Post on 31-Jan-2016
LAPORAN KASUS
PERIODONTITIS KRONIK E.C GANGREN PULPA
Diajukan sebagai salah satu persyaratan dalam menempuh
Program Pendidikan Profesi Dokter (PPPD)
Bagian Ilmu Kesehatan Gigi dan Mulut
RSISA Semarang – Puskesmas Pandanaran
Dosen Pembimbing:
Drg. Hj. Aning Susilowati
Oleh :
Yulia Utami Anggarani
012096051
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2015
1
BAB I
PENDAHULUAN
Periodontitis merupakan inflamasi jaringan periodontal yang ditandai dengan
migrasi epitel jungsional ke arah apical, kehilangan perlekatan tulang dan resorpsi tulang
alveolar.
Pada salah satu penelitian ditemukan bahwa hampIr 40% individu berusia 15 tahun
terlihat tanda-tanda kerusakan tulang alveolar tahap awal tetapi resorpsi tulang alveolar
ini umumnya reversible bila terjadi bersamaan dengan inflamasi ginggiva sebelum
terjadinya migrasi ke apical dari epithelium junction. prevalensi kedua pada kelompok
usia 9-25 tahun adalah 10-29% dan pada usia 45 tahun hamper 100% populasi sudah
pernah mengalami kerusakan periodontal. periodontitis kronis memiliki prevalensi hingga
40% pada populasi orang dewasa.
Periodontitis kronis adalah peradangan pada jaringan yang berjalan secara perlahan
(bentuk paling umum) atau sebagai penyakit agresif (peridontitis agresif) yang
menyebabkan hilangnya tulang selama waktu yang relative singkat. keparaan lanjut
peridontitis dapat menyebakan mobilitas gigi, nyeri sesekali dan ketidaknyamanan
(umumnya terkait dengan pembentukan abses), gangguan kemampuan untuk mengunyah
makanan dan kehilangan gigi ada akhirnya.
Interaksi biokimiawi-seluler menandai dimulainya proses (onset) penyakit yang
terkulminasi pada kerusakan jarinagn periodontal. periodontitis ditandai oleh adanya
pembentukan kantong-kantong periodontal yang patologis (pockets), bersama-sama
dengan terjadinya kerusakan serabut-serabut jaringan periodontal yang mengikatkan gigi
geligi pada tulang alveolar serta kerusakan dari bagian tulang alveolar itu sendiri. sekali
telah terjadi, periodontitis berjalan perlahan-lahan secara progresif dan bersifat destruktif
dengan periode eksaserbasi dan remisi. akibat dari kelaina ini gigi dapat tanggal dan
dalam bentuknya yang lebih berat penderita kehilangan seluruh gigi geliginya.
2
BAB II
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Tn. Habib
Umur : 55 tahun
Jenis kelamin : Pria
Alamat : Bergota, Randusari
Agama : Islam
Pekerjaan : Buruh
No. CM : 00.08852.900
Tanggal periksa: 12 Januari 2015
II. KELUHAN SUBYEKTIF / ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesa pada tanggal 12 Januari 2015 Jam
09.45 WIB
a. Keluhan utama
Gigi goyang
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluh gigi kiri bawah goyang kurang lebih sejak 2 minggu yang
lalu. Pasien juga merasa akhir – akhir bau mulutnya tidak enak. Pasien
mengaku giginya berlubang sejak 1 tahun yang lalu. Saat itu giginya juga
terasa nyeri hilang timbul jika makan makanan yang panas , dingin atau
asam. Pasien hanya membeli obat anti nyeri di warung. Lama kelamaan
nyeri hilang sehingga pasien tidak memeriksakan diri ke dokter gigi.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat Penyakit Gigi dan Mulut : Dahulu pasien pernah sakit gigi di
tempat yang sama tetapi tidak berobat ke dokter gigi
- Riwayat Penyakit Sistemik :
Riwayat hipertensi disangkal,
Riwayat DM disangkal,
Riwayat asma disangkal,
Riwayat alergi disangkal.
3
d. Riwayat Penyakit Keluarga
- Di keluarga tidak ada yang sakit seperti ini
e. Riwayat Sosial-Ekonomi
Pasien bekerja sebagai seorang buruh. Pasien berobat dengan menggunakan
BPJS PBI. Kesan ekonomi cukup.
III. PEMERIKSAAN OBYEKTIF
1. Keadaan Umum
a. Kesadaran : Compos Mentis
b. Keadaan Gizi : Cukup
c. Derajat sakit : -
2. Tanda Vital
a. Tekanan Darah : 110/ 80 mmHg
b. Nadi : 72 x/menit
c. RR : 20 x/menit
3. Ekstra Oral
a. Asimetris wajah : -
b. Tanda radang : -
c. Tepi rahang : basis mandibula teraba dengan palpasi, fluktuasi (-),
trismus (-)
4. Intra Oral
i. Gigi : ditemukan karies pada gigi 3.6
ii. Gingiva : tidak ada kelainan
iii. Mukosa : tidak ada kelainan
iv. Lidah : tidak ada kelainan
v. Palatum : tidak ada kelainan
5. Status lokalis
Nomenklatur WHO
1.8 1.7 1.6 1.5 1.4 1.3 1.2 1.1 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7 2.8
4.8 4.7 4.6 4.5 4.4 4.3 4.2 4.1 3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 3.6 3.7 3.8
Inspeksi : terdapat karies di 3.6, warna gigi kecoklatan
Sondage : Profunda, nyeri (-)
Perkusi : -
4
Tekanan : -
Palpasi : derajat goyang 3
IV. ORAL HYGIENE
Sedang
V. DIAGNOSA KELUHAN UTAMA
Periodontitis Kronis et causa Gangren Pulpa
VI. RENCANA TERAPI
Rujuk ke dokter gigi untuk pro ekstraksi gigi 3.6.
VII. PROGNOSIS
Ad Bonam
VIII. EDUKASI
Sikat gigi dua kali sehari, pada pagi hari setelah sarapan dan malam hari
sebelum tidur.
Pemakaian obat kumur anti bakteri untuk mengurangi pertumbuhan bakteri
dalam mulut,
Berhenti merokok
Lakukan kunjungan secara teratur ke dokter gigi setiap 6 bulan sekali untuk
kontrol rutin dan pembersih.
5
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. PERIODONTITIS
DEFINISI
Jaringan periodontal adalah jaringan yang mengelilingi gigi dan berfungsi
sebagai penyangga gigi, terdiri dari gingiva, sementum, ligamen periodontal dan
tulang alveolar.
Permulaan terjadinya kerusakan biasanya timbul pada saat plak bakterial
terbentuk pada mahkota gigi, meluas disekitarnya dan menerobos sulkus gingiva yang
nantinya akan merusak gingiva disekitarnya. Plak menghasilkan sejumlah zat yang
secara langsung atau tidak langsung terlibat dalam perkembangan penyakit
periodontal. Peradangan pada gingiva dan perkembangannya pada bagian tepi
permukaan gigi terjadi ketika koloni mikroorganisme berkembang.
Penyakit periodontal dibagi atas dua golongan yaitu gingivitis dan
periodontitis. Bentuk penyakit periodontal yang paling sering dijumpai adalah proses
inflamasi dan mempengaruhi jaringan lunak yang mengelilingi gigi tanpa adanya
kerusakan tulang, keadaan ini dikenal dengan Gingivitis. Apabila penyakit gingiva
tidak ditanggulangi sedini mungkin maka proses penyakit akan terus berkembang
mempengaruhi tulang alveolar, ligamen periodontal atau sementum, keadaan ini
disebut dengan Periodontitis.
ETIOLOGI
Faktor penyebab penyakit periodontal dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu
faktor lokal (ekstrinsik) dan faktor sistemik (intrinsik). Faktor lokal merupakan
penyebab yang berada pada lingkungan disekitar gigi, sedangkan faktor sistemik
dihubungkan dengan metabolisme dan kesehatan umum. Kerusakan tulang dalam
penyakit periodontal terutama disebabkan oleh faktor lokal yaitu inflamasi gingiva
dan trauma dari oklusi atau gabungan keduanya. Kerusakan yang disebabkan oleh
inflamasi gingiva mengakibatkan pengurangan ketinggian tulang alveolar, sedangkan
trauma dari oklusi menyebabkan hilangnya tulang alveolar pada sisi permukaan akar.
6
Faktor Lokal
1. Plak bakteri
2. Kalkulus
3. Impaksi makanan
4. Pernafasan mulut
5. Sifat fisik makanan
6. Iatrogenik Dentistry
7. Trauma dari oklusi
Faktor Sistemik
Respon jaringan terhadap bakteri, rangsangan kimia serta fisik dapat diperberat
oleh keadaan sistemik. Untuk metabolisme jaringan dibutuhkan material-material
seperti hormon, vitamin, nutrisi dan oksigen. Bila keseimbangan material ini
terganggu dapat mengakibatkan gangguan lokal yang berat. Gangguan keseimbangan
tersebut dapat berupa kurangnya materi yang dibutuhkan oleh sel-sel untuk
penyembuhan, sehingga iritasi lokal yang seharusnya dapat ditahan atau hanya
menyebabkan inflamasi ringan saja, dengan adanya gangguan keseimbangan tersebut
maka dapat memperberat atau menyebabkan kerusakan jaringan periodontal.
Faktor-faktor sistemik ini meliputi :
1. Demam yang tinggi
2. Defisiensi vitamin
3. Drugs atau pemakaian obat-obatan
4. Hormonal
GEJALA
Pasien dengan periodontitis kadang tidak merasakan rasa sakit ataupun gejala
lainnya. Biasanya tanda-tanda yang dapat diperhatikan adalah :
Gusi berdarah saat menyikat gigi
Gusi berwarna merah, bengkak, dan lunak.
Terlihat adanya bagian gusi yang turun dan menjauhi gigi.
Terdapat nanah di antara gigi dan gusi.
Gigi goyang.
7
Gejala yang didapat dari gangren pulpa sendiri bisa terjadi tanpa keluhan sakit,
dalam keadaan demikian terjadi perubahan warna gigi, dimana gigi menjadi
kecokelatan atau keabu-abuan. Pada gangren pulpa dapat disebut juga nonvital dimana
gigi tersebut tidak memberikan reaksi terhadap tes suhu dan pada lubang perforasi
tercium bau busuk. Namun, bila gangren pulpa disertai dengan periodontitis, maka
penderita dapat mengeluh nyeri disekitar gigi yang gangren, terutama saat diperkusi.
Nyeri yang dimaksudkan disini jelas disebabkan oleh gusi yang meradang, bukan
karena gigi yang masih vital. Bila gigi diperkusi dengan ujung sonde, maka
rangsangan getar dari gigi tersebut akan diteruskan ke gusi yang melekat dibawahnya
sehingga timbul nyeri.
Pemeriksaan Klinis:
Ekstra oral (E.O): tak ada kelainan
Intra oral (I.O): karies profunda/sisa akar
Periodontitis Akut Kronis
Sondase - -
Perkusi + -
Tekanan + -
Palpasi - +/-
Termal - -
PENCEGAHAN
Pencegahan penyakit periodontal merupakan kerja sama yang dilakukan oleh
dokter gigi, pasien dan personal pendukung. Pencegahan dilakukan dengan
memelihara gigi-gigi dan mencegah serangan serta kambuhnya penyakit. Pencegahan
dimulai pada jaringan periodontal yang sehat yang bertujuan untuk memelihara dan
mempertahankan kesehatan jaringan periodontal dengan mempergunakan teknik
sederhana dan dapat dipakai di seluruh dunia.
Umumnya penyakit periodontal dan kehilangan gigi dapat dicegah karena
penyakit ini disebabkan faktor-faktor lokal yang dapat ditemukan, dikoreksi dan
dikontrol. Sasaran yang ingin dicapai adalah mengontrol penyakit gigi untuk
mencegah perawatan yang lebih parah. Pencegahan penyakit periodontal meliputi
beberapa prosedur yang saling berhubungan satu sama lain yaitu :
8
1. Kontrol Plak
2. Profilaksis mulut
3. Pencegahan trauma dari oklusi
4. Pencegahan dengan tindakan sistemik
5. Pencegahan dengan prosedur ortodontik
6. Pencegahan dengan pendidikan kesehatan gigi masyarakat
7. Pencegahan kambuhnya penyakit
PENGOBATAN
Periodontitis apical umumnya disebabkan oleh adanya produk toksik yang
dihasilkan oleh bakteri yang ada di saluran akar, sehingga keberhasilan perawatan
tergantung pada eliminasi bakteri pada gigi yang bersangkutan. Pada gigi yang masih
dapat dipertahankan dapat dilakukan perwatan saluran akar. Sedangkan pada gigi yang
tidak dapat dilakukan restorasi maka harus dilakukan ekstraksi. Pada gigi yang
dirawat saluran akar perlu dilakukan evaluasi pada tahun pertama dan kedua untuk
memastikan apakah lesi bertambah besar atau telah sembuh.
Kegagalan proses penyembuhan bisanya disebabkan oleh beberapa hal, antara
lain :
berubah menjadi bentukan kista
kegagalan perawatan saluran akar
fraktur akar vertical
adanya penyakit periodontal.
9
B. GANGREN PULPA
DEFINISI
Gangren Pulpa adalah keadaan gigi dimana jarigan pulpa sudah mati sebagai
sistem pertahanan pulpa sudah tidak dapat menahan rangsangan sehingga jumlah sel
pulpa yang rusak menjadi semakin banyak dan menempati sebagian besar ruang
pulpa. Sel-sel pulpa yang rusak tersebut akan mati dan menjadi antigen sel-sel
sebagian besar pulpa yang masih hidup. Prosesterjadinya gangren pulpa diawali oleh
proses karies. Karies dentis adalah suatu penghancuranstruktur gigi (email, dentin dan
cementum) oleh aktivitas sel jasad renik (mikro-organisme)dalam dental plak. Jadi
proses karies hanya dapat terbentuk apabila terdapat 4 faktor yang saling tumpang
tindih.
Adapun faktor-faktor tersebut :
- Bakteri
- Karbohidrat makanan
- Kerentanaan permukaan gigi
- Waktu
Pembagian karies dentis menurut kedalamannya ( djuita, 1983).
- Karies superfisialis, yaitu kedalaman karies baru mengenai email saja (sampai
dentinoenamel junction), sedangkan dentin belum terkena.
- Karies media, yaitu sudah mengenai dentin, tetapi belum melebihi setengah
dentin.
- Karies profunda, yaitu karies yang sudah mengenai lebih dari setengah dentin dan
kadang-kadang sudah mengenai pulpa.
Perjalanan gangren pulpa dimulai dengan adanya karies yang mengenai email
(kariessuperfisialis), dimana terdapat lubang dangkal, tidak lebih dari 1mm.
selanjutnya proses berlanjutmenjadi karies pada dentin (karies media) yang disertai
dengan rasa nyeri yang spontan pada saat pulpa terangsang oleh suhu dingin atau
makanan yang manis dan segera hilang jika rangsangandihilangkan. Karies dentin
kemudian berlanjut menjadi karies pada pulpa yang didiagnosasebagai pulpitis. Pada
pulpitis terdapat lubang lebih dari 1mm. pada pulpitis terjadi peradangankamar pulpa
yang berisi saraf, pembuluh darah, dan pempuluh limfe, sehingga timbul rasa
nyeriyang hebat, jika proses karies berlanjut dan mencapai bagian yang lebih dalam
10
(karies profunda).Maka akan menyebabkan terjadinya gangrene pulpa yang ditandai
dengan perubahan warna gigiterlihat berwarna kecoklatan atau keabu-abuan, dan pada
lubang perforasi tersebut tercium bau busuk akibat dari proses pembusukan dari toksin
kuman.
ETIOLOGI
Etiologi dari gangren pulpa pada dasarnya dimulai oleh terjadinya karies, sedangkan
karies gigi disebabkan oleh 4 faktor/komponen yang saling berinteraksi yaitu:
Komponen dari gigi dan air ludah (saliva) yang meliputi : Komposisi gigi,
morphologi gigi, posisi gigi, Ph Saliva, Kuantitas saliva, kekentalan saliva
Komponen mikroorganisme yang ada dalam mulut yang mampu menghasilkan
asammelalui peragian yaitu ; Streptococcus, Laktobasillus, staphilococus
Komponen makanan, yang sangat berperan adalah makanan yang
mengandungkarbohidrat misalnya sukrosa dan glukosa yang dapat diragikan oleh
bakteri tertentu dan membentuk asam
Komponen waktu
PATOGENESIS
Patofisiologi Terjadinya Karies Dentis
a. Proses terjadinya karies menurut teori kimia parasit
Enzim dalam air ludah seperti amylase, maltose, akan mengubah polisakarida
menjadi glucose dan maltose. Glukosa akan menguraikan enzim – enzim yang
dikeluarkan olehmikroorganisme terutama laktobasilus dan streptokokus akan
menghasilkan asam susudan asam laktat, maka ph rendah dari susu akan merusak
bahan – bahan anorganik darienamel sehingga terbentuk lubang kecil,
predisposisi terjadinya kariesgigi :
a. keadaan gigi yang porus, lunak (hipoplasia)
b. adanya fisur-fisur yang dalam seperti foramen saekum
c. posisi gigi yang tidak teratur
d. wanita hami
e. penderita diabetes militus, rematik dan lain-lain
11
b. Teori endogen-pulpogene phospatase
Kerusakan pada pulpa keseimbangan fluor dan magnesium pada dentin
terganggu ( normal perbandingan fkour dan magnesium adalah 1:6, keadaan
karies 1:28) Gangguan penyerapan dentin Kerusakan dentin gangguan
aliran limpe dari pulpakearah batas email dentin, terbentuknya asam pospor lebih
banyak dentin dan lamella email rusak Terjadi lubang pada email bakteri
dan enzim phosphate dari air ludah masuk pembusukan
karies membesar.
c. Proses karies secara sederhana dapat digambarkan sebagai berikut
Makanan terutama karbohidrat diubah menjadi sukrosa, sehingga mudah
diserap oleh bakteri-bakteri pada plak, kemudian hasil olahan (sukrosa) diubah
bakteri menjadi asam.Karena sifat asam melarutkan mineral dari email
sehingga terjadi proses demineralisasiyaitu proses pelepasan kalsium ( Ca) dan
phospat (PO4) menyebabkan email kropos danakhirnya terjadi gigi berlubang.
Bagan patofisiologi terjadinya gangren pulpa
12
MANIFESTASI KLINIS
Gejala yang didapat dari pulpa yang gangrene bisa terjadi tanpa keluhan sakit,
dalamkeadaan demikian terjadi perubahan warna gigi, dimana gigi terlihat berwarna
kecoklatan ataukeabu-abuan. Pada gangrene pulpa dapat disebut juga gigi non vital
dimana pada gigi tersebutsudah tidak memberikan reaksi pada cavity test (tes dengan
panas atau dingin) dan pada lubang perforasi tercium bau busuk, gigi tersebut baru
akan memberikan rasa sakit apabila penderitaminum atau makan benda yang panas
yang menyebabkan pemuaian gas dalam rongga pulpatersebut yang menekan ujung
saraf akar gigi sebelahnya yang masih vital.
DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan objektif (extra oral dan intra
oral).Berdasarkan pemeriksaan klinis, secara objektif didapatkan :
Karies profunda (+)
Pemeriksaan sonde (-)
Pemeriksaan perkusi (-)
Pemeriksaan penciuman
Dengan menggunakan pinset, ambil kapas lalu sentuhkan pada gigi yang sakit
kemudian ciumkapasnya, hasilnya (+) akan tercium bau busuk dari mulut pasien
Pemeriksaan foto rontgen
Terlihat suatu karies yang besar dan dalam, dan terlihat juga rongga pulpa yang
telah terbuka dan jaringan periodontium memperlihatkan penebalan.
DIAGNOSA BANDING
Periodontitis merupakan komplikasi dari karies profunda non vitalis atau gangrene
pulpa, dimana pada pemeriksaan klinis ditemukan gigi non vital, sondase (-), dan
perkusi (+).
13
Untuk menentukan apakah pulpa masih dapat diselamatkan, bisa dilakukan beberapa
pengujian :
Diberi Rangsang Dingin
Rangsang dihentikan, nyeri hilang artinya pulpa sehat. Pulpa dipertahankan
denganmencabut bagian gigi yang membusuk dan menambalnya. Jika nyeri tetap,
meskipun rangsangnyeri sudah dihilangkan atau jika nyeri timbul secara spontan,
maka pulpa tidak dapat dipertahankan.
Penguji Pulpa Elektrik
Alat ini digunakan untuk menunjukkan apakah pulpa masih hidup, bukan
untuk menentukan apakah pulpa masih sehat, jika penderita merasakan aliran listrik
pada giginya, berarti pulpa masih hidup.
Mengetuk Gigi Dengan Sebuah Alat
Jika dengan pengetukan gigi timbul nyeri, berarti peradangan telah menyebar ke
jaringantulang dan sekitarnya
Rontgen Gigi
Dilakukan untuk mengetahui adanya pembusukan gigi dan menunjukkan
apakah penyebaran peradangan telah menyebabkan pengeroposan tulang disekitar
akar gigi.
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan gangrene pulpa :
1.Pembuangan jaringan caries
2.Pembukaan atap pulpa
3.Sterilisasi cavitas
4.Pemberian obat untuk jaringan pulpa (TKF, CHKM, chresophane atau rockle)
fletcer ataucavit.
Kemudian pasien disuruh datang kembali antara 4-7 hari. Prosedur ini dilakukan
minimal 2kalisehari dengan mengganti obat dalam pulpa.kalau masih ada bau
gangrene atau rasa sakit kalaugigi diperkusi, penggantian obat dilakukan berulang-
ulang sampai tidak ada rasa sakit lagi ketikagigi diperkusi. Setelah pulpa steril,
lakukan :
1.Sterilisasi cavitas
2.Pemberian obat mumifikasi (putrex atau iodoform pasta)
14
3.Zinc phospat cement
Kemudian pasien diinstruksikan kembali 1 minggu lagi. Sesudah pasien kembali
dilakukan :
1.Pembuangan sebagian dari zinc phospat cement
2.Preparasi cavitas
3.Tambalan tetap (amalgam atau silikat) tergantung keperluan, fungsi dan estetik
Penatalaksanaan gangrene pulpa dengan periodontitis :
1.Pembuangan jaringan caries
2.Pembukaan atap pulpa
3.Sterilisasi cavitas
4.Tutup dengan kapas (longgar)
5. pemberian antibiotic dan analgetik peroral dan intruksikan pasien kembali 3hari
lagi.
6.Sesudah pasien kembali dan gigi tidak sakit ketika diperkusi, perawatan
selanjutnyasama dengan perawatan gangen pulpa
15
Catatan : prosedur ini dilaksanakan kalau gigi masih memungkinkan untuk
dilakukan penambalan tetap.
Tindakan yang dilakukan pada gangrene pulpa jika tidak memungkinkan untuk
dilakukan penambalan tetap yaitu ekstraksi pada gigi yang sakit, karena pada kondisi
ini gigi akan menjadinon-vital (gigi mati) sehingga akan menjadi sumber infeksi
(fokal infeksi).
16
BAB IV
PEMBAHASAN
Pasien mengeluh gigi kiri bawah goyang kurang lebih sejak 2 minggu yang lalu.
Pasien juga merasa akhir – akhir bau mulutnya tidak enak. Pasien mengaku giginya
berlubang sejak 1 tahun yang lalu. Saat itu giginya juga terasa nyeri hilang timbul jika
makan makanan yang panas , dingin atau asam. Pasien hanya membeli obat anti nyeri di
warung. Lama kelamaan nyeri hilang sehingga pasien tidak memeriksakan diri ke dokter
gigi.
Dari pemeriksaan didapatkan karies pada gigi 3.6, sonde (-), perkusi (-), palpasi
(derajat goyang 3), tekanan (-).
Pada pemeriksaan subjektif dan objektif didapatkan abnormalitas, berupa :
- Pemeriksaan subjektif :
1. Rasa nyeri (-)
2. Pasien merasa akhir – akhir bau mulutnya tidak enak.
- Pemeriksaan objektif :
Gigi 3.6 :
Inspeksi : karies (+), warna kecoklatan
Sondage : profunda, nyeri (-)
Perkusi : nyeri (-)
Tekanan : nyeri (-)
Palpasi : goyang ( derajat 3)
Berdasarkan pemeriksaan subjektif, objektif, serta teori, menyebutkan adanya karies
dan deposit lain dalam sulcus gingival mendesak ke arah apical, sehingga membrane
periodontal putus dan timbul kantung periodontal yang semakin dalam, sehingga hubugan
cementum dan tulang alveolar terputus dan terjadi resorpsi tulang alveolar dan gigi goyang
kemudian dapat lepas. Maka dapat disimpulkan pasien tersebut pada gigi 3.6 ditemukan
periodontitis. Selain itu, pasien sudah tidak mengeluh nyeri tetapi dulunya pernah nyeri
satu tahun yang lalu maka pasien ini dapat termasuk Periodontitis Kronis. Periodontitis
Kronis tersebut didahului oleh timbulnya karies yang sudah tahap Gangren Pulpa .
Adapun rencana terapi yang diberikan adalah rujuk ke dokter gigi pro ekstraksi pada
gigi 3.6 .
17
BAB V
KESIMPULAN
Suatu keadaan dapat disebut periodontitis bila perlekatan jaringan periodontal
dengan gigi mengalami kerusakan. Selain itu tulang alveolar juga mengalami kerusakan.
Periodontitis dapat berkembang dari gingivitis yang tidak dirawat. Infeksi akan meluas
dari gusi kearah tulang dibawah gigi sehingga menyebabkan kerusakan yang lebih luas
pada jaringan periodontal.
Bila ini terjadi maka gusi akan mengalami penurunan sehingga akar permukaan akan
terlihat dan sensitivitas gigi terhadap panas dan dingin meningkat. Gigi juga dapat
mengalami kegoyangan karena adanya kerusakan tulang.
Pada pasien ini didapatkan periodontitis kronis pada gigi 3.6 yang disebabkan oleh
Gangren Pulpa. Tindakan yang dilakukan pada periodontitis yaitu dirujuk ke dokter gigi
pro ekstraksi pada gigi 3.6.
18
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim, 2010 , Periodontiti , dalam www.klikdokter.com.
2. BEM UNDIP, 2007, Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut, Semarang; Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro
3. ocw.usu.ac.id/course/.../kgm-427_slide_penyakit_periodontal.pdf
4. Panjaitan M. Etiologi Karies Gigi dan Penyakit Periodontal. Medan: Universitas Sumatra
Utara, 1995: 34-40.
5. Erfina I. Perawatan Periodontitis yang Disertai Trauma Karena Oklusi. Jurnal of dent
research 2004:9(2) : 110-4.
6. Pratiwi R. Diabetes Melitus dan Penyakit Periodontal. Jurnal of dent research 2004:
9(2) :127-30.
19