Post on 30-Jun-2015
PENGEMBANGAN KURIKULUM DAN SISTEM PEMBELAJARAN
( Makalah Evaluasi Kurikulum)
Dosen Pengampu
DR. Budi Koestoro, M.Pd
Drs. Haninda Bharata, M.Pd
Disusun Oleh
Mirzawan ( 1023011042)
Ade Adriansyah (102311001)
PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER TEKNOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2011
DAFTAR ISI
A. EVALUASI DAN KURIKULUM................................................................................
B. KONSEP KURIKULUM.............................................................................................
C. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KURIKULUM..............................................
D. UJIAN SEBAGAI EVALUASI SOSIAL...................................................................
E. MODEL-MODEL EVALUASI KURIKULUM.........................................................
F. BUKU ACUAN.........................................................................................................
SANWACANA
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT berkat rahmat hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
tugas mata kuliah desain instruksional . Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Budi
Koestoro, M.Pd dan Drs. Haninda Bharata, M.Pd selaku dosen pengampu yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan materi dalam pembuatan makalah ini sehingga
dapat terselesaikan.
Dalam makalah ini kami membahas BAB 9 mengenai Evaluasi Kurikulum pembelajaran
dari buku yang berjudul pengembangan kurikulum: teori dan praktik. Dengan adanya
penugasan ini diharapkan dapat menambah khasanah pengetahuan tentang Evaluasi
kurikulum itu sendiri.
Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu,
kami mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif demi penyempurnaan makalah ini.
A. EVALUASI DAN KURIKULUM
Kurikulum KTSP merupakan kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh
masing-masing satuan pendidikan, kurikulum ini dikembangkan berdasarkan standar isi dan
standar kompetensi lulusan yang berpedoman pada panduan penyusunan kurikulum yang
disusun oleh bahan standar nasional pendidikan. Kurikulum juga merupakan pedoman bagi
seorang pendidik dalam melaksanakan proses pembelajaran. Sementara Definisi evaluasi
merupakan penilaian keseluruhan program pendidikan mulai perencanaansuatu program
substansi pendidikan termasuk kurikulum dan penilaian serta pelaksanaanya. Evaluasi
bertujuan untuk meningkatkan kualitas, kinerja, atau produktifitas suatu lembaga dalam
melaksanakan programnya. Menurut mardafi (2004) menyatakan bahwa evaluasi merupakan
proses penetuan sejauh mana tujuan pendidikan telah tercapai. Evaluasi kurikulum sulit
dirumuskan secara tegas disebabkan beberapa faktor yaitu:
1. Evaluasi kurikulum berkenaan dengan fenomena-fenomena yang terus berubah.
2. Objek evaluasi kurikulum adalah suatu yang berubah-ubah sesuai dengan konsep
kurikulum yang digunakan.
3. Evaluasi kurikulum merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh manusia yang
sifatnya juga berubah.
Hubungan antara evaluasi dan kurikulum bersifat organis dan prosesmya berlangsung secara
evolusioner. Evaluasi merupakan kegiatan yang luas kompleks dan terus menerus untuk
mengetahui proses dan hasil pelaksanaan sistem pendidikan dalam mencapai tujuan yang
mencapai tujuan .
Komponen -komponen kurikulum yang dievaluasi juga sangat luas, program evaluasi
kurikulum bukan hanya mengevaluasi hasil belajar siswadan proses pembelajarannya tetapi
juga desain dan implementasi kurikulum dan kemampuan unjuk kerja guru
Evaluasi kurikulum juga bervariasi brgantung pada dimensi dimensi yang menjadi fokus
evaluasi salah satu dimensi yang sering mendapat sorotan adalah dimensi kualitatif dan
kuantitatif.
Instrument yang digunakan untuk mengevaluasi dimensi kuantitatif berbeda dengan
iinstrument untuk mengevaluasi aspek – aspek perkembangan dan prestasi perkembangan dan
prestasi yang dicapai anak . Dimensi yang bersifat kuantitatif dapat diukur dengan
menggunkan berbagai alat ukuratau tes standar,tes standar tersebut ada yang
diperuntukanmengukur kemampuan yang bersifat potensial (kecerdasan bakat)dan ada pula
yang di peruntukan untuk mengukur kemampuan nyata atau achievement contoh :
intellegence test, scholastic aptitude test, special aptitude test, prognostic aptitude test, dll.test
standart untuk mengukur achievement seperti subject areas test survey test, diagnosic test,
insrument yang digunakan untuk mengevaluasi dimensi kualitatif contohnya questionaire,
interest inventories, temprament and adjustment inventoriest, nominating technique,
interviews and annecdotel records. (writht, 1966:306)\
B. KONSEP KURIKULUM
1. Penekanan kepada isi kurikulum disebabkan karna:
a. Karna didorongkan oleh tuntutan menguatkan kembali kepada nilai moral –
moraldan buadya masyarakat
b. Karna perubahan dasar filosofis tentang struktur pengetahuan
c. Karna adanya tuntutan bahwa kurikulum harus lebih berorientasi pada pekerjaan
2. Penekanan pada situasi pendidikan
Tipe ini bersifat khusus dan sangat menyesuaikan dengan lingkungan contoh : kurikulum
pedesaan kurikulum masyarakat nelayan, kurikulum dll. Tujuanya adalah
a. Menghasilkan kuriklum yang benar benar merefleksikan kehidupan dari
lingkungan anak
b. Mencari Kesesuaian antara antara kurikulum dengan situasi dmana pendidikan
berlangsung
3. Penekanan pada organisasi
Kurikulum ini menekankan pada proses belajar mengajar , tipe kurikulum ini bersifat
lepas dari situasi lingkungan, inti dari kurikulum ini bukan terletak pada bahan bahan
yng dipelajari tetapi pada bimbingan guru, (teacher’s guide)
C. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KURIKULUM
Konsep kurikulum yang menekankan pada isi, memberikan perhatian besar pada
analisis pengetahuan baru yang ada, konsep situasi menuntut penilaian secara rinci
tentang lingkungan belajar dan konsep organisasi memeberi perhatian besar pada
struktur dan sekuen belajar. Perbedaan- perbedaan dalam rancangan tersebut
mempengaruhi langkah-langkah pembelajaran.
Pengembangan kurikulum yang menekankan pada isi, membutuhkan waktu untuk
mempersiapkan situasi belajar. Dan menyatukannya dengan tujuan pembelajaran.
yang relative lama.
Kurikulum yang menekankan pada situasi waktu untuk mempersiapkan lebih pendek,
sedangkan kurikulum yang menekankan pada organisasiwaktu persiapannya hampir
sama dengan dengan kurikulum yang menekankan pada pada isi.
Model evaluasi kaitannya dengan model kurikulum. Perbedaan konsep dan strategi
pengembangan dan penyebaran kurikulum, juga menimbulkan perbedaan dalam
rancangan evaluasi/ model evaluasi yang bersifat komparatif atau menekankan pada
objektif sangan sesuai dengan kurikulum yang bersifat rasional dan menekankan isi.
Teori kurikulum dan teori evaluasi. Model evaluasi kurikulum berkaitan erat dengan
konsep kurikulum yang digunakan, seperti model pengembangan dan penyebaran
dihasilkan oleh kurikulum yang menekankan isi.
D. PERANANAN EVALUASI KURIKULUM
Beberapa karakteristik dari kurikulum yang dikembangkan di Inggris :
1. Lebih berkenaan dengan inovasi daripada dengan kurikulum yang ada
2. Lebih berskala nasional daripada lokal
3. Dibiayai oleh gran dari luar yang berjangka pendek dari pada oleh anggapan tetap
4. Lebih banyak dipengaruhi oleh kebiasaan penelitian yang bersifat psikometris
daripada kebiasaan lama yang berupa penelitian sosial.
Beberapa Peranan evaluasi kebijaksaan dalam kurikulum :
1. Sebagai moral judgement, evaluasi
2. Penentuan keputusan, evaluasi
3. Konsensus nilai
E. UJIAN SEBAGAI EVALUASI SOSIAL
Kecendruangan ini bukan saja didasari oleh teori psikologi lama yang memandang
bahwa otak yang lebih baik mampu menguasi fakta lebih banyak tetapi juga oleh
keadaan masyarakat dimana buku-buku sumber pengetahuan relatif tidak berubah
selama 2 abab. Ujian bukan saja menunjukan nilai pengetahuan atau kemampuan
secara sosial tetapi juga sudah menjadi peraturan dari sekolah. Sistem ujian ini lebih
banyak digunakan untuk mengukur kemampuan individu siswa.
Ada tiga tipe evaluasi dalam pendidikan
a. Evaluasi birokratik
b. Evaluasi otokratik
c. Evaluasi demokratik
F. MODEL-MODEL EVALUASI KURIKULUM
A.Evaluasi model penelitian
Yaitu evaluasi yang didasari oleh teori, metode, tes psikologis serta eksperiment lapangan.
Tes psikologis atau psikometrik mempunyai 2 bentuk tes :
1.Tes intelegensi untuk mengukur kemampuan bawaan
2.Tes intelegensi yang mengukur hasil belajar/perilaku skolastik
B.Evaluasi model objektif
Perbedaan evaluasi model objektif dengan model komparatif
1. Model objektif, evaluasi merupakan bagian yang sangat penting dari proses
pengembang kurikulum, para evaluator mempunyai peranan menghimpun pendapat-
pendapat orang luar tentang inovasikurikulum yang dilaksanakan, evaluasi dilakukan
pada akhir pengembang kurikulum disebut evaluasi sumatif.
2. Kurikulum tidak dibandingkan dengan kurikulum lain tetapi diukur dengan
seperangkat objektif atau tujuan khusus. Ada beberapa persyaratan yang harus
dipenuhi oleh tim pengembang model objektif:
a. Ada kesepakatan tentang tujuan-tujuan kurikulum
b. Merumuskan tujuan tujuan tersebut dalam perbuatan siswa
c. Menyusun materi kurikulum yang sesuai dengan tujuan tersebut
d. Mengukur kesesuaian antara prilaku siswa dengan hasil yang diinginkan.
Sistem instruksional/sistem pengajaran yang terkenal adalah, IPI (Individually
Prescribed Instruction) memiliki 7 unsur yaitu:
a. Tujuan-tujuan pengajaran yang disusun dalam daerah -daerah , tingkat-tingkat, dan
unit –unit.
b. Suatu prosedur program testing
c. Pedoman prosedur penulisan
d. Materi dan alat-alat pengajaran
e. Kegiatan guru dalam kelas
f. Kegiatan murid dalam kelas
g. Prosedur pengelolaan kelas.
Tes untuk mengukur prestasi belajar anak merupakan bagian integral dari kurikulum.
Kemajuan peserta didik dapat dilakukan dengan melakukan pre test dan post test.
C.MODEL CAMPURAN MULTIVARIASI
Yaitu strategi evaluasi yang menyatukan unsur-unsur dari pendekatan model bloom dan
model tailor. Langkah-langkah model multivariasi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Mencari sekolah yang berminat untuk dievaluasi/diteliti
2. Pelaksanaan program. Bila tidak ada pencampuran sekolah tekanannya pada
partisipasi yang optimal
3. Sementara tim menyusun tujuan yang meliputi semua tujuan dari pembelajaran
umpamanya dengan metode global dan metode unsur, dapat disiapkan tes tambahan
4. Bila semua informasi yang diharapkan telah terkumpul, maka mulailah pekerjaan
komputer
5. Tipe analisis dapat juga digunakan untuk mengukur pengaruh bersama dari beberapa
variabel yang berbeda.
Model-model evaluasi kurikulum ini berkembang dari dan digunakan untuk mengevaluasi
model atau pendekatan kurikulum tertentu. Model perbandingan lebih sesuai untuk
mengevaluasi pengembangan kurikulum yang menekankan pada isi (Content based
curriculum) , model tujuan lebih digunakan dalam pengembangan kurikulum yang
menggunakan pendekatan tujuan ( Goal based curriculum), model campuran dapat
digunakan untuk mengevaluasi baik kurikulum yang menekankan isi, tujuan maupun
situasi ( situation based curriculum)
G. BUKU ACUAN
Skillback, Malcolm (Ed). (1984). Evaluating the curriculum in the eighties. London:
Houder and Stoughton.
EVALUASI KURIKULUM
A. Evaluasi dan Kurikulum
Hasil-hasil evaluasi kurikulum dapat digunakan oleh para pemegang kebijaksanaan
pendidikan dan para pengembang kurikulum dalam memilih dan menetapkan kebijaksanaan
pengembangan system pendidikan dan pengembangan model kurikulum yang digunakan.
Evaluasi kurikulum sukar dirumuskan secara tegas, hal itu disebabkan bebrapa factor :
1. Evaluasi kurikulum berkenaan dengan fenomena-fenomena yang terus berubah.
2. objek evaluasi kurikulum adalah sesuatu yang berubah-ubah sesuai dengan konsep
kurikulum yang digunakan.
3. Evaluasi kurikulum merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh manusia yang
sifatnya juga berubah.
B. Konsep Kurikulum
- penekanan pada isi kurikulum
strategi pengembangan ini merupakan yang paling lama dan banyak dipakai tetapi
juga terus mendapat penyemburnaan atau pembaruan.
- penekanan pada situasi pendidikan
tipe kurikulum ini menekankan pada masalah dimana(where) bersifat khusus, sangat
memperhatikan dan disesuaikan dengan lingkungannya.
- Penakanan pada organisasi
Tipe ini menekankan pada proses belajar mengajar
C. Implementasi dan Evaluasi Kurikulum
Pengembangan kurikulum yang menekankan isi, membutuhkan waktu
mempersiapkan situasi belajar dan menyatukannya dengan tujuan pengajaran yang cukup
lama. Kurikulum yang menekankan situasi, waktu mempersiapkannya lebih pendek,
sedangkan kurikulum yang menekankan organisasi waktu persipannya hamper sama dengan
kurikulumyangmenekankan isi.
D. Peranan Evaluasi kurikulum
Evaluasi kurikulum dapat dilihat sebagai proses social dan sebagai intuisi social.
Evaluasi kurikulum sebagai intuisi social mempunyai asal-usul, sejarah, struktur serta interest
sendiri.
E. Ujian Sebagai Evaluasi Social
Sejak diperkenalkannya ujian atau tes untuk umum di Amerika Serikat dan Negara-
negara lain, pengukuran yang berbentuk umum tersebut merupakan salah satu model evaluasi
dalam pendidikan. Menguji adalah mengevaluasi kemampuan individu.
Keberhasilan dalam ujian pengetahuan dan kemampuan skolastik selama bertahun-tahun
ditentukan oleh kemampuan mengingat fakta-fakta. Ujian bukan saja menunjukkan nilai
pengetahuan atau kemampuan secara social tetapi juga telah merupakan peraturan dari
sekolah.
Barry Mc Donald (1975), membedakan adanya tiga tipe evaluasi dalam pendidikan
dan kurikulum yaitu :
- Evaluasi Birokratik, merupakan suatu layananyang bersifat unconditional terhadap
lembaga-lembaga pemerintahan yang memiliki wewenang control terbesar dalam
alokasi sumber-sumber pendidikan.
- Evaluasi Otokratik, merupakanlayanan evaluasi terhadap lembaga-lembaga
pemerintahan yang mempunyai wewenang control cukup besar dalam mengalikasikan
sumber-sumber pendidikan.
- Evaluasi Demokratik, merupakan layanan pemberian informasi terhadap masyarakat,
tentang program-program pendidikan.
F. Model-model Evaluasi Kurikulum
1. Evaluasi model penelitian
Model ini didasarkan atas teori dan metode tes psikologis serta eksperimen lapangan.
Ters psikologi atau tes psikometrik pada umumnya mempunyai dua bentuk, yaitu tes
inteligensi yang ditujukan untuk mengukur kemampuan bawaan, serta tes hasil belajar
yang mengukur prilaku skolastik.
2. Evaluasi model obyektif
Perbedaan model obyeltif dengan model komperatif adalah dalam dua hal. Pertama
dalam model obyektif, evaluasi merupakan bagian yang sangat penting dari proses
pengembangan kurikulum. Kedua, kurikulum tidak dibandingkan dengan kurikulum
lain tetapi diukur dengan seperangkat obyektif (tujuan khussu).
Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh tim pengembang model obyrktif.
a. Ada kesepakatan tentang tujuan-tujuan kurikulum
b. Merumuskan tujuan-tujuan tersebut dalam perbuatan siswa
c. Menysun materi kurikulum yang sesuai dengan tujuan tersebut
d. Mengukur kesesuaian antara perilaku siswa dengan hasil yang diinginkan.
3. Model campuran multivariasi
Evaluasi model perbandingan (comparative approach) dan model Tylor dan Bloom
melahirkan evaluasi model campuran multivariasi, yaitu strategi evaluasi yang
menyatukan unsure-unsur dari kedua pendekatan tersebut. Strategi yang
memungkinkan pembandingan lebih dari satu kurikulum dan secara serempak
keberhasilan tiap kurikulum diukur berdasarkan criteria khusus dari masing-masing
kurikulum.
Beberapa kesulitan dihadapi dalam model ini. Kesulitan pertama adalah diharapkan
memberikan tes statistic yang signifikan. Kedua adalah terlalu banyaknya variable
yang perlu dihitung pada suatu saat, kemampuan computer hanya sampai 40 variabel,
sedangkan dengan model ini dapat dikumpulkan sampai 300 varibel. Ketiga,
meskipun model multi variasi telah mengurangi masalah control berkenaan dengan
eksperimen lapangan tetapi tetap menghadapi masalah-masalah pembandingan.
Posted by arianto sam at 17:19
Peranan Evaluasi Kurikulum
Peranan Evaluasi Kurikulum
Peranan evaluasi kebijaksanan dalam kurikulum pendidikan miimal berkenaan dengan tiga hal, sebagai berikut.
1. Evaluasi sebagai moral judgementKonsep utama dalam evaluasi adalah masalah niali. Hasil dari evaluasi berisi suatu nilai yang akan digunakan untuk tindakan selanjutnya. Hal ini mengandung dua pengertian, pertama evaluasi berisi suatu skala nilai moral, berdasarkan skala tersebut suatu objek evaluasi dapat dinilai. Kedua, Evaluasi berisi suatu perangkat criteria praktis, berdasarkan criteria-krateria tersebut suatu hasil dapat dinilai.
2. Evaluasi dan penentuan keputusanPengambil keputusan dalam pelaksanaan pendidikan atau kurikulum banyak, yaitu guru, murid, kepala sekolah, orang tua, para inspektur, pengembang kurikulum, dan sebagainya. Pada prinsipnya tiap individu di atas membuat keputusan sesuai dengan posisinya. Besar atau kecilnya peranan keputusan yang diambil oleh seseorang sesuai dengan lingkup tanggung jawabnya serta masalah yang dihadapinya pada suatu saat.
3. Evaluasi dan consensus nilaiDalam berbagai situasi pendidikan serta kegiatan pelaksanaan evaluasi kurikulum sejumlah nilai-nilai dibawakan oleh orang-orang yang terlibat dalam kegiatan penilaian dan evaluasi. Para partisipan dalam evaluasi pendidikan dapat terdiri atas orang tua, murid, guru,
pengembang kurikulum, administrator, ahli politik, ahli ekonomi, penerbit, arsitek, dan sebagainya.
Untuk mendapatkan rumusan tentang pengertian kurikulum, para ahli mengemukakan
pandangan yang beragam. Dalam pandangan klasik, lebih menekankan kurikulum
dipandang sebagai rencana pelajaran di suatu sekolah. Pelajaran-pelajaran dan materi apa
yang harus ditempuh di sekolah, itulah kurikulum. George A. Beauchamp (1986)
mengemukakan bahwa : “ A Curriculun is a written document which may contain many
ingredients, but basically it is a plan for the education of pupils during their enrollment in
given school”. Dalam pandangan modern, pengertian kurikulum lebih dianggap sebagai
suatu pengalaman atau sesuatu yang nyata terjadi dalam proses pendidikan, seperti
dikemukakan oleh Caswel dan Campbell (1935) yang mengatakan bahwa kurikulum … to be
composed of all the experiences children have under the guidance of teachers. Dipertegas
lagi oleh pemikiran Ronald C. Doll (1974) yang mengatakan bahwa : “ …the curriculum has
changed from content of courses study and list of subject and courses to all experiences
which are offered to learners under the auspices or direction of school.
Untuk mengakomodasi perbedaan pandangan tersebut, Hamid Hasan (1988)
mengemukakan bahwa konsep kurikulum dapat ditinjau dalam empat dimensi, yaitu:
1. kurikulum sebagai suatu ide; yang dihasilkan melalui teori-teori dan penelitian, khususnya dalam bidang kurikulum dan pendidikan.
2. kurikulum sebagai suatu rencana tertulis, sebagai perwujudan dari kurikulum sebagai suatu ide; yang didalamnya memuat tentang tujuan, bahan, kegiatan, alat-alat, dan waktu.
3. kurikulum sebagai suatu kegiatan, yang merupakan pelaksanaan dari kurikulum sebagai suatu rencana tertulis; dalam bentuk praktek pembelajaran.
4. kurikulum sebagai suatu hasil yang merupakan konsekwensi dari kurikulum sebagai suatu kegiatan, dalam bentuk ketercapaian tujuan kurikulum yakni tercapainya perubahan perilaku atau kemampuan tertentu dari para peserta didik.
Sementara itu, Purwadi (2003) memilah pengertian kurikulum menjadi enam bagian : (1)
kurikulum sebagai ide; (2) kurikulum formal berupa dokumen yang dijadikan sebagai
pedoman dan panduan dalam melaksanakan kurikulum; (3) kurikulum menurut persepsi
pengajar; (4) kurikulum operasional yang dilaksanakan atau dioprasional kan oleh pengajar
di kelas; (5) kurikulum experience yakni kurikulum yang dialami oleh peserta didik; dan (6)
kurikulum yang diperoleh dari penerapan kurikulum.
Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional sebagaimana dapat dilihat dalam Undang-
Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa: “Kurikulum
adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran
serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu”.