Post on 11-Apr-2023
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Dasar Penulisan Paper
Dalam era globalisasi ini banyak masalah yang timbul di
berbagai kalangan, dan semua masalah muncul karena perbedaan
pendapat antara manusia satu dengan manusia lainnya. Dari
sekian banyak masalah yang paling sering dihadapi oleh setiap
masyarakat adalah sulitnya mencari lapangan pekerjaan.
Kita sebagai manusia yang memiliki visi dan wawasan
kedepan hendaknya tidak melupakan akan perkembangan teknologi
yang mempunyai arti penting dalam suatu pekerjaan, karena hal
tersebut menuntut kita untuk mengikuti perkembangan zaman agar
tidak ketinggalan dengan informasi yang ada. Saat ini Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi berkembang dengan pesat serta
dukungan dari media informasi yang sedemikian rupa sehingga
mengakibatkan perubahan pola hidup di berbagai kalangan
masyarakat.
Pembuatan Paper ini memiliki tujuan untuk di ajukan guna
memenuhi kriteria kelulusan Mata Kuliah Pengukuran Besaran
Listrik. Dan pembuatan paper ini sangat menguntungkan
mahasiswa karena dapat menambah pengetahuan khususnya dalam
1 | P a g e
bidang Teknologi, pengalaman serta keprofesionalan dalam
melakukan suatu bidang pekerjaan.
1.2 Alasan Pemilihan Judul
Judul merupakan bagian terpenting dalam menyusun sebuah
Paper Ilmiah karena judul dapat menggambarkan isi dari suatu
tulisan. Judul juga merupakan Topik Pembahasan yang ditulis
oleh penulis. Sebagaimana yang diketahui oleh kebanyakan
orang, judul mempunyai keterkaitan dengan isi daripada karya
tulis.
Sesuai dengan survey dan keputusan yang diambil secara
bersama oleh tim penulis 4 bulan terhitung sejak tugas di
berikan, Akhirnya penulis dapat memilih judul yang sesuai
dengan mata kuliah yang penulis ambil yaitu :
“GARDU DISTRIBUSI”
Adapun alasan penulis memilih judul ini adalah penulis
ingin lebih memahami dan mengetahui tentang : “GARDU
DISTRIBUSI”.
1.3 Teknik Pengambilan Data
2 | P a g e
Data-data yang diperlukan untuk membuat paper ini telah
didapat berdasarkan beberapa dokumen dari “LAPORAN PRAKTIKUM
GARDU DISTRIBUSI OLEH ANGGA A.H GULTOM”. Dan telah mendapatkan
revisi beberapa saat lalu. Revisi dilakukan dengan melakukan
BROWSING INTERNET.
1.4 Metode penyusunan Paper
Dalam penyusunan laporan ini penulis menggunakan metode
Deskriptif mengargumentasikan dan memaparkan permasalahan
secara terperinci sesuai dengan data dan fakta yang ada.
1.5 Sistematika Pembahasan
Laporan Ini disusun berdasarkan pedoman penulisan
laporan yaitu 3 BAB, Masing-masing Bab tersebut adalah sebagai
berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Berisi Tentang dasar pepembuatan paper, tujuan pembuatan
paper sampai dengan alasan pemilihan judul.
3 | P a g e
BAB II : PENJELASAN TENTANG GARDU DISTRIBUSI
Bab ini menjelaskan tentang GARDU DISTRIBUSI dan PRINSIP
KERJA GARDU DISTRIBUSI di lingkungan masyarakat.
BAB III : PENUTUP
Berisi Tentang kesimpulan yang diperoleh oleh penulis
dalam penulisan paper tentang GARDU DISTRIBUSI beserta saran
untuk Pihak industry maupun Masyarakat.
4 | P a g e
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Gardu Distribusi
Gardu distribusi merupakan salah satu komponen dari suatu
system distribusi yang berfungsi untuk menghubungkan jaringan
ke konsumen atau membagikan/mendistribusikan tenaga lisrik
pada beban/konsumen baik konsumen tegangan menengah maupun
konsumen tegangan rendah.
Konstruksi Gardu distribusi Transformator Distribusi
digunakan untuk menurunkan tegangan listrik dari jaringan
distribusi tegangan tinggi menjadi tegangan terpakai pada
jaringan pada jaringan distribusi tegangan rendah (Step Down
Transformer) misalkan : Tegangan 20 kV menjadi tegangan 380
volt atau 220 volt
Sedang Transformator yang digunakan untuk menaikan
tegangan listrik (Step Up Transformer). Hanya digunakan pada
pusat pembangkit tenaga listrik agar tenaga yang di
distribusikan pada suatu jaringan panjang (Long Line) tidak
mengalami penurunan tegangan (voltage drop) yang berarti :
tidak melebihi ketentuan Voltage Drop yang diperkenankan 5%
5 | P a g e
dari ketegangan semula. Adapun alur proses arus listrik dari
sumber pembangkit ke konsumen adalah sebagai berikut :
Gambar 2.1 Alur Proses dari Pembangkit ke Konsumen
Pada gambar di atas, secara sederhana dapat dielaskan
bahwa listrik duhasilkan di pusat listrik yang menggunakan
potensi mekanik (Air, Uap, Panas Bumi, Nuklir, dll.) untuk
menggerakan turbin yang porosnya (As-nya) dikopel/digandeng
dengan Generator. Dari Generator yang berputar pada kecepatan
tertentu inilah energy listrik arus bolak balik tiga phase
dihasilkan. Energi listrik tersebut lalu melalui melalui
saluran Distribusi ke Gardu Induk. Pada Gardu Induk, tegangan
yang dihasilkan oleh Pembangkit Listrik tersebut disesuaikan
dengan tegangan yang akan dihantarkan. Misalnya, Pembangkit
mengeluarkan tegangan sebesar 20kV, Namun Karen listrik
tersebut harus dihantarkan konsumen melalui jarak jauh, maka
tegangan listrik terlebih dahulu dinaikan menggunakan Trafo
Step Up di Gardu Induk. Setelah itu, melalui jaringan
6 | P a g e
distribusi, aliran listrik tersebut pun dialirkan ke konsumen,
baik konsumen industry maupun perumahan. Tampak pada gambar
diatas bahwa sebelum dialirkan ke konsumen, tegangan listrik
kembali diturunkan dengan Trafo Step Down sampai 220 V pada
Jaringan Distribusi.
2.2 Komponen-komponen Gardu Distribusi
2.2.1 Kubikel 20 kV
Gambar 2.2 Kubikel 20 kV
Kubikel sering disebut juga dengan nama Lemari TM yang
berfungsi sebagai pemutus atau penghubung instalasi listrik 20
kV. Pemutus beban dapat dioperasikan dalam keadaan berbeban
dan terpasang pada kabel masuk atau keluar Gardu Distribusi.
Kubikel LBS dilengkapi dengan sakelar pembumian yang bekerja
secara interlock dengan LBS. Untuk Pengoperasian jarak jauh
( Menggunakan Remote Control), Remote Terminal Unit (RTU)
7 | P a g e
harus dilengkapi catu daya penggerak. Adapun jenis-jenis
Kubikel yaitu :
1. Kubikel Pemutus Beban – Load Break Switch (LBS).
2. Kubikel Pengaman Transformator – Transformer Protection
(TP) Dengan sakelar Load Break Switch (LBS) dan Proteksi
Arus Lebih jenis pengaman lebur.
3. Kubikel Sambungan Pelanggan.
Pilihan penggunaan LBS, TP tergantung pada kebutuhan
kelengkapan Gardu Distribusi tersebut. Sebagai peralatan
proteksi dan Switching Gardu Distribusi yang dicatu dari loop
sistem SKTM (Saluran Kabel Tegangan Menengah), lazimnya harus
dilengkapi dengan PHB-TM dengan susunan rangkaian sebagai
berikut :
1. LBS – LBS – TP1.
2. LBS – TP2.
2.2.2 Transformator
Transformator adalah suatu alat listrik yang dapat
mengubah dan menyalurkan energy listrik dari satu atau lebih
rangkaian listrik ke rangkaian listrik yang lain melalui suatu
gandengan magnet dan berdasarkan prinsip induksi
elektromagnetik. Transformator digunakan secara luas baik
dalam bidang tenaga listrik maupun elektronika. Penggunaan
8 | P a g e
transformator dalam sistem tenaga memungkinkan terpilihnya
tegangan yang sesuai dan ekonomis untuk tiap-tiap keperluan
misalnya, kebutuhan akan tegangan tinggi dalam pengiriman daya
jarak jauh.
Gambar 2.3 Transformator
Transformator juga memiliki bagian bagian yaitu :
1. Tangki Trafo
2. Sirip pendingin trafo
3. Konservator
4. Gelas kaca penduga
5. Breather
6. Buching trafo
7. Terminal tegangan rendah
8. Taft canger
9. Termometer
9 | P a g e
10. Name plate
11. Ventil
12. Roda penggerak
13. Kran pembuangan
14. Kuping pengangkat
2.2.3 Rak TR
Sering juga disebut PHB TR. PHB TR adalah kependekan
dari Perangkat Hubung Bagi Tegangan Rendah, atau istilah
lainnya papan bagi. Fungsinya untuk membagi tegangan
rendah ke saluran rumah tangga, istilah mudahnya PHB TR
adalah terminal pembagi dari trafo pada gardu listrik ke
jaringan rumah tangga.
Gambar 2.4 Rak TR (PHB-TR)
10 | P a g e
Pada Rak TR juga memiliki bagian-bagian tertentu
yaitu :
1. Saklar Utama (Disconnecting Switch)
Berfungsi sebagai saklar pemutus hubungan
listrik dari trafo ( keluaran 220 / 380
V ) keperalatan listrik di dalam lemari
PHB dan kepelanggan.
2. Saluran Pembagi
Berfungsi sebagai hantaran listrik yang
terdiri dari 3 atau lebih rel busbar yang
nantinya sebagai susunan cabang keluaran
dari saklar utama ke pembagian beban yang
dihubung secara terpisah.
3. Fuse Holder
Berfungsi sebagai tempat dudukan pengaman
lebur ( NH/Patron Fuse ) dan sebagai titik
kontak penghubung antara busbar dan
saluran pembagi.
4. Fuse ( Pelebur)
Berfungsi sebagai pengaman arus lebih pada
jaringan tegangan rendah
11 | P a g e
5. Pentanahan (Grounding)
Pentanahan Berfungsi untuk mengamankan
rangkaian atau instalasi dari tegangan
atau arus lebih.
2.3 Klasifikasi Gardu Distribusi
2.3.1 Gardu Portal
Gambar 2.4 Gardu Portal
Gardu Portal merupakan salah satu dari Jenis
Konrtuksi Gardu Tiang, Yaitu Gardu Distribusi Tenaga
Listrik Tipe Terbuka ( Out-door ), dengan memakai
kontruksi dua tiang atau lebih. Tempat kedudukan
Transformator sekurang kurangya 3 meter di atas permukaan
tanah. Dengan sistem proteksi di bagian atas dan Papan
12 | P a g e
Hubung Bagi Tegangan di bagian bawah untuk memudahkan
kerja teknis dan pemeliharaan.
Berikut merupakan Bagian-bagian dari Gardu Portal :
1. Lightning Arrester ( LA )
Berfungsi sebagai alat Proteksi atau
pengaman Trafo distribusi dari tegangan
lebih akibat Surja Petir, khususnya pada
gardu pasangan luar.
Gambar 2.5 Bagian-Bagian Gardu Portal
2. Fused Cut Out ( FCO atau CO )
13 | P a g e
Gambar 2.6 Fused Cut Out
Berfungsi sebagai proteksi atau pegaman
lebur, Pada gardu distribusi khususnya,
FCO ini berfungsi sebagai alat pelindung
Trafo dari Arus hubungan Singkat dan
sebagai alat untuk membebeskan sumber
tegangan jika dilakukan pemeliharaan.
Proteksi pada FCO ini dipasang dalam
bentuk Fuse Link yang dapat disesuaikan
dengan Arus Nominal Trafo distribusi yang
terpasang.
3. Wiring Gardu atau Pengawatan Gardu.
Yaitu Berupa Pengawatan atau kawat
Penghubung untuk menghubungkan tegangan
dari Jaringan SUTM, Lightning Arrester
14 | P a g e
( LA ), dan Fused Cut Out ( FCO )ke Trafo
Distribusi.
4. Tiang
Tiang yang dipergunakan untuk Gardu
distribusi jenis ini bisa berupa Tiang
Beton maupun Tiang Besi, yang memiliki
kekuatan kerja sekurang kurangnya 500 dAn
dengan panjang 11 atau 12 meter.
5. Trafo Distribusi
Yaitu Komponen Utama dari gardu distribusi
untuk menurunkan tegangan dari Sisi
Tegangan Menengah ( SUTM ) menjadi
tegangan yang siap di pakai oleh
pelanggan. Trafo yang di pergunakan mulai
dari 50 kVa - 400 kVa sesuai dengan
kebutuhan pembangunan gardu
6. Rangka Gardu
Pada dasarnya berfungsi untuk menempatkan
Trafo distribusi dan komponen lainya pada
Tiang. Rangka Gardu ini biasanya sudah
berupa satu Set lengkap.
7. Pipa Jurusan
15 | P a g e
Berfungsi untuk menempatkan kabel naik
atau kabel jurusan dari PHB-TR ke jaringan
SUTR di bagian atas.
16 | P a g e
2.3.2 Gardu Beton
Definisi Gardu Beton atau Gardu Tembok
merupakan Gardu yang seluruh komponen utama instalasinya
seperti Transformator dan Peralatan Proteksi terangkai di
dalam sebuah bangunan sipil yang di rancang di bangun dan
di fungsikan dengan kontruksi pasangan Batu Dan Beton.
Kontuksi Bangunan Gardu ini bertujuan untuk memenuhi
persyaratan terbaik bagi sistem keamanan
Ketenagalistrikan.
Gambar 2.6 Gardu Beton
Instalasi hubung yang terpasang harus sesuai
dengan kebutuhan rangkaian yang di perlukan.pada
perlengkapan hubung tegangan menengah 20 kv gardu
distribusi pasangan dalam terdiri dari bebrapa jenis
Kubikel :
17 | P a g e
1. Kubikel pemutus beban - Load Break Switch
( LBS )
2. Kubikel Pemisah - Dissconnecting Switch
( DS )
3. Kibikel Pengaman Transformator -
Transformator Protection ( TP ) Dengan
Saklar ( LBS ) dan proteksi arus lebih
dengan jenis pengaman lebur.
4. Kubikel Sambungan Pelanggan.
Pilihan penggunaan LBS, TP tergantung pada
kebutuhan kelengkapan gardu distribusi tersebut, Sebagai
peralatan proteksi dan switching gardu distribusi yang di
catu dari loop system Saluran Kabel Tegangan Menengah
( SKTM ) lazimya harus dilengkapi dengan PHB-TM yang
susunanya sebagai berikut :
1. LBS-LBS-TP
2. LBD-TP
3. LBS-LBS-PMT-SP
4. TP-LBS-LBS-PMT-SP
2.4 Perhitungan Susut Daya Pada Sistem
Distribusi.
18 | P a g e
Sistem kelistrikan secara keseluruhan meliputi
bagian pembangkitan, transmisi, dan distribusi. Sistem
distribusi yang berfungsi menyalurkan dan
mendistribusikan energi listrik ke konsumen perlu
kualitas yang memadai. Berdasarkan informasi dari PT. PLN
(Persero) Jawa Barat, sebagian besar susut energi listrik
terdapat pada jaringan distribusi. Oleh karena itu susut
pada sistem jaringan tersebut perlu diperhitungkan lebih
teliti.
Untuk memperluas sistem jaringan distribusi, salah
satu kriteria yang perlu dipenuhi adalah efisiensi yang
besar, tanpa mengabaikan aspek ekonomi. Efisiensi yang
baik akan dicapai bila susut energi dapat ditekan sekecil
mungkin. Susut pada sistem jaringan distribusi menjadi
salah satu pertimbangan, baik dalam perencanaan maupun
pengoperasian, karena mempengaruhi biaya investasi. Pada
umumnya, susut daya pada jaringan distribusi berkisar 10%
(APEI, 2003). Biasanya perhitungan susut energi pada
sistem jaringan distribusi dilakukan dengan menggunakan
selisih energi terjual dengan yang diterima pada setiap
penyulang.
2.4.1 Metode Perhitungan
19 | P a g e
Pada sistem jaringan distribusi, susut daya
terjadi pada saluran udara atau kabel dan pada
transformator. Susut saluran disebabkan karena
adanya resistansi dari saluran itu sendiri,
sedangkan susut transformator disebabkan oleh
resistansi dari belitan transformator dan susut
inti.
Susut pada jaringan ini tergantung pada kondisi
beban yang selalu berubah, sehingga untuk
perhitungannya perlu dilakukan pada setiap kondisi
beban, Karena pada Paper ini di bahas tentang
jaringan distribusi sehingga ditulis sebagai.
Pdis
P
sal
P
tran (1)
dimana, Pdis : susut daya total pada jaringan
distribusi, Psal: susut daya pada saluran tegangan
menengah dan Ptran: susut daya pada transformator
distribusi.
2.4.2 Susut Daya Pada Distribusi Primer.
Saluran distribusi primer merupakan penyulang
untuk menyalurkan daya listrik dari gardu induk (GI)
20 | P a g e
ke gardu distribusi (GD). Secara sederhana saluran
distribusi primer diilustrasikan sebagai berikut
Gambar 2.7 Saluran Distribusi Primer
Dimana I1 : arus antara GI dengan titik a, (I2
+ Ia), I2 : arus antara titik a dengan titik b,
(I3 + Ib), I3 : arus antara titik b dengan
titik c, (I4 + Ic), Ia: arus antara titik a dengan
GD-1, Ib: arus antara titik b dengan GD-2, Ic: arus
antara titik c dengan GD-3, In :arus antara titik n
dengan GD-n, r: resistansi penghantar (Ω/km), l:
panjang penghantar (km), GD-1, GD-2, GD-3, …., GD-n:
gardu distribusi, dan L1, L2, L3, …., Ln: beban.
Arus mengalir pada penghantar dengan resistansi
yang menyebabkan terjadinya susut pada penghantar
tersebut, sehingga daya yang dikirim dari gardu
induk ke konsumen akan berkurang. Besarnya susut
akibat resistansi penghantar untuk setiap fasanya
dinyatakan sebagai (Kurt, 1990)21 | P a g e
2.4.3 Susut Daya Pada Transformator
Susut daya pada transformator distribusi
terdiri dari 2 macam, yaitu, susut tembaga dan susut
inti besi. Susut tembaga disebabkan oleh arus beban
yang mengalir pada belitan transformator. Karena
arus beban berubah-ubah, maka susut tembaga juga
tidak konstan bergantung pada beban. Susut tembaga
dinyatakan sebagai
PCu I 2 RCu (3)
dimana PCu: susut tembagatransformator, I : arus beban, dan RCu : tahanan
kawat belitan.
Sedangkan susut besi atau sust inti terdiri 2
macam, yaitu susut hysteresis dan arus eddy. Susut
hysteresis (Ph) disebabkan oleh fluks bolak-balik pada
inti besi. Sementara susut arus eddy (Pe) disebabkan
oleh arus pusar pada inti besi.
Dengan demikian susut besi atau inti
22 | P a g e
P I 2 rl (2)saluran
transformator merupakan gabungan kedua susut
tersebut (Soenarjo, 2001; Zuhal, 2000). Susut inti
besi tersebut dianggap konstan, karena frekuensi dan
tegangan diasumsikan konstan.
2.5 Pemeliharaan Gardu Distribusi.
2.5.1. Pengertian
Pemeliharaan merupakan suatu pekerjaan yang
dimaksudkan untuk mendapatkan jaminan bahwa suatu sistem
atau peralatan akan berfungsi secara optimal, umur
teknisnya meningkat dan aman baik bagi personil maupun
bagi masyarakan umum. Kegiatan pokok pemeliharaan rutin
ini ditentukan berdasarkan periode atau waktu
pemeliharaan: bulanan,triwulan, semesteran atau tahunan.
2.5.2. Tujuan Pemeliharaan
a. Mendapatkan jaminan bahwa sistem atau peralatan
dapat dioperasikan secara optimal.
b. Mendapat jaminan bahwa keandalan dan mutu tenaga
listrik akan mempunyai nilai tingi.23 | P a g e
c. Mendapat jaminan bahwa umur teknis sistem atau
peralatan dapat dipertahankan
d. Mendapat jaminan bahwa sistem atau peralatan aman
bagi personil maupun bagi masyarakat umum.
2.5.3. Jenis Pemeliharaan
a) Pemeliharaan rutin ( preventif maintenance).
Pemeliharaan yang direncanakan terselenggara
terus menerus secara periodik, merupakan
pemeliharaan rutin dan ini suatu usaha atau kegiatan
yang dimaksudkan untuk mempertahankan kondisi sistem
dalam keadaan baik dengan keandalan dan daya guna
yang optimal.
Contoh : - Pengecatan kembali kerangka PHB – TR dan
Busbar.
- Perbaikan instalasi PHB – TR.
b) Pemeliharaan khusus (Corrective Maintenance)
Merupakan pemeliharaan yang dmaksudkan untuk
memperbaiki kerusakan atau untuk mengadakan
perubahan atau penyempurnaan. Bertujuan untuk
mempertahankan atau mengembalikan kondisi sistem
atau peralatan yang mengalami gangguan atau
24 | P a g e
kerusakan sampai kembali pada keadaan semula dengan
kapasitas yang sama.
Contoh : - Penggantian peralatan – peralatan PHB –
TR yang terbakar.
- Penggantian PHB – TR.
c) Pemeliharaan Darurat (Emergency maintenance).
Pemeliharaan yang dimaksudkan untuk memperbaiki
kerusakan yang disebabkan oleh bencana alam seperti
gempa bumi, banjir,angin,badai,longsor dan
sebagainya, yang sifatnya mendadak dan perlu segera
dilaksanakan dan pekerjaannya tidak direncanakan.
2.6 Jenis Gangguan Pada Gardu Distribusi
Jaringan distribusi merupakan bagian dari sistem
tenaga lsitrik yang paling dekat dengan pelanggan/
konsumen. Ditinjau dari volume fisiknya jaringan dis-
tribusi pada umumnya lebih panjang dibandingkan dengan
jaringan transmisi dan jumlah gangguannya (sekian kali
per 100 km pertahun) juga paling tinggi dibandingkan
jumlah gangguan pada saluransaluran transmisi.
Jaringan distribusi seperti diketahui terdiri dari
jaringan distribusi tegangan menengah (JTM) dan jaringan
25 | P a g e
distribusi tegangan rendah (JTR). Jaringan distribusi
tegangan menengah mempunyai tegangan antara 3 kV sampai
20 kV. Pada saat ini PLN hanya mengembangkan jaringan
distribusi tegangan menengah 20 kV. Jaringan distribusi
tegangan menengah sebagian besar berupa saluran udara
tegangan menengah dan kabel tanah.
Pada saat ini gangguan pada saluran udara tegangan
menengah ada yang mencapai angka 100 kali per 100 km per
tahun. Sebagian besar gangguan pada saluran udara
tegangan menengah tidak disebabkan oleh petir melainkan
oleh sentuhan pohon, apalagi saluran udara tegangan
menengah banyak berada di dalam kota yang memiliki
bangunan-bangunan tinggi dan pohon-pohon yang lebih
tinggi dari tiang saluran udara tegangan menengah.
Hal ini menyebabkan saluran udara tegangan menengah
yang ada di dalam kota banyak terlindung terhadap
sambaran petir tetapi banyak diganggu oleh sentuhan
pohon. Hanya untuk daerah di luar kota selain gangguan
sentuhan pohon juga sering terjadi gangguan karena petir.
Gangguan karena petir maupun karena sentuhan pohon ini
sifatnya temporer (sementara), oleh karena itu penggunaan
26 | P a g e
penutup balik otomatis (recloser) akan mengurangi waktu
pemutusan penyediaan daya (supply interupting time).
Perlindungan sistem distribusi meliputi :
1. Gangguan hubung singkat
i. Gangguan hubung singkat dapat terjadi
antar fase (3 fase atau 2 fase) atau 1
fase ketanah dan sifatnya bisa temporer
atau permanen.
ii. Gangguan permanen : Hubung singkat pada
kabel, belitan trafo,generator,
(tembusnya isolasi).
iii. Gangguan temporer : Flashover karena
sambaran petir, flashoverdengan pohon,
tertiup angin.
27 | P a g e
iv.
2. Gangguan beban lebih
Gangguan beban lebih terjadi karena pembebanan
sistem distribusi yang melebihi kapasitas sistem
terpasang. Gangguan ini sebenarnya bukan gangguan
murni, tetapi bila dibiarkan terus-menerus
berlangsung dapat merusak peralatan.
3. Gangguan tegangan lebih
Gangguan tegangan lebih termasuk gangguan yang
sering terjadi pada saluran distribusi. Berdasarkan
penyebabnya maka gangguan tegangan lebih ini dapat
dikelompokkan atas dua hal, yaitu :
a. Tegangan lebih power frekwensi.
Pada sistem distribusi hal ini biasanya
disebabkan oleh kesalahan pada AVR atau
pengatur tap pada trafo distribusi.
b. Tegangan lebih surja
Gangguan ini biasanya disebabkan oleh
surja hubung atau surja petir. Dari ketiga
jenis gangguan tersebut, gangguan yang lebih
sering terjadi dan berdampak sangat besar bagi
sistem distribusi adalah gangguan hubung
28 | P a g e
singkat. Sehingga istilah gangguan pada
sistem distribusi lazim mengacu kepada
gangguan hubung singkat dan peralatan proteksi
yang dipasang cenderung mengatasi gangguan
hubung singkat ini.
BAB IIIPENUTUP
3. Kesimpulan
Dari Uraian sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa Gardu
Distribusi memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia.
Alat-alat yang terdapat pada gardu pun beragam. Dimana dapat
dikatan gardu distribusi merupakan gabungan-gabungan dari
komponen-komponen listrik yang nbersama membentuk jaringan
distribusi dari gardu induk ke konsumen.
Dari perhitungan diatas pun dapat kkita simpulkan, bahwa
untuk menghitung suatau daya (susut daya) pada saat
29 | P a g e
pendistribusian dapat dilakukan menggunakan rumus sederhana.
Di mana Daya dari Transformator di gabung dengan daya pada
saluran distribusi akan menunjukan daya distribusi.
DAFTAR PUSTAKA
Stevensor,Jr,William,D. 1994, Analisa Sistem Tenaga Listrik.
Jakarta : Erlangga.
Laaporan Hasil praktikum Milik Angga Aditya Harianto Gultom
Google Image
30 | P a g e