Post on 20-Feb-2023
1
BAB I PENDAHULUAN
Diabetes Melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik
dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi
insulin, kerja insulin atau keduanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes
berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi atau
kegagalan beberapa organ tubuh, terutama mata, ginjal, syaraf, jantung
dan pembuluh darah.(1)
Penyebab utama seseorang mengalami gagal ginjal terminal
hingga membutuhkan pelayanan hemodialisis adalah akibat penyakit
diabetes dan hipertensi. Jika penyakit diabetes dan hipertensi dikontrol
dengan baik melalui pengobatan teratur maka gagal ginjal terminal akan
dapat dicegah sedini mungkin atau bisa diperlambat. Gagal ginjal
terminal dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit jantung dan
pembuluh darah yang sering menyebabkan kematian. Pada diabetes,
terjadi gangguan pengolahan glukosa darah oleh tubuh, yang
menyebabkan kerusakan pada ginjal dan akhirnya dapat menyebabkan
gagal ginjal terminal disebut dengan nefropati diabetik.(2 )
Gagal ginjal terminal sering ditemukan, menurut data dari The
United States Renal Data System (USRDS) tahun 2009 prevalensinya
sekitar 10-13 %. Di Amerika Serikat jumlahnya mencapai 25 juta orang,
di Indonesia diperkirakan 12,5 % atau sekitar 18 juta orang.(3) Sama
dengan diabetes insidennya meningkat yaitu 20 juta orang di Amerika
Serikat dan menurut WHO tahun 2005 prevalensi Diabetes Melitus tipe2
mencapai 300 juta diseluruh dunia.(2) Diabetes sering berhubungan
dengan gagal ginjal terminal, diperkirakan 45 % pasien yang
menjalankan hemodialisis adalah pasien diabetes sebagai penyebab
gagal ginjal terminal, dan pasien gagal ginjal terminal 15-23 % adalah
pasien diabetes.(4.5)
2
Hubungan diabetes melitus dengan kelainan ginjal sudah lama
diketahui. Kimmelstiel dan Wilson tahun 1936 pertama kali melaporkan
glomerulosklerosis noduler yang khas untuk diabetes melitus.(6 )
Nefropati diabetik akan menyebabkan gagal ginjal terminal di
Amerika Serikat, Jepang dan Eropah. Menurut The United States Renal
Data System (USRDS) tahun 2001 dari 82.692 pasien yang menjalani
terapi hemodialisis atau tranplantasi ginjal, 46,2% pasien dengan
diabetes.(7)
Pasien diabetes yang mengalami gagal ginjal terminal harus
menjalani terapi pengganti ginjal yaitu berupa dialisis (hemodialisis dan
peritoneal dialisis) atau tranplantasi ginjal. Pasien diabetes yang
menjalani hemodialisis merupakan kelompok besar pasien gagal ginjal
terminal di negara berkembang, yang meningkatkan angka kesakitan
dan angka kematian dibandingkan pasien hemodialisis yang
nondiabetes. Usia lanjut pada saat awal hemodialisis dan sering disertai
penyakit mikro dan makrovaskular meningkatkan komplikasi dan
kematian pada saat hemodialisis.(8)
Penatalaksanaan pasien diabetes yang menjalankan hemodialisis
harus agresif, cepat dan multidisiplin dan sering melibatkan banyak
ahli. Penyakit vaskuler perifer, kardiovaskuler, serebrovaskular, dan
komplikasi yang berhubungan dengan hemodialisis menambah angka
kesakitan dan angka kematian pasien diabetes yang menjalankan
hemodialisis. Tinjauan kepustakaan ini dibuat agar penatalaksanaan
pasien diabetes yang menjalankan hemodialisis lebih optimal sehingga
angka kematian dapat diturunkan.
3
BAB II EPIDEMIOLOGI PASIEN DIABETES MELITUS
YANG MENGALAMI GAGAL GINJAL TERMINAL
Pasien diabetes yang menjalankan hemodialisis merupakan
kelompok besar pasien gagal ginjal terminal di negara berkembang, yang
meningkatkan angka kesakitan dan angka kematian dibandingkan
pasien hemodialisis yang nondiabetes.(8)
Nefropati diabetik akan menyebabkan gagal ginjal terminal di AS,
Jepang dan Eropah. Menurut The United States Renal Data System
(USRDS) tahun 2001 dari 82.692 pasien yang menjalani terapi
hemodialisis atau tranplantasi ginjal, 46,2% pasien dengan diabetes,
seperti terlihat pada gambar1. Pasien diabetes yang menjalankan
hemodialisis lebih tinggi angka kematian dari pasien nondiabetes,
biasanya berhubungan dengan penyakit kardiovaskuler dan
serebrovaskuler.(7.9)
Gambar 1. Insiden diabetes pada gagal ginjal terminal yang
menjalankan hemodialisis dan tranplantasi ginjal.(7)
4
Prevalensi pasien diabetes yang menjalani hemodialisis meningkat
diberbagai negara, seperti tampak pada tabel 1.(8)
Tabel 1.Insiden pasien diabetes yang menjalankan terapi penganti.(8)
Country Year New patients
total (pmp) Diabetes
(% of total) Diabetes
(pmp)
Australia
Catalunya
Denmark
Germany
Heidelberg
New Zealand
Poland
Turkey
(2000)
(2000)
(2000)
(2001)
(2001)
(2000)
(2000)
(2001)
93,7
146
67,5
73,3
183
91,8
67,5
89,7
22
19,8
15,8
36
48,9
35
15,8
25,3
20,3
28,9
28,8
26,4
101
32,0
10,6
22,7
Tahun 2001 The United States Renal Data System (USRDS)
melaporkan 74,7% dari semua pasien gagal ginjal terminal yang diabetes
diterapi dengan hemodialisis dan 7% dengan dialisis peritoneal ,
sementara 17,5% dengan tranplatasi ginjal. Terapi hemodialisis pasien
diabetes sama dengan pasien nondiabetes.(7) Di Amerika dan Eropa nefropati diabetik merupakan penyebab
utama gagal ginjal terminal dan dan merupakan salah satu penyebab
kematian tertinggi diantara semua komplikasi diabetes melitus dan
penyebab kematian tersering adalah karena komplikasi kardiovaskular,
seperti terlihat pada tabel 2.(8)
5
Tabel 2. Komplikasi kardiovaskuler pasien diabetes yang menjalani hemodialisis.(6)
Baseline Diabetic patients Non-diabetic patients P
(n=116) (n=317)
Concentric left
Ventrikuler hypertrophy 50% 38% 0,04
Ischemic heart disease 32% 18% 0,003
Cardiac failure 48% 24% 0,00001
Follow up adjusted related risk (diabetic/non-diabetic) P
Ischemic heart disease 3,2 0,0002
Overall mortality 2,3 0,0001
Cardiovascular mortality 2,6 0,0001
Kematian karena kelainan jantung pada pasien gagal ginjal
terminal yang menderita diabetes lebih tinggi dari pasien nondiabetes
seperti terlihat pada gambar 3.(10)
Gambar 2. Kematian karena MCI pasien diabetes dan nondiabetes(10)
6
BAB III PENATALAKSANAAN PASIEN DIABETES MELITUS
DENGAN GAGAL GINJAL TERMINAL
Penatalaksanaan pasien diabetes yang mengalami gagal ginjal
terminal dengan hemodialisis harus agresif, cepat dan multidisiplin dan
melibatkan banyak ahli, sering ahli diabetes memerlukan kolaborasi
dengan ahli lain seperti terlihat pada gambar 3.(7)
Gambar 3. Kolaborasi ahli diabetes dengan ahli lain pada pasien
diabetes yang menjalankan hemodialisis.(7)
Penyakit vaskuler perifer, kardiovaskuler, dan serebrovaskular,
dan komplikasi yang berhubungan dengan hemodialisis menambah
angka kesakitan dan angka kematian pasien diabetes yang menjalankan
hemodialisis. Untuk menurunkan angka kematian perlu
penatalaksanaan pasien diabetes dengan gagal ginjal terminal seperti
terlihat pada tabel 3.(7.9)
7
Tabel 3. Penatalaksanaan pasien diabetes dengan gagal ginjal Terminal.(7)
Adequate blood-pressure control
Adequate glycemic control
Preserving cutaneous vein for vascular acces
Correction of anemia
Maintenance of calcium and phosphate balance
Tekanan darah menentukan prognosis pasien yang menjalankan
hemodialisis. Suatu penelitian Tomita dkk di Amerika Serikat tahun
2006 pada 195 orang pasien yang menjalankan hemodialisis, pasien
dengan Tekanan darah <160 mmHg diantara hemodialisis mempunyai
angka harapan hidup yang lebih tinggi dari pasien dengan tekanan
darah >160 mmHg.(11)
Lebih dari 40 % pasien yang menjalankan dialisis adalah pasien
diabetes. Terapi penganti ginjal pada pasien diabetes dapat berupa
hemodialisis, peritoneal dialisis dan tranplantasi ginjal.(6)
Masing-masing terapi penganti ginjal mempunyai keuntungan dan
keuntungan dan kerugian, seperti terlihat pada tabel 4.(7)
8
Tabel 4. Terapi dialisis pada pasien diabetes.(7)
Modality Advantages Disadvantages
Hemodialysis Very efficient Risk for patients with
No protein loss to cardiac disease
Dialysate High incidence of
Frequent medical hypotension
Follow-up Prone to hypoglycemia
CAPD Good cardiovascular Peritonitis
Tolerance Protein loss to dialysate
Good control of Increase intra abdominal
Serum potassium pressure effects
Good glucose Schedule not
Control convenient for helper
Pemilihan terapi pengganti ginjal pada pasien diabetes perlu
dipertimbangkan beberapa hal seperti pasien dengan kardiomiopati
sebaiknya menggunakan CAPD karena sirkulasi darah ektra korporeal
pada hemodialisis dapat mencetuskan dekompensasi jantung.(7)
Tabel 5. Faktor yang menentukan pilihan terapi pengganti ginjal.(7)
Age
Level of education
Severity of comorbid condition
Social and family support
Geographical location
9
Perbaikan fungsi ginjal pasien Peritoneal dialisis lebih lama dari
pasien yang menjalankan hemodialisis seperti terlihat pada gambar 4.(10)
Gambar 4. Perbaikan fungsi ginjal pasien diabetes yang menjalankan hemodialisis dan peritoneal dialisis.(10)
Beberapa penelitian yang mendapatkan bahwa penurunan fungsi
ginjal pasien yang menjalankan hemodialisis lebih cepat dari pasien
yang menjalankan peritoneal dialisis seperti terlihat pada tabel 6.(11)
Tabel 6. Penelitian yang menilai fungsi ginjal pasien dengan
hemodialisis dan peritoneal dialisis.(11)
Study Type HD/PD patients(n) Difference in
rate of decline
Rottembourg Prospective 25/25 80%
Lysaght Retrospective 57/58 50%
Misra Retrospective 40/103 69%
Lang Prospective 30/15 69%
Jansen Prospective 279/243 24%
10
BAB IV
KOMPLIKASI YANG TERJADI PADA PASIEN DIABETES YANG MENJALANI HEMODIALISIS
Pasien diabetes yang menjalankan hemodialisis merupakan
kelompok besar pasien gagal ginjal terminal di negara berkembang, yang
meningkatkan angka kesakitan dan angka kematian dibandingkan
pasien hemodialisis yang nondiabetes. Usia lanjut pada saat awal
hemodialisis dan sering disertai penyakit mikro dan makrovaskular
meningkatkan komplikasi dan kematian pada saat hemodialisis.(8.12.13)
Tabel 7. Komplikasi hemodialisis pada pasien diabetes.(8)
Intradialytic hypotension
Hypertension
High interdialytic weight gain
Vascular acces-related complications
Bone disease
Diabetic retinopathy
Malnutrition
Hypoglycemia
4.1. HIPOTENSI
Hipotensi saat hemodialisis terjadi 20% lebih besar pada pasien
diabetes dibandingkan nondiabetes. Gambaran klinis biasanya ringan
seperti lemah badan dan lemas paska hemodialisis. Hipotensi pada
pasien nefropati diabetik dan usia lanjut sering berbahaya karena dapat
memicu penyakit jantung iskemik dan gangguan irama jantung.(13)
11
Mekanisme utama hipotensi saat hemodialisis berhubungan
dengan ketidak-seimbangan antara cardiac output dan gangguan untuk
meningkatkan peripheral vaskular resistance.(2.14)
Disfungsi diastolik berhubungan dengan kardiomiopati diabetik
akan menyebabkan penurunan pengisian ventrikel kiri yang
menyebabkan penurunan kardiak output dan hipotensi saat
hemodialisis pada pasien diabetes.(2.8.16.17)
Gambar 5. Patogenesis hipotensi saat hemodialisis.(2)
Definisi hipotensi saat hemodialisis adalah bila tekanan darah
sistolik < 90 mm Hg, bila tidak diterapi dapat menyebabkan hipotensi
kronik dimana tekanan darah sistolik < 100 mmHg diantara
hemodialisis.(18)
Dyalisate Na<140 mmol/L Bioincompatibility(IL-1) Warm dialysate Splanchnic vasodilation Acetate icons
Peripheral vascular resistance
Dialysis hypotension Hypoxemia
Drugs Myocardiopathy Arrythmia
Hight ultrafiltration rate Low targeted dry weight
↓ cardiac output
↓ LEC and Plasma volume
12
Tabel 8. Penyebab hipotensi saat hemodialisis.(2)
1. Etiologi yang paling sering ditemukan
A. Penurunan volume darah
Fluktuasi ultrafiltrasi rate
Ultrafiltrasion rate tinggi untuk mengatasi berat badan
berlebihan saat hemodialisis.
Sasaran untuk mencapai berat badan kering terlalu rendah B. Kegagalan efek vasokontriksi
Dialisat
Larutan dialisat terlalu panas
Makanan selama hemodialisis terlalu banyak protein hewani
Iskemia jaringan dipercepat penurunan hematokrit
Neuropati otonom
Ketidaksanggupan untuk meningkatkan cardiac output
disebabkan penurunan kontraktilitas miokard, seperti pada
usia lanjut, hipertensi, aterosklerosis dan kalsifikasi
miokard.
2. Etiologi yang jarang
A. Kardiovaskuler
Tamponade jantung
Infark miokard
Aritmia jantung
B. Septisemia
C. Reaksi terhadap dializer.
Hemolisis
Emboli udara
13
Kepustakaan lain menyatakan bahwa anemi dapat menyebabkan
hipotensi saat hemodialisis karena menurunnya viskositas darah dan
resistensi pembuluh darah perifer. Anemi dapat menyebabkan angina
pektoris saat hemodialisis dan penurunan hematokrit pada pasien
diabetes dapat memperburuk angina.(8 )
Suhu yang tinggi selama hemodialisis berhubungan dengan
kehilangan panas yang disebabkan oleh vasokontriksi kutaneus sebagai
respons atas hipovolemia pada awal hemodialisa, yang menyebabkan
refleks vasodilatasi dari pembuluh darah kutaneus pada akhir
hemodialisis dan dapat menyebabkan hipotensi.(2.8)
Tabel 9. Strategi penatalaksanaan hipotensi saat hemodialisis pada pasien Diabetes.(2)
Bicarbonate dialysate
High-sodium (140-145 mmol/L) dialysate with linear sodium
Slow rattte of ultrafiltration
Sequential ultrafiltration (if grossly edematous)
Prime dialysis circuit with hypertonic albumin
Maintain hematocrit at or above 30 vol % with erythropoietin
No antihypertensive medication on morning of dialysis
Restrict meals immediately before or during hemodialysis
Leg toning exetcise to improve venous return
Decrease dielusate temperature (particularly near end of dialysis)
Medications : α-agonists (e.g, midodrine, fludrocortisone)
Suatu penelitian Prakash tahun 2004 pada 117 pasien yang diberi
Midodrine 2,5-10 mg,15-30 menit sebelum hemodialisis, dapat
mencegah hipotensi saat hemodialisis.(19)
14
4.2. HIPERTENSI
Hipertensi lebih sering pada pasien diabetes dari pada pasien non
diabetes yang menjalankan hemodialisis dan menyebabkan kematian
karena penyakit kardiovaskular. Lima puluh persen pasien diabetes
yang menjalankan hemodialisis menggunakan obat anti hipertensi
dibandingkan dengan 27,7% pasien non diabetes. Beberapa pasien terus
menggunakan obat antihipertensi pada awal hemodialisis karena
tekanan darahnya tetap tinggi selama menjalankan hemodialisis.(16)
Definisi hipertensi saat hemodialisis adalah peningkatan tekanan
sistolik > 15 mmHg selama dan segera setelah hemodialisis.(20)
Peningkatan hipertensi selama hemodialisis pada beberapa pasien
berhubungan dengan aktivasi sistim renin angiotensin karena
penurunan volume intra vaskular yang disebabkan olen ultrafiltrasi.(17)
Prevalensi hipertensi pada saat hemodialisis adalah 5-10 %, dan
penyebab terjadinya hipertensi pada pasien yang menjalankan
hemodialisis adalah(21) :
1. Aktivasi sistim syaraf simpatis.
2. Overload cairan.
3. Peningkatan viskositas darah
4. Aktivasi sistim renin angiotensin
5. Pergeseran elektrolit.
Suatu penelitian Crit Line Intradialytic Monitoring Benefit (CLIMB)
study di Chicago tahun 2006, dari 32.295 kali hemodialisis dari 442
pasien selama 6 bulan didapatkan hipertensi saat hemodialisis
disebabkan karena (22):
1. Tingginya tekanan darah sebelum hemodialisis.
2. Peningkatan berat badan intradialisis
3. Tingginya serum kreatinin.
4. Tingginya albumin serum
15
Untuk mencegah komplikasi kardiovaskuler karena hipertensi
maka perlu penatalaksanaan terjadinya hipertensi saat hemodialisis
sebagai berikut (23) :
1. Mencegah peningkatan berat badan diantara hemodialisis.
2. Menghambat aktivasi Sistim renin angiotensin dan
menghambat aktivasi syaraf simpatis.
3. Hindari hemoglobin > 13 g/dl
4. Hindari tingginya natrium dialisat.
5. Peningkatan temperatur dialisat.
Obat anti hipertensi yang dapat digunakan bila terjadi hipertensi
saat hemodialisis adalah seperti terlihat pada tabel 10 berikut :
Tabel.10. Obat antihipertensi yang digunakan saat hemodialisis(23)
Drug class Extensively removed Not extensively removed by dialysis by dialysis
Sympatholytics Methyldopa Clonidine
α, β antagonists Prazosin, bisoprolol
β-receptor antagonist Atenolol Propanolol,bisoprolol
ACE inhibitor Catopril,lisinopril Fosinopril
CCB None Amlodipin, diltiazem
Vasodilator Minoxidil Hydralazine
16
4.3. HIPOGLIKEMIA
Kebutuhan insulin setelah hemodialisis pemeliharaan bervariasi,
dan penting untuk monitor gula darah. Banyak pasien diabetes dengan
gagal ginjal terminal terjadi penurunan kebutuhan insulin.(6)
Banyak pasien diabetes pada awal hemodialisis membutuhkan
insulin, dan sebagian kontrol gula darah dengan sulfonilurea. Sejumlah
glukosa akan bergeser dari darah ke kompartemen dialisat, diperkirakan
25-30 mg setiap kali prosedur hemodialisis.(2)
Hipoglikemia dapat terjadi pada pasien diabetes saat hemodialisis,
hal ini disebabkan karena (24) :
1. Menurunnya katabolisme insulin. 2. Menurunnya asupan makanan
3. Resiko hipoglikemia meningkat pada pasien diabetes yang
malnutrisi 4. Menggunakan β Bloker (mempengaruhi glikogenolisis).
Pada pasien diabetes yang menjalani hemodialisis, untuk
mencegah hipoglikemia saat hemodialisis, cairan dialisat harus
dipertahankan mengandung 200 mg/dL glukosa (11 mmol/L).(24) Suatu penelitian di Yugoslavia tahun 2001 pada 20 orang pasien
diabetes yang menjalani hemodialisis, pasien dibagi atas 2 kelompok
yaitu kelompok yang menggunakan cairan dialisat dengan konsentrasi
glukosa 5,5 mmol/L, dibandingkan dengan kelompok kedua yang
menggunakan cairan dialisat dengan konsentrasi glukosa 11 mmol/L,
setelah diikuti selama 14 minggu ternyata angka kejadian hipoglikemia
lebih tinggi pada pasien yang menggunakan cairan dialisat yang rendah
konsentrasi glukosanya.(25)
17
4.4. PENINGKATAN BERAT BADAN DIANTARA HEMODIALISIS
Peningkatan berat badan terjadi 30-50% lebih sering pada pasien
diabetes yang menjalankan hemodialisis dari pasien non diabetes, dan
peningkatan berat badan tidak ada hubungan dengan dengan kontrol
gula darah, umur, lamanya menderita gagal ginjal terminal serta
lamanya menderita diabetes. Pada beberapa pasien yang tidak
membatasi garam dan air, berat badan dapat meningkatkan diantara
hemodialisis.(8.26)
Natrium intraselular yang tinggi pada pasien diabetes,
meningkatkan rasa haus, merupakan salah satu mekanisme
peningkatan berat badan diantara hemodialisis.(8)
Pengaturan diet dapat memperbaiki kontrol gula darah dapat
menurunkan peningkatan berat badan diantara hemodialisis.(19)
Terdapat hubungan antara peningkatan berat badan diantara
hemodialisis dengan peningkatan angka kematian pada pasien
diabetes.(26)
4.5. AKSES VASKULER
Akses vaskular penting pada hemodialisis dengan tujuan untuk
menghubungkan sirkuit darah pasien dengan membran dializer. Akses
vaskuler sering dan berat pada pasien diabetes, dan ahli bedah vaskuler
diperlukan dalam penatalaksanaan hemodialisis pada pasien diabetes.(2)
Pada tahun 1991 USRDS melaporkan bahwa diabetes sebagai
salah satu faktor risiko untuk akses vaskular pasien yang menjalani
hemodialisis. Pasien diabetes mengalami 0,42 kali rawatan per tahun
karena komplikasi akses vaskuler dibandingkan dengan 0,35 kali
rawatan per tahun pada pasien nondiabetes, akses vaskular yang sering
terjadi pada pasien diabetes seperti terlihat pada tabel 11. (6)
18
Tabel 11. Komplikasi akses vaskular.(2)
Stenosis anastomosis dan arterialized vena
Clotting (sekunder atau tanpa stenosis)
Infeksi (lokal atau sistemik)
Aliran darah berlebihan
Iskemia distal (steal syndrome, diperberat aterosklerosis)
Aneurisma venosa dilatasi
Perdarahan akibat ruptur aneurisma
Edema lengan atau tungkai akibat stenosis vena sentralis
Hematom lokal
Sangat jarang (carpal tunnel syndrome, emboli arteri)
Clotting pada akses vaskular biasanya sekunder dari stenosis
akibat penebalan selaput intima, merupakan komplikasi paling sering
yang menyebabkan kegagalan fistula AV. Komplikasi ini merupakan
penyebab utama morbiditi dan peningkatan biaya rawatan.Bila
ditemukan peningkatan tekanan vena diduga stenosis, dan tindakan
Percutaneous Tansluminal Angioplasty (PTA) dini dapat mencegah
clotting berulang pada fistula.(2)
Infeksi pada akses vaskular sering berhubungan dengan
mikroorganisme stapilokokus aureus dan stapilokokus epidermis, sepsis
dan endokarditis akut merupakan komplikasi bila bila tidak mendapat
terapi antibiotok yang rasional.(2)
Kecepatan aliran darah berlebihan pada fistula AV merupakan
resiko tinggi gagal jantung.(28)
19
4.6. MALNUTRITI
Malnutrisi sering pada pasien diabetes yang menjalani
hemodialisis. Penyebab malnutrisi pada pasien diabetes yang menjalani
hemodialisis adalah:
Buruknya kontrol gula darah menyebabkan glukoneogenesis.
Gastroparesis menyebabkan mual dan muntah.
Underdialisis berhubungan dengan sulitnya akses vaskuler atau
penghentian hemodialisis karena hipotensi kronis.
Prevalensi malnutrisi pada pasien diabetes yang menjalani
hemodialisis adalah 30-54 %. Malnutrisi akan meningkatkan angka
kematian.(2)
Untuk mencegah terjadinya malnutrisi pada pasien diabetes yang
menjalani hemodialisis diperlukan diet 25-30 kcal/kg/hari, dengan 50%
kalori berasal dari karbohidrat kompleks, dan protein 1.2 g/kg/hari.(6)
20
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. KESIMPULAN
1. Pasien diabetes yang berkembang menjadi gagal ginjal terminal
semakin meningkat,dan dikenal sebagai nefropati diabetik.
2. Pasien diabetes yang menjalankan hemodialisis mempunyai
komplikasi kardiovaskuler dan serebrovaskuler yang
meningkatkan angka kematian
3. Pasien diabetes yang menjalankan hemodialisis memerlukan
konsultasi dengan ahli lain.
4. Terapi hemodialisis mempunyai perbaikan fungsi ginjal lebih cepat
dibanding terapi peritoneal dialisis.
5. Perlunya penanganan komplikasi pasien diabetes saat
hemodialisis untuk mencegah angka kematian.
5.2.SARAN Perlu penangan yang optimal pada pasien diabetes yang
menjalankan hemodialisis untuk mencegah komplikasi saat hemodialisis
yang dapat meningkatkan angka kematian.
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Gustaviani R. Diagnosis dan klasifikasi Diabetis Melitus. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam.Jilid III. Penerbit IPD FKUI.2006:1879-1881.
2. Enday Sukandar. Tinjauan Umum Nefropati diabetik. Nefrologi
Klinik.2006;3:325-399.
3. Suhardjono. Penyakit Ginjal Kronik adalh suatu wabah baru(global
epidemic) diseluruh dunia.Annual Meeting Perhimpunan nefrologi
Indonesia.2009:1-9.
4. Coresh J, Astor BC, Greene T. Prevalence of chronic kidney disease
and decreased kidney fungtion in the adult US population. Third
National Health and Nutrition Examination survey. Am.JKidney
Dis.2003;41:1-12.
5. Middleton RJ, Foley RN, Hegarty J. The unrecognized prevalence of
chronic kidney disease in diabetes. Nephrol Dial
Transplant.2006;21:88-92
6. Dikow R, Ritz E. Hemodialysis and CAPD in Type 1 and Type 2
Diabetic Patients with Endstage Renal Failure. The Kidney and
Hypertension in Diabetes Mellitus.2005;6:703-723.
7. Woredekal Y, Friedman EA. The use of dialysis in the treatment of
diabetic patients with end-stage renal disease. Management of
Diabetic Nephropathy.2005:268-281
8. Miles AM, Friedman EA. Complication of Dialysis in Diabetic
Patients. Complication of Dialysis.2000:697-704.
9. American Diabetes Association. Standards of Medical Care in
Diabetes. Diabetes Care.2008;31:529-533.
10. Horinek A, Misra M. Does residual renal fungtion decline more
rapidly in hemodyalisis than in peritonel dialysis.How good is the
Evidence advance in peritoneal dialysis.2004;20:137-140.
22
11. Tomita J, Kimura G, Inenaga T. Role of systolic blood pressure in
determining prognosis of hemodialyzed patient. American Journal of
Kidney disease.2009;25:405-412.
12. Tzamaloukas AH, Leekey DJ, Friedman EA. Diabetes. Hand book of
Dialysis.2007;4:490-507.
13. Mujais S, Ismail N. Complication during Hemodialysis. Clinical
Nephrology dialysis and transplantation.2002:1-38.
14. Daugirdas JT. Pathophysiology of dialysis hypotension. Am.J.Kidney
Dis.2001;4:11-17.
15. Sande FM, Koman JP, William VK.. Management of hypotension in
dialysis patients; Role of dyalisate temperature control. Saudi
J.Kidney Dis.2001;12:382-386.
16. Lewis JB. Diabetic Nephropathy. Clinical Nephrology dialysis and
tranplantasion.2002:1-14
17. Ronco C. Cruz DN. Hemodialysis.From Basic Research to clinical
Trials.2008
18. Dheenan C. Definition of Intradialytic Hypotension. Kidney
Int.2001;59:1175-1181.
19. Prakash S. Midodrine for Intradialytic Hypotension. Nephrol Dial
Tranplant.2004;19:2553-2558.
20. Fellnee S. Definition of Intradialytic Hypertension. Semin Dial. 2003
6:371-373.
21. Mees D. Cause and prevalence of Intradialytic Hypertension. Artif
Organs.2006;19:569-570.
22. Inrig JK.Crit-Line Intradialytic Monitoring Benefit (CLIMB) study.
Am J.Kidney Dis.2007;50:108-118.
23. Chen J.Dialyability of Antihypertension. Seminars in
Dialysis.2006;19:141-145.
24. Antonios H, Tzamaloukas H, Friedman EA. Diabetes. Handbook of
Dialysis.2007;3:453-465.
23
25. Ogrizovic S, Backus G, Mayer AF. The influence of different glucose
concentrations in haemodialysis solution on metabolism and blood
pressure stability in diabetic patients. Int.J. Artif
Organ.2001;12:863-869.
26. Ifudu O, Uribarri J, Rajwani I. Relation between interdialytic weight
gain, body weight and nutrition in hemodialysis patients. American
Journal of Nephrology.2002;22:363-368.
27. Ploumis S. Dimitrios P, Oreopoulos G. Management of diabetic end
stage renal disease with dialysis. The diabetic kidney.2007:453-467.
28. Dikow R, Ritz. Cardiovascular complications in the diabetic patients
with renal disease. Nephrol Dial transplant.2003;18:1993-1998.