Post on 02-Dec-2015
description
PEMBAHASAN
1.1 Definisi Urinalisis
Urinalisis adalah analisa fisik, kimia, dan mikroskopik terhadap urine. Uji
urine rutin dilakukan pertama kali pada tahun 1821. Sampai saat ini, urine
diperiksa secara manual terhadap berbagai kandungannya, tetapi saat ini
digunakan berbagai strip reagen untuk melakukan skrining kimia dengan cepat.
Urinalisis berguna untuk mendiagnosa penyakit ginjal atau infeksisaluran kemih,
dan untuk mendeteksi adanya penyakit metabolic yang tidak berhubungan dengan
ginjal. Berbagai uji urinalisis rutin dilakukan seperti warna, tampilan, dan bau
urine diperiksa, serta pH, protein, keton, glukosa dan bilirubin diperiksa secara
strip reagen. Berat jenis diukur dengan urinometer, dan pemeriksaan mikroskopik
urine sedimen urine dilakukan untuk mendeteksi eritrosit, leukosit, epitel, kristal
dan bakteri.
1.2 Nilai Normal dan Abnormal Urinalisis
Urinalisis dapat digunakan untuk evaluasi gangguan fungsi ginjal, gangguan
fungsi hati, gangguan hematologi, infeksi saluran kemih dan diabetes mellitus.
Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan nilai normal hasil analisis urin yaitu:
Tabel 1.1 nilai normal urinalisis
Parameter Nilai normal
Berat jenis spesifik 1,001-1,035
Deskripsi Kekuning-kuningan, kuning
pH 4,5-8,5
Protein 0-terlacak (Tr);<50 mg/dL atau <0,5 mg/L
Glukosa Negative
Keton Negative
Darah Negative
Sedimen urin* *RBC, WBC, sel epitel, bakteri, Kristal
Pewarnaan gram’s Negative
a. Berat jenis spesifik (Specific gravity)
Urinalisis dapat dilakukan sewaktu atau pada pagi hari. Pemeriksaan
berat jenis urin dapat digunakan untuk mengevaluasi penyakit ginjal
pasien. Berat jenis normal adalah 1,001-1,030 dan menunjukkan
kemampuan pemekatan yang baik, hal ini dipengaruhi oleh status hidrasi
pasien dan konsentrasi urin. Berat jenis meningkat pada diabetes
(glukosuria), proteinuria > 2g/24 jam), radio kontras, manitol, dekstran,
diuretik. Nilai berat jenis menurun dengan meningkatnya umur (seiring
dengan menurunnya kemampuan ginjal memekatkan urin) dan preginjal
azotemia.
Berat jenis (yang berbanding lurus dengan osmolalitas urin yang
mengukur konsentrasi zat terlarut) mengukur kepadatan air seni serta
dipakai untuk menilai kemampuan ginjal untuk memekatkan dan
mengencerkan urin.
b. Warna urin
Warna urin dipengaruhi oleh konsentrasi, adanya obat, senyawa
eksogen dan endogen, dan pH. Berikut ini adalah interpretasi hasil analisis
warna urin yaitu:
Tabel 1.2 Analisa Berdasarkan Warna Urin
Warna Implikasi klinik
Merah coklat Hemoglobin, myoglobin, pigmen empedu, darah,
klorpromazin, haloperidol, rifampisin,
doksorubisin, fenitoin, ibuprofen.
Urin bersifat asam (karena metronidazol) atau
alkali (karena laksatif, metildopa)
Kuning merah
(merah tua)
sayuran, bit, fenazopiridin atau katartik
fenolftalein, ibuprofen, fenitoin, klorokuin
Biru-hijau pasien mengkonsumsi bit, bakteri Pseudomonas,
pigmen empedu, amitriptilin
Kuning-kecoklatan Primakulin, sulfametoksazol, bilirubin, urobilin
Hitam Alkaptonuria
Gelap porfiria, malignant melanoma (sangat jarang)
Keruh urat, fosfat atau sel darah putih (pyuria),
polymorphonuclear (PMNs), bakteriuria, obat
kontras radiografi
Berbusa protein atau asam empedu
c. pH urin (normal 5,0-7,5)
Dipengaruhi oleh diet dan vegetarian dimana asupan asam sangat
rendah sehingga membuat urin menjadi alkali. pH urin mempengaruhi
terbentuknya Kristal. Misalnya pada pH urin asam dan peningkatan
specific gravity akan mempermudah terbentuknya kristal asam urat.
1) PH alkalin disebabkan:
a) adanya organisme pengurai yang memproduksi protease seperti
proteus, Klebsiella atau E. coli
b) Ginjal tubular asidosis akibat terapi amfoterisin
c) Penyakit ginjal kronik
d) Intoksikasi salisilat
2) pH asam disebabkan karena
a) emfisema pulmonal
b) diare, dehidrasi
c) kelaparan (starvation)
d) asidosis diabetic
Filtrat glomerular plasma darah biasanya diasamkan oleh tubulus
ginjal dan saluran pengumpul dari pH 7,4 menjadi sekitar 6 di final urin.
Namun, tergantung pada status asam-basa, pH kemih dapat berkisar dari
4,5–8,0. pH bervariasi sepanjang hari, dipengaruhi oleh konsumsi
makanan; bersifat basa setelah makan, lalu menurun dan menjadi kurang
basa menjelang makan berikutnya. Urine pagi hari (bangun tidur) adalah
yang lebih asam. Obat-obatan tertentu dan penyakit gangguan
keseimbangan asam-basa jug adapt mempengaruhi pH urine.
Urine yang diperiksa haruslah segar, sebab bila disimpan terlalu lama,
maka pH akan berubah menjadi basa. Urine basa dapat memberi hasil
negatif atau tidak memadai terhadap albuminuria dan unsure-unsur
mikroskopik sedimen urine, seperti eritrosit, silinder yang akan mengalami
lisis. pH urine yang basa sepanjang hari kemungkinan oleh adanya infeksi.
Urine dengan pH yang selalu asam dapat menyebabkan terjadinya batu
asam urat.
Berikut ini adalah keadaan-keadaan yang dapat mempengaruhi pH
urine:
1) pH basa
Setelah makan, vegetarian, alkalosis sistemik, infeksi saluran kemih
(Proteus atau Pseudomonas menguraikan urea menjadi CO2 dan
ammonia), terapi alkalinisasi, asidosis tubulus ginjal, spesimen basi.
2) pH asam
Ketosis (diabetes, kelaparan, penyakit demam pada anak), asidosis
sistemik (kecuali pada gangguan fungsi tubulus, asidosis respiratorik
atau metabolic memicu pengasaman urine dan meningkatkan ekskresi
NH4+), terapi pengasaman.
d. Protein
Jumlah protein dapat dilacak pada pasien yang berdiri dalam periode
waktu yang panjang. Protein urin dihitung dari urin yang dikumpulkan
selama 24 jam. Proteinuria (dengan metode dipstick) : +1 = 100 mg/dL, +2
= 300 mg/dL, +4 = 1000 mg/dL. Dikatakan proteinuria bila lebih dari 300
mg/hari. Hasil positif palsu dapat terjadi pada pemakaian obat berikut
penisilin dosis tinggi, klorpromazin, tolbutamid, golongan sulfat.
Dapat memberikan hasil positif palsu bagi pasien dengan urin alkali.
Protein dalam urin dapat:
a) normal, menunjukkan peningkatan permeabilitas glomerular atau
gangguan tubular ginjal
b) abnormal, disebabkan multiple myeloma dan protein Bence-Jones.
Biasanya, hanya sebagian kecil protein plasma disaring di glomerulus
yang diserap oleh tubulus ginjal. Normal ekskresi protein urine biasanya
tidak melebihi 150 mg/24 jam atau 10 mg/dl dalam setiap satu spesimen.
Lebih dari 10 mg/ml didefinisikan sebagai proteinuria.
Sejumlah kecil protein dapat dideteksi dari individu sehat karena
perubahan fisiologis. Selama olah raga, stres atau diet yang tidak seimbang
dengan daging dapat menyebabkan protein dalam jumlah yang signifikan
muncul dalam urin. Pra-menstruasi dan mandi air panas juga dapat
menyebabkan jumlah protein tinggi.
Protein terdiri atas fraksi albumin dan globulin. Peningkatan ekskresi
albumin merupakan petanda yang sensitif untuk penyakit ginjal kronik
yang disebabkan karena penyakit glomeruler, diabetes mellitus, dan
hipertensi. Sedangkan peningkatan ekskresi globulin dengan berat molekul
rendah merupakan petanda yang sensitif untuk beberapa tipe penyakit
tubulointerstitiel.
e. Glukosa
Korelasi antara urin glukosa dengan glukosa serum berguna dalam
memonitor dan penyesuaian terapi antidiabetik. Kurang dari 0,1% dari
glukosa normal disaring oleh glomerulus muncul dalam urin (kurang dari
130 mg/24 jam). Glukosuria (kelebihan gula dalam urin) terjadi karena
nilai ambang ginjal terlampaui atau daya reabsorbsi tubulus yang
menurun. Glukosuria umumnya berarti diabetes mellitus. Namun,
glukosuria dapat terjadi tidak sejalan dengan peningkatan kadar glukosa
dalam darah, oleh karena itu glukosuria tidak selalu dapat dipakai untuk
menunjang diagnosis diabetes mellitus. Untuk pengukuran glukosa urine,
reagen strip diberi enzim glukosa oksidase (GOD), peroksidase (POD) dan
zat warna.
f. Bilirubin
Bilirubin yang dapat dijumpai dalam urine adalah bilirubin direk
(terkonjugasi), karena tidak terkait dengan albumin, sehingga mudah
difiltrasi oleh glomerulus dan diekskresikan ke dalam urine bila kadar
dalam darah meningkat. Bilirubinuria dijumpai pada ikterus parenkimatosa
(hepatitis infeksiosa, toksik hepar), ikterus obstruktif, kanker hati
(sekunder), CHF disertai ikterik.
g. Urobilinogen
Peningkatan ekskresi urobilinogen dalam urine terjadi bila fungsi
sel hepar menurun atau terdapat kelebihan urobilinogen dalam saluran
gastrointestinal yang melebehi batas kemampuan hepar untuk melakukan
rekskresi. Urobilinogen meninggi dijumpai pada : destruksi hemoglobin
berlebihan (ikterik hemolitika atau anemia hemolitik oleh sebab apapun),
kerusakan parenkim hepar (toksik hepar, hepatitis infeksiosa, sirosis hepar,
keganasan hepar), penyakit jantung dengan bendungan kronik, obstruksi
usus, mononukleosis infeksiosa, anemia sel sabit.
Urobilinogen urine menurun dijumpai pada ikterik obstruktif,
kanker pankreas, penyakit hati yang parah (jumlah empedu yang
dihasilkan hanya sedikit), penyakit inflamasi yang parah, kolelitiasis, diare
yang berat. Hasil positif juga dapat diperoleh setelah olahraga atau minum
atau dapat disebabkan oleh kelelahan atau sembelit. Orang yang sehat
dapat mengeluarkan sejumlah kecil urobilinogen.
h. Keton
Dapat ditemukan pada urin malnutrisi, pasien DM yang tidak
terkontrol, dan pecandu alkohol. Terjadi pada :
1) gangguan kondisi metabolik seperti: diabetes mellitus, ginjal
2) glikosuria,
3) peningkatan kondisi metabolik seperti: hipertiroidism, demam,
kehamilan dan menyusui
4) malnutrisi, diet kaya lemak
i. Sedimen
Tes ini memberikan gambaran adanya infeksi saluran kemih, batu
ginjal atas saluran kemih, nefritis, keganasan atau penyakit hati. Tidak ada
tipe urin cast tertentu yang patognomonik bagi gangguan penyakit ginjal
yang khusus, walaupun terdapat cast sel darah cast sel darah putih.
Sedimen urin dapat normal pada kondisi preginjal atau post ginjal dengan
minimal atau tanpa proteinuria.
Tabel 1.3 Analisa Berdasarkan Sedimen Urin
Sedimen urin Nilai normal
Cell cast Negative
White cell cast 1-5/hpf
RBC 0-3/hpf
Epitel 0-2/hpf
Bakteri <2/hpf atau 1000/mL
Kristal Negatif
Implikasi klinik :
1) Cell cast, menunjukkan acute tubular necrosis.
2) White cell cast, biasanya terjadi pada acute pyelonephritis atau
interstitial nephritis
3) Red cell cast, timbul pada glomerulonefritis akut
4) RBC, peningkatan nilai menunjukkan glomerulonefritis, vaskulitis,
obstruksi ginjal atau penyakit mikroemboli, atau proteinuria
5) WBC, peningkatan nilai menunjukkan penyakit ginjal dengan infl
amasi
6) Bakteri, pumlah bakteri > 105/mL menunjukkan adanya infeksi
saluran kemih.
7) Kristal, meliputi kristal kalsium oksalat, asam urat, amorf, triple
fosfat. Adanya kristal menunjukkan peningkatan asam urat dan asam
amino
Tabel 1.4 Analisis Berdasarkan Kristal Dalam Urin
Dilaporkan Normal + ++ +++ ++++
Eritrosit/LPK 0-3 4-8 8-30 Lebih dari 30 penuh
Leukosit/LPK 0-4 5-20 20-50 Lebih dari 50 Penuh
Silinder/Kristal/LPL 0-1 1-5 5-10 10-30 Lebih dari 30
Keterangan: khusus Kristal Ca-Oxalate : + masih dinyatakan normal;
++ dan +++ sudah dinyatakan abnormal
j. Darah (Blood)
Pemeriksaan dengan carik celup akan memberi hasil positif baik
untuk hematuria, hemoglobinuria, maupun mioglobinuria. Prinsip tes carik
celup ialah mendeteksi hemoglobin dengan pemakaian substrat
peroksidase serta aseptor oksigen. Eritrosit yang utuh dipecah menjadi
hemoglobin dengan adanya aktivitas peroksidase. Hal ini memungkinkan
hasil tidak sesuai dengan metode mikroskopik sedimen urine.
Hemoglobinuria sejati terjadi bila hemoglobin bebas dalam urine
yang disebabkan karena danya hemolisis intravaskuler. Hemolisis dalam
urine juga dapat terjadi karena urine encer, pH alkalis, urine didiamkan
lama dalam suhu kamar. Mioglobinuria terjadi bila mioglobin dilepaskan
ke dalam pembuluh darah akibat kerusakan otot, seperti otot jantung, otot
skeletal, juga sebagai akibat dari olah raga berlebihan, konvulsi.
Mioglobin memiliki berat molekul kecil sehingga mudah difiltrasi oleh
glomerulus dan diekskresi ke dalam urine.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium.
1) Hasil positif palsu dapat terjadi bila urine tercemar deterjen yang
mengandung hipoklorid atau peroksida, bila terdapat bakteriuria yang
mengandung peroksidase.
2) Hasil negatif palsu dapat terjadi bila urine mengandung vitamin C
dosis tinggi, pengawet formaldehid, nitrit konsentrasi tinggi, protein
konsentrasi tinggi, atau berat jenis sangat tinggi.
k. Nitrit
Di dalam urine orang normal terdapat nitrat sebagai hasil
metabolisme protein, yang kemudian jika terdapat bakteri dalam jumlah
yang signifikan dalam urin (Escherichia coli, Enterobakter, Citrobacter,
Klebsiella, Proteus) yang megandung enzim reduktase, akan mereduksi
nitrat menjadi nitrit. Hal ini terjadi bila urine telah berada dalam kandung
kemih minimal 4 jam. Hasil negative bukan berarti pasti tidak terdapat
bakteriuria sebab tidak semua jenis bakteri dapat membentuk nitrit, atau
urine memang tidak mengandung nitrat, atau urine berada dalam kandung
kemih kurang dari 4 jam. Disamping itu, pada keadaan tertentu, enzim
bakteri telah mereduksi nitrat menjadi nitrit, namun kemudian nitrit
berubah menjadi nitrogen.
Faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium :
1) Hasil positif palsu karena metabolisme bakteri in vitro apabila
pemeriksaan tertunda, urine merah oleh sebab apapun, pengaruh obat
(fenazopiridin).
2) Hasil negatif palsu terjadi karena diet vegetarian menghasilkan nitrat
dalam jumlah cukup banyak, terapi antibiotik mengubah metabolisme
bakteri, organism penginfeksi mungkin tidak mereduksi nitrat, kadar
asam askorbat tinggi, urine tidak dalam kandung kemih selama 4-6
jam, atau berat jenis urine tinggi.
l. Leukosit esterase
Lekosit netrofil mensekresi esterase yang dapat dideteksi secara
kimiawi. Hasil tes lekosit esterase positif mengindikasikan kehadiran sel-
sel lekosit (granulosit), baik secara utuh atau sebagai sel yang lisis.
Temuan laboratorium negatif palsu dapat terjadi bila kadar glukosa urine
tinggi (>500mg/dl), protein urine tinggi (>300mg/dl), berat jenis urine
tinggi, kadar asam oksalat tinggi, dan urine mengandung cephaloxin,
cephalothin, tetrasiklin. Temuan positif palsu pada penggunaan pengawet
formaldehid. Urine basi dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan.
DAFTAR PUSTAKA
Kemenkes RI. 2011. Pedoman Interpretasi Data Klinik. Jakarta: kemenkes RI
http://xa.yimg.com/kq/groups/19205602/2113109242/name/PEDOMAN
%2525252BINTERPRETASI%2525252BDATA%2525252BKLINIK.pdf
[diunduh pada tanggal 20 September 2013]
Sanuddin, Ozzar. Tanpa Tahun. Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spesimen.
http://ocw.usu.ac.id/course/download/1110000102-basic-biology-of-cell-
3/bbc313_slide_interpretasi_hasil_pemeriksaan_spesimen.pdf [Dinduh
pada tanggal 20 September 2013]