urinalisis pembahasan

16
PEMBAHASAN 1.1 Definisi Urinalisis Urinalisis adalah analisa fisik, kimia, dan mikroskopik terhadap urine. Uji urine rutin dilakukan pertama kali pada tahun 1821. Sampai saat ini, urine diperiksa secara manual terhadap berbagai kandungannya, tetapi saat ini digunakan berbagai strip reagen untuk melakukan skrining kimia dengan cepat. Urinalisis berguna untuk mendiagnosa penyakit ginjal atau infeksisaluran kemih, dan untuk mendeteksi adanya penyakit metabolic yang tidak berhubungan dengan ginjal. Berbagai uji urinalisis rutin dilakukan seperti warna, tampilan, dan bau urine diperiksa, serta pH, protein, keton, glukosa dan bilirubin diperiksa secara strip reagen. Berat jenis diukur dengan urinometer, dan pemeriksaan mikroskopik urine sedimen urine dilakukan untuk mendeteksi eritrosit, leukosit, epitel, kristal dan bakteri. 1.2 Nilai Normal dan Abnormal Urinalisis Urinalisis dapat digunakan untuk evaluasi gangguan fungsi ginjal, gangguan fungsi hati, gangguan hematologi, infeksi saluran kemih dan diabetes

description

keperawatan

Transcript of urinalisis pembahasan

Page 1: urinalisis pembahasan

PEMBAHASAN

1.1 Definisi Urinalisis

Urinalisis adalah analisa fisik, kimia, dan mikroskopik terhadap urine. Uji

urine rutin dilakukan pertama kali pada tahun 1821. Sampai saat ini, urine

diperiksa secara manual terhadap berbagai kandungannya, tetapi saat ini

digunakan berbagai strip reagen untuk melakukan skrining kimia dengan cepat.

Urinalisis berguna untuk mendiagnosa penyakit ginjal atau infeksisaluran kemih,

dan untuk mendeteksi adanya penyakit metabolic yang tidak berhubungan dengan

ginjal. Berbagai uji urinalisis rutin dilakukan seperti warna, tampilan, dan bau

urine diperiksa, serta pH, protein, keton, glukosa dan bilirubin diperiksa secara

strip reagen. Berat jenis diukur dengan urinometer, dan pemeriksaan mikroskopik

urine sedimen urine dilakukan untuk mendeteksi eritrosit, leukosit, epitel, kristal

dan bakteri.

1.2 Nilai Normal dan Abnormal Urinalisis

Urinalisis dapat digunakan untuk evaluasi gangguan fungsi ginjal, gangguan

fungsi hati, gangguan hematologi, infeksi saluran kemih dan diabetes mellitus.

Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan nilai normal hasil analisis urin yaitu:

Tabel 1.1 nilai normal urinalisis

Parameter Nilai normal

Berat jenis spesifik 1,001-1,035

Deskripsi Kekuning-kuningan, kuning

pH 4,5-8,5

Protein 0-terlacak (Tr);<50 mg/dL atau <0,5 mg/L

Glukosa Negative

Keton Negative

Darah Negative

Sedimen urin* *RBC, WBC, sel epitel, bakteri, Kristal

Pewarnaan gram’s Negative

Page 2: urinalisis pembahasan

a. Berat jenis spesifik (Specific gravity)

Urinalisis dapat dilakukan sewaktu atau pada pagi hari. Pemeriksaan

berat jenis urin dapat digunakan untuk mengevaluasi penyakit ginjal

pasien. Berat jenis normal adalah 1,001-1,030 dan menunjukkan

kemampuan pemekatan yang baik, hal ini dipengaruhi oleh status hidrasi

pasien dan konsentrasi urin. Berat jenis meningkat pada diabetes

(glukosuria), proteinuria > 2g/24 jam), radio kontras, manitol, dekstran,

diuretik. Nilai berat jenis menurun dengan meningkatnya umur (seiring

dengan menurunnya kemampuan ginjal memekatkan urin) dan preginjal

azotemia.

Berat jenis (yang berbanding lurus dengan osmolalitas urin yang

mengukur konsentrasi zat terlarut) mengukur kepadatan air seni serta

dipakai untuk menilai kemampuan ginjal untuk memekatkan dan

mengencerkan urin.

b. Warna urin

Warna urin dipengaruhi oleh konsentrasi, adanya obat, senyawa

eksogen dan endogen, dan pH. Berikut ini adalah interpretasi hasil analisis

warna urin yaitu:

Tabel 1.2 Analisa Berdasarkan Warna Urin

Warna Implikasi klinik

Merah coklat Hemoglobin, myoglobin, pigmen empedu, darah,

klorpromazin, haloperidol, rifampisin,

doksorubisin, fenitoin, ibuprofen.

Urin bersifat asam (karena metronidazol) atau

alkali (karena laksatif, metildopa)

Kuning merah

(merah tua)

sayuran, bit, fenazopiridin atau katartik

fenolftalein, ibuprofen, fenitoin, klorokuin

Biru-hijau pasien mengkonsumsi bit, bakteri Pseudomonas,

pigmen empedu, amitriptilin

Kuning-kecoklatan Primakulin, sulfametoksazol, bilirubin, urobilin

Hitam Alkaptonuria

Page 3: urinalisis pembahasan

Gelap porfiria, malignant melanoma (sangat jarang)

Keruh urat, fosfat atau sel darah putih (pyuria),

polymorphonuclear (PMNs), bakteriuria, obat

kontras radiografi

Berbusa protein atau asam empedu

c. pH urin (normal 5,0-7,5)

Dipengaruhi oleh diet dan vegetarian dimana asupan asam sangat

rendah sehingga membuat urin menjadi alkali. pH urin mempengaruhi

terbentuknya Kristal. Misalnya pada pH urin asam dan peningkatan

specific gravity akan mempermudah terbentuknya kristal asam urat.

1) PH alkalin disebabkan:

a) adanya organisme pengurai yang memproduksi protease seperti

proteus, Klebsiella atau E. coli

b) Ginjal tubular asidosis akibat terapi amfoterisin

c) Penyakit ginjal kronik

d) Intoksikasi salisilat

2) pH asam disebabkan karena

a) emfisema pulmonal

b) diare, dehidrasi

c) kelaparan (starvation)

d) asidosis diabetic

Filtrat glomerular plasma darah biasanya diasamkan oleh tubulus

ginjal dan saluran pengumpul dari pH 7,4 menjadi sekitar 6 di final urin.

Namun, tergantung pada status asam-basa, pH kemih dapat berkisar dari

4,5–8,0. pH bervariasi sepanjang hari, dipengaruhi oleh konsumsi

makanan; bersifat basa setelah makan, lalu menurun dan menjadi kurang

basa menjelang makan berikutnya. Urine pagi hari (bangun tidur) adalah

yang lebih asam. Obat-obatan tertentu dan penyakit gangguan

keseimbangan asam-basa jug adapt mempengaruhi pH urine.

Page 4: urinalisis pembahasan

Urine yang diperiksa haruslah segar, sebab bila disimpan terlalu lama,

maka pH akan berubah menjadi basa. Urine basa dapat memberi hasil

negatif atau tidak memadai terhadap albuminuria dan unsure-unsur

mikroskopik sedimen urine, seperti eritrosit, silinder yang akan mengalami

lisis. pH urine yang basa sepanjang hari kemungkinan oleh adanya infeksi.

Urine dengan pH yang selalu asam dapat menyebabkan terjadinya batu

asam urat.

Berikut ini adalah keadaan-keadaan yang dapat mempengaruhi pH

urine:

1) pH basa

Setelah makan, vegetarian, alkalosis sistemik, infeksi saluran kemih

(Proteus atau Pseudomonas menguraikan urea menjadi CO2 dan

ammonia), terapi alkalinisasi, asidosis tubulus ginjal, spesimen basi.

2) pH asam

Ketosis (diabetes, kelaparan, penyakit demam pada anak), asidosis

sistemik (kecuali pada gangguan fungsi tubulus, asidosis respiratorik

atau metabolic memicu pengasaman urine dan meningkatkan ekskresi

NH4+), terapi pengasaman.

d. Protein

Jumlah protein dapat dilacak pada pasien yang berdiri dalam periode

waktu yang panjang. Protein urin dihitung dari urin yang dikumpulkan

selama 24 jam. Proteinuria (dengan metode dipstick) : +1 = 100 mg/dL, +2

= 300 mg/dL, +4 = 1000 mg/dL. Dikatakan proteinuria bila lebih dari 300

mg/hari. Hasil positif palsu dapat terjadi pada pemakaian obat berikut

penisilin dosis tinggi, klorpromazin, tolbutamid, golongan sulfat.

Dapat memberikan hasil positif palsu bagi pasien dengan urin alkali.

Protein dalam urin dapat:

a) normal, menunjukkan peningkatan permeabilitas glomerular atau

gangguan tubular ginjal

b) abnormal, disebabkan multiple myeloma dan protein Bence-Jones.

Page 5: urinalisis pembahasan

Biasanya, hanya sebagian kecil protein plasma disaring di glomerulus

yang diserap oleh tubulus ginjal. Normal ekskresi protein urine biasanya

tidak melebihi 150 mg/24 jam atau 10 mg/dl dalam setiap satu spesimen.

Lebih dari 10 mg/ml didefinisikan sebagai proteinuria.

Sejumlah kecil protein dapat dideteksi dari individu sehat karena

perubahan fisiologis. Selama olah raga, stres atau diet yang tidak seimbang

dengan daging dapat menyebabkan protein dalam jumlah yang signifikan

muncul dalam urin. Pra-menstruasi dan mandi air panas juga dapat

menyebabkan jumlah protein tinggi.

Protein terdiri atas fraksi albumin dan globulin. Peningkatan ekskresi

albumin merupakan petanda yang sensitif untuk penyakit ginjal kronik

yang disebabkan karena penyakit glomeruler, diabetes mellitus, dan

hipertensi. Sedangkan peningkatan ekskresi globulin dengan berat molekul

rendah merupakan petanda yang sensitif untuk beberapa tipe penyakit

tubulointerstitiel.

e. Glukosa

Korelasi antara urin glukosa dengan glukosa serum berguna dalam

memonitor dan penyesuaian terapi antidiabetik. Kurang dari 0,1% dari

glukosa normal disaring oleh glomerulus muncul dalam urin (kurang dari

130 mg/24 jam). Glukosuria (kelebihan gula dalam urin) terjadi karena

nilai ambang ginjal terlampaui atau daya reabsorbsi tubulus yang

menurun. Glukosuria umumnya berarti diabetes mellitus. Namun,

glukosuria dapat terjadi tidak sejalan dengan peningkatan kadar glukosa

dalam darah, oleh karena itu glukosuria tidak selalu dapat dipakai untuk

menunjang diagnosis diabetes mellitus. Untuk pengukuran glukosa urine,

reagen strip diberi enzim glukosa oksidase (GOD), peroksidase (POD) dan

zat warna.

f. Bilirubin

Bilirubin yang dapat dijumpai dalam urine adalah bilirubin direk

(terkonjugasi), karena tidak terkait dengan albumin, sehingga mudah

Page 6: urinalisis pembahasan

difiltrasi oleh glomerulus dan diekskresikan ke dalam urine bila kadar

dalam darah meningkat. Bilirubinuria dijumpai pada ikterus parenkimatosa

(hepatitis infeksiosa, toksik hepar), ikterus obstruktif, kanker hati

(sekunder), CHF disertai ikterik.

g. Urobilinogen

Peningkatan ekskresi urobilinogen dalam urine terjadi bila fungsi

sel hepar menurun atau terdapat kelebihan urobilinogen dalam saluran

gastrointestinal yang melebehi batas kemampuan hepar untuk melakukan

rekskresi. Urobilinogen meninggi dijumpai pada : destruksi hemoglobin

berlebihan (ikterik hemolitika atau anemia hemolitik oleh sebab apapun),

kerusakan parenkim hepar (toksik hepar, hepatitis infeksiosa, sirosis hepar,

keganasan hepar), penyakit jantung dengan bendungan kronik, obstruksi

usus, mononukleosis infeksiosa, anemia sel sabit.

Urobilinogen urine menurun dijumpai pada ikterik obstruktif,

kanker pankreas, penyakit hati yang parah (jumlah empedu yang

dihasilkan hanya sedikit), penyakit inflamasi yang parah, kolelitiasis, diare

yang berat. Hasil positif juga dapat diperoleh setelah olahraga atau minum

atau dapat disebabkan oleh kelelahan atau sembelit. Orang yang sehat

dapat mengeluarkan sejumlah kecil urobilinogen.

h. Keton

Dapat ditemukan pada urin malnutrisi, pasien DM yang tidak

terkontrol, dan pecandu alkohol. Terjadi pada :

1) gangguan kondisi metabolik seperti: diabetes mellitus, ginjal

2) glikosuria,

3) peningkatan kondisi metabolik seperti: hipertiroidism, demam,

kehamilan dan menyusui

4) malnutrisi, diet kaya lemak

i. Sedimen

Tes ini memberikan gambaran adanya infeksi saluran kemih, batu

ginjal atas saluran kemih, nefritis, keganasan atau penyakit hati. Tidak ada

tipe urin cast tertentu yang patognomonik bagi gangguan penyakit ginjal

Page 7: urinalisis pembahasan

yang khusus, walaupun terdapat cast sel darah cast sel darah putih.

Sedimen urin dapat normal pada kondisi preginjal atau post ginjal dengan

minimal atau tanpa proteinuria.

Tabel 1.3 Analisa Berdasarkan Sedimen Urin

Sedimen urin Nilai normal

Cell cast Negative

White cell cast 1-5/hpf

RBC 0-3/hpf

Epitel 0-2/hpf

Bakteri <2/hpf atau 1000/mL

Kristal Negatif

Implikasi klinik :

1) Cell cast, menunjukkan acute tubular necrosis.

2) White cell cast, biasanya terjadi pada acute pyelonephritis atau

interstitial nephritis

3) Red cell cast, timbul pada glomerulonefritis akut

4) RBC, peningkatan nilai menunjukkan glomerulonefritis, vaskulitis,

obstruksi ginjal atau penyakit mikroemboli, atau proteinuria

5) WBC, peningkatan nilai menunjukkan penyakit ginjal dengan infl

amasi

6) Bakteri, pumlah bakteri > 105/mL menunjukkan adanya infeksi

saluran kemih.

7) Kristal, meliputi kristal kalsium oksalat, asam urat, amorf, triple

fosfat. Adanya kristal menunjukkan peningkatan asam urat dan asam

amino

Tabel 1.4 Analisis Berdasarkan Kristal Dalam Urin

Dilaporkan Normal + ++ +++ ++++

Eritrosit/LPK 0-3 4-8 8-30 Lebih dari 30 penuh

Page 8: urinalisis pembahasan

Leukosit/LPK 0-4 5-20 20-50 Lebih dari 50 Penuh

Silinder/Kristal/LPL 0-1 1-5 5-10 10-30 Lebih dari 30

Keterangan: khusus Kristal Ca-Oxalate : + masih dinyatakan normal;

++ dan +++ sudah dinyatakan abnormal

j. Darah (Blood)

Pemeriksaan dengan carik celup akan memberi hasil positif baik

untuk hematuria, hemoglobinuria, maupun mioglobinuria. Prinsip tes carik

celup ialah mendeteksi hemoglobin dengan pemakaian substrat

peroksidase serta aseptor oksigen. Eritrosit yang utuh dipecah menjadi

hemoglobin dengan adanya aktivitas peroksidase. Hal ini memungkinkan

hasil tidak sesuai dengan metode mikroskopik sedimen urine.

Hemoglobinuria sejati terjadi bila hemoglobin bebas dalam urine

yang disebabkan karena danya hemolisis intravaskuler. Hemolisis dalam

urine juga dapat terjadi karena urine encer, pH alkalis, urine didiamkan

lama dalam suhu kamar. Mioglobinuria terjadi bila mioglobin dilepaskan

ke dalam pembuluh darah akibat kerusakan otot, seperti otot jantung, otot

skeletal, juga sebagai akibat dari olah raga berlebihan, konvulsi.

Mioglobin memiliki berat molekul kecil sehingga mudah difiltrasi oleh

glomerulus dan diekskresi ke dalam urine.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium.

1) Hasil positif palsu dapat terjadi bila urine tercemar deterjen yang

mengandung hipoklorid atau peroksida, bila terdapat bakteriuria yang

mengandung peroksidase.

2) Hasil negatif palsu dapat terjadi bila urine mengandung vitamin C

dosis tinggi, pengawet formaldehid, nitrit konsentrasi tinggi, protein

konsentrasi tinggi, atau berat jenis sangat tinggi.

k. Nitrit

Page 9: urinalisis pembahasan

Di dalam urine orang normal terdapat nitrat sebagai hasil

metabolisme protein, yang kemudian jika terdapat bakteri dalam jumlah

yang signifikan dalam urin (Escherichia coli, Enterobakter, Citrobacter,

Klebsiella, Proteus) yang megandung enzim reduktase, akan mereduksi

nitrat menjadi nitrit. Hal ini terjadi bila urine telah berada dalam kandung

kemih minimal 4 jam. Hasil negative bukan berarti pasti tidak terdapat

bakteriuria sebab tidak semua jenis bakteri dapat membentuk nitrit, atau

urine memang tidak mengandung nitrat, atau urine berada dalam kandung

kemih kurang dari 4 jam. Disamping itu, pada keadaan tertentu, enzim

bakteri telah mereduksi nitrat menjadi nitrit, namun kemudian nitrit

berubah menjadi nitrogen.

Faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium :

1) Hasil positif palsu karena metabolisme bakteri in vitro apabila

pemeriksaan tertunda, urine merah oleh sebab apapun, pengaruh obat

(fenazopiridin).

2) Hasil negatif palsu terjadi karena diet vegetarian menghasilkan nitrat

dalam jumlah cukup banyak, terapi antibiotik mengubah metabolisme

bakteri, organism penginfeksi mungkin tidak mereduksi nitrat, kadar

asam askorbat tinggi, urine tidak dalam kandung kemih selama 4-6

jam, atau berat jenis urine tinggi.

l. Leukosit esterase

Lekosit netrofil mensekresi esterase yang dapat dideteksi secara

kimiawi. Hasil tes lekosit esterase positif mengindikasikan kehadiran sel-

sel lekosit (granulosit), baik secara utuh atau sebagai sel yang lisis.

Temuan laboratorium negatif palsu dapat terjadi bila kadar glukosa urine

tinggi (>500mg/dl), protein urine tinggi (>300mg/dl), berat jenis urine

tinggi, kadar asam oksalat tinggi, dan urine mengandung cephaloxin,

cephalothin, tetrasiklin. Temuan positif palsu pada penggunaan pengawet

formaldehid. Urine basi dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan.

Page 10: urinalisis pembahasan

DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes RI. 2011. Pedoman Interpretasi Data Klinik. Jakarta: kemenkes RI

http://xa.yimg.com/kq/groups/19205602/2113109242/name/PEDOMAN

%2525252BINTERPRETASI%2525252BDATA%2525252BKLINIK.pdf

[diunduh pada tanggal 20 September 2013]

Sanuddin, Ozzar. Tanpa Tahun. Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spesimen.

http://ocw.usu.ac.id/course/download/1110000102-basic-biology-of-cell-

3/bbc313_slide_interpretasi_hasil_pemeriksaan_spesimen.pdf [Dinduh

pada tanggal 20 September 2013]