Post on 28-Apr-2023
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Dengan menyebut nama Allah Yang MahaPengasih lagi
MahaPenyayang, segala puji bagi Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini. Tak lupa pula
shalawat dan salam kami junjungkan kepada Nabi Muhammad
SAW yang telah membawa kita dari zaman kegelapan hingga
zaman terang benderang dan diridhoi Allah SWT.
Alhamdulillah atas izin Allah yang Maha dari segala
Maha, kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami juga
mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen kami Erika
Amelia, S.E.,M.Si yang telah membimbing kami dalam
pembuatan makalah ini, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah tentang Musyarakah pada Maybank Syariah pada mata
kuliah Akuntansi Perbankan Syariah.
Tak ada gading yang tak retak, dalam pembuatan
makalah ini kami sebagai penulis menyadari masih banyak
kekurangan dan kesalahan baik dari segi pembahasan maupun
dari segi penulisan. Oleh karena itu, kami mengharapkan
saran maupun kritiknya sehingga dapat lebih baik lagi
dalam pembuatan makalah berikutnya.
1
Akhir kata, mudah-mudahan makalah ini dapat
bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi pihak-pihak yang
bersangkutan pada umumnya. Sebelum dan sesudahnya kami
ucapkan terima kasih.
Ciputat, 24 Juni 2015
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar 1
Daftar Isi
2
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang
3
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan 4
BAB II Pembahasan
A. Pengertian Musyarakah
5
2
B. Pengertian Musyarakah
11
C. Ayat Jurnal 12
BAB III Penutup
Kesimpulan
18
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Demi meningkatkan pertumbuhan pembiayaan, PT Bank
Maybank Syariah Indonesia (Maybank Syariah)
3
meluncurkan produk Musyarakah Mutanaqisah. Produk ini
merupakan fasilitas pembiayaan berjangka bagi
pelanggan korporasi dan komersial. Ibrahim Hassan,
Presiden Direktur PT Bank Maybank Syariah Indonesia,
menyebutkan bahwa bank harus mengeluarkan produk yang
kompetitif untuk meningkatkan pertumbuhan pembiayaan.
“Kompetitif dalam hal memberikan financial solution kepada
nasabah,” sebutnya. Dengan alasan itu, bank pun
melahirkan produk Musyarakah Mutanaqisah (MM).
Singkatnya, produk ini bisa diartikan sebagai
“berkurangnya kemitraan.” Bank bermitra dengan nasabah
dalam memperoleh suatu aset berdasarkan suatu
kesepakatan. Kemitraan terjalin, misalnya, karena
nasabah tidak mempunyai modal yang cukup untuk
memiliki aset. Lantas bank pun membeli aset dengan
porsi tertentu, nasabah juga melakukan hal yang sama.
Namun, bank tidak menggunakan aset tersebut. Aset
tersebut diserahkan kepada nasabah untuk dikelola. “Si
nasabah menyewa kepada bank seluruh aset tadi,” tambah
Jahaidi Harun, Head of Product Development PT Bank
Maybank Syariah Indonesia.
Pengelolaan aset tersebut tentu akan membuahkan
hasil. Hasilnya, lanjut Jahaidi, akan dibagi antara
4
bank dengan nasabah. Itu disebut dengan bagi hasil
antara bank dengan nasabah. “Jadi setiap bulan,
nasabah akan bayar kepada kita, satu, porsi sewa
kita. Kedua, nasabah akan membeli porsi bank tadi.
Setiap bulan nasabah akan membeli porsi kita (bank).
Ujungnya, porsi bank akan jadi nol,” jelas dia. “Jadi
konsepnya bukan jual beli, tapi perkongsian dan sewa,”
tegas Jahaidi. Ia pun menerangkan, produk MM ini tak
sekaku murabahah. Produk ini, misalkan, mempunyai
jangka waktu ‘perkongsian’ antara nasabah dengan bank
selama 5 tahun. Namun, nasabah ternyata kesulitan
membayar di tengah perjalanan. Maka waktu kemitraan
pun bisa diperpanjang sesuai kesepakatan, misalnya 7
tahun. “Kalau jual-beli nggak bisa begitu. Kalau janji
jual-beli 5 tahun, ya Anda harus bayar 5 tahun. Itu
rigid-nya murabahah,” tuturnya. Ditekankan Juhaidi,
dalam produk MM ini, bank mendapatkan marjin dari
hasil sewa. Hasil sewa bisa berubah seiring dengan
kondisi pasar. Ibrahim pun menambahkan, platform
pembiayaan tergantung pada legal landing limit (3L). Menurut
dia, setiap bank mempunyai 3L-nya masing-masing. Ini
berkaitan dengan modal bank. Ia bilang, menurut aturan
Bank Indonesia, maksimal pemberian pembiayaan kepada
nasabah adalah 25 persen dari modal bank. “Modal kami
5
sekarang hampir Rp 1 triliun, jadi kita kalau menurut
Peraturan Bank Indonesia, satu nasabah maksimalnya Rp
250 miliar.” “Ini (MM) more customer friendy, boleh
digunakan untuk pembiayaan (atau) pembelian aset,
boleh digunakan untuk investasi,” tutup Ibrahim.
(Ester Meryana).
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu akad Musyarakah ?
2. Bagaimana Karakteristik akuntansi Musyarakah ?
3. Bagaimana pencatatan akuntansi yang sesuai PSAK atau
PAPSI ?
C. Tujuan
1. Mengetahui definisi musyarakah
2. Mengetahui karakteristik akuntansi Musyarakah
3. Mengetahui pencatatan akuntansi yang sesuai PSAK
atau PAPSI
BAB II
PEMBAHASAN
6
A. Pengertian Musyarakah
1. Akad musyarakah dalam PSAK 106
Pernyataan PSAK No. 106 diterapkan untuk
entitas yang melakukan transaksi musyarakah. Dan
pernyataan ini tidak mencakup pengaturan perlakuan
akuntansi atas obligasi syariah (sukuk) yang
menggunakan akad musyarakah.
Musyarakah adalah akad kerja sama antara dua
pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, di mana
masing-masing pihak memberikan kontribusi dana
dengan ketentuan bahwa keuntungan dibagi berdasarkan
kesepakatan sedangkan kerugian berdasarkan porsi
kontribusi dana. Dana tersebut meliputi kas atau
asset nonkas yang diperkenankan oleh syariah.
Musyarakah permanen adalah musyarakah dengan
ketentuan bagian dana setiap mitra ditentukan sesuai
akad dan jumlahnya tetap hingga akhir masa akad.
Musyarakah menurun (musyarakah
mutanaqisha) adalah musyarakah dengan ketentuan
bagian dana salah satu mitra akan dialihkan secara
bertahap kepada mitra lainnya sehingga bagian
dananya akan menurun dan pada akhir masa akad mitra
7
lain tersebut akan menjadi pemilik penuh usaha
tersebut.
Mitra yang mengelola usaha musyarakah, baik
mengelola sendiri atau menunjuk pihak lain atas nama
mitra tersebut disebut mitra aktif, sedangkan Mitra
pasif adalah mitra yang tidak ikut mengelola usaha
musyarakah.
2. Karakteristik Akuntansi Musyarakah
Para mitra (syarik) bersama-sama menyediakan dana
untuk mendanai suatu usaha tertentu dalam
musyarakah, baik usha yang sudah berjalan maupun
yang baru.Investasi musyarakah dapat diberikan dalam
bentuk kas, setara kas, atau asset nonkas.setiap
mitra dapat meminta mitra lainnya untuk menyediakan
jaminan atas kelalaian atau kesalahan yang
disengaja.
Beberapa hal yang menunjukkan adanya kesalahan yang
disengaja adalah :
a. Pelanggaran terhadap akad, antara lain,
penyalahgunaan dana investasi, manipulasi biaya
dan pendapatan operasional; atau
b. Pelaksanaan yang tidak sesuai dengan prinsip
syariah.
8
Jika tidak terdapat kesepakatan antara pihak
yang bersengketa maka kesalahan yang disengaja harus
dibuktikan berdasarkan keputusan institusi yang
berwenang. Keuntungan usaha musyarakah dibagi di
antara para mitra secara proporsional sesuai dengan
dana yang disetorkan (baik berupa kas maupun asset
nonkas) atau sesuai nisbah yang disepakati oleh para
mitra. Sedangkan kerugian dibebankan secara
proporsional sesuai dengan dana yang disetorkan
(baik berupa kas maupun asset nonkas).
Bentuk keuntungan lebih tersebut dapat berupa
pemberian porsi keuntungan yang lebih besar dari
porsi danannya atau bentuk tambahan keuntungan
lainnya, dapat diperoleh jika mitra memberikan
kontribusi lebih dalam akad musyarokah.
Jumlah porsi dalam bagi hasil akad musyarokah
ditemtukan berdasarkan nisbah yang disepakati dari
hasil usaha yang diperoleh selama periode akad.
Pengelolamusyarakah mengadministrasikan
transaksi usaha yang terkait dengan
investasimusyarakah yang dikelola dalam catatan
akuntansi tersendiri.
3. Pengakuan dan Pengukuran
9
a. Akuntansi untuk mitra aktif
Pada saat akad
a. Investasi musyarakah diakui pada saat
penyerahan kas atau asset nonkas untuk usaha
musyarakah.
b. Pengukuran investasi musyarakah:
Dalam bentuk kas dinilai sebesar jumlah
yang diserahkan; dan
Dalam bentuk asset nonkas dinilai sebesar
nilai wajar dan jika terdapat selisih
antara nilai wajar dan nilai buku asset
nonkas, maka selisih tersebut diakui
sebagai selisih penilaian asset musyarakah
dalam ekuitas. Selisih penilaian asset
musyarakah tersebut diamortisasi selama
masa akad musyarakah.
c. Asset nonkas musyarakah yang telah dinilai
sebesar nilai wajar disusutkan dengan jumlah
penyusutan yang mencerminkan:
Penyusutan yang dihitung dengan model
biaya histroris, ditambah dengan;
Penyusutan atas kenaikan nilai asset
karena penilaian kembali saat penyerahan
asset nonkas untuk usaha musyarakah.
10
d. Jika proses penilaian pada nilai wajar
menghasilkan penurunan nilai asset, maka
penurunan nilai ini langsung diakui sebagai
kerugian. Asset nonkas musyarakah yang telah
dinilai sebesar nilai wajar disusutkan
berdasarkan nilai wajar yang baru.
e. Biaya yang terjadi akibat akad musyarakah
(misalnya, biaya studi kelayakan) tidak
dapat diakui sebagai investasi musyarakah
kecuali ada persetujuan dari seluruh mitra
musyarakah.
f. Penerimaan dana musyarakah dari mitra pasif
(misalnya, bank syariah) diakui sebagai
investasi musyarakah dan di sisi lain
sebagai dana syirkah temporer sebesar:
Dana dalam bentuk kas dinilai sebesar
jumlah yang diterima; dan Dana dalam
bentuk asset nonkas dinilai sebesar nilai
wajar dan disusutkan selama masa akad atau
selama umur ekonomis jika asset tersebut
tidak akan dikembalikan kepada mitra
pasif.
Selama akad
11
a. Bagian mitra aktif atas investasi musyarakah
dengan pengembalian dana mitra pasif di
akhir akad dinilai sebesar:
Jumlah kas yang diserahkan untuk usaha
musyarakah pada awal akad dikurangi dengan
kerugian (jika ada); atau
Nilai wajar asset musyarakah nonkas pada
saat penyerahan untuk usaha musyarakah
setelah dikurangi penyusutan dan kerugian
(jika ada).
b. Bagian mitra aktif atas investasi musyarakah
menurun dinilai sebesar jumlah kas atau
nilai wajar asset nonkas yang diserahkan
untuk usaha musyarakah pada awal akad
ditambah dengan jumlah dana syirkah temporer
yang telah dikembalikan kepada mitra pasif,
dan dikurangi kerugian (jika ada).
Akhir akad
Pada saat akad diakhiri, investasi musyarakah
yang belum dikembalikan kepada mitra pasif
diakui sebagai kewajiban.
Pengakuan hasil usaha
a. Pendapatan usaha musyarakah yang menjadi hak
mitra aktif diakui sebesar haknya sesuai
12
dengan kesepakatan atas pendapatan
usaha, pendapatan usaha untuk mitra pasif
diakui sebagai hak pihak mitra pasif atas
bagi hasil dan kewajiban.
b. Kerugian investasi musyarakah diakui sesuai
dengan porsi dana masing-masing mitra dan
mengurangi nilai asset musyarakah.
c. Jika kerugian akibat kelalaian atau
kesalahan mitra aktif, maka kerugian
tersebut ditanggung oleh mitra aktif.
d. Pengakuan pendapatan usaha musyarakah dapat
diketahui berdasarkan laporan bagi hasil
atas realisasi pendapatan usaha dari catatan
akuntansi mitra aktif yang dilakukan secara
terpisah.
b. Akuntansi untuk mitra pasif
Pada saat akad
a. Investasi musyarakah diakui pada saat
pembayaran kas atau penyerahan asset nonkas
kepada mitra aktif.
b. Pengukuran investasi musyarakah:
Dalam bentuk kas dinilai sebesar jumlah
yang dibayarkan; dan
13
Dalam bentuk asset nonkas dinilai sebesar
nilai wajar dan jika terdapat selisih
antara nilai wajar dan nilai tercatat
asset nonkas, maka selisih tersebut diakui
sebagai:
a) Keuntungan tanggungan dan diamortisasi
selama masa akad, atau
b) Kerugian pada saat terjadinya.
Investasi musyarakah nonkas yang diukur
dengan nilai wajar asset yang diserahkan
akan berkurang nilainya sebesar beban
penyusutan atas asset yang diserahkan,
dikurangi dengan amortisasi keuntungan
tangguhan (jika ada).
Biaya yang terjadi akibat akad musyarakah
(misalnya, biaya studi kelayakan) tidak
dapat diakui sebagai bagian investasi
musyarakah kecuali ada persetujuan dari
seluruh mitra.
Selama akad
a. Bagian mitra pasif atas investasi musyarakah
dengan pengembalian dana mitra pasif di
akhir akad dinilai sebesar:
14
Jumlah kas yang dibayarkan untuk usaha
musyarakah pada awal akad dikurangi dengan
kerugian (jika ada)
Nilai wajar asset musyarakah nonkas pada
saat penyerahan untuk usaha musyarakah
setelah dikurangi penyusutan dan kerugian
(jika ada).
b. Bagian mitra pasif atas investasi musyarakah
menurun dinilai sebesar jumlah kas yang
dibayarkan untuk usaha musyarakah pada awal
akad dikurangi jumlah pengembalian dari
mitra aktif dan kerugian (jika ada).
Akhir akad
Pada saat akad diakhiri, investasi musyarakah
yang belum dikembalikan oleh mitra aktif diakui
sebagai piutang.
Pengakuan Hasil Usaha
Pendapatan usaha investasi musyarakah diakui
sebesar bagian mitra pasif sesuai kesepakatan.
Sedangkan kerugian investasi musyarakah diakui
sesuai dengan porsi dana.
c. Penyajian
15
Mitra aktif menyajikan hal-hal sebagai berikut
yang terkait dengan usaha musyarakah dalam
laporan keuangan:
a. Kas atau asset nonkas yang disisihkan oleh
mitra aktif dan yang diterima dari mitra
pasif disajikan sebagai investasi
musyarakah;
b. Asset musyarakah yang diterima dari mitra
pasif disajikan sebagai unsur dana syirkah
temporer untuk;
c. Selisih penilaian asset musyarakah, bila
ada, disajikan sebagai unsur ekuitas.
Mitra pasif menyajikan hal-hal sebagai berikut
yang terkait dengan usaha musyarakah dalam
laporan keuangan:
a. Kas atau asset nonkas yang diserahkan kepada
mitra aktif disajikan sebagai investasi
musyarakah;
b. Keuntungan tangguhan dari selisih penilaian
asset nonkas yang diserahkan pada nilai
wajar disajikan sebagai pos lawan (contra
account)dari investasi musyarakah.
d. Pengungkapan
16
Mitra mengungkapkan hal – hal yang terkait
dengan transaksi musyarokah, tetapi tidak
terbatas pada:
a. Isi kesepakatan utama usaha musyarokah,
seperti porsi penyertaan, pembagian hasil
usaha, aktivitas usaha musyarokah, dan lain
– lain,
b. Pengelola usaha, jika tidak ada mitra aktif,
c. Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK No.
101 tentang penyajian laporan keuangan
syari’ah.
B. Musyarakah dalam MayBank Syariah
Demi meningkatkan pertumbuhan pembiayaan, PT Bank
Maybank Syariah Indonesia (Maybank Syariah)
meluncurkan produk Musyarakah Mutanaqisah. Produk ini
merupakan fasilitas pembiayaan berjangka bagi
pelanggan korporasi dan komersial. akad Musyarakah
mutanaqisah dapat mengamodasi kebutuhan pelanggan
untuk akuisisi modal, investasi dalam aset dan
membiayai kembali fasilitas yang ada dari bank
konvensional dan syariah. Musyarakah Mutanaqisah atau
"diminishing partnership" yang berarti pengurangan
kemitraan merupakan bentuk kerja sama antara dua pihak
atau lebih terhadap kepemilikan aset. Kerja sama
17
tersebut akan mengurangi hak kepemilikan salah satu
pihak sementara pihak yang lain akan bertambah hak
kepemilikannya. Perpindahan kepemilikan terjadi
melalui mekanisme pembayaran atas hak kepemilikan lain
dan berakhir dengan pengalihan hak salah satu pihak.
Bank dan nasabah berbagi hak kepemilikan diikuti
dengan pembayaran kepemilikan setiap bulannya.
C. Ayat Jurnal
Pencatatan yang dilakukan oleh Mitra Aktif atau
Pasif
1. Pengakuan Investasi Musyarakah
Pengakuan Inestasi musyarakah di akui pada saat
penyerahan kas atau aset non kas untuk usaha
musyarakah.
Pencatatan ketika mitra aktif mengeliarkan biaya pra
akad
Dr. Uang muka akad xxx
Cr. kas xxx
Apabila mitra lain sepakat biaya ini dianggap
sebagai bagian investasi musyarakah.
Dr. Investasi Musyarakah
xxx
Cr. Uang muka akad xxx
18
Apabila mitra lain tidak setuju biaya ini dianggap
sebagai bagian Investasi Musyarakah.
Dr. Beban Musyarakah xxx
Cr. Uang muka akad xxx
2. Pengukuran Investasi Musyarakah
Apabila Investasi dalam bentuk kas akan dinilai
sebesar jumlah yang diserahkan
Dr. Investasi Musyarakah
xxx
Cr. Kas xxx
Pencatatan Uang yang dilakukan jika nilai wajar
asset non kas yang diserahkan lebih besar dari nilai
buku, maka selisihnya akan dicatat dalam akun
selisih asset musyarakah
Dr. Investasi Musyarakah xxx
Dr. Akumulasi penyusutan xxx
Cr. Selisih Penilaian asset musyarakah
xxx
Cr. Asset non kas xxx
Pencatatan amortisasi selisih penilaian asset
musyarakah
Dr. Selisih penilaian asset musyarakah
xxx
Cr. Keuntungan xxx
19
Pencatatan yang dilakukan jika nilai wajar asset non
kas yang diserahkan lebih kecil dari nlai buku, maka
selisihnya dicatat sebagai kerugian
Dr. Investasi Musyarakah xxx
Dr. Akumulasi Penyusutan xxx
Dr. Kerugian penurunan nilai
xxx
Cr. Aset non kas xxx
Apabila investasi dalam bentuk asset non kas dan
diakhir akad akan di terima kembali maka atas asset
musyarakah di susunkan berdasarkan nilai wajar
tersebut
Dr. Beban Depresiasi xxx
Cr. Akumulasi depresiasi xxx
Apabila dari investasi musyarakah diperoleh
keuntungan
Dr. Kas/piutang xxx
Cr. Pendapatan investasi musyarakah
xxx
Apabila investasi yang dilakukan rugi
Dr. Kerugian xxx
Cr. Penyisihan kerugian xxx
3. Pada Akhir Akad
20
Apabila modal Investasi yang diserahkan berupa kas
jika ada kerugian
Dr. Kas xxx
Cr. Investasi Musyarakah xxx
Jika ada kerugian
Dr. Kas xxx
Dr. Penyisihan kerugian xxx
Cr. Investasi Musyarakah xxx
Apabila modal investasi berupa asset non kas dan
dikembalikan dalam bentuk asset non kas yang sama
pada akhir akad
Jika tidak ada kerugian
Dr. Asset non kas xxx
Cr. Investasi Musyarakah xxx
Jika ada kerugian
Dr. Asset non kas xxx
Cr. Investasi Musyarakah xxx
Apabila modal investasi berupa asset non kas, dan
dikembalikan dalam bentuk kas sebesar nilai wajar
ketika asset non kas diserahkan,
a. Jika tidak ada penyisihan kerugian dan penjualan
asset non kas menghasilkan keuntungan;
Dr. Kas xxx
21
Cr. Investasi Musyarakah
xxx
Cr. Keuntungan xxx
b. Jika ada penyisihan kerugian dan penjualan asset
non kas menghasilkan keuntungan;
Dr. Kas xxx
Dr. Penyisihan Kerugian xxx
Cr. Investasi Musyarakah
xxx
Cr. Keuntungan xxx
4. Pencatatan yang dilakukan oleh pengelola dana
a. Pengakuan Musyarakah
Penerimaan dana musarakah dari mitra pasif atau
mitra aktif diakui sebagai dana syirkah temporer
sebesar:
Jumlah yang diterima untuk penerimaan dalam
bentuk kas.
Dr. Kas xxx
Cr. Dana syirkah temporer
xxx
Dana syirkah temporer harus dipisahkan (dalam
bentuk sub ledger) antara dana yang berasal dari
mitra pasif.
22
Nilai wajar untuk penerimaan dalam bentuk asset
non kas.
Dr. Asset non kas xxx
Cr. dana syirkah temporer
xxx
Apabila di akhir akad asset non kas tidak
dikembalikan maka yang mencatat beban
depresiasi adalah usaha musyarakah atas dasar
nilai wajar dan disusutkan selama masa akad
atau selama unsur ekonomis.
Sedangkan jika dikembalikan, yang mencatat
beban depresiasi adalah mitra yang menyerahkan
asset non kas sebagai modal investasinya.
Dr. Beban depresiasi xxx
Cr. Akumulasi depresiasi
xxx
Pengelola akan mengakui pendapatan dan beban:
Dr. Kas/Piutang xxx
Cr. Pendapatan xxx
Dr. Beban xxx
Cr. Kas/utang xxx
b. Pengakuan Investasi Musyarakah
Pencatatan untuk pembagian laba untuk mitra aktif
atau pasif:
23
Dr. Beban bagi hasil xxx
Cr. Utang xxx
Pada saat pembagian laba tersebut dibagikan
Dr. Utang xxx
Cr. Kas xxx
Pada akhir periode, akun pendapatan yang belum
dibagikan dan beban bagi hasil ditutup
Dr. Pendapatan belum di bagi hasilkan xxx
Cr, Beban bagi hasil xxx
Jika pengelola mengakui adanya kerugian, jurnal
penutup:
Dr. Pendapatan xxx
Dr. Kerugian yang belum dialokasikan xxx
Cr. Beban xxx
Untuk pengakuan pendistribusian kerugian.
Dr. Penyisihan kerugian xxx
Cr. Kerugian yang belum dialokasikan
xxx
c. Pada Akhir Akad
Apabila dana investasi yang diserahkan kas.
Dr. Dana syirkah temporer xxx
Cr. Kas xxx
Cr. Penyisihan kerugian xxx
24
Apabila dana investasi yang diserahkan berupa
asset non kas, dan diakhir akad dikembalikan
Dr. Dana syirkah temporer xxx
Cr. Asset non kas xxx
Jika asset harus dikembalikan dan terjadi
kerugian maka ia menerima kas sebagai penutup
kerugian, jurnal:
Dr. Kas xxx
Cr. Penyisihan kerugian xxx
Ketika pelunasan, asumsi tidak ada penyisihan
kerugian
Dr. Dana syirkah temporer xxx
Cr. Kas xxx
Ketika pelunasan, asumsi ada penyisihan kerugian
Dr. Dana syirkah temporer xxx
Cr. Kas/kewajiban xxx
Cr. Penyisihan kerugian xxx
d. Penerapan Musyarakah Mutanaqisah Pada MayBank
Syariah
Jika kita mengambil rumah, misalnya harga rumah
RP. 100.000.000,-. Bank berkonstribusi Rp.
70.000.000,- dan nasabah Rp. 30.000.000,-. Karena
kedua belah pihak (bank dan nasabah) telah
berkongsi, bank memiliki 70% saham rumah,
25
sedangkan nasabah memiliki 30% kepemilikan rumah.
Dalam syariah Islam, barang milik perkongsian
bisa disewakan kepada siapa pun, termasuk kepada
anggota perkonsian itu sendiri, dalam hal ini
adalah nasabah.
Seandainya sewa yang dibayarkan penyewa (nasabah)
adalah rp. 1.000.000,- per bulan, pada
realisasinya Rp. 700.000,- akan menjadi milik
bank dan Rp. 300.000.,- merupakan bagian nasabah.
Akan tetapi, karena nasabah pada hakikatnya ingin
memiliki rumah itu, uang sejumlah Rp. 300.000,-
itu dijadikan sebagai pembelian saham dari porsi
bank. Dengan demikian, saham nasabah setiap bulan
akan semakin besar dan saham bank semakin kecil.
Pada akhirnya, nasabah akan memiliki 100% saham
dan bank tidak lagi memiliki saham atas rumah
tersebut. Itulah yang disebut denganpengkosian yang
mengecil atau musyarakah muntanaqishah atau disebut
juga dengan decreasing participation dari pihak bank.
e. Berikut analisis laporan keuangan Maybank Syariah
terhadap PAPSI 2013
A. Perlakuan Akuntansi Musyarakah
1. Pengakuan dan Pengukuran
26
Penulisan akuntansi telah sesuai berdasarkan
PAPSI dimana :
a. Pembiayaan Musyarakah dalam bentuk kas
diakui pada saat pencairan sebesar jumlah
uang yang diberikan Bank
b. Kerugian pembiayaan Musyarakah yang terjadi
selama masa akad diakui pada periode
terjadinya secara proporsional sesuai
dengan kontribusi modal sebagai Cadangan
Kerugian Penurunan Nilai pembiayaan
Musyarakah
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Sebagai Bank Umum Syariah, Maybank Syariah senantiasa
berupaya memastikan kepatuhan yang menyeluruh terhadap
prinsip-prinsip syariah dan peraturan perundang-undangan
yang berlaku agar seluruh kegiatan operasional bank
selalu berada dalam koridor prinsip kehati-hatian. Untuk
27
memastikan kepatuhan Bank terhadap ketentuan Bank
Indonesia dan peraturan perundang-undangan lainnya,
Maybank Syariah menunjuk satu orang Direktur Kepatuhan
yang dalam melaksanakan fungsi dan tanggung jawabnya
dibantu oleh Satuan Kerja Kepatuhan yang independen
terhadap satuan kerja operasional dan didukung oleh
personil yang memiliki pengetahuan dan/atau pemahaman
tentang operasional perbankan pada umumnya dan perbankan
syariah. Fungsi yang dijalankan oleh Satuan Kerja
Kepatuhan mencakup fungsi kepatuhan secara umum dan
kepatuhan syariah (Syariah Compliance). Untuk memastikan
kepatuhan pada prinsip syariah, Maybank Syariah juga
diperkuat oleh Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang bertugas
memberikan nasihat dan saran kepada Direksi serta
mengawasi kegiatan bank agar sesuai dengan prinsip
syariah yang tertuang dalam fatwa-fatwa Dewan Syariah
Nasional – Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI). Sepanjang
periode tahun 2014 Maybank Syariah telah
melakukan beberapa kegiatan untuk meningkatkan
efektifitas fungsi kepatuhan yaitu sebagai berikut:
a. Review berkala atas beberapa kebijakan dan prosedur
operasional serta penyusunan prosedur-prosedur baru
untuk mendukung operasional Bank.
28
b. Melaksanakan beberapa pelatihan/sosialisasi internal
baik yang bersifat refreshment maupun pengenalan
kebijakan, peraturan, dan prosedur baru baik yang
diterbitkan oleh otoritas pengaturan seperti OJK, BI,
PPATK, dan induk perusahaan (Maybank Group).
c. Melakukan diseminasi kepada satuan-satuan kerja
terkait peraturan-peraturan baru yang diterbitkan oleh
otoritas pengaturan seperti OJK dan BI khususnya
peraturan-peraturan yang berkaitan dengan kegiatan
operasional bank umum syariah.
d. Melakukan program/kegiatan untuk memastikan kepatuhan
secara umum maupun kepatuhan syariah (syariah compliance)
melalui kegiatan compliance independent check di unit-unit
tertentu dan syariah review atas beberapa produk dan
transaksi actual secara sampling.
29