Post on 05-May-2023
194
Article Information ABSTRACT
Received: Agustus 2021 Revised: November 2021 Available online : Januari 2022
Keywords
Jalan Kaki, Gula darah sewaktu, Penderita DM
Correspondence
Phone: (+62) 822-8004-4180
E-mail : dinyvellyanastikes@gmail.ac.id
Healthcare Nursing Journal - vol. 4 no. 1 (2022) Hal 194-205
PENGARUH AKTIVITAS FISIK JALAN KAKI TERHADAP GULA DARAH SEWAKTU PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KOTADALAM PESAWARAN
Heru Supriyatno ¹, Diny Vellyana ², Diki Stiawan ³ 1,2,3Nursing Faculty of University Muhammadiyah Pringsewu
Pendahuluan :DM Tipe 2 yang tak tergantung pada insulin disebabkan insulin yang ada tidak dapat bekerja dengan baik, tetapi fungsi insulin untuk metabolisme glukosa tidak ada/kurang dan biasanya diketahui DM setelah usia 40 tahun. Komplikasi mikrovaskular (retinopati, nefropati, neuropati) dan komplikasi makrovaskular (aterosklerotik, stroke, angina, infark miokardium, gangren).Penatalaksanaan penderita DM dapat dilakukan dengan kegiatan jasmani secara teratur 3 sampai 5 hari seminggu selama sekitar 30 sampai 45 menit, latihan jasmani yang di anjurkan salah satu nya jalan kaki. Tujuan penelitian diketahui pengaruh aktivitas fisik jalan kaki terhadap gula darah sewaktu pada penderita DM Tipe 2. Metode :Desain penelitianpre-eksperiment one group pre-test-posttest. Sampel 16 penderita DM tipe 2 denganpurposive sampling dan observasi langsung dengan mengukur kadar gula darah menggunakan Gluko DR AGM 2100 dan analisis statistik Uji dependent sampel T test. Hasil:nilai p-value sebesar 0,000 dengan rata-rata kadar gula darah sebesar 273,44 mg/ dl dan sesudah dilakukan aktivitas fisik jalan kaki sebesar 170,88 mg/ dl. Pembahasan :Kesimpulan ada pengaruh aktivitas fisik terhadap gula darah sewaktu pada penderita diabetes melitus Tipe 2 dan disarankan melakukan aktifitas jalan kaki sesuai prosedur saat menuju kebun ataupun sawah sehingga keseimbangan kadar gula darah tetap terjaga.
195
PENDAHULUAN
Diabetes mellitus (DM) merupakan
penyakit kronis dimana organ pankreas sudah
tidak dapat menghasilkan insulin secara
cukup atau saat tubuh tidak dapat secara
efektif menggunakan insulin yang dihasilkan
sehingga menyebabkan peningkatan
konsentrasi glukosa dalam darah
(hiperglikemia). Hiperglikemia dalam jangka
panjang dapat menimbulkan komplikasi
mikrovaskular (retinopati, nefropati,
neuropati) dan komplikasi makrovaskular
(aterosklerotik, stroke, angina, infark
miokardium, gangren) (Rehmaita, 2017).
Berdasarkan American Diabetes Association,
2010 yaitu DM tipe II merupakan gangguan
metabolisme dari sistem endokrin, terutama
ditandai dengan ketidakseimbangan glikemik.
(Amelia, 2018).
Sesuai data Internasional Diabetes
Federation(IDF) tahun 2015 penyandang
diabetes mellitus di dunia saat ini berkisar 415
juta dan diperkirakan meningkat pada tahun
2040. Indonesia merupakan urutan ke tujuh
dari sepuluh penyandang diabetes mellitus
terbesar di dunia yaitu berdasarkan Riset
Kesehatan Dasar (Rikesdas) menyebutkan
penyandang diabetes mellitus usia ≥ 15 tahun
pada tahun 2007 sebesar 5,7%, tahun 2013
sebesar 6,9% dan meningkat pada tahun 2018
sebesar 8,5% dari jumlah penduduk Indonesia
(Perkeni, 2019).
Berdasarkan Data dari Dinas Kesehatan
Propinsi Lampung dari tahun 2014 – 2016
dimana tahun 2014 penderitadiabetes
mellitus sebanyak 115.780 orang, tahun 2015
penderita diabetes mellitus sebanyak 124.260
orang dan tahun 2016 penderita diabetes
mellitus sebanyak 131.766 orang (Dinas
Kesehatan Propinsi Lampung, 2016).
Sedangkan data di Kabupaten Pesawaran
pada tahun 2017 jumlah penderita diabetes
mellitus sebanyak 8.792 orang, pada tahun
2018 jumlah penderita diabetes mellitus
sebanyak 9.792 orang, sedangkan pada tahun
2019 menglami peningkatan jumlah penderita
diabetes mellitus sebanyak 27.488 orang
(Dinas Kesehatan Kabupaten Pesawaran,
2019).
Dalam mengatasi komplikasi DM
pemerintah menyarankan masyarakat
melakukan kegiatan GERMAS antara lain
melakukan aktivitas fisik, mengkonsumsi
sayur dan buah, tidak merokok, tidak
mengonsumsi alkohol, memeriksa kesehatan
secara rutin, membersihkan lingkungan serta
menggunakan jamban. Pada tahun 2016 dan
2017 Kementerian Kesehatan secara nasional
akan memulai dengan kampanye
melaksanakan kegiatan aktivitas fisik (latihan
jasmani endurans untuk meningkatkan
kemampuan jantung dan paru-paru seperti
jalan, jogging, berenang, dan bersepeda)
196
secara teratur 3-5 kali per minggu dengan
intensitas ringan dan sedang selama 30-60
menit persesi, mengonsumsi sayur dan buah,
serta memeriksa kesehatan secara
rutin.(Kemenkes RI, 2018)
Olahraga sangat dianjurkan terhadap
semua penderita diabetes dan
jenis olahraga yang dapat dilakukan
penderita diabetes beraneka ragam mulai
dari jogging, berenang, jalan kaki, bersepeda,
dan angkat beban (Kemenkes RI, 2018).
Aktifitas jalan kaki merupakansuatu kegiatan
fisik yang menggunakan otot-otot terutama
otot kaki untuk berpindah dari suatu tempat
atau ketempat lain.Penatalaksanaan
penderita DM dapat dilakukan dengan
kegiatan jasmani sehari hari Dan latihan
jasmani secara teratur 3 sampai 5 hari
seminggu selama sekitar 30 sampai 45 menit.
Dengan total 150 menit permingu dengan jeda
antara latihan tidak lebih dari 2 hari berturut
turut. Latihan jasmani yang di anjurkan
berupa latihan jasmani yang bersipat aerobik
salah satu nya jalan kaki (Perkeni, 2019).
Pengaruh senam diabetes dan jalan kaki
terhadap penurunan kadar gula darah pada
pasien DM Tipe 2 didapatkan hasil penelitian
menunjukkan adanya pengaruh yang
signifikan terhadap penurungan kadar gula
darah (KGD) pada pasien diabetes mellitus
type 2 akibat kegiatan senam diabetes dan
jalan kaki (Rehmeita, 2017). Pengaruh aktifitas
fisik jalan kaki 30 menit setiap hari dibanding
60 menit 3 kali per minggu terhadap kadar
gula darah penderita DM Tipe 2. Hasil
penelitian terdapat perbedaan bermakna
antara perlakuan aktifitas fisik jalan kaki 30
menit setiap hari dibanding perlakuan
aktifitas jalan kaki 60 menit 3 kali perminggu
(Rohmana, 2019). Hasil penelitian yang
dilakukan Edwar di USA aktivitas fisik dengan
berjalan terhadap penderita diabetes
memiliki pengaruh dalam penurunan kadar
gula darah pada spektrum orang dewasa
dengan diabetes. Satu kematian per tahun
dapat dicegah untuk setiap 61 orang yang
dapat dibujuk untuk berjalan setidaknya 2 jam
/ minggu (Gregg, 2013).
Berdasarkan data presurvey yang
dilakukan peneliti pada tanggal 27 Oktober
2020 di Banjar Negri Wilayah Kerja Puskesmas
Kotadalam Waylima Kabupaten Pesawaran
menanungi 16 Desa di Kecamatan Way Lima
dan memiliki program PosBindu PTM
(Penyakit Tidak Menular) yang bersifat
promotif dan preventif dengan pokok PTM
utama salah satunya diabetes mellitus (DM).
Wilayah Kerja Puskesmas Kotadalam Waylima
197
Kabupaten Pesawaran memiliki dua Posbindu
yang aktif dari 12 Posbindu yang ada dengan
jumlah data PTM pada tahun 2018 sebanyak
523 dan penderita diabetes mellitus sebanyak
224 (42,83%) orang. Tahun 2019 data PTM
sebanyak 688 dan penderita diabetes mellitus
sebanyak 305 (44,33%) orang, dan pada tahun
2020 data PTM sebanyak 503 dan penderita
diabetes mellitus sebanyak 224 (44,53%)
orang. Sedangkan di Wilayah Kerja
Puskesmas Kotadalam Waylima Kabupaten
Pesawaran pada tahun 2019 data PTM
sebanyak 241 orang dan penderita diabetes
mellitus sebanyak 132 (54,77%) orang dan
pada tahun 2020 terdapat data PTM sebanyak
286 orang dan penderita diabetes mellitus
sebanyak 166 (58,39%) orang (PKM
Kotadalam, 2020).
Berdasarkan presurvey dengan
mewawancarai pemegang program PosBindu
PTM bahwa kegiatan aktivitas fisik dilakukan
di dua desa dari 16 desa Wilayah Kerja
Puskesmas Kota dalam Pesawaran dengan
peserta sebanyak 89 orang dari 8 Posbindu
yang aktif dengan hipertensi sebanyak 55
(61,79%) orang, dan penderita diabetes
sebanyak 34 (38,21%) orang dan hasil
presurvey dengan cara mewawancarai
terhadap 10 peserta yang mengalami DM tipe
II di Posbindu terdapat 7 (70%) orang yang
jarang melakukan aktifitas jalan kaki selalu
menggunakan transportasi motor ketika
berpergian ataupun berangkat kekebun dan 3
(30%) orang berjalan kaki ketika berangkat
kekebun. Semua perserta yang
diwawancarakan menyatakan belum tahu
tentang aktifitas fisik jalan kaki sesuai
prosedur dan tidak pernah melakukan
aktivitas jalan kaki sesuai dengan prosedur
khusus pada penderita DM Tipe 2, hanya
melakukan senam gabungandi
Posbindu.Berdasarkan uraian diatas peneliti
tertarik untuk menelitian tentang” pengaruh
aktivitas fisik jalan kaki terhadap gula darah
sewaktu pada penderita diabetes melitus Tipe
2 di Wilayah Kerja Puskesmas Kotadalam
Pesawaran tahun 2021”.
METODE PENELITIAN
Desain penelitian ini menggunakan pre-
eksperiment one group pre-test-posttest.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian
ini menggunakan teknik purposive sampling.
Populasi pada penelitian ini adalah semua
penderita Diabetes Melitus tipe 2 di Wilayah
Kerja Puskesmas Kotadalam Pesawaran
tahun 2021. Jumlah populasi lansia dalam
penelitian ini terdapat 166 orang. Jumlah
198
sampel pada penelitian ini menggunakan
Rumus Lemmeshow didapatkan sampel 16
responden di Wilayah Kerja Puskesmas
Kotadalam Pesawaran.
Kriteria inklusi dalam penelitian ini yaitu
bersedia menjadi responden, penderita
diabetes melitus tipe 2 yang tidak mengalami
komplikasi penyakit lain, penderita diabetes
melitus tipe 2 yang tidak mengkonsumsi obat
penurun kadar gula darah dan kriteria eksklusi
yaitu penderita Diabetes Melitus tipe 2 yang
mengalami gangguan persendian atau tidak
mampu jalan kaki dan mengundurkan diri
selama pelaksanaan latihan jalan kaki.
Teknik pengumpulan data dalam
penelitian ini menggunakan cara observasi
langsung sebelum dan setelah melakukan
aktifitas fisik jalan kaki berdasarkan SOP jalan
kaki (Yusra, 2016) dengan mengukur kadar
gula darah sewaktu dengan menggunakan
digital glukosa (Gluko DR AGM 2100) yang
telah dapat lisensi standart nasional Indonesia
dan hasilnya dicatat menggunakan lembar
observasi
HASIL PENELITIAN
Pada penelitian ini didapatkan hasil uji
statistik chi-square di peroleh p value 0.000
yang berarti p value < 0,05 (Ho ditolak), maka
dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
aktivitas fisik terhadap gula darah sewaktu
pada penderita diabetes melitus Tipe 2 di
Wilayah Kerja Puskesmas Kotadalam
Pesawaran tahun 2021.
Tabel 1 Kadar Gula Darah Sewaktu Sebelum Aktivitas
Fisik Jalan Kaki Kadar gula F % Min Maks Reraata
170 - 228 7 43,75
175 mg/dl
452 mg/dl
273,44 mg/dl
229 - 287 3 18,75
288 - 346 2 12,5
347 - 405 2 12,5
406 - 464 2 12,5
Jumlah 16 100
Dari tabel 1 diketahui dari 16 responden
yang melakukan pemeriksaan kadar gula
darah sewaktu sebelum aktifitas jalan kaki
didapatkankadar gula paling tinggi 452 mg/dl
dan paling rendah 175 mg/dl selanjutnya rata-
rata kadar gula darah sebesar 273,44 mg/ dl.
Serta responden yang mengalami diabetes
mellitus dengan kadar gula antara 170 - 228
mg/dl sebanyak 7 (43,75%) responden
Table 2 Kadar Gula Darah Sewaktu Sebelum Aktivitas
Fisik Jalan Kaki Kadar gula F % Min Maks Reraata
75 - 125 3 18,75
79 mg/dl
323 mg/dl
170,88 mg/dl
126 - 176 9 56,25
177 - 227 0 0
228 – 278 2 12,5
279 - 329 2 12,5
Jumlah 16 100
Dari tabel 2 diketahui dari 16
responden yang melakukan pemeriksaan
kadar gula darah sewaktu sesudah aktifitas
199
jalan kaki didapatkan kadar gula paling tinggi
323 mg/dl dan paling rendah 79 mg/dl
selanjutnya rata-rata kadar gula darah
sebesar 170,88 mg/ dl. Serta responden yang
mengalami diabetes mellitus 2 dengan kadar
gula antara 126- 176 mg/dl sebanyak 9
(56,25%) responden.
Tabel 3 Pengaruh Aktivitas Fisik Terhadap Gula Darah Sewaktu Pada Penderita Diabetes
Melitus Tipe 2
Dari tabel 3 diketahui bahwa hasil uji
statistik didapatkan nilaip-value 0,000 maka
dapat disimpulkan ada pengaruh aktivitas
fisik terhadap gula darah sewaktu pada
penderita diabetes melitus Tipe 2 di Wilayah
Kerja Puskesmas Kotadalam Pesawaran
tahun 2021 terlihat nilai rata-rata penurunan
kadar gula darah antara pengukuran pertama
dan kedua sebesar 102,56mg/ dl dengan
perubahan paling rendah 65,54 mg/ dl dan
perubahan paling tinggi sebesar 139,48 mg/
dl.
PEMBAHASAN
Dari tabel 1 diketahui dari 16 responden
yang melakukan pemeriksaan kadar gula
darah sewaktu sebelum aktifitas jalan kaki
didapatkan kadar gula paling tinggi 452 mg/dl
dan paling rendah 175 mg/dl selanjutnya rata-
rata kadar gula darah sebesar 273,44 mg/
dl.Serta responden yang mengalami diabetes
mellitus dengan kadar gula antara 170 - 228
mg/dl sebanyak 7 (43,75%) responden.
Diabetes mellitus Tipe 2 bukan
disebabkan oleh kerusakan pada pankreas
sehingga tidak ada hormon insulin didalam
tubuh, tetapi tipe ini disebabkan resitensi
insulin perifer atau produksi insulin berkurang
yang disebut seksresi insulin (Marewa, 2015).
Ada beberapa teori yang menyebutkan
penyebab pasti dan mekanisme terjadinya
resistrensi ini, tetapi obesitas diperkirakan
sebagai penyebab utamanya (Susilo, 2011).
Sejalan dengan penelitian Rehmeita
tahun 2017 yang berjudul pengaruh senam
diabetes dan jalan kaki terhadap penurunan
kadar gula darah pada pasien DM Tipe 2 Di
Puskesmas Krueng Barona Jaya Aceh Besar.
Penelitian ini merupakan penelitian quasi
experiment dengan pre- dan post-test with
two group design.Populasi penelitian adalah
50 penderita diabetes mellitus Tipe 2 dengan
sampel sebanyak 44 orang. Pengumpulan
data menggunakan glokometer (Auto Check
Blood Glocose Monitor). Analisa mengunakan
200
uji paired t-test. Hasil rata-rata kadar gula
darah sebelum dilakukan jalan kaki sebesar
198,27 mg/dl dan sesudah 172,91 mg/dl.
Peneliti berasumsi bahwa hasil penelitian
sebelum dilakukan perlakuan aktifitas fisik
jalan kaki didapatkan hasil kadar gula darah
sewaktu responden yang mengalami diabetes
militus dalam kategori tinggi ini hal ini
disebabkan pengambilan responden oleh
peneliti dengan karakteristik kadar gula darah
lebih dari normal. Penyebab DM tipe 2 pada
responden salah satunya dari faktor usia yang
mulai lanjut mengakibatkan kerja pancreas
untuk menghasilkan insulin menurun sesuai
teori Marewa tahun 2015 yang menyatakan
penyebab DM tipe 2 yaitu produksi insulin
berkurang yang disebut seksresi
insulin.Walaupun responden banyak bekerja
dipersawahan masih mengalami DM tipe II
karena responden memiliki kebiasaan gaya
hidup yang tidak sehat seperti merokok,
makan-makanan tinggi glukosa pada malam
hari, minum kopi manis, dan khususnya
responden wanita merupakan penggunaan
KB hormonal pada responden wanita.
Dari tabel 2 diketahui dari 16 responden yang
melakukan pemeriksaan kadar gula darah
sewaktu sesudah aktifitas jalan kaki
didapatkan kadar gula paling tinggi 323 mg/dl
dan paling rendah 79 mg/dl selanjutnya rata-
rata kadar gula darah sebesar 170,88 mg/ dl.
Serta responden yang mengalami diabetes
mellitus dengan kadar gula antara 126- 176
mg/dl sebanyak 9 (56,25%) responden.
Jenis jalan kaki dalam nomor atletik
mempunyai tiga tingkatan yaitu jalan kaki
sebagai rekreasi, kesehatan, dan atletik atau
prestasi.Ketika tubuh tidak dapat
mengkompensasi kebutuhan glukosa yang
tinggi akibat aktivitas fisik yang berlebihan,
maka kadar glukosa tubuh akan menjadi
terlalu rendah (hipoglikemia). Sebaliknya, jika
kadar glukosa darah melebihi kemampuan
tubuh untuk menyimpannya disertai dengan
aktivitas fisik yang kurang, maka kadar
glukosa darah menjadi lebih tinggi dari normal
(hiperglikemia) (ADA, 2015). Manfaat aktifitas
jalan kaki salah satunya sebagai terapi bagi
penderita diabetes dengan berolahraga
tingkat kepekaan menangkap bisa bertambah
dan berjalan normal sehingga sel peka
dengan insulin.Perlu di perhatikan bahwa
penderita diabetes hanya bisa melakukan
olahraga ringan oleh sebab itu jalan kaki
adalah olahraga yang cocok untuk penderita
diabetes(Yusra, 2016).
Sejalan dengan penelitian Rehmeita
tahun 2017 yang berjudul pengaruh senam
201
diabetes dan jalan kaki terhadap penurunan
kadar gula darah pada pasien DM Tipe 2 Di
Puskesmas Krueng Barona Jaya Aceh Besar.
Penelitian ini merupakan penelitian quasi
experiment dengan pre- dan post-test with
two group design.Populasi penelitian adalah
50 penderita diabetes mellitus Tipe 2 dengan
sampel sebanyak 44 orang.Pengumpulan
data menggunakan glokometer (Auto Check
Blood Glocose Monitor). Analisa mengunakan
uji paired t-test. Hasil rata-rata kadar gula
darah sebelum dilakukan jalan kaki sebesar
198,27 mg/dl dan sesudah 172,91 mg/dl.
Peneliti berasumsi setelah dilakukan
aktifitas fisik jalan kaki bahwa kadar gula
darah sewaktu responden mengalami
penurunan akan tetapi masih dalam kategori
lebih dari normal hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian Rehmeita tahun 2017
penderita DM tipe 2 sesudah dilakukan
aktivitas jalan kaki kadar gula terjadi
penurunan kadar gula darah hal ini
disebabkan manfaat aktifitas jalan kaki salah
satunya sebagai terapi bagi penderita
diabetes dengan berolahraga tingkat
kepekaan menangkap bisa bertambah dan
berjalan normal sehingga sel peka dengan
insulin sesuai dengan teori Yusra tahun 2016
dengan melakukan jalan kaki semua anggota
tubuh ikut bergerak sehingga membantu
meringankan kerja insulin dalam memecah
gula dalam darah.
Dari tabel 3 diketahui bahwa hasil uji
statistik didapatkan nilai p-value 0,000 maka
dapat disimpulkan ada pengaruh aktivitas
fisik terhadap gula darah sewaktu pada
penderita diabetes melitus Tipe 2 di Wilayah
Kerja Puskesmas Kotadalam Pesawaran
tahun 2021 terlihat nilai rata-rata penurunan
kadar gula darah antara pengukuran pertama
dan kedua sebesar 102,56mg/ dl dengan
perubahan paling rendah 65,54 mg/ dl dan
perubahan paling tinggi sebesar 139,48 mg/
dl.
Manajemen DM Tipe 2 tujuan utama
terapi diabetes adalah dengan menormalkan
aktivitas insulin dan kadar gula darah dalam
upaya untuk mengurangi terjadinya
komplikasi vaskuler serta neuropatik. Prinsip
aktivitas fisik pada diabetesi secara umum
sama dengan aktivitas fisik lainnya. Prinsip
yang harus dipenuhi yaitu: frekuensi (jumlah
olah raga perminggu sebaiknya dilakukan
dengan teratur 3-5 kali perminggu), intensitas
(ringan dan sedang atau 60-70% maximum
heart rate), durasi (30-60 menit), dan jenis
(latihan endurans atau aerobik untuk
meningkatkan kemampuan kardiorespirasi
202
seperti jalan, jogging, berenang,dan
bersepeda. Untuk melakukan latihan jasmani,
perlu diperhatikan hal-hal sebagian berikut :
pertama adalah pemanasan (warm-up),
Pemanasan cukup dilakukan 5-10 menit.
Kedua adalah latihan inti (conditioning), pada
tahap ini diusahakan denyut nadi mencapai
target heart rate (THR), Ketiga adalah
pendinginan (cooling-down), setelah selesai
melakukan aktivitas fisik, sebaiknya dilakukan
pendiginan. Keempat adalah peregangan
(stretching), tahap ini dilakukan dengan
tujuan untuk melemaskan dan melenturkan
otot-otot yang masih tegang dan menjadikan
lebih elastis.Tahapan ini lebih bermanfaat
terutama bagi mereka yang berusia lanjut
(Perkeni, 2019).
Sejalan dengan penelitian Tasman tahun
2017 berjudul pengaruh aktivitas fisik jalan
kaki terhadap penurunan kadar gula darah
pada pasien diabetes mellitus Tipe 2 di Kota
Padang. Rancangan penelitian yang
digunakan adalah desain pre-eksperimen
dengan pendekatan One group pretest-
posttest Design. Hasil penelitian ini
menunjukkan penurunan rata-rata kadar gula
darah dengan melakukan jalan kaki adalah 50
mg/dl. Hasil uji statistik didapatkan nilai p=
0,000 (p<0,05) yang berarti menurunkan
kadar gula darah pasien DM Tipe 2. Penelitian
Yitno tahun 2017 yang berjudul Pengaruh
Jalan Kaki Ringan 30 Menit Terhadap
Penurunan Kadar Gula Darah Pada Lansia
Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di Desa
Dukuh Kecamatan Gondang Kabupaten
Tulungagung Tahun 2017. Hasil penelitian
menunjukkan pengaruh latihan jalan kaki
ringan 30 menit terhadap penurunan kadar
gula darah pada lansia penderita diabetes
melitus Tipe 2 yang ditunjukkan dengan nilai
p=0,000 dan α = 0,05 yang berarti nilai
(p≤0,05).
Peneliti berasumsi bahwa hasil penelitian
memiliki pengaruh pengaruh aktivitas fisik
terhadap gula darah sewaktu pada penderita
diabetes melitus tipe 2 hal ini disebabkan jalan
kaki merupakan salah satu kegiatan aktifitas
fisik sesuai dengan manajemen DM Tipe 2
yang bertujuan untuk menormalkan aktivitas
insulin dan kadar gula darah dalam upaya
untuk mengurangi terjadinya komplikasi
vaskuler serta neuropatik. Merujuk pada hasil
konsensus PERKENI tahun 2011. Aktifitas jalan
kaki yang dilakukan sesuai dengan prinsip
yang dijelaskan Perkeni tahun 2019 yaitu
frekuensi (jumlah olah raga perminggu
sebaiknya dilakukan dengan teratur 3-5 kali
perminggu), durasi (30-60 menit), Pemanasan
203
cukup dilakukan 5-10 menit sehingga dengan
aktifitas jalan kaki dapat membakar lemak dan
membantu memetabolisme gula dalam
darah. Sedangkan untuk responden yang
mengalami peningkatan kadar gula darah
setelah dilakukan aktifitas fisik jalan kaki
disebabkan konsumsi makanan yang
mengandung gula yang berlebihan.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan penelitian dengan judul
“pengaruh aktivitas fisik terhadap gula darah
sewaktu pada penderita diabetes melitus Tipe
2 di Wilayah Kerja Puskesmas Kotadalam
Pesawaran tahun 2021”, maka kesimpulan
dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:
Analisa variabel gula darah sewaktu sebelum
dilakukan aktivitas fisik jalan kaki pada
penderita diabetes melitus Tipe 2 sebesar
rata-rata Kadar Gula Darah sebesar 273,44 mg/
dl. Analisa variabel gula darah sewaktu
sesudah dilakukan aktivitas fisik jalan kaki
pada penderita diabetes melitus Tipe 2 rata-
rata Kadar Gula Darah sebesar 170,88 mg/ dl.
Ada pengaruh aktivitas fisik terhadap gula
darah sewaktu padapenderita diabetes
melitus Tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas
Kotadalam Pesawaran tahun 2021 didapatkan
hasil uji statistik nilai p-value sebesar 0,000
terlihat nilai rata-rata penurunan kadar gula
darah antara pengukuran pertama dan kedua
sebesar 102,56 mg/ dl.
SARAN
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan informasi dan pembuktian teori
yang telah diberikan selama kuliah dan
penelitian sebelumnya tentang keperawatan
medical bedah khususnya aktivitas fisik dalam
penurunan kadargula darah sewaktu pada
penderita diabetes melitus Tipe 2. Serta
sebagai bahan bacaan tentang pengaruh
aktivitas fisik terhadap gula darah sewaktu
pada penderita diabetes melitus Tipe 2.
Penyuluhan yang intensif dan
menggunakan alat bantu penyuluhan seperti
leaflet, poster dan alat raga dalam
menjelaskan tentang diabetes dapat
membantu responden dengan latar belakang
pendidikan menengah sehingga responden
dapat mengerti untuk meningkatkkan status
kesehatan serta dapat melakukan aktifitas
fisik jalan kaki secara rutin untuk menjaga
keseimbangan kadar gula darah.
Diharapkan untuk melakukan aktifitas
jalan kaki sesuai prosedur yang diberikan
peneliti saat menuju kebun ataupun sawah
yang dimiliki responden tanpa menggunakan
204
kendaraan sehingga keseimbangan kadar
gula darah tetap terjaga.
Diharapkan dapat menambah bahan
kepustakaan atau materi untuk memberikan
asuhan keperawatan medical bedah,
komunitas atau keluarga tentang perlunya
pengaruh aktivitas fisik terhadap gula darah
sewaktu pada penderita diabetes melitus Tipe
2.
Bagi peneliti lain diharapkan untuk
melakukan penelitian mengenaipengaruh
aktivitas fisik terhadap kadar gula darah
sewaktu pada penderita diabetes melitus Tipe
2 dengan durasi waktu berbeda sehingga
dapat menyempurnakan penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Albright, A. L., & Gregg, E. W. (2013).
Preventing Type 2 Diabetes In
Communities Across The Us: The
National Diabetes Prevention
Program. American Journal Of
Preventive Medicine, 44(4), S346-S351.
Association, A. D. (2015). Diagnosis And
Classification Of Diabetes Mellitus.
Diabetes Care, 37(Supplement 1), S81-
S90.
Dalam, U. P. K. (2019). Data Ptm Wilayah Kerja
Upt Puskesmas Kota Dalam.
Kemenkes, R. (2018). Data Dan Informasi Profil
Kesehatan Indonesia. Jakarta.
Kemenkes Ri Badan Pusat Statistik
Indonesia. Jakarta. Retrieved From
Lampung, D. K. P. (2017). Profil Kesehatan
Provinsi Lampung Tahun 2017.
Perkeni. (2011). Konsen- Sus Pengelolaan Dan
Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Di
Indonesia.
Perkeni, P. (2019). Pedoman Pengelolaan Dan
Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2
Dewasa Di Indonesia. Edisi Pertama.
Jakarta: Pb Perkeni.
Pesawaran, D. K. K. (2019). Profil Kesehatan
Kabupaten Pesawaran 2019.
Rehmaita, R., & Tahlil, T. (2017). Pengaruh
Senam Diabetes Dan Jalan Kaki
Terhadap Penurunan Kadar Gula
Darah Pada Pasien Dm Tipe Ii Di
Puskesmas Krueng Barona Jaya Aceh
Besar. Jurnal Ilmu Keperawatan, 5(2),
84-89.
Ri, K. (2017). Infodatin: Situasi Dan Analisis
Diabetes. 2014. Retrieved From
Rohmana, O., Rochayati, A. S., & Hidayat, E.
(2019). Aktivitas Jalan Kaki Setiap Hari
& 3 Kali Perminggu Pada Penderita Dm
Di Cirebon. Media Informasi, 15(2), 154-
159.
205
Santoso, P., & Susilowati, E. (2018). Pengaruh
Pendampingan Diet Terhadap
Kepatuhan Diet Dan Kadar Gula Darah
Pada Penderita Diabetes Mellitus Di
Wilayah Puskesmas Balowerti Kota
Kediri. Jurnal Ilmu Kesehatan Vol, 6(2).
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian
Kuantitatif Dan Kualitatif Dan R & D.
Jakarta. Alfabeta.
Trihendradi, C. (2013). Langkah Mudah
Menguasai Spss 21. Yogyakarta: Andi.
Wilson, P. D. (2012). Patofisiologi: Konsep
Klinis. Proses-Proses Penyakit. Jakarta:
Egc.
Yitno, Y., & Riawan, A. W. (2017). Pengaruh
Jalan Kaki Ringan 30 Menit Terhadap
Penurunan Kadar Gula Darah Pada
Lansia Penderita Diabetes Melitus Tipe
2. Strada Jurnal Ilmiah Kesehatan, 6(2),
8-15.
Yusra, A. (2016). Pengaruh Walking Exercise
Terprogram Terhadap Perubahan
Kadar Glukosa Darah Pada Penderita
Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Wilayah
Kerja Puskesmas Samudera
Kabupaten Aceh Utara.