Transcript of Tesis agus afandi
- 1. STRATEGI PENANGANAN JARINGAN JALAN KABUPATEN DI KABUPATEN
BANGKA TESIS Oleh : AGUS AFANDI NPM 2010831001 PROGRAM MAGISTER
TEKNIK SIPIL KONSENTRASI PENGELOLAAN JARINGAN JALAN KERJASAMA PUSAT
PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DENGAN PROGRAM
PASCASARJANA UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN 2012
- 2. STRATEGI PENANGANAN JARINGAN JALAN KABUPATEN DI KABUPATEN
BANGKA Oleh : AGUS AFANDI NPM 2010831001 PENGESAHAN TESIS Aloysius
Tjan, Ir., MT., Ph.D Pembimbing merangkap Penguji Santoso Urip
Gunawan, Ir., MT. Penguji Sutono, ST., M.Pd . Penguji PROGRAM
MAGISTER TEKNIK SIPIL KONSENTRASI PENGELOLAAN JARINGAN JALAN
KERJASAMA PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM
DENGAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN
2012
- 3. i STRATEGI PENANGANAN JARINGAN JALAN KABUPATEN DI KABUPATEN
BANGKA Agus Afandi NPM 2010831001 Pembimbing : Aloysius Tjan, Ph.D
PROGRAM MAGISTER TEKNIK SIPIL-KONSENTRASI PENGELOLAAN JARINGAN
JALAN KERJASAMA PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEMENTERIAN
PEKERJAAN UMUM DENGAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS KATOLIK
PARAHYANGAN BANDUNG 2012 ABSTRAK Penanganan jalan kabupaten di
Kabupaten Bangka disusun berdasarkan hasil Musyawarah pembangunan
dari tingkat desa sampai dengan tingkat kabupaten dan dituangkan
dalam ABPD. Penyusunan kegiatan yang dilakukan tidak menggunakan
parameter kondisi jalan dan prioritas berdasarkan perhitungan
teknis. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan skenario terbaik
untuk penanganan jalan kabupaten di Kabupaten Bangka berdasarkan 3
skenario yang telah disusun. Skenario yang diambil mengacu pada
ketersediaan anggaran pembangunan bidang jalan kabupaten dan
kondisi jalan kabupaten menggunakan parameter SK 77 untuk rencana
penanganan tahun 2012 sampai dengan tahun 2016. Data-data yang
digunakan untuk analisis adalah data kondisi dan penanganan jalan
kabupaten tahun 2006 sampai dengan tahun 2011. Hasil analisis
terhadap skenario pertama menghasilkan skor kondisi jalan 11,75 dan
skor kondisi jalan skenario kedua 11,55. Dengan demikian maka
skenario kedua akan lebih baik digunakan sebagai strategi
penanganan jalan kabupatan di Kabupaten Bangka. Pada rencana target
penanganan jalan, skor kondisi jalan dibawah 11 dapat bila anggaran
penanganan jalan dialoksikan sebesar 50 miliyar rupiah. Kata Kunci
: SK 77, Skenario Penanganan Jalan, Rencana Target Penanganan, Skor
Kondisi Jalan
- 4. ii HANDLING STRATEGY of KABUPATEN ROAD NETWORK IN KABUPATEN
BANGKA Agus Afandi Student Reg. NPM 2010831001 Advisor : Aloysius
Tjan, Ph.D MASTER OF CIVIL ENGINEERING-SPECIALIZATION IN ROAD
NETWORK MANAGEMENT COLLABORATION BETWEEN THE CENTRE OF EDUCATION
AND TRAINING MINISTRY OF PUBLICK WORKS AND POSTGRADUATE
PROGRAM-PARAHYANGAN CATHOLIC UNIVERCITY BANDUNG 2012 ABSTRACT
Handling of kabupaten roads in Kabupaten Bangka is based on the
development of village level to regency level and poured in ABPD.
The preparation of the activities carried out do not use the
priority parameter is based on road conditions and technical
calculations. This study aims to determine the best scenario for
the handling of kabupaten roads in Kabupaten Bangka based on 3
scenarios that have been prepared. Scenario is taken refers to the
availability of regency road construction budget areas and road
conditions use SK 77 for the treatment plan years 2012 to 2016. The
data used for analysis is the road condition data and the handling
of the regency in 2006 to 2011. The analysis of the first scenario
produces the scor road condition is 11,75, and second scenario is
11,55. Thus, the second scenario would be better used as a
treatment strategy for kabupaten roads in Kabupaten Bangka. For the
planning target of road maintenance scor conditions of road above
11 can be achieved if the handling of the budget was increased to
50 billion dollars. Key words: SK 77, Road Handling Scenarios,
Planning Target of Road Maintenance, and Score Road Condition
- 5. iii PRAKATA Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan
ke hadirat Allah SWT. Atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
penyusun tesis dengan judul Strategi Penanganan Jaringan Jalan
Kabupaten di Kabupaten Bangka ini dapat diselesaikan. Ucapan terima
kasih penulis sampaikan kepada Bapak Aloysius Tjan Ph.D. Selaku
dosen pembimbing, kepada Bapak Santoso Urip Gunawan, Ir. MT. dan
Bapak Sutono ST., M.Pd selaku dosen Penguji. Pada kesempatan ini
penulis juga mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada
pihak-pihak berikut : 1. Almarhum Ayah dan Almarhumah Mami yang
selalu memberikan dukungan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang
yang lebih tinggi. 2. Ayah dan Mamak mertua yang memberikan
dukungan moril dan materiil untuk menjalani perkuliahan ini 3.
Istri dan anak-anak tercinta atas kesabaran dan pengertiannya 4.
Abang dan Kakak dan Adik yang telah memberikan dukungan moral dan
doanya 5. Rekan-rekan Magister Teknik Pengelolaan Jaringan Jalan
angkatan 2010 6. Seluruh dosen pengajar Universitas Katholik
Parahyangan 7. Seluruh dosen pengajar dari Departemen Pekerjaan
Umum 8. Pemerintah Daerah Kabupaten Bangka yang telah memberikan
bantuan materiil dan kesempatan untuk mengikuti pendidikan 9.
Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas
partisipasi dan masukannya dalam perkuliahan dan penyusunan tesis.
Atas segala kekurangan yang terdapat didalam makalah ini, saran
demi perbaikan sangat diharapkan, semoga tesis ini dapat bermanfaat
bagi pihak-pihak yang memerlukan. Bandung, Agustus 2012
Penulis
- 6. iv DAFTAR ISI ABSTRAK . ABTRACT.. PRAKATA. DAFTAR ISI..
DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN... DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR TABEL......
DAFTAR LAMPIRAN.. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. 1.2.
Identifikasi Masalah ... 1.3. Tujuan Penulisan. 1.4. Sasaran
Penelitian 1.5. Ruang Lingkup Penelitian....................... BAB
2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengelompokan Jalan......................
2.1.1. Sistem Jaringan Jalan........................ 2.1.2. Fungsi
Jalan...................... 2.1.3. Status
Jalan....................... 2.1.4. Kelas Jalan 2.2. Pemeliharaan
Jalan.. i ii iii iv vii ix x xi 1 2 3 4 4 6 6 7 8 10 11
- 7. v 2.3. Kondisi Jalan....................... 2.4. Penanganan
Pemeliharaan....................... 2.4.1. Pemeliharaan secara
Swakelola 2.4.2. Pemeliharaan Dengan Cara Kontrak 2.5. Pengelolaan
Jalan Pada Daerah Otonomi 2.5.1. Mekanisme Pembiayaan Tahunan 2.6.
Model Kondisi Jalan 2.6.1. Penilaian Kondisi Jalan 2.6.2. Nilai
Kerusakan Jalan Menurut SK77/kpts/db/1990.. BAB 3 METODOLOGI
PENELITIAN 3.1. Kerangka Pikir Penelitian.................... 3.2.
Metode Pengumpuan Data... 3.3. Tahapan Penelitian.. BAB 4 DATA
WILAYAH STUDI 4.1. Geografis dan Wilayah................ 4.2.
Jumlah Penduduk. 4.3. Data Jalan Kabupaten.. 4.4. Sumber-sumber
Pendapatan Daerah 4.5. Pembiayaan Prasarana Jalan 19 20 23 24 25 25
27 28 29 32 33 33 34 36 38 39 44 44
- 8. vi BAB 5 ANALISIS DATA 5.1. Anggaran Sektor Bina
Marga.......... 5.2. Kebijakan Penanganan
Jalan....................... 5.3. Jenis Kerusakan... 5.4. Pemodelan
Kerusakan dan Penanganan Jalan............. 5.4.1. Penurunan
Kondisi Perkerasan.. 5.4.2. Pemeliharaan Jalan. 5.4.3. Pembiayaan
Pemeliharaan. 5.5. Skenario dan Target Rencana Penanganan Jalan
5.5.1. Skenario Pertama........... 5.5.2. Skenario Kedua.. 5.5.3.
Skor Kondisi Jalan 5.5.3. Target Rencana Penanganan Jalan BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan 6.2. Saran DAFTAR
PUSTAKA................. 46 50 51 52 53 61 62 64 65 71 74 75 79 80
81
- 9. vii DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN % = Persen APBD = Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah APBN = Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara Bappeda = Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah
BM = Bina Marga cm = centimeter DAK = Dana Alokasi Khusus DAU =
Dana Alokasi Umum Km = kilometer m = meter Musrenbang = Musyawarah
Rencana Pembangunan P3MD = Perencanaan Partisipatif Pembangunan
Masyarakat PU = Pekerjaan Umum Po = tingkat pelayanan awal = indeks
Permukaan awal (IPo) dalam versi Bina Marga Pt = tingkat pelayanan
akhir = indeks permukaan akhir (IPt) dalam versi Bina Marga PAD =
Pendapatan Asli Daerah Rakorbang = Rapat Koordinasi Pembangunan SDM
= Sumber Daya Manusia SPM = Standar Pelayanan Minimum SKPD = Satuan
Kerja Pemerintah Daerah
- 10. viii SNI = Standar Nasional Indonesia UU = Undang-undang
UDKP = Unit Daerah Kerja Pembangunan
- 11. ix DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1. Penurunan Kinerja Perkerasan..
Gambar 2.2. Struktur Pendanaan pada Pemerintah Daerah.. Gambar 2.3.
Mekanisme Perencanaan Pembangunan Tahunan Kab/Kota Gambar 3.2.
Bagan Alir Penelitian Gambar 4.1. Peta Wilayah Kabupaten Bangka.
Gambar 4.2. Perkembangan Kondisi Jalan Kabupaten Bangka Tahun 2006
sampai dengan Tahun 2011.. Gambar 4.3. Peta Jaringan Jalan
Kabupaten Bangka Gambar 5.1. Persentase Anggaran Sektor Bina Marga
Terhadap APBD Kabupaten Bangka Gambar 5.2. Realisasi Anggaran
Sektor Bina Marga Berdasarkan Jenis Kegiatan... Gambar 5.3.
Pelaksanaan Peningkatan Jalan Simpang Bedukang - Tanjung Antu ...
Gambar 5.4. Kondisi Ruas Jalan Kemuja . Gambar 5.5. Kondisi Ruas
Jalan Tiang Tara Gambar 5.6. Penurunan Kondisi Jalan Ber LHR Rendah
Tanpa Pemeliharaan 12 26 28 35 36 40 43 47 49 51 51 52 55
- 12. x Gambar 5.7. Penurunan Kondisi Jalan Ber LHR Tinggi Tanpa
Pemeliharaan Gambar 5.8. Potongan Melintang Jalan 59 63
- 13. xi DAFTAR TABEL Tabel 2.1. Konsep Otonomi Daerah.. Tabel
2.2. Tingkat Kerusakan Jalan Beraspal........... Tabel 2.3.
Penaksiran Kondisi Jalan Berdasarkan Kecepatan Tabel 2.4. Tipe dan
Kondisi Jalan. Tabel 4.1. Perkembangan Kondisi Jalan Kabupaten
Bangka Tahun 2006 s/d 2011
(km).................................................. Tabel 4.2.
Perkembangan Kondisi Jalan Kabupaten Bangka Tahun 2006 s/d
2011(%)......................................... Tabel 4.3. Ruas
Jalan Kabupaten Bangka Tahun 2010. Tabel 4.4. Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah Kabupaten Bangka Tahun Anggaran 2010..........
Tabel 4.5. Anggaran Sektor Jalan Kabupaten Bangka.. Tabel 5.1.
Perbandingan Anggaran Sektor Bina Marga Terhadap Penerimaan
Daerah.......... Tabel 5.2. Realisasi Anggaran Sektor Jalan Tahun
2006 s/d 2011... Tabel 5.3. Nilai Kondisi Jalan Kabupaten Bangka
Tahun 2011.......... Tabel 5.4. Data Penurunan Kondisi Jalan
ber-LHR Rendah Tanpa Pemeliharaan. 22 30 30 32 39 39 41 44 45 46 48
53 54
- 14. xii Tabel 5.5. Penurunan Kondisi Jalan ber-LHR Rendah Tanpa
Pemeliharaan dari Tahun ke-n menggunakan Persamaan 5.1. Tabel 5.6.
Periode Kondisi untuk LHR Rendah Tanpa Pemeliharaan Tabel 5.7.
Penurunan Kondisi Jalan ber-LHR Rendah Tanpa Pemeliharaan dari
Tahun ke-n menggunakan Persamaan 5.2
.......................................................... Tabel
5.8. Data Penurunan Kondisi Jalan ber-LHR Tinggi Tanpa
Pemeliharaan. Tabel 5.9. Penurunan Kondisi Jalan ber-LHR Tinggi
Tanpa Pemeliharaan dari Tahun ke-n menggunakan persamaan 5.3
............ Tabel 5.10. Periode Kondisi Jalan Untuk LHR Tinggi
Tanpa Pemeliharaan ... Tabel 5.11. Penurunan Kondisi Jalan Ber LHR
Tinggi Tanpa Pemeliharaan dari Tahun ke-n menggunakan Persamaan 5.4
. Tabel 5.12. Nilai Kondisi Jalan setelah Dilakukan Pemeliharaan
Berkala Tabel 5.13. Biaya Penanganan Jalan Kabupaten Bangka Per Km.
56 57 57 58 59 60 60 61 62
- 15. xiii Tabel 5.14. Kondisi Jalan Beraspal dan Beton dari
Skenario 1 ................... Tabel 5.15. Kondisi Jalan Tanah dari
Skenario 1 .................. Tabel 5.16. Kondisi Jalan Beraspal
dan Beton dari Skenario 2 ................... Tabel 5.17. Kondisi
Jalan Tanah dari Skenario 1 .................. Tabel 5.18. Skor
Kondisi Jalan Beraspal dan Beton untuk Skenario 1
................... Tabel 5.19. Skor Kondisi Jalan Tanah untuk
Skenario 1 ....... Tabel 5.20. Skor Kondisi Jalan Beraspal dan
Beton untuk Skenario 2 ................... Tabel 5.21. Skor Kondisi
Jalan Tanah untuk Skenario 2 ....... Tabel 5.22. Kondisi Jalan
Beraspal dan Beton dengan Anggaran 40 Miliyar Tabel 5.23. Skor
Kondisi Jalan Beraspal dan Kaku dengan Anggaran 40 Miliyar Tabel
5.24. Kondisi Jalan Beraspal dan Beton dengan Anggaran 45 Miliyar
Tabel 5.25. Skor Kondisi Jalan Beraspal dan Kaku dengan Anggaran 45
Miliyar 70 70 73 73 74 74 74 74 76 76 77 77
- 16. xiv Tabel 5.24. Kondisi Jalan Beraspal dan Beton dengan
Anggaran 50 Miliyar Tabel 5.25. Skor Kondisi Jalan Beraspal dan
Kaku dengan Anggaran 50 Miliyar 78 78
- 17. xv DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Data Kondisi Jalan Kabupaten
(K1) Tahun 2006 s/d Tahun 2011... Lampiran 2 Data Analisis Skenario
1 Lampiran 3 Data Analisis Skenario 2 Lampiran 4. Data Analisis
Rencana Terget Penanganan Jalan ..
- 18. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jaringan jalan
merupakan bagian dari infrastruktur publik atau prasarana publik
yang mempunyai peranan penting atau prasyarat dalam kelangsungan
kehidupan bermasyarakat ataupun bernegara. Untuk menjaga agar
jaringan jalan dapat memberikan pelayanan yang baik, maka dilakukan
Manajemen dalam penyelenggaraan maupun pembiayaan. Masalah
penyelenggaraan dan pembiayaan adalah dua hal yang tidak dapat
dipisahkan. UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah dan UU
No. 38 Tahun 2004 Tentang Jalan, memberi kewenangan kepada
Pemerintah Kabupaten/Kota dalam melakukan penyelenggaraan jalan,
berupa pengaturan, pembinaan, pembangunan, dan pengawasan atas
jalan kabupaten/kota dan jalan desa. Pemerintah Kabupaten/Kota
memiliki kewenangan untuk melakukan penyelenggaraan jalan,
menentukan besar alokasi dana, serta penentuan kebijakan dalam
pembangunan dan pemeliharaan jalan. Pemerintah Daerah Kabupaten
Bangka untuk mengakomodir amanat UU tersebut telah mengeluarkan
perda tentang penetapan status ruas jalan kabupaten untuk
selanjutnya menganggarkan biaya penanganan jalan sesuai dengan
kemampuan keuangan daerah. 1.2. Identifikasi Masalah Usulan-usulan
penanganan jalan yang dilakukan dari musyawarah rencana pembangunan
(musrenbang) tingkat desa sampai dengan tingkat kecamatan dan
- 19. 2 2 dari jaringan aspirasi masyarakat (jaring asmara) yang
dilakukan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) sebagian besar
menjadi kegiatan yang diakomodasikan dalam Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Bangka. Namun usulan-usulan dari
masyarakat dan DPRD tersebut tidak memandang aspek teknis dan
ekonomi sehingga ruas-ruas jalan penting yang diusulkan oleh Dinas
Pekerjaan Umum untuk segera ditangani tidak lolos untuk menjadi
kegiatan di APBD. Sebagai konsekuensinya, banyak ruas jalan yang
terpaksa dibiarkan dalam kondisi rusak karena tidak memiliki
anggaran untuk penanganannya. Padahal bila terus dibiarkan maka
biaya yang diperlukan untuk memperbaikinya akan menjadi semakin
mahal. Ketidak jelasan penyusunan kegiatan penanganan jalan
menyebabkan banyak kegiatan yang tidak sesuai dengan kondisi yang
sebenarnya. Jalan dengan kondisi baik justru dilakukan kegiatan
peningkatan atau berkala, jalan dengan kondisi rusak malah
dilakukan penangan rutin, sehingga hasil dari pelaksanaan kegiatan
tersebut tidak memberikan pertambahan nilai pada ruas jalan
tersebut. Hal ini disebabkan karena tidak disusun prioritas dan
pemilihan alternatif penanganan jalan berdasarkan jenis
kerusakannya. Penanganan jalan yang tidak tepat sasaran menjadikan
dana yang dialokasikan untuk pemeliharaan jalan menjadi tidak
optimal. 1.3. Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan ini adalah
merumuskan strategi penanganan jalan kabupaten di Kabupaten Bangka.
Strategi ini disusun dengan memperhitungkan kemampuan dan tata cara
pengalokasisan Anggaran Pendapatan dan Belanja
- 20. 3 3 Daerah (APBD) di Kabupaten Bangka dan memberikan
batasan-batasan yang jelas dan konsisten mengenai cara pelaksanaan
pekerjaan pemeliharaan jalan kabupaten menggunakan parameter
kondisi jalan berdasarkan SK 77/KPTS/db/1990. Pada penelitian ini
akan disusun strategi pemeliharaan jalan kabupaten dengan dua
skenario penanganan yang kemudian akan dipilih mana yang terbaik
untuk diusulkan dalam rencana penanganan jalan kabupaten dan
rencana penanganan jalan bila ditetapkannya suatu target kondisi
yang ingin dicapai bila dilakukan rencana penanganan jalan selama
lima tahun. Definisi mengenai skenario dan penetapan rencana target
penanganan adalah : - Skenario pertama penanganan jalan dengan
batasan ketersediaan alokasi APBD rata-rata pertahun menggunakan
data tahun 2006 s/d 2011, dengan asumsi bahwa nilai anggaran tiap
tahun menggunakan besaran angka rata-rata selama lima tahun
tersebut dan berjumlah tetap. Penyusunan prioritas penanganan
dimulai pada ruas jalan dengan kondisi baik dan jalan beraspal
dengan kondisi rusak berat, bila anggaran masih mencukupi maka
dilanjutkan pada jalan dengan kondisi sedang dan seterusnya sampai
dengan jalan tanah dengan kondisi rusak berat. Bila anggaran yang
dialokasikan telah habis sedangkan belum seluruh ruas yang dapat di
tangani, maka ruas-ruas tersebut tidak dilakukan penanganan apapun.
Karena penanganan yang dilakukan pada ruas, maka perhitungan biaya
pemeliharaan harus disesuaikan dengan kondisi segmen yang ada pada
ruas jalan tersebut. Bila segmen berkondisi baik, maka dilakukan
pemeliharaan rutin, bila segmen berkondisi sedang dan rusak
dilakukan pemeliharaan berkala, dan bila segmen berkondisi rusak
berat
- 21. 4 4 dilakukan peningkatan. Bila anggaran yang tersedia
masih ada namun tidak cukup untuk menangani panjang ruas yang ada,
maka dilakukan penyesuaian dengan cara coba-coba mengurangi
memindahkan biaya penanganan pada ruas-ruas lain sehingga mendekati
jumlah anggaran yang tersedia. Pengelompokan jenis pemeliharaan
berdasarkan kondisi segmen yang ada pada ruas jalan. Untuk jalan
beraspal atau beton, seluruh segmen yang memiliki kondisi baik maka
dikelompokkan pada pemeliharaan rutin, bila ada segmen yang
berkondisi sedang atau rusak atau rusak berat pada ruas jalan yang
ada maka dikelompokkan pada pemeliharaan berkala, dan bila seluruh
segmen yang berkondisi rusak berat akan dikelompokkan pada
peningkatan jalan. Untuk jalan tanah, bila merupakan bagian dari
segmen yang ada pada ruas jalan beraspal dan beton, maka mengikuti
pengelompokkan ruas jalan beraspal dan beton. Bila jalan tanah
masih berupa ruas jalan, maka penanganannya dilakukan secara
tersendiri pada kelompok jalan tanah, dan belum menjadi prioritas
penanganan, walaupun bisa dilakukan penanganan bila anggaran yang
tersisa tidak cukup untuk penanganan jalan beraspal dan beton, maka
digunaan untuk ruas jalan tanah. - Skenario kedua penanganan jalan
hampir sama dengan skenario satu. Yang membedakan adalah seluruh
ruas jalan harus memperoleh penanganan. Untuk ruas-ruas yang belum
termasuk dalam penanganan standar (pemeliharaan rutin, pemeliharaan
berkala atau peningkatan) maka penanganannya dengan cara sementara
(stop gap) untuk memberikan keamanan bagi pengguna jalan akibat
kondisi jalan dan juga menjaga agar jalan tersebut tetap dapat
terbuka sepanjang tahun.
- 22. 5 5 - Rencana target penanganan jalan sama dengan skenario
kedua. Yang membedakan adalah pada analisis ini adalah adanya
target untuk pencapaian nilai skor kondisi rata-rata jalan selama
lima tahun dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2016 diharapkan
lebih kecil dari 11, maka yang perlu dicari adalah berapa jumlah
anggaran penanganan jalan kabupaten di Kabupaten Bangka yang harus
dialokasikan oleh Pemerintah Daerah setiap tahun dengan asumsi
bahwa anggaran yang dialokasikan per tahun berjumlah tetap.
Perhitungan anggaran dilakukan dengan cara coba-coba sehingga
mendapatkan angka skor kondisi rata-rata penanganan selama 5 tahun
lebih kecil dari 11. 1.4. Sasaran Penelitian 1. Menginventarisir
jaringan jalan kabupaten di Kabupaten Bangka 2. Mengidentifikasi
biaya penanganan jalan di Kabupaten Bangka; 3. Mengidentifikasi
kondisi ruas jalan kabupaten di Kabupaten Bangka; 4. Menyusun
strategi penanganan jalan di Kabupaten Bangka 1.5. Ruang Lingkup
Penelitian 1. Lokasi penelitian di Kabupaten Bangka 2. Penelitian
dibatasi untuk pekerjaan penanganan jalan kabupaten di Kabupaten
Bangka 3. Ruas jalan yang diteliti termasuk jalan beraspal, beton
dan jalan tanah 4. Penilaian kondisi jalan menggunakan parameter SK
77/kpts/db/1990
- 23. 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengelompokan Jalan
Undang-undang nomor 38 tahun 2004 menyebutkan bahwa jalan
berdasarkan peruntukannya terdiri atas jalan umum dan jalan khusus.
Jalan umum dikelompokkan menurut sistem, fungsi, status, dan kelas.
Sedangkan Jalan khusus bukan diperuntukkan bagi lalulintas umum
dalam rangka distribusi barang dan jasa yang dibutuhkan, ketentuan
lebih lanjut mengenai jalan khusus diatur dalam peraturan
pemerintah. 2.1.1 Sistem Jaringan Jalan Undang-undang nomor 38
tahun 2004 tentang jalan Bab III Pasal 5 menjelaskan tentang peran
jalan bahwa Jalan sebagai bagian prasarana transportasi mempunyai
peran penting dalam bidang ekonomi, sosial budaya, lingkungan
hidup, politik, pertahanan dan keamanan, serta dipergunakan untuk
sebesar-besar kemakmuran rakyat. Jalan sebagai prasarana distribusi
barang dan jasa merupakan urat nadi kehidupan masyarakat, bangsa,
dan negara. Jalan yang merupakan satu kesatuan sistem jaringan
jalan menghubungkan dan mengikat seluruh wilayah Republik
Indonesia. Sistem jaringan jalan yang dimaksud terdiri dari : 1.
Sistem Jaringan Jalan Primer Sistem jaringan jalan primer merupakan
sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi barang
dan jasa untuk pengembangan semua wilayah di
- 24. 7 tingkat nasional, yang menghubungkan semua simpul jasa
distribusi yang berwujud pusat-pusat kegiatan. Penyusunan sistem
jaringan jalan primer dilakukan dengan mengikuti rencana tata ruang
dan memperhatikan keterhubungan antar kawasan perkotaan yang
merupakan pusat-pusat kegiatan sebagai berikut: a) Menghubungkan
secara menerus pusat kegiatan nasional, pusat kegiatan wilayah,
pusat kegiatan lokal sampai ke pusat kegiatan lingkungan. b)
Menghubungkan antar kegiatan nasional 2. Sistem Jaringan Jalan
Sekunder Sedangkan sistem jaringan jalan sekunder merupakan system
jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa
untuk masyarakat di dalam kawasan perkotaan. Penyusunan sistem
jaringan jalan sekunder ini dilakukan dengan mengikuti rencana tata
ruang wilayah kota/kabupaten yang menghubungkan secara menerus
kawasan-kawasan yang mempunyai fungsi primer, fungsi sekunder
kesatu, fungsi sekunder kedua, fungsi sekunder ketiga dan
seterusnya sampai ke persil. 2.1.2. Fungsi Jalan Jalan umum menurut
fungsinya dikelompokkan ke dalam : 1. Jalan arteri merupakan jalan
umum yang berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri perjalanan
jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk
dibatasi secara berdaya guna.
- 25. 8 2. Jalan kolektor merupakan jalan umum yang berfungsi
melayani angkutan pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan
jarak sedang, kecepatan rata- rata sedang, dan jumlah jalan masuk
dibatasi. 3. Jalan lokal merupakan jalan umum yang berfungsi
melayani angkutan setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat,
kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.
4. Jalan lingkungan merupakan jalan umum yang berfungsi melayani
angkutan lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan
kecepatan rata-rata rendah. 2.1.3. Status Jalan Jalan umum menurut
statusnya dikelompokkan ke dalam : 1. Jalan nasional Jalan nasional
merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem jaringan
jalan primer yang menghubungkan antaribukota provinsi, dan jalan
strategis nasional, serta jalan tol. Jalan nasional terdiri atas:
a) Jalan arteri primer; b) Jalan kolektor primer yang menghubungkan
antaribukota provinsi; c) Jalan tol; dan d) Jalan strategis
nasional. 2. Jalan provinsi Jalan provinsi merupakan jalan kolektor
dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan ibukota
provinsi dengan ibukota kabupaten/kota, atau antaribukota
kabupaten/kota, dan jalan strategis provinsi. Jalan provinsi
terdiri atas:
- 26. 9 a) Jalan kolektor primer yang menghubungkan ibukota
provinsi dengan ibukota kabupaten atau kota; b) Jalan kolektor
primer yang menghubungkan antaribukota kabupaten atau kota; c)
Jalan strategis provinsi; dan d) Jalan di Daerah Khusus Ibukota
Jakarta, kecuali jalan sebagaimana dimaksud dalam Jalan Nasional 3.
Jalan kabupaten Jalan kabupaten merupakan jalan lokal dalam sistem
jaringan jalan primer yang tidak termasuk pada bagian (1 dan 2)
yang menghubungkan ibukota kabupaten dengan ibukota kecamatan,
antaribukota kecamatan, ibukota kabupaten dengan pusat kegiatan
lokal, antarpusat kegiatan lokal, serta jalan umum dalam sistem
jaringan jalan sekunder dalam wilayah kabupaten, dan jalan
strategis kabupaten. Jalan kabupaten terdiri atas: a) Jalan
kolektor primer yang tidak termasuk jalan nasional sebagaimana
dimaksud dalam 1.b. dan jalan provinsi b) Jalan lokal primer yang
menghubungkan ibukota kabupaten dengan ibukota kecamatan, ibukota
kabupaten dengan pusat desa, antaribukota kecamatan, ibukota
kecamatan dengan desa, dan antardesa c) Jalan sekunder yang tidak
termasuk jalan provinsi sebagaimana dimaksud pada 2. Dan jalan
sekunder dalam kota d) Jalan strategis kabupaten.
- 27. 10 4. Jalan kota Jalan kota adalah jalan umum dalam system
jaringan jalan sekunder yang menghubungkan antarpusat pelayanan
dalam kota, menghubungkan pusat pelayanan dengan persil,
menghubungkan antarpersil, serta menghubungkan antarpusat
permukiman yang berada di dalam kota. Jalan kota yang dimaksud
adalah jalan umum pada jaringan jalan sekunder di dalam kota. 5.
Jalan desa Jalan desa merupakan jalan umum yang menghubungkan
kawasan dan/atau antar permukiman di dalam desa, serta jalan
lingkungan. Jalan desa sebagaimana dimaksud adalah jalan lingkungan
primer dan jalan local primer yang tidak termasuk jalan kabupaten
sebagaimana dimaksud pada 3.b di dalam kawasan perdesaan, dan
merupakan jalan umum yang menghubungkan kawasan dan/atau
antarpermukiman di dalam desa. 2.1.4. Kelas Jalan Undang-undang
nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu lintas dan angkutan jalan
menjelaskan bahwa jalan dikelompokkan dalam beberapa kelas
berdasarkan fungsi dan intensitas lalu Lintas guna kepentingan
pengaturan penggunaan Jalan dan kelancaran lalu lintas dan angkutan
jalan, dan daya dukung untuk menerima muatan sumbu terberat dan
dimensi kendaraan bermotor. Pengelompokan jalan menurut kelas Jalan
sebagaimana dimaksud pada terdiri atas: 1. Jalan kelas I, yaitu
jalan arteri dan kolektor yang dapat dilalui Kendaraan bermotor
dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 (dua ribu lima ratus)
- 28. 11 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 18.000 (delapan
belas ribu) milimeter, ukuran paling tinggi 4.200 (empat ribu dua
ratus) milimeter, dan muatan sumbu terberat 10 (sepuluh) ton 2.
Jalan kelas II, yaitu jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan
yang dapat dilalui kendaraan bermotor dengan ukuran lebar tidak
melebihi 2.500 (dua ribu lima ratus) milimeter, ukuran panjang
tidak melebihi 12.000 (dua belas ribu) milimeter, ukuran paling
tinggi 4.200 (empat ribu dua ratus) milimeter, dan muatan sumbu
terberat 8 (delapan) ton 3. Jalan kelas III, yaitu jalan arteri,
kolektor, lokal, dan lingkungan yang dapat dilalui kendaraan
bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.100 (dua ribu
seratus) milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 9.000 (sembilan
ribu) milimeter, ukuran paling tinggi 3.500 (tiga ribu lima ratus)
milimeter, dan muatan sumbu terberat 8 (delapan) ton. Dalam keadaan
tertentu daya dukung jalan kelas III dapat ditetapkan muatan sumbu
terberat kurang dari 8 (delapan) ton. 4. Jalan kelas khusus, yaitu
jalan arteri yang dapat dilalui Kendaraan Bermotor dengan ukuran
lebar melebihi 2.500 (dua ribu lima ratus) milimeter, ukuran
panjang melebihi 18.000 (delapan belas ribu) milimeter, ukuran
paling tinggi 4.200 (empat ribu dua ratus) milimeter, dan muatan
sumbu terberat lebih dari 10 (sepuluh) ton 2.2. Pemeliharaan Jalan
Konsep penurunan kinerja pelayanan dengan hubungannya dengan
pemeliharaan dapat dilihat pada Gambar 2.1 berikut.
- 29. 12 Sumber : Puslitbang Prasarana Transportasi, 2005 Gambar
2.1. Penurunan Kinerja Perkerasan Jalan yang selesai dibangun dan
dioperasikan akan mengalami penurunan kondisi sesuai dengan
bertambahnya umur sehingga pada suatu saat jalan tersebut tidak
berfungsi lagi dan pada akhirnya mengganggu kelancaran lalu lintas.
Penurunan kondisi jalan tersebut seperti diperlihatkan dalam Gambar
2.1. Pada gambar 2.1. terlihat bahwa akibat kondisi lalu lintas dan
non lalu lintas, jalan akan mengalami penurunan kondisi seiring
dengan bertambahnya kumulatif beban lalu lintas (titik 1 dan 2),
bahkan hancur (titik 3). Dengan dilakukannya pemeliharaan jalan,
akan memperlambat tingkat kerusakan (titik A), memperbaiki kondisi
sehingga mendekati atau menjadi sama dengan kondisi awal (titik B).
Secara umum ada tiga tujuan utama dari pemeliharaan jalan yaitu: -
Mempertahankan kondisi agar jalan tetap berfungsi. Kegiatan
pemeliharaan ini dilakukan untuk menjaga kondisi jalan dapat
digunakan sepanjang tahunnya guna melayani kebutuhan sosial
ekonomi
- 30. 13 masyarakat setempat. Jika jalan tersebut putus/tertutup
sehingga tidak dapat digunakan, maka akan mengakibatkan
terisolasinya masyarakat setempat dan akan berdampak kepada masalah
sosial ekonomi dan bahkan keamanan/ integritas suatu daerah.
Terbukanya jalan secara terus-menerus sepanjang waktu adalah
merupakan kepentingan masyarakat luas antara lain yang melakukan
perjalanan, industri, pertanian, dan kepentingan ekonomi. -
Mengurangi tingkat kerusakan Jalan yang digunakan untuk melayani
lalu lintas akan mengalami penurunan kondisi, hal ini apabila
dibiarkan akan mengakibatkan jalan menjadi rusak berat sehingga
tidak bisa digunakan lagi. Oleh sebab itu jalan perlu
direhabilitasi/dikembalikan pada kondisi semula. Dengan
pemeliharaan, maka laju kerusakan jalan tersebut dapat dikurangi
sehingga jalan dapat melayani lalu lintas sesuai dengan umur
rencananya. Penyelenggara jalan sangat berkepentingan agar umur
pelayanan jalan sesuai dengan umur rencananya. - Memperkecil biaya
operasi kendaraan Dengan pemeliharaan jalan yang baik, tingkat
kerataan permukaan jalan dengan kondisi baik dapat dipertahankan
sehingga Biaya Operasi Kendaraan (BOK) tidak meningkat. Hal ini
dibuktikan berdasarkan hasil penelitian yang menyebutkan bahwa
peningkatan ketidakrataan dari 2,5 m/km ke 4,0 m/kmakan menaikkan
biaya operasi kendaraan sebesar 15%, dan bila kenaikkan besarnya
ketidakrataan sampai 10 m/km biaya operasi kendaraan akan meningkat
menjadi 50%. Jalan yang semakin rusak akan menyebabkan
ketidakrataan tinggi dan memberikan konsekuensi keausan kendaraan
dan konsumsi bahan bakar semakin tinggi (Richard Robinson,
1998).
- 31. 14 Berdasarkan UU No. 38 tahun 2004 tentang jalan, sistem
pemeliharaan jalan terdiri atas pemeliharaan rutin, pemeliharaan
berkala, dan rehabilitasi. pemilihan jenis pemeliharaan jalan ini
tergantung dari kerusakan yang terjadi pada sistem perkerasan yang
ada. Tiap-tiap jenis pemeliharaan ini juga berdampak terhadap biaya
yang diperlukan untuk melakukan kegiatan pemeliharaannya. Kegiatan
pemeliharaan jalan dapat dikelompokkan atas beberapa kategori
kegiatan, yaitu pemeliharaan berdasarkan frekuensi penanganan atau
waktu pelaksanaan, bentuk fisik pekerjaan, dan nilai pekerjaannya.
Menurut frekuensi penanganannya, pemeliharaan jalan dibedakan atas
beberapa kategori yaitu: - Pemeliharaan rutin Frekuensi
pemeliharaan yang dilakukan adalah dengan interval penanganan
kurang dari 1 (satu) tahun. Kegiatan pemeliharaan rutin dibedakan
terhadap yang direncanakan (cyclic), dan tidak direncanakan/
tergantung pada kejadian kerusakan (reactive) - Pemeliharaan
periodik Frekuensi pemeliharaan yang dilakukan adalah secara
periodik dengan interval penanganan beberapa tahun. Kegiatan
pemeliharaan ini dilakukan baik untuk menambah nilai struktural
ataupun untuk memperbaiki nilai fungsionalnya yang meliputi
kegiatan-kegiatan yang bersifat pencegahan (preventive), pelaburan
(resurfacing), pelapisan tambah (overlay), dan rekonstruksi
perkerasan (rehabilitation) - Pekerjaan darurat Frekuensi
pemeliharaan darurat ini tidak dapat diperkirakan sebelumnya karena
kejadian tersebut tidak dapat diprediksi. Pekerjaan pemeliharaan
yang
- 32. 15 termasuk dalam kegiatan ini adalah berupa perbaikan
sementara untuk jalan tertutup akibat longsoran, banjir atau bekas
kecelakaan kendaraan (Tranggono, 2005) Berdasarkan bentuk fisik
pekerjaan, kegiatan pemeliharaan jalan dapat dikelompokan menjadi
perawatan, rehabilitasi, penunjangan dan peningkatan. Masing-masing
jenis kegiatan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: -
Perawatan jalan Perawatan jalan adalah kegiatan merawat serta
memperbaiki kerusakan- kerusakan setempat yang terjadi pada jalan.
Kegiatan ini dilaksanakan secara terencana sesuai dengan kebutuhan
agar kondisi pelayanannya dapat dipertahankan dan menurun secara
wajar seperti yang diperhitungkan. - Rehabilitasi Rehabilitasi
jalan merupakan kegiatan penanganan terhadap setiap kerusakan yang
tidak diperhitungkan dalam desain, yang berakibat menurunnya
kondisi kemantapan pada bagian/ tempat tertentu dari suatu ruas
jalan dengan kondisi pelayanan mantap. Dengan rehabilitasi, maka
penurunan kondisi kemantapan tersebut dapat dikembalikan pada
kondisi kemantapan sesuai rencana. Kegiatan ini dilaksanakan untuk
mengatasi kerusakan-kerusakan pada segmen tertentu yang
mengakibatkan penurunan yang tidak wajar pada kemampuan pelayanan
jalan di bagian-bagian tertentu - Penunjangan Penunjangan jalan
merupakan kegiatan penanganan untuk dapat meningkatkan kemampuan
pelayanan pada ruas jalan pada kondisi kemampuan pelayananan tidak
mantap atau kritis, agar ruas jalan tersebut
- 33. 16 tetap dapat berfungsi melayani lalu lintas dana agar
kondisi jalan pada setiap saat tidak semakin menurun. Kegiatan ini
merupakan kegiatan pemeliharaan jalan yang bersifat
darurat/sementara. - Peningkatan Peningkatan jalan adalah suatu
kegiatan untuk memperbaiki kondisi jalan yang kemampuannya tidak
mantap atau kritis, sampai suatu kondisi pelayanan mantap sesuai
dengan umur rencana yang ditetapkan. Kegiatan ini merupakan
kegiatan penanganan jalan yang dapat meningkatkan kemampuan
strukturalnya sesuai dengan umur rencana jalan tersebut. (Tranggono
M, 2005) Kategori pemeliharaan berdasarkan nilai pekerjaan umumnya
dilakukan untuk kepentingan perencanaan umum dan pemrograman
tahunan terutama dalam kaitannya dengan penyusunan anggaran.
Ditinjau dari biaya atau nilai pekerjaan, jenis pemeliharaan jalan
dibedakan atas: - Pekerjaan berat Pekerjaan berat ini ini
dimaksudkan untuk meningkatkan jalan ke arah standar pelayanan
minimum yang sesuai dengan tingkat lalu lintas yang diperkirakan,
dan biasanya merupakan pembangunan kembali perkerasannya. Pekerjaan
berat ini dapat berupa pembangunan baru, peningkatan atau
rehabilitasi dengan umur rencana minimal 10 tahun. - Pemeliharaan
berkala Pemeliharaan berkala merupakan pekerjaaan perbaikan dengan
frekuensi yang direncanakan dalam satu tahun atau lebih pada suatu
lokasi, seperti pengaspalan atau pelapisan ulang jalan beraspal
secara berkala dan
- 34. 17 pengkerikilan ulang jalan kerikil serta pekerjaan
drainase. Pekerjaan ini dilakukan untuk jalan dengan kondisi
sedang. Termasuk dalam pekerjaan ini adalah persiapan dan
pekerjaaan perbaikan lain untuk mempertahankan, agar jalan tetap
pada kondisi baik. Apabila pekerjaan pengaspalan atau pelapisan
ulang dilakukan pada suatu segmen, maka seluruh pekerjaan
pemeliharaan, termasuk pekerjaan drainase, dinyatakan sebagai
pekerjaan berkala. - Pemeliharaan rutin Pemeliharaan rutin
merupakan pekerjaan ringan dan pekerjaan rutin umum, yang
dilaksanakan pada jangka waktu yang teratur dalam setahun.
Dikatakan pekerjaan ringan karena pekerjaan ini tidak membutuhkan
alat berat namun pekerjaan tersebut dilakukan untuk jalan yang
berkondisi baik yang tersebar dalam suatu jaringan jalan. Jenis
kegiatan dalam pekerjaan ini antara lain dapat berupa penambalan
lapis permukaan dan pemotongan rumput. - Pekerjaan penyangga
Pekerjaan penyangga ini dilakukan untuk jalan yang berkondisi rusak
atau rusak berat namun tidak dapat dilakukan kegiatan peningkatan
(karena keterbatasan dana). Pada intinya pekerjaan ini adalah
menjaga agar jalan tersebut tidak lebih memburuk atau semakin parah
sehingga jalan tersebut masih dapat dilalui oleh kendaraan. Dana
yang memadai perlu dicadangkan untuk pekerjaan ini. - Pekerjaan
darurat Pekerjaan ini sangat diperlukan untuk mengatasi jalan yang
berkondisi baik, sedang atau rusak, dimana pada jalan tersebut baru
saja tertutup untuk lalu lintas kendaraan roda empat karena keadaan
yang mendadak seperti terjadinya
- 35. 18 longsoran tebing, jembatan yang roboh, atau akibat
kecelakaan. Dana untuk kegiatan darurat ini tidak dapat disiapkan
sebelumnya, tetapi perlu dicadangkan dalam jumlah yang sepadan.
(Tranggono, 2005) Menurut Shahin,(1994), pekerjaan penanganan jalan
dibedakan menjadi pekerjaan pemeliharaan (maintenance) dan
rehabilitasi (rehabilitation) yang dibagi menjadi: 1. Localized M
& R Kegiatan ini bertujuan untuk mencegah terjadinya kerusakan
yang lebih parah. Jenis pekerjaan pemeliharaan perkerasan jalan
berupa patching, full deep patching dan crack sealing. 2. Global M
& R Jenis pemeliharaan ini dilakukan dengan tujuan untuk
mengefektifkan penggunaan anggaran pemeliharaan. Jenis pemeliharaan
ini antara lain: a. Joint sealing, proses pembersihan dan pengisian
pada sambungan jalan beton. Tujuannya untuk menghindari masuknya
air ke dalam pondasi yang dapat menyebabkan berkurangnya daya
dukung pondasi. b. Slab undersealing using cement grout, dilakukan
jika terdapat void (rongga) di bawah perkerasan yang dapat
mengurangi daya dukung dengan menyemprotkan semen untuk mengisi
rongga-rongga tersebut. c. Fog Seal, yaitu menyemprotkan aspal
tipis pada permukaan perkerasan untuk memperpanjang umur perkerasan
aspal beton dan untuk menghindari terjadinya pengausan serta untuk
membuat perkerasan menjadi kedap air.
- 36. 19 d. Rejuvenators, tujuannya untuk mencegah agar aspal
beton tidak menjadi getas dengan menyemprotkan material di
permukaan perkerasan. e. Slurry seal, menambah lapisan tipis aspal
dan agregat untuk mencegah permukaan jalan tidak menjadi licin. f.
Aggregate surface treatment, yaitu penambahan aspal pengikat yang
diikuti dengan penghamparan agregat untuk mencegah permukaan jalan
tidak menjadi licin. 3. Major M & R Jenis pemeliharaan ini
dimaksudkan untuk meningkatkan struktur dan fungsi perkerasan
dengan tujuan untuk menghindari penurunan tingkat pelayanan
perkerasan. Beberapa jenis pemeliharaan ini adalah: 4. Cold
Milling, untuk meningkatkan kinerja perkerasan dengan membongkar
lapis perkerasan dan menggantinya dengan lapis baru. 5. Cold
Recycling, untuk meningkatkan kinerja perkerasan dengan membongkar
perkerasan lama dan menggunakannya kembali sebagai base coarse. 6.
Hot Recycling, menggunakan aspal yang telah dibongkar dan
mencampurnya dengan agregat, aspal beton baru menjadi lapis
perkerasan baru. 7. Heater Scarifying, memanaskan aspal untuk
meningkatkan daya rekatnya dengan tujuan untuk memperlambat
terjadinya kerusakan. 8. Cracking and Seating, bertujuan untuk
mengurangi retak reflektif dengan menghancurkan lapis perkerasan
beton semen kemudian dioverlay dengan aspal beton. 9. AC or PCC
Overlay, menambah lapisan perkerasan baru pada perkerasan lama
dengan tujuan untuk menambah kekuatan struktural perkerasan.
- 37. 20 10. Reconstruction, membuang struktur perkerasan lama
dan menggantinya dengan struktur perkerasan yang baru. Kegiatan ini
dilakukan jika perkerasan berada dalam kondisi rusak parah.
(Shahin, 1994) 2.3. Kondisi Jalan Berdasarkan SK Direktorat Jendral
Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum No: 77/KPTS/Db/1990, menurut
kondisinya : Klasifikasi jalan berdasarkan tingkat pelayanan,
ditentukan sebagai berikut (Dinas Bina Marga, 2003), yaitu : 1.
Jalan dengan tingkat pelayanan mantap adalah ruas-ruas jalan dengan
umur rencana yang dapat diperhitungkan serta mengikuti suatu
standar perencanaan teknis. Termasuk kedalam tingkat pelayanan
mantap adalah jalan-jalan dalam kondisi baik dan sedang. 2. Jalan
tidak mantap adalah ruas-ruas jalan yang dalam kenyataan sehari
hari masih berfungsi melayani lalu lintas, tetapi tidak dapat
diperhitungkan umur rencananya serta tidak mengikuti standar
perencanaan teknik. Termasuk kedalam tingkat pelayanan tidak mantap
adalah jalan-jalan dalam kondisi rusak ringan. 3. Jalan kritis
adalah ruas-ruas jalan sudah tidak dapat lagi berfungsi melayani
lalu lintas atau dalam keadaan putus. Termasuk kedalam tingkat
pelayanan kritis adalah jalan-jalan dengan kondisi rusak berat.
Klasifikasi jalan berdasarkan tingkat kondisi jalan adalah sebagai
berikut : 1. Jalan dalam kondisi baik adalah jalan dengan permukaan
yang benar-benar rata, tidak ada gelombang dan tidak ada kerusakan
permukaan jalan.
- 38. 21 2. Jalan dalam kondisi sedang adalah jalan dengan
kerataan permukaan perkerasan sedang, tidak ada gelombang dan tidak
ada kerusakan. 3. Jalan dalam kondisi rusak ringan adalah jalan
dengan permukaan sudah mulai bergelombang, mulai ada kerusakan
permukaan dan penambalan 4. Jalan dalam kondisi rusak berat adalah
jalan dengan permukaan perkerasan sudah banyak kerusakan seperti
bergelombang, retak-retak buaya dan terkelupas yang cukup besar,
disertai kerusakan pondasi seperti amblas, dsb. Pasal 1 ayat 3 UU
No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah
Pusat dan Daerah adalah Perimbangan keuangan antara Pemerintah dan
Pemerintahan Daerah adalah suatu sistem pembagian keuangan yang
adil, proporsional, demokratis, transparan, dan efisien dalam
rangka pendanaan penyelenggaraan Desentralisasi, dengan
memper-timbangkan potensi, kondisi, dan kebutuhan daerah, serta
besaran pendanaan penyelenggaraan Dekonsentrasi dan Tugas
Pembantuan, sejalan dengan kewajiban dan pembagian kewenangan serta
tatacara penyelenggaraan kewenangan tersebut, termasuk pengelolaan
dan pengawasan keuangannya. Tabel 2.1. adalah rangkuman pembagian
kewenangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah serta
identifikasi sumber pendanaan untuk setiap strata pemerintahan di
dalam era otonomi daerah sekarang ini.
- 39. 22 Tabel 2.1. Konsep Otonomi dan Keuangan Daerah Menurut UU
34 Th 2004 Dengan demikian maka pemerintah kabupaten harus dapat
mengalokasikan biaya pemeliharaan jalan berdasarkan sumber keuangan
pada Tabel 2.1. diatas agar Bentuk Pemerintahan Fungsi Wewenang
Sumber Keuangan Pemerintah Pusat Kesatuan Republik Indonesia
(presidensil) Regulator dan Enabler Politik luar negeri, hankam,
peradilan, moneter dan fiscal, agama dan kewenangan bidang lain
(termasuk perencanaan nasional, pengendalian pembangunan nasional
secara makro, dana perimbangan, sistim administrsi Negara dan
lembaga perekonomian Negara,pembinaan dan pemberdayaan SDM,
pendayagunaan SDA serta teknologi tinggi yang strategis,
konservasi, dan standarisasi nasional. - Pendapatan Nasional
(Penerimaan buka pajak) - Pinjaman luar egeri - Dll yang sah
Pemerintah Propinsi Daerah Otonom Daerah Administratif Manajer
Sinkronisasi antar daerah Bersifat lintas kabupaten/kota, dan
kewenangan bidang pemerintahan tertentu lainnya, dan kewenangan
daerah yang belum bisa dilakukan oleh kabupaten/kota Bidang
pemerintahan ang dilimpahkan kapada Gubernur selaku wakil
pemerintahan -PAD pajak, restribusi daerah, perusahaan daerah, dll
-Dana perimbangan bagian daerah -DAU -DAK -Pinjaman daerah -Dll
yang sah APBN Pemerintah Kabupaten/Kota Daerah Otonom Operator
Semua kewenangan diluar yang dikecualikan termasuk mengelola sumber
dya nasional di wilayahnya dan bertanggung jawab untuk memelihara
kelestarian lingkungan - PAD (pajak restribusi daerah, perusahaan
daerah, dll) - Dana Perimbangan - Bagian daerah - DAU - DAK -
Pinjaman daerah - Dll yang sah
- 40. 23 diperoleh kondisi jalan cukup layak untuk dilalui oleh
kendaraan. Kondisi jalan yang ada juga mempengaruhi jumlah biaya
yang harus disediakan. Dengan keterbatasan pada sumber-sumber
keuangan maka akan sulit bagi pemerintah daerah untuk memberikan
alokasi anggaran pemeliharaan jalan yang cukup. Untuk mengatasi
permasalahan tersebut Undang-Undang nomor 22 tahun 2009 tentang
Lalulintas dan Angkutan Jalan memberikan peluang untuk mendapatkan
dana preservasi jalan dari pengguna jalan, walaupun sampai dengan
saat ini belum ada Peraturan Presiden tentang tata cara
pelaksanaannya. 2.4. Penanganan Pemeliharaan Untuk Pemeliharaan
jalan umum yang menjadi kewenangan pemerintah daerah penanganannya
dilakukan dengan cara swakelola atau dikontrakkan kepada
kontraktor. Masing-masing cara tersebut terdapat kekurangan dan
kelebihannya, sehingga harus dipertimbangkan dengan baik
kegiatan-kegiatan yang harus diswakelolakan dan dikontrakkan. Dalam
beberapa hal pekerjaan yang dikontrakkan tidak bisa fleksibel untuk
mengerjakan pekerjaan yang mendadak dan tidak terdapat dala dokumen
kontrak, karena tidak akan mendapatkan nilai pembayaran, Sedangkan
untuk swakelola pekerjaan yang sifatnya mendadak dapat dikerjakan
dengan volume pekerjaan dapat dihitung sesuai pelaksanaannya.
2.4.1. Pemeliharaan Secara Swakelola Pada umumnya pekerjaan
swakelola merupakan cara terbaik untuk pelaksanaan pekerjaan
pemeliharaan rutin. Ini dikarenakan kemudahan dalam
- 41. 24 pemanfaatan sumber daya yang ada di dinas teknis daerah
(tenaga teknis dan peralatan berat). Dengan membentuk organisasi
kerja lapangan dengan mengangkat PPTK dan Pengawas Lapangan maka
dengan bantuan beberapa pekerja dan operator peralatan maka
pekerjaan swakelola dapat dilaksanan. Peralatan yang biasanya
digunakan pada kegiatan swakelola adalah sebagai berikut: 1. Dump
truck untuk pengangkut material dan peralatan. 2. Pick up untuk
mengangkut material penambalan. 3. Kompresor udara (pavement
breaker dan nozel udara) atau dapat pula diganti dengan belincong
dan sapu lidi. 4. Asphalt sprayer atau dapat diganti dengan ember
penyiram aspal yang dibuat sendiri dan tungku untuk pembakaran
aspal. 5. AMP mini untuk membuat Aspal campuran panas 6. Tamping
rammer 7. Peralatan kerja dan keselamatan 8. Peralatan mekanik
Pelaksanaan swakelola dapat terdiri dari: 1. Swakelola penuh,
dimana pekerjaan pemeliharaan rutin dilaksanakan dengan regu
pekerja dan tenaga-tenaga organik dinas teknis, demikian juga
dengan penggunaan peralatannnya. Sedangkan untuk pengadaan
bahan/material dilakukan dengan cara dikontrakkan. 2. Swakelola
upah borong, pola ini sering dilakukan pada daerah-daerah yang
dianggap dapat melaksanakan pekerjaan yang diberikan yaitu
penanganan pemeliharaan rutin dengan regu kerja bukan tenaga
organik melainkan
- 42. 25 menggunakan buruh setempat dan pembayaran upah dilakukan
secara upah borong. Sedangkan untuk pengadaan bahan/material
dilakukan dengan cara dikontrakkan. 2.4.2. Pemeliharaan Dengan Cara
Kontrak Pengadaan Penyedia Barang dan Jasa bidang konstruksi
merupakan keharusan untuk mendapatkan penyedia barang dan jasa yang
kompeten untuk melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan sesuai
dengan syarat-syarat kontrak dan spesifikasi pekerjaan berupa
Standar Nasional Indonesia (SNI). Dalam kontrak ini pemerintah
selaku pihak pertama diwakili oleh dinas teknis terkait dan pihak
kedua diwakili oleh penanggung jawab perusahaan. Pekerjaan yang
dilakukan dapat berifat pemeliharaan rutin maupun pemeliharaan
berkala dan rehabilitasi sesuai dengan kontrak yang disetujui. 2.5.
Pengelolaan Jalan Pada Daerah Otonomi Berlakunya UU No 32 tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No 33 tahun 2000 tentang
Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah dan dirubah dengan UU NO 32
dan 33 menjadikan penyelenggaraan pemerintahan daerah dilakukan
dengan memberikan kewenangan yang lebih luas kepada daerah.
Pelimpahan wewenang pengelolaan keuangan daerah seperti yang diatur
dalam UU No.33 tahun 2004 memberikan peluang kepada daerah untuk
mengoptimalkan potensi yang dimilikinya. Pada Gambar 2.2
ditampilkan gambar mengenai struktur pendanaan pada era Otonomi
Daerah
- 43. 26 Gambar 2.2. Struktur Pendanaan Pada Pemerintah Daerah
Pada era Otonomi Daerah, pengalokasian dana untuk kegiatan
pembangunan lebih banyak ditentukan oleh daerah yang berasal dari
PAD (Pendapatan Asli Daerah), Dana Perimbangan (DAU dan DAK) maupun
Dana Pinjaman Daerah. DAK terdiri dari dua blok yaitu alokasi dana
untuk pembangunan infrastruktur dalam hal ini jalan termasuk di
dalamnya sektor Pendidikan, Kesehatan dan Pertanian berada pada
blok DAK Non Reboisasi. Namun DAK masih bersifat sektoral dan hanya
untuk daerah yang paling membutuhkan. Jumlah Dana Alokasi Umum
(DAU) yang akan diberikan kepada daerah pada umumnya tidak
mencukupi untuk mendanai kegiatan pembangunan karena sebagian besar
digunakan untuk pembiayaan anggaran rutin, dan sebaliknya
- 44. 27 pembiayaan sektor transportasi dari pajak dan retribusi
daerah yang berlaku pada saat ini masih belum memadai. 2.5.1.
Mekanisme Pembiayaan Tahunan Tahap ini merupakan inti dari kegiatan
penyusunan Repetada, yang berisi padu-serasi top-down dengan
bottom-up planning, serta melibatkan stakeholders pembangunan
lainnya bukan hanya aparat pemerintah. Kegiatan nyata sampai
tingkat kabupaten hanya menyangkut Musyawarah Pembangunan
Desa/Kelurahan (Musbangdes/kel), Musyawarah Pembangunan/Diskusi
Unit Daerah Kerja Pembangunan (UDKP) di tingkat Kecamatan dan Rapat
Koordinasi Pembangunan (Rakorbang) di tingkat Kabupaten. Secara
lengkap masih terdapat Rakorbang Propinsi, Konsultasi Regional dan
Konsultasi Nasional. Pada setiap kegiatan Musbangdes/kel. dan UDKP
sebenarnya terdapat rentetan panjang proses, misalnya aspirasi
masyarakat yang dibawa merupakan hasil Musbang Dusun/RT/RW dengan
metode Perencanaan Partisipatif Pembangunan Masyarakat Desa (P3MD).
P3MD sendiri membutuhkan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang
memadai serta pemahaman yang komprehensif dalam identifikasi
permasalahan, penggalian gagasan, penilaian dan skala prioritas,
serta penetapan usulan pembangunan. Musbangdes/kel. sendiri cukup
menentukan karena terdapat alokasi dana bantuan desa (termasuk bagi
pembangunan) yang dikelola langsung, sehingga dibahas penggunaannya
selain membahas usulan pembangunan ke tingkat lebih tinggi. Pada
tahun 2004 telah ditetapkan secara resmi aturan mengenai forum
musyawarah pembangunan ini yang mensyaratkan
- 45. 28 digunakannya metode partisipatif. Gambar 2.3.
menggambarkan mekanisme pengusulan dan penganggaran usulan
pembangunan di Kabupaten/Kota. Gambar 2.3. Mekanisme Perencanaan
Pembangunan Tahunan Kabupaten/kota 2.6. Model kondisi Jalan Data
kondisi jalan pada Petunjuk Teknis Perencanaan dan Penyusunan
Program Jalan Kabupaten berdasarkan pedoman SK No 77/KPTS/Db/1990
edisi Januari 1995, telah di tetapkan dengan besaran nilai tertentu
yang kemudian menjadi dasar untuk menyusun Daftar Induk Jaringan
Jalan Kabupaten (K1), yang selanjutnya menjadi panduan penyusuna
program penanganan jalan kabupaten. Sumber : Analisis Bappeda
Kabupaten Bangka, 2006
- 46. 29 Beberapa model peramalan kondisi perkerasan dari model
yang sederhana sampai kepada model yang kompleks telah
dikembangakan oleh beberapa peneliti. Kebanyakannya model-model
peramalan kondisi perkerasan jalan banyak dikembangkan dan dipakai
oleh Bank Dunia. 2.6.1. Penilaian Kondisi Jalan Faktor-faktor yang
mempengaruhi kondisi perkerasan beraspal menurut SK77 dikatagorikan
sebagai berikut : 1. Lubang-lubang 2. Legokan-legokan / amblas 3.
Retak-retak (tipe buaya) 4. Alur bekas roda (+ rusak tepi) 5. Bahu
Jalan 6. Kemiringan melintang Untuk kerusakan permukaan katagori 1
sampai dengan 4 tingkat kerusakan perkerasan ditentukan berdasarkan
pada persentase luas kerusakan yang terjadi terhadap luas seluruh
perkerasan per satuan jarak (misalnya per 100 m), seperti terlihat
pada Tabel 2.2. Penilaian kondisi permukaan juga dapat dilakukan
berdasarkan kecepatan dapat dilihat pada Tabel 2.2.
- 47. 30 Tabel 2.2 Tingkat Kerusakan Pada Jalan Beraspal Jalan
Beraspal Tingkat Kerusakan (% luas) Baik (1) Sedang (2) Rusak (3)
Rusak Berat (4) B Lubang-Lubang C Legokan / amblas D Retak-retak E
Bekas Alur Roda 0 - 1 0 - 5 0 - 3 0 3 1 5 5 10 3 12 3 - 5 5-15 10
50 12 25 5 - 25 >15 >50 >25 >25 Sumber : Direktorat
Bina Marga Edisi 1995 Untuk kemiringan melintang jalan (6)
dilakukan penilaian sebagai berikut : 1. Baik : 4 2 % 2. Sedang : 2
0 % (hampir datar) 3. Rusak : tidak rata, kemiringan buruk 4. Rusak
Berat : tidak berbentuk Untuk kondisi bahu jalan (5) dilakukan
penilaian sebagai berikut : 1. Baik : bentuk kemiringan tidak
memadai 2. Sedang : bentuk dan kemiringan bentuk 3. Rusak : bahu
terlalu tinggi/rendah 10 cm atau tanpa bahu padahal diperlukan
Tabel 2.3. Penaksiran Kondisi Jalan Berdasarkan Kecepatan Kecepatan
Permukaan AspalKisaran Rata-rata 40 + 45 Baik 30 45 40 25 40 35
Sedang 25 35 30 Sedang/rusak 20 30 25 Rusak 15 25 20 15 20 17 Rusak
Berat 10 20 15 10 15 12,5 5 15 10 Sumber : Direktorat Bina Marga
Edisi 1995
- 48. 31 Survey kondisi jalan akan menghasilkan kode penilaian
pemeliharaan (6-24) pada tiap segmen dan ruas jalan, dengan
ketentuan : 1. Pemeliharaan Rutin (nilai 6 10) R Ringan S Sedang B
Berat 2. Pemeliharaan Periodik (nilai 11 16) Pengaspalan tipis
ulang Pelapisan aspal atau pengkrikilan ulang Pekerjaaan drainase
Pekerjaan jembatan Pekerjaan Campuran 3. Pekerjaan/penanganan
lainnya (nilai>16) 4. Pekerjaan penyanggga (H) 5. Pekerjaan
Berat (PK) : rehabilitasi/rekonstruksi Data-data yang diperlukan
dapat diperoleh dari tabel Daftar Induk Jaringan Jalan Kabupaten
(K1). Kriteria lalu lintas dan kondisi jalan dalam prosedur
perencanaannya dikenal dua jenis ukuran tingkat lalu lintas yaitu :
1. LHR kendaraan roda 4 : ialah lalu lintas harian rata-rata dari
semua jenis kendaraan bermotor dengan rode empat atau lebih 2.
Total LHR (ekivalen kendaraan rode 4): ialah lalu lintas harian
rata-rata dari semua jenis lalu lintas termasuk sepeda motor dan
jenis kendaraan tak
- 49. 32 bermotor yang diubah ke dalam bentuk ekivalen dengan
kendaraan roda 4 (berdasarkan ukuran relative dari satuan manfaat
yang diharapkan). Jenis data yang dipakai untuk pembuatan model
peramalan adalah data time-series dan data cross-section. Data
time-series dalah data yang diambil secara berkala untuk variable
tertentu. Misal data kondisi, lalu lintas, riwayat penanganan
setiap tahun. Sedangkan data cross section merupakan data yang
diambil dalam waktu yang sama untuk setiap variable, misalnya data
kondisi yang diambil pada tahun 2006. 2.6.2. Nilai Kerusakan Jalan
Menurut SK 77/kpts/db/1990 Dalam penelitian ini untuk membuat model
peramalan penurunan kondisi perkerasan jalan melalui nilai skor
kerusakan jalan antara 6 24. Dimana nilai skor 6-10 berarti kondisi
baik, 11-14 kondisi sedang, 15-19 kondisi rusak, 20-24 kondisi
rusak berat. Pada Tabel 2.4. dapat dilihat pengelompokan tipe
kondisi, kecepatan , skor S1/MS2 dan total lalu lintas harian
rata-rata (LHR ekivalen roda 4) Tabel 2.4. Tipe dan kondisi Jalan
Jalan yang ada Indikator kecepatan km/jm Skor S1/MS2 Total Lalu
lintas Harian Rata-rata (LHR Ekivalen roda 4) LHR Rendah LHR Tinggi
Tipe Kondisi 20-40 50- 100 120- 180 220-300 350- 500 550- 1000
1100- 2000 Aspal Baik 30-45 6-10 Sedang 25-40 11-14 Rusak 23-35
15-19 Rusak Berat 15-20 20-24 Sumber : SK77/KPTS/db/1990
- 50. 33 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pikir
Penelitian Perumusan ide-ide atau pemikiran tentang arah penelitian
merupakan kegiatan-kegiatan yang saling berurutan dan sistematis
saling berkaitan. Dengan kerangka pikir maka diketahui data-data
yang diperlukan dan analisis serta strategi yang dilakukan untuk
mecapai tujuan. Kerangka pikir ini disajikan pada Gambar 3.1. 3.2.
Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dalam penelitian
ini adalah dengan mengumpulkan data sekunder, dimana data sekunder
diperoleh dari instansi- istansi yang terkait, yakni Dinas
Pekerjaan Umum, Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah, Dinas
Pendapatan Pengelolaan Asset Daerah, Badan Pusat Statistik, Dinas
Perhubungan. Data sekunder yang diperlukan adalah : 1. APBD
Kabupaten Bangka 2. Realisasi anggaran sektor jalan 3. Luas Wilayah
penelitian 4. Panjang Jalan 5. Kondisi Jalan 6. Jumlah
Kendaraan
- 51. 34 3.3. Tahapan Penelitian Tahapan penelitian dilakukan
dengan cara sebagai berikut : 1. Mengidentifikasi dan merumuskan
masalah dalam pemeliharaan dan pembiayaan jaringan jalan di
Kabupaten Bangka 2. Melakukan identifikasi terhadap sumber-sumber
pendapatan daerah dan alokasi dana yang dianggarkan untuk
pemeliharaan jaringan jalan kabupaten. 3. Melakukan pengumpulan
data anggaran untuk sektor jalan periode 2006 s/d 2011. 4.
Melakukan pendataan dari data jaringan jalan Kabupaten Bangka (K1)
periode 2006 s/d 2011. 5. Merumuskan strategi pemeliharaan
perkerasan jalan berdasar dua skenario dan satu rencana target
penanganan jalan seperti yang diuraikan pada Subbab 1.3 Tujuan
Penulisan
- 52. 35 Gambar 3.1. Bagan Alir Penelitian Mulai Identifikasi
Masalah - Keterbatasan Anggaran Penanganan Jalan - Masih banyak
ruas jalan yang rusak Tujuan Penelitian - Mengidentifikasi besarnya
porsi penangananjalan di Kabupaten Bangka - Menyusun Skenario
penanganan jalan di Kabupaten Bangka Pengumpulan Data Data Sekunder
1. APBD Kabupaten Bangka 2. Realisasi anggaran sektor jalan 3. Luas
Wilayah penelitian 4. Panjang Jalan 5. Kondisi Jalan 6. Jumlah
Kendaraan Skenario 1 Skenario 2 Rencana Target Penanganan Jalan
Kesimpulan dan Saran Selesai Analisis 1. Kondisi Jalan Kabupeten
Bangka 2. Penanganan jalan (Peningkatan, Pemeliharaan Berkala,
Pemeliharaan Rutin, penanganan sementara) dan umur jalan dikaitkan
dengan Penurunan Kondisi Jalan
- 53. 36 BAB 4 DATA WILAYAH STUDI 4.1. Geografis & Wilayah
Wilayah Kabupaten Bangka terletak di Pulau Bangka dengan luas lebih
kurang 2.950,68 Km2 atau 295.068 Ha. Secara administratif wilayah
Kabupaten Bangka berbatasan langsung dengan daratan wilayah
kabupaten/kota lainnya di Propinsi Kepulauan Bangka Belitung, yaitu
dengan wilayah Kota Pangkalpinang, Kabupaten Bangka Tengah dan
Kabupaten Bangka Barat. (Peta Wilayah Kabupaten Bangka dapat
dilihat pada Gambar 4.1) Gambar 4.1. Peta Wilayah Kabupaten
Bangka
- 54. 37 Kabupaten Bangka beriklim tropis type A dengan variasi
curah hujan antara 11,8 mm hingga 370,3 mm tiap bulan untuk tahun
2010, dengan curah hujan terendah pada bulan September. Suhu
rata-rata daerah Kabupaten Bangka berdasarkan data dari Stasiun
Meteorologi Pangkal Pinang menunjukkan variasi antara 25,7 derajat
celsius hingga 29,0 derajat celcius. Sedangkan kelembaban udara
bervariasi antara 66,0 hingga 83,6 persen pada tahun 2010.
Sementara intensitas penyinaran matahari pada tahun 2009 rata-rata
bervariasi antara 28,1 hingga 86,3 persen dan tekanan udara antara
1008,4 hingga 1010,4 mb. Tanah di daerah Kabupaten Bangka mempunyai
PH rata-rata dibawah 5, didalamnya mengandung mineral biji timah
dan bahan galian lainnya seperti : pasir kwarsa, kaolin, batu
gunung dan lain-lainnya. Bentuk dan keadaan tanahnya adalah sebagai
berikut: - 4 % berbukit seperti Gunung Maras lebih kurang 699
meter, Bukit Pelawan, Bukit Rebo dan lain-lain. Jenis tanah
perbukitan tersebut adalah komplek podsolik coklat
kekuning-kuningan dan litosol berasal dari Batu Plutonik Masam. -
51 % berombak dan bergelombang, tanah berjenis Asosiasi Podsolik
coklat kekuning-kuningan dengan bahan induk komplek batu pasir
kwarsit dan Batuan plutonik Masam. - 20 % lembah/datar sampai
berombak, jenis tanahnya asosiasi podsolik berasal dari komplek
Batu Pasir dan Kwarsit. - 25 % rawa dan beancah/datar dengan jenis
tanahnya asosiasi alluvial hedromotif dan glei humus serta regosol
kelabu muda berasal dari endapan pasir dan tanah liat.
- 55. 38 Pada umumnya sungai-sungai didaerah Kabupaten Bangka
berhulu di daerah perbukitan dan pegunungan yuang berada di tengah
Pulau Bangka dan bermuara di pantai laut. Sungai-sungai yang
terdapat didaerah Kabupaten Bangka antara lain adalah : Sungai
Baturusa, Sungai Layang dan lain-lain. Sungai-sungai tersebut
berfungsi sebagai sarana transportasi dan belum bermanfaat untuk
pertanian dan perikanan karena para nelayan karena para nelayan
lebih cenderung mencari ikan ke laut. Pada dasarnya di Daerah
Kabupaten Bangka tidak ada danau alam, hanya ada bekas penambangan
bijih timah yang luas hingga menjadikannya seperti danau buatan
yang disebut kolong. 4.2. Jumlah Penduduk Berdasarkan data BPS,
hasil registrasi penduduk di Kabupaten Bangka jumlah penduduk pada
tahun 2010 sebanyak 277.193 jiwa. Jumlah ini meningkat dibandingkan
tahun 2009 yang berjumlah 260.395 jiwa. Dari data yang tersedia
pada tahun 2010, jumlah penduduk laki-laki dan perempuan di
Kabupaten Bangka relatif sama banyak yakni penduduk laki-laki
sebanyak 134.318 jiwa atau sekitar 51,58 persen dari seluruh
penduduk dan penduduk perempuan sebanyak 126.077 jiwa atau 48,42
persen dari seluruh penduduk atau berbeda hanya sebesar 3,16
persen. Pertumbuhan penduduk Kabupaten Bangka pada tahun 2010
relatif lebih rendah dibanding tahun sebelumnya, yakni bertambah
1678 orang, sehingga pada tahun 2010 kepadatan penduduk di
Kabupaten Bangka 94 orang per Km2. Adapun pertambahan penduduk
dalam kurun waktu 2008-2009 sebanyak 4.811 orang dengan kepadatan
penduduk pada tahun 2009 adalah 88 orang per Km2.
- 56. 39 4.3. Data Jalan Kabupaten Kabupaten Bangka memiliki
Panjang Jalan Kabupaten 652,71 km dan Jalan Desa 395,463 km yang
menjadi kewenangan dan tanggung jawab pemerintah daerah untuk
penanganannya. Dari data inventaris jalan yang dikeluarkan oleh
Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bangka, Panjang Jalan dan kondisi
jalan Kabupaten dapat dilihat pada Tabel 4.1 dan Tabel 4.2. Tabel
4.1. Perkembangan Kondisi Jalan Kabupaten Bangka Tahun 2006 s/d
2011 (km) Tabel 4.2. Perkembangan Kondisi Jalan Kabupaten Bangka
Tahun 2006 s/d 2011 (%) Kondisi Tahun 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Km Km Km Km Km Km Baik 194,74 272,26 321,56 383,06 404,13 354,60
Sedang 239,61 212,90 188,64 168,65 157,76 229,01 Rusak 193,60
142,23 116,69 74,62 67,10 33,73 Rusak Berat 24,76 25,33 25,83 26,38
23,72 35,37 Jumlah 652,71 652,71 652,72 652,70 652,71 652,71
Kondisi Tahun 2006 2007 2008 2009 2010 2011 % % % % % % Baik 29,84
41,71 49,26 58,69 61,92 54,33 Sedang 36,71 32,62 28,90 25,84 24,17
35,09 Rusak 29,66 21,79 17,88 11,43 10,28 5,17 Rusak Berat 3,79
3,88 3,96 4,04 3,63 5,42 Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
100,00
- 57. 40 Gambar 4.2. Perkembangan Kondisi Jalan Kabupaten Bangka
Tahun 2006 s/d 2011 Tabel 4.1, Tabel 4.2 dan Gambar 4.2 menunjukkan
kecenderungan dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2011 terjadi
penambahan jalan dengan kondisi baik dari panjang 194,74 km menjadi
354,599 km. Kondisi sedang tidak banyak mengalami perubahan dari
239,614 km pada tahun 2006, menjadi 229,01 km pada tahun 2011.
Jalan dengan kondisi rusak mengalami banyak perubahan, dari 193,60
km menjadi 33,727 km, dan jalan dengan kondisi rusak berat
mengalami kenaikan dari 24,756 km menjadi 35,37 km. Ini menunjukkan
bahwa anggaran sektor jalan lebih diutamakan untuk mempertahankan
kondisi jalan baik yang sudah ada dan melakukan pemeliharaan secara
rutin maupun berkala. Uraian lebih rinci tentang kondisi
masing-masing ruas jalan dapat dilihat pada Lampiran 1 (K1) 0 50
100 150 200 250 300 350 400 450 2006 2007 2008 2009 2010 2011
PanjangJalan(KM) Tahun Baik Sedang Rusak Rusak Berat
- 58. 41 Tabel 4.3. Ruas Jalan Kabupaten Bangka Tahun 2010 No No
Nama Panjang Ruas Pangkal Ruas Ruas Termasuk Baru (Km) Kecamatan 1
2 3 5 1 Dalam Kota Sungailiat 103,1320 Sungailiat 2 87 Jelutung
4,800 Sungailiat 3 88 Air Kenanga 7,350 Sungailiat 4 89 Simpang
Rebo 14,500 Sungailiat 5 91 Kenanga 7,000 Sungailiat 6 92 Simpang
Matras 9,100 Sungailiat 7 93 Rebo 11,900 Sungailiat/Merawang 8 94
Sungailiat 4,650 Sungailiat 9 95 Matras 5,450 Sungailiat 10 Dalam
Kota Belinyu 45,465 Belinyu 11 142 Belinyu 23,300 Belinyu 12 143
Simpang Tiga 11,100 Belinyu 13 144 Simpang. Pesaren 5,400 Belinyu
14 145 Simpang Pesaren 14,100 Belinyu 15 6.146 PMD 5,000 Belinyu
Kecamatan Riau Silip 16 6.147 Tambang 17 7,500 Riau Silip 17 148
Gunung Muda 15,950 Riau Silip 18 149 Simpang Mapur 10,050 Riau
Silip 19 150 Kantor Desa Mentok 9,000 Riau Silip 20 151 Simpang
Mapur 12,500 Riau Silip 21 152 Simpang Bedukang 6,400 Riau Silip 22
153 Simpang Tanjung Antu 11,800 Riau Silip 23 154 Sincong 10,800
Riau Silip 24 Dalam Kota Batu Rusa/Kecamatan Merawang 7,800
Merawang 25 168 Simpang Jurung 11,100 Merawang 26 169 Simpang
Jurung 7,000 Merawang 27 171 Balun Ijuk 10,000 Merawang
- 59. 42 No No Ruas Baru Nama Pangkal Ruas Panjang Ruas (Km)
Termasuk Kecamatan 30 Dalam Kota Petaling/Mendo Barat 26,237 Mendo
Barat 31 186 Petaling 14,400 Mendo Barat 32 187 Pasir Garam 27,700
Mendo Barat 33 188 Pangkal Menduk 17,000 Mendo Barat 34 189 Paya
Benua 8,000 Mendo Barat 35 190 Penagan 8,700 Mendo Barat 36 170
Penegang 16,000 Merawang/Mendo Barat 37 Dalam Kota Pemali 24,300
Pemali 38 212 Sigembir 9,300 Pemali 39 213 Simpang Pemali 8,000
Pemali 40 214 Pohin 11,650 Pemali 41 215 Pohin 3,500 Pemali 42
Dalam Kota Puding Besar 2,156 Puding Besar 43 222 Puding Besar-Kota
Warigin 23,800 Puding Besar 44 223 Kota Waringin-Sungai Dua 6,900
Puding Besar 45 Dalam Kota Bakam 2,000 Bakam 46 90 Sungailiat-bakam
38,320 Sungailiat Total Bangka 652,710 Sumber Dinas PU Kabupaten
Bangka. Lanjutan Tabel 4.3. Ruas Jalan Kabupaten Bangka tahun
2010
- 60. 43 Gambar 4.3. Peta Jaringan Jalan Kabupaten Bangka Untuk
lebih detailnya data kondisi ruas jalan Kabupaten Bangka dari tahun
2006 sampai dengan 2011 dapat dilihat pada Lampiran 1.
- 61. 44 4.4. Sumber-sumber Pendapatan Daerah Pendapatan
Pemerintah Daerah Kabupaten Bangka selain dari Pendapatan Asli
Daerah (PAD) juga dari Pemerintah Propinsi dan Pemerintah Pusat.
Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.4 . Tabel 4.4. Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Bangka Tahun Anggaran 2010
Jenis Pendapatan Jumlah (Rp. 000) 1. Pedapatan Asli Daerah 1.1.
Pajak Daerah 1.2. Retribusi Daerah 1.3. Pendapatan Hasil
Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 1.4. Lain-lain
Pendapatan Daerah yang Dipisahkan Jumlah PAD 2. Dana Perimbangan
2.1. Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak 2.2. Dana Alokasi Umum 2.3.
Dana Alokasi Khusus Jumlah Dana Perimbangan 3. Lain-lain Pendapatan
yang Sah 3.1. Hibah Bagi Hasil Pajak Propinsi 3.2. Dana Penyesuaian
Bantuan keuangan dan Propinsi 3.3. Pendapatan Lainnya Jumlah
Pendapatan 9.980.786 5.967.302 3.383.288 11.939.168 31.270.546
81.087.217 278.338.813 55.138.000 414.564.030 2.812.299 24.767.903
8.572.366 36.152.569 481.987.146 Sumber : DPPKAD Kabupaten Bangka,
2010 4.5. Pembiayaan Prasarana Jalan Biaya pemeliharaan jaringan
jalan Kabupaten di Kabupaten Bangka bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), yang berasal dari Pemerinah
Pusat dalam bentuk Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus
(DAK), Pemerintah Propinsi dalam bentuk Dana Bantuan (DABA), dan
Pendapatan Asli Daerah (PAD).
- 62. 45 Dana yang dialokasikan untuk prasarana jalan di
Kabupaten Bangka untuk periode 2006 sampai dengan 2010 disajikan
pada Tabel 4.5. Tabel 4.5. Anggaran Sektor Jalan Kabupaten Bangka
Tahun Anggaran APBD Rp. 000 SKPD Rp. 000 BINA MARGA Rp. 000 % 1 2 3
4 5= (4/3)x100 % 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 307.127.848
353.060.220 499.811.043 540.054.100 481.987.146 556,736.475
52.420.571 20.743.891 96.414.161 95.145.955 75.006.687 65.265.795
96.998.891 39.598.500 10.441.931 77.628.743 79.460.924 57.434.013
47.653.728 75.525.367 75,54 50,34 80,52 83,51 76,57 73,01 77,86
Sumber Dinas Pekerjaan Umum Kebupaten Bangka (2011) Dari Tabel 4.5
dapat dilihat bahwa anggaran sektor jalan mengalami peningkatan
seiring dengan peningkatan APBD Kabupaten Bangka. Walaupun pada
Tahun 2007, 2010 dan tahun 2011 terjadi penurunan pembiayaan pada
bidang jalan, namun sebenarnya anggaran tersebut diperuntukkan
untuk pembiayaan pembebasan lahan guna pelebaran Jalan Negara di
Kabupaten Bangka pada Tahun 2007 sebesar 20 miliyar dan pembebasan
lahan guna pembangunan Jalan Propinsi Lintas Timur Bangka pada
tahun 2010 sebesar 20 miliyar dan dicadangkan sebesar 10 miliyar
untuk lanjutan pembebasan pelebaran Jalan Negara di Kabupaten
Bangka.
- 63. 46 BAB 5 ANALISIS DATA 5.1. Anggaran Sektor Bina Marga Pada
Tabel 5.1. diperlihatkan besaran anggaran sektor Bina Marga
dibandingkan dengan penerimaan daerah periode tahun 2006 s/d 2011.
Tabel. 5.1. Perbandingan Anggaran Sektor Bina Marga Terhadap
Penerimaan Daerah Tahun APBD Anggaran sektor Jalan % Rp. 000 Rp.
000 1 2 3 4=(3/2)x100% 2006 307.127.848 39.598.500 12,89 2007
353.060.220 10.441.931 2,96 2008 499.811.043 77.628.743 15,53 2009
540.054.100 79.460.924 14,71 2010 481.987.146 57.434.013 11,92 2011
556.736.475 47.653.728 8,56 Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten
Bangka Dilihat dari persentase, anggaran sektor Bina Marga
mengalami fluktuasi terhadap penerimaan daerah dengan kecenderungan
menurun rata-rata 2 % dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2011,
dapat dilihat pada Gambar 5.1.
- 64. 47 12,89 2,96 15,53 14,71 11,92 8,56 0 2 4 6 8 10 12 14 16
18 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Tahun
RasioAnggaranBinaMargaTerhadapAPBD(%) Gambar 5.1. Persentase
Anggaran Sektor Bina Marga Terhadap APBD Kabupaten Bangka Anggaran
sektor jalan tertinggi terlihat pada tahun 2008 sebesar 15,53 %
terhadap penerimaan daerah, namun mengalami kecenderungan menurun
hingga 8,56 % pada tahun 2011 atau selisih 8,56 % . Penurunan
anggaran ini disebabkan adanya alokasi anggaran sebesar 20 miliyar
untuk pembebasan lahan guna pembangunan jalan lintas timur Propinsi
Kepulauan Bangka Belitung dan pelebaran Jalan Nasional yang
dianggarkan setiap tahun dari tahun 2009 sampai dengan sekarang.
Pada Tabel 5.2. diperlihatkan realisasi penggunaan anggaran sektor
jalan dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2011.
- 65. 48 Tabel 5.2. Realisasi Anggaran Sektor Jalan Tahun 2006
s/d 2011 Tahun Anggaran sektor Jalan (Rp. Juta) Anggaran
Pemeliharaan Jalan Kabupaten Anggaran Pembangunan Jalan/Jembatan
Peningkatan (Rp.Juta) Pemeliharaan (Rp. Juta) Kabupaten (Rp. Juta)
Desa (Rp. Juta) Jembatan (Rp. Juta) 1 2 3 4 5 6 7 2006 39.598
28.948 1.000 29.948 650 9.000 2007 10.441 10.441 0 10.441 0 0 2008
77.628 61.128 2.500 63.628 2.000 12.000 2009 79.460 63.460 2.500
65.960 1.500 12.000 2010 57.434 41.934 2.000 43.934 1.500 12.000
2011 47.653 30.803 3.000 33.803 1.850 12.000 Jumlah 312.214 236.714
11.000 247.714 7.500 57.000 3 + 4 = 247.714 Rata-rata = 35.388
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bangka Dari Tabel 5.2.
diketahui rata-rata anggaran untuk pemeliharaan jalan kabupaten
yang ditunjukkan pada kolom 3 dan 4 berjumlah 247.714 juta rupiah
atau rata-rata sebesar 35 miliyar rupiah. Pada kolom 3 terlihat
bahwa anggaran terbesar untuk pemeliharaan jalan kabupaten
dialokasikan pada tahun 2009 sebesar 63.460 juta rupiah, dan
anggaran terkecil pada tahun 2007 sebesar 10.441 juta. Naik dan
turunnya besaran anggaran yang dapat disediakan oleh pemerintah
daerah tentu mempengaruhi juga pada kemampuan untuk penanganan
jalan kabupaten yang akan berpengaruh pada kondisi jalan itu
sendiri. Untuk memudahkan dalam melakukan analisis penangan jalan
sesuai skenario, maka ditetapkan bahwa anggaran yang disediakan
setiap tahun adalah sebesar 35 miliyar rupiah.
- 66. 49 Gambar 5.2. Realisasi Anggaran Sektor Bina Marga
Berdasarkan Jenis Kegiatan Dari Tabel 5.2 dan Gambar 5.2. terlihat
bahwa anggaran bidang Bina Marga dan pemeliharaan jalan kabupaten
setelah tahun 2007 mengalami penambahan yang cukup besar, namun
cenderung menurun pada tahun 2008 dan seterusnya. Ini
memperlihatkan tidak konsistennya pengalokasian anggaran untuk
sektor Bina Marga. Hal ini disebabkan dalam penyusunan usulan
anggaran tiap Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) harus mengacu
kepada besaran anggaran tahun sebelumnya (Bappeda Bangka, 2006).
Untuk kemudian disusun prioritas penanganan jalan oleh SKPD
berdasarkan usulan masyarakat dari Musrenbang tingkat desa sampai
dengan tingkat kabupaten. Namun untuk keputusan akhirnya akan
disesuaikan lagi dengan usulan-usulan dari anggota DPRD, disini
akan terjadi penambahan atau pengurangan besaran anggaran yang
diajukan oleh SKPD (Asmawi Alie, 2006). 0 10.000 20.000 30.000
40.000 50.000 60.000 70.000 80.000 90.000 2006 2007 2008 2009 2010
2011 BesaranAnggarandalamJutaRupiah Tahun Anggaran BM Peningkatan
Pemeliharaan
- 67. 50 5.2. Kebijakan Penanganan Jalan Penyusunan prioritas
penanganan jalan di Kabupaten Bangka dalam mekanismenya dimulai
dengan penyaringan usulan masyarakat. Ini dapat dilihat pada Gambar
2.4. mekanisme Perencanaan Pembangunan Tahunan Kabupaten/ Kota.
Penyaringan usulan kegiatan penanganan jalan untuk dimasukkan
kedalam Anggaran Pendapatan dan Belanja (APBD) sering tidak melihat
parameter kondisi jalan secara kuantitatif sebagai indikator
penyaringan, sehingga usulan-usulan yang berasal dari masyarakat
menjadi prioritas dalam penyusunan APBD, walaupun dalam aspek
teknis dan ekonomis tidak menjadi bagian dari usulan tersebut.
Keterbatasan anggaran ini menyebabkan sangat sedikit penanganan
jalan yang bisa dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Bangka dalam
hal ini Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bangka. Bahkan dalam
pelaksanaannya sering ditemukan bahwa jalan berkondisi baik malah
ditingkatkan, dan jalan berkondisi rusak tidak dilakukan penanganan
apa pun. Pada beberapa ruas jalan yang panjang bahkan terdapat
beberapa segmen yang terbagi menjadi jalan tanah dan jalan
berpenutup aspal. Ini disebabkan permintaan untuk dilakukan
prioritas pengaspalan pada jalan yang telah ada penduduknya atau
perkampungan. Sehingga bila alokasi anggaran penanganan yang
disediakan telah habis dalam penyusunan prioritas, maka ruas-ruas
jalan yang tidak masuk dalam usulan tidak mendapatkan penanganan
sama sekali.
- 68. 51 5.3. Jenis Kerusakan Jalan Kerusakan jalan Kabupaten
dinilai berdasarkan SK Dirjen Binamarga No 77/KPTS/Db/1990 edisi
1995 berdasarkan persentase kerusakan. Umumnya kerusakan jalan di
Kabupaten Bangka adalah alur, retak-retak, berlubang dan aus pada
permukaan lapisan perkerasan atas. Gambar 5.3 sampai dengan Gambar
5.5 memperlihatkan sebagian kondisi ruas jalan di Kabupaten Bangka.
Photo yang diambil merupakan bagian dari persiapan pelaksanaan
pekerjaan pada tahun 2010. Gambar 5.3. Pelaksanaan Peningkatan
Jalan Sp. Bedukang-Tg Antu Gambar 5.4. Kondisi Ruas Jalan
Kemuja
- 69. 52 Gambar 5.5. Kondisi Ruas Jalan Tiang Tara Lengkapnya
data dan jenis kerusakan jalan Kabupaten dapat dilihat pada K 1
Jalan Kabupaten Bangka pada Lampiran 1. 5.4. Pemodelan Kerusakan
dan Penanganan Jalan Pada Tabel 5.3. (lengkapnya pada Lampiran 1)
dapat dilihat nilai kondisi jalan pada tahun 2011 untuk selanjutnya
akan menjadi tolak ukur perencanaan pemeliharaan jalan pada
tahun-tahun berikutnya dengan mencoba beberapa strategi
pemeliharaan jalan dengan perkiraan ketersediaan biaya penanganan
jalan sama dengan tahun-tahun sebelumnya seperti pada Tabel
5.2.
- 70. 53 Tabel 5.3. Nilai Kondisi Jalan Kabupaten Bangka Tahun
2011 Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bangka, 2011 5.4.1.
Penurunan Kondisi Perkerasan Dari data kondisi jalan kabupaten
tahun 2006 s/d 2011, dibuatkan model penurunan kondisi jalan untuk
ruas jalan dengan LHR rendah, dimana kondisi jalan dari mulai
ditingkatkan dan tanpa pemeliharaan apapun pada tahun berikutnya.
Tabel 5.4. merupakan data yang diperoleh dari Tabel K1. No Ruas
Panjang Segmen km Panjang Ruas km Tipe Perkerasan Kondisi
Perkerasan Tahun Pemeliharaan Terakhir Nilai Kondisi Jalan PK MP MR
4.01 0,40 1,12 A B 2008 9 0,05 A S 15 0,56 A B 2008 9 0,11 A S 15
4.02 0,90 0,90 A S 2008 14 4.03 1,79 1,79 A S 2008 13 . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 652,71 652,71 Keterangan :
A = Lapis Permukaan Aspal hot mix BT = Lapis Permukaan Beton AL =
Lapis Permukaan Lapisan Penetrasi T = Jalan Tanah B = Baik S =
Sedang R = Rusak RB = Rusak Berat PK = Peningkatan MP = Maintenance
Periodik (Pemeliharaan Berkala) MR = Maintenance Routine
(Pemeliharaan Rutin)
- 71. 54 Tabel 5.4. Data Penurunan Kondisi Jalan Ber LHR Rendah
Tanpa Pemeliharaan No No Ruas Tahun dan Nilai Kondisi LHR1 2 3 4 5
6 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 4.01 6 8 9 10 0 0 147 2 4.05 6 8 10 0 0 0 207
3 4.57 6 8 9 9 10 0 225 4 4.58 6 8 9 9 10 0 228 5 4.66 6 8 9 9 10 0
94 6 4.67 6 8 9 9 10 0 104 7 4.71 6 8 9 10 0 0 121 8 4.72 6 8 9 9
10 0 38 9 4.74 6 8 9 9 10 0 112 10 4.76 6 8 9 9 9 10 129 11 4.77 6
8 9 10 0 0 313 12 93 6 7 8 9 10 0 19 13 4.96 6 8 9 10 0 0 34 14
4.109 6 8 9 9 9 15 36 15 148 6 7 8 9 10 12 78 16 150 6 8 9 10 0 0
127 17 151 6 8 10 10 0 0 78 18 152 6 8 9 10 12 146 19 153 6 8 9 10
10 0 120 20 154 6 8 9 10 10 10 91 21 4.166 6 8 10 0 0 0 98 22 171 6
8 8 9 10 0 38 23 186 6 8 8 9 10 0 95 24 212 6 8 10 0 0 185 25 215 6
8 10 0 0 0 83 26 223 6 8 9 10 0 0 73 27 224 6 8 8 9 9 10 37 Sumber
Data K1 Tahun 2006 s/d 2011 Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bangka
Dari Tabel 5.4 ditunjukan pada kolom 2 adalah nomor ruas, kolom 3
adalah kondisi ruas jalan pada tahun pertama di tingkatkan dan
kolom 4 sampai dengan kolom 8 adalah penurunan kondisi jalan pada
tahun tahun berikutnya bila tidak mendapatkan pemeliharaan, dan
kolom 9 menunjukkan LHR dari ruas jalan tersebut, dengan LHR rendah
menurut SK 77 adalah antara 0 s/d 350. Gambar 5.6 menunjukkan hasil
regresi linier dan kuadratik terhadap data Tabel 5.4. dan diperoleh
persamaan :
- 72. 55 Untuk regresi linier = Y = 0,9856x + 5,5579 ...... (5.1)
Dan untuk regresi kuadratik Y = -0,1557x2 + 1,9515x + 4,3844 ...
(5.2) Dengan : Y = Nilai Kondisi (menurut SK 77/Kpts/db/1990) X =
Tahun ke n Gambar 5.6. Penurunan Kondisi Jalan Ber LHR Rendah Tanpa
Pemeliharaan Dikarenakan keterbatasan data maka penurunan kondisi
ini berlaku untuk Jenis lapis permukaan perkerasan beraspal, dan
beton. Hal ini dikarenakan dari pengalaman pengamatan di lapangan,
penurunan kondisi yang terjadi pada jenis lapis permukaan ini
cenderung hampir sama bila dilihat dari perkembangan riwayat
penanganan jalan. y = 0,9856x + 5,5579 R = 0,789 y = -0,1547x2 +
1,9515x + 4,3844 R = 0,8296 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 1 2 3
4 5 6 NIlaiKondisiJalanSK77 Tahun
- 73. 56 Dengan menggunakan Persamaan 5.1. tersebut diperoleh
hasil perhitungan sebagai mana dapat dilihat pada Tabel 5.5. Contoh
perhitungan tahun ke 1 menggunakan Persamaan 5.1 : Y= 0,9856x +
5,5579 = 0,9856(1) + 5,5579 = 6,5 7 (dibulatkan ke atas) Tabel 5.5.
Penurunan Kondisi Jalan Ber LHR Rendah Tanpa Pemeliharaan dari
Tahun ke-n menggunaan Persamaan 5.1 Tahun ke X Y Tahun ke X Y Tahun
ke X Y Tahun ke X Y Nilai Kondisi Nilai Kondisi Nilai Kondisi Nilai
Kondisi 1 7 6 12 11 17 16 22 2 8 7 13 12 18 17 23 3 9 8 14 13 19 18
24 4 10 9 15 14 20 5 11 10 16 15 21 Bila penurunan kondisi pada
Tabel 5.5 tersebut dikelompokkan berdasarkan kondisi yang
dijelaskan pada Subbab 2.6.3, Gambar 2.4, maka terdapat periode
waktu kondisi untuk jalan baik dengan nilai kondisi 6 sd 10 dari
tahun ke-1 s/d tahun ke-4, berarti selama 4 tahun, kondisi jalan
sedang dengan nilai kondisi 11 s/d 15 dari tahun ke-5 s/d tahun
ke-9 berarti memiliki periode waktu 5 tahun, kondisi rusak dengan
nilai kondisi 16 s/d 19 dari tahun ke-10 s/d tahun ke-13 berarti
memiliki periode waktu 4 tahun, dan jalan dengan kondisi rusak
berat dengan nilai >19 akan terjadi setelah tahun ke 13.
Lengkapnya periode kondisi Jalan ini dapat dilihat pada Tabel
5.6.
- 74. 57 Tabel 5.6. Periode Kondisi Jalan Untuk LHR Rendah Tanpa
Pemeliharaan Kondisi Batas Indeks Lama Periode Baik 6 - 10 4 Tahun
Sedang 11 -15 5 Tahun Rusak 16 - 19 4 Tahun Rusak Berat 20 - 24
Setelah 13 Tahun Dengan menggunakan Persamaan 5.2. tersebut
diperoleh hasil perhitungan sebagai mana dapat dilihat pada Tabel
5.7. Contoh perhitungan tahun ke 1 menggunakan Persamaan 5.2 :
Y=-0,1557x2 + 1,9515x + 4,3844 Y = =-0,1557(1)2 + 1,9515(1) +
4,3844 = 6,182 7 (dibulatkan ke atas) Tabel 5.7. Penurunan Kondisi
Jalan Ber LHR Rendah Tanpa Pemeliharaan dari Tahun ke-n menggunakan
Persamaan 5.2 X Tahun Y X Tahun Y Nilai Kondisi Nilai Kondisi 1 7 6
11 2 8 7 11 3 9 8 11 4 10 9 10 5 11 10 9 Dari Tabel 5.5 pada tahun
ke 9 dan ke sepuluh terdapat perubahan nilai kondisi jalan yang
tidak mungkin, dimana pada tahun ke 9 menunjukkan kondisi jalan
dengan nilai 10 dan pada tahun ke 10 menunjukkan kondisi jalan
menjadi 9, ini berarti persamaan 5.2 tidak dapat dipergunakan untuk
analisis penurunan kondisi jalan. Untuk LHR rendah persamaan yang
digunakan adalah persamaan 5.1 dengan regresi linier.
- 75. 58 Dari data K1 tahun 2006 s/d tahun 2011 Kabupaten Bangka
untuk ruas jalan ber LHR tinggi diperoleh data seperti yang
disajikan pada Tabel 5.8, dengan kondisi jalan dari mulai
ditingkatkan dan kemudian dilihat penurunan kondisinya pada
tahun-tahun berikutnya bila tanpa kegiatan pemeliharaan. Gambar 5.7
menunjukkan hasil regresi linier terhadap data penurunan kondisi
jalan ber LHR Tinggi. Tabel 5.8. Data Penuruan Kondisi Jalan Ber
LHR Tinggi Tanpa Pemeliharaan No Ruas Tahun dan Nilai Kondisi LHR 1
2 3 4 5 6 4.18 6 8 10 1106 4.25 6 8 9 10 684 4.54 6 8 9 10 406 90 6
9 396 Sumber Data K1 Tahun 2006 s/d 2011 Dinas Pekerjaann Umum
Kabupaten Bangka Gambar 5.7 menunjukkan hasil regresi linier dan
kuadratik terhadap data Tabel 5.8. dan diperoleh persamaan : Untuk
regresi linier = Y = 1,3817x + 4,9946 ... (5.3) Dan untuk regresi
kuadratik = Y=-0,4115X2 + 3,3594X + 3,0883 ... (5.4) dengan : Y =
Nilai Kondisi X = Tahun ke n Model penurunan kondisi jalan ini
berlaku untuk semua jenis lapis permukaan beraspal dan beton.
- 76. 59 Gambar 5.7. Penurunan Kondisi Jalan Ber LHR Tinggi Tanpa
Pemeliharaan Dengan menggunakan Persamaan 5.3. tersebut diperoleh
hasil perhitungan sebagai mana dapat dilihat pada Tabel 5.9. Contoh
perhitungan tahun ke 1 menggunakan Persamaan 5.3 : Y= 1,3817X +
4,9946 = 1,3817(1) + 4,9946 = 6,3763 7 (dibulatkan ke atas) Tabel
5.9. Penurunan Kondisi Jalan Ber LHR Tinggi Tanpa Pemeliharaan dari
Tahun ke-n menggunaan Persamaan 5.3. X Tahun Y X Tahun Y X Tahun Y
Nilai Kondisi Nilai Kondisi Nilai Kondisi 1 7 6 14 11 21 2 8 7 15
12 22 3 10 8 17 13 23 4 11 9 18 14 25 5 12 10 19 Bila penurunan
kondisi pada Tabel 5.9 tersebut dikelompokkan berdasarkan kondisi
yang dijelaskan pada Subbab 2.6.3, Gambar 2.4, maka terdapat
periode waktu kondisi untuk jalan baik dengan nilai kondisi 6 sd 10
dari tahun ke-1 s/d tahun ke-3 berarti selama 3 tahun, kondisi
jalan sedang dengan nilai kondisi 11 y = 1,3817x + 4,9946 R =
0,8833 y = -0,4115x2 + 3,3594x + 3,0833 R = 0,9512 6 6,5 7 7,5 8
8,5 9 9,5 10 10,5 11 1 2 3 4 5 KondisiJalanmenurutSK77 Tahun
- 77. 60 s/d 15 dari tahun ke-4 s/d tahun ke-7 berarti memiliki
periode waktu 4 tahun, kondisi rusak dengan nilai kondisi 16 s/d 19
dari tahun ke-8 s/d tahun ke-10 berarti memiliki periode waktu 3
tahun, dan jalan dengan kondisi rusak berat dengan nilai >19
akan terjadi setelah tahun ke 11. Lengkapnya periode kondisi Jalan
ini dapat dilihat pada Tabel 5.10. Tabel 5.10. Periode Kondisi
Jalan Untuk LHR Tinggi Tanpa Pemeliharaan Kondisi Batas Indeks Lama
Periode Baik 6 -10 3 Tahun Sedang 11 - 15 4Tahun Rusak 16 - 19 3
Tahun Rusak Berat 20 - 24 Setelah 11 Tahun Dengan menggunakan
Persamaan 5.4. tersebut diperoleh hasil perhitungan sebagai mana
dapat dilihat pada Tabel 5.11. Contoh perhitungan tahun ke 1
menggunakan Persamaan 5.4 : Y=-0,4115X2 + 3,3594X + 3,0883 Y =
=-0,4115X2 + 3,3594X + 3,0883 = 6,0312 7 (dibulatkan ke atas) Tabel
5.11. Penurunan Kondisi Jalan Ber LHR Tinggi Tanpa Pemeliharaan
dari Tahun ke-n menggunakan Persamaan 5.4 X Tahun Y X Tahun Y Nilai
Kondisi Nilai Kondisi 1 7 5 10 2 9 6 9 3 10 7 7 4 10 Dari Tabel
5.11 pada tahun ke 5, 6 dan ke 7 terdapat perubahan nilai kondisi
jalan yang tidak mungkin, dimana pada tahun ke 5 menunjukkan
kondisi jalan dengan nilai 10 dan pada tahun ke 6 dan 7 menunjukkan
kondisi jalan menjadi 9 dan 6, ini berarti persamaan 5.4 tidak
dapat dipergunakan untuk analisis penurunan
- 78. 61 kondisi jalan. Untuk LHR tinggi persamaan yang digunakan
adalah persamaan 5.3 dengan regresi linier. 5.4.2. Pemeliharaan
Jalan Pada Tabel 5.12 dapat dilihat nilai kondisi jalan setelah
dilakukan pemeliharaan berkala, terdapat kecenderungan bahwa nilai
kondisi jalan meningkat menjadi 8, dapat dilihat bahwa ruas-ruas
jalan yang setelah mendapatkan pemeliharaan berkala kodisi jalannya
akan menjadi 8 nilainya. Tabel 5.12. Nilai Kondisi Jalan Setelah
Dilakukan Pemeliharaan Berkala No Ruas Tahun dan Nilai Kondisi 2006
2007 2008 2009 2010 2011 91 13 8 151 16 8 4.56 16 16 8 150 11 12 8
168 12 14 8 185 14 14 8 213 11 11 8 90 12 14 8 4.20 14 14 14 8 91
13 13 16 8 4.47 14 14 14 14 8 4.48 14 14 14 14 8 4.06 11 11 11 12
13 8 4.08 11 11 12 13 13 8 Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten
Bangka
- 79. 62 5.4.3. Biaya Pemeliharaan Mengingat keterbatasan
anggaran pemeliharaan, maka batasan penyusunan rencana kegiatan
pemeliharaan menyesuaikan dengan ketersediaannya. Pada Tabel 5.12.
besaran biaya pemeliharaan jalan berdasarkan jenis kegiatan yang
digunakan oleh Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bangka, dimana
perhitungan ini tidak termasuk bangunan pelengkap jalan seperti
gorong- gorong, plat deker, trotoar, marka jalan maupun median.
Tabel 5.13. Biaya Penanganan Jalan Kabupaten Bangka per km No
Kegiatan Biaya/km (Rp. 000) Ket 1 Pembangunan Jalan 1.200.000 2
Peningkatan Jalan 850.000 3 Pemeliharaan Berkala 450.000 4
Pemeliharaan Rutin 15.000 5 Rehab Jalan Tanah 100.000 6 Rehab
Ringan Jalan Tanah 35.000 7 Pemeliharaan sementara (stop gap) 5.000
Perkiraan Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bangka, 2011
Biaya pemeliharaan sementara diperhitungkan dari luas kerusakan
menurut SK 77 untuk jalan rusak (Subbab 2.6.1, Tabel 2.2) dimana
jalan rusak dengan persentase kerusakan 15 % maksimum dikalikan
dengan harga satuan pekerjaan sementara. Dari sumber Dinas
Pekerjaan Umum Kabupaten Bangka diketahui bahwa harga satuan
pekerjaan urugan tanah adalah 70 ribu rupiah per meter kubik, maka
dengan menggunakan ukuran pada Gambar 5.8. akan diperoleh : Volume
permukaan jalan = 4,5 m x 1000 meter x 0,1 m (dalam kerusakan) =
450 m3 /km Volume kerusakan per km = 15 % x 450 m3 = 67,5 m3
/km
- 80. 63 Biaya penanganan per km = 67,5 m3 /km x Rp. 70.000,- =
4.725.000 5 jt/km Diperoleh biaya penanganan sementara sebesar 5
juta rupiah/km. Sesuai dengan kebijakan strategi Dinas Pekerjaan
Umum Kabupaten Bangka, Kegiatan Pembangunan Jalan merupakan
kegiatan pembuatan jalan baru dengan memberikan kekuatan struktur
pada pondasi jalan dari sub base, base dan surface. Lebar Badan
Jalan diluar saluran drainase jalan adalah 7 meter dengan lapis
penutup aspal lebar 4,5 meter. Gambar 5.8 memperlihatkan
bagian-bagian pekerjaan Pembangunan Jalan. Gambar 5.8. Potongan
Melintang Jalan Kegiatan Peningkatan dilakukan pada jalan dengan
kondisi rusak berat dengan perbaikan terhadap kondisi pondasi jalan
dan pelapisan ulang terhadap lapis permukaan yang telah mengalami
kerusakan. Pemeliharaan Berkala dilakukan
- 81. 64 pada jalan yang memiliki kondisi sedang dan rusak dengan
perbaikan minor dan lapisan aus pada permukaan aspal yang mulai
mengalami keausan dan rusak. Pemeliharaan rutin dilakukan pada
jalan dengan kondisi yang masih baik dengan kegiatan minor berupa
pembersihan kotaran pada saluran tepi jalan dan bahu jalan, serta
penampalan pada lubang-lubang dan retakan kecil. Rehab Jalan Tanah
Dilakukan pada jalan tanah dengan melakukan perbaikan sub grade
dengan menambah lapisan sub grade berupa tanah berbatu (tanah Puru
lokal). Rehab Jalan Tanah juga dilakukan pada jalan tanah dengan
kondisi yang masih baik dengan melakukan perapihaan dan pemadatan
kembali. Dan Stop Gap yang merupakan kegiatan penanganan jalan
sementara dengan penambalan menggunakan tanah pada jalan-jalan yang
tidak mendapat alokasi dana pemeliharaan sesuai standar untuk
memberikan keamanan pada pengguna jalan. Penanganan dengan stop gap
ini tidak memperbaiki nilai kondisi jalan, namun minimal dapat
memberikan keamanan pada pengguna jalan dengan kondisi jalan rusak
dengan nilai terendah 19. 5.5. Skenario Penanganan Jalan Untuk
menghasilkan kondisi perkerasan jalan yang baik perlu disusun
strategi penangan jalan kabupaten di Kabupaten Bangka untuk 5 tahun
ke depan (2012 s/d 2016). Strategi yang akan disusun didukung
dengan ketersediaan data kondisi jalan tahun 2006 s/d 2011,
sehingga dapat dibuat pemodelan penurunan kondisi jalan yang
diuraikan pada Subbab 5.3, juga data besaran anggaran penanganan
jalan yang dialoksikan oleh Pemerintah Daerah dari tahun 2006
s/d
- 82. 65 2011 seperti yang diuraikan pada Subbab 5.1, sehingga
dapat dilakukan prediksi penyediaan dana penanganan jalan untuk
tahun 2012 s/d 2016. Pada penelitian ini dicoba untuk menyusun
strategi penanganan jalan kabupaten dengan 2 skenario penanganan
jalan yang diharapkan akan menghasilkan kondisi perkerasan yang
baik dengan keterbatasan anggaran yang dapat dialokasikan oleh
pemerintah daerah. Seperti yang telah diuraikan pada Subbab 1.3,
ada 2 skenario yang coba disiapkan untuk menjadi pilihan terbaik
dalam penyelenggaraan jalan kabupaten di Kabupaten Bangka. 5.5.1
Skenario Pertama Seperti yang telah diuraikan pada Subbab 1.3 untuk
scenario pertama, setelah dilakukan penangan pada tahun pertama,
maka perubahan kondisi jalan yang akan terjadi pada tahun
berikutnya baik ruas jalan yang mendapatkan penanganan maupun tidak
mendapatkan penanganan di susun asumsi sebagai berikut : - Kegiatan
peningkatan akan menjadikan nilai kondisi jalan menjadi 6 (baik).
Ini karena adanya peningkatan nilai strukur pada perkerasan. -
Kegiatan pemeliharaan berkala akan menjadikan nilai kondisi jalan
menjadi 8 (baik), pemeliharaan berkala dilakukan pada ruas jalan
dengan k