Post on 30-Dec-2014
description
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Permasalahan penyakit hemofilia sering kali diulas di berbagai literatur
ataupun media. Secara umum, kasus hemofilia pada populasi berjumlah cukup
rendah yakni sekitar 0,091% , dan 85 % nya adalah jenis hemofilia A. Angka
terjadinya hemofilia A sekitar 1:10.000 dari penduduk laki-laki yang lahir hidup,
tersebar di seluruh dunia tidak tergantung ras, budaya, sosial ekonomi maupun
letak geografi. Adapun kasus hemofilia A di Indonesia sampai pertengahan 2001
disebutkan sebanyak 314 kasus hemofilia A. Sedangkan insiden hemofilia B
diperkirakan 1:25.000 laki-laki lahir hidup. Hemofilia C yang diturunkan secara
autosomal resesif dapat terjadi pada laki-laki maupun pada perempuan,
menyerang semua ras dengan insiden terbanyak ras Yahudi Ashkanazi. (Dalam, J
P, 2006)
Hemofilia merupakan gangguan pembekuan darah akibat kekurangan
faktor pembeku darah yang disebabkan oleh kerusakan kromosom X. Darah pada
penderita hemofilia tidak dapat membeku dengan sendirinya secara normal.
Proses pembekuan darah berjalan amat lambat, tak seperti mereka yang normal
(F648).
Hemofili bisa menyerang siapa saja mulai dari anak kecil hingga orang
tua. Tanda khas pada hemofilia adalah hemartrosis, yaitu perdarahan pada sendi-
sendi besar (lutut, siku tangan, pergelangan kaki) yang terasa nyeri dan bengkak
sehingga menyebabkan sendi tidak dapat digerakkan. Bisa muncul karena
benturan ringan atau timbul sendiri. Selain itu sering timbul perdarahan di bawah
kulit dan otot. Berdasarkan derajatnya, hemofilia terbagi atas hemofilia berat,
hemofilia sedang, dan hemofilia ringan. Hemofilia ringan gejalanya hanya berupa
darah lama membeku setelah cabut gigi, operasi atau saat terluka. Hemofilia berat,
90% sudah dapat didiagnosis pada usia di bawah 1 tahun.
2
Penderita hemofilia mengalami kelainan pada perdarahan, yakni gangguan
pada faktor pembekuan darah, maka bila terjadi sesuatu kasus yang menimbulkan
risiko perdarahan sebisa mungkin hal tersebut harus dihindarkan. Hal ini terkait
dengan perlakuan eksodonti pada mulut. Pada penderita hemofili tindakan
eksodonti yang tidak tepat akan berakibat fatal. Oleh karena itu perlu ditanyakan
apakah pasien mempunyai riwayat penyakit tersebut. Hal ini menjadi suatu
permasalahan yang penting untuk diperhatikan. Mengingat dampak pendarahan
yang ditimbulkan cukup berbahaya diperlukan perawatan kesehatan rongga mulit
sejak dini sehingga dapat meminimalisir risiko dilakukannya tindakan eksodonti.
Untuk lebih jelasnya tindakan pencabutan pada gigi dengan riwayat hemofili akan
diulas lebih lanjut dalam makalah ini.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan penyakit hemofili ?
2. Apakah yang dimaksud dengan tindakan eksodonti ?
3. Bagaimankah proses tindakan eksodonti pada penderita hemofili ?
4. Apa pengaruh hemofili terhadap tindakan eksodonti ?
5. Bagaimana upaya perawatan gigi pada penderita hemofili ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan penyakit hemofili.
2. Untuk mengetahui apa maksud tindakan eksodonti.
3. Untuk mengetahui bagaimana proses tindakan eksodonti pada penderita
hemofili.
4. Untuk mengetahui pengaruh hemofili terhadap tindakan eksodonti.
5. Untuk mengetahui upaya perawatan gigi pada penderita hemofili.
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hemofilia
2.1.1 Sejarah Hemofilia
Hemofilia adalah salah satu penyakit genetik tertua yang pernah dicatat.
Kelainan perdarahan yang diturunkan yang terjadi pada seorang laki-laki tercatat
dalam berkas Talmud pada Abad Kedua. Sejarah modern dari hemofilia dimulai
pada tahun 1803 oleh John Otto yang menerangkan adanya anak yang menderita
hemofilia. Pada tahun 1820, untuk pertama kalinya dilakukan ulasan tentang
hemofilia oleh Nasse. Pembuktian adanya kecacatan pada proses pembekuan
darah pada hemofilia dilakukan oleh Wright pada tahun 1893. Namun, faktor VIII
(FVIII) belum teridentifikasi hingga tahun 1937 ketika Patek dan Taylor berhasil
mengisolasi faktor pembekuan dari darah, yang saat itu disebut sebagai faktor
antihemofilia (AHF). (Adonis Lorenzana)
Suatu bioassay dari faktor VIII diperkenalkan pada tahun 1950. Walaupun
hubungan antara FVIII dan faktor von Willbrad (vWF) telah diketahui, namun hal
ini tidak disadari saat itu. Pada tahun 1953, kurangnya faktor VIII pada pasien
dengan defisiensi vWF pertama kali dijelaskan. Penelitian berikutnya oleh Nilson
dan kawan-kawan mengindikasikan adanya interaksi antara 2 faktor pembekuan
sebelumnya. (Adonis Lorenzana)
Pada tahun 1952, penyakit christmas pertama kali dideskripsikan dan
nama penyakit tersebut diambil dari nama keluarga pasien pertama yang diteliti
secara menyeluruh. Penyakit ini sangat berbeda dari hemofilia karena
pencampuran plasma pasien penyakit christmas dengan plasma pasien hemofilia
menormalkan masa pembekuan (clotting time/CT) karena itu hemofilia A dan B
kemudian dibedakan. (Adonis Lorenzana)
4
Pada awal tahun 1960an, kriopresipitat adalah konsentrat yang pertama
kali ada untuk terapi hemofilia. pada tahun 1970an, lyophilized intermediate-
purity concentrates atau konsentrat murni liofil menengah pertama kali dibuat dari
kumpulan darah donor. sejak saat itu terapi hemofilia secara dramatis berhasil
meningkatkan harapan hidup penderitanya dan dapat memfasilitasi mereka untuk
pembedahan dan perawatan di rumah. (Adonis Lorenzana)
Pada tahun 1980an, risiko tertular penyakit yang berasal dari konsentrat
FVII pertamakali diketahui. kebanyakan pasien dengan hemofilia berat terinfeksi
oleh penyakit hepatitis B dan hepatitis C. pada akhir tahun 1980an hampir semua
pasien hemofilia berat terinfeksi hepatitis A, hepatitis B, hepatitis C dan HIV.
teknik virisidal terbaru kemudian ditemukan dan efektif membunuh virus-virus
tersebut. standar terbaru tatalaksana hemofilia sekarang menggunakan konsentrat
FVIII rekombinan sehingga dapat menghilangkan risiko tertular virus. (Adonis
Lorenzana)
2.1.2 Pengertian Hemofilia
Hemofilia adalah suatu penyakit yang diturunkan, yang artinya diturunkan
dari ibu kepada anaknya pada saat anak tersebut dilahirkan.
Darah pada seorang penderita hemofilia tidak dapat membeku dengan
sendirinya secara normal. Proses pembekuan darah pada seorang penderita
hemofilia tidak secepat dan sebanyak orang lain yang normal. Ia akan lebih
banyak membutuhkan waktu untuk proses pembekuan darahnya.
Hemofilia merupakan gangguan koagulasi herediter atau didapat yang
paling sering dijumpai, bermanifestasi sebagai episode perdarahan intermiten.
Hemofilia disebabkan oleh mutasi gen faktor VIII (FVIII) atau faktor IX (FIX),
dikelompokkan sebagai :
Hemofilia A (Hemofilia Klasik)
Hemofilia B (Penyakit Christmas)
Gejala dan Tanda Hemofilia
Perdarahan hebat setelah suatu trauma ringan (missal ekstrasi gigi).
5
Hematon pada jaringan lunak, mungkin menyebabkan kompresi
terhadap saraf.
Hemartosis kontraktur sendi
Hematuria
Beratnya gejala tergantung kepada pengaruh kelainan gen yang terjadi
terhadap aktivitas faktor VII dan faktor IX. Jika aktivitasnya kurang dari 1%,
maka akan terjadi episode perdarahan hebat dan berulang tanpa alasan yang jelas.
Jika aktivitasnya mencapai 5% maka gejalanya ringan. Jarang terjadi episode
perdarahan tanpa sebab yang pasti, tetapi pembedahan atau cedera bisa
menyebabkan perdarahan yang tak terkendali, yang bisa berakibat fatal. Biasanya
episode perdarahan pertama terjadi sebelum usia 18 bulan, yang sering terjadi
setelah suatu cedera ringan. Anak mudah mengalami memar. Bahkan penyuntikan
ke dalam otot bisa menyebabkan perdarahan yang selanjutnya menyebabkan
memar yang luas (hematom). (Betz and Swoden 2004, hal. 212-213)
Tempat pendarahan paling sering adalah pada persendian, otot dan
jaringan lunak. Sendi yang paling sering terkena adalah lutut, siku, pergelangan
kaki, bahu, dan panggul. Otot yang paling sering terkena adalah fleksor lengan
bawah, gastrokneminus, dan iliopsoas. Pendarahan pada sendi atau otot dapat
mengakibatkan nyeri, keterbatasan mobilitas, perlunya terapi fisik berkelanjutan,
dan beberapa derajat gangguan fungsi. Episode pendarahan yang mengancam
hidup dapat terjadi pada otak, saluran gastrointestinal, dan leher serta
tenggorokan. (Betz and Swoden 2004, hal.212-213)
Kedua gen tersebut terletak pada kromosom X, sehingga termasuk
penyakit resesif terkait-X. Oleh karena itu, semua anak perempuan dari laki – laki
yang menderita hemophilia adalah carrier penyakit, dan anak laki – laki tidak
terkena. Anak laki – laki dari perempuan yang carrier memiliki kemungkinan 50
% untuk menderita penyakit hemophilia. Dapat terjadi wanita homozigot dengan
hemophilia (ayah hemophilia, ibu carrier), tetapi keadaan ini sangat jarang terjadi.
Kira – kira 33% pasien tidak memiliki riwayat keluarga dan mungkin akibat
mutasi spontan.
6
Contoh pedigree Hemofilia
7
Dua jenis utama hemophilia yang secara klinis identik adalah :
Hemofilia klasik atau Hemofilia A
Yang ditemukan adanya defisiensi atau tidak adanya aktivitas factor anti
hemophilia VIII.
Penyakit Christmas atau Hemofilia B
Yang ditemukan adanya defisiensi atau tidak adanya aktivitas factor IX.
Hemofilia diklasifikasi sebagai berikut :
Berat
Dengan kadar aktivitas factor kurang dari 1%.
Sedang
Dengan kadar aktivitas diantara 1% dan 5%.
Ringan
Jika 5% atau lebih.
Perdarahan spontan dapat terjadi jika kadar factor kurang dari 1%. Akan
tetapi, pada kadar 5% atau lebih, perdarahan umumnya terjadi berkaitan dengan
trauma atau prosedur pembedahan. Manifestasi klinik meliputi perdarahan
8
jaringan lunak, otot, dan sendi, terutama sendi – sendi yang menopang berat
badan, disebut hemartosis (perdarahan sendi). Perdarahan berulang kedalam sendi
menyebabkan degenerasi kartilago artikularis disertai gejala – gejala arthritis.
Perdarahan retroperitoneal dan intracranial merupakan keadaan mengancam jiwa.
Derajat perdarahan berkaitan dengan banyaknya aktivitas factor dan beratnya
cedera. Perdarahan dapat terjadi segera atau berjam – jam setelah cedera.
Perdaraha karena pembedahan sering terjadi pada semua pasien hemophilia, dan
segala prosedur pembedahan yang diantisipasi memerlukan penggantian factor
secara agresif sewaktu praoperasi dan pascaoperasi sebanyak lebih dari 50%
tingkat aktivitas.
2.1.2.1 Hemofilia A
Pada 85 % kasus kelainan ini disebabkan oleh kelainan atau
defisiensi Faktor VIII; jenis hemofilia ini disebut hemophilia A atau
hemophilia klasik. Kira – kira 1 dari 10.000 pria di Amerika Serikat
menderita hemophilia klasik. Pada 15 % pasien hemophilia lainnya,
Kecenderungan perdarahan disebabkan oleh defisiensi factor IX. Kedua
factor tersebut diturunkan seacara genetik oleh kromosom wanita. Oleh
karena itu, wanita hampir tidak ada yang menderita hemophilia karena
paling sedikit satu dari kromosom X-nya mempunyai gen – gen yang
sempurna. Bila salah satu kromosom X-nya mengalami defisiensi, ia akan
menjadi carrier hemophilia, menurunkan penyakit pada seluruh anak
prianya dan menurunkan sifat carrier hemophilia kepada separuh anak
wanitanya.
Sifat perdarahan pada hemophilia dapat bermacam – macam
tingkatannya, bergantung pada tingkat sifat defisiensi genetic. Biasanya
perdarahan tidak terjadi kecuali sesudah mendapat trauma, tetapi pada
beberapa pasien, beratnya trauma diperlukan untuk menimbulkan
perdarahan yang hebat dan lama bisa saja sangat ringan dan luput dari
9
perhatian. Contohnya, perdarahan setelah pencabutan gigi sering kali dapat
berlangsung berhari – hari.
Faktor VIII terdiri dari dua komponen aktif, komponen besar
dengan berat molekul jutaan dan komponen yang lebih kecil dengan berat
molekul 230.000. Komponen yang lebih kecil ini sangat penting untuk
jalur pmbekuan intrinsic, dan defisiensi komponn inilah yang
menyebabkan timbulnya hemophilia klasik. Penyakit perdarahan lain yang
mempunyai cirri – cirri yang agak berbeda, disebut penyakit von
Willebrand, adalah akibat dari tidak adanya komponen yang besar.
Bila seorang hemophilia klasik mengalami perdarahan yang hebat
dan lama, dapat dikatakan terapi satu – satunya yang paling efektif ialah
penyuntikan factor VIII yang telah dimurnikan. Harga factor VIII sangat
mahal, dan penyediaannya terbatas karena hanya dapat diambil dari dalam
tubuh manusia dengan jumlah yang sangat terbatas.
Sebagai sifat resesif terkait-X, penyakit ini terjadi pada laki – laki
atau perempuan homozigot. Namun, perdarahan berlebihan pernah
dilaporkan terjadi pada perempuan heterozigot, mungkin karena iyonisasi
yang sangat merugikan ( inaktivasi kromosom X normal disebagian besar
sel). Sekitar 30% kasus disebabkan oleh muatasi sehingga tidak diteukan
riwayat keluaraga. Gejala klini baru tampak pada defisiensi yang berat .
Defisiensi derajat sedang atau ringan biasanya asimtomatik, walaupun
perdarahan pasca trauma mungkin sedikit berlebihan. PErdarahan derajat
defisienasi factor VIII berkaitan dengan tipe mutasi di gen factor VIII.
Seperti pada thalasemia, beberapa kelainan genetic pernah dilaporkan.
Yang semakin memperumit keadaan, pada sekitar 10% pasien kadar factor
VIII tampaknya normal dengan immunoassay, tetapi aktivitas koagulan
yang terdeteksi dengan bioassay rendah. Pada pasien ini terjadi mutasi
yang menyebabkan sintesis protein yang secara antigenis normal., tetapi
fungsional abnormal. Seiktar 15 % pasien dengan penyakit yang parah
memiliki anti bodi terhadap factor VIII. Penyebab terbentuknya
10
autoantibody ini masih belum jelas. Keadaan antibody tersebut
mempersulit terapi penggantian.
Pada semua kasus simptomatik terdapat kecenderungan mudah
memar dan perdarahan pasif. Setelah trauma atau tindakan operasi. Selain
itu, perdarahan spontan sering ditemukan dibagian tubuh yang sering
terkena trauma, terutama sendi. Perdarahan berulang kedalam sendi
menyebabkan deformitas progresif yang dapat menyebabkan kelumpuhan.
Ptekie biasanya tidak ada. Biasanya pasien dengan hemophilia A memiliki
waktu perdarahan normal, hitung trombosit normal, dan PT normal,
sedangkan PTT memanjang yang diperbaiki dengan pemberian plasma
normal. Apabila didalam plasma pasien terdapat antibody terhadap factor
VIII, penambahan tersebut tidak dapat memperbaiki PTT. Pemeriksaan
factor VIII selalu diperlukan untuk menegakkan diagnosis.
Terapi hemophilia A antara lain infuse factor VIII. Secara historis,
pergantian yang melibatkan pemberian factor VIII yang diperoleh dari
plasma manusia,memiliki resiko inheren penularan penyakit virus.
2.1.2.2 Hemofilia B
Defisiensi factor IX yang parah adalah suatu penyakit yang secara
klinis tida dapat dibedakan dengan hemophilia A. Selain itu, penyakit ini
juga diwariskan cirri resesif terkait-X dan dapat asimtomatik atau
menyebabkan perdarahan. Penyakit ini jauh lebih jarang ditemukan
daripada hemophilia A. PTT memanjang; waktu perdarahan normal.
Identifikasi penyakit Christanast (diberi nama berdasarkan pasien pertama
yang mengidap penyakit ini) hanya mungkin dengan pemeriksaan kadar
factor IX. Terapi adalah infuse factor IX rekombinan yang saat ini sudah
tersedia secara luas.
11
2.2 Eksodonti
Eksodonti (pencabutan gigi) adalah penghilangan rasa sakit gigi atau
seluruh gigi atau akar gigi dengan trauma minimal untuk investasi jaringan,
sehingga menyembuhkan luka tanpa kesulitan dan tanpa pasca operasi masalah
praprostetik. (Sanghai and Chatterjee 2009, hal. 91)
Indikasi
Penyakit Periodontal (kasus kelas II dan III)
Non-restorable karies
Pulp pathology (dalam kasus pulpal necrosis dan irreversible pulpitis)
Gigi Retak / pecah terutama dalam arah mesiodistal atau pada cervical
line
Gigi pada tulang rahang yang patah
Impaksi atau ectopically
Supernumery teeth
Gigi yang terkena kista atau tumor rahang
Gigi dicabut karena alasan ortodontik (untuk mendapatkan ruang)
Malposed atau malposisi pada gigi
Gigi dicabut karena alasan prostetik
Gigi yang terkena infeksi
Gigi dicabut karena alasan estetik (terutama di gigi taring). (Sanghai and
Chatterjee 2009, hal. 91)
Ekstraksi gigi adalah proses pencabutan gigi dari dalam soket dari tulang
alveolar. Ekstraksi gigi dapat dilakukan dengan dua teknik yaitu teknik sederhana
dan teknik pembedahan.
12
2.2.1 Indikasi
Tujuan dokter gigi adalah menciptakan rongga mulut yang sehat dan dapat
berfungsi dengan baik sampai akhir pertumbuhan gigi. Walaupun demikian,
ekstraksi gigi penting dilakukan dengan berbagai alasan.
a. Karies Besar
Gigi yang mahkotanya sudah sangat rusak dan tidak dapat direstorasi lagi.
b. Nekrosis Pulpa
Gigi dengan pulpitis irreversible yang perawatan endodonti tidak dapat
dilakukan lagi atau merupakan kegagalan setelah dilakukan perawatan
endodonti.
c. Penyakit Periodontal
Periodontitis dewasa yang berat dan luas akan menyebabkan kehilangan
tulang berlebihan dan mobiliti gigi yang menetap.
d. Gigi Retak
Gigi yang retak atau mengalami fraktur akar yang biasanya menyebabkan
nyeri hebat dan tidak dapat dikendalikan dengan perawatan endodonti.
e. Gigi Malposisi
Gigi yang dapat menyebabkan trauma jaringan lunak dan posisinya tidak
dapat diperbaiki dengan perawatan orthodonti.
f. Gigi Terpendam
Apabila gigi terpendam menimbulkan masalah dan menyebabkan
gangguan fungsi normal dari pertumbuhan gigi, maka gigi terpendam ini
diekstraksi.
g. Gigi Berlebih
Dapat mengganggu pertumbuhan gigi geligi normal atau menyebabkan
gigi berjejal berat dan estetis yang kurang pada gigi anterior.
h. Gigi yang berkaitan dengan lesi patologis
Ekstraksi gigi dengan lesi patologis harus dilakukan bersamaan dengan
pembuangan lesinya.
i. Gigi Persistensi
13
Gigi desidui yang sudah waktunya tanggal tetapi masih kuat dan gigi
penggantinya sudah erupsi. Biasanya gigi desidui mengalami resorbsi
sehingga akan goyah, tetapi pada gigi desidui yang gangren tidak mungkin
terjadi resorbsi atau karena kondisi kesehatan dari pasien maka gigi
desidui itu masih tetap tertanam dalam tulang alveolar.
j. Keperluan Orthodonti
Ekstraksi gigi premolar dilakukan untuk perawatan orthodonti dengan
pertumbuhan gigi yang berjejal.
k. Ekstraksi Preprostetis
Untuk keperluan pembuatan protesa dilakukan ekstraksi gigi.
l. Preradioterapi
Pasien yang akan mendapatkan perawatan radioterapi pada rongga
mulutnya harus dilakukan ekstraksi gigi terlebih dahulu pada gigi-gigi
yang merupakan indikasi pada daerah yang akan diradioterapi.
2.2.2 Kontraindikasi
Walaupun gigi memenuhi persyaratan untuk dilakukan ekstraksi, pada
beberapa keadaan tidak boleh dilakukan ekstraksi gigi karena beberapa faktor atau
merupakan kontraindikasi ekstraksi gigi. Pada keadaan lain, kontraindikasi
ekstraksi gigi sangat berperan penting untuk tidak dilakukan ekstraksi gigi sampai
masalahnya dapat diatasi.
a. Penderita penyakit jantung, hipertensi, arteriosklerosis, dan diabetes
mellitus kontraindikasi pada pemberian adrenalin. Adrenalin pada
ekstraksi gigi merupakan kontraindikasi pada penderita penyakit jantung,
hipertensi, arteriosklerosis dan diabetes melitus.
b. Penderita Trombositopenia
Penderita trombositopenia memiliki jumlah trombosit lebih sedikit dari
normal sehingga darah sukar membeku. Seperti yang telah diketahui
bahwa trombosit penting artinya dalam pembekuan darah.
14
c. Penderita Leukemia
Penderita leukemia memiliki jumlah leukosit yang lebih banyak dari
normal dalam darah sehingga mudah mengalami perdarahan.
d. Kaheksi
Penderita memiliki keadan umum yang sangat buruk karena malnutrisi
atau sesudah menderita penyakit yang lama dan berat. Akibatnya semua
keadaan menjadi jelek, perdarahan banyak, penyembuhan luka lambat dan
dengan suntikan atau sedikit trauma ia dapat kolaps. Ekstraksi gigi ditunda
sampai keadaan umum penderita lebih baik.
e. Penderita Hemofilia
Merupakan penyakit atau kelainan susunan darah yang bersifat herediter
dan hanya terdapat pada laki-laki. Apabila penderita mendapatkan luka,
maka darahnya tidak dapat membeku. Hal ini disebabkan oleh trombosit
tidak dapat pecah kalau berhubungan dengan udara karena kekurangan zat
antihemofilia dalam serum, sehingga darah akan terus mengalir.
f. Kehamilan
Ekstraksi gigi merupakan kontraindikasi pada trimester pertama, karena
keadaan umum ibu hamil pada trimester pertama sering sangat lemah dan
dalam masa pembentukan janin.
g. Peradangan di sekitar Gigi
Apabila terdapat peradangan di sekitar gigi, maka ekstraksi gigi adalah
kontraindikasi. Ekstraksi gigi dapat dilakukan jika inflamasinya sudah
sembuh. (Noni Harahap, 2010)
15
BAB 3
PETA KONSEP
16
BAB 4
PEMBAHASAN
Berikut ini kadar faktor pembekuan darah dan perdarahan yang terjadi di
penderita hemofilia.
Gradasi
( hemofilia A dan B )
Kadar faktor
pembekuan darahperdarahan
Berat <1%Perdarahan spontan atau akibat
trauma ringan
Sedang 1-5%Perdarahan terjadi karena trauma
yang lebih berat
Ringan >5%Perdarahan akibat operasi ringan
seperti cabut gigi, atau sirkumsisi
Tabel 4.1. Klasifikasi Kadar Faktor VIII Dan Faktor IX Dalam Plasma.
Penderita hemofilia sedang lebih jarang mengalami perdarahan
dibandingkan hemofilia berat. Perdarahan kadang terjadi akibat aktivitas tubuh
yang terlalu berat, seperti olah raga yang berlebihan.
Penderita hemofilia ringan lebih jarang mengalami perdarahan. Mereka
mengalami masalah perdarahan hanya dalam situasi tertentu, seperti operasi, cabut
gigi atau mengalami luka yang serius.
Perawatan Gigi (Eksodonti)
Bagi orang-orang dengan hemofilia, kebersihan mulut yang baik penting
untuk mencegah penyakit gusi serta periodontal. Gigi harus disikat paling tidak
dua kali sehari untuk pengendalian plak. Pasta gigi yang mengandung fluoride
sebaiknya dipakai. Obat kumur yang mengandung triclosan atau chlorhexidine
dapat juga membantu mengurangi plak. Dental f loss atau sikat interdental
membantu mengurangi plak. Orang dengan kelainan perdarahan membutuhkan
17
kerjasama erat antara dokter dan dokter giginya agar mendapatkan perawatan gigi
yang aman dan komprehensif.
Pedoman untuk terapi gigi reguler dari orang dengan kelainan perdarahan
adalah sebagai berikut:
Perjanjian dengan dokter gigi untuk anak-anak dengan kelainan
perdarahan, dan juga edukasi mengenai seluk beluk gigi yang bersifat preventif
bagi anak serta perawatnya, harus dimulai ketika gigi bayi mulai tumbuh.
Injeksi dalam, prosedur bedah - terutama yang melibatkan tulang
(ekstraksi, gigi implan) – atau blok anestesi lokal regional harus dilakukan hanya
setelah kadar faktor pembekuan ditingkatkan secara tepat.
Infeksi mulut harus diobati dengan antibiotik sebelum dilakukan prosedur
bedah. Kajian gigi secara komprehensif dibutuhkan pada usia kira-kira 12 atau 13,
untuk merencanakan di masa mendatang dan untuk memutuskan pencegahan
kesulitan-kesulitan yang disebabkan oleh overcrowding atau misplaced gigi molar
ketiga atau gigi lainnya.
Untuk orang dengan hemofilia ringan atau moderat, terapi gigi non bedah
dapat dilakukan dengan perlindungan antifibrinolitik (asam traneksamat atau asam
amino kaproat epsilon), namun harus dikonsultasikan dengan ahli hematologi
sebelum dilakukan prosedur lain. Untuk orang dengan hemofilia A ringan (FVIII
> 5%), pembersihan karang dan beberapa operasi minor dapat dilakukan dengan
perlindungan desmopresin (DDAVP). Untuk yang dengan hemofilia berat,
penggantian faktor pembekuan diperlukan sebelum operasi atau injeksi blok
regional atau pembersihan karang. Penggunaan lokal lem fibrin dan obat kumur
asam traneksamat sebelum serta setelah ekstraksi gigi adalah metode yang aman
dan murah untuk membantu mengendalikan perdarahan.
Setelah ekstraksi gigi, diet cairan dingin dan makanan padat halus harus
dijalani selama 5-10 hari. Merokok harus dihindari. Setiap pembengkakan,
kesulitan menelan (disfagia), atau suara serak harus selalu dilaporkan pada dokter
gigi/ahli hematologi dengan segera.
Adanya infeksi yang ditularkan lewat darah pada orang dengan hemofilia
sebaiknya tidak mempengaruhi akses ke perawatan gigi.Semua pencegahan, sama
seperti untuk tiap prosedur bedah, harus diperhatikan.
18
Orang dengan hemofilia atau kecenderungan perdarahan kongenital adalah
kelompok prioritas untuk perawatan kesehatan mulut dan gigi, karena perdarahan
setelah terapi gigi dapat menyebabkan komplikasi yang berat bahkan fatal.
Perawatan mulut yang sehat dan pencegahan problem gigi memiliki kepentingan
yang besar, tidak hanya untuk kualitas hidup dan nutrisi namun juga untuk
menghindari bahaya pembedahan.
Pengobatan
Penderita hemofilia harus menghindari keadaan yang bisa menimbulkan
perdarahan. Mereka harus sangat memperhatikan perawatan giginya agar tidak
perlu menjalani pencabutan gigi.
Penderita hemofilia ringan yang harus menjalani pembedahan atau
pencabutan gigi akan diberikan obat desmopressin untuk memperbaiki system
pembekuan darah yang sifatnya hanya sementara, sehingga tidak perlu dilakukan
transfusi.
Penderita juga harus menghindari obat-obatan seperti aspirin, warfarin,
heparin dan obat pereda nyeri tertentu ( misalnya obat anti peradangan
nonsteroid ), yang bisa memperburuk gangguan perdarahan.
Biasanya pengobatan meliputi transfusi untuk menggantikan kekurangan
faktor pembekuan. Faktor-faktor ini ditemukan di dalam plasma dan dalam
jumlah yang lebih besar ditemukan di dalam plasma konsentrat. Beberapa
penderita membentuk antibodi terhadap faktor VIII dan factor IX yang
ditransfusikan, sehingga transfusi menjadi tidak efektif. Jika di dalam darah
contoh terdapat antibodi, maka dosis plasma konsentratnya dinaikkan atau
diberikan faktor pembekuan yang berbeda atau diberikan obat-obatan untuk
mengurangi kadar antibodi.
Penderita Hemofilia A tergolong rentan terhadap aktivitas olahraga.
Namun, menurut Djajadiman, penderita Hemofilia A boleh saja berolahraga. Pilih
olahraga ringan, seperti bermain bilyar. Sehingga, mengurangi risiko terjadinya
luka atau cedera yang mengakibatkan perdarahan.
19
Pengobatan hemofilia sendiri dapat dilakukan dengan metode RICE,
singkatan dari Rest, Ice, Compression dan Elevation :
· Rest. Penderita harus senantiasa beristirahat, dan jangan banyak melakukan
kegiatan berat atau yang sifatnya kontak fisik.
· Ice. Jika terjadi luka segera perdarahan itu dibekukan dengan mengkompresnya
dengan es.
· Compression. Dalam hal ini, luka itu juga harus dibebat atau dibalut dengan
perban.
· Elevation. Berbaring dan meninggikan luka tersebut lebih tinggi dari posisi
jantung.
Hal yang harus diperhatikan oleh para penderita hemofilia, antara lain:
1. Mengonsumsi makanan atau minuman yang sehat dan menjaga berat
tubuh agar tidak berlebihan. Pasalnya, berat badan berlebih dapat
mengakibatkan perdarahan pada sendi-sendi di bagian kaki ( terutama
pada kasus hemofilia berat ).
2. Penderita hemofilia sangat perlu melakukan olahraga secara teratur
untuk menjaga otot dan sendi tetap kuat dan untuk kesehatan tubuhnya.
Kondisi fisik yang baik dapat mengurangi jumlah masa perdarahan.
Namun penderita hemofilia harus menemukan sendiri aktivitas fisik
apa yang dapat dan yang tidak dapat dilakukannya. Banyak orang
dengan hemofilia ringan ikut dalam semua jenis olah raga, termasuk
olah raga aktif seperti sepakbola dan olahraga berisiko tinggi.
Sementara bagi penderita hemofilia berat, aktivitas serupa dapat
menimbulkan perdarahan yang parah. Yang jelas, olah raga yang sangat
dianjurkan adalah berenang.
3. Penderita mesti rajin merawat gigi dan gusi serta rajin melakukan
pemeriksaan kesehatan gigi dan gusi secara rutin, paling tidak setengah
tahun sekali karena kalau giginya bermasalah semisalnya harus dicabut,
tentunya dapat menimbulkan perdarahan.
4. Mengikuti program imunisasi. Catatan bagi petugas medis adalah
suntikan imunisasi harus dilakukan di bawah kulit dan tidak ke dalam
20
otot, diikuti penekanan pada lubang bekas suntikan paling tidak selama
5 menit.
5. Hindari penggunaan aspirin karena dapat meningkatkan perdarahan.
Penderita hemofilia dianjurkan jangan sembarang mengonsumsi obat
obatan. Langkah terbaik adalah berkonsultasi lebih dulu pada dokter.
Pengobatan Periodontal
Jaringan periodontal yang sehat adalah penting untuk mencegah
perdarahan dan kehilangan gigi. Jika kebersihan mulut yang buruk pengobatan
harus dimulai sesegera mungkin setelah pasien telah menjalani pemeriksaan gigi
dan rencana perawatan yang diformulasikan untuk mencegah tambahan kerusakan
pada jaringan periodontal. Dalam kasus penyakit periodontal parah, mungkin
diperlukan untuk melakukan scaling supragingiva awalnya bersama dengan
pendidikan kesehatan gigi. Subgingiva scaling dapat mulai segera setelah
peradangan memiliki menurun. Pengobatan mungkin perlu dilakukan di atas
beberapa kunjungan untuk mencegah berlebihan kehilangan darah. Selain itu,
klorheksidin glukonat obat kumur dapat digunakan untuk mengontrol periodontal
masalah. Antibiotik mungkin diperlukan untuk membantu mengurangi
peradangan awal.
Kehilangan darah dari semua jenis dapat dikontrol secara lokal dengan
tekanan langsung atau dressing periodontal dengan atau tanpa agen
antifibrinolytic topikal. Periodontal operasi pada pasien dengan perdarahan
gangguan selalu harus dianggap sebagai resiko tinggi yang prosedur dengan risiko
yang signifikan darah
kerugian. Ini hanya harus dipertimbangkan adalah pengobatan konservatif telah
gagal dan oral kebersihan yang baik. Bedah periodontal dapat menjadi lebih besar
tantangan untuk hemostasis dari yang sederhana ekstraksi. Prosedur ini harus hati
–hati direncanakan dan resiko sepenuhnya menjelaskan kepada pasien.
Mengontrol perdarahan dengan menggunakan periodontal semen kemasan
pada pasien dengan gangguan pendarahan bermanfaat dan biaya yang efektif di
gigi ekstraksi. Teknik lokal masih memerlukan penggantian spesifik therapy.
21
Berikut ini protokol diadopsi menghasilkan hasil yang dapat diandalkan dari
ekstraksi gigi secara rawat, dengan kenyamanan pasca operasi karena kombinasi
pengobatan sistemik dan lokal ditingkatkan langkah-langkah hemostatis.
Gambar 4.2 Semen Periodontal
Removable Prostodontik
Pasien dengan gangguan perdarahan dapat diberikan gigi palsu selama
mereka merasa nyaman. Jika gigi tiruan sebagian disediakan penting bahwa
kesehatan periodontal dari gigi yang tersisa dipertahankan.
Pengobatan Ortodonti
Tetap dan removable ortodontik peralatan dapat digunakan bersama
dengan pencegahan rutin saran dan terapi kesehatan. Perhatian khusus harus
diambil ketika merawat pasien dengan berat perdarahan gangguan untuk
memastikan bahwa gingiva adalah tidak rusak ketika pas alat.
Perawatan Endodontik
Perawatan endodontik umumnya risiko rendah untuk pasien dengan
gangguan perdarahan. Jika pulpektomi ditunjukkan, kemungkinan gigi
membutuhkan endodontik konvensional pengobatan juga harus dipertimbangkan.
hal ini penting bahwa prosedur ini dilakukan hati-hati dengan panjang kerja akar
kanal dihitung untuk memastikan bahwa instrumen tidak melewati puncak saluran
akar. Kehadiran perdarahan di kanal adalah indikasi dari jaringan pulpa yang
tersisa di kanal. Natrium hipoklorit harus digunakan untuk irigasi dalam semua
22
kasus, diikuti oleh penggunaan kalsium hidroksida paste untuk mengontrol
perdarahan. Formaldehida yang diturunkan dari zat mungkin juga digunakan
dalam kasus dimana terjadi perdarahan terus-menerus atau bahkan sebelum
pulpektomi tersebut.
Dental Emergency
Keadaan darurat gigi dapat terjadi setiap saat; Namun, penting untuk
diingat bahwa tidak ada pengobatan harus dilakukan tanpa terlebih dahulu
perencanaan karena hal ini dapat mengakibatkan tambahan masalah. Masalah gigi
yang paling umum adalah nyeri akibat terhadap karies dan perdarahan dari
periodontal jaringan. Nyeri berhubungan dengan karies biasanya dapat diobati
dengan baik antibiotik atau pulpektomi di memesan untuk memberikan waktu
untuk perencanaan ekstraksi. Perdarahan dari jaringan periodontal biasanya dapat
dikendalikan dengan antibiotik sampai suatu janji dengan ahli kesehatan dapat
diatur. Pengelolaan trauma gigi lebih kompleks karena biasanya melibatkan kedua
gingiva dan gigi. Tindakan lokal biasanya akan mengontrol perdarahan gingiva
dan belat sementara dapat digunakan untuk gigi patah atau longgar.
Dengan trauma gigi, penting untuk diingat bahwa kita adalah bagian dari
komprehensif tim perawatan hemofilia mengobati pasien. Pengobatan
perencanaan untuk keadaan darurat membutuhkan masukan dari seluruh tim untuk
mengurangi risiko masalah lebih lanjut.
23
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Penderita hemofilia merupakan salah satu pasien yang perlu diutamakan
dalam proses penanganannya. Pada dasarya letak permasalahan penyakit
hemofilia ada pada pembekuan darah yang abnormal dimana darah penderita sulit
membeku akibat kerusakan kromosom X. Menindak lanjuti hal tersebut, tindakan
apapun yang diterima oleh penderita hemfilia harus dilakukan dengan ekstra hati-
hati. Begitu pula pada perlakuan eksodonti (pencabutan gigi) bagi penderita
hemofilia, diperlukan adanya perawatan pada bagian gigi dan ronga mulut.
Dari pembahasan yang ada dapat disimpulkan bahwa pengaruh perawatan
gigi pada penderita hemofilia dapat dilakukan melalui tiga tahap. Tahap pertama
yakni pencegahan. Pada tahap pencegahan, adanya pengawasan pada penderita
hemofilia agar tidak terjadi pendarahan dapat dimulai sejak seperti perlakuan
kehati-hatian saat menggosok gigi. Jaringan gigi yang sehat mengurangi adanya
permasalahan pada gigi. Begitupun memperhatikan pada makanan yang
dikonsumsi dan menjauhi dari kelelahan.
Tahap kedua adalah pada saat terjadi pendarahan terutama berhubungan
dengan gigi, adanya perawatan intens yang tergantung bidang permasalahan pada
gigi tersebut. Menghubungi dokter dan dokter gigi, agar terjalin komunikasi
dalam penanganan.
Tahap terakhir adalah tahap pengobatan. Pengobatan periodontal yang
terpenting mengontrol perdarahan dengan menggunakan periodontal semen
kemasan pada pasien dengan gangguan pendarahan bermanfaat dan biaya yang
efektif di gigi ekstraksi. Pada prostodontik, jika pasien lebih nyaman
menggunakan gigi palsu diperbolehkan. Pada Pengobatan Ortodonti lebih
memperhatikan pada pemasangan alat agar tidak menyebabkan pendarahan pada
gingiva. Pada Endodontik, sangat kecil resiko yang terjadi pada faktor ini , akan
tetapi bila terjadi Natrium hipoklorit harus digunakan untuk irigasi dalam semua
kasus, diikuti oleh penggunaan kalsium hidroksida paste untuk mengontrol
perdarahan.
24
5.2 Saran
Dari pembahasan yang ada kami memberikan saran bahwa pada perawatan
gigi pada penderita hemofilia ,
- Menjauhi hal –hal yang menyebabkan pendarahan
- Memberikan edukasi dan penyuluhan pada penderita hemofilia dalam
menjauhi terjadinya pendarahan.
- Menjaga kesehatan seluruh jaringan mulut agar tidak terjadi infeksi atau
permasalahan lain pada gigi dan gingiva.
- Apabila terjadi pendarahan pada gigi dan jaringan mulur,sebaiknya
meminta petunjuk pada dokter dan dokter gigi penderita.
- Antara dokter dan dokter gigi penderita terjadi komunikasi dalam
penanganan.
25
DAFTAR PUSTAKA
Betz, Cecily Lynn & Swoden, Linda A., 2004. Buku Saku Keperawatan Pediatric
Ed. 5. Jakarta : EGC
Brewer, Andrew and Correa, Maria Elvira. 2006. Guidelines For Dental
Treatment Of Patients With Inherited Bleeding Disorders. Treatment of
Hemophilia. No 40. Oral & Maxillofacial Surgery Department of The Royal
Infirmary Glasgow, Scotland and Centro De Hematologia E Hemoterapia
Da Unicamp, Sao Paulo, Brazil. Canada : The World Federation Of
Hemophilia.
Canadian Hemophilia Society. 1999. What is Hemophilia?
Dalam, J.P. 2006. Seorang Penderita Hemofilia Ringan dengan Pendarahan
Masif. Vol.7 No. 2
Guyton, Hall.2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta:EGC.
Harahap, Noni. 2010. Dampak Trauma Yang Berlebihan Pada Jaringan Sekitar
Akibat Ekstraksi Gigi. Medan : Universitas Sumatra Utara Medan
Hartanto, Huriawati. Et All 2006. Patofisiologi. Jakarta : EGC.
Ianes, E. et All. 2008. Tooth Extraction in Patients With Haemophilia. European
Cells and Materials Vol. 16. Suppl. 5. Romania : Department of Oral &
Maxillofacial Surgery, University of Medicine and Pharmacy Timisoara
and Clinical Medical Center, Timisoara.
Kumar, Robins Cortran. 2004. Buku Ajar Patologi. Jakarta : EGC.
Lorenzana, Adonis. Et All. Hemophilia A and B.
Manjoer, Arief. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Fakultas Kedokteran
UI.
Sanghai, Sumit & Chatterjee, Parama. 2009. A Concise Textbook Of Oral And
Maxillofacial Surgery. New Delhi : Jaypee
Saputra, Lyndon. 2009. Kapita Selekta Kedokteran Klinik. Tangerang : Binapura
Aksara.
World Federation Of Hemophilia. 2005. Guidelines For The Management Of
Hemophilia. Canada : The World Federation Of Hemophilia
World Federation of Hemophilia. 1998. Hemophilia in Pictures.
26
LAMPIRAN