Post on 08-May-2023
1 | P a g e
RINGKASAN LAPORAN DIKIRIMKAN UNTUK
PROSES KAJIAN PEER REVIEW HCSA
Judul Proyek Penilaian HCS:
High Carbon Stock (HCS) Assessment
PT Cahayanusa Gemilang
Kalimantan Barat
Perusahaan/Organisasi:
PT. Cahayanusa Gemilang/
Golden Agri Reseources
Orang Dihubungi:
Ambang Wijaya
Gotz Martin
2 | P a g e
DAFTAR ISI 1. Deskripsi Kegiatan ....................................................................................... 4
1.1. LOKASI DAN UKURAN AREA KAJIAN ............................................................................................... 4
1.2. GAMBARAN TENTANG AREAL PERKEBUNAN YANG DIUSULKAN ........................................................... 4
1.3. DESKRIPSI LANSKAP DI SEKITARNYA ................................................................................................ 4
1.4. PETA SITUS LOKASI KAJIAN ........................................................................................................... 6
1.5. DATA RELEVAN YANG TERSEDIA .................................................................................................... 6
1.6. DAFTAR LAPORAN/ PENILAIAN YANG DIGUNAKAN DALAM PENILAIAN SKT ........................................... 6
2. Tim Penilai SKT Dan Timeline ........................................................................ 7
2.1. NAMA DAN KUALIFIKASI............................................................................................................... 7
2.2. JANGKA WAKTU UNTUK MENGERJAKAN LANGKAH-LANGKAH UTAMA DALAM PENILAIAN ....................... 7
3. Keterlibatan Masyarakat/ FPIC ..................................................................... 8
3.1. IKHTISAR KETERLIBATAN MASYARAKAT, FPIC, PEMETAAN PARTISIPATIF .............................................. 8
3.2 IKHTISAR PENILAIAN DAMPAK SOSIAL /SIA (JIKA ADA) .................................................................... 11
4. Penilaian Nilai Konservasi Tinggi (NKT) ....................................................... 14
4.1. RINGKASAN YANG BERKAITAN DENGAN RINGKASAN LAPORAN UNTUK PUBLIK ...................................... 14
5. Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) ....................................................... 19
5.1. RINGKASAN ............................................................................................................................ 20
6. Analisis Citra Tutupan Lahan....................................................................... 20
6.1. AREA PENTING DAN DIFINISINYA .................................................................................................. 20
6.2. DESKRIPSI DARI CITRA YANG DIGUNAKAN UNTUK STRATIFIKASI ......................................................... 21
6.3. SAMPLE DARI CITRA ................................................................................................................... 22
6.4. METODE UNTUK STRATIFIKASI DAN SOFTWARE YANG DIGUNAKAN .................................................... 24
6.5. PETA KELAS VEGETASI AWAL ...................................................................................................... 26
6.6. TABEL LUASAN SETIAP KELAS VEGETASI ........................................................................................ 26
3 | P a g e
6.7. RINGKASAN DARI AREA-AREA POTENSIAL HUTAN HCS, BERDASARKAN ANALISIS LANJUTAN ................... 27
7. Hasil Inventarisasi Hutan ............................................................................ 27
7.1. DESAIN PENGAMBILAN CONTOH DAN PLOT YANG DIGUNAKAN ........................................................ 27
7.2. PETA SEBARAN TITIK SAMPLING .................................................................................................. 28
7.3. ANGGOTA TIM INVENTARISASI HUTAN DAN TUGASNYA ................................................................... 29
7.4. METODOLOGI YANG DIGUNAKAN UNTUK PENGAMBILAN SAMPLE DI LAPANGAN (HUTAN) .................... 30
7.5. METODOLOGI YANG DIGUNAKAN UNTUK PERHITUNGAN KARBON .................................................... 32
7.6. DOKUMENTASI SETIAP KELAS VEGETASI ........................................................................................ 33
7.7. ANALISIS STATISTIK (PERSAMAAN ALOMETRIK, ANALISIS SELANG KEPERCAYAN, DAN JUSTIFIKASI) ......... 35
7.8. IKHTISAR ANALISIS STATISTIK DARI HASIL ANALISIS SIMPANAN KARBON SETIAP KELAS VEGETASI ........... 36
7.9. HASIL INVENTARISASI HUTAN ..................................................................................................... 36
8. Klasifikasi Tutupan Lahan ........................................................................... 38
8.1. PETA TUTUPAN LAHAN YANG DILENGKAPI DENGAN JUDUL, TANGGAL, LEGENDA, DAN BEBERAPA PATCH
HUTAN YANG TERIDENTIFIKASI. .................................................................................................... 38
9. Hasil Patch Analysis .................................................................................... 39
9.1. HASIL DAN (DECISION TREE) (TERMASUK PRE-RBA AND HASIL RBA) ................................................. 39
9.2. KOMENTAR MENGENAI HASIL (DECISION TREE) ............................................................................. 39
10. Rencana Penggunaan Lahan Indikatif (Land Use Indicative) ..................... 40
10.1. RINGKASAN DARI HASIL AKHIR VERIFIKASI LAPANGAN (JIKA DIBUTUHKAN) ........................................ 40
10.2. PETA SKT FINAL ....................................................................................................................... 44
10.3. IKHTISAR KEGIATAN PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN KONSERVASI HUTAN UNTUK DIMASUKKAN DALAM
RENCANA KONSERVASI DAN PENGEMBANGAN (PENGGUNAAN LAHAN) ............................................. 44
4 | P a g e
1. Deskripsi Kegiatan 1.1. Lokasi dan Ukuran Area Kajian
Penilaian High Carbon Stock (HCS) dilakukan di PT. CNG yang berdasarkan Ilok diperoleh pada
6 Februari 2009 seluas 3.447,17 Ha. Setelah itu PT CNG mendapatkan izin terbaru berupa HGU
(Hak Guna Usaha) yang didpaatkan pada tanggal 3 Oktober 2013 dengan wilayah kelola seluas
2.906,81 Ha. PT CNG terletak pada garis 12° 4' 31,546" S - 2° 10' 47,611" S and 110° 29' 49,007"
E - 110° 33' 44,729" E. Lokasi area PT. CNG secara administratif berada di Kecamatan Marau,
Kabupaten Ketapang, Provinsi Kalimantan Barat.
1.2. Gambaran Tentang Areal Perkebunan yang Diusulkan
Seluruh areal PT. CNG berada di areal Areal Penggunaan Lain (APL) dan Hutan Produksi
berdasarkan Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK). Sedangkan menurut RTRWP Kalimantan
Barat dan RTRWK Ketapang masuk kedalam kategori Areal Penggunaan Lain (APL).
Berdasarkan hasil studi Social Impact Assesment (SIA) keseluruhan areal PT KGP ini mencakup
wilayah 4 desa yaitu Desa Randai, Desa Batu Payung, dan Desa Rangkung.
Berdasarkan Dokumen Amdal, secara umum areal PT. CNG memiliki bentuk lahan datar dan
Agak Curam. Bentuk lahan datar merupakan areal yang paling luas dengan luasan 2.952,17 ha
atau 87,49% dari total luas lahan. Sedangkan untuk tipe tanah, terdapat 2 jenis tanah
berdasarkan USDA Soil Taxonomy di area PT. CNG yakni tropaquepts dan tropodults.
1.3. Deskripsi Lanskap di Sekitarnya
Tipe tutupan lahan yang terdapat di sekitar lokasi PT. CNG dapat dikelompokkan menjadi 3 tipe,
yaitu hutan regenerasi muda dan belukar. Areal budidaya diusahakan oleh masyarakat sehingga
aspek ekonomis sangat mempengaruhi jenis vegetasi yang ditanam. Beberapa jenis yang banyak
diusahakan adalah Padi, Jagung, Ubi Kayu, Ubi Jalar, Karet, Kelapa, Kelapa Sawit , Lada dan
Kopi.
Semak belukar merupakan vegetasi yang terbentuk akibat adanya pembukaan hutan. Vegetasi
yang mendominasi antara lain Pangkilan semut Simpur (Dillenia sp.), Medang (Litsea firma),
Pulai pipit (Alstonia pneumatofora), Penaga (Schima wallichi), Belaban (Tristania sp.), dan
lainnya
5 | P a g e
Tabel 1. Distribusi penduduk Desa sekitar PT. CNG
No. Nama Desa
Jumlah
Penduduk
(Jiwa)
Luas Desa
(Km²)
Kepadatan
(Jiwa/Km²)
Penduduk
Laki-laki
(Jiwa)
Penduduk
Perumpuan
(Jiwa)
1 Randai 1346 83,08 16 683 663
2 Batu Payung
Dua 1243 69,81 18 687 556
3 Rangkung 559 53,54 10 335 224
Sumber: Kecamatan Marau dalam angka 2012
Sumber ekonomi utama berasal dari sektor agraris, pertanian dan perkebunan menjadi corak
dominan kehidupan ekonomi masyarakat desa. Sarana yang mendukung pertumbuhan ekonomi
lokal adat dikatakan cukup berpotensi untuk dapat berkembang pesat. Sarana perekonomian
jalan, pasar, industri dan beberapa lembaga keuangan ada di desa sebagai penunjang kegiatan
ekonomi. Adanya lembaga dan fasilitas ekonomi ini sangat penting bagi perkembangan ekonomi
desa.
6 | P a g e
1.4. Peta Situs Lokasi Kajian
Gambar 1. Peta Lokasi PT. Cahayanusa Gemilang
1.5. Data Relevan yang Tersedia
1. Data inventory lapangan tanggal 17 -21 Februari 2015
2. Citra Landsat Path/Row 120/062 Tanggal 26 Januari 2014, 01 Mei 2015 dan 17
Agustus 2015.
1.6. Daftar Laporan/ Penilaian yang Digunakan dalam Penilaian SKT
1. ESIA (Environmental and Sosial Impact Assessment) Tahun 2009
2. SIA (Sosial Impact Assessment) Tahun 2014
3. HCV (High Conservation Value) Identifikasi Tahun 2011 dan Verifikasi Tahun 2015
4. Participatory Mapping Tahun 2016
7 | P a g e
2. Tim Penilai SKT Dan Timeline 2.1. Nama dan Kualifikasi
Tabel 2. Tim Penilai SKT
Nama Lembaga Peran dan Tanggung jawab
Candra Kurniawan GAR
Pemimpin tim lapangan, check tallysheet, menjaga
dokumentasi, GPS dan peralatan, memverifikasi kondisi
tutupan lahan, memastikan lokasi plot sampel.
Samsul Ulum (Biodiversity) TFT Pengenal jenis pohon, membuat plot, mengumpulkan data
lapangan (foto dan tallysheet)
Abidin Lakadimu (Biodiversity) TFT Pengenal jenis pohon, membuat plot, mengumpulkan data
lapangan (foto dan tallysheet)
Devis Rachmawan (Biodiversity)
TFT Mengukur pohon, Analisa kebutuhan sampel dan statistik perhitungan karbon
Gigih Pambudi (GIS) TFT Analisa citra satelit, stratifikasi, menyiapkan peta-peta
lapangan dan update dari hasil klarifikasi lapangan
Sephy Noerfahmi TFT Tim Pre RBA
Zulfikri TFT Tim RBA
Lutfian Nazar TFT Mengukur pohon
Soni Budi Setiawan TFT Mengukur pohon
Sasi Kirono TFT RBA, Analisis data dan laporan
Muhammad GAR Pendampingan Pra RBA
Suhendri GAR Pendampingan Pra RBA
Harun Subekti GAR Pendampingan Pra RBA
Siti Nurika GAR Pendampingan Pra RBA
Musa Y. Rega GAR Pendampingan Pra RBA
Chandra Iwantono GAR Pendampingan Pra RBA
Afrizal Lukito GAR Pendampingan Pra RBA/RBA
Kiki Erizal GAR Pendampingan Pra RBA
Hilarius GAR Pendampingan Pra RBA
Ginanjar Slamet GAR Pendampingan Pra RBA
Romadhon GAR Pendampingan Pra RBA
Abau GAR Pendampingan Pra RBA
Stenley GAR Pendampingan Pra RBA/RBA
Asoy GAR Pendampingan Pra RBA/RBA
2.2. Jangka Waktu untuk Mengerjakan Langkah-Langkah Utama dalam Penilaian
1. Studi AMDAL dilaksanakan pada bulan Februari 2009
2. Studi HCV dilaksanakan pada bulan Juli 2011 dan Verifikasi HCV bulan Februari 2015
3. Studi SIA dilaksanakan pada bulan November 2014
8 | P a g e
4. Proses Interpretasi citra dilakukan pada bulan Juli 2014 dan disepakati oleh GAR dan
TFT
5. Survei tegakan hutan potensial HCS yang telah dilakukan pada tanggal 17 – 21 februari
2015 yang melibatkan tim dari PT. CNG yang dibantu oleh TFT
6. Analisis data, update stratifikasi dilaksanakan pada bulan Juni – Agustus 2015
7. Penilaian lebih detail melalui kegiatan Pre RBA dilaksanakan pada tanggal 3 – 5 Maret
2016
8. Kegiatan RBA dilaksanakan pada tanggal 2- 7 Maret 2016
9. Proses Participatory Mapping Januari – Juni 2016
10. Analisis final dan Penyusunan Laporan Bulan September – Desember 2017.
3. Keterlibatan Masyarakat/ FPIC 3.1. Ikhtisar Keterlibatan Masyarakat, FPIC, Pemetaan Partisipatif
Proses keterlibatan masyarakat telah dilakukan oleh perusahaan sejak awal pembukaan kebun
hingga saat ini. Penjelasan berupa informasi dari setiap tahapan proses kegiatan dan proyek
yang memberikan dampak kepada masyarakat senantiasa dilakukan. Pemberian informasi di
awal dan masyarakat diberikan kebebasan untuk memutuskan. Pun pada pelaksanaan
kompensasi lahan pun dilakukan konsultasi terlebih dahulu dan sesuai dengan kesepakatan yang
muncul dimasyarakat. . Seluruh kegiatan proses FPIC mengacu pada SOP FPIC yang dimiliki
oleh internal perusahaan disusun pada tahun 2014 dan direvisi pada tahun 2017 (Lampiran 2).
Proses kegiatan FPIC secara garis besar dilakukan melalui proses dasar yaitu Pelingkupan,
Sosialisasi dan konsultasi awal, Pelaksanaan Kajian, Sosialisasi Lanjutan, Negosiasi (jika
diperlukan), dan Pembuatan Kesepakatan.
1. Pelingkupan, yaitu melakukan identifikasi keberadaan masyarakat yaitu
identifikasi desa yang berbatasan langsung dengan perusahaan, ciri-ciri dan
identitas masyarakat hukum adat, lembaga perwakilan masyarakat dan aktor -
aktor penting terkait. Nara sumber nantinya akan ditentukan oleh para pihak
secara partisipatif. Dalam proses persiapan selanjutnya diperlukan adanya
kegiatan sosialisasi melalui kunjungan informal kepada calon narasumber atau
melalui surat tertulis berisi pemberitahuan kegiatan.
9 | P a g e
2. Sosialisasi dan Konsultasi, yaitu menginformasikan kepada masyarakat mengenai
rencana kegiatan yang akan dilakukan, masyarakat diberikan kebebasan dalam
menyetujui atau tidak pelaksanaan rencana kegiatan. Selain itu dalam hal ini
masyarakat diberikan hak untuk didampingi pihak/lembaga lain sebagai
penasehat secara legal, dan/atau sebagai pengamat.
3. Pelaksanaan kajian, jika masyarakat memberikan persetujuan maka kajian
dilaksanakan.
4. Setelah pelaksanaan kajian dan telah mendapatkan hasil, perusahaan wajib
memberikan sosialisasi mengenai hasil kegiatan dan mendapat masukan dari
masyarakat mengenai hasil kegiatan tersebut. Proses terakhir adalah
kesepakatan bersama dengan masyarakat mengenai hasil kegiatan, sebelum
pembuatan dokumen kesepakan dapat dilakukan proses negosiasi untuk
mencapai suatu kesepakan jika diperlukan. Dalam semua kegiatan tersebut hal –
hal dan komunikasi kepada masyarakat menggunakan bahasa yang mudah
dipahami oleh masyarakat.
Pelaksanaan pemetaan partisipatif sebagai salah satu bagian dari pelibatan masyarakat disekitar
perusahaan juga telah dilakukan pada tahun 2015 - 2016. Sebanyak 3 Desa (Rangkung, Randai
dan Batu Payung Dua) telah memiliki profil dan peta desa yang telah melalui proses konsultasi
publik. Pelaksaan Kegiatan pemetaan partisipatif dilakukan dengan dua metode yaitu Studi data
Sekunder dan Studi Data Primer. Studi data sekunder dikumpulkan melalui studi pustaka dengan
mempelajari dokumen yang sebelumnya sudah dimiliki oleh pemerintah desa seperti sketsa desa,
peta desa, data monografi desa dan dokumen lainnya. Studi data primer adalah data yang
bersumber langsung dari narasumber yang relevan, tim pemetaan melakukan wawancara
mendalam, diskusi kelompok, proses verifikasi melalui kunjungan lapangan, overlay peta digital
yang ada dengan data hasil kunjungan lapangan dan hasil diskusi dengan masyarakat, konsultasi
publik dan dokumentasi kegiatan.
Hasil kegiatan pemetaan partisipatif yang dihasilkan dan disepakati dari kegiatan pemetaan
partisipatif antara lain peta sebaran infrastruktur desa, peta indikatif batas administarasi desa,
peta tata guna lahan dan ketahanan pangan, peta pola kepemilikan tanah, ketahanan pangan
dan peta arahan pola ruang.
Tata Guna lahan dan ketahanan pangan mendefinisikan penggunaan lahan yang berupa kebun
campuran, kebun sawit, hutan, ladang, persawahan, pemukiman, semak, prasarana umum
lainnya, rawa dan tubuh air. Ketahanan pangan masyarakat disetiap desa berbeda - beda
10 | P a g e
luasannya. Wilayah area ketahanan pangan memiliki komoditi tanaman pangan seperti padi
ladang, padi sawah, ubi, selain itu tanaman buah seperti duku, durian, nangka, pisang dan lain –
lain juga menjadi area yang di sarankan menjadi wilayah untuk mempertahankan ketahanan
pangan. (GAR PM Report, 2016)
Gambar 2. Peta Batas Desa PT. Cahayanusa Gemilang
11 | P a g e
3.2 Ikhtisar Penilaian Dampak Sosial /SIA (jika ada)
Studi SIA dilaksanakan pada bulan November 2014 dan telah mengidentifikasi dampak positif
dan negatif seperti yang dijelaskan dalam tabel di bawah ini:
Tabel 3. Analisis Dampak Sosial Positif
No. Bidang Bahasan Dampak Positif Sumber Dampak Positif Analisis
1 Ketenagakerjaan Menyerap tenaga kerja bagi masyarakat
Banyaknya tenaga kerja yang dibutuhkan oleh operasional, perusahaan akan menyerap banyak tenaga kerja baik tenaga lokal maupun pendatang
masyarakat meniulai perusahaan memerlukan banyak tenaga kerja dalam mengelola operasional pabrik dan perkebunan, sehingga berbanding lurus dengan tenaga yang terserap
2 Ekonomi
Peningkatan kapasitas SDM Masyarakat melalui pelatihan menjahit
Salah satu program CSR perusahaan. Dengan program ini masyarakat merasa terbantu karena memiliki kelebihan yang dapat dimanfaatkan
Masyarakat menilai bantuan CSR ini sangat membantu masyarakat dan keberadaanya sangat dibutuhkan.
Adanya plasma mampu menambah pendapatan masyarakat, serta memberi pengetahuan tentang budidaya sawit bagi masyarakat
Salah satu kebijakan perusahaan untuk mengembangkan perekonomian lokal yaitu menciptakan mitra dengan masyarakat dengan program kebun plasma.
Program plasma sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan untuk meningkatkan ekonomi sekitar
3 Infrastruktur
Bantuan pembangunan dan ametrial untuk sekolah, tempat ibadah, pembuatan pompa air, perawatan jalan.
Komitmen perusahaan dalam program CSR tahunan di berbagai bidang sangat membantu kehidupan masyarakat yang membutuhkan.
Masyarakat menilai bantuan CSR ini sangat membantu masyarakat dan keberdaannya sangat dibutuhkan
12 | P a g e
No. Bidang Bahasan Dampak Positif Sumber Dampak Positif Analisis
Infrastruktur
Peningkatan Aksesibilitas masyarakat akibat terbukanya jalan oleh perusahaan
Perusahaan melakukan pembangunan dan perawatan infrastruktur jalan akses desa
Untuk memperlancar mobilitas operasional, perusahaan membangun infrastruktur transportasi bagi kendaraan pengangkut TBS dan CPO. Hal ini yang secara langsung berdampak pada terbukanya akses jalan bagi masyarakat di desa seputaran pabrik dan kebun.
4 Kesehatan
Bantuan dan perhatian kesehatan bagi karyawan dan masyarakat dengan adanya fasilitas klinik dan program pengobatan gratis.
Fasilitas kesehatan seperti klinik, tenaga medis serta obatobatan yang diberikan perusahaan serta program pengobatan gratis dari Yayasan Tzu Chi
Fasilitas kesehatan seperti klinik adalah fasilitas yang wajib diberikan perusahaan untuk menjamin kesehatan karyawan dan masyarakat sekitar bila membutuhkan. Selain itu pengobatan gratis yang dilakukan oleh Yayasan Tzu Chi dengan berkerjasama dengan perusahaan memberikan manfaat yang signifikan bagi warga.
5 Kesejahteraan
lingkungan kerja yang kondusif membuat karyawan merasa betah untuk tinggal dan bekerja
Hal ini dikarenakan dari berbagai fasilitas yang diberikan perusahaan bagi karyawan
Fasilitas perusahaan seperti sarana perumahan, air, kesehatan, pemdidikan membantu meningkatkan kesejahteraan karyawan beserta keluarganya.
13 | P a g e
Tabel 4. Analisis Dampak Sosial Negatif
No Bidang Bahasan Potensi Dampak
Negatif
Sumber Dampak
Negatif Action Plan
1 Administrasi
Aparat Desa Randai
merasa tidak ada
pelaporan ke desa
terkait orang dari luar
daerah yang masuk ke
perusahaan, sehingga
desa tidak mempunyai
data adminitrasi
tentang kependudukan
dan identitas warga.
Staf dan karyawan
pendatang
disediakan pondokan
perumahan
yang masuk dalam
wilayah
adminitrasi desa. Sudah
seharusnya karyawan
tersebut
melaporkan diri ke
aparat desa
terkait sebagai bentuk
tertib
pencatatan adminitrasi
karena
telah tinggal di wilayah
tersebut.
Pemberian arahan kepada
karywan pondokan untuk
melakukan kelengkapan
administrasi ke desa
setempat agar terwujud
administrasi yang tertib.
2 Sosial
Tenaga dari lokal
kurang di prioritaskan
dibandingan dengan
tenaga dari luar, serta
tidak adanya informasi
lowongan kerja yang
jelas dan dapat diakses
dengan mudah
Masyarakat merasa
penyerapan tenaga
lokal
masih kurang maksimal
dibanding tenaga kerja
dari
luar.
Meningkatkan komunikasi
dengan pemerintahan desa
terkait lowongan pekerjaan,
terutama ketika perusahaan
akan mengadakan
rekrutment.
14 | P a g e
4. Penilaian Nilai Konservasi Tinggi (NKT) 4.1. Ringkasan yang berkaitan dengan ringkasan laporan untuk Publik
Di areal PT. Cahayanusa Gemilang teridentifikasi sebanyak 7 (tujuh) NKT, yaitu NKT1 (NKT1.1,
NKT1.2, NKT1.3), NKT2 (NKT2.3), NKT4 (NKT4.1), NKT5, dan NKT 6, seperti disajikan pada
Tabel 5.
Tabel 5 Ringkasan Identifikasi NKT di Areal PT CNG
Tipe NKT Keberadaan
NKT Temuan
KBKT
(Identifikasi)
KBKT
(Verifikasi)
1.1 Kawasan yang
mempunyai
atau
memberikan
fungsi
pendukung
keanekaragam
an hayati bagi
kawasan
lindung atau
konservasi
Ada • Di areal ijin PT.
Cahayanusa Gemilang
terdapat nilai NKT
berupa sempadan
Sungai dan kawasan
sekitar mata air
SS Puayan (75,19 ha), SS
Anak Puayan (22,60 Ha),
SS Pingping (23,88 Ha), SS
Pengkayasan (9,71 Ha), SS
Jelayan 1 (3,07 Ha), SS
Jelayan 2 (4,82 Ha), SS
Bendungan Jelayan (1,63
Ha), KSMA S Anak Puayan
(3,80 Ha), KSMA S.
Jelayan 1 (3,80 Ha), KSMA
S Jelayan -2 (3,80 Ha),
KSMA S. Buntal/Seraduk
(3,80 Ha)
SS Puayan (105,88 ha),
SS Anak Puayan (24,92
Ha), SS Pengkayasan
(48,01 Ha), KSMA S
Anak Puayan (3,80
Ha), KSMA S. Jelayan 1
(3,80 Ha), KSMA S
Jelayan -2 (3,80 Ha),
KSMA S.
Buntal/Seraduk (3,80
Ha)
1.2 Spesies
hampir punah
Ada Di areal ijin PT. Cahaya
Nusa Gemilang ditemukan
jenis tumbuhan secara
langsung di lapangan yang
termasuk CR/Critically
Endangered (Terancam
hampir punah) menurut
IUCN, yaitu belangeran
(Shorea balangeran (Korth.)
Burck).
SS Puayan (75,19 ha) SS Puayan (105,88 ha)
1.3 Kawasan yang
merupakan
habitat bagi
populasi
Ada Di areal ijin PT. Cahaya
Nusa Gemilang terdapat
jenis tumbuhan yang
ditemukan secara langsung
SS Puayan (75,19 ha), SS
Anak Puayan (22,60 Ha),
SS Pingping (23,88 Ha), SS
Pengkayasan (9,71 Ha), SS
SS Puayan (105,88 ha),
SS Anak Puayan (24,92
Ha), SS Pengkayasan
(48,01 Ha), KSMA S
15 | P a g e
Tipe NKT Keberadaan
NKT Temuan
KBKT
(Identifikasi)
KBKT
(Verifikasi)
spesies yang
terancam,
penyebaran
terbatas atau
dilindungi
yang mampu
bertahan
hidup
yang termasuk dalam
Daftar CITES Appendix II
dan/atau termasuk
VU/Vulnerable (rentan)
atau CR/Critically
Endangered (Terancam
hampir punah) menurut
IUCN.
• Gaharu (Aquilaria
malaccensis Lamk.)
• Belangeran (Shorea
balangeran (Korth.) Burck)
• Pekawai (Durio kutejensis
(Hassk.) Beccari)
• Belian/ulin (Eusideroxylon
zwageri T. & B.)
Di areal ijin PT. Cahaya
Nusa Gemilang terdapat
jenis satwaliar yang
ditemukan secara langsung
yang dilindungi menurut PP
No. 7 Tahun 1999;
termasuk dalam daftar
CITES Appendix II; terdapat
jenis satwaliar yang
termasuk VU/Vulnerable
(rentan) menurut IUCN :
Mamalia :
• Rusa (Rusa unicolor)
• Babi hutan (Sus barbatus)
Burung :
• Kangkareng hitam
(Anthracoceros malayanus)
• Kancit (Anthreptes
malacensis)
Jelayan 1 (3,07 Ha), SS
Jelayan 2 (4,82 Ha), SS
Bendungan Jelayan (1,63
Ha), KSMA S Anak Puayan
(3,80 Ha), KSMA S.
Jelayan 1 (3,80 Ha), KSMA
S Jelayan -2 (3,80 Ha),
KSMA S. Buntal/Seraduk
(3,80 Ha), KS Danau
Pingping (7,74 Ha), Areal
Enclave Blok AA70 (18,06
Ha), Enclave Blok
Pengkayasan 1 (7,44 Ha),
Enclave Blok Pengkayasan
2 (16,09 Ha)
Anak Puayan (3,80
Ha), KSMA S. Jelayan 1
(3,80 Ha), KSMA S
Jelayan -2 (3,80 Ha),
KSMA S.
Buntal/Seraduk (3,80
Ha), KS Danau
Pingping (7,74 Ha)
16 | P a g e
Tipe NKT Keberadaan
NKT Temuan
KBKT
(Identifikasi)
KBKT
(Verifikasi)
• Elang burik (Haliastur
indus)
• Elang perupe/pingdadai
(Ichthyophaga ichthyaetus)
• Elang hitam (Ictinaetus
malayensis)
• Tiong emas (Gracula
religiosa)
• Betet (Loriculus galgulus)
• Cencalak (Pycnonotus
zeylanicus)
Penutupan lahan di areal
yang diperuntukkan bagi
tumbuhan dan satwaliar
yang dilindungi atau
termasuk dalam Daftar
CITES maupun langka
terdapat areal yang masih
berhutan.
Dilihat luas habitat bagi
jenis-jenis tumbuhan langka
sudah mencukupi dan
menurut wilayah jelajah
satwaliarnya, kawasan yang
diperuntukkan bagi
perlindungan satwaliar
sudah mencukupi.
Disamping itu dilihat dari
segi kondisi habitat dan
jenis pakannya bagi
satwaliar yang ditemukan di
wilayah tersebut sebagian
besar juga telah memenuhi
syarat.
2.3 Kawasan yang
berisi populasi
dari
Ada Di areal ijin PT. Cahaya
Nusa Gemilang ditemukan
adanya areal yang
SS Puayan (75,19 ha), SS
Anak Puayan (22,60 Ha),
SS Pingping (23,88 Ha), SS
SS Puayan (105,88 ha),
SS Anak Puayan (24,92
Ha), SS Pengkayasan
17 | P a g e
Tipe NKT Keberadaan
NKT Temuan
KBKT
(Identifikasi)
KBKT
(Verifikasi)
perwakilan
spesies alami
yang mampu
bertahan
hidup
mengandung NKT1.1 dan
terdapat kawasan yang
terbukti mengandung
populasi predator tinggi
yang terus bereproduksi
dan kemungkinan besar
dapat bertahan hidup.
Pengkayasan (9,71 Ha), SS
Jelayan 1 (3,07 Ha), SS
Jelayan 2 (4,82 Ha), SS
Bendungan Jelayan (1,63
Ha), KSMA S Anak Puayan
(3,80 Ha), KSMA S.
Jelayan 1 (3,80 Ha), KSMA
S Jelayan -2 (3,80 Ha),
KSMA S. Buntal/Seraduk
(3,80 Ha), KS Danau
Pingping (7,74 Ha), Areal
Enclave Blok AA70 (18,06
Ha), Enclave Blok
Pengkayasan 1 (7,44 Ha),
Enclave Blok Pengkayasan
2 (16,09 Ha)
(48,01 Ha), KSMA S
Anak Puayan (3,80
Ha), KSMA S. Jelayan 1
(3,80 Ha), KSMA S
Jelayan -2 (3,80 Ha),
KSMA S.
Buntal/Seraduk (3,80
Ha), KS Danau
Pingping (7,74 Ha),
Tembawang Blok
Pengkayasan 1(3,52
Ha), Tembawang Blok
Pengkayasan 2 (6,67
Ha)
4.1 Kawasan atau
ekosistem
yang penting
sebagai
penyedia air
dan
pengendalian
banjir bagi
masyarakat
hilir
Ada Di areal ijin PT. Cahaya
Nusa Gemilang ditemukan
adanya kawasan yang
berfungsi sebagai
pengendali banjir dan
penyedia air bagi
masyarakat, yaitu berupa
sempadan sungai, kawasan
sekitar danau, dan kawasan
sekitar mata air.
Masyarakat memanfaatkan
beberapa sungai memenuhi
kebutuhan hidup sehari-
hari akan air dan protein
(ikan) di beberapa sungai,
antara lain : Sungai
Sadukan.
SS Puayan (75,19 ha), SS
Anak Puayan (22,60 Ha),
SS Pingping (23,88 Ha), SS
Pengkayasan (9,71 Ha), SS
Jelayan 1 (3,07 Ha), SS
Jelayan 2 (4,82 Ha), SS
Bendungan Jelayan (1,63
Ha), SS Seradiuk (2,62
Ha), SS Sadukan (11,65
Ha), KSMA S Anak Puayan
(3,80 Ha), KSMA S.
Jelayan 1 (3,80 Ha), KSMA
S Jelayan -2 (3,80 Ha),
KSMA S. Buntal/Seraduk
(3,80 Ha), KSMA Sadukan
(3,80 Ha)
SS Puayan (105,88 ha),
SS Anak Puayan (24,92
Ha), SS Pengkayasan
(48,01 Ha), KSMA S
Anak Puayan (3,80
Ha), KSMA S. Jelayan 1
(3,80 Ha), KSMA S
Jelayan -2 (3,80 Ha),
KSMA S.
Buntal/Seraduk (3,80
Ha)
5 Kawasan yang
mempunyai
fungsi penting
untuk
pemenuhan
kebutuhan
Ada Areal berhutan atau
ekosistem alami di areal ijin
PT. Cahaya Nusa Gemilang
ada areal yang dianggap
cukup penting bagi
masyarakat untuk
SS Sadukan (11,65 Ha),
KSMA Sadukan (3,80 Ha)
-
18 | P a g e
Tipe NKT Keberadaan
NKT Temuan
KBKT
(Identifikasi)
KBKT
(Verifikasi)
dasar
masyarakat
lokal
memenuhi kebutuhan
dasar masyarakatnya.
Kebutuhan tersebut adalah
sumber air minum dan
kebutuhan harian lainnya.
Sungai di areal ijin PT.
Cahaya Nusa Gemilang
yang dimanfaatkan oleh
masyarakat untuk
memenuhi kebutuhan air
bersih adalah Sungai
Sadukan.
6 Kawasan yang
mempunyai
fungsi penting
untuk
identitas
budaya
komunitas
lokal
Ada Di areal ijin PT. Cahaya
Nusa Gemilang ditemukan
adanya
makam/kuburan/tempat
keramat.
Di areal ijin tersebut juga
terdapat areal enclave
(tembawang) yang
merupakan identitas
budaya masyarakat
setempat .
Enclave Blok Pengkayasan
1 (7,44 Ha), Enclave Blok
Pengkayasan 2 (16,09
Ha), Enclave Bukit
Cepedak (9,00 Ha), Air
Kuning (0,010 Ha),
Terentang (0,001 Ha),
Benderang (0,500 Ha)
Tembawang Blok
Pengkayasan 1(3,52
Ha), Tembawang Blok
Pengkayasan 2 (6,67
Ha), Tembawang Blok
AA70 (0,95 Ha),
Enclave Bukit
Cempedak (3,17 Ha),
Terentang (6,67 Ha),
Benderang (0,500 Ha)
Semua kegiatan terkait penilaian HCV telah dilakukan proses konsultasi publik untuk
mendapatkan konsen dan persetujuan dari masyarakat terkait dengan penetapan area HCV.
Konsultasi publik kegiatan HCV dihadiri oleh 47 orang dari Desa Randai, Batu Payung Dua dan
Desa Rangkung.
20 | P a g e
5.1. Ringkasan
Dokumen Ananlisis Dampak Lingkungan (ANDAL) PT. CNG yang mencakup area 3.444,17
hektar disiapkan oleh CV. Integraha Citra Persada dan telah disetujui oleh Komisi Penilai Amdal
Provinsi Kalimantan Barat dengan Nomor 265/BLHD/2011.
Berdasarkan hasil kajian ANDAL tersebut, beberapa aspek lingkungan yang berpotensi
terdampak adalah sebagai berikut:
1. Kualitas Air dan Udara
2. Erosi Tanah
3. Flora dan Fauna
4. Kesehatan Lingkungan
5. Persepsi Masyarakat
PT. CNG telah menyusun rencana pengelolaan dan pemantauan untuk meminimalisir dampak
tersebut. Rencana ini telah disetujui oleh pemerintah daerah dalam bentuk RKL/RPL.
Implementasi dari rencana pengelolaan ini adalah laporan pelaksanaan pengelolaan dan
pemantauan lingkungan yang telah dilaporkan pada BLH secara periodik.
6. Analisis Citra Tutupan Lahan
6.1. Area penting dan difinisinya
Klasifikasi citra dapat dilakukan secara digital maupun manual. Klasifikasi digital adalah sistem
klasifikasi yang bertumpu pada informasi spectral (nilai piksel) langsung pada beberapa saluran
spektral. Klasifikasi digital dilakukan secara otomatis dengan menggunakan program komputer
dan/atau perangkat lunak remote sensing atau GIS. Klasifikasi ini disebut juga klasifikasi
multivariate atau klasifikasi multispectral dengan menggunakan metode unsupervised dan
supervised. Metode unsupervised adalah pengelompokan nilai-nilai piksel kedalam kelas-kelas
spectral dengan algoritma klasterisasi. Klasifikasi dengan metode unsupervised ini dilakukan bila
seorang interpreter tidak mengetahui karakteristik tutupan lahan di daerah studi. Metode
supervised adalah pengkelasan tutupan lahan secara spectral dengan terlebih dahulu membuat
training-training area pada citra sesuai dengan kelas tutupan lahan yang diketahui.
Klasifikasi citra secara manual (visual) adalah pengkelasan tutupan lahan yang dilakukan dengan
digitasi secara onscreen yang bertumpu pada kenampakan kunci-kunci interpretasi seperti rona
21 | P a g e
atau warna, bentuk, ukuran, tinggi atau bayangan, tekstur, pola, letak atau situs dan asosiasi
dengan obyek lainnya. Klasifikasi ini banyak dilakukan oleh seorang interpreter yang sudah
berpengalaman dan mengenal daerah studi dengan baik.
Stratifikasi tutupan lahan HCS adalah klasifikasi dengan mengelompokan tutupan lahan vegetasi
hutan yang secara hirarki memiliki kesamaan ciri-ciri tertentu berdasarkan lapisan atau tingkat
kepadatan pohon-pohon yang berkorelasi dengan tingkat simpanan karbon. Stratifikasi tutupan
lahan ini akan memudahkan kita untuk mendeskripsikan perbedaan masing-masing strata dan
mempermudah dalam perencanaan sampel.
6.2. Deskripsi dari citra yang Digunakan untuk Stratifikasi
Interpretasi citra dalam penilaian HCS ini yakni Citra Landsat Path/Row 120/062 Tanggal 26
Januari 2014, 01 Mei 2015 dan 17 Agustus 2015. Peta citra tersebut telah distandarisasi atau
koreksi radiometrik untuk mendapatkan dan memastikan bahwa peta yang digunakan berkualitas
baik. Langkah selanjutnya adalah melakukan stratifikasi tutupan lahan menjadi kelas-kelas
homogen yang mengindikasikan kawasan hutan potensial HCS dengan opsi yang telah
dijabarkan dalam toolkit HCS versi 1.
Tabel 6. Deskripsi tutupan lahan dalam penilaian HCS
No Tutupan Lahan Uraian Tutupan
Kanopi (Tajuk) Cahaya
Matahari
1
Hutan Kerapatan Tinggi (HK3), Hutan Kerapatan Menengah (HK2), dan Hutan Kerapatan Rendah (HK1)
Hutan alam dengan tajuk tertutup beragam dari hutan kerapatan tinggi sampai rendah. Data inventarisasi menunjukkan keberadaan pohon dengan diameter >30 cm dan didominasi oleh spesies klimaks..
Sangat rapat, bersambungan
Tidak sampai permukaan tanah, gelap
2 Hutan Regenerasi Muda (HRM)
Hutan yang sangat terganggu atau kawasan hutan dalam tahap regenerasi menuju struktur aslinya. Distribusi diameter didominasi oleh pohon dengan DBH 10-30 cm dengan frekuensi spesies pionir yang lebih tinggi dibandingkan dengan HK1. Dalam kelas tutupan lahan ini mungkin terdapat kawasan-kawasan kecil yang berupa kawasan pertanian atau plasma.
Sedang – jarang Sampai permukaan tanah, terang
22 | P a g e
No Tutupan Lahan Uraian Tutupan
Kanopi (Tajuk) Cahaya
Matahari
3 Belukar (B)
Lahan yang dulunya berupa hutan tetapi telah dibuka dalam waktu yang belum terlalu lama. Didominasi oleh belukar rendah dengan penutupan tajuk yang terbatas. Mencakup lahan dengan rerumputan tinggi dan tumbuhan paku-pakuan dan spesies pohon pionir yang tersebar. Beberapa patch hutan tua juga mungkin dijumpai dalam kategori lahan ini.
Jarang – terbuka Terang
4 Lahan Terbuka-Rumput (LT)
Lahan yang baru dibuka dan sebagian besar terdiri dari rerumputan atau tanaman. Sedikit tumbuhan berkayu.
Terbuka Sangat terang
6.3. Sample dari citra
1. Hutan Kerapatan Rendah (HK1)
Gambar 4. Sampel Citra Landsat 8 strata HK1
2. Hutan Regenerasi Muda (HRM)
Gambar 5. Sampel Citra Landsat 8 strata HRM
23 | P a g e
3. Belukar
Gambar 6. Sampel Citra Landsat 8 strata Belukar
4. Lahan Terbuka (LT)
Gambar 7. Sampel Citra Landsat 8 strata LT
24 | P a g e
6.4. Metode untuk Stratifikasi dan Software yang Digunakan
Klasifikasi citra dapat dilakukan secara digital maupun manual. Klasifikasi digital adalah
sistem klasifikasi yang bertumpu pada informasi spectral (nilai piksel) langsung pada beberapa
saluran spectral. Klasifikasi digital dilakukan secara otomatis dengan menggunakan program
komputer dan/atau perangkat lunak remote sensing atau GIS. Klasifikasi ini disebut juga
klasifikasi multivariate atau klasifikasi multispectral dengan menggunakan metode unsupervised
dan supervised. Metode unsupervised adalah pengelompokan nilai-nilai piksel kedalam kelas-
kelas spectral dengan algoritma klasterisasi. Klasifikasi dengan metode unsupervised ini
dilakukan bila seorang interpreter tidak mengetahui karakteristik tutupan lahan di daerah studi.
Metode supervised adalah pengkelasan tutupan lahan secara spectral dengan terlebih dahulu
membuat training-training area pada citra sesuai dengan kelas tutupan lahan yang diketahui.
Secara umum stratifikasi tutupan lahan dalam HCS dikelompokan menjadi 6 strata, seperti
tertuang dalam Tabel 8. Kondisi dan jumlah strata yang teridentifikasi bergantung dari keadaan,
aktifitas masyarakat dan gangguan-gangguan lain yang mempengaruhi. Semakin lengkap jumlah
strata dalam suatu lokasi studi menunjukkan semakin tingginya keberagaman biodiversity flora,
keberlajutan suksesi alami, dan kesehatan hutan di lingkungan tersebut.
Tabel 7. Proses identifikasi stratifikasi citra
25 | P a g e
No Tutupan Lahan
Identifikasi/Pendekatan Unsur-unsur Penafsir Citra
Primer Sekunder Tersier Ahli
Warna Tekstur Pola Situasi Asosiasi
1 Hutan Kerapatan Tinggi (HK3)
Hijau tua Kasar-Rapat
Tidak teratur
Jauh dari permukiman
Tidak ada akses jalan
2 Hutan Kerapatan Sedang (HK2)
Hijau tua-sedang
Kasar-Sedang
Tidak teratur
Jauh dari permukiman
Tidak ada akses jalan
3 Hutan Kerapatan Rendah (HK1)
Hijau sedang Kasar-Jarang
Tidak teratur
Agak jauh dari permukiman, jalan
Terdapat sedikit akses jalan
4 Hutan Regenerasi Muda (HRM)
Hijau muda-sedang
Halus Tidak teratur
Dekat permukiman, jalan
Terdapat banyak akses jalan
5 Belukar (B) Hijau muda Halus Tidak teratur
Dekat permukiman, jalan
Terdapat banyak akses jalan
6 Lahan Terbuka (LT) Hijau muda-Merah
Halus Tidak teratur
Dekat permukiman, jalan
Terdapat banyak akses jalan
26 | P a g e
6.5. Peta Kelas Vegetasi Awal
Gambar 8. Peta Penutupan Lahan dan Stratifikasi di PT. CNG
6.6. Tabel Luasan Setiap Kelas vegetasi
Tabel 8. Luas tutupan lahan berdasarkan kelas potensial SKT
Kelas Tutupan Lahan Luasan (ha)*
Persentase dari total luasan (%)
Kelas Potensial SKT:
Hutan Kerapatan 3 - -
Hutan Kerapatan 2 - -
Hutan Kerapatan 1 - -
Hutan Regenerasi Muda 148,11 4,3
Sub-total 148,11 4,3
Kelas Non SKT, dll.:
Belukar 204,62 5,9
Lahan Terbuka 3.122,93 89,9
Pertambangan, Kebun Masyarakat, Kebun Perusahaan, dll.
- -
Sub-total 3.327,55 95,7
TOTAL 3.475,66 100 * Luasan berdasarkan software
27 | P a g e
6.7. Ringkasan dari area-area potensial hutan HCS, berdasarkan Analisis lanjutan
Dalam proses analisis stratifikasi lahan di PT. CNG dengan menggunakan citra sentinel yang
diunduh pada bulan Mei 2015, dapat diketahui adanya 3 (tiga) strata tutupan lahan, yaitu:
1. Strata Hutan Regenerasi Muda/Hutan Regenerasi Muda (HRM) seluas 148,11 ha (4,3 %
dari total keseluruhan wilayah kajian)
2. Strata Belukar seluas 204,62 ha (5,9 % dari total keseluruhan wilayah kajian)
3. Lahan terbuka (LT) seluas 3.122,93 ha ( 89,9 % wilayah studi)
7. Hasil Inventarisasi Hutan 7.1. Desain Pengambilan Contoh dan Plot yang Digunakan
Pengambilan sampel digunakan untuk menduga karakteristik masing-masing strata dari seluruh
tutupan lahan di daerah tersebut. Hal ini dilakukan karena areal studi yang luas, sehingga dengan
sampel ini dapat menghemat waktu, tenaga dan biaya. Metode yang digunakan adalah dengan
sistem Stratified Random Sampling, yaitu menempatkan titik – titik plot pada setiap strata tutupan
lahan dimana jumlah plot disesuaikan dengan luas masing – masing strata.
Jumlah plot sampel dihitung dengan menggunakan Winrock Terrestrial Sampling
Calculator. Koefisien variasi untuk strata ditargetkan dihitung dengan menggunakan Winrock
Terrestrial Sampling Calculator dengan kesalahan pengambilan sampel sebesar 10% (Pearson,
2006). Studi HCS ini memiliki fokus pada nilai ambang batas zona peralihan hutan dan bukan
hutan, sehingga plot-plot sampel lebih dikonsentrasikan pada strata ini. Strata lahan terbuka dan
perkebunan kelapa sawit tidak menjadi konsentrasi pengambilan plot sampel. Perhitungan jumlah
dan sebaran titik contoh di PT KGP dilakukan secara landscape dengan perusahaan lain di region
Ketapang, Kalimantan Barat (PT Kencana Graha Permai – PT KGP, PT Bangun Nusa Mandiri -
PT BNM, dan PT Cahaya Nusa Gemilang – PT CNG)
Pada penilaian di lapangan, TFT memiliki pedoman untuk pengukuran 11 plot sampel yang
didistribusikan di seluruh strata dan difokuskan pada strata peralihan antara hutan dan non-hutan.
Penentuan jumlah plot pengukuran untuk strata-strata ini dilakukan dengan mempertimbangan
luasan masing-masing strata yang telah teridentifikasi. Plot-plot sampel tersebut tersebar dalam
transek yang berada pada setiap stratifikasi tutupan lahan. Pada masing-masing plot tersebut
akan dilakukan pengukuran pohon sebagai bahan untuk pendugaan biomassa. Adapun rincian
jumlah plot pada masing – masing strata yang dikunjungi dapat dilihat dalam tabel 9. Dari 11 plot
28 | P a g e
yang dikunjungi terdapat 5 plot yang diidentifikasi yaitu 2 plot HRM, 3 plot untuk Belukar dan
sisanya merupakan plot di area terbuka.
Tabel 9. Distribusi plot contoh pengukuran karbon
No Penutupan lahan/Kode Jumlah Plot
1 Hutan Kerapatan Tinggi (HK 3) -
2 Hutan Kerapatan Sedang (HK 2) -
3 Hutan Kerapatan Rendah (HK 1) -
4 Hutan Regenerasi Muda (HRM) 2
5 Belukar (B) 3
Total 5
7.2. Peta Sebaran Titik Sampling
Gambar 9. Peta distribusi plot contoh HCS di PT CNG
29 | P a g e
7.3. Anggota Tim Inventarisasi Hutan dan Tugasnya
Tabel 10. Daftar Tim Inventarisasi Hutan
Nama Lembaga Peran dan Tanggung jawab
Candra Kurniawan GAR Pemimpin tim lapangan
Samsul Ulum
(Biodiversity)
TFT
Check talysheet, menjaga dokumentasi, GPS dan peralatan,
memverifikasi kondisi tutupan lahan, memastikan lokasi plot sampel.
Abidin Lakadimu
(Biodiversity)
TFT Pengenal jenis pohon, membuat plot, mengumpulkan data lapangan
(foto dan tallysheet)
Devis Rachmawan
(Biodiversity)
TFT Mengukur pohon, Analisa kebutuhan sampel dan statistik perhitungan karbon
Gigih Pambudi (GIS) TFT Analisa citra satelit, stratifikasi, menyiapkan peta-peta lapangan dan
update dari hasil klarifikasi lapangan
Sephy Noerfahmi TFT Tim Pre RBA
Zulfikri TFT Tim RBA
Lutfian Nazar TFT Mengukur pohon
Soni Budi Setiawan TFT Mengukur pohon
Sasi Kirono TFT RBA, Analisis data dan laporan
Muhammad GAR Pendampingan Pra RBA
Suhendri GAR Pendampingan Pra RBA
Harun Subekti GAR Pendampingan Pra RBA
Siti Nurika GAR Pendampingan Pra RBA
Musa Y. Rega GAR Pendampingan Pra RBA
Chandra Iwantono GAR Pendampingan Pra RBA
Afrizal Lukito GAR Pendampingan Pra RBA/RBA
Kiki Erizal GAR Pendampingan Pra RBA
Hilarius GAR Pendampingan Pra RBA
Ginanjar Slamet GAR Pendampingan Pra RBA
Romadhon GAR Pendampingan Pra RBA
Abau GAR Pendampingan Pra RBA
Stenley GAR Pendampingan Pra RBA/RBA
Asoy GAR Pendampingan Pra RBA/RBA
30 | P a g e
7.4. Metodologi yang Digunakan untuk Pengambilan Sample di Lapangan (Hutan)
Pengukuran vegetasi dilakukan pada dua plot lingkaran dengan radius 5.64 m dan 12.61
m atau setara dengan luas 100 m2 dan 500 m2, yang diilustrasikan pada Gambar 6. Plot ini dibuat
dengan menempatkan patok di titik pusat lingkaran yang sebelumnya sudah diberi label penanda.
Waypoint titik pusat plot direkam dalam GPS dan dituliskan dalam buku catatan lapangan. Anga
waypoint harus mengacu pada nomor urut yang telah ditentukan dalam perangkat GPS. Langkah
selanjutnya adalah membuat sub plot pertama yang diukur menggunakan pita ukur atau tali yang
ditarik kencang pada jarak horizontal sejauh 5,64 m. Sub Plot kedua dibuat dengan cara yang
sama namun berjarak sejauh 12.61 m. Sebagai catatan, plot tidak boleh dipindahkan ata alasan
apa pun. Jika suatu plot tidak dapat diukur karena alasan leselamatan, maka plot tersebut harus
dicatat sebagai tidak diukur dan pengambilan sampel harus dilanjutkan pada titik pusat plot
berikutnya.
Gambar 10. Desain Plot pengukuran vegetasi
Informasi terkait dengan identitas setiap plot berikut ini harus dicatat dalam buku catatan
lapangan yang meliputi :
• Nama Perusahaan/Konsesi
• Tanggal
• Nama Ketua Tim Lapangan
• Nomor Transek dan Plot
• Waypoint GPS untuk titik pusat plot
• Kelas HCS pada plot berdasarkan definisi umum yang diberikan
31 | P a g e
• Kondisi tanah/bawah tanah, seperti contohnya tanah organik/gambut, tanah
mineral, tanaj lempung marine, genangan air
• Deskripsi umum mengenai plot dan kawaasan sekitar, teramsuk nukti adanya
pembakaran, penebangan, dan kegiatan manusia lainnya, seperti misalnya
tanaman karet atau tanaman agrikultur lainnya.
Gambar 11. Ketentuan pengukuran diameter pohon dalam penilaian High Carbon Stock
Semua pohon yang masuk dalam radius plot diukur dengan ketentuan bahwa semua
pohon yang berdiameter setinggi dada antara 5 – 20 cm diukur dengan plot 5.64 m, sementara
semua pohon > 20 cm diukur dalam plot 12.61 m. Terminologi “Setinggi dada” untuk pengukuran
DBH ini di definisikan sebagai diameter setinggi 1,3 m dari atas tanah. Pengukuran diameter ini
mengikuti ketentuan yang diilustrasikan pada Gambar 7. Data pengukuran pohon untuk setiap
plot dicatat secara manual dalam tabel isian/buku lapangan termasuk informasi penting lainnya
meliputi :
• Nomor plot
• Titik GPS
• Kelas Tutupan Lahan
• Diameter dan tinggi Pohon
• Spesies (Nama Latin dan Lokal)
• Enam foto digital diambil ditengah plot (berorientasi ke utara, selatan, timur dan
barat, satu foto langsung menunjuk langsung keatas untuk menunjukkan
kerapatan kanopi, satu foto dari nomor plot termasuk informasi pad titik GPS)
• Komentar tambahan mengenai plot (termasuk informasi tenatang jenis tanah,
kemiringan dll)
• Nama Penilai, dan
• Tanggal
32 | P a g e
Setiap kegiatan pencatatan dan pengambilan foto harus dialkukan dalam keadaan GPS
sedang aktigf. Fungsi Tracking GPS harus digunakan secara terus menerus selama pengukuran
lapangan dokumentasi atau foto –foto yang diambil selama pengukuran sehingga memungkinkan
untuk dio georeferensi. Informasi penting lainnya yang berhubungan dengan metode rincian lebih
lanjyt dapat ditemukan di HCSA (2015).
7.5. Metodologi yang Digunakan untuk Perhitungan Karbon
Pengukuran biomassa pohon dilakukan dengan cara tidak langsung (generic) dengan
menggunakan persamaan allometrik yang didasarkan pada pengukuran diameter pohon Above
Ground Biomass (AGB). Beberapa persamaan alometrik yang dapat digunakan untuk
pengukuran biomassa di hutan tropis telah disusun berdasarkan penelitian yang dilakukan secara
global. Pada studi HCS ini pendugaan biomassa dilakukan dengan menggunakan model
allometrik biomassa untuk hutan lahan kering (Basuki, 2009) dengan detil sebagai berikut:
𝐿𝑛𝑌(ℎ𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔) = −1.201 + 2.196 𝐿𝑛𝐷(ℎ𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔) … … … … … … … . . … (1)
Keterangan Y : biomassa; dan D : diameter.
Selanjutnya untuk menduga kabon yang tersimpan maka biomassa tersebut dikalikan dengan
0,47 (IPCC, 2006).
Analisis varian (Anova) dan Uji Homogenitas
Analisis Varians (Anova) diterapkan untuk menguji perbedaan jumlah rerata karbon tertimbang
untuk seluruh kelas tutupan hutan dan tingkat signifikansinya. Uji ini juga memerlukan
homogenitas sampel dan uji homogenitas diikuti oleh uji perbandingan beberapa pairwise Scheffe
untuk menentukan kelompok mana yang berbeda secara signifikan.
Hipotesis untuk uji Anova tersebut adalah:
H0 = Tidak ada perbedaan rata-rata strata HK1, HRM, B dan LT
H1 = Ada perbedaan rata-rata strata HK1, HRM, B dan LT
33 | P a g e
Untuk menarik kesimpulan diperlukan nilai distribusi F (nilai Ftabel) dengan ketentuan:
1. signifikansi pada 0,1
2. df between groups = jumlah variabel - 1 = 4 - 1 = 3
3. df within groups = jumlah data - jumlah variabel = 31 - 4 = 27
4. Ftabel = 2.30
Kriteria keputusan yaitu:
1. Jika Fhitung > Ftabel maka H0 ditolak dan terima H1
2. Jika Fhitung < Ftabel maka H0 diterima dan tolak H1
7.6. Dokumentasi Setiap Kelas Vegetasi
1. Hutan Regenerasi Muda (HRM)
35 | P a g e
Gambar 13. Kondisi Vegetasi dalam kelas Belukar
7.7. Analisis Statistik (Persamaan Alometrik, Analisis Selang Kepercayan, dan Justifikasi)
Tabel 11. Hasil perhitungan statistik stok karbon
Strata Rerata Stok
Karbon (tC/Ha)
Berat Rerata Stok Karbon
(tC/Ha)
Selang Kepercayaan (t, 0.90)
Nilai %
HRM 79,12 11,73 55,27 102,97
B 20,96 3,96 24,00 40,26
36 | P a g e
7.8. Ikhtisar Analisis Statistik dari Hasil Analisis Simpanan Karbon Setiap Kelas Vegetasi
Tabel 12. Hasil perhitungan stok karbon
Strata vegetasi Jumlah
plot
Batang/ ha
rata-rata
Luas
bidang
dasar
total
(m2/ha)
Stok
karbon
rata-rata
(ton C)
Galat
standar
dari stok
karbon
rata-rata
Batas kepercayaan
90%
Batas
Atas
Batas
bawah
Belukar 28 36.260 - 32,13 3,96 24,00 40,26
Hutan regenerasi muda 35 43.560 - 79,12 11,73 55,27 102,97
Hutan kerapatan 1 20 25.540 - 115,21 11,26 91,65 138,77
Hutan kerapatan 2 - - - - - - -
Hutan kerapatan 3 - - - - - - -
7.9. Hasil Inventarisasi Hutan
Tabel 13. Deskripsi Fisik Kondisi Tutupan Lahan dalam Penilaian SKT
Kelas Tutupan Lahan Rata-rata
Nilai Karbon (ton C/ha)
Deskripsi fisik dari tutupan lahan, seperti campuran species, tipe hutan (pionir, regenerasi, primer dll.),
distribusi diameter, indeks struktural, indikator kedewasaan, dll.
Belukar 32,13
Daerah Belukar juga didominasi oleh jenis karet (Hevea brasiliensis) dan spesies budidaya seperti Jengkon (Pitchelobium sp.), Mentawa (Artocarphus sp.), Durian (Durio sp.) yang bercampur dengan tumbuhan perintis lainnya (Simpur/Dillenia sp., Medang/Litsea firma, Laban/Vitex pubescens, Penaga/Schima sp., Manyam, Mentangur/Callophyllum sp., Kayu alam, dll. Kanopi Belukar umumnya sangat rendah sehingga memungkinkan sinar matahari menyentuh tanah dengan mudah dan mempercepat pertumbuhan pakis (Dicranopteris linearis).
37 | P a g e
Kelas Tutupan Lahan Rata-rata
Nilai Karbon (ton C/ha)
Deskripsi fisik dari tutupan lahan, seperti campuran species, tipe hutan (pionir, regenerasi, primer dll.),
distribusi diameter, indeks struktural, indikator kedewasaan, dll.
Hutan Regenerasi Muda 79,12
HRM menyebar di bagian Timur, Selatan, dan Barat wilayah penilaian. Seperti halnya HK, HRM ini umumnya menyebar di beberapa sempadan sungai. Daerah HRM didominasi oleh semak belukar yang dicampur dengan perkebunan karet masyarakat. Spesies vegetasi yang ditemukan di kelas ini adalah campuran vegetasi inti, yakni berupa karet (Hevea brasiliensis) dan perintis dari keluarga Dilleniaceae (Simpur/Dillenia sp.), Medang (Litsea firma), Laban (Vitex pubescens), Penaga (Schima sp.), Manyam, Mentangur (Callophyllum sp.) Kayu alam, dll.
38 | P a g e
8. Klasifikasi Tutupan Lahan 8.1. Peta Tutupan Lahan yang Dilengkapi Dengan Judul, Tanggal, Legenda, dan beberapa patch
hutan yang teridentifikasi.
Gambar 14. Peta Penutupan Lahan di PT. CNG
39 | P a g e
9. Hasil Patch Analysis 9.1. Hasil dan (Decision Tree) (termasuk pre-RBA and hasil RBA)
Tabel 14. Perhitungan Patch Analysis Area Stok Karbon Tinggi
Kategori Klasifikasi Patch dan
Deskripsi Luas (Ha) % Luas
1 Patch prioritas tinggi - -
Rekomendasi Konservasi
2
Patch yang terkoneksi dengan patch - -
prioritas tinggi
3
Patch prioritas medium dengan bahaya - -
rendah
Mitigasi Bahaya 4
Patch prioritas medium dengan bahaya
- - tinggi tapi > 10 ha HK3, HK2 atau HK1
Pre-RBA/RBA
5
Patch prioritas medium dengan bahaya
38,17 1,10 tinggi tapi < 10 ha HK3, HK2 atau HK1
6
Patch prioritas rendah (<30% tutupan 109,93 3,16
hutan)
Indikasi Pengembangan 7
Patch prioritas rendah (>30% tutupan - -
hutan)
Non HCS 3.327,56 95,74
Luas Total 3.475,66 100,00
9.2. Komentar Mengenai Hasil (Decision Tree)
Tabel 14 adalah hasil analisis patch berbasis GIS terhadap tutupan hutan yang telah
diperbaharui. Dari hasil Patch analisis menunjukkan bahwa dari semua patch yang ada termasuk
dalam prioritas menengah (38,17 ha) dan prioritas rendah (109,93 ha) sehingga perlu dikaji lebih
lanjut melalui kegiatan Pre-RBA untuk menentukan status pengelolaanya. Dari keseluruhan area
yang dilakukan kegiatan Pre RBA terdapat 7 patch yang dikunjungi. Dari 7 patch yang dilakukan
kegiatan Pre RBA terdapat 3 patch yang direkomendasikan untuk konservasi, 3 patch
direkomendasikan untuk dikonservasi dan enclave, dan 1 patch direkomendasikan untuk di
enclave dan dilakukan RBA.
40 | P a g e
10. Rencana Penggunaan Lahan Indikatif (Land Use Indicative) 10.1. Ringkasan dari Hasil Akhir Verifikasi Lapangan (Jika Dibutuhkan)
Berdasarkan hasil analisis patch, Pra RBA dan Groundcheck yang telah dilakukan, dilakukan
proses analisis final untuk menentukan kawasan HCS. Dari hasil – hasil tersebut menunjukkan
bahwa tutupan hutan seluas 50,89 Ha merupakan kawasan hutan HCS di wilayah konsesi PT
CNG yang direkomendasikan untuk dikonservasi dan 97,21 Ha area HCS akan tetapi berada
dalam penguasaan mmasyarakat. Jika didalam batas HGU maka areal yang perlu dikonservasi
menjadi area HCS seluas 12,72 Ha dan dikonservasi namun berada dalam penguasaan
masyarakat (enclave) seluas 70,42 Ha. Sedangkan total area non HCS seluas 2.820,93 Ha.
Penyusunan peta area konservasi dilakukan melalui Pemetaan Partisipatif. Pemetaan partisipatif
dilakukan di desa sekitar PT Cahayanusa Gemilang (CNG) yang bersinggungan langsung dan
berpotensi memiliki dampak dari kegiatan operasional PT CNG. Informasi yang diperoleh dari
kegiatan PM adalah Pola Penggunaan Lahan dan Pola Ruang. Desa yang dilakukan kegiatan
PM adalah Desa Rangkung, Batu Payung dan Randai.
Kegiatan Pemetaan Partisipatif nantinya akan dilanjutkan dengan kegiatan Participatory
Conservation Plan (PCP) guna mendapatkan kesepakatan bersama dengan masyarakat
mengenai area Lindung dan Budidaya. Selain itu dalam kegiatan PCP nantinya akan diperoleh
kesepakatan dalam perencanaan pengelolaan area lindung bersama dengan masyarakat Desa
melalui dokumen Rencana Tata Ruang Desa Kesepakatan (RTRDK). Penyusunan Rencana Tata
Ruang Desa Kesepakatan (RTRDK) melalui proses Participatory Conservation Plan (PCP)
diharapkan dapat memberikan hasil peta RTRDK pada setiap desa yang bersinggungan
langsung atau berpotensi memiliki dampak kegiatan operasional PT CNG. Peta RTRDK
menunjukkan struktur ruang desa baik pola ruang lindung atau budidaya dalam batas desa
42 | P a g e
Gambar 16. Peta Pola Ruang berdasarkan PM di PT. CNG
Berdasarkan hasil analisis patch, Pra RBA, Groundcheck, dan PM. Kegiatan Participatory
Mapping dihasilkan peta struktur pola ruang dari Pemetaan Partisipatif yang telah dilakukan,
dilakukan proses analisis final untuk menentukan rencana penggunaan lahan. Hasil integrasi
sementara antara data HCV, HCS dan PM terdapat indikasi area konservasi seluas 315,41 Ha
dalam Ijin Lokasi, sedangkan jika dalam kerangka ijin terbaru seluas 243,16 Ha. Selain luasan
tersebut diatas merupakan area indikatif pengembangan. Nantinya akan ada kegiatan PCP
(Participatory Conservation Plan) dengan masyarakat dan pihak yang terkait guna penyusunan
ICLUP.
44 | P a g e
10.2. Peta SKT Final
Gambar 18. Peta Areal HCS PT. CNG
10.3. Ikhtisar Kegiatan Pengelolaan Dan Pemantauan Konservasi Hutan Untuk Dimasukkan Dalam
Rencana Konservasi Dan Pengembangan (Penggunaan Lahan)
Proses analisis dan identifikasi HCS di PT CNG merupakan suatu kegiatan yang menjadi salah
satu dasar dalam pengambilan keputusan pengembangan perkebunan kelapa sawit. Dalam
proses selanjutnya, diperlukan langkah – langkah penting setelah hasil identifikasi ini, yaitu:
1. Menyusun rencana pengelolaan yang didasarkan pada hasil idenfikasi HCS
2. Melakukan komunikasi dan membangun kesepakan bersama dengan para pihak melalui
proses Participatory Conservation Planning (PCP)
3. Melakukan integrasi dokumen indikatif Pola Ruang PM dengan hasil PCP menjadi
Dokumen ICLUP
4. Melakukan deliniasi tata batas dilapangan sesuai kesepakatan para pihak dan dokumen