Penuntun Praktikum Blok 5 Urinalisis
-
Upload
muhammad-yusuf-aditya-prawira -
Category
Documents
-
view
56 -
download
11
Transcript of Penuntun Praktikum Blok 5 Urinalisis
PETUNJUK PRAKTIKUM
ANALISIS
URIN & SPERMA
*
*
*
*
*
*
*
Laboratorium Patologi Klinik
FK UnMul / RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda
2009
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS URIN
Urinalisis (analisis urine) dikatakan sebagai pemeriksaan rutin atau penyaring, karena pemeriksaan ini terdiri atas beberapa macam pemeriksaan yang dianggap dasar bagi pemeriksaan selanjutnya dan dilaksanakan tanpa indikasi khusus.
Jenis pemeriksaan berbeda-beda setiap rumah sakit tergantung fasilitas yang dimilikinya (kalau menggunakan reagents strip carik celup parameter yang dapat diperiksa jauh lebih banyak).
Urinalisis untuk praktikum mahasiswa adalah:
Pemeriksaan makroskopi
Warna
Kejernihan
Berat jenis
Derajad keasaman (pH)
Pemeriksaan kimiawi
Protein
Glukosa
Bilirubin Urobilin
Keton bodies
3. Pemeriksaan mikroskopi (Sedimen)
1. PEMERIKSAAN MAKROSKOPI
1.1 . Warna
Biasanya warna, normal urine berkisar antara kuning muda sampai kuning tua. Tergantung besarnya diuresis, makin besar diuresis makin muda warnanya dan sebaliknya.
Warna urine diuji dengan cara mengisi tabung reaksi penuh dan ditinjau dalam sikap serong dengan cahaya terang.
Nyatakanlah warna urine:
- tidak berwarna
- kuning muda
- kuning kemerahan
- merah
- putih serupa susu dll.
1.2. Kejernihan
Cara menguji kekeruhan sama seperti menguji warna. Nyatakanlah hasil pengamatan dengan:
-jernih
-agak keruh
-keruh
-sangat keruh
Dalam keadaan normal urine baru adalah jernih.
Kekeruhan urine dapat disebabkan lekosituria, hematuria, bakteriuria, mucus dari vagina atau presipitasi fosfat. Interpretasi klinik atas kekeruhan urine sangat terbatas.
1.3. Berat jenis
Penetapan BJ urine dengan urinometer.
Cara:
Tuanglah urine (suhu kamar) ke dalam gelas ukur yang cukup besar agar urinometer bebas terapung.Busa yang mungkin terjadi dibuang memakai kertas saring.Masukkan urinometer sambil memutar dengan menggunakan ibu jari dan telunjuk.Oleh putaran tadi urinometer akan terapung dan tidak menempel pads dinding gelas.Amatilah berat jenis setinggi meniskus bawah.Koreksi untuk urinometer:Tambahlah 0,001 kepada berat jenis yang dibaca pada urinometer untuk setiap 3C perbedaan diatas suhu tera atau dikurangi 0,001 untuk setiap 3C perbedaan dibawah suhu tera.
1.4. Derajad keasaman (pH)
Pemeriksaan pH urine bermakna jika yang diperiksa sampel urine baru.
Pemeriksaan cukup menggunakan reagen strip, yang menggunakan dua indikator yaitu bromthymol blue dan methyl red yang ditempelkan pads reagent strip.
2. PEMERIKSAAN KIMIAWI
2.1 Protein
Urine yang jernih boleh langsung dipakai, jika urine keruh harus dipusing dulu lalu digunakan filtratnya.
A. Pemanasan dengan asam asetat.
Protein yang ada dalam keadaan koloid dipresipitasikan dengan asam asetat untuk mencapai titik isoelektrik protein, dan pemanasan selanjutnya akan menyebabkan denaturasi dan terjadilah presipitasi.
Cara:
Dua tabung reaksi masing-masing diisi dengan 2 ml urine (satu tabung untuk kontrol).Masukkan 3-5 tetes asam asetat 3-6% kedalam salah satu tabung.Panasilah diatas nyala api sampai mendidih.Amatilah kekeruhan yang terjadi dan dibandingkan dengan kontrol.
B. Dengan asam sulfosalisilat.
Cara:
Dua tabung reaksi diisi masing-masing dengan 2 ml urine
Salah satu tabung ditambahkan 8 tetes lar. Asam Sulfo
salisilat 20%, kocoklah.
Bandingkan isi kedua tabung (antara tes dan kontrol)
Penilaian hasil
Penilaian ini berlaku untuk kedua tes diatas.
Untuk menguji adanya kekeruhan, periksalah periksalah dengan cahaya berpantul dan dengan latar belakang hitam.
Negatip (-): tidak ada kekeruhan (= kontrol)
Positip 1+ : ada kekeruhan ringan tanpa butir-butir, (protein + 0,01-0,05%).
Positip 2+ : kekeruhan mudah dilihat dan tampak butir-butir, (protein +
0,05-0,2%).
Positip 3+: kekeruhan jelas tampak berkeping-keping, (protein + 0,2-0,5%).
Positip 4+ : kekeruhan bergumpal-gumpal ataupun memadat, (protein lebih
dari 0,5%).
C. Protein Bence Jones
Protein patologik ini bersifat larut pads suhu didih urine, dan kekeruhan akan mulai terlihat pads suhu 60C dan akan menjadi lebih jelas pada suhu lebih rendah. Kalau urine didihkan lagi kekeruhan oleh protein Bence Jones menghilang lagi.
Cara
Tuangkan 5 ml urine kedalam tabung reaksi dan tambahkan 3-5 tetes asam asetat 3-6%Didihkan urine dan bila tampak kekeruhan segera disaring, agar filtratnya jernihSambil mendinginkan tabung, amatilah filtratnya pads suhu 45-60C akan tampak kekeruhan bila terdapat protein Bence Jones.
Laporan:
Protein Bence Jones : positif atau negative
2.2.Glukosa
Glukosa bersifat sebagai reduktor akan mereduksi CuO (cupri) berwarna biru menjadi CU2O(cupro) berwarna merah bata.
Cara Benedict
Reagen: CUSO4. 5aq17,3 g
Natrium citrate173 g
Atau
-Na2CO3-10aq
Aquadest ad100 g
Cara:
Masukkan 5 ml reagens Benedict kedalam tabung reaksiTeteskan sebanyak 8 tetes urine kedalam tabung ituPanaskan tabung itu diatas nyala api sampai mendidih isinya atau
dimasukkan kedalam air mendidih selama 5 menit.
Setelah tabung dingin kocoklah dan amatilah perubahan yang terjadi.
Penilaian hasil:
Negatip (-) : tetap biru atau sedikit kehijauan keruh
Positip 1+: hijau kekuningan dan keruh
Positip 2+: kuning keruh
Positip 3+: jingga atau warna lumpur keruh
Positip 4+: merah bata
Laporan:
Tes Benedict (Reduksi): - (neg) atau 4+ (merah bata)
Catatan:
Zat-zat reduktor lainnya: laktosa, asam salisilat, vit.C, galaktosa, dapat menimbulkan positip palsu.
Pemeriksaan yang serupa diatas adalah Tes Fehling.
2.3. Bilirubin
Cara Harrison
Bilirubin urine dipekatkan diatas kertas saring dengan jalan mempresipitasikan fosfat urine dengan BaCl2 10% dan bilirubin akan melekat pads presipitat itu.
Bilirubin yang terkumpul dioksidasi dengan reagen Foucet menjadi biliverdine berwarna hijau.
Reagen:1. Lar. BaC12 10%
2. Reagens Foucet
asam trichloracetat25g
Aquadest100 ml
Ferrichlorida (FeC13) 10% 10 ml
Cara:
Kocoklah urine, masukkan 5 ml kedalam tabung reaksiTambahkan 5 ml BaC12 10%, campurlah lalu disaringKertas saring yang berisi presipitat diangkat dari corong dan dibuka lipatannya dan ditaruh mendatar diatas corong itu. Biarkan sampai agak kering.Teteskan 2-3 tetes reagen Foucet keatas presipitat diatas kertas saring itu.Bila timbul warna hijau, menunjukkan ada bilirubin.
Laporan:
Tes Harrison (Bilirubin): negatip atau positip
2.4 Urobilin
Cara Schlesinger
Dalam urine segar urobilin tidak ada, dan baru ada jika sudah terjadi oksidasi urobilinogen. Dalam pemeriksaan ini digunakan lar. Lugol sebagai oksidatornya. Urobilin dengan reagen Schlesinger akan membentuk senyawa yang memberi fluoresensi hijau.
Reagen:
Lar. Lugol
Jodium1 g
KJ2 g
Aquadest ad300 ml Lar. Schlesinger
zinc acetat10 g
alkohol 95%100 ml
Bilirubin urine mengganggu pemeriksaan ini, maka harus dibuang lebih dulu dengan Ca(OH)2 atau kita memakai filtrat dari pemeriksaan Harrison (bilirubin)
Cara:
Masukkan 3 ml filtrat dari tes Harrison kedalam tabung reaksi.Tambahkan 2 tetes lar. Lugol, campurlah dan ditunggu 5 menit.Tambahkan 3 ml reagen Schlesinger, campur lalu saringPeriksalah adanya fluoresensi dalam filtrat, dilihat dengan sinar matahari berpantul dengan latar belakang hitam.Bila terdapat fluoresensi hijau dilaporkan sebagai 1+ atau 2+.
2.5. Keton
Cara Rothera
Percobaan ini berdasar pads reaksi antara
nitroprussida dan asam aceto-acetat atau aceton yang
menimbulkan warna. ungu.
Sedang dengan asam beta-hidroxibutirat tidak dapat dinyatakan dengan reaksi ini.
Reagen:
I. Reagen Rothera:
Natrium-nitroprussida5 g
Amonium-sulfat200 g
Keduanya digerus dan dicampur, serbuk
disimpan dalam botol tertutup rapat.
Amonium-hidroksida pekat (28%)
Cara:
Masukkanlah 5 ml urine kedalam tabung reaksiTambahkan 1 g (seujung pisau) reagens Rothera&kocok sampai larutPeganglah tabung dalam sikap miring dan alirkan atauTeteskan 1-2ml amonium-hidroksida(28%) melalui dinding keatas urine,sehingga menyusun lapisan atas terhadap cairan di dalam tabungLetakkan tabung dalam sikap tegak,dan dibaca hasilnya setelah 3 menitBila terdapat warna ungu-kemerahan pada perbatasan kedua lapisan cairan, menunjukkan adanya zat-zat keton.
Hasilnya dilaporkan: positip atau negatip.
3. PEMERIKSAAN MIKROSKOPI (SEDIMEN)
Sampai sekarang kita belum memakai cara standard untuk pemeriksaan mikroskopi urine, sehingga pemeriksaan sedimen masih bervariasi diantara laboratorium klinik.
Salah satu faktor yang sangat penting di dalam pemeriksaan ini adalah dalam penanganan sampel urine dan cara pemeriksaannya harus konsisten.
Catatan:
Urinalisis standard telah dibuat oleh Kova System yang meliputi tabung sentrifus berskala, pipet transfer, cat, slide mikroskop dari plastik beserta penutupnya dengan luas tertentu sehingga pasti kedalamannya.
Cara
Campurlah sampel urine agar sedimen teresuspensiTuangkan 10 ml urine kedalam tabung sentrifus berskalaUrine dipusing 400 x g atau 2000 rpm selama 5 menitPisahkan supernatannya 9 ml dan disisakan 1 ml, lalu endapannya diresuspensi, konsentrasinya sama dengan 10 kali.Teteskan dengan pipet Pasteur satu tetes bebas pada kaca objek dan ditutup dengan kaca penutupPeriksalah dibawah mikroskop dengan objektip 1OX dan okuler 10X, cahaya yang masuk dikurangi agar sedimen mudah dilihat.Jelajahi seluruh area, terutama daerah pinggiran kaca penutup karena silinder sering terdampar disitu.Periksalah minimal 10 lapangan pandang, dan hitunglah jumlah rata-rata silinder atau (minimal - maksimal)/Lpk (lapangan pandang kecil).
Epitel dan kristal dilaporkan: sedikit (1+), sedang (2+) atau banyak (3+)/Lpk.
Gantilah lensa objektip 45X, jelajahi 10 Lpb (lapangan pandang besar), dan dilaporkan jumlah rata-rata atau minimal-maksimal) eritrosit, lekosit / Lpb
IDENTIFIKASI SEDIMEN URINE
SEDIMEN
CIRI-CIRI
ASAL
1. Eritrosit
Berbentuk cakram-biconcav 6-7, hijau pucat jernih (urine baru). Berbentuk cincin transparan ok Hb hilang = Ghost cell (urine lama) Berbentuk krenasi (urine pekat)
Berbentuk bulat cembung (urine encer)
Traktus urogenitalis
2.Lekosit (netrofil)
Besarnya 2 x eri (10-12), warna abu-abu muda, bulat, sitoplasma bergranula, inti berlobi. Bila urine hipotonik sel bengkak granula menunjukkan gerak Brown disebut Glitter cell
Tranktus urogenitalis
3. Epitel
tubulus renalis
Sel bergranula, abu-abu muda, sedikit> leukosit, inti satu besar bulat atau oval, letak eksentrik
Parenkim ginjal (tubulus)
4.Oval
fat- bodies
Epitel tubuli penuh titik-titi lipid, dinding sel tidak jelas, tampak refraktil.
Timbul kebocoran lipid karena glomeruli rusak, kemudian diabsorbsi sel tubuli
5. Yeast/fungi
Bentuk oval,3-5, tak berwarna, sering tampak budding
Kontaminasi kulitudara, bisa dari UTI
6.Bakteri
Batang atau cocci sangat kecil, tunggal atau berantai
Kontaminasi atau dari UTI (urinary tract infection)
KLASIFIKASI CAST DALAM SEDIMEN URINE
Tipe Cast
Ciri dan KOMPOSISI
PATOGENESIS
1. Hialin
Silinder terdiri atas protein Tamm-Horsfal,homogen, transparan, ujung tumpul, indeks refraksi rendah
Aliran urine kurang atau stasis, pH urine asam, derajat proteinuria, kadar solut pekat.
2. Lekosit
Silinder hialin dipenuhi sel-sel netrofil
Radang ginjal dengan eksudasi netrofil ke dalam nefron
3.Eritrosit
Silinder hialin dipenuhi sel-sel eritrosit, warna kecoklatan
Keradangan pada basement membrane glomeruli ginjal
4.Epitel tubulus renalis
Silinder hialin dipenuhi sel-sel epitel tubulus renalis
Keradangan tubulus renalis yang diikuti rontoknya sel-sel epitel tubulus renalis
5.Granular
Silinder hialin yang dipenuhi partikel-partikel kasar atau halus
Berasl dari cellular cast yang mengalami degradasi. Granular bisa dari agregat protein plama
6. Waxy
Silinder terdiri atas protein Tamm-Horsfall,homogen,seperti kaca tepinya tajam, ujungnya tak rata,sangat refraktil
Proses panjang dari degenerasi cellular/granular cast akibat obstruksi nefron pada disfungsi ginjal yang parah.
7. Fatty
Silinder hialin yang dipenuhi titik-titik lipid/oval fat bodies.
Kebocoran lipid akibat kerusakan glomeruli
PRINSIP PEMERIKSAAN DENGAN REAGENT STRIP
pH
Tes pH berdasarkan 2 indikator pH yang ditempelkan pads strip
yaitu bromthymol blue dan methyl red.
Protein
Strip ditempeli tetrablomphenol, bila protein negatip
berwarna: kuning, bila positip: hijau-biru.
Glukosa
Glukosa ditentukan secara 2 tahap yaitu:
Tahap 1. Glucose + 02 4 gluconic acid + H202
(Glucose oxidase)
(peroxidase)
Tahap 2. H202 + chromogen oxidized chromogen + H20
Bila hasilnya positip, warna yang terjadi
tergantung jenis chromogen yang digunakan.
Waktu baca tergantung pabrik pembuat.
Ketone
Aceto, acetoacetic acid + nitroprusside, glycine 4 komplek warna violet.
Waktu baca tergantung pabrik pembuat.
Bilirubin
bilirubin + diazo komplek warna coklat (coklat-ungu)
Waktu baca tergantung pabrik pembuat.
Hb
Darah/HbH202 + chromogen oxidized chromogen + H20 (highly colored)
(peroxidase)
Bila reaksi negatip : berwarna kuning Bila reaksi positip: berwarna hijau-biru
Urobilinogen : p-dimethyl-aminobenzaldehyde + urobilinogen komplek berwarna coklat-kuning.
LAPORAN PRAKTIKUM
NAMA NIM :..
Tanggal :
TOPIK : Analisis Urine Makroskopi
Prinsip:
Prosedur:
III. Hasil:
IV. Interpretasi:
PembimbingPraktikan
LAPORAN PRAKTIKUM
NAMA NIM :..
Tanggal :
TOPIK : Analisis Urine Kimiawi Glukosa
Prinsip:
Prosedur:
III. Hasil:
IV. Interpretasi:
PembimbingPraktikan
LAPORAN PRAKTIKUM
NAMA NIM :..
Tanggal :
TOPIK : Analisis Urine Kimiawi Protein
Prinsip:
Prosedur:
III. Hasil:
IV. Interpretasi:
PembimbingPraktikan
LAPORAN PRAKTIKUM
NAMA NIM :..
Tanggal :
TOPIK : Analisis Urine Kimiawi Bilirubin
Prinsip:
Prosedur:
III. Hasil:
IV. Interpretasi:
PembimbingPraktikan
LAPORAN PRAKTIKUM
NAMA NIM :..
Tanggal :
TOPIK : Analisis Urine Kimiawi Urobilin
Prinsip:
Prosedur:
III. Hasil:
IV. Interpretasi:
PembimbingPraktikan
LAPORAN PRAKTIKUM
NAMA NIM :..
Tanggal :
TOPIK : Analisis urine Kimiawi Keton
Prinsip:
Prosedur:
III. Hasil:
IV. Interpretasi:
PembimbingPraktikan
LAPORAN PRAKTIKUM
NAMA NIM :..
Tanggal :
TOPIK : Analisis urine Mikroskopi
Prinsip:
Prosedur:
III. Hasil:
IV. Interpretasi:
PembimbingPraktikan
LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN URINALISIS (LENGKAP)
No. Lab: No. Reg. : .
Nama Pasien : ..... Ruang :
Pengirim: dr Tanggal :
Alamat: ..
HASIL PEMERIKSAAN URINALISIS
Makroskopi
Warna:
Kejernihan:
BJ :
pH:
Kimiawi
Glukosa :
Protein :
Bilirubin :
Urobilin :
Keton :
Mikroskopi
Silinder:
Hialin: /lpk
Granular: /lpk
Lekosit: /lpk
Eritrosit : /lpk
Lekosit: /lpb
Eritrosit: /lpb
Epitel: /lpk
Kristal: /lpk
Lain-lain:
Kesimpulan:.........................
Pemeriksa, Dokter,
tt. tt.
(nama terang)(nama terang)
PETUNJUK PRAKTIKUM ANALISIS SPERMA
Seluruh cairan ejakulat yang berasal dari seorang pria berupa cairan kental dan keruh, berisi sekret dari kelenjar prostat, kelenjar-kelenjar lain dan termasuk di dalamnya spermatozoa disebut cairan mani (semen), namun pemeriksaan atau analisis mani (semen) ini lebih dikenal dengan analisis sperma.
Analisis sperma terdiri dari pemeriksaan makroskopis, mikroskopis, kimia, immunology, bakteriologi, dll. Pada praktikum mahasiswa yang dilakukan adalah pemeriksaan makroskpois dan mikroskopis tertentu.
PENGAMBILAN SAMPEL:
Abstinensia minimum 48 jam & tidak lebih dari 7 hariDengan cara masturbasi, tidak dianjurkan cara coitus interruptus. Menggunakan kondom spesial yang tidak mengandung bahan toksik yang akan mengganggu viabilizas sperma.
Harus dicatat nama, lamanya abstinensia, tanggal dan waktu sampel diambil, volume sampel yang tidak tertampung/terbuang, kesulitan mendapatkan sampel, interval waktu antara pengambilan sampel sampai waktu analisis.Bisa diambil di rumah dan sampai di Lab (dianalisis) dalam waktu < 1 jamTampung pada tempat bersih (steril jika untuk analisis mikrobiological), mulut lebar, gelas/plastik berpenutup alur. Diperlukan suhu hangat (20-40oC) untuk mencegah penurunan motilitas sperma.Jelaskan pada subjek bahwa sangat penting penampungan sampel harus lengkap tertampung semua
PEMERIKSAAN MAKROSKOPIS
1.Pencairan (liquefaction)
Mani normal sangat kental seperti jelly. Mani normal akan mencair dalam 15-60 menit stelah ejakulasi.
2. Warna dan kekeruhan
Mani normal tampak homogen, putih abu-abu atau kekuning-kuningan dan kelihatan keruh.
Kelihatan merah kecoklatan jika mengandung darah
Kuning bila pasien ikterus atau minum vitamin tertentu
3. Volume
Volume baru dapat diukur setelah mani mencair
Pindahkan ejakulat ke dalam gelas ukur.
Catatlah volume sampai ketepatan 0,2 ml
4. Viscositas
Setelah pencairan
Dengan pipet 5 ml aspirasi dengan hait-hati dan biarkan keluar pipet menetes jatuh (oleh gravitasi) dan observasi panjangnya.
Normal jatuh dengan tetesan kecil
Abnormal bila tetesan memeanjang(molor) > 2 cm.
Hal ini akan mengganggu pemeriksaan selanjutnya (motilitas, konsentrasi dan antibody coating of spermatozoa).
5. pH
Ditentukan menggunakan kertas indikator pH
Normal 7,0-7,8
Jika pH < 7,0 dan azoozpermia kemungkinan obstruksi dari kelenjar ejakulasi
PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS
Motilitas
Teteskan 1 tetes mani yang sudah mencair di atas kaca objek bersih dan tutup dengan kaca penutupPeriksa dibawah mikroskop dengan lensa objektif 40 (pembesaran 400x)Cepat progresifLambat progresifTidak progresifTidak bergerakNilai berapa % dari spermatozoa yang bergerak aktifNormal 1 jam setelah ejakulat mani berisi 50-70% spermatozoa aktif
Konsentrasi / Jumlah
Konsentrasi / Jumlah spermatozoa dihitung dengan kamar hitung Improved Neubauer
Pipet leukosit
Pengencer aquadest
Cara:
Pipet mani yang sudah mencair sampai garis bertanda 0,5
Kemudian aquadest sampai tanda 11.
Hitung spermatozoa dalam kamar hitung 1 mm2
Bisa pada kotak tengah (25 besar yang masing2 berisi 16 kotak kecil)
-Bila sampel mengandung < 10/kotak besar harus hitung
semua (25 kotak besar)
-Bila 10-40/kotak besar hitung 10 kotak besar saja
-Bila > 40/kotak besr hitung 5 besar saja
Sperma yang terletak pada garis pemisah antara 2 kotak hitung sperma yang ada disisi kiri dan atas saja.
Jumlah sperma terhitung x 200.000 = jumlah spermatozoa/ml mani
Normal 20-70 juta/ml
Bila spermatozoa tidak ditemukan:
sentrifus 1 ml mani dengan kecepatan 3000g selama 15 menitPeriksa dengan mikroskop
Bila tetap tidak ditemukan spermatozoa laporkan azoospermia
Vitalitas
Untuk membedakan spermatozoa yang tidak bergerak/non aktif tapi masih hidup dan yang mati
Campurlah sedikit mani dengan larutan eosin 0,5% dalam air
Spermatozoa yang mati mendapat warna kemerah-merahan
Yang non aktif tapi hidup tidak berwarna
Aglutinasi
Aglutinasi berarti sperma yang bergerak saling menempel
Laporkan:
Aglutinasi kepala-kepala, ekor-ekor atau campuran
Semikuantitatif:
- mulai dari tidak ada aglutinasi sampai +3, dimana semua
spermatozoa motil terjadi aglutinasi
Leukosit
Normal leukosit < 1 x 1 juta/ ml
Lekosit yang banyak berhubungan dengan infeksi dan kualitas sperma yang tidak baik.
Morfologi
Buat sediaan apus dari mani sperti apus darahBiarkan mengeringFiksasi dengan metil alkohol 5 menitCat dengan Giemsa, WrightPerhatikanlah terutama bentuk kepala dan ekor spermatozoa Catat berapa % yang memiliki kelainan bentuk
Normal < 20% spermatozoa dengan kelainan bentuk
MORFOLOGI SPERMATOZOA ABNORMAL
NILAI NORMAL
Volume: > 2,0 ml
pH: > 7,2
Konsentrasi sperma: > 20 x 1 juta spermatozoa / ml
Jumlah total sperma per ejakulat: > 40 x 1 juta/ejakulat
Motilitas: > 50 % grade a+b atau
> 25 % grade a
Dalam 60 menit setelah ejakulasi
Morfologi: < 20 % kelainan bentuk
Viatlitas: > 75% hidup
Leukosit: < 1 x 1 juta / ml
LAPORAN PRAKTIKUM
NAMA NIM :..
Tanggal :
TOPIK : Analisis sperma
Prinsip:
Prosedur:
III. Hasil:
Volume: ............ ml
pH: ............
Konsentrasi sperma: ............ spermatozoa / ml
Jumlah total sperma per ejakulat: ............/ejakulat
Motilitas: ............ % grade a+b atau
............ % grade a
Dalam .......menit setelah ejakulasi
Morfologi: ............ % kelainan bentuk
Viatlitas: ............ % hidup
Leukosit: ............ / ml
IV. Interpretasi:
PembimbingPraktikan