarkan slime dari cup 4 Membentuk bangun datar dengan slime 5 Membuka serta menutup tutup botol 6 Menggunting berbagai media dengan pola lurus, lengkung, segitiga, miring 7 Meronce dengan sedotan sesuai pola 8 Memasang dan melepas kancing 9 Meremas slime 10 Menarik slime 11 membuat berbagai bentuk dari slime 12 Membentuk gambar yang dicontohkan guru Jumlah 32
Nama : AK Tempat : PAUD MUBINA
keterangan : 4. Berkembang Sangat Baik (BSB) 3. Berkembang Sesuai Harapan (BSH) 2. Mulai Berkembang (MB) 1. Belum Berkembang (MB)
No Indikator
Aspek Penilaian BSB (4) BSH(3) BSB (2) MB(1) 1 Merobek kertas dengan menggunakan dua tangan 2 Menangkap dengan dua tangan 3 Mengeluarkan slime dari cup 4 Membentuk bangun datar dengan slime 5 Membuka serta menutup tutup botol 6 Menggunting berbagai media dengan pola lurus, lengkung, segitiga, miring 7 Meronce dengan sedotan sesuai pola 8 Memasang dan melepas kancing 9 Meremas slime 10 Menarik slime 11 membuat berbagai bentuk dari slime 12 Membentuk gambar yang dicontohkan guru Jumlah 24
Nama : AR Tempat : PAUD MUBINA
keterangan : 4. Berkembang Sangat Baik (BSB) 3. Berkembang Sesuai Harapan (BSH) 2. Mulai Berkembang (MB) 1. Belum Berkembang (MB)
No Indikator
Aspek Penilaian BSB (4) BSH(3) BSB (2) MB(1) 1 Merobek kertas dengan menggunakan dua tangan 2 Menangkap dengan dua tangan 3 Mengeluarkan slime dari cup 4 Membentuk bangun datar dengan slime 5 Membuka serta menutup tutup botol 6 Menggunting berbagai media dengan pola lurus, lengkung, segitiga, miring 7 Meronce dengan sedotan sesuai pola 8 Memasang dan melepas kancing 9 Meremas slime 10 Menarik slime 11 membuat berbagai bentuk dari slime 12 Membentuk gambar yang dicontohkan guru Jumlah 17
Nama : DZR Tempat : PAUD MUBINA
keterangan : 4. Berkembang Sangat Baik (BSB) 3. Berkembang Sesuai Harapan (BSH) 2. Mulai Berkembang (MB) 1. Belum Berkembang (MB)
No Indikator
Aspek Penilaian BSB (4) BSH(3) BSB (2) MB(1) 1 Merobek kertas dengan menggunakan dua tangan 2 Menangkap dengan dua tangan 3 Mengeluarkan slime dari cup 4 Membentuk bangun datar dengan slime 5 Membuka serta menutup tutup botol 6 Menggunting berbagai media dengan pola lurus, lengkung, segitiga, miring 7 Meronce dengan sedotan sesuai pola 8 Memasang dan melepas kancing 9 Meremas slime 10 Menarik slime 11 membuat berbagai bentuk dari slime 12 Membentuk gambar yang dicontohkan guru Jumlah 30
Nama : EW Tempat : PAUD MUBINA
keterangan : 4. Berkembang Sangat Baik (BSB) 3. Berkembang Sesuai Harapan (BSH) 2. Mulai Berkembang (MB) 1. Belum Berkembang (MB)
No Indikator
Aspek Penilaian BSB (4) BSH(3) BSB (2) MB(1) 1 Merobek kertas dengan menggunakan dua tangan 2 Menangkap dengan dua tangan 3 Mengeluarkan slime dari cup 4 Membentuk bangun datar dengan slime 5 Membuka serta menutup tutup botol 6 Menggunting berbagai media dengan pola lurus, lengkung, segitiga, miring 7 Meronce dengan sedotan sesuai pola 8 Memasang dan melepas kancing 9 Meremas slime 10 Menarik slime 11 membuat berbagai bentuk dari slime 12 Membentuk gambar yang dicontohkan guru Jumlah 33
Nama : EPS Tempat : PAUD MUBINA
keterangan : 4. Berkembang Sangat Baik (BSB) 3. Berkembang Sesuai Harapan (BSH) 2. Mulai Berkembang (MB) 1. Belum Berkembang (MB)
No Indikator
Aspek Penilaian BSB (4) BSH(3) BSB (2) MB(1) 1 Merobek kertas dengan menggunakan dua tangan 2 Menangkap dengan dua tangan 3 Mengeluarkan slime dari cup 4 Membentuk bangun datar dengan slime 5 Membuka serta menutup tutup botol 6 Menggunting berbagai media dengan pola lurus, lengkung, segitiga, miring 7 Meronce dengan sedotan sesuai pola 8 Memasang dan melepas kancing 9 Meremas slime 10 Menarik slime 11 membuat berbagai bentuk dari slime 12 Membentuk gambar yang dicontohkan guru Jumlah 28
Nama : SR Tempat : PAUD MUBINA
keterangan : 4. Berkembang Sangat Baik (BSB) 3. Berkembang Sesuai Harapan (BSH) 2. Mulai Berkembang (MB) 1. Belum Berkembang (MB)
No Indikator
Aspek Penilaian BSB (4) BSH(3) BSB (2) MB(1) 1 Merobek kertas dengan menggunakan dua tangan 2 Menangkap dengan dua tangan 3 Mengeluarkan slime dari cup 4 Membentuk bangun datar dengan slime 5 Membuka serta menutup tutup botol 6 Menggunting berbagai media dengan pola lurus, lengkung, segitiga, miring 7 Meronce dengan sedotan sesuai pola 8 Memasang dan melepas kancing 9 Meremas slime 10 Menarik slime 11 membuat berbagai bentuk dari slime 12 Membentuk gambar yang dicontohkan guru Jumlah 29
Nama :NNM Tempat : PAUD MUBINA
keterangan : 4. Berkembang Sangat Baik (BSB) 3. Berkembang Sesuai Harapan (BSH) 2. Mulai Berkembang (MB) 1. Belum Berkembang (MB)
No Indikator
Aspek Penilaian BSB (4) BSH(3) BSB (2) MB(1) 1 Merobek kertas dengan menggunakan dua tangan 2 Menangkap dengan dua tangan 3 Mengeluarkan slime dari cup 4 Membentuk bangun datar dengan slime 5 Membuka serta menutup tutup botol 6 Menggunting berbagai media dengan pola lurus, lengkung, segitiga, miring 7 Meronce dengan sedotan sesuai pola 8 Memasang dan melepas kancing 9 Meremas slime 10 Menarik slime 11 membuat berbagai bentuk dari slime 12 Membentuk gambar yang dicontohkan guru Jumlah 23
Nama : NMS Tempat : PAUD MUBINA
keterangan : 4. Berkembang Sangat Baik (BSB) 3. Berkembang Sesuai Harapan (BSH) 2. Mulai Berkembang (MB) 1. Belum Berkembang (MB)
No Indikator
Aspek Penilaian BSB (4) BSH(3) BSB (2) MB(1) 1 Merobek kertas dengan menggunakan dua tangan 2 Menangkap dengan dua tangan 3 Mengeluarkan slime dari cup 4 Membentuk bangun datar dengan slime 5 Membuka serta menutup tutup botol 6 Menggunting berbagai media dengan pola lurus, lengkung, segitiga, miring 7 Meronce dengan sedotan sesuai pola 8 Memasang dan melepas kancing 9 Meremas slime 10 Menarik slime 11 membuat berbagai bentuk dari slime 12 Membentuk gambar yang dicontohkan guru Jumlah 28
Nama : RAA Tempat : PAUD MUBINA
keterangan : 4. Berkembang Sangat Baik (BSB) 3. Berkembang Sesuai Harapan (BSH) 2. Mulai Berkembang (MB) 1. Belum Berkembang (MB)
No Indikator
Aspek Penilaian BSB (4) BSH(3) BSB (2) MB(1) 1 Merobek kertas dengan menggunakan dua tangan 2 Menangkap dengan dua tangan 3 Mengeluarkan slime dari cup 4 Membentuk bangun datar dengan slime 5 Membuka serta menutup tutup botol 6 Menggunting berbagai media dengan pola lurus, lengkung, segitiga, miring 7 Meronce dengan sedotan sesuai pola 8 Memasang dan melepas kancing 9 Meremas slime 10 Menarik slime 11 membuat berbagai bentuk dari slime 12 Membentuk gambar yang dicontohkan guru Jumlah 28
Nama : SJN Tempat : PAUD MUBINA
keterangan : 4. Berkembang Sangat Baik (BSB) 3. Berkembang Sesuai Harapan (BSH) 2. Mulai Berkembang (MB) 1. Belum Berkembang (MB)
No Indikator
Aspek Penilaian BSB (4) BSH(3) BSB (2) MB(1) 1 Merobek kertas dengan menggunakan dua tangan 2 Menangkap dengan dua tangan 3 Mengeluarkan slime dari cup 4 Membentuk bangun datar dengan slime 5 Membuka serta menutup tutup botol 6 Menggunting berbagai media dengan pola lurus, lengkung, segitiga, miring 7 Meronce dengan sedotan sesuai pola 8 Memasang dan melepas kancing 9 Meremas slime 10 Menarik slime 11 membuat berbagai bentuk dari slime 12 Membentuk gambar yang dicontohkan guru Jumlah 29
Nama : SPA Tempat : PAUD MUBINA
keterangan : 4. Berkembang Sangat Baik (BSB) 3. Berkembang Sesuai Harapan (BSH) 2. Mulai Berkembang (MB) 1. Belum Berkembang (MB)
No Indikator
Aspek Penilaian BSB (4) BSH(3) BSB (2) MB(1) 1 Merobek kertas dengan menggunakan dua tangan 2 Menangkap dengan dua tangan 3 Mengeluarkan slime dari cup 4 Membentuk bangun datar dengan slime 5 Membuka serta menutup tutup botol 6 Menggunting berbagai media dengan pola lurus, lengkung, segitiga, miring 7 Meronce dengan sedotan sesuai pola 8 Memasang dan melepas kancing 9 Meremas slime 10 Menarik slime 11 membuat berbagai bentuk dari slime 12 Membentuk gambar yang dicontohkan guru Jumlah 29
Lampiran 7
Penilaian Instrumen Penelitian Siklus II
Keterampilan Motorik Halus Melalui Kegiatan Bermain Slime
No Nama Butir
Σ %
Kategori 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 ANZ 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 4 4 37 77.08
2 AK 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 37 77.08
3 AR 3 3 3 3 3 3 2 3 4 4 2 3 36 75
4 DZR 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 37 77.08
5 EW 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 39 81.25
6 EPS 3 3 3 2 3 2 3 2 3 3 3 3 33 68.75
7 SR 3 3 4 3 3 2 3 3 3 3 3 4 37 77.08
8 NNM 3 3 4 3 3 2 2 3 2 3 4 4 36 75
9 NMS 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 36 75
10 RAA 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 39 81.25
11 SJN 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 37 77.08
12 SPA 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 36 75
ZK 440 916.66
Rata-Rata 36.66667 76.388889
Keterangan
Keterangan
Aspek 1
Aspek 2
Aspek 3
Lampiran 8
Nama : ANZ Tempat : PAUD MUBINA
keterangan : 4. Berkembang Sangat Baik (BSB) 3. Berkembang Sesuai Harapan (BSH) 2. Mulai Berkembang (MB) 1. Belum Berkembang (MB)
No Indikator
Aspek Penilaian BSB (4) BSH(3) BSB (2) MB(1)
1 Merobek kertas dengan menggunakan dua tangan 2 Menangkap dengan dua tangan 3 Mengeluarkan slime dari cup 4 Membentuk bangun datar dengan slime 5 Membuka serta menutup tutup botol
6 Menggunting berbagai media dengan pola lurus, lengkung, segitiga,
miring 7 Meronce dengan sedotan sesuai pola 8 Memasang dan melepas kancing 9 Meremas slime 10 Menarik slime 11 membuat berbagai bentuk dari slime 12 Membentuk gambar yang dicontohkan guru Jumlah 37
Nama : AK Tempat : PAUD MUBINA
keterangan : 4. Berkembang Sangat Baik (BSB) 3. Berkembang Sesuai Harapan (BSH) 2. Mulai Berkembang (MB) 1. Belum Berkembang (MB)
No Indikator
Aspek Penilaian BSB (4) BSH(3) BSB (2) MB(1) 1 Merobek kertas dengan menggunakan dua tangan 2 Menangkap dengan dua tangan 3 Mengeluarkan slime dari cup 4 Membentuk bangun datar dengan slime 5 Membuka serta menutup tutup botol
6 Menggunting berbagai media dengan pola lurus, lengkung, segitiga,
miring 7 Meronce dengan sedotan sesuai pola 8 Memasang dan melepas kancing 9 Meremas slime 10 Menarik slime 11 membuat berbagai bentuk dari slime 12 Membentuk gambar yang dicontohkan guru Jumlah 37
Nama : AR Tempat : PAUD MUBINA
keterangan : 4. Berkembang Sangat Baik (BSB) 3. Berkembang Sesuai Harapan (BSH) 2. Mulai Berkembang (MB) 1. Belum Berkembang (MB)
No Indikator
Aspek Penilaian BSB (4) BSH(3) BSB (2) MB(1) 1 Merobek kertas dengan menggunakan dua tangan 2 Menangkap dengan dua tangan 3 Mengeluarkan slime dari cup 4 Membentuk bangun datar dengan slime 5 Membuka serta menutup tutup botol
6 Menggunting berbagai media dengan pola lurus, lengkung, segitiga,
miring 7 Meronce dengan sedotan sesuai pola 8 Memasang dan melepas kancing 9 Meremas slime 10 Menarik slime 11 membuat berbagai bentuk dari slime 12 Membentuk gambar yang dicontohkan guru Jumlah 36
Nama : DZR Tempat : PAUD MUBINA
keterangan : 4. Berkembang Sangat Baik (BSB) 3. Berkembang Sesuai Harapan (BSH) 2. Mulai Berkembang (MB) 1. Belum Berkembang (MB)
No Indikator
Aspek Penilaian BSB (4) BSH(3) BSB (2) MB(1) 1 Merobek kertas dengan menggunakan dua tangan 2 Menangkap dengan dua tangan 3 Mengeluarkan slime dari cup 4 Membentuk bangun datar dengan slime 5 Membuka serta menutup tutup botol
6 Menggunting berbagai media dengan pola lurus, lengkung, segitiga,
miring 7 Meronce dengan sedotan sesuai pola 8 Memasang dan melepas kancing 9 Meremas slime 10 Menarik slime 11 membuat berbagai bentuk dari slime 12 Membentuk gambar yang dicontohkan guru Jumlah 37
Nama : EW Tempat : PAUD MUBINA
keterangan : 4. Berkembang Sangat Baik (BSB) 3. Berkembang Sesuai Harapan (BSH) 2. Mulai Berkembang (MB) 1. Belum Berkembang (MB)
No Indikator
Aspek Penilaian BSB (4) BSH(3) BSB (2) MB(1) 1 Merobek kertas dengan menggunakan dua tangan 2 Menangkap dengan dua tangan 3 Mengeluarkan slime dari cup 4 Membentuk bangun datar dengan slime 5 Membuka serta menutup tutup botol
6 Menggunting berbagai media dengan pola lurus, lengkung, segitiga,
miring 7 Meronce dengan sedotan sesuai pola 8 Memasang dan melepas kancing 9 Meremas slime 10 Menarik slime 11 membuat berbagai bentuk dari slime 12 Membentuk gambar yang dicontohkan guru Jumlah 39
Nama : EPS Tempat : PAUD MUBINA
keterangan : 4. Berkembang Sangat Baik (BSB) 3. Berkembang Sesuai Harapan (BSH) 2. Mulai Berkembang (MB) 1. Belum Berkembang (MB)
No Indikator
Aspek Penilaian BSB (4) BSH(3) BSB (2) MB(1) 1 Merobek kertas dengan menggunakan dua tangan 2 Menangkap dengan dua tangan 3 Mengeluarkan slime dari cup 4 Membentuk bangun datar dengan slime 5 Membuka serta menutup tutup botol
6 Menggunting berbagai media dengan pola lurus, lengkung, segitiga,
miring 7 Meronce dengan sedotan sesuai pola 8 Memasang dan melepas kancing 9 Meremas slime 10 Menarik slime 11 membuat berbagai bentuk dari slime 12 Membentuk gambar yang dicontohkan guru Jumlah 33
Nama : SR Tempat : PAUD MUBINA
keterangan : 4. Berkembang Sangat Baik (BSB) 3. Berkembang Sesuai Harapan (BSH) 2. Mulai Berkembang (MB) 1. Belum Berkembang (MB)
No Indikator
Aspek Penilaian BSB (4) BSH(3) BSB (2) MB(1) 1 Merobek kertas dengan menggunakan dua tangan 2 Menangkap dengan dua tangan 3 Mengeluarkan slime dari cup 4 Membentuk bangun datar dengan slime 5 Membuka serta menutup tutup botol
6 Menggunting berbagai media dengan pola lurus, lengkung, segitiga,
miring 7 Meronce dengan sedotan sesuai pola 8 Memasang dan melepas kancing 9 Meremas slime 10 Menarik slime 11 membuat berbagai bentuk dari slime 12 Membentuk gambar yang dicontohkan guru Jumlah 37
Nama :NNM Tempat : PAUD MUBINA
keterangan : 4. Berkembang Sangat Baik (BSB) 3. Berkembang Sesuai Harapan (BSH) 2. Mulai Berkembang (MB) 1. Belum Berkembang (MB)
No Indikator
Aspek Penilaian BSB (4) BSH(3) BSB (2) MB(1) 1 Merobek kertas dengan menggunakan dua tangan 2 Menangkap dengan dua tangan 3 Mengeluarkan slime dari cup 4 Membentuk bangun datar dengan slime 5 Membuka serta menutup tutup botol
6 Menggunting berbagai media dengan pola lurus, lengkung, segitiga,
miring 7 Meronce dengan sedotan sesuai pola 8 Memasang dan melepas kancing 9 Meremas slime 10 Menarik slime 11 membuat berbagai bentuk dari slime 12 Membentuk gambar yang dicontohkan guru Jumlah 36
Nama : NMS Tempat : PAUD MUBINA
keterangan : 4. Berkembang Sangat Baik (BSB) 3. Berkembang Sesuai Harapan (BSH) 2. Mulai Berkembang (MB) 1. Belum Berkembang (MB)
No Indikator
Aspek Penilaian BSB (4) BSH(3) BSB (2) MB(1) 1 Merobek kertas dengan menggunakan dua tangan 2 Menangkap dengan dua tangan 3 Mengeluarkan slime dari cup 4 Membentuk bangun datar dengan slime 5 Membuka serta menutup tutup botol
6 Menggunting berbagai media dengan pola lurus, lengkung, segitiga,
miring 7 Meronce dengan sedotan sesuai pola 8 Memasang dan melepas kancing 9 Meremas slime 10 Menarik slime 11 membuat berbagai bentuk dari slime 12 Membentuk gambar yang dicontohkan guru Jumlah 36
Nama : RAA Tempat : PAUD MUBINA
keterangan : 4. Berkembang Sangat Baik (BSB) 3. Berkembang Sesuai Harapan (BSH) 2. Mulai Berkembang (MB) 1. Belum Berkembang (MB)
No Indikator
Aspek Penilaian BSB (4) BSH(3) BSB (2) MB(1) 1 Merobek kertas dengan menggunakan dua tangan 2 Menangkap dengan dua tangan 3 Mengeluarkan slime dari cup 4 Membentuk bangun datar dengan slime 5 Membuka serta menutup tutup botol
6 Menggunting berbagai media dengan pola lurus, lengkung, segitiga,
miring 7 Meronce dengan sedotan sesuai pola 8 Memasang dan melepas kancing 9 Meremas slime 10 Menarik slime 11 membuat berbagai bentuk dari slime 12 Membentuk gambar yang dicontohkan guru Jumlah 39
Nama : SJN Tempat : PAUD MUBINA
keterangan : 4. Berkembang Sangat Baik (BSB) 3. Berkembang Sesuai Harapan (BSH) 2. Mulai Berkembang (MB) 1. Belum Berkembang (MB)
No Indikator
Aspek Penilaian BSB (4) BSH(3) BSB (2) MB(1) 1 Merobek kertas dengan menggunakan dua tangan 2 Menangkap dengan dua tangan 3 Mengeluarkan slime dari cup 4 Membentuk bangun datar dengan slime 5 Membuka serta menutup tutup botol
6 Menggunting berbagai media dengan pola lurus, lengkung, segitiga,
miring 7 Meronce dengan sedotan sesuai pola 8 Memasang dan melepas kancing 9 Meremas slime 10 Menarik slime 11 membuat berbagai bentuk dari slime 12 Membentuk gambar yang dicontohkan guru Jumlah 36
Nama : SPA Tempat : PAUD MUBINA
keterangan : 4. Berkembang Sangat Baik (BSB) 3. Berkembang Sesuai Harapan (BSH) 2. Mulai Berkembang (MB) 1. Belum Berkembang (MB)
No Indikator
Aspek Penilaian BSB (4) BSH(3) BSB (2) MB(1) 1 Merobek kertas dengan menggunakan dua tangan 2 Menangkap dengan dua tangan 3 Mengeluarkan slime dari cup 4 Membentuk bangun datar dengan slime 5 Membuka serta menutup tutup botol
6 Menggunting berbagai media dengan pola lurus, lengkung, segitiga,
miring 7 Meronce dengan sedotan sesuai pola 8 Memasang dan melepas kancing 9 Meremas slime 10 Menarik slime 11 membuat berbagai bentuk dari slime 12 Membentuk gambar yang dicontohkan guru Jumlah 36
Lampiran 9
Pelaksanaan siklus I
No. Tindakan Kegiatan awal Kegiatan Inti Kegiatan Akhir Media Tema
1. Bermain slime
dengan
membentuk
lingkaran
- Guru
mengucapkan
salam dan
dijawab oleh
anak-anak
-
- Guru
mengajak
anak untuk
bernyanyi-
nyanyi
- Guru
menjelaskan
tentang
bangun datar
- Guru
menjelaskan
peraturan,
cara bermain
serta
bahayanya
jika tidak
mengikuti
peraturan
tentang cara
bermain slime
- Guru
membagikan
slime sesuai
dengan wadah
yang telah
diberi nama
- Guru
memberikan
contoh
membentuk
lingkaran
dengan
- Guru
mendokumenta
sikan hasi
karya anak
- Mencuci
tangan
- berdoa
slime
Bangun datar
menggunakan
slime
2. Bermain slime
dengan
membentuk
segitiga
- Guru
mengucapkan
salam dan
dijawab oleh
anak-anak
- Guru
membimbing
anak-anak
untuk
membaca doa
sehari-hari
- Guru
menjelaskan
tentang
bangun datar
- Guru
menjelaskan
peraturan,
cara bermain
serta
bahayanya
jika tidak
mengikuti
peraturan
tentang cara
bermain slime
- Guru
membagikan
slime sesuai
dengan wadah
yang telah
- Guru
mendokumenta
sikan hasi
karya anak
- Mencuci
tangan
- Guru
melakukan
Tanya jawab
- Berdoa
Slime Bangun datar
diberi nama
- Guru mebrikan
contoh
membentuk
segitiga
dengan slime
3. Bermain slime
membentuk
setengah
lingkaran
- Guru
mengucapkan
salam dan
dijawab oleh
anak-anak
- Berdoa
sebelum
belajar
- Guru
mengajak
anak untuk
bernyanyi-
nyanyi
- Guru
mengajak
anak untuk
senam
- Guru
menjelaskan
tentang
bangun datar
- Guru
mencontohkan
membuat
bentuk segitiga
dengan
menggunakan
slime
- Guru
mendokumenta
sikan hasi
karya anak
- Mencuci
tangan
- Guru
memberikan
reward
(bintang
ditangan )
- Berdoa setelah
selesai belajar
Slime Bangun datar
4. bermain slime
membentuk
persegi
panjang
- Guru dan
anak-anak
melakukan
doa sebelum
belajar
bersama-
sama
- Guru
membimbing
a anak untuk
- Guru
menjelaskan
bangun datar
- Guru
mencontohkan
membuat
persegi
panjang
dengan
menggunakan
- Guru
mendokument
asikan hasil
karya anak
- Guru
melakukan
Tanya jawab
- Guru
memberikan
apresiasi
Slime Bangun datar
membaca
surah pendek
- Dan guru
membimbing
anak
membaca doa
sehari-hari
slime - Berdoa setelah
selesai belajar
5. bermain slime
membentuk
persegi
- Guru dan
anak-anak
melakukan
doa bersama
sebelum
belajar
- Guru
mengucapka
n salam
- Guru mulai
memainkan
sebuah
permainan
- Anak-anak
praktik sholat
- Guru
menjelaskan
tentang
bangun datar
- Guru
mencontohkan
membuat
persegi
dengan
menggunakan
slime
- Guru
mendokumenta
sikan hasil
karya anak
- Memberikan
reward bintang
di tangan
- Guru
melakukan
Tanya jawab
- Berdoa setelah
selesai belajar
Slime Bangun datar
Pelaksanaan siklus II
No Tindakan Awal Inti Penutup Media Tema
1. Bermain slime
membentuk
pohon
- Guru dan anak-
anak
mengucapkan
salam
- Guru
- Guru
membagikan
slime yang telah
diberi pewarna
- Guru melakukan
- Guru
Mendokumentas
ikan hasil karya
anak
- Memberikan
Slime Tanaman
membimbing
anak untuk
membaca doa
sebelum belajar
- Guru mengajak
anak untuk
bernyanyi
tanya jawab
tentang pohon
- Guru
memberikan
contoh
membentuk
pohon dengan
slime
apresiasi
- Membaca doa
setelah belajar
2. Bermain slime
membentuk
bunga
- Guru dan anak-
anak
mengucapkan
salam
- Guru
membimbing
anak untuk
membaca doa
sebelum belajar
- Guru membuat
sebuah
permainan
- Guru melakukan
tanya jawab
tentang bunga
- Guru
memberikan
contoh
membentuk
Bunga
menggunakan
slime
- Guru
mendokumenta
sikan hasil
karya anak
- Guru
memberika
apresiasi
- Membaca doa
setelah belajar
Slime Tanaman
3. Bermain slime
mebentuk
rumah
- Guru dan anak-
anak
mengucapkan
salam
- Guru
membimbing
anak untuk
membaca doa
sebelum belajar
- Guru dan anak
membaca doa
sehari-hari
- Guru mengajak
- Guru melakukan
tanya jawab
tentang rumah
- Guru
memberikan
contoh
membentuk
rumah dengan
menggunakan
slime
- Guru
mendokumenta
sikan hasil
karya anak
- Guru
memberikan
bintang
- Guru dan anak
membaca doa
setelah selesai
belajar
Slime Rumah ku
anak untuk
senam
4. Bermain slime
membentuk
rumah dan
awan
- Guru dan anak-
anak
mengucapkan
salam
- Guru
membimbing
anak untuk
membaca doa
sebelum belajar
- Guru dan anak
bermain kosa
kata bahasa
arab dan
inggris
- Guru
memberikan
buku tugas anak
- Guru
mencontohkan
membentuk
pohon dengan
menggunakan
slime
- Guru
mendokumenta
sikan hasil
karya anak
- Guru
memberikan
apresiasi
- Membaca doa
setelah selesai
belajar
Slime Rumah ku
5. Bermain slime
membentuk
rumah, awan
dan pohon
- Guru dan anak-
anak
mengucapkan
salam
- Guru
membimbing
anak untuk
membaca doa
sebelum belajar
- Guru dan anak
berlatih kosa
kata bahasa
arab dan
inggris
- Guru dan anak
membaca doa
sehari-hari
- Guru melakukan
tanya jawab
tentan rumah
- Guru
mencontohkan
membuat rumah,
awan dan pohon
menggunakan
slime
- Guru
mendokumenta
sikan hasil
karya anak
- Guru
memberikan
apresiasi
- Membaca doa
setelah belajar.
Slime Rumah ku