MAKALAH Urinalisis UUndourologi

19
1 Analisa Urinalis dan Endurologi Nama Kelompok : 1 Noveliana Naben 2 Martelda Anunut 3 Yayan Afriska 4 Theresia O Kheran 5 Dwi S Wijaya 6 Alexandre D Saliva Prodi Ilmu Keperawatan S1 Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kadiri

description

Urinalisis UUndourologi

Transcript of MAKALAH Urinalisis UUndourologi

  • 1

    Analisa Urinalis dan Endurologi

    Nama Kelompok :

    1 Noveliana Naben

    2 Martelda Anunut

    3 Yayan Afriska

    4 Theresia O Kheran

    5 Dwi S Wijaya

    6 Alexandre D Saliva

    Prodi Ilmu Keperawatan S1

    Fakultas Ilmu Kesehatan

    Universitas Kadiri

  • 2

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Urinalisa adalah suatu metode untuk mendapatkan bahan bahan atau zat zat yang

    dimungkinkan terkandung di dalam urine, dan juga untuk melihat kelainan pada urine.

    Urinalisis adalah tes yang dilakukan pada sampel urin pasien untuk tujuan

    diagnosis infeksi saluran kemih, batu ginjal, skrining dan evaluasi berbagai jenis penyakit

    ginjal, memantau perkembangan penyakit seperti diabetes melitus dan tekanan darah tinggi

    (hipertensi), dan skrining terhadap status kesehatan umum.

    Sedangkan Tindakan endourologi adalah tindakan invasive minimal untuk

    mengeluarkan batu saluran kemih yang terdiri atas memecah batu, dan kemudian

    mengeluarkanya dari saluran kemih melalui alat yang dimasukkan langsung kedalam saluran

    kemih. Alat itu dimasukkan melalui uretra atau melalui insisi kecil pada kulit (perkutan).

    Probe pemecahan batu dapat dilakukan secara mekanik, dengan memakai energi hiraulik,

    energi gelombang suara, atau dengan energi laser.

    1.2 Rumusan Masalah

    1. Apa pengertian dari Analisa Urinalisa dan Tindakan Endourologi?

    2. Apa tujuan dari Analisa Urinalisa dan Tindakan Endourologi?

    1.3 Tujuan

    1. Mengetahui pengertian dari Analisa Urinalisa dan Tindakan Endourologi

    2. Mengetahui tujuan dari Analisa Urinalisa dan Tindakan Endourologi

  • 3

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Pengertian

    2.1.1 Analisa Urinalisa

    Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan

    oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses

    urinasi. Eksreksi urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam

    darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh.

    Namun, ada juga beberapa spesies yang menggunakan urin sebagai sarana

    komunikasi olfaktori. Urin disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju

    kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra.

    Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti

    urea), garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin

    berasal dari darah atau cairan interstisial. Komposisi urin berubah sepanjang

    proses reabsorpsi ketika molekul yang penting bagi tubuh, misal glukosa, diserap

    kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa. Cairan yang tersisa

    mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai senyawa yang berlebih

    atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh. Materi yang terkandung di

    dalam urin dapat diketahui melalui urinalisis. Urea yang dikandung oleh urin

    dapat menjadi sumber nitrogen yang baik untuk tumbuhan dan dapat digunakan

    untuk mempercepat pembentukan kompos. Diabetes adalah suatu penyakit yang

    dapat dideteksi melalui urin. Urin seorang penderita diabetes akan mengandung

    gula yang tidak akan ditemukan dalam urin orang yang sehat.

    Fungsi utama urin adalah untuk membuang zat sisa seperti racun atau obat-

    obatan dari dalam tubuh. Anggapan umum menganggap urin sebagai zat yang

    "kotor". Hal ini berkaitan dengan kemungkinan urin tersebut berasal dari ginjal

    atau saluran kencing yang terinfeksi, sehingga urinnya pun akan mengandung

    bakteri. Namun jika urin berasal dari ginjal dan saluran kencing yang sehat, secara

    medis urin sebenarnya cukup steril dan hampir bau yang dihasilkan berasal dari

    urea. Sehingga bisa diakatakan bahwa urin itu merupakan zat yang steril. Urin

    dapat menjadi penunjuk dehidrasi. Orang yang tidak menderita dehidrasi akan

    mengeluarkan urin yang bening seperti air. Penderita dehidrasi akan

    mengeluarkan urin berwarna kuning pekat atau cokelat.

  • 4

    Urinalisis adalah tes yang dilakukan pada sampel urin pasien untuk tujuan

    diagnosis infeksi saluran kemih, batu ginjal, skrining dan evaluasi berbagai jenis

    penyakit ginjal, memantau perkembangan penyakit seperti diabetes melitus dan

    tekanan darah tinggi (hipertensi), dan skrining terhadap status kesehatan umum.

    2.1.2 Endourologi

    Tindakan endourologi adalah tindakan invasive minimal untuk

    mengeluarkan batu saluran kemih yang terdiri atas memecah batu, dan kemudian

    mengeluarkanya dari saluran kemih melalui alat yang dimasukkan langsung

    kedalam saluran kemih. Alat itu dimasukkan melalui uretra atau melalui insisi

    kecil pada kulit (perkutan). Probe pemecahan batu dapat dilakukan secara

    mekanik, dengan memakai energi hiraulik, energi gelombang suara, atau dengan

    energi laser. Beberapa tindakan endourologi itu adalah:

    1. PNL( Percutaneus Nephro Litholapaxy): yaitu mengeluarkan batu yang

    berada didalam saluran ginjal dengan cara memasukkan alat endoskopi ke

    system kalises melalui insisi pada kulit. Batu kemudian dikeluarkan atau

    dipecah terlebih dahulu menjadi fragmen-fragmen kecil.

    2. litotripsi: yaitu memecah batu buli-buli atau batu uretra dengan

    memasukkan alat pemecah batu (litotriptor) kedalam buli-buli. Pecahan batu

    dikeluarkan dengan evakuator Ellik.

    3. uretroskopi atau uretro-renoskopi: yaitu memasukkan alat uretroskopi

    peruretram guna melihat keadaan ureter atau system pielo-kalises ginjal.

    Dengan memakai energi tertentu, batu yang berada didalam ureter maupun

    system pelvikalises dapat dipecah melalui tuntunan

    uretroskopi/uretreorenoskopi ini.

    4. ekstraksi Dormia: yaitu mengeluarkan batu ureter dengan menjaringnya

    melalui alat keranjang dormia.

    2.2 Tujuan

    2.2.1 Analisa Urinalisa

    Untuk menentukan infeksi saluran kemih, terutama yang berbau busuk

    karena nitrit leokosit dan atau bakteri, menentukan kemungkinan gangguan

    metabolisme misalnya diabetes melitus atau komplikasi kehamilan dan

    menentukan berbagai jenis ginjal.

    2.2.2 Endourologi

  • 5

    Tindakan endourologi adalah tindakan invasive minimal untuk

    mengeluarkan batu saluran kemih yang terdiri atas memecah batu, dan kemudian

    mengeluarkanya dari saluran kemih melalui alat yang dimasukkan langsung

    kedalam saluran kemih. Alat itu dimasukkan melalui uretra atau melalui insisi

    kecil pada kulit (perkutan). Probe pemecahan batu dapat dilakukan secara

    mekanik, dengan memakai energi hiraulik, energi gelombang suara, atau dengan

    energi laser.

  • 6

    BAB III

    PEMBAHASAN

    3.1 Analisa Urinalis

    Urialisis dapat meberikan informasi klinik yang penting. Urinalisis merupakan

    pemeriksaan rutin pad sebagian besar kondisi klinis, pemeriksaan urin menangkup evluasi

    hal-hal berikut:

    1. Observasi warna dan kejernihan urin.

    2. Pengkajian bau urin

    3. Pengukuran keasaman dan berat jenis urin

    4. Tes untuk memeriksa keberadaan protein, glukosa, dan badan keton dalam urin (masing-

    masing untuk proteinuria, glukosuria, da ketonoria)

    5. Pemeriksaan mikroskopik sedimen urin sesudah melakukan pemusingan (centrifuging)

    untuk mendeteksi sel darah erah (hematuria), sel darah putih, slinder (silindruria), Kristal

    (kristaluria), pus (piuria) dan bakteri (bakteriuria).

    Cara Pengumpulan Sampel Urin adalah Pengumpulan sampel urin dilakukan

    sewaktu bangun tidur pagi, karena specimen ini lebih pekat dan lebih besar kemungkinannya

    untuk mengungkapkan abnormalitas. Spesimen tersebut dikumpulkan dalam wadah yang

    bersih dan dilindungi terhadap kontaminasi bakteri serta perubahan kimiawai. Semua

    specimen harus diseimpan dalam lemari pendingin. Karena jika dibiarkan dalam suhu kamar

    urin akan menjadi alkalis akibat kontaminasi bakteri pemecah ureum dari lingkungan

    sekitarnya.

    Urinalisis adalah tes yang dilakukan pada sampel urin pasien untuk tujuan

    diagnosis infeksi saluran kemih, batu ginjal, skrining dan evaluasi berbagai jenis penyakit

    ginjal, memantau perkembangan penyakit seperti diabetes melitus dan tekanan darah tinggi

    (hipertensi), dan skrining terhadap status kesehatan umum.

  • 7

    Contoh hasil tes saring pada urinalisis

    No Pemeriksaan

    kimia

    Nilai rujukan Contoh abnormal Tes diagnosis antara lain

    1 Kejernian jernih Keruh,berawan

    gelap

    Mungkin porfirin

    2 Bau Tidak berbau Busuk,atau

    amoniak

    Sesuaikan dengan hasil

    sedimen

    3 Warna Kuning mudah Kuning tua coklat

    Merah coklat

    Tes faal hati

    Tes faal hati

    4 pH 4.5 8.0 < diet protein asidosis

    < diet sayur

    alkalosis

    pH darah kalau perlu

    pH darah kalau perlu biakan

    kuman

    5 Berar jenis 1.010 -1.020 Pekat diabetes

    melitus

    Glukosa darah

    3.1.1 Spesimen

    Urinalisis yang akurat dipengaruhi oleh spesimen yang berkualitas. Sekresi

    vagina, perineum dan uretra pada wanita, dan kontaminan uretra pada pria dapat

    mengurangi mutu temuan laboratorium. Mukus, protein, sel, epitel, dan

    mikroorganisme masuk ke dalam sistem urine dari uretra dan jaringan sekitarnya.

    Oleh karena itu pasien perlu diberitahu agar membuang beberapa millimeter pertama

    urine sebelum mulai menampung urine. Pasien perlu membersihkan daerah genital

    sebelum berkemih. Wanita yang sedang haid harus memasukkan tampon yang bersih

    sebelum menampung specimen. Kadang-kadang diperlukan kateterisasi untuk

    memperoleh spesimen yang tidak tercemar.

    Meskipun urine yang diambil secara acak (random) atau urine sewaktu

    cukup bagus untuk pemeriksaan, namun urine pertama pagi hari adalah yang paling

    bagus. Urine satu malam mencerminkan periode tanpa asupan cairan yang lama,

    sehingga unsure-unsur yang terbentuk mengalami pemekatan.

    Gunakan wadah yang bersih untuk menampung spesimen urin. Hindari

    sinar matahari langsung pada waktu menangani spesimen urin. Jangan gunakan urin

    yang mengandung antiseptik.

    Lakukan pemeriksaan dalam waktu satu jam setelah buang air kecil.

    Penundaan pemeriksaan terhadap spesimen urine harus dihindari karena dapat

    mengurangi validitas hasil. Analisis harus dilakukan selambat-lambatnya 4 jam

  • 8

    setelah pengambilan spesimen. Dampak dari penundaan pemeriksan antara lain :

    unsur-unsur berbentuk dalam sedimen mulai mengalami kerusakan dalam 2 jam, urat

    dan fosfat yang semula larut dapat mengendap sehingga mengaburkan pemeriksaan

    mikroskopik elemen lain, bilirubin dan urobilinogen dapat mengalami oksidasi bila

    terpajan sinar matahari, bakteri berkembangbiak dan dapat mempengaruhi hasil

    pemeriksaan mikrobiologik dan pH, glukosa mungkin turun, dan badan keton, jika

    ada, akan menguap.

    3.1.2 Pemeriksaan Makroskopik, Mikroskopik Dan Kimia Urin

    Dikenal pemeriksaan urin rutin dan lengkap. Yang dimaksud dengan

    pemeriksaan urin rutin adalah pemeriksaan makroskopik, mikroskopik dan kimia urin

    yang meliputi pemeriksaan protein dan glukosa. Sedangkan yang dimaksud dengan

    pemeriksaan urin lengkap adalah pemeriksaan urin rutin yang dilengkapi dengan

    pemeriksaan benda keton, bilirubin, urobilinogen, darah samar dan nitrit.

    a. Pemeriksaan Makroskopik

    Urinalisis dimulai dengan mengamati penampakan makroskopik : warna

    dan kekeruhan. Urine normal yang baru dikeluarkan tampak jernih sampai sedikit

    berkabut dan berwarna kuning oleh pigmen urokrom dan urobilin. Intensitas

    warna sesuai dengan konsentrasi urine; urine encer hampir tidak berwarna, urine

    pekat berwarna kuning tua atau sawo matang. Kekeruhan biasanya terjadi karena

    kristalisasi atau pengendapan urat (dalam urine asam) atau fosfat (dalam urine

    basa). Kekeruhan juga bisa disebabkan oleh bahan selular berlebihan atau protein

    dalam urin.

    b. Volume urin

    Banyak sekali faktor yang mempengaruhi volume urin seperti umur, berat

    badan, jenis kelamin, makanan dan minuman, suhu badan, iklim dan aktivitas

    orang yang bersangkutan. Rata-rata didaerah tropik volume urin dalam 24 jam

    antara 800--1300 ml untuk orang dewasa. Bila didapatkan volume urin selama 24

    jam lebih dari 2000 ml maka keadaan itu disebut poliuri.

    Poliuri ini mungkin terjadi pada keadaan fisiologik seperti pemasukan

    cairan yang berlebihan, nervositas, minuman yang mempunyai efek diuretika.

    Selain itu poliuri dapat pula disebabkan oleh perubahan patologik seperti diabetes

    mellitus, diabetes insipidus, hipertensi, pengeluaran cairan dari edema. Bila

    volume urin selama 24 jam 300--750 ml maka keadaan ini dikatakan oliguri.

  • 9

    Keadaan ini mungkin didapat pada diarrhea, muntah -muntah, deman

    edema, nefritis menahun. Anuri adalah suatu keadaan dimana jumlah urin selama

    24 jam kurang dari 300 ml. Hal ini mungkin dijumpai pada shock dan kegagalan

    ginjal. Jumlah urin siang 12 jam dalam keadaan normal 2 sampai 4 kali lebih

    banyak dari urin malam 12 jam. Bila perbandingan tersebut terbalik disebut

    nokturia, seperti didapat pada diabetes mellitus.

    c. Warna urin

    Kelainan pada warna, kejernihan, dan kekeruhan dapat mengindikasikan

    kemungkinan adanya infeksi, dehidrasi, darah di urin (hematuria), penyakit hati,

    kerusakan otot atau eritrosit dalam tubuh. Obat-obatan tertentu juga dapat

    mengubah warna urin. Kencing berbusa sangat mungkin mewakili jumlah besar

    protein dalam urin (proteinuria). Urin yang baru di kemihkan berwarna jernih.

    Beberapa keadaan yang menyebabkan warna urine adalah :

    Merah : Penyebab patologik : hemoglobin, mioglobin, porfobilinogen,

    porfirin. Penyebab nonpatologik : banyak macam obat dan zat warna, bit,

    rhubab (kelembak), senna.

    Oranye : Penyebab patologik : pigmen empedu. Penyebab nonpatologik : obat

    untuk infeksi saliran kemih (piridium), obat lain termasuk fenotiazin.

    Kuning : Penyebab patologik : urine yang sangat pekat, bilirubin, urobilin.

    Penyebab nonpatologik : wotel, fenasetin, cascara, nitrofurantoin.

    Hijau : Penyebab patologik : biliverdin, bakteri (terutama Pseudomonas).

    Penyebab nonpatologik : preparat vitamin, obat psikoaktif, diuretik.

    Biru : tidak ada penyebab patologik. Pengaruh obat : diuretik, nitrofuran.

    Coklat : Penyebab patologik : hematin asam, mioglobin, pigmen empedu.

    Pengaruh obat : levodopa, nitrofuran, beberapa obat sulfa.

    Hitam atau hitam kecoklatan : Penyebab patologik : melanin, asam

    homogentisat, indikans, urobilinogen, methemoglobin. Pengaruh obat :

    levodopa, cascara, kompleks besi, fenol.

    Seprti susu : Penyebab patologik : fosfat dan urat jumlah besar, getah prostat

    protein yang membeku.

  • 10

    d. Bau urin

    Untuk menilai bau urin dipakai urin segar, yang perlu diperhatikan adalah

    bau yang abnormal. Bau urin normal disebabkan oleh asam organik yang mudah

    menguap. Bau yang berlainan dapat disebabkan oleh makanan seperti jengkol,

    petai, obat-obatan seperti mentol, bau buah-buahan seperti pada ketonuria. Bau

    amoniak disebabkan perombakan ureum oleh bakteri dan biasanya terjadi pada

    urin yang dibiarkan tanpa pengawet. Adanya urin yang berbau busuk dari semula

    dapat berasal dari perombakan protein dalam saluran kemih umpamanya pada

    karsinoma saluran kemih.

    3.1.3 Pemeriksaan Mikroskopik

    Yang dimaksud dengan pemeriksaan mikroskopik urin yaitu pemeriksaan

    sedimen urin. Ini penting untuk mengetahui adanya kelainan pada ginjal dan saluran

    kemih serta berat ringannya penyakit. Urin yang dipakai ialah urin sewaktu yang

    segar atau urin yang dikumpulkan dengan pengawet formalin. Pemeriksaan sedimen

    dilakukan dengan memakai lensa objektif kecil (10X) yang dinamakan lapangan

    penglihatan kecil atau LPK. Selain itu dipakai lensa objektif besar (40X) yang

    dinamakan lapangan penglihatan besar atau LPB.

    Jumlah unsur sedimen bermakna dilaporkan secara semi kuantitatif, yaitu

    jumlah rata-rata per LPK untuk silinder dan per LPB untuk eritrosit dan leukosit.

    Unsur sedimen yang kurang bermakna seperti epitel atau kristal cukup dilaporkan

    dengan + (ada), ++ (banyak) dan +++ (banyak sekali). Lazimnya unsur sedimen

    dibagi atas dua golongan yaitu unsur organik dan tak organik. Unsur organik berasal

    dari sesuatu organ atau jaringan antara lain epitel, eritrosit, leukosit, silinder,

    potongan jaringan, sperma, bakteri, parasit dan yang tak organik tidak berasal dari

    sesuatu organ atau jaringan seperti urat amorf dan kristal.

    a. pH urin

  • 11

    Filtrat glomerular plasma darah biasanya diasamkan oleh tubulus ginjal dan

    saluran pengumpul dari pH 7,4 menjadi sekitar 6 di final urin. Namun, tergantung

    pada status asam-basa, pH kemih dapat berkisar dari 4,5 8,0. pH bervariasi

    sepanjang hari, dipengaruhi oleh konsumsi makanan; bersifat basa setelah makan,

    lalu menurun dan menjadi kurang basa menjelang makan berikutnya. Urine pagi

    hari (bangun tidur) adalah yang lebih asam. Obat-obatan tertentu dan penyakit

    gangguan keseimbangan asam-basa juga dapat mempengaruhi pH urine.

    Urine yang diperiksa haruslah segar, sebab bila disimpan terlalu lama, maka

    pH akan berubah menjadi basa. Urine basa dapat memberi hasil negatif atau tidak

    memadai terhadap albuminuria dan unsure-unsur mikroskopik sedimen urine,

    seperti eritrosit, silinder yang akan mengalami lisis. pH urine yang basa sepanjang

    hari kemungkinan oleh adanya infeksi. Urine dengan pH yang selalu asam dapat

    menyebabkan terjadinya batu asam urat.

    Berikut ini adalah keadaan-keadaan yang dapat mempengaruhi pH urine :

    pH basa : setelah makan, vegetarian, alkalosis sistemik, infeksi saluran kemih

    (Proteus atau Pseudomonas menguraikan urea menjadi CO2 dan ammonia),

    terapi alkalinisasi, asidosis tubulus ginjal, spesimen basi.

    pH asam : ketosis (diabetes, kelaparan, penyakit demam pada anak), asidosis

    sistemik (kecuali pada gangguan fungsi tubulus, asidosis respiratorik atau

    metabolic memicu pengasaman urine dan meningkatkan ekskresi NH4+),

    terapi pengasaman.

    b. Pemeriksaan glukosa

    Pemeriksaan glukosa dalam urin dapat dilakukan dengan memakai reagens

    pita. Selain itu penetapan glukosa dapat dilakukan dengan cara reduksi ion cupri

    menjadi cupro. Dengan cara reduksi mungkin didapati hasil positip palsu pada

    urin yang mengandung bahan reduktor selain glukosa seperti : galaktosa, fruktosa,

    laktosa, pentosa, formalin, glukuronat dan obat-obatan seperti streptomycin,

    salisilat, vitamin C. Cara enzimatik lebih sensitif dibandingkan dengan cara

    reduksi. Cara enzimatik dapat mendeteksi kadar glukosa urin sampai 100 mg/dl,

    sedangkan pada cara reduksi hanya sampai 250 mg/dl.

  • 12

    Juga cara ini lebih spesifik untuk glukosa, karena gula lain seperti

    galaktosa, laktosa, fruktosa dan pentosa tidak bereaksi. Dengan cara enzimatik

    mungkin didapatkan hasil negatip palsu pada urin yang mengandung kadar

    vitamin C melebihi 75 mg/dl atau benda keton melebihi 40 mg/dl.

    Pada orang normal tidak didapati glukosa dalam urin. Glukosuria dapat

    terjadi karena peningkatan kadar glukosa dalam darah yang melebihi kepasitas

    maksimum tubulus untuk mereabsorpsi glukosa seperti pada diabetes mellitus,

    tirotoksikosis, sindroma Cushing, phaeochromocytoma, peningkatan tekanan

    intrakranial atau karena ambang rangsang ginjal yang menurun seperti pada renal

    glukosuria, kehamilan dan sindroma Fanconi.

    c. Berat jenis urin

    Pemeriksaan berat jenis urin dapat dilakukan dengan cara piknometer, carik

    celup, dan urinometer. Yang lebih umum di gunakan adalah dengan carik celup,

    namun pemeriksaan berat jenis urin dengan piknometer lebih teliti. Tingginya

    berat jenis itu memberi kesan tentang pekatnya urin, jadi bertalian dengan faal

    pemekat ginjal.

    BJ urin 24 jam pada orang normal sekitar 1,016 1,022. Sedangkan BJ

    urin sewaktu pada orang normal 1,003 1,030. Bila BJ urin sewaktu 1,025 atau

    lebih sedangkan reduksi urin dan protein negatif, hal ini menunjukan faal

    pemekatan ginjal baik. Dan bila BJ urin lebih dari 1,030 kemungkinan glukosuria.

    Urin yang jumlahnya sedikit dapat diencerkan dengan aquadest, sedangkan

    urin yang sangat sedikit Bjnya dapat ditentukan dengan alat refraktometer.

    d. Pemeriksaan protein urin

    Biasanya, hanya sebagian kecil protein plasma disaring di glomerulus yang

    diserap oleh tubulus ginjal. Normal ekskresi protein urine biasanya tidak melebihi

    Gambar refraktometer

  • 13

    150 mg/24 jam atau 10 mg/dl dalam setiap satu spesimen. Lebih dari 10 mg/ml

    didefinisikan sebagai proteinuria.

    Sejumlah kecil protein dapat dideteksi dari individu sehat karena perubahan

    fisiologis. Selama olah raga, stres atau diet yang tidak seimbang dengan daging

    dapat menyebabkan protein dalam jumlah yang signifikan muncul dalam urin.

    Pra-menstruasi dan mandi air panas juga dapat menyebabkan jumlah protein

    tinggi.

    Protein terdiri atas fraksi albumin dan globulin. Peningkatan ekskresi

    albumin merupakan petanda yang sensitif untuk penyakit ginjal kronik yang

    disebabkan karena penyakit glomeruler, diabetes mellitus, dan hipertensi.

    Sedangkan peningkatan ekskresi globulin dengan berat molekul rendah

    merupakan petanda yang sensitif untuk beberapa tipe penyakit tubulointerstitiel.

    Dipsticks mendeteksi protein dengan indikator warna Bromphenol biru,

    yang sensitif terhadap albumin tetapi kurang sensitif terhadap globulin, protein

    Bence-Jones, dan mukoprotein. Protein Bence Jones merupakan protein globulin

    monoclonal yang dapat ditemui di dalam darah dan urin yang berukuran kecil

    dengan berat molekul antara 22 hingga 24 kDa (kilo Dalton). Pada keadaan

    normal, protein Bence Jones tidak ditemukan pada urin manusia. Jika protein

    Bence Jones ditemukan pada urin seseorang, maka hal itu merupakan indikasi

    bahwa orang tersebut menderita Multiple Myeloma yang dikenal juga dengan

    nama Plasma Cell Myeloma atau Kahlers disease. Multiple myeloma merupakan

    bentuk kanker dari sel-sel plasma dimana sel-sel yang abnormal akan

    terakumulasi di tulang sehingga menyebabkan terjadinya lesi atau luka pada

    tulang.

    Adanya protein Bence Jones yang ditemukan pada urin digunakan sebagai

    penegakan diagnosis awal atas seseorang yang menderita kegagalan ginjal sebagai

    manifestasi dari penyakit Multiple Myeloma atau Kahlers disease. Ukurannya

  • 14

    yang kecil membuat protein Bence Jones dapat lolos dari proses penyaringan

    (filtrasi) yang terjadi di ginjal. Keadaan ditemukannya protein di dalam urin

    disebut proteinuria. Kadar protein yang tinggi di dalam urin atau adanya gejala-

    gejala yang mengarah pada keadaan multiple myeloma merupakan dasar

    dilakukannya pengujian (tes kuantitatif) protein Bence Jones.

    Urine immunofixation adalah metode pengujian terbaik untuk mendeteksi

    protein Bence Jones. Prinsipnya adalah mendeteksi melalui proses pengendapan

    yang terjadi sebagai akibat dari terjadinya reaksi spesifik antara Antigen (dalam

    hal ini adalah protein Bence Jones) dengan Antibodi. Pengendapan dapat dilihat

    langsung dengan mata telanjang atau mikroskop.

    3.2 Endourologi

    Tindakan endourologi adalah tindakan invasive minimal untuk

    mengeluarkan batu saluran kemih yang terdiri atas memecah batu, dan kemudian

    mengeluarkanya dari saluran kemih melalui alat yang dimasukkan langsung kedalam

    saluran kemih. Alat itu dimasukkan melalui uretra atau melalui insisi kecil pada kulit

    (perkutan). Probe pemecahan batu dapat dilakukan secara mekanik, dengan memakai

    energi hiraulik, energi gelombang suara, atau dengan energi laser. Beberapa tindakan

    endourologi itu adalah:

    a. PNL( Percutaneus Nephro Litholapaxy): yaitu mengeluarkan batu yang berada

    didalam saluran ginjal dengan cara memasukkan alat endoskopi ke system kalises

    melalui insisi pada kulit. Batu kemudian dikeluarkan atau dipecah terlebih dahulu

    menjadi fragmen-fragmen kecil.

    b. litotripsi: yaitu memecah batu buli-buli atau batu uretra dengan memasukkan alat

    pemecah batu (litotriptor) kedalam buli-buli. Pecahan batu dikeluarkan dengan

    evakuator Ellik.

    c. uretroskopi atau uretro-renoskopi: yaitu memasukkan alat uretroskopi peruretram

    guna melihat keadaan ureter atau system pielo-kalises ginjal. Dengan memakai

    energi tertentu, batu yang berada didalam ureter maupun system pelvikalises dapat

    dipecah melalui tuntunan uretroskopi/uretreorenoskopi ini.

    d. ekstraksi Dormia: yaitu mengeluarkan batu ureter dengan menjaringnya melalui alat

    keranjang dormia.

  • 15

    3.2.1 Pemeriksaan sistoskopi

    Merupakan metode untuk melihat lanngsung uretra dan kandung kemih.

    Alat sistokop, yang dimasukan melalui uretra ke dalam kandung kemih, memiliki

    system lensa optis yang sudah ada pada alat itu sendiri sehingga akan meemberikan

    gambar kandung kemih yang diperbesar dan terang. Sistoskop tersebut dapat

    dimanipulasi untuk memungkinkan visualisasi uretra dan kandung kemih secara

    lengkap selain visualisasi orifisium uretra dan uretra pars prostatika. Kateter uretra

    yang halus dapat dimasukan melalui sistoskop sehingga ureterdan pelvis ginjal dapat

    dikaji. Sistoskop juga memungkinkanahli urologi untuk mendapatkan spesimen urin

    dari setiap ginjal guna mengevaluasi fungsi ginjal tersebut. Alat forceps dapat

    dimasukkan melalui sistoskop untuk keperluan biopsi. Batu dapat dikeluarkan dari

    uretra, kandung kemih dan ureter melalui sistoskop. Alat endoskop dimasukkan

    dengan melihatnya secara langsung. Uretra dan kandunng kemih diinspeksi. Larutan

    irigasi steril disemprotkan untuk menimbulkan distensi kandung kemih dan membilas

    keluar semua bekuan darah sehinngga visualisasi menjadi lebih baik. Penggunaan

    cahaya denngan intensitas tinggi dan lensa yang bisa ditukar-tukar memungkinkan

    visualisasi yang sangat baik serta memudahkan pembuatan gambar-gambar yang diam

    dan yang bergerak dari struktur ini. Sebelum melaksanakan prosedur pemeriksaan

    dapat diberikan preparat sedativ. Anestesi topical local disemprotkan kedalam uretra

    sebelum ahli urologi memasukkan alat sistoskop. Pemberian diazepam (valium)

    intravena bersama dengan preparat anestesi topical uretra dapat diberikan. Sebagai

    alternative lain dapat dilakukan anestesi spinal atau umum.

    Setelah menjalani pemeriksaan sistoskopik, kadang-kadang penderita

    kelainan patologik obstruktif mengalami retensi urin sebagai akibat dari edema yang

    disebabkan oleh instrumentasi. Penderita hyperplasia prostat harus dipantau dengan

    cermat akan adanya kemungkinan retensi urin. Pasien yang menjalani instrumentasi

    traktus urinarus (yaitu, sistoskopi) perlu dipantau untuk mendeteksi tanda-tanda dan

    gejala infeksi urinarius. Edema uretra yang terjadi sekunder akibat trauma local dapat

    menyumbat aliran urin, oleh karena itu pemantauan akan adanya tanda-tanda dan

    gejala obstruksi pada pasien juga perlu dilakukan.

    3.2.2 Brush biopsy ginjal dan uretra

    Teknik brush biopsy akan menghasilkan informasi yang spesifik apabila

    hasil pemeriksaan radiologi ureter atau pelvis ginjal yang abnormal tidak dapat

    menunjukan apakah kelainan tersebut merupakan tumor, batu, bekuan darah atau

  • 16

    hanya artefak. Pertama-tama dilakukan pemeriksaan sistoskopik. Kemudian dipasang

    kateter uretra yang di ikuti oleh tindakan memasukkan alat sikat khusus (biopsy

    brush) melalui kateter tersebut. Kelainan yang dicurigai disikat maju mundur secara

    teratur untuk mendapatkan sel-sel dan fragmen jaringan permukaan untuk

    pemeriksaan analisis histology. Setelah prosedur pemeriksaan selesai dilakukan,

    pemberian cairan infus dapat dilakukan untuk membersihkan ginjal dan mencegah

    pembentukan bekuan darah. Urin dapat mengandung darah (yang biasanya menjadi

    jernih dalam waktu 24-48 jam) akibat perembesan pada tempat penyikatan.

    3.2.3 Endoskopi renal (nefroskopi)

    Merupakan pemeriksaan dengan cara memasukkan fiberskop kedalam

    pelvis ginjal melalui luka insisi (pielotomi) atau secara perkkutan untuk melihat

    bagian dalam pelvis ginjal, mengelluarkan batu, melakukan biopsi lesi yang kecil dan

    membantu menegakan diagnose hematuria serta tumor renal tertentu.

    3.2.4 Biopsi ginjal

    Bopsi ginjal dilakukan dengan menusukan jarum biopsi melalui kulit

    kedalam jaringan renal atau dengan melakukan biopsi terbuka melalui luka insisi yang

    kecil didaerah pinggang. Pemeriksaan ini berguna untuk mengevaluasi perjalanan

    penyakit ginjal dan mendapatkan specimen bagi pemeriksaan mikroskopik electron

    serta imunofluoresen, khususnya bagi penyakit glomerulus.Sebelum biopsi dilakukan,

    pemeriksan koagulasi perlu dilakukan lebih dahulu untuk mengidentifikasi setiap

    resiko terjadinya perdarahan pascabiopsi.

    Prosedur, pasien dipuasakan selama 6 hingga 8 jam sebelum pemeriksaan.

    Set infuse dipasang. Spesimen urin dikumpulkan dan disimpan untuk dibandingkan

    dengan specimen pascabiopsi. Jika akan dilakukan biopsi jarum pasien diberitahukan

    agar menahan nafas ketika jarum biopsi ditusukan. Pasien yang sudah dalam keadaan

    sedasi di tempatkan dalam posisi berbaring telungkup dengan bantal pasir diletakan

    dibawah perut. Kulit pada lokasi biopsy diinfiltrasi denngan preparat anestesi local.

    Lokasi jarum dapat dipastikan melalui fluuoroskopi atau ultrasound dengan

    menggunakan teknik khusus. Pada biopsi terbuka dilakukan insisi yang kecil didaerah

    ginjal dapat dilihat secara langsung.

    3.2.5 Pemeriksaan radio isotop

    Merupakan tindakan noninvasive yang tidak mengganggu prosesfisiologik

    normal dan tidak memerlukan persiapan pasien yang khusus. Preparat

    radiofarmaseutikal disuntikan intravena. Pemeriksaan dilakukan dengan kamera

  • 17

    skintilasi yang ditempatkan disebelah posterior ginjal sementara pasien berada dalam

    posisi telentang,telungkup atau duduk. Gambar yang dihasilkan (yang disebut

    pemindai) menunjukan distribusi preparat radiofarmaseutikal didalam ginjal.

    Pemeriksaan pemindai Tc menghasilkan informasi tentang perfusi ginjal dan sangat

    berguna untuk menunjukan fungsi ginjal yang buruk. Pemeriksaan pemindai hippurate

    memberikan informasi tentang fungsi ginjal.

    3.2.6 Pengukuran urodinamik

    Pengukuran urodinamik menghasilkan berbagai pemeriksaan fisiologik dan

    structural untuk mengevaluasi fungsi kandung kemih serta uretra dengan mengukur :

    a. Kecepatan aliran urin

    b. Tekanan kandung kemih pada saat buang air kecil dan saat istirahat

    c. Resitensi uretra internal

    d. Kontras serta relaksasi kandung kemih

    Tekanan abdominal , kandung kemih serta detrusor, aktivitas sfingter,

    inervasi kandung kemih, tonus otot dan reflex sacrum dikaji. Berikut ini merupakan

    pengukuran urodinamik yang paling sering dilakukan :

    a. Uroflometri (kecepatan aliran) merupakan rekaman volume urin yang mengalir

    melalui ureter per satuan waktu (ml/s)

    b. Sistometrogram merupakan rekaman grafik tekanan dalam kadung kemih (intra

    vesikal) pada berbagai fase pengisian dan pengosongan kandung kemih

    untukmengkaji fungsinya. Selama prosedur pemeriksaan dilakukan, jumlah cairan

    yang dimasukan dan dikeluarkandari kandung kemih disamping rasa penuh pada

    kandung kemih dan keinginan untuk buang air kecil harus dicatat. Kemudian semua

    hasil ini dibandingkandengan tekanan yang diukur dalam kandung kemih selama

    pengisian kandung kemih dan berkemih. Pertama-tama pasien diminta untuk

    berkemih, dan dokter mengamati lamanya waktu yang diperlukan untuk memulai,

    ukuran, kekuatan serta kontinuitas aliran urin, dan derajat mengajan serta adanya

    hesitancy. Kateterretensi dimasukan melalui uretra kedalam kandung kemih.

    Volume sisa diukur dan kateter tersebut dibiarkan pada tempatnya. Kateter uretral

    dihubungkan dengan manometer air, dan larutan steril dibiarkan mengalir kedalam

    kandung kemih dengan kecepatan biasanya 1 ml/s. pasien memberitahukan dokter

    pada saat terasa ingin buang air kecil, dan pada saat kandung kemih terasa penuh.

    Derajat pengisian kandung kemih pada kedua situasi ini dicatat. Tekanan diatas

  • 18

    tingkat nol pada simfisis pubis diukur, dan tekanan serta volume dalam kandung

    kemih diukur serta dicatat.

    c. Profil tekanan uretra mengukur resitensi uretra disepanjang uretra. Gas dan cairan

    dimasukkan melalui sebuah kateter yang ditarik keluar sambil mengukur tekanan

    disepanjang dinding uretra.

    d. Sistouretrogram memungkinkan visualisasi uretra dan kandung kemih yang dapat

    dilakukandengn penyntikan retrograd atau dengan mengeliminasi media kontras.

    e. Pada voiding cystourethogram, kandung kemih diisi dengan media kontras dan

    pasien berkemih sementara foto-foto spot dibuang dpengn cepat. Ada tidaknnya

    refluks vesikouretral atau kelainan congenital pada traktus urinarius inferior dapat

    diperlihatkan. Voidingcystourethrogram juga digunakan untuk menyelidiki

    kesulitan dalam pengosongan kandung empedu dan inkontinensia.

    f. Elektromiografi meliputi penempatan elektroda dalam otot dasar panggul dan

    fingter ani untuk mengevaluasi fungsi neuromuskuler traktus urinarius inferior.

  • 19

    BAB IV

    PENUTUP

    4.1 Kesimpulan

    Urinalisis adalah tes yang dilakukan pada sampel urin pasien untuk tujuan

    diagnosis infeksi saluran kemih, batu ginjal, skrining dan evaluasi berbagai jenis penyakit

    ginjal, memantau perkembangan penyakit seperti diabetes melitus dan tekanan darah

    tinggi (hipertensi), dan skrining terhadap status kesehatan umum.

    Tindakan endourologi adalah tindakan invasive minimal untuk

    mengeluarkan batu saluran kemih yang terdiri atas memecah batu, dan kemudian

    mengeluarkanya dari saluran kemih melalui alat yang dimasukkan langsung kedalam

    saluran kemih. Alat itu dimasukkan melalui uretra atau melalui insisi kecil pada kulit

    (perkutan). Probe pemecahan batu dapat dilakukan secara mekanik, dengan memakai

    energi hiraulik, energi gelombang suara, atau dengan energi laser.

    4.2 Saran

    Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, terutama mahasiswa

    keperawatan dan semoga makalah ini dapat menjadi pokok bahasan dalam berbagai

    diskusi dan forum terbuka.