Post on 08-Feb-2023
PEMISAHAN DENGAN CARA EKSTRAKSI PELARUT
I.Tujuan
a. Melakukan pemisahan ion dari dalam larutan air
dan KI dengan cara ekstraksi menggunakan pelarut
kloroform.
b. Menentukan konstanta distribusi iod pada sistem
air dan kloroform.
c. Memisahkan asam lemak yang terdapat dalam sabun
dan menentukan kuantitasnya dengan cara titrasi
asam basa.
II.Landasan Teori
Ektraksi pelarut adalah suatu metode pemisahan
berdasarkan transfer suatu zat terlarut dari suatu
pelarut kedalam pelarut lain yang tidak saling
bercampur. Menurut Nerst, zat terlarut akan
terdistribusi pada kedua solven sehingga
perbandingan konsentrasi pada kedua solven tersebut
tetap untuk tekanan dan suhu yang tetap.
Ekstraksi pelarut terutama digunakan, bila
pemisahan campuran dengan cara destilasi tidak
mungkin dilakukan (misalnya karena pembentukan
aseotrop atau karena kepekaannya terhadap panas)
atau tidak ekonomis. Seperti ekstraksi padat-cair,
ekstraksi cair-cair selalu terdiri atas sedikitnya
dua tahap, yaltu pencampuran secara intensif bahan
1
ekstraksi dengan pelarut, dan pemisahan kedua fasa
cair itu sesempurna mungkin.
(Shevla, 1985)
Metode pemisahan pada ekstraksi diantaranya :
1. Ekstraksi bertahap adalah cara yang paling
sederhana,mencampurkan pelarut pengekstraksinya
yang tidak bercampur dengan pelarut semula
kemudian dilakukan pengocokan.
2. Ekstraksi kontiyu adalah perbandingan
distribusi relatif kecilsehingga untuk
pemisahan yang kuantitatif diperlukan
beberapatahap distribusi.
3. Ekstraksi Counter current adalah fase cair
pengekstraksi dialirkan dengan arah yang
berlawanan dengan larutan yangmengandung zat
yang akan diekstraksikan. Biasanya digunakan
untuk pemisahan zat, pemurnian ataupun isolasi
Mekanisme ekstraksi dengan proses distribusi
dari zat yang terekstraksi ke fase organik,
tergantung pada bermacam faktor,antara lain:
kebasaan ligan, faktor stereokimia dan adanya garam
pada sistem ekstraksi. Kelarutan kompleks logam
selain ditetapkan oleh perbandingan koefisien
distribusinya juga ditentukan oleh perubahan
aktivitas zat terlarut pada masing-masing fase.
2
Pengaruh adanya pelarut lain yang tercampur
pada pelarut pertama dapat menambah kelarutannya
bila pelarut keduatersebut bereaksi dengan zat
terlarut. Jenis ikatan mempengaruhi kelarutan
kompleks pada fase organik. Kelarutan elektrolit
pada medium yang sangat polar akan bertambah dengan
gaya elektrostatik. Kelarutan zat pada air atau
alkohol lebih ditentukan oleh kemampuan zat tersebut
membentuk ikatan hidrogen. Kelarutan zat-zat
aromatik pada fase organik sebanding dengan
kerapatan elektron pada inti aromatik dari senyawa-
senyawa tersebut. Garam-garam logam tidak dapat
larut sebab bersifat sebagai elektrolit kuat. Sifat
kelarutan khelat atau asosiasi ion sangat penting
pada mekanisme ekstraksi.
(Khopkar, 2008)
Partikel-partikel zat terlarut antara dua cairan
yang tidak campur menawarkan banyak kemungkinan yang
menarik untuk pemisahan analitis. Seringkali
pemisahan secara ekstraksi dapat dilakukan dalam
beberapa menit, teknik itu dapat diterapkan untuk
suatu batas-batas konsentrasi yang luas, dan telah
dipakai secara ekstensif untuk isolasi isotop-isotop
bebas pembawa dalam jumlah yang sangat sedikit
yang diperoleh baik dari transmutasi nuklir maupun
dari material-material industri yang dihasilkan
dalam jumlah ton. Pemisahan ekstrasi
3
pelarut biasanya “bersih” dalam arti tidak ada
analogi kopresipitasi dengan sistem sejenis itu.
Pemisahan yang ideal oleh ekstraksi pelarut,
semua bahan yang diinginkan akan larut dalam satu
pelarut dan semua bahan yang tidak diinginkan akan
larut dalam pelarut yang lain. Pemindahan semua
atau tidak satu pun dari satu pelarut kepelarut yang
lain yang demikian itu jarang,
dan besar kemungkinannya untuk didapatkan campuran
bahanyang hanya berbeda sedikit dalam
kecenderungannya untuk berpindah dari pelarut yang
satu ke yang lain.Jadi satu kali pemindahan tidak
akan berakibatkan pemisahan yang benar-benar murni.
(Underwood, 1986)
Fakta pembagian solut antara dua solvent yang
tak saling campur telah memberikan banyak
kemungkinan bagi metode pemisahan, baik untuk tujuan
preratif maupun analitik. Ekstraksi solvent
(pelarut) merupakan metode pemisahan yang didasarkan
atas fakta diatas. Cara ini cukup banyak digunakan
karna dapat menggunakan alat yang sederhana seperti
corong pisah.
Ekstraksi dapat digunakan untuk memisahkan
solut dalam pelarut A dengan menggunakan pelarut B.
pada saat penambahan pelarut B, solut akan membagi
diri antara 2 pelarut yang tak saling campur
tersebut. Pada saat kesetimbangan terdapat hubungan
4
antara konsentrasi solut dalam 2 pelarut tersebut.
Hal ini sesuai dengan Hukum Distribusi yang
dinyatakan oleh Nernst dan dirumuskan sebagai:
KD=CA
CBDimana KD adalah tetapan distribusi dan CA serta
CB adalah konsentrasi solut, masing-masing dalam
solvent A dan B. harga ketettapan kesetimbangan
distribusi yang khas untuk masing-masing zat. Dan
satu hal yang penting untuk di ingat bahwa Hukum
Distribusi tersebut hanya dapat ditrapkan pada zat-
zat yang tak mengalami disosiasi dan asosiasi serta
tidak bereaksi dengan solvent.
Proses ekstraksi dilakukan secara berulang kali
akan memberikan tingkat efisien yang lebih tinggi
dari pada ekstraksi satu kali, meskipun volum yang
digunakan dalam pelarut sama.
(Tim Kimia Analitik, 2014)
III.Prosedur Percobaan
III.1 Alat dan Bahan
Alat
Alat-alat
gelas
Pipet tetes
5
Ring
penyangga
Pisau
Buret
Kaca arloji
Spatula
Krus
Neraca
Hot plate
Corong pisah
Standar dan klem
Lampu spirtus
Batang pengaduk
Bahan
Kloroform
Na-Tiaosufat
Indikator
amilium
Etanol
NaOH
Sabun
Larutan Iodium
Aquades
Indikator PP
NaCl
PE (Petroleum Enter)
3.2 Skema Kerja
3.2.1 Pemisahan Larutan Iod Dalam Air dan
Menentukan Kostanta Distribusi.
di standarisasi dengan
titrasi menggunakan
diambil
6
Larutan iod
0,1 N
Na-Tiosulfat
25 ml larutan
dimasukkan dalam corong
pisah,
ditambahkan
dikocok selama ±15 menit
dibiarkan membentuk dua
lapisan
dipisahkan dalam kloroform
ditambahkan
dilakukan titrasi
menggunakan
larutan standart
7
25 ml
Larutan Iod
Bagian atas
Na-Tiosulfat
Indikator
Hasil
Larutan Iod
Bagian bawah
Na-Tiosulfat
Hasil
diamati
dicatat
3.2.2 Pemisahan Asam Lemak Dalam Sabun dan Penentuan
Kadarnya
dipotong kecil-kecil
dilarutkan dalam
ditambahkan
dipanaskan hingga hampir
mendidih
didinginkan dan diencerkan
hingga volum 500 ml
dimasukkan 20 ml larutan
tersebut dalam corong pisah
ditambahkan
8
10 ml PE
2 tetes
400 ml
0,5 gram
sabun
dikocok, jika terbentuk emulsi
ditambahkan
dikocok kembali selama ±15 menit
dibiarkan hingga terjadi
pemisahan
dipisahkan
dilakukan kembali ekstraksi
sebanyak 3 kali masing - masing
dengan menggunakan 10 ml larutan
PE
dimasukkan kedalam corong pisah
ditambahkan
dikocok kembali
dipisahkan airnya
ditambahkan lagi
dikocok kembali hingga air tidak
bersifat basah
ditambahkan
9
2 ml air dan 2 tetes
Larutan PE
10 ml NaCl
larutan PE yang mengandung
asam lemak
dikocok selama 15 menit
dibiarkan hingga terbentuk
lapisan
dipisahkan dan ditempatkan dalam
erlenmeyer serta ditambahkan
dititrasi alkohol tersebut
dengan menggunakan
diamati
dicatat
10
Hasil
NaOH 0,01 N
2 tetes
indikator PP
Larutan alkohol
20 ml larutan
etanol
IV.Hasil dan Pembahasan
IV.1 Hasil
Penentuan kadar I2 dalam KI yang digunakan
Perlakuan Hasil pengamatan10 ml larutan I2
dititrasi dengan larutan
Na2S2O3 0,1 N
Sebanyak 0,3 ml larutan
Na2S2O3 0,1 N mengubah
warna larutan iod dari
semula kuning menjadi
bening.
Pemisahan larutan Iod dalam air dan menentukan
konstanta distribusi
Perlakuan Hasil pengamatan25 ml larutan Iod + 25
ml kloroform (dalam
corong pisah), lalu
digajlog selama 15
menit/sampai terbetuk 2
lapisan
Tidak terbentuk lapisan
berbeda fasa pada
larutan. Larutan
terlihat homogen .
20 ml (larutan Iod +
kloroform) +3 tetes
indikator amilum +
dititrasi dengan larutan
Na2S2O3 0,1 N
Sebanyak 0,5 ml Na2S2O3
bereaksi mengubah warna
larutan yang semula
kuning menjadi bening.
Pemisahan asam lemak dalam sabun dan penentuan
kadarnya.
11
Perlakuan Hasil pengamatan0,5 gram potongan sabun
+ 400 ml air+ 2 tetes
indikator PP,
dipanaskan. Kemudian
diencerkan samapai
volume 500 ml.
Larutan sedikit keruh
selama pelarutan dan
pemanasan.
20 ml larutan sabun + 10
ml dietil eter + 10 ml
NaCl jenuh. Dikocok
selama 15 menit.
Diulangi sebanyak 3 kali
Terbentuk 2 lapisan
berbeda fasa.
Lapisan atas merupakan
dietil eter yang
mengandung asam lemak
(ekstrak sabun)
Lapisan bawah merupakan
lapisan air.Lapisan eter yang
dipisahkan + 2 ml air +
2 tetes indikator PP,
dikocok (dalam corong
pisah)
Larutan asam lemak dalam
dieti eter yang tidak
bersifat basa.
Larutan ekstrak + 20 ml
etanol digojlog dan
dipisahkan
Laruatn tidak dapat
dipisahkan, karean
bersifat homogenAsam lemak yang
terkandung pada alkohol
+ 2 tetes indikator PP +
titran NaOH 0,1 N
Larutan menjadi berwarna
pink setelah 8,1 ml NaOH
0,1 N ditambahkan.
12
IV.2 Pembahasan
Pada praktikum ini bertujuan untuk
mengekstraksi suatu zat atau senyawa menggunakan
pelarut. Ekstraksi pelarut menyangkut distribusi
suatu zat terlarut (solut) diantara 2 fasa cair yang
tidak saling bercampur teknik ekstraksi sangat
berguna untuk pemisahan secara cepat dan bersih baik
untuk zat organic maupun untuk zat anorganik. Cara
ini juga dapat digunakan untukanalisis makro maupun
mikro. Ekstraksi banyak digunakan untuk pekerjaan –
pekerjaan preparative dalam bidang kimia organik,
biokimia dan anorganik dilaboratorium. Alat yang
digunakan berupa corong pisah, alat ekstraksi
soxlet, sampai yang paling rumit berupa alat
(counter current craig).
Pada praktikum yang dilaksanakan, ada percobaan
ekstraksi yang dilakukan yaitu
1. Pemisahan larutan Iod dalam air dan
menetukan konstanta distribusinya.
2. Pemisahan asam lemak dalam sabun dan
penentuan kadarnya
1. Pemisahan larutan Iod dalam air dan menetukan
konstanta distribusinya.
Pada percobaan ini praktikan akan mengekstraksi
kandungan Iod dalam larutan KI dengan menggunakan
13
pelarutan kloroform dan menetukan konstanta
distribusinya.
Ion I- merupakan senyawa halida yang mudah
larut dalam pelarut organik seperti kloroform maupun
pelarut air. Ketika kloroform di reaksikan dengan
ion I- dalam laruatn KI maka akan membentuk reaksi
kesetimbangan sebagai berikut :
CHCl3+I−¿→CHI3+3Cl
−¿¿¿
Reaksi ini terjadi karena daya oksidasi dari
Cl- yang lebih besar daripada I- sehingga dapat
mendesak I- untuk berikatan. Sedangkan ion I- dalam
KI akan terlarut dalam air membentuk kesetimbangan
ionisasi:
KI⇌K+¿+I−¿¿¿
Masing-masing pelarut tersebut memiliki
kelarutan yang berbeda satu sama lainnya. Disamping
itu kedua pelarut tersebut merupakn senyawa yang
tidak saling melarutkan, artinya ketika dicampurkan
maka akan terbentuk dua fasa yang berbeda pada
larutan, sehingga keduanya dapat dipisahkan
menggunakan corong pisah.
Sebelum memulai prosedur ekstraksi, perku
diketahui konsentrasi dari Ion I- yang akan
digunakan. Karena itu perlu dilakukan standarisasi
menggunakan larutan standar seperti Natrium
tiosulfat dengan metode titrasi.
14
Dari hasil pengamatan terhadap praktikum yang
dilakukan. Untuk larutan KI yang digunakan setelah
dititrasi dengan larutan Na2S2O3 0,1 N sebanyak 0,3
tetes diketahui normalitas dari larutan KI sebesar
0,0015 N. Reaksi yang berlangsung saat titrasi ini
yaitu:
I2(aq)+2Na2S2O3(aq)→2NaI(aq)+Na2S4O6(aq)
Natrium tiosulfat akan mereduksi I2 menjadi I-
disertai perubahan warna pada larutan, yang semla
kuning akibat adanya I2 menjadi bening ketika
menjadi I-.
Prosedur ekstraksi yang dilakukan menggunakan
25 ml larutan I- dengan pelarut kloroform sebanyak 25
ml dengan disertai penggojlogan yang bertujuan untuk
memaksimalkan proses reaksi ekstraksi.
Dari hasil pengamatn yang dilakukan, tidak
terbentuknya 2 fasa pada larutan. Kemungkinan
terjadi kesalahan dalam proses pelarutan ion I-
sebelumnya dengan pelarut air, sehingga pelarutan
tidak maksimal. Dengan mengambil 20 ml sampel dari
larutan tersebut, praktikan mencoba untuk mengetahui
jumlah mol ion I- yang terkandung dalam larutan
menggunakan metode titrasi dengan larutan standar
Natrium tiosulfat 0,1 N dan penambahan indikator
amilum.
15
Ketika indikator amilum ditambahkan dalam
larutan, maka akan terjadi reaksi pengikatan Ion I-
dengan amilum. Reaksinya:
I−¿+amilum→I−amilum¿
Setelah dilakukan titrasi maka reaksi yang terjadi
adalah:
2I−amilum+2S2O32−¿→2I−¿+S4O6
2−¿±amilum ¿¿¿
Penggunaan indikator kanji atau amilum ini
dalam proses titrasi natrium thiosulfat karena
Natrium thiosulfat lebih kuat pereaksinya
dibandingkan dengan amilum sehingga amilum atau
larutan kanji tersebut dapat didesak keluar dari
proses reaksi tersebut. Jadi hal ini menyebabkan
warna berubah kembali seperti semula setelah
dilakukannya titrasi dengan Natrium thiosulfat.
Sebanyak 0,5 ml titran Na-tiosulfat bereaksi
dengan larutan Iod membentuk perubahan warna pada
larutan, dari semula kuning menjadi bening. Dan
setelah dilakukan perhitungan diketahui bahwa jumlah
mol dari larutan I- setelah diekstraksi lebih besar
dari pada sebelum diekstraksi, yaitu dengan selisih
0,01 mmol.
Kejadian tersebut merupakan dampak dari tidak
terpisahnya larutan iod dalam kloroform maupun dalam
air. Kemungkinan terjadi reaksi yang berlebihan yang
menyebabkan adanya senyawa yang ikut beraksi dengan
Na-tiosulfat sehingga perhitungannya tidak sesuai
16
dengan teori yang ada. Dan efek lain dari tidak
terpisahnya kedua pelarut tersebut, praktikan tidak
dapat menentukan konstanta distribusi pelarut dalam
prosedur ekstraksi larutan iod ini.
2. Pemisahan asam lemak dalam sabun dan penetuan
kadarnya
Prosedur ini menjelaskan bagaimana proses
ekstraksi senyawa yang terkandung dalam sabun
menggunakan metode ekstraksi pelarut. Diketahui
bahwa sabun merupakan persenyawaan antara senyawa
logam alkali dengan asam karbosilat. Reaksi ini
disebut saponifikasi, berikt reaksinya
R−COOH+NaOH⇌R−COO−Na+H2O
Reaksi ini berlangsung reversibel sehingga dapat
digunakan untuk menentukan kandungan asam lemaknya.
Pada praktikum yang dilakukan, sebanyak 0,5 gr
sabun dilarutkan dalam air untuk melarutkan ion-
ionya. Senyawa alkali karbosilat akan mengalami
reaksi penguraian membentuk asam lemaknya dan
larutan yang bersifat basa. Reaksinya:
R−COO−Na+H2O∆→RCOO−¿−H+¿+Na+¿−OH−¿¿ ¿¿¿
R−COO−Na+H2O∆→R−COOH+NaOH
Dengan terbentuknya kembali asam lemak dari
senyawanya, maka dapat diekstraksi untuk memperoleh
kadarnya.
17
Prosedur ekstraksi ini menggunakan pelarut
dietil eter. Sebanyak 20 ml larutan sabun diektraksi
dengan 10 ml dietil eter sebanyak 3 kali guna untuk
memaksimalkan pelarutan dari asam lemak. Kemudian
dari hasil ekstraksi dengan pelarut dietl eter
tersebut kemudian ditambahkan etanol untuk
melarutkan asam lemak yang terkandung pada pelarut
sebelumnya.
Dari hasil pengamatan yang dilakukan kelarutan
pelarut dietil eter dengan etanol sangat besar. Hal
tersebut mengakibatkan tidak terpisahnya kedua
pelarut tersebut dalam larutan. karena itu praktikan
mengalami kesulitan dalam prosedur pemisahannya.
Setelah disimpulkan bahwa reaksi di atas tidak
dapat dipisahkan, maka praktikan melanjutkan
prosedur dengan menitrasi menggunakan larutan NaOH
0,1 N. Tujuan titrasi ini untuk menentukan jumlah
mol kandungan asam lemak dalam larutan sehingga
dapat diketahui kadarnya terhadap senyawa sampel.
Sebanyak 8,1 ml larutan NaOH digunakan untuk
menitrasi asam lemak dalam larutan yang terlebih
dahulu ditambahkan indikator PP sebagai media
perubahan. Dan setelah melalui perhitungan
diketahuilah jumlah mol asam lemak yang terkandung
dalam senyawa sabun yang digunakan yaitu sebanyak
0,23 gram (dengan menganggap bahwa kandungan asam
lemak yang dimaksud adalah asam stearat). Dengan
18
begitu kadar kandungan asam lemak dalam media
sampel yang digunakan sebesar 46 %.
V.Kseimpulan dalam Saran
V.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan,
maka dapat disimpulkan:
1. Ekstraksi merupakan prosedur pemisahan yang
menggunakan prinsip perbedaan kelarutan
dalam sistemnya.
2. Proses pemisahan ekstraksi pelarut merupakan
prosedur pemisahan yang menggunakan media
pelarut dalam menentukan kuantitas ekstrak
yang akan dipisahkan.
3. Ekstraksi pelarut menyangkut distribusi
suatu zat trlarut (solut) diantara 2 fasa
cair yang tidak saling bercampur teknik
ekstraksi sangat berguna untuk pemisahan
secara cepat dan bersih baik untuk zat
organic maupun untuk zat anorganik.
4. Larutan iod lebih banyak terdistribusi
kedalam kloroform dibandingkan air.
19
5. Kadar asam lemak dalam sabun diperoleh
sebesar 46 %.
V.2 Saran
Pada praktikum yang telah dilakukan, sebagai
saran dari praktikan yaitu perlu dilengkapi lagi
perlatan yang mendukung saat menjalankan praktikum,
karena pada praktikum sebelumnya terjadi
keterlambatan prosedur akibat kurangnya peralatan.
Diharapkan pada praktikum selanjutnya baik itu
peralatan maupu bahan tidak mengalami keterkendalaan
dalam hal pengadaannya.
VI.Daftar Pustaka
Khopkar. 2008. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press.
Jakarta.
Shevla, G. 1985. Vogel Analisis Anorgami Kualitatif Makro dan
Semimikro. Jakarta : PT. Kalman Media Pustaka
Tim Kimia Analitik. 2014. Penuntun Praktikum Kimia Analitik
II. Jambi : Universitas Jambi.
Underwood & R.A Day. 1986. Analisis Kimia Kuantitatif.
Erlangga. Jakarta
20
Perhitungan
1. Penentuan larutan Iod dalam air dan menetukan
konstanta distribusinya
Penentuan norlmalitas larutan Iod dengan metode
titrasi menggunakan larutan standar Na2S2O3.
Persamaan reaksi yang terjadi:
I2(aq)+2Na2S2O3(aq )→2NaI(aq )+Na2S4O6(aq)
1 mol 2mol
A. Menentukan Normalitas larutan I2
Normalitas larutan iod sebelum diekstrak
Volume larutan Iod = 10 ml
Normailtas Na2S2O3 = 0,1 N
Volume titrasi Na2S2O3 = 0,3 ml
molNa2S2O3
2=molI2
N1xV1
2=N2xV2
0,1Nx0,3ml2
=N2x10ml
N2=0,1Nx0,3ml
2x10ml=0,0015N
Normalitas larutan Iod setelah diekstrak
21
Volume larutan Iod setelah diekstraksi =
20 ml
Normailtas Na2S2O3 = 0,1 N
Volume titrasi Na2S2O3 = 0,5
ml
Indikator amilum = 3
tetes
molNa2S2O3
2=molI2
N1xV1
2=N2xV2
0,1Nx0,5ml2
=N2x20ml
N2=0,1Nx0,5ml
2x20ml=0,00125N
B. Menentukan Mol I2 yang terekstrak
Mol I2 dalam larutan sebelum diekstrak
mol=NxV=0,0015Nx10ml=0,015mmol Mol I2 dalam larutan sesudah diekstrak
mol=NxV=0,00125Nx20ml=0,025mmol Selisih mol yang terekstrak (Δmol)
∆mol=molsebelumdiekstrak−molsesudahdiekstrak=0,015mmol−0,025mmol¿−0,01mmol
2. Penentuan kandungan asam lemak dalam sabun
A. Penentuan Normalitas ekstrakasam lemak
22
Volume ekstrak asam lemak = 20 ml
Normalitas NaOH = 0,1 N
Volume NaOH = 8,1 ml
molasamlemak=molNaOHN1xV1=N2xV2
N1x20ml=0,1Nx8,1ml
N1=0,1Nx8,1ml
20ml=0,405N
B. Penentuan mol ekstrak asam lemak
molektrakasamlemak=NxV=0,405Nx20ml=0,81mmolmassaesktraasamlemak (asamstearat)=molxMr
¿0,81mmolx284,48 mgmmol
¿230,4288mg=0,23gr
23
kadarasamlemakdalamsabun=massaasamlemak
massasabunx100%=
0,23gr0,5gr
x100%=46%
Lampiran
1. Suatu zat x dalam pelarut B memiliki KD sebesar
500 ingin diekstraksi dengan pelarut A. jika
volum pelarut B dan A masing-masing 100 ml.
dilakukan dua cara ekstraksi, yang pertama
dengan menggunakan 100 ml larutan A sekaligus
dan kedua dilakukan ekstraksi secara bertahap
sebanyak 10 kali dengan 10 ml pelarut A tiap
kali ekstraksi. Perlihatkan dengan perhitungan
bahwa cara kedua lebih evisien?
Jawab:
Penyelesaian
mis : massa awal sampel = 5 gram
dik : KD = 500
Vair = 100 mL
Vorg = 100 mL
Wo = 5 gram
dit : W1 ….. ?
Jawab :
W1=Wo[ VairKD.Vorg+Vair ]1
24
= 5gr [ 100mL500.100mL+100mL ]1
= 5gr [100mL50100 ]1 = 0,078
Zat yang terekstraksi dapat dihitung
menggunakan rumus :
W = WO – W1
= 5 gram – 0,078
= 4,922
Untuk ekstraksi berulang sebanyak 10 kali
W1=Wo[ VairKD.Vorg+Vair ]10
= 5gr [ 100mL500.10mL+100mL ]10
= 5gr [100mL5100 ]10 = 19.10-30
Zat yang terekstraksi dapat dihitung
menggunakan rumus :
W = WO – W1
= 5 gram – 19.10-30
25
= 4,999999999999999999999999002
Dari perhitungan didapat hasil, bahwa ekstraksi
berulang jauh lebih effisien. Berdasarkan
literatur, ekstraksi dengan bayak pengulangan
lebih efektif karena jumlah zat terlarut yang
tertinggal setiap kali ekstraksi akan semakin
berkurang
2. Buatlah reaksi redoks yang terjadi pada titrasi
iod dengan Na-tiosulfat dan tentukan berapa
kadar iod jika volume Na-tiosulfat 0,1 N yang
terpakai sebanyak 1 ml?
Jawab:
Reaksi redoks
I2+2S2O32−¿→2I−¿+S4O6 2−¿¿¿ ¿
0 +2 -1 +2,5
Reduksi
oksidasi
Reduksi : 2I- + 2e- I2
Oksidasi : 2S2O32- S4O6
2- + 2e
Hasil : I2 + 2S2O32- 2I- + S4O6
2-
3. Jenis asam lemak apakah yang umumnya terdapat
dalam minyak dan berapakah massa molekul
relative dari massa asam stearat?
26
Jawab :
Umumnya asam lemak yang terkandung dalam minyak
adalah asam lemak jenuh, seperti asam stearat
yang mempunyai rumus molekul C17H35COOH dengan
massa atom relative sebesar 284,48 g/mol
Pertanyaan pascapraktikum
1. Pada titrasi iod dalam kloroform dengan Na-
tiosulfat tidak digunkan indicator amilum,
sedangkan pada titrasi iod dalam air digunakan
indicator amilum. Mengapa demikian, apakah
tujuannya, jelaskan?
Jawab:
digunakan indicator amilum yang berfungsi untuk
mengetahui apakah seluruh iod telah habis
bereaksi atau belum.
2. Hitunglah konstanta distribusi dalam iod
berdasarkan data hasil percobaan, bandingkan
dengan data dari literature, serta hitung
persentase kesalahan?
Jawab:
Berdasarkan literature :
KD = C1 / C2
= 0,098 / 0,888
= 1,11364
27
3. Hitunglah kadar asam lemah dalam sabun, anggap
saja bahwa asam lemah yang ada dalam sabun hanya
asam stearat?
Jawab:
Volume ekstrak asam lemak = 20 ml
Normalitas NaOH = 0,1 N
Volume NaOH = 8,1 ml
molasamlemak=molNaOHN1xV1=N2xV2
N1x20ml=0,1Nx8,1ml
N1=0,1Nx8,1ml
20ml=0,405N
molektrakasamlemak=NxV=0,405Nx20ml=0,81mmolmassaesktraasamlemak (asamstearat )=molxMr
¿0,81mmolx284,48 mgmmol
¿230,4288mg=0,23gr
kadarasamlemakdalamsabun=massaasamlemak
massasabunx100%=
0,23gr0,5gr
x100%=46%
28