Tugas Pak Ibnu

30
  PROPOSAL THESIS KONSTRUKSI REALITAS HUKUMAN MATI TKI RUYATI DI ACARA METRO HIGHLIGHT ZULMI SAVITRI 2010-03-012 UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA) PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER ILMU KOMUNIKASI JAKARTA 2011

Transcript of Tugas Pak Ibnu

5/16/2018 Tugas Pak Ibnu - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-pak-ibnu 1/30

 

PROPOSAL THESIS

KONSTRUKSI REALITAS HUKUMAN MATI TKI RUYATI DI ACARA

METRO HIGHLIGHT

ZULMI SAVITRI

2010-03-012

UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA)

PROGRAM PASCASARJANA  MAGISTER ILMU KOMUNIKASI

JAKARTA

2011

5/16/2018 Tugas Pak Ibnu - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-pak-ibnu 2/30

 

Abstrak

Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui konstruksi realitas pemberitaan Hukuman

Mati TKI Ruyati. Metro tv sebagai agen konstruksi realitas, menayangkan banyak pemberitaanmengenai hukuman mati TKI Ruyati. Selama sepekan masyarakat disuguhi olleh pemberitaan

mengenai Ruyati. Dan pada tanggal 25 Juni 2011, Metro TV menayangkan Metro Highlight yang

meringkas pemberitaan dalam sepekan.

Teknis analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis framing dengan

model Gamson dan Modigliani. Penelitian akan memusatkan bagaimana metro tv selaku media

televisi yang sering dilihat oleh masyarakat mengkonstruksi pemberitaan tersebut.

5/16/2018 Tugas Pak Ibnu - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-pak-ibnu 3/30

i

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ........................................................................................................................................ 1

1.2. Rumusan Masalah Penelitian ................................................................................................................. 6

1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................................................................... 6

1.4. Manfaat Penelitian ................................................................................................................................. 6

1.5. Keterbatasan Penelitian ......................................................................................................................... 7

BAB II KERANGKA TEORI

2.1. Konstruksi Realitas ................................................................................................................................. 8

2.2. Wacana ................................................................................................................................................ 11

2.2.1. Jenis dan Bentuk Wacana ................................................................................................................. 11

2.2.2. Teori Wacana (theories of discourse) dan Teori Komunikasi (theories of communications) ........... 12

2.3. Framing ................................................................................................................................................ 14

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Paradigma Penelitian ........................................................................................................................... 20

3.2. Pendekatan Penelitian ......................................................................................................................... 21

3.3. Sifat Penelitian ..................................................................................................................................... 22

3.4. Teknik pengumpulan data ................................................................................................................... 22

3.5. Teknik analisis data .............................................................................................................................. 23

DAFTAR PUSTAKA 

5/16/2018 Tugas Pak Ibnu - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-pak-ibnu 4/30

 

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Memasuki era keterbukaan, salah satu yang secara signifikan mengalami perubahan

adalah semakin deras dan beragamnya pemberitaan dan informasi. Bukan hanya berubah

dalam segi jumlah tetapi juga dalam segi keragaman berita, sumber berita, semakin variatif dan

kreatifnya cara penyajian berita.

Harold D Lasswell dan Charles Wright, menyatakan terdapat empat fungsi sosial media

massa, yaitu :

Pertama, sebagai social surveilance. Pada fungsi ini, media massa termasuk mediatelevisi, akan senantiasa merujuk pada upaya penyebaran informasi dan interpretasi seobjektif 

mungkin mengenai peristiwa yang terjadi, dengan maksud agar dapat dilakukan kontrol sosial

sehingga tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dalam lingkungan masyarakat bersangkutan.

Kedua, sebagai social correlation. Dengan fungsi korelasi sosial tersebut, akan terjadi

upaya penyebaran informasi yang dapat menghubungkan satu kelompok sosial dengan

kelompok sosial lainnya. Begitupun antara pandangan – pandangan yang berbeda, agar tercapai

konsensus sosial.Ketiga, fungsi socialization. Pada fungsi ini, media massa selalu merujuk pada upaya

pewarisan nilai-nilai luhur dari satu generasi ke generasi selanjutnya, atau dari satu kelompok

ke kelompok lainnya.

Keempat , fungsi entertainment . Agar tidak membosankan, sudah tentu media massa

perlu juga menyajikan hiburan kepada khalayaknya. Hanya saja, fungsi hiburan ini sudah terlalu

dominan mewarnai siaran televisi kita, sehingga ketiga fungsi lainnya, seolah telah terlupakan.

Untuk itu, fungsi hiburan haruslah ditata agar seimbang dengan 3 (tiga) fungsi lainnya.

Sejatinya, keempat fungsi media massa tersebut bersinergi dan sinkron dalam rangka

menyajikan tontonan yang sehat. Sebab, hanya dengan tontonan yang sehat sajalah yang

nantinya dapat melahirkan generasi yang sehat. Generasi yang memiliki karakter bangsa. Dalam

hal inilah, kesadaran masyarakat dunia pada umumnya dan Indonesia secara khusus perlu

5/16/2018 Tugas Pak Ibnu - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-pak-ibnu 5/30

 

2

bertekad dan berkomitmen untuk mengupayakan agar ke depan jangan lagi mau membiarkan

diri dan keluarganya didikte oleh siaran TV yang tidak mendidik dan bahkan merusak

pembangunan karakter bangsa bagi masyarakat (warga negara) dalam pembangunan bangsa ke

depan.

Menurut Peter D. Moss (1999:185) dalam Prof. Dedy Mulyana, wacana media massa,

termasuk berita televisi, merupakan konstruk kultural yang dihasilkan ideologi. Karena, sebagai

produk media massa, televisi menggunakan kerangka tertentu untuk memahami realitas sosial.

Lewat narasinya, televisi menawarkan kerangka tertentu untuk memahami realitas sosial.

Lewat narasinya, televisi menawarkan definisi – definisi tertentu mengenai kehidupan manusia.

Bahasa termasuk bahasa gambar dapat digunakan untuk memberikan aksen tertentu terhadap

suatu peristiwa dan tindakan, misalnya dengan menekankan, mempertajam, memperlembut,mengagungkan, melecehkan, membelokkan, atau mengaburkan peristiwa atau tindakan.

Melalui penggunaan bahasa dan gambar sebagai sistem simbol yang utama, para

pengelola televisi mampu menciptakan, memelihara, mengembangkan, dan bahkan

meruntuhkan suatu realitas. Ketika menyimak suatu wacana televisi, terkadang kita tanpa sadar

digiring oleh definisi yang ditanamkan oleh media massa tersebut. Secara tidak langsung hal itu

membuat kita mengubah definisi kita mengenai realitas sosial atau memperteguh asumsi yang

kita miliki sebelumnya. Kita boleh jadi semakin bersimpati kepada seseorang atau suatukelompok dan semakin membenci kelompok lain, meskipun sebenarnya orang atau kelompok

yang kita benci itu belum tentu bersalah secara hukun atau moral.

Seperti yang dikatakan Peter Dahlgren (1991:192) dalam Prof. Deddy Mulyana, realitas

sosial, menurut pandangan konstruktivis, setidaknya sebagian, adalah produksi manusia, hasil

proses budaya, termasuk penggunaan bahasa. Dalam ungkapan Dennis McQuail, media massa

merupakan filter yang menyaring sebagian pengalaman dan menyoroti pengalaman lainnya

sekaligus kendala yang menghalasi kebenaran (dalam Littlejohn, 1996: 324). Maka, makna

suatu peristiwa, yang diproduksi dan disebarluaskan oleh media massa, sebenarnya adalah

suatu konstruksi yang temporer dan rentan. Peristiwa  – peristiwa yang dilaporkan televisi,

berita sekalipun, jelas bukan peristiwa sebenarnya. Proses persepsi selektif yang dilakukan

wartawan (kameraman) dan editor, disadari atau tidak, berperan dalam menghasilkan judul

5/16/2018 Tugas Pak Ibnu - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-pak-ibnu 6/30

 

3

tayangan; sudut pengambilan gambar (adegan) mempengaruhi khalayak untuk

mempersepsikan status orang yang ditayangkan; penempatan acara di televisi (jam tayang)

yang menandakan penting atau tidaknya tayangan; pendek atau panjangnya tayangan;

komentar mana yang akan ditampilkan dan akan dibuang, yang sedikit banyak akan

menunjukkan keberpihakan televisi; dan julukan apa yang dipilih televisi untuk

mempromosikan pihak yang mereka bela atau menyudutkan pihak lain yang mereka benci.

Berita televisi sekalipun merupakan suatu cara untuk menciptakan realitas yang diinginkan

mengenai peristiwa atau (kelompok) orang yang dilaporkan. Karena telah melewati proses

seleksi dan reproduksi, berita televisi sebenarnya merupakan laporan peristiwa yang artifisial,

tetapi dapat diklaim sebagai objektif oleh televisi itu untuk mencapai tujuan ideologis dan bisnis

televisi tersebut. Dengan kata lain, berita televisi bukan sekadar menyampaikan, melainkan juga menciptakan makna.

Kasus TKI yang saat ini sedang banyak diberitakan oleh media massa khususnya televisi

adalah tentang kasus hukuman mati kepada TKI bernama Ruyati di Arab Saudi. Pemberitaan

tersebut banyak dikaitkan antara ekskusi mati Ruyati TKI asal Indonesia tersebut dengan pola

pemerintaah saat ini, yaitu mengkritik kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono sebagai

presiden Republik Indonesia.

Seperti situs kompas.com misalnya. Menuduh eksekusi mati Ruyati binti Sapubimerupakan bentuk keteledoran pemerintah untuk melakukan diplomasi. Dalam pemberitaan

kompas.com berjudul "Ruyati Dipancung, ke Mana SBY?" itu juga menganggap bahwa pidato

SBY pada sidang ILO ke-100 pada 14 Juni 2011 mengenai perlindungan PRT migran di Indonesia

hanya buaian saja.

Banyak pembaca yang mendukung tulisan tersebut. Buktinya dari 200-an komentar

pembaca yang masuk, terlihat sebanyak 85 persen mengecam pemerintah, sisanya hanya

beberapa persen saja cenderung membuat komentar netral1

.

Memang bila kita mencoba melihat pemberitaan-pemberitaan di internet salah satu

berita yang paling diminati pembaca adalah berita yang menjelek-jelekkan pemerintah. Maka

tidak jarang bila presiden SBY sebagai tampuk kepemimpinan dikritik melalui sebuah

1http://karodalnet.blogspot.com/2011/06/ruyati-binti-satubi.html

5/16/2018 Tugas Pak Ibnu - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-pak-ibnu 7/30

 

4

pemberitaan media online, maka niscaya berita tersebut akan langsung menjadi berita

terpopuler dan mengundang puluhan bahkan ratusan komentar pembaca.

Apakah memang tabiat kita selaku warga Indonesia memang sudah demikian parahnya,

selalu saja merasa hebat juga sudah berhasil menjelekkan para pemimpin negeri kita sendiri?

Atau memang pemimpin negeri ini sendiri yang telinganya sudah tertutup sehingga kritik demi

kritik selalu saja bermunculan tanpa ada perbaikan oleh mereka tentang tatanan hukum dan

ekonomi juga kesejahteraan di negeri ini?

Sejalan dengan pemikiran William Gamson, keberhasilan dari gerakan sosial terletak dari

bagaimana peristiwa dibingkai sehingga menimbulkan tindakan kolektif. Untuk memmunculkan

tindakan kolektif, dibutuhkan penafsiran dan pemaknaan symbol yang dapat diterima secara

kolektif. “Maka dari itu gerakan sosial selalu diseleksi dan menggunakan symbol, nilai danretorika tertentu untuk memobilisasi khalayak” (Eriyanto, 2007, p.220). khalayak yang

termobilisasi memberikan tanggapan, melalui berbagai bentuk seperti pada jejaring sosial

facebook dan twitter. Komentar melalui media tersebut merupakan pertanda dari gerakan

sosial.

Pada kasus Ruyati binti Satubi yang eksekusi mati di Arab Saudi. Dia dinyatakan bersalah

karena membunuh majikannya Khairiya bin Hamid Mijlid dengan memukul bagian kepalanya

beberapa kali.Staf teknisi Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Jeddah, Budhi H Laksana,

menyampaikan kronologis permasalahan hukum yang dijalani Ruyati hingga akhirnya

dieksekusi. Siaran pers yang menjelaskan hukum yang dijalani Ruyati, adalah sebagai berikut :

1.  Pada tanggal 12 Januari 2010, Ruyati telah membunuh majikannya, Khariyah Hamid (64

tahun) dengan pisau jagal (pisau besar) kemudian menusuk leher korban dengan pisau

dapur.

2.  Kasus ditangani oleh kupolisian Sektor Al Mansur Makkah Al Mukaromah

penanganannya sejak awal tergolong cepat mengingat besarnya kasus dan kuatnya

bukti-bukti yang ditemukan di TKP.

3.  Kepolisian Al Mansur dan Badan Investigasi dan Penuntut Umum Makkah

menginformasikan Ruyati dengan gambling dan santai “mengakui” telah membunuh

5/16/2018 Tugas Pak Ibnu - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-pak-ibnu 8/30

 

5

majikannya. Motif pembunuhan adalah rasa kesal akibat sering dimarahi oleh ibu

majikan dan kecewa karena majikan tidak mau memulangkan. Ruyati juga menyatakan

berniat untuk melarikan diri namun pintu rumah selalu terkunci sehingga tidak dapat

keluar dari rumah majikan. Ruyati mengakui tidak pernah disiksa oleh majikannya.

4.  KJRI menghadiri persidangan Ruyati sebanyak 2 kali yaitu tanggal 3 dan 10 Mei 2010.

Dalam persidangan, Ruyati didampingi oleh dua penterjemah mahkamah

berkebangsaan Indonesia dan dua dari KJRI Jeddah. Begitu juga pada saat proses

investigasi di Badan Investigasi dan saat reka ulang (rekonstruksi) di TKP, ruyati

didampingi oleh penterjemah.

5.  Sebagai upaya bantuan hokum, KJRI Jeddah telah mengirim dua nota diplomatik ke

Kemlu Saudi Arabia tanggal 19 Mei 2010 dengan Nomor : 1948 dan tanggal 14 Agustus2010 No. 2986 yang pada intinya meminta agar kepada KJRI diberikan akses

kekonsuleran seluas-luasnya sebagaimana lazimnya termasuk informasi tentang jadwal

persidangan, pendampingan dan pembelaan dalam sidang-sidang berikutnya untuk

mendapatkan salinan putusan hokum terhadap Ruyati Binti Satubi.

6.  Sehubungan dengan pemberitaan eksekusi qisas yang dilakukan oleh pemerintah Saudi

Arabis KJRI telah melayangkan Nota Diplomatik informasi atas tidak adanya informasi

mengenai jadwal eksekusi kepada Ruyati.

Sesungguhnya media memiliki tugas besar dan mulia, yakni mengembangkan wacana

yang sehat demi kepentingan rakyat banyak. Melalui penyajiannya, media seyogianya lebih

berempati terhadap pihak – pihak yang dirugikan dan menderita . Pada gilirannya wacana yang

sehat dapat dikembangkan untuk mencari solusi atas persoalan yang ada. Sayangnya, media

menampilkan banyak kecenderungan negatif. Dalam meliput konflik, media kita selama

bertahun - tahun cenderung berpihak pada kelompok tertentu, memanaskan situasi yang ada,

seraya menonjolkan unsur kekerasan dari konflik dalam pemberitaan. Media seharusnya

melaporkan peristiwa dengan misi membantu menyelesaikan konflik, misalnya dengan

menampilkan nara sumber secara berimbang (cover both sides). Juga dengan mnyediakan

konteks atau latar belakan peristiwa, yang mereka gali sendiri di lapangan (relitas sosiologis)

5/16/2018 Tugas Pak Ibnu - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-pak-ibnu 9/30

 

6

dan melalui dokumen yang ada serta yang terpenting mencari jalan keluar dan menawarkan

solusi untuk memperbaiki keadaan.

1.2. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka dalam penelitian ini

perumusan permasalahan berkaitan dengan “Bagaimana konstruksi realitas tentang

pemberitaan kasus hukuman mati TKI Ruyati dalam stasiun televisi metro tv?”. Secara lebih

khusus hal hal dalam bahasan tesis ini akan menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :

1.  Bagaimana metro tv membingkai kasus hukuman mati kepada ruyati?

2.  Bagaimana realitas dan peristiwa hukuman tki ruyati dikonstruksikan dalam

pemberitaan stasiun metro tv?

1.3. Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian ini adalah “menggambarkan konstruksi realitas tentang

kasus pemberitaan kasus hukuman mati TKI Ruyati dalam stasiun televisi metro tv sepanjang

 juni 2011. Secara khusus penelitian ini bertujuan :

1.  Untuk mengetahui pembingkaian pemberitaan kasus hukuman mati TKI Ruyati di

metro tv.2.  Untuk mengetahui realitas dan peristiwa hukuman tki ruyati dikonstruksikan dalam

pemberitaan stasiun metro tv.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu

komunikasi khususnya mengenai analisis framing.

5/16/2018 Tugas Pak Ibnu - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-pak-ibnu 10/30

 

7

1.4.2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dua pihak:

1.  Institusi Metro TV

Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat dan memberi

sumbangan pemikiran pada institusi terutama redaktur metro highlight,

khususnya dalam membingkai atau mengkonstruksi suatu realitas.

2.  Khalayak Konsumen Media

Penelitian ini diharapkan dapat memberi wawasan dan cara pandang

khalayak media terhadap media dalam menyajikan dan menggambarkan

sebuah peristiwa melalui cara pandang serta konstruksi yang dibangun oleh

wartawan di media massa khususnya media cetak.

1.5. Keterbatasan Penelitian

Obyek penelitian hanya dibatasi pada acara metro Highlight yang ditayangkan stasiun

metro tv pada hari senin tanggal 20 Juni 2011. Dan subyek penelitiannya adalah konstruksi

realitas pemberitaan hukuman mati tki Ruyati dengan menggunakan unit naskah, isi dan dan

gambar yang ada didalam dari subyek penelitian.

5/16/2018 Tugas Pak Ibnu - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-pak-ibnu 11/30

 

8

BAB II

KERANGKA TEORI

2.1. Konstruksi Realitas

Media mempunyai peran yang sangat penting dalam kehidupan sosial, karena khalayak 

tidak sekedar mengkonsumsi media sebagai sarana untuk mendapatkan hiburan dan melepas

ketegangan, tetapi informasi yang disajikan media sangat dibutuhkan khalayak sebagai

“konsumsi untuk otaknya”, yang pada akhirnya akan mempengaruhi realitas subjektif dari

khalayak sebagai para pelaku interaksi sosial Walter Lippman seperti dikutip McQuail

menegaskan, bahwa media massa mampu menanamkan the picture in our heads tentang realitas

yang terjadi di dunia ini. Fungsi yang menonjol dari komunikasi massa berkaitan dengan

kehidupan masyarakat, tentunya fungsi ini dapat dirasakan baik pada setiap orang secara

individual, bagi kelompok anggota masyarakat serta terhadap masyarakat secara keseluruhan.

Istilah konstruksi realitas pertama kali diperkenankan oleh Peter L. Berger dan Thomas

Luckmann pada tahun 19662. Menurut Berger dan Luckmann, proses sosial melalui tindakan dan

interaksinya, di mana individu secara intens menciptakan suatu realitas yang dimiliki dan dialami

bersama secara subjektif. Lebih lanjut dikatakan bahwa konstruksi sosial adalah pembentukan

pengetahuan yang diperoleh dari hasil penemuan sosial. Realitas terbentuk secara sosial dan

sosiologi merupakan ilmu pengetahuan untuk menganalisa proses bagaimana terjadinya. Dalam

hal ini pemahaman “realitas” dan “pengetahuan” dipisahkan. Mereka mengakui realitas objektif,

dengan membatasi sebagai “kualitas yang berkaitan dengan fenomena yang kita anggap berada

di luar kemampuan kita (sebab fenomena tersebut tidak bisa dienyahkan).

Realitas sosial sehari  –  hari memiliki dimensi  –  dimensi yang subyektif dan objektif.

Manusia merupakan instrumen dalam menciptakan realitas sosial yang objektif melalui proses

eksternalisasi (yang menciptakan realitas objektif) dan internalisasi (mencerminkan realitas

subjektif). Realitas sosial dikonstruksi melalui proses eksternalisasi, objektivasi dan internalisasi,

di mana konstruksi sosial tidak berlangsung dalam ruang hampa, namun sarat dengan

kepentingan  –  kepentingan. Eksternalisasi adalah penyesuaian diri individu dengan dunia

sosiokultural sebagai produk manusia. Internalisasi adalah proses dimana individu

2Peter L. Berger dan Thomas Luckmann, Tafsir Sosial Atas Kenyataan : Sebuah Risalah Tentang Sosiologi

Pengetahuan (terjemahan Hasan Basri), Jakarta : LP3ES, 1990

5/16/2018 Tugas Pak Ibnu - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-pak-ibnu 12/30

 

9

mengidentifikasi dirinya dengan lembaga – lembaga sosial atau organisasi sosial tempat individu

menjadi anggotanya. Sedangkan objektivasi adalah interaksi sosial yang terjadin dalam dunia

intersubjektif yang dilembagakan atau mengalami proses institusional (Berger, 2000;302).

Riset yang menggunakan paradigma kritikal cenderung mengungkap “realitas

tersembunyi” dibalik realitas yang tampak (virtual reality). Dalam pandangan paradigma kritikal,

realitas yang tam pak itu merupakan arena “Discourse” (dengan D besar) secara tersembunyi.

Justruk karena ada Discourse itulah maka kita bias menemukan “fakta social” dibalik teks. Lebih

dari itu, bahkan kita bias menangkap motif para pembuat wacana entah itu berupa kepentingan

idealis, ideologis, politik, ekonomi dan sebagainya. Dengan demikian kita menyadari ternyata

teks itu tidak hadir begitu saja (teknis belaka) dihadapan khalayak, melainkan hasil bentukan

secara sadar atas pertimbangan-pertimbangan dan atau motif motif tertentu.

Maka, untuk kepentingan kajian teoritis, hal ini memberikan implikasi bahwa dengan

memahami atau mempelajari isi media dari aspek teknis belaka jelas tidak memadai lagi.

Penjelasan tentang isi media harus menyentuh “fakta-fakta sosial” yang potensial masuk ke

dalam teks tersebut, baik itu aspek ideologis, politis, maupun ekonomis.

Diluar kontradiksinya dengan keharusan media untuk bersikap objektif dalam

pengemasan berita, pemikiran konstruksi realitas ini dapat memberi sumbangan bagi

pengembangan teori komunikasi, dalam hal ini model komunikasi. Jika diasumsikan atas dasar

Theoretical Frramework yang telah dikembangkan, bahwa pada prinsipnya peristiwa komunikasitidak terjadi begitu saja, melainkan dilakukan secara sadar oleh para partisipannya dalam

mengkonstruksikan pesan, maka dapatlah dikemukakan model komunikasi konstruksi realitas,

baik untuk komunikasi interpersonal maupun komunikasi dengan menggunakan media. Untuk 

proses komunikasi interpersonal, modelnya dapat berbentuk seperti pada gambar 1.

5/16/2018 Tugas Pak Ibnu - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-pak-ibnu 13/30

 

10

Gambar 1 : Model Komunikasi Konstruksi Realitas3 

Jika model ini dikembangkan untuk proses komunikasi massa, maka dapat dibuat

modelnya sebagaimana gambar 2. Melalui model ini dapat diketahui motivasi dan hasil

konstruksi realitas oleh seorang komunikator serta opini yang akan terbentuk.

Gambar 2 : Model Komunikasi Realitas Untuk Komunikasi Massa

3 Model ini diilhami oeh tulisan Klaus Krippendorff, “ Arecursive Theory of Communication” dalam David Crowler

dan David Mitchell, Communication Theory Today (Cambridge: Policy: 1995), hlm. 78-102.

KonstruksiRealitas oleh A

yang

dipengaruhi

Faktor-Faktor

Eksternal dan

KonstruksiRealitas B yang

dipengaruhi

Faktor-Faktor

Eksternal dan

Internal si B

Pesan

Pesan

PROSES

KONSTRUKSI

REALITAS OLEH

MEDIA MASSA

WACANA

SEBAGAI HASIL

KONSTRUKSI

REALITAS

PUBLIK

Hasil :

makna,

opini,

citra,

motif 

Faktor

Internal

Faktor

Eksternal

5/16/2018 Tugas Pak Ibnu - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-pak-ibnu 14/30

 

11

2.2. Wacana

Istilah wacana (discourse) yang berasal dari Bahasa Latin, discursus, telah digunakan baik

dalam arti terbatas maupun luas. Secara terbatas, istilah ini menunjuk pada aturan-aturan dan

kebiasaan-kebiasaan yang mendasari penggunaan bahasa baik dalam komunikasi lisan maupun

tulisan. Secara lebih luas, istilah wacana menunjuk pada bahasa dalam tindakan serta pola-pola

yang menjadi ciri jenis-jenis bahasa dalam tindakan4.

Dalam lapangan sosiologi, wacana menunjuk terutama dalam hubungan konteks sosial

dari pemakaian bahasa. Dalam pengertian linguistik, wacana adalah unit bahasa yang lebih

besar daripada kalimat. Sedangkan menurut Michael Foucault (1972), wacana; kadang kala

sebagai bidang dari semua pernyataan (statement), kadang kala sebagai sebuah individualisasi

kelompok pernyataan, dan kadang kala sebagai praktik regulatif yang dilihat dari sejumlah

pernyataan.

Menurut Eriyanto, Analisis Wacana dalam studi linguistik merupakan reaksi dari bentuk

linguistik formal (yang lebih memperhatikan pada unit kata, frase, atau kalimat semata tanpa

melihat keterkaitan di antara unsur tersebut). Analisis wacana adalah kebalikan dari linguistik

formal, karena memusatkan perhatian pada level di atas kalimat, seperti hubungan gramatikal

yang terbentuk pada level yang lebih besar dari kalimat. Analisis wacana dalam lapangan

psikologi sosial diartikan sebagai pembicaraan. Wacana yang dimaksud di sini agak miripdengan struktur dan bentuk wawancara dan praktik dari pemakainya. Sementara dalam

lapangan politik, analisis wacana adalah praktik pemakaian bahasa, terutama politik bahasa.

Karena bahasa adalah aspek sentral dari penggambaran suatu subyek, dan lewat bahasa

ideologi terserap di dalamnya, maka aspek inilah yang dipelajari dalam analisis wacana5.

2.2.1. Jenis dan Bentuk Wacana

1. 

Text  (wacana dalam wujud tulisan/grafis) antara lain dalam wujud berita, features,

artikel opini, cerpen, novel, dsb.

2.  Talks (wacana dalam wujud ucapan), antara lain dalam wujud rekaman wawancara,

obrolan, pidato, dsb.

4Ronald Carter, et al. 1997. Working with Texts: A core book for language analysis. London: Routledge.

5Eriyanto, (2001). Analisis Wacana, Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta : LKiS

5/16/2018 Tugas Pak Ibnu - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-pak-ibnu 15/30

 

12

3.   Act (wacana dalam wujud tindakan) antara lain dalam wujud lakon drama, tarian, film,

defile, demonstrasi, dsb.

4.   Artifact  (wacana dalam wujud jejak) antara lain dalam wujud bangunan, lanskap,

fashion, puing, dsb.

2.2.2. Teori Wacana (theories of discourse) dan Teori Komunikasi (theories of communications)

Untuk memahami perkembangan analisis wacana (discourse analysis) dalam ilmu

sebaiknya kita pahami terlebih dahulu hubungan antara teori wacana (theories of discourse)

dan teori komunikasi (theories of communications). Hal demikian dikarenakan berbicara

analisis wacana dalam ilmu komunikasi tidak dapat dilepaskan dari perbincangan tentang

pengaruh teori wacana terhadap teori komunikasi.

Salah satu teori discourse yang sangat relevan dengan teori komunikasi berasal dari

James P. Gee (2005 : 26). Gee membedakan discourse kedalam dua jenis: Pertama, “discourse”

(d kecil) yang melihat bagaimana bahasa digunakan pada tempatnya (“on site”) untuk

memerankan kegiatan, pandangan, dan identitas atas dasar-dasar linguistik.

Kedua, “Discourse” (D besar) yang merangkaikan unsur linguistik pada “discourse”

(dengan d kecil) bersama-sama unsur non-linguistik (non-language “stuff”) untuk memerankan

kegiatan, pandangan, dan identitas. Bentuk non-language “stuff ” ini dapat berupa kepentinganideologi, politik, ekonomi, dan sebagainya. Komponen non-language “stuff ” itu juga yang

membedakan cara beraksi, berinteraksi, berperasaan, kepercayaan, penilaian satu komunikator

dari komunikator lainnnya dalam mengenali atau mengakui diri sendiri dan orang lain.

Mengingat bahwa setiap tindakan komunikasi senantiasa mengandung kepentingan,

apalagi komunikasi melalui media massa seperti surat kabar, majalah, radio, dan televisi, maka

layaklah jika dikatakan bahwa setiap tindakan komunikasi adalah suatu Discourse (dengan D

besar). Dalam pandangan communication as Discourse ini, komunikasi dilakukan dalam rangkamenciptakan “kenyataan lain” atau “kenyataan kedua” dalam bentuk wacana (discourse) dari

“kenyataan yang pertama”. Cara yang ditempuh dalam pembentukan wacana (realitas kedua)

itu adalah sebuah proses yang disebut konstruksi realitas atau construction of reality .

5/16/2018 Tugas Pak Ibnu - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-pak-ibnu 16/30

 

13

Seperti tampak dalam Gambar 1, berdasarkan sebuah penelitian Ibnu Hamad6, proses

konstruksi realitas oleh pelaku (2) dalam media massa dimulai dengan adanya realitas pertama

berupa keadaan, benda, pikiran, orang, pristiwa, dan sebagainya (1). Secara umum, sistem

komunikasi adalah faktor yang mempengaruhi sang pelaku dalam membuat wacana. Dalam

sistem komunikasi libertarian, wacana yang terbentuk akan berbeda dalam sistem komunikasi

yang otoritarian. Secara lebih khusus, dinamika internal dan eksternal (4) yang mengenai diri si

pelaku konstruksi tentu saja sangat mempengaruhi proses kontruksi. Ini juga menunjukkan

bahwa pembentukan wacana tidak berada dalam ruang vakum. Pengaruh itu bisa datang dari

pribadi si pembuat dalam bentuk kepentingan idealis, ideologis, dan sebagainya maupun dari

kepentingan eksternal dari khalayak sasaran sebagai pasar, sponsor dan sebagainya (5).

Gambar 3 : Proses Konstruksi Realitas dalam Pembentuk Discourse  

6Hamad, Ibnu, 2005, Perkembangan Analisis Wacana Dalam Ilmu Komunikasi , Sebuah Telaah Ringkas

Dinamika Internal dan Eksternal

Pelaku Konstruksi (4) 

Sistem Komunikasi

yang Berlaku (3) 

Strategi

Mengkonstruksi

Realitas (6) 

 Faktor Internal : Ideologis,

Idealis...

 Faktor Eksternal: Pasar, Sponsor...

Proses

Konstruksi

Realitas oleh

Pelaku (2) 

Strategi Signing

Strategi

Framing

Taktik Priming

(7) 

Discourse atau Realitas yang

Dikonstruksikan Text Talk Act dan Artifact

Makna, Citra, dan Kepentingan di Balik Wacana (9) 

Realitas Pertama: Kedaan, Benda, Pikiran, Orang, Peristiwa, ... (1) 

5/16/2018 Tugas Pak Ibnu - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-pak-ibnu 17/30

 

14

Analisis wacana, dalam arti paling sederhana adalah kajian terhadap satuan bahasa di

atas kalimat. Lazimnya, perluasan arti istilah ini dikaitkan dengan konteks lebih luas yang

mempengaruhi makna rangkaian ungkapan secara keseluruhan. Para analis wacana mengkaji

bagian lebih besar bahasa ketika mereka saling bertautan. Beberapa analis wacana

mempertimbangkan konteks yang lebih luas lagi untuk memahami bagaimana konteks itu

mempengaruhi makna kalimat7.

2.3. Framing

Framing adalah metode untuk melihat cara bercerita (story telling) media atas peristiwa.

Cara bercerita itu tergambar pada “cara melihat ” ini berpengaruh pada hasil akhir dari

konstruksi realitas. Analisis framing adalah analisis yang dipakai untuk melihat bagaimanamedia mengkonstruksi realitas. Analisis framing juga dipakai untuk melihat bagaimana

peristiwa dipahami dan dibingkai oleh media8.

Gamson dan modigliani (Nugroho, Eriyanto, Surdiasis, 1999:21-22) menyebut cara

melihat itu sebagai kemasan (package) yang mengandung konstruksi makna atas peristiwa yang

akan diberitakan. Menurut mereka, frame adalah cara bercerita atau gugusan ide-ide yang

terorganisir sedemikian rupa dan menghadirkan konstruksi makna peristiwa-peristiwa yang

berkaitan dengan objek suatu wacana.Analisis framing cocok digunakan untuk melihat konteks sosial budaya suatu wacana,

khususnya hubungan antara berita (atau wacana, tema, topik) dan ideologi, yakni proses atau

mekanisme mengenai bagaimana berita membangun, mempertahankan, mereproduksi,

mengubah dan meruntuhkan ideologi. Analisis framing dapat digunakan untuk melihat siapa

mengendalikan siapa dalam suatu struktur kekuasaan, pihak mana yang diuntungkan dan

dirugikan, siapa penindas dan siapa yang tertindas, tindakan politik mana yang konstitusional

dan inkonstitusional, kebijakan mana yang boleh didukung dan tidak boleh didukung dan

sebagainya.

Media massa Indonesia sangat kaya akan wacana, kalau digali dengan analisis framing

akan melukiskan bagaimana perubahan konstelasi kekuasaan antara berbagai komponen suatu

7Deborah Tannen. 2004. Discourse Analysis. Working Paper. Georgetown University.

8Eriyanto. 2002. Analisa Framing : Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media. Yogyakarta : LKiS

5/16/2018 Tugas Pak Ibnu - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-pak-ibnu 18/30

 

15

bangsa, masyarakat atau komunitas. (Prof.Dedi Mulyana). Maka, perlu untuk memahami

pendekatan konstruktivis mengenai proses pembuatan berita sebagaimana yang dikatakan

Gamson dan Modigliani, “Wacana media dapat dikonsepsikan sebagai seperangkat kemasan

interpretif yang memberi makna kepada suatu isu. Suatu kemasan memiliki struktur internal.

Intinya adalah suatu gagasan yang mengorganisasikan, atau suatu kerangka (frame), untuk

memahami peristiwa – peristiwa yang relevan, menyarankan apakah isu tersebut.”

Menurut Gamson dan Modigliani, kerangka ini lazimnya mengisyaratkan suatu rentang

pandangan, alih  – alih satu pandangan saja, memungkinkan suatu perdebatan antara mereka

yang berbagi kerangka yang sama. Kerangka atau seperangkat simbol yang padat dalam

kemasan berita ini sejenis steno, yang dapat menunjukkan kemasan tersebut sebagai

keseluruhan dengan metafor yang tangkas, frase kunci, atau sarana simbolik lainnya(Tuchman,1991:89).

William A. Gamson adala salah satu ahli yang paling banyak menulis mengenai framing.

Gagasan Gamson terutama menghubungkan wacana media di satu sisi dengan pendapatr

umum di sisi yang lain. Dalam pandangan Gamson, wacana media adalah elemen yang penting

untuk memahami dan mengerti pendapat umum yang berkembang atas suatu isu atau

peristiwa. Pendapat umum tidak cukup kalau hanya didasarkan pada data survei khalayak.

Data-data itu perlu dihubungkan dan diperbandingkan dengan bagaimana media mengemasdan menyajikan suatu isu menentukan bagaimana khalayak memahami dan mengerti suatu isu.

Baik pendapat umum maupun wacana media mempunyai hubungan yang pararel. Perubahan

dalam pendapat umum, memengaruhi perubahan pendapat umum. Setiap sistem berinteraksi

antara satu dengan yang lainnya. Wacana media adalah saluran individu mengontruksi makna,

dan pendapat umum adalah bagian dari proses melalui makna wartawan dan pekerja media

membangun dan mengontruksi realitas yang akan disajikannya ke dalam berita. Wacana media

adalah salah satu bagian dari wacana publik. Media, dalam perspektif ini, memainkan peranan

dan fungsi yang kompleks. Media adalah bagain dari proses produksi budaya.

Gamson adalah seorang sosiolog, meskipun demikian, ia menaruh minat yang besar

pada studi media. Sebagai sosiolog, titik perhatian Gamson terutama pada studi mengenai

gerakan sosial (social movement). Perhatian Gamson pada studi gerakan sosial mau tidak mau

5/16/2018 Tugas Pak Ibnu - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-pak-ibnu 19/30

 

16

menyinggung studi media, elemen penting dari gerakan sosial. Pertanyaan utama dari studi

gerakan sosial adalah apa yang menyebabkan orang/individu terlibat dalam gerakan

sosial/protes sosial. Apa yang menyebabkan ribuan orang bisa turun ke jalan, mempunyai

pikiran dan perasaan yang sama atas suatu isu. Jawaban dari pertanyaan tersebut merupakan di

antaranya karena framing. Frame menunjuk pada skema pemahaman individu sehingga

seseorang dapat menempatkan, memersepsi, mengidentifikasi, dan memberi label peristiwa

dalam pemahaman tertentu. Dalam suatu peristiwa, frame berperan dalam mengorganisasi

pengalaman dan petunjuk tindakan, baik secara individu maupun kolektif. Dalam pemahaman

ini, frame tentu saja berperan dan menjadi aspek yang menentukan berpartisipasi dalam

partisipasi gerakan sosial. Elit membingkai peristiwa sedemikian rupa sehingga khalayak

mempunyai perasaan yang sama. Keberhasilan gerakan/protes sosial di antaranya ditentukanoleh sejauh mana khalayak mempunyai pandangan yang sama atas suatu isu, musuh bersama,

dan tujuan bersama.

Dalam pandangan Gamson, seseorang berpikir dan mengomunikasikan melalui citra dan

diterima sebagai kenyataan. Makna di sini bukan sesuatu yang tetap dan pasti, melainkan

secara terus menerus dinegosiasikan. Citra dan simbol itulah yang bisa membangkitkan

perasaan bersama khalayak.

Menurut Gamson, dalam gerakan sosial paling tidak membutuhkan tiga frame/bingkai.Pertama, Aggregate frame: proses pendefinisian isu sebagai masalah sosial. Bagaimana individu

yang mendengar frame atas peristiwa tersebut sadar bahwa isu tersebut adalah masalah

bersama yang berpengaruh bagi setiap individu. Kedua, Consensus frame: proses pendefinisian

yang berkaitan dengan masalah sosial hanya dapat diselesaikan oleh tindakan kolektif. Frame

konsensus ini mengontruksi perasaan dan identifikasi dari individu untuk bertindak secara

kolektif. Ketiga, Collective action frame: proses pendefinisian yang berkaitan dengan kenapa

dibutuhkan tindakan kolektif, dan tindakan kolektif apa yang harusnya dilakukan. Frame ini

mengikat perasaan kolektif khalayak agar bisa terlibat secara bersama sama dalam

gerakan/protes sosial. Collective action frame ini dikonstruksi lewat tiga elemen, yaitu:

5/16/2018 Tugas Pak Ibnu - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-pak-ibnu 20/30

 

17

a. Injustice frame

Umumnya ditandai dengan konstruksi peristiwa: adanya ketidakadilan,

ketimpangan, dan kecurangan yang bisa menyentuh khalayak. Ketimpangan atau

ketidakadilan tersebut bukanlah keputusan intelektual, melainkan konstruksi yang

dibentuk oleh agen. Frame ini menyediakan alasan kenapa kelompok harus bertindak

sesegera mungkin.

b. Agency frame

Umumnya berhubungan dengan pembentukan konstruksi siapa kawan siapa

lawan, siapa pihak kita dan siapa pihak mereka. Frame ini secara umum bertujuan untuk

membuat peneguhan bahwa kita bisa melakukan sesuatu, kalau bukan kita siapa lagi.

c. Identity frame

Dalam frame ini bukan hanya siapa kita dan siapa mereka, melainkan juga

mengidentifikasi bahwa kita berbeda dengan mereka. Kita begini, mereka begitu, dan

seterusnya. Seluruh proses tersebut kalau dilihat membentuk proses dari kelahiran

sampai pematangan dan tumbuhnya kesadaran kolektif. Mereka yang terlibat dan

terikat dalam protes sosial, karenanya, mempunyai perasaan yang sama, masalah yangsama, identifikasi penyelesaian masalah yang sama, dan pada akhirnya kawan dan lawan

yang sama juga.

Gagasan Gamson mengenai frame media ditulis bersama Andre Modigliani. Sebuah

frame, mempunyai struktur internal. Pada titik ini ada sebuah pusat organisasi atau ide, yang

membuat peristiwa menjadi relevan dan menekankan suatu isu. Sebuah frame umumnya

menunjukkan dan mengambarkan range posisi, bukan hanya satu posisi. Dalam formulasi yang

dibuat oleh Gamson dan Andre Modigliani, frame dipandang sebagai cara bercerita (story line)

atau gugusan ide yang tersusun sedemikian rupa dan menghadirkan konstruksi makna dari

peristiwa yang berkaitan dengan suatu wacana. Gamson melihat wacana media (khususnya

berita) terdiri atas sejumlah kemasan (package) melalui makna konstruksi atas suatu peristiwa

5/16/2018 Tugas Pak Ibnu - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-pak-ibnu 21/30

 

18

yang dibentuk. Kemasan itu merupakan skema atau struktur pemahaman yang dipakai oleh

seseorang ketika mengontruksi pesan-pesan yang dia sampaikan, dan menafsirkan pesan yang

dia terima.

Kemasan (package) tersebut, dibayangkan sebagai wadah atau struktur data yang

mengorganisir sejumlah informasi yang menunjukkan posisi atau kecendrungan politik, dan

yang membantu komunikator untuk menjelaskan muatan-muatan di balik suatu isu atau

peristiwa. Keberadaan dari suatu package terlihat dari adanya gagasan sentral yang kemudian

didukung oleh perangkat-perangkat wacana, seperti kata, kalimat, pemakaian gambar atau

grafik tertentu, proposisi, dan lain sebagainya. Semua elemen dan struktur wacana tersebut

mengarah pada ide sentral dari suatu berita.

Ada dua perangkat bagaimana ide sentral ini diterjemahkan dalam berita teks berita.Pertama, framing device (perangkat framing). Perangkat ini berhubungan dan berkaitan

langsung dengan ide sentral atau bingkai yang ditekankan dalam teks berita. Perangkat framing

ini ditandai dengan pemakaian kata, kalimat, gambar/grafik, dan metafora tertentu. Semua

elemen tersebut dapat ditemukan dan ditandai serta merujuk pada gagasan atau ide sentral

tertentu. Kedua, reasoning devices (perangkat penalaran). Jika yang berkaitan dengan

pemakaian kata, kalimat, atau metafora tertentu yang menunjuk pada gagasan tertentu

sedangkan perangkat penalaran berhubungan dengan kohesi dan koherensi dari teks tersebutyang merujuk pada gagasan tertentu. Sebuah gagasan tidak hanya berisi kata atau kalimat,

gagasan itu juga selalu ditandai dengan dasar pembenar tertentu dan alasan tertentu. Dengan

tujuan untuk membuat pendapat atau gagasan tampak benar, absah, dan demikian adanya.

Melalui aspek penalaran tersebut, khalayak akan menerima pesan itu sehingga tampak sebagai

kebenaran, alamiah, dan wajar. Sebaliknya, jika dalam suatu teks tidak terdapat elemen

penalaran demikian, gagasan akan tampak aneh, tidak beralasan, dan orang dengan mudah

mempertanyakan pesan atau gagasan tersebut.

5/16/2018 Tugas Pak Ibnu - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-pak-ibnu 22/30

 

19

Model analisis framing William A. Gamson dan Andre Modigliani membagi struktur

analisis menjadi tiga bagian:

a. Media package merupakan asumsi bahwa berita memiliki konstruksi makna tertentu.

b. Core frame merupakan gagasan sentral.

c. Condinsing symbol merupakan hasil pencermatan terhadap perangkat simbolik

(framing device/perangkat framing dan reasoning device/perangkat penalaran).

Perangkat framing terbagi menjadi lima bagian:

a. Methaphors adalah perumpamaan dan pengandaian

b. Catchphrase adalah perangkat berupa jargon-jargon atau slogan.

c. Exemplaar adalah uraian untuk membenarkan perspektif.d. Depiction adalah leksikon untuk melabeli sesuatu.

e. Visual image adalah perangkat dalam bentuk gambar, grafis dan sebagainya.

Perangkat penalaran terbagi menjadi tiga bagian:

a. Roots merupakan analisis kausal atau sebab akibat.

b. Appeals to principle merupakan premis dasar, klaim-klaim moral.

c. Consequence merupakan efek atau konsekuensi.

5/16/2018 Tugas Pak Ibnu - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-pak-ibnu 23/30

 

20

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN 

3.1. Paradigma Penelitian

Pendekatan analisis wacana juga terpilah berdasarkan paradigma kajian ( paradigm of 

inquiry ) yang mendasarinya. Secara umum ada tiga paradigma kajian yang berkembang dan

saling bersaing dalam ilmu-ilmu kemanusiaan. Masing-masing adalah analisis wacana

positivisme ( positivist discourse analysis), analisis wacana interpretivisme (interpretivist 

discourse analysis), dan analisis wacana kritisisme (critical discourse analysis)9.

Penganjur paradigma interpretivisme menolak pemisahan manusia sebagai subjek

dengan objek. Bahasa tidak dapat dipahami terkecuali dengan memperhatikan subjekpelakunya. Subjek manusia diyakini mampu mengendalikan maksud-maksud tertentu dalam

tindak berwacana. Karena itu, setiap pernyataan pada hakikatnya adalah tindak penciptaan

makna. Dalam perspektif ini pula berkembang teori tindak-tutur, serta keberlakuan kaidah-

kaidah kejasama dalam percakapan10

.

Analisis framing termasuk ke dalam paradigma konstruksionis. Paradigma ini

mempunyai posisi dan pandangan tersendiri terhadap media dan teks berita yang

dihasilkannya. Konsep mengenai konstruksionisme diperkenalkan oleh sosiolog interpretatif,Peter L Berger bersama Thomas Luckman. Bagi Berger, realitas itu tidak dibentuk secara ilmiah,

tidak juga sesuatu yang diturunkan oleh Tuhan. Tetapi sebaliknya, ia dibentuk dan dikonstruksi.

Dengan pemahaman semacam ini, realitas berwajah ganda/plural. Setiap orang bisa

mempunyai konstruksi yang berbeda-beda atas suatu realitas.

9 Mohammad AS.Hikam.1999. “Bahasa, Politik dan Penghampiran ‘Discursive Practice’: Sebuah Catatan Awal”,

dalam Demokrasi dan Civil Society . Jakarta: LP3ES.10

J. L. Austin. 1962. How to Do Things with Words. Cambridge, Mass.: Harvard University Press; , H. P. Grice. 1989.

Studies in the Way of Words. Cambridge, Mass.: Harvard University Press.

5/16/2018 Tugas Pak Ibnu - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-pak-ibnu 24/30

 

21

3.2. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Pendekatan ini memungkinkan seorang

peneliti untuk menginterpretasikan dan menjelaskan suatu fenomena secara holistik dengan

menggunakan katakata, tanpa harus bergantung pada sebuah angka. (Pengertian kualitatif)

Pendekatan kualitatif menekankan pada makna, penalaran, definisi suatu situasi

tertentu (dalam konteks tertentu), lebih banyak meneliti halhal yang berhubungan dengan

kehidupan sehari-hari. Pendekatan kualitatif, lebih lanjut mementingkan proses dibandingkan

dengan hasil akhir. Oleh karena itu urutan-urutan kegiatan dapat berubah sewaktu waktu

tergantung pada kondisi dan banyaknya gejala-gejala yang ditemukan. Pendekatan ini

diarahkan pada latar dan individu secara holistik (utuh). Berikut ciri-ciri penelitian kualitatif 11

:

a.  Penelitian kualitatif melakukan penelitian pada latar alamiah atau pada konteks darisuatu keutuhan.

b.  Peneliti sendiri atau dengan bantuan orang merupakan alat pengumpul data utama.

Karenanya dalam penelitian ini peneliti sendiri yang melakukan wawancara dengan

informan. Pengetikan dan analisis data pun peneliti lakukan sendiri karena penelitilah

yang paling mengerti konteks pengumpulan data saat wawancara berlangsung.

c.  Analisis data dilakukan secara induktif, yakni dengan mengumpulkan fakta-fakta yang

ada di lapangan untuk kemudian menarik kesimpulan dari fakta-fakta yang ada. Analisisdata pun dilakukan secara induktif, seiring dengan perkembangan tahap penelitian.

d.  Data yang dikumpulkan deskriktif berupa kata-kata, karenanya laporan penelitian akan

berisi kutipan-kutipan hasil wawancara untuk memberi gambaran penyajian laporan.

Data berasal dari hasil wawancara, catatan lapangan dan buku harian yang ditulis oleh

informan. Dalam wawancara, peneliti selalu bertanya ‘mengapa’ guna mempertajam

 jawaban wawancara yang diberikan informan.

e.  Desain penelitian bersifat semenara yang dalam proses penyusunannya terus menerus

mengalami perubahan berkaitan dengan fakta-fakta baru yang muncul di lapangan yang

tidak diperkirakan sebelumnya sehingga menuntut adanya perubahan dalam desain

11Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1990), Hlm. 4.

5/16/2018 Tugas Pak Ibnu - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-pak-ibnu 25/30

 

22

penelitian. Misalnya munculnya suatu fakta baru di lapangan yang menuntut teori yang

digunakan.

3.3. Sifat Penelitian

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bermaksud untuk membuat pencandraan

(deskripsi) secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi

atau daerah tertentu12

. Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat

serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang

hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses-proses yang

sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena13

.

Berdasarkan sifat penelitian deskriptif, data yang di kumpulkan berupa kata-kata,gambar, dan bukan angka-angka. Dengan begitu laporan penelitian ini akan berisi kutipan-

kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut. Data tersebut dapat berasal

dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto, videotape, dokumen pribadi, catatan atau

memo, dan dokumen resmi lainnya14

.

3.4. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah pengumpulan data pada level tekspemberitaan, satuan analisisnya adalah teks berita tentang kasus hukuman mati terhadap TKI

bernama Ruyati di Arab Saudi pada program berita metro tv. Pemilihan pada edisi tersebut

tidak lepas dari menyeruaknya perhatian masyarakat dan ramainya pemberitaan terhadap

kasus hukuman mati TKI.

12Suryabrata, Metode Penelitian. (Jakarta: CV. Rajawali, 1983), hlm.19.

13Moh. Nazir, Metode Penelitian, ( Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003), hlm. 54-55.

14Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi), (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004) hlm. 11.

5/16/2018 Tugas Pak Ibnu - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-pak-ibnu 26/30

 

23

3.5. Teknik analisis data

3.5.1. Analisis Framing Gamson dan Modigliani

Dalam meneliti pemberitaan kasus Hukuman Mati TKI Ruyati di Metro TV, digunakan

model analisis framing Gamson Dan Modigliani. Berikut model analisis Framing dengan

mengunakan pendekatan William A. Gamson dan Andre Modiqliani :

Gambar 4 : Model Analisis Framing William A. Gamson dan Andre Modigliani15 

Core frames (gagasan sentral) pada dasarnya berisi elemen-¬elemen inti untuk

memberikan pengertian yang relevan terhadap peristiwa, dan mengarahkan makna isu—yang

dibangun condensing symbol (simbol yang "dimampatkan").

Condensing symbol  adalah hasil pencermatan terhadap interaksi perangkat simbolik

( framing devices dan reasoning devices) sebagai dasar digunakannya perspektif. Simbol dalam

15Diadopsi dari Wiliam A. Gamson dan Andre Modigliani “Media Discourse and Public Opinion on Nuclear Power a

Constructionist Approach”, Journal of Sociology, Vol 95, No. 1 , July 1989, hlm. 3, dalam Siahaan et al., 2001, hlm.  

87

MEDIA PACKAGE

CORE FRAME

CONDENSING SYMBOLS

FRAMING DEVICES REASONING DEVICES

1. Metaphors2. Exemplars

3. Catchphrases

4. Depictions

5. Visual images

1. Roots2. Appeal to Principle

5/16/2018 Tugas Pak Ibnu - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-pak-ibnu 27/30

 

24

wacana terlihat transparan bila dalam dirinya menyusup perangkat bermakna yang mampu

berperan sebagai panduan menggantikan sesuatu yang lain.

Struktur framing devices yang mencakup metaphors, exemplars, catchphrases,

depictions, dan visual images menekankan aspek bagaimana "melihat" suatu isu. Struktur

reasoning devices menekankan aspek pembenaran terhadap cara "melihat" isu, yakni roots 

(analisis kausal) dan appeals to principle (klaim moral).

Metaphors  dipahami sebagai cara memindah makna dengan merelasikan dua fakta

melalui analogi, atau memakai kiasan dengan menggunakan kata-kata seperti, ibarat, bak,

sebagai, umpama, laksana. 

Exemplars mengemas fakta tertentu secara mendalam agar satu memiliki bobot makna

lebih untuk dijadikan rujukan/pelajaran. Posisinya menjadi pelengkap bingkai inti dalam

kesatuan berita untuk membenarkan perspektif.

Cathphrases, istilah, bentukan kata, atau frase khas cerminan fakta yang merujuk

pemikiran atau semangat tertentu. Dalam teks berita, cathphrases mewujud dalam bentuk

 jargon, slogan, atau semboyan.

Depictions, penggambaran fakta dengan memakai kata, istilah, kalimat konotatif agar

khalayak terarah ke citra tertentu. Asumsi¬nya, pemakaian kata khusus diniatkan untuk

membangkitkan prasangka, menyesatkan pikiran dan tindakan, serta efektif sebagai bentuk aksi

politik. Depictions dapat berbentuk stigmatisasi, eufemisme, serta akronimisasi.

Visual images, pemakaian foto, diagram, grafis, Label, kartun, dan sejenisnya untuk

mengekspresikan kesan, misalnya perhatian atau penolakan, dibesarkan-dikecilkan, ditebalkan

atau dimiring¬kan, serta pemakaian warna. Visual image bersifat sangat natural, sangat

mewakili realitas yang membuat erat muatan ideologi pesan dengan khalayak. Roots (analisis

kausal), pembenaran isu dengan menghubungkan suatu objek atau lebih yang dianggap

menjadi sebab timbulnya atau terjadinya hal yang lain. Tujuannya, membenarkan penyimpulan

fakta berdasar hubungan sebab-akibat yang digambarkan atau dibeberkan. Gunther Kress dan

Theo van Leeuwen menyatakan, penataan visual images halaman surat kabar bukan sekadar

alasan estetika perwajahan, tetapi lebih merupakan proses mempengaruhi lewat efek dan

fungsi pesan agar menancap di benak khalayak, termasuk aspek ideologi, pengaruh, dan

subjektivitas yang bersatu padu. Secara ideologis, van Dijk menandaskan, fungsi visual images

5/16/2018 Tugas Pak Ibnu - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-pak-ibnu 28/30

 

25

adalah untuk memanipulasi fakta agar bermakna legitimate. Sebab, kata Stuart Allan, visual

lebih berdaya memindah realitas dalam wacana dibanding teks (polysemy) (Siahaan, 2001:86).

 Appeal to principle, pemikiran, prinsip, klaim moral sebagai argumentasi pembenar

membangun berita, berupa pepatah, cerita rakyat, mitos, doktrin, ajaran, dan sejenisnya.

 Appeal to principle yang apriori, dogmatic, simplistik, dan monokausal (nonlogis) bertujuan

membuat khalayak tak berdaya menyanggah argumentasi. Fokusnya, memanipulasi emosi agar

mengarah ke sifat, waktu, tempat, cara tertentu, serta membuatnya tertutup/keras dari bentuk

penalaran lain16

.

16Alex Sobur: Analisis Teks Media. Remaja Rosdakarya: Bandung, 2001.

5/16/2018 Tugas Pak Ibnu - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-pak-ibnu 29/30

 

26

DAFTAR PUSTAKA

Austin, J. L. How to Do Things with Words. Cambridge, Mass.: Harvard University Press; , H. P.

Grice. 1989. Studies in the Way of Words. Cambridge, Mass.: Harvard University Press,

1962.

Berger, Peter L. dan Thomas Luckmann, Tafsir Sosial Atas Kenyataan : Sebuah Risalah Tentang

Sosiologi Pengetahuan (terjemahan Hasan Basri), Jakarta : LP3ES, 1990

Carter, Ronald, et al. Working with Texts: A core book for language analysis. London: Routledge,

1997.

Eriyanto. 2002. Analisis Framing : Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, Yogyakarta : LKiS

Gamson, Wiliam A. dan Andre Modigliani “Media Discourse and Public Opinion on Nuclear 

Power a Constructionist Approach”, Journal of Sociology, Vol 95, No. 1 , July 1989. 

Hamad, Ibnu, 2005, Perkembangan Analisis Wacana Dalam Ilmu Komunikasi , Sebuah Telaah

Ringkas

Hikam, Mohammad AS. “Bahasa, Politik dan Penghampiran ‘Discursive Practice’: Sebuah

Catatan Awal”, dalam Demokrasi dan Civil Society. Jakarta: LP3ES, 1999 

Krippendorff, Klaus “ Arecursive Theory of Communication” dalam David Crowler dan David

Mitchell, Communication Theory Today (Cambridge: Policy: 1995), hlm. 78-102.

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi), Bandung : PT Remaja

Rosdakarya, 2004.

Nazir, Metode Penelitian, Jakarta : Ghalia Indonesia, 2003.

Sobur, Alex. Analisis Teks Media. Remaja Rosdakarya : Bandung, 2001.

Suryabrata, Metode Penelitian. Jakarta : CV. Rajawali, 1983.

Tannen, Deborah. Discourse Analysis. Working Paper. Georgetown University, 2004.

5/16/2018 Tugas Pak Ibnu - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-pak-ibnu 30/30

 

27

Tambahan blm beraturan :

McCombs, Shaw dan Weaver (1997) menyatakan bukan hanya agenda setting dan framing sebagai

pengaruh media, memiliki keterkaitan, melainkan sebenarnya framing merupakan kelanjutan dari

agenda setting (Scheufele, 1999 : 103).