Post on 22-Feb-2023
ARTIKEL
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG KEGAWATDARURATAN LUKA BAKAR TERHADAP
KESIAGAAN PENANGANAN LUKA BAKAR AKIBAT AIR PANAS PADA PEKERJA
INDUSTRI TAHU DI KECAMATAN MLANDINGAN KABUPATEN
SITUBONDO
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan
Oleh : BAGUS RIFANDANI
1911011089
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER 2020
ARTIKEL
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG KEGAWATDARURATAN LUKA BAKAR TERHADAP
KESIAGAAN PENANGANAN LUKA BAKAR AKIBAT AIR PANAS PADA PEKERJA
INDUSTRI TAHU DI KECAMATAN MLANDINGAN KABUPATEN
SITUBONDO
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan
Oleh:
Bagus Rifandani 1911011089
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2020
PERNYATAAN PERSETUJUAN
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG
KEGAWATDARURATAN LUKA BAKAR TERHADAP KESIAGAAN PENANGANAN LUKA BAKAR
AKIBAT AIR PANAS PADA PEKERJA INDUSTRI TAHU DI KECAMATAN
MLANDINGAN KABUPATEN SITUBONDO
Bagus Rifandani
NIM. 19 1101 10 89
Aritikel ini telah diperiksa oleh pembimbing dan telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Jember
Jember, 17 September 2020
Pembimbing I
Ns. Cipto Susilo, S. Kep., S.Pd, M.Kep NIP. 19700715 1 93 05 382
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG KEGAWATDARURATAN LUKA BAKAR TERHADAP
KESIAGAAN PENANGANAN LUKA BAKAR AKIBAT AIR PANAS PADA PEKERJA
INDUSTRI TAHU DI KECAMATAN MLANDINGAN KABUPATEN
SITUBONDO
(INFLUENCE ON HEALTH EDUCATION BURNING EMERGENCIES AGAINST FIRE HANDLING PREPAREDNESS DUE TO HOT WATER ON
WORKERS INDUSTRIES KNOW IN THE DISTRICT MLANDINGAN DISTRICT SITUBONDO)
Bagus rifandani1), Ns. Cipto Susilo, S. Kep., S.Pd, M.Kep.2), Ns. Mohammad Ali
Hamid, S. Kep., M.Kes.3) 1)Student of Health Science Faculty of Muhammadiyah Jember University
2,3) Health Science Faculty, Muhammadiyah Jember University
Karimata Street no. 49 Jember Phone: (0331) 332240, Fax: (0331) 337957 E-mail: bagusrifandany04@gmai.com
ABSTRAK Pendidikan kesehatan merupakan usaha untuk membantu seseorang mencapai derajat kesehatan yang optimal .Kesiapsiagaan adalah kegiatan yang difokuskan pada pengembangan rencana untuk menanggapi bencana secara tepat dan efektif. Luka Bakar adalah kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air, bahan kimia, listrik dan radiasi. Pendidikan kesehatan juga dapat diberikan melalui metode ceramah dan demonstrasi. Tujuan penelitian adalah mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap kesiapsiagaan penangan luka bakar. Desain pada penelitian ini adalah One Group Pretest and Posttest, sampel pada penelitian ini sebesar 40 dengan tehnik purposive sampling, pengumpulan data menggunakan metode kuisioner dan lembar observasi terstruktur, analisis data dengan uji statistik uji wilcoxon. Hasil penelitian ini didapatkan bahwa ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang kegawatdaruratan luka bakar terhadap kesiapsiagaan penanganan luka bakar pada pekerja industri tahu kecamatan Mlandingan, dengan p value = 0.000. Oleh karena itu metode ceramah dan demostrasi dapat digunakan untuk kegiatan pembelajaran kesiapsiagaan penanganan luka bakar. Kata kunci : Pendidikan kesehatan, Kesiapsiagaan, Penanganan, Luka Bakar.
ABSTRACT Health education is an attempt to help a person achieve optimal health status Preparedness is an activity that is focused on developing a plan to respond to disasters appropriately and effectively. Burns are caused by loss of tissue contact with a heat
source such as fire, water, chemicals, electricity and radiation. Health education may also be given through a lecture and demonstration. The research objective was to determine the effect of health education on preparedness handlers burns. Designs in this study is one group pretest and posttest, the sample in this study amounted to 40 with purposive sampling technique, data collection using structured questionnaires and observation sheets, data analysis with statistical tests Wilcoxon test. Results of this study showed that there is influence of health education on emergency preparedness burns against burns in workers districts Mlandingan tofu industry, with p value = 0.000. Therefore, methods of lecture and demonstrations can be used for learning activities preparedness burns. Keywords: Health education, preparedness, handling, Burns.
PENDAHULUAN
Kecelakaan kerja yang berhubungan
dengan benda-benda panas dapat
menyebabkan luka bakar pada bagian tubuh
manusia yang berkontak langsung dengan
benda tersebut. Terdapat beberapa pekerjaan
yang sangat rentan dengan terjadinya
kecelakaan kerja luka bakar. Luka bakar
dapat melukai fisik pekerja dan juga akan
mempengaruhi psikis pekerja dengan adanya
rasa trauma yang terjadi dalam kehidupan
sehari-hari. Kecelakaan seperti ini bisa terjadi
akbibat kesalahan manusia (human eror) atau
karena peralatan kerja yang tidan memenuhi
standart keselamatan kerja. Kecelakaan
massal (mass disaseter) luka bakar yang
terjadi tergolong kasus epidemik yang serius
dalam tahun-tahun belakangan ini (Nugroho,
2012). Luka bakar merupakan penyebab
kematian ketiga akibat kecelakaan, maka dari
itu luka bakar merupakan kegawat daruratan.
Luka bakar merupakan masalah yang
serius dalam kesehatan dunia, khususnya di
negara berkembang. Luka bakar merupakan
salah satu insiden yang sering terjadi di
masyarakat. Sekitar 2,5 juta orang mengalami
luka bakar di Amerika Serikat setiap
tahunnya dari kelompok ini 200.000 pasien
memerlukan penanganan rawat jalan dan
100.000 pasien dirawat di rumah sakit,
sekitar 12.000 meninggal setiap tahunnya.
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS) 2013, prevalensi luka bakar
di Indonesia sebesar 0,7%. Prevalensi
tertinggi terjadi pada usia 1-4 tahun (Arif
MZ, 2017).
Studi penelitian yang dilakukan di
kecamatan Mlandingan Situbondo, terdapat
ada 5 industri tahu yang mana telah dilakukan
observasi dan wawancara dengan pekerja
industri sekitar 38 responden, Dimana dari 38
responden mengatakan antara 75%-80% para
pekerja tahu mengalami luka bakar ringan
setiap harinya, dan sekitar 15% mengalami
luka bakar sedang maupun berat, dimana hal
itu jarang sekali terjadi di tempat industri
tersebut.
Salah satu kecelakaan kerja luka
bakar sering terjadi pada perusahaan kecil
menengah dengan tidak adanya standart
keselamatan bagi pekerja. Industri tahu
rumahan menjadi contoh kecil kehidupan
pekerja yang minim dengan adanya
keselamatan kerja. Pada industri tahu sering
terjadi kecelakaan kerja seperti tumpahnya air
saripati kedelai pada pekerja. Kecelakaan
kerja pada saat mengangkat rebusan kedelai
tanpa menggunakan APD (Alat Pelindung
Diri) mengakibatkan air tumpah sehingga
mengenai kulit dan jaringan dibawahnya, dan
menyebabkan menurunnya fungsi barier
kulit. Dengan menurunnya sistim imunitas
tubuh akibat luka bakar baik lokal maupun
sistemik merupakan faktor yang sangat
penting pada proses timbulnya infeksi
(Moenadjat, 2011).
Pengetahuan terhadap penanganan
pertama saat terjadi kecelakaan kerja bagi
pekerja sangatlah penting untuk menghindari
efek yang berbahaya dari kecelakaan kerja
tersebut, dan menghindari terjadinya
kematian. Oleh karena itu pekerja sebaiknya
dibekali pengetahuan terhadap penolongan
pertama pada pekerja di semua jenis industri,
baik itu industri besar sampai industri yang
tergolong rumah tangga atau industri kecil
(Saputra, 2014).
Berdasarkan penelitian, Percepatan
penyembuhan luka bakar bisa dilakukan
dengan pemberian antibiotik dan penanganan
yang tepat yaitu dengan mengaliri luka bakar
dengan air mengalir. Akan tetapi banyak
paradigma yang kurang tepat terhadap
penanganan luka,sehingga mengakibatkan
luka bakar menjadi lebih parah, luka bakar
juga dapat menyebabkan masalah psikologis
yaitu distress emosional (trauma) dan
psikologis yang berat dikarenakan cacat
akibat luka bakar dan bekas luka (scar)
(Revilla, 2013). Kecelakaan terjadi rata-rata
karena human error para pekerja dan kurang
sigapnya penanganan luka bakar pertama.
Selain dengan meningkatkan alat
kerja berstandart demi keselamatan kerja.
Yang menjadi sangat penting juga adalah
peningkatan pengetahuan pegawai terhadap
penanganan pertama pada kecelakaan kerja
yang diharapkan dapat meminimalkan
bahkan mencegah bahaya dari kecelakaan
kerja tersebut. Kesehatan kerja bertujuan
untuk meningkatkan kualitas hidup tenaga
kerja melalui berbagai upaya peningkatan
kesehatan, pencegahan gangguan kesehatan
atau penyakit yang mungkin dialami oleh
tenaga kerja akibat pekerjaan atau tempat
kerja.
Berdasarkan pernyataan diatas, maka
peneliti tertarik mengambil judul pengaruh
pendidikan kesehatan tentang kedaruratan
luka bakar terhadap kesiapsiagaan
penanganan luka bakar pada pekerja industri
tahu Di Kecamatan Mlandingan Kabupaten
Situbondo.
METODE
Prosedur penelitian adalah langkah-
langkah yang dilakukan dalam penelitian
berupa metode penelitian, populasi dan
sampel (kuantitatif) atau sampel sumber data
(kualitatif), Instrumen penelitian, tektik
pengumpulan data, dan teknik analisa data
(sugiyono, 2014). Jenis penelitian ini yang
digunakan oleh peneliti dalam penelitian
adalah pre eksperimental dan desain yang
digunakan adalah one group pre test and post
test design.
Pengumpulan data menggunakan
kuesioner. Analsisi data dikategorikan
menjadi univariat dan bivariat. Analisa data
univariat merupakan suatu cara menganalisis
data yang menghasilkan distribusi frekuensi
dan prosentase dari tiap variabel. Sementara
analisis bivariat menggunakan uji Wilcoxon,
uji tersebut dilakukan untuk mengetahui
perbedaan hasil rata-rata variabel dependent
sebelum dan sesudah intervensi dengan
tingkat α = 0,05 atau p < 0,05 artinya H1
diterima, yang berarti ada pengaruh
pendidikan kesehatan tentang luka bakar
terhadap kesiapsiagaan penanganan luka
bakar pada pekerja industri tahu di kecamatan
Mlandingan kabupaten Situbondo.
HASIL PENELITIAN
1. Distribusi frekuensi responden
berdasarkan jenis kelamin
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi responden
berdasarkan jenis kelamin pekerja industri
tahu kecamatan Mlandingan pada bulan Juli
2020. n=40 responden
Pekerja laki-laki lebih banyak 75.0 %
dibandingkan dengan pekerja perempuan
yang hanya 25.0 % dari data sample.
2. Distribusi frekuensi responden
berdasarkan usia
Tabel 5.2 Distribusi frekuensi responden
berdasarkan usia pekerja industri tahu
kecamatan Mlandingan pada bulan Juli 2020.
n=40 responden.
Usia Jumlah Prosentase
21-30 tahun 6 15.0 %
31-40 tahun
>40 tahun
22
12
55.0 %
30.0 %
Total 40 100,0 %
Jenis Kelamin Jumlah Prosentase
Laki-laki 30 75.0 %
Perempuan 10 25.0 %
Total 40 100.0 %
Berdasarkan tabel di atas
menunjukkan bahwa pekerja berada pada
umur-umur produktif dengan tingkat kerja
tinggi sebagian besar usia responden 31- 40
tahun sebanyak 22 responden (55.0%).
3. Distribusi frekuensi responden
berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi responden
berdasarkan tingkat pendidikan akhir pada
pekerja industri tahu kecamatan Mlandingan
pada bulan Juli 2020. n=40 responden.
Pendidikan Jumlah Prosentase
SD 18 45.0 %
SMP
SMA
9
13
22.5 %
32.5 %
Total 40 100,0 %
Berdasarkan tabel di atas
menunjukkan bahwa sebagian besar
responden dalam tingkat akhir pendidikan SD
sebanyak 18 pekerja (45.0 %). Diikuti lulusan
SMP 9 responden (22.5 %) Dan lulusan SMA
13 responden (32.5%).
4. Distribusi frekuensi responden
berdasarkan Lama Bekerja
Tabel 5.4 Distribusi frekuensi responden
berdasarkan lama bekerja pada pekerja
industri tahu kecamatan Mlandingan pada
bulan Juli 2020. n=40 responden
Lama bekerja Jumlah Prosentase
1-5 Tahun 32 80.0 %
6-10 Tahun 8 20.0 %
Total 40 100,0 %
Berdasarkan tabel di atas
menunjukkan bahwa sebagian besar jumlah
terbanyak lama bekerja dengan 1-5 tahun
dengan jumlah 32 pekerja (80.0 %).
5. Distribusi frekuensi responden
berdasarkan Suku Budaya
Tabel 5.5 Distribusi frekuensi responden
berdasarkan Suku Budaya pada pekerja
industri tahu kecamatan Mlandingan pada
bulan Juli 2020. n=40 responden
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan
bahwa totalitas pekerja industri tahu bersuku
madura dengan jumlah 40 pekerja (100 %).
Status Tempat
Tinggal
Jumlah Prosentase
Madura 40 100.0 %
Total 40 100,0 %
6. Distribusi frekuensi responden
berdasarkan Jenis Pekerjaan
Tabel 5.6 Distribusi frekuensi responden
berdasarkan Jenis pekerjaan pada pekerja
industri tahu kecamatan Mlandingan pada
bulan Juli 2020 n=40 responden.
Berdasarkan tabel di atas
menunjukkan jumlah pekerja pencetak tahu
lebih banyak dengan 12 responden 30%.
7. Kesiapsiagaan Penanganan Luka Bakar
sebelum diberikan pendidikan kesehatan
Tabel 5.7 Kesiapsiagaan penanganan luka
bakar sebelum diberikan pendidikan
kesehatan pada pekerja industri tahu
kecamatan Mlandingan pada bulan Juli 2020.
n=40 responden
Berdasarkan tabel di atas
menunjukkan bahwa dari 40 responden nilai
rata-rata kesiapsiagaan penanganan luka
bakar pada pekerja indsutri tahu sebelum
diberikan pendidikan kesehatan secara
psikomotor menunjukan bahwa paling
banyak kurang baik sebanyak 32 responden
(80.0 %)
8. Kesiapsiagaan Penanganan Luka Bakar
sesudah diberikan pendidikan kesehatan
Tabel 5.8 Kesiapsiagaan penanganan luka
bakar sesudah diberikan pendidikan
kesehatan pada pekerja industri tahu
kecamatan Mlandingan pada bulan Juli 2020.
n=40 responden
Kemampuan Penanganan
Frekuensi Persentase
Sangat Baik 35 87.5 % Baik 5 12.5 %
Kurang Baik 0 0 Total 40 100 %
Jenis Pekerjaan Jumlah Prosentase
Penggiling 7 17.5 %
Pengaduk 9 22.5 %
Perebus 7 17.5 %
Pencetak 12 30 %
Penjual 5 12.5 %
Total 40 100,0 %
Kemampuan Penanganan
Frekuensi Persentase
Sangat Baik 0 0 Baik 8 20 %
Kurang Baik 32 80 % Total 40 100 %
Berdasarkan tabel di atas
menunjukkan bahwa dari 40 responden nilai
rata-rata kesiapsiagaan penanganan luka
bakar secara kognitif dan afektif pada pekerja
indsutri tahu sesudah diberikan pendidikan
menunjukan bahwa mayoritas kemampuan
penanganan sangat baik sebanyak 35
responden (87.5%) dan yang mempunyai
kemampuan penanganan baik sebanyak 5
(12.5%).
9. Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap
kesiapsiapsiagaan penanganan luka bakar
pada pekerja industri tahu
Tabel 5.9 Pengaruh pendidikan kesehatan
terhadap kesiapsiagaan penangnan luka bakar
pada pekerja industri tahu kecamatan
Mlandingan pada bulan Juli 2020. n=40
responden
Mean
Median
Modus
St. Deviasi
Min
Max
Pvalue
Kognitif Afektif
Pre
13.45
5.00 5 1.000 3 6 0,000
Post
17.45
16.00 15 2.982 8 19
Psikomotor
Pre
3.05
4.00 4 0.605 4 5 0,000
Post
10.30
11.95 12 1.982 7 14
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan
Berdasarkan tabel di atas hasil pretest dan
posttest setelah di uji dengan uji wilcoxon
menunjukkan bahwa dari 40 responden
diperoleh hasil p value 0.000 < 0,05. Dengan
demikian H1 diterima yang berarti pengaruh
pendidikan kesehatan terhadap kesiapsiagaan
penanganan luka bakar, pada pekerja industri
tahu kecamatan Mlandingan.
PEMBAHASAN
1. Kesiapsiagaan Penanganan Luka
Bakar sebelum Dilakukan Pendidikan
Kesehatan.
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan
paling banyak kurang baik, sebanyak 32
responden (80.0 %)
Menurut Ilham Effendi (2016), Proses
belajar terdiri dari tiga tahapan, yakni
asimilasi, akomodasi, dan equilibrasi
(penyeimbangan). Proses asimilasi adalah
proses penyatuan (pengintegrasian) informasi
baru ke struktur baru kognitif yang sudah ada
dalam benak siswa. Proses akomodasi adalah
penyesuaian struktur kognitif kedalam situasi
yang baru, proses equilibrasi adalah
penyesuaian berkesinambungan antara
asimilasi dan akomodasi. Pemberian pre-test
yang dilaksanakan akan meningkatkan
frekuensi latihan terhadap pelajaran yang
diberikan sehingga kesiapan siswa terhadap
pelajaran dan tes akhir lebih baik..
Peneliti berpendapat, bahwa kesiapsiagaan
penanganan luka bakar sebelum diberikan
pendidikan kesehatan mayoritas pekerja
industri tahu secara komponen kognitif dan
afektif dikategorikan kurang, dan
kesiapsiagaan penanganan luka bakar secara
komponen psikomotor sebelum diberikan
pendidikan kesehatan sebagian besar
dikategorikan cukup, hal tersebut merupakan
faktor pendidikan yang rendah, kurangnya
informasi serta budaya dimasyarakat
setempat yang masih melekat dalam
kehidupan sehari-hari. Dengan pendidikan
yang rendah, kurangnya informasi serta
budaya masyarakat yang masih melekat,
sehingga sangat berpengaruh sekali dalam
penilaian lembar kuisioner dan observasi
penelitian peneliti dalam komponen kognitif,
afektif dan psikomotor pada pekerja industri
tahu di kecamatan Mlandingan.
2. Kesiapsiagaan Penanganan Luka Bakar
Sesudah Dilakukan Pendidikan
Kesehatan Tentang Luka Bakar.
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan
sangat baik sebanyak 35 responden (87.5%)
dan yang mempunyai kemampuan
penanganan baik sebanyak 5 (12.5%).
Pendidikan kesehatan adalah suatu
kegiatan atau usaha untuk menyampaikan
pesan kesehatan kepada masyarakat,
kelompok, atau individu. Dengan harapan
bahwa dengan adanya pesan tersebut,
masyarakat, kelompok, atau individu dapat
memperoleh pengetahuan tentang kesehatan
yang lebih baik (Notoadmodjo, 2011).
Pemberian post-test di setiap akhir pertemuan
akan sangat membantu siswa dalam kembali
mengulang atau mengambil kesimpulan
selama pelajaran yang telah diikutinya,
sehingga apa yang sudah diserap siswa akan
lebih lama bertahan dalam ingatan siswa
(Ilham Effendi 2016).
Peneliti berpendapat bahwa, setelah
dilakukan pendidikan kesehatan mayoritas
pekerja industri tahu secara komponen
kognitif, afektif dan psikomotor
dikategorikan baik. Hal tersebut karena
bertambahnya informasi dan ditunjang
adanya pendidikan kesehatan terutama
tentang penanganan luka bakar yang dengan
langsung oleh petugas kesehatan
memungkinkan responden mampu
memahami tentang kesiapsiagaan
penanganan luka bakar dengan baik.
3. Pengaruh pendidikan kesehatan
tentang luka bakar terhadap
kesiapsiagaan penanganan luka bakar
pada pekerja industri
Pada penelitian ditemukan bahwa hasil
pretest dan posttest Setelah diuji dengan uji
wilcoxon menunjukkan bahwa dari 40
responden memiliki p value = 0.000.
Berdasarkan uraian diatas, H1 diterima
sehingga dapat dikatakan ada pengaruh
kesiapsiagaan penanganan luka bakar dalam
komponen kognitif, afektif dan psikomotor
sebelum dan sesudah diberikannya
pendidikan kesehatan tentang kesiapsiagaan
penanganan luka bakar pada pekerja industri
tahu di kecamatan mlandingan.
Berdasarkan hasil uji statistik dengan
metode Wilcoxon didapatkan peningkatan
nilai rata-rata komponen kognitif dan afektif
sebelum diberikan pendidikan kesehatan 5.50
dan setelah diberikan pendidikan kesehatan
16.45 dengan selisih peningkatan dari nilai
rata-rata sebelum dan sesudah pendidikan
kesehatan yaitu 10.95. dan nilai rata-rata
komponen psikomotor sebelum diberikan
pendidikan kesehatan 5.05 dan sesudah
diberikan pendidikan kesehatan adalah 11.70
dengan selisih peningkatan dari rata-rata
sebelum dan sesudah penkes yaitu 6.65.
Menurut Ilham Effendi (2016)
mengungkapkan bahwa pemberian metode
Pre-test dan post-test dalam proses belajar
mengajar, Metode ini oleh guru dijadikan
pengatur kemajuan belajar (Advance
Organizations) bermanfaat sebagai jembatan
yang menghubungkan antara apa yang sedang
dipelajari siswa saat ini dengan apa yang
akan dipelajari, sehingga siswa akan lebih
mampu memahami bahan belajar secara
mudah, yang bisa mengukur sejauh mana
kesiapan siswa terhadap materi yang akan
diajarkan dan juga melihat sejauh mana hasil
atau kemampuan yang sudah dicapai siswa
dalam belajar.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh
Nuryati, (2011), yang berjudul pengaruh
penyuluhan kesehatan reproduksi remaja
terhadap kemampuan kognitif penyelesaian
masalah kehamilan tidak diinginkan pada
mahasiswa kebidanan di Yogyakarta.
Populasi sebanyak 46 orang, sampel yang
digunakan total sampling, dengan uji paired t
test, mengutarakan ada pengaruh yang
signifikan dari penyuluhan kesehatan
reproduksi remaja terhadap kemampuan
kognitif dalam menyelesaikan masalah KTD,
didapatkan p 0,000 < p 0,05 yang artinya ada
pengaruh penyuluhan kesehatan reproduksi
remaja terhadap kemampuan kognitif
penyelesaian masalah kehamilan tidak
diinginkan.
Peneliti berpendapat bahwa responden
setelah diberikan pendidikan kesehatan
mempunyai kualitas kesiapsiagaan persepsi
penanganan luka bakar yang tepat yang
meningkat dari pada sebelum diberikan
pendidikan kesehatan tentang kesiapsiagaan
penanganan luka bakar, Ditinjau dari
perubahan kesiapsiagaan yang ditunjukkan
sebelum dan setelah diberikan pendidikan
kesehatan tentang penanganan luka bakar,
hal ini menunjukkan bahwa pendidikan
kesehatan mempunyai peranan yang sangat
penting terhadap kesiapsiagaan penanganan
luka bakar. Perubahan yang terjadi karena
adanya peningkatan pengetahuan serta
penyerapan informasi yang baik terhadap
pendidikan kesehatan yang telah diberikan.
sehingga meminimalisir, dan dapat
terhindar dari resiko atau dampak dari luka
bakar pada pekerja industri tahu. Kurangnya
pengetahuan tentang kesiapsiagaan
penanganan luka bakar yang tepat pada
pekerja industri tahu di kecamatan
mlandingan dapat meningkatkan resiko cacat
bahkan kematian, apabila pekerja salah
mempersepsikan penanganan luka bakar.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa
pendidikan kesehatan mempunyai peranan
yang sangat penting dalam menambah
informasi guna meningkatkan pengetahuan
dan persepsi yang baik dalam kehidupan
masyarakat. Dengan banyak informasi yang
diperoleh maka pengetahuan seseorang akan
semakin baik dengan memiliki
pengetahuan yang baik maka seseorang
dapat memiliki persepsi yang baik pula.
Keterbatasan Peneliti
Dalam penelitian ini, terdapat beberapa
keterbatasan sehingga mungkin dapat
berpengaruh terhadap hasl penelitiaan, antara
lain:
Instrumen penelitian
Instrument penelitian dibuat sendiri oleh
peneliti dan belum di uji validitas dan
reliabilitas sehingga hasil yang diperoleh
sangat mempengaruhi hasil penelitian.
Variable perancu
Variabel yang memungkinkan biasnya suatu
penelitian tidak terlalu diperhatikan oleh
peneliti seperti faktor-faktor yang
mempengaruhi kesiapsiagaan penanganan
luka bakar.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan dapat ditarik sebuah kesimpulan
sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil penelitian maka peneliti
menyimpulkan bahwa Rata- rata tingkat
kesiapsiagaan penanganan luka bakar
dalam komponen psikomotor sebelum
diberikan pendidikan kesehatan
menunjukan bahwa paling banyak kurang
baik sebanyak 32 responden (80.0 %)
2. Berdasarkan hasil penelitian maka peneliti
menyimpulkan bahwa Rata- rata tingkat
kesiapsiagaan penanganan luka bakar
dalam komponen kognitif dan afektif pada
pekerja indsutri tahu sesudah diberikan
pendidikan menunjukan bahwa mayoritas
kemampuan penanganan sangat baik
sebanyak 35 responden (87.5%) dan yang
mempunyai kemampuan penanganan baik
sebanyak 5 (12.5%).
3. Ada pengaruh yang signifikan di mana
nilai diperoleh hasil p Value = 0,000 <
0,05. dengan demikian H1 diterima yang
berarti ada pengaruh
Ada pengaruh pendidikan kesehatan
tentang luka bakar terhadap kesiapsiagaan
penanganan luka bakar pada pekerja industri
tahu dikecamatan mlandingan.
SARAN
Setelah dilakukan penelitian, adapun saran
yang bermanfaat bagi:
1. Pekerja
Disarankan mencari informasi tentang
kesiapsiagaan penanganan luka bakar dari
sumber yang terpercaya sehingga
meminimalisir terjdinya luka bakar dan
mengurangi resiko luka bakar, dampak
luka bakar dan kematian.
2. Industri tahu
Industri disarankan dapat memberikan
pendidikan kesiapsiagaan penanganan
luka bakar yang terarah dengan cara
menyediakan alat beserta APD (alat
pelindung diri) kesiapsiagaan penanganan
luka bakar, sehingga pekerja memiliki
pengetahuan dengan baik agar dapat
mengurangi terjadinya luka bakar .
3. Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini dapat digunakan sebagai
acuan penelitian selanjutnya dan
mengharap kepada peneliti lain untuk
dapat mengembangkan penelitian ini
dengan variable yang berbeda guna
meningkatkan hasil pembelajaran yang
lebih baik. Berdasarkan penelitian ini alat
ukur yang digunakan tidak dilakukan uji
validitas dan realibilitas sehingga tidak
diketahui tingkat kevalidannya, untuk
peneliti selanjutnya disarankan melakukan
uji validitas dan reabilitas dalam
pembuatan instrument penelitian. Peneliti
selanjutnya juga dapat mengembangkan
penelitian ini dengan judul yang lebih
mendalam.
DAFTAR PUSTAKA
Aminudin. (2013). Mitasi dan
Kesiapsiagaan Bencana Alam. Jakarta: Angkasa.
Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Deni, Hidayati. (2006). Pendidikan Siaga
Bencana. Bandung: ITB. Ilham Effendy. (2016). Pengaruh Pemberian
Pre-test dan Post-test Terhadap Hasil Belajar. Padang: UNTIRTA
Joshua Vorstenbosch, MDCM, phD. (2019).
Thermal Burns. Canada Nasrul. (2012). Dasar-Dasar Keperawatan
Kesehatan Masyarakat (Ed. 2). Jakarta: EGC.
Fitria, Meishinta, Deddy Saputra, dan Gusti
Revilla. (2014). Pengaruh Papain Getah Pepaya terhadap Pembentukan Jaringan
Granulasi Pada Penyembuhan Luka Bakar Tikus Percobaan. Jurnal Kesehatan Andalas. 2014; 3(1).
Jong, Wim de. (2011). Luka. Buku-ajar ilmu
bedah. Edisi 2. Jakarta: EGC. Kumorateh, Ajeng. (2009). Panduan Praktis
P3K Pertolongan Pertama Pada Kedaruratan. Surakarta: Mahkota Kita.
Moenadjat, Yefta.(2010). Luka Bakar
Pengetahuan Klinis Praktis. Jakarta: FK UI.
Nasution, M. Darwin. (2008). Hukum
Ketenagakerjaan, Kebebasan Berserikat Bagi Pekerja. Bandung: Mandar Maju.
Notoadmojo, S. (2012). Metodologi
penelitian kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Nugroho, T. (2012). Luka Bakar dan Artritis
Reumatoid. Cetakan 1. Yogyakarta: Nuha Medika.
Nugroho. Taufan. (2012). Patologi
Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika. Nursalam. (2008). Manajemen Keperawatan
Aplikasi dalam Praktek Keperawatan Profesional. Jakarta : Salemba Medika.
Revilla Arisanty. (2014). Konsep dasar
manajemen perawatan luka. Jakarta: EGC.
Robinson, Tarigan. 2010. Ekonomi Regional,
Teori dan Aplikasi. Bandung: Bumi Aksara.
Sastroasmoro, Sudigdo dan Ismael, Sofyan. (2008). Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi ke-3. Jakarta: Sagung Seto.
Sopaheluwakan, Jan. (2006). Kajian
Kesiapsiagaan Masyarakat dalam Mengantisipasi Bencana Gempal Bumi dan Tsunami. LIPI – UNESCO / ISDR.
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif). Bandung: Alfabeta.
Susilo, R. (2011). Pendidikan Kesehatan
dalam Keperawatan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Zaini, Mochammad. (2008). Panduan
Pencegahan dan Pemadaman Kebakaran,. Jakarta: PT. Dinastindo Adi Perkasa Internasional.